You are on page 1of 32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari pembuatan alat ini adalah seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.1 di

bawah ini:

Gambar 4.1 Alat Pengontrol Suhu Pada Pemanas Air Listrik

Pada alat ini terdiri dari dua bagian, yaitu ceret listrik yang sudah dilengkapi

dengan sensor suhu LM 35 dan yang kedua adalah kotak kontroler utama yang berisi

display LCD, tombol inputan dan juga alarm buzzer. Untuk pembahasan mengenai proses

pembuatan dan juga pengukurannya akan dijelaskan pada pembahasan di bawah ini.

4.1 Perancangan Hardware

4.1.1 Rangkaian Kontroler Utama (main board)

Rangkaian kontroler utama adalah sebuah rangkaian dimana di

dalamnya terdapat sirkut-sirkuit rangkaian elektronik yang berfungsi sebagai

32
tempat pemasangan komponen-komponen elektronik sebagai rangkaian

pengontrol. Pembuatan main board ini menggunakan teknik PCB cetak

dimana rangkaian elektronik di rancang melalui computer dengan

mengunakan software diptrace yang dapat di unduh dari internet secara

gratis. Setelah rangkaian jadi kemudian rangkaian diprint kemudian di salin

ke kertas photo dengan cara di photo kopi. Setelah gambar rangkaian

tercetak pada kertas photo, kemudian dicetak ke papan PCD polos. Caranya

dengan menempelkan kertas photo berisi gambar rangkaian secara terbalik

kemudian dipanaskan menggunakan setrika selama 5 sampai 10 menit

sehingga gambar rangkaian menempel pada papan PCB. Setelah itu celupkan

kedalam air dan kertas photo dibersihkan sampai bersih. Setelah itu akan

terlihat bahwa gambar rangkaian akan menempel pada PCB. Cek kembali

jalur-jalur rangkaian pada PCB, apabila terdapat jalur yang putus yang

disebabkan ketidaksempurnaan pemanasan, dapat disambungkan dengan

cara membuat garis menggunakan spidol permanent pada jalur tersebut.

Setelah semua beres kemudian PCB tersebut dilarutkan menggunakan cairan

fery chloride, yaitu sebuah bahan yang dapat melarutkan tembaga pada PCB.

Untuk mempercepat pelarutan digunakan air panas sebagai media

pelarutnya. Setelah pelarutan selesai, keringkan dan bersihkan papan PCB

tersebut. Kemudian amplas jalur rangkaian untuk menghilangkan tinta yang

menutupi jalur. Jika semua telah dilakukan maka main board sudah jadi dan

tinggal diberi lubang untuk kaki-kaki komponen dengan menggunakan bor.

33
Untuk hasil rancangan main board yang sudah dibuat tampak seperti gambar

4.2 di bawah ini:

Gambar 4.2 Rangkaian kontroler utama (main board)

Untuk rangkaian tersebut masih perlu dilengkapi dengan catu daya

untuk bisa menggunakannya. Untuk rangkaian catu daya digunakan

rangkaian yang terpisah untuk mengurangi dimensi dari main board tersebut.

4.1.2 Rangkaian Catu Daya

Rangkaian catu daya adalah rangkaian yang menyediakan suplay

daya kepada rangkaian kontroler utama dan juga ceret. Pada rangkaian ini

terdapat beberapa jalur dimana masing-masing jalur menyediakan daya

dengan spesifikasi tertentu. Sumber daya utama dari alat ini adalah daya

yang berasal dari PLN dengan teganan 220 V AC. Dari tegangan 220 V AC

ini dibagi dua yaitu 220 V AC untuk suplay ceret dan juga tegangan 12 V

DC untuk suplay rangkaian utama dan juga relay. Proses konversi dari 220 V

AC menjadi 12 V DC dilakukan oleh sebuah trafo CT 0.5 A sebagai

34
komponen penurun tegangan dan kemudian dilanjutkan konversi dari AC ke

DC oleh dioda bright 1 A sebagai komponen yang merubah arus AC menjadi

arus DC. Untuk tegangan 12 V DC ini akan di bagi lagi menjadi 2 jalur,

yaitu 12 V DC untuk suplay relay activator dan yang kedua 5 V DC untuk

sumber catu daya untuk rangkaian pengontrol utama. Pengkonversian dari 12

V DC menjadi 5 V DC dilakukan dengan cara melewatkan sumber tegangan

12 V DC ke IC 7805 dan keluarannya disalurkan ke suplay rangkaian utama.

IC 7805 adalah sebuah IC regulator tegangan dimana output yang dihasilkan

adalah 5 V DC selama inputannya lebih dari 5 V DC.

