You are on page 1of 112

ANALISIS TEKS BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE)

IPS TERPADU KELAS VII SMP/MTS TERBITAN DEPDIKNAS


PADA KOMPETENSI DASAR MENDISKRIPSIKAN GEJALA
ATMOSFER DAN HIDROSFER SERTA PENGARUHNYA BAGI
KEHIDUPAN

SKRIPSI

OLEH
WAHYU WARDANI
NIM 106821400649

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
AGUSTUS 2010
ANALISIS TEKS BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE)
IPS TERPADU KELAS VII SMP/MTS TERBITAN DEPDIKNAS
PADA KOMPETENSI DASAR MENDISKRIPSIKAN GEJALA ATMOSFER
DAN HIDROSFER SERTA PENGARUHNYA BAGI KEHIDUPAN

SKRIPSI

Diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana
Pendidikan Geografi

Oleh
Wahyu Wardani
NIM 106821400649

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
Agustus 2010
TEXT ANALYSIS OF ELECTRONIC SCHOOL BOOKS (BSE)
IPS INTEGRATED CLASS VII SMP/MTS DEPDIKNAS PUBLICATIONS
IN BASIC COMPETENCE DESCRIBING SYMPTOMS THE
ATMOSPHERE AND HYDROSPHERE AND ITS INFLUENCE FOR LIFE

SKRIPSI

BY
WAHYU WARDANI
NIM 106821400649

STATE UNIVERSITY OF MALANG


FACULTY OF SOCIAL SCIENCE
GROGRAPHY EDUCATION STUDY PROGRAM
AUGUST 2010
TEXT ANALYSIS OF ELECTRONIC SCHOOL BOOKS (BSE)
IPS INTEGRATED CLASS VII SMP/MTS DEPDIKNAS PUBLICATIONS
IN BASIC COMPETENCE DESCRIBING SYMPTOMS THE ATMOSPHERE
AND HYDROSPHERE AND ITS INFLUENCE FOR LIFE

SKRIPSI

Asked to
State University of Malang
to meet one of the requirements
in completing a Bachelor program
Geography Education

By
Wahyu Wardani
NIM 106821400649

STATE UNIVERSITY OF MALANG


FACULTY OF SOCIAL SCIENCE
GROGRAPHY EDUCATION STUDY PROGRAM
August 2010
PERSEMBAHAN

Kupersembahkan secara tulus karya kecilku ini kepada:

Ibu Bapak Tersayang

Terima kasih atas cinta dan kasih saying yang telah engkau tanamkan

kepadaku, semoga ananda bisa menjadi anak yang barmanfaat serta

anak dapat membahagiakan kalian.

Semua Guru dan Dosenku

Terima kasih atas segala ilmu yang telah kalian berikan kepadaku yang

telah membuka hati yang gelap ini menjadi lebih terang, serta sebagai

bekalku dalam perjalanan di masa hayat sampai akhir nanti.

Adik-adikku dan Keluarga Besarku khususnya Kakek dan Nenekku

Terima kasih atas dukungan dan motivasi kalian yang mampu melecut

jiwa yang lemah ini untuk lebih semangat menghadapi semuanya.

Sahabat-sahabat Geografi UM angkatan 2006


ABSTRAK

Wardani, Wahyu. 2010. Analisis Teks Buku Sekolah Elektronik (BSE) IPS
Terpadu Kelas VII SMP/MTs Terbitan Depdiknas pada Kompetensi Dasar
Mendiskripsikan Gejala Atmosfer dan Hidrosfer Serta Pengaruhnya Bagi
Kehidupan. Skripsi, Jurusan Geografi, Program Studi Pendidikan Geografi,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Prof. Dr.
Edy Purwanto, M.Pd. (II) Prof. Dr. Sugeng Utaya, M.Si.

Kata kunci: Analisis Teks, BSE, Atmosfer, Hidrosfer.

Buku teks merupakan salah satu bahan ajar yang penting dalam kegiatan
pembelajaran, terlebih lagi bagi guru yang tidak mampu atau tidak siap membuat
bahan ajar sendiri berdasarkan standar kompetensi dalam kurikulum yang berlaku.
Buku teks juga perlu mengalami pengembangan baik dari segi kurikuler, isi,
maupun bahasa yang digunakan baik berupa analisis bahan ajar maupun validasi
bahan ajar.
Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui tingkat
kesesuaian isi dengan kurikulum, serta untuk mengetahui tingkat kebenaran
konsep dan bahasa yang terdapat dalam buku ajar BSE IPS Terpadu kelas VII.
Selain untuk mengetahui ketiga hal tersebut penelitian ini juga bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar perananan penggunaan media untuk menjelaskan suatu
konsep. Penelitian ini merupakan penelitian analisis isi dengan menggunakan
dokumen sebagai objeknya. Rancangan penelitian menggunakan teknik analisis isi
untuk mendiskripsikan secara objektif, sistematis, dan kumunikatif isi komunikasi
yang tampak dengan menggunakan separangkat prosedur untuk menarik
kesimpulan dari sebuah buku atau dokumen. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua Buku Sekolah Elektronik IPS Terpadu SMP kelas VII terbitan DIKNAS
yang telah beredar. Penentuan sampel menggunakan Purpusive Sampling yaitu
dengan pertimbangan bahwa buku ajar tersebut banyak dipakai di SMP Negeri di
Kota Malang yaitu BSE yang berjudul ”Mari Belajar IPS Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas VII”.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa
materi atau konsep yang tidak sesuai dengan indikator, kebenaran konsep (konsep
terdefinisi dan konsep konkrit) masih rendah, kebenaran bahasa dalam buku ajar
BSE IPS Terpadu sedang, dan media yang digunakan dalam buku ajar sudah
cukup bagus dan cukup inovatif.
Dari hasil kesimpulan disarankan apabila menggunakan buku teks yang
sudah ada hendaknya ditelaah terlebih dahulu agar kesalahan yang ada dalam
buku ajar tersebut tidak disajikan dalam pembelajaran. Lebih bagus apabila dalam
mengajar seorang guru mampu membuat bahan ajar sendiri sesuai dengan
ketentuan ilmiah yang ada dan sesuai kriteria dalam kurikulum yang berlaku, baik
konsep yang ingin disampaikan maupun cara penulisan ketika menyusun buku
ajar.

i
ABSTRACT

Wardani, Wahyu. 2010. Text Analysis of Electronic School Books (BSE) IPS
Integrated Class VII SMP/MTs Depdiknas Publications in Basic
Competence Describing Symptoms the Atmosphere and Hydrosphere and
Its Influence for Life. Skripsi, Department of Geography, Geography
Education Studies Program, Faculty of Social Sciences, State University of
Malang. Advisors (I) Prof. Dr. Edy Purwanto, M.Pd. (II) Prof. Dr. Sugeng
Utaya, M. Si

Keywords: Text Analysis, BSE, Atmosphere, Hydrosphere.

The textbook is one of the instructional materials that are important in


learning, especially for teachers who are unable or not ready to make their own
teaching materials based on competency standards in the applicable curriculum.
Textbooks also need to experience both in terms of curricular development,
content, and language that is used both as analysis and validation of teaching
materials teaching materials.
General objective of the study is to determine the level of compliance with
the curriculum content, and to discover the truth level concepts, and language
contained in the textbook of Class VII of Integrated IPS BSE. In addition to
knowing those three things this research also aims to find out how big the role of
media use to explain concepts.
This study is a content analysis using the document as an object. The
design of research using content analysis techniques to describe objectively,
systematically, and communication visible communicating content with using sets
of procedure to draw conclusions from a book or document. The population in this
study is that all of IPS Integrated Electronic Books Junior High School seventh
grade DIKNAS publications that have been circulating. Determination of the
sample using purpusive sampling namely on the basis that the widely used
textbook in the Junior High School in Malang namely BSE, entitled " Mari
Belajar IPS Ilmu Pengetahuan SosialKelas VII".
Based on the results of this study concluded that there was some material
or concepts that do not conform with the indicator, the truth of the concept
(concept defined and concrete concept) is still low, the truth of language in the
textbook Integrated IPS BSE is medium, and media used in the textbook is good
enough and quite innovative.
From the results the conclusion is suggested when using existing textbooks
should be reviewed first so that there are errors in the textbook are not presented
in the learning. Better if the teaching of a teacher can create their own
instructional materials in accordance with the provisions of existing and
appropriate scientific criteria applicable in the curriculum, both concepts to be
conveyed and the way of writing when preparing textbooks.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT. Yang

telah melimpahkan rahmat dan inayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul

"Analisis Teks Buku Sekolah Elektronik (BSE) IPS Terpadu Kelas VIII SMP/MTs

Terbitan Depdiknas pada Kompetensi Dasar Mendiskripsikan Gejala Atmosfer

dan Hidrosfer Serta Pengaruhnya Bagi Kehidupan" dapat diselesaikan. Shalawat

serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak baik

secara langsung maupun tidak langsung. Ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Edy Purwanto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Geografi Universitas Negeri Malang dan pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan, nasehat, dan motivasi kepada penulis dengan

penuh kesabaran, keikhlasan dan perhatian.

2. Bapak Prof. Dr. Sugeng Utaya, M.Si. selaku pembimbing II yang telah

berkenan meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dan ketelatenannya

dalam membimbing dan memberikan sumbangan pikiran kepada penulis.

3. Bapak Drs. Timotius Suwarna, M.Pd. atas bimbingannya selama proses revisi.

4. Bapak/Ibu Reviewer (Ibu Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd., Bapak Bagus Setiabudi

Wiwoho, S.Si. M.Si., Bapak Drs. Dwiyono Hari Utomo, M.Pd. M.Si., Ibu

Maria Ulfa, S.Pd., dan Ibu Desi M.D.) yang bersedia meluangkan waktunya

untuk membantu penulis dalam mereview hasil penelitian penulis.

ii
5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Geografi beserta staf atas segala

bibimbingan dan bantuannya selama ini yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

6. Bapak, Ibu, dan Adek-adekku (Ridhoni, Olpah, Azrima) tersayan serta seluruh

keluarga yang selalu memberikan semangat, dorongan, doa, cinta dan

segalanya khususnya kepada Nenekku tersayang yang selalu mendoakan tiap

malamnya.

7. Penyemangatku, Lesy yang ada di hatiku. Thanks untuk semangat dan kasih

sayangnya.

8. Sahabat-sahabat setiaku Maria, Risky W., Sabirin, Yudha, Amel, Samin, Evy,

Eny, Tika, Yunila, Zhibond, Lia Sukma atas segala bantuan, doa, dorongan

dan semangatnya.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Semoga amal baik beliau semua diterima dan mendapat balasan yang lebih

baik dari Allah SWT. Akhirnya dengan iringan doa semoga skripsi ini bermanfaat

bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Malang, 28 Juni 2010

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 7
F. Definisi Opersional .................................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Bahan Ajar Geografi ................................................................... 9
B. Kesesuaian Isi dengan Kurikulum .............................................. 12
C. Kebenaran Konsep ...................................................................... 17
D. Kebenaran Bahasa....................................................................... 20
E. Fungsi Media .............................................................................. 25

BAB III METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian ................................................................. 30
B. Sumber Data ................................................................................ 31
C. Populasi dan Sampel ................................................................... 32
D. Instrumen Penelitian.................................................................... 32
1. Format Pengamatan Kesesuaian Isi dengan Kurikululum ..... 33
2. Format Pengamatan untuk Data Indeks Kebenaran Konsep .. 33
3. Format Pengamatan Kebenaran Bahasa ................................. 33
4. Format Pengamatan untuk Data Indeks Fungsi Media .......... 34
E. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 34
1. Data Kesesuaian Isi dengan Kurikulum ................................. 34
2. Data Kebenaran Konsep ......................................................... 36
3. Data Kebenaran Bahasa ......................................................... 38
4. Data Fungsi Media ................................................................. 39
F. Analisis Data ............................................................................... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Kesesuaian BSE IPS Terpadu Kelas VII .................... 42
1. Deskripsi Kesesuaian Isi dengan Kurikulum ......................... 42

iv
2. Deskripsi Kebenaran Konsep ................................................. 47
a. Kebenaran Konsep Terdefinisi........................................... 48
b. Kebenaran Konsep Konkrit ................................................ 49
3. Deskripsi Kebenaran Bahasa ................................................. 50
4. Deskripsi Fungsi Media ......................................................... 54
B. Analisis Data ............................................................................... 56
1. Kesesuaian Isi dengan Kurikulum ......................................... 56
2. Kebenaran Konsep ................................................................. 57
3. Kebenaran Bahasa .................................................................. 57
4. Fungsi Media.......................................................................... 58
C. Temuan Penelitian ....................................................................... 59
D. Pembahasan ................................................................................. 59
1. Materi tidak sesuai dengan Indikator ..................................... 59
a. Aside That Overwhelm the Purpose (Lepas dari Tujuan
Utama) ................................................................................ 59
b. Understate Presentation of Important Information
(Informasi/Indikator yang Kurang Penjelasan) .................. 61
c. Not Close at A Problematic Discussion (Kurangnya
Penyajian Masalah Diskusi) ............................................... 62
2. Kesalahan Konsep Terdefinisi dan Konsep Konkrit .............. 63
a. Kesalahan Konsep Terdefinisi ........................................... 63
b. Kesalahan Konsep Konkrit ................................................ 71
3. Kesalahan Bahasa.................................................................... 75
4. Fungsi Penggunaan Media ...................................................... 81

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 89
B. Saran ........................................................................................... 90

DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 91


PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... 95
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 96
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... 232

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Buku Sekolah Elektronik IPS Terpadu Kelas VII terbitan

Depdiknas yang Telah Beredar ...................................................... 32

Tabel 3.2 Format Pengamatan Kesesuaian Isi dengan Kurikulum ................ 33

Tabel 3.3 Format Pengamatan Untuk Data Indeks Kebenaran Konsep

Terdefinisi ...................................................................................... 33

Tabel 3.4 Format Pengamatan Untuk Data Indeks Kebenaran Konsep

Konkrit ........................................................................................... 33

Tabel 3.5 Format Pengamatan Kebenaran Bahasa ......................................... 33

Tabel 3.6 Format Pengamatan untuk Data Indeks Fungsi Media .................. 34

Tabel 3.7 Kriteria Kesesuaian Isi Materi dengan Kurikulum ........................ 35

Tabel 3.8 Hal-hal yang Menyebabkan Ketidaksesuaian Isi Materi dengan

Kurikulum ...................................................................................... 35

Tabel 3.9 Kriteria Kebenaran Konsep Terdefinisi ......................................... 37

Tabel 3.10 Kriteria Kebenaran Konsep Konkrit .............................................. 37

Tabel 3.11 Kriteria Kebenaran Bahasa ............................................................ 38

Tabel 3.12 Kriteria Paragraf ............................................................................. 39

Tabel 3.13 Kriteria Fungsi Media .................................................................... 40

Tabel 3.14 Kriteria Tingkat Kebenaran Konsep dalam Buku Ajar Geografi

Kelas VII ........................................................................................ 41

Tabel 3.15 Kriteria Tingkat Bahasa dalam Buku Ajar BSE IPS Terpadu ....... 41

Tabel 4.1 Isi Materi yang Tidak Sesuai dengan Indikator ............................. 47

vi
Tabel 4.2 Kesalahan Konsep Terdefinisi ....................................................... 48

Tabel 4.3 Kesalahan Konsep Konkrit ............................................................ 49

Tabel 4.4 Kesalahan Penggunaan Kata depan ............................................... 50

Tabel 4.5 Kesalahan Penggunaan Kata Imbuhan ........................................... 52

Tabel 4.6 Kesalahan Penulisan Ejaan dan Istilah Asing ................................ 53

Tabel 4.7 Kesalahan pada Paragraf ................................................................ 54

Tabel 4.8 Fungsi Media.................................................................................. 55

Tabel 4.9 Manfaat Media pada Kompetensi Dasar Atnosfer dan Hidrosfer

serta Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi .................. 56

Tabel 4.10 Kesalahan Bahasa pada Kompetensi Dasar Hidrosfer dan

Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi ........................... 75

Tabel 4.11 Susunan Gas dalam Atmosfer ........................................................ 84

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian .......................................................... 30

Gambar 4.1 Struktur Lapisan Atmosfer ....................................................... 64

Gambar 4.2 Lapisan Batuan ......................................................................... 67

Gambar 4.3 Ilustrasi Peristiwa Penguapan Air Menjadi Uap Air ................ 69

Gambar 4.4 Ilustrasi Siklus Pendek Hidrologi ............................................ 70

Gambar 4.5 Ilustrasi Siklus Panjang Hidrologi ........................................... 71

Gambar 4.6 Awan ........................................................................................ 72

Gambar 4.7 Sungai....................................................................................... 73

Gambar 4.8 Teluk ........................................................................................ 73

Gambar 4.9 Selat ......................................................................................... 74

Gambar 4.10 Macam-macam Danau (i) Danau Alami (ii) Danau Volcanic

(iii) Danau Buatan/Rawa (iv) rawa .......................................... 74

Gambar 4.11 Terjadinya Angin Darat dan Angin Laut ................................. 81

Gambar 4.12 Pola Aliran Sungai (i) Radial, (ii) Dendritik, (iii) Trelis, dan

(iv) Rectangular........................................................................ 82

Gambar 4.13 (i) Barometer (ii) Barograph .................................................... 83

Gambar 4.14 Danau Buatan ........................................................................... 83

Gambar 4.15 Savana ...................................................................................... 84

Gambar 4.16 Hail Stone (butiran es) ............................................................. 85

Gambar 4.17 Cara Berpakaian Orang yang Berada di Daerah Dingin .......... 86

Gambar 4.18 Sungai Superposed ................................................................... 87

viii
Gambar 4.19 Gunung Krakatau yang Meletus 27 Agustus 1983 dan

Menimbulkan Tsunami ............................................................ 87

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Keterangan Buku ...................................................................................... 97

2. Buku BSE IPS Terpadu yang digunakan di beberapa SMP Negeri di Kota

Malang ...................................................................................................... 98

3. Materi Buku BSE IPS Terpadu yang diteliti ............................................. 99

4. Contoh Silabus BSNP ............................................................................... 144

5. Peta Kompetensi dan Peta Konsep............................................................ 148

6. Hasil Data Indeks Kesesuaian Isi dengan Kurikulum ............................... 151

7. Hasil Data Indeks Kebenaran Konsep Terdefinisi .................................... 157

8. Hasil Data Indeks Kebenaran Konsep Konkrit ......................................... 169

9. Hasil Data Indeks Kebenaran Bahasa ....................................................... 170

10. Hasil Data Indeks Fungsi Media ............................................................... 178

11. Hasil Analisis Peneliti untuk Data Indeks Kesesuaian Isi dengan

Kurikulum ................................................................................................. 179

12. Hasil Analisis Peneliti untuk Data Indeks Kebenaran Konsep Terdefinisi 185

13. Hasil Analisis Peneliti untuk Data Indeks Kebenaran Konsep Konkrit.... 197

14. Hasil Pengamatan Peneliti untuk Data Indeks Kebenaran Bahasa ........... 198

15. Hasil Analisis Peneliti untuk Data Indeks Fungsi Media ......................... 203

16. Hasil Analisis Reviewer untuk Data Indeks Kesesuaian Isi dengan

Kurikulum ................................................................................................. 204

17. Hasil Analisis Reviwer untuk Data Indeks Kebenaran Konsep Terdefinisi 210

18. Hasil Analisis Reviwer untuk Data Indeks Kebenaran Konsep Konkrit .. 222

x
19. Hasil Pengamatan Reviewer untuk Data Indeks Kebenaran Bahasa ........ 223

20. Hasil Analisis Reviewer untuk Data Indeks Fungsi Media ...................... 230

21. Surat Rekomendasi Penelitian .................................................................. 231

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pembelajaran di

sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan

pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Bahan ajar

dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik

materi ajar yang akan disajikan. ”Bahan ajar merupakan bahan pembelajaran

yang digunakan untuk membantu siswa belajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa

bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis” (Mendiknas, 2008:6).

Buku teks merupakan salah satu bahan ajar yang penting dalam kegiatan

belajar mengajar, terlebih lagi bagi guru yang tidak mampu atau tidak siap

membuat bahan ajar sendiri berdasarkan standar kompetensi dalam kurikulum

yang berlaku. Buku teks juga perlu mengalami pengembangan baik dari segi

kurikuler, isi, maupun bahasa yang digunakan baik berupa analisis bahan ajar

maupun validasi bahan ajar.

