You are on page 1of 10

Pengertian Pers dan Ciri-Ciri Pers

Istilah “pers” berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti press. Secara
harfiah pers berarti cetak dan secara maknawiah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi
secara dicetak (printed publication).

Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian luas dan
pers dalam pengertian sempit. Dalam pengertian luas, pers mencakup semua media komunikasi
massa, seperti radio, televisi, dan film yang berfungsi memancarkan/ menyebarkan informasi,
berita, gagasan, pikiran, atau perasaan seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain.
Maka dikenal adanya istilah jurnalistik radio, jurnalistik televisi, jurnalistik pers. Dalam
pengertian sempit, pers hanya digolongkan produk-produk penerbitan yang melewati proses
percetakan, seperti surat kabar harian, majalah mingguan, majalah tengah bulanan dan
sebagainya yang dikenal sebagai media cetak.

Pers mempunyai dua sisi kedudukan, yaitu: pertama ia merupakan medium komunikasi yang
tertua di dunia, dan kedua, pers sebagai lembaga masyarakat atau institusi sosial merupakan
bagian integral dari masyarakat, dan bukan merupakan unsur yang asing dan terpisah
daripadanya. Dan sebagai lembaga masyarakat ia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga-
lembaga masyarakat lainnya

Pers sebagai Medium Komunikasi

Ditinjau dari kerangka proses komunikasi, pers tidak lain adalah medium (perantara) atau saluran
(channel) bagi pernyataan-pernyataan yang oleh penyampainya ditujukan kepada penerima yaitu
khalayak. Dalam proses komunikasi melalui media terdapat 5 unsur atau komponen yang
terlibat, yaitu (1) penyampai, (2) pesan, (3) saluran, (4) penerima, (5) efek. Pers hanya sebagai
saluran bagi pernyataan umum. Yang bertindak sebagai penyampai bukan individu biasa seperti
yang terdapat dalam komunikasi tatap muka, melainkan individu yang bekerja pada surat kabar,
majalah, studio radio, televisi, dan sebagainya. Dalam penyampaian pernyataan tersebut ia tidak
bertindak sebagai individu biasa, melainkan sebagai bagian atau mewakili media massa. Jadi ia
sendiri tidak menampilkan atau mencantumkan namanya, seperti lazimnya dalam media massa.
Ia adalah orang yang anonim.

Wilbur Schramm menyebutnya sebagai institutionalized person. Sekalipun harus diakui bahwa
tidak semua individu bekerja secara anonim, sebab ada juga orang yang bekerja pada
persuratkabaran secara terang-terangan, misalnya seorang kolumnis. Ia adalah orang yang secara
periodik dengan menyebutkan atau menuliskan namanya dalam penyelenggaraan suatu rubrik
tertentu. Seorang kolumnis dapat juga digolongkan sebagai opinion leader atau pembentuk
pendapat umum. Karena namanya sudah merupakan jaminan bagi mutu tulisannya, dan tulisan
itu dijadikan pedoman bagi pembaca-pembacanya yang setia. Bahkan pengaruh seorang
kolumnis kadang-kadang sampai sedemikian besarnya, sehingga sebagai perseorangan ia mampu
mempengaruhi kebijaksanaan politik pemerintahnya.
Pers sebagai Lembaga Masyarakat

Pers sebagai subsistem dari sistem sosial selalu tergantung dan berkaitan erat dengan masyarakat
dimana ia berada. Kenyataan ini mempunyai arti bahwa di manapun pers itu berada,
membutuhkan masyarakat sebagai sasaran penyebaran informasi atau pemberitaannya. Pers lahir
untuk memenuhi keperluan masyarakat akan informasi secara terus menerus mengenai kejadian-
kejadian atau peristiwa-peristiwa besar atau kecil yang terjadi di dalam masyarakat.

Peranan dan fungsi pers selain melakukan pemberitaan yang obyektif kepada masyarakat, juga
berperan dalam pembentukan pendapat umum. Bahkan dapat berperan aktif dalam meningkatkan
kesadaran politik rakyat dan dalam menegakkan disiplin nasional. Peranan pers dan media massa
lainnya yang paling pokok dalam pembangunan adalah sebagai agen perubahan. Letak
peranannya adalah dalam membantu mempercepat proses peralihan masyarakat tradisional
menjadi masyarakat modern.

