Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Kegiatan Eksplorasi merupakan salah satu tahapan kegiatan yang terpenting dalam
industri pertambangan, tujuannya untuk menghasilkan gambaran secara umum
aspek-aspek geologi yang terdapat pada lokasi.
Pada tahap awal kegiatan eksplorasi batubara dilakukan pemetaan yang bersifat
regional untuk menghasilkan dan merekontruksi posisi stratigrafi pembawa lapisan
batubara, pola dan arah sebarannya, struktur geologi yang mengontrol endapan
batubara, karakteristik batubara, ketebalan lapisannya dan hubungan dengan
batuan yang lainnya sehingga dapat dikaji kandungan serta volume sementara
batubaranya dengan keterbatasan data permukaan dan selanjutnya
menginventarisir daerah-daerah yang mempunyai potensi batubara yang
memungkinkan untuk dikembangkan akan diteliti secara lebih seksama (detail) pada
tahap kegiatan eksplorasi selanjutnya, sedangkan daerah yang tidak berpotensi
akan dilakukan penciutan wilayah (relinquish).
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR .................................................................................................. I
DAFTAR ISI ................................................................................................................ I
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. III
DAFTAR TABEL ......................................................................................................IV
DAFTAR FOTO .........................................................................................................V
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................................VI
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1. LATAR BELAKANG .................................................................................................................1
1.2. DASAR HUKUM.......................................................................................................................3
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN ..........................................................................................................5
1.4. KESAMPAIAN LOKASI .............................................................................................................5
1.5. KEADAAN LINGKUNGAN DAERAH PENYELIDIKAN ............................................................7
1.5.1. Keadaan Penduduk................................................................................. 7
1.5.2. Keadaan Vegetasi ................................................................................... 7
1.5.3. Iklim Dan Curah Hujan ............................................................................ 8
1.6. RUANG LINGKUP KEGIATAN PENYELIDIKAN .....................................................................8
1.6.1. Metodologi Penyelidikan ......................................................................... 8
1.6.2. Penyelidikan Sebelum Lapangan............................................................ 9
1.6.3. Penyelidikan Lapangan ........................................................................... 9
1.6.4. Tahap Penyusunan Laporan ................................................................. 11
1.6.5. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penyelidikan.......................................... 12
1.6.6. Rencana Kerja ...................................................................................... 12
BAB 2. POTENSI SUMBER DAYA......................................................................... 14
2.1. GEOLOGI REGIONAL ............................................................................................................14
2.1.1. Morfologi Regional ................................................................................ 14
2.1.2. Stratigrafi Regional................................................................................ 14
2.1.3. Struktur Geologi Regional ..................................................................... 15
2.2. GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN DAN SUMBERDAYA ................................................15
2.2.1. Geomorfologi Daerah Penyelidikan....................................................... 15
2.2.2. Stratigrafi Daerah Penyelidikan............................................................. 16
Page | i
Regional Mapping Exploration
Page | ii
Regional Mapping Exploration
DAFTAR GAMBAR
X BJ.................................................................................................................. 24
Page | iii
Regional Mapping Exploration
DAFTAR TABEL
Page | iv
Regional Mapping Exploration
DAFTAR FOTO
AN-02, LOKASI KM 5 SUNGAI SITOBO, KEDUDUKAN BATUBARA N 60° E /06° ...... 20
Page | v
Regional Mapping Exploration
DAFTAR LAMPIRAN
Page | vi
Regional Mapping Exploration
BAB 1 PENDAHULUAN
Dewasa ini kebutuhan akan energi untuk industri sangat tinggi, khususnya dalam
penggunaan bahan galian batubara sebagai energi alternatif selain migas, baik di
dalam maupun di luar negeri.
Page | 1
Regional Mapping Exploration
PENGEMBANGAN PENGAWASAN
LINGKUNGAN
KONSERVASI
Melihat perkembangan demikian, maka PT. Solid Black Gold (PT. SBG), yang
didirikan khusus bergerak dibidang pertambangan batubara dan memilih daerah
kuasa pertambangan pada Daerah Rantau Panjang, Kecamatan Ranto Baek
Kabupaten Mandailing Natal Profinsi Sumatera Utara, merupakan daerah prospek
bahan galian batubara.
Page | 2
Regional Mapping Exploration
Untuk koordinat lokasi dapat dilihat pada Tabel. (Tabel 1), sedangkan posisi
konsesi dapat dilihat pada Peta batas lokasi KP (Gambar 2).
Blok 1
Luas : 4.819 Ha
No.