Penyusunan bahan ajar memiliki tujuan antara lain: 1. Menyediakan bahan

ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan

kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan

setting atau lingkungan sosial peserta didik. 2. Membantu peserta didik dalam

1
2

memperoleh alternatif bahan ajar disamping buku-buku teks yang terkadang sulit

diperoleh. 3. Memudahkan guru dalam melaksakan pembelajaran.

Buku sekolah elektronik (BSE) merupakan buku teks wajib yang

diterbitkan oleh Depdiknas yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan

untuk menunjang pendidikan di Indonesia, khususnya ketersediaan bahan ajar

agar tidak terjadi kesenjangan antara pendidikan di daerah tertinggal dengan

daerah maju, agar tercipta peserta didik yang memiliki penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah

(PERMEN) Nomer 2 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 3 yang berbunyi sebagai berikut,

yaitu:

Buku teks pelajaran pendidikan dasar, menengah, dan perguruan


tinggi yang selanjutnya disebut buku teks adalah buku acuan wajib
untuk digunakan disatuan pendidikan dasar dan menengah atau
perguruan tinggi yang memuat materi pembelajaran dalam rangka
peningkatan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian,
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan
dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan
kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.

Buku teks tersebut adalah buku pelajaran yang wajib digunakan disekolah

dalam proses belajar mengajar termasuk pemberian tugas pada siswa dan pembuatan

soal-soal ujian. Banyaknya buku pelajaran yang beredar khususnya Geografi sehingga

memberikan banyak pilihan bagi para pengguna buku dalam menentukan buku yang

digunakan. Kepala sekolah dan para guru diminta untuk senantiasa memanfaatkan

buku pelajaran disekolah secara maksimal. Berbagai upaya telah dilakukan untuk

mendapatkan naskah yang bermutu yang akan menggugah keinggintahuan siswa pada

mata pelajaran tertentu, sehingga perlu dilakukan penyempurnaan berkelanjutan pada

buku-buku tersebut.
3

Mendiknas (2008:12) dalam Panduan Pengembangan Bahan Ajar

menjelaskan kriteria buku yang baik, yaitu:

Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan


bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik
dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku
juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya.
Buku pelajaran berisi tentang ilmu pengetahuan yang dapat
digunakan oleh peserta didik untuk belajar, buku fiksi akan berisi
tentang fikiran-fikiran fiksi si penulis, dan seterusnya.

Berdasarkan hal tersebut maka buku sekolah elektronik (BSE) diharapkan

benar-benar memiliki kualitas isi yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku baik

dari segi standar kurikuler, isi, maupun dari segi mudah atau tidaknya dicerna oleh

guru dan para peserta didik.

Salah satu faktor penentuan keberhasilan siswa dalam menggunakan buku

ajar ditentukan oleh kualitas buku ajar. Dalam pengukuran kualitas buku ajar

harus diperhatikan aspek-aspek penting yaitu kesesuaian isi dengan kurikulum,

kebenaran konsep, bahasa, dan penyajian grafik. Apabila buku ajar yang

digunakan siswa kesesuaian isi dengan kurikulumnya rendah maka kompetensi

yang diharapkan sulit dicapai. Ditambah lagi apabila banyak mengandung

kesalahan konsep dan kesalahan bahasa maka akan berakibat perbedaan

pamahaman antara pemahaman siswa dengan apa yang dimaksudkan dalam buku

ajar, sehingga akan mempengaruhi pola pikir siswa dalam menerima pengetahuan

berikutnya dan sangat sulit diluruskan kembali karena dalam pemikiran siswa

biasanya bersifat permanen (tetap). Hal ini akan terjadi jika guru cenderung

menganggap keseluruhan buku itu benar dan menerima apa adanya tanpa

menganalisis terlebih dahulu isi materi buku ajar tersebut.


4

Selain kesesuaian isi dengan kurikulum, kebenaran konsep, dan kebenaran

bahasa yang menjadi penentu kualitas buku ajar, media gambar juga mempunyai

peranan penting, selain untuk menarik konsumen untuk membeli buku, fungsi

utama media gambar adalah memberi penjelaskan sehingga dapat meningkatkan

pemahaman dan ingatan mengenai informasi yang terdapat buku ajar. Menurut

Brody, dkk. (dalam Azwar, 1993:5) ”gambar pada buku ajar akan berfungsi secara

efektif jika gambar tersebut sesuai dengan isi materi dalam buku ajar”.

Berdasarkan hasil wawancara awal dengan guru bidang studi IPS Geografi

yang menggunakan buku-buku BSE menyatakan bahwa BSE masih memiliki

kekurangan khususnya dari segi isinya. Walaupun sudah melalui proses revisi

yang baik namun masih ditemukan beberapa buku BSE yang menggunakan media

kurang jelas karena ukuran gambar yang terlalu kecil baik berupa gambar, chart,

peta, dan lain-lainnya. Dibeberapa buku juga dijumpai pendefinisian konsep-

konsep konkrit yang seharusnya tidak bisa didefinisikan namun bisa dijelaskan

dengan menggunakan media seperti gunung, danau, sungai, dan konsep konkrit

lainnya. Dari segi tulisan juga masih ditemukan penulisan yang salah khususnya

dalam kata-kata atau istilah.

Selain itu berdasarkan hasil penelitian awal pada buku BSE dalam

kompetensi dasar menggunakan peta , atlas, dan globe untuk mendapatkan

informasi keruangan, masih banyak ditemukan kekurangan diantaranya,

kesesuaian isi materi dengan kompetensi dasar masih kurang karena materi hanya

menjelasakan tentang pengertian, unsur, jenis, dan ciri-ciri peta, atlas, dan globe

tanpa menjelaskan bagaimana menggunakan peta, atlas, dan globe untuk


5

memperoleh informasi keruangan maupun informasi lainnya yang terdapat dalam

suatu peta, atlas, maupun globe.

Terdapat beberapa kesalahan konsep diantaranya menyatakan denah

sebagai contoh peta, padahal peta dengan denah sangat berbeda, karena ciri khas

dari peta adalah adanya skala yang menjelaskan ukuran peta tersebut. Sedangkan

dalam denah tidak terdapat unsur skala karena dibuat tanpa perhitungan. Selain itu

penggunaan media masih kurang jelas gambar peta yang terdapat dalam buku

BSE terlalu kecil sehingg tulisan dalam peta sulit dibaca, selain itu ditemukan

juga media yang tidak ada kaitannya dengan materi pelajaran.

Hal-hal di atas dikhawatirkan akan menghambat siswa dalam mencampai

standar kompetensi yang telah ditetapkan, khususnya siswa yang menggunakan

buku BSE sebagai acuan belajar mereka. Sehingga perlu adanya suatu analisis

yang mendalam untuk mengkaji kekurangan dan kelebihan dari BSE yang telah

beredar, agar nantinya dapat menjadi pertimbangan apakah materi yang disajikan

dalam buku tersebut layak untuk digunakan atau masih perlu adanya perbaikan

khusunya dari segi isi yaitu konsep, bahasa dan media yang terdapat dalam buku

tersebut.

Gejala atmosfer dan hidrosfer merupakan salah satu materi yang diajarkan

pada mata pelajaran IPS terpadu SMP kelas VII. Materi tersebut membahas

pengertian atmosfer dan hidrosfer, komposisi atmosfer dan hidrosfer, gejala-

gejala yang terjadi diatmosfer dan hidrosfer, manfaat atmosfer dan hidrosfer bagi

kehidupan termasuk cuaca dan iklim. Dalam penyajian materi ini tidak hanya

kesesuain isi dengan sandar kompetensi yang diperlukan, kebenaran konsep,

keefesienan penggunaan bahasa dan media juga sangat diperlukan. Karena dengan
6

penyajian konsep menggunakan tata bahasa yang baik dan baku, serta media yang

mendukung akan lebih memberikan kemudahan siswa dalam memahami isi

konsep dari buku tersebut. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa dapat

mengembangkan materi yang sudah dipelajarinya karena sudah mempunyai

gambaran sebelumnya.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut.

1. Bagaimana kesesuaian isi dengan kurikulum yang terdapat dalam bahan ajar

BSE IPS Kelas VII?

2. Bagaimana tingkat kebenaran konsep materi Geografi dalam penyajian buku

ajar BSE IPS Kelas VII?

3. Bagaimana kebenaran bahasa dalam bahan ajar BSE IPS Kelas VII?

4. Bagaimana fungsi media dalam bahan ajar BSE IPS Kelas VII?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini untuk

mengaji.

1. Kesesuaian isi dengan kurikulum yang terdapat dalam bahan ajar BSE IPS

Kelas VII.

2. Tingkat kebenaran konsep materi Geografi dalam penyajian buku ajar BSE

IPS Kelas VII.

3. Kebenaran bahasa dalam bahan ajar BSE IPS Kelas VII.

4. Fungsi media dalam bahan ajar BSE IPS Kelas VII.


7

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan manfaat yang diperoleh adalah

sebagai berikut.

1. Bagi guru, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih buku ajar

geografi yang berkualitas.

2. Bagi peneliti, untuk memperoleh tambahan wawasan penelitian.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Permasalahan yang dikaji adalah keesuaian isi dengan kurikulum,

kebenaran konsep, kebenaran bahasa, dan fungsi media yang digunakan dalam

buku BSE IPS Terpadu SMP kelas VII. Penelitian ini hanya menganalisis salah

satu Kompetensi Dasar kelas VII yaitu Mendiskripsikan Gejala-gejala Atmosfer

dan Hidrosfer Serta Pengaruhnya Bagi Kehidupan. Buku ajar yang dianalisis

adalah buku ajar BSE IPS Terpadu yang digunakan di SMP.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kerancuan penafsiran istilah yang digunakan, peneliti

memberi definisi sebagai berikut.

1. Kesesuaian isi dengan kurikulum merupakan kesesuaian materi pembelajaran

yang terdapat dalam sebuah buku dengan standar kompetensi dan kompetensi

dasar yang ingin dicapai dalam kurikulum yang berlaku.

2. Kebenaran konsep adalah ketepatan penggunaan istilah dan penjelasan tentang

ciri-ciri khusus dari sekelompok benda, gejala atau kejadian yang

membedakan dengan benda-benda, gejala atau kejadian yang lain.


8

3. Kebenaran bahasa adalah penggunaan kalimat yang baik dan benar sesuai

dengan kaidah yang berlaku dan memenuhi unsur-unsur SPOK. Kejelasan

bahasa dimaknai sebagai kalimat yang tertulis di dalam buku teks yang jelas

dan mudah dipahami oleh guru dan siswa.

4. Fungsi media pembelajaran merupakan manfaat media yang terdapat dalam

buku ajar dengan materi yang dibahas dalam buku tersebut. Media tersebut

dapat berupa gambar, diagram, tabel, atau grafik.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Bahan Ajar Geografi

Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada kurikulum. Kurikulum

merupakan acuan mengajar bagi guru yang mengandung tujuan yang harus

dicapai siswa. Dalam mewujudkan pembelajaran diperlukan sumber-sumber

belajar untuk menunjang pelaksanaan kegiatan. Bahan ajar merupakan

seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan

atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.

Bahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru atau

instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan

ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau

instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas (Mendiknas,

2008:6). Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak

tertulis, misalnya bahan cetak seperti:buku , handout, modul, lembar kerja siswa,

brosur, leaflet, wallchart, audio Visual seperti: video atau film, VCD dan lain-

lain.

Buku ajar merupakan salah satu sarana pembelajaran yang sangat penting dan

strategis untuk menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran siswa disekolah

dan dirumah. Dari buku pelajaran kita dapat memperoleh berbagai informasi dan

pengetahuan. Buku sekolah khususnya buku pelajaran merupakan media instruksional

yang dominan perannya dikelas. Salah satu indikator bangsa yang maju adalah bangsa

9
10

yang mempunyai tingkat kegemaran membaca yang tinggi. Bangsa yang membaca

adalah bangsa yang berfikir, mampu memecahkan berbagai masalah dan tantangan

pada zamannya. Oleh karena itu buku pelajaran yang bermutu merupakan suatu

kebutuhan mutlak.

Dalam upaya merealisasikan pembelajaran yang optimal maka bahan ajar

memiliki peranan yang penting. Buku ajar salah satu bahan ajar yang utama sering

digunakan guru maupun siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, buku

ajar diharapkan dapat mendukung terlaksananya proses pembelajaran, sehingga

dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Berdasarkan Panduan

Pengembangan Bahan Ajar DEPDIKNAS (2008:6) bahan ajar berfungsi antara

lain sebagai berikut:

(1) Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya


dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi
kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa. (2) Pedoman
bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi
yang seharusnya dipelajari atau dikuasainya. (3) Alat evaluasi
pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran.

Buku ajar sebagai buku pelajaran selain pedoman bagi guru dan siswa,

juga sebagai sumber pertama untuk memperdalam ilmu yang bersangkutan.

Karena itu buku ajar yang baik adalah sumber belajar yang baik pula.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa buku ajar adalah

buku pelajaran yang disusun oleh pakar dalam bidangnya, digunakan pada jenjang

tertentu dan dilengkapi dengan sarana pelajaran. Pada buku ajar geografi sarana

pembelajaran tersebut dapat berupa peta, globe, atlas, alat peraga geografi dan

sarana lain yang dapat menunjang untuk belajar.

Buku ajar geografi, khususnya untuk SMA adalah buku pedoman tentang

mata pelajaran geografi, yang menjadi pegangan guru dalam mengajar dan
11

menjadi pegangan siswa dalam belajar mata pelajaran geografi. Dengan demikian,

buku ajar geografi adalah bahan ajar yang dipandang sebagai standard untuk mata

pelajaran geografi. Standard yang dimaksud adalah berdasarkan kriteria menurut

kurikulum yang berlaku saat ini.

Seperti yang telah diuraikan sebelumya bahwa buku ajar merupakan hal

penting bagi siswa dan mempunyai beberapa peranan penting bagi pembelajaran

geografi. Buku ajar sebagai sumber dapat dijadikan siswa untuk mencari jawaban

dari pertanyaan yang tidak dapat dijawab sendiri oleh siswa. Dalam buku ajar

geografi tentunya penulis diharapkan dapat komunikatif dengan pembacanya.

Selain itu juga menggunakan contoh yang bisa ditemui dalam kehidupan sehari-

hari atau lingkungan sekitar, karena buku ajar yang baik adalah buku yang isinya

mudah dipahami oleh pembacanya. Misalnya dalam suatu buku ajar dapat

diselipkan humor segar, sebagai contoh untuk mengilustrasikan dampak

pemanasan global dapat digambarkan dengan bumi yang menangis.

Buku ajar mempunyai peranan penting khususnya dalam mata pelajaran

geografi. Adapun peranan buku ajar dalam pembelajaran di kelas adalah sebagai

sumber informasi, memberi motivasi, memberikan pertanyaan, dan

menghubungkan mata pelajaran dengan lingkungan dan pengalaman siswa sehari-

hari. ”Tetapi pada kenyataannya banyak ditemukan buku geografi yang hanya

memfasilitasi aktivitas belajar siswa menghafal dan memahami” (Sumarmi,

2004:10). Oleh karena itu, buku ajar tidak hanya berisi fakta dan konsep yang

harus dihafal dan dipahami, melainkan berisi permasalahan geografi yang harus

dipecahkan dengan menggunakan fakta, konsep teori, dan sebagainya.


12

Dalam membuat atau mengembangkan sebuah bahan ajar tentunya kita

harus memperhatikan segala aspek yang berkaitan dalam pembuatan atau

pengembangan bahan ajar. Hal utama yang perlu kita perhatikan adalah tujuan

utama dari pembuatan bahan ajar tersebut. Pembuatan atau pengembangan bahan

ajar yang memperhatikan tujuan dari pembenttukannya tentunya akan

memperhatikan karakteristik dari tujuan yang akan dicapai, sehingga untuk itu

kita perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pembuatan dan pengembangan

bahan ajar. Mendiknas dalam panduan pengembangan bahan ajar (2008:10-11)

menjelaskan prinsip-prinsip pembuatan bahan ajar, yaitu:

(1) Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang
kongkret untuk memahami yang abstrak. Siswa akan lebih mudah
memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari
yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di
lingkungan mereka. (2) Pengulangan akan memperkuat
pemahaman. Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan
agar siswa lebih memahami suatu konsep. (3) Umpan balik positif
akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa. Seringkali
kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang
sekedarnya atas hasil kerja siswa. (4) Motivasi belajar yang tinggi
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Seorang
siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil
dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam
melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan
(motivasi) agar siswa mau belajar. (5) Mencapai tujuan ibarat naik
tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian
tertentu. Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan
berkelanjutan. Untuk mencapai suatu standard kompetensi yang
tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan antara. (6) Mengetahui hasil
yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai
tujuan.

B. Kesesuaian Isi dengan Kurikulum

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan


13

tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan,

kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan siswa (BSNP, 2006:4). Dari

penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan penerapan kurikulum tingkat

satuan pendidikan (KTSP) secara umum adalah untuk memandirikan dan

memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)

kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan

pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.

Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan

memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang

dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Mulyasa

(2006:19-20) menjelaskan beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya

dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sabagai berikut.

(1) KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan,


potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat
setempat dan peserta didik. (2) Sekolah dan komite sekolah
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar
kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas pendidikan
kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggung jawab di
bidang pendidikan. (3) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk
setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan
ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan.

Setiap kurikulum pendidikan yang dijalankan setiap pemerintah tentunya

memiliki tujuan-tujuan tertentu di mana hal tersebut merupakan target utama

dalam indikator suksesnya pendidikan di suatu wilyah. Mulyasa (2006:22)

menjelaskan tujuan khusus KTSP adalah sebagai berikut.

(a) meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan


inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia, (b) meningkatkan
kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
14

kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama, (c) meningkat-


kan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.

Selain ada suatu tujuan yang harus dicapai tentunya setiap kurikulum juga

memiliki kriteria atau karakteristik yang khas yang membedakan setiap kurikulum

yang asatu dengan yang lainnya. Masnur 2007:20-21 menjelaskan tujuh

karakteristik utama KTSP, yaitu:

(a) berbasis kompetensi dasar (curriculum based competencies),


bukan materi pelajaran, (b) bertumpu pada pembentukan
kemampuan yang dibutuhkan oleh siswa (developmentally-
appropriate practice), bukan penerusan materi pelajaran, (c)
berpendekatan terpadu atau berpusat pembelajaran (learner
centered curriculum), bukan pengajaran, (d) berpendekatan atau
integratif (integrative curriculum atau learning across curriculum),
bukan diskrit, (e) bersifat diversifikatif, pluralistis, dan
multikultural, (f) bermuatan empat pilar pendidikan kesejagatan,
yaitu belajar memahami (lerning to know), belajar berkarya
(learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be
oneself), dan belajar hidup bersama (learning to live together), (g)
berwawasan dan bermuatan manajemen berbasis sekolah.

Adanya tujuan dan kriteria khusus tentunya akan menumbuhkan suatu hal

yang mungkin dilakukan dalam sebuah kurikulum. Masnur (2007:21)

menjelaskan dengan karakteristik tersebut di atas, KTSP telah memungkinkan hal-

hal berikut.

(a) terkurangnya materi pembelajaran yang demikian banyak dan


padat, (b) tersusunnya perangkat standar dan patokan kompetensi
yang perlu dikuasai siswa, baik standar kompetensi lulusan, standar
isi maupun kompetensi dasar mata pelajaran, (c) terkurangnya
beban tugas guru yang selama ini sangat banyak dan beban belajar
siswa yang selama ini sangat berat, (d) memperbesar kebebasan,
kemerdekaan, dan keleluasaan tenaga pendidikan dan pengelola
pendidikan di daerah dan memberikan peluang mereka untuk
berimprovisasi, berinovasi, dan berkreasi, (e) terbukanya
kesempatan dan peluang bagi daerah (kota dan kabupaten), bahkan
pengelola pendidikan dan tenaga pendidikan untuk melakukan
berbagai adaptasi, modifikasi, dan kontekstualisasi kurikulum
sesuai dengan kenyataan lapangan, (f) terakomodasinya
kepentingan dan kebutuhan daerah setempat, terutama kota dan
15

kabupaten, baik dalam rangka melestarikan dan mengembangkan


kebudayaan setempat, maupun melestarikan karakteristik daerah,
tanpa harus mengabaikan kepentingan bangsa dan nasional, (g)
terbuka lebarnya kesempatan bagi sekolah untuk mengembangkan
kemandirian demi peningkatan mutu sekolah, yang disesuaikan
dengan kondisi yang ada.