Gambar 4.3 Rangkaian catu daya

4.1.3 Rangkaian Mikrokontroler

Pada rangkaian mikrokontroler ini menggunakan mikrokontroler AT

Mega 8 sebagai otak pengontrolannya. Mikrokontroler ini merupakan

mikrokontroler dari keluarga AVR keluaran dari ATMEL. AT Mega 8 ini

memiliki 28 pin dengan 25 pin input/output yang terbagi kedalam 3 port,

yaitu Port B (8 pin i/o), Port C (7 pin i/o), Port D (8 pin i/o).

35
Pada rangkaian ini kaki-kaki yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. PORT D : output display LCD

b. PORT C.0 : input sensor LM 35

c. PORT C.1 : input tombol “back”

d. PORT C.3 : input tombol “menu”

e. PORT B.0 : output saklar relay

f. PORT B.1 : output buzzer

g. PROT B.2-5 : input tombol “kanan”, ”kiri”, “atas”, “bawah”

secara lebih jelas, rangkaian mikrokontroler dan penggunaan kaki-

kakinya dapat digambarkan pada Gambar 4.4 dibawah ini:

36
Gambar 4.4 Konfigurasi penggunaan pin AT Mega 8

4.1.4 Rangkaian Sensor

Sensor LM 35 memiliki 3 buah kaki dimana kaki 1 adalah kaki

untuk tegangan sumber (Vcc), kaki 2 adalah tegangan keluaran (Vout),

sedangkan kaki 3 adalah ground. Tegangan keluaran dari sensor langsung

dihubungkan ke kaki mikrokontroler pada PORTC.0 yang merupakan kaki

ACD pertama pada mikrokontroler. Tegangan keluaran dari sensor berkisar

antara 0.25-1.5 V, dan tegangan ini sudah bisa dibaca oleh mikrokontroler

sehingga tidak memerlukan penguatan Vout terlibih dahulu. Gambar 4.5

berikut adalah gambar rangkaian sensor LM 35 yang digunakan adalah:

37
Gambar 4.5 Rangkaian sensor LM 35

4.1.5 Rangkaian Buzzer

Rangkaian buzzer dapat itunjukan pada Gambar 4.6 dibawah ini:

Buzzer
Input dari mikro

Gambar 4.6 Rangkaian Buzzer

Buzzer ini akan bekerja atau berbunyi jika ada inputan dari

mikrokonroler berupa tegangan 5 volt sehingga buzzer berbunyi. Pada main

board buzzer dihubungkan ke PORTB.1, sehingga pada saat PORTB.1 aktif

maka buzzer juga akan aktif.

4.1.6 Rangkaian Saklar

Untuk rangkaian saklar dapat ditunjukan pada Gambar 4.7 dibawah

ini:

38
Gambar 4.7 Rangkaian saklar

Pada rangkaian di atas terlihat bahwa saklar diset normaly open

sehingga pada kondisi awal saklar akan off. Saklar ini menggunakan relay 12

Volt yang diaktifkan oleh sebuah transistor C945. cara kerjanya dalah jika

kaki basis transistor mendapatkan inputan dari mikro berupa tegangan 5 volt,

maka akan mengalir arus basis yang besarnya adalah 5 V : 220 ohm, yaitu

sekitar 22.7 mA. Arus ini sudah cukup untuk mengaktifkan transistor

sehingga saat transistor aktif akan terjadi aliran arus dari sumber 12 V

melalui relai. Pada saat arus melalui kumparan relay, akan terjadi gaya

magnet yang akan menarik posisi saklar sehingga saklar terhubung dengan

posisi ON.

