You are on page 1of 7

Profesionalisme

Dari Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas.


Lompat ke: pandu arah, gelintar

A women doctor

Profesionalisme (profésionalisme) ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara


pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau
dilakukan oleh seorang profesional.[1] Profesionalisme berasal daripada profesion yang
bermakna berhubungan dengan profesion dan memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya, (KBBI, 1994). Jadi, profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran
atau kualiti dari seseorang yang profesional (Longman, 1987).[2]

[sunting] Ciri-ciri profesionalisme


Seseorang yang memiliki jiwa profesionalisme senantiasa mendorong dirinya untuk
mewujudkan kerja-kerja yang profesional. Kualiti profesionalisme didokong oleh ciri-ciri
sebagai berikut[3]:

1. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati piawai ideal.

Seseorang yang memiliki profesionalisme tinggi akan selalu berusaha mewujudkan


dirinya sesuai dengan piawai yang telah ditetapkan. Ia akan mengidentifikasi dirinya
kepada sesorang yang dipandang memiliki piawaian tersebut. Yang dimaksud dengan
“piawai ideal” ialah suatu perangkat perilaku yang dipandang paling sempurna dan
dijadikan sebagai rujukan.

2. Meningkatkan dan memelihara imej profesion

Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh besarnya keinginan untuk selalu


meningkatkan dan memelihara imej profesion melalui perwujudan perilaku profesional.
Perwujudannya dilakukan melalui berbagai-bagai cara misalnya penampilan, cara
percakapan, penggunaan bahasa, sikap tubuh badan, sikap hidup harian, hubungan
dengan individu lainnya.

3. Keinginan untuk sentiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang


dapat meningkatkan dan meperbaiki kualiti pengetahuan dan keterampiannya.

4. Mengejar kualiti dan cita-cita dalam profesion

Profesionalisme ditandai dengan kualiti darjat rasa bangga akan profesion yang
dipegangnya. Dalam hal ini diharapkan agar seseorang itu memiliki rasa bangga dan
percaya diri akan profesionnya. (gogle.com di unduh tgl10 agustus 2010)
BIROKRASI

== Asal konsep ==

Perkataan "birokrasi" berasal daripada perkataan "biro" yang digunakan pada


awal [[abad ke-18]] di [[Eropah Barat]], bukan untuk merujuk kepada meja tulis
tetapi untuk pejabat, iaitu tempat bekerja. Maksud [[bahasa Perancis]] yang asal
bagi perkataan ''biro'' ialah [[baize]] yang digunakan untuk melitupi meja-meja.
Istilah "birokrasi" bermula digunakan tidak lama sebelum [[Revolusi Perancis]]
pada tahun [[1789]] dan dari sini, tersebar dengan pantas ke negara-negara yang
lain. Akhiran [[bahasa Greek]] — ''kratia'' atau ''kratos'' — bermaksud "kuasa"
atau "pemerintahan". Oleh itu, "birokrasi" pada dasarnya bermaksud kuasa
pejabat atau pemerintahan pejabat, iaitu pemerintahan golongan pegawai.

Dalam sepucuk surat pada 1 Julai 1764,

[[Friedrich Melchior, baron von Grimm|Baron de Grimm]] dari [[Perancis]]


mengisytiharkan: "Kita terlalu memikirkan idea pengawalan, dan Pengetua-
pengetua Permintaan (''Masters of Requests'') kita enggan memahami bahawa
terdapat banyak perkara di dalam sebuah negara yang kerajaannya harus tidak
melibatkan diri." [[Jean Claude Marie Vincent de Gournay]] kekadang
mengatakan: "Kita mempunyai sejenis [[penyakit]] di Perancis yang mengucar-
ngacirkan kita; penyakit ini dipanggil ''biromania''". Kekadang, beliau
menciptakan bentuk kerajaan yang keempat atau kelima di bawah nama
"birokrasi".