Bujur Timur (BT) Lintang Utara (LU)
Titik
° ‘ “ ° ‘ “
1 099 12 14.00 000 27 13.00
2 099 17 16.00 000 27 13.00
3 099 17 16.00 000 30 00.00
4 099 12 14.00 000 30 00.00
Page | 3
Regional Mapping Exploration
Blok 2
Luas : 4.461 Ha
No.
Bujur Timur (BT) Lintang Utara (LU)
Titik
° ‘ “ ° ‘ “
1 099 14 30.00 000 33 00.00
2 099 18 50.00 000 33 00.00
3 099 18 51.00 000 30 01.00
4 099 14 30.00 000 30 00.00
Blok 3
Luas : 4.571 Ha
No.
Bujur Timur (BT) Lintang Utara (LU)
Titik
° ‘ “ ° ‘ “
1 099 18 50.00 000 30 05.00
2 099 23 12.00 000 30 05.00
3 099 23 12.00 000 33 07.00
4 099 18 51.00 000 33 07.00
Blok 4
Luas : 3.802 Ha
No.
Bujur Timur (BT) Lintang Utara (LU)
Titik
° ‘ “ ° ‘ “
1 099 20 24.00 000 27 29.00
2 099 24 40.00 000 27 29.00
3 099 24 40.00 000 30 05.00
4 099 20 24.00 000 30 05.00
Page | 4
Regional Mapping Exploration
Lokasi penyelidikan dari kota Natal kurang lebih berjarak 22 km menuju blok 1, 30
km menuju blok 2, 36 km menuju blok 3 dan 48 km menuju blok 4. melalui darat
menggunakan jalan trans Propinsi Sumatera Utara dengan kondisi jalan sebagian
beraspal hingga 15 km, selanjutnya masih berupa jalan diperkeras sebagai jalan
perkebunan sawit dan sebagian lagi jalan logging dengan kondisi yang sama.
Untuk masuk lokasi titik-titik pengamatan sebagian dapat ditempuh oleh kendaraan
roda dua dan selebihnya dengan berjalan kaki.
Page | 5
Regional Mapping Exploration
Page | 6
Regional Mapping Exploration
Pada Wilayah Konsesi banyak terdapat kampung dengan jumlah penduduk kurang
lebih 2000 KK terdiri dari suku asli dan suku Jawa, yang secara administrative
masuk dalam Kecamatan Ranto Baek.
Penduduk di wilayah konsesi sebagian besar beragama Islam dan sebagian kecil
beragama kristen. Mata pencaharian utamanya bertani dan berkebun sawit dan
karet.
Jenis vegetasi yang terdapat di daerah penyelidikan terdiri dari tumbuhan hutan
serta tanaman rakyat seperti sawit, padi, karet, rambutan, durian, dan lain-lain.
Hewan-hewan yang terdapat di daerah penyelidikan antara lain babi hutan, ular,
ayam hutan, biawak dan bermacam-macam burung.
Page | 7
Regional Mapping Exploration
Iklim di daearah penyelidikan tergolong dalam iklim tropis basah. Pola curah hujan
bulanan dapat dibagi menjadi dua siklus yaitu periode Februari sampai Agutus
dengan curah hujan sedikit, berkisar dari 50 mm sampai 275 mm; dan siklus
periode September sampai Januari dengan curah hujan agak tinggi sampai tinggi
berkisar dari 220 mm sampai 430 mm.
Metode penyelidikan yang dipakai dalam Eksplorasi ini adalah metode konvensional
dengan menggunakan peta dasar, kompas geologi dan Global Position System
(GPS) dalam pengamatan singkapan-singkapan batubara (Outcrop) dan satuan
batuan lainnya yang merupakan batuan penutup dari pada batubara yang
tersingkap di lokasi penyelidikan.
Page | 8
Regional Mapping Exploration
Page | 9
Regional Mapping Exploration
Page | 10
Regional Mapping Exploration
Laporan akhir kegiatan penyelidikan eksplorasi regional berisi evaluasi, analisis, dan
interpretasi geologi terhadap endapan batubara beserta kesimpulan dan saran.
Laporan akhir juga akan memberikan gambaran keadaan geologi wilayah konsesi
Page | 11
Regional Mapping Exploration
yang meliputi variasi dan sebaran litologi, geomorfologi, stratigrafi, geologi struktur,
dan potensi sumberdaya batubara.
Laporan akhir yang dimaksud tersebut berupa laporan tertulis yang berisi seluruh
data geologi yang diperoleh selama kegiatan penyelidikan dan dilengkapi dengan
lampiran-lampiran sebagai berikut :
Kegiatan Eksplorasi tahap pertama ini dimulai dari persiapan, orientasi lapangan,
kegiatan penyelidikan lapangan, analisa laboratorium dan pembuatan laporan di
mulai dari 21 Juni 2009 sampai 11 Juli 2009 atau selama 20 hari.
