You are on page 1of 21

Mengenal Malaikat ALLAH SWT

Malaikat-malaikat ALLAH SWT :


Jibril

Jibril (Arab: ‫جبريل‬, Inggris dan Alkitab: Gabriel) adalah malaikat yang muncul dalam ajaran
agama samawi. Dalam ajaran agama samawi Jibril dianggap sebagai Pemimpin Malaikat dan
bertugas menyampaikan wahyu dan mengajarkannya kepada para nabi dan rasul.

Malaikat Jibril adalah malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu. Malaikat Jibril adalah
satu dari tiga malaikat yang namanya disebut dalam Al Quran. Nama Malaikat Jibril disebut
dua kali dalam Al Quran yaitu pada surat Al Baqarah ayat 97-98 dan At Tahrim ayat 4.
Didalam Al Qur'an, Jibril memiliki beberapa julukan, seperti Ruh al Amin dan Ruh al Qudus
(Roh Kudus), Ar-Ruh Al-Amin dan lainnya.

Bentuk fisik Ruhul'qudus (Jibril)

Bentuk fisik Ruhul'qudus, ada tertera dalam uraian mengenai kisah nabi Muhammad, kala
beliau mendapat wahyu kali ke dua, dan nabi menuntut untuk bertemu atau melihat rupa asli
sang utusan tuhan dari langit dalam rupa yang asli, atau bagaimana sesungguhnya dzat wujud
Jibril tanpa rupa samar, sebagaimana di kali-kali yang lain, sang utusan (ruhul'qudus) selalu
nampak dalam rupa seorang manusia biasa.

Ruhul'Qudus : Tampak wujudnya dengan enam ratus sayap antara masyrik dan maghrib,
(barat-timur) sayap dan busana kebesarannya putih laksana mutiara yang larut, dengan rupa
yang begitu elok dan rupawan, dan dengan kekuatan yang dahsyat penuh mukzijat.

Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya
(Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang
sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan
Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.

Malikat Jibril adalah malaikat yang menyampaikan berita kelahiran Nabi Isa (lihat di artikel
Isa) kepada ibunya Siti Maryam dan juga malaikat yang menyampaikan Al'Quran kepada
Nabi Muhammad.

Dalam kisah suci perjalanan Isra' Mi'raj, sesampainya di pos perjalanan Sidratul Muntaha,
Malaikat Jibril tidak sanggup lagi mendampingi Rasulullah untuk terus naik menghadap
kehadirat Allah SWT;

beliau berkata : "Aku sama sekali tidak mampu mendekati Allah, perlu 60.000 tahun lagi aku
harus terbang. Itulah jarak antara aku dan Allah yang dapat aku capai. Jika aku terus juga ke
atas, aku pasti hancur luluh".

Maha Suci Allah, ternyata Malaikat Mulia Jibril AS pun tidak sampai kepada Allah SWT.

Mikail

Mikail (Arab: ‫ )مكايل‬adalah malaikat yang mengatur air, menurunkan hujan/petir, membagikan rezeki
pada manusia, tumbuh-tumbuhan juga hewan-hewan dan lain-lain di muka bumi ini. Dikatakan
setiap satu makhluk yang memerlukan rezeki untuk hidup di dunia ini akan diselia rezekinya oleh
satu malaikat Karubiyyuun.

Malaikat Mikail adalah salah satu di antara Pembesar Malaikat yang empat. Ia dicipta oleh Allah
selepas malaikat Israfil dengan selisih kira-kira lima ratus tahun.

Dalam Islam Mikhael dikenal sebagai malaikat Mikail, satu dari malaikat utama Allah setelah Jibril.
Menurut salah satu sumber, dalam tradisi Islam Mikail dikatakan memakai jubah berwarna hijau
jamrud, memenuhi bentangan langit. Tiap helai rambutnya berisi ribuan wajah yang mengagungkan
nama Allah. Menurut sumber lain dikatakan sejak neraka diciptakan Allah, Mikail tidak pernah lagi
bisa tertawa.

Wujud Mikail

Dari kepala malaikat Mikail hingga kedua telapak kakinya berbulu Za'faron. Jika seluruh air di lautan
dan sungai di muka bumi ini disiramkan di atas kepalanya, nescaya tidak setitikpun akan jatuh
melimpah. Di atas setiap bulu-bulunya, terdapat sebanyak satu juta muka.

Setiap muka malaikat Mikail ini pula mempunyai satu juta mulut dan setiap mulut mempunyai satu
juta lidah manakala setiap lidah-lidahnya boleh berbicara satu juta bahasa atau lisan. Setiap satu juta
lisan tersebut adalah membaca istighfar pada Allah bagi orang-orang mukmin yang berdosa.

Setiap satu juta muka atau wajahnya mempunyai satu juta mata. Tiap-tiap matanya sentiasa
menangis kerana memohon rahmat bagi orang-orang mukmin yang berdosa. Tiap-tiap matanya yang
menangis itu mengeluarkan tujuh ribu titisan air mata dan setiap titisan air mata itu Allah ciptakan
satu malaikat Karubiyyuun yang serupa dengan kejadian malaikat Mikail Setiap malaikat-malaikat ini
ditugaskan untuk bertasbih pada Allah sehingga hari kiamat.

Imam Ahmad dengan sanadnya, dari Anas bin Malik, ketika Rasulullah Mikraj ke langit baginda ada
bertanya pada malaikat Jibril: "Mengapa aku tidak pernah nampak malaikat Mikail tertawa?"
Malaikat Jibril menjawab: "Malaikat Mikail tidak pernah tertawa semenjak neraka diciptakan"

Ridwan
Ridwan (Bahasa Arab: ‫ )رضوان‬adalah nama malaikat yang menjaga pintu surga, walaupun tidak ada
keterangan didalam Al Qur'an dan hadits shahih yang menerangkan secara jelas namanya.
Terkadang namanya diucapkan sebagai "Rizvan" oleh orang Persia, Urdu, Pashto, Tajik, Punjabi,
Kashmir dan bahasa lainnya yang terpengaruh oleh bahasa Persia. Sementara di Perancis disebut
sebagai "Redouane".[1] Sekarang nama ini digunakan sebagai nama maskulin oleh orang Arab atau
orang yang beragama Islam. Malaikat Ridwan biasanya bersama dikaitkan bersama Malik.

Darda'il

Darda'il (Arab: ‫ )دردعل‬adalah malaikat yang mencari orang yang berdoa, meminta, bertaubat dan
minta ampun, akan dipenuhi semua permintaannya atas izin Allah, setiap malam bulan Ramadhan.

Wujud Darda'il

Dalam hadits yang lain dijelaskan: Sesungguhnya Allah telah menciptakan malaikat yang bernama
"Malaikat Darda'il". Dia mempunyai dua sayap, satu sayap berada di Barat yang terbuat dari yaqut
merah, dan sayapnya yang lain berada di Timur yang terbuat dari zamrud hijau yang ditaburi dengan
mutiara dan yaqut serta marjan, kepalanya berada di bawah 'Arsy, sedang kedua telapak kakinya
berada dibawah bumi yang ketujuh.

