You are on page 1of 11

BAB 8 ETIKA LINGKUNGAN

Pendahuluan
Tidak disangkal bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi
sekarang ini, pada lingkungan global ataupun nasional, sebagian besar bersumber
dari perilaku manusia. Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan, seperti dilaut,
hutan, atmosfer, air, dan tanah bersumber pada perilaku manusia yang tidak
bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri. Manusia
adalah penyebab dari kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Krisis global yang kita alami dewasa ini bersumber pada kesalahan
pundamental-fisolopis dalam pemahaman atau cara pandang manusia mengenai
dirinya, alam dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem. Pada gilirannya,
kekeliruan cara pandang ini melahirkan perilaku yang keliru terhadap alam.
Manusia keliru memandang alam dan keliru menempatkan diri dalam konteks
alam semesta seluruhnya. Inilah awal dari semua bencana lingkungan yang kita
alami sekarang. Oleh karean itu, embenahannya harus pula menyagkut
pembenahan cara pandang dan perilaku manusia dalam berinteraksi dengan alam,
maupun dengan manusia lain dalam ekosistem.
Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat
langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”. Artinya, manusia
melakukan pengelolaan sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran
etika. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi
umat manusia berakar dalam krisis etika atau krisis moral. Umat manusia kurang
peduli pada norma-norma kehidupan atau mengganti norma-norma yang
seharusnya dengan norma-norma ciptaan dan kepentingannya sendiri. Manusia
modern menghadapi alam hampir tanpa menggunakan ‘hati nurani. Alam begitu
saja dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa bersalah. Akibatnya terjadi
penurunan secara drastis kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya sebagian
spesies dari muka bumi, yang diikuti pula penurunan kualitas alam. Pencemaran
dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang mempengaruhi
kehidupan sehari-hari manusia.
1. Pengertian Etika
Secara teoritis , etika mempunyai pengertian sebagai berikut :
Pertama, Secara entimologis, etika berasal dari kata Yunani yaitu “ethos”
yang berarti “adapt istiadat” atau “kebiasaan”.Dalam arti ini, eitika berkaitan
dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri sendiri atau masyarakat.
Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari generasi ke generasi
lain.
Kaidah norma atau aturan ini sesungguhnya ingin mengungkapkan,
menjaga dan melestarikan nilai tertentu, yaitu apa yang dianggap baik dan penting
oleh masyarakat tersebut untuk dikejar dalam hidup ini. Dengan demikian, etika
juga berisikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral yang harus dijadikan pegangan
dalam menuntun perilaku. Pengertian etika sebagaimanan dijelaskan diatas, justru
sama dengan pengertian moralitas. Secara entimologis, moralitas berasal dari kata
Latin mos yang berarti “adapt istiadat” atau “kebiasaan”. Jadi dalam pengertian
harfiah, etika dan moral sama-sama adat kebiasaan yang dibakukan dalam bentuk
aturan (baik perintah atau larangan) tentang bagaiamana manusia harus hidup baik
sebagaimana manusia. Dalam arti itu, keduanya berbicara tentyang nilai dan
prinsip moral yang dianut oleh masyarakat tertentu sebagai pedoman dan kriteria
dalam berperilaku sebagai manusia.
Kedua, etika dipahami juga dalam pengertian yang berbeda dengan
moralitas. Dalam pengertian ini, etika dimengerti sebagai repleksi kritis tentang
bagaimanan manusia harus hidup dan bertindak dalam situasi konkrit, situasi
khusus tertentu. Etika adalah filsafat moral atau ilmu yang membahas dan
mengkaji secara kritis persoalan benar dan salah secara moral, tentang bagaimana
harus bertindak dalam situasi konkrit. Dengan kata lain, ada pegangan baku dalam
babentuk norma atau nilai yang siap pakai. Misalnya, janji harus ditepati, jangan
menipu, katakana yang sejujurnya, bantulah orang yang berada dalam kesulitan.
Sering kali situasi konkrit yang dihadapi adalah situasi dilematis, situasi dimana
kita dihadapkan pada dua atau lebih pilihan nili yang sama-sama sahnya. Dalam
situasi yang demikian, etika dan moralitas dalam pengertian pertama yang tidak
memadai.
2. Model Teori Etika Lingkungan
Terdapat tiga model teori etika lingkungan yaitu yang dikenal sebagai
antroposentrisme, biosentrisme, dan ekosentrisme. Etika lingkungan yang
bercorak antroposentrisme merupkan sebuah kesalahan cara pandang barat, yang
bermula dari Aristoteles hingga filsuf-filsuf modern, dimana perhatian utamanya
menganggap bahwa etika hanya berlaku bagi komunitas manusia. Maksudnya
dalam etika lingkungan, manusialah yang dijadikan satu-satunya pusat
pertimbangan dan dianggap relevan dalam pertimbangan moral, yang dilihat
dalam istilah Frankena sebagai satu-satunya moral patient. Akibatnya, secara
Theologis diupayakan agar dihasilkan akibat baik sebanyak mungkin bagi spesies
manusia manusia dan dihindari sebanyak mungkin akibat buruk bagi spesies itu.
Etika antroposentrisme ini dalam pandangan Anne Naes dikategorikan sebagai
Shallow Ecologi ( kepedulian lingkungan yang dangkal.
Cara pandang antroposentrisme, kini dikritik tajam oleh etika
biosentrisme dan eksosentrisme. Bagi biosentrime dan eksosentrisme, manusia
tidak hanya dipandang sebagai mahluk social. Manusia pertama-tama harus
dipahami sebagai mahluk biologis, mahluk ekologis. Dunia bukan sebagai
kumpulan objek-objek terpisah, tetapi sebagai suatu jaringan fenomena yang
saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain secara fundamental.
Etiak ini mengakui nilai intrinsik semua mahluk hidup dan memandang manusia
tak lebih dari suatu untain jaringan kehidupan.
Eksosentrisme berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas.
Berbeda dengan biosentrisme yang hanya memusatkan pada etika pada kehidupan
seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan etiak pada seluruh komunitas
ekologis, baik yang hidup dan yang tidak. Karena secara ekologis, mahluk hidup
dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lain. Oleh karenya,
kewajiban dan tanggungjawab moral tidak hanya dibatasi pada mahluk hidup.
Kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua
realitas ekologis.
Antroprosentrisme adalah teori etiak lingkungan yang memandang
manusia sebagai pusat dari system alam semesta. Manusia dan kepentingannya
dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan
yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak
langsung.
Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang
mempunyai nilai dan mendapat perhatian.segala seatu yang ada dialam semesta
ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi
kepentingan manusia. Oleh karenanya alampun hanya dipandang sebagai objek,
alat dan sarana dalam pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam
hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia, alam tidak mempunyai nilai pada
dirinya sendiri.
Bagi biosentrisme, tidak benar bahwa hanya manusia yang mempunyai
nilai. Alam juga mempunyai nilai pada dirinya sendiri lepas dari kepentingan
manusia. Ciri utama eetiak ini adalah biosentrik, karena teori ini menganggap
setiap kehidupan dan mahluk hidup mempunyai nilai pada dirinya sendiri
sehingga pantas mendapat pertimbangan dan kepedulian moral. Alam perlu
diperlakukan secara moral terlepas apakah dia bernilai bagi manusia atau tidak.
Karena yang menjadi pusat perhatian dan yang dibela teori ini adalah
kehidupan secara moral, berlaku prinsip bahwa setiap kehidupan dimuka bumi ini
mempunyai nilai moral yang sama sehingga harus dilindungi dan diselamatkan.
Teori ini mendasarkan moralitas pada keseluruhan kehidupan, entah pada manusia
atau padaq mahluk hidup lainnya.

