You are on page 1of 25

Analisis Penerapan dan Manfaat Audit Operasional dalam Menilai dan Mendorong

Peningkatan Kinerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kolonel Abundjani


Bangko

1. LATAR BELAKANG

Audit merupakan suatu proses pengumpulan data, penilaian ataupun pengevaluasian yang dilakukan
untuk menilai sesuatu apakah telah sesuai dengan kriteria yang mendasarinya. Audit terdiri dari
beberapa macam, seperti audit keuangan, audit kepatuhan dan audit operasional. Di sini, penulis
tertarik untuk membahas mengenai audit operasional. Audit operasional merupakan audit yang
dilaksanakan untuk menilai efisiensi dan efektivitas kegiatan suatu organisasi dalam prosesnya untuk
mencapai tujuan organisasi tersebut. Efisiensi digunakan untuk sebaik apakah pemakaian sumber daya
suatu organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan efektivitas
digunakan untuk menilai seberapa baik kebijakan-kebijakan organisasi tersebut dalam mencapai tujuan.
Efisiensi dan efektivitas merupakan dua hal yang saling berkaitan erat satu dengan lainnya. Efisiensi
dan efektivitas ini merupakan hal yang sangat berperan penting dalam peningkatan kinerja pelayanan
suatu organisasi.
Audit opersional merupakan suatu tinjauan dari penilaian efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan atau
prosedur kegiatan, di mana pemeriksaan ini dilaksanakan dengan disertai tanggung jawab untuk
mengungkapkan dan memberikan informasi kepada manajemen mengenai masalah operasi dan
membantu manajemen dalam memecahkan berbagai masalah tersebut dengan merekomendasikan
berbagai tindakan perbaikan yang dibutuhkan.
Audit operasional sebagai bagian dari fungsi pengendalian merupakan suatu alat bagi manajemen untuk
mengukur dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan. Audit operasional berfokus pada
evaluasi terhadap efisiensi dan efektivitas organisasi. Dengan diterapkannya audit operasional, maka
auditor dapat melihat sejauh mana tujuan organisasi telah tercapai dan apakah kegiatan operasi
perusahaan telah dilakukan secara efektif dan efisien.
Marsa, 2004 menyimpulkan bahwa dalam suatu entitas sangat penting dilakukan audit operasional,
karena audit operasional dapat membantu manajemen mengelola entitasnya untuk lebih efektif dan
efisien dalam kinerja operasinya. Selain itu, dengan adanya audit operasional dapat ditemukan
beberapa hal yang perlu dilakukan perbaikan dalam operasionalnya.
Dalam melakukan audit operasional, hal-hal yang menjadi standar untuk menentukan hasil audit yang
berguna bagi pihak manajemen puncak sangat beragam sehingga untuk menentukan sebuah standar
efisiensi dan efektivitas masing-masing entitas atau organisasi bisa berbeda-beda harus disesuaikan
dengan kondisi yang dihadapi (Ardoni Marsa, 2004). Namun, audit operasional sangat penting
dilaksanakan karena hasil audit tersebut bisa berupa rekomendasi yang sangat berguna bagi pihak
manajemen untuk menentukan dan menilai kebijakan-kebijakan dan kegiatan organisasi apakah sudah
tepat atau memerlukan adanya perbaikan sehingga berpengaruh terhadap hasil dan kegiatan organisasi
tersebut.
Melihat kondisi pada saat ini, audit operasional sangat diperlukan tidak hanya pada perusahaan ataupun
organisasi yang berorientasi laba. Namun, audit operasional juga diperlukan pada organisasi nirlaba,
seperti pada rumah sakit, lembaga pendidikan, panti jompo, ataupun panti asuhan. Dalam penelitian ini,
penulis akan membahas mengenai audit operasional di rumah sakit. Karena, melihat kondisi saat ini
dimana aktivitas yang sangat tinggi, pola hidup yang tidak sehat serta beragamnya jumlah makanan dan
kurangnya olahraga mempengaruhi kesehatan suatu masyarakat. Sehingga kebutuhan akan dunia
kesehatan bertambah, hal ini mendorong perkembangan medis yang begitu pesat, baik dari sisi
pelayanan maupun penemuan-penemuan dalam pengobatan serta sisi teknologi pada dunia medis.
Rumah sakit adalah institusi atau organisasi yang memberikan jasa pelayanan kesehatan kepada
masyarakat luas secara komprehensif dan juga dalam penyelenggaraan pelatihan untuk para dokter dan
para medis serta pengembangan penelitian.
Ekspektasi masyarakat terhadap rumah sakit sangat tinggi, di mana masyarakat berharap rumah sakit
dapat menyembuhkan penyakit dan menyelamatkan hidup mereka. Dengan adanya harapan yang besar
ini, maka didirikanlah rumah sakit umum milik pemerintah maupun rumah sakit milik swasta.
Kebijakan pemerintah tentang pendiriran rumah sakit, poliklinik dan puskesmaspun merambah ke
berbagai daerah. Masyarakat tidak hanya memperhatikan kuantitas saja, tetapi juga kualitas yang
diberikan oleh rumah sakit menjadi prioritas utama dalam mendapatkan pelayanan yang maksimal.
Rumah sakit yang merupakan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat juga perlu diadakan audit
operasional, karena manajemen rumah sakit harus dapat menciptakan serta mendorong pelayanan yang
terbaik bagi masyarakat, baik itu dari segi pelayanan, kinerja pegawai, persediaan obat-obatan, dan
alat-alat medis yang memadai serta kegiatan operasional lainnya.
Rumah Sakit Umum Kolonel Abundjani Bangko merupakan salah satu rumah sakit yang menjadi
tujuan utama masyarakat Kota Bangko dan Kabupaten Merangin secara umum dalam hal pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu, sangat perlu manajemen rumah sakit tersebut mendorong efektivitas
pelayanan kesehatan masyarakatnya, untuk meningkatkan kinerja pelayanan dari rumah sakit tersebut.
Audit operasional diperlukan manajemen rumah sakit ini dalam pengelolaan pelayanan kesehatan.
Dilihat dari kondisi masyarakat Kota Bangko saat ini yang sering bermasalah dalam hal kesehatan,
pelayanan yang berkualitas dari rumah sakit sangat diperlukan. Pelayanan yang berkualitas bisa
didapatkan dari kinerja para pegawai rumah sakit yang baik, fasilitas yang tersedia dalam menunjang
setiap pekerjaan, serta penggunaan bahan-bahan secara efektif dan efisien. Akhir-akhir ini, sebagian
masyarakat cenderung merasa kurang puas dengan kinerja pelayanan dari beberapa instalasi di Rumah
Sakit Kolonel Abundjani Kota Bangko ini. Hal ini telah mereka sampaikan melalui surat kabar daerah,
yaitu Harian Pagi Radar Sarko (2010). Sangat penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi
kembali apa yang menyebabkan beberapa masyarakat merasa kurang puas terhadap kinerja pelayanan
rumah sakit tersebut.
Beberapa penelitian terdahulu telah membahas mengenai audit operasional pada rumah sakit. Peneliti
menerapkan pengetahuan mengenai audit operasional pada rumah sakit untuk mengetahui efektifitas
dan efisiensinya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hal-hal yang menyimpang dari
ketentuannya, sehingga peneliti terdahulu dapat memberikan rekomendasi dalam perbaikan
penyimpangan yang terjadi.
Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Budi Satria pada tahun 2009, audit operasional sangat
penting dilakukan dalam sebuah organisasi. Karena jika tidak dilakukan audit operasional, maka akan
sulit untuk mengetahui hal-hal yang perlu mengalami perbaikan untuk di masa yang akan datang.
Pentingnya audit operasional sejalan dengan tujuan manajemen perusahaan dalam penigkatan kinerja
yang berupa efektivitas dan efisiensi perusahaan.
Harmi, 2006 yang meneliti mengenai audit operasional pada Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Ibnu
Sina Bukittinggi, menyatakan bahwa audit operasional sangat perlu dilakukan secara rutin, karena
hambatan dan kelemahan sering kali muncul pada sebuah organisasi, sehingga dari waktu ke waktu
perlu adanya peninjauan keefektifan dan keefisienan kegiatan baik dari personil yang melaksanakannya
maupun dari sistem dan prosedur pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan. Hal ini membuktikan
bahwa pentingnya audit operasional pada setiap organisasi.
Dalam penelitian ini, akan didapatkan analisis mengenai penerapan serta manfaat dari audit operasional
yang telah dilakukan dalam menilai serta mendorong adanya peningkatan kinerja pada rumah sakit.
Penulis membatasi penelitian ini, dengan hanya meneliti pada bagian instalasi farmasi saja. Karena,
instalasi farmasi yang merupakan instalasi penyedia obat-obatan merupakan bagian yang cukup penting
dalam pelayanan di rumah sakit ini. Maka, sangat penting bagi pihak manajemen rumah sakit untuk
mengetahui manfaat audit operasional dalam hal peningkatan kinerja.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hal tersebut, dengan judul “
Analisis Penerapan dan Manfaat Audit Operasional dalam Menilai dan Mendorong Peningkatan
Kinerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kolonel Abundjani Bangko “.

2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, muncul beberapa masalah yang akan menjadi topik bahasan
dalam penelitian ini, yaitu:
a. Bagaimana prosedur audit operasional yang dilakukan di Instalasi Farmasi RSUD
Kolonel Abundjani Bangko?
b. Apakah audit operasional yang dilakukan di Instalasi Farmasi RSUD Kolonel
Abundjani Bangko sudah memenuhi kriteria atau standar?
c. Apakah audit operasional telah dapat menilai kinerja yang dijalani dan mendorong
peningkatan kinerja yang lebih baik di Instalasi Farmasi RSUD Kolonel Abundjani
Bangko?