Dari uraian penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan

pembelajaran merupakan suatu sistem yang terstruktur dan diatur dalam sebuah

kurikulum. Perkembangan kurikulum akan mempengaruhi kegiatan pembelajaran

termasuk pola dan susunan materi pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta

didik. Sehingga materi yang disusun dalam sebuah bahan ajar harus sesuai dengan

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum

tersebut, sehingga dengan demikian indikator keberhasilan siswa yang ingin

dicapai dapat tercapai secara maksimal. Hal ini sesuai dengan Dirjendiknas

(2009:8) yang berbunyi sebagai berikut, ”Kedalaman muatan kurikulum pada

setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi

yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum

dalam struktur kurikulum”.

Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu di

identifikasi aspek-aspek keutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasai

peserta didik. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap standar kompetensi

dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan

pembelajaran. Harus ditentukan apakah standar kompetensi dan kompetensi dasar

yang harus dikuasai peserta didik termasuk ranah kognitif, psikomotor ataukah

afektif. 1. Ranah Kognitif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian. 2. Ranah Psikomotor jika

kompetensi yang ditetapkan meliputi gerak awal, semirutin, dan rutin. 3.Ranah
16

Afektif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pemberian respons, apresiasi,

penilaian, dan internalisasi.

Pengembangan materi pembelajaran dalam sebuah bahan ajar harus

relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan dalam

sebuah kurikulum. Selain itu konsistensi dan kecukupan materi juga harus

diperhatikan dan dipertimbangkan dengan baik. Dengan demikian materi yang

yang dikembangkan baik dalam sebuah buku teks maupun bahan ajar lainnya

dapat memberikan dukungan berhasilnya pencapaian standar kompetensi yang

harus dicapai siswa. Mendiknas (2008:5) menjelaskan prinsip dasar dalam

menentukan materi pembelajaran dalam sebuah bahan ajar, yaitu:

(1) Relevansi artinya kesesuaian. Materi pembelajaran hendaknya


relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan pencapaian
kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta
didik berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang
diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis
materi yang lain. (2) Konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi
dasar yang harus dikuasai peserta didik ada empat macam, maka
materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. (3)
Adequacy artinya kecukupan. Materi yang diajarkan hendaknya
cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai
kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit,
dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang
membantu tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan
keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum (pencapaian
keseluruhan SK dan KD).

Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari

keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran

dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik.

Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi


17

yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi

dasar, serta tercapainya indikator.

Agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan mencapai

hasil yang diinginkan tentunya pembelajaran harus didukung dengan hal-

hal yang menyenangkan baik cara mengajar gurunya, medianya, maupun

materinya harus dikemas semenarik mungkin dalam sebuah bahan ajar

yang tidak membosankan. Mendiknas (2008:1) menyatakan bahwa:

Untuk membantu peserta didik mencapai berbagai kompetensi yang


diharapkan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan
agar interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
kesempatan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. Analisis terhadap standar kompetensi dan kompetensi
dasar juga merupakan bagian sangat penting dalam mendukung
keseluruhan komponen dari materi pembelajaran tersebut.

C. Kebenaran Konsep

Sastrawijaya (1988:15) menyatakan bahwa, ”Salah satu ketentuan dalam

buku ajar adalah setiap bab harus menyajikan konsep-konsep dan istilah-istilah

yang memudahkan siswa dalam belajar”. Bagi pelajaran geografi, buku ajar

digunakan untuk memperluas konsep-konsep dan fakta-fakta serta

mengaplikasikan pelajaran pada kehidupan. Konsep yaitu segala yang berwujud

pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi

definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti atau isi dan sebagainya.

Menurut Winkel konsep adalah ”suatu arti yang mewakili sejumlah objek

yang mempunyai ciri-ciri yang sama”. Sedangkan menurut Rosser (dalam Winkel,

1989:23) konsep adalah ”suatu abstraksi yang mewakili kelas objek-objek,

kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan dan hubungan-hubungan yang mempunyai


18

atribut yang sama”. Dari definisi konsep di atas dapat disimpulkan bahwa konsep

adalah suatu abstraksi fakta-fakta yang mengandung ciri-ciri umum dari

kelompok objek atau kejadian-kejadian ide kegiatan orang.

Konsep adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada

kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Suatu konsep

adalah elemen dari proposisi seperti kata adalah elemen dari kalimat. Konsep

adalah abstrak di mana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu

dalam ekstensi, memperlakukan seolah-olah mereka identik. Konsep adalah

universal di mana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap extensinya.

Konsep adalah pembawa arti. Suatu konsep tunggal bisa dinyatakan dengan

bahasa apa pun. (Bennylin, Jagawana dan Meursault, 2004:1).

Menurut Gagne (dalam Dahar, 1988:9-10) konsep dibagi dalam dua

kategori, yaitu konsep konkrit dan konsep terdefinisi (abstrak). Konsep konkrit

(concrete concept) merupakan abstraksi atau gagasan yang dari diturunkan dari

objek konkrit seperti meja dan kursi atau peristiwa-peristiwa (fenomena) yang

konkrit. Siswa telah belajar konsep konkrit apabila ia telah dapat

mengidentifikasikan contoh-contoh baru (atau yang belum dipelajari) dan

sekelompok objek atau kelompok-kelompok objek. Konsep konkrit

diidentifikasikan dengan menunjuk ke atau menandai pada, contoh-contoh dan

biasanya tidak dapat diidentifikasikan dengan definisi. Contoh dari konsep konkrit

antara lain; gunung, pasir, debu, liat, dan lain sebagainya.

Konsep terdefinisi atau yang biasa disebut pula dengan konsep abstrak

merupakan abstraksi atau gagasan yang dapat diturunkan dari objek-objek abstrak.

Contoh dari konsep terdefinisi yaitu erosi alur, erosi parit, erosi lembar, dan lain
19

sebagainya. Sebagi hasil interaksi individu dengan lingkungannya, siswa

memperoleh banyak sekali konsep-konsep konkrit maupun definisi.

Kesalahan konsep yang terjadi akan menganggu efektivitas belajar dan

pemikiran siswa dalam menerima pengetahuan berikutnya dan biasanya kesalahan

konsep ini bersifat permanen (tetap) dalam pemikiran siswa, sehingga sangat sulit

untuk diluruskan kembali. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwanto (2002:102)

bahwa, ”Setiap konsep yang salah akan mengganggu pembaca memahami isi teks,

menimbulkan kerancuan berfikir dan menyulitkan memahami atau menyusun

sendiri generalisasi”.

Buku ajar yang bermutu harus memenuhi beberapa syarat salah satunya

adalah harus menyajikan konsep ataupun istilah-istilah yang benar. Agar tidak

terjadi kesalahan konsep yang akan berakibat fatal pada siswa yang akan sulit

diluruskan kembali. Sering kali konsep dianggap sebagai permasalahan yang

wajar sebagai akibat kurang berasilnya dari proses pembelajaran. Tetapi jika

dikaji lebih lanjut ternyata terdapat permasalahan-permasalahan yang mendasar

berkaitan dengan terjadinya kesalahan konsep ini, karena kesalahan pada konsep

terdahulu yang mempengaruhi konsep-konsep selanjutnya yang berkaitan.

Bagi pelajaran geografi, buku ajar digunakan untuk memperkenalkan

konsep-konsep, fakta dan fenomena alam yang terjadi pada lingkungan. Apabila

dalam sebuah buku ajar yang digunakan sebagai acuan belajar di kelas terjadi

kesalahan konsep, maka akan mengganggu aktivitas belajar dan pemikiran siswa

dalam menerima pengetahuan berikutnya.

Kajian-kajian tentang kesalahan konsep perlu dilakukan agar dapat segera

diketahui ada tidaknya kesalahan dalam konsep-konsep tertentu, sehingga guru


20

dapat melakukan perbaikan-perbaikan. Agar kesalahan konsep yang telah

tertanam dalam kognitif siswa dapat segera dihilangkan.

Pemahaman yang benar tentang suatu konsep merupakan hal yang sangat

penting, karena pemahaman yang salah akan memungkinkan terjadinya

pemahaman yang tidak tetap terhadap konsep-konsep lain yang berkaitan. Ada

dua cara untuk menilai kebenaran konsep yaitu dengan bertanya pada pakarnya

dan dengan kajian pustaka.

D. Kebenaran Bahasa

Bahasa sebagai salah satu sarana komunikasi antar sesama manusia

tentunya bertujuan agar dapat dimengerti oleh manusia lainnya. Meskipun

berbicara dalam satu bahasa yang sama, dalam hal ini Bahasa Indonesia, namun

ragam bahasa yang dipakai tidaklah sama. Masing-masing kelompok

menggunakan ragam yang berbeda. Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah

yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan bahasa yang

benar atau betul.

Berbahasa benar belum tentu baik untuk mencapai sasarannya, begitu juga

sebaliknya, jika kita berbahasa baik belum tentu harus benar, kata benar dalam hal

ini mengacu kepada bahasa baku. Untuk itu ada baiknya kita tetap harus selalu

berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Depdikbud (1998:19-20)

menjelaskan tentang bahasa yang baik dan benar, sebagai berikut.

Orang yang mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud


hatinya mencapai sasarannya, apa pun jenisnya itu, dianggap
berbahasa dengan efektif. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi
menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang
disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang harus mengenai
sasarannya tidak selalu perlu beragam baku. Pemakaian ragam
bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang di samping itu
21

mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan bahasa Indonesia


yang baik dan benar sebaliknya mengacu ke ragam bahasa yang
sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.

Buku ajar yang mudah dipahami adalah buku ajar yang menggunakan

bahasa yang baik dan benar, singkat,serta jelas maksudnya. Artinya bahasa di

dalam buku ajar harus benar, mengikuti aturan baku berbahasa, sehingga mudah

ditangkap oleh siapapun yang membacanya. Kejelasan bahasa dalam buku ajar

selain kalimat dan paragraf yang jelas, juga ditandai dengan penggunaan tanda-

tanda baca yang tepat. Misalnya penggunaan tanda koma (,), titik (.), garis miring

(/) dan seterusnya. Adapun setelah tanda baca titik (.), tanda tanya (?) dan

seterusnya harus diberi spasi, setelah itu menggunakan haruf kapital pada

permulaan kalimat.

Penulisan sebuah kalimat atau paragrap dalam buku teks hendaknya

menggunakan kata-kata dan istilah yang mudah dimengerti oleh orang banyak,

serta singkat dan langsung pada hal yang dijelaskan tanpa berbelit-belit yang

dapat menyulitkan peserta didik untuk memahami maksud yang disampaikan.

Menurut Tarigan (1986:137) ”secara umum, bahasa buku teks harus baku, dalam

bahasa indonesia dengan baik dan benar, bersih dari unsur asing yang tidak perlu.

Bahasa buku harus bebas dari kalimat yang berbelit-belit dengan pilihan kata yang

tepat, menggunakan gaya bahasa baku (gaya sekolah), penggunaan tanda baca

yang relatif baik, sehingga siswa lebih mudah dipaham dari buku teks yang

sedang dipelajari (lebih komunikatif)”.

Penulisan kalimat juga harus memperhaikan penggunaan tanda baca,

karena penggunaan tanda baca yang baik akan memudahkan pembaca dalam

memahami ide atau gagasan dari sebuah kalimat atau maksud yang ingin
22

disampaikan oleh penulis. Berikut penulisan penempatan tanda baca yang benar

menurut Badudu (1985:104, Jilid I).

Tanda titik dipakai dalam hal-hal berikut. (1) Mengakhiri kalimat


yang bukan pertanyaan atau seruan; (2) Pada akhir singkatan nama
orang; (3) Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan; (4)
singkatan kata yang sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas
tiga huruf atau lebih digunakan satu tanda titik; (5) Di belakang
angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau daftar; (6)
Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu
atau yang menunjukan jangka waktu.

Sedangkan tanda baca koma menurut Badudu (1984:120, Jilid II) dipakai dalam

hal-hal berikut.

(1) Memisahkan unsur-unsur dalam suatu perincian; (2) Dipakai di


belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat, termasuk di dalamnya oleh karena itu,
jadi, lagi pula, akan tetapi; (3)Memisahkan anak kalimat dan induk
kalimat, jika anak kalimat mendahului induk kalimat; (4) Di
belakang kata seru. (5) Memisahkan petikan langsung dari bagian
lain dalam kalimat; (6) Antara nama dan alamat, bagian, bagian
alamat, tempat dan tanggal, serta nama tempat dan wilayah atau
negri yang ditulis berurutan; (7) Antara nama orang dan gelar
akademik yang mengikutinya, untuk membedakan dari singkatan
marga atau nama keluarga.

Buku teks yang baik adalah buku teks yang memiliki validitas yang baik

pula. Menurut Purwanto (2001:26) ”buku teks tidak memiliki validitas isi, apabila

buku tersebut mengandung banyak konsep dan kalimat yang sulit dipahami,

karena terlalu banyak konsep, atau terlalu sedikit konsep, tidak jelas pokok

pikirannya dan sebagainya”. Sehingga dalam penggunaan kalimat atau bahasa

harus memperhatikan kejelasan kalimat dan menggunakan bahasa yang baku.

Untuk menelaah bahasa baku dapat digunakan kebenaran tanda baca, keragaman

kosakata, kebenaran ide pokok pada suatu paragraf dan keefektifan kalimat dalam

menggunakan kata, perlu dicermati.


23

Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan.

Dalam sebuah paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh

semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat

topik, kalimat-kalimat penjelas, sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat

ini saling bertalian dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.

Paragraf dapat juga dikatakan sebagai sebuah karangan yang paling pendek

(singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat membedakan di mana suatu

gagasan mulai dan berakhir. Kita akan kepayahan membaca tulisan atau buku,

kalau tidak ada paragraf, karena kita seolah-olah dipaksa untuk membaca terus

menerus sampai selesai. Kitapun susah memusatkan pikiran pada satu gagasan ke

gagasan lain. Dengan adanya paragraf kita dapat berhenti sebentar sehingga kita

dapat memusatkan pikiran tentang gagasan yang terkandung dalam paragraf itu.

Ajhy (2010) menjelasakan mengenai paragraf sebagai berikut.

Paragraf (alenia) adalah sekumpulan kalimat yang tersusun secara


logis dan runtun (sistematis), yang memungkinkan suatu gagasan
pokok dapat dikomunikasikan kepada pembaca secara efektif.
Paragraf merupakan satuan terkecil sebuah karangan. Isinya
membentuk satuan pikiran sebagai bagiandari pesan yang
disampaikan penulis dalam karangannya. Paragraf yang tidak jelas
susunannya akan menyulitkan pembaca untuk menangkap pikiran
penulis. Meskipun singkat, oleh karena ada isi pikiran yang hendak
disampaikan, paragraf membutuhkan organisasi dan susunan yang
khas. Di samping itu, karena paragraf merupakan bagian dari suatu
pasal, maka antara paragraf satu dengan yang lain harus saling
berhubungan secara harmonis, sehingga sesuai dengan rangka
keseluruhan karangan. Oleh karena itu, sebuah karangan hanya akan
baik jika paragrafnya ditulis dengan baik dan dirangkai dalam
runtunan yang logis.

Paragraf merupakan komposisi kalimat yang mengekspresikan satu ide

pokok. Sebuah paragraf merupakan wacana yang komplit dan bisa berdiri sendiri

namun juga bisa menjadi bagian dari tulisan yang lebih panjang-lebar, misalnya
24

sebuah bab dari suatu buku. Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran,

gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non-

fiksi biasanya dimulai dengan umum dan bergerak lebih spesifik sehingga dapat

memunculkan argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang

datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari

tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf

tunggal.

Kalimat adalah bagian terkecil dari wacana yang mengungkapkan pikiran

yang sempurna secara ketatabahasaan. Kelengkapan unsur sebuah kalimat sangat

menentukan kejelasan sebuah paragraf. Oleh karena itu, sebuah kalimat harus

memiliki objek dan predikat. Kalimat yang lengkap harus ditulis sesuai dengan

aturan-aturan ejaan yang disempurnakan (EYD). Kalimat yang jelas dan baik akan

dengan mudah dipahami oleh orang yang membacanya secara tepat. Kalimat yang

demikian disebut kalimat efektif.

Hubungan antara kalimat satu dengan kalimat yang lain, dalam satu

kesatuan yang padu maka terbentuklah paragraf. Dalam paragraf memuat satu ide

pokok yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut. Mulai dari

kalimat mengenal, kalimat utama atau topik, kalimat-kalimat penjelas sampai

kepada kalimat penutup.

Kejelasan bahasa dalam buku ajar adalah sarana penyampaian dan

penyajian yang utama, jika terjadi kesalahan bahasa maka akan menimbulkan

kesalahan penafsiran bagi yang membacanya. Mulai dari penggunaan tanda baca,

pilihan kosakata yang membentuk kalimat struktur kalimat yang mengindahkan


25

adanya subjek, predikat, objek dan keterangan (pelengkap). Berikut ini syarat-

syarat bahasa yang harus digunakan dalam buku ajar adalah sebagai berikut.

1. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah

bahasa Indonesia dan berpedoman pada EYD.

2. Bahasa yang digunakan mudah dipahami, lugas dan tidak menimbulkan salah

tafsir.

3. Menggunakan istilah kosa kata dan simbol yang mempermudah pemahaman

untuk mempelajari bahan kajian dan pelajaran yang bersangkutan.

4. Berkenaan dengan pengalihan huruf, menggunakan translitersi yang

dibakukan.

5. Pencantuman kutipan dari karya tulis pihak lain harus disertai pencantuman

sumbernya.

E. Fungsi Media

Media dapat berupa tabel, diagram, kurva maupun gambar itu sendiri.

Media gambar yang terdapat pada buku ajar selain sebagai ilustrasi juga

memperjelas uraian naskah atau isi teks. Gambar yang berkaitan dengan isi teks

akan meningkatkan pemahaman dan ingatan dari komunikasi yang dipelajari.

Menurut Natawidjaja (1979:68) ”media atau gambar berfungsi untuk memperjelas

suatu konsep atau suatu ide yang sifatnya abtrak sehingga siswa dengan cepat

memahami konsep tersebut”. Keberadaan media gambar dalam buku ajar adalah

untuk memudahkan penerimaan pesan bagi siswa sehingga memudahkan

pemahaman dan mempunyai retensi (daya ingat) yang lama. Hal ini menunjukan

bahwa gambar ilustrasi merupakan sarana yang penting bagi pembelajaran.


26

Kemampuan media gambar dalam memberikan penjelasan lebih bernilai

dari pada dengan rangkaian kata-kata saja. Kebermaknaan ini ditunjukan dengan

adanya ungkapan yang menyatakan bahwa ”sebuah gambar senilai dengan seribu

kata-kata, begitu juga seribu kata-kata tidak akan mudah dicerna apabila tanpa ada

gambarnya”. Berdasarkan ungkapan ini kita dapat memahami bahwa keberadaan

media pada buku ajar sangat penting dalam memberikan penjelasan suatu konsep

atau materi yang dibahas. Hal inilah yang menjadikan media gambar begitu

penting dalam buku ajar.

Media berupa ilustrasi gambar juga memberikan dorongan kepada siswa

untuk membaca buku teks. Selain itu media dalam buku teks juga menjadi

penunjang dalam menyampaikan konsep-konsep konkrit yang dijelaskan dalam

sebuah teks. Hartley dalam Purwanto (1999:292) mengemukakan bahwa ”apabila

ilustrasi menarik, maka akan mendorong orang membaca teks, sehingga posisinya

sangat penting. Ilistrasi yang baik juga memberikan materi penunjang bila

mengajarkan konsep konkrit”. Duchastel dan Waller dalam Purwanto (1999:293)

mengemukakan tiga peran dari ilustrasi media, yaitu:

(1) Peran atensional, yaitu untuk mempertahankan perhatian siswa


terhadap tugas-tugas membaca. (2) Peran aplikatif, yaitu peran
untuk menjelaskan dalam pengertian visual apa yang sulit
dijelaskan dengan kata-kata saja. (3) Peran retensi, yaitu peran yang
terfokus pada kekuatan yang lebih besaruntuk menghapal imaginasi
sebagai lawan dari ide-ide verbal, seperti pada kenyataan bahwa
suatu topik atau domain dari percakapan memiliki struktur internal
yang dapat dieksploitasi dalam bentuk visual dengan tujuan
mengingat.

