You are on page 1of 7

Panduan
Praktis
Berbahasa
 1

Penggunaan Singkatan yang Benar


adalah WIB (bukan BBWI)

http://babang‐ 1
juwanto.blogspot.com/2010/08/penggunaan‐singkatan‐
yang‐benar‐adalah.html


Saya tidak sedang membahas perbedaan waktu puasa ataupun
memperdebatkan puasa tahun ini di mulai pada hari senin, selasa,
rabu ataupun kamis. Toh, orang kampung pesisir seperti saya
(ataupun masyarakat lubuk besar di kepulauan Bangka Belitung)
pasti (otomatis) mengikuti departemen agama walaupun apa yang
terjadi. Saya percaya, apa pun yang diumumkan oleh pemerintah
“Republik” ini, apa itu keliru/ salah dan/atau benar sekalipun
masyarakat tetap manggut-manggut (bukan berarti bodoh).
Kendati saya, yang dibesarkan di kampung pesisir (ujung
Kab. Bangka tengah), tidak mengenal apa itu Muhamadyah, NU,
Ahmadyah, ataupun “Mazhab” terkenal yang menjadi dasar
dalam beribahda, toh dari dulu memang saya (bahkan masyarakat
pesisir) serak-serak suaranya untuk Allah. Habis bunyinya untuk
mencintaiNya. “Bernyanyi” di laut mencari ikan, membunyikan
alat musik di hutan-hutan pascatambang, berkeringat menebang
kaki kami sendiri, hanya untuk memelihara hubungan baik
dengan Allah. Tapi karena saya (dan kebanyakan masyarakat
kampung pesisir) yakin bahwa Allah sebagai pengasuh,
penyantun, tempat bergantung – tidak bisa diperbandingkan
dengan polisi, tentara, menteri ekuin, presiden, pemerintahan,
konglomerat, distribusi modal atau apapun saja yang dituhankan
oleh sangat banyak orang. Allah berjanji kepada para kekasihnya
untuk menjalankan empat fungsi, asalkan oleh para kekasihnya
dibeli dengan taqwa dan tawakkal. Kira-kira begitulah kalimat
‘petuah’ sekaligus ilmu hikmah yang diajarkan oleh budayawan
Panduan
Praktis
Berbahasa
 3

Emha Ainun Nadjib; saya percaya, Allah sebagai pemberi jalan


keluar, solusi atas apa saja : “coba sebut satu masalah yang Allah
tidak sanggup menyelesaikannya!,” ujar Cak Nun.
Saya percaya, Allah sebagai penabur rizqi melalui jalan, cara,
metoda dan modus yang semau-mau Dia, sehingga para kekasih
Nya tidak bisa menduga atau memperhitungkannya. Para kekasih
Allah tinggal terima jadi, terima matang – anugrah rejeki yang
mereka beli dengan ‘mata uang’ taqwa dan tawakkal. Lanjut Cak
Nun, “Ah, apa sih taqwa? Rindukan Allah kapan saja.
menjadikan Allah sebagai tuan rumah batin kita. Tawakkal
adalah taqwa yang diperdalam ditancapkan dihujamkan terus
menerus,”
Saya percaya, Allah sebagai manager dan akuntan.
Menurut Cak Nun, “Kalau berasmu menipis, jangan memfitnah
dan menganggap Allah bersikap acuh tak acuh atas keadaan
dapurmu itu. Ia managermu, ia atur nafkahmu, ia jamin
penghidupan keluargamu. Engkau cukup menyetor taqwa dan
tawakkal.”
Saya percaya, kata CAk Nun, “Allah adalah menjadi
humasmu, public relation-mu. Keperluanmu atas seseorang atau
suatu pihak, kebutuhanmu terhadap akses ini atau itu,
disampaikan oleh Allah kepada yang bersangkutan. Engkau
cukup memberi ‘honor’ taqwa dan tawakkal.”
Baiklah, di atas tadi cuma(n) selingan karena ketika
menulis hal yang kurang penting (menurut kebanyakan orang)
http://babang‐ 3
juwanto.blogspot.com/2010/08/penggunaan‐singkatan‐
yang‐benar‐adalah.html


ini, di televisi sedang hangatnnya membicarakan waktu yang
tepat (hari apa puasa dimulai?). Sembari mencari informasi
tentang itu di laman-laman media (portal) berita, saya pun
membaca artikel pada laman Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika – BMKG tentang Pembagian Wilayah Waktu
Indonesia (klik di sini). Berikut di bawah ini rangkuman artikel
tersebut:
Sejarah Pembagian wilayah waktu di Indonesia dimulai
dengan terbitnya Keputusan Presiden RI. No.243 Tahun 1963
yang membagi Indonesia dalam 3 (tiga) wilayah waktu dan
berlaku mulai 1 Januari 1964. Pun, ada prinsip-prinsip yang
digunakan dalam pembagian wilayah waktu tersebut di antaranya
adalah :
1. Menuju kebentuk peraturan yang sesederhana mungkin.
2. Waktu Matahari sejati jangan sampai berbeda terlalu besar
dengan waktu tolok, terutama bagi kota-kota besar/penting.
3. Batas wilayah jangan sampai membelah suatu provinsi dan
pulau.
4. Memperhatikan faktor - faktor agama, politik, kegiatan
masyarakat dan ekonomi, kepadatan penduduk, lalu
lintas/perhubungan, sosio-psikologis serta perkembangan
pembangunan.

