You are on page 1of 92

EGERI

SN SE
TA

SI

M
UNIVER

AR
ANG
ANALISIS RASIO LIKUIDITAS DAN RASIO AKTIVITAS
TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PADA KOPERASI
REPUBLIK INDONESIA (KPRI) UNIT SIMPAN PINJAM DI
KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2003-2005

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi strata 1


Untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :
Nama : Puji Ananingsih
NIM : 3351402046
Prodi : Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan kesidang


panitia ujian skripsi pada :

Hari :
Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Subowo, M.si Drs. Tarsis Tarmudji


NIP 131404311 NIP 130529513

Mengetahui
Ketua Jurusan Akuntansi

Drs. Sukirman, M.Si


NIP 131967646

iii
PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan didepan sidang panitia ujian skripsi


Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :
Tanggal :

Penguji Skripsi

DRs. AM Budiman, B.Sc


NIP 130324050

Anggota I Anggota II

Drs. Subowo , M.Si Drs. Tarsis Tarmudji


NIP 131404311 NIP 130529513

Mengetahui
Dekan

Drs. Agus Wahyudin


NIP 131685236

iv
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya sendiri bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, April 2007

Puji Ananingsih
NIM 3351402046

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

“Sesungguhnya dosa terbesar adalah ketakutan, rekreasi terbaik adalah bekerja,


musibah terdahsat adalah keputusasaan, keberanian terbesar adalah kesabaran,
guru terbaik adalah pengalaman, kehormatan tertinggi adalah kesetiaan,
sumbangan terbesar adalah prestasi dan modal terbesar adalah kemandirian “
(Ali Bin Abi Thalib).

Untuk Keluarga
Sahabat&
Almamaterku…

vi
PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini
dalam rangka mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari

dukungan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Agus Wahyudin, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi.


2. Drs. Sukirman, M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi.
3. Drs.Subowo, M.Si, Pembimbing I yang dengan tulus dan sabar telah
membimbing dan mengarahkan penulis serta atas kemudahan yang beliau
berikan.
4. Drs.Tarsis Tarmudji, Pembimbing II yang dengan tulus dan sabar telah
membimbing dan mengarahkan penulis serta atas kemudahan yang beliau
berikan.
5. Drs. AM Budiman, Dosen Penguji yang telah memberikan saran demi
perbaikan skripsi ini.
6. Pengurus PKPRI Kabupaten Temanggung atas pemberian ijin penelitian.
7. Bapak dan Ibu atas doa, kasih sayang setiap saat serta dukungan moril dan
materiil.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan
dari Allah SWT. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Semarang, April 2007

Penulis

vii
SARI

Puji Ananingsih, 2007.” Analisis Rasio Likuiditas dan Rasio Aktivitas Terhadap
Rentabilitas Ekonomi Pada KPRI USP Kabupaten Temanggung Tahun 2003-2005
”. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang .

Kata Kunci: Analisis Rasio, Rentabilitas, Rasio Likuiditas dan Rasio


Aktivitas
Koperasi memerlukan pencatatan dan pembukuan tentang transaksi –
transaksi atau kejadian yang berhubungan dengan kegiatan koperasi sebagai bahan
pertanggungjawaban terhadap para anggota, kreditur, bank dan pihak lain. Analisa
rasio keuangan adalah alat untuk mengukur prestasi serta derajat keuntungan
koperasi dengan menghubungkan antar pos-pos dalam neraca atau laporan rugi-
laba atau kombinasi keduanya. Koperasi sebagai suatu badan usaha meskipun
tidak berorientasi mencari keuntungan semata akan tetapi usaha- usaha yang
dikelola harus tetap memperoleh penghasilan yang layak dalam menjaga
kelangsungan hidup dan meningkatkan kemampuan usaha.
Demikian halnya KPRI di Kabupaten Temanggung setiap usaha yang
dijalankan harus senantiasa dapat bertujuan untuk memperoleh SHU yang wajar.
SHU yang besar belum merupakan ukuran koperasi telah bekerja secara efisien.
Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan SHU dengan modal yang
menghasilkan SHU tersebut dengan kata lain menghitung rentabilitasnya.
Rentabiliats adalah kemampuan koperasi menghasilkan laba. Permasalahan yang
muncul dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah kondisi rasio likuiditas,
rasio aktivitas dan rentabilitas (2) seberapa efektif tingkat rasio likuiditas, rasio
aktivitas dan rentabilitas (3) apakah rasio likuiditas dan rasio aktivitas
berpengaruh terhadap rentabilitas.
Populasi dalam penelitian ini adalah KPRI di kabupaten Temanggung.
Dari 49 KPRI yang ada diambil 15 KPRI sebagai sampel penelitian dengan
menggunakan purposive sampling. Variabel yang diukur yaitu Rasio Likuiditas
dengan indikator current ratio dan acid test ratio, Rasio Aktivitas dengan
indikator receivable turnover dan cash turnover serta Rentabilitas sebagai
variabel terikat. Pengukuran rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rentabilitas KPRI

viii
menggunakan skala interval berdasarkan standar yang telah ditetapkan dari
DepKop&UKM 2002. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan data sekunder yang diolah lebih lanjut. Tehnik analisa
data menggunakan regresi linear berganda yang sebelumnya dilakukan analisis
variabel. Pengujian hipotesis menggunakan Ftest dan ttest dengan taraf sifnifikasi
sebesar 5%.
Hasil penelitian berdasarkan regresi berganda dapat diketahui bahwa rasio
likuiditas dan rasio aktifitas secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan
terhadap Rentabilitas. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji F, diperoleh Fhitung
sebesar 1.069 < F tabel sebesar 2,61. Hasil uji R2 (koefisien determinasi) sebesar
9,7% tidak bermakna. Secara parsial current ratio, acid test ratio, receivable
turnover dan cash turnover tidak ada yang berpengaruh terhadap rentabilitas. Dari
hasil uji t diperoleh masing-masing dari t hitung <t tabel . ketidaksignifikanan yang
terjadi pada penelitian ini disinyalir output-output laporan keuangan yang
disajikan pada publikasi ternyata bukan merupakan analisa rasio keuangan
melainkan berasal dari strategi manajemen. Demikian juga untuk mengetahui
rentabilitas ternyata tidak sepenuhnya dapat diukur dari rasio keuangan tetapi
tergantung pada manajemen koperasi dalam mengelola aspek-aspek keuangan.
Harapan penulis supaya modal KPRI yang berupa simpanan pokok,
simpanan wajib maupun simpanan sukarela agar lebih ditingkatkan guna
memperoleh rentabilitas yang baik. Agar para peminjam uang di USP itu lancar
pengembaliannya maka sebaiknya waktu pelunasan dibatasi 6 bulan, 12 bulan
atau maksimal 18 bulan apabila lebih dari tanggal tersebut dipaksa untuk
membayar. Standar pengukuran variabel penelitian dari Depkop&Ukm 2002
mengingat adanya perkembangan moneter, inflasi, kenaikan harga bbm dan
sebagainya agar perlu ditinjau kembali.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................ iii
PERNYATAAN................................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
PRAKATA......................................................................................................... vi
SARI................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian.................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................ 5
1.3 Penegasan Istilah.............................................................................. 5
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
1.5 Kegunaan Penelitian ........................................................................ 7
1.5.1 Manfaat Teoritis .................................................................... 7
1.5.2 Manfaat Praktis....................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1 Perkoperasian ................................................................................... 9
2.1.1 Pengertian Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) .... 9
2.1.2 Modal Koperasi ...................................................................... 10
2.2 Laporan Keuangan Koperasi ........................................................... 12
2.3 Analisa Rasio ................................................................................... 14
2.3.1 Pengertian Analisa Rasio Keuangan ...................................... 14
2.3.2 Tujuan dan Kegunaan Analisa Rasio Keuangan .................... 15
2.3.3 Macam-macam analisa Rasio Keuangan................................ 16
2.4 Rasio Likuiditas ............................................................................... 17

x
2.5 Rasio Aktivitas ................................................................................ 19
2.6 Rentabilitas ……………………………………………………….. 22
2.7 Kerangka Berpikir………………………………………………… 26
2.8 Hipothesis…………………………………………………………. 29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
3.1.1 Populasi Penelitian ................................................................. 30
3.1.2 Sampel Penelitian ................................................................... 30
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Likuiditas ............................................................................... 32
3.2.2 Aktivitas ................................................................................. 32
3.2.3 Rentabilitas............................................................................. 32
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Sumber Data ........................................................................... 34
3.3.2 Tehnik Pengumpulan Data ..................................................... 34
3.4 Metode Analisis Data
3.4.1 Analisis Deskriptif Variabel ................................................... 35
3.4.2 Analisis Inferensial................................................................. 35
3.4.3 Koefisien Determinasi............................................................ 36
3.4.4 Uji Hipotesis........................................................................... 37
3.4.5 Uji Asumsi Klasik .................................................................. 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum KPRI di Kabupaten Temanggung............. 41
4.1.1.1 Tujuan didirikannya KPRI di Kabupaten Temanggung
................................................................................................ 41
4.1.1.2 Jenis Usaha pada KPRI di Kabupaten Temanggung
................................................................................................ 41
4.1.1.3 Keanggotaan pada KPRI di Kabupaten Temanggung
................................................................................................ 44
4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian................................................. 45

xi
4.1.2.1 Variabel Penelitian..................................................... 45
4.1.2.2 Analisis Efisiensi Variabel Penelitian........................ 56
4.2 Pembahasan
4.2.1 Deskriptif Kuantitatif........................................................... 60
1. Uji Normalitas Data............................................... 60
2. Analisis regresi Berganda...................................... 61
3. Koefisien Determinasi ........................................... 62
4. Uji Hipothesis ........................................................ 63
5. Uji Asumsi Klasik ................................................. 66
4.2.2 Deskriptif Kualitatif
4.2.2.1 Pengaruh Secara Simultan Rasio Likuiditas (current
ratio, acid test ratio) dan Rasio Aktivitas (receivable
turnover, cash turnover) Terhadap Rentabilitas........ 68
4.2.2.2 Pengaruh Secara Parsial Rasio Likuiditas (current ratio,
acid test ratio) dan Rasio Aktivitas (receivable turnover,
cash turnover) Terhadap Rentabilitas........................ 69
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan………………………………………………………….. 75
5.2 Saran……………………………………………………………… 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Daftar Sampel Penelitian ..................................................................... 31
2. Standar Pengukuran Variabel Penelitian.............................................. 33
3. Unit Usaha Pada KPRI Sampel............................................................ 42
4. Rata-rata Volume Pinjaman pada USP KPRI Sampel ......................... 43
5. Jumlah Anggota pada KPRI Sampel Kab.Temanggung...................... 45
6. Tingkat Current Ratio USP pada KPRI Sampel Kab.Temanggung .... 46
7. Tingkat Acid Ratio USP pada KPRI Sampel Kab.Temanggung ......... 48
8. Tingkat RTo USP pada KPRI Sampel Kab.Temanggung ................... 50
9. Tingkat CTo USP pada KPRI Sampel Kab.Temanggung .................. 52
10. Tingkat Rentabilitas Ekonomi USP pada KPRI Sampel
Kabupaten Temanggung..................................................................... 54
11. Tingkat Efektifitas Current Ratio Tahun 2003-2005 .......................... 56
12. Tingkat Efektifitas Cash Ratio Tahun 2003-2005............................... 57
13. Tingkat Efektifitas RTo Tahun 2003-2005.......................................... 58
14. Tingkat Efektifitas CTo Tahun 2003-2005.......................................... 59
15. Tingkat Efektifitas Rentabilitas Ekonomi Tahun 2003-2005 .............. 60
16. Hasil Regresi Rasio Likuiditas dan Rasio Aktivitas
Terhadap Rentabilitas.......................................................................... 62
17. Hasil Regresi Multikolinearitas .......................................................... 66
18. Durbin –Watson .................................................................................. 67

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Skema Kerangka Berpikir .................................................................. 29

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrumen Penelitian


2 : Perhitungan Tingkat Current Ratio
3 : Perhitungan Tingkat Cash Ratio
4 : Perhitungan Tingkat Receivable Turnover
5 : Perhitungan Tingkat Cash Turnover
6 : Perhitungan Tingkat Rentabilitas Ekonomi
7 : Tabel Persiapan Analisis Regresi Linier Berganda.
8 : Hasil Regresi
9 : Tabel Uji F
10: Tabel Uji t
11: Laporan Keuangan

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang

melaksanakan berbagai kegiatan usaha dalam tata kehidupan. Ketiga sektor

kekuatan tersebut adalah sektor negara, swasta dan koperasi. Untuk mencapai

kedudukan ekonomi yang kuat dan mencapai masyarakat yang adil dan makmur

maka ketiga sektor kekuatan ekonomi itu harus saling berhubungan dan

bekerjasama dengan baik dan teratur. Lebih lanjut dalam pasal 33 UUD 1945

dijelaskan bahwa produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah

pimpinan atau anggota-anggota masyrakat. Kemakmuran rakyatlah yang

diutamakan bukan kemakmuran perseorangan. Oleh karena itu, perekonomian

disusun atas asas kekeluargaan, badan usaha yang sesuai adalah koperasi.

Badan usaha koperasi merupakan wadah kesatuan tindakan ekonomi

dalam rangka mempertinggi efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan ekonomi

individu anggotanya. Menurut UUD No. 25 tahun 1992 koperasi adalah badan

usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum sekaligus sebagai

kegiatan ekonomi rakyat yang berdasar asas kekeluargaan. Sebagai badan usaha

koperasi juga berarti merupakan kombinasi dari manusia, aset-aset fisik dan non

fisik, informasi, dan teknologi.

Sebagaimana diketahui koperasi memiliki ciri khas yang berbeda dengan

badan usaha lain, yaitu dimilikinya identitas ganda (dual identity), dimana para

1
2

anggota koperasi disamping sebagai pemilik (owner) juga sebagai pelanggan

(user) dari produk atau jasa yang dihasilkan koperasi. Selain partisipasi anggota,

koperasi dapat tumbuh dan berkembang melalui manajemen aktiva yang baik,

pinjaman dari kreditur, pengelolaan dana yang baik dan pengalokasian dana yang

tepat.

Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) merupakan koperasi primer

yang anggotanya para pegawai negeri di Indonesia. Dengan dibentuknya koperasi

ini diharapkan pegawai mampu berpartisipasi secara nyata dalam pembangunan

sesuai dengan kemampuan masing-masing dan memetik hasil dalam usaha

meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya serta masyarakat pada

umumnya. Menurut survei pendahuluan, jumlah KPRI yang terdaftar di Pusat

Koperasi Republik Indonesia (PKPRI) Kabupaten Temanggung adalah 49

koperasi. Sebagian besar KPRI yang ada di Temanggung memiliki kegiatan atau

bidang usaha yang hampir sama yaitu usaha pertokoan dan unit simpan pinjam.

Untuk penelitian ini akan lebih berfokus pada KPRI Unit simpan pinjam

(USP) dengan pertimbangan, USP adalah unit usaha yang paling menonjol, USP

mempunyai kedudukan yang sangat vital terutama menunjang sektor riil yang

diusahakan oleh masyarakat koperasi serta USP sangat dibutuhkan dan

dimanfaatkan oleh anggota koperasi dalam rangka meningkatkan modal usaha

maupun memenuhi kebutuhannya.

Kegiatan dari USP adalah menerima simpanan (sejumlah uang yang

disetorkan oleh anggota pada koperasi ). Terkait dengan kegiatan ini maka USP

memiliki kewajiban bunga yang harus dibayarkan dalam periode tertentu. Selain

menerima simpanan atau tabungan dari anggota, USP mempunyai kegiatan lain
3

yaitu memberikan pelayanan pinjaman bagi anggota yang membutuhkan. Dengan

adanya unit ini maka dapat memberikan kemudahan bagi anggota untuk

memperoleh pinjaman yang sangat diperlukan. Semakin banyak anggota yang

melakukan pinjaman dan tepat waktu dalam pengembaliannya maka hal ini akan

meningkatkan laba koperasi atau simpan pinjam.