Selain memilik peran penting dala menjelaskan materi yang ada dalam

buku teks, media juga memiliki manfaat yang sangat penting bagi penyampaian

gagasan yang berupa tulisan. Arsyad (2006:26) menjelaskan bahwa, ”Manfaat


27

media dalam pembelajaran dapat memudahkan dan memperjelas penyajian pesan

dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil

belajar”. Kemudahan tersebut dipengaruhi oleh kemampuan media sebagai

perantara penyampaian informasi yang tidak hanya menggunakan satu panca

indera. ”Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan

mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti

dan dipertahankan dalam ingatan” (Arsyad, 2003:8).

Selain manfaat di atas Arsyad (2006:26) menyimpulkan fungsi media

pembelajaran sebagai berikut.

Memperjelas penyajian pesan dan informasi, meningkatkan dan


mengarahkan perhatian siswa, sehingga dapat menimbulkan
motivasi belajar, dan memberikan kesamaan pengalaman kepada
siswa mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan
mereka serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan
guru, masyarakat, dan lingkungannya.

Selain memiliki fungsi tersebut Levie & Lentz (1982:65) juga

mengemukakan empat fungsi media pembelajara, yaitu sebagai berikut.

Fungsi atensi, afektif, kognitif, dan kompensatoris. Fungsi atensi


yaitu menjadikan pembelajaran menjadi menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Fungsi
afektif yaitu media dapat menggugah emosi dan sikap siswa,
misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial. Fungsi
kognitif yaitu media dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk
memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung
dalam materi, dan fungsi kompensatoris yaitu media dapat
membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya
kembali.

Sedangkan Setyosari dan Sihkabudin (2005:20) mengemukakan manfaat

media pembelajaran sebagai berikut.

Melalui media akan memberikan pengalaman nyata dan langsung


dari pebelajar. Media mengatasi jurang pemisah antara pebelajar
dan sumber belajar, dan mengatasi keterbatasan manusia pada ruang
28

dan waktu dalam memperoleh informasi, serta dapat menyajikan


kekonkretan meskipun tidak secara langsung.

Sehingga berdasarkan penjelasan di atas tentunya dapat disimpulkan

bahwa media benar-benar memiliki peranan penting dalam suatu tulisan.

Khususnya dalam hal menyampaikan konsep konkrit yang sulit didefinisikan

maupun konsep abstrak yang sulit dibayangkan apabila hanya disampaikan dalam

bentuk kata-kata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sadiman (1987:31) yang

mengemukakan bahwa, ”Fungsi media dapat mengatasi konsep yang terlalu luas

(gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk

film, film bingkai, gambar, dan lain-lain”. Kajian gejala Atmosfer dan Hidrosfer

merupakan kajian yang luas sehingga sangat cocok apabila menggunakan media

dalam proses pembelajaran.

Selain memiliki peran penting media juga memiliki kelemahan dalam

pemanfaatnnya. Berikut keterbatasan media gambar dalam buku ajar menurut

Sikhabuden (1995:37).

1. Gambar pada buku ajar ukurannya terlalu kecil.

2. Gambar tidak berwarna sehingga kurang jelas.

3. Gambar tidak sesuai dengan materi yang dibahas dalam buku ajar sehingga

siswa kesulitan dalam memahami gambar tersebut.

Untuk menutupi kelemahan tersebut menurut Poedjiadi dan Agus

(1986:31) diperlukan persyaratan gambar yang harus ada dalam buku ajar adalah

sebagai berikut.

(1) Gambar tidak terlalu kecil sehingga dapat dilihat dengan jelas;
(2) Bagian-bagian yang penting yang akan ditonjolkan harus
diperjelas; (3) Penggunaan warna hendaknya digunakan untuk
memperjelas gambar sehingga lebih mudah dimengerti; (4)
Pencantuman gambar dalam bab atau sub bab hendaknya dapat
29

mendukung uraian atau penjelasan materi yang ditulis; (5)


Keterangan gambar harus memberikan penjelasan mengenai
ilustrasi gambar.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan

dokumen sebagai objeknya. Rancangan penelitian menggunakan teknik analisis

isi. Seperti yang dikemukakan Berelson dalam Purwanto (2002:99) bahwa analisis

isi adalah ”teknik penelitian untuk mendiskripsikan secara objektif, sistematis,

dan kumunikatif isi komunikasi yang tampak”. Sedangkan menurut Weber dalam

Azwar (1993:67) analisis isi adalah ”metodologi penelitian yang memanfaatkan

separangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahid dari sebuah buku atau

dokumen”. Dengan demikian, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif yang

menggunakan analisis isi.


Kurikulum

Buku Teks BSE


Kesesuaian Isi dengan
Kurikulum
Kebenaran Konsep
Kualitas
Kebenaran Bahasa
Keberhasilan
Siswa Fungsi Media
Analisis Bahan
Ahli Kurikulum
Ahli Konsep
Peneliti Reviewer
Ahli Bahasa
AhliMedia
Hasil
Kesimpulan

Deskripsi
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

30
31

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa dalam kegiatan pembelajaran

diatur dalam sebuah kurikulum. Termasuk didalamnya kriteria bahan ajar yang

baik harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dalam penelitian ini bahan

ajar yang akan diteliti berupa buku teks yaitu Buku Sekolah Elektronik (BSE).

Pebelitian ini bertujuan untuk menentukan tinggi rendahnya kualitas BSE dapat

dianalisis melalui kesesuaian isi dengan kurikulum,kebenaran konsep, kebenaran

bahasa, serta fungsi media yang terdapat dalam buku tersebut.

Kualitas buku teks salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa.

Salah satu cara untuk mengetahui tingkat kualitas buku teks dapat diukur dengan

cara menganalisis tingkat kesesuaian isi dengan kurikulum, kebenaran konsep,

kebenaran bahasa, serta fungsi media. Analisis bahan ajar dilakukan oleh peneliti

dan reviewer berdasarkan instrumen penelitian. Kemudian hasilnya akan

dibandingkan agar mendapatkan kesimpulan yang baik dan tidak bersifat

subjektif. Kesimpulan hasil yang diperoleh akan didiskripsikan dan kemudian

dapat diketahui apakah buku tersebut memiliki kualitas yang baik atau tidak.

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah Buku Sekolah Elektronik IPS

Terpadu SMP kelas VII yang digunakan oleh SMP Negeri di Kota Malang. Secara

rinci buku sekolah elektronik kelas VII terbitan Depdiknas yang telah beredar

dapat dilihat dalam Tabel 3.1 berikut ini.


32

Tabel 3.1 Buku Sekolah Elektronik IPS Terpadu Kelas VII terbitan Depdiknas yang Telah
Beredar

No. Nama Sekolah kur nur wyn iwn ndn wly ddg dnr sph lain
1. SMP Negeri 1 Malang √
2. SMP Negeri 3 Malang √ √
3. SMP Negeri 4 Malang √ √
4. SMP Negeri 6 Malang √
5. SMP Negeri 7 Malang √
6. SMP Negeri 8 Malang √ √
7. SMP Negeri 15 Malang √ √
8. SMP Negeri 17 Malang √ √
9. SMP Negeri 23 Malang √ √
10. SMP Negeri 24 Malang √
Jumlah 6 10
Persentase (%) 60 100
Keterangan singkatan: lampiran 1

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua buku sekolah elektronik IPS

TERPADU SMP kelas VII terbitan DIKNAS yang telah beredar. Penentuan

sampel menggunakan Purpusive Sampling yaitu dengan pertimbangan bahwa

buku ajar tersebut banyak dipakai di SMP Negeri di Kota Malang. Untuk

pengambilan sampel diambil dari buku BSE yang digunakan dari sepuluh SMP

Negeri di Kota Malang yang terdiri dari lima SMPN di pusat kota dan lima SMPN

pinggiran. Akhirnya diperoleh buku ajar geografi sebagai berikut.

JUDUL BUKU : Mari Belajar IPS Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII
PENGARANG : Muh. Nurdin, dkk
PENERBIT : DEPDIKNAS
TAHUN PENERBITAN : 2008

D. Instrumen Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian maka data yang harus dihimpun berupa:

1. Kesesuaian isi materi dengan kurikulum yang berlaku.

2. Kebenaran konsep materi dalam buku ajar BSE geografi kelas VII.

3. Kebenaran bahasa dalam buku ajar BSE geografi kelas VII.


33

4. Fungsi media pembelajaran yang ada dalam buku ajar BSE geografi kelas VII.

Untuk menghimpun data tersebut diperlukan instrumen yang disusun

dalam format. Secara rinci instrumen tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Format Pengamatan Kesesuaian Isi dengan Kurikulum

Tabel 3.2 Format Pengamatan Kesesuaian Isi dengan Kurikulum

Klasifikasi
Indikator Paragraf
No. KD Halaman Pokok Pikiran Tidak
Pembelajaran Ke- Sesuai
Sesuai

2. Format Pengamatan untuk Data Indeks Kebenaran Konsep

Tabel 3.3 Format Pengamatan Untuk Data Indeks Kebenaran Konsep Terdefinisi

Paragraf Kalimat Definisi atau Benar Definisi yang


No. Halaman Konsep
ke- ke- Kalimat atau Salah Benar

Tabel 3.4 Format Pengamatan Untuk Data Indeks Kebenaran Konsep Konkrit

Paragraf
No. Halaman Kalimat Konsep Salah Benar
ke-

3. Format Pengamatan Kebenaran Bahasa


Tabel 3.5 Format Pengamatan Kebenaran Bahasa

Paragraf Bahasa
Halaman Kalimat
Ke- Tanda Baca Kosa Kata Kalimat Paragraf
34

4. Format Pengamatan untuk Data Indeks Fungsi Media


Tabel 3.6 Format Pengamatan untuk Data Indeks Fungsi Media

Manfaat
No. Halaman No. Media Deskripsi
Ya Tidak

E. Metode Pengumpulan data

Pengambilan data kesesuaian isi dengan kurikulum, kebenaran konsep,

kejelasan bahasa, dan fungsi gambar atau media diambil pada bab gejala atmosfer

dan hidrosfer. Pengambilan data dilakukan oleh peneliti dan reviewer

menggunakan instrumen penelitian. Data untuk masing-masing variabel

selanjutnya diambil dengan cara sebagai berikut.

1. Data Kesesuaian isi dengan kurikulum

Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan

data kesesuaian isi materi dengan kurikulum.

a. Mencocokkan jabaran pokok pikiran yang ada dalam buku teks dengan

indikator-indikator pembelajaran sesuai kurikulum yang berlaku.

b. Setelah dicocokkan dengan indikator pembelajaran, kemudian dikelompokkan

berdasarkan klasifikasi kesesuaian isi materi dengan kurikulum.

c. Untuk reviewer kesesuaian isi materi dengan kurikulum merupakan orang

yang berkompeten dalam bidang kurikulum dan mengerti tentang materi

Gejala Atmosfer dan Hidrosfer, baik dosen, guru bidang geografi, maupun

teman sejawat.
35

d. Setelah dikelompokkan ke dalam masing-masing kriteria, selanjutnya kriteria

tersebut dijumlahkan dan dipersentasekan.

Tabel 3.7 Kriteria Kesesuaian Isi Materi dengan Kurikulum

Klasifikasi Deskripsi
Apabila materi dalam buku teks pelajaran IPS
SMP/MTs memiliki urutan dan lingkup SK (Standar
Sesuai Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar) yang
dijabarkan dalam indikator pembelajaran mata
pelajaran IPSdalam KTSP.
Apabila materi dalam buku teks IPS SMP/MTs
terdapat bagian dengan urutan yang tidak sesuai
dengan urutan dan lingkup dan secara keseluruhan
Tidak Sesuai mengganggu kesesuaian materi dengan urutan dan
lingkup SK (Standar Kompetensi) dan KD
(Kompetensi Dasar) yang dijabarkan dalam indikator
pembelajaran mata pelajaran IPS dalam KTSP.
(Sumber: Purwanto, 1999:15)

Tabel 3.8 Hal-hal yang Menyebabkan Ketidaksesuaian Isi Materi dengan Kurikulum

Kategori Deskripsi
Not close at a Buku pelajaran IPS yang valid mampu menyajikan bahan pelajaran
problematic yang bermanfaat untuk bekal siswa dalam mendiskusikan
discussion permasalahan. Apabila buku pelajaran IPS tidak mampu menyajikan
bahan pelajaran yang bermanfaat untuk bekal diskusi maka buku IPS
semacam itu tergolong dalam kategori ini.
Too many concept Buku pelajaran IPS yang valid tidak terlalu banyak mengandung
konsep. Buku plajaran yang menjelaskan secara luas tentang banyak
hal lebih sulit daripada yang menjelaskan secara luas tentang sedikit
hal. Buku pelajaran yang dalam setiap paragrafnya terlalu banyak
mengandung konsep semacam itu tergolong dalam kategori ini.
What’s the point Buku pelajaran IPS yang valid memiliki wacana yang didalamnya
selalu mengandung poin yang jelas (ekplisit) dan bahkan mudah
disimpulkan. Apabila suatu wacana dalam buku pelajaran IPS tidak
jelas pokok pikirannya (poinnya) maka buku semacam itu tergolong
dalam kategori ini.
Aside that overwhelm Buku pelajaran IPS yang valid tidak dimuati tujuan-tujuan lain selain
the purpose tujuan utama, sehingga tidak ada isi wacana (feature) yng
menghalangi siswa manguasai tujuan utama. Apabila buku teks IPS
terlalu banyak tujuan (terutama dalam setiap alinea) maka buku
semacam itu tergolong dalam kategori ini.
No sense of time Buku pelajaran IPS yang valid memuat urutan kejadian sesuai dengan
urutan waktu, sehingga menimbulkan kesadaran yang baik bagi siswa
tentang kronologi waktu. Buku pelajaran yang tidak seperti kriteria
tersebut tergolong dalam kategori ini.
36

Lanjutan Tabel 3.8

Kategori Deskripsi
Inadequate Buku pelajaran IPS yang valid tidak berusaha menjelaskan banyak hal
explanation pada waktu yang bersama-sama sehingga setiap usahanya
memberikan penjelasan mudah dimengerti siswa. Buku pelajaran IPS
yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut (penjelasannya cenderung
sulit dimengerti siswa) tergolong dalam kategori ini.
Understate Buku Pelajaran IPS yang valid, terutama dalam setiap wacana mampu
presentation of memberi tekanan terhadap ide-ide yang sangat penting , sehingga
important tidak terjadi dalam menjelaskan satu ide penting hanya dengan dua
information paragraf bahkan hanya dua kalimat dalam paragraf tersebut yang
menyinggung ide pokok. Buku pelajaran yang tidak memenuhi
kriteria seperti tersebut tergolong dalam kategori ini.
(Sumber: Purwanto, 1999:16-18)

2. Data Kebenaran Konsep

Pengumpulan data kebenaran konsep pada bab gejala atmosfer dan

hidrosfer dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Kebenaran Konsep Terdefinisi

1) Kolom halaman berisi nomer halaman.

2) Kolom paragraf berisi urutan paragraf pada bab gejala atmosfer dan hidrosfer.

3) Kolom kalimat ke- berisi urutan kalimat dalam paragraf.

4) Pada kolom konsep berisi tentang konsep yang ada pada materi gejala

atmosfer dan hidrosfer.

5) Kolom definisi atau kalimat berisi definisi atau kalimat sesuai dengan yang

terdapat dalam buku ajar yang diteliti.

6) Pada kolom benar atau salah berisi kriteria penjelasan konsep yang ada dalam

buku ajar yang diteliti, dengan cara menulis benar atau salah.

7) Pada kolom definisi yang benar berisi tentang definisi konsep yang benar.
37

Tabel 3.9 Kriteria Kebenaran Konsep Terdefinisi

Klasifikasi Deskripsi
Apabila penjelasan konsep sesuai dengan
karakteristik umum yang mudah dikenali
Benar
sehingga menjelaskan ciri khas atas konsep
tersebut dan mudah dipahami oleh pembaca.
Apabila penjelasan konsep tidak sesuai dengan
karakteristik umum yang mudah dikenali serta
Salah
tidak menjelaskan ciri khas atas konsep tersebut
sehingga sulit dipahami oleh pembaca.

b. Data Kebenaran Konsep Konkrit

1) Kolom halaman berisi nomer halaman.

2) Kolom paragraf berisi urutan paragraf pada bab gejala atmosfer dan hidrosfer.

3) Pada kolom kalimat berisi kalimat yang menjelaskan konsep konkrit yang

terdapat pada bab gejala atmosfer dan hidrosfer.

4) Pada kolom konsep berisi tentang konsep yang ada pada materi gejala

atmosfer dan hidrosfer.

5) Pada kolom benar dan salah diberi cheklist sesuai kebenaran konsep yang ada

pada materi gejala atmosfer dan hidrosfer.

Tabel 3.10 Kriteria Kebenaran Konsep Konkrit

Klasifikasi Deskripsi
Benar Apabila konsep tersebut diwakili oleh gambar.
Apabila konsep tersebut didefinisikan dan
Salah
tanpa diwakili oleh gambar.
(Sumber: Purwanto, 2002:25)

Untuk reviewer kebenaran konsep terdefinisi dan konsep konkrit

merupakan orang yang berkompeten dalam bidang tersebut dan mengerti tentang

materi Gejala Atmosfer dan Hidrosfer, baik dosen, guru bidang geografi, maupun

teman sejawat.
38

3. Data Kebenaran Bahasa

Data tentang kebenaran bahasa dilakukan dengan menggunakan langkah-

langkah sebagai berikut.

a. Pada kolom pertama berisi nomer halaman.

b. Pada kolom paragraf berisi urutan paragraf pada bab gejala atmosfer dan

hidrosfer.

c. Pada kolom kalimat berisi kalimat yang salah yang terdapat dalam bab gejala

atmosfer dan hidrosfer.

d. Pada kolom tanda baca di isi apabila dalam kalimat terdapat kesalahan tanda

baca ditulis berdasarkan kesalahannya.

e. Pada kolom kosakata diisi apabila ada kalimat dalam suatu paragraf yang salah

menggunakan kosakata.

f. Pada kolom kalimat diisi apabila ada kalimat yang membingungkan jika

dibaca karena tidak memenuhi unsur-unsur SPOK dan kalimat tidak efektif .

g. Pada kolom paragraf diisi apabila ada paragraf yang tidak memenuhi kriteria.

h. Untuk reviewer kebenaran bahasa merupakan orang yang berkompeten dan

mengerti tentang bahasa, baik dosen, maupun teman sejawat yang berlatar

belakang bahasa.

Tabel 3.11 Kriteria Kebenaran Bahasa

Klasifikasi Deskripsi
Apabila bahasa buku mudah dipahami dan
Benar
sesuai dengan EYD
Apabila bahasa buku sulit dipahami dan tidak
Tidak Benar
sesuai dengan EYD
(Sumber: Tarigan 1986:138)
39

Tabel 3.12 Kriteria Paragraf

Klasifikasi Deskripsi
Apabila paragraf tidak terlalu banyak
mengandung konsep, setiap paragraf pokok
Benar pikirannya mudah dikenali, tidak memuat dua
ide pokok atau pikiran utama, dan setiap
paragraf minimal dua kalimat.
Apabila paragraf terlalu banyak mengandung
konsep, pokok pikirannya sulit dikenali,
Tidak Benar
memuat dua ide pokok atau pikiran utama
serta kurang dari satu kalimat.
(Sumber: Purwanto, 2001:26)

4. Data Fungsi Media

Data tentang media dapat ditentukan dengan manfaat atau tidak

manfaatnya suatu media dengan materi yang ada. Adapun langkah-langkah yang

ditempuh untuk memperoleh data adalah sebagai berikut.

a. Kolom halaman berisi nomer halaman dimana media tersebut ditemui.

b. Kolom nomor media berisi nomor media yang ada pada buku ajar geografi.

c. Kolom manfaat berisi manfaat media sesuai materi yang ada dalam buku ajar.

Kolom Ya diisi cheklist apabila gambar tersebut bermanfaat dan kolom Tidak

diisi cheklist apabila gambar tersebut tidak bermanfaat.

d. Kolom deskripsi berisi fungsi media pada materi yang dibahas dalam buku

ajar geografi.

e. Untuk reviewer fungsi media merupakan orang yang berkompeten dalam

bidang tersebut dan mengerti tentang materi Gejala Atmosfer dan Hidrosfer,

baik dosen, guru bidang geografi, maupun teman sejawat.


