You are on page 1of 23

H.

MAS’OED ABIDIN

PERANAN GENERASI MUDA DALAM


ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH
MENGHADAPI TANTANGAN DAN PERUBAHAN ZAMAN DI SUMATRA BARAT

OLEH : H. MAS’OED ABIDIN1

‫بسم الله الرحمن الرحيم‬

،‫ ل إله إل الله ول نعبببد إل إياه‬، ‫الحمببد لله حمدا كثيرا طيبببا مباركببا فيببه‬
‫ وأزكى صلوات الله وتسليماته على‬.‫مخلصين له الدين ولو كره الكافرون‬
‫ وأسبوتنا وحبيبنبا محمبد صبلى الله عليبه وسبلم واله ورضبي‬،‫سبيدنا وإمامنبا‬
،،،،، ‫ أما بعد‬.‫ ومن سار على ربهم إلى يوم الدين‬،‫الله عن أصحابه‬
Segala puji diperuntukkan kepada Allah S.W.T.

Selawat dan salam bagi Baginda Rasulullah SAW. Kepada beliau telah diberikan
wahyu, yang mengajar berbagai program ilmu, meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman dalam aspek-aspek tertentu mengenai Islam dan kehidupan

MUKADDIMAH

Pemuda adalah kelompok besar di tengah satu bangsa, mempunyai tugas dan
memikul amanah besar menjadi pelopor perubahan (agent of changes), dengan bekal
keyakinan iman kepada Allah, maka semestinya tumbuh menjadi kekuatan,

‫إنهم فتية آمنوا بربهم وزدناهم هدى‬


Merekalah para pemuda yang penuh dengan keimanan kepada Allah dan Allah
lengkapkan (kuatkan) mereka lagi dengan hidayah. (QS.al Kahfi)

Pemuda dan pemudi yang memiliki kejernihan akal budi dalam menghadapi
tantangan kontemporer, mesti berbekal jati diri sesuai fitrah menurut bimbingan Allah.

1
Disampaikan pada Pelatihan Adat dan Budaya Minangkabau bagi generasi muda di Kabupaten Tanah
Datar, bertempat di Hotel Pagaruyung Batusangkar, Selasa 29 Juni 2004.
Peranan Generasi Muda 1
TANTANGAN KONTEMPORER
Tantangan kontemporer antara lain penetrasi budaya dan sekularisme yang menjajah
mentalitas manusia di abad ini.

Di samping itu, meniru gaya hidup global (the globalization life style) dan nyatanya
telah didominasi sikap yahudi seperti pergaulan bebas, kecanduan madat dan miras, serta
budaya lucah (sensate culture) dengan hanya memuja nilai rasa panca indera,
menonjolkan keindahan sebatas yang di lihat (ditonton), di dengar, di rasa, di sentuh, di
cicipi, bertumpu kepada sensual, erotik, seronok, hedonis atau ganas, mengutamakan
kesenangan badani (jasmani) belaka.

GAYA HIDUP GLOBALISASI

Masalah besar hari ini, terjadinya interaksi dan ekspansi kebudayaan secara meluas
melalui media informasi dan pengagungan materi (materialistik) secara berlebihan, dan
perilaku yang menjauhi supremasi agama (sekularistik), sehingga kehidupan manusia
tumbuh dengan memuja kenikmatan badani (hedonistik), sehingga menyimpang jauh dari
budaya luhur, serta merta telah memunculkan Kriminalitas, Sadisme, Krisis moral secara
meluas.

Dunia pendidikan digoncang pula oleh fenomena vandalistik, seperti tawuran


pelajar, kebiasaan a-susila di kalangan remaja, maraknya pornografis dan pornoaksi yang
sulit di bendung. Para cendekiawan mulai meminati kehidupan non-science, asyik
mencari kekuatan gaib, rajin belajar sihir, menguasai kekuatan jin, bertapa ketempat angker,
menyelami black-magic, mempercayai mistik, dan kegiatan irrasionil lainnya.