Harut dan Marut

Hārūt dan Mārūt (Arab ‫ )هاروت وماروت‬adalah dua malaikat yang diutus oleh Allah ke negeri Babilonia.
Nama mereka disebutkan didalam Al Qur'an pada surat Al Baqarah ayat 102:
"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan
mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak
mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan
sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut
dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum
mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir." Maka
mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan
antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan
sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak
memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah
meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya
keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau
mereka mengetahui. (Al Baqarah 102)”

Para mufassirin berlainan pendapat tentang yang dimaksud dengan 2 orang malaikat itu. Ada yang
berpendapat, mereka betul-betul Malaikat dan ada pula yang berpendapat orang yang dipandang
saleh seperti Malaikat dan ada pula yang berpendapat dua orang jahat yang pura-pura saleh seperti
Malaikat.

Kisah Harut dan Marut


Bantahan kisah Harut dan Marut

Syeikh Athiyah Saqar menyebutkan bahwa di beberapa buku tafsir disebutkan kedua malaikat itu
telah diturunkan ke bumi sebagai fitnah sehingga Allah mengadzab mereka berdua dengan
menggantung kedua kaki mereka, perkataan para mufassir ini bukanlah sebagai salah satu hujjah
(dalil) dalam hal ini, karena kisah tersebut berasal dari warisan masyarakat Babilonia dan penjelasan
orang-orang Yahudi serta kitab-kitab Nasrani. Karena tidak sesuai dengan salah satu ayat didalam Al
Qur'an. Para malaikat tidaklah maksiat kepada Allah terhadap apa yang diperintahkan kepada
mereka dan mereka pun melakukan apa-apa yang diperintahkan-Nya, firman Allah:

"Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak
mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya.” (Al Anbiya 26 –
27)”
"Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-
Nya dan tiada (pula) merasa letih." (Al Anbiya 19 – 20)”

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib bahwa yang mengatakan bahwa kedua malaikat itu mengajarkan
kepada manusia tentang peringatan terhadap sihir bukan mengajarkan untuk mengajak mereka
melakukan sihir. Az Zajjaj mengatakan bahwa perkataan itu adalah juga pendapat kebanyakan ahli
bahasa. Artinya bahwa pengajaran kedua malaikat itu kepada manusia adalah berupa larangan,
keduanya mengatakan kepada mereka, "Janganlah kalian melakukan ini (sihir) dan janganlah kalian
diperdaya dengannya sehingga kalian memisahkan seorang suami dari isterinya dan apa yang
diturunkan kepada mereka berdua adalah berupa larangan."[1]

Al Hafidz bin Katsir berkata: "Kisah Harut dan Marut ini diriwayatkan dari beberapa tabi'in seperti
Mujahid, Suddi, Hasan al Bashri, Qotadah, Abul Aliyah, Zuhri, Rabi' bin Anas, Muqotil bin Hayyan dan
lain-lain dan dibawakan oleh banyak penulis tafsir dari kalangan terdahulu dan belakangan.
Kesimpulan detail dari kisah Harut dan Marut ini kembali kepada kisah Israilliyat, karena riwayatnya
tidak ada sama sekali dalam hadits marfu' yang bersambung sanadnya dari Nabi Muhammad.

Al Hafidz bin Hazm berkata: "Diantara bukti-bukti yang menunjukkan kebathilan kisah Harut dan
Marut ada didalam salah satu firman Allah:
"Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan benar (untuk membawa azab) dan tiadalah
mereka ketika itu diberi tangguh. (Al Hijr 8)”

Munkar dan Nakir

Munkar dan Nakīr (Arab: ‫ )منكر و نكير‬dalam eskatologi Islam adalah dua malaikat yang menanyakan
atau menguji keyakinan dari orang yang telah mati dialam barzakh.

Menurut ajaran Islam, setelah kematian dari setiap jiwa akan menuju barzakh atau alam kubur,
dimana si mayat akan bisa kembali bangkit dan berbicara ketika ditanya oleh kedua malaikat Munkar
dan Nakir, walaupun tubuhnya telah hancur. Pertanyaan akan dimulai ketika proses penguburan
telah selesai dan 70 langkah orang terakhir dari tempat dikuburnya mayat. Munkar dan Nakir akan
menanyakan beberapa hal berikut, "Siapakah Tuhanmu?", "Siapa Nabi mu?", "Apa agama mu?",
jawaban bagi pertanyaan tersebut adalah Tuhan mereka adalah Allah, nabinya Muhammad dan
agamanya adalah Islam, maka simayat akan diberikan keluasan dan diterangkan kuburnya sampai
hari kebangkitan. Bagi yang tidak bisa menjawabnya akan mendapatkan siksa sampai hari
kebangkitan.

Darda'il

Darda'il (Arab: ‫ )دردعل‬adalah malaikat yang mencari orang yang berdoa, meminta, bertaubat dan
minta ampun, akan dipenuhi semua permintaannya atas izin Allah, setiap malam bulan Ramadhan.

Dalam hadits yang lain dijelaskan: Sesungguhnya Allah telah menciptakan malaikat yang bernama
"Malaikat Darda'il". Dia mempunyai dua sayap, satu sayap berada di Barat yang terbuat dari yaqut
merah, dan sayapnya yang lain berada di Timur yang terbuat dari zamrud hijau yang ditaburi dengan
mutiara dan yaqut serta marjan, kepalanya berada di bawah 'Arsy, sedang kedua telapak kakinya
berada dibawah bumi yang ketujuh.

Kiraman Katibin

Kirâman Kâtibîn (Arab: ‫ )كراما ً كاتبين‬adalah dua malaikat yang terletak di bahu kanan dan kiri setiap
makhluk-Nya. Menurut syariat Islam, jika ada seseorang yang melakukan amal (perbuatan) yang
lebih dominan, maka ia akan dikirim berdasarkan perbuatan semasa hidupnya di dunia, entah ke
Jannah atau Jahannam. Para malaikat ini termasuk dalam golongan Hafazhah (Para Penjaga).

Kirâman Kâtibîn dalam Al Qur'an

Tidak ada penjelasan lebih lanjut bahwa apakah nama-nama malaikat itu bernama Raqib dan Atid,
yang dikenal sebagai Kirâman Kâtibîn. Pada akhir shalat, umat muslim beraliran sunni selalu
menghormati para malaikat ini.[1]

Kedua malaikat ini disebutkan dalam Al Qur'an pada surah Qaaf, Al Infithaar, Ar-Ra’du dan Az-
Zukhruf, yang berbunyi:

“Gerak-gerik manusia dan perkataannya dicatat oleh para malaikat dalam Al Quran Qaaf 50:"Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya,
dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya", "(yaitu) ketika dua orang malaikat
mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri".
"Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang
selalu hadir. (Qaaf 16 - 18.)”

“Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), Yang
mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu). (Al Infithaar 10 - 11)”

“Apakah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahsia dan bisikan-bisikan mereka?
Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi
mereka. (Az-Zukhruf 80)”

“Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus
terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan
(menampakkan diri) di siang hari. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. (Ar-Ra’du 10-11)”

Kitab amal manusia dan jin di Mahsyar

Kedua malaikat ini terkenal juga sebagai "Pencatat Yang Mulia", mereka menjadi saksi dan telah
menuliskan kitab amal manusia dan jin, kitab amal akan berterbangan dari 'Arsy kearah leher tiap-
tiap makhluk pada "Hari Penghakiman" di Mahsyar. Sesuai dengan beberapa surah didalam Al-
Qur'an, yaitu:

“Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat penggiring dan seorang malaikat
penyaksi. (Qaaf 21)”

“Inilah Kitab (catatan) Kami, yang menuturkan kepadamu dengan benar; karena sesungguhnya Kami
telah menyuruh mencatat segala perbuatan yang pernah kamu kerjakan. (Al Jaatsiah 29)"

“Dan tiap-tiap manusia itu, telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetap nya kalung)
pada lehernya, dan Kami keluarkan baginya di hari Kiamat satu kitab yang dijumpainya dengan
terbuka. Bacalah kitabmu: cukuplah dirimu sen*diri pada hari ini sebagai penghisab terhadapmu. (Al
Israa' 13-14)”

Konsep ini hampir sama dengan ajaran agama Kristen, yaitu tentang malaikat penjaga, walaupun
konsep ini sedikit berbeda, lebih pro-aktif dan lebih berusaha keras untuk menjaga makhluk dalam
tugasnya. Sedangkan Qarin adalah menjadi setan oposisi dalam ajaran Islam.
[sunting] Lima malaikat bersama manusia

Dalam riwayat yang lain dijelaskan, ada lima malaikat yang menyertai manusia, yaitu:

* Dua malaikat menjaga pada malam hari,


* Dua malaikat menjaga pada siang hari, dan
* Satu malaikat yang tidak pernah berpisah dengannya.

Hal tersebut dijelaskan dengan firman Allah yang artinya:


“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang bergantian (menjaganya), dimuka dan
dibelakangnya. (Ar-Ra'd: 11)”

Yang dimaksud malaikat yang bergantian yaitu malaikat malam dan siang yang melindunginya dari
setan dari golongan jin dan manusia. Kedua malaikat menulis amal kebaikan dan kejelekan diantara
kedua bahunya, lidahnya sebagai pena, mulutnya sebagai tempat tinta dan ludahnya sebagai tinta,
keduanya menulis amal manusia sampai datang hari kematiannya.
Qarin

Qarīn (Arab:‫قرين‬, Qɑrɪn) adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk kepada malaikat dan jin
(golongan setan) yang mendampingi setiap manusia. Istilah ini digunakan didalam Al-Qur'an dan
dikatakan bahwa Qarin itu mengikuti manusia sejak lahir hingga mengalami ajalnya. Kedua makhluk
itu dianggap sebagai "kembaran setiap manusia."

Menurut keyakinan umat Muslim bahwa, pada umumnya Jin Qarin ini bertugas mendorong
dampingannya untuk berbuat kejahatan. Dia membisikkan was-was, melalaikan shalat, berat ketika
hendak membaca Al-Quran dan sebagainya dan ia bekerja sekuat tenaga untuk menghalang
dampingannya membuat ibadah dan kebaikan.

Untuk mengimbangi adanya pendamping jahat, Allah mengutus Malaikat Qarin yang selalu
membisikkan hal-hal kebenaran dan mengajak membuat kebaikan. Dalam beberapa hadits dikatakan
bahwa Jin Qarin yang mendampingi Muhammad telah memeluk Islam, sehingga Muhammad selalu
terjaga dari kesalahan.

Etimologi

Perkataan Qarin berasal daripada bahasa Arab yang berarti "teman", "pasangan" atau
"pendamping". Istilah qarin kemudian meluas yang memiliki arti roh-roh jahat, yang terdiri daripada
makhluk-makhluk halus yang sentiasa mendampingi manusia, sejak seseorang itu dilahirkan
sehingga dia meninggal dunia.

Al-Qur'an telah menjelaskan tentang adanya Qarin dalam surah Az Zukhruf


“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan
baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu
menyertainya. (Az Zukhruf 43:36)”

Hadits mengenai Qarin pun telah dicatat oleh Imam Ahmad dan Imam Muslim, Muhammad
bersabda kepada Abdullah Mas'ud, "Setiap kamu ada Qarin daripada bangsa jin, dan juga Qarin
daripada bangsa malaikat. Mereka bertanya: "Engkau juga ya Rasulullah." Sabdanya: "Ya aku juga
ada, tetapi Allah telah membantu aku sehingga Qarin itu dapat kuislamkan dan hanya menyuruh aku
dalam hal kebajikan saja."

Dalam kisah yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah, bahwa ketika tiba giliran Iblis untuk meminta,
iapun berkata, “Ya Tuhanku, manusia (Adam) inilah yang telah Engkau muliakan atasku, kalau
Engkau tidak memperhatikannya, aku tidak akan kuat menghadapinya.” Allah berfirman yang
artinya, “Tidak akan dilahirkan seorang anak dari nya kecuali dilahirkan pula seorang anak dari
bangsa kamu.” Iblis berkata lagi, “Ya Tuhanku, berilah tambahan kepadaku.” Allah s.w.t. berfirman,
“Kamu dapat berjalan berjalan ditubuh mereka seperti mengalirnya darah dan kamu dapat membuat
hati mereka sebagai rumah-rumah untuk kamu.”
Mu’aqqibat

Al-Mu’aqqibat (Arab:‫ )ال معقبت‬adalah para malaikat yang menjaga setiap makhluk pada waktu
bermukim, bepergian, waktu tidur atau ketika terjaga dari kematian sampai datang waktu kematian
yang telah ditetapkan. Para malaikat ini termasuk dalam golongan Hafazhah (Para Penjaga) dan
konsep tentang malaikat penjaga ini sama dengan konsep "Guardian Angel" didalam ajaran Kristen.

Etimologi

Kata al-mu’aqqibat adalah bentuk jamak dari kata al-mua’qqibah. Kata tersebut diambil dari kata
‘aqiba yang berarti tumit, dari sini kata tersebut dipahami dalam arti mengikuti seakan-akan yang
mengikuti itu meletakkan tumitnya di tempat tumit yang diikutinya. Pola kata yang digunakan di sini
mengandung makna penekanan bahasa dan dimaksud adalah para malaikat-malaikat yang
ditugaskan Allah mengikuti setiap makhluk secara sungguh-sungguh.

Mu'aqqibat dalam Al-Qur'an dan Hadits

Para malaikat yang ditugaskan menjaga seorang hamba dalam segala ihwalnya, tercantum dalam Al
Qur'an Ar-Ra’du 10-11, yang berbunyi:
“Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus
terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan
(menampakkan diri) di siang hari. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah." (Ar-Raad: 10-11)”

Dan surat Al-An'am yang berbunyi:

“Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hambaNya, dan diutusNya
kepadamu malaikat-malaikat penjaga…(Al-An’am: 61)”

Dalam hadits shahih dari Abdullah, yang dicatat oleh Imam Ahmad, Muhammad pun pernah
bersabda tentang adanya makhluk malaikat dan jin yang menyertai setiap manusia. Menurut kisah
Islam, hanya saja jin yang menyertai Muhammad telah dikalahkan olehnya.

