You are on page 1of 3

Laporan Pengamatan

Tujuan
Mengetahui tipe golongan darah dan rhesus

Kajian Teori
Sistem ABO

Sebelum tahun 1900, orang belum dapat melakukan transfuse darah yang aman karena
sering terjadi kejutan yang menyebabkan kematian. Pada tahun 1900, K Landsteiner dari Austria
menemukan adanya golongan darah pada manusia. Dia menemukan bahwa bila golongan darah
yang berbeda dicampurkan akan terjadi penggumpalan pada sel-sel darah merah tersebut. Inilah
yang menyebabkan kematian.

Menurut Landsteiner, golongan darah manusia dapat dibedakan menjadi golongan darah
A, AB, B, dan 0 (nol). Penggolongan darah AB0 berdasarkan ada tidaknya antigen-antibodi di
dalam darah seseorang. Antigen (zat asing) yang dibentuk berupa aglutinogen (zat yang
menggumpalkan), sedangkan antibody (pelawan antigen) yang dibentuk berupa agglutinin (zat
yang digumpalkan). Keduanya merupakan protein.

1. Golongan darah A mempunyai aglutinogen A dan aglutinin β


2. Golongan darah B mempunyai aglutiogen B dan aglutinin α
3. Golongan darah AB mempunyai aglutinogen AB dan tidak memiliki agglutinin
4. Golongan darah 0 tidak memiliki aglutinogen dan memiliki agglutinin α dan β.

Aglutinogen A menggumpalkan agglutinin α dan aglutinogen B menggumpalkan agglutinin β.


Jika orang golongan darah A mendapat transfuse darah dari golongan B, maka akan terjadi
aglutinasi (penggumpalan darah).

resipien 0 A B AB

donor
0 aman aman aman Aman
A Terjadi aglutinasi Aman Terjadi aglutinasi Aman
B Terjadi aglutinasi Terjadi aglutinasi Aman Aman
AB Terjadi aglutinasi Terjadi aglutinasi Terjadi aglutinasi Aman

Dari table dapat dilihat bahwa golongan darah 0 disebut sebagai donor universal dan golongan
darah AB disebut resipien universal.
SISTEM RHESUS

Setelah sistem ABO, maka sistem Rhesus (Rh) merupakan golongan darah yang mempunyai
makna klinis terpenting. Tidak seperti halnya anti-A dan anti-B yang selalu ada pada orang normal. Anti
Rhesus tidak terdapat daam darah seorang tanpa rangsangan imunisasi. Antigen utama dalan sistem
Rhesus adalah antigen D, yang mampu merangsang pembentukan antibodi bila eryhtrosit dengan
antigen itu dimasukkan dalam sirkulasi seorang yang tidak mempunyai antigen Rh.

Antigen D terdapat dalam eryhtrosit 85 % orang kulit putih, persentase ini lebih tinggi pada
orang kulit hitam, Indian dan Asia. Hanya 15 % orang kulit putih yang tidak mempunyai antigen D, tetapi
diantara orang-orang ini haya 50-75% akan membentuk anti-D bila sejumlah besar eryhtrosit dengan
antigen D masuk dalam sirkulasi darahnya. Tidak ada golongan darah lain yang mempunyai potensi
merangsang pembentukan antibodi melebihi potensi yang dimiliki oleh golongan Rhesus.
Sistem Rhesus terdiri atas bermacam-macam antigen. Orang-orang dengan eryhtrosit yang mengandung
antigen D disebut Rh positif atau Rh (+) sedangkan mereka yang tidak mempunyai antigen D disebut Rh
negatif, tanpa menghiraukan ada tidaknya jenis antigen sistem Rhesus yang lain.

Rumusan Masalah

Cara Kerja

Alat dan Bahan

Data

Kesimpulan
Pada percobaan :

Jika darah resus positif, diberi anti d akan menggumpal

You might also like