You are on page 1of 25

‫‪Idul Fitri Menguatkan Ukhuwah‬‬

‫‪IDUL FITHRI, MENGUATKAN‬‬


‫‪UKHUWAH‬‬
‫‪Khuthbah Idul Fitri 1431 H‬‬
‫‪Oleh Buya H. Mas’oed Abidin1‬‬
‫السالم عليكم ورحمة اهلل و بركاته‪.‬‬
‫هلل‬
‫اهلل أكبر اهلل أكبر اهلل أكبر اهلل أكبر كَبِيْرًا وَ اْلحَمْدُ ِ ِ‬
‫كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اهللِ بُكْرَةً وَ أَصِيالً الَ ِإلَهَ إِالَّ اهلل هُ‪$$‬وَ‬
‫ل‬‫اهلل أَكْبَر‪ ،‬اهلل أَكْبَر وَ ِهلل الحَمْد‪ .‬الحَمْدُ هلل الذِي جَعَ‪َ $$‬‬
‫ض‬‫‪ $‬وَ جَعَ‪$$‬لَ لَنَا مَا فيِ األر ِ‬ ‫العِيْدَ مُوْسِمًا لِلخَيْ‪$$‬رَاتِ‬
‫‪ $‬وَ زَرْعِ الحَسَنَاتِ‪ .‬أَشْهَدُ أَنْ الَ إِلَ‪$$‬هَ إِالَّ اهلل‬ ‫لِلعِمَارَات‬
‫الس‪$$‬مَاوَات‪ ،‬و‬ ‫شرِيْكَ لَهُ خَ‪$$‬الِقُ األرْض وَ َّ‬ ‫وَحْدَهُ الَ َ‬
‫‪$‬دَّاعِي إِلىَ دِيْنِ‪ِ $‬ه‬ ‫عبْدُه وَ رَسُ‪$‬وْله ال‪$‬‬ ‫أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا َ‬
‫س‪$$‬لِّمْ وَ بَ‪$$‬ارِك عَلَى‬ ‫بِأَوْضَحِ البَيِّنَات‪ .‬اللهُمَّ صَلِّ وَ َ‬
‫َص‪$$‬حَابِهِ َو‬ ‫سَيِّدِالكَائِنَات‪ ،‬نَبِيِّنَا مُحَمَّد وَ عَلىَ آلِ‪$$‬هِ وَ أ ْ‬
‫التَّابِعِيْنَ المُجْتَهِدِين لِنَصْرَةِ الدِّين وَ إِزَالةِ المُنْكَ ‪$‬رَات‪.‬‬
‫أُوْصِيْكُمْ وَ إِيَّاىَ بِتَقْوَى اهلل فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ ‪ ،‬اهلل أكبر‬
‫اهلل أكبر اهلل أكبر وهلل الحَمْد‪.‬‬
‫‪1‬‬
‫‪Wakil Ketua Dewan Penasehat MUI Prov. Sumatera Barat, Ketua‬‬
‫‪Umum Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Provisnsi‬‬
‫‪Sumatera Barat, disampaikan oleh dalam Khutbah Hari Raya Idul Fitri 1‬‬
‫‪Syawal 1431 H/10 September 2010 M.‬‬

‫‪H.Mas’oed Abidin, Khotbah Idul Fitri, 1 Syawal 1431 H‬‬ ‫‪1‬‬


Menumbuhkan Kepedulian Sesama Ummat
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar,
Tiada   tuhan selain Allah yang Maha Besar. Allah Maha
Besar dan segala puji hanya milik Allah.
Allah Maha Besar sebesar-besarnya, segala puji bagi-
Nya   sebanyak-banyaknya, Maha Suci Allah dari pagi hingga
petang. 
Tiada   tuhan   selain Allah, sendiri. Yang benar janji-
Nya, yang memberi   kemenangan kepada   hamba-Nya,
yang memuliakan prajurit-Nya sendirian.  
Tiada tuhan selain Allah, dan kita tidak beribadah kecuali
hanya   kepada   Allah,   mengikhlaskan agama hanya kepada-
Nya, walaupun orang-orang kafir membenci.  
Tiada   tuhan   selain   Allah. Allah Maha Besar, bagi
Allah-lah segala puji.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.


BESARKAN ASMA ALLAH
Saudara-Saudaraku, Kaum Muslimin Yang Berbahagia,
Berbahagialah kita di hari ini, dalam merayakan
kemenangan, dari perjuangan besar, mengendalikan diri
dan nafsu, sebulan penuh di bulan Ramadhan.
Kemenangan dalam merebut taqwa. “Hai orang-orang
yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu, agar kamu bertaqwa, (QS.2, Al Baqarah : 183)
Bersyukurlah kita kepada Allah Yang Maha Esa,
yang mengaruniai kita sekalian di hari raya ini, suatu
nikmat besar, dapat melaksanakan perintah-perintah
Nya, shaum Ramadhan sebulan penuh.