40

Tabel 3.13 Kriteria Fungsi Media

Klasifikasi Deskripsi
Pemantapan Pemahaman Apabila media memberi pemahaman lebih
lanjut tentang materi yang dibahas, dengan
tujuan untuk memantapkan pemahaman siswa.
Informasi Tambahan Apabila media hanya sekedar memberi
informasi tambahan tentang materi yang
dibahas.
Ilustrasi Saja
Apabila media hanya sekedar berfungsi untuk
memberi gambar secara umum tentang materi
yang dibahas.
Tidak Berfungsi Apabila media tidak berkaitan/tidak
berhubungan dengan materi yang dibahas.

F. Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu

menjelaskan suatu permasalahan, gejala atau keadaan sebagaimana adanya, dan

bukan menguji hipotesis. Data penelitian ini berupa data kesalahan konsep,

kejelasan bahasa dan fungsi gambar. Semua data diperoleh dari menganalisis

buku ajar BSE IPS SMP kelas VII yang diterbitkan oleh Depertemen Pendidikan

Nasional lalu data tersebut dimasukkan dalam format yang telah disediakan.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan langkah-langkah sebagai

berikut.

1. Mendiskripsikan dan mengidentifikasi kesesuaian isi materi yang terdapat

dalam pokok bahasan gejala atmosfer dan hidrosfer dengan standar

kompetensi dan kompetensi dasar pada kurikulum yang berlaku.

2. Mendiskripsikan kebenaran konsep pada pokok bahasan gejala atmosfer dan

hidrosfer dan menghitung tingkat kebenaran konsep dengan menggunakan

rumus sebagai berikut.

∑q
P% = x 100% (Arikunto, 1997:195)
∑r
41

P% = skor persentase yang diperoleh, dalam hal ini adalah persentase

kebenaran konsep pada buku ajar geografi kelas VII.

∑ q = jumlah konsep yang benar pada buku ajar geografi kelas VII.

∑ r = jumlah seluruh konsep yang ada dalam buku ajar geografi.

Untuk menyatakan kriteria dari skor yang diperoleh, peneliti menggunakan

tafsiran sebagai berikut.

Tabel 3.14 Kriteria Tingkat Kebenaran Konsep dalam Buku Ajar Geografi Kelas VII

Kategori Deskripsi
Tinggi Apabila Seluruh konsep dalam buku IPS Terpadu salah.
Sedang Apabila ada beberapa kesalahan konsep dalam buku pelajaran IPS (1 %-
25 %).
Rendah Apabila terdapat banyak kesalahan konsep (lebih dari 25 %).

Langkah selanjutnya adalah melakukan pembetulan pada konsep yang salah

berdasarkan kepustakaan yang mendukung.

3. Mendiskripsikan dan mengidentifikasi penggunaan bahasa pada pokok

bahasan gejala atmosfer dan hidrosfer.

Tabel 3.15 Kriteria Tingkat Bahasa dalam Buku Ajar BSE IPS Terpadu

Kategori Deskripsi
Tinggi Apabila Seluruh Wacana dalam buku pelajaran IPS disusun dengan
menggunakan bahasa yang tingkat kesukarannya sesuai dengan EYD.
Sedang Apabila ada beberapa kesalahan bahasa yang digunakan dalam buku
pelajaran IPS terlalu sulit dipahami siswa (apabila terdapat kesalahan
bahasa 1 %-25 % tergolong dalam kategori ini.
Rendah Apabila terdapat banyak kesalahan bahasa yang tidak sesuai dengan
EYD (lebih dari 25 %).
(Sumber: Purwanto, 1999:18)

4. Mendiskripsikan dan mengidentifikasi fungsi dan manfaat media kemudian

dihitung fungsi media berdasarkan manfaatnya.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kesesuaian BSE IPS Terpadu Kelas VII

Berdasarkan BAB III telah diuraikan bahwa penelitian ini terdiri dari data

kesesuaian isi dengan kurikulum, kebenaran konsep, kebenaran bahasa, dan fungsi

media yang terdapat dalam BSE IPS Terpadu SMP/MTs Kelas VII karangan

bapak Muh. Nurdin dan kawan-kawan. Untuk hasil analisis dapat dilihat pada

Lampiran 6, 7, 8,9, dan 10. Data-data tersebut dapat diurakan sebagai berikut.

1. Deskripsi Kesesuaian Isi dengan Kurikulum

Untuk mengetahui kesesuaian isi dengan kurikulum harus diketahui

terlebih dahulu kompetensi dasar yang telah ditetapkan dan ingin dicapai,

kemudian diuraikan dalam bentuk indikator pencapaian yang ingin dicapai sesuai

kompetensi yang diharapkan. Kompetensi dasarnya adalah mendeskripsikan

gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer serta pengaruhnya bagi

kehidupan.

Berdasarkan kompetensi dasar yang ada jelas bahwa kompetensi yang

ingin dicapai adalah bagaimana siswa dapat menjelaskan gejala yang ada di

amosfer dan hidrosfer serta pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Untuk

menjelaskan suatu gejala setidaknya siswa harus tahu bagaimana proses terjadinya

gejala tersebut, kemudian dampaknya terhadap kehidupan, serta contoh nyata

yang dapat dirasakan oleh siswa tersebut. Kompetensi dasar tersebut

42
43

menggunakan kata ”dampak”, di mana dalam hal ini penggunaan kata dampak

memiliki arti konotasi negatif terhadap akibat yang terjadi atau akibat buruknya.

Sebenarnya maksud dari penggunaan kata ”dampak” tersebut tidak hanya

menjelaskan akibat dalam konotasi negatifnya saja, tetapi juga akibat yang

berkonotasi positif. Jadi, yang dimaksud ”dampak” dalam kompetensi dasar

tersebut adalah ”pengaruh” baik pengaruh yang positif maupun yang pengaruh

negatif terhadap kehidupan manusia.

Untuk menelaah kesesuaian isi dengan kurikulum yaitu dengan

menganalisis setiap pokok pikiran yang disampaikan dalam setiap paragraf yang

ada, kemudian disesuaikan dengan indikator pencapaian yang ingin dicapai.

Dalam pengembangan indikator dikembangkan oleh peneliti dan bimbingan

reviewer serta pembimbing. Untuk menilai kesesuaian isi dengan kurikulum

merupakan hasil kesimpulan dari hasil pengamatan peneliti dan reviewer.

Berikut ini contoh hasil pengembangan indikator pada kompetensi dasar

mendiskripsikan gejala-gejala atmosfer dan hidrosfer bagi kehidupan yang telah

dibuat oleh BSNP dan dipergunakan oleh beberapa sekolah lanjutan pertama di

Kota Malang (lihat Lampiran 4).

a. Mendiskripsikan sifat-sifat fisik atmosfer.

b. Mendiskripsikan cuaca dan iklim.

c. Mengidentifikasi tipe hujan (orografis, zenithal, frontal).

d. Menghitung suhu suatu daerah berdasarkan ketinggian di atas permukaan air

laut.

e. Menganalisis proses terjadinya angin dan memberikan contoh-contohnya.

f. Mendiskripsikan siklus hidrologi dan bagian-bagiannya.


44

g. Mengklasifikasikan bentuk-bentuk tubuh air permukaan dan air tanah serta

pemanfaatannya.

h. Mendiskripsikan zona laut menurut letak (laut pedalaman, laut tepi, laut

tengah) dan kedalamannya (litoral, batial, abisal).

i. Menafsirkan pengertian batas landas kontinen, lau territorial, dan Zona

Ekonomi Ekslusif (ZEE) dan menunjukannya pada peta.

Sebelumnya perlu diketahui dalam mengembangkan indikator harus

diperhatikan lebih dulu kompetensi dasar yang ingin dicapai dan telah ditetapkan

oleh BSNP. Selain itu, perlu juga diperhatikan hakikat serta tujuan setiap mata

pelajaran dalam mengembangkan sebuah indikator agar indikator yang

dikembangkan dapat memenuhi tujuan dan hakikat mata pelajaran tersebut.

Indikator yang telah dikembangkan di atas masih belum menunjukan hakikat

geografi sebagai ilmu pengetahuan yang memandang bumi sebagi habitat

manusia. Daldjoeni (1997:7) menjelaskan bahwa hakikat geografi memandang

bumi sebagai habitat manusia yaitu tempat tinggal manusia. Habitat ini terdiri atas

bingkai alami (physical setting) dan bingkai insani (human setting dan cultural

setting).

Sumaatmadja (1989:58) menambahkan bahwa geografi merupakan

pengetahuan dan ilmu berkenaan dengan hubungan gejala aspek permukaan bumi

… membahas pengalaman , gejala, dan masalah kehidupan manusia pada areal

tertentu. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan mata pelajaran IPS Geografi

tidak hanya mengkaji aspek fisiknya saja seperti yang telah diuraikan dalam

indikator di atas, tetapi mempelajari bagaimana pengaruh setiap fenomena fisik

yang terjadi terhadap kehidupan manusia serta bagaimana peranan manusia atau
45

cara manusia beradaptasi dalam menghadapi setiap perubahan gejala dari

fenomena yang ada baik dari segi sosial, budaya, ekonomi, dan lain sebagainya.

Indikator yang dikembangkan dalam mata pelajaran IPS Geografi

hendaknya memahami posisi manusia sebagai penghuni bumi bukan hanya

sebagai makluk yang menempati bumi saja tetapi makluk yang memiliki peranan

penting dalam setiap perubahan gejala yang ada di bumi. Daldjoeni (1997:32)

juga berpendapat pada dasarnya adaptasi geografis pada manusia bersumber pada

kebutuhan dan keharusan untuk mengadakan harmoni antara dirinya dan

lingkungannya. Perlu ditambahkan bahwa selain manusia mempengaruhi

lingkungannya, manusia pun dipengaruhi lingkungannya. Oleh karena itu,

Mengajarkan geografi berarti mengajarkan seluk beluk adaptasi manusia terhadap

lingkungan dan ruang kehidupan (Daldjoeni, 1981:89). Daldjoeni (1997:17) juga

mengemukakan bahwa barang siapa mempelajari geografi dengan baik, akhirnya

ia akan mengakui bahwa lingkungan di sekelilingnya yang selalu mengalami

perubahan ini adalah rumahnya …. Secara sadar atau tidak siswa tahu bahwa

problem pokok dalam geografi adalah hakikat interelasi antara manusia dan

lingkungannya.

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disadari bahwa indikator-

indikator yang telah diurakan di atas perlu adanya perbaikan lagi agar sesuai

dengan hakikat dan tujuan pembelajaran IPS Geografi. Oleh karena itu,

kompetensi dasar yang ada diuraikan kembali menjadi beberapa indikator sebagai

berikut (lihat Lampiran 5).

1. Menjelaskan konsep dasar atmosfer dalam kehidupan manusia.


46

2. Menjelaskan gejala-gejala di atmosfer yang mempengaruhi kehidupan

manusia.

3. Menyebutkan pengaruh atmosfer terhadap kehidupan manusia.

4. Menjelaskan konsep dasar hidrosfer dalam kehidupan manusia.

5. Menjelaskan gejala-gejala yang ada di hidrosfer yang mempengaruhi

kehidupan manusia.

6. Menyebutkan pengaruh hidrosfer terhadap kehidupan manusia.

Berdasarkan kesimpulan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa dari 97

pokok pikiran yang ada dalam bab materi Atmosfer dan Hidrosfer terdapat 68

pokok pikiran yang sesuai dengan jabaran indikator yang telah dijabarkan.

Sedangkan yang tidak sesuai dengan indikator yang ada berjumlah 29. Untuk

materi yang tidak sesuai dengan indikator dapat pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Isi Materi yang Tidak Sesuai dengan Indikator

Paragraf
No. Indikator Halaman Pokok Pikiran
Ke-
1. • Menjelaskan konsep 132 2 Keadaan udara pada suatu waktu yang
dasar atmosfer relatif singkat dan tempat yang relatif
dalam kehidupan sempit disebut cuaca.
2. manusia. 132 3 Iklim merupakan keadaan keadaan cuaca
rata-rata pada daerah yang luas dan
dalam waktu relatif lama.
3. • Menjelaskan gejala- 141 1 Pembagian wilayah iklim berdasar garis
gejala yang terjadi di lintang disebut iklim matahari
4. atmosfer yang 141-142 2 Wilayah di permukaan bumi dalam iklim
mempengaruhi matahari dibagi menjadi tiga wilayah tipe
kehidupan manusia. iklim.
5. 142 1 Klages mengklasifikasikan iklim
menjadi lima berdasarkan temperaturnya.
6. 143 1 Indonesia terletak di antara 231/2o LU -
231/2oLS, sehingga disebut dengan
daerah tropis.
7. 143 2 Tipe Iklim hutan hujan tropis.
8. 143 3 Tipe iklim monsun tropika.
9. 144 1 Tipe iklim savana.
47

Lanjutan Tabel 4.1

Paragraf
No. Indikator Halaman Pokok Pikiran
Ke-
10. • Menjelaskan gejala- 154 3 Jenis sungai berdasarkan sumber airnya.
11. gejala yang ada di 154 4 Jenis sungai berdasarkan volume airnya
12. hidrosfer yang 155 1 Jenis sungai berdasarkan arah alirannya.
13. mempengaruhi 155 2 Jenis sungai berdasarkan struktur
kehidupan manusia. geologinya.
14. 157 3 Terbentuknya danau glasial.
15. 158 1 Terbentuknya danau vulkanik.
16. 158 2 Terbentuknya danau tektonik.
17. 158 3 Terbentuknya danau tekto-vulkanik.
18. 158 4 Terbentuknya danau karst.
19. 159 1 Terbentuknya danau aliran.
20. 159 2 Terbentuknya danau laguna.
21. 159 3 Terbentuknya danau buatan (waduk).
22. 163 1 Perairan laut berdasarkan luas dan
bentuknya
23. 163 2 Perairan laut berdasarkan proses
terjadinya.
24. 163 3 Perairan laut berdasarkan letaknya.
25. 164 1 Zona litoral atau zona pesisir laut
terletak di antara garis pasang dan garis
surut.
26. 164 2 Zona neritik adalah laut yang terletak
pada kedalam 0 m -200 m.
27. 164 3 Zona batial adalah laut yang terletak
pada kedalaman 200 m – 1.000 m.
28. 164-165 4 Zona abisal adalah laut yang terletak
pada kedalaman lebih dari 1.00 0 m
sampai 6.000 m.
29. • Menyebutkan 160 3 Upaya untuk melestarikan telaga.
pengaruh hidrosfer
terhadap kehidupan
manusia.

2. Deskripsi Kebenaran Konsep

Untuk menilai kesalahan konsep yaitu dengan menganalisis konsep yang

ada dalam buku ajar. Kemudian konsep yang salah diisikan ke dalam format

pengamatan. Cara menilai kesalahan konsep yaitu menggunakan kajian pustaka,

dengan membandingkan konsep yang ada dalam buku ajar dengan buku-buku

sumber yang akurat. Buku sumber tersebut adalah Kamus Lengkap Geografi,

buku yang relevan, serta ensiklopedia baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
48

Selain menggunakan kajian pustaka juga dengan bertanya langsung dengan ahli

materi. dalam hal ini adalah reviewer.

Untuk menilai kebenaran konsep dibagi dalam dua kategori, yaitu konsep

terdefinisi atau abstrak dan konsep konkrit. Konsep terdefinisi atau yang biasa

disebut pula dengan konsep abstrak merupakan abstraksi atau gagasan yang dapat

diturunkan dari objek-objek abstrak. Sedangkan Konsep konkrit merupakan

abstraksi atau gagasan yang dari diturunkan dari objek konkrit atau peristiwa-

peristiwa (fenomena) yang konkrit.

a. Kebenaran konsep terdefinisi

Dari hasil penelitian buku ajar BSE IPS Terpadu kelas VII pada

kompetensi dasar hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi

terdapat 28 kesalahan konsep dari 102 konsep terdefinisi yang ada (Lampiran 7),

pemaparannya dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Kesalahan Konsep Terdefinisi

Sub Pokok Materi/


No Halaman Sub Bab Konsep yang Salah
Bahasan
1. 130 Sifat Fisis Atmosfer Mesosfer Mesosfer
2. 130 Termosfer Termosfer
3. 130 Eksosfer Eksosfer
4. 132 Cuaca dan Iklim Pengertian Cuaca dan Meteorologi
Iklim
5. 133 Temperatur Udara Temperatur Udara
6. 134 Tekanan Udara Tekanan Udara
7. 135 Angin Konveksi
8. 135 Adveksi
9. 135 Angin Timur
10. 136 Angin Muson
11. 136 Angin Muson Laut
12. 137 Angin Laut
13. 140 Awan Awan Kumulus
14. 141 Hujan Hujan Orografis
15. 141 Hujan Konvergen
49

Lanjutan Tabel 4.2

Sub Pokok Materi/


No Halaman Sub Bab Konsep yang Salah
Bahasan
16. 141 Pembagian Wilayah Iklim Matahari Daerah Sedang
Iklim
17. 151 Pengertian Hidrosfer Hidrosfer
18. 152 Siklus Air Siklus Air Sedang Siklus Sedang
19. 153 Gejala Meterologis Evaporasi
20. 153 Transpirasi
21. 153 Infiltrasi
22. 161 Perairan Darat Air Tanah Air Tanah
23. 161 Akuifer
24. 162 Macam-macam Air Tanah Air Artesis
25. 163 Perairan Laut Klasifikasi Perairan Laut Laut Transgresi
26. 163 Laut Tepi
27. 164 Zona Litoral
28. 165 Gerakan Air Laut Gelombang

b. Kebenaran konsep konkrit

Dari hasil penelitian buku ajar BSE IPS Terpadu kelas VII pada

kompetensi dasar hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi

terdapat 6 konsep yang benar dari 15 konsep konkrit yang ada (Lampiran 8).

Untuk konsep yang salah dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Kesalahan Konsep Konkrit

Sub Pokok Materi/


No Halaman Sub Bab Konsep yang Salah
Bahasan
1. 139 Cuaca dan Iklim Awan Awan
2. 140 Hujan Hujan
3. 154 Perairan Darat Sungai Sungai
4. 157 Danau Danau
5. 160 Rawa Rawa
6. 162 Perairan Laut Laut
7. 163 Klasifikasi Perairan Laut Teluk
8. 163 Selat
9. 163 Samudra
50

3. Deskripsi Kebenaran Bahasa

Untuk menilai kejelasan bahasa dapat mengaju pada aturan-aturan ejaan

yang disempurnakan (EYD) dan kaidah bahasa Indonesia. Untuk mempermudah

dalam meneliti kejelasan bahasa, peneliti membagi menjadi beberapa bagian yaitu

tanda baca, kosakata, kalimat dan paragraf (Lampiran 9).

a. Tanda Baca

Dari hasil penelitian ditemukaan kesalahan penempatan tanda baca koma

(,) sebanyak 25 kalimat (Lampiran 9).

b. Kosakata

Dari hasil penelitian ditemukan 11 kalimat yang panggunaan kata yang

tidak baku, dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Kesalahan Penggunaan Kata depan

Paragraf Pokok
Halaman Sub Bab Kalimat
Ke- Bahasan
130 1 Sifat Fisis Stratosfer Di atas stratosfer terdapat lapisan
Atmosfer stratopause yang merupakan pembatas
antara stratosfer dengan mesosfer.

139 1 Cuaca dan Awan Awan yang mencapai permukaan bumi


Iklim disebut dengan kabut.

141 1 Pembagian Iklim Adanya pergeseran semu matahari


Wilayah Matahari menyebabkan perbedaan suhu antara
Iklim tempat yang satu dengan tempat yang
lain.

142 1 Daerah ini merupakan daerah peralihan


antara iklim tropika dengan iklim
sedang.
51

Lanjutan Tabel 4.4

Paragraf Pokok
Halaman Sub Bab Kalimat
Ke- Bahasan
143 3 Persebaran Monsun Di Indonesia wilayah yang yang
Wilayah Tropika mempunyai tipe iklim Am adalah
Iklim sebagian besar Jawa, sebagian Sulawesi
Selatan, dan pantai selatan Papua.

157 3 Perairan Danau Glasial Danau glasial dapat terjadi sebagai


Darat akibat adanya erosi dan pengendapan
yang diakibatkan oleh aktivitas gletser di
lereng-lereng bukit atau pegunungan.