Tujuan perusahaan pada umumnya adalah memperoleh laba begitu pula

dengan koperasi, walaupun usaha koperasi bukan semata-mata berorientasi pada

laba, namun didalam menjalankan aktivitas usahanya koperasi harus

memperhatikan bagaimana upaya yang dapat dilakukan agar posisinya tetap

menguntungkan sehingga kelangsungan usahanya dapat terjaga.

Rentabilitas adalah menunjukkan kemampuan suatu badan usaha

menghasilkan laba selama periode tertentu (Munawir, 2001:33). Rentabilitas

sering digunakan untuk mengukur efisiensi modal dalam suatu perusahaan dengan

memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi,

oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan

ukuran bahwa perusahaan tersebut rendabel. Oleh karena itu bagi manajemen atau

pihak-pihak lain, rentabilitas yang tinggi lebih penting dari pada keuntungan yang

besar.

Bagi koperasi rentabilitas adalah penting sebagai ukuran koperasi itu telah

dapat bekerja dengan efisisen atau tidak. Efisien baru diketahui dengan

memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan

jumlah aktiva atau jumlah modal koperasi. Dengan kata lain, menghitung

rentabilitasnya.
4

Berdasarkan laporan keuangan pada 15 objek KPRI USP tahun 2003-

2005, tingkat rentabilitas ekonomi KPRI di Kabupaten Temanggung rata-rata

yang dicapai selama tiga tahun adalah 6.92 %, 7.22 %, 6.47%. Apabila

dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan oleh Depkop&UKM yaitu

tingkat rentabilitas ekonomi koperasi yang efisien yaitu 8 %, maka pada tahun

2003-2005 tingkat rentabilitas ekonomi pada KPRI USP di Kabupaten

Temanggung belum efisien. Hal ini menunjukkan pengelolaan harta yang dimiliki

kurang optimal. Masih rendahnya rentabilitas yang dicapai oleh KPRI USP di

Kabupaten Temanggung menunjukkan juga bahwa pengelolaan komponen modal

kerja yang terdiri dari kas dan piutang yang dimiliki masih belum efektif dan

efisien.

Koperasi Simpan Pinjam memerlukan pengelolaan yang baik tentang

modal kerjanya yang meliputi kas dan piutangnya serta perlu mengetahui

rentabilitasnya. Agar koperasi dapat mencapai rentabilitas seperti yang

dikehendaki, maka sebaiknya pihak koperasi dapat mengelola harta (Asset) yang

dimiliki dengan baik diantaranya adalah likuiditasnya, melalui rasio likuiditas dan

rasio aktivitas.

Untuk mengetahui kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban

finansiilnya yang harus segera terpenuhi serta untuk memperoleh gambaran

tentang seberapa efektif koperasi mengelola aktivanya perlu dilakukan analisis

keuangan koperasi khususnya mengenai likuiditas dan aktivitas koperasi simpan

pinjam. Analisis digunakan untuk memberikan petunjuk dan gejala-gejala serta

informasi keuangan lainnya mengenai keadaan keuangan koperasi simpan pinjam


5

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diambil judul dalam

penelitian ini yaitu ” Analisis Rasio Likuiditas dan Rasio Aktivitas Terhadap

Rentabilitas Ekonomi pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Unit

Simpan Pinjam di Kabupaten Temanggung tahun 2003-2005”

1. 2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dan untuk mengetahui gambaran yang

benar mengenai kondisi keuangan dan perkembangan terutama hal-hal yang

berkaitan dengan analisis laporan keuangan khususnya mengenai masalah

likuiditas dan aktivitas serta rentabilitas KPRI USP di Kabupaten Temanggung,

maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi rasio likuiditas, aktivitas dan rentabilitas ekonomi pada

KPRI USP di Kabupaten Temanggung?

2. Seberapa efektif tingkat rasio likuiditas, aktivitas dan rentabilitas ekonomi

pada KPRI USP di Kabupaten Temanggung?

3. Apakah rasio likuiditas dan rasio aktivitas berpengaruh terhadap rentabilitas

ekonomi baik secara simultan maupun secara parsial?

1.3 Penegasan Istilah

Penegasan istilah dalam penelitian ini mencakup pengertian-pengertian

istilah dalam judul skripsi. Hal ini digunakan untuk memberikan gambaran yang

jelas serta memudahkan dalam menelaah isi penelitian ini. Adapun penegasan

istilah yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:


6

1.3.1 Likuiditas

Adalah kemampuan perusahaan atau badan usaha untuk memenuhi

kewajiban finansiilnya yang harus segera dipenuhi (Riyanto, 1997:25).

Dalam penelitian ini likuiditas yang diambil adalah likuiditas KPRI di

Kabupaten Temanggung tahun 2003 s.d 2005. Indikator pengukuran

likuiditas melalui current ratio dan acid test ratio.

1.3.2 Aktivitas

Adalah kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva

berputar dalam suatu periode tertentu. Indikator pengukuran aktivitas pada

penelitian ini menggunakan rasio cash turnover dan receivable turnover.

1.3.3 Rentabilitas

Adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama

periode tertentu (Riyanto, 1997:35). Dalam penelitian ini Rentabilitas yang

dimaksud adalah rentabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba

koperasi dengan total aktiva yang menghasilkan laba tersebut. Indikator

pengukuran rentabilitas pada penelitian ini menggunakan rasio rentabilitas

ekonomi.

1.3.4 KPRI

Adalah suatu badan koperasi yang beranggotakan para pegawai negeri.

Pegawai negeri yaitu pegawai pemerintah yang berada diluar politik,

bertugas melaksanakan administrasi pemerintah berdasarkan perundang-

undangan yang telah ditetapkan. (Tim penyusun kamus pusat pembinaan

dan pengembangan bahasa 1989: 65). Adapun KPRI dalam penelitian ini

adalah KPRI unit simpan pinjam yang menjadi anggota PKPRI Kabupaten

Temanggung.
7

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan diadakannya

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kondisi rasio likuiditas, aktivitas dan rentabilitas ekonomi

pada KPRI USP di Kabupaten Temanggung.

2. Untuk mengetahui seberapa efektif tingkat rasio likuiditas, aktivitas dan

rentabilitas ekonomi pada KPRI USP di Kabupaten Temanggung

3. Untuk menguji secara simultan dan secara parsial pengaruh Rasio Likuiditas

dan rasio terhadap rentabilitas ekonomi pada KPRI USP di Kabupaten

Temanggung.

1.5 Kegunaan Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1.5.1 Manfaat teoritis

Secara akademis penelitian ini bermanfaat sebagai bahan kajian

dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan dibidang akuntansi terutama

mengenai penerapan rasio keuangan dalam perkoperasian. Dapat

mengetahui sejauh mana pengaruh rasio likuiditas dan rasio aktivitas

terhadap rentabilitas koperasi serta memberikan rangsangan dalam

melakukan penelitian lanjutan dengan topik dan pembahasan yang berkaitan

dengan penelitian ini.

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Bagi PKPRI
8

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui kinerja

masing-masing koperasi yang bernaung dibawah PKPRI dengan

menganalisa laporan keuangan dari masing-masing koperasi.

b. Bagi KPRI

Dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan koperasi

dilihat dari laporan keuangan yang menyangkut aspek-aspek hasil yang

telah dicapai, kondisi finansiil yang menyangkut kewajiban dan

kemungkinan pertumbuhan laba dimasa yang akan datang sehingga

berguna sebagai bahan masukan bagi manajemen koperasi dalam

mengambil kebijakan-kebijakan.

c. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan mampu menciptakan kemampuan

dalam menganalisis Laporan keuangan sehingga dapat meningkatkan

pengetahuan para civitas akademika khususnya dalam hal yang berkaitan

dengan rasio keuangan.


BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Perkoperasian

2.1.1 Pengertian Koperasi Pegawai Republik Indonesia ( KPRI )

KPRI adalah suatu badan koperasi yang beranggotakan para

pegawai negeri dapat diartikan pegawai pemerintah yang berada diluar

politik, bertugas melakukan administrasi pemerintah berdasarkan

perundang-undangan yang ditetapkan. (Anoraga, 1997:4). KPRI menurut

Chaniago Arifinal adalah suatu jenis koperasi fungsional merupakan wadah

untuk menampung kegiatan-kegiatan karyawan dalam usaha meningkatkan

kesejahteraan anggotanya, sedangkan menurut Ninik (2003: 110) yang

dimaksud KPRI adalah koperasi fungsional yang merupakan wadah yang

berusaha dibidang konsumsi yang anggotanya dilingkungan tertentu untuk

memenuhi kebutuhan anggotanya.

Sebagaimana kita ketahui, anggota KPRI adalah gabungan

masyarakat yang mempunyai pendapatan yang tetap dan karenanya

perjuangan KPRI hendaknya diarahkan ketujuan:

a. Minimal mempertahankan tingkat hidup anggotanya sebagai landasan,

pangkal tolak dan untuk menigkatkan tingkat hidupnya .

b. Maksimal memperbaiki kualitas hidup anggotanya.

Pegawai negeri diwajibkan untuk menjadi anggota dan pada

koperasi yang ada pada instansi kantor atau jawatan (Sagimun, 1990:90)

sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku maka setiap pegawai

negeri tersebut tidak hanya sebagai abdi negara akan tetapi mereka juga

9
10

menjadi pejuang pembangunan nasional dibidang ekonomi untuk

mempercepat tercapainya masyarakat adil dan makmur berdasarkan

pancasila.

Menurut Pratama (2000:156) koperasi simpan pinjam adalah

koperasi yang didirikan guna menolong anggotanya dengan meminjamkan

uang atau kredit dengan bunga kecil. Koperasi simpan pinjam adalah

koperasi yang melaksanakan kegiatan usahanya hanya usaha simpan pinjam

(Depkop, 1999:33). Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah KPRI yang

bergerak dalam simpan pinjam untuk membantu para anggotanya guna

memenuhi modal yang diperlukan.

2.1.2 Modal koperasi

Untuk menjalankan setiap usaha dalam koperasi, permodalan unsur

yang sangat penting menurut UU No. 25 Tahun 1992 modal koperasi terdiri

dari:

1. Modal Sendiri

1.1) Simpanan Pokok

1.2) Simpanan Wajib

1.3) Dana Cadangan

1.4) Hibah

2. Modal Pinjaman.

Modal pinjaman merupakan modal dari luar koperasi, berupa:

1.1) Anggota

1.2) Koperasi lain


11

1.3) Bank dan Lembaga lain

1.4) Penerbitan obligasi

1.5) Sumber Lain yang sah

Menurut Sukamdiyo (1996: 77-78) ada beberapa simpanan pada anggota

koperasi antara lain:

1) Simpanan pokok

2) Simpanan wajib

3) Simpanan wajib khusus

4) Simpanan sukarela

Modal untuk unit simpan pinjam berupa:

1) Modal tetap

1.1) Modal yang disetor pada awal pendirian

1.2) Modal tambahan dari koperasi yang bersangkutan

1.3) Cadangan yang disishkan dari keuntungan koperasi

2) Modal tidak tetap

1.1) Modal penyertaan

1.2) Pinjaman dari pihak ketiga

Unit usaha simpan pinjam (USP) sebagai unit koperasi yang

memiliki fungsi menyimpan dana dari anggota, maka faktor kepercayaan

dari anggota sangat penting. Dengan semakin banyak anggota yang

menyimpan dana ke USP, berarti modal USP semakin kuat dan dapat

digunakan untuk menjaga posisi likuiditas dan investasi dalam aktiva

tetap. Dalam aspek permodalan komponen yang dinilai meliputi

perbandingan rasio modal sendiri terhadap asset dan rasio modal sendiri
12

terhadap pinjaman, sedangkan total asset adalah merupakan kekayaan USP

yang antara lain berupa:

1) Dana atau uang dalam bentuk uang tunai yang disimpan sebagai kas.

2) Dana atau uang yang disimpan di bank dalam bentuk giro, tabungan dan

deposito.

3) Dana yang disimpan di USP dalam bentuk Tabkop dan Sijakop.

4) Penanaman dalam bentuk surat berharga.

5) Penanaman dalam bentuk pinjaman yang diberikan

6) Penanaman dalam bentuk penyertaan dalam badan usaha lain.

2.2 Laporan Keuangan Koperasi

Menurut Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia, yang dimaksud

Laporan keuangan adalah neraca dan perhitungan rugi-laba serta segala

keterangan yang dimuat dalam lampirannya, antara lain laporan tentang

sumber dan penggunaan dana.

Laporan keuangan merupakan produk akhir dari suatu proses

akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi

para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan

keputusan. Disamping sebagai informasi, laporan keuangan berperan

sebagai pertanggungjawaban, laporan keuangan juga dapat

menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai

tujuannya. (Harahap, 2002: 7)


13

Laporan keuangan koperasi merupakan laporan keuangan yang

disusun untuk dapat menggambarkan posisi keuangan, hasil usaha dan

arus kas perusahaan secara keseluruhan sebagai pertanggungjawaban

pengurus atas pengelolaan keuangan koperasi yang terutama ditujukan

kepada anggota koperasi.

Laporan keuangan koperasi sebagai badan usaha, pada dasarnya

tidak berbeda dengan laporan keuangan yang dibuat oleh badan usaha lain

seperti badan usaha swasta dan badan usaha milik negara. Menurut IAI

dalam PSAK No.27 tentang Akuntansi perkoperasian paragraf 74, Laporan

keuangan koperasi meliputi Neraca, Perhitungan Hasil usaha, Laporan

Arus Kas, Laporan Promosi Ekonomi Anggota, dan catatan atas laporan

keuangan.

Perhitungan SHU sesuai dengan UU No. 25 tahun 1992 tentang

pokok-pokok perkoperasian pasal 45 ayat (1) adalah pendapatan koperasi

yang diperoleh dalam satu tahun buku yang bersangkutan. Dengan

demikian SHU sebelum pajak Laporan Perhitungan SHU menurut UU

No.25 tahun 1992 pasal 45 terdiri:

1. Pendapatan Operasional

Pendapatan operasional USP berupa:

1). Pendapatan bunga

ƒ Bunga atas pinjaman yang diperoleh USP.

ƒ Bunga dari bank berupa giro, tabungan dan deposito

ƒ Bunga dari koperasi berupa tabungan dan simpanan

berjangka.
14

ƒ Pendapatan administrasi.

2). Pendapatan operasional lainnya.

2. Beban Operasional

Beban operasional USP berupa;

1). Beban biaya bunga

2). Biaya bunga pinjaman

3). Beban komisi atau profisi

4). Biaya umum dan administrasi

5). Biaya organisasi

3. Beban Non Operasonal

2.3 Analisa Rasio

2.3.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio adalah suatu metode untuk mengetahui hubungan

dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laba-rugi secara individu atau

kombinasi dari kedua laporan tersebut (Munawir, 2002:37). Rasio

menggambarkan suatu hubungan atau perlambangan antara suatu jumlah

tertentu dengan jumlah lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa

rasio yang akan menjelaskan atau menggambarkan kepada penganalisa

baik atau buruknya keadaan posisi keuangan suatu perusahaan.

Dari definisi tersebut diatas, maka dapat disimpulkan analisa rasio

keuangan adalah teknik atau alat untuk mengukur prestasi perusahaan

dalam hal menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas, keefektifan operasi


15

serta derajat keuntungan perusahaan dengan menghubungkan antar pos-

pos dalam neraca atau laporan rugi-laba atau kombinasi dari keduanya.