Fungsi Pers:

1. Fungsi menyiarkan informasi (to inform)


Menyiarkan informasi merupakan fungsi pers yang pertama dan utama. Khalayak pembaca
berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal di
bumi ini, mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan
oleh orang lain, apa yang dikatakan orang lain, dan sebagainya.

2. Fungsi mendidik (to educate)


Sebagai sarana pendidikan massa (mass education), surat kabar dan majalah memuat tulisan-
tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya.
Fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. Kadang-kadang
cerita bersambung atau berita bergambar juga mengandung aspek pendidikan.

3. Fungsi menghibur (to entertain)


Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat oleh surat kabar dan majalah untuk mengimbangi
berita-berita berat (hard news) dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar dan majalah yang
bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka teki
silang, pojok, karikatur, tidak jarang juga berita yang mengandung minat insani (human interest),
dan kadang-kadang tajuk rencana. Meskipun pemuatan isi mengandung hiburan, itu semata-mata
untuk melemaskan ketegangan oikiran setelah para pembaca dihidangi berita dan artikel yang
berat.

4. Fungsi mempengaruhi (to influence)


Fungsi mempengaruhi ini yang menyebabkan pers memegang peranan penting dalam kehidupan
masyarakat. Napoleon pada masa jayanya pernah berkata bahwa ia lebih takut kepada empat
surat kabar daripada serangan serdadu dengan senapan bersangkur terhunus. Sudah tentu surat
kabar yang ditakuti ini ialah surat kabar yang independent, yang bebas menyatakan pendapat,
bebas melakukan social control, bukan surat kabar yang membawakan ”his masteries voiceI”.
Fungsi mempengaruhi dari surat kabar, secara implisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel.

SISTEM PERS: POLA HUBUNGAN PERS DAN PEMERINTAHAN

1. Teori Pers Otoriter (Authoritarian)

Lahir pada abad ke-15 sampai ke-16 pada masa bentuk pemerintahan bersifat otoriter (kerajaan
absolut). Teori ini hampir secara otomatis dipakai di semua negara ketika masyarakat mulai
mengenal surat kabar sebagai wahana komunikasi.

Dalam teori ini, media massa berfungsi menunjang negara (kerajaan) dan pemerintah dengan
kekuasaan untuk memajukan rakyat sebagai tujuan utama. Oleh karena itu pemerintah langsung
menguasai dan mengawasi kegiatan media massa. Akibatnya sistem media massa sepenuhnya
berada di bawah pengawasan pemerintah. Kebebasan pers sangat tergantung pada kekuasaan raja
yang mempunyai kekuasaan mutlak.

4 asumsi dasar falsafah tentang hubungan antara manusia, masyarakat, dan negara:

a) Hakikat Manusia: manusia dapat mencapai potensi sepenuhnya hanya apabila manusia itu
menjadi anggota masyarakat. Manusia sebagai individu bidang kegiatannya terbatas.

(b) Hakikat Masyarakat: manusia sebagai anggota masyarakat atau kelompok yang terorganisasi
akan mampu mencapai tujuan hidupnya bahkan tak terukur. Dengan asumsi ini maka kelompok
lebih penting daripada perseorangan karena hanya melalui kelompoklah tujuan perseorangan
dapat tercapai.

(c) Hakikat Negara: bahwa negara adalah ekspresi tertinggi dari organisasi kelompok manusia,
mengungguli perseorangan dalam segala skala nilai. Tanpa negara orang perseorangan tidak
sanggup mengembangkan atribut-atribut manusia yang berbudaya. Ketergantungan perseorangan
terhadap negara dalam mencapai dan mengembangkan peradaban muncul sebagai formula umum
dari semua sistem otoriter.

(d) Hakikat Kebenaran dan Pengetahuan: pengetahuan dapat ditemukan melalui usaha mental.
Kemampuan dalam menggunakan proses mental dalam mendorong munculnya proses itu sangat
berbeda. Karena adanya perbedaan itu maka manusia juga harus dibedakan tempatnya dalam
struktur masyarakat. Orang-orang bijaksana yang mempunyai kesanggupan menganalisis dan
menyimpulkan masalah harus menjadi pemimpin dalam suatu masyarakat yang terorganisasi.
Atau, apabila tidak menjadi seorang pemimpin maka setidaknya harus menjadi penasihat bagi
pemimpin-pemimpin masyarakat. Pengetahuan yang tidak diilhami tuntutan Ketuhanan didapat
melalui usaha-usaha manusia yang sebaiknya disalurkan melalui negara untuk kebaikan semua
orang. Dengan demikian maka pengetahuan yang diperoleh dapat dikembangkan dan dapat
dijadikan panutan semua anggota masyarakat yang memubutuhkan rumusan absolut.

