You are on page 1of 25

“Kapan Ruh Ditiupkan Ke Manusia?” ketegori Muslim.

Assalamualaikum warahmatullahi
wabarokatuh,

Ustad yth, singkat saja, kapankah Allah SWT meniupkan ruh ke manusia, bila masih dalam
kandungan pada bulan kehamilan keberapakah? Apakah benar setelah ruh ditiupkan bayi bisa
merespon sesuatu, seperti didengarkan musik, ayat-ayat Al-Quran, dan sebagainya?

Wassalam,

Aditya

Jawaban

Para ulama umumnya mengatakan bahwa ruh ditiupkan pada janin ketika berusia 120 hari, sejak
dari terbentuknya. Dalil-dalil yang dikemukakan cukup banyak, di antaranya adalah:

Dari Abdullah bin Mas’ud ra berkata bahwa


Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya setiap kamu dibentuk di perut ibunya
selama 40 hari, kemudian berbentuk ‘alaqah seperti itu juga, kemudian menjadi
mudhghah seperti itu juga. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh
dan menetapkan 4 masalah…. {HR.
Bukhari, Ibnu Majah, At-Tirmizy}

Para ulama kemudian menghitung ketiga masa itu


menjadi 40 hari tambah 40 hari tambah 40 hari, sehingga masa peniupan ruh itu
menjadi 120 hari sejak pertama kali janin terbentuk.

Inilah pendapat yang paling umum dipegang oleh para


ulama selama ini. Namun sebagian kecil lainnya melihat ada dalil lain yang tidak
sama. Misalnya hadits berikut ini.

Dari Hudzaifah bin Usaid raberkata, Aku mendengar


Rasulullah SAW bersabda, Apabila nutfah telah berusia empat puluh dua malam,
maka Allah mengutus malaikat, lalu dibuatkan bentuknya, diciptakan
pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulangnya. Kemudian
malaikat bertanya, ra Rabbi, laki-laki ataukah perempuan?` Lalu Rabb-mu
menentukan sesuai dengan kehendak-Nya, dan malaikat menulisnya, kemudian dia
bertanya, Ya Rabbi, bagaimana ajalnya?` Lalu Rabb-mu menetapkan sesuai dengan
yang dikehendaki-Nya, dan malaikat menulisnya. Kemudian ia bertanya, `Ya Rabbi,
bagaimana rezekinya?` Lalu Rabb-mu menentukan sesuai dengan yang dikehendaki-Nya,
dan malaikat menulisnya. Kemudian malaikat itu keluar dengan membawa lembaran
catatannya, maka ia tidak menambah dan tidak mengurangi apa yang diperintahkan
itu. Hadits ini
menjelaskan diutusnya malaikat dan dibuatnya bentuk bagi nutfah setelah berusia
enam minggu , bukan setelah berusia 120 hari sebagaimana
disebutkan dalam hadits di atas. Sehingga sebagian ulama berpendapat bahwa
peniupan ruh itu dilakukan pada usia janin 42 hari berdasarkan hadits ini.

Namun sebagian ulama lainnya mengkompromikan kedua


hadits tersebut dengan mengatakan bahwa malaikat itu diutus beberapa kali,
pertama pada waktu nutfah berusia empat puluh hari, dan kali lain pada waktu
berusia empat puluh kali tiga hari untuk meniupkan ruh.

Secara nalar bila disebutkan bahwa ruh ditiupkan,


maka wajar bila janin itu kemudian bisa merespon suara. Akan tetapi apakah
respon itu hanya akan terjadi manakala ruh sudah ditiupkan, tentu perlu
diselidiki lebih lanjut. Sebab respon itu ada yang berasal dari makhluq bernyawa,
tetapi ada juga dari makhluq yang belum bernyawa.

Wallahu a’lam bishshawab wassalamu ‘alaikum


warahmatullahi wabarakatuh

Ahmad Sarwat, Lc.

120 hari: Janin dan Ruh PDF Print E-mail


Written by Intan Risna
Wednesday, 09 December 2009 17:58
embryo1Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas'ud ra. berkata, Rasulullah shalallahu'alaihi
wassalam yang jujur dan terpercaya bersabda kepada kami,
"Sesungguhnya penciptaan kalian dikumpulkan dalam rahim ibu, selama 40 hari berupa nutfah
(sperma), lalu menjadi alaqah (segumpal darah) selama itu pula, lalu menjadi mudhghah
(segumpal daging) selama itu pula. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh dan
mencatat 4 perkara yang telah ditentukan, yaitu: rezeki, ajal, amal dan sengsara atau
bahagianya...."
(HR Bukhari dan Muslim)

TAHAPAN PERKEMBANGAN JANIN


Hadits ini menjelaskan bahwa selama seratus dua puluh hari janin mengalami 3 kali
perkembangan. Perkembangan tersebut terjadi setiap 40 hari. morula

* Empat puluh hari pertama, janin masih berbentuk nuthfah.


* Empat puluh hari kedua berbentuk gumpalan darah
* Empat puluh hari berikutnya menjadi segumpal daging

Setelah 120 hari, malaikat meniupkan ruh kedalamnya dan ditetapkan bagi janin tersebut empat
ketentuan diatas.

Perkembangan janin juga disebutkan dalam Al-Qur'an. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
"Wahai sekalian manusia jika kalian ragu-ragu terhadap hari kebangkitan, maka (ingatlah)
sesungguhnya Aku telah menciptakanmu dari tanah, lalu dari setetes air, kemudian menjadi
segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging" (Al-Hajj: 5)embryo2

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari satu sari pati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan
segumpal daging dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging, kemudian kami jadikan dia makhluq yang (berbentuk) lain.
Mahasuci Allah, Pencipta yang Paling Baik" (Al-Mukminuun: 12-14)

embryo3
Dalam ayat ini Allah menyebutkan 4 tahapan penciptaan manusia yang ada dalam hadits di atas
dan menambah 4 tahapan yang lain. Sehingga menjadi 7 tahapan. Ibnu Abbas ra. berkata, "Anak
Adam diciptakan melalui 7 tahapan". Lalu ia membaca ayat di atas.

Hikmah diciptakannya manusia secara bertahap, padahal Allah sebenarnya mampu untuk
menciptakan secara langsung dan dalam waktu yang singkat, adalah untuk menyesuaikan
dengan sunatullah yang berlaku di alam semesta. Semuanya berjalan sesuai hukum sebab
akibat. Semua ini justru menandakan kekuasaan Allah yang sangat besar.
Hikmah lainnya, agar manusia berhati-hati dalam melakukan segala urusannya, tidak terburu-
buru. Juga mengajarkan kepada manusia bahwa untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan
sempurna baik dalam masalah2 batin maupun lahir, adalah dengan melakukannya dengan
penuh hati-hati dan bertahap.

bayiPENIUPAN RUH
Para ulama sepakat bahwa ruh ditiupkan pada janin ketika janin berusia seratus duapuluh hari
terhitung sejak bertemunya sel sperma dengan ovum. Artinya, peniupan tersebut ketika janin
berusia 4 bulan penuh, masuk bulan ke 5. Pada masa inilah segala hukum mulai berlaku
padanya. Karena itu wanita yang ditinggal mati suaminya menjalani masa iddah selama 4 bulan
10 hari untuk memastikan bahwa ia tidak hamil dari suaminya yang meninggal, agar tidak
menimbulkan keraguan ketika ia menikah lagi lalu hamil.
bayi_besar
Ruh adalah sesuatu yang membuat manusia hidup. Ini sepenuhnya urusan Allah swt.
sebagaimana yang dinyatakan dalam firmanNya:
"Dan mereka bertanya tentang ruh. Katakanlah, hai Muhammad, 'Bahwa ruh adalah urusan
Tuhanku, dan tidaklah ia diberi ilmu kecuali sangat sedikit" (Al-Israa': 85)

embryo_stages

? Abduh Zulfidar Akaha

Prolog

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mau tidak mau juga membawa dampak
kemajuan bagi dunia kedokteran. Dan, seiring dengan perkembangan yang sangat pesat di
bidang medis, penyakit manusia pun menjadi semakin kompleks dan variatif. Meskipun bisa jadi,
penyakit-penyakit semacam lever, kanker, tumor, jantung koroner, ginjal, paru-paru basah,
stroke, dan lain-lain, sudah ada sejak dulu, namun setidaknya, jenis penyakitnya baru dapat
dideteksi dan ditemukan obatnya akhir-akhir ini. Mungkin hanya AIDS saja yang belum
ditemukan obatnya. Sekiranya memang AIDS adalah suatu penyakit, bukan laknat Tuhan.

Tidak semua yang berurusan dengan dokter adalah orang sakit. Orang sehat pun bisa
saja punya urusan dengan dokter. Karena, memang yang dibahas dan dipelajari dalam dunia
kedokteran bukan hanya penyakit. Namun segala hal yang berkaitan dengan penyakit. Termasuk
orang sehat yang lalu ‘menjadi sakit’ karena dilakukan tindakan medis terhadap dirinya. Misalnya,
perempuan yang aborsi, orang yang mendonorkan sebagian anggota badannya, atau orang yang
ingin operasi plastik untuk mempercantik diri. Sebetulnya, pada dasarnya orang tersebut tidak
sakit. Tetapi karena dilakukan tindakan medis terhadap dirinya, maka urusannya pun menjadi
berkaitan dengan kedokteran dan para dokter.

Fikih Kedokteran dan Urgensinya

Fikih kedokteran adalah suatu tinjauan komprehensif dari sudut pandang fikih Islam
dalam masalah-masalah kedokteran, dengan disertai dalil-dalil yang bisa dipertanggungjawabkan
yang bersumber dari Al-Qur`an dan sunnah, serta pendapat para ulama yang berkompeten.

Kemudian, karena sudut pandangnya adalah fikih Islam, maka yang paling dominan
dalam hal ini adalah dalil-dalil yang Islami. Sehingga para ulama dan ahli fikihlah yang banyak
berperan menentukan hukum boleh tidaknya suatu tindakan medis. Adapun peran para dokter
dan praktisi kesehatan, adalah memberikan penjelasan serta pertimbangan tentang masalah-
masalah yang dibahas.

Urgensitas fikih kedokteran ini, tentu saja untuk mengetahui hukum halal dan haram
dalam berbagai tindakan medis yang berhubungan dengan dunia kedokteran. Dengan demikian,
seorang dokter atau siapa pun, tidak akan terjebak untuk menghalalkan perbuatan yang haram
ataupun mengharamkan perbuatan yang halal.

Duhai, alangkah idealnya jika seorang dokter memiliki wawasan keislaman yang
memadai. Sehingga dia dapat menghindarkan dirinya dari suatu tindakan medis yang –
sebetulnya– diharamkan, dan sanggup menentukan hukum dalam tindakan medis yang
dihadapinya. Selain itu, dia juga akan dapat menegakkan kebenaran yang diyakininya sebagai
suatu kebenaran dalam dunia kedokteran yang digelutinya.

Sebaliknya, sungguh suatu hal yang membanggakan jika para ulama menguasai ilmu
kedokteran. Dan, ini bukan mungkin. Karena sejarah telah mencatat dengan tinta emas, bahwa
sebagian dari ulama kaum muslimin masa lalu, adalah pakar di bidang kedokteran. Sebutlah
misalnya; Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Farabi, Ibnul Qayyim, dan lain-lain. Kepakaran mereka
dalam ilmu kedokteran tidak diragukan lagi.

