You are on page 1of 6

Kalimantan Barat

Tupai dan Ikan Gabus


(Bagian 1)
Di sebuah telaga di daerah Kalimantan barat,
tersebutlah seekor tupai bersahabat dengan seekor ikan gabus.
Persahabatan tersebut sangatlah kuatnya.

Pada suatu hari si Ikan Gabus jatuh sakit. Badannya sangatlemah.


Dengan setianya si Tupai menunggui temannya itu. Sudah beberapa hari si
Ikan Gabus tidak enak makan. Maka si Tupai berusaha membujuknya.
Namun si Ikan Gabus hanya mau makan
kalau diberi makan hati ikan Yu.

Mendengar permintaan si Ikan Gabus, Si Tupai menjadi sangat sedih. Sulit


sekali memenuhi permintaan sahabatnya itu. Ikan Yu adalah hewan yang
sangat ganas dan hanya hidup di
lautan lepas. Namun akhirnya ia memutuskan juga untuk mencarikannya.

Maka iapun meloncat-loncat dari pohon ke pohon hingga sampai ke sebuah


pohon kelapa yang batangnya menjorok ke laut. Dengan perlahan si Tupai
melobangi sebutir biji kelapa. Setelah airnya habis, iapun masuk ke dalam
kelapa itu. Dari dalam kelapa itu ia masih dapat menggerogoti tangkai buah
kelapa itu.

Tak lama kemudian buah kelapa itu sudah terlepas dari tangkainya dan
tercebur ke laut lepas. Ombak laut itu sangat besar. sehingga dalam waktu
tidak lama, buah kelapa itu sudah berada ditengah laut lepas. Tiba-tiba
datanglah seekor Ikan Yu besar. Dengan segera ia menelan biji kelapa
tersebut bulat-bulat. Setelah berada di dalam perut ikan itu, si Tupai lalu
mengigiti hatinya. Ikan itu menggelepar-gelepar menuju pantai.
Sesampainya di pantai, Ikan Yu sudah kehabisan tenaga dan akhirnya mati.

Dengan senang hati si Tupai membawa hati Ikan Yu itu untuk sahabatnya.
Dengan ajaibnya setelah memakan hati Ikan Yu, Si Ikan Gabus menjadi
sembuh total. Ia meloncat-loncat dengan gembiranya. Ia pun berjanji akan
menolong si Tupai kalau ia sakit di hari kemudian.

Kalimantan Tengah
Kutukan Raja Pulau
Mintin
Pada zaman dahulu, terdapatlah sebuah kerajaan di Pulau Mintin daerah
Kahayan Hilir. Kerajaan itu sangat terkenal akan kearifan rajanya.
Akibatnya, kerajaan itu menjadi wilayah yang tenteram dan makmur.
Pada suatu hari, permaisuri dari raja tersebut meninggal dunia. Sejak saat
itu raja menjadi murung dan nampak selalu sedih. Keadaan ini
membuatnya tidak dapat lagi memerintah dengan baik. Pada saat yang
sama, keadaan kesehatan raja inipun makin makin menurun. Guna
menanggulangi situasi itu, raja berniat untuk pergi berlayar guna
menghibur hatinya.
Untuk melanjutkan pemerintahan maka raja itu menyerahkan tahtanya
pada kedua anak kembarnya yang bernama Naga dan Buaya. Mereka pun
menyanggupi keinginan sang raja. Sejak sepeninggal sang raja, kedua
putranya tersebut memerintah kerajaan. Namun sayangnya muncul
persoalan mendasar baru.
Kedua putra raja tersebut memiliki watak yang berbeda. Naga mempunyai
watak negatif seperti senang berfoya-foya, mabuk-mabukan dan berjudi.
Sedangkan buaya memiliki watak positif seperti pemurah, ramah tamah,
tidak boros dan suka menolong.
Melihat tingkah laku si Naga yang selalu menghambur-hamburkan harta
kerajaan, maka si Buayapun marah. Karena tidak bisa dinasehati maka si
Buaya memarahi si Naga. Tetapi rupaya naga ini tidak mau mendengar.
Pertengkaran itu berlanjut dan berkembang menjadi perkelahian. Prajurit
kerajaan menjadi terbagi dua, sebahagian memihak kepada Naga dan
sebagian memihak pada Buaya. Perkelahian makin dahsyat sehingga
memakan banyak korban.
Dalam pelayarannya, Sang raja mempunyai firasat buruk. Maka ia pun
mengubah haluan kapalnya untuk kembali ke kerajaanya. Betapa
terkejutnya ia ketika menyaksikan bahwa putera kembarnya telah saling
berperang. Dengan berang ia pun berkata,"kalian telah menyia-nyiakan
kepercayaanku. Dengan peperangan ini kalian sudah menyengsarakan
rakyat. Untuk itu terimalah hukumanku. Buaya jadilah engkau buaya yang
sebenarnya dan hidup di air. Karena kesalahanmu yang sedikit, maka
engkau akan menetap di daerah ini. Tugasmu adalah menjaga Pulau
Mintin. Sedangkan engkau naga jadilah engkau naga yang sebenarnya.
Karena kesalahanmu yang besar engkau akan tinggal di sepanjang Sungai
Kapuas. Tugasmu adalah menjaga agar Sungai Kapuas tidak ditumbuhi
Cendawan Bantilung."
Setelah mengucapkan kutukan itu, tiba-tiba langit gelap dan petir
menggelegar. Dalam sekejap kedua putranya telah berubah wujud. Satu
menjadi buaya. Yang lainnya menjadi naga.
Kalimantan Timur

