You are on page 1of 13

MAKALAH

MUNAKAHAT
Diajukan untuk memenuhi tugas remedial
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Disusun oleh :

1)NUR AFRIATUN
2)NURHAENI
3)PRIYANDI
4)RATNA

KELAS XII IPA 1

SMA NEGERI 1 LOSARI


Jl. Soekarno-Hatta No. 110 Losari Cirebon
Tahun Pelajaran 2009/2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan petunjuknya sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah pendidikan agama islam tentang MUNAKAHAT.
Adapun isi makalah tersebut meliputi ketentuan hukum islam tentang
pernikahan, hikmah pernikahan dan kompilasi hukum tentang hukum pernikahan
yang memang perlu di perhatikan baik syarat rukun ataupun lainnya, karena hal
tersebut merupakan suatu ibadah yang hubunganya sang pencipta, sehingga kita
sebagai mahluk harus berusaha menyempur nakannya.
Tidak lupa kita ucapkan terimakasih kepada guru mata pelajaran yang
telah memberikan tugas dan membimbing kita dalam pembuatan dalam
pembuatan makalah tersebut, serta kepada teman - teman sekalian yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kita menyadari bahwa dalam makalah ini tidaklah sempurna, oleh karena
itu kita mengharapkan saran dan kritiknya guna penyempurnaan makalah
selanjutnya. Dan kami harap makalah ini dapat bermanfaat baik sekarang ataupun
di kemudian hari.

Losari, April 2010

Tim penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………. i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 1

BAB II MUNAKAHAT
A. KETENTUAN HUKUM SIALM TENTANG PERNIKAHAN ….. 2
B. HIKMAH PERNIKAHAN ……………………………………….. 8

BAB III KESIMPULAN ……………………………………………………….. 9

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 10


BAB I
PENDAHULUAN

Allah SWT menciptakan manusia telah berpasang - pasangan, seperti


halnya manusia yang pertama di turunkan pertama di bumi yaitu nabi Adam dan
Siti Hawa mereka di turunkan dari surga ke bumi karena kesalahannya sendiri
yang telah memakan buah Quldi. Mereka ditugaskan oleh Allah SWT di bumi
menjadi manusia pertama yang kemudian mempunyai keturunan yang bertambah
banyak dan berlipat-lipat jumlahnya seperti sekarang ini, karena mereka telah
melalui jalur perkawinan/pernikahan karena perintah Allah SWT.
Pernikahan atau munakahat dalam islam memiliki syarat serta hukum
tertentu karena pernikahan adalah sesuatu yang sakral dalam hidup kita dan
seharusnya hanya sekali di lakukan dalam hidup, sehingga kita perlu
memperhatikan dengan sebaik - baiknya, janganlah kita hanya menjadi sebuah
pernikahan tanpa kita mengetahui ketentuan-ketentuannya, apalagi kita sebagai
kaum muslim, hendaknya kita mendambakan sebuah keluarga yang sakinah
mawadah warahmah melalui sebuah pernikahan oleh karena itu langsungkanlah
sebuah pernikahan dengan syarat dan syariat yang telah ditentukan oleh hukum
negara maupun agama. Dan jadilah keluarga yang bahagia baik di dunia dan di
akhirat. Untuk selanjutnya ikuti pembahasan yang lebih lanjut dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

KETENTUN HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN


1. Pengertian
Munakahat berarti pernikahan atau perkawinan. Menurut bahasa
nikah berarti berkumpul atau bersatu. Sedangkan menurut istilah yaitu
syari'at, nikah itu berarti melakukan suatu akad atau perjanjian untuk
mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan seorang perempuan demi
terwujudnya keluarga (rumah tangga) bahagia, yang di ridhoi oleh Allah
SWT.
Nikah termasuk perbuatan yang telah di contohkan oleh nabi
Muhammad SAW. Atau sunah rasul. Dalam hal ini disebutkan dalam
hadist Rasullulah SAW yang artinya, "Dari Anas bin Malik r.a.,
bahwasanya Nabi SAW memuji Allah SWT dan menyanjung nya, beliau
bersabda, Akan tetapi aku salat, tidur, berpuasa ,makan ,dan menikahi
wanita ,barang siapa yang tidak suka perbuatanku, maka dia bukanlah
dari golongan ku. "(H.R.Bukhari dan Muslim)