4.1.7 Rangkaian Tombol Input

Pada rangkaian tombol yang telah dibuat adalah sebagai berikut:

Gambar 4.8 Rangkaian tombol

39
Pada rangkaian pada Gambar 4.8 ini, inputan tombol diset active

low, dimana apabila tombol ditekan maka kaki mikro akan terhubung dengan

ground sehingga tegangan menjadi nol. Pada saat inilah mikro akan

membaca bahwa tombol telah aktif.

4.1.8 Rangkaian Keseluruhan

Untuk rangkaian secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar4.9 di

bawah ini:

Gambar 4.9 Rangkaian keseluruhan

4.2 Perancangan Software

4.2.1 Teknik Pemrograman

Untuk mengoperasikan rangkaian kontroler dibutuhkan suatu

program yang dapat mengendalikan kerja dari perangkat keras (hardware).

Program yang akan mengendalikan kontroler ini dibuat menggunakan bahasa

pemrograman C, yaitu suatu bahasa pemrograman tingkat tinggi yang mudah

untuk dipelajari dan diaplikasikan. Sebagai software compiler digunakan

40
program codevision karena mudah untuk digunakan serta dilengkapi dengan

library yang banyak serta terdapat fasilitas wizard, dimana kita dapat

menyingkat pembuatan program dengan adanya pilihan-pilihan menu.

Penampang wizard codevision tampak seperti Gambar 4.10

Gambar 4.10 Codevision Wizard

Melalui codewizard ini beberapa bagian program akan sudah diset

secara otomatis sehingga kita tidak perlu menuliskan secara manual. Setelah

kerangka program didapatkan kita tingal menuliskan program sesuai dengan

kebutuhan. Gambar 4.11 berikut adalah penampang jendela yang

ditampilkan dari program codevision:

41
Gambar 4.11 Tampilan Codevision

4.2.2 Alur Jalannya Program (Flowchart)

Untuk membuat program untuk kontroler ini diperlukan suatu alur

program yang tepat. Kerangka program ini berfungsi sebagai alur berpikir

dari alat pengontrol ini. Berikut ini adalah alur jalannya program atau

flowchart dari sistem pengontrol suhu pada alat pemanas air listrik.

42
Gambar 4.12 Alur Jalannya Program (flowchart)

43
4.3 Integrasi dan Pengujian Sistem

4.3.1 Integrasi Hardware dan Software

Setelah rangkaian hardware selesai dibuat dan software juga telah

selesai dirancang maka proses selanjutnya adalah mengintegrasikan

hardware dan software untuk melihat sejauh mana kinerja alat ini telah

bekerja. Pada saat hardwar dan software di-integrasikan alat ini dapat

bekerja seperti yang diinginkan, yaitu software dapat menjalankan hardware

sesuai dengan isi dari program. Salah satu contohnya adalah pada saat

pengujian tombol. Disana terlihat pada saat kita menekan salah satu tombol,

maka software akan menganalisa tombol mana yang aktif dan mengeluarkan

informasi mengenai tombol yang sedang aktif tersebut pada tampilan LCD.

4.3.2 Pengujian Mikrokontroler

Pengujian rangkaian mikrokontroler dilakukan dengan cara mencoba

beberapa program. Program yang akan digunakan untuk mencoba rangkaian

mikrokontroler adalah pengujian tombol yang akan dibahas pada

pembahasan selanjutnya. Pada pengujian tersebut mikrokontroler akan

membaca inputan dari tombol, dimana apabila tombol aktif, maka

mikrokontroler akan menampilkan pesan pada display LCD tentang tombol

mana yang aktif.

