Professional Documents
Culture Documents
Assalamualaikum warahmatullahi
wabarokatuh,
Ustad yth, singkat saja, kapankah Allah SWT meniupkan ruh ke manusia, bila masih dalam
kandungan pada bulan kehamilan keberapakah? Apakah benar setelah ruh ditiupkan bayi bisa
merespon sesuatu, seperti didengarkan musik, ayat-ayat Al-Quran, dan sebagainya?
Wassalam,
Aditya
Jawaban
Para ulama umumnya mengatakan bahwa ruh ditiupkan pada janin ketika berusia 120 hari, sejak
dari terbentuknya. Dalil-dalil yang dikemukakan cukup banyak, di antaranya adalah:
Setelah 120 hari, malaikat meniupkan ruh kedalamnya dan ditetapkan bagi janin tersebut empat
ketentuan diatas.
Perkembangan janin juga disebutkan dalam Al-Qur'an. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
"Wahai sekalian manusia jika kalian ragu-ragu terhadap hari kebangkitan, maka (ingatlah)
sesungguhnya Aku telah menciptakanmu dari tanah, lalu dari setetes air, kemudian menjadi
segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging" (Al-Hajj: 5)embryo2
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari satu sari pati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan
segumpal daging dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging, kemudian kami jadikan dia makhluq yang (berbentuk) lain.
Mahasuci Allah, Pencipta yang Paling Baik" (Al-Mukminuun: 12-14)
embryo3
Dalam ayat ini Allah menyebutkan 4 tahapan penciptaan manusia yang ada dalam hadits di atas
dan menambah 4 tahapan yang lain. Sehingga menjadi 7 tahapan. Ibnu Abbas ra. berkata, "Anak
Adam diciptakan melalui 7 tahapan". Lalu ia membaca ayat di atas.
Hikmah diciptakannya manusia secara bertahap, padahal Allah sebenarnya mampu untuk
menciptakan secara langsung dan dalam waktu yang singkat, adalah untuk menyesuaikan
dengan sunatullah yang berlaku di alam semesta. Semuanya berjalan sesuai hukum sebab
akibat. Semua ini justru menandakan kekuasaan Allah yang sangat besar.
Hikmah lainnya, agar manusia berhati-hati dalam melakukan segala urusannya, tidak terburu-
buru. Juga mengajarkan kepada manusia bahwa untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan
sempurna baik dalam masalah2 batin maupun lahir, adalah dengan melakukannya dengan
penuh hati-hati dan bertahap.
bayiPENIUPAN RUH
Para ulama sepakat bahwa ruh ditiupkan pada janin ketika janin berusia seratus duapuluh hari
terhitung sejak bertemunya sel sperma dengan ovum. Artinya, peniupan tersebut ketika janin
berusia 4 bulan penuh, masuk bulan ke 5. Pada masa inilah segala hukum mulai berlaku
padanya. Karena itu wanita yang ditinggal mati suaminya menjalani masa iddah selama 4 bulan
10 hari untuk memastikan bahwa ia tidak hamil dari suaminya yang meninggal, agar tidak
menimbulkan keraguan ketika ia menikah lagi lalu hamil.
bayi_besar
Ruh adalah sesuatu yang membuat manusia hidup. Ini sepenuhnya urusan Allah swt.
sebagaimana yang dinyatakan dalam firmanNya:
"Dan mereka bertanya tentang ruh. Katakanlah, hai Muhammad, 'Bahwa ruh adalah urusan
Tuhanku, dan tidaklah ia diberi ilmu kecuali sangat sedikit" (Al-Israa': 85)
embryo_stages
Prolog
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mau tidak mau juga membawa dampak
kemajuan bagi dunia kedokteran. Dan, seiring dengan perkembangan yang sangat pesat di
bidang medis, penyakit manusia pun menjadi semakin kompleks dan variatif. Meskipun bisa jadi,
penyakit-penyakit semacam lever, kanker, tumor, jantung koroner, ginjal, paru-paru basah,
stroke, dan lain-lain, sudah ada sejak dulu, namun setidaknya, jenis penyakitnya baru dapat
dideteksi dan ditemukan obatnya akhir-akhir ini. Mungkin hanya AIDS saja yang belum
ditemukan obatnya. Sekiranya memang AIDS adalah suatu penyakit, bukan laknat Tuhan.
Tidak semua yang berurusan dengan dokter adalah orang sakit. Orang sehat pun bisa
saja punya urusan dengan dokter. Karena, memang yang dibahas dan dipelajari dalam dunia
kedokteran bukan hanya penyakit. Namun segala hal yang berkaitan dengan penyakit. Termasuk
orang sehat yang lalu ‘menjadi sakit’ karena dilakukan tindakan medis terhadap dirinya. Misalnya,
perempuan yang aborsi, orang yang mendonorkan sebagian anggota badannya, atau orang yang
ingin operasi plastik untuk mempercantik diri. Sebetulnya, pada dasarnya orang tersebut tidak
sakit. Tetapi karena dilakukan tindakan medis terhadap dirinya, maka urusannya pun menjadi
berkaitan dengan kedokteran dan para dokter.
Fikih kedokteran adalah suatu tinjauan komprehensif dari sudut pandang fikih Islam
dalam masalah-masalah kedokteran, dengan disertai dalil-dalil yang bisa dipertanggungjawabkan
yang bersumber dari Al-Qur`an dan sunnah, serta pendapat para ulama yang berkompeten.
Kemudian, karena sudut pandangnya adalah fikih Islam, maka yang paling dominan
dalam hal ini adalah dalil-dalil yang Islami. Sehingga para ulama dan ahli fikihlah yang banyak
berperan menentukan hukum boleh tidaknya suatu tindakan medis. Adapun peran para dokter
dan praktisi kesehatan, adalah memberikan penjelasan serta pertimbangan tentang masalah-
masalah yang dibahas.
Urgensitas fikih kedokteran ini, tentu saja untuk mengetahui hukum halal dan haram
dalam berbagai tindakan medis yang berhubungan dengan dunia kedokteran. Dengan demikian,
seorang dokter atau siapa pun, tidak akan terjebak untuk menghalalkan perbuatan yang haram
ataupun mengharamkan perbuatan yang halal.
Duhai, alangkah idealnya jika seorang dokter memiliki wawasan keislaman yang
memadai. Sehingga dia dapat menghindarkan dirinya dari suatu tindakan medis yang –
sebetulnya– diharamkan, dan sanggup menentukan hukum dalam tindakan medis yang
dihadapinya. Selain itu, dia juga akan dapat menegakkan kebenaran yang diyakininya sebagai
suatu kebenaran dalam dunia kedokteran yang digelutinya.
Sebaliknya, sungguh suatu hal yang membanggakan jika para ulama menguasai ilmu
kedokteran. Dan, ini bukan mungkin. Karena sejarah telah mencatat dengan tinta emas, bahwa
sebagian dari ulama kaum muslimin masa lalu, adalah pakar di bidang kedokteran. Sebutlah
misalnya; Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Farabi, Ibnul Qayyim, dan lain-lain. Kepakaran mereka
dalam ilmu kedokteran tidak diragukan lagi.
Berdasarkan dalil-dalil syariat, para ulama mengatakan bahwa awal kehidupan seorang
manusia dimulai setelah janin berusia empat bulan di dalam kandungan ibunya. Adapun sebelum
itu tidak dapat disebut sebagai kehidupan, meskipun ada tanda-tanda kehidupan; seperti
perkembangan pembentukan, dan gerakan-gerakan janin.
ُت َوُيَقال
ٍ ل َمَلًكا َفُيْؤَمُر ِبَأْرَبِع َكِلَما
ُّ ث اُ ك ُثّم َيْبَع
َ ل َذِل
َ ضَغًة ِمْث
ْ ن ُم
ُ ك ُثّم َيُكو
َ ل َذِل
َ عَلَقًة ِمْث
َ ن
ُ ن َيْوًما ُثّم َيُكو
َ ن ُأّمِه َأْرَبِعي
ِطْ خْلُقُه ِفي َب
َ جَمُع
ْ حَدُكْم ُي
َ ن َأ
ّ ِإ
)متفق عليه. سِعيٌد َ ي َأْو ّ شِق َ جَلُه َو
َ عَمَلُه َوِرْزَقُه َوَأَ بْ )َلُه اْكُت
“Sesungguhnyan kejadian seseorang itu dikumpulkan di dalam perut ibunya selama empat puluh
hari. Setelah genap empat puluh hari kedua, terbentuklah segumpal darah beku. Manakala
genap empat puluh hari ketiga, berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah mengutus
seorang malaikat untuk meniupkan roh, lalu malaikat itu diperintahkan untuk menuliskan empat
perkara. Dikatakan kepadanya; Tulislah amalnya, rezekinya, ajalnya, dan (nasibnya) celaka atau
bahagia.” (Muttafaq Alaih)
Jadi, kehidupan seorang manusia baru dimulai setelah ditiupkan roh kepadanya, yakni pada
empat puluh hari yang ketiga (120 hari/empat bulan) saat dia masih berada dalam rahim ibunya.
Bukan pada saat seorang perempuan dinyatakan hamil, atau bukan pula ketika jabang bayi
dilahirkan ke dunia. Itulah makanya, Adam baru ‘resmi’ menjadi manusia setelah Allah
meniupkan roh kepadanya. Meskipun sebelumnya, jasad Adam sudah ada terlebih dahulu, dan
para malaikat serta iblis sudah mengetahui bahwa Allah akan menciptakan seorang manusia
yang akan dijadikan sebagai khalifah di muka bumi.
Kebalikan dari awal kehidupan manusia, maka akhir kehidupan seorang manusia adalah
berpisahnya roh dari jasadnya. Sebab, manakala seseorang sudah ditinggalkan rohnya atau
rohnya sudah diambil kembali oleh Yang Punya –via Malaikat Izrail, maka habis sudah masa
hidupnya di dunia ini. Tidak ada aktivitas apa pun yang dapat dia lakukan lagi. Sekalipun
mungkin, sebagian dari anggota tubuhnya masih bisa dimanfaatkan sekiranya memang akan
dimanfaatkan. Karena, ketika seseorang dinyatakan meninggal, sebagian organ tubuhnya –
seperti; otak, mata, jantung, dsb.– masih dapat berfungsi dengan baik, jika difungsikan.
ٍ لَيا
ت َ ك
َ ن ِفي َذِل
ّ سّمى ِإ
َ ل ُم ٍج َ خَرى ِإَلى َأ
ْلُْ ل ا
ُسِ ت َوُيْر
َ عَلْيَها اْلَمْو
َ ضى
َ ك اّلِتي َق
ُس
ِ ت ِفي َمَناِمَها َفُيْم
ْ ن َمْوِتَها َواّلِتي َلْم َتُم
َ حي
ِ س
َ لنُف
َْ ل َيَتَوّفى ا
ُّ ا
42 : )الزمر. ن َ )ّلَقْوٍم َيَتَفّكُرو
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa orang yang belum
mati di waktu tidurnya. Dia menahan jiwa yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan
jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” (Az-Zumar: 42)
Memegang jiwa orang ketika matinya, maksudnya yaitu memegang jiwa orang yang mati
ketika ajalnya tiba. Dan yang dimaksud dengan jiwa dalam ayat di atas, adalah roh (baca:
nyawa). Masalahnya, untuk menentukan apakah seseorang sudah meninggal atau belum, tidak
dapat dilakukan oleh sembarang orang. Harus diakui, bahwa dalam hal ini, peran dokter
sangatlah penting. Sekiranya seorang dokter sudah menyatakan seseorang meninggal dunia
dengan berdasarkan teori keilmuan yang dimilikinya, maka itu artinya orang tersebut telah
dicabut nyawanya, atau ditinggalkan rohnya.
Yang jelas, dalam kondisi tertentu, berhentinya fungsi (detak) jantung, atau tidak
beroperasinya otak, atau nafas yang sudah tidak berhembus; bukan berarti menjadi jaminan
bahwa seseorang telah meninggal.
- Seorang manusia disebut sebagai manusia jika terdiri dari dua unsur, yaitu roh dan jasad.
- Perlakuan medis ataupun non-medis terhadap manusia hidup dan manusia mati ada
perbedaan hukumnya.
- Yang membuat manusia mati adalah berpisahnya roh dari jasadnya, bukan karena
berhentinya detak jantung.
- Yang menggerakkan segala aktivitas manusia secara sadar dan sengaja adalah roh, bukan
otak.
- Yang menggerakkan anggota badan secara tidak sadar dan tidak sengaja (gerakan refleks)
adalah bukan roh, juga bukan otak. Ia adalah suatu kehidupan lain yang menyertai manusia.
- Jasad hanyalah alat dan tempat, roh adalah rajanya. Jasad hanya menjalankan perintah
dari roh. Dengan demikian, kaki orang pertama yang meninggal dan dicangkokkan pada orang
kedua yang masih hidup, lalu kaki tersebut dipakai untuk melakukan maksiat, maka yang disiksa
adalah (roh) orang yang kedua.
- Menurut dokter, tanda orang mati adalah tidak berfungsinya otak atau berhentinya detak
jantung. Adapun para ulama mengatakan, bahwa kematian terjadi karena berpisahnya roh dari
jasadnya.
- Menurut dokter, gerakan refleks digerakkan oleh alam bawah sadar atau disebut juga
gerakan non-motorik. Sedangkan menurut ulama, gerakan refleks atau gerakan-gerakan di luar
kehendak digerakkan oleh alam kehidupan lain yang menyertai manusia.
- Menurut dokter, gerakan janin di bawah empat bulan adalah murni gerakan janin. Menurut
ulama, hal itu adalah gerakan di luar janin, karena ia belum hidup.
Janin, berasal dari bahasa Arab, jamaknya adalah ajinnah dan ajnan. Diambil dari kata
janna, yang artinya menutupi diri. Janin manusia adalah makhluk yang tercipta di dalam rahim
seorang wanita dari hasil pertemuan antara sel telur dengan sel sperma seorang laki-laki. Atau
dengan kata lain, janin yaitu jabang bayi yang berada di dalam perut ibunya. Dinamakan janin,
karena ia tertutupi oleh perut ibunya. Itulah makanya, bayi yang telah lahir tidak bisa disebut
sebagai janin. Dan, ia tetap disebut sebagai janin selama masih berada dalam perut ibunya,
sejak fase perkembangan pertama hingga waktu dilahirkan.
Tentang hukum pemanfaatan janin ini untuk eksperimentasi ilmiah atau pencangkokan,
terdapat sedikit perbedaan di kalangan ulama syariat jika janin tersebut belum berusia empat
bulan. Mayoritas ulama membolehkan pemanfaatan janin sebelum usia empat bulan ini. Karena
sebelum empat bulan, janin belum mempunyai roh, atau belum ditiupkan roh kepadanya. Artinya,
dia belum menjadi manusia. Dia bukanlah makhluk yang memiliki roh. Menurut para ulama yang
membolehkannya, hal ini bukan berarti pembunuhan. Sebab, tidak dapat dikatakan sebagai
pembunuhan kecuali jika yang dibunuh mempunyai roh. Dan, bayi yang belum berusia empat
bulan belum mempunyai roh.
Adapun sebagian kecil ulama yang melarang, mengatakan bahwa hal ini meskipun tidak
bisa disebut sebagai pembunuhan, namun ini adalah penganiayaan terhadap janin. Selain itu,
tindakan ini juga bisa bermakna pembunuhan, dalam arti membunuh perkembangan janin hidup
yang dapat diharapkan pertumbuhannya. Dan, bagaimanapun juga janin tersebut adalah calon
manusia yang akan menjadi manusia sebagaimana manusia lain. Namun demikian, mereka
mengatakan bahwa jika hal ini harus dilakukan untuk suatu keperluan yang darurat dan lebih
banyak manfaatnya daripada mudharatnya, apalagi untuk menolong jiwa manusia lain yang
sudah jelas kehidupannya, mereka masih bisa menerima.
Selanjutnya, jika janin telah berusia lebih dari seratus dua puluh hari (empat bulan), maka
para ulama bersepakat bahwa hukumnya adalah haram. Karena ini berarti pembunuhan
terhadap manusia. Sebab janin yang sudah berusia empat bulan, dia sudah mempunyai roh.
Dan, makhluk yang mempunyai roh adalah makhluk hidup. Dan (lagi), suatu tindak pembunuhan
dinamakan sebagai pembunuhan, jika yang dibunuh adalah makhluk hidup.
Akan tetapi, sekalipun janin tersebut telah berusia lebih dari empat bulan, namun oleh
dokter diputuskan sudah mati
Tahapan pertumbuhan janin yang dijelaskan dalam hadits ini , belum terdeteksi oleh ilmu
kedokteran kecuali pada masa-masa akhir. Hal ini adalah bukti kemu'jizatan Al-Qur'an dan As-
Sunnah yang sangat nyata.
Sekarang, mari kita tengok sedikit fakta yang telah diungkap oleh ilmu kedokteran:
* Seluruh struktur utama (internal dan eksternal) janin berkembang pesat selama pekan
keempat sampai kedelapan. Pada akhir periode ini, sistem organ utama telah berkembang,
namun fungsinya masih minimal kecuali pada sistem kardiovaskular.
* Selama pembentukan jaringan dan organ, janin (embrio) mengalami perubahan bentuk, dan
saat akhir pekan ke 8, sudah nampak seperti bayi.
* Memasuki pekan ke 9, embrio berganti nama menjadi fetus. Perubahan nama ini berarti
sebagai tanda bahwa embrio telah berkembang menjadi makhluk yang dapat dikenali serta
seluruh sistem organ utama telah terbentuk.
* Sistem organ yang pertama kali berfungsi adalah Sistem kardiovaskuler. Masih ingat kapan
pertama kali jantung berdegup di dalam rahim?? Yap, saat awal pekan keempat.
Kalau kita kaitkan hadits diatas dengan penelitian para ahli kedokteran:
Waktu pertama kali jantung berdetak: Awal pekan keempat (sekitar hari ke 22)
Waktu ditiupkannya ruh: Setelah hari ke 120.
Sumber:
- Al-Wafi Syarah Kitab Arba'in An-Nawawiyah. Fiqhul Hadits Keempat: Tahapan Penciptaan
Manusia dan Amalan Terakhirnya.
- Moore & Persaud. The Developing Human. 7th Ed: Elsevier; 2005
Prolog
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mau tidak mau juga membawa dampak
kemajuan bagi dunia kedokteran. Dan, seiring dengan perkembangan yang sangat pesat di
bidang medis, penyakit manusia pun menjadi semakin kompleks dan variatif. Meskipun bisa jadi,
penyakit-penyakit semacam lever, kanker, tumor, jantung koroner, ginjal, paru-paru basah,
stroke, dan lain-lain, sudah ada sejak dulu, namun setidaknya, jenis penyakitnya baru dapat
dideteksi dan ditemukan obatnya akhir-akhir ini. Mungkin hanya AIDS saja yang belum
ditemukan obatnya. Sekiranya memang AIDS adalah suatu penyakit, bukan laknat Tuhan.
Tidak semua yang berurusan dengan dokter adalah orang sakit. Orang sehat pun bisa
saja punya urusan dengan dokter. Karena, memang yang dibahas dan dipelajari dalam dunia
kedokteran bukan hanya penyakit. Namun segala hal yang berkaitan dengan penyakit. Termasuk
orang sehat yang lalu ‘menjadi sakit’ karena dilakukan tindakan medis terhadap dirinya. Misalnya,
perempuan yang aborsi, orang yang mendonorkan sebagian anggota badannya, atau orang yang
ingin operasi plastik untuk mempercantik diri. Sebetulnya, pada dasarnya orang tersebut tidak
sakit. Tetapi karena dilakukan tindakan medis terhadap dirinya, maka urusannya pun menjadi
berkaitan dengan kedokteran dan para dokter.
Fikih kedokteran adalah suatu tinjauan komprehensif dari sudut pandang fikih Islam
dalam masalah-masalah kedokteran, dengan disertai dalil-dalil yang bisa dipertanggungjawabkan
yang bersumber dari Al-Qur`an dan sunnah, serta pendapat para ulama yang berkompeten.
Kemudian, karena sudut pandangnya adalah fikih Islam, maka yang paling dominan
dalam hal ini adalah dalil-dalil yang Islami. Sehingga para ulama dan ahli fikihlah yang banyak
berperan menentukan hukum boleh tidaknya suatu tindakan medis. Adapun peran para dokter
dan praktisi kesehatan, adalah memberikan penjelasan serta pertimbangan tentang masalah-
masalah yang dibahas.
Urgensitas fikih kedokteran ini, tentu saja untuk mengetahui hukum halal dan haram
dalam berbagai tindakan medis yang berhubungan dengan dunia kedokteran. Dengan demikian,
seorang dokter atau siapa pun, tidak akan terjebak untuk menghalalkan perbuatan yang haram
ataupun mengharamkan perbuatan yang halal.
Duhai, alangkah idealnya jika seorang dokter memiliki wawasan keislaman yang
memadai. Sehingga dia dapat menghindarkan dirinya dari suatu tindakan medis yang –
sebetulnya– diharamkan, dan sanggup menentukan hukum dalam tindakan medis yang
dihadapinya. Selain itu, dia juga akan dapat menegakkan kebenaran yang diyakininya sebagai
suatu kebenaran dalam dunia kedokteran yang digelutinya.
Sebaliknya, sungguh suatu hal yang membanggakan jika para ulama menguasai ilmu
kedokteran. Dan, ini bukan mungkin. Karena sejarah telah mencatat dengan tinta emas, bahwa
sebagian dari ulama kaum muslimin masa lalu, adalah pakar di bidang kedokteran. Sebutlah
misalnya; Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Farabi, Ibnul Qayyim, dan lain-lain. Kepakaran mereka
dalam ilmu kedokteran tidak diragukan lagi.
Berdasarkan dalil-dalil syariat, para ulama mengatakan bahwa awal kehidupan seorang
manusia dimulai setelah janin berusia empat bulan di dalam kandungan ibunya. Adapun sebelum
itu tidak dapat disebut sebagai kehidupan, meskipun ada tanda-tanda kehidupan; seperti
perkembangan pembentukan, dan gerakan-gerakan janin.
“Sesungguhnyan kejadian seseorang itu dikumpulkan di dalam perut ibunya selama empat puluh
hari. Setelah genap empat puluh hari kedua, terbentuklah segumpal darah beku. Manakala
genap empat puluh hari ketiga, berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah mengutus
seorang malaikat untuk meniupkan roh, lalu malaikat itu diperintahkan untuk menuliskan empat
perkara. Dikatakan kepadanya; Tulislah amalnya, rezekinya, ajalnya, dan (nasibnya) celaka atau
bahagia.” (Muttafaq Alaih)
Jadi, kehidupan seorang manusia baru dimulai setelah ditiupkan roh kepadanya, yakni pada
empat puluh hari yang ketiga (120 hari/empat bulan) saat dia masih berada dalam rahim ibunya.
Bukan pada saat seorang perempuan dinyatakan hamil, atau bukan pula ketika jabang bayi
dilahirkan ke dunia. Itulah makanya, Adam baru ‘resmi’ menjadi manusia setelah Allah
meniupkan roh kepadanya. Meskipun sebelumnya, jasad Adam sudah ada terlebih dahulu, dan
para malaikat serta iblis sudah mengetahui bahwa Allah akan menciptakan seorang manusia
yang akan dijadikan sebagai khalifah di muka bumi.
Kebalikan dari awal kehidupan manusia, maka akhir kehidupan seorang manusia adalah
berpisahnya roh dari jasadnya. Sebab, manakala seseorang sudah ditinggalkan rohnya atau
rohnya sudah diambil kembali oleh Yang Punya –via Malaikat Izrail, maka habis sudah masa
hidupnya di dunia ini. Tidak ada aktivitas apa pun yang dapat dia lakukan lagi. Sekalipun
mungkin, sebagian dari anggota tubuhnya masih bisa dimanfaatkan sekiranya memang akan
dimanfaatkan. Karena, ketika seseorang dinyatakan meninggal, sebagian organ tubuhnya –
seperti; otak, mata, jantung, dsb.– masih dapat berfungsi dengan baik, jika difungsikan.
ٍ لَيا
ت َ ك
َ ن ِفي َذِل
ّ سّمى ِإ
َ ل ُم ٍج َ خَرى ِإَلى َأ
ْلُْ ل ا
ُسِ ت َوُيْر
َ عَلْيَها اْلَمْو
َ ضى
َ ك اّلِتي َق
ُس
ِ ت ِفي َمَناِمَها َفُيْم
ْ ن َمْوِتَها َواّلِتي َلْم َتُم
َ حي
ِ س
َ لنُف
َْ ل َيَتَوّفى ا
ُّ ا
42 : )الزمر. ن َ )ّلَقْوٍم َيَتَفّكُرو
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa orang yang belum
mati di waktu tidurnya. Dia menahan jiwa yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan
jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” (Az-Zumar: 42)
Memegang jiwa orang ketika matinya, maksudnya yaitu memegang jiwa orang yang mati
ketika ajalnya tiba. Dan yang dimaksud dengan jiwa dalam ayat di atas, adalah roh (baca:
nyawa). Masalahnya, untuk menentukan apakah seseorang sudah meninggal atau belum, tidak
dapat dilakukan oleh sembarang orang. Harus diakui, bahwa dalam hal ini, peran dokter
sangatlah penting. Sekiranya seorang dokter sudah menyatakan seseorang meninggal dunia
dengan berdasarkan teori keilmuan yang dimilikinya, maka itu artinya orang tersebut telah
dicabut nyawanya, atau ditinggalkan rohnya.
Yang jelas, dalam kondisi tertentu, berhentinya fungsi (detak) jantung, atau tidak
beroperasinya otak, atau nafas yang sudah tidak berhembus; bukan berarti menjadi jaminan
bahwa seseorang telah meninggal.
- Perlakuan medis ataupun non-medis terhadap manusia hidup dan manusia mati ada
perbedaan hukumnya.
- Yang membuat manusia mati adalah berpisahnya roh dari jasadnya, bukan karena
berhentinya detak jantung.
- Yang menggerakkan segala aktivitas manusia secara sadar dan sengaja adalah roh, bukan
otak.
- Yang menggerakkan anggota badan secara tidak sadar dan tidak sengaja (gerakan refleks)
adalah bukan roh, juga bukan otak. Ia adalah suatu kehidupan lain yang menyertai manusia.
- Jasad hanyalah alat dan tempat, roh adalah rajanya. Jasad hanya menjalankan perintah
dari roh. Dengan demikian, kaki orang pertama yang meninggal dan dicangkokkan pada orang
kedua yang masih hidup, lalu kaki tersebut dipakai untuk melakukan maksiat, maka yang disiksa
adalah (roh) orang yang kedua.
- Sebagian dokter menganggap bahwa janin telah hidup sejak dia bisa bergerak-gerak dan
tampak perkembangannya. Sedangkan ulama mengatakan, bahwa kehidupan baru ada setelah
janin berusia empat bulan, yakni setelah ditiupkan roh kepadanya.
- Menurut dokter, tanda orang mati adalah tidak berfungsinya otak atau berhentinya detak
jantung. Adapun para ulama mengatakan, bahwa kematian terjadi karena berpisahnya roh dari
jasadnya.
- Menurut dokter, gerakan refleks digerakkan oleh alam bawah sadar atau disebut juga
gerakan non-motorik. Sedangkan menurut ulama, gerakan refleks atau gerakan-gerakan di luar
kehendak digerakkan oleh alam kehidupan lain yang menyertai manusia.
- Menurut dokter, gerakan janin di bawah empat bulan adalah murni gerakan janin. Menurut
ulama, hal itu adalah gerakan di luar janin, karena ia belum hidup.
Janin, berasal dari bahasa Arab, jamaknya adalah ajinnah dan ajnan. Diambil dari kata
janna, yang artinya menutupi diri. Janin manusia adalah makhluk yang tercipta di dalam rahim
seorang wanita dari hasil pertemuan antara sel telur dengan sel sperma seorang laki-laki. Atau
dengan kata lain, janin yaitu jabang bayi yang berada di dalam perut ibunya. Dinamakan janin,
karena ia tertutupi oleh perut ibunya. Itulah makanya, bayi yang telah lahir tidak bisa disebut
sebagai janin. Dan, ia tetap disebut sebagai janin selama masih berada dalam perut ibunya,
sejak fase perkembangan pertama hingga waktu dilahirkan.
Tentang hukum pemanfaatan janin ini untuk eksperimentasi ilmiah atau pencangkokan,
terdapat sedikit perbedaan di kalangan ulama syariat jika janin tersebut belum berusia empat
bulan. Mayoritas ulama membolehkan pemanfaatan janin sebelum usia empat bulan ini. Karena
sebelum empat bulan, janin belum mempunyai roh, atau belum ditiupkan roh kepadanya. Artinya,
dia belum menjadi manusia. Dia bukanlah makhluk yang memiliki roh. Menurut para ulama yang
membolehkannya, hal ini bukan berarti pembunuhan. Sebab, tidak dapat dikatakan sebagai
pembunuhan kecuali jika yang dibunuh mempunyai roh. Dan, bayi yang belum berusia empat
bulan belum mempunyai roh.
Adapun sebagian kecil ulama yang melarang, mengatakan bahwa hal ini meskipun tidak
bisa disebut sebagai pembunuhan, namun ini adalah penganiayaan terhadap janin. Selain itu,
tindakan ini juga bisa bermakna pembunuhan, dalam arti membunuh perkembangan janin hidup
yang dapat diharapkan pertumbuhannya. Dan, bagaimanapun juga janin tersebut adalah calon
manusia yang akan menjadi manusia sebagaimana manusia lain. Namun demikian, mereka
mengatakan bahwa jika hal ini harus dilakukan untuk suatu keperluan yang darurat dan lebih
banyak manfaatnya daripada mudharatnya, apalagi untuk menolong jiwa manusia lain yang
sudah jelas kehidupannya, mereka masih bisa menerima.
Selanjutnya, jika janin telah berusia lebih dari seratus dua puluh hari (empat bulan), maka
para ulama bersepakat bahwa hukumnya adalah haram. Karena ini berarti pembunuhan
terhadap manusia. Sebab janin yang sudah berusia empat bulan, dia sudah mempunyai roh.
Dan, makhluk yang mempunyai roh adalah makhluk hidup. Dan (lagi), suatu tindak pembunuhan
dinamakan sebagai pembunuhan, jika yang dibunuh adalah makhluk hidup.
Akan tetapi, sekalipun janin tersebut telah berusia lebih dari empat bulan, namun oleh
dokter diputuskan sudah mati –baik di dalam ataupun di luar perut ibunya , maka semua sepakat
bahwa hukumnya adalah boleh. Karena, dalam hal ini tidak ada makna pembunuhan, melainkan
pemanfaatan. Tetapi, itu pun masih dengan beberapa catatan.
Memanfaatkan jasad janin yang telah meninggal, menurut para ulama hukumnya boleh,
namun dengan syarat-syarat tertentu, yaitu:
- Benar-benar dalam keadaan terpaksa dan mendesak. Dalam arti kata, demi untuk
menyelamatkan seseorang dari kematian atau untuk menyelamatkan sebagian dari anggota
badannya.
- Tidak ditemukan jalan atau cara lain untuk mengobatinya selain dengan menggunakan
sebagian dari anggota badan dari jasad janin yang sudah meninggal tersebut.
- Harus ada suatu kepastian positif bahwa tindakan medis dengan memanfaatkan janin
yang sudah mati tersebut benar-benar dapat menyelamatkan atau menyembuhkan si sakit.
- Memanfaatkan bagian tubuh janin selain biji alat vital dan indung telurnya. Sebab, tidak
diperbolehkan mengambil biji alat vital dan indung telur untuk ditanamkan kepada orang lain.
Karena sel telur terbentuk dari sel buah pelir atau sel indung telur itu sendiri.
- Harus dengan seizin kedua orangtuanya. Jika salah satu dari kedua orangtua si janin
yang sudah mati itu tidak mengizinkan, maka hukumnya tidak boleh.
Sisi-sisi Negatif:
2. Adanya tekanan batin pada diri si ibu atas pengguguran kandungannya. (Meskipun
si ibu mengizinkan janin yang gugur dari rahimnya dimanfaatkan, tetapi tidak menutup
kemungkinan hati si ibu tetap tertekan atau sedih)
3. Memberi kesempatan kepada wanita-wanita murahan amoral atau para penjaja sex
komersial untuk memperjual-belikan janinnya untuk tujuan yang tidak baik dan tidak selayaknya.
Sisi-sisi Positif:
1. Untuk mengobati beberapa jenis penyakit syaraf yang berbahaya, untuk kekebalan
tubuh, untuk mengobati penyakit gula, impotensi, dan beberapa penyakit urat.
2. Mencegah dari kelahiran prematur dan beberapa aib, serta penyakit keturunan.
4. Manfaat-manfaat lain yang banyak disebutkan oleh para pakar dalam buku-buku
dan kajian-kajian mereka.
Bayi Tabung
- Pembuatan bayi tabung dari sel sperma laki-laki ke dalam rahim perempuan yang bukan
istrinya, hukumnya haram.
- Sebaliknya, jika sel sperma itu dari suami si perempuan, diperbolehkan dengan syarat-
syarat tertentu.
- Memperjual-belikan sel sperma demi tujuan materi, tidak diperbolehkan. Karena berarti
merendahkan kehormatan manusia dan martabatnya. Selain itu, juga bertentangan dengan
tujuan syariat.
- Hukum asal dari pendonoran anggota badan ini adalah haram. Karena pada diri seorang
manusia, yang mempunyai hak bukan hanya manusia yang bersangkutan. Melainkan di sana
juga ada hak Allah Ta’ala. Disamping itu, manusia dengan segala anggota badannya adalah
terhormat. Seorang manusia tidak boleh memindahkan ataupun menyerahkan sebagian anggota
badannya kepada orang lain tanpa ada alasan yang mendesak dan benar-benar sangat darurat.
- Harus dilihat keadaan si pendonor, baik dari segi fisik maupun psikis.
- Harus dilihat keadaan orang yang akan didonori. Apakah dia layak menerima donor tersebut
atau tidak. Sekiranya dengan didonori dia dipastikan tetap akan meninggal dikarenakan penyakit
itu, anggota badan yang didonorkan jauh lebih bermanfaat jika tetap berada pada pemilik aslinya.
- Perbedaan tingkat bahaya yang mungkin timbul, baik dari pihak pendonor maupun yang
didonori dengan adanya pendonoran ini.
- Anggota badan mana yang akan didonorkan. Sebab, ada anggota badan yang tidak boleh
didonorkan karena berbahaya bagi keselamatan si pendonor, seperti jantung dan ginjal bagi
orang yang hanya punya satu ginjal. Dan ada juga anggota badan yang tidak boleh didonorkan
karena dapat mempengaruhi atau mengaburkan keturunan, seperti indung telur dan buah pelir.
1. Kemampuan para ahli kedokteran dalam memprediksi dampak negatif (mudharat) bagi si
pendonor berdasarkan pertimbangan ilmiah yang tepat.
2. Kemampuan para ahli kedokteran dalam memprediksi dampak negatif (mudharat) orang
yang didonori dengan melihat keadaan sakitnya berdasarkan ukuran ilmiah yang tepat.
Tiga hal ini penting diketahui sebagai perbandingan dampak positif dan negatif dengan
dilakukannya pemotongan dan pemindahan anggota badan.
Dengan demikian, tidak diperbolehkan mendonorkan anggota badan orang hidup, jika ada
kemungkinan mengambil donor dari orang mati.
5. Tidak boleh mendonorkan anggota badan yang menghilangkan hak Allah. Seperti jika
pendonoran itu mengakibatkan rusaknya masyarakat atau rusaknya akhlak yang bertentangan
dengan tujuan syariat. Misalnya; mendonorkan air mani, buah pelir, dan indung telur.
6. Orang yang didonor harus orang yang terjaga darahnya, yaitu orang Islam dan atau kafir
dzimmi. Tidak diperbolehkan mendonorkan angota badan pada orang kafir dalam perang, orang
murtad, dan pezina muhshan.
7. Tidak boleh ada unsur pelecehan kehormatan manusia dalam pendonoran. Misalnya, si
pendonor menganggap bahwa anggota badannya dapat dijual untuk mencari keuntungan materi.
8. Si pendonor harus mengetahui hakekat pendonoran dan sadar sepenuhnya dengan apa
yang dia lakukan, tanpa ada paksaan atau pengaruh dari siapa pun.
Aborsi
Aborsi adalah pengguguran kandungan yang dilakukan oleh seorang wanita yang
melahirkan anaknya secara paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaannya. Dalam
artian, pengguguran tersebut dilakukan atas kehendak ibunya sendiri atau orang lain tetapi atas
permintaan dan kerelaan ibunya. Sedangkan janin yang keguguran atau pengguguran yang
dipaksakan oleh orang lain, tidak masuk dalam pembahasan ini.
Para ulama sepakat, bahwa aborsi yang dilakukan sesudah peniupan roh (setelah empat
bulan), hukumnya haram. Adapun sebelum roh ditiupkan, terdapat banyak perbedaan pendapat
di kalangan ulama. Sebagian di antara mereka membolehkan, dan sebagian lagi
mengharamkannya.
- Sebelum peniupan roh, belum terjadi penciptaan apa pun pada janin. Baik sebagian
ataupun keseluruhan.
- Janin yang belum ada rohnya belum bisa disebut sebagai manusia, sehingga
menggugurkan janin dalam usia ini tidak dapat dikatakan sebagai membunuh manusia.
- Karena janin adalah bakal manusia yang akan menjadi manusia dengan seizin Allah. Hal ini
sama halnya dengan tidak bolehnya orang yang sedang ihram memecahkan telur binatang
buruan.
- Karena sejak air mani (nuthfah, sperma) ditumpahkan ke dalam rahim seorang perempuan,
ia adalah (calon) makhluk Allah yang siap menerima kehidupan. Merusak wujud yang sudah jelas
ada ini (hanya belum ada ruhnya) merupakan suatu tindak kejahatan. Imam Al-Ghazali
menganalogikan hal ini dengan ijab qabul dalam akad jual beli. Bahwa jika seorang laki-laki yang
sudah menumpahkan air maninya ke dalam rahim perempuan, maka sama halnya dengan sudah
meneken kontrak akad jual beli, dan dia tidak boleh membatalkannya atau merusak akad
tersebut.
Intinya, harus ada sebab dan kepentingan dengan alasan yang rasional, dapat diterima, dan
syar’i.
Operasi selaput dara, adalah tindakan medis dalam rangka memperbaiki keperawanan
seorang wanita yang sobek menjadi seperti seperti semula. Atau mengembalikan keperawanan
yang sobek ke tempat asalnya atau yang dekat dengannya. Dan, ini adalah pekerjaan para
dokter spesialis.
Melihat tindakan ini dari segi pengaruhnya, dengan mempertimbangkan adat dan
kebiasaan yang memberikan reaksi jika diketahui sobeknya keperawanan, terdapat beberapa
manfaat yang sesuai syariat. Di antaranya,
1. Untuk menutupi aib seorang gadis. Menutup aib bukan hanya dengan tidak menyebarkannya
kepada orang lain, karena ini adalah perbuatan pasif. Bagi dokter, jika ia membantu
mengembalikan keperawanan tersebut, maka ini adalah tindakan aktif.
ل َيْوَم اْلِقَياَمِة
ُّ سَتَرُه ا
َ ل
ّ عْبًدا ِفي الّدْنَيا ِإ
َ عْبٌد
َ سُتُر
ْ ل َي
َ .
“Tidaklah seorang hamba menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi
aibnya pada Hari Kiamat.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
2. Melindungi keutuhan keluarga atau rumah tangga si gadis. Sebab, jika suatu saat sang
suami mengetahui dan mempermasalahkan istrinya yang sudah tidak perawan lagi ketika
menikah, maka bukan tidak mungkin akan terjadi kehancuran rumah tangga yang tidak
diinginkan. Padahal, mewujudkan rumah tangga berlandaskan rasa saling percaya adalah salah
satu tujuan syariat.
3. Mencegah prasangka buruk dalam masyarakat terhadap diri si gadis. Sebab, terkadang hal
ini bisa menzhalimi gadis-gadis yang tidak bersalah atau wanita yang sudah benar-benar taubat
taubatan nashuha.
ضا
ً ضُكم َبْع
ُ ل َيْغَتب ّبْع
َ سوا َو
ُسّج
َ ل َت
َ ن ِإْثٌم َو
ّظّ ض ال
َ ن َبْع
ّ ن ِإ
ّظّ ن ال
َ جَتِنُبوا َكِثيًرا ّم
ْ ن آَمُنوا ا
َ َيا َأّيَها اّلِذي.
“Hai orang-orang beriman, jauhilah perbuatan banyak berburuk sangka. Karena sesungguhnya
sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain,
dan jangan pula sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.” (Al-Hujurat: 12)
4. Mewujudkan keadilan antara pria dan wanita. Sebab, bagaimanapun juga akan sulit
membuktikan seorang lelaki sebagai tidak perjaka lagi, sekalipun ia dikenal sebagai laki-laki yang
buruk akhlaknya dan senang main perempuan. Karena tidak ada pengaruh fisik pada tubuhnya.
Lain halnya dengan perempuan. Meskipun dia melakukannya hanya sekali dan itu pun
‘kecelakaan,’ misalnya, dia akan tetap disalahkan secara sosial dan adat atas hilangnya
kegadisannya. Padahal, tidak ada satu bukti pun yang dapat diakui syariat atas perbuatan kejinya
tersebut.
Mewujudkan keadilan di antara manusia di hadapan hukum Islam adalah salah satu tujuan
syariat. Itulah makanya, dalam kasus ini, para fuqaha berpendapat, bahwa perbuatan zina tidak
dapat ditetapkan oleh sekadar hilangnya keperawanan seorang gadis. Ketetapan zina baru dapat
diterima jika dikuatkan dengan adanya pengakuan, kesaksian empat orang dewasa, dan disertai
dengan kronologi peristiwa. Sebab, hilangnya keperawanan tidak hanya dikarenakan zina.
Keperawanan juga bisa hilang karena hal-hal lain.
Disamping adanya sisi-sisi positif di atas, ada juga sisi-sisi negatif atau mudharat dari operasi
selaput dara ini. Di antaranya yaitu,
1. Adanya penipuan dari pihak perempuan kepada calon suami. Sekiranya si perempuan
dulunya adalah termasuk yang berakhlak buruk dan sudah tidak perawan lagi, bisa saja dia
melakukan operasi selaput dara untuk mengelabuhi calon suaminya. Padahal, seorang laki-laki
yang baik, seyogyanya menikah dengan perempuan yang baik-baik juga.[1] Dan seorang pezina
juga tidak menikah, melainkan dengan sesama pezina pula.[2] Dalam hadits Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam disebutkan,
“Barangsiapa yang menipu kami, maka dia bukan golongan kami.” (HR.Muslim dan Ahmad)
2. Mendorong para wanita nakal yang pada dasarnya senang melakukan perbuatan zina untuk
terus melakukan perbuatan keji tersebut. Sebab, dia tahu, jika suatu saat keperawanannya
dibutuhkan, entah untuk menampik tuduhan masyarakat bahwa dia telah berzina, atau untuk
menghindarkan diri dari hukuman cambuk, atau untuk membuktikan pada suaminya bahwa dia
masih perawan; dia bisa melakukan operasi pengembalian selaput dara.
3. Tersingkapnya aurat yang paling vital milik perempuan di hadapan dokter. Pada dasarnya,
selain suami dan istri, tidak ada yang boleh melihat kemaluan orang lain. Baik itu sama jenisnya,
ataupun (apalagi) yang berbeda jenis kelamin. Di lain pihak, dalam ilmu kedokteran tidak
ditemukan adanya manfaat keperawanan dari sisi kesehatan. Maka, hanya alasan yang sangat
darurat dan mendesaklah yang dapat membolehkan operasi selaput dara ini.
i. Diperbolehkan bagi para dokter untuk melakukan tindakan operasi selaput dara pada
perempuan jika penyebab hilangnya keperawanan bukan dikarenakan perbuatan maksiat.
Misalnya; karena kecelakaan, jatuh, mengeluarkan darah haid terlalu banyak, diperkosa, atau
musibah lain yang dapat mengakibatkan keperawanan hilang. Semua ini terjadi tentu bukan atas
kehendak si gadis.
ii. Selanjutnya, apabila selaput dara itu sobek karena perbuatan zina:
- Boleh, meskipun si wanita sebelumnya telah sering berzina, namun terbukti dan disaksikan
oleh banyak orang bahwa dia telah benar-benar bertaubat taubatan nashuha.
iii. Tidak diperbolehkan jika sobeknya keperawanan dikarenakan hubungan suami istri yang
sah dalam ikatan pernikahan. Sebab, pengembalian keperawanan seperti ini tidak ada
manfaatnya.
Epilog
Terakhir, sebagai seorang yang tidak banyak tahu dalam hal kedokteran, tentu apa yang kami
sampaikan di atas rawan dari kesalahan. Untuk itu, kami sangat terbuka jika ada kritik dan
koreksi. <
Disarikan dari buku "Abhats Fiqhiyyah fi Qadhaya Thibbiyyah Mu'ashirah," karya DR. Muhammad
Nu'aim Yasin.
* Disampaikan dalam acara “Pertemuan Nasional Kesehatan Jiwa Islam Indonesia,” yang dihadiri
oleh para dokter dan praktisi kesehatan di Indonesia, pada Senin 3 Maret 2003, di Hotel
Patrajasa, Jakarta Pusat.
Proses pemikiran ini menunjukkan bahwa ia memahami kata-kata tersebut. Lain halnya dengan
anak dalam kandungan, cara belajarnya jauh lebih mendasar. Ketika orang tuanya (khususnya
sang Ibu) mengajarkan kata-kata kepada bayi dalam kandungannya, ia hanya mendengarkan
bunyinya sambil mengalami sensasi tertentu. Misalnya, tatkala si Ibu mengatakan ?tepuk?, anak
dalam kandungan mendengar bunyi ?t-e-p-u- dan k?, karena pada saat yang bersamaan si ibu
menepuk perutnya. Kombinasi bunyi dan pengalaman ini memberi kesempatan bagi anak dalam
kandungan untuk belajar memahami hubungan tentang bunyi dan sensasi pada tingkat
pengenalan praverbal.
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam bidang perkembangan pralahir
menunjukan bahwa selama berada dalam rahim, anak dapat belajar, merasa, dan mengetahui
perbedaan antara gelap dan terang. Pada saat kandungan itu telah berusia lima bulan?setara
dengan 20 minggu, kemampuan anak dalam kandungan untuk merasakan stimulus telah
berkembang dengan cukup baik sehingga proses pendidikan dan belajar dapat dimulai atau
dilakukan.
Kemudian, para ilmuwan bidang pendidikan anak dalam kandungan juga telah banyak
melakukan riset baru dan riset ulang secara kontinu dengan membuat langkah-langkah dan
metode baru mengenai praktek pendidikan pralahir. Mereka telah menemukan banyak hal,
mengenai keistimewaan pendidikan pralahir ini, diantaranya adalah: peningkatan kecerdasan
otak bayi, keyakinan lestari pada diri anak saat tumbuh dan berkembang dewasa nanti,
keseimbangan komunikasi lebih baik antara anak (yang telah mengikuti program pendidikan
pralahir) dengan orang tuanya, anggota keluarganya dan atau dengan lingkungannya dibanding
dengan teman-temanya yang tidak mengikuti program pendidikan pralahir.
Berikut ini beberapa laporan yang sangat menggembirakan?bagi dunia pendidikan anak
khususnya?dari F. Rene Van de Carr, M.D. dan Marc Lehrer, Ph.D. bahwa The American
Association of The Advancement of Science pada tahun 1996 telah merangkum hasil penelitian
sejumlah ilmuwan dalam bidang stimulasi pralahir dan bayi, antara lain sebagai berikut.
1. Dr. Craig dari University of Al-abama menunjukkan bahwa program-program stimulasi dini
meningkatkan nilai tes kecerdasan dalam pelajaran utama pada semua anak yang diteliti dari
masa bayi hingga usia 15 tahun. Anak-anak tersebut mencapai kecerdasan 15 hingga 30 persen
lebih tinggi.
2. Dr. Marion Cleves Diamond dari University of California, Berkley, AS melakukan eksperimen
bertahun-tahun dan mendapatkan hasil yang sama berulang-ulang bahwa tikus yang diberi
stimulasi tidak hanya mengembangkan pencabangan sel otak lebih banyak dan daerah kortikal
otak yang tebal, tetapi juga lebih cerdas dan lebih terampil bersosialisasi dengan tikus-tikus lain.