3. TUJUAN DAN MANFAAT


3.1 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan audit operasional di Instalasi
Farmasi rumah Sakit Umum Kolonel Abundjani Bangko.
b. Untuk mengetahui apakah audit operasional yang dilakukan di Instalasi Farmasi
RSUD Kolonel Abundjani Bangko sudah memenuhi kriteria atau standar yang telah
ditetapkan.
c. Untuk mengetahui apakah audit operasional telah dapat menilai kinerja yang telah
dijalani serta mendorong peningkatan kinerja ke depannya di Instalasi Farmasi RSUD
Kolonel Abundjani Bangko.

3.2 MANFAAT
Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah :
a. Bagi pihak manajemen RSUD Kolonel Abundjani Bangko, hasil penelitian ini akan
dapat memberikan bahan pertimbangan dan masukan untuk perkembangan yang lebih
lanjut mengenai kinerja pelayanan pegawai di rumah sakit tersebut serta mengambil
tindakan-tindakan koreksi yang dibutuhkan pada instalasi farmasi.
b. Bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini ditujukan untuk kepentingan
masyarakat. Dengan memberikan hasil yang dapat membantu pihak manjemen dalam
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit ini, maka masyarakat dapat merasakan
pelayanan yang lebih baik.
c. Bagi dunia akademik, hasil penelitian ini bermanfaat dalam memberikan tambahan
referensi di bidang audit operasional, khususnya pada rumah sakit.
d. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini akan dapat memberikan ide untuk
melakukan penelitian mengenai audit operasional pada organisasi nirlaba lainnya.
e. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat dalam menambah pengetahuan mengenai
audit operasional khususnya pada ruang lingkup rumah sakit.

4. LANDASAN TEORI dan TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU


4.1 Auditing
4.1.1 Pengertian Auditing
Audit merupakan suatu proses pengumpulan data, penilaian ataupun pengevaluasian yang dilakukan
untuk menilai sesuatu apakah telah sesuai dengan kriteria yang mendasarinya. Secara umum, audit
adalah proses pengevaluasian atas suatu kegiatan untuk menilai apakah kegiatan tersebut sudah sesuai
dengan standarnya.
Pada dasarnya setiap audit bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan sudah selaras dengan
yang digariskan. Oleh karena itu, terdapat dua unsur yang ditemukan dalam audit yaitu kondisi dan
kriteria. Kondisi adalah kenyataan yag ada atau keadaa yang melekat pada objek yang diperiksa.
Sedangkan kriteria adalah hal yang seharusnya dikerjakan atau hal yang seharusnya melekat pada objek
yang diperiksa. Kriteria merupakan bahan pembanding sehingga auditor dapat menentukan kondisi
menyimpang atau tidak.
Menurut Arens dan Loebebbecke (2003), definisi auditing adalah sebagai berikut :
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and
report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Audit
should be done by a competent, independent person.
Auditing adalah proses pengumpulan dan evaluasi bahan bukti tentang informasi yang dapat
diukur mengenai suatu entitas ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian
informasi dengan yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh orang yang
kompeten dan independen.
Definisi auditing menurut Arens dan Loebebbecke (2003:11), meliputi beberapa konsep penting antara
lain:
1. Informasi dan kriteria yang ditetapkan (Information and established criteria)
2. Mengumpulkan dan mengevaluasi bukti (Accumulating and evaluating evidence)
3. Orang yang kompeten dan tidak memihak (Competent, independent person)
4. Pelaporan (Reporting)

Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan (examination) secara objektif
atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah
laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan
dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.
Menurut American Accounting Association yang dikutip Kell, Dkk (1996) adalah sebagai berikut :
“ Auditing is a systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding
assertions about economic actions and events to as certain the degree of corespondence
between those assertion and established criteria and communication the result to interest
users.”
Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.
Berdasarkan beberapa pengertian auditing di atas, dapat disimpulkan definisi auditing secara umum
memiliki unsur-unsur penting yaitu :
1. Suatu proses sistematik, artinya audit dilakukan secara bertahap dan memerlukan
perncanaan yang cermat serta pemilihan teknis audit yang memadai.
2. Untuk melaksanakan audit diperlukan informasi yang dapat diverifikasi dan kriteria
tertentu sebagai pedoman pengevaluasian informasi tersebut agar dapat diverifikasi, informasi
harus dapat diukur.
3. Dalam setiap audit tanggung jawab auditor harus jelas, terutama mengenai penetapan
entitas ekonomi dan periode waktu audit. Entitas ekonomi yang dimaksud seringkali satuan
legal yang berbentuk badan hukum, seperti Perseroan Terbatas (PT), Commanditaire
Vennootschap (CV), PERSERO dan lain-lain.
4. Adanya bukti-bukti audit yang merupakan informasi atau keterangan yang digunakan oleh
auditor dalam menilai atau menentukan tingkat kesesuian informasi yang sedang diperiksa
dengan kriteria yang ditetapkan, auditor harus mengumpulkan bukti-bukti dalam jumlah dan
kualitas yang cukup untuk memenuhi tujuan audit.
5. Audit harus dilakukan oleh seorang auditor yang memiliki kualifikasi yang diperlukan
untuk melakukan audit, seorang auditor harus kompeten dan independen terhadap fungsi atau
satuan usaha yang diperiksanya.
6. Setiap audit diakhiri dengan tahap pelaporan atau pengkomunikasian temuan-temuan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Bentuk laporan harus mampu memberikan informasi
mengenai kesesuaian informasi yang diperiksa dengan kriteria yang ditetapkan.
7. Pemakai yang berkepentingan, pemakai yang berkepentingan terhadap laporan audit adalah
para pemakai informasi keuangan, misalnya pemegang saham, manajemen, kreditur, calon
investor, organisasi buruh dan kantor pelayanan pajak.

4.1.2 Tipe Audit


Audit dapat dibagi menjadi beberapa tipe. Pembagian ini dimaksudkan untuk menentukan tujuan atau
sasaran yang ingin dicapai dengan diadakannya suatu kegiatan audit tersebut.
Menurut Arens (2003:4) terdapat tiga tipe audit secara umum yang dilaksanakan, yaitu:
1. Audit operasional (operational audit)
Audit operasional yaitu merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode
operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitasnya. Umumnya pada saat
selesainya audit operasional, auditor akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen
untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan.
2. Audit ketaatan (compliance audit)
Audit ketaatan yaitu auditor menentukan apakah perusahaan sudah berjalan sesuai dengan
peraturan yang ada. Bertujuan mempertimbangkan apakah auditee (klien) telah mengikuti
prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi.
3. Audit laporan keuangan (audit of financial statement)
Audit laporan keuangan lebih mengarah pada laporan keuangan secara keseluruhan dan kualitas
informasi yang dihasilkan. Bertujuan menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan
yang merupakan informasi terukur yang diverifikasi-telah disajikan sesuai dengan kriteria
tertentu.

Sedangkan berdasarkan kelompok atau pelaksana audit menurut Mulyadi, audit dapat dibagi menjadi :

1. Audit Ekstern/ independen


Auditor independen bekerja untuk kantor akuntan publik yang statusnya di luar struktur
perusahaan yang mereka audit. Umumnya auditor ekstern meghasilkan laporan atas financial
audit.

2. Auditor Intern
Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang mereka audit. Laporan audit manajemen
umumnya berguna bagi manajemen perusahaan yang diaudit. Oleh karena itu, tugas auditor
internal adalah audit manajemen yang termasuk jenis compliance audit.
3. Auditor Pajak
Auditor pajak bertugas memeriksa ketaatan wajib pajak yang diaudit terhadap undang-undang
yang berlaku.
4. Auditor Pemerintah
Tugas auditor pemerintah adalah memeriksa kewajaran informasi keuangan yang disusun oleh
instansi pemerintahan. Disamping itu, audit juga dilakukan untuk menilai efisiensi dan
efektifitas serta ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik pemerintah. Audit
ini dapat dilakukan oleh Badan pemeriksa Keuangan (BPK) atau Badan Pemeriksa Keungan
dan Pembangunan (BPKP).

Pengelompokkan jenis audit ini untuk menentukan sasaran audit yang akan dilaksanakan pada tiap-tiap
organisasi oleh auditor. Sehingga hasil pengauditan akan memberikan informasi sesuai dengan
kebutuhan berbagai pihak yang berkepentingan.

4.1.3 Tujuan dan Manfaat Audit


Audit dikembangkan dan dilaksanakan karena audit memberikan banyak manfaat bagi dunia ekonomi.
Pelaksanaan audit mempunyai tujuan yang berbeda.
Manfaat audit dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu, yaitu:
a. Bagi pihak yang diaudit
1. Menambah kredibilitas laporan keuangannya sehingga laporan tersebut dapat
dipercaya untuk kepentingan pihak luar entitas seperti pemegang saham, kreditor,
pemerintah, dan lain-lain.
2. Mencegah dan menemukan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan yang diaudit.
3. Memberikan dasar yang dapat dipercaya untuk penyiapan Surat Pemberitahuan
Pajak yang diserahkan kepada pemerintah.
4. Membuka pintu masuknya sumber pembiayaan dari luar.
5. Menyingkap kesalahan dan penyimpangan moneter dalam catatan keuangan.

b. Bagi anggota lain dalam dunia usaha


1. Memberikan dasar yang lebih meyakikan para kreditur untuk mengambil keputusan
kredit.
2. Memberikan dasar yang meyakinkan kepada perusahaan asuransi untuk
menyelesaikan klaim atas rugi yang diasuransikan.
3. Memberikan dasar yang terpercaya kepada investor dan calon investor untuk
menilai prestasi investasi dan kepengurusan manajemen.
4. Memberikan dasar yang objektif pada serikat buruh dan pihak yang diaudit untuk
menyelesaikan sengketa mengenai upah dan tunjangan.
5. Memberikan dasar yang independen kepada pembeli dan penjual untuk menentukan
dasar penjualan, pembelian ataupun penggabungan usaha.
6. Memberikan dasar yang lebih baik, meyakinkan kepada pelanggan atau klien untuk
menilai profitabilaitas dan rentabilitas perusahaan tersebut, efisiensi operasionalnya dan
keadaan keuangannya.

c. Bagi pemerintah dan orang-orang yang bergerak di bidang hukum


1. Memberikan tambahan kepastian yang independen tentang kecermatan dan
keandalan laporan keuangan.
2. Memberikan dasar yang independen kepada mereka yang bergerak di bidang hukum
untuk mengurus harta warisan dan harta titipan, menyelesaikan masalah kebangkrutan,
dan menentukan pelaksanaan perjanjian persekutuan dengan cara semestinya.
3. Memegang peranan yang menentukan dalam mencapai tujuan Undang-Undang
Keamanan Sosial.
Secara umum, audit banyak memberikan manfaat bagi beberapa pihak yang berkepentingan. Oleh
karena itu, audit sangat penting dan selalu dilakukan di setiap organisasi.