Kekuasaan yang ada pada tangan pemerinah, pada mulanya ada di tangan gereja. Mereka
menganggap dirinya mendapat wahyu dari Yesus Kristus untuk membimbing masyarakat agar
tidak menyimpang. Akhirnya pemikiran-pemikiran yang dibenarkan gereja menjadi keharusan.
Tokoh-tokoh ini adalah Plato, Machiavelli, Hobbes, Hegel, serta Trotsky.

Prinsip utama:
- Media seyogyanya tidak melakukan hal-hal yang dapat merusak wewenang yang ada.
- Media selamanya (akhirnya) harus tunduk pada penguasa yang ada.
- Media seyogyanya menghindari perbuatan yang menentang nilai-nilai moral dan politik atau
dominan mayoritas.
- Penyensoran dapat dibenarkan untuk menerapkan prinsip-prinsip ini.
- Kecaman yang tidak dapat diterima terhadap penguasa, penyimpangan dari kebijaksanaan
resmi, atau perbuatan yang menentang kode moral dipandang sebagai perbuatan pidana.
- Wartawan atau ahli media lainnya tidak memiliki kebebasan di dalam organisasi medianya.
Para Tokoh Pemikir

a. Plato
Bentuk pemerintahan yang ideal adalah pemerintahan aristokrat atau kebangsawanan. Sifat dasar
manusia termasuk keinginan-keinginan materialnya dan perasaan mementingkan diri sendiri
cenderung merendahkan derajat pemerintahan. Plato beranggapan bahwa negara akan selamat
hanya apabila dipegang oleh orang-orang bijak, misalnya pada magistrat yang memerintah yang
memerintah denga otoritas moral dan menggunakan otoritas tersebut untuk menjaga agar elemen
masyarakat yang paling dasar tetap pada garisnya. Plato yakin bahwa masyarakat yang ideal
adalah masyarakat di mana negara membentuk dan memaksakan tujuan-tujuan politik dan
budayanya. Pandangan demikian berarti bahwa ada pengendalian ketat terhadap terjadinya opini
dan diskusi dalam masyarakat.

b. Machiavelli
Machiavelli tidak mempersoalkan tujuan dan arah negara. Yang dipermasalahkan adalah cara
untuk mendapatkan dan agar tetap memegang kekuasaan politik. Keamanan negara harus dapat
dicapai dengan kebijakan penguasa yang realistis dan nonmoralis. Dibawah doktrin seperti itu
diskusi dalam masyarakat harus dibatasi apabila penguasa menganggap bahwa diskusi itu
mengancam kedudukannya.

c. Thomas Hobbes
Berdasarkan dua keinginan dasar manusia, yaitu bebas dari penderitaan dan ingin berkuasa,
Hobbes mengembangkan suatu sistem filsafat politik yang lengkap dimana kekuasaan
mengawasi kegiatan tiap orang demi kepentingan banyak orang ialah yang terpenting.
Kekuasaan untuk menjaga ketertiban dan kedamaian merupakan hal yang utama.

d. George Hegel
Ahli filsafat dari Jerman ini dijuluki sebagai pencetus cikal bakal komunisme dan fasisme.
Kebebasan perseorangan menurut Hegel untuk mengetahui bahwa orang tersebut tidak bebas,
tetapi tindakannya ditentukan oleh sejarah, masyarakat, terutama ide absolut yang terwujud
dalam negara.