2.3.2 Tujuan dan Kegunaan Analisa Rasio Keuangan

Tujuan dari analisis rasio keuangan adalah membantu manajer

dalam memahami apa yang perlu dilakukan perusahaan sehubungan

dengan informasi yang berasal keuangan yang sifatnya terbatas. Dengan

menggunakan rasio-rasio tertentu manajer akan memperoleh suatu

informasi tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan dibidang keuangan.

Dari informasi tersebut, manajer dapat membuta keputusan-keputusan

penting dimasa yyang akan datang.

Bagi pihak ekstern, analisis rasio keuangan bertujuan untuk

memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan suatu perusahaan.

Untuk selanjutnya mereka dapat memutuskan apakah akan membeli,

menahan atau menjual saham perusahaan tersebut. Apabila dari hasil

analisis perusahaan memiliki kesehatan atau perkembangan keuangan

kurang baik, maka investor akan lebih berhati-hati.

Manfaat dari analisis rasio keuangan dapat diketahui adanya

kelemahan-kelemahan dari tahun-tahun sebelumnya. Manfaat lain adalah

dapat memberikan informasi apakah perusahaan dalam aspek keuangan

tertentu berada diatas rata-rata, pada rata-rata atau dibawah rata-rata.

Apabila diketahui bahwa perusahaan dibawah rata-rata maka pimpinan

perusahaan akan mencari faktor-faktor yang menyebabkannya untuk


16

kemudian diambil kebijakan keuangan sehingga dapat meningkatkan rasio

keuangan.

2.3.3 Macam-macam Analisa Rasio Keuangan

Menurut munawir (2002:68) pada dasarnya banyak sekali angka

rasio itu karena rasio dibuat menurut kebutuhan penganalisa. Namun

demikian angka-angka rasio pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 2

yaitu sumber data keuangannya dan berdasarkan tujuan penganalisa.

Berdasarkan sumber datanya angka rasio dibedakan menjadi

(Munawir, 2002:68)

a. Rasio-rasio neraca (Balanche sheet ratio)

b. Rasio-rasio laporan laba-rugi (Income statement ratio)

c. Rasio-rasio antar laporan (Inter statement ratio)

Berdasarkan tujuan penganalisa angka rasio dapat digolongkan

antara lain (1) rasio-rasio likuiditas, (2) rasio-rasio solvabilitas, (3) rasio-

rasio rentabilitas, (4) rasio-rasio lain yang sesuai dengan kebutuhan

penganalisa misalnya rasio-rasio aktivitas (Munawir, 2002:69)

Menurut Robert Anggoro (1997:18-23) rasio keuangan dapat

dikelompokkan menjadi lima jenis berdasarkan ruang lingkup atau tujuan

yang ingin dicapai, yaitu:

a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio ini menyatakan kemampuan peruasahaan dalam jangka pendek

untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo

b. Rasio Aktivitas ( Acti vity Ratio)


17

Rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan didalam

memanfaatkan harta yang dimilikinya

c. Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas (Profitability Ratio)

Rasio ini menunjukkan keberhasilan perusahaan didalam

menghasilkan keuntungan.

d. Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini disebut juga leverage ratio

e. Rasio Pasar (Market Ratio)

Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang

diungkapkan dalam basis perusahaan

2.4 Rasio Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan atau badan usaha untuk

memenuhi kewajiban finansiilnya yang harus segera dipenuhi (Riyanto, 1997:25).

Menurut Nitisemito (1989;107) Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk

memenuhi seluruh kewajibannya yang harus segera dibayar. Jadi likuiditas adalah

menunjukkan koperasi untuk melunasi hutang jangka pendeknya pada saat jatuh

tempo. Koperasi simpan pinjam (KSP) dikatakan likuid bila posisi dana lancar

yang tersedia cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendek (kewaiban lancar)

Sebaliknya KSP dinyatakan ilikuid bila posisi dana lancar yang tersedia tidak

cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.

Aspek yang perlu diperhatikan dalam menganalisis likuiditas menurut PP

N0. 9 tahun 1995 adalah:


18

1) Penyediaan aktiva lancar yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban jangka

pendek.

2) Rasio antara pinjaman yang diberikan dengan dana yang telah dihimpun

Rasio likuiditas adalah perbandingan yang digunakan badan usaha

koperasi untuk menilai dan menggambarkan posisi keuangan dalam jangka

pendek yaitu untuk mengetahui kemampuan koperasi dalam menyediakan alat-

alat yang likuid (mudah diuangkan) guna menjamin pengembalian hutang-hutang

jangka pendek pada waktunya atau jangka panjang yang telah atau akan jatuh

tempo.

Rasio-rasio yang dapat dipakai untuk menentukan kemampuan membayar

utang jangka pendek perusahaan adalah sebagai berikut:

1) Rasio lancar (Current Ratio)

Current ratio yaitu kemampuan perusahaan membayar hutang yang

harus segera dipenuhi denagn aktiva lancar (Riyanto, 2001:332). Current ratio

dapat dihitung dengan membandingkan antara jumlah aktiva lancar dengan

hutang lancar.

Aktiva lancar menggambarkan alat bayar dan diasumsikan semua

aktiva lancar benar-benar bisa digunakan untuk membayar. Sedangkan hutang

lancar menggambarkan yang harus dibayar dan diasumsikan kewajiban yang

benar-benar dibayar.

Rumus:

AktivaLancar
Current Ratio = X 100 %
Hu tan gLancar

Contoh:
Rp 3.000.000,00
X 100 % = 200%
Rp.1.500.000,00
19

Menurut Riyanto (2001: 26) Current ratio kurang dari 2:1 dianggap kurang

baik, sebab apabila aktiva lancar turun sampai lebih dari 50%, maka jumlah

aktiva tidak mencukupi lagi untuk menutup utang lancarnya. Standar normal

Current Ratio untuk analisis koperasi sebesar 175%-200% (Depkop&PPKM:

2002)

2) Rasio Cepat (Quick Ratio/ Acid Test Ratio)

Riyanto (2001: 104) menyatakan Acid test ratio adalah kemampuan

untuk membayar hutang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar

yang lebih likuid.

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban-kewajiban jangka pendek dengan asset yang dimiliki koperasi.

Rasio ini lebih tajam dari current ratio, karena hanya membandingkan aktiva

yang sangat likuid dengan hutang lancar. Jika Current ratio tinggi tapi Quick

ratio rendah menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam

persediaan.

Rumus:

Kas + Bank + Piutang


Cash ratio = X100%
Hutang Lancar

Contoh:
Rp1.850.000,00
X 100% = 185%
Rp.1.000.000,00
Standar normal Acid Test Ratio dalam koperasi adalah 175%-200%

(DepKop&PPKM: 2002)

2.5 Rasio Aktivitas

Aktivitas adalah kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan

aktiva berputar dalam suatu periode tertentu (Setiawan, 2005: 19).


20

Menurut Tunggal, Amin Wijaya (1996:6) Aktivitas adalah suatu langkah

dalam proses produksi yang memperhatikan untuk menyelesaikan suatu proses.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah

kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam proses

produksi suatu periode tertentu. Aktivitas menggambarkan apa yang koperasi

lakukan, cara waktu digunakan, proses dan keluaran.

Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif koperasi mengelola aktivanya.

Jika koperasi memiliki terlalu banyak aktiva, maka biaya modalnya akan menjadi

terlalu tinggi dan akibatnya laba akan menurun. Disisi lain jika aktiva terlalu

rendah maka penjualan yang menguntungkan akan hilang. Rasio aktivitas

berisikan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi dalam berbagai

harta. Untuk mengukur rasio aktivitas dapat digunakan rasio sebagai berikut:

1. Receivable Turnover (Piutang Dagang)

Piutang yang dimiliki oleh koperasi dalam hal ini jenis usaha simpan

pinjam mempunyai hubungan yang erat dengan volume kredit yang

diberikan. Posisi hutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai

dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut, yaitu dengan

membagi total kredit yang diberikan dengan piutang rata- rata.

Kredit yang diberikan


Receivable Turnover = X kali
Rata - rata piutang

Makin tinggi rasio perputaran menunjukkan modal kerja yang

ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah

berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisis


21

lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak

efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.

Contoh:

Rp. 226.900.100,00
X Kali = 16 kali
Rp. 14.229.425,00

Standar normal Recevable Turnover dalam koperasi adalah >15 kali

(DepKop&PPKM: 2002)

2. Cash Turnover (Perputaran kas)

Perputaran kas adalah Perbandingan antara jumlah kredit yang

diberikan dengan nilai rata-rata kas yang dimiliki oleh koperasi ( Riyanto,

1999: 95). Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan

kas yang dilakukan oleh koperasi. Dikatakan sebagai ukuran efisiensi karena

tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kas kembalinya kas

yang telah ditanamkan dalam modal kerja.

Rumus :

Kredit yang diberikan


cash turnover = X kali
Rata - rata kas

Contoh:

Rp. 416.149.050,00
X Kali = 47 kali
Rp. 8.847.189,00

Standar normal untuk cash Turnover dalam koperasi adalah >45 kali

(DepKop&PPKM: 2002)

Jika koperasi memiliki tingkat perputaran kas yang tinggi maka akan

semakin baik. Hal ini menandakan bahwa pemberian kredit tinggi yang
22

berarti pula koperasi dapat mencapai rentabilitas yang tinggi. Sebaliknya

jika rasio ini rendah menandakan bahwa pemberian kredit juga rendah atau

banyak dana yang tertanam dalam kas. Jika kas terlalu besar jumlahnya dan

tidak digunakan untuk investasi (iddle money) maka koperasi akan

mendapatkan tingkat rentabilitas yang rendah.

2.6 Rentabilitas

Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba

dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain,

Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba

selama periode tertentu. Pada umumnya rentabilitas dapat dirumuskan:

Laba Usaha
Rentabilitas = X 100%
Modal

Menurut Bawsir ( 1997: 173) yang dimaksud rentabilitas adalah

kemampuan dalam menghasilkan laba, baik dengan menggunakan data eksternal

maupun dengan data internal. Dari kedua pernyataan tersebut dapat diambil

kesimpulan, bahwa rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam

menghasilkan laba selama periode tertentu yang dinyatakan dalam prosentase.

Rentabilitas suatu koperasi diukur dengan kesuksesan koperasi dan

kemampuan menggunakan aktiva yang produktif. Dengan demikian rentabilitas

suatu koperasi dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh

dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau modal koperasi tersebut.

Menurut Riyanto ( 1997: 36) Rentabilitas dibedakan menjadi dua, yaitu

Rentabilitas ekonomi dan Rentabilitas modal sendiri.


23

1) Rentabilitas Ekonomi

Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan

modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba

tersebut dan dinyatakan dalam prosentase (Riyanto, 1997: 36). Oleh karena

pengertian Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi

penggunaan modal dalam suatu perusahaan, maka Rentabilitas ekonomi sering

pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh

modal yang bekerja didalamnya dalam menghasilkan laba.

Laba Usaha (SHU)


Rentabilitas ekonomi = X 100%
Total Aktiva

Rentabilitas ekonomi atau sering disebut earning power mempunyai arti

penting dalam perusahaan, maka perlu diusahakan agar Rentabilitas

meningkat. Menurut Riyanto (1997: 37) tinggi rendahnya Rentabilitas

dipengaruhi oleh dua faktor:

1.1) Profit margin

Adalah perbandingan antara laba usaha dengan penjualan usaha yang

dinyatakan dalam persentase.

Laba Usaha
Profit Margin = X 100%
Penjualan Usaha

1.2) Turnover of Operating Asset ( tingkat perputaran aktiva usaha)

Adalah kecepatan berputarnya operating asset dalam suatu periode

tertentu. Perputaran tersebut dapat ditentukan dengan membagi

penjualan bersih dengan modal usaha.

Penjualan Bersih
Turnover of Operating Asset = X 100%
Modal Usaha
24

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profit margin

dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat

besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan.

Sedangkan operating asset turnover dimaksudkan untuk mengetahui

efisiensi perusahaan dengan melihat pada kecepatan perputaran

operating asset dalam suatu periode tertentu. Hasil akhir dari

percampuran keduanya ini menentukan tinggi rendahnya earning power.

Oleh karena itu makin tinggi tingkat profit margin atau operating asset

turnover, masing-masing atau keduanya akan mengakibatkan naiknya

earning power. Hubungan antara keduanya dapat digambarkan sebagai

berikut:

Rentabilitas = Profit Margin X Operating asset turnover

Laba Usaha Penjualan Bersih


= X
Penjualan Bersih Modal Usaha
Laba Usaha
=
Modal Usaha

2) Rentabilitas modal sendiri

Rentabilitas modal sendiri atau sering dinamakan Rentabilitas usaha

adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal

sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba

tersebut dilain pihak. Dengan kata lain rentabilitas modal sendiri adalah

kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya

untuk menghasilkan keuntungan (Riyanto, 1997: 44)

Laba Usaha (SHU)


Rentabilitas Modal sendiri = X 100%
Modal sendiri
25

Faktor- faktor penentu tinggi rendahnya rentabilitas modal sendiri adalah:

a. Rentabilitas Ekonomi

Tingkat rentabilitas ekonomi dapat mempengaruhi rentabilitas

modal sendiri, dalam hal ini dapat dilihat pada unsur yang berhunungan

dengan rentabilitas modal sendiri. Menurut Riyanto (1997: 36),

Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba dengan modal

sendiri dan modal pinjaman yang dipergunakan untuk menghasilkan laba

tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Maka, jelas rentabilitas

ekonomi mempunyai hubungan erat dengan rentabilitas modal sendiri

mengingat besar kecilnya keuntungan atau laba menjadi hak para pemilik

modal.

b. Tingkat bunga modal pinjaman

Laba yang diperhitungkan didalam menghitung rentabilitas modal

sendiri adalah laba bersih, yaitu laba kotor setelah dikurangi bunga modal

pinjaman dan pajak perseroan. Semakin tinggi tingkat bunga modal

pinjaman yang harus dibayar, berarti akan memeperkecil laba yang

menjadi bagian pemilik modal sendiri.

c. Tingkat pajak pendapatan

Penghasilan kena pajak dihitung dengan mengurangi semua biaya,

termasuk penyusutan dan bunga dari pendapatan kotornya. Semakin tinggi

tingkat pajak yang ditentukan pemerintah, maka akan memperkecil laba

yang menjadi hak bagi pemilik dan sebaliknya. Hal ini menyebabkan

rentabilitas modal sendiri terpengaruh.


26

2.7 Kerangka Berfikir

KPRI merupakan koperasi primer yang anggotanya para pegawai

negeri di Indonesia. KPRI bertujuan mencari laba untuk melanjutkan

usahanya, watak sosial ditujukan bahwa koperasi mencari laba bukan untuk

perseorangan tetapi untuk kemakmuran seluruh anggota. Untuk mewujudkan

tujuan tersebut koperasi menjalankan aktivitas usahanya, memperhatikan

bagaimana upaya yang dapat dilakukan agar posisinya tetap menguntungkan

sehingga kelangsungan usahanya dapat terjaga. Agar keberlangsungan usaha

koperasi tetap terjaga koperasi harus dikelola dengan baik. Salah satu aspek

pengelolaannya adalah dengan melakukan pencatatan dalam suatu sistem

pembukuan yang disebut akuntansi. Hasil akhir dari proses akuntansi adalah

laporan keuangan yang menunjukkan hasil-hasil usaha koperasi dan keadaan

keuangan koperasi.