Asal Usul Danau Lipan


Di kecamatan Muara Kaman kurang lebih 120 km di hulu Tenggarong ibukota
Kabupaten Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur ada sebuah daerah yang terkenal
dengan nama Danau Lipan. Meskipun bernama Danau, daerah tersebut bukanlah
danau seperti Danau Jempang dan Semayang. Daerah itu merupakan padang luas
yang ditumbuhi semak dan perdu.
Dahulu kala kota Muara Kaman dan sekitarnya merupakan lautan. Tepi lautnya ketika
itu ialah di Berubus, kampung Muara Kaman Ulu yang lebih dikenal dengan nama
Benua Lawas. Pada masa itu ada sebuah kerajaan yang bandarnya sangat ramai
dikunjungi karena terletak di tepi laut.
Terkenallah pada masa itu di kerajaan tersebut seorang putri yang cantik jelita.
Sang putri bernama Putri Aji Bedarah Putih. Ia diberi nama demikian tak lain karena
bila sang putri ini makan sirih dan menelan air sepahnya maka tampaklah air sirih
yang merah itu mengalir melalui kerongkongannya.
Kejelitaan dan keanehan Putri Aji Bedarah Putih ini terdengar pula oleh seorang
Raja Cina yang segera berangkat dengan Jung besar beserta bala tentaranya dan
berlabuh di laut depan istana Aji Bedarah Putih. Raja Cina pun segera naik ke darat
untuk melamar Putri jelita.
Sebelum Raja Cina menyampaikan pinangannya, oleh Sang Putri terlebih dahulu raja
itu dijamu dengan santapan bersama. Tapi malang bagi Raja Cina, ia tidak
mengetahui bahwa ia tengah diuji oleh Putri yang tidak saja cantik jelita tetapi juga
pandai dan bijaksana. Tengah makan dalam jamuan itu, puteri merasa jijik melihat
kejorokan bersantap dari si tamu. Raja Cina itu ternyata makan dengan cara
menyesap, tidak mempergunakan tangan melainkan langsung dengan mulut seperti
anjing.
Betapa jijiknya Putri Aji Bedarah Putih dan ia pun merasa tersinggung, seolah-olah
Raja Cina itu tidak menghormati dirinya disamping jelas tidak dapat menyesuaikan
diri. Ketika selesai santap dan lamaran Raja Cina diajukan, serta merta Sang Putri
menolak dengan penuh murka sambil berkata, "Betapa hinanya seorang putri
berjodoh dengan manusia yang cara makannya saja menyesap seperti anjing."
Penghinaan yang luar biasa itu tentu saja membangkitkan kemarahan luar biasa pula
pada Raja Cina itu. Sudah lamarannya ditolak mentah-mentah, hinaan pula yang
diterima. Karena sangat malu dan murkanya, tak ada jalan lain selain ditebus dengan
segala kekerasaan untuk menundukkan Putri Aji Bedarah Putih. Ia pun segera
menuju ke jungnya untuk kembali dengan segenap bala tentara yang kuat guna
menghancurkan kerajaan dan menawan Putri.
Perang dahsyat pun terjadilah antara bala tentara Cina yang datang bagai
gelombang pasang dari laut melawan bala tentara Aji Bedarah Putih.
Ternyata tentara Aji Bedarah Putih tidak dapat menangkis serbuan bala tentara
Cina yang mengamuk dengan garangnya. Putri yang menyaksikan jalannya
pertempuran yang tak seimbang itu merasa sedih bercampur geram. Ia telah
membayangkan bahwa peperangan itu akan dimenangkan oleh tentara Cina. Karena
itu timbullah kemurkaannya.
Putri pun segera makan sirih seraya berucap, "Kalau benar aku ini titisan raja sakti,
maka jadilah sepah-sepahku ini lipan-lipan yang dapat memusnahkan Raja Cina
beserta seluruh bala tentaranya." Selesai berkata demikian, disemburkannyalah
sepah dari mulutnya ke arah peperangan yang tengah berkecamuk itu. Dengan
sekejap mata sepah sirih putri tadi berubah menjadi beribu-ribu ekor lipan yang
besar-besar, lalu dengan bengisnya menyerang bala tentara Cina yang sedang
mengamuk.
Bala tentara Cina yang berperang dengan gagah perkasa itu satu demi satu
dibinasakan. Tentara yang mengetahui serangan lipan yang tak terlawan itu, segera
lari lintang-pukang ke jungnya. Demikian pula sang Raja. Mereka bermaksud akan
segera meninggalkan Muara Kaman dengan lipannya yang dahsyat itu, tetapi
ternyata mereka tidak diberi kesempatan oleh lipan-lipan itu untuk meninggalkan
Muara Kaman hidup-hidup. Karena lipan-lipan itu telah diucap untuk membinasakan
Raja dan bala tentara Cina, maka dengan bergelombang mereka menyerbu terus
sampai ke Jung Cina. Raja dan segenap bala tentara Cina tak dapat berkisar ke mana
pun lagi dan akhirnya mereka musnah semuanya. Jung mereka ditenggelamkan juga.
Sementara itu Aji Bedarah Putih segera hilang dengan gaib, entah kemana dan
bersamaan dengan gaibnya putri, maka gaib pulalah Sumur Air Berani, sebagai
kekuatan tenaga sakti kerajaan itu. Tempat Jung Raja Cina yang tenggelam dan
lautnya yang kemudian mendangkal menjadi suatu daratan dengan padang luas itulah
yang kemudian disebut hingga sekarang dengan nama Danau Lipan.