2 Di halaman Kantor Gubernur Prov. Sumbar, di Padang.


Idul Fitri Menguatkan Ukhuwah
Kemudian, kita dapat menikmati Idul Fithri, kembali
kepada fithrah yang paling manusiawi yang menjadi
idaman setiap Mukmin. Id artinya kembali dan Fitri
artinya “agama yang benar”.
Fitrah berarti kesucian dapat dipahami dan
dirasakan maknanya pada saat seorang diri, ketika
pikiran mulai tenang, kesibukan hari-hari dapat
teratasi, akan terdengar suara nurani yang mengajak
untuk berdialog dengan Sang Pencipta, mengantarkan
untuk menyadari betapa lemahnya manusia di hadapan-
Nya, dan betapa kuasanya Sang Khalik Yang Agung.
Suara yang didengarkan itu adalah suara fitrah
manusia, suara kesucian. Suara itulah yang
dikumandangkan pada IduI fitri, yakni Allahu akbar
Allahu akbar, sehingga kalimat-kalimat itu benar-benar
tertancap dalam jiwa, maka akan hilanglah segala
kebergantungan kepada unsur -unsur lain kecuali kepada
Allah semata.
Bergembiralah kita semua, pada hari ini. Tatkala
kita mampu menghidangkan suasana gembira. Tidak
semata-mata bagi orang yang telah melaksanakan puasa
Ramadhan, tetapi juga, dapat dinikmati oleh orang-
orang disekitar kita.
Allahu Akbar. Walillahil-hamd.
Amatlah wajar, kalau kemeriahan hari ini diisi
dengan saling bermaafan, berjabat tangan, mengharap
redha Allah. Saling memaafkan di antara kita. Dari anak
kepada orang tuanya, dari yang kecil kepada yang besar,

H.Mas’oed Abidin, Khotbah Idul Fitri, 1 Syawal 1431 H 3


Menumbuhkan Kepedulian Sesama Ummat
antara teman sejawat, sekantor dan rekan sebaya, dari
murid terhadap gurunya, saling mengucapkan
“taqabbalallahu minna wa minkum, taqabbal yaa Karim”,
…”kiranya Allah menerima amal bakti kita semua,
teristimewa amal ibadah kita sendiri. Terimalah wahai
Allah Yang Maha Karim..”
Merajut Ukhuwwah
‫وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا‬
ْ‫نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ ُكنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُم‬
ِ‫علَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّار‬ َ ْ‫فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُم‬
َ‫فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُون‬
“Dan berpeganglah kamu semua kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah, kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan
nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah)
bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan diantara hatimu
lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada ditepi jurang neraka,
lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk .” (Q.S. Ali Imran: 103)

Halal Bi Halal adalah kata majemuk yang terdiri


atas pengulangan kata “halal”, di impit oleh satu huruf
(kata penghubung) “Ba” (baca Bi) kalau kata majemuk
tersebut diartikan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, yakni “Acara Maaf-maafan pada hari
lebaran”, maka dalam Halal Bi Halal terdapat unsur
silatur rahim. Pengertian kedua kata tersebut dapat
menjadi sangat luas, walaupun kita tidak menemukan
dalam Al-Qur’an atau Hadits suatu penjelasan tentang

4 Di halaman Kantor Gubernur Prov. Sumbar, di Padang.


Idul Fitri Menguatkan Ukhuwah
arti “Halal Bi Halal”. Istilah tersebut memang khas
Indonesia, bahkan boleh jadi pengertiannya akan kabur
di kalangan bukan bangsa Indonesia, walaupun yang
bersangkutan. paham ajaran agama dan bahasa Arab.
Manusia akan senantiasa mendapatkan rahmat Allah
jika mereka suka melakukan silaturrahim. Karena
silaturrahmi merupakan salah satu tanda keakraban
persaudaraan antara mereka. Pada dasarnya manusia
berasal dan pasangan Adam AS dan istrinya Hawa, dari
rahim Hawa (rahim yang satu) lahirlah anak
keturunannya yang kemudian melahirkan manusia-
manusia dan termasuk kita.
    
     
    
     
      

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang
telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya
Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama
lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS.4, An-Nisa
ayat 1.)

Silaturrahmi maupun Halal Bi Halal menuntut upaya


kepada maaf-memaafkan.

H.Mas’oed Abidin, Khotbah Idul Fitri, 1 Syawal 1431 H 5


Menumbuhkan Kepedulian Sesama Ummat
    
   
    
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di
waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS.3, Ali
Imran : 134)

Rasulullah SAW bersabda:

‫ األخالق أهل الدنيا و‬$


‫يا عقبة أال أخبرك بأفضال‬
‫اآلخرة؟ تصل من قطعك وتعطى من حرمك وتعفو‬
‫عمن ظلمك‬
“Wahai ‘Uqbah, maukah engkau aku beritahukan akhlak
penghuni dunia dan akhirat yang paling mulia? Yaitu:
Menyambung silaturrahim (hubungan kekeluargaan dan
persaudaraan) dengan orang yang memutuskan hubungan
silaturrahminya denganmu. Memberi kepada orang yang tidak
mau atau tidak pernah memberimu. Memaafkan orang yang
pernah menzhalimimu atau menganiayamu. (H.R. Al-Hakim)

Pernah dalam sejarah seorang sahabat bersumpah


untuk tidak berbuat baik kepada seseorang yang
melakukan kesalahan terhadap keluarganya, maka
turunlah ayat Al Qur’an untuk memberikan teguran akan
sikapnya itu.
     
    
     
       
   

6 Di halaman Kantor Gubernur Prov. Sumbar, di Padang.


Idul Fitri Menguatkan Ukhuwah
dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan
kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak)
akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-
orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada
jalan Allah, dan hendaklah mereka mema'afkan dan
berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah
mengampunimu? dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (QS.24, An Nuur ayat : 22).