Laporan keuangan didalamnya terdapat informasi yang sangat

berharga dalam menilai suatu perusahaan atau koperasi. Disamping sebagai

alat pertanggungjawaban pengurus kepada anggota, yang tidak kalah penting

selain laporan keuangan koperasi adalah analisa rasio keuangan. Rasio akan

mempermudah dalam upaya pembandingan kinerja koperasi dengan Standar

dari DepKop&UKM 2002. Dari hasil analisis dapat diketahui kesehatan

koperasi dan perkembangan koperasi. Analisa rasio dapat menunjukkan

hubungan diantara pos-pos yang terpilih dari data laporan keuangan serta

untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan finansial koperasi.


27

Untuk mengetahui kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban

jangka pendeknya yang harus segera di penuhi dengan menggunakan aktiva

lancar dapat dilihat tingkat likuiditasnya melalui Current ratio dan Acid Test

Ratio, sedangkan untuk mengetahui kemampuan koperasi dalam mengelola

aktivanya dapat dilihat tingkat aktivitasnya melalui Receivable Turnover dan

Cash Turnover.

Current ratio menunjukkan tingkat keamanan (Margin of safety)

kreditur jangka pendek, atau kemampuan koperasi untuk membayar hutang-

hutang tersebut. Semakin tinggi current ratio menunjukkan adanya kelebihan

uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan

sekarang atau dengan asumsi bahwa semua aktiva lancar dikonversikan

kedalam kas. Adanya kelebihan uang kas menyebabkan sebagian

menganggur dalam suatu kopeasi dikarenakan dana tersebut tidak digunakan

untuk operasi. Jika terlalu lama sebuah kopeasi memiliki dana menganggur

maka mengalami penurunan pendapatan dikarenakan kehilangan kesempatan

untuk menginvestasikan dananya, yang akibatnya laba juga akan menurun.

Sehingga dari uraian diatas dapat dipahami bahwa tingginya current ratio

akan mempengaruhi laba.

Acid Test Ratio adalah kemampuan koperasi dalam memenuhi

kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan.

Tingginya Acid test rasio berarti adanya investasi yang besar di koperasi.

Dengan demikian, akan mengakibatkan adanya dana yang menganggur

karena dana tersebut tidak digunakan untuk investasi sehingga tidak ada
28

kembalian yang akan diperoleh koperasi, dengan demikian rentabilitas

koperasi akan menurun.

Cash Turnover yaitu dengan membagi total kredit yang diberikan

dengan kas rata-rata. Pada tingkat perputaran kas yang tinggi pada satu sisi

volume penjualan menjadi tinggi sedangkan lain biaya atau resiko yang

ditanggung menjadi besar. Besarnya laba yang diterima koperasi akan

membuat tingkat rentabilitas ekonomi menjadi tinggi. Dengan demikian,

tingkat perputaran kas mempengaruhi tingkat rentabilitas ekonomi. Semakin

cepat atau tinggi tingkat perputaran kas semakin tinggi pula tingkat

rentabilitas ekonomi.

Receivable turnover yaitu dengan membagi total kredit yang

diberikan dengan piutang rata-rata. Tinggi rendahnya tingkat perputaran

piutang mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang

diinvestasikan dalam piutang. Pada tingkat perputaran piutang yang tinggi

disatu sisi akan menghasilkan jasa pinjaman atau laba dalam jumlah yang

banyak sedangkan pada sisi lain adalah meminimalkan biaya. Dengan

demikian laba bersih yang diterima perusahaan akan mempertinggi tingkat

rentabilitas ekonomi, semakin lama semakin kecil tingkat perputaran piutang

dalam satu periode. Dengan demikian, tingkat perputaran piutang akan

mempengaruhi rentabilitas.

Dari uraian tersebut, dapat digambarkan dalam skema sebagai

berikut:
29

Gambar 1
Skema Kerangka Berfikir

Current Ratio
Likuiditas
(X1)
Lapo
Acid Test Ratio
Bisnis ran Standar Rentabilitas
Keua DepKop& ekonomi
KPRI
ngan UKM 2002 (Y)
Recievable turnover
Aktivitas
(X2)
Cash turnover

2.8 Hipotesis

Dalam penelitian ini perlu diberikan hipotesis dimana hipotesis ini

merupakan dugaan yang mungkin benar mungkin salah. Hipotesis menurut

Djarwanto PS dan Pangestu Subagio (1995:183) adalah pernyataan mengenai

suatu hal yang harus diteliti kebenarannya. Dengan demikian hipotesis merupakan

anggapan sementara bersifat sebagai pedoman untuk mempermudah jalannya

penelitian. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada pengaruh rasio likuiditas dan rasio aktivitas terhadap rentabilitas

ekonomi.

2. Tidak ada pengaruh antara rasio likuiditas dan rasio aktivitas terhadap

rentabilitas ekonomi.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

3.1.1 Populasi

Populasi adalah suatu kesatuan individu atau subyek pada wilayah

dan waktu dengan kualitas tertentu yang akan diamati atau diteliti (Supardi,

1993). Arikunto (2003:129) memberikan pengertian populasi sebagai

keseluruhan subyek penelitian. Berdasarkan dua pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan unit, nilai, ataupun individu

yang menjadi obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

KPRI di Kabupaten Temanggung yang terdaftar di PKPRI serta telah

melaksanakan RAT tutup buku sampai tahun 2005. KPRI dikabupaten

Temanggung terdapat 49 unit KPRI.

3.1.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi. Arikunto (1992:104)

menyatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Sampel menurut Sudjana dan Rivai (1990:6) adalah bagian dari populasi

yang mencerminkan segala karakteristik yang dimiliki oleh keseluruhan

populasi. Dalam penelitian ini sampel yang diambil dilakukan secara

purposive sampling. Tehnik ini untuk memilih memilih target tertentu yang

dapat memberikan informasi sesuai dengan kriteria-kriteria kelompok

30
31

tersebut dan sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh

peneliti. Adapun kriteria yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

• KPRI yang menjadi anggota PKPRI Kabupaten Temanggung.

• Melakukan RAT selama 3 tahun berturut-turut yaitu tahun 2003 s.d

2005.

• Memiliki usaha simpan pinjam serta kebijakan dari PKPRI kabupaten

Temanggung.

Berdasarkan kriteria tersebut maka KPRI yang dapat dipertimbangkan

sebagai sampel penelitian ini adalah sebanyak 15 KPRI.

Berikut nama-nama KPRI yang menjadi sampel penelitian yaitu :

Tabel 1: Daftar Sampel Penelitian

NO Nama Koperasi Alamat


1 Bangkit Ktr. Cab. Dinas Pend. Kec. Bulu
2 Berdikari SD Negeri manding
3 Among siswo Ktr. Cab. Dinas Pend. Kec. kaloran
4 Bina husada Dinas kesehatan Temanggung
5 Goritra PSBN pengganti temanggung
6 Handayani JL. Dr Sutomo No. 36
7 Lugu Ktr. Cab. Dinas Pend. Kec pringsurat
8 Mekar Jl.Medono Secang kec. Pringsurat
9 Serba usaha MAN Temanggung
10 Sadar Ktr. Cab. Dinas Pend. Kec. Parakan
11 Sehat Jl. Kaloran No. C 316 Kranggan
12 Kencana Jl. Jend sudirman No. 130
13 Sidodadi Dinas pertanian Jl. Suyoto no. 37
14 Swakarya Bina Ekonomi SMK N 2 Jl. Kartini No.34B
15 Trijaya Jl. Raya No. 33 Candiroto

3.2 Variabel Penelitian


32

Varibel penelitian adalah subyek penelitian atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1998 : 99). Dalam penelitian ini terdapat dua

variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen

atau bebas (X) yaitu variabel yang menjadi pendugaan sedangkan variabel

dependen atau tidak bebas (Y) yaitu variabel yang diperkirakan nilainya. Adapun

variabel bebas dalam penelitian ini adalah Likuiditas dan Aktivitas dengan

variabel dependen (Y) adalah Rentabilitas

3.2.1 Likuiditas (X1)

1. Current Ratio (Rasio Lancar)

Aktiva Lancar
Current Ratio = X100%
Hutang Lancar

2. Acid Test Ratio (Rasio Cepat)

Kas + Bank + Piutang


Acid Test Ratio = X100%
Hutang Lancar

3.2.2 Aktivitas (X2)

1 Receivable Turnover (Perputaran Piutang)

Kredit yang diberikan


Receivable Turnover = X kali
Rata - rata Piutang

2 Cash Turnover (Perputaran Kas)

Kredit yang diberikan


Cash Turnover = X kali
Rata - rata Kas

3.2.3 Rentabilitas (Y)

Sisa Hasil Usaha (SHU)


Rentabilitas Ekonomi = X 100%
Total Asset
33

Rumus tersebut dapat dijadikan dasar dalam perhitungan rasio likuiditas,

rasio aktivitas dan rentabilitas bagi unit usaha simpan pinjam KPRI yang

menjadi sampel penelitian. Untuk mengkategorikan tingkat efisiensi

likuiditas, aktivitas serta rentabilitas digunakan standar pengukuran

Depkop&PPKM tahun 2002 sebagai berikut:

Tabel 2: Standar Pengukuran Rasio Likuiditas,Rasio Aktivitas dan Rentabilitas

N0 Variabel Pengukuran Kriteria


1 Rasio Likuiditas (X1)

a. Current ratio 175%-200% Sangat efisien


150%-174% atau 225%-249% Efisien
125%-149% atau 250%-274% Cukup efisien
<125% atau > 275% Kurang efisien

b. Acid Test ratio 175%-200% Sangat efisien


150%-174% atau 225%-249% Efisien
125%-149% atau 250%-274% Cukup efisien
<125% atau >275% Kurang efisien

2. Rasio Aktivitas (X2)

a. Perputaran piutang >15 kali Sangat efisien


10-14 kali Efisien
5-9 kali Cukup efisien
<5kali Kurang efisien

b. Perputaran kas >45 kali Sangat efisien


31-44 kali Efisien
17-30 kali Cukup efisien
<17 kali Kurang efisien

3. Rentabilitas ekonomi (Y) >10% Sangat efisien


6%-9% Efisien
0-5% Cukup efisien
<0% Kurang efisien

Sumber : KEP.MEN.NEG. Koperasi&UKM NO.129/KEP/M/KUKM/XI/2002


34

3.3 Metode Pengumpulan Data

Guna mendapatkan data yang diperlukan, maka dilakukan pengumpulan

data dengan memakai metode sebagai berikut:

3.3.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dengan

mempelajari literatur atau dokumen yang berhubungan dengan laporan

keuangan KPRI di Kabupaten Temanggung yang bernaung dibawah PKPRI

yaitu Neraca dan Perhitungan hasil Usaha (PHU) periode 2003 s.d 2005.

3.3.2 Tehnik Pengumpulan Data

3.3.2.1 Metode Dokumentasi

Metode ini digunakan sebagai dasar untuk menganalisa data

dalam penelitian ini data yang digunakan berupa pendirian struktur

organisasi dan laporan keuangan.

3.3.2.2 Metode Kepustakaan

Metode ini merupakan metode pengumpulan data yang

bersifat teoritis mengenai permasalahan yang berkaitan dengan

penelitian ini. Metode kepustakaan dilakukan dengan membaca

buku-buku pustaka, referensi dan berbagai literatur lain yang

berhubungan dengan penelitian.


35

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan untuk mengubah atau

menganalisis data penelitian agar dapat di Interprestasikan sehingga laporan

yang dihasilkan mudah dipahami.

3.4.1 Analisis Deskriptif Variabel

Analisis ini bertujuan untuk melihat sejauh mana variable yang

diteliti yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rentabilitas telah sesuai

dengan tolok ukur yang telah ditetapkan.

3.4.2 Analisis Inferensial

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

variable dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi

normal. (Ghozali, 2001:74)

Deteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat histrogram dari

residualnya dan melihat persebaran data pada sumbu diagonal atau grafik

normal. Bila distribusi normal maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

2. Analisis Regresi Berganda

Regresi berganda mengandung makna bahwa dalam suatu persamaan

regresi terdapat satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel

idependen (Algifari, 2000: 64). Alat analisis ini digunakan untuk

mengetahui bentuk hubungan antara Variabel bebas (X) dengan variabel

terikat (Y). Data yang digunakan untuk melakukan regresi liner berganda
36

yaitu data efisiensi masing-masing indikator dari Variabel bebas yaitu

Likuiditas dan Aktivitas dan Variabel terikat yaitu Rentabilitas.

Rumus linier berganda ditunjukkan oleh persamaan:

Υ= α+β1Χ1+β2Χ2+β3Χ3+β4Χ4+β5Χ5+β6Χ6+ε

(Subiyanto, 2000:205)

Di mana:

Y = Rentabilitas

α = intercept

β1β2β3β4β5β6 = koefisien regresi

X1 X2Χ3 Χ4 Χ5 Χ6 = prediktor

ε = error item

3.4.3 Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan prosentase pengaruh

semua variabel independen terhadap variabel dependen. Rumus Koefisien

determinasi dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Jkreg
R2 = 2
∑ y1

Niai R2 berbeda antara 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati 1 maka

variabel bebas hampir memberikan semua informasi untuk memprediksi

variabel terikat atau merupakan indikator yang menunjukkan semakin

kuatnya kemampuan menjelaskan perubahan variabel bebas terhadap

variabel terikat.
37

3.4.4 Uji Hipothesis

1. Uji hipotesis T-test

Dilakukan untuk menguji koefisien regresi secara parsial

dari variabel independennya. Nilai thitung dapat dicari dengan

rumus:

r n-2
thitung =
1 - r2
Untuk menentukan nilai ttabel ditentukan taraf signifikasi

5% dengan derajat kebebasan df = (n-k) dimana n adalah jumlah

observasi dan k adalah jumlah variabel termasuk intersep dengan:

~ Perumusan hipotesis statistik:

Ho :β1 = 0 artinya X1 tidak berpengaruh secara parsial terhadap

Ho :β1 ≠ 0 artinya X1 berpengaruh secara parsial terhadap Y

~ Dasar keputusan uji

Terima HO jika thitung < ttabel

Tolak Ho jika thitung > t tabel

2. Uji hipotesis F-test

Digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel

independen mempunyai pengaruh yang secara bersama-sama

terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan

menggunakan uji F yaitu dengan membandingkan antara Ftabel

dengan F hitung yang terdapat dalam tabel Analysis of Variance.

Nilai Fhitung dapat dicari dengan rumus:


38

R2 / k
F=
(1 - R 2 ) /(n − k − 1)

di mana:

R2 = koefisien determinasi

k = banyaknya variabel bebas

n = banyaknya sampel

untuk menentukan nilai F tabel , tingkat signifikasi yang digunakan

sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df= (n-

k) dan (k-1) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah jumlah

variabel termasuk intercept.

~ Dasar Keputusan Uji:

Terima Ho jika F hitung < Ftabel

Tolak Ho jika F hitung > Ftabel

Dalam penelitian ini olah data akan dilakukan dengan

menggunakan software SPSS release 11,0.

3.4.5 Uji Asumsi Klasik

Model regresi dengan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary

least Square) merupakan model regresi yang menghasilkan estimator

linear tidak bias yang terbaik (Best Linear Unbias Estimator) jika

terpenuhi asumsi-asumsi klasik. Untuk menghindari penyimpangan

asumsi-asumsi klasik perlu dilakukan uji asumsi klasik. Model uji asumsi

klasik tersebut adalah :


39

a. Normalitas

Bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel

dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal.

(Ghozali, 2001:74)

Deteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat persebaran

data pada sumbu diagonal atau grafik normal. Bila distribusi normal

maka model regresi memenuhi asumi normalitas.

b. Multikolinearitas

Multikolineritas maknanya antar variabel independen yang

terdapat mendekati sempurna (koefisien relasi tinggi) (Algifari, 2000:

84).