Page | 12
Regional Mapping Exploration
BAHAN GALIAN
AMDAL, PLAN OF
RENCANA KERJA
Page | 13
Regional Mapping Exploration
Penyelidikan terdahulu khusus pada Peta Geologi Regional Sumatera yang secara
stratigrafi regional terdiri dari beberapa satuan batuan (formasi), berurutan dari tua
ke muda yang langsung berbatasan dengan formasi daerah konsesi adalah
sebagai berikut (Gambar 4) :
Formasi Woyla
Pada bagian bawah dari formasi ini adalah merupakan perselingan antara
batupasir,dan batulempung berisipan batubara. Bagian atasnya merupakan
perselingan antara batupasir dengan batulempung; batupasir abu-abu, kompak,
setempat ditemukan sisipan batubara dengan tebal mencapai 1.00 meter. Umur
formasi ini adalah Oligosen – Miosen tengah dan diendapkan dalam sistem
pengendapan delta.
Page | 14
Regional Mapping Exploration
Struktur regional yang bekerja di sekitar wilayah konsesi berupa struktur lipatan dan
struktur sesar yang tidak terlalu intensife dengan arah Utara – Selatan sehingga di
tafsirkan struktur ini terbentuk setelah deformasi kedua.
Page | 15
Regional Mapping Exploration
Secara stratigrafi di daerah konsesi terdapat satuan batuan yaitu satuan batuan
batu pasir selang seling batulempung sisipan batubara, satuan batuan ini menutupi
tiga puluh persen daerah penyelidikan, satuan batuan inilah yang merupakan
satuan batuan pembawa seam batubara, satuan batuan ini masuk kedalam
Formasi Woyla (Gambar 5). Selanjutnya di endapkan satuan batuan batupasir,
batulempung yang termasuk dalam Formasi Belok Gadang meliputi lima persen
daerah penyelidikan selanjutnya diatasnya diendapkan secara tidak selaras satuan
batuan Volkanik (Lava dan Tuff), Satuan batuan ini meliputi empat puluh lima
persen daerah penyelidikan, satuan batuan ini termasuk dalam Formasi Batuan
Volkanik, Selanjutnya yaitu diendapkan batuan paling muda berupa satuan Alluvial
sungai yang terendapkan hingga saat ini meliputi dua puluh persen daerah
penyelidikan.
Page | 16
Regional Mapping Exploration
Struktur geologi yang berada di wilayah konsesi menerobos bidang dengan pola
struktur semu mengarah ke tenggara, sedangkan pola struktur geologi umum
dengan arah patahan secara relatif ke arah baratlaut – tenggara.
Page | 17
Regional Mapping Exploration
Batubara adalah batuan sedimen organoklastik yang secara esensial tersusun dari
sisa-sisa tumbuhan yang telah membatu akibat proses biokimia, geokimia, serta
fisika selama waktu geologi.
Page | 18
Regional Mapping Exploration
Dalam hal ini endapan batubara yang sedikit berpotensi terdapat pada Formasi
Woyla, Batubara tersebut terbentuk pada Kala Oligo - Miosen. Formasi Woyla
sebagai formasi pembawa batubara di daerah konsesi dapat diremas – agak keras,
berwarna hitam kecoklatan, mengandung sisipan batu lempung dan batulanau
Tebal formasi ini diperkirakan 200-400 meter. Umur dari Formasi Woyla tidak dapat
ditentukan secara pasti, tetapi diduga formasi ini berumur Oligo – Miosen.
Page | 19
Regional Mapping Exploration
Foto 8. Kenampakan singkapan batubara dilereng bukit bukaan jalan kebun sawit,
dengan kedudukan batubara N 325 °E / 29 ° dengan ketebalan 0.45 m, Stasiun
Pengamatan W/OC-05, lokasi Desa Rantaupanjang.
Foto 9. Lapisan Batubara hitam kecoklatan, gores coklat kehitaman, kilap kusam,
konkoidal, ketebalan tersingkap 0,60 m, Stasiun Pengamatan OC AN-02, lokasi KM
5 Sungai Sitobo, Kedudukan Batubara N 60° E /06°
Page | 20
Regional Mapping Exploration
Secara fisik singkapan batubara pada umumnya berwarna hitam kecoklatan, gores
cokelat, kekerasan sedang, kilap dull, belahan sub konkoidal - konkoidal. Batubara
didaerah konsesi masuk dalam klasifikasi Banded Dull Coal. Secara umum
batubara di daerah konsesi diapit oleh lithologi batupasir dan lempung.
