Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
FEBRI IRAWAN
05091002006
INDERALAYA
2010
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 4
A. Latar Belakang .......................................................................... 4
B. Rumusan Masalah...................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 6
A. Pengertian Rantai Makanan beserta contoh............................... 6
B. Pengertian Jaring – jaring Makanan beserta contoh.................. 13
C. Pengertian Piramida Makanan beserta contoh........................... 15
BAB III PENUTUP........................................................................................ 26
A. Kesimpulan................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup
yang saling mempengaruhi. Penggabungan dari setiap unit biosistem yang
melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga
aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus
materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua
energi yang ada. Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang
bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan
beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga mempengaruhi
lingkungan fisik untuk keperluan hidup.Pengertian ini didasarkan pada hipotesis
Gaia, yaitu: "organisme, khususnya mikroorganisme, bersama-sama dengan
lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi
cocok untuk kehidupan". Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa kandungan kimia
atmosfer dan bumi sangat terkendali dan sangat berbeda dengan planet lain di tata
surya. Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem
ditentukan oleh tingkat ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan
fisis yang harus berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut,
inilah yang disebut dengan hukum toleransi. Misalnya: Panda memiliki toleransi
yang luas terhadap suhu, namun memiliki toleransi yang sempit terhadap
makanannya (bambu). Dengan demikian, panda dapat hidup di ekosistem dengan
kondisi apapun asalkan dalam ekosistem tersebut terdapat bambu sebagai sumber
makanannya. Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia dapat memperlebar
kisaran toleransinya karena kemampuannya untuk berpikir, mengembangkan
teknologi dan memanipulasi alam.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Suatu rantai adalah suatu pola yang kompleks saling terhubung, rantai makanan
di dalam suatu komunitas yang kompleks antar komunitas, selain daripada itu, suatu
rantai makanan adalah suatu kelompok organisma yang melibatkan perpindahan
energi dari sumber utamanya (yaitu., cahaya matahari, phytoplankton, zooplankton,
larval ikan, kecil ikan, ikan besar, binatang menyusui). Jenis dan variasi rantai
makanan adalah sama banyak seperti jenis/spesies di antara mereka dan tempat
kediaman yang mendukung mereka. Selanjutnya, rantai makanan dianalisa
didasarkan pada pemahaman bagaimana rantai makanan tersebut memperbaiki
mekanisme pembentukannya (gambar ). Ini dapat lebih lanjut dianalisa sebab
bagaimanapun jenis tunggal boleh menduduki lebih dari satu tingkatan trophic di
dalam suatu rantai makanan ( Krebs 1972 in Johannessen et al, 2005).
CONTOH : Rantai Makanan Pada Pantai Berlumpur
Gambar. Rantai makanan di wilayah pesisir (Long, 1982 in Johannessen et al, 2005)
Dalam bagian ini, diuraikan tiga bagian terbesar dalam rantai makanan
(Johannessen et al, 2005) yaitu: phytoplankton, zooplankton, dan infauna benthic.
Sebab phytoplankton dan zooplankton adalah komponen rantai makanan utama dan
penting, dimana bagian ini berisi informasi yang mendukung keberadaan organisme
tersebut. Sedangkan, infauna benthic adalah proses yang melengkapi pentingnya
rantai makanan di dalam ekosistem pantai berlumpur. Selanjutnya, pembahasan ini
penekananya pada bagaimana mata rantai antara rantai makanan dan tempat
berlundungnya (tidal flat; pantai berlumpur).
1. PHYTOPLANKTON
Pertumbuhan phytoplankton di wilayah pantai berlumpur diatur dengan suatu
interaksi antara matahari, hujan, bahan gizi, dan gerakan massa air, serta convergensi
yang di akibatkan oleh arus laut. Sampai jumlah tertentu produksi phytoplankton
tergantung pada cuaca, dengan pencampuran dan stratifikasi kolom air yang
mengendalikan produktivitas utama. Percampuran massa air vertikal yang kuat
mempunyai suatu efek negatif terhadap produktivitas, dengan mengurangi
perkembangan phytoplankton maka terjadi penambahan energi itu sendiri dan
penting bagi fotosintesis. Bagaimanapun, pencampuran vertikal adalah juga
diuntungkan karena proses penambahan energi, yang membawa bahan gizi (nutrient)
dari air menuju ke permukaan di mana mereka dapat digunakan oleh phytoplankton.