· Kaum Tudor di Inggris pada abad 16 memberikan hak-hak paten yang sifatnya eksklusif
kepada orang-orang pilihan yang memonopoli bidang penerbitan dan mengeruk keuntungan
sepanjang mereka tidak berusaha menggoncangkan pemerintahan
· Jurnal-jurnal resmi yang mewakili pemerintah diterbitkan di semua negara Barat. Jurnal-jurnal
ini diberi tugas untuk memberikan gambaran yang tepat dan cermat tentang kegiatan pemerintah
agar disiarkan kepada masyarakat. Juga membuat tindakan balasan untuk menghapus kesan yang
salah akibat tulisan yang karena suatu dan lain hal tidak terjangkau oleh pengawasan pemerintah.
· Dikeluarkan sistem lisensi atau perizinan untuk karya perseorangan, terutama dalam masalah
agama dan politik. Mereka harus menyerahkan hasil karya kepada wakil pemerintah yang
dianggap tahu mengenai tujuan pemerintah.
· Cara lain dalam mengawasi pers ialah pendakwaan melalui pengadilan atas pelanggaran
peraturan yang telah diterima oleh umum. Dalam semua tindakan hukum tuduhan pengkhianatan
merupakan tindakan kriminal terhadap masyarakat.
· Ada tiga kategori tindakan yang dapat digolongkan sebagai pengkhianatan, yaitu (1) usaha
menggulingkan negara, (2) terlibat dalam kegiatan yang dapat mengarah pada penggulingan
negara, dan (3) mendukung dan menganjurkan kebijaksanaan yang dapat mengarahkan pada
penggulingan negara. Hukuman bagi pengkhianatan biasanya ialah hukuman mati sebagai
senjata ampuh untuk membungkam pendapat yang menyerang pemerintah.
· Yang diijinkan ialah semua hal yang mendukung dan mengembangkan tujuan dan kebijakan
negara. Sebaliknya, hal yang bersifat mengkritik para pemimpin politik beserta proyek-
proyeknya dilarang.

2. Teori Pers Liberal (Libertarian)

Sistem pers liberal ini berkembang pada abad ke 17 dan 18 sebagai akibat timbulnya Revolusi
Industri dan perubahan besar di dalam pemikiran-pemikiran masyarakat di Barat pada waktu itu
yang lebih dikenal sebagai abad aufklarung (abad pencerahan). Lahirnya prinsip liberal yang
mendasari pelbagai lembaga sosial politik terutama pers disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya (1) penemuan geografis menghasilkan perluasan pemikiran manusia terutama
penemuan-penemuan ilmiah, seperti Newton, Copernicus, dan Keppler yang memperlihatkan
adanya nilai-nilai baru. (2) kehadiran kelas menengah dalam masyarakat terutama di Eropa di
mana kepentingan kelas komersial sedang berkembang dan menuntut agar pertikaian agama
dihentikan. Sementara itu, hak khusus bangsawan dibatasi. Di Inggris terjadi pergeseran dengan
keunggulan parlemen atau wakil rakyat atas kekuasaan raja, terjadi pembentukan partai dan
menghasilkan pembenaran hak untuk mengadakan revolusi.

Menurut teori ini, manusia pada dasarnya mempunyai hak-haknya secara alamiah untuk
mengejar kebenaran dan mengembangkan potensinya apabila diberikan iklim kebebasan
menyatakan pendapat.

Prinsip Dasar:
(a) Manusia pada hakikatnya dilahirkan sebagai makhluk bebas yang dikendalikan oleh ratio atau
akalnya.
(b) Kebahagiaan dan kesejahteraan individu merupakan tujuan dari manusia, masyarakat, dan
negara. Manusia sebagai makhluk yang menggunakan akalnya mempunyai kemampuan untuk
mengatur dunia sekelilingnya dan dapat mengambil keputusan-keputusan yang sesuai dengan
kepentingannya.
(c) Negara merupakan alat yang sangat diperlukan oleh masyarakat untuk mencapai tujuan.
Negara menyediakan lingkungan bagi masyarakat dan perseorangan sehingga mereka dapat
menggunakan kemampuannya sendiri untuk mencapai tujuan. Apabila negara gagal dalam
mencapai tujuan tersebut maka dianggap sebagai penghalang dan boleh diubah.
(d) Kemampuan berpikir manusia adalah pemberian Tuhan yang sama halnya dengan pemberian
kejahatan dan kebaikan. Dengan kemampuan tersebut manusia dapat memecahkan permasalahan
sehingga makna pemberian Tuhan memudar dan kemampuan manusia memecahkan persoalan
menjadi lebih menonjol.