Ayat ini berhubungan dengan sumpah Abu Bakar


r.a. bahwa Dia tidak akan memberi apa-apa kepada
kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam
menyiarkan berita bohong tentang diri 'Aisyah. Maka
turunlah ayat ini melarang beliau melaksanakan
sumpahnya itu dan menyuruh mema'afkan dan berlapang
dada terhadap mereka sesudah mendapat hukuman atas
perbuatan mereka itu.
Kita telah melalui Ramadhan yang penuh dengan
rahmat Allah, maghfirah Allah dan itqun minannar. Kita
telah lalui Ramadhan dengan melaksanakan puasa yang
dilandasi keimanan yang murni dan ikhlas lillahi ta’ala.
Tiada yang kita harapkan selain derajat taqwa yang
dijanjikan Allah bagi siapa saja dari hamba-Nya yang
mau menggapainya. Sesungguhnya hanya orang yang
bertaqwalah yang paling mulia di sisi Rabbul ‘Izzah:
Allah SWT.
Untuk menyempurnakan keimanan dan kematangan
taqwa yang mudah-mudahan itu telah kita peroleh
dipenghujung Ramadhan dengan puasa kita, dimana
puasa adalah ritual vertikal kita kepada Allah (Hablun
Minallah), dan kini kita sempumakan dengan melakukan
H.Mas’oed Abidin, Khotbah Idul Fitri, 1 Syawal 1431 H 7
Menumbuhkan Kepedulian Sesama Ummat
amal horizontal kita sesama manusia (Hablun Minannas).
Kiranya mustahil keimanan dan ketaqwaan dapat kita
capai jikalau urusan kita sesama manusia belum beres.
Kalau masih ada rasa dendam di dalam hati, masih ada
rasa iri hati dan dengki, amarah yang belum juga padam,
dan hal-hal kecil lainnya yang masih bersemayan dalam
kalbu kita. maka bagaimana mungkin kita dapat
dikatakan termasuk orang-orang yang bertaqwa.
Rasulullah SAW berpesan kepada kita semua ;

‫ أكذب الحديث وال‬$ ‫ فإن الظن‬$


‫إياكم والظن‬
‫تجسسوا وال تنافسوا وال تحاسدوا وال تباغضوا‬
‫ عباد اهلل إخوانا‬$
‫وال تدابروا وكونوا‬
“Jauhilah oleh kalian akan dzan (prasangka), karena
prasangka itu adalah dusta yang amat besar. Janganlah
kalian mencari kesalahan orang lain, jangan pula mencari-
cari aib (keburukan) orang lain, janganlah pula kalian
bersaing (dengan tidak sehat), janganlah kalian saling iri dan
dengki, jangan saling benci, jangan saling bermusuhan, dan
jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (H.R. At
Tirmizi)

Kepada setiap shaimin, yang baru meninggalkan


Ramadhan beberapa waktu yang lalu, kita ucapkan pula
“minal ‘aidin wal faa izin, wa kullu ‘aamin wa antum bi
khairin”,…Berbahagialah siapa yang telah kembali dari
perjuangan besar, jihadun-nafsi. Kalimat ini terangkai
dari kata ‘Aidin dan Faizin. ‘Aidin adalah bentuk pelaku
Id. Dan Al Faizin adalah bentuk jamak dari Faiz
yang berarti orang yang beruntung. Kata ini terambil
dari kata Fauz yang berarti keberuntungan atau
8 Di halaman Kantor Gubernur Prov. Sumbar, di Padang.
Idul Fitri Menguatkan Ukhuwah
kemenangan. Semoga kemenangan itu selalu membawa
kepada keadaan yang lebih baik dalam menanam
kebaikan, di tahun-tahun mendatang.
Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd.
Di samping kegembiraan itu, sepantasnya kita selalu
mawas diri. Selalu berhati-hati, terhadap yang disebut
Rasulullah SAW, …berapa banyaknya orang yang
berpuasa, tetapi tidak ada yang mereka peroleh,
kecuali hanya lapar dan haus semata … Na’udzubillah.
Mudah-mudahan kita terhindar dari apa yang telah di-
gambarkan oleh Rasulullah SAW ini.
Allahu Akbar, Wa Lillahil-Hamd.
Saudara-saudaraku Kaum Muslimin,
Taqwa adalah titik terang yang paling didambakan
setiap Mukmin Sejati. Taqwa mencakup tiga perangai,
tiga sikap jiwa yang paling berguna dalam hidup duniawi,
sekarang dan masa mendatang. Sikap jiwa itu ialah,
khauf, artinya takut atas hukuman Allah yang datang
karena sengaja melupakan perintah-perintah Nya, dan
tidak menganggap enteng segala larangan-larangan Nya.
Selanjutnya, khasy-yah, hati-hati dalam menunaikan
kewajiban yang dibebankan kepadanya. Tidak semata
mengikut yang dikerjakan orang lain, tetapi melakukan
sesuatu yang lebih baik yang diperintahkan Khalik
kepadanya. Kenudian adalah wiqaayah yaitu senantiasa
memelihara diri dan lingkungan dari segala yang akan
berakibat merusak (fasad) terhadap kehidupan duniawi
dan ukhrawi. Inilah sesungguhnya arti utama dari taqwa
H.Mas’oed Abidin, Khotbah Idul Fitri, 1 Syawal 1431 H 9
Menumbuhkan Kepedulian Sesama Ummat
itu. Jika ketiga sikap jiwa ini telah berhasil diraih dalam
latihan selama Ramadhan, niscaya akan dapat dirasakan
betapa manis dan nikmatnya hidup ini. Secara pasti akan
dapat diperoleh jaminan Allah SWT
     
      
       
       

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
Mengadakan baginya jalan keluar … Dan memberinya rezki
dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa
yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya
Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
(QS.65, At Thalaq : 2 – 3).

