Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas ijin dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan bak.
Penulis menyadari proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis selalu membuka diri menerima berbagai masukan dan kritikan agar
kelak makalah ini menjadi lebih baik dan bermanfaat.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa meridhoi kita dalam upaya meningkatkan
pengetahuan tentang model-model kepemimpinan keperawatan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan………………………………………………………....12
3.2 Saran………………………………………………………………..12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..13
iii
1. Latar Belakang
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini yaitu
dengan menggunakan metode studi pustaka yang bersumber dari internet.
4
1. Sitematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
5
BAB II PEMBAHASAN
Pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang kompleks
dan melibatkan berbagai individu. Agar tujuan keperawatan tercapai diperlukan berbagai
kegiatan dalam menerapkan keterampilan kepemimpinan. Menurut Kron, kegiatan
tersebut meliputi :
1. Perencanaan dan Pengorganisasian
Pekerjaan dalam suatu ruangan hendaknya direncakan dan diorganisasikan. Semua
kegiatan dikoordinasikan sehingga dapat dikerjakan pada waktu yang tepat dan dengan
cara yang benar. Sebagai seorang kepala ruangan perlu membuat suatu perencanaan
kegiatan di ruangan.
5. Kegiatan Koordinasi
Pengkoordinasian kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian yang penting dalam
kepemimpinan keperawatan. Seorang pemimpin perlu mengusahakan agar setiap perawat
mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam suatu ruangan. Hal lain yang perlu
dilakukan adalah melaporkan kepada atasan langsung tentang pencapaian kerja bawahan.
Agar dapat melakukan koordinasi dengan efektif, diperlukan suatu perencanaan yang
baik dan penggunaan kemampuan setiap individu dan sumber-sumber yang ada.
7
a.Membantu perawat lain mencapai tujuan yang ditentukan
b.Mengarahkan kegiatan-kegiatan keperawatan
c.Tanggungjawab atas tindakan keperawatan yang dilakukan
d.Pelaksanaan keperawatan berdasarkan standar
e.Penyelesaian pekerjaan dengan benar
f.Pencapaian tujuan keperawatan
g.Kesejahteraan bawahan
h.Memotivasi bawahan
1. Teori Bakat
Teori ini menyatakan bahwa seseorang dilahirkan dengan bakat pimpinan yang tidak
dapat dipelajari. Kemampuan seorang pemimpin ditentukan oleh bakat, intelegensi,
stabilitas emosi dan kebugaran fisik.
2. Teori Perilaku
Douglas Mc Gregor mengemukakan bahwa para pimpinan organisasi birokratis menganut
asumsi tentang sifat alami manusia yang oleh Mc Gregor disebut Teori X. Asumsi
tersebut adalah:
1) Rata-rata individu memiliki ketidaksukaan pada pekerjaan dan akan menghindarinya
sewaktu ada kesempatan.
2) Rata-rata individu memilih diarahkan dengan harapan menghidari tanggung jawab dan
lebih tertarik kepada insentif materi daripada prestasi diri.
3) Karena manusia tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dikendalikan, diancam dan
dipaksa untuk mengerahkan usaha yang cukup untuk mencapai tujuan organisai.
Mc Gregor mempertanyakan asumsi tersebut dengan mengajukan asumsi yang berbeda
(Teori Y) agar dapat mendorong pekerja untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya
secara utuh. Asumsi teori Y adalah:
1) Pengeluaran usaha fisik dan mental dalam bekerja harus seimbang dengan istirahat
atau hiburan.
2) Manusia akan membiasakan kontrol diri dan mengarahkan diri untuk mencapai tujuan-
tujuan yang dipatuhinya secara pribadi.
3) Rata-rata individu belajar di bawah kondisi yang sesuai untuk mencari dan menerima
tanggung jawab.
4) Kapasitas untuk menerapkan imajinasi dan kreatifitas terhadap pemecahan masalah-
masalah organisasi secara lebih luas terbagi di antara para pekerja.
2.4 GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai penampilan atau karakteristik khusus
dari suatu bentuk kepemimpinan (Follet, 1940; dikutip dari Gillies, 1996). Ada 4
(empat) gaya kepemimpinan yang telah dikenal yaitu: otokratis, demokratis,
partisipatif dan laissez faire (Gillies, 1996).