44
4.3.3 Pengujian Sensor

Pengujian sensor dilakukan dengan cara membaca inputan sensor

kemudian dikonversikan menjadi bilangan ADC dan ditampilkan pada

display LCD. Bilangan ADC adalah bilangan yang merepresentasikan

sebuah panjang data. Pada pembuatan alat ini menggunakan sistem ADC 10

bit. Artinya panjang data sebesar 210=1024, yaitu dari 0 sapai dengan 1023.

proses konversi bilangan ADC ini membutuhkan suatu tegangan referensi

sebagai acuan penentuan nilai ADC. Pada sistem ini menggunakan tegangan

referensi dari Vref yang besarnya sama dengan Vcc yaitu 5 V. jadi panjang

data ini untuk bilangan ADC 0 merepresentasikan tegangan 0 V dan

bilangan ADC 1023 merepresentasikan tegangan 5 V. Untuk tegangan di

antara 0V - 5 V ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

V i n
A D C = X 1 0 2 4
V r e f
dimana:

ADC : bilangan ADC yang dicari

Vin : tegangan yang terbaca dari LM 35

Vref : tegangan referensi (5 V)

1024 : panjang data = 210 (karena ADC 10 bit)

Untuk hasil pengujiannya sensor suhu LM 35 dapat dilihat pada

Gambar4.14 dan table 4.1 untuk data pengujian:

45
Gambar 4.14 Pengujian Sensor LM 35

Tabel 4.1 Hasil pengukuran adc oleh sensor LM 35

Suh
30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
u
10 11 12 13 15 17
adc 59 61 63 67 72 79 86 94 200
4 4 6 9 2 3
Vout 29 29 31 33 35 38 42 46 50 55 61 67 74 84
980
(mV) 0 8 2 1 6 6 2 2 9 9 6 9 6 9

Nilai ADC pada Tabel di atas sebenaranya adalah hasil perhitungan

berdasarkan rumus yang telah disebutkan di atas. Untuk membuktikan

keakuratannya maka dapat dibandingkan dengan perhitungan menggunakan

rumus ADC di bawah ini:

46
Rumus:

V i n
A D C = X 1 0 2 4
V r e f
Perhitungan:

# suhu 300 C

ADC = (290 x 1024) / 5000mV = 59.392

ADCterbaca = 59

Kesalahan = ((59.392 - 59) x 100%) / 59.392 = 0.66 %

# suhu 350 C

ADC = (298 x 1024) / 5000mV = 61.0104

ADCterbaca = 61

Kesalahan = ((61.0104 - 61) x 100%) / 61.0104 = 0.05 %

# suhu 400 C

ADC = (312 x 1024) / 5000mV = 63.8976

ADCterbaca = 63

Kesalahan = ((63.8976 - 63) x 100%) / 63.8976 = 1.4 %

# suhu 450 C

ADC = (331 x 1024) / 5000mV = 67.7888

ADCterbaca = 67

Kesalahan = ((67.7888 - 67) x 100%) / 67.7888 = 1.17 %

# suhu 500 C

ADC = (356 x 1024) / 5000mV = 72.9088

ADCterbaca = 72

Kesalahan = ((72.9088 - 72) x 100%) / 72.9088 = 1.25 %

47
# suhu 550 C

ADC = (386 x 1024) / 5000mV = 79.0528

ADCterbaca = 79

Kesalahan = ((79.0528 - 79) x 100%) / 79.0528 = 0.067 %

# suhu 600 C

ADC = (422 x 1024) / 5000mV = 86.4256

ADCterbaca = 86

Kesalahan = ((86.4256 - 86) x 100%) / 86.4256 = 0.49 %

# suhu 650 C

ADC = (462 x 1024) / 5000mV = 94.6176

ADCterbaca = 94

Kesalahan = ((94.6176 - 94) x 100%) / 94.6176 = 0.62 %

# suhu 700 C

ADC = (509 x 1024) / 5000mV = 104.2432

ADCterbaca = 104

Kesalahan = ((104.2432 - 104) x 100%) / 104.2432 = 0.23

# suhu 750 C

ADC = (559 x 1024) / 5000mV = 114.4832

ADCterbaca = 114

Kesalahan = ((114.4832 - 114) x 100%) / 114.4832 = 0.46

48
# suhu 800 C

ADC = (616 x 1024) / 5000mV = 126.1568

ADCterbaca = 126

Kesalahan = ((126.1568 - 126) x 100%) / 126.1568 = 0.12

# suhu 850 C

ADC = (679 x 1024) / 5000mV = 139.0592

ADCterbaca = 139

Kesalahan = ((139.0592 - 139) x 100%) / 139.0592 = 0.04

# suhu 900 C

ADC = (746 x 1024) / 5000mV = 152.7808

ADCterbaca = 152

Kesalahan = ((152.7808 - 152) x 100%) / 152.7808= 0.51

# suhu 950 C

ADC = (846 x 1024) / 5000mV = 173.2608

ADCterbaca = 173

Kesalahan = ((173.2608 - 173) x 100%) / 173.2608 = 0.15

# suhu 1000 C

ADC = (980 x 1024) / 5000mV = 200.704

49
ADCterbaca = 200

Kesalahan = ((200.704 - 200) x 100%) / 200.704 = 0.35 %

Pada hasil perhitungan terlihat bahwa terdapat kesalahan untuk

setiap nilai ADC. Hal ini dikarenakan pada proses konversi dari tegangan

menjadi bilangan ADC oleh mikrokntroler, yang dibaca hanya nilai

integernya saja, yaitu nilai yang ada didepan koma, tanpa ada pembulatan.

Oleh karena itu terdapat sedikit kesalahan pada perhitungan nilai ADC. Nilai

kesalahan/ kesalahan ini masih bersifat wajar karena nilainya tidak terlalu

besar, dengan kata lain nilai adc yang terbaca pada LCD tidak jauh berbeda

dengan nilai perhitungan menggunakan rumus.

4.3.4 Pengujian Tombol Inputan

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa tombol inputan bersifat

active low. Yaitu mikrokontroler akan membaca inputan tombol jika pada

kaki mikrokontroler yang bersangkutan terjadi perubahan tegangan, yaitu

dari 5 volt manjadi 0 volt. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pada saat kita

menekan tombol push bootom maka kaki mikrokontroler yang bersangkutan

akan terhubung langsung dengan ground,sehingga tegangannya berubah

menjadi 0 volt. Untuk penampang fisik dari tombol inputan dapat dilihat

pada Gambar 4.14. pada gambar tersebut terlihat ada enam buah tombol,

yaitu dua tombol berwarna merah dan empat tombol lagi berwarna hitam.

Untuk tombol warna merah yang pertama, yaitu yang terletak paling kiri

50
merupakan tombol “back” yang terhubung pada PORTC.1, sedangkan

tombol merah yang satunya lagi merupakan tombol “menu” yang terhubung

dengan PORTC.3. Untuk empat tombol hitam lainnya merupakan tombol

arah yang masing-masing sesuai dengan posisinya, yaitu tombol sebelah atas

merupakan tombol “atas”, tombol bagian bawah merupakan tombol

“bawah”, tombol bagian kiri merupakan tombol “kiri”, dan yang bagian

kanan merupakan tombol “kanan”. Masing-masing tombol terhubung ke

PORTB.2 sampai PORTB.5. tombol “kiri” terhubung ke PORTB.2, tombol

“atas” terhubung ke PORTB.3, tombol “atas” terhubung ke PORTB.4 dan

yang terakhir tombol “bawah” terhubung ke PORTB.5. Untuk pengujian

terhadap tombol telah berhasil dilakukan, dan hasilnya dapat dilihat seperti

Gambar 4.14 dibawah ini:

Gambar 4.14 Penampang fisik tombol inputan

51
# Pengujian tombol “menu”

Pada pengujian tombol “menu” ini telah berhasil dilakukan dengan

hasil seperti yang terlihat pada Gambar 4.15. Pengujian tombol “menu”

dilakukan dengan cara menekan tombol “menu”, yaitu tombol warna merah

dengan posisi nomor dua dari sebelah kiri. Saat tombol menu ini ditekan,

maka tombol tersebut akan aktif dan memberikan sinyal low atau ‘0’ kepada

PORTC.1. Karena PORTC.1 diset active low maka begitu tombol ini ditekan

maka mikrokontroler akan langsung merespon dengan cara megirimkan

perintah ke LCD untuk menampilkan karakter “tombol” pada baris atas dan

karakter “menu” pada baris bawah seperti yang terlihat pada Gambar 4.15.

Gambar 4.15 Pengujian tombol “menu”

# Pengujian tombol “back”

Proses pengujian terhadap tombol “back” telah berhasil dilakukan

dan bekerja dengan baik. Pengujian dilakukan dengan cara menekan tombol

“back”, yaitu tombol berwarna merah dengan posisi pertama dari sebelah

52
kiri. Pada saat tombol “back” ditekan maka tombol ini akan mengirimkan

sinyal low atau ‘0’ kepada PORTC.3. Karena PORTC.3 diset active low,

maka begitu mendapat sinyak low dari tombol “back”, maka mikrokontroler

langsung merespon dengan mengirimkan perintah ke LCD untuk

menampilkan karakter “tombol” pada baris atas dan karakter “back” pada

baris bawah seperti yang terlihat pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16 Pengujian tombol “back”

# Pengujian tombol “atas”

Pada pengujian tombol atas ini juga sudah berhasil dilakukan. Proses

pengujian dilakukan dengan ccara menekan tombol “atas” sehingga saat

tombol ini ditekan akan mengirimkan sinyal low kepada PORTB.3. karena

PORTB.3 ini diset active low maka begitu mendapat sinyal low dari tombol

“atas”, mikrokontroler langsung merespon dengan memberikan perintah

kepada LCD untuk menampilkan karakter “tombol” pada baris atas dan

karakter “atas” pada baris bawah seperti yang bisa dilihat pada Gambar 4.17.

53
Gambar 4.17 Pengujian tombol “atas”

# Pengujian tombol “kanan”

Pengujian tombol “kanan juga telah berhasil dilakukan. Cara

pengujiannya adalah dengan menekan tombol “kanan” sehingga pada saat

tombol tersebut ditekan akan mengirimkan sinyal low kepara PORTB.4.

karena PORTB.4 diset active low maka begitu mendapat sinyal low dari

tombol “kanan” mikrokontroler langsung merespon dengan mengirimkan

perintah ke LCD untuk menampilkan karakter “tombol” pada baris atas, dan

karakter “kanan” pada baris bawah seperti yang dapat dilihat pada Gambar

4.18.

54
Gmabar 4.18 Pengujian tombol “kanan”

# Pengujian tombol “bawah”

Untuk pengujian tombol “bawah” tidak jauh berbdda dengan

pengujian tombol lainnya, yaitu dengan cara memencet tombol “bawah”

sehingga tombol tersebut akan mengirimkan sinyal low ke PORTB.5. Karena

PORTB.5 juga diset active low maka begitu mendapat sinyal low dari tmbol

ersebut mikrokontroler langsung merespon dengan cara mengirimkan

perintah ke LCD untuk menampilkan karakter “tombol” pada baris atas dan

karakter “bawah” pada baris bawah seperti yag terlihat pada Gambar 4.19.

55
Gambar 4.19 Pengujian tombol “bawah”

# Pengujian tombol “kiri”

Pengujian tombol kiri juga sama dengan proses sebelumnya, yaitu

dengan cara menekan tombol “kiri” sehingga tombol ini mengirimkan sinyal

low ke PORTB.2. karena PORTB.2 juga diset active low maka begitu

mendapat sinyal low dari tombol ini mikrokontroler langsung merespon

dengan mengirimkan perintah untuk menampilkan karakter “tombol” pada

baris atas dan karakter “kiri” pada baris bawah seperti yang terlihat pada

gambar 4.20.

56
Gambar 4.20 Pengujian tombol “kiri”

4.3.5 Pengujian Sistem Secara Umum

Pengujian sistem secara keseluruhan dilakukan dengan cara merebus

atau memasak air secara langsung kemudian dibandingkan hasilnya dengan

pengukuran secara manual. Beberapa parameter yang diperhatikan adalah:

1. Pembacaan suhu

2. Penentuan estimasi waktu

3. Pemutusan saklar

4. Pengaktifan buzzer

Untuk parameter-parameter di atas sudah dilakukan pengujian

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun untuk kali ini akan

dilakukan pengujian secara bersamaan sebagai satu alat pengontrol ceret.