4.2 Audit Operasional


Semakin berkembangnya suatu badan usaha maka semakin besar pula kebutuhan pelaksanaan fungsi-
fungsi manajerial yang efektif dan efisien agar tujuan perusahaan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Karena itu, dibutuhkan alat yang dapat membantu untuk dapat mencapai tujuan perusahaan, alat
tersebut adalah audit operasional.
4.2.1 Pengertian Audit Operasional
Audit operasional secara umum adalah audit yang dilaksanakan untuk menilai efisiensi dan efektivitas
kegiatan suatu organisasi dalam prosesnya untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.
Audit operasional merupakan alat yang dapat digunakan sebagai penilai dari efektif dan efisien
pelaksanaan kegiatan usaha dan memberikan suatu evaluasi yang objektif serta rekomendasi atas saran
kepada manajemen untuk membenahi jalannya operasi perusahaan (Ardoni Marsa, 2004).
Audit operasional sering juga disebut dengan pemeriksaan pengelolaan (management audit),
pemeriksaan operasional (functional audit), dan pemeriksaan efektivitas (effectiveness audit).
Menurut Arens dan Loebbecke (2003:12), Audit operasional didefinisikan sebagai berikut :
“An operational audit is a review of any part of an organization’s operating procedures and
methods for the purpose of evaluating efficiency and effectiveness. At the completion of an
operational audit, recomendation to management for improving operations are normally
expected”.
Berdasarkan definisi diatas, audit operasional merupakan penelaahan terhadap metode dan prosedur
operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitasnya. Setelah audit operasional berakhir
auditor memberikan sejumlah saran atau rekomendasi kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya
operasi perusahaan.
Selain itu, dikemukakan oleh Dale L. Fleshner dan Steward Siewart (Independent Auditor’s Guide to
Operational Auditing, 1982) yang dikutip oleh Amin Widjaja Tunggal (2004:5) adalah :
“ An operational audit is an organization search for ways of improving efficiency and
effectiveness. It can be considered o form of constructive critism.”
Pemeriksaan opersional juga dapat dijadikan sebagai alat untuk memonitor semua kegiatan yang
menjadi tanggung jawabnya, seperti yang telah diungkapkan oleh Prof. Soemardjo Tjitrosidojo
(1998:8) :
“ Pemeriksaan operasional adalah suatu pemeriksaan yang dimaksudkan sebagai penilaian
terhadap cara pengelolaan suatu organisasi dan bertujuan untuk membantu pimpinan untuk
melaksanakan tugasnya dengan lebih baik. Pemeriksaan ditekankan pada penilaian terhadap
penggunaan barang, jasa dan tenaga yang ditinjau dari sudut efisiensi dan kehematan
ekonomi.”
Dari definisi tersebut, audit operasional menyangkut dengan penggunaan barang, jasa, tenaga kerja dan
sebagainya yang digunakan secara efektif dan efisien yang terjadi dalam perusahaan akan membawa
konsekuensi yang kurang baik dan kuragn menguntungkan terhadap tujuan perusahaan.
Menurut Widjayanto (2002:16), audit operasional adalah:
“ Suatu tinjauan dan penilaian efisiensi dan efektivitas suatu aktivitas atau prosedur-prosedur
kegiatan.”

Terdapat beberapa definisi lain mengenai audit operasional, yaitu menurut Amin Widjaya Tunggal
(2002:68) :
“ audit operasional adalah pengujian yang komprehensif, konstruktif, dan sistematis dari
operasi perusahaan atau setiap unit perusahaan, agar menentukan apakah tujuan manajemen
dilaksanakan secara efektif dan efisien”.
Berdasarkan publikasi Institut Internal Auditor yang dikutip oleh Budi Satria (2009), audit operasional
adalah :
“ suatu proses yang sistematis dari penilaian efektivitas, efisiensi dan ekonomisasi operasi
suatu organisasi yang di bawah pengendalian manajemen melaporkan pada orang yang tepat
hasil dari penilaian serta rekomendasi untuk pebaikan.”

Sedangkan menurut Mulyadi (2002:30) adalah sebagai berikut :


“ audit operasional merupakan review secara sistematis kegiatan organisasi atau bagian dari
padanya, dalam hubungan dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk
mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan dan membuat
rekomendasi perbaikan.”

Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa audit operasional merupakan suatu tinjauan
dari penilaian efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan atau prosedur kegiatan. Di mana pemeriksaan ini
dilaksanakan dengan disertai tanggung jawab untuk mengungkapkan dan memberikan informasi
kepada manajemen mengenai masalah operasi dan membantu menejemen memecahkan berbagai
masalah tersebut dengan merekomendasikan berbagai tindakan perbaikan yang dibutuhkan.

4.2.2 Ruang Lingkup Audit Operasional


Pemeriksaan audit operasional yang dilakukan pada suatu perusahaan berhubungan dengan kegiatan
operasi perusahaan.
Menurut modul pendidikan dan pelatihan audit operasional BPKP yang dikutip dari scrib.com, yang
menjadi ruang lingkup audit opersional yaitu:
1. Ekonomis, yang meliputi :
a. Penggunaan dana tertentu untuk memperoleh hasil yang lebih besar.
b. Pencapaian hasil yang sama dari penggunaan dana yang kecil.
c. Pencapaian alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan denga
biaya yang rendah.
2. Efisiensi, yang meliputi:
a. Penggunaan sumber daya yang tersedia dalam rangka pencapaian
tujuan yang ditetapkan.
b. Penekanan biaya sampai tingkat minimum yang dapat dilaksanakan.
c. Mengadakan perbandingan antara input dan output.
3. Efektivitas, yang meliputi :
a. Pencapaian tujuan program dan kegiatan yang sudah ditetapkan.
b. Pemanfaatan hasil program dan kegiatan.
c. Pengaruh pemanfaatan hasil program atau kegiatan terhadap lingkungan ekstern dan
intern.
Secara umum, audit operasional berada dalam ruang lingkup ekonomis, efektif dan efisien. Ekonomis
berarti biaya yang digunakan diharapkan serendah mungkin. Efisien berarti sebaik apakah pemakaian
sumber daya suatu organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sedangkan
efektif berarti menilai seberapa baik kebijakan-kebijakan organisasi tersebut dalam mencapai tujuan.
4.2.3 Kriteria Audit Operasional
Kriteria menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah nilai-nilai ideal yang digunakan sebagai tolak
ukur dalam perbandingan. Dengan adanya kriteria, pemeriksaan dapat menentukan apakah suatu
kondisi yang ada menyimpang atau tidak dan kondisi yang diharapkan. Karena pemeriksaan pada
intinya merupakan proses perbandingan antara kenyataan yang ada dengan suatu kondisi yang
diharapkan maka pada audit operasional pun diperlukan adanya kriteria.
Kesulitan utama yang umumnya dihadapi dalam audit operasional adalah menentukan
kriteria audit untuk menilai efektifitas dan efisiensi organisasi. Berbeda dengan audit atas laporan
keuangan dalam audit operasional tidak terdapat kriteria tertentu yang berlaku umum untuk setiap
audit.
Arens dan Locbbecke dalam bukunya, seperti yang dikutip oleh Antonius Effendi
(2004: 23) menyebutkan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam audit operasional yaitu :
1. Historical Performance
Merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan hasil yang dicapai organisasi lain yang sejenis
walaupun dalam penilaian masa lalu, tetapi hasil penilaian menggunakan kriteria inipun belum
tentu memberikan gambaran yang tepat mengenai keadaan organisasi karena perbedaan situasi
dan kondisi yang dihadapi oleh 2 organisasi yang berbeda.
2. Comparable Performance
Merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan hasil yang dicapai oleh organisasi lain
sejenisnya.
3. Engineered Standard
Merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan struktur rekayasa seperti penggunaan time dan
motion studdy untuk menentukan banyaknya output yang harus diproduksi. kriteria ini efektif
untuk menyelesaikan masalah operasional yang penting, tetapi pembuatan kriteria ini
membutuhkan waktu yang banyak dan biaya yang mahal karena memerlukan keahlian khusus.
4. Discussion and agreement
Merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan hasil diskusi dan persetujuan bersama antara
pihak manajemen dan pihak-pihak lainyang terlibat dalam audit operasional. Kriteria umum ini
digunakan karena pembuatan criteria yang lain sering kali sulit dan membutuhkan biaya yang
tinggi.
Untuk audit operasional, tidak terdapat kriteria yang berlaku umum seperti halnya audit keuangan.
Untuk setiap pemeriksaan operasional di beberapa organisasi bisa saja kriterianya berbeda satu sama
lain. Namun, kriteria yang digunakan dalam audit operasional diharapkan dapat membantu lebih dalam
menentukan jika terjadinya penyimpangan.
4.2.4 Jenis Audit Operasional
Audit operasional terdiri dari beberapa macam. Menurut Arens dan loebbecke (2000) dalam bukunya,
seperti yang dikutip oleh Antonius Effendi (2004:20) membagi audit operasional secara umum menjadi
3 jenis :
1. Audit Fungsional (functional audit)
Audit fungsional adalah audit yang dilakukan terhadap satu atau lebih fungsi dan suatu
organisasi. Adapun pengertian fungsi merupakan suatu alat penggolongan kegiatan suatu
perusahaan. Audit fungsional ini mempunyai keuntungan adanya spesialisasi oleh auditor
sehingga auditor dapat mengembangkan keahliannya dibidang tertentu, sedangkan kesulitan
yang mungkin timbul adalah dalam mengevaluasi fungsi-fungsi yang saling berhubungan.
2. Audit Organisasi (organizational audit)
Audit organisasi adalah jenis audit operasional yang organisasinya berhubungan dengan seluruh
unit organisasi tersebut, seperti departemen dan cabang. Penekanan pada audit ini adalah
bagaimana tingkat efektifitas dan efisiensi tiap-tiap fungsi saling berinteraksi dan perlu
diperhatikan pula rencana organisasi dan metode dalam mengkoordinasi aktivitas.
3. Penugasan khusus`(special assignment)
Penugasan audit operasional khusus timbul atas permintaan manajemen, ada banyak variasi
dalam audit seperti ini. Contoh-contohnya mencakup penentuan penyebab tidak efektifnya
sistem PDE, penyelidikan kemungkinan kecurangan dalam suatu divisi, dan membuat
rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi suatu barang.
Pembagian jenis audit operasional ini diharapkan untuk mempermudah dalam mengidentifikasi sasaran
khusus dalam audit operasional. Seperti halnya audit fungsional yang merupakan audit operasional
yang dilakukan pada satu atau lebih fungsi organisasi. Audit organisasi yang terfokus dalam penilaian
hubungan antarunit di organisasi tersebut serta penugasan khusus yang merupakan pengauditan karena
adanya permintaan khusus dari pihak yang berkepentingan.

