a. Transformasi Etnik Pergerakan dan perjuangan pada awalnya hanya terbatas pada wilayah kerajaan atau membebaskan penduduknya dari penindasan bangsa-bangsa Eropa. Gerakan ini juga dapat disebut dengan gerakan etnik, karena masing-masing daerah di wilayah di Indonesia memiliki etnik-etnik yang berbeda dengan adapt dan tradisi yang berbeda pula. Gerakan etnik berlangsung sangat lama karena masing-masing etnik hanya mementingkan keselamatan dan kebebasan etniknya sendiri. Oleh karena itu, pemerintah kolonial Belanda memanfaatkan etnik yang satu untuk menundukkan etnik yang lain, dan akhirnya mempermudah dan mempercepat proses pendudukan yang dilakukannya. Akhirnya, pada abad ke-19 hampir seluruh wilayah Indonesia telah berada di bawah kekuasaan pemerintah kolonial Belanda. Munculnya gerakan nasionalisme di Cina yang dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen sangatlah berdampak besar terhadap kehidupan masyarakat keturunan Cina di Indonesia. Berbagai bentuk usaha yang dibangun oleh masyarakat Cina Indonesia terlalu dibatasi oleh pemerintah kolonial Belanda sehingga menimbulkan berbagai macam aksi perlawanan yang terjadi hampir di seluruh Indonesia, seperti yang dilakukan di Kalimantan Barat, Jawa Barat, dan daerah-daerah wilayah Indonesia. Dengan demikian, perlawanan masyarakat keturunan Cina di wilayah Indonesia dapat mempengaruhi kedudukan pemerintah kolonial Belanda.
b. Pergerakan Bersifat Kedaerahan
Sejak masuknya kekuasaan bangsa Eropa di wilayah Indonesia khususnya bangsa Belanda muncul berbagai macam perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat pribumi. Tindakan untuk menghapuskan kedudukan yang didasarkan pada adat penguasa pribumi dan kemudian dijadikan pegawai pemerintah telah meruntuhkan kewibawaan penguasa tradisional. Hubungan rakyat dan para bupati hanya terbatas pada urusan administrasi dan pemungutan pajak. Upacara yang menyangkut tradisi disederhankan oleh pemerintah kolonial Belanda sehingga ikatan tradisi antar masyarakat pribumi pun menjadi lemah. Berbagai aturan telah dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda untuk melindungi masyarakat bumi dari kerja yang terlalu memberatkan tetapi tindakan sewenang-wenang tuan tanah masih kerapkali terjadi. Kerusuhan yang terjadi saat pemungutan pajak sering disebut dengan kerusuhan cuke (pajak). Salah satu contoh bentuk kerusuhannya adalah kerusuhan yang terjadi di Ciomas akibat penderitaan rakyat yang terlalu berat. Mohammad Idris memimpin kerusuhan tersebut dan dalam serangan tersebut camat Ciomas pun terbunuh dan sasaran lainnya adalah para pegawai pemerintah, para tuan tanah, para pedagang, dan lintah darat. Gerakan Ratu Adil merupakan gerakan yang muncul atas kepercayaan rakyat atas datangnya seorang tokoh yang dapat membebaskan rakyat pribumi dari kesengsaraan akibat penjajahan. Tokoh itu digambarkan sebagai seorang ratu adil atau Imam Mahdi. Mereka menghendaki agar keadaan yang jelek dihapuskan dan digantikan oleh keadaan yang adil, makmur dan tenteram. Pada tahun 1903, muncul pemberontakan di Sidoarjo yang dipimpin oleh Kyai Kasan Mukmin. Ia mengaku bahwa dirinya merupakan penjelmaan Imam Mahdi dan ia mengajak penduduk pribumi untuk turut serta melawan pemerintah kolonial Belanda. Pemberontakan itu ternyata hanya berlatar belakang yang luas dan merupakan pelampiasan rasa dendam terhadap para penguasa pemerintah kolonial Belanda
II. Pembentukan Identitas Nasional dan Terbentuknya Nasionalisme Indonesia
a. Istilah “Indonesia” Kata “Indonesia” telah dijadikan identitas nasional dan menjadi perekat serta lambang perjuangan bangsa Indonesia. Perjuangan dan pergerakan yang bersifat kedaerahan pun perlahan menghilang. Gerakan-gerakan dan perjuangan yang dilakukan berubah tujuan dari untuk daerah sendiri menjadi untuk seluruh bangsa Indonesia. J.R Logan, seorang pegawai Inggris, merupakan orang pertama yang menggunakan istilah “Indonesia” untuk menyebut kepulauan dan penduduk nusantara di dalam artikelnya pada tahun 1850. Ia berpendapat bahwa Indonesia yang kaya alamnya mempunyai potensi yang sangat besar untuk Inggris.
b. Terbentuknya Nasionalisme Kebangsaan Indonesia
Selama masa penjajahan Belanda di Indonesia, pemerintah colonial Belanda memberikan pendidikan bagi beberapa kalangan di Indonesia. Pada dasarnya, pendidikan diadakan oleh pemerintah kolonial Belanda hanya untuk mencetak pegawai admistrasi dengan biaya gaji yang murah karena mereka merupakan masyarakat pribumi. Diskriminasi etnis dilakukan untuk membedakan antara penguasa dengan yang dikuasainya. Dalam bidang edukasi, tempat untuk menimba ilmu antar bangsa dibedakan seperti ELS untuk putra-putri pejabat Eropa, HCS untuk keturunan Cina dan HIS untuk bangsa pribumi. Secara politik, hal itu dimaksudkan dengan politik memecah belah (Divide et empera).
c. Nasionalisme Indonesia dan Perkembangan Nasionalisme di Asia
Tenggara Terbentuknya nasionalisme kebangsaan di Indonesia di pengaruhi oleh perkembangan paham – paham baru dari luar wilayah Indonesia seperti paham nasionalisme. Indonesia banyak dipengaruhi oleh India. Gerakan – gerakan nasionalisme di Indonesia dipelopori oleh gerakan Swadesi yang diajarkan oleh Mahatma Gandhi atau pendidikan Santiniketan oleh Rabindranath Tagore. Melalui nasionalisme yakni senjata ampuh untuk menghadapi kekuasaan kolonial Belanda maka Indonesia dapat dipersatukan dan berjuang hingga mencapai kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia.