You are on page 1of 45

DAFTAR NOMENKLATUR KEBIDANAN

DIAGNOSA KEBIDANAN
Nomenklatur kebidanan digunakan untuk menegakkan diaogosa sehingga menudahkan
dalam pengambilan keputusannya. Sedangkan pengertian nomenklatur kebidana sendiri
adalah suatu sistem nama yang telah terklasifikasikan dan diakui serta disyahkan oleh
profesi. dalam nomenklatur kebidanan terdapat suatu standrat yang yang harus dipenuhi.
Stamdrat ini diduat sebagai daftar untuk merujuk pasien.

Standrat nomenklatur kebidanan meliluti:

1. Diakui dan disyahkan oleh profesi


2. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan
3. Memiliki ciri khas kebidanan
4. Didukung oleh clinical julgement dalam praktik kebodanan
5. Dapat diselesaikan dengan menejemen kebidanan

DAFTAR NOMENKLATUR KEBIDANAN

1. Persalinan Normal
Adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus
melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar.
2. Partus Normal
Bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala / ubun-ubun kecil, tanpa
memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali
episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.

SEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN

1. Penurunan fungsi plasenta: kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak, nutrisi
janin dari plasenta berkurang.
(pada diagram, dari Lancet, kok estrogen meningkat ?)
2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi stimulasi
(pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.
3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin merangsang
terjadinya kontraksi.
4. Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen
mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi pencetus
rangsangan untuk proses persalinan (DIAGRAM)

PERSALINAN DITENTUKAN OLEH 3 FAKTOR “P” UTAMA

Power: His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan
kardiovaskular respirasi metabolik ibu.
Passage: Keadaan jalan lahir
Passanger: Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan
anatomik mayor)
(++ faktor2 “P” lainnya : psychology, physician, position)
Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor “P” tersebut, persalinan
normal diharapkan dapat berlangsung.

PEMBAGIAN FASE / KALA PERSALINAN


Kala 1, Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan)
Kala 2, Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)
Kala 3, Pengeluaran plasenta (kala uri)
Kala 4, Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi

3. Syok
SYOK, KONDISI HIPOPERFUSI
Definisi
• Syok adalah suatu kondisi patofisiologi dengan perfusi jaringan dan organ yang
tidak adekuat yang mengarah pada suatu keadaan hipoperfusi dan hipoksia seluler
pada akhirnya dengan semua gejala sisa yang menyertai. Akibat akhir adalah
sama pada semua bentuk dari syok (Tabel 1) tanpa melihat penyebabnya.
• Secara umum, suatu tekanan darah sistolik kurang dari normal sesuai dengan usia
dengan tanda – tanda klasik dari hipoperfusi seperti pucat, kulit dingin, takikardi,
diaphoresis atau penurunan kesadaran menyertai suatu syok. Perkecualian hanya
pada syok septic, dimana pada fase awal, ada sirkulasi hiperdinamik dengan kulit
hangat dan nadi yang kuat. Lihat table 2 untuk bagaimana mengenali berbagai
jenis syok.

Perhatian.
• Syok hipovolemik adalah jenis syok yang paling sering dijumpai di IRD dan
semua keadaan syok sebaiknya diterapi seperti syok hipovolemik pada awalnya
sampai etiologi – etiologi lain dapat disingkirkan.
• Pengenalan yang tepat dan penatalaksanaan awal adalah yang terpenting
dalam usaha mengurangi mortalitas dari syok. Evaluasi dari penyebab syok
dilakukan bersamaan dengan penatalaksanaan.
• Syok adalah suatu keadaan klinis. Seorang pasien dengan tekanan darah yang
normal mungkin masih dalam keadaan syok. Ini khususnya pada pasien dengan
latar belakang hipertensi. Di sisi lain, tidak semua pasien dengan hipotensi adalah
syok. Meskipun demikian, mereka seharusnya dirawat dengan segera.
• Bahkan jika semua indikator klinis yang umum digunakan dari syok adalah
normal, syok pada tingkat seluler, jaringan, atau organ mungkin masih ada. Ada
banyak literatur yang mendiskusikan penilaian obyektif dari tujuan akhir dari
resusitasi pada syok.

Tabel 1. : Jenis – Jenis Syok

Jenis Syok Penyebab


Hipovolemik Perdarahan akibat dari trauma multiple
Perdarahan gastrointestinal
Luka bakar
Ruptur aneurisma aorta
Kehamilan ektopik terganggu
Kehilangan cairan dari gastroenteritis berat atau pankreatitis akut
Kardiogenik Infark Myocard akut
Disritmia
Obstruktif Tension Pneumothorax
Tamponade jantung
Emboli Paru
Septik
Neurogenik Trauma spinal
Anafilaksis

Tabel 2 : Bagaimana mengenali Berbagai macam jenis dari syok

Infromasi Hipovolemik Kardiogenik Neurogenik Septik


diagnostik (Hyperdynamic
State)
Gejala dan Pucat; kulit Kulit basah, Kulit hangat, Demam, kulit
tanda dingin, dingin; taki- denyut jantung teraba hangat,
Basah; dan normal/rendah, takikardi, oliguri,
takikardi; bradiaritmia; normo/oliguri, hipotensi,
Oliguri, oliguri; hipotensi, penurunan
hipotensi; hipotensi; penurunan resistensi perifer.
peningkatan peningkatan resistensi perifer
resistensi resistensi
perifer perifer
Data Hematokrit Enzim jantung, Normal Hitung neutrofil,
laboratorium rendah ( fase EKG pengecatan gram,
akhir) kultur
Penatalaksanaan
• Semua pasien dengan syok harus dirawat di area critical care.
• Pasien ditempatkan pada monitor jantung, tekanan darah, nadi, dan pulse
oximetri. Periksa adanya hipotensi orthostatic jika mungkin.
• Kontrol jalan napas dan berikan oksigen 100% dengan masker non rebreathing
Pertimbangkan intubasi pada setiap pasien dengan syok berat dengan oksigenasi
dan ventilasi yang tidak adekuat.
• Apakah ada bukti adanya trauma tumpul atau tembus pada dada untuk
menunjukkan kemungkinan adanya tension pneumothorax atau tamponade
jantung ?
1. Dekompresi suatu tension pneumothorax dengan jarum kanula no.14G
pada intercostals space ke -2 pada linea midclavicula.
2. Jika ada kecurigaan tamponade jantung lakukan segera konsultasi ke
bagian bedah kardiovaskuler. Mulai pemberian cairan intravena dengan 500
ml normal saline dan/atau infuse dopamine dengan dosis 5 ug/kgBB/min dan
persiapan untuk pericardiosintesis.
• Untuk syok hipovolemik :
1. Pasang 2 jalur intravena dengan jarum besar (14G/16G) pada fossa antecubiti.
2. Periksa lab :
FBC, urea/elektrolit/creatinin.

Catatan:
(1). Hematokrit (Hct) adalah tes yang paling tidak reliable. Nilainya mungkin normal
selama fase awal dari kehilangan darah akut. Demikian juga, suatu peningkatan
hematokrit dapat terlihat pada pasien trauma dengan penyalahgunaan alkohol akut
karena efek diuretik dari alkohol.
(2) Hitung neutrofil absolute tidak sensitive maupun spesifik pada syok septik karena
mungkin meningkat, normal, atau rendah.
b. Troponin T dan enzim jantung.
c. Faal hemostasis dengan suatu screening DIC jika perlu dan Group and Cross
match (6 unit Whole blood pada keadaan kehilangan darah akut).
d. Pemeriksaan kecocokan golongan darah sebaiknya dilakukan dari bank darah
jika perlu tranfusi darah urgent. Pemeriksaan analisa gas darah sebaiknya
dilakukan jika perlu, khususnya pada pasien dengan syok berat.
Catatan : asidosis metabolic, peningkatan laktat, base deficit yang signifikan adalah
marker untuk prognosis buruk. Kemampuan untuk mengkoreksi abnormalitas ini
menandakan hasil yang meningkat. Bagaimanapun juga, natrium bikarbonat tidak
secara rutin digunakan sebagaimana tidak berakibat secara positif mempengaruhi
morbiditas dan survival.

3. Sedikitnya cairan kristaloid 1 liter harus diinfuskan dalam satu jam dan respon
dinilai. Lebih lanjut, cairan koloid atau whole blood (penuh atau secara cepat
tergantung adalah urgensi) dapat diberikan secara infuse jika diperlukan. Pada
pasien pediatri fluid challenge dengan larutan Hartmann’s sebanyak 20
ml/kgBB.
4. Jalur vena sentralis kadang – kadang dilakukan sebagai petunjuk resusitasi
cairan.
• Pemeriksaan EKG dan foto x-ray thorax seharusnya juga dilakukan.
Apakah ada nyeri dada dan sesak napas yang menunjukkan suatu infark myocard
akut atau emboli paru?.
• Pasang kateter urine dan lakukan pemeriksaan urinalisa untuk mencari
infeksi saluran kemih atau lakukan tes kehamilan jika dicurigai adanya
kehamilan ektopik. Apakah ada nyeri abdomen pada wanita usia reproduktif
dengan riwayat terlambat haid? (Catat kapan menstruasi terakhir). Lakukan
pemasangan kateter pada wanita yang diduga mempunyai kehamilan ektopik jika
dia tidak mampu mengluarkan urine untuk konfirmasi kehamilan. Segera lakukan
konsultasi dengan bagian obstetric untuk kecurigaan kehamilan ektopik. Monitor
produksi urine.
• Pada penderita dengan suspek aneurisma aorta abdominalis cari
adanya massa abdomen yang pulsatile. Segera lakukan konsultasi kebagian bedah
thorax dan kardiovaskuler.
• Apakah ada febris atau predisposisi untuk sepsis karena adanya kateter
urine yang terpasang atau suatu keadaan immunocompromised pada penderita
kanker yang menjalani kemoterapi?.
1. sepsis intraabdominal karena penyakit batu empedu atau peritonitis karena
appendix yang mengalami perforasi bukan penyebab yang jarang untuk syok
septic. Penderita usia lanjut sebagaimana pada usia anak – anak dapat
menampilkan gejala dan tanda yang tidak spesifik untuk syok septic.
2. Kultur darah (aerob dan anaerob) dan urine seharusnya dilakukan pada pasien
dengan syok septic.
3. antibiotic spectrum luas menurut sumber yang mungkin dari infeksi
seharusnya diberikan setelah dilakukan kultur.
• Jika dicurigai syok neurogenik karena kemungkinan trauma medulla
spinalis yang menyertai fraktur vertebra, segera lakukan konsultasi dengan bagian
bedah orthopedic. Lihat bab trauma medulla spinalis.
• Apakah ada riwayat gigitan atau sengatan hewan atau terpapar allergen
potensial seperti obat atau makanan untuk indikasi adanya syok anafilaksis?.
• Setelah evaluasi yang tepat dan penatalaksanaan awal, support dengan
obat inotropik mungkin dilakukan untuk menjaga tekanan darah:
1. IV dopamine 5 – 10 µg/kg/min
2. IV dobutamine 5 – 10 µg/kg/min khususnya untuk syok kardiogenik
3. IV norepinephrine 5 -20 µg/kg/min, titrasi sampai didapatkan efek.

Disposisi
• Semua pasien dengan syok seharusnya dirawat pada ruang perawatan intensif atau
ICU disiplin ilmu yang tepat setelah konsultasi yang tepat sebelumnya.
• Jika ada trauma multisistem, Tim Trauma harus dilibatkan.

http://www.klikdokter.com/p3k/detail/15
http://www.arismaduta.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=101:syok&catid=63:artikel-lain&Itemid=86
http://nursingbegin.com/penatalaksanaan-syok-septik/

4. DJJ tidak normal


Suara jantung adalah suara yang dikeluarkan oleh jantung dan akibat aliran darah
melalui jantung. Dokter biasanya menggunakan stetoskop ketika memerika pasien untuk
mendengarkan suara jantung, yang memberikan informasi penting tentang kondisi
jantung.

antung adalah organ vital dan merupakan pertahanan terakhir untuk hidup selain otak.
Denyut yang ada di jantung ini tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Berapa sebenarnya
jumlah rata-rata denyut jantung yang normal?

Denyut jantung biasanya mengacu pada jumlah waktu yang dibutuhkan oleh detak
jantung per satuan waktu, secara umum direpresentasikan sebagai bpm (beats per
minute).
Denyut jantung yang optimal untuk setiap individu berbeda-beda tergantung pada kapan
waktu mengukur detak jantung tersebut (saat istirahat atau setelah berolahraga). Variasi
dalam detak jantung sesuai dengan jumlah oksigen yang diperlukan oleh tubuh saat itu.
Detak jantung atau juga dikenal dengan denyut nadi adalah tanda penting dalam bidang
medis yang bermanfaat untuk mengevaluasi dengan cepat kesehatan atau mengetahui
kebugaran seseorang secara umum. "Pada orang dewasa yang sehat, saat sedang istirahat
maka denyut jantung yang normal adalah sekitar 60-100 denyut per menit (bpm). Jika
didapatkan denyut jantung yang lebih rendah saat sedang istirahat, pada umumnya
menunjukkan fungsi jantung yang lebih efisien dan lebih baik kebugaran
kardiovaskularnya," ujar Edward R. Laskowski, M.D, seorang physical medicine and
rehabilitation specialist, seperti dikutip dari Mayo Clinic.
Laskowski menambahkan ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi jumlah denyut
jantung seseorang, yaitu aktivitas fisik atau tingkat kebugaran seseorang, suhu udara
disekitar, posisi tubuh (berbaring atau berdiri), tingkat emosi, ukuran tubuh serta obat
yang sedang dikonsumsi.
Setiap orang bisa mengukur denyut jantungnya sendiri tanpa perlu menggunakan
stetoskop. Untuk mengukur denyut jantung di rumah bisa dengan cara memeriksa denyut
nadi. Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah pada pergelangan tangan atau tiga jari pada
sisi leher. Saat merasakan denyut nadi, lihatlah jam untuk menghitung jumlah denyut
selama 15 detik. Hasil yang didapatkan dikalikan empat, maka didapatkan jumlah denyut
jantung Anda per menit.
"Meskipun jumlah denyut bervariasi, tapi denyut yang terlalu tinggi atau rendah dapat
menunjukkan adanya masalah yang mendasar. Konsultasikan ke dokter jika denyut Anda
secara konsisten di atas 100 bpm (tachycardia) atau di bawah 60 bpm (bradycardia),
terutama jika disertai gejala lain seperti pusing, sesak napas atau sering pingsan,"
ungkapnya.
Denyut jantung seseorang juga dipengaruhi oleh usia dan aktivitasnya. Olahraga atau
aktivitas fisik dapat meningkatkan jumlah denyut jantung, namun jika jumlahnya terlalu
berlebihan atau di luar batas sehat dapat menimbulkan bahaya.
Untuk mendapatkan nilai denyut jantung maksimal dilakukan dengan cara mengurangi
angka 220 dengan usia. Misal usianya 40 tahun, maka jumlah maksimalnya adalah 180
bpm. Dengan melakukan tes sederhana tersebut, seseorang bisa mengetahui apakah
denyut jantunya normal atau tidak. Hal ini juga berguna sebagai diagnosis awal ada atau
tidaknya gangguan kardiovaskuler. (detik)
http://id.wikipedia.org/wiki/Suara_jantung
http://www.terangdunia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=519:-
menghitung-jumlah-denyut-jantung-normal&catid=46:kesehatan&Itemid=76
http://www.fetaldopplerfacts.org/facts/dopplers/fetal-heart-rate-facts.php
http://www.anmum.com/id/main.aspx?sid=1137&sva=0
http://mediasehat.com/tanyajawab335
http://puskesmas-oke.blogspot.com/2010/01/sop-pemeriksaan-denyut-jantung-janin.html
5. Abortus

Pengertian

secara medis abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar,
tanpa mempersoalkan penyebabnya.ada 2 kriteria utama dikatakan sebagai abortus yaitu : berat
janin kurang dari 500 gram serta umur kehamilan kurang dari 20 minggu.

Jenis Abortus

Dalam dunia medis dikenal beberapa jenis abortus yaitu :

Penyebab Abortus
Ada beberapa faktor penyebab abortus yaitu :

1. Faktor janin: dimana terjadi gangguan pertumbuhan pada zigot, embrio atau plasenta
contohnya adalah : Bligted Ovum, abnormal pembentukan plasenta, kelainan kromosom
(monosomi, trisomi)

2. Faktor maternal (Faktor Ibu) : terjadi infeksi(virus, bakteri) pada awal trimester 1 dan
trimester 2 contoh infeksi karena rubella, CMV, herpes simplex, varicella zoster, vaccinia,
campak, hepatitis, polio, ensefalomyelitis ; Salmonella typhi ; Toxoplasma gondii, Plasmodium.,
penyakit vaskuler (pembuluh darah) contoh : hipertensi vaskuler, kelainan endokrin contoh pada
defisiensi insulin atau disfungsi dari kelenjar tyroid, penyakit imunitas inkomptabilitas HLA
(Human Leukocyte Antigen), trauma, kelainan uterus, psikosomatik

3. Faktor eksternal: dapat disebabkan oleh radiasi, obat-obatan, dan bahan kimia

Abortus Provocatus Criminalis

seperti pengertian diatas pada abortus provocatus criminalis terjadi pengguguran kandungan
tanpa alasan medis, dalam sumpah dokter (sumpah Hipocrates) pada butir Saya akan
menghormati hidup insani sejak saat pembuahan maka Abortus buatan dengan indikasi medik
hanya dapat dilakukan dengan beberapa syarat berikut :

1. Pengguguran hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik.

2. Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan, sedapat mungkin disetujui secara tertulis
oleh dua orang dokter yang dipilih berkat kompetensi profesional mereka.

3. Prosedur itu hendaklah dilakukan seorang dokter yang kompeten di instalasi yang diakui
oleh suatu otoritas yang sah.

4. Jika dokter itu merasa bahwa hati nuraninya tidak memberanikan ia melakukan
pengguguran tersebut, maka ia hendak mengundurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan
tindakan medik itu kepada sejawatnya yang lain yang kompeten.

5. Selain memahami dan menghayati sumpah profesi dan kode etik, para tenaga kesehatan
perlu pula meningkatkan pemahaman agama yang dianutnya.

6. Melalui pemahaman agama yang benar, diharapkan para tenaga kesehatan dalam
menjalankan profesinya selalu mendasarkan tindakannya kepada tuntunan agama.

http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan

http://www.akbidnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=241:abortus-
&catid=47:kehamilan&Itemid=86

http://kamussehat.wordpress.com/2008/05/15/abortus-alias-keguguran/

6. Solusio Placentae

A. Definisi
Solusio plasenta adalah lepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta yang
berimplantasi normal pada kehamilan di atas 22 minggu dan sebelum anak lahir

B. Nama lain solusio placenta

1. Abruptio placentae

2. Ablatio placentae

3. Accidental haemorrhage

4. Premature separation of the normally implanted placenta

C. Etiologi

Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui pasti. Meskipun
demikian ada beberapa factor yang diduga mempengaruhi nya, antara lain :

1. penyakit hipertensi menahun


2. pre-eklampsia
3. tali pusat yang pendek
4. trauma
5. tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior
6. uterus yang sangat mengecil ( hidramnion pada waktu ketuban pecah, kehamilan
ganda pada waktu anak pertama lahir )

Di samping hal-hal di atas, ada juga pengaruh dari :

1. umur lanjut
2. multiparitas
3. ketuban pecah sebelum waktunya
4. defisiensi asam folat
5. merokok, alcohol, kokain
6. mioma uteri
D. Klasifikasi

Secara klinis solusio plasenta dibagi dalam :

1. solusio placenta ringan


2. solusio placenta sedang
3. solusio placenta berat

Klasifikasi ini dibuat berdasarkan tanda-tanda klinisnya, sesuai derajat terlepasnya


placenta. Pada solusio placenta, darah dari tempat pelepasan mencari jalan keluar
antara selaput janin dan dinding rahim dan akhirnya keluar dari serviks dan terjadilah
solusio placenta dengan perdarahan keluar / tampak. Kadang-kadang darah tidak
keluar tapi berkumpul di belakang placenta membentuk hematom retroplasenta.
Perdarahan ini disebut perdarahan ke dalam/ tersembunyi. Kadang- kadang darah
masuk ke dalam ruang amnion sehingga perdarahan tetap tersembunyi.

E. Frekuensi

Solusio plasenta terjadi kira-kira 1 di antara 50 persalinan. Di Rumah Sakit Dr Cipto


Mangunkusumo antara tahun 1968-1971 solusio placenta terjadi kira-kira 2,1 % dari
seluruh persalinan , yang terdiri dari : 14% solusio placenta sedang, 86 % solusio
placenta berat.

F. Patologi

Solusio placenta dimulai dengan perdarahan dalam desidua basalis, kemudian terjadi
hematom dalam desidua yang mengangkat lapisan-lapisan di atasnya. Hematom ini
makin lama makin besar sehingga placenta terdesak dan akhirnya terlepas. Jika
perdarahan sedikit, hematom yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan placenta,
belum mengganggu peredaran darah antara uterus dan placenta, sehingga tanda dan
gejalanya pun tidak jelas. Setelah placenta lahir baru didapatkan cekungan pada
permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitaman.
Perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang teregang oleh
kehamilan itu tak mampu untuk berkontraksi lebih untuk menghentikan perdarahan.
Akibatnya hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan
akhirnya seluruh placenta akan terlepas. Sebagian akan menyelundup di bawah
selaput ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam
kantong ketuban, atau mengadakan ekstravasasi di antara serabut otot uterus. Bila
ekstravasasi berlangsung hebat, maka seluruh permukaan uterus akan berbercak ungu
atau biru, disebut uterus couvelaire. Uterus seperti ini sangat tegang dan nyeri.

Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, banyak


romboplastin akan masuk ke dalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi pembekuan
intravaskuler dimana-mana, menyebabkan sebagian besar persediaan fibrinogen
habis.

Akibatnya, terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah


pada uterus maupun alat-alat tubuh lainnya. Perfusi ginjal akan terganggu karena
syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguria dan proteinuria akan terjadi akibat
nekrosis tubuli ginjal mendadak yang masih dapat sembuh kembali, atau akibat
nekrosis korteks ginjal mendadak yang biasanya berakibat fatal. Nasib janin
tergantung dari luasnya placenta yang lepas. Apabila sebagian besar atau seluruhnya
terlepas, anoksia akan mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang
lepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali atau mengakibatakan gawat janin.

Waktu adalah hal yang sangat menentukan dalam beratnya gangguan pembekuan
darah, kelainan ginjal dan nasib janin. Makin lama sejak terjadinya solusio placenta
sampai persalinan selesai, makin hebat komplikasinya.

G. Gejala klinis

1. Perdarahan yang disertai nyeri, juga diluar his.


2. Anemi dan syok, beratnya anemi dan syok sering tidak sesuai dengan banyaknya
darah yang keluar.

3. Uterus keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi uterus bertambah dengan
darah yang berkumpul di belakang placenta sehingga uterus teregang (uterus en
bois).

4. 4. Palpasi sukar karena rahim keras.

5. 5. Fundus uteri makin lama makin naik.

6. 6. Bunyi jantung biasanya tidak ada.

7. 7. Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena isi uterus bertambah)

8. 8. Sering ada proteinuri karena disertai preeclampsia

H. Diagnosis

Diagnosis solusio plasenta didasarkan adanya perdarahan antepartum yang bersifat


nyeri, uterus yang tegang dan nyeri. Setelah plasenta lahir, ditemukan adanya impresi
(cekungan) pada permukaan maternal plasenta akibat tekanan dari hematom
retroplasenta.

I. Gambaran klinik

• Solusio plasenta ringan

Ruptura sinus marginalis sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu ataupun janinnya.
Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitaman dan jumlahnya sedikit
sekali. Perut mungkin terasa agak sakit atau terus menerus agak tegang. Uterus yang agak
tegang ini harus diawasi terus menerus apakah akan menjadi lebih tegang karena
perdarahan terus menerus. Bagian bagian janin masih mudah teraba.

• Solusio plasenta sedang

Plasenta telah lepas lebih dari seperempatnya tapi belum sampai duapertiga luas
permukaannya. Tanda dan gejalanya dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta
ringan, atau mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang disusul dengan
perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam tampak sedikit, mungkin
perdarahan telah mencapai 1000ml. Dinding uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri
tekan sehingga bagian-bagian janin sukar diraba. Bila janin masih hidup, bunyi
jantungnya sukar didengar dengan stetoskop biasa, harus dengan stetoskop ultrasonic.
Tanda-tanda persalinan biasanya telah ada dan akan selesai dalam waktu 2 jam. Kelainan
pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi, walaupun biasanya terjadi
pada solusio plasenta berat.

• Solusio plasenta berat.

Plasenta telah lepas lebih dari duapertiga permukaannya. Terjadi sangat tiba-tiba.
Biasanya ibu telah jatuh dalam syok dan janin telah meninggal. Uterus sangat tegang
seperti papan, sangat nyeri, perdarahan pervaginam tidak sesuai dengan keadaan syok
ibu, malahan mungkin , perdarahan pervaginam belum sempat terjadi. Besar
kemungkinan telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal.

J. Komplikasi

Komplikasi pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dan
lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasinya antara lain :

1. Perdarahan

Perdarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat dicegah,
kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Persalinan dapat dipercepat dengan
pemecahan ketuban dan pemberian infus dengan oksitosin. Bila persalinan telah selesai,
penderita belum bebas dari bahaya perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang
tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala 3, dan kelainan pembekuan darah.
Kontraksi uterus yang tidak kuat itu disebabkan oleh ekstravasasi darah diantara otot-otot
miometrium, seperti yang terjadi pada uterus couvelaire. Apabila perdarahan postpartum
itu tidak dapat diatasi dengan kompresi bimanual uterus, pemberian uterotonika, maupun
pengobatan kelainan pembekuan darah, maka tindakan terakhir adalah histerektomia atau
pengikatan arteri hipogastrika.

2. Kelainan pembekuan darah.

Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemi. Page (1951)


dan Schneider (1955) menerangkan dengan masuknya tromboplastin ke dalam peredaran
darah ibu akibat terjadinya pembekuan darah retroplasenta, sehingga terjadi pembekuan
darah intravascular dimana-mana, yang akan menghabiskan faktor-faktor pembekuan
darah lainnya, terutama fibrinogen. Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil
cukup bulan ialah 450mg% , berkisar antara 300-700mg% dalam 100cc. Di bawah
150mg per 100cc disebut hipofibrinogenemi. Apabila kadar fibrinogen lebih rendah dari
100mg% per 100cc, akan terjadi gangguan pembekuan darah.

Kecurigaan akan adanya kelainan pembekuan darah harus dibuktikan dengan


pemeriksaan secara laboratorium.

• Penentuan kuantitatif kadar fibrinogen

• Pengamatan pembekuan darah untuk menentukan :

o Waktu pembekuan darah

o Besarnya dan kemantapan bekuan darah

o Adanya factor seperti heparin (antikoagulansia) dalam peredaran darah

o Adanya fibrinolisin dalam peredaran darah


• Hitung trombosit

• Penentuan waktu protrombin

• Penentuan waktu tromboplastin

Penentuan fibrinogen secara laboratoris memakan waktu yang lama. Oleh karena
itu untuk keadaan akut baik dilakukan clot observation test,dengan cara:

Kira-kira 5ml darah ibu dimasukkan ke dalam tabung reaksi berukuran 15


ml, kemudian digoyang perlahan-lahan setiap semenit sekali. Apabila
dalam 6 menit tidak terjadi bekuan, ataupun terjadi bekuan tapi bentuknya
tidak padat dan mencair 1 jam kemudian, hal itu menunjukkan adanya
kelainan pembekuan darah.

Besar bekuannya abnormal bila hanya menempati kurang dari 35-45% dari
volume darah semula, dan kemantapannya abnormal apabila bekuannya tidak
tahan kocokan beberapa kali setelah setengah jam.

Waktu pembekuan seperti diperiksa pengamatan pembekuan darah itu


menunjukkan kira-kira kadar fibrinogen darahnya. Apabila waktu pembekuannya
kurang dari 6 menit, kadar fibrinogen darahnya kira-kira lebih dari 150mg%.
Apabila waktu pembekuannya lebih dari 6 menit dan bekuannya kurang baik,
kadar fibrinogen darahnya kira-kira 100-150mg%. Apabila tidak terbentuk
bekuan dalam waktu 30 menit, kadar fibrinogen darahnya mungkin lebih rendah
dari 100mg%.

Terjadinya hipofibrinogenemi :

Biasanya koagulopati terjadi dalam 2 fase yaitu :


Fase 1: Pada pembuluh darah terminal (arteriol, kapiler, venol) terjadi
pembekuan darah, disebut disseminated intravascular clotting.
Akibatnya peredaran darah kapiler terganggu. Jadi, pada fase 1 turunnya

kadar fibrinogen disebabkan pemakaian zat tersebut maka fase 1 disebut

juga koagulopati konsumtif.

Diduga bahwa hematom retroplasenta mengeluarkan tromboplastin yang

menyebabkan pembekuan intravascular tersebut. Akibat gangguan

mikrosirkulasi, terjadi kerusakan jaringan pada alat-alat yang penting

karena hipoksia. Kerusakan ginjal menyebabkan oliguri / anuri dan akibat

gangguan mikrosirkulasi ialah syok.

Fase 2: Fase ini sebetulnya fase regulasi reparative ialah usaha badan untuk membuka
kembali peredaran darah kapiler yang tersumbat. Usaha ini dilaksanakan dengan
fibrinolisis. Fibrinolisis yang berlebihan,akan menurunkan kadar fibrinogen hingga
terjadi perdarahan patologis.

3. Oliguria

Pada tahap oliguria, keadaan umum penderita biasanya masih baik. Oleh karena
itu, oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran teliti pengeluaran urin
yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta sedang, dan solusio
plasenta berat, apalagi yang disertai perdarahan tersembunyi, pre eklampsia, atau
hipertensi menahun.

Terjadinya oliguria belum dapat diterangkan dengan jelas. Mungkin berhubungan


dengan hipovolemi dan penyempitan pembuluh darah ginjal akibat perdarahan
yang banyak. Adapula yang menerangkan bahwa tekanan intrauterin yang tinggi
menimbulkan reflex penyempitan pembuluh darah ginjal. Kelainan pembekuan
darah berperan pula dalam terjadinya kelainan fungsi ginjal ini.

4. Gawat janin

Jarang kasus solusio plasenta datang dengan janin yang masih hidup. Kalaupun
masih hidup,biasanya keadaannya sudah sedemikian gawat, kecuali pada kasus
solusio plasenta ringan.

K. Penanganan solusio plasenta

• Solusio plasenta ringan

Apabila kehamilannya kurang dari 36 minggu, perdarahannya kemudian berhenti,


perutnya tidak menjadi sakit, uterusnya tidak menjadi tegang maka penderita
dapat dirawat secara konservatif di rumah sakit dengan observasi ketat.

• Solusio plasenta sedang dan berat

Apabila perdarahannya berlangsung terus, dan gejala solusio plasenta bertambah


jelas, atau dalam pemantauan USG daerah solusio plasenta bertambah luas, maka
pengakhiran kehamilan tidak dapat dihindarkan lagi. Apabila janin hidup,
dilakukan sectio caesaria. Sectio caesaria dilakukan bila serviks panjang dan
tertutup, setelah pemecahan ketuban dan pemberian oksitosin dalam 2 jam belum
juga ada his. Apabila janin mati, ketuban segera dipecahkan untuk mengurangi
regangan dinding uterus disusul dengan pemberian infuse oksitosin 5 iu dalam
500cc glukosa 5% untuk mempercepat persalinan.

Pengobatan :

- Umum :
a. Transfusi darah.

Transfusi darah harus segera diberikan tidak peduli bagaimana keadaan


umum penderita waktu itu. Karena jika diagnosis solusio placenta dapat
ditegakkan itu berarti perdarahan telah terjadi sekurang-kurangnya
1000ml.

b. Pemberian O2

c. Pemberian antibiotik.

d. Pada syok yang berat diberi kortikosteroid dalam dosis tinggi.

- Khusus :

a. Terhadap hipofibrinogenemi : substitusi dengan human fibrinogen 10

gr atau darah segar dan menghentikan fibrinolisis dengan trasylol

(proteinase inhibitor) 200.000 iu diberikan IV, selanjutnya jika perlu

100.000 iu / jam dalam infus. Pemberian 1 gram fibrinogen akan

meningkatkan kadar fibrinogen darah 40 mg%.

Jadi apabila kadar fibrinogen sangat rendah atau tidak ada sama sekali,
diperlukan sekurangnya 4 gram fibrinogen untuk menaikkan di atas kadar
kritis fibrinogen darah 150mg%.

Biasanya diperlukan 4-6 gram fibrinogen yang dilarutkan dalam glucosa


10%, diberikan IV perlahan-lahan selama 15-30 menit. Apabila tidak ada
fibrinogen, transfusikan darah segar yang mengandung kira-kira 2 gram
fibrinogen per 1000ml.Sehingga dengan transfusi darah lebih dari 2000ml,
kekurangan fibrinogen dalam darah dapat diatasi.
b. Untuk merangsang diuresis : manitol, diuresis yang baik lebih dari

30-40cc/jam.

c. Pimpinan persalinan pada solusio plasenta bertujuan untuk mempercepat


persalinan sedapat-dapatnya kelahiran terjadi dalam 6 jam. Apabila
persalinan tidak selesai atau diharapkan tidak akan selesai dalam waktu 6
jam setelah pemecahan selaput ketuban dan infus oksitosin , satu-satunya
cara adalah dengan melakukan sectio caesaria.

d. Histerektomi dilakukan bila ada atonia uteri yang berat yang tidak dapat

diatasi dengan usaha-usaha yang lazim.

Alasan :

- Bagian placenta yang terlepas meluas

- Perdarahan bertambah

- Hipofibrinogenemi menjelma atau bertambah

L. Prognosis

Prognosis ibu tergantung dari luasnya placenta yang terlepas dari dinding uterus,
banyaknya perdarahan, derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya hipertensi
menahun atau pre eklampsia, tersembunyi tidaknya perdarahannya dan jarak waktu
antara terjadinya solusio placenta sampai pengosongan uterus.

Prognosis janin pada solusio placenta berat hampir 100% mengalami kematian. Pada
solusio placenta ringan dan sedang kematian janin tergantung dari luasnya placenta
yang terlepas dari dinding uterus dan tuanya kehamilan. Perdarahan yang lebih dari
2000ml biasanya menyebabkan kematian janin.Pada kasus solusio placenta tertentu
sectio caesaria dapat mengurangi angka kematian janin. Persediaan darah secukupnya
akan sangat membantu memperbaiki prognosis ibu dan janinnya.
7. Akut Pyelonephritis
A. Pyelonephritis

Pengertian Adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan
karena adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang dimulai dari
saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal. Infeksi ini dapat mengenai parenchym
maupun renal pelvis (pyelum=piala ginjal).

B. Penyebab
Bakteri E.coli·
Resisten terhadap obat antibiotik·
Obstruksi ureter yang mengakibatkan hidronefrosis·
Infeksi aktif·
Penurunan fungsi ginjal·
Urethra refluk·
Bakteri menyebar ke daerah ginjal, darah, sistim limfatik.

C. Patofisiologi Akut Bakteri


masuk kedalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi. Inflamasi ini menyebabkan
pembengkakan di daerah tersebut, dimulai dari papilla dan menyebar ke daerah korteks.
Infeksi terjadi setelah terjadinya cystitis, prostatitis (ascending) atau karena infeksi
streptococcus yang berasal dari darah (descending).

Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu :


Pielonefritis kronis
Pyelonefritis akut

1) Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena terapi tidak
sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu
setelah terapi selesai.Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal
ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan
selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi
interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut
kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus
terjadi.KronisPielonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga
karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.

Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang
berulangkali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure (gagal
ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan
tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang
berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.Pembagian
PielonefritisPielonefritis akutSering ditemukan pada wanita hamil, biasanya diawali
dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang
membesar.

Tanda dan gejala:


a. Pyelonefritis akut ditandai dengan pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang
ginjal.
b. Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil, nausea, nyeri pada
pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan fisik.
c. Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness.
d. Client biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari.
e. Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan bau yang
tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih.
2) Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronis Terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang, sehingga kedua ginjal
perlahan-lahan menjadi rusak.
Tanda dan gejala:
a. Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak mempunyai
gejala yang spesifik.
b. Adanya keletihan.
c. Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.
d. Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis, proteinuria, pyuria
dan kepekatan urin menurun.
e. Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami gagal ginjal.
f. Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.
g. Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan.
h. Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.

D. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :


Pemeriksaan IVP
Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur
Cystoscopy
cultur urin
biopsi ginjal.

E. Konsep Asuhan Keperawatan


Pengkajian
1. Identitas
Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insidens infeksi saluran kemih yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pria.
2. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama : Nyeri punggung bawah dan disuria
b. Riwayat penyakit sekarang : Masuknya bakteri kekandung kemih sehingga
menyebabnkan infeksi
c. Riwayat penyakit dahulu : Mungkin px pernah mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya
d. Riwayat penyakit keluarga : ISK bukanlah penyakit keturunan
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : Kurangnya pengetahuan kx tetnang
pencegahan
b. Pola instirahat dan tidur : Istirahat dan tidur kx mengalami gangguan karena gelisah
dan nyeri.
c. Pola eminasi : Kx cenderung mengalami disuria dan sering kencing
d. Pola aktivitas : Akativitas kx mengalami gangguan karena rasa nyeri yang kadang
datang
4. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
TD : normal / meningkat
Nadi : normal / meningkat
Respirasi : normal / meningkat
Temperotur : meningkat
b. Data fokus
Inpeksi : Rrekuensi miksi b (+), lemah dan lesu, urin keruh
Palpasi : Suhu tubuh me
Perkusi : Resona
Auskultasi :
F. Diagnosa Keperawatan Yang Timbul
1) Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra,
kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
2) Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur traktus urinarius lain.
3) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
G. Intervensi Keperawatan
1. Dx 1 :
Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung
kemih dan struktur traktus urinarius lain.
Kriteria evaluasi:
Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul
Intervensi:
a. Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, baud an pola berkemih, masukan dan
haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulangRasional: untuk mengidentifikasi
indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
b. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.Rasional: membantu
mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
c. Berikan tindakan nyaman, seprti pijatan punggung, lingkungan istirahat;Rasional:
meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
d. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokusRelaksasi: membantu mengarahkan
kembali perhatian dan untuk relaksasi otot.
e. Berikan perawatan perinealRasional: untuk mencegah kontaminasi uretra
f. Jika dipaang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 nkali per hari.Rasional:
Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran
perkemihan.
g. Kolaborasi: Konsul dokter bila:- sebelumnya kuning gading-urine kuning, jingga
gelap, berkabut atau keruh. Pla berkemih berubah, sring berkemih dengan jumlah sedikit,
perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih. Nyeri menetap atau bertambah
sakitRasional: Temuan- temuan ini dapat memeberi tanda kerusakan jaringan lanjut dan
perlu pemeriksaan luas Berikan analgesic sesuia kebutuhan dan evaluasi-
keberhasilannyaRasional: analgesic memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri
h. Berikan antibiotic. Buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk air segar .
Pemberian air sampai 2400 ml/hariRasional: akibta dari haluaran urin memudahkan
berkemih sering dan membentu membilas saluran berkemih
2. Dx 2:
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur traktus urinarius lain.
Kriteria Evaluasi:
Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri,
disuria)
Intervensi:
a. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urinRasional: memberikan informasi
tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
b. Tentukan pola berkemih pasien
c. Dorong meningkatkan pemasukan cairanRasional: peningkatan hidrasi membilas
bakteri.
d. Kaji keluhan kandung kemih penuhRasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan
distensi jaringan(kandung kemih/ginjal)
e. Observasi perubahan status mental:, perilaku atau tingkat kesadaranRasional:
akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada
susunan saraf pusat
f. Kecuali dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jamRasional: untuk
mencegah statis urin
g. Kolaborasi: Awasi- pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatininRasional:
pengawasan terhadap disfungsi ginjal Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin:-
tingkatkan masukan sari buah berri dan berikan obat-obat untuk meningkatkan aam
urin.Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari buah
dapt berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran kemih.
3. Dx 3:
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Kriteria Evaluasi:
menyatakna mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostic, rencana pengobatan, dan
tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi:
a. Kaji ulang prose pemyakit dan harapan yang akan datanngRasional: memberikan
pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan beradasarkan informasi.
b. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran,
jelaskan pemberian antibiotic, pemeriksaan diagnostic: tujuan, gambaran singkat,
persiapan yang dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah
pemeriksaan.Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan
m,embantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik.
c. Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatan lanjut
dan instruksi tertulis untuk perawatn sesudah pemeriksaanRasional: instruksi verbal dapat
dengan mudah dilupakan
d. Instruksikan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, inum sebanyak kurang
lebih delapan gelas per hari khususnya sari buah berri.Rasional: Pasien sering
menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan menolong
membilas ginjal. Asam piruvat dari sari buah berri membantu mempertahankan keadaan
asam urin dan mencegah pertumbuhan bakteri
e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah
tentang rencana pengobatan.Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan
ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made
Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan
KeperawatanNugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta:
EGC.Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta:
FKUIPrice, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi:
4. Jakarta: EGCSmeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.Tessy Agus,
Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih.
Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=89
8. Amnionitis

Amnionitis is an infection of the uterus, the amniotic sac (bag of waters), and in some
cases, of the fetus. Amnionitis is very rare, occurring in only about 5% of pregnancies.
The uterus is normally a sterile environment (meaning that it does not contain any
bacteria or viruses). However, certain conditions can make the uterus susceptible to
infection. When it does occur, infection of the uterus is a serious condition because it
cannot be successfully treated without delivering the baby. This is a particular problem
when the baby is premature.

http://www.healthline.com/yodocontent/pregnancy/complications-delivery-
amnionitis.html
9. Anemia Berat
Pengertian
Anemia ialah suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin atau jumlah
eritrosit dalam darah kurang dari nilai standar (normal).
Ukuran hemoglobin normalϖ
- Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18 gram
- Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram – 16 gram
Tingkat pada anemiaϖ
- Kadar Hb 10 gram – 8 gram disebut anemia ringan.
- Kadar Hb 8 gram – 5 gram disebut anemia sedang.
- Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.
http://yudhim.blogspot.com/2008/08/tentang-penyakit-anemi.html

10. Apendiksitis
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan
dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan
penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup
tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.

11. Atonia Uteri

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan
merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi peripartum. Kontraksi
uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah
melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini.(3,4)

Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut


miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah
implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium
tersebut tidak berkontraksi.(4)

http://afiyahhidayati.wordpress.com/2009/03/04/askep-atonia-uteri/

12. Infeksi Mammae


A. Pengertian carsinoma mammae
Carsinoma mammae adalah neolasma ganas dengan pertumbuhan jaringan mammae
abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrasi dan destruktif
dapat bermetastase ( Soeharto Resko Prodjo, 1995)
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae
dimana sel abnormal timbul dari sel – sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi
jaringan limfe dan pembuluh darah (Lynda Juall Carpenito, 1995).

B. Penyebab dan faktor predisposisi


Menurut C. J. H. Van de Velde
1. Ca Payudara yang terdahulu
Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah organ berpasangan
2. Keluarga
Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini, dikuatkan bila 3
anggota keluarga terkena carsinoma mammae.
3. Kelainan payudara ( benigna )
Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah ditunjukkan bahwa
wanita yang menderita / pernah menderita yang porliferatif sedikit meningkat.
4. Makanan, berat badan dan faktor resiko lain
Status sosial yang tinggi menunjukkan resiko yang meningkat, sedangkan berat badan
yang berlebihan ada hubungan dengan kenaikan terjadi tumor yang berhubungan dengan
oestrogen pada wanita post menopouse.
5. Faktor endokrin dan reproduksi
Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun
Menarche kurang dari 12 tahun
6. Obat anti konseptiva oral
Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun mempunyai resiko lebih
besar untuk terkena kanker.
C. Gambaran klinik
Menurut William Godson III. M. D
1. Tanda carsinoma
Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada tumor jinak, massa
lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips
2. Gejala carsinoma
Kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu, puting eritema,
mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai
petunjuk adanya metastase.
D. Patofisiologi
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel – sel atipik. Sel
- sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma
membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa
yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira
– kira seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae
bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui
saluran limfe dan aliran darah ( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995 )
Masalah keperawatan :
1. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan,
interupsi saraf, diseksi otot.
2. Kerusakan integristas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, adanya edema,
destruksi jaringan.
3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limpatik necrose
jaringan.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau perubahan
gambaran mammae.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan pengobatan
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi
7. Anxietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal,
ketidakpastian tentang hasil pengobatan carsinoma, perasaan putus asa dan tak berdaya
dan ketidak cukupan pengetahuan tentang carsinoma dan pengobatan.

E. Fokus pengkajian
1. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan,
interupsi saraf, diseksi otot.
a. Kaji tingkat nyeri dengan P. Q. R. S. T.
? Provoking : Penyebab
? Quality : Kwalitas
? Region : Lokasi
? Severate : Skala
? Time : Waktu
b. Kaji efek nyeri pada individu dengan menggunakan individu dan keluarga
? Kinerja ( pekerjaan ) tanggung jawab peran
? Interaksi sosial
? Keuangan
? Aktifitas sehari – hari
? Kognitif / alam perasaan
? Unit keluarga ( respon anggota keluarga )
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, adanya edema,
destruksi jaringan
Hal yang dikaji :
a. Identifikasi faktor penyebab kerusakan integritas
b. Identifikasi rasional untuk pencegahan dan pengobatan, kerusakan integritas
c. Identifikasi tahap perkembangan
C1 Tahap I : eritema yang tidak memutih dari kulit yang utuh
C2 Tahap II : ulserasi pada epidermis atau dermis
C3 Tahap III : ulserasi meliputi lemak kutan
C4 Tahap IV : ulserasi meluas otot, telinga dan struktur penunjang
3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limfatik, necrose
jaringan
a. Kaji tanda radang
b. Kaji intake
c. Kaji pemberian obat dengan 5 benar ( waktu, obat, nama, dosis, cara)
d. Kaji hasil laboratorium ( Hb, Albumin, Lekosit)
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau perubahan
gambaran mammae
Hal yang dikaji :
a. Kaji perasaan terhadap kehilangan dan perubahan mammae
b. Kaji respon negatif verbal dan non verbal
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan pengobatan
Hal yang dikaji :
a. Tingkat pendidikan
b. Kemampuan dalam mempersepsikan status kesehatan
c. Perilaku kesehatan yang tidak tepat
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi
Hal yang dikaji :
a. Kaji intake
b. Pantau berat badannya
c. Kaji hasil laboratorium ( Hb, Albumin, Gula darah )
d. Kaji mual dan muntah
7. Ansietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal, ketidak
pastian tentang pengaobatan, perasaan putus asa dan tak berada, ketidak cukupan
pengetahuan carsinoma dan pengobatan
Hal yang dikaji :
a. Kaji dan ukur tanda - tanda vital
b. Kaji tingkat kecemasan, ringan, sedang, berat, panik
c. Kaji tingkat pendidikan

F. Fokus intervensi
Fokus intervensi dari perawatan pasien dengan carsinoma mammae
1. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan,
interupsi, diseksi otot ( Danielle Gale, 1995; Doengos, 1993)
Kriteria evaluasi :
Pasien mengekspresikan penurunan nyeri
Intervensi :
Perhatikan lokasi nyeri, lamanya dan intensitasnya ( skala 1-10), perhatikan respon verbal
dalam mengungkapkan nyeri, bantu pasien untuk posisi yang nyaman serta tindakan yang
dapat memberi kenyamanan seperti masase punggung, dorong ambualasi dini dan teknik
relaksasi, berikan obat sesuai pesanan.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi adanya edema,
destruksi jaringan ( Doengos, 1993)
Kriteria evaluasi :
Akan terjadi penyembuhan luka bebas drainase, purulen atau eritema
Intervensi
Obsrvasi balutan / luka setelah dilakukan perawatan luka, guna mengetahui karakteristik
luka, drainase, quasi edema, kemerahan dan insisi pada mammae, tempatkan pada posisi
semi fowler pada sisi puggung yang tidak sakit, injeksi dibagian yang tidak sakit,
kosongkan drain secara periodik, catat jumlah dan karakteristik
3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limfalik karena
diseksi nodus limfe aksilaris dan adanya drain pembedahan ( Danielle Gale, 1945)
Kriteria evaluasi
Tidak ada infeksi pada extremitas yang sakit dan atau pada daerah luka pembedahan
Intervensi
Observasi lengan yang sakit terhadap adanya tanda – tanda infeksi, observasi integritas
kulit yang tertutup diatas dinding dada terhadap tanda dan gejala kemerahan,
pembengkakan dan drainase, bau tidak sedap, serta warna kekuning – kuningan atau
kehijau – hijauan, hindari penggunaan extremitas yang sakit untuk pemasangan infus,
observasi daerah pemasangan drainase terhadap adanya tanda kemerahan, nyeri
pembengkakan, atau adanya drainase purulenta, observasi kulit dan rawat kuku pada
daerah yang sakit.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau perubahan
gambaran dari mastektomi segmental dan atau radiasi mammae ( Dainalle Galle, 1995)
Kriteria evaluasi
Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang diagnosa carsinoma
mammae, pengobatannya dan dampak yang diharapkan atas gaya hidup, evaluasi
perasaan pasien atas kehilangan mammae pada aktifitas sexual, hubungan dan citra
tubuhnya, berikan kesempatan pasien terhadap rasa berduka atas kehilangan mammae,
izinkan pasien mengungkapkan perasaan negatifnya.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan pengobatan
( Daianlle Galle, 1995)
Kriteria evaluasi
Pasien dapat berperan serta dalam pengambilan keputusan akan pengobatan carsinoma ,
pasien mendiskusikan rasional dari pengobatan dan mengungkapkan tindakan – tindakan
yang kemungkinan timbul dari efek samping
Intervensi
Observasi pengetahuan pasien / keluarga mengenai carsinoma mammae dan anjurkan
pengobatannya , jelaskan patofisiologi dari carsinoma mammae, hindari janji – janji yang
tidak mungkin, berikan informasi tentang pilihan pengobatan yang sesuai
6. Anxietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal, ketidak
pastian pengobatan carsinoma, perasaan putus asa dan tak berdaya dan ketidak cukupan
informasi dan pengobatannya ( Lynda Juall, 1993 )
Kriteria evaluasi
Pasien akan berbagi masalah mengenai diagnosa carsinoma
Intervensi
Berikan kesempatan pasien dan keluarga mengungkapkan perasaan, lakukan kontak
sering, berikan suasana ketenangan dan rileks, tunjukkan sikap yang tidak menilai dan
mendengar penuh perhatian, dorong diskusi tentang carsinoma dan pengalaman orang
lain
7. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi ( Danielle galle, 1995
)
Kriteria evaluasi
Berat badan naik atau turun
Intervensi
Monitor untuk mekanan tiap hari, timbang badan tiap hari jika memungkinkan, jelaskan
pentingnya nutrisi adekuat, observasi ulang makanan pantang dan kesukaan, manipulasi
lingkungan yang nyaman, bersih, dan tak berbau, anjurkan makan porsi kecil dan sering,
kolaborasi ahli gizi untuk pemberian diet TKTP

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall (1995), Buku saku diagnosa keperawatan dan dokumentasi, edisi
4, Alih Bahasa Yasman Asih, Jakarta, EGC

C. J. H. Van de Velde (1996), Ilmu bedah, Edisi 5, Alih Bahasa “ Arjono”


Penerbit Kedokteran, Jakarta, EGC

Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku diagnosa keperawatan, edisi 8, alih Bahasa
Monica Ester, Jakarta, EGC

Daniell Jane Charette (1995), Ancologi Nursing Care Plus, Elpaso Texas, USA Alih
Bahasa Imade Kariasa, Jakarta, EGC

Theodore R. Schrock, M. D (1992), Ilmu Bedah, Edisi 7, Alih Bahasa Drs. Med Adji
Dharma, dr. Petrus Lukmanto, Dr gunawan. Penerbit Kedokteran Jakarta, EGC

Thomas F Nelson, Jr M. D (1996), Ilmu Bedah, edisi 4, Alih Bahasa Dr. Irene Winata, dr.
Brahnu V Pendit. Penerbit Kedokteran, Jakarta, E G C

13. Pembengkakan Mamae


a) Penyebab
Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontinyu, sehingga sisa
ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini dapat terjadi pada hari ke tiga setelah
melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat serta keadaan puting susu yang tidak
bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.
b) Gejala
Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara penuh. Pada payudara
bengkak: payudara odem, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah,
dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam. Sedangkan pada
payudara penuh: payudara terasa berat, panas dan keras. Bila ASI dikeluarkan tidak ada
demam.

c) Pencegahan
1. Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang benar.
2. Menyusui bayi tanpa jadwal (nir jadwal dan on demand).
3. Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
4. Jangan memberikan minuman lain pada bayi.
5. Lakukan perawatan payudara pasca persalinan (masase, dan sebagainya).
d) Penatalaksanaan
1. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga lebih
mudah memasukkannya ke dalam mulut bayi.
2. Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan
diberikan pada bayi dengan cangkir/sendok.
3. Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi.
4. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi kompres hangat dan dingin.
5. Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang sakit.
6. Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat untuk membantu
memperlancar pengeluaran ASI.
7. Pada saat menyusui, sebaiknya ibu tetap rileks.
8. Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan perbanyak minum.

 Bendungan ASI
a) Definisi
Bendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar
tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu, keluhan ibu
adalah payudara bengkak, keras, panas, nyeri.

b) Gejalanya
• Payudara bengkak, keras, panas.
• Nyeri bila ditekan
• Warnanya kemerahan
• Suhu tubuh sampai 38 c

c) Pencegahannya
• Jangan dibersihkan dengan sabun
• Gunakan teknik menyusui yang benar
• Puting susu dan areola mamae harus selalu kering setelah selesai menyusui
• Jangan pakai Bra yang tidak dapat menyerap keringat

d) Penanganannya
Sebaiknya selama hamil atau dua bulan terakhir dilakukan masase atau perawatan
puting susu dan areola mamae untuk mencegah terjadinya puting susu kering dan mudah
mencegah terjadinya payudara bengkak.

e) Penatalaksanaan
• Mencegah terjadinya payudara bengkak
• Susukan bayi segera setelah lahir
• Susukan bayi tanpa dijadwal
• Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek
• Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI
• Laksanakan perawatan payudara setelah melahirkan
• Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin
• Untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap puting susu berikan kompres
sebelum menyusui
• Untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam payudara
lakukan pengurutan yang dimulai dari puting ke arah korpus mamae
• Ibu harus rileks
• Pijat leher dan punggung belakang

f) Perawatan payudara
Payudara merupakan sumber yang akan menjadi makanan utama bagi anak. Karena
itu jauh sebelumnya harus sesuai dengan pembesaran payudara yang sifatnya menyokong
payudara dari bawah suspension bukan menekan dari depan.
DEFINISI
Induksi partus adalah satu upaya agar persalinan mulai berlangsung sebelum atau sesudah
kelahiran cukup bulan dengan jalan merangsang (stimulasi) timbulnya his.
Dalam ilmu kebidanan ada kalanya satu kehamilan terpaksa diakhiri karena adanya
sesuatu indikasi. Indikasi dapat datang dari sudut kepentingan hidup ibu dan atau janin.
Hasil induksi partus bergantung pula pada keadaan serviks, sebaliknya induksi partus
dilakukan pada serviks yang sudah atau mulai matang (Ripe atau favourable) dimana
serviks sudah lembek, dengan effacement sekurang-kurangnya 50% dan pembukaan
serviks satu jari.
(Rustam mochtar-1998)

14. Presentasi Bokong

15. Asma Bronchiale

16. Presentasi Dagu

17. Disproporsi Sevalo Pelvik

18. Hipertensi Kronik

19. Koagilopati
20. Presentasi Ganda

21. Cystitis

22. Eklampsia

23. Kelainan Ektopik

24. Ensephalitis

25. Epilepsi

26. Hidramnion

27. Presentasi Muka

28. Persalinan Semu

29. Kematian Janin


30. Hemorargik Antepartum

31. Hemorargik Postpartum

32. Gagal Jantung

33. Inertia Uteri

34. Infeksi Luka

35. Invertio Uteri

36. Bayi Besar

37. Malaria Berat Dengan Komplikasi

38. Malaria Ringan Dengan Komplikasi

39. Mekonium

40. Meningitis

41. Metritis

42. Migrain

43. Kehamilan Mola

44. Kehamilan Ganda


45. Partus Macet

46. Posisi Occiput Posterior

47. Posisi Occiput Melintang

48. Kista Ovarium

49. Abses Pelvix

50. Peritonitis

51. Placenta Previa

52. Pneumonia

53. Pre-Eklampsia Ringan/Berat

54. Hipertensi Karena Kehamilan

55. Ketuban Pecah Dini

56. Partus Prematurus

57. Prolapsus Tali Pusat

58. Partus Fase Laten LAma

59. Partus Kala II Lama


60. Sisa Plasenta

61. Retensio Plasenta

62. Ruptura Uteri

63. Bekas Luka Uteri

64. Presentase Bahu

65. Distosia Bahu

66. Robekan Serviks dan Vagina

67. Tetanus

68. Letak Lintang


http://www.tanyadokteranda.com/tag/plasenta-previa/feed
69. Sectio Caesarea

Bedah sesar (bahasa Inggris: caesarean section atau cesarean section dalam Inggris-
Amerika), disebut juga dengan seksio sesarea (disingkat dengan sc) adalah proses
persalinan dengan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi)
dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya dilakukan
ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena berisiko
kepada komplikasi medis lainnya. Sebuah prosedur persalinan dengan pembedahan
umumnya dilakukan oleh tim dokter yang beranggotakan spesialis kandungan, anak,
anastesi serta bidan.
Bedah caesar dengan teknik vertikal.

Etimologi
Ada beberapa unsur yang dapat menjelaskan asal kata "caesar".

• Istilah dapat diambil dari kata kerja bahasa Latin caedere yang berarti
"membedah". Dengan demikian "bedah caesar" menjadi gaya bahasa retoris.
• Istilah yang mungkin diambil dari pemimpin Romawi kuno Julius Caesar yang
disebut-sebut dilahirkan dengan metode tersebut. Dalam sejarah, hal ini sangat
tidak memungkinkan karena ibunya masih hidup ketika ia mencapai usia dewasa
(bedah caesar tidak mungkin dilakukan pada masa tersebut terkait dengan
teknologi yang tidak mendukung), tetapi legenda tersebut telah bertahan sejak
abad ke-2 SM.
• Hukum Romawi yang menjelaskan bahwa prosedur tersebut perlu dilakukan pada
ibu hamil yang meninggal untuk menyelamatkan nyawa sang bayi. Hal ini dikenal
dengan istilah lex caesarea, sehingga hukum Romawi mungkin menjadi asal usul
istilah ini.