2. ZOOPLANKTON DAN HETEROTROPHS LAIN
Zooplankton dan heterotrophs lain (suatu tingkatan organisma trophic
sekunder yang berlaku sebagai consumer utama organik) di dalam kolom air mengisi
suatu relung ekologis penting sebagai mata rantai antara produksi phytoplankton
utama dan produktivitas ikan. Ikan contohnya, dengan ukuran panjang antara 50 -
200 milimeter, seperti; ikan herring juvenile dan dewasa, smelt, stickleback, sand
lance, dan ikan salem dewasa, minyak ikan, hake, pollock, lingcod, sablefish, dan
ikan hiu kecil, memperoleh bagian terbesar gizi mereka dari zooplankton dan
heterotrophs lain. Penambahan konsumen utama ini adalah mangsa utama untuk
sculpins, rockfish, ikan hiu, burung, dan paus ballen (Strimbling and Cornwel, 1997)
Di muara sungai Duwamish (dengan kedalaman ±4), ditemukan ikan salem muda
memangsa gammarid amphipods yang lebih besar dari ukuran tubuhnya. Selain itu,
ikan salem juga menyukai jenis Corophium salmonis dan Eogammarus
confervicolus. Sebagai tambahan, gammarid amphipods, dalam bentuk juvenille
mengkonsumsi calanoid dan harpacticoid copepods. Merah muda pemuda ikan
salem, pada sisi lain, lebih menyukai harpacticoids yang diikuti oleh calanoid
copepods. Juvenille chinook mempercayakan kepada gammaridean amphipods dan
calanoid copepods sebagai betuk diet mereka. Di awali studi oleh Zedler (1980),
menunjukkan bahwa 85 sampai 92 % zooplankton di teluk adalah calanoid
copepods. Secara teknis, istilah zooplankton mengacu pada format hewan plankton,
yang tinggal di kolom air dan pergerakan utama semata-mata dikendalikan oleh
keadaan insitu lingkungan (current movement). Bagaimanapun, yang mereka lakukan
akan mempunyai kemampuan untuk berpindah tempat vertikal terhadap kolom air
dan boleh juga berpindah tempat secara horisontal dari pantai ke laut lepas sepanjang
yaitu musim semi dan musim panas dalam untuk mencari lokasi yang cocok untuk
pertumbuhan mereka. Migrasi vertikal menciptakan sonik lapisan menyebar ketika
zooplankton bergerak ke permukaan pada malam hari dan tempat yag terdalam pada
siang hari. Pada daerah berlumpur dengan olakan gelombang besar, migrasi vertical
zooplankton akan terhalang. Sedangkan, migrasi horisontal musiman mengakibatkan
zooplankton akan mengalami blooming (pengkayaan).
Jaring- jaring makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu
sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Jaring-jaring
makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis
makhluk hidup lainnya.
Laut merupakan salah satu bagian utama dari komposisi permukaan bumi.
Perbandingan daratan dan lautan adalah 30 % bagian dari permukaan bumi adalah
daratan, dan 70 % sisanya adalah lautan. Presentase wilayah lautan yang besar ini
akan lebih mudah diamati jika dibagi berdasarkan sub–sub bagian, dan prinsip
ekologi yang berlangsung didalamnya. Nybaken (1992) membagi secara garis besar
daerah perairan laut, menjadi 2 (dua) kawasan utama yaitu pelagik dan bentik. Zona
pelagik adalah zona permukaan laut yang menerima cahaya matahari (fotik),
sedangkan zona bentik adalah zona dasar laut yang kurang atau tidak sama sekali
menerima cahaya matahari (afotik).
Pada zona pelagik terdapat 3 jenis ekosistem utama, dan umum dijumpai,
yaitu ekosistem terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove. Ketiga
ekosistem ini memiliki produktivitas primer yang tinggi. Terumbu karang merupakan
suatu ekosistem yang memiliki produktivitas tertinggi di seluruh ekosistem alamiah
yang terdapat di sekitarnya. Romimohtarto dan Juwana (1999) menyatakan bahwa
produktivitas primer rata-rata terumbu karang adalah 20.000 Kcal/m2/tahun atau
sekitar 10 g/m2/hari. Nybakken (1992) menyatakan terumbu memiliki kemampuan
untuk menahan bahan organik dan menjalankan fungsinya seperti layaknya sebuah
kolam yang akan menampung sesuatu segala dari luar.