Diagnosis secara sederhana terhadap adanya multikolinearitas

di dalam model regresi salah satunya adalah melalui nilai thitung , r2 dan

f hitung , jika r2 tinggi nilai fhirtung tinggi sedangkan nilai thitung sangat

rendah, maka kemungkinan terdapat multikolinearitas dalam model

tersebut.

Beberapa prosedur koreksi jika multikolinearitas ditemukan

adalah dengan memperbesar ukuran sampel atau menghilangkan salah

satu atau beberapa variabel yang mempunyai korelasi tinggi dari model

regresi atau dengan mentranformasi variabel (nilai variabel yang

digunakan mundur satu tahun.

c. Heteroskedastisitas
40

Heteroskedastisitas adalah adanya variansi variabel dalam

model regresi tidak sama ( konstan). Salah satu cara untuk

mendiagnosis adanya heteroskedastisitas dalam suatu model regresi

adalah dengan uji Glesjer. Uji ini dilakukan dengan membuat model

regresi yang melibatkan nilai absolut residual ( │e│), sebagai variabel

dependen terhadap semua variabel independen. Jika semua variabel

independen signifikan secara statistik, maka terdapat

heteroskedastisitas.

Untuk menghilangkan heteroskedastisitas dilakukan dengan

mentransformasi variabel menjadi log, kemudian di antilog kan

sehingga diperoleh model regresi yang baru (Algifari, 2000: 88)

d. Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara anggota–anggota

serangkaian observasi yang tersusun dalam rangkaian waktu atau yang

tersusun dalam rangkaian ruang ( Sumodiningrat, 1999: 231). Untuk

melihat adanya autokorelasi, digunakan uji Durbin-Watson (Uji Dw)

dengan menentukan besarnya α, k dan n dapat diketahui melalui tabel

Dw.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN


4.1.1 Gambaran Umum KPRI di Kabupaten Temanggung
4.1.1.1 Tujuan Didirikannya KPRI di Kabupaten Temanggung
Pada awalnya tujuan pendirian koperasi pegawai Republik

Indonesia (KPRI) adalah didasarkan pada dorongan untuk membantu

meringankan beban pegawai negeri dalam memenuhi kebutuhannya

serta meningkatkan kesejahteraannya. Pegawai negeri adalah orang

yang mengabdikan diri pada negara karenanya masalah kesejahteraan

selayaknya menjadi perhatian.

Selain tujuan yang lebih bersifat materi tersebut, didirikannya

KPRI juga ditujukan pada upaya pendidikan berorganisasi. Pendidikan

berorganisasi ini diartikan pada penghayatan dan pengalaman jiwa-jiwa

koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional. Dengan kondisi

demikian, diharapkan tumbuhnya militansi jiwa berkoperasi pada

pegawai negeri anggotanya. Jadi, tujuan didirikannya koperasi adalah1)

Minimal mempertahankan tingkat hidup anggotanya sebagai landasan

pangkal tolak dan untuk menigkatkan tingkat hidupnya, 2) Maksimal

memperbaiki kualitas hidup anggotanya.

4.1.1.2 Jenis Usaha


Setiap KPRI di Kabupaten Temanggung memiliki unit usaha yang

berupa perkreditan atau simpan pinjam. Disamping memiliki USP,

41
42

sebagian besar KPRI di Kabupaten Temanggung juga memiliki unit

pertokoan atau Waserda yang menjual aneka macam barang kebutuhan

anggota. Selain USP dan Waserda tersebut, beberapa diantara KPRI

tersebut juga mengembangkan unit usaha-usaha jasa lainnya seperti:

wartel, fotocopy, warnet, bengkel, persewaan kursi dan lain-lain. Data

terakhir pada tahun 2005 mengenai unit usaha-usaha yang telah

diselenggarakan oleh KPRI yang terambil sebagai sampel dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3: Unit Usaha pada KPRI Sampel di Kabupaten Temanggung

No Nama KPRI Jenis Usaha


1 Bangkit USP, Waserda
2 Bhakti praja USP, Waserda
3 Among Siswo USP
4 Bina Husada USP
5 Goritra USP,Waserda
6 Handayani USP,Waserda
7 Lugu USP,Waserda, Lebah Madu dan usaha lain
8 Mekar USP,Waserda
9 Serba Usaha USP,Waserda, fotocopy
10 Kencana USP,Waserda
11 Sadar USP,Waserda
12 Sehat USP,Waserda
13 Sidodadi USP,Waserda
14 Swakarya b. ekonomi USP
15 Trijaya USP,Transportasi, Bengkel dan Sijakop
Sumber: Data Laporan RAT KPRI di Kabupaten Temanggung
1) Unit Usaha Pertokoan
Unit pertokoan (waserda) pada KPRI di Kabupaten Temangggung

diutamakan untuk melayani kebutuhan anggota berupa barang secara

kontan maupun secara kredit barang, baik barang yang telah ada pada unit

pertokoan maupun yang dipesan oleh anggota. Barang-barang yang dijual


43

pada unit pertokoan antara lain barang-barang konsumsi, alat-alat tulis

kantor, konfeksi dan sebagainya. Selain menjual persediaan barang sendiri,

pada unit pertokoan juga dilaksanakan sistem konsinyasi, yaitu

menjualkan barang tetapi yang dimiliki oleh partner usaha lain.

Keuntungan yang diterima dari penjualan barang konsinyasi ini adalah

berupa pendapatan komisi.

2) Unit Simpan Pinjam atau Perkreditan


USP pada KPRI di Kabupaten Temanggung merupakan unit usaha

unggulan yang paling banyak memberikan manfaat pada anggotanya.

Dikatakan unit usaha unggulan karena hal ini dibuktikan dengan makin

meningkatnya volume kredit atau pinjaman yang diberikan (Lihat

Lampiran 4) kepada anggota dari untuk keperluan konsumsi rumah tangga

sampai biaya untuk pendidikan putra-putrinya. Rata-rata volume kredit

pada USP KPRI Sampel di Kabupaten Temanggung tahun 2003-2005

dapat dilihat pada tabel 4 berikut:

Tabel 4: Rata-rata Volume Pinjaman pada USP KPRI Sampel di


Kabupaten Temanggung

Tahun Volume Pinjaman USP


2003 762.072.347,87
2004 902.060.636,80
2005 953.538.082,67
Rata-rata 873.223.689,10
Sumber : Laporan Keuangan KPRI di Kabupaten Temanggung yang diolah

Pinjaman yang diberikan oleh KPRI yang terambil sebagai sampel

dalam penelitian ini dapat digolongkan dengan dasar waktu pinjaman

sehingga pinjaman ini tergolong menjadi:


44

- Pinjaman Jangka Pendek

Pinjaman jangka pendek di KPRI Temanggung ada 3 jangka waktu yang

sudah ditetapkan yaitu 10 bln, 12 bln, dan 15 bln.

- Pinjaman Jangka Panjang

Pinjaman jangka panjang di KPRI Temanggung jangka waktu yang

sudah ditetapkan yaitu 20 bln, 24 bln, 30 bln, 36 bln, 48 bln dan 3 thn.

- Pinjaman Sebrakan

Pinjaman sebrakan di KPRI Kabupaten Temanggung jangka waktu yang

ditetapkan adalah 1 bln.

Selain melayani pinjaman kepada anggota, beberapa KPRI di

Kabupaten Temanggung juga melayani pinjaman kepada non anggota.

4.1.1.3 Keanggotaan pada KPRI di Kabupaten Temanggung


Koperasi merupakan salah satu bentuk dari berbagai macam badan

usaha. Sebagai salah satu badan usaha yang membedakan dengan badan

usaha lainnya, tentunya koperasi memiliki perbedaan yang jelas apabila

dibandingkan dengan jenis badan usaha lain. Perbedaan tersebut salah

satunya terutama terletak pada masalah keanggotaan. KPRI sebagai

koperasi primer didirikan dengan berdasar pada ketentuan yang berlaku

bahwa minimal anggotanya adalah 20 orang anggota yang didasarkan

pada prinsip sukarela.

Jumlah anggota akan mempengaruhi permodalan pada KPRI di

Kabupaten Temanggung. Banyak sedikitnya anggota pada KPRI akan

menentukan pada besar kecilnya simpanan pokok - simpanan wajib


45

(SPSW) serta volume usaha yang dicapai KPRI. Daftar yang

menunjukkan keadaan jumlah anggota pada KPRI yang terambil sebagai

sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5 berikut:

Tabel 5: Jumlah Anggota pada KPRI Sampel di Kabupaten Temanggung

No Nama KPRI Tahun Rata-rata


2003 2004 2005 orang
1 Bangkit 258 252 242 251
2 Bhakti praja 710 710 709 710
3 Among Siswo 239 230 227 232
4 Bina Husada 561 582 590 578
5 Goritra 45 41 40 42
6 Handayani 380 371 354 368
7 Lugu 272 268 264 268
8 Mekar 112 116 116 115
9 Serba Usaha 69 79 80 78
10 Kencana 146 146 144 145
11 Sadar 541 552 556 550
12 Sehat 340 339 342 340
13 Sidodadi 55 54 53 54
14 Swakarya b. ekonomi 60 61 60 60
15 Trijaya 302 309 175 262
Sumber: Data Laporan RAT KPRI di Kabupaten Temanggung

4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian


4.1.2.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada penelitian ini adalah berupa variabel

bebas yang meliputi current ratio, cash ratio, receivable turnover dan

cash turnover serta variabel terikat yaitu tingkat rentabilitas ekonomi pada

KPRI di Kabupaten Temanggung tahun 2003-2005.

1. Current Ratio
Rasio yang paling umum digunakan untuk menganalisis posisi

modal kerja koperasi adalah current ratio yaitu perbandingan antara


46

jumlah aktiva dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan bahwa nilai

kekayaan lancar ada sekian kalinya hutang jangka pendek

Deskripsi mengenai tingkat Current Ratio pada KPRI USP Sampel

di Kabupaten Temangggung selama tahun 2003-2005 tampak pada

lampiran 2. Tingkat current ratio pada USP pada masing-masing KPRI

sampel di Kabupaten Temanggung Tahun 2003-2005 dapat dirangkum

dalam tabel 6 berikut:

Tabel 6: Tingkat Current Ratio USP pada KPRI Sampel di Kabupaten


Temanggung Tahun 2003-2005

No Nama KPRI Current Ratio (%) Rata-rata


2003 2004 2005
1 Bangkit 360.25 320.92 392.21 357.79
2 Bhakti praja 110.25 120.93 113.31 114.83
3 Among Siswo 153.09 133.63 136.46 141.06
4 Bina Husada 293.76 358.02 255.25 302.34
5 Goritra 238.70 233.63 259.75 244.03
6 Handayani 126.59 122.67 120.33 123.20
7 Kencana 433.46 335.86 310.75 360.02
8 Lugu 277.43 282.56 282.22 280.74
9 Mekar 215.96 207.89 184.59 202.81
10 Serba Usaha 136.26 138.68 129.25 134.73
11 Sadar 582.59 409.25 339.01 443.62
12 Sehat 355.77 268.43 248.27 290.82
13 Sidodadi 204.33 310.06 176.62 230.34
14 Swakarya b. ekonomi 236.48 252.47 220.94 236.63
15 Trijaya 107.44 214.41 400.23 240.69
Rata-Rata Gabungan 255.49 247.29 237.95 246.91
Sumber: LapKeu KPRI di Kabupaten Temanggung

Dalam tabel 6, diketahui bahwa tingkat current ratio tertinggi selama

tahun 2003-2005 terjadi pada KPRI Sadar dengan rata-rata sebesar

443.62% pertahun. Ini berarti bahwa rata-rata setiap Rp. 1.000.000,00


47

Hutang Lancar dijamin dengan Aktiva lancar rata-rata sebesar Rp

4.436.200,00. Rata-rata tingkat current ratio yang dicapai oleh KPRI

Sadar ini diperoleh karena Aktiva lancar rata-rata yang dicapai adalah

sebesar Rp 1.814.806.569,00. Dengan menggunakan Hutang lancar rata-

rata Rp 450.074.066,70 Pertahun.

Dalam tabel 6, juga diketahui bahwa tingkat current ratio terendah

selama tahun 2003-2005 terjadi pada KPRI Bhakti Praja dengan rata-rata

sebesar 114.83% pertahun. Ini berarti bahwa rata-rata setiap Rp.

1.000.000,00 Hutang Lancar dijamin dengan Aktiva lancar rata-rata

sebesar Rp 1.148.300,00. Rata-rata tingkat current ratio yang dicapai oleh

KPRI Bhakti Praja ini diperoleh karena Aktiva lancar rata-rata yang

dicapai adalah sebesar Rp 1.341.728.777,00. Dengan menggunakan

Hutang lancar rata-rata Rp 1.170.997.065,00 Pertahun

Rata-rata tingkat current ratio yang dicapai pada KPRI di

Kabupaten Temanggung selama Tahun 2003-2005 adalah sebesar 246.91

%. Ini berarti bahwa rata-rata setiap Rp. 1.000.000,00 Hutang Lancar

dijamin dengan Aktiva lancar rata-rata sebesar Rp 2.469.100,00

2. Acid Test Ratio

Rasio ini menunjukkan kemampuan koperasi dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang lebih likuid yang

yang tersedia di dalam koperasi. Rasio ini menunjukkan perbandingan

antara akiva lancar dikurangi dengan persediaan dengan hutang lancar.


48

Deskripsi mengenai tingkat Acid Test Ratio pada KPRI USP

Sampel di Kabupaten Temangggung selama tahun 2003-2005 tampak pada

lampiran 3. Tingkat Acid Test ratio pada USP pada masing-masing KPRI

sampel di Kabupaten Temanggung tahun 2003-2005 dapat dirangkum

dalam tabel 7 berikut:

Tabel 7: Tingkat Acid Test Ratio USP pada KPRI sampel di Kabupaten
Temanggung Tahun 2003-2005

No Nama KPRI Acid Test Ratio (%) Rata-rata


2003 2004 2005
1 Bangkit 360.25 320.92 392.21 357.79
2 Bhakti praja 110.25 120.93 113.31 114.83
3 Among Siswo 153.09 133.63 136.46 141.06
4 Bina Husada 288.37 135.92 244.95 223.08
5 Goritra 238.70 233.63 259.75 244.03
6 Handayani 126.57 122.67 120.31 123.18
7 Kencana 433.46 335.86 310.75 360.02
8 Lugu 277.43 282.56 282.22 280.74
9 Mekar 215.96 207.89 184.59 202.81
10 Serba Usaha 136.24 138.62 129.21 134.69
11 Sadar 582.59 409.25 339.01 443.62
12 Sehat 355.77 268.43 248.27 290.82
13 Sidodadi 204.33 310.06 176.62 230.34
14 Swakarya b. ekonomi 236.39 252.44 220.86 236.56
15 Trijaya 107.44 195.28 376.38 226.36
Rata-Rata Gabungan 255.12 231.20 235.66 240.66
Sumber: LapKeu KPRI di Kabupaten Temanggung

Dalam tabel 7, diketahui bahwa tingkat Acid test ratio tertinggi

selama tahun 2003-2005 terjadi pada KPRI Sadar dengan rata-rata sebesar

443.62% pertahun. Ini berarti bahwa rata-rata setiap Rp. 1.000.000,00

Hutang Lancar dijamin dengan kas+Bank+Piutang rata-rata sebesar Rp

4.436.200,00. Rata-rata tingkat cash ratio yang dicapai oleh KPRI Sadar
49

ini diperoleh karena Kas+Bank+Piutang rata-rata yang dicapai adalah

sebesar Rp 1.814.806.569,00. Dengan menggunakan Hutang Lancar rata-

rata Rp. 450.074.066,70 Pertahun.

