Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Pada awal abad ke-20. di Sumatera Barat
ditandai dengan periode yang penuh pergolakan
sosial dan intelektual. Berpuluh-puluh buku
polemik, baik dalam bahasa Arab maupun bahasa
Melayu, diterbitkan berbagai majalah dan surat
kabar yang mewakili aliran-aliran tertentu,
bermunculan perdebatan-perdebatan umum yang
diikuti para ulama, para terpelajar dan ahli-ahli
adat, berjenis-jenis perkumpulan berdiri pula. Tak
kurang pentingnya timbulnya pemberontakan-
pemberontakan kecil di beberapa tempat, yang
biasanya membayangkan kegelisahan masyarakat
yang sedang mengalami perubahan.
Pergolakan dalam satu aspek yang sangat
sensitif dalam kehidupan kultural dapat
menyebabkan proses pemeriksaan kembali
terhadap nilai-nilai yang kita miliki. Oleh sebab itu
di saat kita mengayun langkah ke arah
pembangunan dan perobahan sosial memang
sangat penting mempelajari kembali sejarah
dinamika pemikiran Islam dalam pencarian model
yang sesuai dan haq yang menuntut sikap
beragama yang rasional.
1
Syekh Ahmad Khatib adalah turunan dari seorang hakim golongan
Padri yang “benar-benar” anti penjajahan Belanda. Ia dilahirkan di
Bukittinggi pada tahun 1855 di kalangan keluarga yang mempunyai latar
belakang agama dan adat yang kuat, tetapi memperoleh pendidikan pada
sekolah rendah yang didirikan Belanda di kota kelahirannya. Ia
meninggalkan kampung halamannya pergi ke Mekah pada tahun 1876.
Semenjak itu, ia tidak pernah kembali ke daerah asalnya.
di Malaya.
anak dari Muhammad Saleh Datuk Maleka, Kepala Nagari Kurai. Ibunya
berasal dari Betawi. Ia memperoleh pendidikan di sekolah rendah yang
mempersiapkan pelajar untuk Kweekschool (sekolah guru). Sampai umur 22
tahun ia berada dalam kehidupan parewa, satu golongan orang muda-muda
yang tidak mau mengganggu kehidupan keluarga. Pergaulan mereka amat
luas di antara kaum parewa berlainan kampung dan saling harga
menghargai. Satu penghidupan yang serupa dalam dongeng. Hidup mereka
berjudi, menyabung ayam, namun mereka ahli dalam pencak dan silat.
Semenjak berumur 22 tahun, Djamil Djambek mulai tertarik pada pelajaran
agama dan bahasa Arab. Ia belajar pada surau di Koto Mambang, Pariaman
dan di Batipuh Baruh. Guru-gurunya di Mekah, antara lain,adalah Taher
Djalaluddin, Syekh Bafaddhal, Syekh Serawak dan Syekh Ahmad Khatib. Ia
4
Haji Rasul dilahirkan di Sungai Batang Maninjau pada tahun 1879, anak
seorang ulama bernama Syekh Muhammad Amarullah gelar Tuanku
Kisai. Ia mendapat pendidikan pada beberapa tempat di Minangkabau.
Pada tahun 1894, ia pergi ke Mekah untuk belajar selama 7 tahun.
Sekembalinya dari Mekah, ia diberi gelar Tuanku Syekh Nan Mudo,
sebagai pengakuan atas ilmunya. Kemudian ia kembali ke Mekah untuk
beberapa tahun sampai tahun 1906. Selama bermukim kedua di Mekah
ini, ia mulai memberi pelajaran. Murid-muridnya termasuk Ibrahim
Musa dari Parabek, Bukittinggi yang kemudian menjadi salah seorang
pendukung yang terpenting dari pembaruan pemikiran Islam, di
Minangkabau. Ia meninggal di jakarta pada 2 Juni 1945
5
Haji Abdullah Ahmad lahir di Padang Panjang pada tahun 1878
sebagai anak dari Haji Ahmad yang dikenal sebagai ulama dan juga seorang
pedagang kecil. Ibunya berasal dari Bengkulu. Setelah menyelesaikan
pendidikan dasarnya pada sebuah sekolah pemerintah, dan mendapat
pendidikan agama di rumah dengan ayahnya.
6
Syekh Ibrahim Musa dilahirkan di Parabek, Bukittinggi pada tahun
1882.