Bahan organik yang tertampung adalah indikator kesuburan ekosistem
terumbu karang. Karena bahan organik tersebut akan didekomposisi oleh bakteri dan
selanjutnya menjadi nutrien anorganik yang dapat dimanfaatkan oleh produser untuk
kebutuhan fotosintesis. Nutrien tersebut berupa Karbon organik, Nitrogen, dan
Posfat. Selanjutnya kesuburan ekosistem terumbu karang, menghadirkan
keanekaragaman (biodiversity) organisme perairan di dalamnya. Dimana organisme-
organisme perairan ini memiliki fungsi secara ekonomi dan ekologi. Secara ekonomi,
Nontji (1993) menjelaskan bahwa organisme yang hidup di terumbu mempunyai
nilai niaga seperti udang karang, rajungan, kerang lola dan berbagai jenis ikan
karang, yang biasanya dimanfaatkan sebagai ikan hias.
Pemanfaatan secara ekonomi semata-mata, akan menyebabkan degradasi
lingkungan dan overeksploitasi dimana akan memberikan dampak negatif secara
ekologi. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah kajian yang mendalam tentang materi
unsur hara yang mempengaruhi biodiversity dan untuk mengetahui beberapa
organisme perairan yang dalam siklus hidupnya berinteraksi dengan ekosistem
karang, seperti pada jaring makanan.
Secara garis besar tingkat trofik dalam jejaring makanan dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok produsen yang bersifat autotrof karena dapat
memanfaatkan energi matahari untuk mengubah bahan-bahan anorganik menjadi
karbohidrat dan oksigen yang diperlukan seluruh makhluk hidup, dan kelompok
konsumen yang tidak dapat mengasimilasi bahan makanan dan oksigen secara
mandiri (heterotrof).
Contoh : Jaring makanan terumbu karang
Gambar : A. Contoh piramida jumlah. Jumlah organisme (tidak termasuk pengurai) di padang rumput
disusun menurut tingkat tropik.
B. Contoh piramida biomassa dari suatu ekosistem terumbu karang. Angka-angka adalah
bobot kering biomassa
C. Contoh piramida energi berdasarkan nilai tahunan. Sebagian dari energi total yang
ditambat sebagai biomassa organik yang secara potensial tersedia sebagai makanan bagi
populasi lain dalam tingkat tropik berikutnya ditunjukkan dengan angka dalam kurung.
a. Piramida Jumlah
Piramida jumlah mengelompokkan individu yang menempati daerah tertentu
berdasarkan tingkat tropiknya. Piramida jumlah melukiskan jumlah individu
organisme yang ada pada tiap tingkat tropik, seperti organisme di tingkat trofik
pertama biasanya paling melimpah, sedangkan organisme di tingkat trofik kedua,
ketiga, dan selanjutnya makin berkurang. Dapat dikatakan bahwa pada kebanyakan
komunitas normal, jumlah tumbuhan sebagai produsen selalu lebih banyak daripada
organisme herbivora sebagai konsumen I. Demikian pula jumlah herbivora selalu
lebih banyak daripada jumlah karnivora tingkat 1 yang akan berperan sebagai
konsumen II. Karnivora tingkat 1 juga selalu lebih banyak daripada karnivora
tingkat 2, jadi piramida jumlah ini di dasarkan atas jumlah organisme di tiap tingkat
trofik.
c .Piramida energi
2. Bentuk piramida tidak dipengaruhi oleh variasi dalam ukuran maupun laju
metabolisme individu-individu yang berada pada setiap tingkatan tropik.
Oleh karena itu apabila semua sumber energi diperhitungkan maka bentuk
piramida energi tidak pernah terbalik karena sesuai dengan hukum
termodinamika II.
Energi yang berpindah melalui sebuah ekosistem berada dalam sebuah urutan
transformasi. Pertama produsen merubah sinar matahari menjadi energi kimia yang
disimpan di dalam protoplasma (sel-sel tumbuhan) di dalam tanaman. Selanjutnya
konsumen pertama memakan tanaman, merubah energi menjadi bentuk energi kimia
yang berbeda yang disimpan di dalam sel-sel tubuh. Energi ini berubah kembali
ketika konsumen kedua makan konsumen pertama.
Gambar : Piramida energi
Sebagian besar organisme memiliki efisiensi ekologi yang rendah. Ini berarti
mereka hanya dapat merubah sedikit bagian dari energi yang tersedia bagi mereka
untuk disimpan menjadi energi kimia. Contohnya tanaman-tanaman hijau hanya
dapat merubah sekitar 0,1 hingga 1 % tenaga matahari yang mencapainya ke dalam
protoplasma. Sebagian besar energi yang tertangkap di bakar untuk pertumbuhan
tanaman dan lepas ke dalam lingkungan sebagai panas. Begitu juga herbivora atau
binatang pemakan tumbuhan dan karnivora binatang pemakan daging merubah
energi ke dalam sel-sel tubuh hanya sebagian dari zat makanan yang dikonsumsi.