Page | 21
Regional Mapping Exploration
Seam A
Seam B
Seam C
Kualitas batubara yang akan diuji di laboratorium meliputi parameter sebagai berikut
1. Kadar Air Total (Total Moisture )
2. Nilai Kalori ( Calorific Value )
3. Kadar Abu ( Ash Content )
4. Kadar Air Terikat ( Inherent Moisture )
5. Zat Terbang ( Volatile Matter )
6. Karbon Tertambat ( Fixed Carbon )
7. Kandungan Belerang ( Total Sulphur )
8. Berat Jenis ( Relative Density )
9. Indeks Kegerusan ( Hardgrove Grindability Index )
Page | 22
Regional Mapping Exploration
Page | 23
Regional Mapping Exploration
Keterangan :
• AB = panjang batubara ke arah dip / kemiringan (m)
• P = panjang batubara ke arah strike / jurus (m)
• tb = tebal batubara sebenarnya (m)
• BJ = berat jenis batubara = 1,3 ton/m3 atau dari hasil laboratorium
• t2 = kedalaman penambangan maksimum (m)
• α = sudut kemiringan / dip lapisan batubara (o)
Page | 24
Regional Mapping Exploration
BATUBARA HIPOTETIK
LEBIH DARI 4,8 KM
BATUBARA TEREKA
(RADIUS 1,2 - 4,8 Km)
BATUBARA TERINDIKASI
(RADIUS 0,4 - 1,2 Km)
BATUBARA TERUKUR
(RADIUS 0 - 0,4 Km)
TITIK PENGUKURAN
0 1 2 3
KILOMETER
US.Geo.Surv.Circ.891 (dimodifikasi)
Page | 25
Regional Mapping Exploration
Page | 26
Regional Mapping Exploration
BAB 4. KESIMPULAN
5. Faktor kendala non teknis yang perlu diperhitungkan dalam analisis ekonomi
bagi pengembangan tambang terbuka di wilayah konsesi diantaranya
masalah kepemilikan lahan dan tata guna lahan.
Page | 27
Regional Mapping Exploration
Hasil eksplorasi pendahuluan ini menjadi dasar untuk rencana kerja eksplorasi
selanjutnya, yaitu sebagai berikut :
1. Pemetaan geologi rinci dengan skala 1 : 5.000 di wilayah yang dianggap
prospek.
2. Pemetaan topografi skala 1 : 1.000 pada area-area tertentu dalam wilayah
konsesi yang dianggap prospek, ditekankan pada wilayah yang akan dilakukan
penambangan. Penentuan blok-blok yang lebih kecil ini didasarkan pada hasil
pemetaan geologi rinci dan penyebaran batubara yang paling potensial untuk
dikembangkan dalam usaha pertambangan.
3. Pengeboran dangkal dengan system “touch coring” dengan tujuan agar
mendapatkan data sub-crop dan data penyebaran batubara ke arah jurus
(strike) maupun ke arah kemiringan (dip). Sehingga akan diketahui jumlah
cadangan batubara tertambang secara akurat. Pekerjaan pengeboran ini
lazimnya dilengkapi dengan pekerjaan geophysical well logging agar batas
kedalaman batubara di ketahui lebih akurat .
4. Analisis laboratorium batubara dilakukan pada conto batubara hasil pengintian
(coring) sehingga akan diperoleh conto segar yang lebih mewakili kondisi
batubara di daerah konsesi.
Page | 28
Regional Mapping Exploration
Untuk tahap ini yang diperlukan adalah ketepatan lokasi singkapan batubara untuk
keperluan korelasi antara satu singkapan dengan singkapan lainnya. Pemetaan
topografi berskala 1 : 1.000 akan lebih efektif dilakukan karena pada akhirnya dapat
dipergunakan sekaligus sebagai peta dasar perancangan tambang.
Di utamakan luas area yang dipetakan agar bisa dipergunakan untuk menentukan
jumlah tanah penutup (over burden) yang harus dikupas pada pekerjaan
penambangan kelak. Tidak perlu membuat peta topografi seluas area blok prospek
melainkan pada luasan yang lebih kecil dan terpilih.
Pengeboran dengan sistem touch coring adalah hanya dilakukan coring apabila
menemukan lapisan batubara saja. Jadi selain lapisan batubara dilakukan open
hole. Pada pengeboran open hole dilakukan deskripsi cutting, sedang pada
pengeboran inti dilakukan pengambilan inti (core) untuk keperluan deskripsi secara
lengkap sebelum inti batubara tersebut diambil sebagai conto untuk keperluan
analisis laboratorium. Lubang-lubang hasil pengeboran selanjutnya dicuci dan
dibersihkan untuk keperluan pekerjaan loging geofisika bila akan dilakukan.
Page | 29