Setiap anggota masyarakat yang selau berhati-hati


bertindak, memelihara jiwa dan raga karena takut
terhadap ‘iqab (siksaan) Allah, akan selalu memelihara
lingkungan dengan aturan Allah yang telah ditetapkan.
Secara pasti kepada mereka akan dibukakan segala
jalan kebaikan. Secara pasti untuk mereka akan
diberikan rezeki dari berbagai penjuru. Ketegasan janji
Allah SWT ini mendorong motivasi, mendinamisir
dhamir (jiwa) pemimpin dan masyarakat, khususnya di
Ranah Minang.
Sumatera Barat memerlukan motivasi yang dinamik
agar siap dalam menghadapi setiap perubahan kea rah
yang lebih baik, dengan prinsip hidup “memulai dengan

10 Di halaman Kantor Gubernur Prov. Sumbar, di Padang.


Idul Fitri Menguatkan Ukhuwah
apa yang ada” daerah ini bisa digerakkan. Karena yang
ada itu sebenarnya sudah amat cukup untuk memulai.
Modal besar masyarakat sebenarnya adalah taqwa dan
tawakkal. Taqwa melahirkan kehati-hatian dan mawas
diri, giat bekerja, dan selalu berserah diri kepada Allah.
Taqwa memberi warna perilaku ‘adah kebiasaan
masyarakat, yang bertindak ta’awun, berat sepikul
ringan sejinjing.
Sikap positif ummat ini, lahir karena pemahaman
dan pengamalan ajaran agama yang benar. Syarak
mangato adat memakai. Nilai-nilai kultur yang luhur
mampu menjadi penggerak pembangunan Sumatera
Barat Masa Depan.
Allahu Akbar Wa Lillahil-hamd.
Syukur Nikmat, adalah buah utama dari Ramadhan.
Pandai bersyukur, karena Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya
kamu bersyukur. (QS.2,Al Baqarah : 185).
Syukur artinya pandai berterima kasih atas nikmat
yang ada dikeliling kita, sanggup memelihara dan
menempatkan nikmat itu pada posisi sempurna, dan
menggunakannya pada sasaran yang tepat. Pada
hakikatnya, yang ada di keliling kita, bersumber dari
pemberian Allah SWT. Semua yang ada, nyawa dan
harta, kedudukan dan jabatan, pangkat dan kekuasaan,

H.Mas’oed Abidin, Khotbah Idul Fitri, 1 Syawal 1431 H 11


Menumbuhkan Kepedulian Sesama Ummat
sehat dan kehidupan, anak dan turunan, semuanya
adalah nikmat Allah semata. Pinjaman dari Allah SWT,
yang wajib disyukuri. Wajib dipelihara, jangan dirusak.
Syukur dalam arti yang lebih dalam adalah rela
berkorban. Kerelaan dibuktikan secara spontan tanpa
pamrih. Syukur adalah rela menjadi hamba dari Allah
Yang Maha Rahman dan Rahim. Kerelaaan adalah bukti
konkrit dari kecintaan.
Syukur yang diminta di abad ini adalah ; kesiapan
menyingsingkan lengan baju, karya dinamik,
menyediakan waktu dan tenaga, menciptakan sesuatu
yang lebih baik dan bermanfaat untuk kehidupan
bersama, memelihara lingkungan dan masyarakat,
memelihara kesinambungan generasi, menjaga integrasi
bangsa dan keutuhan wilayah Negara, menyiapkan
generasi tangguh, sanggup bertanding dan bersanding di
tengah pergulatan global yang kompetitif.
Kita amat memerlukan Generasi Tangguh. Kuat dan
lemahnya satu generasi terukur bila memiliki empat
ketangguhan, tangguh aqidah (iman kepada Allah),
tanguh kesehatan (ruhani dan jasmani), tangguh
pengetahuan (ilmu dan kearifan), serta tangguh ekonomi
(iqtishadiah).
Bangsa dan agama Islam mencela adanya generasi
yang lemah. Generasi lemah, akan menjadi ajang
rebutan orang lain. Generasi lemah akan menjadi seperti
bola permainan ditendang kekiri dan kekanan, sesuka
hati para pemain di lapangan pertandingan sampai peluit
panjang ditiup tanda permainan telah usai.

12 Di halaman Kantor Gubernur Prov. Sumbar, di Padang.


Idul Fitri Menguatkan Ukhuwah
Belum dapat dikatakan bersyukur, bila dengan
nikmat yang dimiliki tidak mampu bermanfaat untuk
kehidupan masyarakat dan lingkungan. Tidak dapat
dikata bersyukur, seorang yang dilimpahi kemampuan,
tetapi membiarkan diri berpangku tangan, tidak hirau
dengan apa yang terjadi, tidak peduli dengan keadaan
orang lain, sementara haknya diacak-acak orang lain.
Bukan bersyukur namanya membiarkan badan berdiri di
pinggir jalan, sambil menengok orang yang lalu lalang,
sebagai penonton, tidak berbuat apa-apa karena takut
kepada risiko. Lebih berbahaya bila di tengah nikmat
berkembang tasamuh dalam arti yang salah, mencoba
berlindung di hilalang sehelai. Sangat berbahaya, bila
membiarkan badan hanyut di sebilah papan, dan takut
pula berdayung karena cemas kalau-kalau sampan dan
papan jadi oleng. Sikap sedemikian jauh dari sikap
bersyukur.
Bersyukur pada hakikatnya adalah kesiapan diri
untuk berjihat dengan nikmat anugerah Allah. Insan
yang besyukur, ialah yang selalu menanam kebaikan
demi kemashlahatan ummat belaka. Nilai kebaikan yang
ditanamkan adalah sesuatu yang haq dari Allah, hanya
semata karena mengharap redha Nya.
       