2. Hukum Nikah
Menurut sebagian ulama hukum nikah pada dasarnya mubah.
Meskipun demikian, di tinjau dari segi kondisi orang yang akan
melakukan pernikahan, hukum nikah dapat berubah menjadi sunah, wajib,
makruh, atau haram. Penjelasanya sebagai berikut:
1) Sunah
Bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan mampu
pula mengendalikan diri dari perzinahan walaupun tidak segara
menikah maka hukum nikah adalah sunah. Rasulullah bersabda,
"Wahai para pemuda, jika diantara kamu sudah memiliki kemampuan
untuk menikah , hendaklah ia menikah, karena pernikahan itu dapat
menjaga pandangan mata dan lebih memelihara kelamin
(kehormatan);dan barang siapa tidak mampu menikah, hendaklah ia
berpuasa, sebab puasa itu jadi penjaga baginya, "(H.RBukhari dan
Muslim)

2) Wajib
Bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan ia khawatir
berbuat zina jika tidak segera menikah, maka hukum nikah adalah wajib
.
3) Makruh
Bagi orang yang ingin menikah, tetapi belum mampu memberi
nafkah terhadap istri dan anak-anaknya, maka hukum nikah adalah
makruh.

4) Haram
Bagi orang yang bermaksud menyakiti wanita yang akan ia nikahi,
hukum nikah adalah haram.

3. Tujuan Pernikahan
 Untuk memperoleh rasa cinta dan kasih sayang Allah SWT berfirman
dalam surat Ar Rum ayat 21:
  
   
 
  
 
   
  
Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
 Tujuan pernikahan adalah untuk menciptakan keluarga sakinah,
mawadah dan warohmah yaitu tentram, damai dan sejahtera lahir
batin bukan hanya untuk mengesahkan hubungan laki-laki dan
perempuan saja. Nabi bersabda yang artinya: "Dinikah wanita itu
karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya,
kecantikannya dan karena agamanya, maka pilih lah berdasarkan
agamanya ,niscaya kamu akan bahagia". (HR.Bukhari dan Muslim)

4. Rukun dan Syarat Nikah


Rukun Nikah
Untuk sahnya pemikahan dan dapat berlangsung dengan baik,
maka hendaklah memenuhi rukun dan syarat - syaratnya, yaitu adanya
calon suami, calon istri, wali, dua orang saksi, dan ijab qabul yang berarti
ijab adalah ucapan penyerahan dari wali sedangkan qabul berarti ucapan
penerimaan atau jawaban calon suami.

Syarat Nikah
1) Syarat Calon suami dan calon istri
• Beragama islam
• Bukan muhrim
• Tidak terpaksa atau dipaksa
• Baligh
• Tidak sedang ibadah haji dan umrah
2) Syarat Wali
Wali adalah orang yang menikahkan, yaitu bapak dari calon istri, atau
lelaki yang muhrim, atau yang di tunjuk serta memenuhi syarat sebagai
berikut :
• Laki-laki dewasa
• Beragama islam
• Saleh
• Adil dan bijak
• Baligh dan mukalaf
• Tidak sedang ibadah haji dan umrah
Dalam pernikahan wali itu ada dua macam, yaitu wali nasab dan
wali hakim. Wali nasab, adalah yang berdasarkan pertalian darah atau
turunan, menurut urutan terdekat dari calon istri, seperti di sebutkan di
bawah ini :
a. Bapak kandung
b. Kakek dari bapak kandung
c. Saudara laki-laki seibu dan sebapak
d. Saudara laki-laki sebapak
e. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu sebapak
f. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
g. Saudara laki-laki bapak seibu sebapak
h. Saudara laki-laki bapak sebapak
i. Anak laki-laki dari saudara bapak seibu sebapak
j. Anak laki-laki dari saudara bapak yang sebapak

Wali hakim adalah wali yang di angkat atau ditunjuk oleh calon
pengantin atau atas persetujuan bersama, karena wali nasab tidak ada atau
berhalangan hadir, atau karena wewenang yang di berikan oleh nasab.