Dalam tabel 7, diketahui juga bahwa tingkat acid test ratio

terendah selama tahun 2003-2005 terjadi pada KPRI Bhakti Praja dengan

rata-rata sebesar 114.83% pertahun. Ini berarti bahwa rata-rata setiap Rp.

1.000.000,00 Hutang Lancar dijamin dengan Kas+Bank+Piutang rata-rata

sebesar Rp. 1.148.300,00. Rata-rata tingkat acid test ratio yang dicapai

oleh KPRI Bhakti Praja ini diperoleh karena Kas+Bank+Piutang rata-rata

yang dicapai adalah sebesar Rp. 1.341.728.777,00. Dengan menggunakan

Hutang lancar rata-rata Rp. 1.170.997.065,00 Pertahun.

Rata-rata tingkat cash ratio yang dicapai pada KPRI di Kabupaten

Temanggung selama Tahun 2003-2005 adalah sebesar 240.66%. Ini berarti

bahwa rata-rata setiap Rp. 1.000.000,00 Hutang Lancar dijamin dengan

Kas dan Bank rata-rata sebesar Rp. 2.406.600,00.

3. Receivable Turnover

Receivable Turnover adalah perputaran sejumlah modal kerja yang

tertanam dalam piutang dalam satu periode akuntansi. Dengan demikian,

tingkat perputaran piutang menunjukkan kecepatan kembalinya modal

kerja yang tertanam pada piutang menjadi kas kembali melalui penagihan.

Kecepatan tingkat perputaran piutang sangat dipengaruhi oleh syarat

pembayaran piutang tersebut, makin lunak syarat pembayaran piutang


50

maka piutang akan dilunasi dengan waktu yang cukup lama atau lambat

kembalinya sehingga tingkat perputaran akan menjadi rendah. Demikian

sebaliknya apabila syarat pembayarannya ketat, maka pinjaman akan

dilunasi dengan cepat.

Deskripsi mengenai tingkat Receivable Turnover pada KPRI USP

Sampel di Kabupaten Temangggung selama tahun 2003-2005 tampak pada

lampiran 4. Tingkat perputaran piutang pada USP pada masing-masing

KPRI sampel di Kabupaten Temanggung tahun 2003-2005 dapat

dirangkum dalam tabel 8 berikut:

Tabel 8: Tingkat Perputaran Piutang USP pada KPRI sampel di


Kabupaten Temanggung Tahun 2003-2005

No Nama KPRI Receivable Turnover (Kali) Rata-rata


2003 2004 2005
1 Bangkit 1.47 1.19 1.18 1.29
2 Bhakti praja 1.13 0.56 0.37 0.68
3 Among Siswo 1.25 1.32 1.22 1.26
4 Bina Husada 0.46 1.60 1.56 1.21
5 Goritra 1.34 1.96 1.65 1.65
6 Handayani 1.52 1.44 1.15 1.37
7 Kencana 1.83 1.79 1.71 1.78
8 Lugu 0.46 0.50 0.36 0.44
9 Mekar 0.71 1.00 0.96 0.89
10 Serba Usaha 2.17 2.46 1.20 1.94
11 Sadar 1.30 1.48 1.48 1.42
12 Sehat 1.40 1.46 1.54 1.47
13 Sidodadi 2.35 2.62 1.84 2.27
14 Swakarya b. ekonomi 2.12 2.04 1.10 1.75
15 Trijaya 1.65 1.16 0.99 1.26
Rata-Rata Gabungan 1.41 1.50 1.22 1.38
Sumber: LapKeu KPRI di Kabupaten Temanggung

Dalam tabel 8, diketahui bahwa selama tahun 2003-2005 tingkat

perputaran piutang tertinggi terjadi pada KPRI Sidodadi dengan rata-rata


51

sebesar 2.27 kali pertahun. Ini berarti bahwa rata-rata piutang yang

terdapat pada modal kerja unit Simpan Pinjam terkumpul kembali dalam

waktu 160.33 hari atau 160 hari. Tingkat perputaran piutang ini diperoleh

karena rata-rata volume pinjaman yang diberikan oleh KPRI Sidodadi

selama tahun 2003-2005 adalah Rp 246.010.713,30. Sedangkan rata-rata

piutang adalah Rp 109.563.209,20.

Dalam tabel 8 tersebut juga diketahui bahwa selama tahun 2003-

2005 tingkat perputaran piutang terendah terjadi pada KPRI Lugu dengan

rata-rata sebesar 0.44 kali pertahun. Ini berarti bahwa rata-rata piutang

yang terdapat pada modal kerja unit Simpan Pinjam terkumpul kembali

dalam waktu 827,50 hari atau 828 hari. Tingkat perputaran piutang ini

diperoleh karena rata-rata volume pinjaman yang diberikan oleh KPRI

Lugu selama tahun 2003-2005 adalah Rp 469.428.250,00. Sedangkan rata-

rata piutang adalah Rp 1.079.037.500,00.

Rata-rata tingkat perputaran piutang USP pada KPRI di Kabupaten

Temanggung selama Tahun 2003-2005 adalah 1.38 kali. Ini berarti pula

bahwa rata-rata piutang yang tertanam dalam modal kerja terkumpul

kembali dalam waktu 299,04 hari atau 299 hari.

4. Cash Turnover

Perputaran Kas adalah perputaran sejumlah modal kerja yang

tertanam dalam kas dan bank dalam satu periode akuntansi. Perputaran kas

diketahui dengan membandingkan antara jumlah pemberian pinjaman


52

dengan jumlah kas rata-rata. Dengan demikian tingkat perputaran kas

menunjukkan kecepatan kembalinya modal kerja yang tertanam pada kas

atau setara kas menjadi kas kembali melalui pendapatan.

Deskripsi mengenai tingkat Cash Turnover pada KPRI USP

Sampel di Kabupaten Temangggung selama tahun 2003-2005 tampak pada

lampiran 5.Tingkat perputaran kas pada USP pada masing-masing KPRI

sampel di Kabupaten Temanggung tahun 2003-2005 dapat dirangkum

dalam tabel 9 berikut:

Tabel 9: Tingkat Perputaran Kas USP pada KPRI Sampel di


Kabupaten Temanggung Tahun 2003-2005

Cash Turnover (Kali) Rata-rata


No Nama KPRI
2003 2004 2005
1 Bangkit 110.1.51 50.29 46.29 399.36
2 Bhakti praja 158 31.60 13.25 67.62
3 Among Siswo 923.13 126.05 132.31 393.83
4 Bina Husada 15.87 359.10 51.62 142.20
5 Goritra 11.17 19.05 29.34 19.85
6 Handayani 139.96 153.09 50.77 114.60
7 Kencana 52.83 66.64 123.50 80.99
8 Lugu 37.84 38.94 47.04 41.27
9 Mekar 47.68 52.56 46.86 49.03
10 Serba Usaha 59.12 93.33 95.65 82.7
11 Sadar 82.18 293.78 331.53 235.83
12 Sehat 100.63 142.26 292.15 178.35
13 Sidodadi 27.81 30.91 43.11 33.94
14 Swakarya b. ekonomi 25.66 18.20 10.12 17.99
15 Trijaya 29.42 23.74 76.36 43.17
Rata-Rata Gabungan 187.52 99.97 92.66 126.72
Sumber: LapKeu KPRI di Kabupaten Temanggung

Dalam tabel 9, diketahui bahwa selama tahun 2003-2005 tingkat

perputaran kas tertinggi terjadi pada KPRI Bangkit dengan rata-rata


53

sebesar 399.66 kali pertahun. Ini berarti bahwa rata-rata kas yang terdapat

pada modal kerja unit Simpan Pinjam terkumpul kembali dalam waktu

5.25 atau 5 hari. Tingkat perputaran kas ini diperoleh karena rata-rata

volume pinjaman yang diberikan oleh KPRI Bangkit selama tahun 2003-

2005 adalah Rp 896.118.166,70. Sedangkan rata-rata kas adalah Rp

13.061.942,50

Dalam tabel 9 tersebut juga diketahui bahwa selama tahun 2003-

2005 tingkat perputaran kas terendah terjadi pada KPRI Swakarya bina

ekonomi dengan rata-rata sebesar 17.99 kali pertahun. Ini berarti bahwa

rata-rata kas yang terdapat pada modal kerja unit Simpan Pinjam

terkumpul kembali dalam waktu 22,86 atau 23 hari. Tingkat perputaran

kas ini diperoleh karena rata-rata volume pinjaman yang diberikan oleh

KPRI Swakarya Bina Ekonomi selama tahun 2003-2005 adalah Rp

245.523.333,33. Sedangkan rata-rata kas adalah Rp 15.592.433,67.

Rata-rata tingkat perputaran kas USP pada KPRI di Kabupaten

Temanggung selama Tahun 2003-2005 adalah 126.72 kali. Ini berarti pula

bahwa rata-rata kas yang tertanam dalam modal kerja terkumpul kembali

dalam waktu 6,026 hari atau 6 hari.

5. Rentabilitas Ekonomi

Rentabilitas ekonomi merupakan gambaran kemampuan koperasi

dalam memperoleh laba atau SHU dengan seluruh asset yang dimilikinya.

Rentabilitas ekonomi KPRI diketahui dengan membandingkan antara SHU


54

yang diperoleh dengan seluruh asset yang digunakan pada periode

tersebut. Dengan demikian, rentabilitas ekonomi dapat digunakan sebagai

ukuran efisiensi penggunaan selurus asset yang dimilikinya untuk

memperoleh SHU dalam satu periode akuntansi.

Deskripsi mengenai tingkat Rentabilitas Ekonomi pada KPRI USP

Sampel di Kabupaten Temangggung selama tahun 2003-2005 tampak pada

lampiran 5. Tingkat rentabilitas ekonomi pada USP pada masing-masing

KPRI sampel di Kabupaten Temanggung tahun 2003-2005 dapat

dirangkum dalam tabel 10 berikut:

Tabel 10: Tingkat Rentabilitas Ekonomi USP pada KPRI sampel di


Kabupaten Temanggung Tahun 2003-2005

No Nama KPRI Rentabilitas (%) Rata-rata


2003 2004 2005
1 Bangkit 2.00 1.90 2.22 2.04
2 Bhakti praja 0.37 6.91 2.50 3.26
3 Among Siswo 13.70 10.41 11.40 11.84
4 Bina Husada 11.09 10.01 9.29 10.13
5 Goritra 5.69 5.64 5.29 5.54
6 Handayani 7.36 8.19 6.71 7.42
7 Kencana 4.03 3.71 3.46 3.73
8 Lugu 7.82 7.04 8.64 7.83
9 Mekar 8.21 9.64 9.32 9.06
10 Serba Usaha 8.17 9.70 10.18 9.35
11 Sadar 6.47 8.21 7.57 7.42
12 Sehat 3.19 2.32 2.06 2.52
13 Sidodadi 11.12 10.38 6.35 9.28
14 Swakarya b. ekonomi 14.14 7.90 9.12 10.38
15 Trijaya 0.43 6.29 3.01 3.24
Rata-Rata Gabungan 6.92 7.22 6.87
6.47
Sumber: LapKeu KPRI di Kabupaten Temanggung
55

Dalam tabel 10, diketahui bahwa tingkat rentabilitas ekonomi

tertinggi selama tahun 2003-2005 terjadi pada KPRI Among Siswo dengan

rata-rata sebesar 11.84% pertahun. Ini berarti bahwa rata-rata setiap Rp.

1.000.000,00 aktiva yang digunakan akan menghasilkan SHU rata-rata

sebesar Rp.118.400,00. Rata-rata tingkat rentabilitas ekonomi yang dicapai

oleh KPRI Among Siswo ini diperoleh karena SHU rata-rata yang dicapai

adalah sebesar Rp 86.269.016,33. Dengan menggunakan asset rata-rata Rp

741.795.659,00 Pertahun.

Dalam tabel 10, diketahui juga bahwa tingkat rentabilitas ekonomi

terendah selama tahun 2003-2005 terjadi pada KPRI Bangkit dengan rata-

rata sebesar 2.04% pertahun. Ini berarti bahwa rata-rata setiap Rp.

1.000.000,00 aktiva yang digunakan akan menghasilkan SHU rata-rata

sebesar Rp. 20.400,00. Rata-rata tingkat rentabilitas ekonomi yang dicapai

oleh KPRI Bangkit ini diperoleh karena SHU rata-rata yang dicapai adalah

sebesar Rp 17.427.660,67. Dengan menggunakan asset rata-rata Rp

853.003,30. Pertahun.

Rata-rata tingkat rentabilitas ekonomi yang dicapai pada KPRI di

Kabupaten Temanggung selama Tahun 2003-2005 adalah sebesar 6.87 %.

Ini berarti bahwa setiap Rp. 1.000.000,00 aktiva yang digunakan akan

menghasilkan SHU rata-rata sebesar Rp. 68.700,00.


56

4.1.2.2 Analisis Efektivitas Variabel Penelitian

Analisis pada uraian diatas masih belum lengkap karena belum

terdapat penilaian efektivitas atau tingkat efisiensi maing-masing variabel

penelitian. Suatu rasio tidak banyak artinya jika tidak dinilai berdasarkan

patokan atau perbandingan yang tepat. Tanpa menggunakan patokan,

analisis tidak dapat menentukan apakah suatu rasio baik atau tidak baik.

Untuk mengetahui efisiensi rasio pada KPRI USP Sampel di Kabupaten

Temanggung perlu dibandingkan dengan rasio pembanding yang

digunakan sebagai standar. Berdasarkan standar dari Depkop &UKM

2002 maka rata-rata Rasio Likuiditas, rasio Aktivitas dan Rentabilitas

dapat diketahui dibawah ini:

1. Current Ratio

Tabel 11: Efektivitas Current Ratio Tahun 2003-2005

No Nama KPRI Rata-rata Kriteria


1 Bangkit 357.79 Kurang efisien
2 Bhakti praja 114.83 Kurang efisien
3 Among Siswo 141.06 Cukup efisien
4 Bina Husada 302.34 Kurang efisien
5 Goritra 244.03 Efisien
6 Handayani 123.20 Kurang efisien
7 Kencana 360.02 Kurang efisien
8 Lugu 280.74 Kurang efisien
9 Mekar 202.81 Sangat efisien
10 Serba Usaha 134.73 Cukup efisien
11 Sadar 443.62 Kurang efisien
12 Sehat 290.82 Kurang efisien
13 Sidodadi 230.34 Efisien
14 Swakarya b. ekonomi 236.63 Efisien
15 Trijaya 240.69 Efisien
Rata-rata gabungan 246.91 Efisien
Sumber: Lapkeu KPRI di Kabupaten Temanggung
57

Dari 15 KPRI USP Sampel yang memiliki Current ratio paling

efektif yaitu KPRI Mekar. Sedangkan yang memiliki Current ratio kurang

efektif adalah KPRI Bangkit, KPRI Bhakti Praja, KPRI Bina Husada,

KPRI Handayani, KPRI Kencana, KPRI Lugu, KPRI Sadar dan KPRI

Sehat. Rata-rata Current Ratio tahun 2003-2005 berada dalam kriteria

efisien bila dibandingkan dengan Standar Pengukuran dari Depkop&UKM

Tahun 2002.