Karena begitu banyaknya energi yang lepas sebagai panas pada setiap
langkah dari rantai makanan, semua ekosistem mengembangkan sebuah piramida
energi. Tanaman sebagai produsen menempati bagian dasar piramid, herbivora
(konsumen pertama) membentuk bagian berikutnya, dan karnivora (komsumen
kedua) membentuk puncak piramida. Piramid tersebut mencerminkan kenyataan
bahwa banyak energi yang melewati tanaman dibandingkan dengan herbivora, dan
lebih banyak yang melalui herbivora dibandingkan dengan karnivora.
Di dalam ekosistem-ekosistem daratan piramida energi tersebut menghasilkan
sebuah piramida biomasa (berat). Ini berarti bahwa berat total dari tanaman-tanaman
adalah lebih besar dibandingkan dengan berat total herbivora yang melampaui berat
total karnivora. Tetapi di dalam lautan biomasa (berat) tanaman-tanaman dan
binatang-binatang adalah sama.
Ahli-ahli ekologi mengumpulkan informasi pada sebuah piramida biomasa
pada Isle Royale. Mereka meneliti hubungan piramida diantara tanaman, rusa dan
serigala. Dalam sebuah penelitian mereka menemukan bahwa diperlukan tanaman
seberat 346 kg untuk makanan rusa seberat 27 kg. Rusa seberat inilah yang
diperlukan untuk makanan serigala seberat 0,45 kg.
Pada piramida energi terjadi penurunan sejumlah energi berturut-turut yang
tersedia di tiap tingkat trofik. Berkurang-nya energi yang terjadi di setiap trofik
terjadi karena hal-hal berikut.
1. Hanya sejumlah makanan tertentu yang ditangkap dan dimakan oleh tingkat
trofik selanjutnya.
2. Beberapa makanan yang dimakan tidak bisa dicerna dan dikeluarkan sebagai
sampah.
3. Hanya sebagaian makanan yang dicerna menjadi bagian dari tubuh
organisme, sedangkan sisanya digunakan sebagai sumber energi.
Energi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Energi
diperoleh organismee dari makanan yang dikonsumsinya dan dipergunakan untuk
aktivitas hidupnya.
Cahaya matahari merupakan sumber energi utama kehidupan. Tumbuhan berklorofil
memanfaatkan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Organisme yang menggunakan
energi cahaya untuk merubah zat anorganik menjadi zat organik disebut
kemoautotrof Organisme yang menggunakan energi yang didapat dari reaksi kimia
untuk membuat makanan disebut kemoautotrof.Energi yang tersimpan dalam
makanan inilah yang digunakan oleh konsumen untuk aktivitas hidupnya.
Pembebasan energi yang tersimpan dalam makanan dilakukan dengan cara
oksidasi (respirasi). Golongan organisme autotrof merupakan makanan penting bagi
organisme heterotrof, yaitu organisme yang tidak dapat membuat makanan sendiri
misalnya manusia, hewan, dan bakteri tertentu. Makanan organisme heterotrof
berupa bahan organik yang sudah jadi.
Aliran energi merupakan rangkaian urutan pemindahan bentuk energi satu ke
bentuk energi yang lain dimulai dari sinar matahari lalu ke produsen, konsumen
primer, konsumen tingkat tinggi, sampai ke saproba di dalam tanah. Siklus ini
berlangsung dalam ekosistem
Beberapa usaha telah dilakukan untuk mengukur alirn energi melalui rantai
makanan. Salah satu yang paling mendalam ialah dilaksanakan oleh H.T. Odum pada
ekosistem sungai, Silver Spring, di Florida. Beliau menemukan bahwa hasil produsen
ialah 8833 kkal/m2/tahun (perhatikan gambar di bawah). Sebagain besar dari bahan
ini (5465 kkal) menjadi sisa-sisa tambahan yang dihancurkan oleh pengurai atau
aliran keluar sistem. Herbivora mengkonsumsi 3368 kkal/m 2/tahun. Lebih dari 1.890
kkal hilang, terutama melalui respirasi seluler. Jadi produktivitas bersih herbivora
adalah 1478 kkal/m2/tahun. Hal ini merupakan 17% dari produktivitas bersih
produsen. Beberapa konsemen primer mati dan sisanya hancur disitu atau diangkut
ke hilir. Hanya 383 kkal/m2/tahun dikonsumsi oleh konsumen sekunder. Diantaranya
316 kkal digunakan dalam respirasi, yang hanya bersisa 67 kkal/m 2/tahun
produktivitas bersih pada tingkat tropik tersebut. Ini hanya 4% dari produktivitas
berih dari tingkatan sebelunya. Efesiensi rendah seperti ini adalah khas bagi
karnivora. Dari produktivitas bersih tersebut pada tingkatan konsumen sekunder
(karnivora pertama), akhirnya 46 kkal hilang karena hancur dan pengangkutn hilir.