Kalimantan Selatan
Puteri Junjung Buih
Tersebutlah kisah sebuah kerajaan bernama Amuntai di Kalimantan Selatan.
Kerajaan itu diperintah oleh dua bersaudara. Raja yang lebih tua bernama
Patmaraga, atau diberi julukan Raja Tua. Adiknya si Raja muda bernama
Sukmaraga. Kedua raja tersebut belum mempunyai putera ataupun puteri.

Namun diantara keduanya, Sukmaraga yang berkeinginan besar untuk mempunyai


putera. Setiap malam ia dan permaisurinya memohon kepada para dewa agar
dikarunia sepasang putera kembar. Keinginan tersebut rupanya akan dikabulkan
oleh para dewa. Ia mendapat petunjuk untuk pergi bertapa ke sebuah pulau di
dekat kota Banjarmasin. Di dalam pertapaannya, ia mendapat wangsit agar
meminta istrinya menyantap bunga Kastuba. Sukmaraga pun mengikuti perintah
itu. Benar seperti petunjuk para dewa, beberapa bulan kemudian permaisurinya
hamil. Ia melahirkan sepasang bayi kembar yang sangat elok wajahnya.

Mendengar hal tersebut, timbul keinginan Raja Tua untuk mempunyai putera pula.
Kemudian ia pun memohon kepada para dewa agar dikarunia putera. Raja Tua
bermimpi disuruh dewa bertapa di Candi Agung, yang terletak di luar kota Amuntai.
Raja Tua pun mengikuti petunjuk itu. Ketika selesai menjalankan pertapaan, dalam
perjalanan pulang ia menemukan sorang bayi perempuan sedang terapung-apung
di sebuah sungai. Bayi tersebut terapung-apung diatas segumpalan buih. Oleh
karena itu, bayi yang sangat elok itu kelak bergelar Puteri Junjung Buih.

Raja Tua lalu memerintahkan pengetua istana, Datuk Pujung, untuk mengambil
bayi tersebut. Namun alangkah terkejutnya rombongan kerajaan tersebut, karena
bayi itu sudah dapat berbicara. Sebelum diangkat dari buih-buih itu, bayi tersebut
meminta untuk ditenunkan selembar kain dan sehelai selimut yang harus
diselesaikan dalam waktu setengah hari. Ia juga meminta untuk dijemput dengan
empat puluh orang wanita cantik.

Raja Tuapun lalu menyayembarakan permintaan bayi tersebut. Ia berjanji untuk


mengangkat orang yang dapat memenuhi permintaan bayi tersebut menjadi
pengasuh dari puteri ini. Sayembara itu akhirnya dimenangkan oleh seorang wanita
bernama Ratu Kuripan. Selain pandai menenun, iapun memiliki kekuatan gaib.
Bukan hanya ia dapat memenuhi persyaratan waktu yang singkat itu, Ratu Kuripan
pun menyelesaikan pekerjaannya dengan sangat mengagumkan. Kain dan selimut
yang ditenunnnya sangatlah indah. Seperti yang dijanjikan, kemudian Raja Tua
mengangkat Ratu Kuripan menjadi pengasuh si puteri Junjung Buih. Ia ikut
berperanan besar dalam hampir setiap keputusan penting menyangkut sang puteri.

SUMBER :
http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/Budaya_Bangsa/Cerita_Rakyat

You might also like