8
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis:
Gaya kepemimpinan otokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan kekuatan
jabatan dan kekuatan pribadi secara otoriter, melakukan sendiri semua perencanaan
tujuan dan pembuatan keputusan dan memotivasi bawahan dengan cara paksaan,
sanjungan, kesalahan dan penghargaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis:
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya seorang pemimpin yang menghargai
karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota organisasi. Pemimpin
yang demokratis menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi untuk menggali
dan mengolah gagasan bawahan dan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama.
3. Gaya Kepemimpinan Partisipatif:
Gaya kepemimpinan partisipatif adalah gabungan bersama antara gaya kepemimpinan
otoriter dan demokratis dengan cara mengajukan masalah dan mengusulkan tindakan
pemecahannya kemudian mengundang kritikan, usul dan saran bawahan. Dengan
mempertimbangkan masukan tersebut, pimpinan selanjutnya menetapkan keputusan final
tentang apa yang harus dilakukan bawahannya untuk memecahkan masalah yang ada.
4. Gaya Kepemimpinan Laisses Faire:
Gaya kepemimpinan laisses faire dapat diartikan sebagai gaya “membiarkan” bawahan
melakukan sendiri apa yang ingin dilakukannya. Dalam hal ini, pemimpin melepaskan
tanggung jawabnya, meninggalkan bawahan tanpa arah, supervisi atau koordinasi
sehingga terpaksa mereka merencanakan, melakukan dan menilai pekerjaan yang
menurut mereka tepat.
Selanjutnya dapat dikemukan bahwa keempat gaya kepemimpinan di atas memiliki
kelebihan dan kekurangan tersendiri. Setiap gaya kepemimpinan bisa efektif dalam
situasi tertentu tetapi tidak efektif dalam situasi lainya (Tannenbaum dan Schmit, 1973;
dikutif dari Gillies, 1996). Faktor yang menetukan efektifitas gaya kepemimpinan secara
situasional meliputi: kesulitan atau kompleksitas tugas yang diberikan, waktu yang
tersedia untuk menyelesaikan tugas, ukuran unit organisasi, pola komunikasi dalam
organisasi, latar belakang pendidikan dan pengalaman pegawai, kebutuhan pegawai dan
kepribadian pemimpin (Gillies, 1996).
9
2.5 PEMIMPIN YANG EFEKTIF
Tidak ada gaya atau karakteristik kepemimpinan yang dpat dikatakan efektif tanpa
mempetimbangkan situasi kultural, situasi kerja dan kebutuhan pekerja yang terus-
menerus berubah dari waktu ke waktu. Karakteristik kepemimpinan yang efektif
dikemukan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
1. Fiedler (1977), dikutif dari Gillies (1996) menyatakan bahwa kepemimpinan dapat
berjalan efektif bila:
1) Kepemimpinan berganti dari satu orang ke orang lain dan berganti dari satu gaya ke
gaya lainnya seiring dengan terjadinya perubahan situasi kerja.
2) Pemimpin sebaiknya berasal dari anggota kelompok kerja, mengenal situasi kerja dan
memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibanding anggota kelompok kerja lainnya.
2. Bennis menyatakan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang memenuhi
karakteristik sebagai berikut:
1) Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia.
2) Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
3) Mempunyai kempuan menjalin hubungan antar manusia.
4) Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan untuk mengenal
orang lain dengan baik.
3. Swanburg (1990) menyatakan bahwa karakteristik pemimpin yang efektif adalah
sebagai berikut:
1) Intelegensi (pengetahuan, pendapat, keputusan, berbicara)
2) Kepribadian (mudah adaptasi, waspada, kreatif, kerjasama, integritas pribadi yang
baik, keseimbangan emosi dan tidak ketergantungan kepada orang lain)
3) Kemapuan (bekerjasama, hubungan antar manusia dan partisipasi sosial).
10
4. Expert power merupakan kemampuan untuk meyakinkan, membimbing dan
mengarahkan bawahan berdasarkan keahlian yang dimiliki seorang pemimpin.
Ruang lingkup atau batasan kekuasaan yang secara tegas ditentukan dalam jabatan
tertentu dapat disebut wewenang.
11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Saya menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik, agar dapat dimengerti dan dipahami dengan benar tentang model-
model kepemimpinan dalam keperawatan. Agar dapat menjadi pedoman buat kita sebagai
perawat.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. http://akper.poltekkes-pontianak.org/index.php?pilih=hal&id=9
2. http://tiarsblog.blogspot.com/2008/03/kepemimpinan-dalam-keperawatan.html
3. http://indonesiannursing.com/2008/05/25/kepemimpinan-dalam-keperawatan/
13