Dalam hadits lain dikatakan bahwa “Para malaikat bergiliran untukmu pada malam dan siang hari.
Mereka berkumpul dalam salat subuh dan salat ashar. Kemudian malaikat malam naik kepada Allah.
Allah bertanya, kepada para malaikat sedang Dia lebih mengetahui tentang kamu, "Bagaimana
keadaan hamba-hamba-Ku saat kamu tinggalkan?" Para malaikat berkata, "Kami mendatangi mereka
sedang mengerjakan salat dan kami meninggalkan mereka sedang salat pula."”
Malaikat Pelindung dalam buku lain

Dalam buku yang berjudul Jawaahi al-Khamsah yang dituliskan kembali oleh Patrick Hughes dalam
bukunya yang berjudul "A Dictionary of Islam: Being a Cyclopaedia of the Doctrines, Rites ...,"
disebutkan nama-nama Malaikat Pelindung adalah sebagai berikut:

* Israfil,
* Jibril,
* Kalka'il,
* Darda'il,
* Durba'il,
* Raftma'il,
* Sharka'il,
* Tankafil,
* Isma'il,
* Sarakika'il,
* Kharura'il,
* Tata'il,
* Ruya'il,
* Hula'il,
* Hamwakil,
* 'Itra'il,
* Amwakil
* 'Amra'il,
* 'Azrail,
* Mika'il,
* Mahka'il,
* Harta'il,
* 'Ata'il,
* Nura'il,
* Nukha'il

Arham

Al-Arham (Arab: ‫ )ال ارحم‬adalah para malaikat yang diserahi tugas untuk mengatur rezeki, kematian,
amal, sengsara atau kebahagiaan janin di dalam rahim. Malaikat Arham memiliki tugas meniupkan
debu bumi kepada janin, dimana calon makhluk itu nanti akan tercabut nyawanya oleh Malaikat
Maut.

Etimologi

Kata Arham adalah bentuk jamak dari kata "rahim" (Arab: ‫ )الرحم‬yang memiliki arti kasih sayang,
penyayang atau ampunan di dalam bahasa Indonesia.

Tugas Al-Arham

Jika seorang hamba telah sempurna empat bulan di dalam perut ibunya, maka Allah akan mengutus
malaikat kepadanya dan memerintahkannya untuk melaksanakan kesemua ketetapan yang telah
ditulis oleh Allah di Lauh Mahfuzh.

Dalam hadits Muhammad bersabda: Rasulullah Saw bersabda:


"Allah mengutuskan Malaikat ke dalam rahim. Malaikat berkata: 'Wahai Tuhan!, ia masih berupa air
mani'. Setelah beberapa ketika Malaikat berkata lagi: 'Wahai Tuhan!, ia sudah berupa darah beku'.

Begitu juga setelah berlalu empat puluh hari Malaikat berkata lagi: 'Wahai Tuhan!, ia sudah berupa
segumpal daging'. Apabila Allah membuat keputusan untuk menciptakannya menjadi manusia, maka
Malaikat berkata: 'Wahai Tuhan!, orang ini akan diciptakan laki-laki atau perempuan? celaka atau
bahagia? bagaimana rezekinya? serta bagaimana pula ajalnya?. Segala-galanya dicatat sewaktu
dalam perut ibunya."

Pada saat Sakrat al-Maut, Allah akan membukakan tabir yang menyelubungi pandangan seseorang
sehingga akan menembus akhirat. Tercantum di dalam Al Qur'an surah Qaaf, yang berbunyi:
“Sehingga bagi orang mukmin, ketersingkapan penglihatan ini menambah ringan bebannya
menempuh kematian, tetapi orang kafir justru akan semakin membuatnya berat dan sulit untuk
melampaui tahapan kematian itu.
(Qaaf 50:22)

Jundallah

Jundallah (Arab: ‫ ) جندهللا‬adalah para malaikat perang yang membantu nabi Muhammad dan
pasukannya di dalam peperangan.

Etimologi

Secara makna Jundallah memiliki arti "Prajurit Allah", berasal dari kata Jund (Arab: ‫ )جند‬yang berarti
"Prajurit" atau "Tentara" dan kata Allah (Arab: ‫)هللا‬. Kemudian sekitar pada tahun 2007, sebuah
organisasi di Iran, yang dikenal sebagai Gerakan Perlawanan Rakyat Iran menggunakan nama
Jundallah pula.

Wujud Jundallah

Menurut kisah Islam, ketika Muhammad sedang melihat-lihat suasana alam Langit Pertama (ar-
Rafii'ah), dikatakan bahwa ia telah melihat sosok malaikat yang sangat besar sekali ukurannya,
malaikat itu sedang menunggangi kuda yang berasal dari cahaya dan berbusana cahaya. Malaikat
yang besar itu dikelilingi oleh 70 ribu malaikat yang berbusanakan berbagai busana dan perhiasan,
masing-masing mereka memegang tombak yang tebuat dari cahaya dan mereka itulah yang disebut
sebagai Jundallah (Tentara Allah).

Membantu peperangan Badr

Menurut kisah Islam, pada saat itu para muslimin mendapatkan keadaan pada bulan yang sangat
berat, dimana para muslim memperoleh kemenangan besar, pertempuran pertama adalah pada
saat Perang Badr, yang terjadi pada 17 Ramadhan, pada saat diturunkannya Al Qur'an. "Membuat
sebuah norma untuk membedakan mana yang benar dan salah." Hari dimana dua kekuatan
bertemu.
Dalam pertempuran ini, ketika jumlah para muslimin tidaklah banyak, tidak bersenjatakan dengan
lengkap dan tidak ada persiapan sama sekali. Ketika itu mereka ingin menangkap sebuah kafilah
Quraisy yang dalam perjalanannya kembali dari Syria, yang dipimpin oleh Abu Sufyan. Penangkapan
ini bertujuan untuk mengambil harta-harta yang telah dirampas oleh pihak Quraisy dan
menggantikannya, secara terpaksa mereka keluar dari kampung halaman mereka dan mereka hanya
percaya dengan bantuan Allah.

Ketika Abu Sufyan mengetahui bahwa para muslimin datang, dia mengubah arah kafilahnya dan
melarikan diri, kemudian mengerahkan penduduk Mekkah sebanyak 950 pasukan dan 700 unta dan
langsung bergerak ke arah Madinah, untuk berhadapan langsung dengan para muslimin di Badr,
dengan tujuan untuk menyerang para muslimin dan menghentikan penyebaran Islam.

Ketika itu para muslimin tidak memiliki persiapan untuk perang dan Muhammad sedang berunding
dengan mereka, ia mendengar kalimat-kalimat yang membuatnya senang dari pihak Muhajirin dan
Anshar. Said bin Muadz seorang pemimpin Anshar berkata, "Saya bersumpah kepada Zat
menggenggam jiwa ku di tangan-Nya, jika senandainya engkau (Muhammad) menyeberangi lautan,
maka kami akan mengikutimu, dan jika engkau bergerak ke Barkil Ghimad (negeri yang jauh), kami
akan mengikutimu dan tidak ada satupun dari kami yang akan menetap disini. Kami selalu sabar
selama peperangan, serius dan jujur dalam konfrontasi dan kami berharap untuk menunjukkan niat
baik kami untuk menyenangkan anda, majulah dengan rahmat Allah."

Al Miqdad bin Amr, "Ya Rasulallah, kami tidak akan mengatakan kepadamu seperti perkataan Bani
Israel kepada Musa." "Pergilah bertarung dengan Tuhanmu, sementara kami akan duduk disini saja."
"Tetapi kami akan mengatakan, "Pergilah bertarung dengan Tuhanmu dan kami akan bertarung
disampingmu pula."

Menurut syariat Islam, akhirnya pertempuran itu dimulai dengan persekutuan antara Tentara Bumi
(muslimin) dengan bantuan Tentara Surga (malaikat Allah) dan banyak kejadian-kejadian yang diluar
masuk akal. Para malaikat ini disebutkan dalam firman Allah diantaranya dalam surah berikut
dibawah ini, yang berbunyi:

“Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan
seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. (Al-
Imran 3: 125)”

“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu:
Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang
datang berturut-turut. Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan
sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah
dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Ingatlah), ketika Allah
menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan
kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu
gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh dengannya telapak
kaki(mu). (Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku
bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman. Kelak akan Aku
jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan
pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. (Al-Anfaal 8: 9 - 12)”

“Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman,
dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana
kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir. (At-
Taubah 9: 26)”

“ ...Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri... (Al-Mudatsir 74: 31)”

Seorang prajurit muslim berkata kepada Muhammad bahwa ia telah melihat malaikat sedang
bertempur disisinya, sambil menunggang kuda tetapi kaki kuda itu tidak pernah menyentuh tanah.
Menurut kisah Islam, kemenangan ada dipihak tentara Islam, jatuh korban dipihak tentara Islam
dinyatakan hanya 14 jiwa, sementara itu dipihak Quraisy telah jatuh korban sebanyak 70 jiwa dan 70
jiwa ditangkap sebagai tawanan perang.

Israfil

Isrāfīl (Arab:‫إسرافيل‬, Israfel "Yang membakar"), adalah malaikat yang akan meniup sangkakala di hari
kiamat, walaupun namanya tidak disebutkan di dalam Qur'an. Ia sebagai salah satu dari empat
malaikat utama, bersama dengan Mikail, Jibril dan Izrail.[1] Israfil dalam logat lainnya disebut
Serafim yaitu dalam Alkitab.

Wujud Israfil

Beberapa sumber mengindikasikan bahwa, pada permulaan waktu Israfil memiliki empat sayap,
sangat tinggi sehingga bisa meraih tiang-tiang surga. Malaikat yang rupawan ini merupakan
penguasa musik, Israfil selalu bertasbih kepada Allah kedalam ribuan bahasa yang berbeda. Dari
bawah kaki hingga ke kepalanya ada beberapa rambut, beberapa mulut, dan beberapa lidah yang
tertutup hijab.

Terompet suci/Sangkakala

Walaupun nama "Israfil" tidak pernah di muncul dalam Al Qur'an, sebutan/julukan dibuat untuk
malaikat yang membawa terompet suci ini, untuk mengidentifikasikan sosok ini:

“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang
dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri
menunggu (putusannya masing-masing).(Az-Zumar 39:68)”

Israfil selalu memegang terompet suci yang terletak di bibirnya selama berabad-abad, menunggu
perintah dari Tuhan untuk meniupnya pada hari kiamat. Pada hari itu ia akan turun ke bumi dan
berdiri di batu/ bukit suci di Jerusalem.
Tiupan pertama akan menghancurkan dunia beserta isinya, tiupan kedua akan mematikan para
malaikat dan tiupan ketiga akan membangkitkan orang-orang yang telah mati dan mengumpulkan
mereka di Padang Mahsyar.

Misi mencari tanah untuk Adam

Dalam tradisi Islam, ia dikatakan telah di kirim oleh Tuhan bersama malaikat utama yang lain, untuk
mengumpulkan tanah dari empat penjuru dunia dan hanya Izrail saja yang berhasil dalam misi
tersebut. Dengan tanah itulah Adam diciptakan.

Izrail

Izrail (Arab:‫عزرائیل‬, Azrail, Asriel, Azaril dan Azrael) adalah Malaikat pencabut nyawa dan salah satu
dari empat malaikat utama selain Jibril, Mikail, dan Israfil dalam ajaran Islam. Nama Izrail tidak
pernah disebut dalam Al-Qur'an. Walau begitu ia selalu disebut dengan Malak al Mawt (Arab:
‫ )ملكالموت‬atau Malaikat Maut yang oleh sebagian kalangan diidentikkan sebagai Izrail.

Wujud Izrail

Malaikat Izrail diciptakan oleh Allah SWT dalam keadaan yang serupa dengan malaikat Mikail baik
wajahnya, ukurannya, kekuatannya, lisannya dan sayapnya. Semuanya tidak kurang dan tidak lebih.

Dikatakan dia berwajah empat, satu wajah di muka, satu wajah di kepala, satu dipunggung dan satu
lagi di telapak kakinya. Dia mengambil nyawa para nabi dari wajah kepalanya, nyawa orang mukmin
dengan wajah mukanya, nyawa orang kafir dengan wajah punggung dan nyawa seluruh jin dengan
wajah tapak kakinya.

Dari kepala hingga kedua telapak kakinya berbulu Za'faran dan di setiap bulu ada satu juta muka di
setiap satu juta muka mempunyai satu juta mata dan satu juta mulut dan tangan. Ia memiliki 4.000
sayap dan 70.000 kaki, salah satu kakinya di langit ketujuh dan satu lagi di jembatan yang
memisahkan Surga dan Neraka.

Setiap mulut ada satu juta lidah, setiap lidah boleh berbicara satu juta bahasa. Jika seluruh air di
lautan dan sungai di dunia disiramkan di atas kepalanya, niscaya tidak setitikpun akan jatuh
melimpah.

Kematian

Disebutkan, ketika Allah SWT mencipta Al-Maut (kematian) dan menyerahkan kepada malaikat Izrail,
maka berkata malaikat Izrail: "Wahai Tuhanku, apakah Al-Maut itu?".

Maka Allah SWT menyingkap rahasia Al-Maut itu dan memerintah seluruh malaikat menyaksikannya.
Setelah seluruh malaikat menyaksikannya Al-Maut itu, maka tersungkurlah semuanya dalam
keadaan pingsan selama seribu tahun.

Setelah para malaikat sadar kembali, bertanyalah mereka: "Ya Tuhan kami, adakah makhluk yang
lebih besar dari ini?" Kemudian Allah SWT berfirman: "Akulah yang menciptakannya dan Aku-lah
yang lebih Agung dari padanya. Seluruh makhluk akan merasakan Al-Maut itu".

Kemudian Allah SWT memerintahkan Izrail mengambil Al-Maut Allah telah menyerahkan kepadanya.
Walau bagaimanapun, Malaikat Izrail khawatir jika tidak terdaya untuk mengambilnya sedangkan Al-
Maut lebih agung daripadanya. Kemudian Allah SWT memberikannya kekuatan, sehinggalah Al-Maut
itu menetap di tangannya.

Disebutkan pula, setelah seluruh makhluk hidup sudah dicabut nyawanya pada hari kiamat kelak dan
yang tersisa tinggal malaikat Izrail lalu Allah SWT menyuruhnya untuk mencabut nyawanya sendiri,
demi melihat dahsyatnya sakarataul maut yang sedang terjadi terhadap dirinya, beliau mengatakan
"Ya Allah seandainya saya tahu ternyata pedih sekali sakaratul maut ini, tidak akan tega saya
mencabut nyawa seorang mukmin".