161 4 Macam- Akifer bebas, yaitu akifer yang terletak


macam di atas di lapisan yang kedap air.
Akuifer
161 4 Akifer ini disebut juga dengan
unconfined aquifer.

161 4 Akifer ini sering disebut dengan


confined aquifer.

161 4 Akifer ini sering disebut dengan


purched aquifer.

162 5 Macam- Jika pada permukaan tanah dibuat sumur


macam Air bor maka sering disebut juga dengan
Tanah sumur artesis.

Hasil penelitian pada BSE IPS Terpadu kelas VII ditemukan 7 kalimat

yang penggunaan kata imbuhan tidak tepat, berikut pemaparannya pada Tabel 4.5.
52

Tabel 4.5 Kesalahan Penggunaan Kata Imbuhan

Paragraf Pokok
Halaman Sub Bab Kalimat
Ke- Bahasan
132 2 Cuaca dan Pengertian Ilmu untuk mengkaji tentang cuaca
Iklim Cuaca dan disebut meteorologi.
Iklim
132 3 Unsur-unsur yang mempengaruhi cuaca
atau iklim adalah sebagai berikut.

133 3 Temperatur Faktor-faktor yang mempengaruhi


udara tinggi rendahnya suhu udara suatu
daerah adalah sebagai berikut.

135 1 Tekanan Faktor utama yang mempengaruhi


Udara perbedaan tekanan udara adalah
temperatur udara.

139 4 Awan Awan sirus, yaitu awan yang berwarna


putih, tipis, dan pada siang hari kelihatan
mengkilat karena banyak mengandung
kristal es.

151 1 Pengertian Hidrosfer Ilmu yang mengkaji perairan disebut


Hidrosfer Hidrologi.

167 2 Perairan Manfaat Bersama-sama dengan angin tersebut,


Laut Perairan Laut maka uap air laut terbawa dan dapat
menyejukan…dst.

Kesalahan kosakata yang terakhir adalah kesalahan penulisan ejaan dan

istilah asing yang tidak baku ditemukan 12 kalimat, berikut ini pemaparannya

dapat dilihat pada Tabel 4.6.


53

Tabel 4.6 Kesalahan Penulisan Ejaan dan Istilah Asing

Paragraf Pokok
Halaman Sub Bab Kalimat
Ke- Bahasan
131 2 Sifat Fisis Peranan Karbondioksida untuk fotosintesis.
Atmosfer atmosfer
133 3 Cuaca dan Temperatur Semakin dekat dengan equator, suhu
Iklim Udara udara semakin panas.

135 3 Jenis angin Angin barat adalah angin yang bertiup


dari daerah sub-tropik ke kutub sampai
pada lintang 60 derajat, baik lintang
utara maupun lintang selatan.

136 1 Angin pasat adalah angin yang


berhembus terusmenerus dari daerah
maksimum sub-tropik selatan dan utara
menuju ke arah khatulistiwa.

138 1 Angin Lokal Gending di Pasuruhan, angin Brubu di


Makassar, dan angin Wambrau di Biak.

154 4 Perairan Jenis Sungai Sungai ephimeral, yaitu sungai yang


Darat mengalirkan airnya…dst

154 4 Sungai pherenial, yaiitu sungai yang


ada… dst.

159 4 Manfaat Air danau digunakan untuk meggerakan


Danau turbin.

161 3 Air Tanah Air tanah ini terdapat pada lapisan tanah
yang disebut akifer (aquifer).

163 2 Perairan Klasifikasi Laut trangresi adalah laut yang terjadi


Laut laut karena ada genangan air laut terhadap
daratan pada waktu berakhirnya zaman
es.

167 1 Manfaat Bersama-sama dengan angin tersebut,


Perairan Laut maka uap air laut terbawa dan dapat
menyejukan atau memanaskan tempat
yang dilalui serta dapat menimbulk]an
turunnya hujan.

c. Kalimat

Berdasarkan hasil penelitian, kesalahan kalimat dibagi menjadi tiga bagian

yaitu kalimat yang tidak efektif ditemukan 10 kalimat, pengulangan kata


54

ditemukan 1 kalimat, dan penggunaan kata yang kurang tepat ditemukan 1 kalimat

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

d. Paragraf

Kesalahan paragraf yang ada dalam buku ajar yang diteliti dibagi menjadi

dua 2 yaitu, paragraf hanya terdiri dari satu kalimat dan dalam satu paragraf

mempunyai dua ide pokok atau lebih.

Tabel 4.7 Kesalahan pada Paragraf

Kesalahan
Halaman Pokok Pikiran Paragraf
Paragraf
Terdiri 1 kalimat 132 Keadaan Keadaan atmosfer dapat diamati setiap hari,
atmosfer misalnya pada saat hari cerah, hari hujan, angin
kencang, maupun pada saat hari mendung.

159 Danau Laguna Danau laguna terjadi akibat kombinasi kerja


antara angin dan ombak yang menyebabkan
terjadinya tanggul-tanggul pasir di sepanjang
pantai dan kemudian membentuk suatu laguna.

Mempunyai 2 ide 135 Pengertian Angin adalah udara yang bergerak. Angin
pokok atau lebih Angin dan Jenis terjadi sebagai akibat adanya perbedaan
Gerakan Udara tekanan udara. Udara bergerak dari daerah
yang bertekanan maksimum ke daerah yang
bertekanan minimum. Gerakan udara secara
vertikal dinamakan konveksi. Gerakan
udara secara horizontal dinamakan
adveksi, sedangkan gerakan udara yang
tidak teratur disebut dengan turbulensi.
Alat untuk mengukur kecepatan angin adalah
anemometer.

4. Deskripsi Fungsi Media

Untuk mendapatkan data fungsi media dalam buku ajar, yaitu dengan

mendiskripsikan media tersebut. Deskripsi berisi fungsi media yang ada dalam

buku ajar, apakah media tersebut berfungsi membantu siswa memahami konsep

yang dibahas dalam buku ajar atau hanya sebagai pemanis atau hiasan saja.
55

Setelah masing-masing media dikelompokkan berdasarkan fungsinya, maka

media dapat dikelompokkan lagi berdasarkan manfaatnya.

Tabel 4.8 Fungsi Media

Jumlah
Fungsi Media No. Media
Media
Media berfungsi sebagai penjelas untuk Gambar : 8.1, 8.5, 8.6, 8.7, 8.8, 16
memantapkan pemahaman mengenai suatu 8.9, 8.11, 8.14, 9.1, 9.2, 9.3, 9.4,
konsep 9.5, 9.7, 9.15, dan 9.16

Media berfungsi sebagai tambahan informasi Tabel 8.1, 9.1, Gambar : 8.15, 6
yang sesuai dengan materi 8.16, 8.17, dan 9.17

Gambar : 8.2, 8.3, 8.4, 8.10, 8.12, 14


Media berfungsi sebagai ilustrasi contoh nyata 9.6, 9.8, 9.9, 9.10, 9.11, 9.12,
yang ada di lapangan 9.13, 9.14, dan 9.18

Gambar : 8.13 dan 8.18 2


Media hanya berfungsi sebagai hiasan atau
tidak berfungsi

Setelah gambar atau media dikelompokkan berdasarkan fungsinya, media

dikelompokkan lagi, yaitu berdasarkan manfaatnya. Selengkapnya dapat dilihat

pada Tabel 4.9 berikut ini.

Tabel 4.9 Manfaat Media pada Kompetensi Dasar Atnosfer dan Hidrosfer serta
Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi

Jumlah
Manfaat No. Gambar
Gambar
Ya Tabel 8.1, 9.1, Gambar : 8.1, 8.2, 8.3, 8.4, 34
8.5, 8.6, 8.7, 8.8, 8.9, 8.10, 8.11, 8.12,8.14,
8.15, 8.16, 8.17, 9.1, 9.2, 9.3, 9.4, 9.5, 9.7,
9.8, 9.9, 9.10, 9.11, 9.12, 9.13, 9.14,9.15,
9.16, dan 9.17

Tidak Gambar : 8.13, 8.18, 9.6 dan 9.18 4


Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dikemukakan bahwa ada 34 media yang

bermanfaat dan 4 media yang tidak bermanfaat. Dari penelitian yang dilakukan

ditemukan 2 media yang berfungsi untuk membantu siswa dalam memahami


56

materi yang ada dalam buku ajar tetapi masuk dalam kelompok media yang tidak

bermanfaat yaitu gambar 9.6 dan 9.18.

B. Analisis Data

1. Kesesuaian Isi dengan Kurikulum

Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa dari 97 pokok pikiran yang

ada dalam bab materi Atmosfer dan Hidrosfer terdapat 68 pokok pikiran yang

sesuai dengan jabaran indikator yang telah dijabarkan atau sebesar 73,20 %.

Sedangkan yang tidak sesuai dengan indikator berjumlah 29 atau sebesar 26,80 %.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kesesuaian isi dengan

kurikulum dalam bahan ajar BSE IPS Terpadu kelas VII perlu diperbaiki dari segi

penyajian materinya.

Ketidaksesuaian isi diakibatkan oleh beberapa hal antara lain, aside that

overwhelm the purpose (lepas dari tujuan) yaitu materi yang penjelasannya diluar

dari kompetensi dasar yang diharapkan. Selain materi yang tidak penting

ditemukan juga indikator yang kurang penjelasan materinya (understate

presentation of important information) sehingga perlu adanya tambahan materi

lagi yang mampu menjelaskan indikator yang ingin dicapai.

Faktor lainnya yang menyebabkan ketidaksesuaian isi adalah penyajian

buku BSE yang cenderung berisi fakta, konsep, dan data yang bersifat hapalan

sehingga sedikit sekali generalisasi atau not close at a problematic discussion

(kurangnya penyajian masalah diskusi). Penyajian seperti ini hanya menimbulkan

aktifitas belajar menghapal dan memahami saja. Padahal KTSP merupakan

kurikulum yang berbasis pada kompetensi yang mengharapkan aktifitas belajar

tidak hanya sekedar menghapal dan memahami saja, tetapi juga bagaimana bisa
57

memecahkan, menganalisis, mengevaluasi masalah atau isu-isu yang sesuai

dengan materi yang ada. Lebih baik lagi apabila penyajian materi tersebut dapat

mendorong siswa untuk menerapkan apa yang mereka dapat dalam kehidupan

sehari-hari.

2. Kebenaran Konsep

Kebenaran konsep terdefinisi masih cukup rendah yaitu sebesar 74 konsep

dari 102 konsep atau sebesar 72,5 % dari jumlah konsep yang ada. Kesalahan

konsep terdefinisi yang ada pada buku ajar BSE IPS Terpadu kelas VII meliputi

kesalahan definisi, definisi yang kurang lengkap, pengelompokan atau

penggolongan, dan ketidaksesuaian dengan fakta.

Sedangkan untuk konsep kongkrit sangat rendah sekali yaitu hanya

berjumlah 6 konsep dari 15 konsep atau sebesar 40 %. Kesalahan konsep konkrit

yang terdapat dalam buku ajar BSE IPS Terpadu kelas VII dikarenakan adanya

pendefinisian terhadap konsep tersebut. Padahal konsep konkrit tidak dapat

didefinisikan, tetapi dapat dijelaskan dengan menunjukan gambar atau media

lainnya yang dapat menjelaskan secara langsung maksud dari konsep tersebut.

3. Kebenaran Bahasa

Tingkat kebenaran bahasa dalam buku ajar BSE IPS Terpadu kelas

VII tergolong masih cukup rendah karena banyak ditemukan kesalahan baik dari

segi penulisan maupun dari penggunaan bahasanya. Dalam menganalisis

kebenaran bahasa dibagi menjadi empat kategori dari yang sederhana sampai yang

kompleks yaitu, tanda baca, kosakata, kalimat, dan paragraf. Kemungkinan

kesalahan bahasa tersebut dapat diakibatkan oleh kesalahan penyuntingan maupun


58

kesalahan pengarang yang kurang menguasai aturan baku penulisan Bahasa

Indonesia.

Dari hasil analisis ditemukan 25 kalimat yang terdapat kesalahan

penggunaan dan penempatan tanda baca koma. Kesalahan berikutnya yaitu

kesalahan kosakata, dalam menganalisis kebenaran kosakata dikelompokan

menjadi tiga yaitu kesalahan penggunaan kata depan yang berjumlah 11 kalimat,

kesalahan penggunaan imbuhan berjumlah 7 kalimat, dan kesalahan penulisan

ejaan atau istilah asing yang berjumlah 12 kalimat. Untuk kesalahan kalimat

dibagi menjadi tiga bagian yaitu kalimat yang tidak efektif ditemukan 10 kalimat,

pengulangan kata ditemukan 1 kalimat, dan penggunaan kata yang kurang tepat

ditemukan 1. Terakhir untuk kesalahan paragraf dikelompokan menjadi dua yaitu

paragraf yang hanya terdiri dari satu kalimat ditemukan 2 dan paragraf yang

terdiri dari dua pokok pikiran atau lebih ditemukan 1.

4. Fungsi Media

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui fungsi media yang paling

banyak ditemukan adalah; (1) media berfungsi sebagai penjelas untuk

memantapkan pemahaman mengenai suatu konsep yang berjumlah 16 atau

sebesar 42,1 % dari jumlah gambar yang ada; (2) Media berfungsi sebagai

ilustrasi contoh nyata yang ada di lapangan mencapai 14 media atau sebesar 36,8

%; (3) Media yang berfungsi sebagai tambahan informasi yang sesuai dengan

materi hanya 7 media atau sebesar 15,8 %; dan (4) Media yang tidak berfungsi

atau hanya sebagai hiasan ada 2 media atau sebesar 5,3 % saja.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan dan

penyajian media dalam buku ajar BSE IPS Terpadu kelas VII sudah cukup bagus.
59

Karena dari 38 media yang ada dalam materi gejala atmosfer dan hidrosfer 34

media atau sebesar 89,47 % bermanfaat membantu siswa atau pembaca untuk

memahami konsep yang ada dalam buku ajar.

C. Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian pada buku ajar BSE IPS Terpadu kelas VII di

atas dapat dikemukakan beberapa temuan sebagai berikut.

1. Materi tidak sesuai dengan dengan indikator.

2. Kesalahan konsep terdefinisi dan konsep konkrit.

3. Banyak ditemukan kesalahan bahasa.

4. Penggunaan media memiliki beberapa fungsi yang bermanfaat membantu

siswa memahami suatu konsep.

D. Pembahasan

1. Materi Tidak Sesuai dengan Indikator

a. Aside That Overwhelm the Purpose (Lepas dari Tujuan Utama)

Berdasarkan kompetensi dasar yang ada diketahui bahwa kompetensi yang

diharapkan dicapai dalam materi yang disampaikan adalah siswa mampu

mendiskripsikan gejala-gejala yang ada di atmosfer dan hidrosfer serta

pengaruhnya bagi kehidupan. Jadi dapat diuraikan bahwa materi yang perlu

disampaikan adalah gejala-gejala yang ada di atmosfer dan hidrosfer beserta

penjelasan bagaimana proses gejala itu bisa terjadi dan pengaruhnya bagi

kehidupan manusia. Pusat Bahasa Depdiknas (2002:196) menjelaskan kata gejala

memiliki makna perihal (keadaan, peristiwa, dan sebagainya) yang tidak biasa dan
60

patut diperhatikan. Selain itu kata gejala juga dapat diartikan keadaan yang

menjadi tanda-tanda akan timbulnya (terjadinya atau berjangkitnya) sesuatu.

Beberapa materi yang penjelasannya lepas dari tujuan yang dimaksud

indikator antara lain, materi tentang klasifikasi jenis-jenis awan, sungai, danau,

serta laut. Klasifikasi jenis-jenis sungai, danau, dan sebagainya bukan merupakan

gejala karena bukan merupakan tanda-tanda terjadinya sesuatu hal dan bukan

peristiwa atau keadaan yang tidak biasa (khas), jadi tidak perlu dijelaskan secara

rinci.

Materi yang disampaikan di atas tidak hanya lepas dari maksud KD yang

ingin dicapai tetapi juga lepas dari hakikat geografi yang memandang bumi

sebagai habitat manusia yaitu tempat tinggal manusia, jadi tidak hanya

mempelajari aspek fisik gografi saja tetapi juga aspek ekologis dan hubungannya.

Oleh karena itu, Mengajarkan geografi berarti mengajarkan seluk beluk adaptasi

manusia terhadap lingkungan dan ruang kehidupan (Daldjoeni, 1981:89).

Daldjoeni (1981:86-87) juga menyampaikan bahwa:

Geografi dapat disebut sebagai pengetahuan yang mempelajari


manusia dalam ruang…. Perlu diingat bahwa di dalam geografi
yang dipelajari manusia sebagai penghuni bumi dan bumi sebagai
ruang huni manusia. Penghuni diartikan luas: berbagai usahanya
mempertahankan dan meningkatkan taraf hidup, cara
mengorganisasikan masyarakat, cara mempengaruhi wilayah dan
struktur penduduk. Adapun ruang dapat ditafsirkan menurut
pendekatan ekologis (sebagai milieu yang berisi sumberdaya alam),
menurut pendekatan spasial (sebagai space, ajang kegiatan
manusia), dan menurut pendekatan regional (sebagai region: daerah
atau kesatuan politis).

Penyajian materi pembelajaran harus dipilih seoptimal mungkin sesuai

jabaran indikator untuk membantu peserta didik mencapai standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang diharapkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan


61

dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis, cakupan, urutan, dan

perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran tersebut. Mendiknas (2008:2)

menjelaskan bahwa:

Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari


keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan
pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai
dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus
dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk
kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar
menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar,
serta tercapainya indikator.

b. Understate Presentation of Important Information (Informasi/Indikator

yang Kurang Penjelasan)

Selain materi yang lepas dari tujuan utama beberapa indikator juga masih

perlu tambahan informasi atau penjelasan, yaitu indikator menyebutkan pengaruh

atmosfer terhadap kehidupan manusia dan menyebutkan pengaruh hidosfer

terhadap kehidupan manusia. Dalam peyajian buku ajar BSE IPS Terpadu

penjelasan kedua indikator di atas hanya dipaparkan kurang lebih dalam satu atau

dua paragraf saja. Purwanto (1997:18) menjelaskan bahwa buku pelajaran IPS

yang valid dalam setiap wacana mampu memberi tekanan terhadap ide-ide yang

sangat penting, sehingga dalam menjelaskan satu ide penting tidak hanya dengan

dua paragraf bahkan hanya dua kalimat.

Selain tidak menyebutkan pengaruh negatif atmosfer dan hidrosfer

terhadap kehidupan manusia, penjelasan untuk pengaruh positif pun masih

kurang. Misalnya, penjelasan buku ajar BSE mengenai manfaat perairan darat

baik danau, sungai, maupun telaga, hanya menyebutkan manfaat sekunder yang

mempengaruhi kehidupan manusia seperti sebagai tempat rekreasi, sumber


62

pembangkit listrik, pengendali banjir, dan sebagainya. Manfaat perairan darat

sebagai pembangkit listrik, tempat rekreasi, maupun sebagai pengendali banjir

tidak dapat dirasakan di setiap perairan. Sebaiknya manfaat yang disampaikan

pada buku ajar tersebut adalah manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh

manusia seperti untuk irigasi, sebagai sumber air minum, untuk mencuci, mandi

dan manfaat-manfaat penting lainnya yang lebih berpengaruh bagi kehidupan

manusia.

c. Not Close at A Problematic Discussion (Kurangnya Penyajian Masalah

Diskusi)

Kekurangan lainnya adalah penyajian materi hanya memungkinkan siswa

untuk menghapal. Kurikulum KTSP merupakan kurikulum yang berbasis pada

kompetensi di mana diharapkan siswa menjadi lebih aktif dibandingkan guru

dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut penyampaian materi

dalam buku ajar BSE juga perlu diperbaiki lagi agar tidak hanya sekadar

memberikan materi yang berupa hapalan, tetapi juga mampu menyajikan suatu

masalah yang dapat didiskusikan.