Para remaja mulai dibalut sensate-culture2 dengan pola hedonistic, premanisme


dengan gaya hidup konsumeristis, rakus, boros, modis yang kebaratan, bebas sex, ittiba’
syahawat (menurutkan hobi dan syahawat) serta sikap individualistik, karena lepas dari
kawalan agama dan adat luhur. Maka, tampillah gaya permissiveness dan anarkis yaitu
berbudaya nan lamak di salero (sensete culture). Orientasi budaya terfokus kepada
hiburan, akibatnya grand norms dan grand ideas di tengah masyarakat mulai lepas kendali.
Pengawalan syarak dan adat mulai tercerabut dari nilai normative yang luhur sehingga

2
Sorokin, Pitirim, “The Basic Trends of Our Time”, New Haven, College & University Press, 1964,
hal.17-18.
Didalam Pelaksanaan ABS-SBK di Sumatra Barat 2
H. MAS’OED ABIDIN
seni bergeser kearah sensual, erotik, horor, ganas, melahirkan klub-klub hiburan, kasino
dan panti pijat. 3

MENGHADAPI TANTANGAN KONTEMPORER

Orang Minangkabau terkenal kuat agamanya dan kokoh adatnya. Seorang

pemangku adat Minangkabau di mana saja berdiam tidak akan senang di sebut tidak

beragama, dan seorang alim betapapun modernnya tidak menerima jika dikatakan dia

tidak beradat. Orang yang tidak beradat dan tidak beragama Islam, di samakan

kedudukannya dengan orang tidak berbudi pekerti, di sebutkan indak tahu di nan ampek.4

Adat Minangkabau dinamis, menampakkan raso (hati, arif, intuitif) dan pareso (akal,

rasio, logika), hasil nyata dari alam takambang jadi guru, makin kokoh dengan keyakinan

yang diisi oleh agama Islam yang benar (haq dari Rabb).

Dalam menghadapi tantangan kontemporer, perubahan tata pergaualan dunia,


generasi Minangkabau dengan filosofi adat basandi syarak syarak basandi Kitabullah mesti
bertumpu kepada istiqamah (konsistensi). Fatwa adat menyebutkan, “Alang tukang
tabuang kayu, Alang cadiak binaso adat, Alang alim rusak agamo, Alang sapaham kacau nagari.
Dek ribuik kuncang ilalang, Katayo panjalin lantai, Hiduik jan mangapalang, Kok tak kayo barani

3
Budaya sensate ini dipertajam oleh kehidupan remaja kota dengan budaya populer (urban popular
culture) dan hedonistik (mulai berkembang 1960). …. Sensate culture menurut Pitirim, “…beralaskan
kenikmatan dan kepuasan sebatas pandang dengar memenuhi tuntutan rasa dan selera dalam memenuhi
tuntutan kepuasan sejenak yang semu (based upon the ultimate principle that true reality and value are
sensory and that the beyond the reality and values wich we can see, hear, smell, touch and taste there is no
other reality and no real values), dimana nilai-nilai ajaran agama dan ketuhanan tidak banyak berperan
mengawasi tindakan masyarakat, sehingga kehidupan social menjadi sangat keras dibungkus perilaku
hedonis (….Despite its lipservice to the values of the Kingdom of God, it cares mainly about sensory values
of wealth, health, bodily confort, sensual pleasures and last for power and fame. It’s dominant ethic is
invariably utilitarian and hedonistic….. Its politics and economics are also decisively utilitarian and
hedonistic…”). Sehingga apa yang disebut sebagai gaya hidup global (the globalization of lifestyle) yang
tampak di dalam gaya hidup world wide sing sejak 1990 itu, telah banyak melahirkan pribadi yang rapuh
dan terbelah (split personalities),dengan kelaziman banyak ilmu namun tipis keimanan (too much science
too little faith), yang akhirnya melahirkan paham nihilisme atau budaya senang lenang (culture contenment).
4
Sama artinya dengan bodoh. Sangat menarik pemakaian angka-angka di Minangkabau, lebih nyata
bilangan genap, realistis seperti ”kato nan ampek (4), undang-undang nan duopuluah (20), urang nan
ampek jinih, nagari nan ba ampek suku, cupak nan duo (2), cupak usali jo cupak buatan, rumah basandi
ganok, tiang panjang jo tonggak tapi, basagi lapan (8) atau sapuluah (10) artinya angka genap. Datang
agama Islam, di ajarkan pula pitalo langik nan tujuah (7), sumbayang nan limo wakatu, rukun Islam nan
limo (5), maka secara batinnya antara adat dan agama saling melengkapi dari yang genap sampai yang
ganjil.
Peranan Generasi Muda 3
TANTANGAN KONTEMPORER
pakai. Baburu kapadang data, Dapeklah ruso balang kaki, Baguru kapalang aja, Bak bungo
kambang tak jadi”.