3. Prinsip-prinsip Etika Lingkungan


Dengan mendasarkan nilai pada teori etika biosentrisme, eksosentrisme,
dan teori mengenai hak asasi alam, kita dapat merumuskan berbagai prisip moral
yang relevan untuk lingkungan hidup. Prinsip-prinsip ini terbuka untuk
dikembangkan lenbih lanjut. Perlu ditekankan bahwa prinsip-prinsip etika
lingkungan ini terutama bertumpu pada dua unsur pokok dari teori biosentrisme
dan eksosentrisme. Prinsip etika lingkungan ada sembilan antara lain :
a) Sikap hormat terhadap alam
Dengan mendasarkan diri pada teori bahwa komunitas ekologis adalah
komunitas moral, setiap anggota komuitas (manusia atau bukan) mempunyai
kewajiban moral untuk saling menghormati. Secara khusus , sebagai pelaku moral
manusia mempunyai kewajiban moral untuk menghormati kehidupan, baik pada
manusia atau mahluk lain dalam komuniatas ekologis seluruhnya.
Hormat terhadap alam adalah suatu prinsip dasar bagi manusia sebagai
bagian dari alam semesta seluruhnya. Seperti hal, setiap anggota komunitas social
mempunyia kewajiban moral untuk menghormati kehidupan bersama, demikian
pula setiap anggota komunitas ekologis harus saling menghargai dan menghormati
setiap kehidupan serta mempunyai kewajiban moral untuk menjaga bagian dari
komunitas.