4.2.5 Tahap –Tahap Audit Operasional


Audit operasional merupakan sebuah pekerjaan besar bagi orang yang melaksanakannya. Diperlukan
suatu kerangka tugas sebagai pedoman dalam bekerja, tanpa kerangka tersebut pemeriksaan akan
mengalami kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya mengingat semakin kompleksnya struktur
organisasi dan kegiatan suatu organisasi. Suatu kerangka yang diiringi dengan suatu program
pemeriksaan yang terperinci dapat memberikan dasar kerja audit operasional.
Berdasarkan sumber dari scrib.com, dalam melakukan audit operasional terdapat beberapa
tahapan yang dilalui yaitu:
1. Memilih auditee
Seperti pada banyak aktivitas lainnya dalam suatu entitas, audit operasional biasanya terkena kendala
anggaran. Oleh karena itu, sumber daya untuk audit operasional harus digunakan dengan sebaik-
baiknya. Pemilihan auditee dimulai dengan studi atau survey pendahuluan terhadap calon-calon auditee
dalam entitas untuk mengidentifikasi aktivitas yang mempunyai potensi audit tertinggi dilihat dari segi
perbaikan efektivitas, efisiensi, dan kehematan operasi. Pada intinya, studi pendahuluan merupakan
proses penyaringan yang akan menghasilkan peringkat dari calon auditee. Titik awal dari studi
pendahuluan ini adalah memperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai struktur organisasional
entitas serta karakteristik operasinya. Selain itu, auditor juga harus memahami industri tempat entitas
beroperasi serta sifat dan luas peraturan pemerintah yang berlaku. Selanjutnya, perhatian difokuskan
pada aktivitas, unit, atau fungsi yang akan diaudit. Pemahaman tentang calon auditee diperoleh dengan:
a. mereview data arsip latar belakang setiap auditee,
b. meninjau fasilitas auditee untuk memastikan bagaimana auditee mencapai tujuannya,
c. mempelajari dokumentasi yang relevan tentang operasi auditee seperti buku petunjuk
kebijakan dan prosedur, bagan arus, standar kinerja dan pengendalian mutu, serta deskripsi
tugas,
d. mewawancarai manajer aktivitas tersebut mengenai bidang-bidang permasalahan tertentu
(entry interview),
e. menerapkan prosedur analitis untuk mengidentifikasi trend atau hubungan yang tidak
biasa,
f. melakukan pemeriksaan (pengujian) audit mini untuk menegaskan atau menjernihkan
pemahaman auditor tentang masalah yang potensial.
Pemahaman auditor mengenai setiap auditee harus didokumentasikan melalui kuesioner yang sudah
diisi dengan lengkap, bagan arus, dan catatan naratif. Berdasarkan pemahaman ini, auditor menyiapkan
suatu laporan atau memorandum studi pendahuluan, yang mengikhtisarkan semua temuan dan
mencantumkan rekomendasi mengenai auditee yang harus diaudit. Laporan ini hanya digunakan oleh
departemen auditing internal dan tidak ditujukan untuk manajemen.

2. Merencanakan audit
Perencanaan audit yang cermat sangat penting baik bagi efektivitas maupun efisiensi audit operasional.
Perencanaan terutama penting dalam jenis audit ini karena sangat beragamnya audit operasional.
Landasan utama dari perencanaan audit adalah pengembangan program audit, yang harus dibuat sesuai
dengan keadaan auditee yang ditemui pada tahap studi pendahuluan audit. Seperti dalam audit laporan
keuangan, program audit berisi seperangkat prosedur yang dirancang untuk memperoleh bukti yang
berkaitan dengan satu atau lebih tujuan. Bukti yang diperiksa biasanya didasarkan pada sampel data.
Jadi, dalam perencanaan audit harus dipertimbangkan penggunaan teknik-teknik sampling statistik.
Disamping itu, auditor juga harus mengetahui apakah teknik-teknik berbantuan komputer (computer
assisted techniques) akan efisien dari segi biaya.
Perencanaan audit juga mencakup pemilihan tim audit dan penjadwalan pekerjaan. Tim audit ini harus
terdiri dari auditor yang memiliki kemampuan teknis yang diperlukan untuk memenuhi tujuan audit.
Pekerjaan harus dijadwalkan melalui konsultasi dengan auditee agar ada kerja sama maksimum dari
personil auditee selama audit.
3. Melaksanakan audit
Selama melaksanakan audit, auditor secara ekstensif mencari fakta-fakta yang berhubungan dengan
masalah yang teridentifikasi dalam auditee selama studi pendahuluan. Pelaksanaan audit adalah tahap
audit yang paling memakan waktu dalam audit operasional. Tahap ini sering kali disebut sebagai
melakukan audit yang mendalam (in-depth audit).
Dalam suatu audit operasional, auditor sangat mengandalkan pada pengajuan pertanyaan dan
pengamatan. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah mengembangkan kuesioner untuk auditee dan
menggunakannya sebagai dasar untuk mewawancarai personil auditee. Dari pengajuan pertanyaan,
auditor berharap akan memperoleh pendapat, komentar, dan usulan tentang pemecahan masalah.
Wawancara yang efektif sangat penting dalam audit operasional. Melalui pengamatan terhadap personil
auditee, auditor akan mendeteksi inefisiensi dan kondisi lainnya yang ikut menyebabkan masalah ini.
Auditor juga harus menggunakan analisis dalam audit operasional. Untuk tujuan ini, analisis itu harus
melibatkan studi dan pengukuran kinerja akrual dalam hubungannya dengan kriteria tertentu. Kriteria
ini dapat dikembangkan secara internal oleh entitas seperti sasaran produktivitas dan anggaran yang
ditetapkan atau, kriteria ini dapat berasal dari luar entitas berupa standar industri atau diturunkan oleh
auditor dari audit-audit sebelumnya atas aktivitas yang serupa. Analisis ini dapat memberikan dasar
untuk menentukan sejauh mana auditee memenuhi tujuan yang ditetapkan.
Pekerjaan yang dilakukan, temuan, dan rekomendasi harus didokumentasikan dalam kertas kerja.
Seperti dalam audit laporan keuangan, kertas kerja merupakan pendukung utama laporan auditor.
Auditor menanggung jawab (in-charge) biasanya bertanggung jawab untuk mereview kertas kerja baik
selama maupun pada saat selesainya pemeriksaan. Review selama audit berguna dalam memantau
kemajuan, sedangkan review pada akhir audit memastikan kualitas pekerjaan secara keseluruhan.
4. Melaporkan temuan kepada manajemen
Auditing operasional serupa dengan jenis-jenis auditing lainnya karena produk akhir dari audit ini
adalah laporan audit. Akan tetapi, ada banyak situasi unik yang berkaitan dengan pelaporan dalam audit
operasional. Misalnya, berlawanan dengan bahasa standar yang terdapat pada laporan auditor dalam
audit atas laporan keuangan, bahasa laporan dalam audit operasional bervariasi untuk setiap auditee.
Laporan itu harus memuat;
a. suatu pernyataan tentang tujuan dan ruang lingkup audit,
b. uraian umum mengenai pekerjaan yang dilakukan dalam audit,
c. ikhtisar temuan-temuan,
d. rekomendasi perbaikan,
e. komentar auditee.
Konsep laporan ini biasanya dibuat oleh auditor penanggung jawab. Konsep tersebut kemudian dibahas
dengan manajer unit yang diaudit. Pembahasan ini memenuhi beberapa tujuan yang penting: (1)
memberi auditor peluang untuk menguji akurasi temuan serta ketpatan rekomendasi, dan (2)
memungkinkan auditor mendapatkan komentar auditee untuk dimasukkan dalam laporan. Konsep awal
ini selanjutnya direvisi sesuai keperluan, sehingga konsep final dapat disiapkan. Dalam beberapa kasus,
rekomendasi yang diberikan mungkin hanya menyarankan perlunya studi lebih lanjut atas masalah
yang dihadapi. Pencantuman komentar auditee adalah bersifat opsional. biasanya, komentar itu hanya
disertakan apabila auditee tidak menyetujui temuan dan rekomendasi.
Temuan auditor pada dasarnya menghasilkan kritik yang konstruktif. Pada saat menulis laporan,
auditor harus sensitif terhadap reaksi penerima. Jika bahasanya tidak terlalu menyerang, maka
tanggapan penerima laporan kemungkina besar akan lebih positif. Biasanya, salinan laporan auditing
operasional dikirimkan kepada manajemen senior dan kepada komite audit. Jika laporannya panjang
serta terinci, maka laporan itu bisa dimulai dengan suatu ikhtisar lengkap (executive summary)
mengenai temuan dan rekomendasi.
5. Melakukan tindak lanjut
Tahap terakhir atau tahap tindak lanjut (follow-up phase) dalam audit operasional adalah tahap bagi
auditor untuk menindaklanjuti tanggapan auditee terhadap laporan audit. Idealnya, kebijakan entitas
sebaiknya mengharuskan manajer unit yang diaudit untuk melaporkan secara tertulis selama periode
waktu yang ditetapkan. Akan tetapi, tindak lanjut ini juga harus mencakup penentuan kelayakan
tindakan yang diambil oleh auditee dalam mengimplementasikan rekomendasi. Standar praktik 440 IIA
menyatakan bahwa auditor internal harus menindaklanjuti untuk memastikan bahwa tindakan yang
tepat telah diambil berdasarkan temuan yang dilaporkan. Kegagalan auditor untuk menerima tanggapan
yang tepat harus dikomunikasikan kepada manajemen senior.