Kalangan Remaja dan para pemuda yang terdidik (el-fataa) khususnya dan umat
Islam, wajib mengukuhkan ukhuwah dan semangat persaudaraan (ruh al ukhuwwah)
yang terjalin baik, guna dijadikan senjata ampuh menghadapi tantangan kontemporer.
Persaudaraan tidak dapat di raih dengan meniadakan hak-hak individu orang banyak. 5
Tamak dan loba dalam tatanan ekonomi akan mempertajam permusuhan antara dhu’afak
dengan kapitalis. Bakhil akan meruntuhkan perasaan persaudaraan dan perpaduan.
Setiap Muslim wajib mengagungkan Allah dan menghargai nikmatNya yang menjadi
sumber dari rezeki, kekuatan, kedamaian dan membimbing manusia keluar dari
kegelapan menuju cahaya.
َ ُ َ ُ َ
‫ن‬ ِ ّ ‫وال‬
َ ‫ذي‬ ِ ‫ت إِلَى النُّو‬
َ ‫ر‬ ِ ‫ما‬َ ُ ‫ن الظّل‬ َ ‫م‬ِ ‫م‬ْ ‫ه‬ ُ ‫ج‬
ُ ‫ر‬ِ ‫خ‬
ْ ُ ‫منُوا ي‬
َ ‫ن ءَا‬َ ‫ذي‬ِ ّ ‫ي ال‬ ّ ِ ‫ول‬ ُ ّ ‫الل‬
َ ‫ه‬
ُ ُ ‫م الطَّا‬ َ
‫ت‬
ِ ‫ما‬ َ ُ ‫ر إِلَى الظّل‬ ِ ‫ن النُّو‬
َ ‫م‬
ِ ‫م‬ ْ ‫ه‬
ُ َ ‫جون‬ُ ‫ر‬
ِ ‫خ‬ْ ُ‫ت ي‬ ُ ‫غو‬ ُ ‫ه‬
ُ ‫ؤ‬ُ ‫ولِيَا‬ْ ‫فُروا أ‬ َ َ‫ك‬

Allah adalah pelindung bagi orang-orang yang beriman yang mengeluarkan mereka dari
berbagai kegelapan kepada nur(hidayah-Nya). Dan orang-orang kafir itu pelindung-pelindung
mereka ialah taghut ( sandaran kekuatan selain Allah) yang mengeluarkan mereka daripada nur
(hidayah Allah) kepada berbagai kegelapan. 6

MENYIKAPI PERUBAHAN ZAMAN

Arus globalisasi dapat menumpangkan riak pada gelombang seperti penetrasi budaya
dari luar. Apabila pagar budaya kita lemah, niscaya akan terjadi jalan di alieh urang lalu.
Disamping itu, infiltrasi dari luar acap kali pula berdampak perubahan perilaku anak
nagari (masyarakat, praktek pemerintahan, pengelolaan wilayah dan asset, serta
perkembangan norma lebih mengedepan -kan perebutan prestise, materialistis dan
individualistik sehingga kepentingan bersama masyarakat terabaikan. Karenanya, bukan
kemustahilan bila idealisme kebudayaan Minangkabau menjadi sasaran cercaan, serta upaya
kebersamaan (kolektifiteit) menjadi kurang dibanding prestasi individual.