Malaikat Izrail diberi kemampuan yang luar biasa oleh Allah hingga barat dan timur dapat dijangkau
dengan mudah olehnya seperti seseorang yang sedang menghadap sebuah meja makan yang
dipenuhi dengan pelbagai makanan yang siap untuk dimakan. Ia juga sanggup membolak-balikkan
dunia sebagaimana kemampuan seseorang sanggup membolak-balikkan uang.

Sewaktu malaikat Izrail menjalankan tugasnya mencabut nyawa makhluk-makhluk dunia, ia akan
turun ke dunia bersama-sama dengan dua kumpulan malaikat yaitu Malaikat Rahmat dan Malaikat
'Azab.[1] Sedangkan untuk mengetahui dimana seseorang akan menemui ajalnya itu adalah tugas
dari Malaikat Arham.

Walau bagaimanapun, Izrail bersama Jibril, Israfil dan Mikail pernah ditugaskan ketika Allah
menciptakan Nabi Adam. Israil juga adalah antara Malaikat yang sering turun ke bumi untuk
bertemu dengan para nabi antaranya ialah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Idris a.s.

Sakaratul Maut dan Kematian Mukmin

Sesungguhnya seorang hamba mukmin apabila hendak meninggalkan dunia menuju akhirat, turun
kepadanya para malaikat dari langit yang berwajah putih seakan wajah mereka ibarat matahari.
Mereka membawa kafan dan parfum dari surga. Mereka duduk di samping calon mayat sejauh mata
memandang.

Diriwayatkan bahwa para malaikat ini mulai mencabut nyawa dari kaki sampai ke lututnya,
kemudian diteruskan oleh para malaikat lainnya sampai ke perut, kemudian diteruskan lagi oleh para
malaikat lainnya sampai ke kerongkongan, kemudian datanglah Malaikat maut Alaihis Salam dan
duduklah di samping kepala calon mayat seraya berkata: "Wahai jiwa yang baik, wahai jiwa yang
tenang, keluarlah menuju ampunan dan ridha dari Allah".

Maka keluarlah rohnya dengan lembut seperti air yang menetes dari bibir tempat air. Malaikat
maut-pun mengambilnya, setelah Malaikat mengambil ruh itu maka segera di masukkan dalam
kafan yang dari surga tersebut dan diberi parfum yang dari surga itu. Lalu keluarlah dari ruh itu bau
yang sangat wangi seperti bau parfum yang paling wangi di muka bumi ini.

Ketika telah keluar ruhnya maka para Malaikat diantara langit dan bumi menshalatinya, demikian
pula semua Malaikat yang di langit. Dan dibukakan untuknya pintu-pintu langit, semua penjaga pintu
tersebut berdoa kepada Allah agar ruh tersebut lewat melalui pintunya.

Para Malaikat membawa ruh itu naik ke langit, dan tiap-tiap melalui rombongan Malaikat mereka
selalu bertanya: "Ruh siapa yang wangi ini???" Para Malaikat yang membawanya menjawab: "Ini
ruhnya Fulan bin Fulan", sambil menyebutkan panggilan-panggilan terbaiknya selama di dunia.

Malaikat yang membawanya menyebutkan kebaikan-kebaikannya selama di dunia, Kebaikan-


kebaikannya dalam hubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia bahkan dengan alam
semesta. Tatkala telah sampai di langit dunia para Malaikat meminta dibukakan pintunya.

Malaikat penjaga pintu langit membuka pintu itu, kemudian semua Malaikat yang ada ikut
mengiringi ruh itu sampai ke langit berikutnya hingga berakhir di langit ke tujuh. Lalu Allah
berfirman: "Tulislah catatan amal hamba-Ku di Illiyyiin! Tahukah kamu apakah Illiyyiin itu? (Yaitu)
kitab yang bertulis (untuk mencatat amal orang yang baik)" (QS. Al-Muthaffifiin: 19-20).

Ditulislah catatan amalnya di Illiyyiin. Kemudian dikatakan: "Kembalikanlah ia ke bumi, karena Aku
telah berjanji kepada mereka bahwa Aku menciptakan mereka darinya (tanah) dan mengembalikan
mereka kepadanya serta membangkitkan mereka darinya pula pada kali yang lain". Roh itu-pun
dikembalikan ke bumi dan ke jasadnya.

Sakaratul Maut dan Kematian Kafir atau Fajir

Sesungguhnya seorang hamba yang kafir atau fajir (banyak dosa), apabila hendak meninggalkan
dunia menuju akhirat, turun kepadanya para Malaikat dari langit yang sangat keras lagi berwajah
hitam sambil membawa kain yang kasar dari neraka. Para malaikat itu duduk disamping calon mayit
sejauh mata memandang.

Diriwayatkan bahwa para malaikat ini mulai mencabut nyawa dari kaki sampai ke lututnya,
kemudian diteruskan oleh para malaikat lainnya sampai ke perut, kemudian diteruskan lagi oleh para
malaikat lainnya sampai ke kerongkongan, kemudian datang Malaikat maut Alaihis Salam dan duduk
di samping kepalanya seraya berkata: "Wahai jiwa yang busuk keluarlah menuju murka dan
kebencian dari Allah". Roh itupun terkejut...Lalu Malaikat mencabutnya seperti mencabut alat
pemanggang yang banyak cabangnya dari kain yang basah sehingga terputuslah urat-urat dan
ototnya.

Malaikat itupun mengambil rohnya dan langsung memasukkannya kedalam kain kasar (yang dari
neraka itu). Keluar dari ruh itu bau yang sangat busuk seperti bau paling busuk yang pernah ada di
muka bumi ini.
Para Malaikat lalu membawa roh itu naik, tiadalah melalui rombongan Malaikat melainkan mereka
selalu bertanya: "Roh siapa yang busuk ini?"...Para Malaikat yang membawanya menjawab: "Ini
rohnya Fulan bin Fulan", dengan menyebut panggilan-panggilan buruknya ketika di dunia...Malaikat
yang membawanya menyebutkan keburukan-keburukanya selama di dunia...Keburukan-
keburukannya dalam hubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia bahkan dengan alam
semesta.

Semua malaikat diantara langit dan bumi melaknatinya (mengutuknya), juga semua malaikat yang di
langit. Ditutup untuknya pintu-pintu langit. Masing-masing penjaga pintu berdoa kepada Allah agar
ruh itu tidak lewat melalui pintunya.

Tatkala telah sampai di langit dunia mereka meminta agar dibuka pintunya dan ternyata tidak
dibukakan. Kemudian Rasulullah shallallaahu alaihi wa ala alihi wa sallam membacakan: "Sekali-kali
tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga
unta masuk ke lubang jarum." (QS.Al-A?raaf: 40).

Lantas Allah berfirman: "Tulislah catatan amalnya di sijjiin, dibumi yang paling bawah", Kemudian
dikatakan: "Kembalikan hambaKu ke bumi karena Aku telah berjanji bahwa Aku menciptakan
mereka darinya (tanah) dan mengembalikan mereka kepadanya serta mengeluarkan mereka darinya
pula pada kali yang lain".

Lalu rohnya dilempar dari langit sehingga terjatuh ke bumi, kemudian Rasulullah Shallallaahu Alaihi
Wa Ala Alihi Wa Sallam membacakan ayat: "Dan barangsiapa menyekutukan Allah, maka seolah-olah
ia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh." (QS. Al-
Hajj: 31).

Perintah mencabut nyawa dari 'Arsy

Malaikat Maut tidak mengetahui kapan tiap-tiap makhluk yang akan mati, sampai ada daun dari
pohon (Sidrat al-Muntaha) yang terletak di bawah 'Arsy gugur.

Didaun tersebut tertulis nama makhluk yang akan di cabut nyawanya, lalu dia akan mencabut nyawa
makhluk tersebut tepat setelah 40 hari. Jumlah daun di pohon tersebut sama banyaknya dengan
bilangan makhluk yang Allah ciptakan.

Kemudian akan jatuh dua titisan dari arah 'Arsy pada daun tersebut, titisan hijau ataupun putih.
Hijau menandakan bakal si mayat akan mendapat kecelakaan sementara putih mengambarkan dia
akan mendapat kebahagiaan.

'Arsy

‘Arsy (Bahasa Arab ‫عرْ ش‬,َ ‘Arasy) adalah makhluk tertinggi tempat bersemayam Allah, berupa
singgasana seperti kubah yang memiliki tiang-tiang yang dipikul oleh para Malaikat.[1] Pengertian
‘Arsy ini yang diyakini oleh para manhaj Salaf, berdasarkan Al Qur'an dan hadits Muhammad, sesuai
dengan ayat:
“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas 'Arsy.(Thaha, 20:5)”

Tetapi banyak ulama yang berpendapat beda dalam mengartikan makna dari ‘Arsy ini, apakah ‘Arsy
itu berwujud fisik atau nonfisik.

Etimologi

‘Arsy adalah bentuk mashdar dari kata kerja ‘arasya – ya‘risyu – ‘arsyan ( ‫ش َيعْ ِرشُ َعرْ ًشا‬
َ ‫ ) َع َر‬yang berarti
bangunan, singgasana, istana atau tahta. Di dalam Al-Quran, kata ‘Arsy itu disebut sebanyak 33 kali.
Kata ‘Arsy mempunyai banyak makna, tetapi pada umumnya yang dimaksudkan adalah singgasana
atau tahta Tuhan. Kemudian arti dari kata tersebut dipakai oleh bangsa Arab untuk menunjukkan
beberapa makna, yaitu:

* Singgasana raja, tercantum dalam Surah An-Naml, 23.


* Atap rumah, tercantum dalam hadits
* Tiang dari sesuatu
* Kerajaan
* Bagian dari punggung kaki

Inilah sebagian dari arti ‘Arsy dalam bahasa Arab, akan tetapi arti tersebut berubah-ubah sesuai
dengan kalimat yang disandarinya.

Seorang ulama yang bernama Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar menjelaskan bahwa ‘Arsy
merupakan ”pusat pengendalian segala persoalan makhluk-Nya di alam semesta”. Penjelasan Rasyid
Rida itu antara lain didasarkan pada Al Qur'an:
“...kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy untuk mengatur segala urusan...(Yunus 10:3)”

Wujud 'Arsy

Menurut manhaj salaf, 'Arsy memiliki wujud yang teramat sangat besar, memiliki beberapa tiang
yang menjadikan 'Arsy sebagai atap alam semesta. Wujud ini dicatat dalam beberapa hadits-hadits
yang shahih. Saking besarnya ada malaikat yang memiliki sayap banyak, diperintahkan oleh Tuhan
untuk terbang kemana saja yang ia kehendaki dan ia merasa tidak beranjak dari tempat semula ia
terbang.

Allah berfirman kepada malaikat tersebut, "Sesungguhnya Aku telah menjadikan engkau memiliki
kekuatan yang sebanding dengan kekuatan 7.000 malaikat." Malaikat itu diberikan 70.000 sayap.
Kemudian, Allah menyuruh malaikat itu terbang. Malaikat itu pun terbang dengan kekuatan penuh
dan sayap yang diberikan Allah ke arah mana saja yang dikehendaki Allah. Sesudah itu, malaikat
tersebut berhenti dan memandang ke arah ‘Arsy. Tetapi, ia merasakan seolah-olah ia tidak beranjak
sedikitpun dari tempatnya terbang semula. Hal ini memperlihatkan betapa besar dan luasnya ‘Arsy
Allah itu.

“ 'Arsy yaitu singgasana yang memiliki beberapa tiang yang dipikul oleh para Malaikat. Ia menyerupai
kubah bagi alam semesta. 'Arsy juga merupakan atap seluruh makhluk.”

Nabi Muhammad bersabda: "Perumpamaan langit yang tujuh dibandingkan dengan Kursi seperti
cincin yang dilemparkan di padang Sahara yang luas, dan keunggulan 'Arsy atas Kursi seperti
keunggulan padang Sahara yang luas itu atas cincin tersebut."

Letak 'Arsy
Menurut syariat Islam, 'Arsy terletak diatas surga Firdaus yang berada dilangit ke-7. Keyakinan ini
bersumber dari salah satu hadits Muhammad. Muhammad bersabda kepada sahabatnya yang
bernama Abu Hurairah “Apabila engkau memohon kepada Allah, maka mohon-lah kepada-Nya Surga
Firdaus. Sesungguhnya ia (adalah) Surga yang paling utama dan paling tinggi. Di atasnya terdapat
‘Arsy Allah yang Maha Pengasih...”

Masih diriwayatkan dari Ibnu Abi 'Ashim, Nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya ‘Arsy
sebelumnya berada di atas air. Setelah Allah menciptakan langit (ke-7), ‘Arsy itu ditempatkan di
langit yg ke-7. Dia jadikan awan sebagai saringan untuk hujan. Apabila tidak dijadikan seperti itu,
tentu bumi akan tenggelam terendam air.”

Haumalat al-‘Arsy

Para malaikat pemikul 'Arsy terkenal dengan nama Hamalat al-‘Arsy (Arab: ‫ )حمالت العرش‬berjumlah
empat malaikat, setelah kiamat akan bertambah menjadi delapan malaikat yaitu; Israfil, Mikail, Jibril,
Izrail dan Hamalat al-‘Arsy.[4] Didalam Al-Qur'an juga disebutkan para malaikat ini, dalam surah Al
Haqqah 69 ayat 17:
“Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat
menjunjung Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (Al Haqqah, 69:17)”

Wujud Hamalat al-‘Arsy

Berdasarkan hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud dari seorang sahabat Jabir bin Abdillah, wujud
para malaikat pemikul singgahsana Allah sangatlah besar dan jarak antara pundak malaikat tersebut
dengan telinganya sejauh perjalanan burung terbang selama 700 tahun.

Dikatakan pula dalam hadits, bahwa Hamalat al-'Arsy memiliki sayap lebih besar dan banyak
dibandingkan dengan Jibril dan Israfil. Dikatakan bahwa Hamalat al-'Arsy memiliki sayap sejumlah
2400 sayap dimana satu sayapnya menyamai 1200 sayap Israfil, sedangkan Israfil mempunyai 1200
sayap, dimana satu sayapnya menyamai 600 sayap Jibril.

Perbedaan Pendapat Tentang 'Arsy

Di dalam perbincangan para ulama tradisional dengan ulama kontemporer dan modern, mereka
masing-masing memiliki perbedaan pendapat dalam menafsirkan istilah 'Arsy ini. Mereka
memperdebatkan apakah 'Arsy itu suatu nonmateri (nonfisik) atau materi (fisik).

