Professional Documents
Culture Documents
KALIMAT DASAR
2.1 Pengantar
Salah satu kesalahan berbahasa tulis adalah kalimat panjang, bahkan terlalu panjang.
Kalimat yang dibuat tidak cukup berupa kalimat majemuk. Yakni kalimat yang berinduk
dan beranak, tetapi kadang ditemui kalimat yang bercucu dan bercicit. Kesalahan jenis ini
terdapat di berbagai jenis karya tulis. Di buku cetak, media massa cetak, dan makalah,
skripsi, tesis, dan bahkan disertasi.
Laporan beberapa dosen di Jawa dan Bali kesalahan jenis ini tergolong sangat tinggi
dilakukan oleh mahasiswa dari kawasan timur. Tidak terkecuali di Papua. Sebagai orang
yang menggeluti bidang bahasa dan tinggal di Papua saya menyadari betul akan hal ini.
Kemampuan berbahasa tulis masyarakat Papua pada umumnya memprihatinkan.
Kesalahan berbahasa tulis masyarakat dapat dirinci sebagai berikut.
1) Kalimat yang dibuat panjang dan cenderung sangat panjang.
2) Banyak ditemukan unsur kedaerahan.
3) Kalimat tidak lugas
4) Kalimat tidak efektif
5) Banyak ditemukan unsur yang berlebihan
6) Ada kecenderungan mengabaikan ejaan
7) Pada pada mahasiswa semester bawah tingkat kesalahannya sangat fatal:
- mengawali kalimat tidak dengan huruf kapital;
- tngkat kesalahan penerapan ejaan sangat tinggi;
- penerapan tanda baca tidak benar;
- banyak huruf yang tidak standar;
- pilihan kata informal.
2.2.1 Predikat
Apakah predikat itu? Predikat adalah unsur utama dan terpenting sebuah kalimat. Unsur
ini dapat dikenali dengan mengajukan pertanyaan mengapa atau bagaimana? Dengan
mengajukan pertanyaan seperti itu diharapkan struktur kalimat yang dibuat akan menjadi
terpelihara. Akan menjadi tahu apakah kalimat yang dibuat sudah mengandung unsur
predikat atau belum. Perhatikan kalimat di bawah ini.
(1) Masalah ini menarik.
(2) Peningkatan taraf hidup rakyat kecil tidak berjalan.
(3) Tidak perlu dibicarakan lagi masalah ini.
Jawaban atas pertanyaan bagaimana masalah ini pada kalimat (1) adalah menarik.
Jawaban atas pertanyaan itu merupakan predikat. Bagaimana peningkatan taraf hidup
rakyat kecil? Jawaban atas pertanyaan ini merupakan predikat pula yakni tidak berjalan.
Posisi predikat pada kedua kalimat di atas adalah sesudah subjek. Jawaban atas
pertanyaan kalimat (3) bagaimana masalah ini adalah tidak perlu dibicarakan merupakan
predikat. Jadi, pada kalimat (3) predikat terletak sebelum subjek.
2.2.2 Subjek
Apakah subjek itu? Subjek adalah unsur penting kedua dalam sebuah kalijmat setelah
predikat. Subjek berujud benda atau yang dibendakan, orang atau benda. Subjek dapat
dikenali dengan mengajukan pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam kalimat
dimaksud. Gunakan predikat kalimat untuk melengkapi kata tanya siapa atau apa.
Sehingga pertanyaan untuk kalimat (1) apa yang menarik, (2) apa yang tidak berjalan,
dan (3) apa yang tidak perlu dibicarakan lagi. Jawaban atas pertanyaan di atas itu masing-
masing subjek kalimat. Yakni masalah ini, peningkatan taraf hidup rakyat kecil, dan
masalah ini.
(4) Menjelang, saat, dan sesudah pemilu masyarakat Jayapura dibuat resah oleh
sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab.
(5) Pekerjaan mereka merepotkan orang.
(6) Kita perlu mengambil keputusan yang berani untuk memberdayakan masyarakat
kecil.