Secara jujur, kita harus mengakui bahwa adat tidak mungkin lenyap, manakala
orang Minangkabau memahami dan mengamalkan fatwa adatnya. “Kayu pulai di Koto

5
Pepatah Arab menyebutkan, ‫ كساع الى الهيجا بغير سلح‬-‫اخاك اخاك ان من ل اخا له‬
6
Al-Baqarah, 257
Didalam Pelaksanaan ABS-SBK di Sumatra Barat 4
H. MAS’OED ABIDIN
alam, batangnyo sandi ba sandi, Jikok pandai kito di alam, patah tumbuah hilang baganti”,
artinya secara alamiah (natuurwet) adat itu akan selalu ada dalam prinsip jikalau patah
akan tumbuh (maknanya hidup dan dinamis) mengikuti perputaran masa yang tidak
mengenal kosong, dan setiap kekosongan akan selalu terisi, dengan dinamika akal dan
kekuatan ilmu (raso jo pareso) dengan sendi keyakinan maka yang hilang akan berganti.
Di sini kita menemui kearifan menangkap perubahan yang terjadi, “sakali aie gadang,
sakali tapian baralieh, sakali tahun baganti, sakali musim bakisa” lebih komprehensif bahwa
perubahan tidak mengganti sifat adat, sungguhpun penampilannya di alam nyata
mengikut zaman dan waktu, “kalau di balun sabalun kuku, kalau dikambang saleba alam,
walau sagadang biji labu, bumi jo langit ado di dalam”. Keistimewaan adat ada pada falsafah
adat mencakup isi yang luas, ibarat biji (tampang) manakala ditanam, dipelihara,
tumbuh dengan baik, semua bagiannya (urat, batang, kulit, ranting, dahan, pucuk, yang
melahirkan pula tampang-2 baru sesuai dengan buahnya) menjadi satu kesatuan besar
dan berguna apabila terletak pada tempat dan waktu yang tepat.

Perputaran harmonis dalam “patah tumbuh hilang berganti”, menjadi sempurna


dalam “adat di pakai baru, kain dipakai usang”. Maknanya adat tidak mesti mengalah
kepada yang tidak sejalan, akan tetapi yang datang seharusnya menyesuaikan dengan
adat yang ada. Adat adalah aturan satu suku bangsa, menjadi pagar keluhuran tata nilai
yang dipusakai, tanggungjawab kuat untuk diri dan masyarakat kini dalam mengawal
generasi yang akan datang.

MEMBINA PERIBADI BERADAT DI MINANGKABAU

Telah sejak lama menjadi pekerjaan utama anak nagari, di mulai dari penyiapan

sarana surau menjadi lembaga pendidikan anak nagari di dusun (nagari) dan taratak

(kota), sampai kepada mencari pasangan dan menerima urang sumando, menjadi

cerminan dari tatanan masyarakat kuat (mandiri) berakhlaq dan paham syarak.

Rarak kalikih dek mindalu, tumbuah sarumpun jo sikasek, Kok hilang raso jo
pangabek dan Nak urang Koto Hilalang, nak lalu ka Pakan
malu, bak kayu lungga pangabek,
Baso, malu jo sopan kalau lah hilang, habihlah raso jo pareso.
pareso

Peranan Generasi Muda 5


TANTANGAN KONTEMPORER
Membina masyarakat dengan memahamkan adat, yang menjangkau pikiran dan

rasa yang dipunyai setiap diri, kemudian di bimbing oleh agama yang mengisi

keyakinan sahih (Islam), menanam rasa malu (haya’), raso dan pareso, iman kepada Allah,

yakin kepada hari akhirat, mengenal hidup akan mati, memancangkan benteng aqidah

(tauhid) dari rumah tangga dan lingkungan (surau) menjadi gerakan mencerdaskan umat,

sesuai pantun adat di Minangkabau,

“Indak nan merah pado kundi, indak nan bulek pado sago, Indak nan indah pado
budi, indak nan indah pado baso”,

“Anak ikan dimakan ikan, gadang di tabek anak tanggiri, ameh bukan pangkaik
pun bukan, budi sabuah nan di haragoi”,

“Dulang ameh baok ba –laia, batang bodi baok pananti, utang ameh buliah di
baie, utang budi di baok mati”,

“Pucuak pauh sadang tajelo, panjuluak bungo galundi, Nak jauah silang
sangketo, Pahaluih baso jo basi”,

“Anjalai tumbuah di munggu, sugi-sugi di rumpun padi, nak pandai rajin baguru,
nak tinggi naiakkan budi”.7

Dengan mengamalkan Firman Allah:

ٌ َ‫م طَائِف‬
‫ة‬ ِّ ُ ‫ن ك‬
ِ ٍ‫ل فِْرقَة‬
ْ ُ‫منْه‬ ْ ‫م‬ ً َّ‫ن لِيَنْفُِروا كَاف‬
ِ ‫ة فَلَوْل َ نَفََر‬ ُ ْ ‫ن ال‬
ِ ْ‫مؤ‬
َ ‫منُو‬ َ ‫ما كَا‬
َ َ‫و‬
َ َ
َ ‫حذَُرو‬
‫ن‬ ْ َ‫م ي‬ ْ ِ‫جعُوا إِلَيْه‬
ْ ُ‫م لَعَل ّه‬ َ ‫م إِذ َا َر‬ ْ َ‫ن وَلِيُنْذُِروا ق‬
َ ‫و‬
ْ ُ‫مه‬ ِ ‫لِيَتَفَقّهُوا فِي الدِّي‬

“Tidak sepatutnya bagi orang Mukmin itu pergi semuanya kemedan perang. Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam ilmu
pengetahuan mereka tentang agama (syariat, syarak) dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya (dengan cara-cara mengamalkannya pada setiap perilaku dan tindakan dengan
kehidupan beradat), apabila mereka telah kembali kepadanya – kekampung halamannya --, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS.IX, at Taubah, ayat 122).

7
Tidak ada yang lebih indah daripada budi dan basabasi. Yang dicari bukan emas dan bukan pula
pangkat, akan tetapi budi pekerti yang paling dihargai. Hutang emas dapat di bayar, hutang budi dibawa
mati. Agar jauh silang sengketa, perhalus basa dan basi (budi pekerti yang mulia). Jika ingin pandai rajin
belajar, jika ingin tinggi (mulia), naikkan budi pekerti.
Didalam Pelaksanaan ABS-SBK di Sumatra Barat 6
H. MAS’OED ABIDIN

Alangkah indahnya satu masyarakat yang memiliki adat yang kokoh dan agama

(syarak) yang kuat, yang tidak bertentangan satu dan lainnya, malahan yang satu

bersendikan yang lainnya, dimana hidup mengamalkan “kokgadang indak malendo, kok

cadiek indak manjua, tibo di kaba baik baimbauan, tibo di kaba buruak ba hambauan”.

Alangkah indahnya masyarakat yang hidup dalam rahmat kekeluargaan

kekerabatan dengan benteng aqidah yang kuat, berusaha baik di dunia fana dan

membawa amal shaleh kealam baqa.

Labuah nan pasa terbentang panjang, tepian tempat mandi terberai (terserak dan

terdapat) di mana-mana, gelanggang untuk yang muda-muda serta tempat sang juara

(yang mempunyai keahlian, prestasi) dapat mengadu ketangkasan secara sportif

berdasarkan adat main “kalah menang” (rules of game).

Masyarakatnya hidup aman dan makmur, dengan anugerah alam dan minat seni
yang indah.

“Rumah gadang basandi batu, atok ijuak dindiang ba ukie, cando


bintangnyobakilatan, tunggak gaharu lantai candano, taralinyo gadiang balariak,
bubungan burak katabang, paran gambaran ula ngiang, bagaluik rupo ukie Cino,
batatah dengan aie ameh, salo manyalo aie perak, tuturan kuro bajuntai, anjuang
batingkek ba alun-alun, paranginan puti di sinan , Lumbuang baririk di halaman,
rangkiang tujuah sa jaja, sabuah si Bayau-bayau, panenggang anak dagang lalu, sabuah
si Tinjau Lauik, panengggang anak korong kampuang, birawari lumbuang nan banyak,
makanan anak kamanakan”.
Artinya, ada perpaduan ilmu rancang, seni ukir, budaya, material, mutu,
keyakinan agama yang menjadi dasar rancang bangun berkualitas punya dasar social,
cita-cita keperibadian, masyarakat dan idea ekonomi yang tidak mementingkan nafsi-
nafsi, tapi memperhatikan pula ibnusabil (musafir, anak dagang lalu) dan anak
kemenakan di korong kampung, “nan elok di pakai, nan buruak di buang, usang-usang di
pabaharui, lapuak-lapuak di kajangi”, maknanya sangat selektif dan moderat.