b) Prinsip tanggung jawab


Terkait dengan prinsip hormat terhadap alam adalah tanggung jawab moral
terhadap alam, karena secara entologis manusia adalah bagian dari integral alam.
Setiap bagian dan benda dialam dicitakan Tuhan dengan tujuannya masing-
masing, terlepas apakah tujuan itu untuk kepentingan manusia atau tidak. Oleh
karena itu, manusia sebagai bagian dari alam semesta, bertanggung jawab pula
untuk menjaganya. Tanggung jawab itu bukan saja bersifat individual melainkan
juga kolektif. Prinsip tanggung jawab moral ini menuntut manusia untuk
mengambil prakarsa, usaha, kebijakan, dan usaha bersamauntuk menjaga alam
semesta dan isinya. Itu berarti kelestarian dan kerusakan alam merupakan
tanggung jawab bersama seluruh umat manusia.

c) Prinsip solidaritas kosmis


Prinsip solidaritas muncul dari kenyataan bahwa manusia adalah bagian
integral alam semesta, bahkan manusia mempunyai kedudukan yang sederajat
dengan alam dan semua mahluk hidup lain dialam ini. Kenyataan ini
membangkitkan dalam diri manusia perasaan solider, perasaan sepenanggungan
dengan alam dan semua mahluk hidup lain. Prinsip solider kosmis ini lalu
mendorong manusia unu7tk menyelamatkan lingkungan, untuk menyelamatkan
semua kehiupan dialam ini. Karena alam dan seluruh kehidupan didalamnya
mempunyai nilai yang sama bagi kehidupan manusia. solidaritas kosmis juga
mencegah manusia untuk tidak merusak dan mencemari alam dan seluruh
kehidupan didalamnya, sama seperti manusia tidak merusak rumah tangganya
sendiri.
d) Prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam
Prinsip kasih sayang dan kepedulian adalah prinsip moral satu arah,
menuju yang lain, tanpa mengharapkan balasan. Ia tidak didasarkan pada
pertimbangan kepentingan pribadi, tetapi semata-mata untuk kepentingan alam.
Yang menarik , semakin mencintai dan peduli terhadap alam, manusia semakin
berkembang menjadi manusia yang matang, sebagai pribadi dengan identitas yang
kuat. Karena alam memang menghidupkan, tidak hanya dalam pengertian fisik,
melaikan juga dalam pengertian mental dan spritual.
e) Prinsip “No Harm”
Prinsip “No Harm”, artinya karena manusia mempunyai kewajiban moral
dan tanggung jawab terhadap alam, paling tidak manusia tidak akan merugikan
alam secara tidak perlu. Dengan mendasari diri pada biosentrisme dan
eksosentrisme, manusia berkewajiban moral untuk melindungi kehidupan dialam
semesta ini. Kewajiban, sikap solider dan kepedulian ini bisa mengambil bentuk
minimal berupa tidak melakukan yang merugikan atau mengancam eksistensi
mahluk hidup lain dialam semesta ini.
f) Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam
Pada prinsip ini, ditekankan adalah nilai, kualitas, standar material. Yang
ditekankan buak rakus dan tamak mengumpulkan harta dan memiliki sebanyak-
banyaknya. Yang lebih penting adalah mutu kehidupan yang baik.
g) Prinsip keadilan
Berbeda dengan keenam prinsip sebelumnya, prinsip keadilan tidak
berbicara tentang perilaku manusia terhadap alam semestanya, prinsip ini lebih
berbicara tentang bagaimana manusia berperilaku satu terhadap yang lain dalal
kaitan dengan alam semesta dan bagaimana system social harus diatur agar
berdampak positif terhadap kelestarian lingkungan hidup. Dalam hal ini, prinsip
keadilan terutama berbicara tentang akses yang sama bagi semua kelompok dan
anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya
alam dan pelestaria alam. Dengan demikian, prinsip keadilan ini telah masuk
dalam politik ekologi, dimana pemerintah dituntut untuk membuka peluang dan
akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut
menetukan kebijkan khususnya dibidang lngkungan dan pemanfaatan alam ini
bagi kepentingan vital manusia. termasuk didal;amnya bahwa semua kelompok
dan anggota masyarakat harus secara proporsional menanggung beban yang
disebabkan oleh rusaknya alam semsetqa yang ada.
h) Prinsip demokrasi
Prinsip demokrsi ini sangat relevan dalam bidang lingkungan , terutama
dalam kaitan pengambilan kebijakan dibidang lingkungan yang menetukan baik-
buruk, rusak-tidaknya, tercemar tidaknya lingkungan hidup. Ini menjadi rinsip
moral politik yang menjadi garansi yang pro lingkungan hidup. Sebaliknya ada
kekawatiran kehidupan politik yang tidak demokratis, dan system politik yang
tidak menjamin adqanya demokrsi akan membahayakan bagi perlindungan
lingkungan hidup. Prinsip demokrasi mencakup beberapa prinsip moral lainnya :
- Demokrasi menjamin adanya keaneka ragaman dan pluralitas, baik
pluralitas kehidupan, pluralitas aspirasi, kelompok politik dan nilai.
- Demokrasi menjamin kebebasan dalam mengeluarkan pendapat dan
memperjuangkan nilaiyang dianut oleh setiap orang
- Demokrasi menjami setiap orang dan kelompok masyarakat ikut
berpartisipasi dalam menentukan kebijakn public dan memperoleh peluang yang
sama
- Demokrasi menjamin hak setiap orang untuk memperoleh informasi
yang akurat tentang setiap kebijakan publik
- Demorasi menuntut adanya akuntabilitas public
i) Prinsip integritas moral
Prinsip ini terutama dimaksudkan untuk pejabat public, dimana pejabat
public dituntut agar mempunyai sikap dan perilaku moral yang terhormat serta
memegang teguh prinsip- prinsip moral yang mengamankan kepentingan public.