Para ulama tradisional lebih menyukai memahami 'Arsy sebagai suatu singgasana, dimana dari
singgasana-Nya inilah Tuhan mengendalikan kekuasaan-Nya atas makhluk-makhluk-Nya, namun
ulama-ulama tersebut juga lebih suka untuk tidak melakukan pembahasan lebih jauh mengenainya
dan hanya mencukupkan urusannya kepada iman dan itu menjadi rahasia Allah saja.

Sejumlah ulama lain yang lebih moderat menolak penafsiran 'Arasy seperti yang telah disebutkan
diatas tadi, karena menurut mereka Allah tidak membutuhkan tempat, ruangan dan juga tidak
terikat dengan waktu. Jika dikatakan bahwa Allah duduk diatas 'Arsy maka berarti Allah memiliki
wujud yang sama seperti makhluk-Nya yang memerlukan tempat tinggal dan tempat bernaung,
padahal Allah Maha Suci dan Maha Mulia dari semua itu.

Dalam penafsiran 'Arsy oleh para ulama ini, maka bisa digolongkan menjadi tiga pendapat yang
berbeda, yaitu:

*Mu'tazilah
Berpendapat bahwa kata ‘Arsy di dalam al-Quran harus diartikan dan dipahami sebagai makna
metaforis (majazi). Jika dikatakan Tuhan bersemayam di ‘Arsy, maka arti ‘Arsy di sini adalah
kekuasaan Tuhan. Tuhan merupakan zat yang nonmateri, karenanya mustahil Dia berada pada
tempat yang bersifat materi.

* Mujassimah
Berpendapat golongan ini bertolak belakang dengan pendapat pertama. Menurut mereka, kata ‘Arsy
harus dipahami sebagaimana adanya. Karena itu, mereka mengartikan ‘Arsy sebagai sesuatu yang
yang bersifat fisik atau materi. Mereka memiliki paham antropomorfisme.

* Asy'ariyah
Berpendapat yang menyatakan bahwa ‘Arsy dalam arti tahta atau singgasana harus diyakini
keberadaannya, karena Al-Quran sendiri mengartikan demikian adanya.

Sidrat al-Muntahā
Sidrat al-Muntahā (Arab: ‫ سدرة المنتهى‬, Sidratul Muntaha) adalah sebuah pohon bidara yang menandai
akhir dari langit/Surga ke tujuh, sebuah batas dimana makhluk tidak dapat melewatinya, menurut
kepercayaan Islam. Dalam kepercayaan ajaran lain ada pula semacam kisah tentang Sidrat al-
Muntahā, yang disebut sebagai "Pohon Kehidupan".

Pada tanggal 27 Rajab selama Isra Mi'raj, hanya Muhammad yang bisa memasuki Sidrat al-Muntaha
dan dalam perjalanan tersebut, Muhammad ditemani oleh Malaikat Jibril, dimana Allah memberikan
perintah untuk Sholat 5 waktu.

Etimologi

Sidrat al-Muntahā berasal dari kata sidrah dan muntaha. Sidrah adalah pohon Bidara, sedangkan
muntaha berarti tempat berkesudahan, sebagaimana kata ini dipakai dalam ayat berikut:

“Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya
kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (An-Najm, 53:41-42)”

Dengan demikian, secara bahasa Sidratul Muntaha berarti pohon Bidara tempat berkesudahan.
Disebut demikian karena tempat ini tidak bisa dilewati lebih jauh lagi oleh manusia dan merupakan
tempat diputuskannya segala urusan yang naik dari dunia di bawahnya maupun segala perkara yang
turun dari atasnya. Istilah ini disebutkan sekali dalam Al-Qur'an, yaitu pada ayat:
“...(yaitu) di Sidratil Muntaha. (An-Najm, 53:14)”

Wujud Sidrat al-Muntahā

Sidratul Muntaha digambarkan sebagai Pohon Bidara yang sangat besar, tumbuh mulai Langit
Keenam hingga Langit Ketujuh. Dedaunannya sebesar telinga gajah dan buah-buahannya seperti
bejana batu. Menurut Kitab As-Suluk, Sidrat al-Muntahā adalah sebuah pohon yang terdapat di
bawah 'Arsy, pohon tersebut memiliki daun yang sama banyaknya dengan sejumlah makhluk ciptaan
Allah.

Allah berfirman dalam surah An-Najm 16,


“Ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya (an-Najm, 53: 16)”

Dikatakan bahwa yang menyelimutinya adalah permadani terbuat dari emas.

Jika Allah memutuskan sesuatu, maka "bersemilah" Sidratul Muntaha sehingga diliputi oleh sesuatu,
yang menurut penafsiran Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu adalah "permadani emas". Deskripsi
tentang Sidratul Muntaha dalam hadits-hadits tentang Isra Mi'raj tersebut hanyalah berupa
gambaran (metafora) sebatas yang dapat diungkapkan kata-kata. Hakikatnya hanya Allah yang Maha
Tahu.

Peristiwa di Sidratul Muntaha bagi Muhammad

Ketika Mi'raj, di sini Muhammad melihat banyak hal, seperti:

Melihat bentuk asli Malaikat Jibril

Dikatakan bahwa Muhammad telah melihat wujud asli dari Malaikat Jibril yang memiliki sayap
sebanyak 600 sayap.

“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang
lain, (An-Najm 53:13)”

Melihat Allah

Dikatakan pula bahwa Muhammad telah melihat Allah yang berupa cahaya.
Untuk hal ini terdapat beda pendapat di kalangan ulama, apakah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
wa Sallam pernah melihat Tuhannya? Jika pernah apakah beliau melihat-Nya dengan mata kepala
atau mata hati? Masing-masing memiliki argumennya sendiri-sendiri. Di antara yang berpendapat
bahwa beliau pernah melihat-Nya dengan mata hati antara lain al-Baihaqi, al-Hafizh Ibnu Katsir
dalam Tafsirnya, dan Syaikh al-Albani dalam tahqiq beliau terhadap Syarah Aqidah ath-Thahawiyah.
Salah satu argumentasi mereka adalah hadits di atas.

Mendapatkan Perintah Shalat

Di Sidratul Muntaha ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapatkan perintah sholat
5 waktu. Perintah melaksanakan sholat tersebut pada awalnya adalah 50 kali setiap harinya, akan
tetapi karena pertimbangan dan saran Nabi Musa serta permohonan Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi wa Sallam sendiri, serta kasih dan sayang Allah Subhahanu wa Ta'ala, jumlahnya menjadi
hanya 5 kali saja. Di antara hadits mengenai hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud.

Dari Abdullah (bin Mas'ud), ia telah berkata: "Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
diisrakan, beliau berakhir di Sidratul Muntaha (yang bermula) di langit keenam. Ke sanalah berakhir
apa-apa yang naik dari bumi, lalu diputuskan di sana. Dan ke sana berakhir apa-apa yang turun dari
atasnya, lalu diputuskan di sana."

Ia berkata: "Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam diberi tiga hal: Diberi shalat lima waktu
dan diberi penutup Surah al-Baqarah serta diampuni dosa-dosa besar bagi siapapun dari umatnya
yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun".

You might also like