Selain itu, menurut F. Rene Van de Carr, dkk.. bahwa The Prenatal Enrichment Unit di Hua
Chiew General Hospital, di Bangkok Thailand, yang dipimpin Dr. C. Panthuraamphorn, telah
melakukan penelitian yang sama terhadap bayi pralahir, dan hasilnya disimpulkan bahwa bayi
yang diberi stimulasi pralahir cepat mahir bicara, menirukan suara, menyebutkan kata pertama,
tersenyum secara spontan, mampu menoleh ke arah suara orang tuanya, lebih tanggap terhadap
musik, dan juga mengembangkan pola sosial lebih baik saat ia dewasa.
F. Rene Van de Carr, M.D., dkk.. telah lama melakukan penelitian ini, kurang lebih sejak 22 tahun
yang lalu. Menurut pandangannya, penelitian tersebut menunjukkan beberapa hal berikut ini
pada bayi-bayi yang mendapatkan stimulasi pralahir.
1. Tampaknya ada suatu masa kritis dalam perkembangan bayi yang dimulai pada sekitar usia
lima bulan sebelum dilahirkan dan berlanjut hingga dua tahun ketika stimulasi otak dan latihan-
latihan intelektual dapat meningkatkan kemampuan bayi.
2. Stimulasi pralahir dapat membantu mengembangkan orientasi dan keefektifan bayi dalam
mengatasi dunia luar setelah ia dilahirkan.
3. Bayi-bayi yang mendapatkan stimulasi pralahir dapat lebih mampu mengontrol gerakan-
gerakan mereka. Selain itu, mereka juga lebih siap menjelajahi dan mempelajari lingkungan
setelah dilahirkan.
4. Para orang tua yang telah berpartisipasi dalam program pendidikan pralahir menggambarkan
anak mereka lebih tenang, waspada, dan bahagia.
Adapun persiapan yang perlu dilakukan adalah memulai dan melakukan hubungan biologis
secara sah dan baik, serta berdoa kepada Allah swt. agar perbuatannya tidak diganggu setan
dan sia-sia. Selain itu, menggantungkan permohonan hanya kepada Allah semata agar dikaruniai
seorang anak yang shaleh. Kemudian setelah adanya proses nuthfah, atas kehendak Allah
proses tersebut berlanjut menjadi mudhghah. Pada fase inilah tampak jelas adanya kehidupan
seorang anak dalam rahim. Oleh karena itu, orang tuanya?khususnya sang ibu?harus
memperlakukannya dengan baik.
Perlakuan yang baik itu di antaranya memberikan pelayanan yang tepat terhadap anaknya yang
masih dalam kandungan, tidak melakukan tindakan-tindakan kekerasan yang menimbulkan
dampak negatif (baik fisik maupun psikis) terhadap anak dalam kandungan, karena hal tersebut
sangat berbahaya, seperti yang diisyaratkan oleh Nabi Muhammad saw. dalam sabdanya,
?Anak yang celaka adalah anak yang telah mendapatkan kesempitan di masa dalam perut
ibunya.? (HR Imam Muslim dari Abdullah Ibn Mas?ud)
Pelayanan yang sangat baik untuk masa anak dalam kandungan adalah memberikan stimulus
pendidikan, yang akan bermanfaat tidak saja pada perkembangan fisik, pertumbuhan mental
(psikis) tetapi juga meningkatkan kecerdasan otak dan sensitifikasi emosional positif sang anak
yang berada di dalam kandungan.
Praktek memberikan stimulus pendidikan anak dalam kandungan telah dilakukan jauh sebelum
teori dan praktek di atas dikembangkan. Konon, Nabi Zakaria telah memberikan stimulasi
pendidikan pada anak pralahir yaitu anak yang dikandung oleh istrinya, sebagaimana
diisyaratkan dalam Al-Qur`an al-Karim surah Maryam (19) ayat 10?11. Di dalamnya dijelaskan
bahwa pelayanan stimulasi pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Zakaria telah membuahkan
hasil yang yang bagus, yakni anak yang memiliki kecerdasan tinggi dalam memahami hukum-
hukum Allah. Selain itu digambarkan pula bahwa anak yang dikaruniai itu adalah sosok yang
terampil dalam melaksanakan titah Allah, memiliki fisik yang kuat, sekaligus seorang anak yang
sangat berbakti kepada orang tuanya, sebagaimana diisyaratkan pada kelanjutan ayat 12?15
masih dalam surah yang sama. Bahkan, kemudian anak tersebut dipercaya dijadikan pewaris
tunggal orang tuanya yakni tugas kenabian. Subhanallah.
Begitu juga dengan Nabi Adam a.s. tatkala istrinya Hawa, mengandung anak pertamanya dan
pada tahapan kandungan yang masih ringan, ia merasa biasa saja berjalan seperti sedia kala,
merasa tidak ada beban. Namun, tatkala usia kandungan itu bertambah yang ditandai dengan
perut yang terus membesar di situlah ia merasakan kepayahan dan keberatan. Saat itulah, Siti
Hawa dengan sedih mengadu kepada suaminya, Nabi Adam a.s. tentang keadaan perutnya yang
kian hari kian besar yang membuatnya dari hari ke hari merasa makin payah. Kondisi ini
membuat Adam a.s. beserta istrinya bersama-sama memohon kepada Allah dengan sebuah doa
yang sangat filosofis yaitu,?... Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna,
tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur.? (al-A?raaf: 189)
Ini adalah suatu praktek pendidikan anak dalam kandungan yang dilakukan secara bersama
antara suami dan istri dengan kesamaan visi dan misi yaitu orientasi pendidikan yang bersumber
pada motivasi untuk memurnikan keesaan Allah semata. Sebuah kondisi yang membuahkan
keridhaan Allah sehingga dengan curahan rahmat-Nya keberkahan pun mengalir mengiringi laju
bahtera rumah tangga tersebut.
?Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya,
agar dia merasa senang kepadanya. Maka, setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung
kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia
merasa berat, keduanya (suami-istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata, ?
Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang
yang bersyukur.?? (al-A?raaf : 189) Sumber: namaislami.com
"Apabila anak Adam meninggal dunia putuslah amalnya kecuali tiga perkara: shodaqoh jariyah,
ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kepadanya." (HR. Muslim).
Setiap pasangan suami istri beriman pasti merindukan anak sholeh. Untuk memiliki anak yang
sholeh, pasangan suami istri wajib berusaha menjadi sholeh terlebih dahulu. Dalam hal ini perlu
dipahami bahwa segala perilaku ibu dan bapak akan dicontoh putra-putrinya. Untuk itu, semua
ibu bapak harus menjadi teladan bagi anak-anaknya.
Setiap pasangan suami istri yang merindukan anak sholeh wajib memperbanyak amal mulia,
makan dan minum hanya yang halal saja, menjaga sholatnya, indah akhlaqnya, lembut hatinya,
semangat bekerja, berlaku taqwa dan terus-menerus berdzikir, wirid, memperbanyak membaca
do'a.
Berbicara tentang anak, Anda sah-sah saja mengharapkan ia kelak menjadi dokter, jendral,
ataupun presiden sekalipun. Tetapi menjadikannya sholeh-sholehah tetap prioritas utama!
Mengapa\/ Pertama, karena anak sholeh yang mendoakan ibu bapaknya adalah salah satu di
antara tiga amal yang pahalanya mengalir tiada habis-habisnya. Kedua, karenapermohonan
ampun anak sholeh, dapat mengangkat derajat orang tuanya dapat masuk surga. Keempat,
karena anak sholeh adalah peredam amarah Allah.
Segala sesuatu tergantung pada pendidikan yang sebenarnya. Ibu dan bapak adalah guru
pertamadan utama. Keluarga adalah pusat pendidikan yang sebenarnya. Al-Qur'an adalah materi
pendidikan utama yang harus diberikan sebelum lainnya. Jangan menunggu umur enam tahun,
jangan menunggu umur empat tahun. Mulailah sedini mungkin. Mulailah segera. Mulailah sejak
dalam kandungan. Ingat umur empat tahun sudah sangat terlambat!