Penyajian masalah dapat memotivasi siswa agar lebih aktif dan kreatif

dalam kegiatan pembelajaran. Apabila penyajian materi hanya memungkinkan

kegiatan menghapal maka tidak ada bedanya dengan buku-buku yang diteliti oleh

Purwanto (2001:28) yang menjelaskan bahwa, ”Buku IPS Geografi cenderung

hanya berisi fakta, data, dan konsep, serta sedikit generalisasi, sehingga hanya

menimbulkan aktifitas menghapal saja. Jadi perlu ditambah lagi isu-isu keruangan

yang memungkinkan menimbulkan aktivitas memecahkan masalah, menganalisis,

maupun mengevaluasi”.
63

Buku teks yang mampu menyajikan masalah lingkungan sebagai bahan

diskusi dalam materinya secara tidak langsung membantu siswa memahami setiap

fenomena yang ada dilingkungannya. Hal ini sangat penting bagi siswa untuk

dapat memahami hakikat mereka sebagai makhluk hidup (manusia) yang

memiliki peranan penting sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

atau dipengaruhi oleh gejala-gejala yang ada di bumi. Rifai (1972:29)

menjelaskan bahwa menentukan dan memahami lingkungan sekitar, baik fisik,

biologis, maupun sosial adalah penting bagi anak didik dalam rangka mastering

the known and exploring the unknown dan pendekatan multidisipliner untuk

selanjutnya dapat memanfaatkan serta memelihara lingkungan itu.

2. Kesalahan Konsep Terdefinisi dan Konsep Konkrit

a. Kesalahan Konsep Terdefinisi

Kesalahan konsep terdefinisi yang ada pada buku ajar BSE IPS Terpadu

kelas VII meliputi: kesalahan definisi, definisi yang kurang lengkap,

pengelompokan atau penggolongan, dan ketidaksesuaian dengan fakta. Berikut

beberapa contoh kesalahan konsep beserta pembahasannya.

1) Kesalahan definisi

• Lapisan mesosfer terdapat pada ketinggian antara 49-85 km di atas

permukaan bumi.

Sebaiknya:

Konsep di atas kurang tepat karena ketinggian dan ketebalan suatu lapisan

atmosfer itu relatif dan berbeda-beda di setiap wilayah, sehingga tidak bisa

ditentukan begitu saja. Selain itu definisi ketinggian dan tebal lapisan
64

mesosfer di atas tidak sama dengan media yang ada pada buku ajar BSE IPS

Terpadu kelas VII (lihat gambar 4.1)

Gambar 4.1 Struktur Lapisan Atmosfer


(Sumber: Nurdin, 2008:131)

Dari media tersebut jelas lapisan


lapi mesosfer terletak di antara 56-80
56 km.

Perbedaan definisi ini dikhawatirkan akan membuat bingung siswa atau

pembaca, sehingga akan merusak pemahaman siswa mengenai konsep tersbut.

Apabila menggunakan media untuk menjelaskan konsep yang ingin

disampaikan maka harus diperhatikan uraian yang dipaparkan


an dengan media
medi

yang digunakan
gunakan agar tidak merusak
me maksud yang ingin disampaikan.
sampaikan.
65

• Derajat panas udara disebut temperatur udara

Seharusnya:

Konsep temperatur udara di atas salah karena temperatur tidak hanya derajat

panas tetapi juga derajat dingin suatu udara. Gabler (1982:559)

mendefinisikan ”temperature is degree of heat or cold and its measurement

(Temperatur adalah derajat panas atau dingin dan rata-rata suatu benda)”.

Temperatur udara tidak hanya berada di atas 0o (derajat panas) tetapi juga ada

yang berada dibawah 0o (derajat dingin) sehingga tidak bisa dikatakan panas

saja. Sehingga temperatur udara dapat didefiisikan sebagai derajat panas

dingin suatu udara, jadi tidak hanya terbatas pada derajat panas saja.

• Tekanan udara yang diberikan oleh setiap satuan luas bidang datar dari

permukaan bumi sampai batas atmosfer disebut tekanan udara.

Seharusnya:

Tekanan udara bukan tekanan yang diberikan oleh setiap satuan bidang datar,

tetapi tekanan udara adalah tekanan yang diberikan kepada setiap satuan

bidang datar oleh udara dari permukaan bumi sampai batas atmosfer.

• Transpirasi, yaitu air yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman dan

diuapkan melalui stomata.

Seharusnya:

Transpirasi bukan air yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman tetapi

proses berubahnya air menjadi gas (uap air) melalui stomata. Menurut

Kolenkow (1974:510) ”transpiration is the transfer of water vapor to the

atmosphere througt the stomata of leaves (transpirasi adalah perpindahan uap

air ke atmosfer melalui stomata daun)”.


66

• Infiltrasi, yaitu proses perembesan air ke dalam lapisan tanah melalui pori-pori

tanah atau batuan.

Seharusnya:

Konsep di atas kurang tepat karena infiltrasi merupakan proses masuknya air

dari permukaan tanah kedalam tanah melalui lapisan topsoil dengan gerakan

vertikal ke bawah bukan proses perembesan air. Selain itu istilah merembes

menunjukan makna negatif terhadap masuknya air atau bermakna bocor.

2) Definisi yang kurang lengkap

• Gerakan udara secara vertikal dinamakan konveksi.

Sebaiknya:

Konsep di atas kurang tepat karena definisi yang kurang lengkap lengkap.

Gerakan udara secara vertikal tidak terjadi begitu saja karena selalu ada sebab

yang mengakibatkan terjadinya sesuatu, seperti terjadinya angin karena adanya

perbedaan tekanan. Dalam hal ini konveksi dapat di artikan sebagai gerakan

partikel udara secara vertikal sebagai akibat adanya pemanasan permukaan

bumi.

• Evaporasi, yaitu proses berubahnya air menjadi gas (uap air).

Sebaiknya:

Definisi dari konsep evaporasi di atas kurang lengkap karena evaporasi tidak

hanya proses berubahnya air tetapi semua cairan yang bisa menguap. Selain

itu juga belum dijelaskan berubahnya uap air tersebut disebabkan oleh apa.

Gabler (1982:547) berpendapat bahwa, ”Evaporation is process by which a

liquid is converted to the gaseous (or vapor) state by addition of latent heat
67

(Evaporasi adalah proses berubahnya cairan menjadi gas atau uap di seluruh

bagian yang mengalami penambahan panas)”.

• Air artesis, yaitu air yang terletak pada akuifer tertekan.

Seharusnya:

Konsep di atas kurang lengkap karena belum dijelaskan air pada akuifer

tertekan seperti apa. Sehingga perlu dijelaskan lebih lanjut lagi apakah air

yang berada pada akuifer tertekan dibawah permukaan tanah atau air yang

keluar kepermukaan tanah karena adanya akuifer tertekan.

3) Kesalahan pengelompokan atau penggolongan

• Air tanah adalah air yang terdapat di bawah permukaan tanah yang dibatasi
oleh satu atau dua lapisan tanah atau batuan yang kedap air.
Seharusnya:
Air tanah umumnya terdapat pada lapisan batuan yang kedap air. Antara

lapisan tanah dan batuan itu berbeda karena lapisan tanah ada dilapisan batuan

dimana lapisan tanah hanya terdiri dari topsoil (horison A) dan subsoil

(horison B dan C) lihat gambar 4.2.

Gambar 4.2 Lapisan Batuan


(Sumber: Encarta, 2009)
68

4) Kesalahan konsep karena ketidaksesuaian konsep dengan fakta

• Siklus air dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Siklus air pendek

Radiasi matahari dan angin menyebabkan air laut mengalami penguapan.

Kemudian terjadi kondensasi dan membentuk titik-titik air yang disebut awan.

Awan yang jenuh turun sebagai air hujan di permukaan air laut.

2. Siklus air sedang

Air laut mengalami penguapan, kemudian terjadi kondensasi dan membentuk

awan. Awan tertiup angin dan terbawa ke daratan kemudian terjadi hujan di

daratan. Sebagian air hujan akan meresap ke dalam tanah, mengalir ke

permukaan, dan akhirnya menuju ke laut.

3. Siklus air panjang

Air laut mengalami penguapan, lalu terjadi kondensasi dan membentuk awan.

Awan ini terbawa ke daratan dan terjadi hujan berupa hujan salju dan es. Salju

dan es kemudian engendap di permukaan tanah dan pada musim semi mulai

mencair. Air tersebut kemudian sebagian akan meresap ke dalam tanah dan

sebagian lagi akan mengalir ke permukaan tanah, dan akhirnya menuju ke laut.

Seharusnya:

Dari penjelasan siklus di atas dapat disimpulkan bahwa semua uap air

yang ada di atmosfer berasal dari proses penguapan air laut. Padahal uap air

tidak hanya berasal dari air laut, tetapi semua cairan yang berada di permukaan

bumi, baik itu dari danau, sungai, bahkan dari proses transpirasi tumbuhan lihat

gambar 4.3.
69

Evaporasi
dari daratan
Transpirasi
Evaporasi dari
dari tumbuhan
lautan

Gambar 4.3 Ilustrasi Peristiwa Penguapan Air Menjadi Uap Air


(Sumber: Encarta, 2009)

Antara siklus pendek dan siklus sedang terdapat ketidakjelasan. Pada

siklus pendek disebutkan air laut yang menguap menjadi uap air terkondensasi

menjadi awan dan selanjutnya terjadi hujan yang akan jatuh ke laut lagi.

Padahal belum tentu air yang mengalami penguapan itu berasal dari laut, bisa

juga berasal dari perairan daratan atau dari tumbuhan. Sedangkan siklus

sedang pada konsep di atas hampir sama dengan siklus pendek, hanya air akan

jatuh di darat dan kembali lagi ke laut.

Ketidakjelasan air yang mengalami penguapan, dan akan jatuh kemana,

menyebabkan konsep tersebut tidak tepat dan cenderung tidak konsisten.

Untuk mengklasifikasikan siklus hidrologi dapat digunakan istilah siklus

panjang dan pendek, tetapi bukan berdasarkan asal mula air yang akan

menguap dan akan jatuh kemana. Siklus hidrologi dapat diklasifikasikan

berdasarkan wujud air yang mengalami penguapan. Di mana siklus pendek

berasal dari air yang mengalami penguapan, membentuk awan dan jatuh ke

tanah dalam bentuk air. Air hujan yang jatuh sebagian meresap ke dalam tanah
70

dan sebagian lagi mengalir ke permukaan tanah. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Gambar 4.4.

Awan

Gambar 4.4 Ilustrasi Siklus Pendek Hidrologi


(Sumber: Widodo, 2007)

Sedangkan siklus panjang berasal dari air yang mengalami penguapan,

membentuk awan kemudian menyublim membentuk kristal-kristal es dan

turun ke tanah menjadi salju. Salju yang mencair akan meresap ke dalam tanah

dan sebagian lagi mengalir ke permukaan tanah. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Gambar 4.5.


71

Gambar 4.5 Ilustrasi Siklus Panjang Hidrologi


(Sumber: Juliancolton, 2004:1)

• Gelombang adalah gerakan air laut naik turun atau secara vertikal.

Seharusnya:

Konsep gelombang di atas kurang tepat karena gelombang bukan gerakan naik

turun air laut secara vertikal. Gerakan naik turun itu merupakan visualisasi

dari adanya suatu gelombang, seperti halnya pasang surut air laut. Gelombang

sebenarnya merupakan rambatan suatu energi melalui suatu medium, jadi

dapat disimpulkan bahwa gelombang laut merupakan rambatan energi pada

mediun air, dimana visualisasi rambatan energi pada air dijumpai adanya

puncak dan lembah gelombang.

b. Kesalahan Konsep Konkrit

Kesalahan konsep konkrit yang terdapat dalam buku ajar BSE IPS

Terpadu kelas VII adalah adanya pendefinisian terhadap konsep tersebut. Padahal

konsep konkrit tidak dapat didefinisikan, tetapi dapat dijelaskan dengan


72

menunjukan gambar atau media lainnya yang dapat menjelaskan secara langsung

maksud dari konsep tersebut. Gagne (dalam Dahar, 1988:10) menjelaskan bahwa

konsep konkrit diidentifikasikan dengan menunjuk ke atau menandai pada,

contoh-contoh dan biasanya tidak dapat diidentifikasikan dengan definisi.

Konsep konkrit yang didefinisikan terkadang menimbulkan kerancuhan

yang dapat merusak pemahaman siswa. Hal ini diakibatkan sulitnya menemukan

definisi yang tepat untuk konsep tersebut karena luasnya konsep konkrit untuk

didefinisikan. Untuk mengatasi hal tersebut maka dalam menjelaskan konsep yang

luas dapat menggunakan media sebagai alat bantu. Sadiman (1987:31)

mengemukakan bahwa, ”Fungsi media dapat mengatasi konsep yang terlalu luas

(gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk

film, film bingkai, gambar, dan lain-lain”.

Berikut ini beberapa konsep yang salah beserta contoh media yang sesuai

dengan konsep tersebut.

• Awan merupakan titik-titik air yang melayang-layang di atmosfer.

Sebaiknya:

Gambar 4.6 Awan (Sumber: Encarta, 2009)


73

• Sungai adalah saluran alami yang berfungsi mengalirkan air hujan, air tanah,

maupun air salju yang mencair ke danau atau ke laut.

Sebaiknya:

Gambar 4.7 Sungai (Sumber: Encarta, 2009)

• Teluk adalah bagian laut yang menjorok(masuk) ke daratan.

Sebaiknya:

Gambar 4.8 Teluk (Sumber: Download Google Earth)


74

• Selat adalah laut yang relatif sempit dan terletak di antara dua pulau.

Sebaiknya:

Gambar 4.9 Selat (Sumber: Encarta, 2009)

• Danau adalah tubuh air dalam jumlah besar yang menempati basin di wilayah

daratan.

Sebaiknya:

i ii

iii iv
Gambar 4.10 Macam-macam
Macam Danau (i) Danau Alami (ii) Danau Volcanic (iii) Danau
Buatan/Rawa (iv) rawa
(Sumber: http://www.google.co.id/imglanding?q=danau&imgurl)
http://www.google.co.id/imglanding?q=danau&imgurl
75

3. Kesalahan Bahasa

Berdasarkan deskripsi data dan hasil penelitian di atas masih banyak

ditemukan kesalahan-kesalahan bahasa. Kesalahan tersebut meliputi: paragraf,

kalimat, kosakata dan penggunaan tanda baca. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Tabel 4.9 berikut ini.

Tabel 4.10 Kesalahan Bahasa pada Kompetensi Dasar Hidrosfer dan Dampaknya terhadap
Kehidupan di Muka Bumi

Bahasa Bentuk Kesalahan


Tanda Baca Penempatan tanda baca koma (,)

Kosakata Penggunaan kata depan yang tidak tepat


Penggunaan kata imbuhan yang tidak tepat
Penulisan ejaan dan istilah asing

Kalimat Kalimat yang tidak efektif


Pengulangan kata
Penggunaan kata yang kurang tepat

Paragraf Terdiri dari 1 kalimat


Mempunyai pokok pikiran lebih dari satu

Berdasarkan pengelompokannya, ditemukan beberapa paragraf yang sulit

dipahami pokok pikirannya, yaitu sebagai berikut.

• Paragraf memiliki ide pokok lebih dari satu.

Angin adalah udara yang bergerak. Angin terjadi sebagai akibat adanya

perbedaan tekanan udara. Udara bergerak dari daerah yang bertekanan

maksimum ke daerah yang bertekanan minimum. Gerakan udara secara

vertikal dinamakan konveksi. Gerakan udara secara horizontal dinamakan

adveksi, sedangkan gerakan udara yang tidak teratur disebut dengan

turbulensi. Alat untuk mengukur kecepatan angin adalah anemometer.


76

Paragraf di atas memiliki dua ide pokok yang berbeda yaitu definisi angin

dan macam-macam gerakan udara. Dalam satu paragraf sebaiknya tidak terdiri

dari dua ide atau lebih karena akan membuat bingung pembaca untuk menangkap

ide utama yang ingin disampaikan oleh penulis. Hal ini dikhawatirkan

menimbulkan komunikasi yang tidak efektif yang membuat rancuh pesan atau ide

yang ingin disampaikan dalam sebuah paragraf. Ajhy (2010) menerangkan

”paragraf (alenia) adalah sekumpulan kalimat yang tersusun secara logis dan

runtun (sistematis), yang memungkinkan suatu gagasan pokok dapat

dikomunikasikan kepada pembaca secara efektif”.

Kelemahan berikutnya adalah adanya paragraf yang hanya berisi satu

kalimat. Paragraf merupakan sekumpulan kalimat yang terdiri dari beberapa

kalimat minimal dua kalimat. Jika paragraf mempunyai satu kalimat maka bukan

disebut paragraf, sehingga pokok pikiran yang dikemukakan menjadi kurang jelas.

Paragraf seperti ini menurut Back dan McKeown (dalam Purwanto, 2002:108)

tergolong penyajian informasi penting hanya dengan satu paragraf bahkan hanya

satu kalimat. ”Penulisan kerangka paragraf seharusnya dimulai dengan kalimat

topik yang menyatakan gagasan utama paragraf, memberikan detil pendukung

untuk mendukung gagasan utama, ditutup dengan kalimat penutup yang

menyatakan kembali gagasan utama (Komaruzaman, 2004:2)”.

Contoh paragraf yang terdiri dari satu kalimat adalah sebagai berikut.

• Keadaan atmosfer dapat diamati setiap hari, misalnya pada saat hari cerah, hari

hujan, angin kencang, maupun pada saat hari mendung.


77

• Danau laguna terjadi akibat kombinasi kerja antara angin dan ombak yang

menyebabkan terjadinya tanggul-tanggul pasir di sepanjang pantai dan

kemudian membentuk suatu laguna.

Tingkat kebenaran bahasa juga dapat dilihat dari kalimatnya. Pada buku

ajar BSE IPS Terpadu juga ditemukan kalimat kesalahan kalimat antara lain,

kalimat yang tidak efektif, pengulangan kata pada satu kalimat, dan penggunaan

kata yang kurang tepat. Hal ini akan menimbulkan kesalahan penafsiran bagi yang

membacanya. Berikut contoh kalimat yang tidak efektif.

• Dua angin pasat, yaitu angin pasat tenggara dan angin pasat timur laut.

• Rawa airnya bersifat asam, warna airnya kemerahan, dan kurang baik untuk

irigasi.

Kalimat pertama tidak efektif karena kalimat tersebut tidak koheran dengan

kalimat-kalimat sebelumnya dimana kalimat sebelumnya menjelaskan mengenai

pergerakan angin pasat. Sedangkan kalimat di atas merupakan jenis dari angin

pasat sehingga menimbulkan ketidakjelasan terhadap penjelasan kalimat

sebelumnya mengenai arah angin pasat. Sedangkan kalimat kedua tidak efektif

karena dalam kalimat tersebut terjadi pemborosan kata. Kalimat tersebut dapat

dipersingkat menjadi sebagai berikut.

• Air rawa bersifat asam, warnanya kemerahan, dan kurang baik untuk irigasi

Contoh kalimat pengulangan kata yang ditemukan pada buku ajar BSE IPS

Terpadu antara lain.

• Dengan demikian, awan merupakan titik-titik air yang melayang-layang di

atmosfer.
78

Pada kalimat di atas terdapat pengulangan kata yang sebenarnya tidak

perlu. Kata melayang-layang berasal dari kata layang yang artinya terbang.

Penulisan kata layang yang menggunakan imbuhan ”me-” sudah menunjukan arti

pengulangan jadi tidak perlu tambahan kata lagi cukup dengan kata melayang.

Dalam buku ajar banyak ditemukan kalimat yang menggunakan kata yang

kurang tepat, berikut kalimatnya.

• Bagian paling banyak terdapat ikan dan tumbuhan laut.

Penggunaan kata bagian di atas kurang tepat untuk mendiskripsikan kata

yang memiliki makna wilayah. Penggunaan kata bagian (Part) dapat digunakan

untuk menunjukan makna komponen atau urutan. Sedangkan kata yang tepat

untuk menunjukan makna wilayah (region) dapat menggunakan kata wilayah

sendiri, daerah, atau zona.

Kesalahan berikutnya adalah penggunaan kosakata. Berdasarkan analisis

pada buku ajar BSE IPS Terpadu kelas VII ditemukan beberapa kalimat yang

salah menggunakan kosakata. Kesalahan dapat dikelompokan menjadi tiga bagian

yaitu penggunaan kata depan yang tidak tepat, penggunaan kata imbuhan yang

tidak tepat, dan penulisan ejaan dan istilah asing yang tidak tepat. Berikut ini

contoh kalimat yang terdapat kesalahan kosakata.

• Di atas stratosfer terdapat lapisan stratopause yang merupakan pembatas

antara stratosfer dengan mesosfer.

• Ilmu untuk mengkaji tentang cuaca disebut meteorologi.