       
         
   
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan

H.Mas’oed Abidin, Khotbah Idul Fitri, 1 Syawal 1431 H 13


Menumbuhkan Kepedulian Sesama Ummat
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS.28, Al
Qashash:77).

Allahu Akbar, Wa lillahil-hamd,


Bantu Yang Lemah. Saudara-saudaraku seiman dan
seaqidah yang mulia. Taqwa dan syukur tidak dapat
dipisah. Saling mengokohkan, ibarat aur dengan tebing.
Taqwa subur dengan syukur. Syukur selalu berbuah
karena taqwa. Nikmat sejati hanya ada pada diri yang
selalu bertaqwa dan bersyukur itu. Nikmat seperti itu
merupakan kebahagiaan hakiki, yang sanggup dirasakan
sepanjang hari, dan menjadi dambaan Mukmin sejati.
Allahu Akbar Wa lillahil-hamd,
Saudara-saudaraku seiman yang mulia,
Bagaimana mungkin kita akan dapat merasakan
nikmatnya bahagia dan bahagianya nikmat anugerah
Allah, pada hari seperti sekarang ini ?? Bila di saat-saat
kita semua bergembira ria, kalau disamping kita ada
orang yang menangis tersedu-sedu? Sedu sedannya,
seakan jeritan tanpa suara. Padahal, mereka sedang
menangis, memikirkan dan merasakan kehampaan hidup,
karena tidak berpunya dan tidak punya apa-apa, kecuali
nyawa berbungkus kulit …? Akan sirnalah semua
kebahagiaan berhari raya, pada hari ini, jika masih ada
di keliling kita orang yang dengan nasib dan takdir yang
ada padanya, masih menengadahkan tangan mengharap
sesuap nasi, untuk dimakan anak beranak, atau karena

14 Di halaman Kantor Gubernur Prov. Sumbar, di Padang.


Idul Fitri Menguatkan Ukhuwah
melihat anak-anak orang lain bergembira berpakaian
baru…. Alangkah malangnya nasib badan. Padahal
sebenarnya. Mereka hanya tidak memiliki kesempatan,
belum berkemampuan untuk menggantinya, walau agak
sepotong. Karena tidak ada sumber pendapatan,
hilangnya lowongan pekerjaan, tak ada pula yang mau
berbelas kasih. Membiarkan kondisi ini, dan
menganggapnya suatu hal biasa, agaknya kita akan
digolongkan kepada orang-orang yang disebut-sebut,
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
Na’dzu billah .., Kita dianggap sebagai pendusta
kebenaran agama………, walau masih menyatakan diri
pemeluk agama …….…, tetapi sebenarnya sudah jauh
tercampak dari ajaran agama …………Itulah orang yang
menghardik anak yatim … yang menyia-nyiakan hak
anak yatim. Yang tidak peduli dengan pembinaan
generasi. Yang melecehkan ratapan para dhu’afak. Yang
tidak membantu mengatasi problema kemiskinan. Akan
tetapi naifnya, malah selalu berupaya mengintip-intip
kesempatan …… mencari kaya dengan memiskinkan orang
lain …berladang dipunggung orang … dan tidak
menganjurkan memberi makan orang miskin (Qs.107,
al Maa’uun: 1-3). Allahumma Ya Allah, hindarkan kami
dari kalangan pendusta-pendusta agama ini. Amin.
Allahu Akbar Wa lillahil-hamd,
Bahagia Dalam Memberi.
Cobalah dibayangkan. Pada suasana lebaran seperti
kita rasakan saat ini, di pagi hari di kala Rasulullah
SAW masih hidup, beliau keluar menuju tempat shalat
H.Mas’oed Abidin, Khotbah Idul Fitri, 1 Syawal 1431 H 15
Menumbuhkan Kepedulian Sesama Ummat
ibadah ‘Idul Fithri. Beliau lihat, seorang bocah
termenung menyendiri. Dengan tatapan mata
menerawang, dan di sampingnya ada teman sebaya
bergembira ria, berpakaian baru pembelian ayah. Di
tangan temannya ada penganan enak buatan ibu. Dari
jauh si bocah hanya bisa melihat, sambil menikmatinya
dengan bermenung. Alangkah indahnya kegembiraan
teman sebaya. Ditemani gelak tawa penuh bahagia.
Dilihat diri, jauh berbeda. Di kala itu, terasa badan
tersisih. Kemana ayah tempat meminta. Kemana
gerangan dicari ibu tempat mengadu. Dalam situasi
seperti itu, Rasulullah SAW lewat menghampiri.
Meletakkan kedua telapak tangan Beliau dikepala si
bocah. Sambil bertanya Rasul berkata, “Kenapa dikau
wahai anak? Teman-temanmu gelak ketawa, dikau
merana sedih menangis, gerangan apakah yang
menyulitkan ? Dengan nada tersendat, kerongkongan
tersumbat, menahan perasaan kekanakan sibocah lugu
menjawab, Wahai Rasulullah, bagaimana diri tak akan
sedih, melihat teman bergembira ria, pulang
kerumah ada sanak saudara, lelah bermain ada ibu
menghibur, duka di hati ada ayah yang menyahuti.
Sedang diriku wahai Nabi, terasa nian malangnya
hidup ini, tiada ibu tempat mengadu, ayahpun
sudahlah pergi, badan tinggal sebatang kara. Yatim
piatu aku kini…., Mendengar rintihan kalbu bocah yang
bersih, yang mengharap belas kasih dengan tulus
seketika, Rasulullah SAW berkata, “…maukah engkau
wahai anak, jika rumah Rasulullah menjadi rumahmu,
Ummul Mukminin menjadi ibumu …?”.