3) Syarat Dua Orang saksi


• Beragama islam
• Laki-laki dewasa
• Saleh adil dan bijak
• Baligh dan mukalaf
• Berakal sehat
• Merdeka
Syarat Ijab Kabul
Ijab di ucapkan oleh wali yang berisi persyaratan menikahan,
misalnya : "Bapak nikahkan ananda, dengan putri bapak yang
bernama.......... dengan maskawin (mahar)....... berbentuk....
Qabul ialah ucapan dari calon suami yang berisi pengakuan atau
penerimaan nikah misalnya :"Saya terima nikah dengan putri bapak yang
bernama........ dengan maskawin......... !
5. Muhrim
Mahram atau muhrim ,ialah orang-orang yang haram dinikahi yang
perinciannya di jelaskan dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 23.
Muhrim ini ada tujuh, yaitu :
1) Ibu dan nenek dari ibu dan dari bapak dan seterusnya ke atas
2) Anak, cucu dan seterusnya ke bawah
3) Saudara perempuan seibu sebapak, sebapak atau seibu saja
4) Saudara perempuan dari bapak(bibi atau uak)
5) Saudara perempuan dari ibu(bibi atau uak)
6) Anak perempuan dari saudara laki-laki dan seterusnya.
7) Anak perempuan dari saudara perempuan dan seterusnya

6. Perceraian
Perceraian berarti memutuskan ikatan perkawinan antara suami dan
istri. Salah satu penyebab perceraian adalah perselisihan /pertengkaran
suami istri yang sudah tidak dapat didamaikan lagi.
Pada dasarnya perceraian merupakan perbuatan yang tidak terpuji
karena dapat menimbulkan akibat-akibat yang negatif, terutama apabila
suami istri yang bercerai itu sudah mempunyai anak. Rasulullah bersabda
yang artinya: "Perbuatan yang halal, tetapi paling di benci Allah SWT "

7. Kewajiban seorang Suami dan kewajiban seorang Istri


Kewajiban Suami
• Memberi nafkah, sandang, pangan, dan tempat tinggal kepada istri dan
anaknya.
• Memimpin serta membimbing istri dan anak-anak agar menjadi orang
yang berguna bagi ndiri sendiri, keluarga, agama, masyarakat serta
bangsa dan negara.
• Bergaul dengan istri dan anak-anak dengan baik
• Memelihara istri dan anak-anak dari bencana
• Membantu istri dalam tugas sehari-hari terutama dalam mengasuh dan
mendidik anak-anak agar menjadi anak yang saleh.
Kewajiban Istri
• Taat kepada sumi dalam batas-batas yang sesuai dengan ajaran islam.
• Memelihara diri serta kehormatan dan harta benda suami, baik di
hadapan/di belakang
• Membantu suami dalam memimpin kesejahteraan dan keselamatan
keluarga.
• Menerima dan menghormati pemberian suami walaupun sedikit, serta
mencukupkan nafkah yang di berikan suami.
• Hormat dan sopan terhadap suami dan keluarganya
• Memelihara, mengasuh, dan mendidik anak agar menjadi anak yang
saleh.