Peranan Generasi Muda 7


TANTANGAN KONTEMPORER
Kitabullah yakni Alquran “mengeluarkan manusia dari sisi gelap kealam terang cahaya

(nur)”8 dengan aqidah tauhid. Di dalam masyarakat Minangkabau hidup menjadi

beradab (madani) dengan spirit kebersamaan (sa-ciok bak ayam sa-danciang bak basi),

sesuai pepatah “Anggang jo kekek cari makan, Tabang ka pantai kaduo nyo, Panjang jo singkek

pa uleh kan, mako nyo sampai nan di cito”, diperkuat dengan keterpaduan (barek sa-pikua

ringan sa-jinjiang) atau “Adat hiduik tolong manolong, Adat mati janguak man janguak, Adat

isi bari mam-bari, Adat tidak salang ma-nyalang”, nyata pada tangga musyawarah (bulek aie

dek pambuluah, bulek kato dek mupakat), dalam kerangka “Senteng ba-bilai, Singkek ba-uleh,

Ba-tuka ba-anjak, Barubah ba-sapo” dalam menerjemahkan iman kepada Allah SWT dan

menjadi pengikat spirit sunnatullah dalam setiap gerak.

Dalam Fatwa adat di sebut tanggung jawab masyarakat adat menjaga ketaatan
hukum dan memelihara keteraturan sebagai ciri utama masyarakat bersyukur, yang
berbuat menurut aturan dan undang-undang.

“Nan babarih babalabeh, nan ba-ukua nan ba jangko, Mamahek manuju barih,
Tantang bana lubang katabuak. Manabang manuju pangka, Malantiang manuju
tangkai, Tantang bana buah ka rareh. Kok manggayuang iyo bana putuih, Kok ma-
umban iyo bana rareh.”
Artinya, setiap pekerjaan mesti sesuai dengan aturan dan tidak boleh ada bengkalai. Ada

aturan sesuai garis sunnatullah, agar terlaksana dengan baik. Dengan mendalami ilmu,

lahirlah rasa khasyyah (takut) dan takwa kepada Allah dengan melahirkan watak

menjauhi rasa takabbur, kufur dan bangga diri dengan merendahkan orang lain.

Seorang Muslim merasakan nilai-nilai aqidah dan penghayatan didalam

kehidupan menjadi satu yang wajib. Al-Sunnah telah memberikan perhatian mendalam

kepada masalah nilai aqidah, seperti sabda Nabi SAW:

8
Lihat QS.14, Ibrahim : 1.
Didalam Pelaksanaan ABS-SBK di Sumatra Barat 8
H. MAS’OED ABIDIN
‫ذاق طعام ال يمان من رضي بالله ربا وبا ل سل م دينا وبمحمد‬
.‫رسول‬
Yang merasakan lazatnya iman adalah orang yang redha terhadap Allah sebagai
Tuhannya, dan redha terhadap Islam sebagai agamanya dan redha terhadap Muhammad sebagai
Rasul.9

Menanamkan mahabbah (kasih sayang) sesama, sesuai sabda Rasulullah SAW :

‫ مسن كان الله ورسسوله‬: ‫ثلث مسن كسن فيسه وجسد طعسم اليمان‬
‫ ومن‬,‫ومن احب عبدا ل يحبه ال الله‬ ,‫احب اليه مما سواهما‬
‫يكره ان يعود فسسى الكفسسر بعسسد ان انقذه الله منسسه كمسسا يكره ان‬
.‫يلقى فى النار‬
Ada tiga perkara, barangsiapa terdapat pada dirinya, maka dia akan merasakan lazatnya

keimanan : Orang yang mencintai Allah dan RasulNya lebih daripada selain keduanya, orang

yang mencintai seorang hamba hanya karena Allah, dan orang yang benci untuk kembali kepada

kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana dia benci untuk dilempar ke dalam

neraka.10

Generasi Minangkabau yang beradat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah


berpandangan luas dan menghormati hak-hak asasi manusia secara integratik dan umatik
sifatnya, yakni bermanfaat untuk semua, terbuka transparan, namun teguh,
bertanggung jawab, dan kesatria.