Hanya 21 kkal/m2/tahun samapai pada konsumen tersier. Dari jumlah ini mereka
menggunakan 15 kkal dalam respirasi, dan mempunyai produktivitas bersih hanya
sebesr 6 kkal/m2/tahun (Kimball,1983)
Gambar : Aliran energi melalui Silver Spring (Berdasarkan data yang diperoleh Howard T.
Odum)
Dari aliran energi dan data Odum untuk produktivitas bersih pada berbagai
tingkatan tropik di Silver Springs, kita memperoleh piramida energi seperti yang
ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Gambar : Piramida energi di Silver Springs, Florida. Angka merupakan hasil bersih pada
setiap tingkatan tropik yang dinyatakan dalam kkal/m 2/tahun. (Berdasarkan data yang
diperoleh Howard T. Odum)
Pada setiap mata rantai makanan sebagian besar energi matahari, yang
semuanya ditangkap oleh autotrof yang berfotosintesis, dihamburkan kembali ke
alam sekitarnya (sebagai panas). Maka kita dapat menyimpulkan bahwa jumlah total
energi yang tersimpan dalam tubuh popuasi tertentu tergantung pada tingkatan
tropiknya. Sebagai contoh seperti pada gambar,jumlah total energi yang terdapat
dalam populasi katak harus jauh lebih kecil daripada yang ada dalam serangga yang
merupakan mangsanya. Pada gilirannya, serangga hanya mempunyai sedikit energi
yang disimpan dalam tumbuhan yang dimakannya. Penurunan jumlah total energi
yang tersedia pada tingkat tropik dapat diterangkan melalui piramida energi
(Kimball, 1983)
.
Gambar 10 : Piramida energi. Pada setiap rantai makanan, energi yang semula
disimpan oleh tumbuhan rumput autotrofik
dihamburkan
Piramida jumlah dalam suatu akre rumput taman ( Odum, dalam Kimball,1983)
Piramida biomassa di Silver Spring, Florida (a) dan piramida terbalik biomassa
dalam suatu danau (Kimball,1983)
Piramida ekologi pada ekosistem perairan terbuka hingga hutan-hutan yang luas
Keterangan Gambar :
o P = produsen, C1= konsumen primer, C2= konsumen sekunder, C3= konsumen tersier
(karnivora puncak), S = saprotrof (bakteri & cendawan), D = pengurai (bakteri,
cendawan + detrivora).
o A. Data tumbuhan padang rumput dari Evans dan Cain,1952; data binatang dari
Walcott,1937; hutan daerah beriklim sedang didasrkan atas hutan-hutan Wytham
dekat Oxford, England
o B. Saluran Inggris, Harvey 1950, Danau Wisconsin (danau Webwer), Juday 1942,
Padang Tua Georgia, E.P.Odum, 1957 ; terumbu karang, Hutan Panama, F.B.Golley
dan G. Child
o C. Silver Springs, H.T. Odum, 1957
o D. Danau Italia (Lago Magiore), Ravera 1969
o E. Arthropoda tanah, Engelmann, 1968
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suatu organisme hidup akan selalu membutuhkan organisme lain dan lingkungan
hidupnya. Hubungan yang terjadi antara individu dengan lingkungannya sangat
kompleks, bersifat saling mempengaruhi atau timbal balik. Hubungan timbal balik
antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati membentuk sistem ekologi yang disebut
ekosistem. Di dalam ekosistem terjadi rantai makanan, aliran energi, dan siklus
biogeokimia Setiap ekosistem juga memiliki suatu struktur tropic (trophic structure)
dari hubungan makan-memakan. Para ahli ekologi membagi spesies dalam suatu
komunitas atau ekosistem ke dalam tingkat-tingkat tropic (trophic levels)
berdasarkan nutriennya.
DAFTAR PUSTAKA
Phai.2008.RantaiMakaan
http://ilmupedia.com/index.php/component/content/article/40-aksi-
interaksi/133 aliran energi.(5 September 2008)
Resosoedarmo,S.1985.Pengantar Ekologi. Jakarta : PPs IKIP Jakarta Bekerjasama
dengan BKKBN Jakarta.