Mengenai kebebasan pers, teori libertarian beranggapan bahwa pers harus mempunyai kebebasan
yang seluas-luasnya untuk membantu manusia dalam usahanya mencari kebenaran. Untuk
mencari kebenaran, manusia memerlukan kebebasan untuk memperoleh informasi dan pikiran-
pikiran yang hanya dapat secara efektif diterima ketika itu, apabila disampaikan melalui pers.
Dengan demikian jelas bahwa dalam masyarakat liberal, kebebasan pers merupakan hal yang
sangat pokok, karena dari kebebasan pers ini akan dapat dilihat esensialita dari kebebasan
manusia. Atau dengan kata lain, kebebasan pers dapat menjadi ukuran atas kebebasan yang
dimiliki oleh setiap manusia.

Sistem Pers Komunis

Teori ini berkembang pada awal abad ke20 sebagai akibat dari sistem komunis di Uni Soviet.
Dalam teori komunis ini, media massa merupakan alat pemerintah (partai) dan bagian integral
dari negara. Ini berarti bahwa media massa harus tunduk pada perintah dan kontrol dari
pemerintah atau partai. Tunduknya media massa pada partai komunis membawa arti yang lebih
dalam, yaitu sebagai alat dari partai komunis yang berkuasa. Kritik diizinkan dalam media
massa, tetapi kritik terhadap dasar ideologi dilarang. Media massa melakukan yang terbaik
menurut pemimpin elit negara dan partai, dan apa yang terbaik menurut pemimpin elit negara
dan partai. Yang dilakukan media massa untuk mendukung komunis dan negara sosialis
merupakan perbuatan moral, sedangkan perbuatan yang membahayakan atau merintangi
pertumbuhan komunis adalah perbuatan imoral.

Lenin mempunyai keyakinan bahwa pers harus selalu melayani kelas yang dominan dalam
masyarakat, yaitu kaum proletar. Oleh karena itu pers harus melayani kepentingan partai
komunis, sebagai satu-satunya partai yang mewakili kaum proletar dan sekaligus bertindak
sebagai pemimpinnya. Fungsi pers komunis ditetapkan sebagai alat untuk melakukan
”indoktrinasi massa” atau ”pendidikan massa/bimbingan massa” yang dilancarkan oleh partai.
Bimbingan dan pendidikan massa ini dilakukan melalui ”propaganda” dan ”agitasi” yang
merupakan salah satu aspek terpenting dari fungsi partai dan kegiatan-kegiatan formal negara.

Tunduknya pers secara total kepada partai Komunis ini membawa konsekuensi bahwa
kebebasannya dibatasi untuk menerbitkan berita-berita atau pandangan-pandangan sendiri,
demikian juga usahanya memanfaatkan kebebasan untuk sedapat mungkin melayani kepentingan
atau pendapat para pembacanya.

Prinsip dari teori Pers Komunis:


- Media seyogyanya melayani kepentingan dari dan berada di bawah pengendalian kelas pekerja
- Media seyogyanya tidak dimiliki secara pribadi
- Media harus melakukan fungsi positif bagi masyarakat dengan: sosialisasi terhadap norma yang
diinginkan; pendidikan; informasi; motivasi; mobilisasi
- Di dalam tugas menyeluruhnya bagi masyarakat, media seyogyganya tanggap terhadap
keinginan dan kebutuhan audiensnya
- Masyarakat berhak melakukan sensor dan tindakan hukum lainnya untuk mencegah, atau
menghukum setelah terjadinya peristiwa, publikasi anti masyarakat
- Media perlu menyediakan pandangan yang purna (complete) dan objektif tentang masyarakat
dan dunia, dalam batas-batas prinsip marxisme-leninisme
- Wartawan adalah ahli yang bertanggung jawab yang tujuan dan cita-citanya seyogyanya serupa
dengan kepentingan terbaik masyarakat
- Media hendaknya mendukung gerakan progresif di dalam dan di luar negeri

Perbedaan dengan Teori Pers Otoriter

Teori Pers Otoriter


Teori Pers Komunis
Pers adalah alat penguasa
Pers bagian dari partai yang berkuasa dan merupakan milik negara
Media pers memperoleh imbalan baik berupa fasilitas maupun keuntungan
Ditiadakan
Pers tidak diizinkan mengkritik kelemahan penguasa
Bebas mengundang kritik dari penguasa dalam batas meningkatkan program dan efisiensi kerja
sebagai alat partai
Mempertahankan kekuasaan yang berkuasa
Menggulingkan kapitalisme dan borjuis untuk mencapai tujuan masyarakat tanpa kelas
Mempertahankan kelas feodal
Menciptakan masyarakat tanpa kelas
Sedikit terintegrasi dalam kegiatan dengan pemerintahan
Secara menyeluruh terintegrasi

Teori Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)

Muncul pada permulaan abad ke20 sebagai protes terhadap kebebasan yang mutlak dari teori
libertarian yang mengakibatkan kemerosotan moral pada masyarakat. Dasar pemikiran teori ini
adalah kebebasan pers harus disertai tanggung jawab kepada masyarakat.