Untuk hasil pengujian sistem secara keseluruhan dapat dilihat pada data

berikut ini:

57
# Pembacaan suhu

Tabel 4.2 Hasil pengujian pembacaan suhu oleh sistem

pembacaan suhu ke-


suhu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
30 27 33 31 32 32 32 32 30 32 30
35 34 36 36 35 35 36 36 36 36 35
40 38 41 42 39 41 41 43 41 41 40
45 45 44 47 43 45 45 47 45 45 46
50 48 48 51 48 51 49 52 49 50 53
55 54 54 56 52 54 55 58 55 55 56
60 61 59 61 57 59 59 62 61 60 61
65 67 63 66 58 62 63 66 66 64 67
70 72 68 71 64 68 68 72 72 70 71
75 76 73 76 70 72 74 77 75 76 75
80 81 77 80 75 76 78 80 81 80 80
85 88 83 85 81 82 84 86 85 85 86
90 93 88 90 88 88 90 90 90 90 90
95 96 95 95 94 95 95 95 96 96 94
10 10 10 10 10 10 10 10 10

100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100

58
rata2 eror

suhu error pembacaan(%) pembacaan

suhu (%)
11,1 3,2 6,2 6,2 6,2 6,2 0,0
30 9,09 6,25 0,00 5,47
1 3 5 5 5 5 0
2,7 0,0 2,7 2,7 2,7 0,0
35 2,94 2,78 0,00 2,78 1,96
8 0 8 8 8 0
4,7 2,4 2,4 6,9 2,4 0,0
40 5,26 2,44 2,56 2,44 3,18
6 4 4 8 4 0
4,2 0,0 0,0 4,2 0,0 2,1
45 0,00 2,27 4,65 0,00 1,76
6 0 0 6 0 7
1,9 1,9 2,0 3,8 0,0 5,6
50 4,17 4,17 4,17 2,04 3,00
6 6 4 5 0 6
1,7 1,8 0,0 5,1 0,0 1,7
55 1,85 1,85 5,77 0,00 2,01
9 5 0 7 0 9
1,6 1,6 1,6 3,2 0,0 1,6
60 1,64 1,69 5,26 1,64 2,01
4 9 9 3 0 4
1,5 12,0 4,8 3,1 1,5 1,5 2,9
65 2,99 3,17 1,52 3,53
2 7 4 7 2 6 9
1,4 2,9 2,9 2,7 0,0 1,4
70 2,78 2,94 9,38 2,78 2,93
1 4 4 8 0 1
1,3 4,1 1,3 2,6 1,3 0,0
75 1,32 2,74 7,14 0,00 2,19
2 7 5 0 2 0
0,0 5,2 2,5 0,0 0,0 0,0
80 1,23 3,90 6,67 1,23 2,09
0 6 6 0 0 0
0,0 3,6 1,1 1,1 0,0 1,1
85 3,41 2,41 4,94 0,00 1,79
0 6 9 6 0 6
90 3,23 2,27 0,0 2,27 2,2 0,0 0,0 0,00 0,0 0,0 1,00

59
0 7 0 0 0 0
0,0 0,0 0,0 0,0 1,0 1,0
95 1,04 0,00 1,06 1,04 0,53
0 0 0 0 4 6
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
100 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0 0 0 0 0 0
eror
1,6 2,4 1,7 2,7 1,0 1,1
pengujian 2,86 2,78 4,81 1,03 2,23
4 9 6 0 3 9
(%)

Pada pembacaan suhu di atas menujukan nilai yang tidak jauh berbeda dengan

nilai yang terbaca dari pengukuran menggunakan thermometer. Dari hasil tersebut

dapat dihitung nilai rata-rata kesalahan pembacaan suhu adalah:

suhu 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
error
pembacaan 5,47 1,96 3,18 1,76 3,00 2,01 3,59 3,53 2,93 2,19 2,09 1,79 1,00 0,53 0,00
(%)

Pada pembacaan suhu terdapat kesalahan sebesar kurang lebih 2%. Kesalahan

pembacaan ini dapat disebabkan oleh kondisi sensor LM 35 yang kurang steril,

sehingga pada saat pembacaan kurang sempurna. Selain itu, penggunaan sensor

yang terlalu sering secara berturut-turut juga mempengaruhi kinerja sensor,

karena masih terdapat panas yang masih tertinggal pada sensor.