Cara yang sama diterapkan untuk mencari subjek pada kalimat (4,5, dan 6).
Memperhatikan kalimat (4, 5, dan 6) diyakini bahwa pelaku adalah manusia sehingga
kata tanya yang digunakan adalah siapa. Berbeda dengan kalimat (1,2, dan 3) yang cocok
mendampingi predikat sebagai kalimat tanya adalah apa. Yakni siapa yang dibuat resah
(4). Jawaban atas pertanyaan ini adalah masyarakat Jayapura. Siapa yang merepotkan
orang (5). Jawaban atas pertanyaan ini adalah mereka. Dan pertanyaan siapa yang
mengambil keputusan (6), jawaban pertanyaan ini adalah kita.
2.2.3 Objek
Bagaimanakah peran objek dalam sebuah kalimat? Seberapa penting objek dalam sebuah
kalimat. Dalam sebuah kalimat kehadiran objek ditentukan oleh bentuk predikat. Artinya,
ada predikat yang memerlukan kehadiran objek, ada pula yang tidak. Kalimat berpola
subjek – predikat kehadiran objek tidak diperlukan. Karena tanpa objek kalimat tersebut
telah dapat dipahami lawan bicara. Ada pun kalimat yang menuntut kehadiran objek
adalah kalimat aktif transitif. Bentuk kata kerjanya adalah kata kerja aktif transitif. Objek
selalu terletak di kanan predikat atau langsung mendampingi predikat.
(7) Robi membeli bola.
(8) Rektor akan mewisuda 1000 orang mahasiswa.
Predikat pada kalimat (7) membeli menuntut kehadiran nomina bola. Demikian juga
predikat mewisuda memerlukan nomina 1000 orang mahasiswa (8). Karena, tanpa
kehadiran nomina kalimat (7 dan 8) tidak akan sempurna. Subjek pada kalimat (7 dan 8)
melakukan tindakan, sehingga disebut kalimat aktif transtif. Kalimat ini dapat dibalik
menjadi pasif transtif. Caranya dengan menukar posisi antara subjek dan objeknya serta
kata kerjanya diubah dari awalan me(N-) menjadi di-. Kemudian ditambah kata oleh
sebelum objek pelaku. Subjek pada kalimat pasif disebut subjek yang dikenai pekerjaan.
Kalimat (7 dan 8) akan menjadi (7a dan 8a).
(7a) Bola dibeli oleh Robi.
(8a) Seribu orang mahasiswa akan diwisuda oleh Rektor.
Bentuk angka (1000) diubah menjadi kata pada (8a) karena ejaan tidak memperbolehkan
angka ada pada awal kalimat.
2.2.4 Pelengkap
Pelengkap merupakan unsur kalimat yang posisinya di belakang predikat seperti objek.
Karena posisinya ini sering pelengkap disamakan dengan objek. Apakah perbedaan
antara keduanya dan mengapa disebut pelengkap. Perhatikan kalimat contoh di bawah
ini.
(9) Mama Lusi berjualan papeda bungkus.
(10) Mama Lusi menjual papeda bungkus.
Papeda bungkus kalimat (9) berfungsi bungkus sebagai pelengkap, sedangkan pada (10)
berfungsi sebagai objek. Kalimat (9) tidak dapat dipasifkan, sedangkan kalimat (10)
dapat dipasifkan atau memiliki bentuk pasif. Kalimat (10a) bukan berasal dari kalimat
(9), tetapi dari kalimat (10).
2.2.5 Keterangan
Keterangan merupakan informasi tambahan tentang sesuatu yang dinyatakan dalam
kalimat. Informasi tambahan itu dapat berupa keterangan tempat, waktu, cara, sebab, dan
tujuan. Ciri yang dapat diperhatikan pada unsur keterangan adalah bukan unsur utama.
Artinya kehadirannya dalam kalimat dasar tidak bersifat wajib seperti subjek, predikat,
dan pelengkap. Sehingga meskipun tidak hadir kalimat itu masih benar, sejauh telah
memenuhi syarat.