Dalam lagi sepucuk surat pada 15 Julai 1765, Baron Grimm menulis juga:
"Maksud yang tersirat dalam [[undang-undang]] di Perancis ialah birokrasi yang
selalu disungut oleh mendiang Monsieur de Gournay; di sini, [[pejabat]], [[kerani]],
[[setiausaha]], pemeriksa, dan ''intendan'' tidak dilantik untuk memanfaatkan
kepentingan awam, tetapi sebaliknya kepentingan awam diasaskan supaya pejabat-
pejabat itu dapat mewujud." (Baron de Grimm dan [[Diderot]], ''Correspondance
littéraire, philosophique et critique, 1753-69'', edisi 1813, Jilid 4, m.s. 146 & 508 -
dipetik oleh Martin Albrow, ''Birokrasi''. London: Percetakan Pall Mall, 1970, m.s.
16).

Petikan ini merujuk kepada perbalahan tradisional terhadap birokrasi, iaitu


peputarbelitan antara cara dan hasil sehingga cara menjadi hasil pada dirinya, dan
kebaikan birokrasi dilupakan; sebagai natijah, ini merupakan penggantian
kepentingan ''bahagian'' dengan kepentingan ''am''. Cadangan di sini ialah bahawa
jika birokasi dibiarkan sahaja dan tidak dikawal, ia semakin akan mementingkan
diri dan menjadi korup, berbanding memberikan perkhidmatan kepada
[[masyarakat]].

Bagaimanapun, birokrasi telah lama wujud sebelum perkataan-perkataan dan


teori-teori ini direka untuk memberikan pemerihalan yang terperinci. Umpamanya,
[[Dinasti Song]] [[China]] ([[960]]) membina sebuah birokrasi terpusat yang
dianggotai oleh pegawai-pegawai awam daripada golongan [[cendekiawan]]. Sistem
pemerintahan ini menyebabkan penumpuan kuasa yang lebih berkesan di tangan
maharaja dan birokrasi istana berbanding yang dapat dicapai oleh dinasti-dinasti
terdahulu.

Birokrasi Pemerintahan

Birokrasi dalam literatur ilmu administrasi, sering dipergunakan dalam


beberapa pengertian. Sekurang-kurangnya terdapat tujuh pengertian
yang terkandung dalam istilah birokrasi, yaitu:

Birokrasi adalah keseluruhan organisasi pemerintah yang menjalankan


tugas-tugas negara dalam berbagai unit organisasi pemerintah di
bawah lembaga departemen dan lembaga non departemen, baik di
tingkat pusat maupun daerah, seperti propinsi, kabupaten dan
kecamatan, bahkan pada tingkat kelurahan atau desa.

Adanya dua mitos dalam sistem politik Barat tentang birokrasi. Yang
Pertama menganggap birokrasi sebagai sumber keburukan. Harold
J. Laski dalam dalam Encyclopedia of the Social Science
menggambarkan birokrasi sebagai penyebar rutin dalam administrasi,
mengorbankan fleksibilitas demi peraturan yang kaku, mengulurulur
proses pembuatan keputusan dan menolak eksperimen. Mithos
kedua menganggap birokrasi menjalankan peranan pahlawan. Max
Weber merupakan pendukung terkemuka pandangan ini. Ia
menyatakan bahwa birokrasi mampu mencapai tingkat efisiensi yang
paling tinggi dan bentuk administrasi yang paling rasional karena
birokrasi merupakan pelaksana pengendalian melalui pengetahuan.

Karakteristik Birokrasi menurut Weber:

Birokrasi sebagai organisasi dengan ciri-ciri khusus, menjadi pusat


perhatian para ahli berbagai disiplin ilmu sosial karena jasa Max Weber.
Dalam karyanya The Theory of Economy and Social
Organization, Weber mengemukakan konsepnya tentang the ideal
type of bureaucracy dengan merumuskan ciri-ciri pokok organisasi
birokrasi yang lebih sesuai dengan masyarakat modern, yaitu:

Peranan birokrasi secara umum dikemukakan oleh Michael G. Roskin


dan kawan-kawan mempunyai fungsi yang meliputi kegiatan-kegiatan
pengadministrasian, pelayanan, peraturan, perizinan, pengumpulan
informasi, dan urusan rumah tangga. Seluruh birokrat pemerintahan
menjalankan setidaknya dua dari fungsi dasar tersebut, dengan sebagian
bekerja secara khusus pada biro tertentu dan sebagian lagi menjalankan
fungsi ganda.