Awal Kehidupan Manusia

Berdasarkan dalil-dalil syariat, para ulama mengatakan bahwa awal kehidupan seorang
manusia dimulai setelah janin berusia empat bulan di dalam kandungan ibunya. Adapun sebelum
itu tidak dapat disebut sebagai kehidupan, meskipun ada tanda-tanda kehidupan; seperti
perkembangan pembentukan, dan gerakan-gerakan janin.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

ُ‫ت َوُيَقال‬
ٍ ‫ل َمَلًكا َفُيْؤَمُر ِبَأْرَبِع َكِلَما‬
ُّ ‫ث ا‬ُ ‫ك ُثّم َيْبَع‬
َ ‫ل َذِل‬
َ ‫ضَغًة ِمْث‬
ْ ‫ن ُم‬
ُ ‫ك ُثّم َيُكو‬
َ ‫ل َذِل‬
َ ‫عَلَقًة ِمْث‬
َ ‫ن‬
ُ ‫ن َيْوًما ُثّم َيُكو‬
َ ‫ن ُأّمِه َأْرَبِعي‬
ِ‫ط‬ْ ‫خْلُقُه ِفي َب‬
َ ‫جَمُع‬
ْ ‫حَدُكْم ُي‬
َ ‫ن َأ‬
ّ ‫ِإ‬
‫ )متفق عليه‬. ‫سِعيٌد‬ َ ‫ي َأْو‬ ّ ‫شِق‬ َ ‫جَلُه َو‬
َ ‫عَمَلُه َوِرْزَقُه َوَأ‬َ ‫ب‬ْ ‫)َلُه اْكُت‬

“Sesungguhnyan kejadian seseorang itu dikumpulkan di dalam perut ibunya selama empat puluh
hari. Setelah genap empat puluh hari kedua, terbentuklah segumpal darah beku. Manakala
genap empat puluh hari ketiga, berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah mengutus
seorang malaikat untuk meniupkan roh, lalu malaikat itu diperintahkan untuk menuliskan empat
perkara. Dikatakan kepadanya; Tulislah amalnya, rezekinya, ajalnya, dan (nasibnya) celaka atau
bahagia.” (Muttafaq Alaih)

Jadi, kehidupan seorang manusia baru dimulai setelah ditiupkan roh kepadanya, yakni pada
empat puluh hari yang ketiga (120 hari/empat bulan) saat dia masih berada dalam rahim ibunya.
Bukan pada saat seorang perempuan dinyatakan hamil, atau bukan pula ketika jabang bayi
dilahirkan ke dunia. Itulah makanya, Adam baru ‘resmi’ menjadi manusia setelah Allah
meniupkan roh kepadanya. Meskipun sebelumnya, jasad Adam sudah ada terlebih dahulu, dan
para malaikat serta iblis sudah mengetahui bahwa Allah akan menciptakan seorang manusia
yang akan dijadikan sebagai khalifah di muka bumi.

Akhir Kehidupan Manusia

Kebalikan dari awal kehidupan manusia, maka akhir kehidupan seorang manusia adalah
berpisahnya roh dari jasadnya. Sebab, manakala seseorang sudah ditinggalkan rohnya atau
rohnya sudah diambil kembali oleh Yang Punya –via Malaikat Izrail, maka habis sudah masa
hidupnya di dunia ini. Tidak ada aktivitas apa pun yang dapat dia lakukan lagi. Sekalipun
mungkin, sebagian dari anggota tubuhnya masih bisa dimanfaatkan sekiranya memang akan
dimanfaatkan. Karena, ketika seseorang dinyatakan meninggal, sebagian organ tubuhnya –
seperti; otak, mata, jantung, dsb.– masih dapat berfungsi dengan baik, jika difungsikan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

ٍ ‫لَيا‬
‫ت‬ َ ‫ك‬
َ ‫ن ِفي َذِل‬
ّ ‫سّمى ِإ‬
َ ‫ل ُم‬ ٍ‫ج‬ َ ‫خَرى ِإَلى َأ‬
ْ‫ل‬ُْ ‫ل ا‬
ُ‫س‬ِ ‫ت َوُيْر‬
َ ‫عَلْيَها اْلَمْو‬
َ ‫ضى‬
َ ‫ك اّلِتي َق‬
ُ‫س‬
ِ ‫ت ِفي َمَناِمَها َفُيْم‬
ْ ‫ن َمْوِتَها َواّلِتي َلْم َتُم‬
َ ‫حي‬
ِ ‫س‬
َ ‫لنُف‬
َْ ‫ل َيَتَوّفى ا‬
ُّ ‫ا‬
42 : ‫ )الزمر‬. ‫ن‬ َ ‫)ّلَقْوٍم َيَتَفّكُرو‬

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa orang yang belum
mati di waktu tidurnya. Dia menahan jiwa yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan
jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” (Az-Zumar: 42)

Memegang jiwa orang ketika matinya, maksudnya yaitu memegang jiwa orang yang mati
ketika ajalnya tiba. Dan yang dimaksud dengan jiwa dalam ayat di atas, adalah roh (baca:
nyawa). Masalahnya, untuk menentukan apakah seseorang sudah meninggal atau belum, tidak
dapat dilakukan oleh sembarang orang. Harus diakui, bahwa dalam hal ini, peran dokter
sangatlah penting. Sekiranya seorang dokter sudah menyatakan seseorang meninggal dunia
dengan berdasarkan teori keilmuan yang dimilikinya, maka itu artinya orang tersebut telah
dicabut nyawanya, atau ditinggalkan rohnya.

Yang jelas, dalam kondisi tertentu, berhentinya fungsi (detak) jantung, atau tidak
beroperasinya otak, atau nafas yang sudah tidak berhembus; bukan berarti menjadi jaminan
bahwa seseorang telah meninggal.

Korelasi Antara Pembahasan roh dan Kehidupan Manusia

- Seorang manusia disebut sebagai manusia jika terdiri dari dua unsur, yaitu roh dan jasad.

- Perlakuan medis ataupun non-medis terhadap manusia hidup dan manusia mati ada
perbedaan hukumnya.

- Yang membuat manusia hidup adalah keberadaan roh dalam jasadnya.

- Yang membuat manusia mati adalah berpisahnya roh dari jasadnya, bukan karena
berhentinya detak jantung.

- Yang menggerakkan segala aktivitas manusia secara sadar dan sengaja adalah roh, bukan
otak.

- Yang menggerakkan anggota badan secara tidak sadar dan tidak sengaja (gerakan refleks)
adalah bukan roh, juga bukan otak. Ia adalah suatu kehidupan lain yang menyertai manusia.

- Jasad hanyalah alat dan tempat, roh adalah rajanya. Jasad hanya menjalankan perintah
dari roh. Dengan demikian, kaki orang pertama yang meninggal dan dicangkokkan pada orang
kedua yang masih hidup, lalu kaki tersebut dipakai untuk melakukan maksiat, maka yang disiksa
adalah (roh) orang yang kedua.

Perbedaan Persepsi Antara Ulama Syariat dan Dokter


- Sebagian dokter menganggap bahwa janin telah hidup sejak dia bisa bergerak-gerak dan
tampak perkembangannya. Sedangkan ulama mengatakan, bahwa kehidupan baru ada setelah
janin berusia empat bulan, yakni setelah ditiupkan roh kepadanya.

- Menurut dokter, tanda orang mati adalah tidak berfungsinya otak atau berhentinya detak
jantung. Adapun para ulama mengatakan, bahwa kematian terjadi karena berpisahnya roh dari
jasadnya.

- Menurut dokter, gerakan refleks digerakkan oleh alam bawah sadar atau disebut juga
gerakan non-motorik. Sedangkan menurut ulama, gerakan refleks atau gerakan-gerakan di luar
kehendak digerakkan oleh alam kehidupan lain yang menyertai manusia.

- Menurut dokter, gerakan janin di bawah empat bulan adalah murni gerakan janin. Menurut
ulama, hal itu adalah gerakan di luar janin, karena ia belum hidup.

Pemanfaatan Janin untuk Eksperimentasi Ilmiah

Janin, berasal dari bahasa Arab, jamaknya adalah ajinnah dan ajnan. Diambil dari kata
janna, yang artinya menutupi diri. Janin manusia adalah makhluk yang tercipta di dalam rahim
seorang wanita dari hasil pertemuan antara sel telur dengan sel sperma seorang laki-laki. Atau
dengan kata lain, janin yaitu jabang bayi yang berada di dalam perut ibunya. Dinamakan janin,
karena ia tertutupi oleh perut ibunya. Itulah makanya, bayi yang telah lahir tidak bisa disebut
sebagai janin. Dan, ia tetap disebut sebagai janin selama masih berada dalam perut ibunya,
sejak fase perkembangan pertama hingga waktu dilahirkan.

Tentang hukum pemanfaatan janin ini untuk eksperimentasi ilmiah atau pencangkokan,
terdapat sedikit perbedaan di kalangan ulama syariat jika janin tersebut belum berusia empat
bulan. Mayoritas ulama membolehkan pemanfaatan janin sebelum usia empat bulan ini. Karena
sebelum empat bulan, janin belum mempunyai roh, atau belum ditiupkan roh kepadanya. Artinya,
dia belum menjadi manusia. Dia bukanlah makhluk yang memiliki roh. Menurut para ulama yang
membolehkannya, hal ini bukan berarti pembunuhan. Sebab, tidak dapat dikatakan sebagai
pembunuhan kecuali jika yang dibunuh mempunyai roh. Dan, bayi yang belum berusia empat
bulan belum mempunyai roh.

Adapun sebagian kecil ulama yang melarang, mengatakan bahwa hal ini meskipun tidak
bisa disebut sebagai pembunuhan, namun ini adalah penganiayaan terhadap janin. Selain itu,
tindakan ini juga bisa bermakna pembunuhan, dalam arti membunuh perkembangan janin hidup
yang dapat diharapkan pertumbuhannya. Dan, bagaimanapun juga janin tersebut adalah calon
manusia yang akan menjadi manusia sebagaimana manusia lain. Namun demikian, mereka
mengatakan bahwa jika hal ini harus dilakukan untuk suatu keperluan yang darurat dan lebih
banyak manfaatnya daripada mudharatnya, apalagi untuk menolong jiwa manusia lain yang
sudah jelas kehidupannya, mereka masih bisa menerima.

Selanjutnya, jika janin telah berusia lebih dari seratus dua puluh hari (empat bulan), maka
para ulama bersepakat bahwa hukumnya adalah haram. Karena ini berarti pembunuhan
terhadap manusia. Sebab janin yang sudah berusia empat bulan, dia sudah mempunyai roh.
Dan, makhluk yang mempunyai roh adalah makhluk hidup. Dan (lagi), suatu tindak pembunuhan
dinamakan sebagai pembunuhan, jika yang dibunuh adalah makhluk hidup.

Akan tetapi, sekalipun janin tersebut telah berusia lebih dari empat bulan, namun oleh
dokter diputuskan sudah mati
Tahapan pertumbuhan janin yang dijelaskan dalam hadits ini , belum terdeteksi oleh ilmu
kedokteran kecuali pada masa-masa akhir. Hal ini adalah bukti kemu'jizatan Al-Qur'an dan As-
Sunnah yang sangat nyata.

Sekarang, mari kita tengok sedikit fakta yang telah diungkap oleh ilmu kedokteran:

* Seluruh struktur utama (internal dan eksternal) janin berkembang pesat selama pekan
keempat sampai kedelapan. Pada akhir periode ini, sistem organ utama telah berkembang,
namun fungsinya masih minimal kecuali pada sistem kardiovaskular.
* Selama pembentukan jaringan dan organ, janin (embrio) mengalami perubahan bentuk, dan
saat akhir pekan ke 8, sudah nampak seperti bayi.

* Memasuki pekan ke 9, embrio berganti nama menjadi fetus. Perubahan nama ini berarti
sebagai tanda bahwa embrio telah berkembang menjadi makhluk yang dapat dikenali serta
seluruh sistem organ utama telah terbentuk.
* Sistem organ yang pertama kali berfungsi adalah Sistem kardiovaskuler. Masih ingat kapan
pertama kali jantung berdegup di dalam rahim?? Yap, saat awal pekan keempat.