2. Acid Test Ratio

Tabel 12: Efektivitas Acid Test Ratio Tahun 2003-2005

No Nama KPRI Rata-rata Kriteria


1 Bangkit 357.79 Kurang efisien
2 Bhakti praja 114.83 Kurang efisien
3 Among Siswo 141.06 Cukup efisien
4 Bina Husada 223.08 Efisien
5 Goritra 244.03 Efisien
6 Handayani 123.18 Kurang Efisien
7 Kencana 360.02 Kurang efisien
8 Lugu 280.74 Kurang efisien
9 Mekar 202.81 Sangat efisien
10 Serba Usaha 134.69 Cukup Efisien
11 Sadar 443.62 Kurang efisien
12 Sehat 290.82 Kurang efisien
13 Sidodadi 230.34 Efisien
14 Swakarya b. ekonomi 236.56 Efisien
15 Trijaya 226.36 Efisien
Rata-rata gabungan 240.66 Efisien
Sumber: Lapkeu KPRI di Kabupaten Temanggung

Dari 15 KPRI USP Sampel yang memiliki acid test ratio paling

efektif yaitu KPRI Mekar. Sedangkan yang memiliki acid test ratio kurang

efektif adalah KPRI Bangkit, KPRI Bhakti Praja, KPRI Handayani, KPRI

Kencana, KPRI Lugu, KPRI Sadar dan KPRI Sehat. Rata-rata acid test
58

Ratio Tahun 2003-2005 berada dalam Kriteria Efisien bila dibandingkan

dengan Standar Pengukuran dari Depkop&UKM Tahun 2002.

3. Receivable Turnover

Tabel 13: Efektivitas Receivable Turnover Tahun 2003-2005

No Nama KPRI Rata-rata Kriteria


1 Bangkit 1.29 Kurang Efisien
2 Bhakti praja 0.68 Kurang Efisien
3 Among Siswo 1.26 Kurang Efisien
4 Bina Husada 1.21 Kurang Efisien
5 Goritra 1.65 Kurang Efisien
6 Handayani 1.37 Kurang Efisien
7 Kencana 1.78 Kurang Efisien
8 Lugu 0.44 Kurang Efisien
9 Mekar 0.89 Kurang Efisien
10 Serba Usaha 1.94 Kurang Efisien
11 Sadar 1.42 Kurang Efisien
12 Sehat 1.47 Kurang Efisien
13 Sidodadi 2.27 Kurang Efisien
14 Swakarya b. ekonomi 1.75 Kurang Efisien
15 Trijaya 1.26 Kurang Efisien
Rata-rata gabungan 1.38 Kurang Efisien
Sumber: Lapkeu KPRI di Kabupaten Temanggung

Dari 15 KPRI USP yang dijadikan sampel Receivable Turnover

berada dalam kriteria kurang efisien. Rata-rata tahun 2003-2005

Receivable Turnover berada dalam kriteria kurang efisien bila

dibandingkan dengan Standar Pengukuran Dari Depkop&UKM Tahun

2003-2005.

4. Cash Turnover
59

Tabel 14: Efektivitas Cash Turnover Tahun 2003-2005

No Nama KPRI Rata-rata Kriteria


1 Bangkit 399.36 Sangat Efisien
2 Bhakti praja 67.62 Sangat Efisien
3 Among Siswo 393.83 Sangat Efisien
4 Bina Husada 142.20 Sangat Efisien
5 Goritra 19.85 Cukup Efisien
6 Handayani 114.60 Sangat Efisien
7 Kencana 80.99 Sangat Efisien
8 Lugu 41.27 Efisien
9 Mekar 49.03 Sangat Efisien
10 Serba Usaha 82.7 Sangat Efisien
11 Sadar 235.83 Sangat Efisien
12 Sehat 178.35 Sangat Efisien
13 Sidodadi 33.94 Efisien
14 Swakarya b. ekonomi 17.99 Cukup Efisien
15 Trijaya 43.17 Efisien
Rata-rata gabungan 126.72 Sangat Efisien
Sumber: Lapkeu KPRI di Kabupaten Temanggung

Dari 15 KPRI USP yang dijadikan sampel Cash Turnover berada

dalam kriteria sangat efisien. Sedangkan yang berada dalam kriteria cukup

efisien adalah KPRI Goritra dan KPRI Swakarya b ekonomi. Rata-rata

tahun 2003-2005 Cash Turnover berada dalam kriteria sangat efisien bila

dibandingkan dengan Standar Pengukuran Dari Depkop&UKM Tahun

2003-2005

5. Rentabilitas Ekonomi
60

Tabel 15: Efektivitas Rentabilitas Ekonomi Tahun 2003-2005

No Nama KPRI Rata-rata Kriteria


1 Bangkit 2.04 Cukup efisien
2 Bhakti praja 3.26 Cukup efisien
3 Among Siswo 11.84 Sangat efisien
4 Bina Husada 10.13 Sangat efisien
5 Goritra 5.54 Efisien
6 Handayani 7.42 Efisien
7 Kencana 3.73 Cukup fisien
8 Lugu 7.83 Efisien
9 Mekar 9.06 Efisien
10 Serba Usaha 9.35 Efisien
11 Sadar 7.42 Efisien
12 Sehat 2.52 Cukup Efisien
13 Sidodadi 9.28 Efisien
14 Swakarya b. ekonomi 10.38 Sangat Efisien
15 Trijaya 3.24 Cukup Efisien
Rata-rata gabungan 6.87 Efisien
Sumber: Lapkeu KPRI di Kabupaten Temanggung
Dari 15 KPRI USP sampel yang memiliki Rentabilitas Ekonomi

paling efektif adalah KPRI Among Siswo, KPRI Swakarya b Ekonomi dan

KPRI Bina Husada. Sedangkan yang berada dalam kriteria cukup efisien.

adalah KPRI Bangkit, KPRI Bhakti Praja, KPRI Kencana, KPRI Sehat dan

KPRI Trijaya. Rata-rata tahun 2003-2005 Rentabilitas Ekonomi berada

dalam kriteria efisien bila dibandingkan dengan Standar Pengukuran Dari

Depkop&UKM Tahun 2003-2005.

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Deskriptif Kuantitatif


1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

variabel dependen dan variable independen keduanya mempunyai

distribusi normal (Ghozali 2001:74). Deteksi normalitas dapat dilakukan


61

dengan melihat histogram dari residualnya dan melihat persebaran data

pada sumbu diagonal.

Dari penelitian ini uji normal dapat dilihat pada grafik histrogram

dan grafik normal p-plot. Dari hasil histogram output SPSS dapat

dipahami bahwa data yang diuji dalam kisaran normal karena dari gambar

(lampiran 8) tersebut ada 1 batang yang menjulang, dari grafik normal p-

plot dapat diketahui bahwa sebaran data terletak di sekitar garis diagonal

dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga diindikasikan bahwa data

hasil penelitian ini dapat dikategorikan normal.

2. Analisis Regresi Berganda

Untuk mengetahui pola faktor-faktor yang mempengaruhi

Rentabilitas maka disusun persamaan dasar regresi yang menempatkan

rentabilitas sebagai variabel terikat dan current ratio, cash ratio,

receivable turnover dan cash turnover sebagai variabel bebas.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan program SPSS

release 11 for window dapat diperoleh output regresi linear berganda yang

diringkas dalam tabel 16 sebagai berikut:


62

Tabel 16 : Hasil Regresi Rasio Likuiditas dan Rasio Aktivitas


terhadap Rentabilitas
Keterangan Hasil
Konstanta (a) 7.695
Koefisien Current Ratio (b1) 0.008
Koefisien Acid Test Ratio (b2) -0.017
Koefisien Receivable Turnover (b3) 0.589
Koefisien Cash Turnover (b4) 0.000
Fhitung 1.069
Koefisien Determinasi (R2) 0.097
Adjusted 0.006
Koefisien regresi simultan (R) 0.311
Sumber: Lampiran 8

Dari Tabel 16 di atas dapat diketahui bahwa persamaan regresi

berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = 7,965 + 0,008X1 - 0,017X2 + 0,589X3 + 0,000X4

Dari persamaan regresi tersebut dapat diketahui bahwa, jika

Current ratio (X1) naik sebesar 1% sedang variabel lain (Acid Test Ratio,

Receivable Turnover dan Cash Turnover) dianggap konstan maka

rentabilitas (Y) akan naik sebesar 0.008 jika Acid Test Ratio (X2) naik

sebesar 1% sedang variabel lain dianggap konstan maka rentabilitas (Y)

akan turun sebesar 0.017, jika Receivable Turnover (X3) naik sebesar 1%,

sedang variabel lain dianggap konstan maka rentabilitas (Y) akan naik

sebesar 0.589, jika Cash turnover (X4) mengalami kenaikan atau

penurunan sebesar 1% sedang variabel lain dianggap konstan maka

rentabilitas (Y) tidak mengalami kenaikan atau penurunan.

3. Koefisien Determinasi

Dalam Uji regresi linear berganda ini dianalisis pula besarnya

koefisien determinasi (R2) secara keseluruhan. Koefisien determinasi


63

menunjukkan seberapa besar prosentase variabel independen (current

ratio, acid test ratio, receivable turnover dan cash urnover) secara

bersama-sama menerangkan variasi variabel dependen (Rentabilitas).

Hasil koefisien regresi (lampiran 8) hasil pengujian menunjukkan R2

sebesar 0,097 atau 9,7%. Jadi dapat dikatakan bahwa 9,7% perubahan

Rentabilitas disebabkan perubahan current ratio, acid test ratio, receivable

turnover dan cash turnover sedangkan 91,3 % sisanya disebabkan oleh

variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4. Uji Hipotesis

1) Uji F ( Simultan )

Uji F-statistik digunakan untuk membuktikan Hipotesis yang

menyatakan ada pengaruh antara rasio Likuiditas dan rasio Aktivitas

terhadap Rentabilitas KPRI di Kabupaten Temanggung. Pengujian ini

dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel.

Hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan release

11 for window SPSS (Lampiran 8) menunjukkan Fhitung sebesar 1,069

dengan signifikasi sebesar 0,384. Harga Ftabel dengan df (degree of

freedom) pembilang = 4 dan df penyebut = 40, a = 5% adalah 2,61

(lampiran 10). Dari hasil perhitungan menunjukkan Fhitung < Ftabel yaitu

1,069 < 2,61 atau kesimpulannya terima Ho artinya variabel

independen X1 dan X2 tersebut tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen atau Y.

2) Uji t ( Parsial )
64

Uji t-statistik dilakukan untuk menyelidiki lebih lanjut mana

diantara 4 variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap

rentabilitas. Uji t-statistik dilakukan dengan membandingkan nilai

thitung dengan ttabel. Taraf signifikasi 5%, harga ttabel dengan df = 40

adalah 1,684 ( lampiran 9)

Hasil pengujian menunjukkan sebagai berikut:

a. Variable current ratio memiliki thitung sebesar 0,523 dengan

demikian thitung < ttabel, maka dapat dikatakan variable current ratio

tidak berpengaruh terhadap rentabilitas. Karena nilai t dinyatakan

dalam tanda positif hubungan adalah searah. Semakin besar

current ratio maka rentabilitas akan mengikuti dengan mengalami

kenaikan. Di samping itu berdasarkan analisis SPSS nilai thitung

sebesar 0,523 berada dalam taraf signifikasi 0,604 (60,4%) yang

berarti di atas taraf signifikasi 0.05 (5%). Hal ini menunjukkan

bahwa current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap

Rentabilitas.

b. Variable acid test ratio memiliki thitung sebesar -1,070 Dengan

demikian thitung<ttabel, maka dapat dikatakan variable acid test ratio

tidak berpengaruh terhadap rentabilitas. Karena nilai t dinyatakan

dalam tanda negatif hubungan adalah berkebalikan. Semakin kecil

acid test ratio maka rentabilitas akan mengikuti dengan mengalami

kenaikan. Di samping itu berdasarkan analisis SPSS nilai thitung

sebesar -1, 070 berada dalam taraf signifikasi 0,291 (29,1%) yang
65

berarti diatas taraf signifikasi 0,05 (5%). Hal ini menunjukkan

bahwa acid test ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap

Rentabilitas.

c. Variabel receivable turnover memiliki thitung sebesar 0,609. Dengan

demikian thitung < ttabel, maka dapat dikatakan variabel receivable

turnover tidak berpengaruh terhadap rentabilitas. Karena nilai t

dinyatakan dalam tanda positif hubungan adalah searah. Semakin

tinggi receivable turnover maka rentabilitas akan mengikuti

dengan mengalami kenaikan. Di samping itu berdasarkan analisis

SPSS nilai thitung sebesar 0,609 berada dalam taraf signifikasi 0,546

(54,6%) yang berarti di atas taraf signifikasi 0,05 (5%). Hal ini

menunjukkan bahwa receivable turnover tidak berpengaruh

signifikan terhadap Rentabilitas.

d. Variable cash turnover memiliki thitung sebesar 0,645. Dengan

demikian thitung < ttabel, maka dapat dikatakan variable cash turnover

tidak berpengaruh terhadap rentabilitas. Karena nilai t dinyatakan

dalam tanda positif hubungan adalah searah. Semakin tinggi cash

turnover maka rentabilitas akan mengikuti dengan mengalami

kenaikan. Di samping itu berdasarkan analisis SPSS nilai thitung

sebesar 0,645 berada dalam taraf signifikasi 0,523 (52,3%) yang

berarti diatas taraf signifikasi 0,05 (5%). Hal ini menunjukkan

bahwa cash turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap

Rentabilitas.
66

5. Uji Asumsi Klasik

Model regresi dengan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary

least Square) merupakan model regresi yang menghasilkan estimator

linear tidak bias yang terbaik (Best Linear Unbias Estimator) jika

terpenuhi asumsi-asumsi klasik. Untuk menghindari penyimpangan

asumsi-asumsi klasik perlu dilakukan uji asumsi klasik. Model uji

asumsi klasik tersebut adalah :

1) Multikolinearitas

Penyimpangan asumsi klasik yaitu adanya multikolinearitas

dalam model yang dihasilkan artinya antara variabel independen yang

terdapat dalam model regresi memiliki hubungan yang sempurna.

Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas pada

suatu model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF

(variance inflation factor). Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada

penelitian tersebut. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel

17 berikut:

Tabel 17
Multikolinearitas
Coefficientsa

Model Collinearity Statistics


Tolerance VIF
1 (Constant)
Current Ratio .102 9.801
Cash ratio .102 9.764
RTO .994 1.006
CTO .986 1.014
a. Dependent Variable: Rentabilitas
Sumber: Data diolah
67

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai tolerance semua

variabel independen yaitu current ratio, cash ratio, receivable

turnover dan cash turnover > 0,10 sedang VIFnya < 10. Dari hasil

tersebut dapat diketahui tidak terjadi multikoleinaritas.

2) Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi atau hubungan yang terjadi

antara angota-angota dari serangkaian pengamatan yang tersusun

dalam rangkaian waktu (data time series). Salah satu pengujian yang

umum digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi adalah uji

statistik Durbin-Watson .

Tabel 18
Durbin-Watson Test
Hasil perhitungan Klasifikasi
<1.08 Ada autokorelasi
1.08-1.66 Tanpa kesimpulan
1.66-2.34 Tidak ada autokorelasi
2.34-2.92 Tanpa kesimpulan
>2.92 Ada autokorelasi
(Algifari,2000:89)

Dari hasil perhitungan mengunakan SPSS diketahui harga

statistik DW sebesar 2,167. Berdasarkan tabel autokorelasi, maka

dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi dalam penelitian ini.

3) Heteroskedastisitas

Penyimpangan asumsi klasik ini adalah adanya

heteroskedastisitas, artinya variabel-variabel dalam penelitian tidak

sama. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan uji scatterplot.


68

Dari grafik scatterplot (lampiran 8) yang diperoleh setelah data

diolah melalui SPSS dapat diketahui bahwa titik data menyebar secara

acak serta tersebar diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y.

Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi

tersebut.

4.2.2 Deskriptif Kualitatif


4.2.2.1 Pengaruh Likuiditas (current ratio, acid test ratio) dan Aktivitas

(receivable turnover, cash turnover) Terhadap Rentabilitas.