4. Etika Baru Lingkungan


Parahnya krisis lingkuangan akibat pembalakan liar, pembakaran hutan
dan pengeksploitasian lingkungan tanpa batas, telah lama menuai protes keras dari
masyarakat, baik lewat tulisan maupun lewat aksi demonstrasi. Dari perspektif
sejarah, gaung protes kaum pecinta lingkungan sebenarnya mulai membahana,
ketika Rachel Carson dalam bukunya Silent Spring (1962) secara dramatis
meramalkan ancaman kerusakan lingkungan yang menimbulkan hancurnya
ekosistem yang mengancam keselamatan penghuni bumi. Ia meramalkan terjadi
musim semi yang sunyi, tanpa kicauan dan indahnya warna-warni.
Ironisnya, meski protes para pecinta lingkungan terus gencar, tetapi hutan
dan lingkungan disini tetap saja dieksploitasi tanpa batas, dan dibakar sehingga
semakin merusak lingkungan dan telah memusnahkan banyak ekosistem
didalamnya. Seperti bencana Lumpur beracun, PT lapindo Brantas Sidoarjo, yang
terkesan dibiarkan berlarut-larut sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan
yang sangat parah, dan belum diketahui kapan selesai penangananya .
Seperti kata Erich Fromm dalam bukunya To Have or to Be, keinginan
padahal merupakan sesuatu yang tidak terbatas. Keinginan untuk memiliki sesuatu
akan muncul keinginan berikutnya yang akan menimbulkan keserakahan.
Keserakahan itu sifatnya tidak terbata, tidak pernah sampai pada titik jenuh,
karena ini menyangkut mental. Oleh karena itu, ada dua hal yang harus
diperhatikan secara serius, pertama, sebagaimana kerap dikumandangkan para
pemerhati lingkungan, yaitu penegakan hokum secara tegas terhadap semua
perusak hutan. Bahkan itu menjadi kata kunci dari semua permasalahan ini. Sikap
bodoh dan permisif masyarakat terhadap penjarahan hutan, pembakaran liar, adan
pembakaran hutan disebabkan karena kurng tegasnya pemerintah dalam
menerapkan Hukum secara adilo. Kedua, sudah saatnya dibutuhkan kemanusiaan
baru yang beretika, dan memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi, yang sanggup
menghubungkan pola kehidupan yang lebih sehat dengan lingkungan dan tidak
bersifat eksploitatif.
Etiak lingkungan seperti itu, kerap pula disebut etika lingkungan yang namanya
kontekstualisme atau etika kontekstual. Dalam kontekstualisme ini tidak
diperlawankan manusia dengan alam atau lingkungannya, tetapi memandang
dampak-dampak dari kontaknya sebagai perilaku yang mandiri. Suatu etika yang
berlandas kuat dalam kosmos, sekaligus dalam landas pikiran dan tingkah laku
manusia yang bukan hanya memanfaatkan alam demi keuntungan semata,
melainkan harus bertanggung jawab mengembangkan daya-dayanya demi
generasi yang akan dating. Artinya, dalam diri masyarakat ditanamkan kesadaran
lewat pembentukan kepribadian dan jiwa kosmis, bahwa hutan memiliki fungsi
yang sangat sentral untuk kehidupan kita sekarang dan generasi yang akan datang.
Dalam kaitannya ini, kata ekolog Robin Attfield, manusia harus tegas merombak
cara berpikir yang lazim dalam pengelolaan alam, dan disiplin berpikir dengan
bertolak dari sisi alam, bukan dari sisinya sendiri. Tuntutan suatu etika lingkungan
hidup baru dapat dirangkum sebagai
berikut :
1. Manusia harus belajar untuk menghormati alam. Alam dilihat tidak
sematamata sebagai sesuatu yang berguna bagi manusia, melainkan yang
mempunyai nilai sendiri. Kalau terpaksa manusia men-campuri proses-proses
alam, maka tidak seluruhnya dan dengan terus menerus menjaga keutuhannya.
2. Manusia harus memberikan suatu perasaan tanggung jawab khusus
terhadap lingkungan lokal. Agar lingkungan manusia bersih, sehat, alamiah,
sejauh mungkin diupayakan agar manusia tidak membuang sampah seenaknya,
3. Manusia harus merasa bertanggung jawab terhadap kelestarian
biosfer. Untuk itu, diperlukan sikap peka terhadap kehidupan.
4. Etika lingkungan hidup baru menuntut larangan keras untuk merusak,
mengotori dan meracuni. Terhadap alam atau bagiannya manusia tidak
mengambil sikap yang merusak, mematikan, menghabiskan, mengotori, menyia-
nyiakan, melumpuhkan, ataupun membuang.
5. Solidaritas dengan generasi-generasi yang akan datang. Harus
menjadi acuantetap dalam komunikasi dengan lingkungan