Kalau kita kaitkan hadits diatas dengan penelitian para ahli kedokteran:

Waktu pertama kali jantung berdetak: Awal pekan keempat (sekitar hari ke 22)
Waktu ditiupkannya ruh: Setelah hari ke 120.

Jadi, detak jantung tidak menandakan bahwa ruh telah ada.

Allahu'alam bishshawwab. :) Mohon tanggapannya......

Sumber:
- Al-Wafi Syarah Kitab Arba'in An-Nawawiyah. Fiqhul Hadits Keempat: Tahapan Penciptaan
Manusia dan Amalan Terakhirnya.
- Moore & Persaud. The Developing Human. 7th Ed: Elsevier; 2005

? Abduh Zulfidar Akaha

Prolog

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mau tidak mau juga membawa dampak
kemajuan bagi dunia kedokteran. Dan, seiring dengan perkembangan yang sangat pesat di
bidang medis, penyakit manusia pun menjadi semakin kompleks dan variatif. Meskipun bisa jadi,
penyakit-penyakit semacam lever, kanker, tumor, jantung koroner, ginjal, paru-paru basah,
stroke, dan lain-lain, sudah ada sejak dulu, namun setidaknya, jenis penyakitnya baru dapat
dideteksi dan ditemukan obatnya akhir-akhir ini. Mungkin hanya AIDS saja yang belum
ditemukan obatnya. Sekiranya memang AIDS adalah suatu penyakit, bukan laknat Tuhan.

Tidak semua yang berurusan dengan dokter adalah orang sakit. Orang sehat pun bisa
saja punya urusan dengan dokter. Karena, memang yang dibahas dan dipelajari dalam dunia
kedokteran bukan hanya penyakit. Namun segala hal yang berkaitan dengan penyakit. Termasuk
orang sehat yang lalu ‘menjadi sakit’ karena dilakukan tindakan medis terhadap dirinya. Misalnya,
perempuan yang aborsi, orang yang mendonorkan sebagian anggota badannya, atau orang yang
ingin operasi plastik untuk mempercantik diri. Sebetulnya, pada dasarnya orang tersebut tidak
sakit. Tetapi karena dilakukan tindakan medis terhadap dirinya, maka urusannya pun menjadi
berkaitan dengan kedokteran dan para dokter.

Fikih Kedokteran dan Urgensinya

Fikih kedokteran adalah suatu tinjauan komprehensif dari sudut pandang fikih Islam
dalam masalah-masalah kedokteran, dengan disertai dalil-dalil yang bisa dipertanggungjawabkan
yang bersumber dari Al-Qur`an dan sunnah, serta pendapat para ulama yang berkompeten.

Kemudian, karena sudut pandangnya adalah fikih Islam, maka yang paling dominan
dalam hal ini adalah dalil-dalil yang Islami. Sehingga para ulama dan ahli fikihlah yang banyak
berperan menentukan hukum boleh tidaknya suatu tindakan medis. Adapun peran para dokter
dan praktisi kesehatan, adalah memberikan penjelasan serta pertimbangan tentang masalah-
masalah yang dibahas.

Urgensitas fikih kedokteran ini, tentu saja untuk mengetahui hukum halal dan haram
dalam berbagai tindakan medis yang berhubungan dengan dunia kedokteran. Dengan demikian,
seorang dokter atau siapa pun, tidak akan terjebak untuk menghalalkan perbuatan yang haram
ataupun mengharamkan perbuatan yang halal.

Duhai, alangkah idealnya jika seorang dokter memiliki wawasan keislaman yang
memadai. Sehingga dia dapat menghindarkan dirinya dari suatu tindakan medis yang –
sebetulnya– diharamkan, dan sanggup menentukan hukum dalam tindakan medis yang
dihadapinya. Selain itu, dia juga akan dapat menegakkan kebenaran yang diyakininya sebagai
suatu kebenaran dalam dunia kedokteran yang digelutinya.

Sebaliknya, sungguh suatu hal yang membanggakan jika para ulama menguasai ilmu
kedokteran. Dan, ini bukan mungkin. Karena sejarah telah mencatat dengan tinta emas, bahwa
sebagian dari ulama kaum muslimin masa lalu, adalah pakar di bidang kedokteran. Sebutlah
misalnya; Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Farabi, Ibnul Qayyim, dan lain-lain. Kepakaran mereka
dalam ilmu kedokteran tidak diragukan lagi.

Awal Kehidupan Manusia

Berdasarkan dalil-dalil syariat, para ulama mengatakan bahwa awal kehidupan seorang
manusia dimulai setelah janin berusia empat bulan di dalam kandungan ibunya. Adapun sebelum
itu tidak dapat disebut sebagai kehidupan, meskipun ada tanda-tanda kehidupan; seperti
perkembangan pembentukan, dan gerakan-gerakan janin.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,


ُ‫ت َوُيَقال‬
ٍ ‫ل َمَلًكا َفُيْؤَمُر ِبَأْرَبِع َكِلَما‬
ُّ ‫ث ا‬ُ ‫ك ُثّم َيْبَع‬
َ ‫ل َذِل‬
َ ‫ضَغًة ِمْث‬
ْ ‫ن ُم‬
ُ ‫ك ُثّم َيُكو‬
َ ‫ل َذِل‬
َ ‫عَلَقًة ِمْث‬
َ ‫ن‬
ُ ‫ن َيْوًما ُثّم َيُكو‬
َ ‫ن ُأّمِه َأْرَبِعي‬
ِ‫ط‬ْ ‫خْلُقُه ِفي َب‬
َ ‫جَمُع‬
ْ ‫حَدُكْم ُي‬
َ ‫ن َأ‬
ّ ‫ِإ‬
‫ )متفق عليه‬. ‫سِعيٌد‬ َ ‫ي َأْو‬ ّ ‫شِق‬ َ ‫جَلُه َو‬
َ ‫عَمَلُه َوِرْزَقُه َوَأ‬َ ‫ب‬ْ ‫)َلُه اْكُت‬

“Sesungguhnyan kejadian seseorang itu dikumpulkan di dalam perut ibunya selama empat puluh
hari. Setelah genap empat puluh hari kedua, terbentuklah segumpal darah beku. Manakala
genap empat puluh hari ketiga, berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah mengutus
seorang malaikat untuk meniupkan roh, lalu malaikat itu diperintahkan untuk menuliskan empat
perkara. Dikatakan kepadanya; Tulislah amalnya, rezekinya, ajalnya, dan (nasibnya) celaka atau
bahagia.” (Muttafaq Alaih)

Jadi, kehidupan seorang manusia baru dimulai setelah ditiupkan roh kepadanya, yakni pada
empat puluh hari yang ketiga (120 hari/empat bulan) saat dia masih berada dalam rahim ibunya.
Bukan pada saat seorang perempuan dinyatakan hamil, atau bukan pula ketika jabang bayi
dilahirkan ke dunia. Itulah makanya, Adam baru ‘resmi’ menjadi manusia setelah Allah
meniupkan roh kepadanya. Meskipun sebelumnya, jasad Adam sudah ada terlebih dahulu, dan
para malaikat serta iblis sudah mengetahui bahwa Allah akan menciptakan seorang manusia
yang akan dijadikan sebagai khalifah di muka bumi.

Akhir Kehidupan Manusia

Kebalikan dari awal kehidupan manusia, maka akhir kehidupan seorang manusia adalah
berpisahnya roh dari jasadnya. Sebab, manakala seseorang sudah ditinggalkan rohnya atau
rohnya sudah diambil kembali oleh Yang Punya –via Malaikat Izrail, maka habis sudah masa
hidupnya di dunia ini. Tidak ada aktivitas apa pun yang dapat dia lakukan lagi. Sekalipun
mungkin, sebagian dari anggota tubuhnya masih bisa dimanfaatkan sekiranya memang akan
dimanfaatkan. Karena, ketika seseorang dinyatakan meninggal, sebagian organ tubuhnya –
seperti; otak, mata, jantung, dsb.– masih dapat berfungsi dengan baik, jika difungsikan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

ٍ ‫لَيا‬
‫ت‬ َ ‫ك‬
َ ‫ن ِفي َذِل‬
ّ ‫سّمى ِإ‬
َ ‫ل ُم‬ ٍ‫ج‬ َ ‫خَرى ِإَلى َأ‬
ْ‫ل‬ُْ ‫ل ا‬
ُ‫س‬ِ ‫ت َوُيْر‬
َ ‫عَلْيَها اْلَمْو‬
َ ‫ضى‬
َ ‫ك اّلِتي َق‬
ُ‫س‬
ِ ‫ت ِفي َمَناِمَها َفُيْم‬
ْ ‫ن َمْوِتَها َواّلِتي َلْم َتُم‬
َ ‫حي‬
ِ ‫س‬
َ ‫لنُف‬
َْ ‫ل َيَتَوّفى ا‬
ُّ ‫ا‬
42 : ‫ )الزمر‬. ‫ن‬ َ ‫)ّلَقْوٍم َيَتَفّكُرو‬

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa orang yang belum
mati di waktu tidurnya. Dia menahan jiwa yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan
jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” (Az-Zumar: 42)

Memegang jiwa orang ketika matinya, maksudnya yaitu memegang jiwa orang yang mati
ketika ajalnya tiba. Dan yang dimaksud dengan jiwa dalam ayat di atas, adalah roh (baca:
nyawa). Masalahnya, untuk menentukan apakah seseorang sudah meninggal atau belum, tidak
dapat dilakukan oleh sembarang orang. Harus diakui, bahwa dalam hal ini, peran dokter
sangatlah penting. Sekiranya seorang dokter sudah menyatakan seseorang meninggal dunia
dengan berdasarkan teori keilmuan yang dimilikinya, maka itu artinya orang tersebut telah
dicabut nyawanya, atau ditinggalkan rohnya.

Yang jelas, dalam kondisi tertentu, berhentinya fungsi (detak) jantung, atau tidak
beroperasinya otak, atau nafas yang sudah tidak berhembus; bukan berarti menjadi jaminan
bahwa seseorang telah meninggal.

Korelasi Antara Pembahasan roh dan Kehidupan Manusia


- Seorang manusia disebut sebagai manusia jika terdiri dari dua unsur, yaitu roh dan jasad.

- Perlakuan medis ataupun non-medis terhadap manusia hidup dan manusia mati ada
perbedaan hukumnya.

- Yang membuat manusia hidup adalah keberadaan roh dalam jasadnya.

- Yang membuat manusia mati adalah berpisahnya roh dari jasadnya, bukan karena
berhentinya detak jantung.

- Yang menggerakkan segala aktivitas manusia secara sadar dan sengaja adalah roh, bukan
otak.

- Yang menggerakkan anggota badan secara tidak sadar dan tidak sengaja (gerakan refleks)
adalah bukan roh, juga bukan otak. Ia adalah suatu kehidupan lain yang menyertai manusia.

- Jasad hanyalah alat dan tempat, roh adalah rajanya. Jasad hanya menjalankan perintah
dari roh. Dengan demikian, kaki orang pertama yang meninggal dan dicangkokkan pada orang
kedua yang masih hidup, lalu kaki tersebut dipakai untuk melakukan maksiat, maka yang disiksa
adalah (roh) orang yang kedua.

Perbedaan Persepsi Antara Ulama Syariat dan Dokter

- Sebagian dokter menganggap bahwa janin telah hidup sejak dia bisa bergerak-gerak dan
tampak perkembangannya. Sedangkan ulama mengatakan, bahwa kehidupan baru ada setelah
janin berusia empat bulan, yakni setelah ditiupkan roh kepadanya.

- Menurut dokter, tanda orang mati adalah tidak berfungsinya otak atau berhentinya detak
jantung. Adapun para ulama mengatakan, bahwa kematian terjadi karena berpisahnya roh dari
jasadnya.

- Menurut dokter, gerakan refleks digerakkan oleh alam bawah sadar atau disebut juga
gerakan non-motorik. Sedangkan menurut ulama, gerakan refleks atau gerakan-gerakan di luar
kehendak digerakkan oleh alam kehidupan lain yang menyertai manusia.

