You are on page 1of 15

Soewarta Kosen, Ketut Aryastami, Yuslely Usman dan Moh.

Karyana,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan

Disampaikan pada KONAS IAKMI XI


di Bandung, tgl 3 - 5 Agustus 2010
 Secara global, jumlah kematian akibat tembakau diperkirakan meningkat
dari kira-kira 4 juta kematian per tahun pada tahun 1998, menjadi 10 juta
kematian pada tahun 2030, dengan sekitar 7 juta kematian terjadi di
negara-negara berkembang
 Tembakau adalah penyebab utama terjadinya penyakit yang dapat dicegah;
yang dapat menimbulkan kesakitan dan kematian.
 Sifat ketergantungan nikotin pada tembakau disebutkan dalam
International Classification of Diseases and Related Health Problems, 10th
Revision (WHO 1992)
 Di negara maju, jumlah biaya tahunan untuk perawatan kesehatan terkait
dengan tembakau antara 6-15% dari jumlah biaya perawatan kesehatan
secara keseluruhan.
 Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tembakau menyerap
sumber daya kesehatan yang jumlahnya terbatas dan dapat mengurangi
kemampuan pemerintah dalam mendukung program kesejahteraan sosial
lain
 85.4 % perokok, biasa merokok di dalam rumah

 Jumlah cukai tembakau pada tahun 2008: 43 Trilyun rupiah


Prevalensi Nasional Tahun Laki- Wanita Total
Laki
(usia >15 Tahun)
menurut jenis 1995 53.9 1.7 27.2
kelamin
2001 62.9 1.4 31.8

2004 63.0 5.0 35.0


Rata-rata jumlah
rokok di konsumsi 2007 65.3 5.06 35.4
per hari: 12 batang
(2007)
  Berapa biaya langsung pembelian tembakau oleh
masyarakat?
  Berapa biaya pengobatan medis rata-rata dari
penyakit-penyakit utama terkait tembakau?
  Berapa beban ekonomi makro terkait dengan biaya
pengobatan penyakit-penyakit utama akibat
penggunaan tembakau?
  Berapa jumlah kematian karena tembakau di Indonesia
pada tahun 2008 dan total produktivitas yang hilang
(”DALYs Loss”) ?
  Berapa besar morbiditas dan disabilitas karena
tembakau di Indonesia pada tahun 2008 dan
kehilangan produktivitas dalam ”DALYs Loss” ?
   
TUJUAN UMUM
menghitung dampak kesehatan dan dampak ekonomi
penggunaan tembakau, menurut pandangan mikro (individu/
keluarga) dan pandangan makro (negara) pada tahun 2008

TUJUAN KHUSUS
  Menghitung biaya langsung pembelian tembakau oleh
masyarakat
  Menghitung biaya pengobatan medis rata-rata dari penyakit-
penyakit utama terkait tembakau, berdasarkan perspektif
individu/pasien
  Menghitung beban ekonomi makro untuk biaya pengobatan
penyakit terkait tembakau
  Menghitung besar morbiditas, disabilitas dan mortalitas karena
tembakau; termasuk produktivitas yang hilang (DALYs Loss)
  sebagai masukan untuk penyusunan kebijakan
kesehatan, khususnya dalam menanggulangi
masalah merokok dan penyakit –penyakit yang
disebabkan oleh tembakau
  Sumber data untuk perhitungan biaya pengobatan medis
didapat dari Rumah Sakit Umum di Jakarta, Yogyakarta,
Surabaya dan Denpasar
  Sumber data utama untuk menghitung beban penyakit
adalah SUSENAS KOR 2007, SURKESNAS 2001 dan 2004,
RISKESDAS 2007 (prevalensi perokok aktif).
  Sumber data lainnya di dapat dari berbagai studi lokal, data
RS (CFR), data regional ataupun estimasi oleh WHO.
  Proporsi kematian karena tembakau didapat dari studi oleh
Peto et all (1992) dan berbagai studi lain.
  “Disability weights” untuk menghitung YLD (“Years Lived
With Disability”) didapat dari “Global Burden of Disease
Study” (Murray and Lopez 2000).
  Data demografi didapat dari Sensus Penduduk 2000 dan
hasil proyeksinya untuk tahun 2008
  Perhitungan biaya pengobatan medis untuk penyakit utama
terkait tembakau dilakukan dengan metode Activity Based
Costing (ABC)

  Metode yang dipergunakan untuk mengestimasi beban penyakit,


menggunakan metode Global Burden of Disease: DALYs
(Disability Adjusted Life Years) Loss (World Health Report 2000)

  Disability Adjusted Life Years (DALYs) menggabungkan hidup


dengan disabilitas dan tahun yang hilang karena kematian
prematur

Rumus Umum:

DALYi = YLLi + YLDi


  Konsumsi rokok rata-rata per kapita per hari pada
tahun 2008 diperkirakan 12 batang atau 360 batang per
bulan

  Dengan harga rata-rata Rp. 600,- per batang, total biaya


yang dibutuhkan oleh perokok untuk membeli rokok
dalam 1 bulan, adalah Rp. 216,000,-

  Total belanja untuk rokok oleh para perokok di


Indonesia pada tahun 2008 (59,125,788 orang atau 35.4
% dari total penduduk berusia 15 tahun atau lebih)
dalam satu bulan berjumlah 12.77 Trilyun Rupiah atau
dalam satu tahun berjumlah 153.25 Trilyun Rupiah.
  total biaya medis (hanya untuk penderita rawat inap,
dihitung dengan asumsi satu episode penyakit per
tahun) untuk penyakit-penyakit yang terkait dengan
penggunaan tembakau pada tahun 2008, sebesar 15.4
Trilyun Rupiah

  Total kasus rawat jalan: 14,904,226


  Rata-rata satuan biaya per penderita per kunjungan
rawat jalan (tanpa subsidi) adalah: Rp. 208,337,-
  Total pengeluaran untuk pelayanan rawat jalan pada
tahun 2008: Rp. 3,105,101,732,000,- (3.1 Trilyun Rupiah).
 