Menurut Arens dan Loebbecke (2000) yang dikutip oleh seorang peneliti (2007 : 24), ada tiga tahap
yang dilakukan dalam melakukan audit operasional yaitu:
1. Perencanaan
Perencanaan dalam audit operasional serupa dengan perencanaan untuk audit atas laporan keuangan
historis. Seperti dalam audit laporan keuangan, auditor operasional harus menentukan lingkup
penugasan dan menyampaikan hal itu kepada unit organisasional, juga perlu menentukan staff yang
tepat dalam penugasan, mendapatkan informasi mengenai latar belakang unit organisasional,
memakai struktur pengendalian intern, serta menentukan bahan bukti yang tepat yang harus
dikumpulkan. Perbedaan utama antara perencanaan audit operasional dengan audit laporan
keuangan adalah sangat banyaknya keragaman dalam audit operasional. Oleh karena
keragamannya, seringkali sulit menentukan tujuan khusus pada suatu audit operasional, sehingga
tujuannnya akan didasarkan pada kriteria yang dikembangkan untuk penugasan.
2. Pengumpulan dan evaluasi bahan bukti
Dengan cara yang sama seperti pada audit keuangan, auditor operasional harus mengumpulkan
cukup bahan bukti yang kompeten agar dapat menjadi dasar yang layak guna menarik suatu
kesimpulan mengenai tujuan yang sedang diuji.
3. Pelaporan dan tindak lanjut
Dua perbedaan utama dalam laporan audit operasional dan keuangan yang mempengaruhi laporan
audit operasional. Pertama, dalam audit operasional, laporan biasanya dikirim hanya untuk pihak
manajemen, dan satu salinan untuk unit yang diperiksa. Tidak adanya pemakaian pihak ketiga,
mengurangi pembakuan kata-kata dalam laporan audit operasional. Kedua, keragaman audit
operasional memerlukan penyusunan laporan secara khusus untuk menyajikan ruang lingkup audit,
temuan-temuan dan rekomendasi-rekomendasi. Hubungan kedua faktor ini mengakibatkan banyak
perbedaan dalam laporan audit operasional. Penulisan laporan seringkali memakan banyak waktu
agar temuan-temuan dan rekomendasi disampaikan secara jelas. Tindak lanjut merupakan hal yang
biasa dalam audit operasional di saat rekomendasi-rekomendasi disampaikan kepada manajemen,
yang tujuannya adalah untuk memastikan apakah perubahan-perubahan yang direkomendasikan
telah dilakukan dan jika tidak apakah alasannya.
Menurut buku “Petunjuk Pemeriksaan Operasional“ terbitan pusat pengembangan Akuntansi Sekolah
Tinggi Akuntansi egara yang dikutip oleh Budi Satria (2009 :21), tahap-tahap audit operasional yaitu :
1. Tahap Persiapan Pemeriksaan
Tahap ini meliputi;
a. Pembicaraan pendahuluan dengan pimpinan objek yang diperiksa. Pembicaraan ini
hendaknya dilakukan dengan pimpinan tertinggi objek yang diperiksa. Kepada pimpinan
tersebut dijelaskan mengenai audit operasional, tujuannya, serta sasaran audit operasional yang
dilakukan.
b. Pengumpulan informasi umum. Informasi umum mengenai kegiatan atau program yang
diperiksa harus diperoleh dalam waktu yang sesingkat mungkin. Informasi iniberguna untuk
merencanakan fase pekerjaan berikutnya dan sebagai sumber referensi dalam melaksanakan
pekerjaan pemeriksaan lanjutan.
c. Penelaah peraturan perundang-undangan. Undang-undang dan peraturan yang berhubungan
dengan objek yang diperiksa harus dipelajari untuk menentukan tujuan & ruang lingkup
kegiatan yang diperiksa, hal mengenai bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan dan dibiayai,
serta sifat dan sejauh mana tanggung jawab & wewenang objek yan diperiksa.
2. Tahap Pemeriksaan Pendahuluan
Pemeriksa harus memperoleh informasi praktis mengenai bagaimana bekerjanya system
pengendalian yang sebenarnya dengan menguji efektivitas dan kegunaan pengendalian pada
kegiatan tertentu. Informasi ini berguna dalam mengidentifikasi kemungkinan kelemahan-
kelemahan manajemen dan hal-hal lain yang mungkin akan dianalisis lebih mendalam dalam
pemeriksanaan lanjutan. Setelah pemeriksaan pendahuluan selesai, pemeriksa harus dapat
mengidentifikasi hal-hal penting dan masalah-masalah yang memerlukan pemeriksaan lebih
mendalam.
3. Tahap Pemeriksaan Lanjutan
Tahap ini terdiri dari pemeriksaan lebih lanjut atau penilaian atas kegiatan sejauh diperlukan guna
mencapai tujuan pemeriksaan sesuai dengan norma pemeriksaan. Pekerjaan pemeriksaan ini
meliputi pengamatan dan pengembangan seluruh informasi penting dan relevan yang berguna untuk
mempertimbangkan, mendukung dan mengajukan temuan-temuan, kesimpulan serta rekomendasi.
4. Tahap Pelaporan
Hasil pekerjaan pemeriksaan harus segera dilaporkan secara lisan dan tulisan kepada pimpinan
objek yang diperiksa, yang bertanggung jawab atau berwenang sebagai dasar untuk mendorong
diambilnya tindakan koreksi ataupun sebagai bahan informasi.

Auditor harus melakukan tahapan audit secara baik dan benar. Tanpa adanya kerangka yang tersusun
baik, auditor akan banyak menghadapi kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya, mengingat bahwa
struktur perusahaan maupun kegiatan sudah semakin maju dan rumit. Melalui kerangka ini, auditor
akan mempunyai rencana pemeriksaan yang dapat dilakukan secara sistematis dan diharapkan akan
mendapatkan hasil yang memadai.

1.2.6 Perbedaan Antara Audit Operasional dengan Audit Keuangan

Perbedaan pokok antara audit operasioanl dengan audit keuangan terletak pada ruang lingkup auditnya.
Audit keuangan bertujuan memberikan pendapat atas kewajaran pelaporan keuangan dan menekankan
terselenggaranya pengendalian internal perusahaan dan hasil audit keuangan sering dilaporkan pada
pihak luar perusahaan seperti pemegang saham, masyarakat serta manajemen. Sedangkan audit
operasional bertujuan untuk mengetahui kegiatan mengidentifikasi kemungkinan terjadinya perbaikan
atau peningkatan dan memberikan rekomendasi perbaikan atau peningkatan terhadap kegiatan yang
sedang berjalan dan hasil audit operasional biasanya dilaporkan pada pihak manajemen perusahaan.

Audit operasional memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibanding audit keuangan. Pada audit
keuangan, penelaah dilakukan terutama pada kejadian langsung yang mempengaruhi kewajaran
penyajian laporan keuangan. Sedangkan, pada audit operasional penekanannya tidak hanya pada
masalah keuangan tetapi juga mencakup masalah-masalah di luar keuangan dengan memberikan
rekomendasi perbaikan operasional yang diperlukan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektifitas perusahaan.
Selain itu, audit keuangan mempunyai standar penilaian yang berlaku umum, sedangkan untuk audit
operasional tidak mempunyai standar penilaian yang berlaku umum, melainkan sesuai dengan prinsip
manajemen operasi masing-masing perusahaannya.
Dilihat dari aspek pengguna atau penerima hasil audit, audit keuangan secara umum digunakan oleh
pihak luar perusahaan seperti pemegang saham, kreditor dan calon investor yang berguna bagi
kepentingannya masing-masing terhadap perusahaan. Sedangkan pada audit operasional, penggunanya
adalah fokus pada pihak intern, seperti pihak manajemen. Karena, audit operasional bertujuan untuk
menilai efektivitas dan efisiensi dari perusahaan guna memberikan masukan dan rekomendasi yang
membangun untuk perusahaan kedepannya.
Audit keuangan dilakukan secara teratur dan ada peraturan yang mengharuskan dilakukan audit
keuangan pada setiap perusahaan. Sedangkan audit operasional dilakukan secara periodic, sesuai
dengan prerogative pimpinan.
Menurut Budi (2009:17), terdapat perbedaan dan persamaan dalam fase antara kedua tipe audit
tersebut, seperti yang tergambar di bawah ini :

Audit Keuangan Audit Operasional

Menerima Klien Memilih Auditee

Merencanakan Audit Merencanakan Audit

Melaksanakan Pengujian Pengujian

Laporan Temuan untuk Pemegang Saham Laporan Manajemen

Tindak Lanjut

Secara ringkas, perbedaan yang signifikan antara audit keuangan dan audit operasional tersebut dilihat
dari beberapa unsur, seperti pada tabel berikut :

Karakteristik Audit Keuangan Audit Operasional


Tujuan Menyatakan pendapatMenilai dan meningkatkan
tentang laporan keuangankeefektifan dan pengelolaan
dan menilai SPI.
Ruang lingkup Data / catatan keuangan Operasi dan fungsi
Orientasi Urusan keuangan dalamUrusan operasional yang
periode yang sudah berlalu. sudah lalu, sekarang dan
masa depan.
Standar penilaian Prinsip akuntansi yangPrinsip manajemen operasi
berlaku umum.
Metode Standar audit yan berlakuTeknik manajemen operasi.
umum.
Presisi Absolut Relatif
Penerima Terutama pihak luar,Lebih fokus pada intern
pemegang saham, publik
Realisasi Aktual Potensial
Keharusan Diharuskan Undang-Undang Prerogatif pimpinan
Sejarah Sudah berlangsung lama Belum lama
Katalisator Tradisi Terutama permintaan
pimpinan
Frekuensi Teratur, paling sedikitPeriodik, tetapi saatnya tidak
pertahun tertentu

1.2.7 Tujuan dan Manfaat Audit Operasional

Pemeriksaan operasional mempunyai orientasi ke arah peningkatan prestasi manajemen


diwaktu yang akan datang yang bermanfaat bagi perusahaan itu sendiri. Hasil audit operasional
diharapkan menemui titik fokus permasalahan yang mendasar dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan.