- Menurut dokter, gerakan janin di bawah empat bulan adalah murni gerakan janin. Menurut
ulama, hal itu adalah gerakan di luar janin, karena ia belum hidup.

Pemanfaatan Janin untuk Eksperimentasi Ilmiah

Janin, berasal dari bahasa Arab, jamaknya adalah ajinnah dan ajnan. Diambil dari kata
janna, yang artinya menutupi diri. Janin manusia adalah makhluk yang tercipta di dalam rahim
seorang wanita dari hasil pertemuan antara sel telur dengan sel sperma seorang laki-laki. Atau
dengan kata lain, janin yaitu jabang bayi yang berada di dalam perut ibunya. Dinamakan janin,
karena ia tertutupi oleh perut ibunya. Itulah makanya, bayi yang telah lahir tidak bisa disebut
sebagai janin. Dan, ia tetap disebut sebagai janin selama masih berada dalam perut ibunya,
sejak fase perkembangan pertama hingga waktu dilahirkan.

Tentang hukum pemanfaatan janin ini untuk eksperimentasi ilmiah atau pencangkokan,
terdapat sedikit perbedaan di kalangan ulama syariat jika janin tersebut belum berusia empat
bulan. Mayoritas ulama membolehkan pemanfaatan janin sebelum usia empat bulan ini. Karena
sebelum empat bulan, janin belum mempunyai roh, atau belum ditiupkan roh kepadanya. Artinya,
dia belum menjadi manusia. Dia bukanlah makhluk yang memiliki roh. Menurut para ulama yang
membolehkannya, hal ini bukan berarti pembunuhan. Sebab, tidak dapat dikatakan sebagai
pembunuhan kecuali jika yang dibunuh mempunyai roh. Dan, bayi yang belum berusia empat
bulan belum mempunyai roh.

Adapun sebagian kecil ulama yang melarang, mengatakan bahwa hal ini meskipun tidak
bisa disebut sebagai pembunuhan, namun ini adalah penganiayaan terhadap janin. Selain itu,
tindakan ini juga bisa bermakna pembunuhan, dalam arti membunuh perkembangan janin hidup
yang dapat diharapkan pertumbuhannya. Dan, bagaimanapun juga janin tersebut adalah calon
manusia yang akan menjadi manusia sebagaimana manusia lain. Namun demikian, mereka
mengatakan bahwa jika hal ini harus dilakukan untuk suatu keperluan yang darurat dan lebih
banyak manfaatnya daripada mudharatnya, apalagi untuk menolong jiwa manusia lain yang
sudah jelas kehidupannya, mereka masih bisa menerima.

Selanjutnya, jika janin telah berusia lebih dari seratus dua puluh hari (empat bulan), maka
para ulama bersepakat bahwa hukumnya adalah haram. Karena ini berarti pembunuhan
terhadap manusia. Sebab janin yang sudah berusia empat bulan, dia sudah mempunyai roh.
Dan, makhluk yang mempunyai roh adalah makhluk hidup. Dan (lagi), suatu tindak pembunuhan
dinamakan sebagai pembunuhan, jika yang dibunuh adalah makhluk hidup.

Akan tetapi, sekalipun janin tersebut telah berusia lebih dari empat bulan, namun oleh
dokter diputuskan sudah mati –baik di dalam ataupun di luar perut ibunya , maka semua sepakat
bahwa hukumnya adalah boleh. Karena, dalam hal ini tidak ada makna pembunuhan, melainkan
pemanfaatan. Tetapi, itu pun masih dengan beberapa catatan.

Pemanfaatan Janin yang Sudah Mati

Memanfaatkan jasad janin yang telah meninggal, menurut para ulama hukumnya boleh,
namun dengan syarat-syarat tertentu, yaitu:

- Benar-benar dalam keadaan terpaksa dan mendesak. Dalam arti kata, demi untuk
menyelamatkan seseorang dari kematian atau untuk menyelamatkan sebagian dari anggota
badannya.

- Tidak ditemukan jalan atau cara lain untuk mengobatinya selain dengan menggunakan
sebagian dari anggota badan dari jasad janin yang sudah meninggal tersebut.

- Harus ada suatu kepastian positif bahwa tindakan medis dengan memanfaatkan janin
yang sudah mati tersebut benar-benar dapat menyelamatkan atau menyembuhkan si sakit.

- Memanfaatkan bagian tubuh janin selain biji alat vital dan indung telurnya. Sebab, tidak
diperbolehkan mengambil biji alat vital dan indung telur untuk ditanamkan kepada orang lain.
Karena sel telur terbentuk dari sel buah pelir atau sel indung telur itu sendiri.

- Harus dengan seizin kedua orangtuanya. Jika salah satu dari kedua orangtua si janin
yang sudah mati itu tidak mengizinkan, maka hukumnya tidak boleh.

Sisi-sisi Negatif dan Positif dalam Tindakan Medis Terhadap Janin

Sisi-sisi Negatif:

1. Adanya perusakan terhadap janin, yang berarti menghalangi janin untuk


berkembang menjadi sempurna.

2. Adanya tekanan batin pada diri si ibu atas pengguguran kandungannya. (Meskipun
si ibu mengizinkan janin yang gugur dari rahimnya dimanfaatkan, tetapi tidak menutup
kemungkinan hati si ibu tetap tertekan atau sedih)

3. Memberi kesempatan kepada wanita-wanita murahan amoral atau para penjaja sex
komersial untuk memperjual-belikan janinnya untuk tujuan yang tidak baik dan tidak selayaknya.

4. Melecehkan kehormatan manusia, karena menjadikan materi jasadnya untuk obyek


penelitian dan eksperimen.

Sisi-sisi Positif:

1. Untuk mengobati beberapa jenis penyakit syaraf yang berbahaya, untuk kekebalan
tubuh, untuk mengobati penyakit gula, impotensi, dan beberapa penyakit urat.

2. Mencegah dari kelahiran prematur dan beberapa aib, serta penyakit keturunan.

3. Menghasilkan berbagai macam obat dan ramuan yang bermanfaat untuk


pengobatan dan pencegahan.

4. Manfaat-manfaat lain yang banyak disebutkan oleh para pakar dalam buku-buku
dan kajian-kajian mereka.

Bayi Tabung

Tentang bayi tabung ini, secara ringkas kami sampaikan bahwa,

- Praktik pembuatan bayi tabung yang menyebabkan pertukaran nasab, tidak


diperbolehkan.

- Pembuatan bayi tabung dari sel sperma laki-laki ke dalam rahim perempuan yang bukan
istrinya, hukumnya haram.

- Sebaliknya, jika sel sperma itu dari suami si perempuan, diperbolehkan dengan syarat-
syarat tertentu.

- Memperjual-belikan sel sperma demi tujuan materi, tidak diperbolehkan. Karena berarti
merendahkan kehormatan manusia dan martabatnya. Selain itu, juga bertentangan dengan
tujuan syariat.

Donor Anggota Badan

Pada hakekatnya, pendonoran anggota badan adalah pemindahan hak seseorang


kepada orang lain tanpa ada timbal balik apa pun. Selanjutnya, hak si pendonor atas anggota
badannya yang didonorkan otomatis menjadi gugur dan berganti menjadi hak orang yang
didonori. Untuk itu, masalah ini harus dikaji secara mendalam dari berbagai segi menurut syariat
Islam.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Donor Anggota Badan

- Hukum asal dari pendonoran anggota badan ini adalah haram. Karena pada diri seorang
manusia, yang mempunyai hak bukan hanya manusia yang bersangkutan. Melainkan di sana
juga ada hak Allah Ta’ala. Disamping itu, manusia dengan segala anggota badannya adalah
terhormat. Seorang manusia tidak boleh memindahkan ataupun menyerahkan sebagian anggota
badannya kepada orang lain tanpa ada alasan yang mendesak dan benar-benar sangat darurat.

- Harus dilihat keadaan si pendonor, baik dari segi fisik maupun psikis.

- Harus dilihat keadaan orang yang akan didonori. Apakah dia layak menerima donor tersebut
atau tidak. Sekiranya dengan didonori dia dipastikan tetap akan meninggal dikarenakan penyakit
itu, anggota badan yang didonorkan jauh lebih bermanfaat jika tetap berada pada pemilik aslinya.

- Harus diperhatikan kondisi keterpaksaan yang mengharuskan adanya donor.

- Perbedaan tingkat bahaya yang mungkin timbul, baik dari pihak pendonor maupun yang
didonori dengan adanya pendonoran ini.

- Anggota badan mana yang akan didonorkan. Sebab, ada anggota badan yang tidak boleh
didonorkan karena berbahaya bagi keselamatan si pendonor, seperti jantung dan ginjal bagi
orang yang hanya punya satu ginjal. Dan ada juga anggota badan yang tidak boleh didonorkan
karena dapat mempengaruhi atau mengaburkan keturunan, seperti indung telur dan buah pelir.

Syarat-syarat Umum Bolehnya Mendonorkan Anggota Badan

1. Kemampuan para ahli kedokteran dalam memprediksi dampak negatif (mudharat) bagi si
pendonor berdasarkan pertimbangan ilmiah yang tepat.

2. Kemampuan para ahli kedokteran dalam memprediksi dampak negatif (mudharat) orang
yang didonori dengan melihat keadaan sakitnya berdasarkan ukuran ilmiah yang tepat.

3. Kemampuan para ahli kedokteran dalam memprediksi dampak positif (kemaslahatan)


yang akan terjadi pada si pendonor setelah anggota badannya didonorkan.

Tiga hal ini penting diketahui sebagai perbandingan dampak positif dan negatif dengan
dilakukannya pemotongan dan pemindahan anggota badan.

4. Hendaknya pendonoran adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan orang yang


didonori. Apabila ada jalan lain, maka pendonoran tidak dianjurkan.

Dengan demikian, tidak diperbolehkan mendonorkan anggota badan orang hidup, jika ada
kemungkinan mengambil donor dari orang mati.

5. Tidak boleh mendonorkan anggota badan yang menghilangkan hak Allah. Seperti jika
pendonoran itu mengakibatkan rusaknya masyarakat atau rusaknya akhlak yang bertentangan
dengan tujuan syariat. Misalnya; mendonorkan air mani, buah pelir, dan indung telur.

6. Orang yang didonor harus orang yang terjaga darahnya, yaitu orang Islam dan atau kafir
dzimmi. Tidak diperbolehkan mendonorkan angota badan pada orang kafir dalam perang, orang
murtad, dan pezina muhshan.

7. Tidak boleh ada unsur pelecehan kehormatan manusia dalam pendonoran. Misalnya, si
pendonor menganggap bahwa anggota badannya dapat dijual untuk mencari keuntungan materi.
8. Si pendonor harus mengetahui hakekat pendonoran dan sadar sepenuhnya dengan apa
yang dia lakukan, tanpa ada paksaan atau pengaruh dari siapa pun.

9. Untuk menghindari penyelewengan yang disengaja ataupun tidak, pendonoran anggota


badan harus dilakukan di bawah pengawasan badan atau lembaga resmi yang diakui secara
moral dan keilmuan.

Aborsi

Aborsi adalah pengguguran kandungan yang dilakukan oleh seorang wanita yang
melahirkan anaknya secara paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaannya. Dalam
artian, pengguguran tersebut dilakukan atas kehendak ibunya sendiri atau orang lain tetapi atas
permintaan dan kerelaan ibunya. Sedangkan janin yang keguguran atau pengguguran yang
dipaksakan oleh orang lain, tidak masuk dalam pembahasan ini.

Para ulama sepakat, bahwa aborsi yang dilakukan sesudah peniupan roh (setelah empat
bulan), hukumnya haram. Adapun sebelum roh ditiupkan, terdapat banyak perbedaan pendapat
di kalangan ulama. Sebagian di antara mereka membolehkan, dan sebagian lagi
mengharamkannya.

Mereka yang membolehkan mengatakan bahwa,

- Sebelum peniupan roh, belum terjadi penciptaan apa pun pada janin. Baik sebagian
ataupun keseluruhan.

- Janin yang belum ada rohnya belum bisa disebut sebagai manusia, sehingga
menggugurkan janin dalam usia ini tidak dapat dikatakan sebagai membunuh manusia.

Sedangkan alasan mereka yang tidak membolehkannya, yaitu,

- Karena janin adalah bakal manusia yang akan menjadi manusia dengan seizin Allah. Hal ini
sama halnya dengan tidak bolehnya orang yang sedang ihram memecahkan telur binatang
buruan.

- Karena sejak air mani (nuthfah, sperma) ditumpahkan ke dalam rahim seorang perempuan,
ia adalah (calon) makhluk Allah yang siap menerima kehidupan. Merusak wujud yang sudah jelas
ada ini (hanya belum ada ruhnya) merupakan suatu tindak kejahatan. Imam Al-Ghazali
menganalogikan hal ini dengan ijab qabul dalam akad jual beli. Bahwa jika seorang laki-laki yang
sudah menumpahkan air maninya ke dalam rahim perempuan, maka sama halnya dengan sudah
meneken kontrak akad jual beli, dan dia tidak boleh membatalkannya atau merusak akad
tersebut.

Syarat-syarat Bagi yang Membolehkan Aborsi

1. Untuk menutupi aib seorang wanita muslimah baik-baik yang diperkosa.

2. Si calon ibu tidak dikenal sebagai perempuan nakal/biasa praktik aborsi.

3. Jika nyawa atau keselamatan si ibu terancam.

4. Atas persetujuan orangtua si janin yang akan digugurkan.


5. Dilaksanakan di rumah sakit atau di bawah pengawasan lembaga resmi,dilakukan oleh tim
dokter muslim yang terpercaya yang bekerja sama dengan para ulama berkompeten yang dapat
menentukan layak tidaknya udzur aborsi dari sisi kesehatan maupun syariat.

Intinya, harus ada sebab dan kepentingan dengan alasan yang rasional, dapat diterima, dan
syar’i.

Operasi Selaput Dara

Operasi selaput dara, adalah tindakan medis dalam rangka memperbaiki keperawanan
seorang wanita yang sobek menjadi seperti seperti semula. Atau mengembalikan keperawanan
yang sobek ke tempat asalnya atau yang dekat dengannya. Dan, ini adalah pekerjaan para
dokter spesialis.

Melihat tindakan ini dari segi pengaruhnya, dengan mempertimbangkan adat dan
kebiasaan yang memberikan reaksi jika diketahui sobeknya keperawanan, terdapat beberapa
manfaat yang sesuai syariat. Di antaranya,

1. Untuk menutupi aib seorang gadis. Menutup aib bukan hanya dengan tidak menyebarkannya
kepada orang lain, karena ini adalah perbuatan pasif. Bagi dokter, jika ia membantu
mengembalikan keperawanan tersebut, maka ini adalah tindakan aktif.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

‫ل َيْوَم اْلِقَياَمِة‬
ُّ ‫سَتَرُه ا‬
َ ‫ل‬
ّ ‫عْبًدا ِفي الّدْنَيا ِإ‬
َ ‫عْبٌد‬
َ ‫سُتُر‬
ْ ‫ل َي‬
َ .

“Tidaklah seorang hamba menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi
aibnya pada Hari Kiamat.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

2. Melindungi keutuhan keluarga atau rumah tangga si gadis. Sebab, jika suatu saat sang
suami mengetahui dan mempermasalahkan istrinya yang sudah tidak perawan lagi ketika
menikah, maka bukan tidak mungkin akan terjadi kehancuran rumah tangga yang tidak
diinginkan. Padahal, mewujudkan rumah tangga berlandaskan rasa saling percaya adalah salah
satu tujuan syariat.

3. Mencegah prasangka buruk dalam masyarakat terhadap diri si gadis. Sebab, terkadang hal
ini bisa menzhalimi gadis-gadis yang tidak bersalah atau wanita yang sudah benar-benar taubat
taubatan nashuha.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

‫ضا‬
ً ‫ضُكم َبْع‬
ُ ‫ل َيْغَتب ّبْع‬
َ ‫سوا َو‬
ُ‫س‬ّ‫ج‬
َ ‫ل َت‬
َ ‫ن ِإْثٌم َو‬
ّ‫ظ‬ّ ‫ض ال‬
َ ‫ن َبْع‬
ّ ‫ن ِإ‬
ّ‫ظ‬ّ ‫ن ال‬
َ ‫جَتِنُبوا َكِثيًرا ّم‬
ْ ‫ن آَمُنوا ا‬
َ ‫ َيا َأّيَها اّلِذي‬.

“Hai orang-orang beriman, jauhilah perbuatan banyak berburuk sangka. Karena sesungguhnya
sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain,
dan jangan pula sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.” (Al-Hujurat: 12)

4. Mewujudkan keadilan antara pria dan wanita. Sebab, bagaimanapun juga akan sulit
membuktikan seorang lelaki sebagai tidak perjaka lagi, sekalipun ia dikenal sebagai laki-laki yang
buruk akhlaknya dan senang main perempuan. Karena tidak ada pengaruh fisik pada tubuhnya.
Lain halnya dengan perempuan. Meskipun dia melakukannya hanya sekali dan itu pun
‘kecelakaan,’ misalnya, dia akan tetap disalahkan secara sosial dan adat atas hilangnya
kegadisannya. Padahal, tidak ada satu bukti pun yang dapat diakui syariat atas perbuatan kejinya
tersebut.

Mewujudkan keadilan di antara manusia di hadapan hukum Islam adalah salah satu tujuan
syariat. Itulah makanya, dalam kasus ini, para fuqaha berpendapat, bahwa perbuatan zina tidak
dapat ditetapkan oleh sekadar hilangnya keperawanan seorang gadis. Ketetapan zina baru dapat
diterima jika dikuatkan dengan adanya pengakuan, kesaksian empat orang dewasa, dan disertai
dengan kronologi peristiwa. Sebab, hilangnya keperawanan tidak hanya dikarenakan zina.
Keperawanan juga bisa hilang karena hal-hal lain.

Disamping adanya sisi-sisi positif di atas, ada juga sisi-sisi negatif atau mudharat dari operasi
selaput dara ini. Di antaranya yaitu,

1. Adanya penipuan dari pihak perempuan kepada calon suami. Sekiranya si perempuan
dulunya adalah termasuk yang berakhlak buruk dan sudah tidak perawan lagi, bisa saja dia
melakukan operasi selaput dara untuk mengelabuhi calon suaminya. Padahal, seorang laki-laki
yang baik, seyogyanya menikah dengan perempuan yang baik-baik juga.[1] Dan seorang pezina
juga tidak menikah, melainkan dengan sesama pezina pula.[2] Dalam hadits Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam disebutkan,

‫ )رواه مسلم وأحمد‬. ‫س ِمّنا‬


َ ‫شَنا َفَلْي‬
ّ‫غ‬َ ‫ن‬
ْ ‫)َم‬

“Barangsiapa yang menipu kami, maka dia bukan golongan kami.” (HR.Muslim dan Ahmad)

2. Mendorong para wanita nakal yang pada dasarnya senang melakukan perbuatan zina untuk
terus melakukan perbuatan keji tersebut. Sebab, dia tahu, jika suatu saat keperawanannya
dibutuhkan, entah untuk menampik tuduhan masyarakat bahwa dia telah berzina, atau untuk
menghindarkan diri dari hukuman cambuk, atau untuk membuktikan pada suaminya bahwa dia
masih perawan; dia bisa melakukan operasi pengembalian selaput dara.

3. Tersingkapnya aurat yang paling vital milik perempuan di hadapan dokter. Pada dasarnya,
selain suami dan istri, tidak ada yang boleh melihat kemaluan orang lain. Baik itu sama jenisnya,
ataupun (apalagi) yang berbeda jenis kelamin. Di lain pihak, dalam ilmu kedokteran tidak
ditemukan adanya manfaat keperawanan dari sisi kesehatan. Maka, hanya alasan yang sangat
darurat dan mendesaklah yang dapat membolehkan operasi selaput dara ini.

Menimbang Sisi Positif dan Negatif dari Segi Sebab-sebabnya

i. Diperbolehkan bagi para dokter untuk melakukan tindakan operasi selaput dara pada
perempuan jika penyebab hilangnya keperawanan bukan dikarenakan perbuatan maksiat.
Misalnya; karena kecelakaan, jatuh, mengeluarkan darah haid terlalu banyak, diperkosa, atau
musibah lain yang dapat mengakibatkan keperawanan hilang. Semua ini terjadi tentu bukan atas
kehendak si gadis.

ii. Selanjutnya, apabila selaput dara itu sobek karena perbuatan zina:

- Tidak boleh, jika si wanita sudah terkenal dengan perbuatan kejinya.

- Boleh, jika si wanita baru sekali melakukan dan telah bertaubat.

- Boleh, meskipun si wanita sebelumnya telah sering berzina, namun terbukti dan disaksikan
oleh banyak orang bahwa dia telah benar-benar bertaubat taubatan nashuha.

iii. Tidak diperbolehkan jika sobeknya keperawanan dikarenakan hubungan suami istri yang
sah dalam ikatan pernikahan. Sebab, pengembalian keperawanan seperti ini tidak ada
manfaatnya.

Epilog

Sejumlah permasalahan kontemporer dalam dunia kedokteran di atas, hanyalah sebagian


dari berbagai masalah yang sangat banyak yang sedang dihadapi oleh para dokter pada saat ini.
Masalah kloning yang beberapa waktu lalu sempat hangat dibicarakan oleh media massa pun,
tidak kami bahas. Khusus soal kloning, kami hanya dapat mengatakan bahwa para ulama
sepakat mengharamkannya. Tentu saja dengan sejumlah alasan yang syar’i dan argumentatif.

Terakhir, sebagai seorang yang tidak banyak tahu dalam hal kedokteran, tentu apa yang kami
sampaikan di atas rawan dari kesalahan. Untuk itu, kami sangat terbuka jika ada kritik dan
koreksi. <

Disarikan dari buku "Abhats Fiqhiyyah fi Qadhaya Thibbiyyah Mu'ashirah," karya DR. Muhammad
Nu'aim Yasin.

* Disampaikan dalam acara “Pertemuan Nasional Kesehatan Jiwa Islam Indonesia,” yang dihadiri
oleh para dokter dan praktisi kesehatan di Indonesia, pada Senin 3 Maret 2003, di Hotel
Patrajasa, Jakarta Pusat.

[1] Lihat QS. An-Nur: 26.

[2] Lihat QS. AN-Nur: 3.

Bayi Belajar Sejak Dalam Kandungan

Bayi Belajar Sejak Dalam Kandungan


APAKAH anak dalam kandungan benar-benar dapat belajar atau mempelajari kata-kata yang
diucapkan oleh sang pendidik atau orang tuanya? Seperti yang dikatakan oleh F. Rene Van de
Carr, M.D. Jawabannya ?ya?, tetapi tidak dengan cara seperti orang dewasa. Jika ia mempelajari
sebuah kata-kata, maka ia dapat mengulanginya, mengenalinya dalam tulisan, memodifikasinya
agar ia dapat berbicara dengan baik dan benar, dan menggunakannya dalam kalimat.

Proses pemikiran ini menunjukkan bahwa ia memahami kata-kata tersebut. Lain halnya dengan
anak dalam kandungan, cara belajarnya jauh lebih mendasar. Ketika orang tuanya (khususnya
sang Ibu) mengajarkan kata-kata kepada bayi dalam kandungannya, ia hanya mendengarkan
bunyinya sambil mengalami sensasi tertentu. Misalnya, tatkala si Ibu mengatakan ?tepuk?, anak
dalam kandungan mendengar bunyi ?t-e-p-u- dan k?, karena pada saat yang bersamaan si ibu
menepuk perutnya. Kombinasi bunyi dan pengalaman ini memberi kesempatan bagi anak dalam
kandungan untuk belajar memahami hubungan tentang bunyi dan sensasi pada tingkat
pengenalan praverbal.

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam bidang perkembangan pralahir
menunjukan bahwa selama berada dalam rahim, anak dapat belajar, merasa, dan mengetahui
perbedaan antara gelap dan terang. Pada saat kandungan itu telah berusia lima bulan?setara
dengan 20 minggu, kemampuan anak dalam kandungan untuk merasakan stimulus telah
berkembang dengan cukup baik sehingga proses pendidikan dan belajar dapat dimulai atau
dilakukan.

Kemudian, para ilmuwan bidang pendidikan anak dalam kandungan juga telah banyak
melakukan riset baru dan riset ulang secara kontinu dengan membuat langkah-langkah dan
metode baru mengenai praktek pendidikan pralahir. Mereka telah menemukan banyak hal,
mengenai keistimewaan pendidikan pralahir ini, diantaranya adalah: peningkatan kecerdasan
otak bayi, keyakinan lestari pada diri anak saat tumbuh dan berkembang dewasa nanti,
keseimbangan komunikasi lebih baik antara anak (yang telah mengikuti program pendidikan
pralahir) dengan orang tuanya, anggota keluarganya dan atau dengan lingkungannya dibanding
dengan teman-temanya yang tidak mengikuti program pendidikan pralahir.

Berikut ini beberapa laporan yang sangat menggembirakan?bagi dunia pendidikan anak
khususnya?dari F. Rene Van de Carr, M.D. dan Marc Lehrer, Ph.D. bahwa The American
Association of The Advancement of Science pada tahun 1996 telah merangkum hasil penelitian
sejumlah ilmuwan dalam bidang stimulasi pralahir dan bayi, antara lain sebagai berikut.

1. Dr. Craig dari University of Al-abama menunjukkan bahwa program-program stimulasi dini
meningkatkan nilai tes kecerdasan dalam pelajaran utama pada semua anak yang diteliti dari
masa bayi hingga usia 15 tahun. Anak-anak tersebut mencapai kecerdasan 15 hingga 30 persen
lebih tinggi.
2. Dr. Marion Cleves Diamond dari University of California, Berkley, AS melakukan eksperimen
bertahun-tahun dan mendapatkan hasil yang sama berulang-ulang bahwa tikus yang diberi
stimulasi tidak hanya mengembangkan pencabangan sel otak lebih banyak dan daerah kortikal
otak yang tebal, tetapi juga lebih cerdas dan lebih terampil bersosialisasi dengan tikus-tikus lain.

Selain itu, menurut F. Rene Van de Carr, dkk.. bahwa The Prenatal Enrichment Unit di Hua
Chiew General Hospital, di Bangkok Thailand, yang dipimpin Dr. C. Panthuraamphorn, telah
melakukan penelitian yang sama terhadap bayi pralahir, dan hasilnya disimpulkan bahwa bayi
yang diberi stimulasi pralahir cepat mahir bicara, menirukan suara, menyebutkan kata pertama,
tersenyum secara spontan, mampu menoleh ke arah suara orang tuanya, lebih tanggap terhadap
musik, dan juga mengembangkan pola sosial lebih baik saat ia dewasa.

F. Rene Van de Carr, M.D., dkk.. telah lama melakukan penelitian ini, kurang lebih sejak 22 tahun
yang lalu. Menurut pandangannya, penelitian tersebut menunjukkan beberapa hal berikut ini
pada bayi-bayi yang mendapatkan stimulasi pralahir.

1. Tampaknya ada suatu masa kritis dalam perkembangan bayi yang dimulai pada sekitar usia
lima bulan sebelum dilahirkan dan berlanjut hingga dua tahun ketika stimulasi otak dan latihan-
latihan intelektual dapat meningkatkan kemampuan bayi.
2. Stimulasi pralahir dapat membantu mengembangkan orientasi dan keefektifan bayi dalam
mengatasi dunia luar setelah ia dilahirkan.
3. Bayi-bayi yang mendapatkan stimulasi pralahir dapat lebih mampu mengontrol gerakan-
gerakan mereka. Selain itu, mereka juga lebih siap menjelajahi dan mempelajari lingkungan
setelah dilahirkan.
4. Para orang tua yang telah berpartisipasi dalam program pendidikan pralahir menggambarkan
anak mereka lebih tenang, waspada, dan bahagia.

Sebenarnya, keistimewaan-keistimewaan pendidikan anak dalam kandungan (anak pralahir)


merupakan hasil dari sebuah proses yang sistematis dengan merangkaikan langkah, metode dan
materi yang dipakai oleh orang tuanya dalam melakukan pendidikan (stimulasi edukatif) dan
orientasi serta tujuan ke mana keduanya mengarah dan mendidik. Bahkan dalam Islam,
pendidikan pralahir ini hendaklah dimulai sejak awal pembuahan (proses nuthfah). Artinya,
seorang yang menginginkan seorang anak yang pintar, cerdas, terampil dan berkepribadian baik
(saleh/salehah), ia harus mempersiapkan perangkat utama dan pendukungnya terlebih dahulu.

Adapun persiapan yang perlu dilakukan adalah memulai dan melakukan hubungan biologis
secara sah dan baik, serta berdoa kepada Allah swt. agar perbuatannya tidak diganggu setan
dan sia-sia. Selain itu, menggantungkan permohonan hanya kepada Allah semata agar dikaruniai
seorang anak yang shaleh. Kemudian setelah adanya proses nuthfah, atas kehendak Allah
proses tersebut berlanjut menjadi mudhghah. Pada fase inilah tampak jelas adanya kehidupan
seorang anak dalam rahim. Oleh karena itu, orang tuanya?khususnya sang ibu?harus
memperlakukannya dengan baik.

Perlakuan yang baik itu di antaranya memberikan pelayanan yang tepat terhadap anaknya yang
masih dalam kandungan, tidak melakukan tindakan-tindakan kekerasan yang menimbulkan
dampak negatif (baik fisik maupun psikis) terhadap anak dalam kandungan, karena hal tersebut
sangat berbahaya, seperti yang diisyaratkan oleh Nabi Muhammad saw. dalam sabdanya,

?Anak yang celaka adalah anak yang telah mendapatkan kesempitan di masa dalam perut
ibunya.? (HR Imam Muslim dari Abdullah Ibn Mas?ud)

Pelayanan yang sangat baik untuk masa anak dalam kandungan adalah memberikan stimulus
pendidikan, yang akan bermanfaat tidak saja pada perkembangan fisik, pertumbuhan mental
(psikis) tetapi juga meningkatkan kecerdasan otak dan sensitifikasi emosional positif sang anak
yang berada di dalam kandungan.

Praktek memberikan stimulus pendidikan anak dalam kandungan telah dilakukan jauh sebelum
teori dan praktek di atas dikembangkan. Konon, Nabi Zakaria telah memberikan stimulasi
pendidikan pada anak pralahir yaitu anak yang dikandung oleh istrinya, sebagaimana
diisyaratkan dalam Al-Qur`an al-Karim surah Maryam (19) ayat 10?11. Di dalamnya dijelaskan
bahwa pelayanan stimulasi pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Zakaria telah membuahkan
hasil yang yang bagus, yakni anak yang memiliki kecerdasan tinggi dalam memahami hukum-
hukum Allah. Selain itu digambarkan pula bahwa anak yang dikaruniai itu adalah sosok yang
terampil dalam melaksanakan titah Allah, memiliki fisik yang kuat, sekaligus seorang anak yang
sangat berbakti kepada orang tuanya, sebagaimana diisyaratkan pada kelanjutan ayat 12?15
masih dalam surah yang sama. Bahkan, kemudian anak tersebut dipercaya dijadikan pewaris
tunggal orang tuanya yakni tugas kenabian. Subhanallah.

Begitu juga dengan Nabi Adam a.s. tatkala istrinya Hawa, mengandung anak pertamanya dan
pada tahapan kandungan yang masih ringan, ia merasa biasa saja berjalan seperti sedia kala,
merasa tidak ada beban. Namun, tatkala usia kandungan itu bertambah yang ditandai dengan
perut yang terus membesar di situlah ia merasakan kepayahan dan keberatan. Saat itulah, Siti
Hawa dengan sedih mengadu kepada suaminya, Nabi Adam a.s. tentang keadaan perutnya yang
kian hari kian besar yang membuatnya dari hari ke hari merasa makin payah. Kondisi ini
membuat Adam a.s. beserta istrinya bersama-sama memohon kepada Allah dengan sebuah doa
yang sangat filosofis yaitu,?... Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna,
tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur.? (al-A?raaf: 189)

Ini adalah suatu praktek pendidikan anak dalam kandungan yang dilakukan secara bersama
antara suami dan istri dengan kesamaan visi dan misi yaitu orientasi pendidikan yang bersumber
pada motivasi untuk memurnikan keesaan Allah semata. Sebuah kondisi yang membuahkan
keridhaan Allah sehingga dengan curahan rahmat-Nya keberkahan pun mengalir mengiringi laju
bahtera rumah tangga tersebut.

?Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya,
agar dia merasa senang kepadanya. Maka, setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung
kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia
merasa berat, keduanya (suami-istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata, ?
Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang
yang bersyukur.?? (al-A?raaf : 189) Sumber: namaislami.com

Pembelajaran Al-Qur'an Sejak Dalam Kandungan


Posted by laalaa on Dec 17, '07 12:08 AM for everyone
Category: Other
Pembelajaran Al-Qur'an Sejak Dalam Kandungan
Oleh: Drs. Mustofa AY

"Apabila anak Adam meninggal dunia putuslah amalnya kecuali tiga perkara: shodaqoh jariyah,
ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kepadanya." (HR. Muslim).

Setiap pasangan suami istri beriman pasti merindukan anak sholeh. Untuk memiliki anak yang
sholeh, pasangan suami istri wajib berusaha menjadi sholeh terlebih dahulu. Dalam hal ini perlu
dipahami bahwa segala perilaku ibu dan bapak akan dicontoh putra-putrinya. Untuk itu, semua
ibu bapak harus menjadi teladan bagi anak-anaknya.

Setiap pasangan suami istri yang merindukan anak sholeh wajib memperbanyak amal mulia,
makan dan minum hanya yang halal saja, menjaga sholatnya, indah akhlaqnya, lembut hatinya,
semangat bekerja, berlaku taqwa dan terus-menerus berdzikir, wirid, memperbanyak membaca
do'a.

Islam mengajarkan barangsiapa menginginkan lahirnya generasi unggulan ia hendaknya


menyiapkan sejak memilih pasangan. Ini artinya dari pasangan suami istri yang sholeh-sholehah
akan lahir generasi yang sholeh-sholehah pula. Anak sholeh bukan hasil kerja instan! Jelasnya,
anak sholeh tidak bisa dilahorkan kecuali atas izin Allah ddengangigih kita mengusahakan. Anak
sholeh tidak dilahirkan tapi diciptakan.

Berbicara tentang anak, Anda sah-sah saja mengharapkan ia kelak menjadi dokter, jendral,
ataupun presiden sekalipun. Tetapi menjadikannya sholeh-sholehah tetap prioritas utama!
Mengapa\/ Pertama, karena anak sholeh yang mendoakan ibu bapaknya adalah salah satu di
antara tiga amal yang pahalanya mengalir tiada habis-habisnya. Kedua, karenapermohonan
ampun anak sholeh, dapat mengangkat derajat orang tuanya dapat masuk surga. Keempat,
karena anak sholeh adalah peredam amarah Allah.