16 Di halaman Kantor Gubernur Prov. Sumbar, di Padang.


Idul Fitri Menguatkan Ukhuwah
Jawaban spontan Nabi, menjadikan wajah si bocah
berseri-seri, walau yang didengar barulah ajakan, tetapi
harapan hidup sudah terbuka. Diri tidak sendiri lagi.
Ada pelindung pengganti bunda. Walaupun ibu dan ayah
sudah tiada. Serta merta Nabi memangku si
bocah.Mencium kedua pipi sianak yang sudah lama …,
tidak pernah lagi dirasakannya. Sirnalah air mata yang
tadinya terurai lantaran sedih dan hampa. Berganti air
mata gembira lantaran bahagia. Satu bukti sangat nyata
dari sabda Nabi SAW pada Khuthbah Wada’ itu,

‫ و أَشَارَ بِالسَّبَابَةِ و‬.‫أَنَا و كاَفِلُ اليَتِيْمِ في الجَنَّةِ هَكَذَا‬


‫ و فَرَّجَ بَيْنَهُمَا رواه الخاري و أبو داود و الترمذي‬،‫الوُسْطَى‬
“Aku, Muhammad SAW, dan orang-orang yang memelihara
anak yatim, berada di sorga Jannah sangat berhampiran…”,
sembari Beliau mengangkat jari telunjuk dan jari tengah dan
menunjukkan betapa dekatnya jarak antara keduanya”. (HR.
Bukhari, Abu Dawud dan Tirmidzi dari Sahl bin Sa’ad. Lihat al
Ahadist as-Shahihah, Albani : 800).

Inilah satu contoh yang paling jelas, bagaimana


mangkusnya sifat suka memberi yang tumbuh dari lubuk
hati yang dalam, tidak berudang di balik batu, apalagi
berbatu dibalik udang, sebagai bukti taqwa seorang
Mukmin yang bersyukur.

Allahu Akbar Wa Lillahil-Hamd.


‘Izzatun-nafs, Martabat Bangsa. Ikhlas memberi
mampu mengubah sedih menjadi gembira, sanggup

H.Mas’oed Abidin, Khotbah Idul Fitri, 1 Syawal 1431 H 17


Menumbuhkan Kepedulian Sesama Ummat
mengubah duka menjadi bahagia. Nabi Muhammad
SAW. menyebutkan,

،ِ‫مَنْ ضَمَّ يَتِيْمًا بَيْنَ الْمُسْلِمِيْنَ فِي طَعَامِهِ وَشَرَابِه‬


‫ (رواه أبو يعلى و‬.َّ‫حَتَّى يَسْتَغْنِيَ عَنْهُ وَجَبَتْ لَهُ الجَنَّةُ الْبَت‬
)‫أحمد‬
“Barangsiapa yang menggabungkan anak yatim di antara
kaum muslimin dalam makan dan minumnya, sampai mereka
merasa cukup (kenyang) dari makanan (dan minuman) itu,
maka dia (yang menggabungkan anak yatim tersebut) pasti
akan memperoleh sorga” (HR.Abu Ya’la dan Imam Ahmad,
Dalam al Munthaqa min at-Targhib (1517) dan Majma’ az-
Zawaaid (8/16), juga riwayat Thabarani, sanad baik dari
Zurarah bin Abi Aufa).

Hari ini berapa banyak jumlah anak yang bernasib


serupa di keliling kita. Mereka lemah miskin, karena
telah dimiskinkan oleh suasana. Diperlukan saling peduli
(ta’awun), yang menjadi alas-dasar pembentukan
masyarakat berkualitas, sebagai telah digambarkan
dalam salah satu semboyan Nabi SAW “tangan diatas
lebih baik dari tangan dibawah”. Mewujudkan
masyarakat bertangan diatas, dimulai dengan menanam
keyakinan akan rahmat Allah sebagai masyarakat
berpunya, yang memiliki ‘izzah (harga diri), tidak
menggantung nasib kepada keinginan orang lain. Harkat
martabat bangsa amat ditentukan oleh kemandirian,
self help bersikap kaya jiwa (ghinan-nafs) yang mampu
berdiri dikaki sendiri. Bersedia membuka pintu hati
mengulurkan tangan kepada orang lain dalam rangkaian
mutual help (man a’thaa wat-taqaa) dan selfless-help
(wa shaddaqa bil husnaa). Sikap budaya dalam adat di
18 Di halaman Kantor Gubernur Prov. Sumbar, di Padang.
Idul Fitri Menguatkan Ukhuwah
Ranah Minang, singkek uleh ma uleh, kok kurang tukuak
manukuak. Senyatanya, inilah sebahagian modal dasar
daerah kita dalam membangun nagarinya.
Allahu Akbar Wa Lillahil-hamd
Begitulah suatu pelajaran paling berharga, yang
dapat kita ambil dari Sunnah Rasulullah SAW. Artinya,
“Orang yang paling disukai Allah adalah orang yang
paling bermanfaat bagi orang lain. Dan amal yang
paling disukai Allah adalah yang menyenangkan
sesama orang Muslim (artinya janganlah ditaburkan
kemaksiatan yang mengundang lahirnya bencana).
Kamu hilangkanlah susahnya. Kamu lunasilah
hutangnya. Kamu usirlah laparnya.