Secara umum, istilah "bedah sesar" merupakan gabungan dari hal-hal tersebut di atas.
Kata kerja caedo dalam kalimat a matre caesus ("membedah ibunya") digunakan pada
masa Romawi untuk mendeskripsikan operasi tersebut.

Jenis
Sebuah operasi caesar sedang dalam proses.

Ada beberapa jenis bedah sesar:

• Jenis klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga memungkinkan


ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Akan tetapi jenis ini sudah
sangat jarang dilakukan hari ini karena sangat berisiko terhadap terjadinya
komplikasi.
• Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih sangat umum dilakukan
pada masa sekarang ini. Metode ini meminimalkan risiko terjadinya pendarahan
dan cepat penyembuhannya.
• Histerektomi caesar yaitu bedah caesar diikuti dengan pengangkatan rahim. Hal
ini dilakukan dalam kasus-kasus dimana pendarahan yang sulit tertangani atau
ketika plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim.
• Bentuk lain dari bedah caesar seperti bedah sesar ekstraperitoneal atau bedah
sesar Porro.
• Bedah sesar berulang dilakukan ketika pasien sebelumnya telah pernah menjalan
bedah sesar. Umumnya sayatan dilakukan pada bekas luka operasi sebelumnya.

Di berbagai rumah sakit, khususnya di Amerika Serikat, Britania Raya, Australia dan
Selandia Baru, sang suami disarankan untuk turut serta pada proses pembedahan untuk
mendukung sang ibu. Dokter spesialis anastesi umumnya akan menurunkan kain
penghalang ketika si bayi dilahirkan agar orang tua si bayi dapat melihat bayinya. Rumah
sakit di Indonesia umumnya tidak memperbolehkan adanya orang lain turut serta waktu
persalinan dengan bedah sesar termasuk sang suami.

Indikasi
Seorang bayi ketika dilahirkan melalui bedah caesar

Dokter spesialis kebidanan akan menyarankan bedah sesar ketika proses kelahiran
melalui vagina kemungkinan akan menyebabkan risiko kepada sang ibu atau si bayi. Hal-
hal lainnya yang dapat menjadi pertimbangan disarankannya bedah sesar antara lain:

• proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan normal
(distosia)
• detak jantung janin melambat (fetal distress)
• adanya kelelahan persalinan
• komplikasi pre-eklampsia
• sang ibu menderita herpes
• putusnya tali pusar
• risiko luka parah pada rahim
• persalinan kembar (masih dalam kontroversi)
• sang bayi dalam posisi sungsang atau menyamping
• kegagalan persalinan dengan induksi
• kegagalan persalinan dengan alat bantu (forceps atau vakum)
• bayi besar (makrosomia - berat badan lahir lebih dari 4,2 kg)
• masalah plasenta seperti plasenta previa (ari-ari menutupi jalan lahir), placental
abruption atau placenta accreta)
• kontraksi pada pinggul
• sebelumnya pernah menjalani bedah caesar (masih dalam kontroversi)
• sebelumnya pernah mengalami masalah pada penyembuhan perineum (oleh
proses persalinan sebelumnya atau penyakit Crohn)
• angka d-dimer tinggi bagi ibu hamil yang menderita sindrom antibodi
antifosfolipid
• CPD atau cephalo pelvic disproportion (proporsi panggul dan kepala bayi yang
tidak pas, sehingga persalinan terhambat)
• Kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus)
• Ibu menderita hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi)

Harap diingat bahwa institusi yang berbeda dapat memiliki pendapat yang berbeda pula
mengenai kapan suatu bedah sesar dibutuhkan. Di Britania Raya, hukum menyatakan
bahwa ibu hamil mempunyai hak untuk menolak tindakan medis apapun termasuk bedah
sesar walaupun keputusan tersebut berisiko terhadap kematiannya atau nyawa sang bayi.
Negara lain memiliki hukum yang berbeda mengenai hal ini. Lihat pula mengenai bedah
caesar berdasarkan permintaan.

Risiko

Metode sayatan mendatar

Data statistik dari 1990-an menyebutkan bahwa kurang dari 1 kematian dari 2.500 yang
menjalani bedah caesar, dibandingkan dengan 1 dari 10.000 untuk persalinan normal [1].
Akan tetapi angka kematian untuk kedua proses persalinan tersebut terus menurun
sekarang ini. Badan kesehatan Britania Raya menyebutkan risiko kematian ibu yang
menjalani bedah caesar adalah tiga kali risiko kematian ketika menjalani persalinan
normal [2]. Akan tetapi, adalah tidak mungkin untuk membandingkan secara langsung
tingkat kematian proses persalinan normal dan proses persalinan dengan bedah caesar
karena ibu yang menjalani pembedahan adalah mereka yang memang sudah berisiko
dalam kehamilan.

Bayi yang lahir dengan persalinan bedah sesar seringkali mengalami masalah bernafas
untuk pertama kalinya. Sering pula sang bayi terpengaruh pengaruh obat bius yang
diberikan kepada sang ibu.

Prevalensi
Badan Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa angka persalinan dengan bedah sesar
adalah sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan di negara-negara
berkembang dibandingkan dengan 20% di Britania Raya dan 23% di Amerika Serikat.
Kanada pada 2003 memiliki angka 21%.

Berbagai pertimbangan mengemuka akhir-akhir ini mengingat proses bedah sesar yang
seringkali dilakukan bukan karena alasan medis. Berbagai kritik pula mengemuka karena
bedah sesar yang disebut-sebut lebih menguntungkan rumah sakit atau karena bedah
sesar lebih mudah dan lebih singkat waktu prosesnya oleh dokter spesialis kandungan.
Kritik lainnya diberikan terhadap mereka yang meminta proser bedah caesar karena tidak
ingin mengalami nyeri waktu persalinan normal.
Anestesia

Sang ibu tetap dalam keadaan sadar waktu bayinya dilahirkan

Sang ibu umumnya akan diberikan anastesi lokal (spinal atau epidural), yang
memungkinkan sang ibu untuk tetap sadar selama proses pembedahan dan untuk
menghindari si bayi dari pembiusan.

Pada masa sekarang ini, anastesi umum untuk bedah sesar menjadi semakin jarang
dilakukan karena pembiusan lokal lebih menguntungkan bagi sang ibu dan si bayi.
Pembiusan umum dilakukan apabila terjadi kasus-kasus berisiko tinggi atau kasus
darurat.

Persalinan normal setelah bedah caesar


Persalinan normal setelah bedah caesar adalah umum dilakukan pada masa sekarang ini.
Di waktu lalu, bedah sesar dilakukan dengan sayatan vertikal sehingga memotong otot-
otot rahim. Bedah sesar sekarang ini umumnya melalui sayatan mendatar pada otot rahim
sehingga rahim lebih terjaga kekuatannya dan dapat menghadapi kontraksi kuat pada
persalinan normal berikutnya. Luka bekas sayatan pada bedah sesar sekarang ini adalah
terletak di bawah "garis bikini".

Sejarah
Bedah caesar dilakukan di Kahura, Uganda. Sebagaimana diamati oleh R. W. Felkin
tahun 1879.

Pada 1316, Robert II dari Skotlandia dilahirkan dengan bedah caesar, ibunya Marjorie
Bruce, kemudian meninggal. Bukti pertama mengenai ibu yang selamat dari bedah sesar
adalah di Siegershausen, Swiss tahun 1500: Jacob Nufer, seorang pedagang babi, harus
membedah istrinya setelah proses persalinan yang lama. Prosedur bedah sesar di waktu
lampau mempunyai angka kematian yang tinggi. Di Britania Raya dan Irlandia, angka
kematian akibat bedah sesar pada 1865 adalah 85%. Beberapa penemuan yang membantu
menurunkan angka kematian antara lain:

• Pengembangan prinsip-prinsip asepsis.


• Pengenalan prosedur penjahitan rahim oleh Max Sänger pada 1882.
• Bedah sesar extraperitoneal dilanjutkan dengan sayatan mendatar rendah (Krönig,
1912).
• Perkembangan teknik anestesi.
• Transfusi darah.
• Antibiotik.

Pada 5 Maret 2000, Inés Ramírez melakukan bedah caesar pada dirinya sendiri dan
berhasil mempertahankan nyawanya dan juga bayinya, Orlando Ruiz Ramírez. Ia
dipercaya sebagai satu-satunya wanita yang melakukan bedah caesar pada dirinya sendiri.

Rujukan:
WHO, UNFPA, UNICEF, World Bank (2000) I M P A C (Intergrated Management
of Pregnancy And Chilbirth), Managing Complications in Pregnancy and Childbirth :
A Guide for Midwives and doctor, Departement of Reproductive Health and
Research.

You might also like