Maka, berdasarkan prinsip-prinsip tadi itu diputuskanlah bahwa


pembagian wilayah waktu sebagai berikut :
Panduan
Praktis
Berbahasa
 5

1. Waktu Indonesia Barat meliputi daerah - daerah Tingkat I


dan Istimewa di Sumatera, Jawa, Madura dan Bali dengan waktu
tolok GMT+07.00 jam dan derajat tolok 105° BT.
2. Waktu Indonesia Tengah meliputi daerah - daerah Tingkat I
di Kalimanatan, Sulawesi dan Nusa Ternggara dengan waktu
tolok GMT+08.00 jam dan derajat tolok 120° BT.
3. Waktu Indonesia Timur meliputi daerah - daerah Tingkat I di
Maluku dan Irian Jaya dengan waktu tolok GMT+09.00 jam dan
derajat tolok 135° BT.

Karena pembagian wilayah waktu di Indonesia pada saat itu oleh


beberapa pihak dirasakan tidak relavan lagi sehubungan dengan
perkembangan pembangunan dan kegiatan ekonomi yang makin
mengingkat. Misalnya, kota Pontianak dan kota Tegal yang
terletak dalam bujur yang sama, ternyata berbeda wilayah
waktunya , yaitu Pontianak masuk dalam wilayah Waktu
Indonesia Tengah dan Tegal Waktu Indoensia Barat. Demikian
pula dengan Denpasar yang masuk dalam wilayah Waktu
Indonesia Barat, sedangkan Banjarmasin dalam wilayah Waktu
Indonesia Tengah. Maka akhirnya berdasarkan berbagai
pertimbangan, maka diputuskan perubahan melalui Kep.Pres RI
No.41 Tahun1987 dan berlaku mulai 1 Januari 1988 jam 00.00
WIB.

http://babang‐ 5
juwanto.blogspot.com/2010/08/penggunaan‐singkatan‐
yang‐benar‐adalah.html


WIB atau BBWI?

Sejalan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor


41 Tahun 1987 tadi, wilayah waktu di Indonesia dibagi menjadi
tiga yang masing-masing dikenal oleh masyarakat dengan
singkatan WIB, WITA dan WIT. Bentuk kepanjangannya
masing-masing adalah Waktu Indonesia Barat, Waktu Indonesia
Tengah, dan Waktu Indonesia Timur. Pada ungkapan itu kata
barat, tengah, dan timur menerangkan kelompok kata waktu
Indonesia dan bukan hanya menerangkan kata Indonesia. Dengan
demikian, harus ditafsirkan bahwa yang dibagi adalah wilayah
waktu, bukan wilayah (pemerintahan) Indonesia menjadi
Indonesia Barat, Indonesia Tengah, ataupun Indonesia Timur.

Dalam penggunaannya di masyarakat (kerap) muncul singkatan


BBWI, alih-alih WIB. Ada yang menyebutkan kepanjangannya
(a) Bagian Barat Wilayah Indonesia dan ada pula yang
menyebutkan (b) Bagian Barat Waktu Indonesia. Kepanjangan
(a) tidak mengacu ke wilayah waktu. Selain itu, Bagian Barat
Wilayah Indonesia dapat ditafsirkan ‘daerah yang terletak di
sebelah barat di luar wilayah Indonesia’ karena dalam urutan kata
seperti itu kelompok kata bagian barat diterangkan oleh
kelompok kata wilayah Indonesia. Kepanjangan (b) lebih kacau
lagi tafsirannya karena kelompok kata bagian barat yang
diterangkan oleh kelompok kata waktu Indonesia sulit dipahami
Panduan
Praktis
Berbahasa
 7

maknanya. Dalam hal itu terjadi pembalikan urutan diterangkan-


menerangkan.

Sehubungan dengan hal tersebut, Pusat Bahasa menganjurkan


agar masyarakat pemakai bahasa Indonesia untuk tetap
menggunakan ungkapan yang lazim dan benar menurut kaidah
bahasa Indonesia. Dengan demikian, di dalam hal pembagian
(wilayah) waktu di Indonesia, penggunaan singkatan yang benar
adalah WIB (bukan BBWI).

(Dikutip dari laman BMKG dan Petunjuk Praktis – Laman Pusat


Bahasa)

http://babang‐ 7
juwanto.blogspot.com/2010/08/penggunaan‐singkatan‐
yang‐benar‐adalah.html



You might also like