• Karbondioksida untuk fotosintesis.

Pada kalimat pertama terdapat kesalahan penggunaan kata depan yaitu

penggunaan kata depan ”antara” dan ”dengan”. Kata depan ”antara” dipakai untuk
79

menandai makna jarak yang memisahkan dua tempat, dua benda, dua orang, dua

waktu, dua keadaan, dan sebagainya (Ramlam, 1980:31). Karena kata depan

”antara” mempunyai makna memisahkan dua hal yang berbeda sehingga kurang

tepat apabila menggunakan kata depan ”dengan” sebagai penghubung. Sehingga

untuk menghubungkan dua klausa yang berbeda dapat digunakan kata hubung

”dan” yang menunjukan makna dua hal yang berbeda.

Pada kalimat kedua terdapat kesalahan penggunaan kata imbuhan yang

tidak tepat. Kata ”mengkaji” berasal dari kata ”kaji” dengan huruf awal konsonan

”k” ditambah awalan ”meng-”. Awalan ”meng-” merupakan variasi dari awalan

”me-” yang digunakan apabila menemui huruf vocal k, g, dan h. ”Awalan me-

akan berubah menjadi meng- apabila huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal,

K, G, H. Khusus kata yang huruf awalnya K penulisannya dilebur jika huruf

kedua kata dasar adalah huruf vocal, tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar

adalah huruf konsonan, dan Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing

yang belum diserap secara sempurna (Tumiwa, 2004:3)”. Jadi, kata ”kaji” apabila

ditambah imbuhan ”me-” seharusnya menjadi ”mengaji” bukan ”mengkaji”

Kesalahan kosakata berikutnya yaitu kesalahan penulisan ejaan atau istilah

asing. Pada kalimat ketiga terdapat kesalahan penulisan yaitu pada kata

”karbondioksida”. Penulisan kata karbondioksida seharusnya dipisah menjadi

karbon dioksida karena kata karbondioksida merupakan serapan dari bahasa asing

sehingga dalam penulisannya harus mengikuti kata asalnya yaitu carbon diokside.

Kesalahan bahasa berikutnya adalah kesalahan penempatan tanda baca

yaitu penempatan tanda baca koma. Berikut ini beberapa kalimat yang terdapat

kesalahan penempatan tanda baca koma (,).


80

• Pada lapisan ini setiap naik 1.000 m, suhu udara akan turun 2,50-30C, sehingga

suhu pada lapisan paling atas mencapai -900C.

• Menurut Teori Braak, semakin kita naik 100 m, maka suhu udara akan turun

0,610C.

Pada kalimat pertama terdapat kesalahan penempatan tanda koma yaitu

setelah kata 1.000 m. Tanda koma seharusnya diletakan setelah kata ”pada lapisan

ini” yang menunjukan keterangan tempat. Sedangkan pada kalimat kedua tanda

koma setelah kata 100 m tidak perlu digunakan karena terdapat kata ”maka” yang

merupakan kata penghubung yang berfungsi sebagi penegas. Aditya (2004:4)

menerangkan bahwa, ”Sebelum kata-kata berikut tidak boleh ada tanda koma:

bahwa, karena, agar, sehingga, walaupun, meskipun, kendatipun, apabila, jika,

supaya, ketika, sebelum, sesudah, andaikata, sungguhpun, maka, sekalipun,

setelah, dan sebagainya”.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa buku ajar BSE IPS

Terpadu masih banyak ditemukan kesalahan bahasa, sehingga diperlukan revisi

lebih lanjut. Penyebab ketidakjelasan bahasa yang pertama dapat berasal dari

pengarang yang kurang menguasai aturan baku bahasa Indonesia, misalnya

penggunaan kebenaran tanda baca, keragaman kosakata, kebenaran ide pokok

pada suatu paragraf dan keefektifan kalimat dalam menggunakan kata.

Kedua disebabkan kesalahan dalam proses penyutingan. Peletakan kata

yang kurang tepat dalam satu kalimat dapat menyebabkan perbedaan pemahaman.

Dan yang terakhir ketidakjelasan bahasa dapat berasal dari kesalahan cetak.

Kesalahan cetak atau kesalahan ketik meskipun tidak begitu menganggu siswa
81

dalam memahami suatu kalimat tetapi kesalahan-kesalahan semacam ini dapat

menunjukan ketidak konsistennya suatu tulisan.

Oleh karena itu, kesalahan-kesalahan sebagaimana yang telah dilakukan

serta faktor-faktor yang menyebabkan dapat terjadinya ketidakjelasan bahasa

dalam suatu buku ajar sebisa mungkin dihindari. Untuk menghindari kesalahan

dan ketidakjelasan bahasa dapat dilakukan guru dengan menganalisis atau

menelaah terlebih dahulu buku ajar sebelum digunakan, sehingga kesalahan dapat

direvisi sendiri dan diinformasikan kepada siswa.

4. Fungsi Penggunaan Media

Dari analisis pada media yang ada dalam buku ajar IPS dapat disimpulkan

bahwa media dapat digolongkan menjadi empat berdasarkan fungsinya. Berikut

ini beberapa contoh media yang terdapat dalam buku ajar BSE IPS Terpadu kelas

VII berdasarkan fungsinya.

• Media yang berfungsi fungsi sebagai penjelas untuk memantapkan

pemahaman mengenai suatu konsep yaitu berjumlah 16, antara lain.

1. Gambar 8.7

Gambar 4.11 Terjadinya Angin Darat dan Angin Laut


(Sumber: Nurdin, 2008:137)
82

2. Gambar 9. 7

(i) (ii)

(iii) (iv)

Gambar 4.12 Pola Aliran Sungai (i) Radial, (ii) Dendritik, (iii) Trelis, dan (iv)
Rectangular (Sumber: Nurdin, 2008:155-156)

Kedua gambar di atas berfungsi sebagai penjelas untuk memantapkan

pemahaman karena dengan adanya gambar tersebut maka pemahaman siswa

terhadap konsep yang sulit dibayangkan akan lebih mudah dimengerti

dibandingkan apabila konsep tersebut dijelaskan dalam bentuk kata-kata.

Mendiknas (2008:5) menyatakan bahwa, ”Apabila materi pembelajaran yang

akan disampaikan bersifat abstrak, maka bahan ajar harus mampu membantu

siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak gersebut, misalnya dengan

penggunaan gambar, foto, bagan, skema, dll”. Gambar pertama secara tidak

langsung menjelaskan proses terjadinya angin darat dan laut dari kapan

terjadinya sampai kearah mana angin bertiup, sedangkan gambar kedua

menjelaskan pola-pola aliran sungai yang terjadi di permukaan bumi.

Dengan bantuan media siswa akan lebih mudah memahami konsep

yang ada sehingga siswa tidak sulit membayangkan konsep yang dituangkan

dalam bentuk kata atau kalimat khususnya konsep abstrak. Menurut

Natawidjaja (1979:68) ”media atau gambar berfungsi untuk memperjelas suatu


83

konsep atau ide yang sifatnya abstrak sehingga siswa dengan cepat

memahami konsep tersebut”. Keberadaan media seperti ini sangat membantu

dalam memudahkan penrimaan pesan bagi siswa sehingga memudahkan

pemahaman dan memberikan retensi (daya ingat) yang lebih lama terhadap

suatu konsep.

• Media yang berfungsi sebagai ilustrasi contoh nyata yang ada di lapangan

mencapai 13 gambar, antara lain.

1. Gambar 8.3

Gambar 4.13 (i) Barometer (ii) Barograph


(Sumber: Nurdin, 2008:135)

2. Gambar 9.13

Gambar 4.14 Danau Buatan (Sumber: Nurdin, 2008:159)

Kedua media di atas merupakan contoh nyata yang ada dilapangan. Dengan

adanya media tersebut maka pemahaman siswa terhadap kedua konsep akan

lebih baik karena siswa dapat mengetahui dan dapat membedakan apabila

mereka menemui objek yang mirip dengan contoh kedua objek tersebut
84

dilapangan secara langsung. Selain itu media yang memberikan contoh nyata

dilapangan akan membantu siswa dalam mengenali objek-objek dilapangan

secara langsung karena media tersebut secara tidak langsung dapat

menjelaskan cirri-ciri suatu objek.

• Media yang berfungsi sebagai tambahan informasi yang sesuai dengan materi

hanya 7 gambar, contoh media tersebut antara lain.

1. Tabel 8.1
Tabel 4.11 Susunan Gas dalam Atmosfer

(Sumber: Nurdin, 2008:129)

2. Gambar 8.17

Gambar 4.15 Savana (Sumber: Nurdin, 2008:144)


85

Media Tabel 8.1 merupakan informasi tambahan mengenai susunan gas dalam

atmoser. Dengan adanya informasi ini diharapkan siswa dapat mengetahui

bahwa gas yang ada di atmosfer itu bervariasi baik jenisnya maupun

kandungannya dalam atmosfer. Sedangkan gambar 4.13 memberikan

tambahan informasi karena gambar tersebut menginformasikan jenis tanaman

yang ada didaerah yang beriklim hutan tropis savana (Aw).

• Media yang tidak berfungsi atau hanya sebagai hiasan ada 2 gambar, antara

lain.

1. Gambar 8.13

Gambar 4.16 Hail Stone (butiran es)


(Sumber: Nurdin, 2008:141)
86

2. Gambar 8.18

Gambar 4.17 Cara Berpakaian Orang yang Berada di Daerah Dingin


(Sumber: Nurdin, 2008:145)

Kedua gambar di atas tidak berfungsi karena tidak menjelaskan konsep yang

ada pada materi gejala atmosfer dan hidrosfer. Gambar pertama (8.13) hanya

menunjukan contoh butiran es yang terjadi pada saat hujan es. Seharusnya

yang ditunjukan adalah ilustrasi bagaimana hujan es bisa terjadi sebab materi

yang dijelaskan mengenai hujan es. Berikutnya pada gambar kedua (8.18)

tidak berfungsi karena gambar tersebut hanya menjelaskan cara berpakaian

orang yang berada didaerah dingin. Sedangkan materi yang dijelaskan

mengenai pengaruh cuaca dan iklim terhadap jenis pakaian.

Berdasarkan fungsi media yang telah diuraikan di atas dapat ditarik

kesimpulan mengenai manfaat dari media tersebut. Ada 34 media yang

bermanfaat membantu siswa memahami materi yang dibahas dan ada 4 media

yang tidak bermanfaat untuk siswa.


87

Dari analisis yang dilakukan ditemukan beberapa media yang berfungsi

untuk membantu siswa dalam memahami materi yang ada dalam buku ajar tetapi

masuk dalam kelompok gambar tidak bermanfaat, berikut pemaparannya.

1. Gambar 9.6

Gambar 4.18 Sungai Superposed


(Sumber: Nurdin, 2008:155)

2. Gambar 9.18

Gambar 4.19 Gunung Krakatau yang Meletus 27 Agustus 1983 dan Menimbulkan Tsunami
(Sumber: Nurdin, 2008:165)

Kedua gambar di atas termasuk gambar yang tidak bermanfaat karena

gambar tersebut tidak membantu siswa untuk memahami konsep yang ada dalam

materi gejala atmosfer dan hidrosfer. Walaupun tidak bermanfaat kedua media

tersebut berfungsi sebagai ilustrasi contoh nyata yang ada dilapangan.


88

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan

media dalam buku ajar sudah cukup bagus dan cukup inovatif. Penyajian media

dalam buku ajar sangat penting karena dapat membantu peserta didik yang

menggunakan buku ajar tersebut dalam memahami materi atau konsep-konsep

yang ada dalam BSE IPS Terpadu. Walaupun, masih ada beberapa media yang

perlu diubah atau diganti karena tidak perlu dan tidak membatu siswa dalam

memahai konsep yang ada.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab IV dapat diambil kesimpulan bahwa buku ajar

BSE IPS Terpadu kelas VII pada kompetensi dasar gejala atmosfer dan hidrosfer

serta dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi, adalah sebagai berikut.

1. Kesesuaian isi dengan kompetensi dasar masih kurang karena masih ada beberapa

materi yang tidak sesuai dengan indikator. Ketidaksesuaian tersebut diakibatkan

beberapa hal antara lain, aside that overwhelm the purpose (lepas dari tujuan),

understate presentation of important information (indikator yang kurang

penjelasan materinya), dan not close at a problematic discussion (kurangnya

penyajian masalah diskusi).

2. Kebenaran konsep dalam buku teks masih rendah baik konsep terdefinisi maupun

konsep konkrit sehingga penyajian buku teks BSE IPS Terpadu SMP/MTs dari

segi konsep perlu diperbaiki lagi.

3. Kebenaran bahasa dalam buku ajar BSE IPS Terpadu masih ditemukan kesalahan-

kesalahan bahasa yang dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: paragraf,

kalimat, kosakata dan tanda baca.

4. Media yang digunakan dalam buku ajar sudah cukup bagus dan cukup inovatif

yang dapat membantu pengguna buku teks tersebut dalam memahami materi atau

89
90

konsep yang ada. Walupun demikian, masih ada beberapa media yang perlu

diubah atau diganti karena tidak perlu dan tidak membatu siswa dalam memahai

konsep yang ada.

B. Saran-saran

Adapun saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Kepada Guru atau Pengguna Buku Teks

Sebelum menggunakan buku ajar guru hendaknya menelaah terlebih dahulu

apakah isi buku ajar tersebut sudah layak digunakan atau masih ada kekurangan yang

perlu diperbaiki, baik dari segi kurikuler maupun dari segi kebenaran konsepnya.

Apabila ditemukan kekurangan atau kesalahan hendaknya diperbaiki terlebih dahulu

sebelum disampaikan saat pembelajaran.

2. Kepada Penulis Buku Teks

Dalam penulisan buku ajar hendaknya diperhatikan penggunaan bahasa yang

baik dan benar sesuai dengan kaidah baku Bahasa Indonesia agar bahasa ambigu

dapat dihindari, sehingga tidak mengganggu pemahaman siswa.


DAFTAR RUJUKAN

Ajhy. 2010. Bahasa Indonesia. (Online). (http://one.indoskripsi.com/node/11862,


didownload tanggal 14 Pebruari 2010).

Aditya, Albertus, dkk. 2004. Kosakata bahasa Indonesia yang sering salah dieja.
(Online). (http://id.wikipedia.org/w/index.php?oldid=3372701,
didownload tanggal 14 Juni 2010).

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Azwar. 1993. Analisis Stimulasi dan Fungsi Gambar Buku Teks IPS dan IPA SD
di Sintang. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: IKIP MALANG.

Badudu, J.S. 1985. Membina Bahasa Indonesia Baku Jilid I. Bandung: CV


Pustaka Prima.

Badudu, J.S. 1985. Membina Bahasa Indonesia Baku Jilid II. Bandung: CV
Pustaka Prima.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi. Jakarta: DEPDIKNAS.

Bennylin, Jagawana dan Meursault. 2004. Ensiklopedia Bebas


Wikipedia.(Online). (http://id.wikipedia.org/w/index.php?oldid=2758953,
didownload tanggal 14 Pebruari 2010).

Dahar, R. W. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: P2LPTK.

Daldjoeni, N. 1981. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: PT.


Alumni.

Daldjoeni, N. 1997. Pengantar Geografi untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah.


Bandung: PT. Alumni.

DEPDIKBUD. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

DIRJENDIKNAS. 2009. Buku Saku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: DEPDIKNAS.

91
92

Encarta, microsoft. 2009. Ensiclopedia Encarta Premium 2009. (Installed


Computer Program). Washington: Microsoft Corporation.

Gabler, Robert E, dkk. 1982. Essentials of Physical Geography Second Edition.


United States of Amerika: CBS College Publishing.

Juliancolton. 2004. Siklus Air. (Online).


(http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Water_cycle.png,
didownload tanggal 25 Juni 2010).

Komaruzaman, Relly, dkk. 2004. Paragraf. (Online).


(http://id.wikipedia.org/w/index.php?oldid=3288309, didownload tanggal
20 Juni 2010).

Kolenkow, Robert J, dkk. 1974. Physical Geography Today A Portrait of A


Planet. California: CRM Books.

Lavie & Lentz.1982. Teaching and Media. Englwood Cliffs: Prentice hall, Inc.

MENDIKNAS.2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Salinan tidak


diterbitkan. Jakarta: DEPDIKNAS.

MENDIKNAS.2008. Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran. Salinan


tidak diterbitkan. Jakarta: DEPDIKNAS.

MENDIKNAS. 2008. Peraturan Pemerintah 2008. Salinan tidak diterbitkan.


Jakarta: DIKNAS.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Masnur, Muslich. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan


Kontekstual. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Natawidjaya, R. 1979. Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bunda


Karya.

Nurdin, Muh., dkk. 2008. Mari Belajar IPS Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas
VII SMP/MTs. Jakarta: DEPDIKNAS

Pudjiadi, A. dan Agus, A. 1986. Buku Materi Pokok Media Pendidikan IPA, PIPA
2272/1 SKS/ Modul 1-3. Jakarta: Karunika, UT.

Purwanto, Edy. 1999. Desain Teks untuk Belajar “Problem Solving”.IPS,33 (2) :
284-297.
93

Purwanto, Edy. 2001. Mengkaji Buku Pelajaran IPS Geografi Untuk


Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar.IPS,34 (1) : 24-34.

Purwanto, Edy. 1999. Kajian Kurikulum dan Buku Teks. Malang: Geografi FPIPS
IKIP MALANG.

Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3. Jakarta:
Balai Pustaka.

Ramlan, M. 1982. Kata Depan atau Preposisi dalam Bahasa Indonesia


Yogyakarta: CV. Karyono

Rifai, Bachtiar. 1972. Manusia, Ilmu, dan Kelangsungan Hidup Suatu Renungan
Untuk Kurikulum Geografi. Makalah disajikan dalam seminar pengajaran
Ilmu Bumi, Semarang, 26 Juni-1 Juli.

Sadiman, Arif. 1986. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan


Pemanfaatannya). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sastrawijaya, Trenza. 1988. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi.


Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
kependidikan.

Setyosari, Punaji dan Sihkabuden. 2005. Media Pembelajaran. Malang: Elang


Mas.

Sikhabudin. 1995. Modul Media Pembelajaran. Malang: DEPDIKBUD IKIP


Malang FIP Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.

Sumaatmadja, Nursid. 1989. Lembaran Ilmu Pengetahuan, Edisi Khusus.


Semarang: IKIP Semarang.

Sumarmi. 2004. Pencitraan Bahan Ajar Geografi SMU yang Disusun


Berdasarkan Kurikulum 1994. Pendidikan Geografi, 9 (1) : 1-11.

Tarigan, H. 1986. Telaah Nasional Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung:


Angkasa.

Tumiwa, A, dkk. 2004. Pedoman ejaan dan penulisan kata. (Online).


(http://id.wiipedia.org/w/index.php?oldid=3258446, didownload tanggal
20 Juni 2010).

Widodo. 2007. Siklus Hidrologi. (Online).


(http://www.scribd.com/doc/33000265/Siklus-Hidrologi, didownload
tanggal 25 Juni 2010).
94

Winkel,W.S. 1989. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta:


Gramedia.

http://bse.depdiknas.go.id (Alamat website BSE)


RIWAYAT HIDUP

Wahyu Wardani dilahirkan di Bakau, Kalimantan


Selatan pada tanggal 28 Oktober 1989. Anak Pertama dari
empat bersaudara pasangan dari Bapak Hamdani dan Ibu
Nor Suryana. Pendidikan dasar dan menengah pertama telah
ditempuh di kampung halamannya Bakau, sedangkan
pendidikan menengah atas ditempuh di Kotabaru, Kalsel.
Memiliki motto hidup ”Don’t Think to Be the Best but
Think to Do The Best” dan ”Zikir, Pikir, Ikhtiar (Zipikh)”.
Pendidikan pertama di tempuh di SDN Bakau 1 Pamukan Utara lulus
tahun 2001. Kemudian melanjutkan ke Pendidikan Menengah Pertama di tempuh
di SMPN 1 Pamukan Utara lulus tahun 2004. Selanjutnya melanjutkan ke
Pendidikan Menengah atas yang di tempuh di SMAN 1 Kotabaru dengan
mengambil program percepatan lulus tahun 2006. Pada tahun 2006 melalui jalur
PMDK, melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Malang (UM) dengan
program studi Pendidikan Geografi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam (MIPA) yang pada awal tahun 2010 pindah di Fakultas Ilmu Sosial (FIS).

232

You might also like