Adapun tujuan audit operasional menurut Mulyadi (2002 : 31) adalah:


1. Menilai prestasi
Bagi manjer puncak audit opersional sebagai alat dalam melakukan pengukuran prestasi
terhadap manajer unit yang diperiksa, makin efektif dan efisien unit tersebut maka makin baik
prestasi manajer unit yang bersangkutan.
2. Mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan
Dengan adanya laporan hasil pemeriksaan, manajemen dapat mengidentifikasi masalah
sehingga mempunyai kesempatan untuk melakukan perbaikan.
3. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan
Masalah yang teridentifikasi dapat membantu manajemen dalam mengedakan perbaikan.

Adapun manfaat audit operasional menurut Nugroho Widjayanto (1985) yang dikutip oleh Antonius
Effendi (2004:24) adalah :

a. Identifikasi tujuan, sasaran, kebijakan serta prosedur organisasi yang sebelumnya


kurang jelas.
b. Identifikasi kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat tercapainya
tujuan organisasi dan menilai kegiatan manajemen.
c. Evaluasi yang independen atas suatu kegiatan tertentu.
d. Penempatan apakah organisasi sudah mematuhi prosedur, peraturan,
kebijaksanaan serta tujuan yang ditetapkan.
e. Penetapan efektivitas dan efisiensi pengendalian manajemen.
f. Penetapan tingkat keandalan serta kemanfaatan dari berbagai laporan
manajemen.
g. Identifikasi daerah permasalahan dan penyebabnya.
h. Identifikasi berbagai kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan
laba, mendorong pendapatan dan mengurangi biaya atau hambatan organisasi.
i. Identifikasi berbagai tindakan alternatif dalam berbagai daerah kegiatan.
Maka, secara umum tujuan dari audit operasional adalah :

1. Penilaian kualitas pengendalian


Usaha ini berhubungan dengan aspek pengendalian atas prosedur kerja dan pengukuran atas
kemampuan sistem pengendalian yang ada untuk mengentisipasi serta mencegah terjadi
penyimpangan terhadap tujuan perusahaan.
2. Evaluasi pelaksanaan
Evaluasi kegiatan sangat perlu adanya informasi kuantitatif sebagai alat ukur efisiensi dan usaha
ekonomis yang telah dilakukan.
3. Penilaian tujuan dan rencana
Perlu sekali dilakukan peninjauan kembali atas tujuan dan rencana yang telah digariskan
sebelumnya oleh pihak manajemen, dengan memperhatikan :
a. Tujuan dan rencana telah dimengerti.
b. Tujuan telah dikomunikasikan pada semua bagian yang terkait dan dapat
disesuaikan terhadap rencana dengan tingkat fleksibilitas yang tepat.
c. Rencana perusahaan telah disesuaikan dengan kemampuan tiap bagian
organisasi yang terkait untuk mencapainya.
4. Penilaian atas struktur organisasi
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa :
a. Struktur organisasi dirancang sesuai dengan bidang dan rencana kegiatan.
b. Struktur organisasi yang ada mampu menciptakan tingkat pengendalian yang
memadai dan menggambarkan aliran tanggung jawab di setiap unit divisi.
c. Fungsi dan bidang yang sesuai berada dalam kegiatan yang searah.
4.3 Konsep Efektifitas dan Efisiensi
Pada dasarnya pengertian efektifitas yang umum menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, sering atau
senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya.
Efektifitas menekankan pada hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan
outputnya.
Istilah efektif dan efisien merupakan 2 istilah yang saling berkaitan dalam upaya untuk mencapai
tujuan status organisasi, tentang arti dari efektif maupun efisien terdapat beberapa pendapat.
Chester I. Bernard dalam Kebijakan Kinerja Karyawan (Prawirosentono, 1999) menjelaskan bahwa arti
efektif dan efisien adalah sebagai berikut :
“ When a specific desired and is attained we shall say that the action is effective, when the
unsought consequences of the action are more important that the attainment of the desired end
and are dissatifactory, effective action, we shall say it is inefficient. When the unsought
consequences are unimportant or trivial, the action is efficient. Accordingly, we shall say that
an action is effective if it specific objective aim. It is efficient it is satisfies the motives of the
aim, whatever it is effective or not”
Maksud pernyataan di atas adalah ketika suatu tujuan tertentu akhirnya dapat dicapai, dikatakan bahwa
kegiatan tersebut adalah efektif. Tetapi, apabila akibat-akibat yang tidak dicari-cari dari kegiatan
mempunyai nilai yang lebih penting dibandingkan dengan hasil yang dicapai, sehingga mengakibatkan
ketidakpuasan walaupun efktif, hal ini disebut tidak efisien. Sebaliknya bila akibat yang tidak dicari-
cari, tidak penting atau remeh maka kegiatan tersebut efisien. Sehubungan dengan itu, dapat dikatakan
sesuatu akan efektif bila mencapai tujuan tertentu dan dikatakan efisien bila hal itu memuaskan
sehingga pendorong mencapai tujuan, terlepas apakah efektif atau tidak.
Menurut Peter Drucker dalam menuju SDM Berdaya ( Kisdorto, 2002 : ha . 139), mengatakan : “
Doing the right thigs is more important than doing the things right” selanjutnya dijelaskan bahwa: “
effectiveness is to do the right thigs: while efficiency is to do the things right”. (efektifitas adalah
melakukan hal yang benar : sedangkan efisiensi adalah melakukan hal yang benar ). Atau juga
“efektiveness means how far we achieve the goal and efficiency means how do we mix various
resources properly “ (efektivitas berarti sejauh mana kita mencaai sasaran dan efisiensi berarti
bagaimana kita mencampur sumber daya secara cermat).
Menurut Soekrisno Agoes (1996) pengertian efektif, efisien dan ekonomis adalah :
1. Jika suatu goal / objektif / program dapat tercapai dalam batas waktu yang ditargetkan,
tanpa memperdulikan biaya maka hal tersebut dikatakan efektif.
2. Jika dengan biaya (input) yang sama bisa dicapai hasil (output) yang lebih besar maka
dikatakan efisien.
3. Jika hasil (output) bisa diperoleh dengan biaya (input) yang lebih kecil / murah maka
dikatakan ekonomis.

Pengertian efektif dan efisien menurut Hongren (1997: 176) :


“Efficiency is defined as the relationship between input and outputs. The fewer inputs used to
obtain a given output, the greater the efficiency, effectiveness is defined as the attainment of a
predetermined goal”.
Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa efisiensi adalah ukuran dari hubungan antara masukan
dengan keluaran, sedangkan efektifitas adalah ukuran keluaran atau pencapaian tujuan yang ditetapkan.
Pengukuran efektifitas didasarkan pada bukti-bukti dan standar-standar. Menurut Gorospe, yang
dikutip oleh Amin Widjaja Tunggal (2004), standar yang digunakan untuk evaluasi dapat
dikelopmokkan sebagai berikut :
1. Undang- undang dan peraturan pemerintah.
2. Standar perusahaan :
a. Strategi, rencana,dan program yang disetujui.
b. Kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.
c. Struktur organisasi yang telah disetujui.
d. Anggaran perusahaan.
e. Tujuan perusahaan yang ditetapkan.
3. Standar dan praktek industri.
4. Prinsip organisasi manajemen.
5. Praktek manajemen yang sehat, proses dan teknik yang digunakan oleh perusahaan yang
maju kalau tidak ada standar perusahaan yang tertulis dan falsafah pimimpinan yang digunakan
sebagai standar untuk penilaian.