َ‫ اَلْمُوَطِؤُوْن‬$
،‫أَكْمَلُ المُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا‬
‫ اَلَّذِيْنَ يَأَلْفُوْنَ و يُؤْلَفُوْنَ رواه الطبراني و أبو نعيم‬$ ،‫أَكْنَافًا‬
Iman orang-orang Mukmin yang paling sempurna adalah yang
paling baik akhlaknya, lembut perangainya, bersikap ramah
dan disukai pergaulannya (HR.Thabrani, di dalam al Ausath dan
Abu Nu’aim dari Ibnu Sa’ad. Albani menghasankan di dalam Shahih
al Jami’ as-Shaghir.).

Dan Aku, Muhammad SAW, lebih senang bersama


saudaraku dalam satu keperluan yang diatasi secara
bersama, daripada beri’tikaf di masjidku ini, yakni
Masjid Nabawi di Madinah, selama sebulan penuh”.
Pesan Nabi SAW juga menegaskan,

H.Mas’oed Abidin, Khotbah Idul Fitri, 1 Syawal 1431 H 19


Menumbuhkan Kepedulian Sesama Ummat
،َ‫ و أفْشُوا السَّالَم‬،َ‫ و أطْعِمُوا الطَّعَام‬،َ‫اُعْبُدُوْا الرَّحْمَن‬
)‫تَدْخُلُ الْجَنَّةَ بِسَالَمٍ (رواه الترمذي و أحمد و البخاري‬
Sembahlah Yang Maha Pengasih (Allah ‘Azza Wa Jalla), dan
berilah makanan (kepada orang yang perlu diberi makan,
yakni fuqarak wal masakin atau dhu’afak), dan sebarkanlah
salam (kepada semua orang di dalam pergaulan kehidupan),
niscaya kamu akan masuk sorga dengan salam (penuh
keselamatan). (HR.Tirmidzi, katanya hasan shahih (1856), Ahmad
dalam al- Musnad (6587), dan Syaikh Syakir menshahihkannya, juga
Bukhari dalam al-‘Adab al Mufrad (981).

Mari kita tumbuhkan kebahagiaan dalam memberi


sebagai satu sikap jiwa (mental attitude) yang berguna
mengubah dan memberi kecerahan dalam hidup, dengan
amanah jujur dan benar seperti dilakukan Khalifah
Umar bin Khattab dalam upaya menyejahterakan kaum
dhu’afak dalam rangka ibadah kepada Allah Subhanahu
Wa Ta’ala.

‫ و تُؤْتِي‬،َ‫ و تُقِيْمُ الصَّالَة‬،‫تَعْبُدُ اهلل وال تُشْرِك بِهِ شَيْئًا‬


َ‫ و تَصِلُ الرَّحِم‬،َ‫الزَّكَاة‬
Sembahlah Allah SWT dan jangan sekutukan Dia dengan
apapun. Dirikanlah Shalat, keluarkan zakat, dan sambunglah
tali silaturrahim.

Sediakanlah diri “mengetok hati” kalangan yang


berpunya dan ingatkan kepada mereka bahwa di tangan-
nya ada hak orang lain, yang wajib dikeluarkan. Sehingga
kesenjangan sosial teratasi. Wa ila’ilahi turja’ul umuur.
Secara umum, langkah pertama menghidupkan
kembali Silaturrahmi di antara kita, maknanya

20 Di halaman Kantor Gubernur Prov. Sumbar, di Padang.


Idul Fitri Menguatkan Ukhuwah
membangun hidup bermasyarakat yang saling
menyayangi,

)‫(متفق عليه‬ .ُ‫ الَ يَرْحَمُهُ اهلل‬،َ‫مَنْ الَ يَرْحَمُ النَّاس‬


Yang tidak bisa menyangi sesama manusia tidak akan
disayangi oleh Allah. (Muttafaqun- ‘alaih, Riwayat dari Imam
Bukhari ditemui di dalam al Adab dan Imam Muslim dalam al
Fadhaa-il.).

Kepercayaan diri akan lenyap tatkala manusia lupa


kepada Tuhannya. Membelakangi ajaran agama
berakibat terbukanya pintu kemaksiyatan. Benteng diri
hanya dengan mengamalkan intisari ajaran tauhid.
Berupaya keras menjadi penyayang sesama umat.
Sebagai pesan Rasulullah SAW,

‫ ارْحَمُوْا مَنْ فِي‬،ُ‫الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَن‬


‫رواه أبو داود‬ ِ‫هلل مَنْ فِي السَّماَء‬
ُ ‫األَرْضِ يَرْحَمْكُمُ ا‬
Orang-orang penyayang akan disayangi oleh Yang Maha
Penyayang, maka sayangilah penduduk bumi agar yang di
langit ikut pula menyayangimu. (HR.Abu Daud, Shahih Abu Dawud
(4921), dan Imam Tirmizi menyebutnya Hasan Shahih (1925).