Segala sesuatu tergantung pada pendidikan yang sebenarnya. Ibu dan bapak adalah guru
pertamadan utama. Keluarga adalah pusat pendidikan yang sebenarnya. Al-Qur'an adalah materi
pendidikan utama yang harus diberikan sebelum lainnya. Jangan menunggu umur enam tahun,
jangan menunggu umur empat tahun. Mulailah sedini mungkin. Mulailah segera. Mulailah sejak
dalam kandungan. Ingat umur empat tahun sudah sangat terlambat!

Salah satu terobosan dalam melahirkan anak sholeh adalah dengan mengajar bayi anda
membaca Al-Qur'an sejak dalam kandungan. Apakah bisa? Insya Allah bisa! Anda hanya
membutuhkan kemauan, ketekunan, dan kesabaran. Sebagai bagian dari rasa syukur, inilah
berita gembira untuk Anda. Anak-anak kami hasil eksperimen program sekolah Al-Qur'an sejak
dalamkandungan menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan. Maryam Arrosikha, empat
tahun dapat membaca Al-Qur'an. empat bulan kemudian, dia dapat membaca cerita, buku, dan
majalah berhuruf latin, bahkan di TK, ia khatam Al-Qur'an 30 juz. Aisyah Mujahida, adiknya,
khatam membaca Al-Qur'an dan lancar membaca tulisan latin ketika di TK. Faqih Abdullah, anak
kami yang ketiga sejak berusia 13 bulan, Alhamdulillah menunjukkan kesenangan membaca
yang sangat tinggi. Dari pengalaman itu, kami menginginkan agar setiap bayi mendapatkan
pelajaran Al-Qur'an sejak dalam kandungan. Insya Allah sangat bermanfaat.

Bagaimana caranya?
Inilah pertanyaan yang paling sering disampaikan.

Jawabannya:
Rahasia sukses mengajar Al-Qur'an sejak dalam kandungan adalah
R-U-M-U-S-A-B-C-D
Apa maksudnya?
R = Rumah. Maksudnya rumah adalah pusat pendidikan sejati.
U = Usaha. Maksudnya ilmu itu dipelajari.
M = Metodis. Maksudnya metodenya cocok dan meyenangkan
U = Upah. Maksudnya setiap prestasi anak hendaknya dihargai (dicium, peluk yang hangat, dan
dipuji).
S = Sabar. Maksudnya ibu dan bapak harus betul-betul sabar. Ibu dan Bapak tidak boleh
mengatakan jangan nakal sambil berlaku nakal (misalnya mencubit, memukul, menjewer, atau
marah-marah) .
A = Ajeg. Maksudnya pemberian stimulasi hendaknya diberikan secara ajeg, walaupun sangat
sebentar.
B = Bermain. Maksudnya stimulasi diberikan sambil bermain. Dengan demikian, anak senang,
orangtuapun senang.
C = Contoh. Maksudnya orang tua hendaknya ,emjadi contoh atau mentor.
D = Do'a. Maksudnya orang tua berdo'a untuk kesusesan anak. Di samping segala sesuatu
diawali dan diakhiri dengan do'a.

Siapapun yang ingin memberikan pendidikan kepada anak-anaknya sejak dini ia tidak boleh
melewatkan masa emas belajar anaknya. Masa emas belajar itu adalah saat bayi di kandungan,
dan ketika bayi berusia nol sampai 4 tahun. Singkatnya, pendidikan empat tahun pertama sangat
menentukan. Pendidikan anak usia dini (0-6 tahn) lebih penting dibanding pendidikan dua puluh
tahun yang diberikan kemudian. Sayang sekali, banyak yang mengabaikan pentingnya
pendidikan usia dini. Sudah saatnya semua ibu bapak memperhatikan nasihat Buckminster Fuller
berikut ini. "Setiapanak terlahir jenius, tetapi kita memupus kejeniusan meeka dalam enam bulan
pertama."

Tugas seorang bayi bukanlah sekadar mami tipis (makan, minum, tidur, dan pipis (ngompol).
Ajaklah anak Anda bermain. Janganlah biarkan ia kesepian, nganggur, dan bengong. Ajaklah ia
belajar membaca sambil mengenal Tuhannya. Ikutilah metode penddiikan turunnya Al-Qur'an
wahyu pertama. Ajarilah anak Anda membaca Al-Qur'an sejak dalam kandungan.

Do’a Agar Anak Menjadi Sholeh


Januari 9, 2009 at 5:00 am | In Anak Sholeh | 13 Comments
Tags: Anak, anak sholeh, Do'a, Keluarga, Sholeh

Disusun oleh Muhammad Abduh Tuasikal, ST

berdoaPada posting sebelumnya, kita telah mengetahui bahwa hidayah dan taufik semata-mata
dari Allah dan kita hanya bisa berusaha dan berusaha, namun namanya hidayah tetap kita
serahkan pada-Nya.

Tidak usah jauh-jauh, cobalah kita perhatikan nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
penghulu para nabi. Lihatlah bagaimana kehidupan beliau. Perhatikanlah bahwa di waktu kecil
saja, beliau dalam keadaan yatim, sudah ditinggalkan ibu bapaknya. Beliau tumbuh dalam
keadaan fakir, lalu siapakah yang selalu menjaganya? Siapakah yang menumbuhkan
keimanannya? Siapakah yang mewahyukan kitab suci Al Qur’an padanya? Dialah Allah
subhanahu wa ta’ala, segala kenikmatan adalah dari-Nya, segala kemuliaan dan sanjungan
berhak ditujukan pada-Nya.

Jika kita telah mengetahui hal ini, yakin bahwa yang memberi hidayah adalah Allah dan yakin
pula bahwa setiap penjagaan adalah dari-Nya, maka hendaklah kita memanjatkan do’a pada-Nya
agar anak dan keturunan kita menjadi sholeh dan baik. Mintalah pada-Nya agar keturunan kita
senantiasa mendapat berkah, juga selamat dari berbagai bahaya dan kejelekan. Mintalah pada
Allah, semoga mereka senantiasa mendapatkan perlindungan dari gangguan setan, manusia
jahat, dan jin. Inilah kebiasaan orang sholih yang sebaiknya kita tiru.

Do’a Untuk Memperbaiki Keturunan


Do’a Pertama

‫ن ِإَماًما‬
َ ‫جَعْلَنا ِلْلُمّتِقي‬
ْ ‫ن َوا‬
ٍ ‫عُي‬
ْ ‫جَنا َوُذّرّياِتَنا ُقّرَة َأ‬
ِ ‫ن َأْزَوا‬
ْ ‫ب َلَنا ِم‬
ْ ‫َرّبَنا َه‬

“ROBBANA HAB LANA MIN AZWAJINA WA DZURRIYATINA QURROTA A’YUN, WAJ’ALNA


LILMUTTAQINA IMAMAA.” (Wahai Robb kami, karuniakanlah pada kami dan keturunan kami
serta istri-istri kami penyejuk mata kami. Jadikanlah pula kami sebagai imam bagi orang-orang
yang bertakwa) (QS. Al Furqon:74)

Do’a Kedua

‫ح ِلي ِفي ُذّرّيِتي‬


ْ ‫صِل‬
ْ ‫ضاُه َوَأ‬
َ ‫حا َتْر‬
ً ‫صاِل‬
َ ‫ل‬
َ ‫عَم‬
ْ ‫ن َأ‬
ْ ‫ي َوَأ‬
ّ ‫عَلى َواِلَد‬
َ ‫ي َو‬
ّ ‫عَل‬
َ ‫ت‬
َ ‫ك اّلِتي َأْنَعْم‬
َ ‫شُكَر ِنْعَمَت‬
ْ ‫ن َأ‬
ْ ‫عِني َأ‬
ْ ‫ب َأْوِز‬
ّ ‫َر‬

“ROBBI AWZI’NI AN ASYKURO NI’MATAKALLATI AN ‘AMTA ‘ALAYYA. WA ‘ALA


WAALIDAYYA WA AN A’MALA SHOLIHAN TARDHOH, WA ASHLIH LII FI DZURRIYATIY”
(Wahai Robbku, ilhamkanlah padaku untuk bersyukur atas nikmatmu yang telah Engkau
karuniakan padaku juga pada orang tuaku. Dan ilhamkanlah padaku untuk melakukan amal
sholeh yang Engkau ridhoi dan perbaikilah keturunanku) (QS. Al Ahqof:15)

Semoga kita bisa mengamalkan do’a yang mudah dihafalkan ini. Semoga kita tidak jemu untuk
selalu memanjatkan do’a kepada-Nya. Allah tidak mungkin membiarkan hamba-Nya yang
menengadahkan tangan kepada-Nya, lalu dia pulang dengan tangan hampa.

Disusun di gunung kidul, 3 dzulqo’dah 1429

Yang selalu mengharapkan ampunan dan rahmat Rabbnya


Muhammad Abduh Tuasikal, ST

Jumat, 05 Februari 2010


Tirakat untuk anak agar menjadi anak yang sholeh

Ada pepatah yang mengatakan " Ajarlah anakmu sebaik-baiknya....dan berikanlah bekal yang
secukupnya untuk menghadapi masa depan...Karena masa yang dihadapi anakmu kelak...akan
sangat jauh beda dengan masa mu sekarang ini..." Kurang lebih begitulah bunyi pepatah itu.
Apakah artinya ya...???

Memang pendidikan anak melalui jalur formal saja tidak cukup. Bahkan kalau menurut Om Bob
Sadino.....sekolah itu hanya membuat anak semakin bodoh...karena hanya mengajarkan barang
basi berupa informasi. Tapi bagaimana kita bisa lepas dari sekolah. Semua orang tua berlomba-
lomba menyekolahkan anaknya ke sekolah yang tinggi...dengan harapan suatu saat menjadi
orang yang sukses. Tentu saja salah satu ukuran orang sukses adalah kaya secara materi ...dan
dihormati di masyarakat. Apakah itu saja ukuran sukses....?

Ya ...memang saat ini hampir semua orang mengejar materi dalam hidupnya adalah satu-
satunya tujuan hidup. Akibatnya mereka melupakan hal paling mendasar yang sebenarnya dicari
oleh manusia...yaitu kebahagiaan. Akibatnya apa...?

Banyak penyakit kejiwaan yang menghinggapi manusia. Rasa kehampaan yang luar biasa....rasa
keterasingan...dan rasa stress yang berat..Akibatnya banyak diantara mereka yang lari ke
narkoba...seks bebas....dan gaya hidup hedonisme...hura-hura dan semau gue.

Sekarang aja gejala seperti itu sudah sangat terasa dan terlihat terang. Apalagi 10 sampai 20
tahun mendatang...? Untuk itu anak kita harus mendapat bekal yang lebih baik lagi. Perlu
diajarkan caranya berlaku sabar, santun, percaya diri, hormat dan patuh...dan tawakal kepada
Allah swt. Dan yang nggak kalah pentingnya yaitu ...kita perlu melakukan tirakat untuk anak-anak
kita. Gimana caranya ya....?

Salah satu caranya adalah dengan melakukan puasa senin kamis dan sholat malam. Sambil
terus berdoa kepada Allah agar anak kita menjadi anak yang sholeh dan berguna bagi banyak
orang.

Nah gimana pendapat anda...?

