You are on page 1of 3

Penerapan Sistem Presidensil di Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945

Oleh: Dinoroy M. Aritonang1

Abstrak:

Penerapan sistem presidensil di Indonesia sudah menjadi salah satu aspek penting dalam

agenda reformasi Indonesia pada tahun 1999. Hak-hak politik dan demokrasi telah menjadi

pemicu dan semangat yang berkembang luas bagi rakyat Indonesia yang selama 32 tahun

berada dalam rejim eksekutif yang diktator. Pemurnian sistem presidensil dan penguatan

peran DPR telah juga menjadi pilihan yang tepat, termasuk penerapan sistem multi partai

dalam sistem politik Indoensia. Namun dalam komposisi yang demikian, permasalahan

utama adalah justru sistem presidensil tidak bisa bekerja secara riil dalam kenyataannya.

Kata Kunci: Presidensil, Parlemen, Multipartai

A. Pendahuluan

Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1999 telah menyebabkan banyak

perubahan di negeri ini, termasuk terhadap sistem dan praktik ketatanegaraan kita. Setiap

gagasan akan perubahan tersebut sudah dituangkan dalam amandemen I s/d IV UUD 1945.

Perubahan-perubahan tersebut juga turut mempengaruhi struktur organ-organ negara

sehingga tidak dapat lagi dijelaskan menurut cara berpikir lama (UUD 1945 pra amandemen).

Banyak pokok pikiran baru yang diadopsi de dalam UUD 1945 itu. Empat diantaranya

adalah (a) penegasan dianutnya cita demokrasi dan nomokrasi secara sekaligus dan saling

melengkapi secara komplamenter; (b) pemisahan kekuasaan dan prinsip “checks and

1
Dosen Pada Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi – LAN (STIA LAN RI), sedang melanjutkan studi di Program Pascasarjana
Magister Hukum UGM Bidang Hukum Kenegaraan.
balances” (c) pemurnian sistem pemerintah presidensil; dan (d) penguatan cita persatuan dan

keragaman dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.2

Penegasan dianutnya cita demokrasi dan nomokrasi semakin menegaskan letak

kedaulatan yang sebenarnya di tangan rakyat. UUD 1945 memberikan kedudukan yang

mutlak kepada rakyat sebagai pemegang kekuasaan sesungguhnya. Kekuasaan bahkan

idealnya diselenggarakan bersama-sama dengan rakyat. Dalam sistem UUD 1945,

pelaksanaan kedaulatan rakyat itu disalurkan dan diselenggarakan menurut prosedur

konstitusional yang ditetapkan dalam hukum dan konstitusi (constitutional democracy).

Kedaulatan rakyat (democratie) Indonesia itu diselenggarakan secara langsung dan

melalui sistem perwakilan. Penyaluran kedaulatan rakyat secara langsung diwujudkan

melalui dilakukan melalui pemilihan umum untuk memilih anggota lembaga perwakilan dan

memilih Presiden dan Wakil presiden. Disamping itu, kedaulatan rakyat dapat pula

disalurkan setiap waktu melalui pelaksanaan hak dan kebebasan berpendapat, hak atas

kebebasan pers, hak atas kebebasan informasi, kebebasan pers, hak atas kebebasan

berorganisasi dan berserikat serta hak-hak asasi lainnya yang dijamin dalam Undang-Undang

Dasar.3

Hal-hal tersebut pada akhirnya turut berimplikasi kepada perubahan sistem pemerintahan

secara keseluruhan. Perubahan tersebut menyebabkan tiga hal yaitu: (a) Penegasan karakter

presidensil dalam sistem pemerintahan Indonesia dengan menempatkan Presiden sebagai

figur pilihan rakyat melalui pemilihan umum. (b) Perubahan kedudukan MPR dari lembaga

tertinggi negara menjadi lembaga tinggi negara, dengan kewenangan yang sangat terbatas. (c)

penguatan peran dan kewenangan DPR dalam bidang legislasi dan pengawasan terhadap

eksekutif.

2
Jimly Asshiddiqie, “Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keempat UUD Tahun 1945”, makalah
disampaikan pada Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII yang diselenggarakan oleh BPHN Dephukham RI,
Denpasar, 14-18 Juli 2003, hlm. 2.
3
ibid., hlm. 4.
Keinginan untuk menegaskan sistem presidensil sendiri sudah cukup lama. Hal ini

disebabkan oleh kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam UUD 1945. Meskipun dikatakan

bahwa sistem pemerintahan Indonesia adalah sistem presidensil, namun pada kenyataannya

sistem yang dianut adalah sistem campuran atau quasi presidensil. Sebagaimana dikatakan

oleh Sri Soemantri bahwa sistem pemerintahan RI berdasarkan UUD1945 memperlihatkan

sekaligus segi-segi sistem pemerintahan presidensil dan sistem parlementer atau sistem

campuran.4 Hal ini disebabkan oleh pengaturan dalam UUD 1945 sendiri yang menyatakan

bahwa presiden merupakan mandataris MPR dan bertanggung jawab kepada MPR.

Selanjutnya dapat dibaca dalam Jurnal Mimbar Hukum FH UGM Vol. 22 Nomor 2

4
Bagir Manan, 1999, Lembaga Kepresidenan, Gama Media, Yogyakarta, hlm. 41.

You might also like