Berdasarkan hasil analisis regresi secara simultan menunjukkan

bahwa variabel Likuiditas (current ratio, acid test ratio) dan Aktivitas

(receivable turnover, cash turnover) secara bersama-sama tidak

berpengaruh terhadap rentabilitas.

Likuiditas melalui current ratio, acid test ratio dan Aktivitas

melalui receivable turnover, cash turnover ternyata tidak dapat dipakai

sebagai rasio yang representatif dalam mengukur kemampuan

kemampulabaan koperasi. Aktivitas merupakan rasio untuk mengetahui

seberapa efektif koperasi mengelola aktivanya. Aktiva tinggi asumsinya,

koperasi memiliki banyak aktiva, sehingga hal ini berdampak pada

semakin besarnya biaya modal, dengan biaya modal besar maka

mengindikasikan laba koperasi akan menurun. Disisi lain jika aktiva

terlalu rendah maka pelayanan kredit yang menguntungkan akan hilang.

Selain koperasi mempunyai pinjaman jangka panjang, disinyalir koperasi

juga mempunyai biaya operasional yang cukup besar sehingga


69

kemungkinan kas yang dimiliki digunakan untuk memenuhi aktivitas

operasional sehari-hari, sehingga banyak sedikitnya pemberian pinjaman

tidak mempengaruhi kemampuan koperasi dalam menciptakan laba.

Likuiditas dengan indikator current ratio dan acid test ratio tidak

berpengaruh terhadap Rentabilitas. Likuiditas efektif dapat diasumsikan

koperasi mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Namun

jika koperasi memiliki terlalu banyak kas berarti banyak dana yang

menganggur, kondisi ini menyebabkan koperasi tidak dapat

memaksimalkan pendapatannya. Sebaliknya bila likuiditas turun atau tidak

efektif maka mengindikasikan koperasi tidak mampu memenuhi kewajiban

jangka pendeknya karena kas yang tersedia terbatas. Hasil regresi

menunjukkan bahwa tidak terdapat rasio keuangan yang signifikan dalam

memprediksi pertumbuhan laba baik satu tahun maupun dua tahun.

4.2.2.2 Hasil Uji Parsial berdasarkan masing-masing indikator likuiditas dan

aktivitas terhadap rentabilitas.

Pengaruh Current Ratio (X1) terhadap Rentabilitas

Dari hasil uji parsial ternyata Current ratio tidak berpengaruh

signifikan terhadap rentabilitas karena harga signifikasi yang diperoleh

lebih besar dari 0,05 sehingga hasilnya Current ratio tidak berpengaruh

terhadap rentabilitas. Rasio ini menunjukkan hubungan aktiva lancar

menurut nilai-nilai rupiahnya. Jika rasio ini rendah dapat dikatakan

koperasi tidak akan dapat melunasi hutang jangka pendeknya dalam

kondisi keadaan darurat. Semakin tinggi rasio lancar menunjukkan adanya


70

kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang

dibutuhkan sekarang. Akan tetapi current ratio yang terlalu tinggi belum

tentu menjamin akan dapat dibayar hutang yang telah jatuh tempo karena

distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan.

Pengaruh Acid test Ratio (X2) terhadap Rentabilitas

Dari hasil uji parsial ternyata acid test ratio tidak berpengaruh

signifikan terhadap rentabilitas karena harga signifikasi yang diperoleh

lebih besar dari 0.05 sehingga hasilnya acid test ratio tidak berpengaruh

terhadap rentabilitas. Acid test ratio merupakan rasio untuk mengetahui

tingkat kemampuan koperasi memenuhi kewajiban jangka pendek dengan

aktiva lancar dikurangi persediaan koperasi. Berdasarkan hasil perhitungan

acid test ratio berada dalam kriteria efisien Semakin tinggi nilai acid test

ratio maka mengindikasikan harta lancar yang dimiliki koperasi

meningkat. Sehingga koperasi dapat memenuhi kewajiban jangka

pendeknya yang jatuh tempo melalui cash asset yang dimiliki, akan tetapi

jika terlalu tinggi ini juga dapat berarti banyak uang yang menganggur di

koperasi. Jika kredit mengalami penurunan, maka pendapatan bunga yang

berasal dari kredit juga menurun sehingga koperasi tidak dapat

memaksimalkan pemasukan. Dengan demikian, kemampuan koperasi

untuk menghasilkan laba belum dapat diketahui. Sebaliknya bila acid test

ratio rendah mengindikasikan adanya biaya modal yang harus dipenuhi

koperasi, disisi lain disinyalir bahwa pos pengeluaran koperasi tidak hanya
71

untuk biaya modal tetapi juga biaya operasional yang tinggi, dengan

demikian sedikit kesempatan untuk mencapai rentabilitas yang diinginkan.

Pengaruh Receivable Turnover (X3) terhadap Rentabilitas

Dari hasil uji parsial ternyata receivable turnover tidak

berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas karena harga signifikasi yang

diperoleh lebih besar dari 0,05 sehingga hasilnya receivable turnover tidak

berpengaruh terhadap rentabilitas. Perputaran piutang yang tinggi

menunjukkan bahwa koperasi efisien dalam memutarkan komponen modal

kerja. yaitu piutangnya yang tidak dapat ditagih pada waktunya. Secara

umum pengelolaan piutang dalam KPRI di Kabupaten Temanggung tahun

2003-2005 masih kurang efisien karena tingkat perputaran piutang ini

masih rendah apalagi bila dibandingkan dengan standar yang ditetapkan

oleh Depkop& PPKM yang menetapkan minimal 5 kali.

Perputaran yang rendah pada KPRI di Kabupaten Temanggung

disebabkan oleh jenis kredit yang diberikan dan besarnya plafon. Sebagian

besar kredit yang diberikan adalah jenis pinjaman jangka panjang yang

jangka waktu pengembaliannya lebih dari satu tahun sehingga waktu

pengumpulannya lama yang menyebabkan tingkat perputaran piutang

rendah dan tidak berpengaruh terhadap rentabilitas. Selain jenis pinjaman

tersebut besarnya plafon pinjaman serta bunga pinjaman juga

mempengaruhi besarnya SHU yang diterima. Plafon pinjaman yang besar

menimbulkan saldo piutang yang besar atau dana mengganggur pada

piutang. Bunga pinjaman yang rendah prosentasenya akan menyebabkan


72

penerimaan bunga menjadi sedikit. Dengan sedikitnya bunga yang

diterima maka SHU yang diperoleh jumlahnya kecil.

Perputaran modal piutang yang terlalu rendah atau lambat maka hal

ini menunjukkan belum efektifnya KPRI dalam mengelola usaha.

Banyaknya piutang yang tidak dapat ditagih pada waktunya menyebabkan

pendapatan yang berasal dan piutang menjadi kecil atau pun rendah.

Pengaruh Cash Turnover (X4) terhadap Rentabilitas

Berdasarkan hasil uji parsial Cash turnover tidak berpengaruh

signifikan terhadap rentabilitas karena mempunyai taraf signifikasi diatas

5% sehingga hasilnya diperoleh cash turnover tidak berpengaruh terhadap

rentabilitas. Pada USP Cash turnover adalah perbandingan antara jumlah

kredit yang diberikan dengan kas rata-rata. Tingkat perputaran kas

merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh koperasi.

Dikatakan sebagai ukuran efisiensi karena tingkat perputaran kas

menggambarkan kecepatan arus kas yang telah ditanamkan dalam modal

kerja. Dalam mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas

yang telah tertanam dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas

operasional perusahaan. Oleh karena itu, sumber kas dalam penelitian ini

adalah berasal dari pemberian kredit pada USP. Idealnya makin tinggi

tingkat perputaran kas berarti makin cepat kembalinya kas melalui

pelunasan kredit. Dengan demikian, kas dapat digunakan kembali untuk

membiayai operasional koperasi sehingga tidak menganggu kondisi

keuangan. Besarnya kas akan menaikkan tingkat likuiditas pada koperasi.


73

Meski demikian, koperasi akan mengalami kerugian karena makin

besarnya kas berarti makin besar uang yang menganggur sehingga laba

akan turun. Sebaliknya jika aliran kas masuk kecil dari pada aliran kas

keluar disebabkan koperasi mengejar profit maka kas yang tersedia

menjadi kecil.

Dilihat dari rata-ratanya, perputaran kas KPRI di Kabupaten

Temanggung berada dalam kriteria sangat efisien yaitu tahun 2003

perputaran kas 187,52 kali, tahun 2004 perputaran kas 237,24 kali, tahun

2005 perputaran kas 279,55 kali bila dibandingkan Standar pengukuran

DepKop& PPKM tingkat perputaran kas efisien 31- 44 kali. Ini

mengindikasikan tingkat perputaran kas yang terjadi terlalu tinggi berarti

banyak kas yang menganggur atau tidak digunakan untuk investasi

sehingga dapat mengakibatkan laba turun. Hasil penelitian menunjukkan

perputaran kas tinggi namun tidak mempunyai hubungan signifikan

terhadap rentabilitas. Faktor yang kemungkinan menjadi penyebab

mengapa tingkat perputaran kas yang tinggi tidak berhubungan sehingga

tidak berpengaruh adalah sistem pencatatan keuangan yang mempunyai

karakteristik tersendiri pada KPRI di Kabupaten Temanggung.

Secara umum indikator rasio keuangan yang diperoleh untuk

mengukur rentabilitas pada KPRI mempunyai pengaruh yang tidak

signifikan terhadap rentabilitas. Hal ini sesuai dengan konsep irrelevance

theory (Bringham& Houston, 2001:35) dimana terjadi ketidakrelevanan

antara teori yang ada dengan kenyataan yang sebenarnya dilapangan.


74

Disinyalir hal tersebut dikarenakan bahwa laporan keuangan yang

dipublikasikan merupakan laporan keuangan yang kedua atau yang telah

dimanipulasi sehingga terkesan laba yang dihasilkan pada laporan

keuangan tersebut kecil. Dalam Surifah ( 2000: 88) Output pos-pos

laporan keuangan yang disajikan pada publikasi ternyata bukan merupakan

analisis rasio keuangan, akan tetapi berasal dari strategi manajemen.

Demikian juga untuk mengetahui rentabilitas ternyata tidak sepenuhnya

dapat diukur dari rasio keuangan tetapi tergantung pada manajemen

koperasi dalam mengelola aspek-aspek yang berkaitan dengan laporan

keuangan.

Disisi lain koperasi dalam mempublikasikan laba (SHU) juga

memperhitungkan kondisi kebijakan pemerintah yang berhubungan

dengan pajak. Banyak pertimbangan yang harus dilakukan oleh koperasi,

misalnya terkait dengan laba sebelum pajak, koperasi mengambil strategi

untuk mempublikasikan laba sebelum pajak dengan nilai yang lebih kecil

dengan pertimbangan faktor pajak, bila labanya kecil maka pajaknya juga

akan rendah. Karena segala sesuatu berkaitan dengan pengenaan pajak,

maka manajemen koperasi biasanya lebih baik menghindari pajak dengan

menahan sebagian laba dengan asumsi dana tersebut digunakan untuk

menambah modal. Hal ini senada dengan teori preferensi pajak Merton

Miller dan Franco Modigliani.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata tahun 2003-2005 current ratio

berada dalam kriteria efisien, acid test ratio efisien, receivable turnover

kurang efisien dan cash turnover sangat efisien bila dibandingkan

dengan pengukuran dari Depkop& UKM tahun 2002. Perputaran

piutang yang kurang efisien pada KPRI di Kabupaten Temanggung

dikarenakan jenis pinjaman yang diberikan adalah pinjaman jangka

panjang yang waktu pengembalian piutangnya lama dan besarnya

plafon, sehingga banyak dana yang menganggur dalam piutang.

2. Tingkat rentabilitas pada KPRI Kabupaten Temanggung rata-rata tahun

2003-2005 berada dalam kriteria cukup baik bila dibandingkan dengan

pengukuran dari standar Depkop& UKM tahun 2005. Hal ini

disebabkan karena profit margin dan operating asset turnover tinggi.

Ini berarti bahwa laba yang diperoleh lebih besar dari modal kerja yang

tersedia dan perputaran aktiva optimal.

3. Dari hasil Hipotesis, Baik secara simultan maupun secara partial tidak

terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio likuiditas dan rasio

aktivitas terhadap rentabilitas. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji F,

diperoleh Fhitung sebesar 1,069 < F tabel sebesar 2,61 dan hasil uji t,

diperoleh masing-masing dari thitung < t tabel .

75
76

5.2 Saran

1. KPRI di Kabupaten Temanggung Modal sendiri yang berupa simpanan

pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela masih kecil agar

operasional itu bisa mencapai tingkat optimum maka perlu dinaikkan

simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarelanya agar

pencapaian tingkat rentabilitas baik.

2. KPRI USP di Kabupaten Temanggung perputaran piutang sangat kecil

nampak dari para peminjam tidak melunasi hutangnya yang tidak sesuai

dengan ketentuan waktu. Oleh karena itu, disarankan ada pembatasan

waktu pelunasan yang ketat yaitu sebaiknya dibatasi 6 bulan, 12 bulan

atau maksimal 18 bulan. Apabila lebih dari waktu yang ditentukan

disamping membayar bunga atas pinjaman dikenakan denda bahkan

dikenakan sanksi tidak boleh meminjam lagi.

3. Standar pengukuran variabel penelitian yang berupa rasio likuiditas,

rasio aktivitas dan rasio rentabilitas berdasarkan

Kep/Men/Neg/Koperasi&UKM No.129/KEP/KUKM/2002 mengingat

perkembangan ekonomi dan keuangan seperti moneter, inflasi, kenaikan

harga bbm dan lain sebagainya agar perlu ditinjau kembali.


77

DAFTAR PUSTAKA

Algifari. 2000. Analisis regresi:Teori, Kasus dan Solusi. Yogyakarta :BPFE

Anoraga, Pandji & Djoko Sudantoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha
Kecil. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta

Baswir, Revrisound. 1997. Koperasi Indonesia. Yogyakarta: BPFE

Bringham dan Houston. 2001. Manajemen Keuangan Buku 1.Jakarta: Erlangga

Depkop&PPKM. 1992. UU no 25 tahun 1992 Tentang Perkoperasian Indonesia.

Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Semarang: UNDIP

Harahap, Sofyan Safri. 1998. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Rasa Grafindo Persada

IAI, 2004. StandarAkuntansi Keuangan . Jakarta: Salemba Empat

Mahfoeds, Mas’ud. 1994. Financial Ratio Anlysis and The Prediction of earning
Changes in Indonesia. Jurnal Kelola No. 7/ 11

Munawir, S. 2001. Analisa laporan keuangan. Yogyakarta: Liberty

Nur Fajri Asyik, Seolistyo. 2000. Kemampuan Rasio keuangan dalam


Memprediksi Laba” jurnal ekonomi dan bisnis Indonesia (JEBI) Vol. 15
No.3

Niti Semito, Alex. 1984. Pembelanjaan Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia

Pratama, Raharja. 2000. Ekonomi. Jakarta: Intan Pariwra

Riyanto, Bambang. 1997. Dasar- dasar Pembelanjaan Negara. Yogyakarta :


BPFE

Sagimun. 1990. Perkoperasian Indonesia. Bandung: Pionir Jaya


78
78

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sumodiningrat, Gunawan.1999. Ekonometrika Pengantar. Yogyakarta: BPFE

Surifah. 2000. Manfaat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Suatu injauan


teoritis dan empiris, KOMPAK. No.23 hal 588-602.

Wijaya Tunggal, Amin. 1996. Kamus Akuntansi. Jakarta: Rineka Cipta

Widiyanti & Sunindhia. 1992. Koperasi dan Perekonomian Indonesia. Jakarta:


Rineka Cipta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa. 1989. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka

You might also like