Teori tanggung jawab sosial berasal dari inisiatif orang Amerika – Komisi Kebebasan Pers atau
the Commission on Freedom of the Press. Pendorongnya yang utama adalah tumbuhnya
kesadaran bahwa dalam hal-hal tertentu yang penting, pasar bebas telah gagal untuk memenuhi
janji akan kebebasan pers dan untuk menyampaikan maslahat yang diharapkan bagi masyarakat.
Secara khusus, perkembangan tenologi dan perdagangan pers dikatakan telah menyebabkan
kurangnya kesempatan akses bagi orang-orang dan berbagai kelompok serta rendahnya standar
prestasi dalam upaya memenuhi kebutuhan kelompok serta rendahnya standar prestasi dalam
upaya memenuhi kebutuhan informasi, sosial dan moral dari masyarakat. Hal itu juga dipandang
telah meningkatkan kekuasaan kelas tertentu. Pada saat yang sama, munculnya media radio dan
film yang baru dan tampaknya sangat berpengaruh telah menunjukkan adanya kebutuhan akan
jenis pengendalian publik tertentu dan sarana yang sesuai bagi media cetak yang telah lama
mapan dan terorganisasi secara profesional.
Teori ini merupakan hasil pemikiran para ahli pikir ketika itu yang merasa bahwa teori
libertarian murni dan tradisional sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan zaman dan kebutuhan
masyarakat pada waktu itu. Pada ahli pikir ini berpendapat bahwa terhadap kebebasan yang telah
dinikmati oleh pers Amerika Serikat selama dua abad lebih haruslah diadakan pembatasan-
pembatasan atas dasar moral dan etika. Pers harus bertindak dan melakukan tugasnya sesuai
dengan standar-standar hukum tertentu.

Teori tanggung jawab sosial ini, seperti yang diuraikan oleh Theodore Peterson, mendasarkan
pandangannya kepada suatu prinsip bahwa ”kebebasan pers harus disertai dengan kewajiban-
kewajiban, dan pers mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab kepada masyarakat guna
melaksanakan tugas-tugas pokok yang dibebankan kepada komunikasi massa dalam masyarakat
modern seperti sekarang ini”.

Uraian Peterson ini mengandung makna bahwa dalam teori tanggung jawab sosial, prinsip
”kebebasan pers” masih dipertahankan dengan penambahan tugas dan beban, bahwa kebebasan
yang mereka miliki itu haruslah disertai dengan kewajiban-kewajiban bertanggung jawab.

Teori ini cenderung berorientasi kepada mementingkan kepentingan umum, baik secara
individual maupun kelompok; misalnya pengertian mengenai siapa yang berhak menggunakan
media, oleh teori tanggung jawab sosial, dianggapnya bahwa setiap orang mempunyai sesuatu
untuk dikatakan. Dan hak kontrol dari media yang diberikan kepada kelompok-kelompok
sebagai pendapat masyarakat, tindakan-tindakan konsumen, dan nilai-nilai profesi. Ini berarti
bahwa tugas pers harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, dan masyarakat harus bisa
melihat dan menilai tugas tanggung jawab sosial ini secara nyata. Maka dapat dikatakan bahwa
kebebasan yang dianut oleh teori tanggung jawab sosial ini sangat berbeda dengan pengertian
kebebasan mutlak yang dianut oleh teori libertarian. Kebebasan menurut teori tanggung jawab
sosial harus pula melihat kepentingan umum atau masyarakat lingkungannya di mana pers itu
berada.

