You are on page 1of 4

Candi Penataran, Sumber Air yang tak Pernah 

Kering
Kompleks Candi Penataran memiliki potensi yang luar biasa besarnya. Sebagai candi
terbesar di Jawa Timur, Candi di kawasan Nglegok, Blitar ini, ibarat “sumber air yang tak pernah
kering” untuk ditimba oleh siapapun yang bermaksud mendapatkan informasi, imajinasi dan
makna keteladanan.

Dalam sarasehan yang diselenggarakan dalam kaitan Festival Seni Rupa Panji di
Penataran, Drs. M. Dwi Cahyono,M.Hum, mengemukakan hal itu Sabtu lalu (12/6) di Museum
Candi Penataran, desa Penataran, Kec. Nglegok Blitar. Pada kesempatan yang sama, selain
arkeolog dari Universitas Negeri Malang (UNM) itu, juga tampil sebagai narasumber adalah DR.
Lydia Kieven, arkeolog dari Jerman, yang menyelesaikan thesis Doktoralnya dari Sydney
University mengenai Cerita Panji. Moderator Henri Nurcahyo dari Dewan Kesenian Jawa Timur.

Festival yang berlangsung dua hari ini (12-13 Juni), disemarakkan juga dengan
Melukis Bersama, pada hari Minggu (13/6) yang diikuti oleh sejumlah pelukis dari berbagai kota
di Jatim, serta lebih dari dua ratus pelajar tingkat TK hingga SMA di Kabupaten Blitar.

Selanjutnya, Dwi Cahyono mengemukakan, Candi Penataran dapat berfungsi sebagai


sumber eksplorasi seni. Yaitu kesenian masa lampau, yang berbentuk seni-bangun candi beserta
kompleksitasnya. Bagi seniman masa kini, kesenian masa lalu dapat didayagunakan sebagai
sumber eksplorasi (exploration resources) untuk memperoleh pengalaman baru dan situasi baru.
Sebagai karya seni, candi adalah perwujudan ekspresi seni rupa pada suatu masa yang lampau.
Ragam ekspresi seni yang hadir di dalamnya, antara lain meliputi ekspresi: Seni Bangun
(arsitektural), Seni Pahat (Ikonografi), Seni Sastra Visual dalam bentuk relief cerita, serta Seni
Keagamaan (religious art). Ragam ekspresi seni yang demikian, secara lengkap dapat dicermati
di kompleks Candi Penataran sebagai sebuah candi yang paling spektakuler di Jawa Timur.
Disamping itu merupakan contoh signifikan mahakarya seni rupa masa Hindu-Buddha yang
inovatif dan kreatif, sehingga mampu menampilkan gaya khas, yang disebut “Gaya Jawa
Timuran”.

Dibanding candi secara umum, candi Penataran ini merupakan contoh yang sangat
jelas mengenai candi yang bergaya seni “Jawa Timuran”. Indikator gaya Jawa Timuran di candi
antara lain adalah: (a) berpola diskonsentris, (b) halaman candi terbagi menjadi tiga, (c) kepala
kala berahang bawah, (d) tampil wayang style di salah sebuah reliefnya, yaitu pada cerita
Ramayana, (e) berorientasi ke timur, yakni ke Gunung Kelud, (f) Candi Induk berpola
arsitektural berundak (berteras tiga), dsb.

Candi sebagai suatu produk seni-bangun masa lampau, tepatnya dari masa Hindu-
Buddha, tidak hadir secara serta merta dalam waktu singkat. Terlebih jika candi tersebut secara
fisik terbilang sebagai bangunan besar, kompleks, dan berfungsi amat penting bagi khalayak luas
pada jamannya. Dalam hubungan itu pembangunan maupun pemanfaatannya tidak sekedar
menelan waktu singkat, sebaliknya tak tertutup kemungkinan butuh waktu lama, bahkan bisa jadi
hingga lintas masa.