  Jumlah total kasus karena penyakit terkait tembakau di
Indonesia pada tahun 2008 berjumlah 14,904,226 (9,156,121
laki-laki dan 8,759,079 perempuan)

  Perkiraan jumlah kematian karena penyakit terkait


tembakau pada tahun 2008 di Indonesia: 602.350 (311,572
laki-laki dan 293.788 wanita)

  Total Disability Adjusted Life Years Loss (DALY’s yang hilang)


karena penyakit terkait tembakau tahun 2008 sebesar
13,066,230 (7,575,220 laki-laki dan 5,490,990 perempuan)
atau 25.5 % dari Total Disability Adjusted Life Years Loss
pada tahun yang sama (51.250,04 DALYs Loss).
   
 Menurut World Development Report 2008, pendapatan per kapita di
Indonesia pada tahun 2008 adalah US $ 1,420.00. Karena itu, total
kerugian ekonomi karena penyakit terkait tembakau untuk Indonesia
(pandangan makro) pada tahun 2008 sebesar US $ 18,554,046,600,- atau
18.5 milyard US $ (167 trilyun rupiah); jauh melampaui anggaran
Departemen Kesehatan R.I. pada tahun 2009, sebesar 21 trilyun rupiah
(anggaran rutin dan pembangunan) atau dibandingkan total cukai
tembakau pada tahun 2009 sebesar 45 Trilyun Rupiah.
 Perkiraan total biaya medis karena penyakit terkait tembakau untuk
pelayanan rawat inap di Indonesia pada tahun 2008 berjumlah 15.4
Trilyun Rupiah dan untuk pelayanan rawat jalan berjumlah 3.1 Trilyun
Rupiah.
 Total pengeluaran masyarakat untuk membeli tembakau pada tahun 2008
diperkirakan sebesar 153.25 Trilyun Rupiah.
 Jadi total kerugian ekonomi Indonesia (pandangan makro) pada tahun 2008
adalah: 167 Trilyun + 15.4 Trilyun + 3.1 Trilyun + 153.25 Trilyun Rupiah =
338.75 Trilyun Rupiah atau sekitar sepertiga dari Gross Domestic Product /
GDP Nasional pada tahun tersebut.
 Studi ini mencoba mengkuantifikasi dampak ekonomi dan kesehatan dari
penggunaan tembakau di Indonesia. Dalam melakukan studi Ini, terdapat
berbagai keterbatasan, seperti: ketersediaan data disabilitas dan Case Fatality Rate
penyakit di masyarakat. Pengumpulan data biaya medis juga menghadapi
kendala, seperti kurang lengkapnya rekam medik, tidak tersedianya atau
variabilitas prosedur operasi standard dalam manajemen kasus, dan terdapatnya
co-morbiditas serta komplikasi.
 Terbatasnya standar pelayanan medis untuk manajemen penyakit dan standar
pelayanan rumah sakit, menghasilkan variasi luas dalam manajemen kasus dan
penggunaan sumber daya kesehatan di rumah-rumah sakit di Indonesia; karena
itu studi ini dilakukan di lima Rumah Sakit Umum besar yang terdapat di Jakarta,
Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar dengan standar hampir sama.
  Hasilnya menunjukkan fakta yang sama bahwa tembakau menyebabkan kerugian
ekonomi besar bagi keluarga dan masyarakat, termasuk juga bagi sektor
kesehatan.
 Sebagian besar biaya karena efek negatif tembakau ditanggung oleh individu dan
keluarga; diikuti oleh masyarakat dan negara pada tingkat makro. Jelas bahwa hal
ini dapat mempengaruhi kemampuan pemerintah untuk mengalokasikan sumber
daya yang terbatas pada prioritas kesejahteraan sosial lainnya.
 Indonesia seperti negara berkembang lainnya menghadapi biaya sosial yang
meningkat dengan cepat karena penggunaan tembakau; dan pada saat yang sama
menghadapi meningkatnya biaya pelayanan kesehatan sektor publik.
 Kerugian ekonomi karena kematian prematur merupakan penyumbang terbesar
Beban Penyakit Nasional karena penyakit yang terkait dengan tembakau.
 
  Disimpulkan bahwa kerugian ekonomi pada tahun 2008 karena
kematian prematur, morbiditas dan disabilitas diperkirakan
sedikitnya sebesar 338.75 Trilyun Rupiah yang lebih besar dari
cukai tembakau yang diperoleh pemerintah pada tahun yang
sama sebesar 45 Trilyun Rupiah.

  Penggunaan tembakau di Indonesia memberi dampak ekonomi


negatif, seperti menghambat upaya pengentasan kemiskinan dan
mengurangi kemampuan pemerintah untuk menyediakan
pelayanan prioritas sosial lain, karena terbatasnya sumber daya
publik yang tersedia

  Karena itu, kebijakan yang cost-effective dalam penanggulangan


masalah tembakau secara nasional seperti digariskan dalam WHO
Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) harus
dilaksanakan secara konsisten untuk mengurangi dampak
ekonomi dan kesehatan penggunaan tembakau.

You might also like