Selama masa Orde Baru masalah-masalah yang dialami oleh birokrasi


di Indonesia antara lain:

1.
o Birokrasi di Indonesia lebih banyak mengatur daripada memberikan
pelayanan kepada publik. Karena masih banyak bersikap mengatur,
akibatnya kemitraan (parthnership) atau proses kolaborasi antara
birokrasi dan masyarakat masih dirasakan belum akrab. Sesuai
dengan ramalan Warren Bennis, maka proses kolaborasi itu
merupakan ciri yang menonjol dari birokrasi masa depan.

o Birokrasi Indonesia dewasa ini masih terperangkap pada jaringan


Parkinsonisme.
o Masalah ketiga adalah masih menonjolnya ego sektoral bagi
masingmasing
birokrasi departemen.

o Pelaksanaan tiga asas pemerintahan yakni desentralisasi,


dekonsentrasi dan medebewind dalam birokrasi pemerintahan kita
belum profesional. Pada intinya sistem pemerintahan ini mengikuti
sistem desentralisasi. Akan tetapi pelaksanaannya lebih didominasi
oleh pelaksanaan asas dekonsentrasi.

o Birokrasi saat orde baru menempatkan pengembangan karir jabatan


pegawai pemerintah lebih ditekankan pada hirarki atas.

o Sentralisasi yang amat kuat

o Menilai tinggi keseragaman dalam struktur organisasi

o Pendelegasian wewenang yang kabur dalam manajemen

o Kesulitan dalam menyusun uraian tugas dan analisis jabatan yang


semata-mata bersifat teknis

o Kegagalan dalam upaya menerapkan organisasi matriks

o Perkembangan profesionalisme berdasarkan spesialisasi dalam


organisasi yang masih sulit.

o Weberisasi
Weberisasi adalah program untuk mengarahkan birokrasi sehingga
menjadi alat pembangunan yang bekerja secara efisien, rasional,
profesional dan berorientasi melayani masyarakat (public service).
o Parkinsonisasi
Parkinsonisasi merupakan kebijakan menata birokrasi dengan
memperbesar sosok kuantitatif birokrasi.

o Orwellisasi

o Orwellisasi ditunjukkan untuk mendukung pembesaran sosok negara


vis a vis masyarakat, dan pada gilirannya dapat meningkatkan
kapabilitas regulatif negara.

o Jaksonisasi
Istilah ini dikenal untuk konteks Indonesia. Jaksonisasi adalah upaya
untuk menjadi birokrasi sebagai akumulasi kekuasaan negara dan
menyingkirkan masyarakat dari ruang politik dan pemerintahan
sehingga terbentuk apa yang disebut oleh Karl D. Jackson (1980)
sebagai bureaucraty polity.

o Strategi inti, yaitu strategi yang mempunyai tujuan jelas dan


berhubungan dengan fungsi utama pemerintah, yaitu pengendalian.

o Strategi konsekuensi, yaitu strategi yang memaksa para pegawainya


untuk mentaati semua peraturan yang telah ditetapkan.

o Strategi pelanggan, yaitu strategi yang mengutamakan


pertanggungjawaban birokrasi.

o Strategi pengawasan, yaitu strategi yang menempatkan kekuasaan/


wewenang untuk membuat keputusan, yang pada umumnya
kekuasaan tersebut selalu berhubungan dengan puncak hirarki.
Strategi ini mendorong kekuasaan pembuat keputusan secara
signifikan diturunkan berdasarkan prinsip hirarki yang pada
akhirnya akan sampai kepada masyarakat.
o Strategi kebudayaan, yaitu strategi yang dipengaruhi keempat
strategi
di atas yang berarti dengan mengubah keempat strategi itu maka
budaya akan berubah pula.

Dengan mengacu pada birokrasi modern, dalam organisasi birokrasi di


Indonesia terdapat beberapa aspek birokrasi yang dianggap dipengaruhi
oleh kultur di Indonesia. Aspek-aspek tersebut adalah:

Birokratisasi adalah proses menuju ciri-ciri prototipikal birokrasi. Dalam


terminologi ilmu politik, dikenal bentuk-bentuk kebijakan birokratisasi
yang umumnya ditemui dalam praktik pembangunan di Dunia Ketiga,
yaitu:

Untuk menciptakan pola birokrasi yang mandiri, mampu berpikir dan


independen, diperlukan adanya perubahan-perubahan yang
fundamental, melalui lima strategi berikut, yaitu:

Sumber buku Ilmu Pememrintahan Karya Jrg. Djopari

You might also like