Salah satu terobosan dalam melahirkan anak sholeh adalah dengan mengajar bayi anda
membaca Al-Qur'an sejak dalam kandungan. Apakah bisa? Insya Allah bisa! Anda hanya
membutuhkan kemauan, ketekunan, dan kesabaran. Sebagai bagian dari rasa syukur, inilah
berita gembira untuk Anda. Anak-anak kami hasil eksperimen program sekolah Al-Qur'an sejak
dalamkandungan menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan. Maryam Arrosikha, empat
tahun dapat membaca Al-Qur'an. empat bulan kemudian, dia dapat membaca cerita, buku, dan
majalah berhuruf latin, bahkan di TK, ia khatam Al-Qur'an 30 juz. Aisyah Mujahida, adiknya,
khatam membaca Al-Qur'an dan lancar membaca tulisan latin ketika di TK. Faqih Abdullah, anak
kami yang ketiga sejak berusia 13 bulan, Alhamdulillah menunjukkan kesenangan membaca
yang sangat tinggi. Dari pengalaman itu, kami menginginkan agar setiap bayi mendapatkan
pelajaran Al-Qur'an sejak dalam kandungan. Insya Allah sangat bermanfaat.
Bagaimana caranya?
Inilah pertanyaan yang paling sering disampaikan.
Jawabannya:
Rahasia sukses mengajar Al-Qur'an sejak dalam kandungan adalah
R-U-M-U-S-A-B-C-D
Apa maksudnya?
R = Rumah. Maksudnya rumah adalah pusat pendidikan sejati.
U = Usaha. Maksudnya ilmu itu dipelajari.
M = Metodis. Maksudnya metodenya cocok dan meyenangkan
U = Upah. Maksudnya setiap prestasi anak hendaknya dihargai (dicium, peluk yang hangat, dan
dipuji).
S = Sabar. Maksudnya ibu dan bapak harus betul-betul sabar. Ibu dan Bapak tidak boleh
mengatakan jangan nakal sambil berlaku nakal (misalnya mencubit, memukul, menjewer, atau
marah-marah) .
A = Ajeg. Maksudnya pemberian stimulasi hendaknya diberikan secara ajeg, walaupun sangat
sebentar.
B = Bermain. Maksudnya stimulasi diberikan sambil bermain. Dengan demikian, anak senang,
orangtuapun senang.
C = Contoh. Maksudnya orang tua hendaknya ,emjadi contoh atau mentor.
D = Do'a. Maksudnya orang tua berdo'a untuk kesusesan anak. Di samping segala sesuatu
diawali dan diakhiri dengan do'a.
Siapapun yang ingin memberikan pendidikan kepada anak-anaknya sejak dini ia tidak boleh
melewatkan masa emas belajar anaknya. Masa emas belajar itu adalah saat bayi di kandungan,
dan ketika bayi berusia nol sampai 4 tahun. Singkatnya, pendidikan empat tahun pertama sangat
menentukan. Pendidikan anak usia dini (0-6 tahn) lebih penting dibanding pendidikan dua puluh
tahun yang diberikan kemudian. Sayang sekali, banyak yang mengabaikan pentingnya
pendidikan usia dini. Sudah saatnya semua ibu bapak memperhatikan nasihat Buckminster Fuller
berikut ini. "Setiapanak terlahir jenius, tetapi kita memupus kejeniusan meeka dalam enam bulan
pertama."
Tugas seorang bayi bukanlah sekadar mami tipis (makan, minum, tidur, dan pipis (ngompol).
Ajaklah anak Anda bermain. Janganlah biarkan ia kesepian, nganggur, dan bengong. Ajaklah ia
belajar membaca sambil mengenal Tuhannya. Ikutilah metode penddiikan turunnya Al-Qur'an
wahyu pertama. Ajarilah anak Anda membaca Al-Qur'an sejak dalam kandungan.
berdoaPada posting sebelumnya, kita telah mengetahui bahwa hidayah dan taufik semata-mata
dari Allah dan kita hanya bisa berusaha dan berusaha, namun namanya hidayah tetap kita
serahkan pada-Nya.
Tidak usah jauh-jauh, cobalah kita perhatikan nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
penghulu para nabi. Lihatlah bagaimana kehidupan beliau. Perhatikanlah bahwa di waktu kecil
saja, beliau dalam keadaan yatim, sudah ditinggalkan ibu bapaknya. Beliau tumbuh dalam
keadaan fakir, lalu siapakah yang selalu menjaganya? Siapakah yang menumbuhkan
keimanannya? Siapakah yang mewahyukan kitab suci Al Qur’an padanya? Dialah Allah
subhanahu wa ta’ala, segala kenikmatan adalah dari-Nya, segala kemuliaan dan sanjungan
berhak ditujukan pada-Nya.
Jika kita telah mengetahui hal ini, yakin bahwa yang memberi hidayah adalah Allah dan yakin
pula bahwa setiap penjagaan adalah dari-Nya, maka hendaklah kita memanjatkan do’a pada-Nya
agar anak dan keturunan kita menjadi sholeh dan baik. Mintalah pada-Nya agar keturunan kita
senantiasa mendapat berkah, juga selamat dari berbagai bahaya dan kejelekan. Mintalah pada
Allah, semoga mereka senantiasa mendapatkan perlindungan dari gangguan setan, manusia
jahat, dan jin. Inilah kebiasaan orang sholih yang sebaiknya kita tiru.
ن ِإَماًما
َ جَعْلَنا ِلْلُمّتِقي
ْ ن َوا
ٍ عُي
ْ جَنا َوُذّرّياِتَنا ُقّرَة َأ
ِ ن َأْزَوا
ْ ب َلَنا ِم
ْ َرّبَنا َه
Do’a Kedua
Semoga kita bisa mengamalkan do’a yang mudah dihafalkan ini. Semoga kita tidak jemu untuk
selalu memanjatkan do’a kepada-Nya. Allah tidak mungkin membiarkan hamba-Nya yang
menengadahkan tangan kepada-Nya, lalu dia pulang dengan tangan hampa.
Ada pepatah yang mengatakan " Ajarlah anakmu sebaik-baiknya....dan berikanlah bekal yang
secukupnya untuk menghadapi masa depan...Karena masa yang dihadapi anakmu kelak...akan
sangat jauh beda dengan masa mu sekarang ini..." Kurang lebih begitulah bunyi pepatah itu.
Apakah artinya ya...???
Memang pendidikan anak melalui jalur formal saja tidak cukup. Bahkan kalau menurut Om Bob
Sadino.....sekolah itu hanya membuat anak semakin bodoh...karena hanya mengajarkan barang
basi berupa informasi. Tapi bagaimana kita bisa lepas dari sekolah. Semua orang tua berlomba-
lomba menyekolahkan anaknya ke sekolah yang tinggi...dengan harapan suatu saat menjadi
orang yang sukses. Tentu saja salah satu ukuran orang sukses adalah kaya secara materi ...dan
dihormati di masyarakat. Apakah itu saja ukuran sukses....?
Ya ...memang saat ini hampir semua orang mengejar materi dalam hidupnya adalah satu-
satunya tujuan hidup. Akibatnya mereka melupakan hal paling mendasar yang sebenarnya dicari
oleh manusia...yaitu kebahagiaan. Akibatnya apa...?
Banyak penyakit kejiwaan yang menghinggapi manusia. Rasa kehampaan yang luar biasa....rasa
keterasingan...dan rasa stress yang berat..Akibatnya banyak diantara mereka yang lari ke
narkoba...seks bebas....dan gaya hidup hedonisme...hura-hura dan semau gue.
Sekarang aja gejala seperti itu sudah sangat terasa dan terlihat terang. Apalagi 10 sampai 20
tahun mendatang...? Untuk itu anak kita harus mendapat bekal yang lebih baik lagi. Perlu
diajarkan caranya berlaku sabar, santun, percaya diri, hormat dan patuh...dan tawakal kepada
Allah swt. Dan yang nggak kalah pentingnya yaitu ...kita perlu melakukan tirakat untuk anak-anak
kita. Gimana caranya ya....?
Salah satu caranya adalah dengan melakukan puasa senin kamis dan sholat malam. Sambil
terus berdoa kepada Allah agar anak kita menjadi anak yang sholeh dan berguna bagi banyak
orang.