60
# Estimasi waktu

Tabel 4.3 Hasil Pengujian estimasi waktu sistem

pengujian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ke- mm ss mm ss mm ss mm ss mm ss mm ss mm ss mm ss mm ss mm ss
estimasi
waktu 14 40 14 40 14 40 14 40 14 40 14 40 14 40 14 40 14 40 14 40
realtime 15 33 15 15 15 5 15 35 15 0 14 59 14 41 14 38 14 56 14 43
lama
estimasi
(s) 873 855 845 875 840 899 881 878 896 883
realtime
(s) 900 900 900 900 900 840 840 840 840 840
error
estimasi
(%) 3,00 5,00 6,11 2,78 6,67 7,02 4,88 4,52 6,67 5,12
rata2
error (%) 5,18

Pada penentuan estimasi waktu terdapat kesalahan sekitar 5,68%. Hal ini

desebabkan oleh kondisi volume air yang berbeda-beda. Pada perancangan sistem

ini kondisi volume air hanya diklasifikasikan menjadi 4 golongan saja, yaitu

volume 0.5 L, volume 1 L, volume 1.5 L, dan juga volume 2L. Pada penentuan

estimasi waktu ini kondisi volume 0.5 L tidak digunakan karena pada kondisi

volume ini belum layak untuk dilakukan proses pemanasan air karena ketinggian

air dalam ceret hampis sama dengan ketinggian heater. Untuk kondisi volume

0.75 L - 1.25 L akan terbaca oleh sistem pada kondisi volume 1 L. dan kondisi

volume 1.26 L – 1.75 L akan terbaca oleh sistem pada kondisi volume 1.5 L, dan

untuk volume 1.76 L – 2 L akan terbaca oleh sistem pada kedalam kondisi

volume 2 L. hal inilah yang menyebabkan terjadinya error. Karena untuk batas

61
bawah dan batas atas pada masing-masing kondisi volume mempunyai sedikit

perbedaan pada pengukuran waktunya.

# Pemutusan saklar

Pada pengujian tersebut tercata bahwa saklar aktif pada saat yang ditentukan yaitu

pada saat sistem siap untuk melakukan pemanasan. Dan saklar juga OFF tepat

saat suhu sudah mencapai maksimum. Hal ini menujukan bahwa untuk aplikasi

saklar berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang diinginkan pada program.

Dalam hal ini berarti saklar tidak memiliki kesalahan atau dengan kata lain

kesalahan saklar = 0%

# Pengaktifan buzzer

Pengaktifan buzzer terjadi saat hampir bersamaan dengan saklar berpindah dari

posisi ON ke posisi OFF. Berarti buzzer bekerja dengan baik.dengan tingkat

kesalahan 0%. Keberhasilan pengujian buzzer ini adalah apabila pada saat sistem

telah membaca suhu maksimal maka seketika itu pula buzzer akan berbunyi dan

hamper bersamaan dengan saklar OFF.

62
4.4 Kinerja Sistem

Dari hasil pengujian tersebut dapat diketahui tingkat kesalahan dan

akurasi dari sistem ini. Tingkat kesalahan sistem dapat dilihat dari empat

parameter seperti yang terlihat pada table 4.4 di bawah ini:

Tabel 4.4 Nilai kesalahan sistem dalam pembacaan suhu

pengujian ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
eror
17,7 18,4 21,5 23,3 26,5 28,5 31,8 34,2 36,4
pengujian 38,60
3 8 9 8 0 0 0 7 7
(%)
rata2
error
2,23
pengujian
(%)

63

You might also like