Allahu Akbar Wa lillahil-hamd,


Alangkah luas lapangan kebajikan itu. Tugas setiap
Mukmin menciptakan masyarakat bahagia. Di awali
dengan menumbuhkan rasa bahagia dalam memberi,
dilaksanakan dengan serba kerelaan. Tujuannya hanya
mengharap redha Allah.
Membangun Jembatan rasa yang kokoh kuat, di ikat
oleh hati dan jiwa dalam kemasan kalimat tauhid.
H.Mas’oed Abidin, Khotbah Idul Fitri, 1 Syawal 1431 H 21
Menumbuhkan Kepedulian Sesama Ummat
Kesatuan hati dan hati menjadi sumber kekuatan yang
ampuh dalam ukhuwwah. Masyarakat akan rusak ketika
hati tidak mau bertemu. Mempertemukan hati dengan
hati hanya mungkin dengan kekuatan tauhid. Keyakina
kepada Allah SWT. Kekuatan kalimah tauhid, atau
kalimatun thayyibah, dapat membentengi ummat dan
mampu menjadi kekuatan dalam membina persaudaraan
atas dasar ukhuwwah imaniyah, adalah seumpama pohon
yang kokoh kuat dengan urat menghunjam bumi dan
pucuk melembai awan. Demikian satu bentuk kerukunan
ummat bertauhid, sebagaima digambarkan oleh Allah
SWT..
       
     
      
     

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang baik,
akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit .., Pohon
itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin
Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (QS.14, Ibrahim :
24-25). Termasuk dalam kalimat yang baik ialah kalimat
tauhid, segala Ucapan yang menyeru kepada kebajikan
dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang
baik. kalimat tauhid seperti laa ilaa ha illallaah.
Di pagi yang mulia, di hari jamuan Allah ini, kita
awali bertakbir membesarkan Asma Allah, agar kita
tidak menjadi golongan yang melupakan Allah, yang
telah menganugerahi kita nikmat Nya. Supaya kita tidak

22 Di halaman Kantor Gubernur Prov. Sumbar, di Padang.


Idul Fitri Menguatkan Ukhuwah
terjerembab kedalam kehidupan ummat yang lupa diri.
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa
kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa
kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-
orang yang fasik. (QS.59, Al Hasyr :19).
Allahu Akbar Wa lillahil-Hamd.
Mudah-mudahan pada hari ini, kita semua dapat
menciptakan suasana gembira dengan kesederhanaan,
serta dapat pula menciptakan kebahagian disekitar
lingkungan kita. Amin Yaa Mujiib as-Saailina.

Do’a Penutup

Akhirnya,  dengan  jiwa  yang  suci  bersih, marilah


kita tundukkan hati  kita  kepada  kebesaran Allah.
Menengadah mengharap karunia dan rahmat-Nya, untuk
keluarga kita, kaum Muslimin, dan bangsa kita,

َ‫رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ اِسْرَافَنَا فِى أَمْرِنَا وَ ثَبِّتْ أَقْدَامَنَا و‬


.‫انْصُرْنَا عَلَى القَوْمِ الكَافَرْيْن‬
“Ya Allah, Ampunilah dosa kami, ampunilah keteledoran
kami, dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami
menghadapi kaum kafir”.

َ‫ فِيْنَا وَالَ تُسَلِّطْهُمْ عَلَيْنَا ِبذُنُوْبِنَا وَال‬$


َ‫اللَّهُمَّ الَ ُتمْكِنُ األَعْدَاء‬
‫تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ الَ َيَخافُكَ وَالَ يَرْحَمُنَا‬

H.Mas’oed Abidin, Khotbah Idul Fitri, 1 Syawal 1431 H 23


Menumbuhkan Kepedulian Sesama Ummat
“Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau beri kemungkinan
musuh berkuasa terhadap kami janganlah Engkau berikan
kemungkinan mereka memerintah kami, walaupun kami
mempunyai dosa. Janganlah Engkau jadikan yang memerintah
kami, orang yang tidak takut kepada-Mu, dan tidak
mempunyai kasih sayang terhadap kami”.

َ‫اللهُمَّ أَهْلِكِ الكَفَرَةَ الَّذِي يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ وَ َيكْذِبُوْن‬


َ‫رَسُلَكَ وَ يُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَائَك‬
“Wahai Tuhan kami, hancurkanlah orang-orang yang selalu
menutup jalan Engkau, yang tidak memberikan kebebasan
kepada agama-Mu, dan mereka-mereka yang mendustakan
Rasul-Rasul Engkau,dan mereka yang memerangi orang-orang
yang Engkau kasihi”.

‫اللهُمَّ فَرِّقْ جَمْعَهُمْ وَ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَ أَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِي‬


.َ‫ال َتَرُوْدَهُ عَنِ القَوْمِ الُمجْرِمِْين‬
“Wahai Tuhan kami, hancurkanlah kesatuan mereka, dan
pecah belah barisan mereka. Turunkan kepada mereka ‘azab
sengsara-Mu, yang selalu Engkau timpakan kepada golongan-
golongan yang selalu berbuat dosa”.

َ‫اللهُمَّ أَعِزِّ اإلِسْالَمِ وَ المُسْلِمِيْنَ وَ اخْذُلِ الكَفَرَ َة و‬


َ‫المُشْرِكِيْن‬
“Wahai Tuhan kami, berilah kemuliaan kepada Islam dan
kaum Muslimin, rendahkanlah orang-orang yang kafir dan
orang musyrik”.

َ‫رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى اآلخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَاب‬
‫ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمِ وَ تبُ ْعَلَيْنَا‬.ِ‫النَّار‬
‫ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا‬.ِ‫إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْم‬
24 Di halaman Kantor Gubernur Prov. Sumbar, di Padang.
Idul Fitri Menguatkan Ukhuwah
ِّ‫يَصِفُوْنَ وَ سَالَمُ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ اْلحَمْدُ هللِ رَب‬
ُ‫ وَ السَّالَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللِه َبرَكَاته‬.َ‫العَالَمِيْن‬
Padang, 1 Syawal 1431 H / 10 September 2010 M.

H.Mas’oed Abidin, Khotbah Idul Fitri, 1 Syawal 1431 H 25

You might also like