Candi Penataran adalah salah satu contoh tepat mengenai itu. Candi terbesar di Jawa
Timur ini merupakan subuah candi kerajaan. Tidak tanggung-tanggung, Candi Penataran
meupakan candi kerajaan (candi negara) pada tiga jaman, yaitu sejak akhir masa pemerintahan
kerajaan Kadiri, melintasi masa pemerintahan kerajaan Singhasari, hingga menembus akhir masa
Majapahit. Oleh karena itu, keberadaan Candi Penataran hendaknya dilihat sebagai hasil dari
proses budaya yang panjang, lintas masa. Terkait dengan itu, ada cukup alasan untuk
menyatakan bahwa Candi Penataran merupakan: (1) Candi Lintas Masa, dan (2) Candi Nagara
atau Candi Kerajaan.

Perpustakaan Hidup

Kegiatan festival ini adalah sebuah upaya untuk menjadikan Candi Penataran sebagai
“perpustakaan hidup” dan dapat menjadi inspirasi untuk melahirkan pemimpin bangsa.
Sebagaimana makna kata Penataran itu sendiri, berasal dari kata pa-natha-ayrya-an. Kata natha
berarti pemimpin/raja, sedangkan ayrya menggambarkan sesuatu yang tinggi dan
dipersonifikasikan pada orang yang berkedudukan tinggi. Dengan demikian kata Panataran dapat
diartikan sebagai tempat seorang pimpinan/raja.

Fungsi sebagai tempat menimba ilmu ini bahkan sudah disebutkan dalam naskah
Bujangga Manik, seorang bangsawan Sunda, bahwa Rabut Palah (nama lama candi Penataran),
setiap harinya banyak pengunjung yang melakukan puja dan belajar agama. Bujangga Manik
bahkan menetap untuk sementara waktu di Penataran untuk belajar beberapa kitab agama dan
hukum. Penataran adalah tempat pendidikan agama yang disebut mandala atau kadewaguruan
yang dipimpin oleh seorang Siddharsi atau Dewan Guru yang marak di Majapahit, khususnya
pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.

Karena itu, menurut Dwi Cahyono, kalau selama ini ada pepatah “tuntutlah ilmu
sampai ke negeri China”, maka sudah sejak lama ada juga ungkapan “belajarlah ke Rabut Palah.”
Maka penyelenggaraan festival ini merupakan salah satu upaya untuk menuju hal itu. Kalangan
pelajar yang selama ini hanya melakukan rekreasi di Candi Penataran, maka dengan cara melukis
bagian-bagian candi, setidaknya telah terjadi interaksi visual yang dapat mendorong untuk
mempelajari lebih jauh setidaknya mengenai apa yang telah dilukisnya.

Terkait dengan hal itu, maka dalam sarasehan tersebut, seorang anggota Komisi
Empat DPRD Kabupaten Blitar, Moh. Taufik, mengaitkan dengan posisi Kabupaten Blitar
sebagai kota yang melahirkan pemimpin bangsa. Konon, abu Raden Wijaya disimpan di Candi
Simping, yang juga ada di wilayah Blitar. Sedangkan makam Bung Karno juga terdapat di Blitar.
Jadi, “Blitar adalah rohnya Indonesia kuno dan Indonesia modern,” tegas Taufik.

Sementara Lydia Kieven, semakin mempertegas potensi Candi Penataran sebagai


sumber ilmu pengetahuan yang maha kaya. Dalam thesis doktoralnya, dan dilanjutkan dengan
penelitiannya khusus mengenai Candi Penataran, menegaskan bahwa relief-relief yang ada tidak
hanya sebagai hiasan candi belaka, melainkan sebagai simbol. Kandungan sastra cerita Panji,
Ramayana dan Kreshnayana takkan pernah habis digali sebagai sumber belajar. Belum lagi
cerita-cerita Tantri (fabel) yang juga banyak terdapat di Penataran.

You might also like