Pengertian efektif, kehematan dan efisien menurut Kartikahadi (1990) yang dikutip oleh Sukrisno
Agoes (1996 : 180) adalah sebagai berikut :
1. Efektifitas dimaksudkan bahwa produk akhir suatu kegiatan operasi telah mencapai
tujuannya baik ditinjau dari segi kualitas kerja, kuantitas hasil kerja maupun batas waktu yang
ditargetkan.
2. Kehematan (economy) berarti cara penggunaan sesuatu barang
(hal) secara berhati-hati dan bijak (prudent) agar diperoleh hasil terbaik.
3. Efisensi berarti bertindak dengan cara yang dapat meminimalisir kerugian atau pemborosan
sumber daya dalam melaksanakan atau menghasilkan sesuatu.
Sedangkan menurut Kosasih (1990) pengertian efektif, kehematan dan efisien adalah :
1. Efektifitas diartikan sebagai perbandingan masukan keluaran dalam berbagai kegiatan,
sampai pada pencapaian tujuan yang ditetapkan, baik yang ditinjau dari segi kuantitas (volume)
hasil kerja, kualitas hasil kerja maupun batas waktu yang ditargetkan.
2. Kehematan diartikan sebagai cara penggunaan sumber daya (masukan) secara hati-hati dan
bijak agar diperoleh biaya yang paling murah tanpa merusak mutu.
3. Efisiensi diartikan sebagi bertindak untuk membuat pengorbanan yang paling tepat
dibandingkan hasil yang diinginkan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Cook dan Winkle (1998) yang dikutip dari Soekrisno Agoes
(1996:180) adalah :
a. Economy : if particular benefit could have been accomplished.
b. Efficiency: if greater benefit could have been achieved at the same cost.
c. Effective: if the achieved benefit are accodance with the programs
preestablished goal.
Sedangkan pengertian efektifitas menurut Schemerhon John R. Jr. (1986) yang dikutip oleh Soekrisno
Agoes (1996) adalah sebagai berikut :
“ Efektifitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output
anggaran atau seharusnya (OA) dengan output realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) >
(OS) disebut efektif ”.
Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang
terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986)
yang menjelaskan bahwa :
“Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan
waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi
efektifitasnya”.
Dari beberapa pengertian efektif dan efisien di atas, dapat disimpulkan bahwa efektif menunjukkan
seberapa jauh tercapainya tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Efisien menunjukkan
penggunaan sumber daya yang bijak dalam mencapai tujuan organisasi tanpa merusak kualitas yang
seharusnya.
4.4 Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehataan merupakan setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok atau masyarakat.
Bidang pelayanan kesehatan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan
koordinasi serta pengawasan dan pengendalian program pelayanan kesehatan.

Berdasarkan artikel kesehatan yang dikutip dari www.scrib.com, secara umum bidang
pelayanan kesehatan terdiri dari :
1. Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan
Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan mempunyai tugas merencanakan,
melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan
Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan. Seksi ini mempunyai fungsi antara lain :
a. Perencanaan program pengobatan, pencegahan dan penanggulangan Penyakit gigi
dan mulut,
b. Peningkatan mutu pelayanan, program kesehatan jiwa, program kesehatan kerja,
program kesehatan indera dan laboratorium di puskesmas dan jaringannya,
c. Pengadaan alat kesehatan,
d. Pelayanan kesehatan masyarakat miskin,
e. Pengawasan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit milik Pemerintah maupun
swasta,
f. Penanggulangan masalah kesehatan kedaruratan dan bencana;
g. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi /lembaga terkait
h. Penilaian kinerja puskesmas dan pemilihan tenaga medis, paramedis dan tenaga
kesehatan lain yang berprestasi;
i. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan.

2. Seksi Farmasi dan Pengawasan Makanan


Seksi Farmasi dan Pengawasan Makanan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan
pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan Farmasi dan
Pengawasan pangan.
Seksi Farmasi dan Pengawasan Makanan mempunyai fungsi antara lain :
a. Perencanaan,pelaksanaan,pengolahan dan analisa data kegiatan pengumpulan data
bahan perumusan kebutuhan obat untuk puskesmas dan jaringannya
b. Pengadaan obat untuk Puskesmas dan jaringannya ,
c. Pembinaan dan pengawasan penggunaan obat pada puskesmas dan jaringannya,
d. Pembinaan dan pengawasan sediaan farmasi pada puskesmas, sarana pelayanan
kesehatan pemerintah dan swasta, apotek, toko obat, salon kecantikan dan klinik
kecantikan,
e. Monitoring pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian pada apotik, instalasi
farmasi rumah sakit pemerintah dan swasta,
f. Pelaksanaan kursus kepada pengelola makanan (jasa boga, restoran, rumah makan,
pedagang makanan jajanan, industri rumah tangga), depot air minum, pembinaan dan
pengawasan kepada pengelola makanan (produk industri rumah tangga, jasa boga,
restoran, rumah makan, pedagang makanan jajanan) dan depot air minum ;
g. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi /lembaga terkait
h. Pelaksanaan kursus kepada pengelola makanan (jasa boga, restoran, rumah makan,
pedagang makanan jajanan, industri rumah tangga), depot air minum,
i. Pembinaan dan pengawasan kepada pengelola makanan (produk industri rumah
tangga, jasa boga, restoran, rumah makan, pedagang makanan jajanan) dan depot air
minum,
j. Investigasi pada kejadian luar biasa keracunan makanan;
k. Penginventarisasian tempat pengelolaan makanan dan minuman (TPM);
l. Pemberian Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan untuk pengelola Industri
Rumah Tangga Pangan, Jasa Boga, Restoran, Rumah makan dan Depot air Minum;
m. Pemberian Tanda Terdaftar / Sertifikat Laik higiene sanitasi untuk Jasa Boga,
Restoran , Rumah Makan dan Depot Air Minum;
n. Melakukan pemeriksaan setempat terhadap calon apotek , toko obat, industri kecil,
obat tradisional, perbekalan kesehatan rumah tangga dan penyalur alat kesehatan;
o. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan.

3. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pelayanan Kesehatan


Mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi kegiatan
pengawasan dan pengendalian pelayanan kesehatan. Seksi Pengawasan dan Pengendalian
Pelayanan Kesehatan mempunyai fungsi :
a. Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengawasan praktek dokter,
dokter gigi, bidan, perawat, balai pengobatan, rumah bersalin, optik, apotek, toko obat,
laboratorium, klinik rontgen, rumah sakit dan pengobatan tradisional;
b. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data pembinaan dan
pengawasan praktek dokter, dokter gigi, bidan, perawat, balai pengobatan, rumah
bersalin, optik, apotek, toko obat, laboratorium, klinik rontgen, rumah sakit dan
pengobatan tradisional;
c. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi /lembaga terkait
d. Pemberian perijinan bagi dokter, dokter gigi, bidan, perawat, balai pengobatan,
rumah bersalin, optik, apotek, toko obat, laboratorium, klinik rontgen, rumah sakit
umum milik pemerintah maupun swasta;
e. Pemberian tanda terdaftar untuk pengobat tradisional ;
f. Pemberian rekomendasi industri kecil obat tradisional dan penyalur alat
Kesehatan;
g. Pemberian surat izin kerja asisten apoteker .
Adapun kriteria pelayanan kesehatan yang baik menurut Taufik Suryadi dari artikelnya adalah :
1. Praktik yang rasional yang berdasarkan ilmu pengetahuan.
2. Menekankan pencegahan.
3. Kerjasama yang baik antara pasien yang awam dengan praktisi yang ilmah
medis.
4. Memperlakukan individu sepenuhnya.
5. Hubungan dokter dan pasien akrab dan berkesinambungan.
6. Koordinasi dengan pekerjaan kesejahteraan sosial.
7. Koordinasi semua jenis pelayanan kesehatan.
8. Pelayanan untuk kebutuhan semua orang.
Setiap pelayanan kesehatan di berbagai rumah sakit mempunyai kriteria tertentu dalam menetapkan
standar pelayanan yang baik. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui kriteria pelayanannya
agar setiap pegawai dapat memberikan pelayanan kesehatan yang memuaskan.
4.5 Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang tujuan utamanya lebih mementingkan fungsi sosial yaitu
memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat. Kata ”Rumah Sakit dalam bahasa inggris adalah
Hosputal, yaitu berasal dari kata Yunani Hospitus. Hospitium adalah suatu tempat unutuk menerima
orang asing dan peziarah dijaman dahulu, pertamanya Rumah Sakit hanya melayani para peziarah,
orang miskin dan penderita penyakit pes. Namun lambat laun arti Rumah Sakit bertambah luas.
Pengertian Rumah Sakit menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No
159b/Menkes/Per 11/1998 adalah :
” Rumah Sakit adalah suatu sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan serta dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.”
Pengertian rumah sakit menurut WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh Guwandi (1991)
adalah sebagai berikut :
” The hospital is an integral part of social an medical organization, the function which is to
provide for the population complete health care, both curative and whose outpatient service
reach out to the family and its home environment, the hospital is also a centre of training of
helth workers and for biosocial research”.
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa rumah sakit adalah institusi atau
organisasi yang memberikan jasa pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas secara komprehensif
dan juga dalam penyelenggaraan pelatihan untuk para dokter dan para medis serta pengembangan
penelitian. Rumah Sakit pada dasarnya mempunyai fungsi dan tugas.
Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit, yaitu ;
a. Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis.
b. Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis tambahan.
c. Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman.
d. Melaksanakan pelayanan medis khusus.
e. Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan.
f. Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi.
g. Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial.
h. Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan.
i. Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal (observasi).
j. Melaksanakan pelayanan rawat inap.
k. Melaksanakan pelayanan administratif.
l. Melaksanakan pendidikan para medis.
m. Membantu pendidikan tenaga medis umum.
n. Membantu pendidikan tenaga medis spesialis.
o. Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan.
p. Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi.
Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan tipe rumah sakit yang di Indonesia terdiri dari
rumah sakit umum dan rumah sakit khusus, kelas a, b, c, d. berbentuk badan dan sebagai unit pelaksana
teknis daerah. Perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan turunnya kinerja
rumah sakit yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Indonesia melalui keputusan dirjen medik.
4.6 Kinerja
Kinerja merupakan kegiatan yang diakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam menjalankan
tugasnya untuk mencapai tujuan yan telah ditetapkan. Dalam rangka penilaian efektifitas dan efisiensi
suatu organisasi, sangat penting mengukur kinerja. Pengukuran kinerja ini dapat dilakukan dengan
aspek-aspek serat indikator tertentu.
Brdasarkan artikel Pengembangan Pusat Data dan Informasi Bisnis, kinerja internal dapat diukur
dengan berbagai aspek berikut :
a. Ketersediaan (availability), yang terdiri dari indikator;
- Frekuensi dan lamanya kerusakan atau gangguan yang terjadi pada fasilitas
atau layanan.
- Ada tidaknya masalah dalam ketersediaan informasi dan layanan yang
dibutuhkan
b. Keandalan (reability), yang terdiri dari indikator :
- Kemempuan menyajikan informasi yang memenuhi kriteria (keakuratan,
relevansi, tepat waktu, dan kelengkapan).
- Kamampuan mengelola keluhan dan saran pengguna melalui media-media
sesuai dengan harapan penerima layanan yang selanjutnya ditentukan menjadi
acuan standar layanan, baik dari segi waktu maupun kualitas.
c. Kegunaan (useability), yang terdiri dari indikator :
- Adanya navigasi yang baik pada situs web sehingga memudahkan pengguna
dalam mencari informasi.
- Kemudahan mengakses data dan informasi yang disajikan.
- Pemilihan jenis dan ukuran huruf sehingga mudah dibaca dalam mengakses
data dan informasi.
- Pemberian fasilitas untuk pengguna.
- Penyajian informasi (artikel, majalah) yang mudah digunakan.
d. Pemeliharaan (maintenance), yang terdiri dari indikator :
- Kemudahan dalam memelihara informasi dan sarana pendukung.
- Kemampuan untuk mendeteksi masalah, gangguan atau penyimpangan
tertentu yang memerlukan perbaikan.
- Kemampuan untuk melekukan perbaikan terhadap gangguan, masalah dan
penyimpangan yang terjadi.
e. Pengembangan lebih lanjut (upgradeability), yang terdiri dari indikator :
- Kemampuan untuk bekerja secara terpadu dengan sisitem lain secara
mudah.
- Kemampuan untuk melakukan pengembangan dan peningkatan fungsi-
fungsi sesuai dengan perkembangan kebutuhan di masa akan datang.
Pengukuran kinerja pada setiap organisasi memiliki indikator yang berbeda-beda. Dalam mengukur
kinerja diharapkan dapat memberikan penilaian yang objektif terhadap kinerja yang telah dilakukan
pada organisasi tersebut.
4.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu mengenai audit operasional.
Berdasarkan hasil penelitian Sarmen (2002), audit operasional dapat membantu meningkatkan dan
memajukan perusahaan dimasa yang akan datang. Audit operasional menilai kehandalan dan
kecukupan sistem pengendalian intern dan tersedianya sumber daya manusia yang kompeten.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Arnes (2000), menyatakan bahwa pemeriksaan operasional dapat
mengungkapkan berbagai kelemahan dan penyimpangan dari suatu operasi perusahaan. Pemeriksaan
operasional mempunyai orientasi untuk peningkatan dimasa yang akan datang dalam hal ini menilai
penggunaan sumber-sumber yang ada secara efektif dan efisien.
Dari hasil penelitian Sari (2001), dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan audit
operasional oleh internal auditor dilakukan agar operasi perusahaan terus mengalami perbaikan. Ini
terlihat dari pelaksanaan aktifitas perusahaan yang cukup efektif dan sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan walaupun masih terdapat beberapa kelemahan.
Kemudian Meuthia (2000), mengungkapakan bahwa dengan audit operasional ini dapat menghasilkan
suatu rekomendasi dan saran perbaikan organisasi atas rencana dan pelaksanaan kegiatan dan
menyampaikannya kepada pihak manajemen maupun pimpinan organisasi tersebut.
Dari hasil penelitian Yilka Harmi (2006), disimpulkan bahwa audit operasional sangat penting dalam
menunjang efektifitas dan efisiensi di rumah sakit. Audit operasional memberikan saran perbaikan atas
penyimpangan yang terjadi dalam rumah sakit tersebut agar rumah sakit dapat memberikan pelayanan
yang berkualitas sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu, audit operasional
sebaiknya dilakukan secara rutin untuk menunjang keefektifan dan keefisiensian rumah sakit, karena
bisa terjadi masalah dan hambatan-hambatan dalam rumah sakit tersebut seiring dengan kegiatan
sehari-harinya di masa yang akan datang.
Audit operasional merupakan alat yang dapat digunakan sebagai penilai dari efektif dan efisien
pelaksanaan kegiatan usaha dan memberikan suatu evaluasi yang objektif serta rekomendasi atas saran
kepada manajemen untuk membenahi jalannya operasi perusahaan (Ardoni Marsa, 2004), dari hasil
penelitiannya disimpulkan bahwa dengan adanya audit operasional dapat ditemukan hal-hal yang
seharusnya memerlukan tindakan koreksi agar pengeloloaan di rumah sakit menjadi lebih efektif dan
efisien.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Budi Satria (2009), menyatakan bahwa audit
operasional sangat diperlukan untuk menilai efisiensi dan efektivitas perusahaan. Dengan adanya audit
akan ditemukan kelemahan-kelemahan dari kegiatan operasional perusahaan. Untuk itu, auditor dapat
memberikan saran dan rekomendasi untuk perbaikan di masa yang akan datang agar kegiatan tersebut
berjalan lebih efektif dan efisien