KIAT MENDIDIK AGAR ANAK SOLEH


Mempunyai anak soleh pasti menjadi dambaan setiap orang tua.Apapun strata sosial
ekonominya atau pendidikan, tidak ada yang menginginkan anaknya manjadi anak nakal,
durhaka, brandal, dan predikat negatif lainnya. Orang tua akan menjadi resah manakala melihat
anaknya suka berbohong, suka mencuri, suka mabuk, atau perilaku jahat lainnya. Sebaliknya,
orang tua akan gembira manakala anaknya tekun belajar, sopan.Bahkan ada orang tuanya suka
mennyuruh anaknya belajar ke TPA/TPQ untuk mengaji, meskipun orang tua tersebut tidak
pernah melaksanakan solat. Ketika masih dalam kandungan setiap orang tua mengadakan
upacara selamatan, seperti tingkeban. Waktu anak lahir diadakan upacara sepasaran,
marhabanan, aqiqah. Diberilah si buah hati nama-nama terbaik menurutnya. Untuk sebuah nama
itu ada orang tua yang sampai bertanya, minta saran dan pendapat orang yang dianggapnya ahli.
Semua aktifitas tersebut dilakukan demi sang buah hati dengan satu tujuan agar anak ini
nantinya tumbuh menjadi anak yang baik, anak yang beruntung, anak yang berbakti kepada
orang tua dan nerguna bagi nusa bangsa dan agamnya. Hanya saja, ternyata menjadikan anak
baik, atau dalam istilah agamnya disebut sholeh,tidak semudah membalik telapak tangan. Ada
anak suka mencuri meskipun bernama soleh. Ada anak suka mengganggu orang meskipun
namanya Ahmad, ada anak suka berbohong walau namnya Amin. Melihat realitas yang
demikian, lantas bagaimana lagi upaya kita sebagai orang tua. Berikut dikemukakan beberapa
kiat sebagai ikhtiar kita agar anak kita soleh.
Cara mendidik anak Syeikh Muhammad Soleh Uthaimin Apabila telah tampak tanda-tanda tamyiz
pada seorang anak, maka selayaknya dia mendapatkan perhatian sesrius dan pengawasan yang
cukup. Sesungguhnya hatinya bagaikan bening mutiara yang siap menerima segala sesuatu
yang mewarnainya. Jika dibiasakan dengan hal- hal yang baik, maka ia akan berkembang
dengan kebaikan, sehingga orang tua dan pendidiknya ikut serta memperoleh pahala.
Sebaliknya, jika ia dibiasakan dengan hal-hal buruk, maka ia akan tumbuh dengan keburukan itu.
Maka orang tua dan pedidiknya juga ikut memikul dosa karenanya.
Oleh karena itu, tidak selayaknya orang tua dan pendidik melalaikan tanggung jawab yang besar
ini dengan melalaikan pendidikan yang baik dan penanaman adab yang baik terhadapnya
sebagai bagian dari haknya. Di antara adab-adab dan kiat dalam mendidik anak adalah sebagai
berikut:
1. Hendaknya anak dididik agar makan dengan tangan kanan, membaca basmalah, memulai
dengan yang paling dekat dengannya dan tidak mendahului makan sebelum yang lainnya (yang
lebih tua, red). Kemudian cegahlah ia dari memandangi makanan dan orang yang sedang
makan.
2. Perintahkan ia agar tidak tergesa-gesa dalam makan. Hendaknya mengunyahnya dengan baik
dan jangan memasukkan makanan ke dalam mulut sebelum habis yang di mulut. Suruh ia agar
berhati-hati dan jangan sampai mengotori pakaian.
3. Hendaknya dilatih untuk tidak bermewah-mewah dalam makan (harus pakai lauk ikan, daging
dan lain-lain) supaya tidak menimbulkan kesan bahwa makan harus dengannya. Juga diajari
agar tidak terlalu banyak makan dan memberi pujian kepada anak yang demikian. Hal ini untuk
mencegah dari kebiasaan buruk, yaitu hanya memen-tingkan perut saja.
4. Ditanamkan kepadanya agar mendahulukan orang lain dalam hal makanan dan dilatih dengan
makanan sederhana, sehingga tidak terlalu cinta dengan yang enak-enak yang pada akhirnya
akan sulit bagi dia melepaskannya.
5. Sangat disukai jika ia memakai pakaian berwarna putih, bukan warna-warni dan bukan dari
sutera. Dan ditegaskan bahwa sutera itu hanya untuk kaum wanita.
6. Jika ada anak laki-laki lain memakai sutera, maka hendaknya mengingkarinya. Demikian juga
jika dia isbal (menjulurkan pakaiannya hingga melebihi mata kaki). Jangan sampai mereka
terbiasa dengan hal- hal ini.
7. Selayaknya anak dijaga dari bergaul dengan anak-anak yang biasa bermegah-megahan dan
bersikap angkuh. Jika hal ini dibiarkan maka bisa jadi ketika dewasa ia akan berakhlak demikian.
Pergaulan yang jelek akan berpengaruh bagi anak. Bisa jadi setelah dewasa ia memiliki akhlak
buruk, seperti: Suka berdusta, mengadu domba, keras kepala, merasa hebat dan lain-lain,
sebagai akibat pergaulan yang salah di masa kecilnya. Yang demikian ini, dapat dicegah dengan
memberikan pendidikan adab yang baik sedini mungkin kepada mereka.
8. Harus ditanamkan rasa cinta untuk membaca al Qur'an dan buku- buku, terutama di
perpustakaan. Membaca al Qur'an dengan tafsirnya, hadits-hadits Nabi n dan juga pelajaran fikih
dan lain-lain. Dia juga harus dibiasakan menghafal nasihat-nasihat yang baik, sejarah orang-
orang shalih dan kaum zuhud, mengasah jiwanya agar senantiasa mencintai dan menela-dani
mereka. Dia juga harus diberitahu tentang buku dan faham Asy'ariyah, Mu'tazilah, Rafidhah dan
juga kelompok-kelompok bid'ah lainnya agar tidak terjerumus ke dalamnya. Demikian pula aliran-
aliran sesat yang banyak ber-kembang di daerah sekitar, sesuai dengan tingkat kemampuan
anak.
9. Dia harus dijauhkan dari syair-syair cinta gombal dan hanya sekedar menuruti hawa nafsu,
karena hal ini dapat merusak hati dan jiwa.
10. Biasakan ia untuk menulis indah (khath) dan mengahafal syair- syair tentang kezuhudan dan
akhlak mulia. Itu semua menunjukkan kesempurnaan sifat dan merupakan hiasan yang indah.
11. Jika anak melakukan perbuatan terpuji dan akhlak mulia jangan segan-segan memujinya
atau memberi penghargaan yang dapat membahagia- kannya. Jika suatu kali melakukan
kesalahan, hendaknya jangan disebar-kan di hadapan orang lain sambil dinasihati bahwa apa
yang dilakukannya tidak baik.
12. Jika ia mengulangi perbuatan buruk itu, maka hendaknya dimarahi di tempat yang terpisah
dan tunjukkan tingkat kesalahannya. Katakan kepadanya jika terus melakukan itu, maka orang-
orang akan membenci dan meremehkannya. Namun jangan terlalu sering atau mudah memarahi,
sebab yang demikian akan menjadikannya kebal dan tidak terpengaruh lagi dengan kemarahan.
13. Seorang ayah hendaknya menjaga kewibawaan dalam ber-komunikasi dengan anak. Jangan
menjelek-jelekkan atau bicara kasar, kecuali pada saat tertentu. Sedangkan seorang ibu
hendaknya menciptakan perasaan hormat dan segan terhadap ayah dan memperingatkan anak-
anak bahwa jika berbuat buruk maka akan mendapat ancaman dan kemarahan dari ayah.
14. Hendaknya dicegah dari tidur di siang hari karena menyebabkan rasa malas (kecuali benar-
benar perlu). Sebaliknya, di malam hari jika sudah ingin tidur, maka biarkan ia tidur (jangan
paksakan dengan aktivitas tertentu, red) sebab dapat menimbulkan kebosanan dan melemahnya
kondisi badan.
15. Jangan sediakan untuknya tempat tidur yang mewah dan empuk karena mengakibatkan
badan menjadi terlena dan hanyut dalam kenikmatan. Ini dapat mengakibatkan sendi-sendi
menjadi kaku karena terlalu lama tidur dan kurang gerak.
16. Jangan dibiasakan melakukan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi, sebab ketika ia
melakukannya, tidak lain karena adanya keyakinan bahwa itu tidak baik.
17. Biasakan agar anak melakukan olah raga atau gerak badan di waktu pagi agar tidak timbul
rasa malas. Jika memiliki ketrampilan memanah (atau menembak, red), menunggang kuda,
berenang, maka tidak mengapa menyi-bukkan diri dengan kegiatan itu.
18. Jangan biarkan anak terbiasa melotot, tergesa-gesa dan bertolak (berkacak) pinggang seperti
perbuatan orang yang membangggakan diri.
19. Melarangnya dari membangga-kan apa yang dimiliki orang tuanya, pakaian atau
makanannya di hadapan teman sepermainan. Biasakan ia ber-sikap tawadhu', lemah lembut dan
menghormati temannya.
20. Tumbuhkan pada anak (terutama laki-laki) agar tidak terlalu mencintai emas dan perak serta
tamak terhadap keduanya. Tanamkan rasa takut akan bahaya mencintai emas dan perak secara
berlebihan, melebihi rasa takut terhadap ular atau kalajengking.
21. Cegahlah ia dari mengambil sesuatu milik temannya, baik dari keluarga terpandang (kaya),
sebab itu merupakan cela, kehinaan dan menurunkan wibawa, maupun dari yang fakir, sebab itu
adalah sikap tamak atau rakus. Sebaliknya, ajarkan ia untuk memberi karena itu adalah
perbuatan mulia dan terhormat.
22. Jauhkan dia dari kebiasaan meludah di tengah majlis atau tempat umum, membuang ingus
ketika ada orang lain, membelakangi sesama muslim dan banyak menguap.
23. Ajari ia duduk di lantai dengan bertekuk lutut atau dengan menegakkan kaki kanan dan
menghamparkan yang kiri atau duduk dengan memeluk kedua punggung kaki dengan posisi
kedua lutut tegak. Demikian cara-cara duduk yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa sallam.
24. Mencegahnya dari banyak berbicara, kecuali yang bermanfaat atau dzikir kepada Allah.
25. Cegahlah anak dari banyak bersumpah, baik sumpahnya benar atau dusta agar hal tersebut
tidak menjadi kebiasaan.
26. Dia juga harus dicegah dari perkataan keji dan sia-sia seperti melaknat atau mencaci maki.
Juga dicegah dari bergaul dengan orang- orang yang suka melakukan hal itu.
27. Anjurkanlah ia untuk memiliki jiwa pemberani dan sabar dalam kondisi sulit. Pujilah ia jika
bersikap demikian, sebab pujian akan mendorongnya untuk membiasakan hal tersebut.
28. Sebaiknya anak diberi mainan atau hiburan yang positif untuk melepaskan kepenatan atau
refreshing, setelah selesai belajar, membaca di perpustakaan atau melakukan kegiatan lain.
29. Jika anak telah mencapai usia tujuh tahun maka harus diperintahkan untuk shalat dan jangan
sampai dibiarkan meninggalkan bersuci (wudhu) sebelumnya. Cegahlah ia dari berdusta dan
berkhianat. Dan jika telah baligh, maka bebankan kepadanya perintah- perintah.
30. Biasakan anak-anak untuk bersikap taat kepada orang tua, guru, pengajar (ustadz) dan
secara umum kepada yang usianya lebih tua. Ajarkan agar memandang mereka dengan penuh
hormat. Dan sebisa mungkin dicegah dari bermain-main di sisi mereka (mengganggu mereka).
31. Demikian adab-adab yang berkaitan dengan pendidikan anak di masa tamyiz hingga masa-
masa menjelang baligh. Uraian di atas adalah ditujukan bagi pendidikan anak laki-laki. Walau
demikian, banyak di antara beberapa hal di atas, yang juga dapat diterapkan bagi pendidikan
anak perempuan.
Wallahu a'lam.
Dari mathwiyat Darul Qasim "tsalasun wasilah li ta'dib al abna''" asy Syaikh Muhammad bin
shalih al Utsaimin rahimahullah .
Diterjemahkan oleh, Ubaidillah Masyhadi http://mifty-away.tripod.com/id44.html
Diposkan oleh Asmu'i Syarkowi di 17:13
Label: PENDIDIKAN

You might also like