8. Talak dan Rujuk


Talak dan rujuk dalam hukum islam juga memiliki aturan khusus.
Talak menurut bahasa Arab artinya melepaskan ikatan. Talak yang di maksud
adalah melepaskan atau memutuskan ikatan pernikahan dengan menggunakan
lafal talak atau perkataan lain yang maknanya senada dengan maksud talak.
Hukum asal talak adalah makruh (sesuatu yang di benci atau tidak di
senangi).Rasulullah SAW bersabda yang artinya,"Perbuatan yang halal,
tetapi paling di benci Allah ialah talak "(HR-Abu Darda dan Ibnu Majah)
Rujuk adalah mengembalikan statushukumpernikahan secara penuh
setelah terjadi talakyang di lakukan oleh mantan suami terhadap mantan
istrinya yang masih dalam masa iddahnya dengan cara-cara tertentu. Allah
SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al Baqarah ayat 228:
  
   
  
Artinya :"Dan suami-suaminya berhak merujuk dalammasa iddah
(menanti)itu, jika mereka(para suami)itu menghendaki islah(perdamaian)."
(QS Al Baqarah:228)
Rujuk hanya boleh di lakukan dalam masa iddah talak raj'i (talak satu
atau dua) dan tidak diperlukan akad nikah baru karena akad lama sebenarnya
belum seutuhnya terputus . suami dari perempuan yang ditalak berhak
kembali kepada mantan istrinya pada masa iddah apabila suami tersebut
bermaksud memperbaiki ikatan pernikahanya dengan baik clan membawa
kemaslahatan bagi semua pihak, khususnya dengan istri dan anak-anaknya.
Hukum rujuk pada dasarnya adalah jaiz (boleh), kemudian berlaku hukum
haram, sunah, dan wajib menurut keadaan sebagai berikut:
• Haram, apabila dengan rujuk si istri dirugikan seperti si istri lebih
menderita dibanding sebelum rujuk.
• Makruli, apabila diketahui bahwa meneruskan perceraian lebih bermanfaat
bagi keduanya di banding jika keduanya rujuk
• Sunah, apabila diketahui bahwa rujuk lebih bermanfaat dibanding
meneruskan perceraian.
• Wajib, khusus bagi laki-laki yang beristri lebih dari satu jika salah seorang
ditalak sebelum gilirannya disempurnakannya.

B. HIKMAH PERNIKAHAN
1. Hikmah Pernikahan bagi yang Menjalaninya
• Menyelamatkan diri dari penyalahgunan nafsu seksual
• Sebagai wadah bagi ketentraman jiwa, cinta kasih, dan sayang.
• Sebagai wadah pembinan tanggung jawab dalam keluarga.
2. Hikmah Pernikahan bagi masyarakat
• Dengan adanya pernikahan berarti menyelamatkan masyarakat dari
kemungkinan maraknya perzinaan.
• Dengan adanya pernikahan, kaum perempuan memperoleh kewajaran
dalam derajatnya di masyarakat.
• Dengan adanya pernikahan, syiar islam akan semakin berkembang.
Menyemarakan pernikahan memang dianjurkan oleh syariat, seperti
yang disabdakan oleh Rasulullah SAW. Kepada Abdurrahman yang
artinya, "Adakanlah walimah (kenduri) walaupun hanya dengan
memotong seekor kambing. "(HR.Bukhari dan Muslim).

BAB III
KESIMPULAN

Munakahat atau menikah merupakan suatu peristiwa yang akan di lalu


manusia dengan penuh persiapan dan pemikiran yang benar-benar, karena dimana
seorang laki-laki sebelum menikah yang biasa hidup sendiri, tanpa harus
memikirkan orang lain, tanpa beban tanggung jawab, dan tanpa memikirkan
kehidupan keluarganya, tetapi setelah menikah seorang laki-laki tersebut harus
menjalankan syariat dan syarat pernikahan dalam agama islam dan mau tidak mau
harus menjalankannya. Maka dari itu kita yang masih jauh perjalanan hidupnya
untuk bisa menghadapi peristiwa tersebut kita harus memahami serta
mempersiapkan untuk hal itu dari sekarang.

You might also like