5. Kesadaran Lingkungan
Hasil penelitian teoritik tentang kesadarna lingkungan hidup dari Neolaka
(1991), menyatakan bahwa kesadaran adalah keadaan tergugahnya jiwa terhadap
sesuatu, dalam hal ini terhadap lingkungan hidup, yang dapat terlihat dari perlaku
dan tidakan masing-masing individu .Menurut Joseph Murphy, kesadaran adalah
siuman atau sadar akan tingkah lakunya yanitu pikiran sadar yang diingini
Dari teori diatas maka dapat diberikan pengertian sebagai berikut.
Pertama, kesadaran ialah pengetahuan sadar sama dengan tahu. Pengetahuan
akan hal yang nyata, konkrit, dimaksudkan adalah pengetahuan yang mendalam.
Contohnya jika ada pengetahuan bahwa dilarang membuang sampah kesungai, itu
penting ditaati, maka manusia tersebut menunjukkan bahwa ia sadar lingkungan.
Menurut Ensiklopedia Umum (1977) lingkungan adalah alam sekitar termasuk
orang-orangnya dalam hidup pergaulan yang mempengaruhi manusia sebagai
anggota masyarakat dalam kehidupan kebudayaannya. Menurut Ensiklopedia
Indonesia (1983), lingkungan adalah segala sesuatu yang ada diluar organisme
meliputi lingkungan mati yaitu lingkungan diluar suatu organisme yang terdiri
dari benda atau faktor alam yang tidak hidup, seperti bahan kimia, cahaya,
gravitasi, atmosfer, suhu, dan lain-lain. Lingkungan hidup adalah lingkungan
diluar suatu organisme yang terdiri dari organisme hidup, seperti tumbuhan,
hewan dan manusia.
Setelah diberikan pengertian tentang lingkungan maka akan dibahas
mengenai “lingkungan hidup”. Menurut UU RI No.4 tahun 1982, tentang
ketentuan-ketentuan pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU RI No.23
tahun 1997. tentang pengelolaan lingkuang hidup , diakatakan bahwa ;
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan
dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup
lainnya.
Dalam sejarah, kesadaran lingkungan telah berlangsung dari proses tahap
awal lingkungan habitat yaitu dengan konferensi Stockholm,1972. Di Indonesia
diwujudkan pembentukan lembaga non kepemerintahan, yaitu Meneg PPLH dan
sekarang meneg LH. Masing-masing dengan acuan yang ditetapkan dalam GBHN
Makalah Biologi Umum II

ETIKA LINGKUNGAN

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:

Nama : Jakop Hutapea


NIM : 409141044
Jurusan : Pend Bio B 2009

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2010

You might also like