5. METODOLOGI PENELITIAN
5.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian descriptive case study terhadap suatu organisasi pelayanan
kesehatan yaitu Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kolonel Abundjani Bangko. Penelitian
ini dilakukan untuk menilai dan menganalisis penerapan dan manfaat audit operasional dalam menilai
dan mendorong peningkatan kinerja rumah sakit.

5.2 Populasi, Sampel dan Sampling


Dalam penelitian ini, populasinya adalah berbagai pihak yang terlibat di Instalasi Farmasi RSUD Kol.
Abundjani Bangko. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah beberapa pegawai di Instalasi
Farmasi RSUD Kol. Abundjani Bangko, pihak manajemen RSUD Kol. Abundjani Bangko, bagian
keuangan RSUD Kol. Abundjani Bangko, pihak yang melakukan audit operasional pada RSUD Kol.
Abundjani Bangko, dan beberapa masyarakat yang rutin berobat di rumah sakit tersebut. Pengambilan
sampel ini dilakukan secara random.

5.3 Jenis Data dan Sumber Data


Data yang dikumpulkan adalah berupa data primer dan sekunder yang diperoleh sejalan dengan
pelaksanaan program audit operasional. Jadi, metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penilitian adalah dengan melakukan pengamatan serta wawancara dengan beberapa pegawai, pihak
manajemen, auditor dan pasien terkait di lokasi untuk mendapatkan data-data seperti :

1. Struktur organisasi RSUD Kol. Abundjani Bangko.


2. Tugas dan wewenang pada masing-masing jabatan di instalasi farmasi RSUD.
3. Peraturan, standar, dan kebijakan yang melingkupi instalasi farmasi.
4. Data mengenai pelaksaaan audit operasional.
5. Laporan audit operasional.
6. Sistem dan prosedur pencatatan kegiatan.
7. Dokumen dan bukti transaksi yang diperlukan untuk memastikan bahwa rangkaian
prosedur dan kebijakan telah dijalankan dengan sebagaimana mestinya.

Selain data-data di atas, diperlukan juga data-data sekunder lainnya yang berasal dari literatur, buku-
buku yang berkaitan dengan audit operasional lewat studi kepustakaan, untuk melengkapi pengertian
atau definisi tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan audit operasional.

5.4 Metode Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu peninjauan langsung pada perusahaan yang diteliti untuk memperoleh data primer.
Data primer ini dikumpulkan dengan cara sebagai berikut :
• Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab dengan pejabat yang
berwenang untuk memperoleh informasi sesuai dengan judul dan tujuan penelitian. Data yang
diharapkan adalah berupa kebijakan, sistem, prosedur dan yang berkaitan kinerja pelayanan di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kolonel Abundjani Bangko.
Wawancara terdiri atas :
a. Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang diadakan ketika diketahui pada permulaan
informasi yang diperlukan. Pewawancara memiliki daftar pertanyaan yang direncanakan
untuk ditanyakan kepada responden.
b. Wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang bertujuan untuk membawa beberapa isu
pendahuluan kepermukaan supaya peneliti dapat menentukan variable yang memerlukan
investigasi mendalam lebih lanjut.
• Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di
lapangan terhadap operasi perusahaan objek yang diteliti.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu teknik pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca
dan mempelajari buku-buku, serta literatur-literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang
sedang diteliti yang berguna sebagai pedoman teoritis pada waktu melakukan penelitian lapangan
dan untuk mendukung serta menganalisis data.
5.5 Analisis Data
Data dan dokumen yang sudah diperoleh akan dianalisis dengan membandingkan prosedur dan
kebijakan yang telah ditetapkan dengan kenyataan yang terjadi atau membandingkan standar
dengan hasil yang telah dicapai. Standar dapat ditetapkan melalui keputusan direktur, keketapan
manajer, pengalaman masa lalu, perbandingan dengan organisasi lain yang sejenis, kesepakatan
bersama antara pihak-pihak yang terlibat, yang digunakan sebagai acuan untuk memenuhi
serangkaian tugas dan tanggung jawab.
Kemudian, data mengenai kinerja akan diolah apakah audit operasional yang dilakukan dapat
mendorong peningkatan kinerja di rumah sakit tersebut. Data tersebut didapatkan dari olahan
wawancara dan observasi serta penelitian kepustakaan. Analisis dari data-data ini akan didapatkan
sejauh mana penerapan dan manfaat audit operasional dalam mendorong peningkatan kinerja di
rumah sakit tersebut.
5.6 Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab sebagai berikut :
Bab satu merupakan pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
Bab dua adalah landasan teori dan tinjauan penelitian terdahulu. Dalam bab ini akan dijelaskan
mengenai berbagai teori yang mendukung dalam penelitian ini, seperti konsep audit operasional,
efektivitas dan efisiensi, rumah sakit serta kinerja.
Bab tiga merupakan metodologi penelitian. Dalam bab ini, dijellaskan mengenai jenis penelitian,
populasi dan sampel serta analisis data.
Bab empat adalah pembahasan. Bab ini merupakan pembahasan penelitian yang dilakukan terhadap
Instalasi Rumah Sakit Umum Kolonel Abundjani Bangko.
Bab lima merupakan penutup. Dalam bab ini, akan disampaikan kesimpulan serta saran untuk
perusahaan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
47

You might also like