Teori tanggung jawab sosial menyarankan suatu petunjuk, di mana pemikiran mengenai
kebebasan pers diarahkan. Beberapa aspek dari teori ini telah dijalankan seperti di Amerika
Serikat. Sejumlah penerbit surat kabar merasakan adanya tanggung jawab terhadap masyarakat
yang mereka layani. Sebagai realisasi, industri-industri film membentuk peraturan sendiri
(intern) untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Orang-orang Amerika mulai menuntut
adanya standar tertentu bagi penampilan pers, adanya ketetapan dalam undang-undang. Mereka
membuat kode etik dan mengelola media dengan pertimbangan kebaikan bagi masyarakat.

Prinsip utama teori tanggung jawab sosial:


- Media seyogyanya meneriman dan memenuhi kewajiban tertentu kepada masyarakat
- Kewajiban tersebut terutama dipenuhi dengan menetapkan standar yang tinggi atau profesional
tentang keinformasian, kebenaran, ketepatan, obyektivitas, dan keseimbangan
- Dalam menerima dan menerapkan kewajiban tersebut, media seyogyanya dapat mengatur diri
sendiri di dalam kerangka hukum dan lembaga yang ada
- Media seyogyanya menghidari segala sesuatu yang mungkin menimbulkan kejahatan,
kerusakan atau ketidaktertiban umum atau penghinaan terhadap minoritas etnik atau agama
- Media secara keseluruhan hendaknya bersifat pluralis dan mencerminkan kebhinekaan
masyarakatnya, dengan memberikan kesempatan yang sama untuk mengungkapkan berbagai
sudut pandang dan hak untuk menjawab
- Masyarakat dan publik, berdasarkan prinsip yang disebut pertama, memiliki hak untuk
mengharapkan standar prestasi yang tinggi dan intervensi dapat dibenarkan untuk mengamankan
kepentingan umum
- Wartawan dan media profesional seyogyanya bertanggung jawab terhadap masyarakat dan juga
kepada majikan serta pasar.
Fungsi dan peranan pers

Berdasarkan ketentuan pasal 33 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, fungi


pers ialah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial .
Sementara Pasal 6 UU Pers menegaskan bahwa pers nasional melaksanakan peranan
sebagai berikut:

memenuhi hak masyarakat untuk


mengetahuimenegakkkan nilai-nilai dasar
demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia,
serta menghormati kebhinekaanmengembangkan pendapat umum
berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benarmelakukan pengawasan, kritik,
koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umummemperjuangkan
keadilan dan kebenaran

Berdasarkan fungsi dan peranan pers


yang demikian, lembaga pers sering disebut sebagai pilar keempat demokrasi( the
fourth estate) setelah lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif , serta
pembentuk opini publik yang paling potensial dan efektif. Fungsi peranan pers
itu baru dapat dijalankan secra optimal apabila terdapat jaminan kebebasan pers
dari pemerintah.

Menurut tokoh pers, jakob oetama , kebebsan pers menjadi syarat mutlak agar
pers secara optimal dapat melakukan pernannya. Sulit dibayangkan bagaiman
peranan pers tersebut dapat dijalankan apabila tidak ada jaminan terhadap
kebebasan pers.

Pemerintah orde baru di Indonesia sebagai rezim pemerintahn yang sangat


membatasi kebebasan pers . hl ini terlihat, dengan keluarnya Peraturna Menteri
Penerangan No. 1 tahun 1984 tentang Surat Izn Usaha penerbitan Pers (SIUPP),
yang dalam praktiknya ternyata menjadi senjata ampuh untuk mengontrol isi
redaksional pers dan pembredelan.

Albert Camus, novelis terkenal dari Perancis


pernah mengatakan bahwa pers bebas dapat baik dan dapat buruk , namun tanpa
pers bebas yang ada hanya celaka.

Oleh karena salah satu fungsinya ialah melakukan kontrol sosial itulah,
pers melakukan kritik dan koreksi terhadap segal sesuatu yang menrutnya tidak
beres dalam segala persoalan. Karena itu, ada anggapan bahwa pers lebih suka
memberitakan hah-hal yang slah daripada yang benar. Pandangan seperti itu
sesungguhnya melihat peran dan fungsi pers tidak secara komprehensif, melainkan
parsial dan ketinggalan jaman.Karena kenyataannya, pers sekarang juga
memberitakan keberhasilan seseorang, lembaga pemerintahan atau perusahaan yang
meraih kesuksesan serta perjuangan mereka untuk tetap hidup di tengah berbagai
kesulitan.

You might also like