“Kok di pakok urang banda sawah, Di aliehnyo lantak pasupadanan,


Busuangkan dado padek-padek, Paliekkan buyuang laki-laki,
Jan takuik tanah tasirah, Aso hilang duo tabilang,
Sabalun aja bapantang mati, Namun di dalam kabanaran,
Bago di pancuang lihie putuih, Satapak jan namuah suruik.”
Kekuatan taqarrub ila Allah inilah kekuatan mujahid di jalan Allah, yang mesti di
warisi generasi muda Islam. Dan inilah buah dari tauhid uluhiyah. Allah SWT telah

9
Hadith riwayat Muslim dan Tarmizi.
10
Hadith riwayat Bukhari, Muslim, Tarmizi dan nasa^i.
Peranan Generasi Muda 9
TANTANGAN KONTEMPORER
menyediakan alam sebagai sumber daya (material resources) bagi manusia yang hidup
di alam (bumi) ini. Alam memang tidak menyiapkan segalanya serba jadi (ready to
used). Alam perlu diolah oleh tangan manusia, sehingga dapat mendatangkan nilai lebih
dan nilai guna yang optimal bagi manusia. Untuk itu, manusia memerlukan alat dan
ilmu. Supaya kita dapat serta merta merealisasikan hikmatnya.

Di dalam Islam, setiap insan didorong agar memiliki ilmu pengetahuan yang
cukup dan memadai. "Siapa yang menginginkan dunia dia peroleh dengan ilmu, sesiapa yang
inginkan (kebahagiaan) akhirat juga dengan ilmu, bahkan yang menginginkan keduanya, juga
hanya dengan ilmu".

Menuntut ilmu adalah kewajiban asasi setiap Muslim, karena pengetahuan

manusia sedikit sekali …,

ُ َ
ْ ُ ‫وتِيْت‬
‫م‬ ْ ‫ما أ‬
َ ‫و‬
َ ‫ر َربِّي‬
ِ ‫م‬
ْ ‫نأ‬ْ ‫م‬
ِ ‫ح‬ ْ ‫ل الُّر‬
ُ ‫و‬ ُ ‫ح‬
ِ ‫ق‬ ْ ‫ن الُّر‬
ِ ‫و‬ ِ ‫ع‬
َ ‫ك‬ ْ ُ ‫سئَل‬
َ َ ‫ون‬ ْ َ‫ي‬

َ َّ ‫علْم ِ إِل‬
ً‫قلِيْل‬ ِ ْ ‫ن ال‬
َ ‫م‬
ِ .

dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh . Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku,

dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS.17, al Isra’ : 85).

Kesediaan membuat sesuatu yang lebih baik untuk masa dating secara madiyah
(material) maupun ruhaniyah (spiritual) diringi dengan keteguhan pendirian menjauhi
segala bentuk kemungkaran dan berharap supaya dihindarkan dari azab neraka, akan
berperan didalam hidup berakhlak karimah, dengan mengutamakan kesopanan
pergaulan dan memakaikan rasa malu.

Rarak kalikih dek mindalu, tumbuah sarumpun jo sikasek, kok hilang raso jo
malu, bak kayu lungga pangabek. 11
Apabila malu sudah hilang, tidak ada lagi yang
mengikat seseorang untuk berbuat seenak hatinya.

Anak urang Koto Hilalang, Handak lalu ka Pakan Baso, malu jo sopan kalau lah
hilang, habihlah raso jo pareso.

11
Rarak (berjatuhan) kalikih (buah pepaya) karena mindalu (parasit). Tumbuh serumpun dengan sikasek.
Kalau hilang rasa dan malu. Bagaikan kayu longgar pengikat. (Artinya, seperti seikat kayu berserakan
kesana kemari).
Didalam Pelaksanaan ABS-SBK di Sumatra Barat 10
H. MAS’OED ABIDIN

HILANG DAYA SAING

Merosotnya peran kelembagaan adat dan syarak membina anak nagari di


Minangkabau terkait pada kurang berfungsinya lembaga pendidikan anak nagari (surau)
dan rapuhnya pagar adat dalam kekerabatan, hilang prinsip musyawarah dan mufakat.

Program Ke Surau •MenguatkanAkidahTauhid


•BimbinganwahyudanSunnahRasulullah
•Melaksanakankehidupandenganpagarsyarak
Landasan •Kesetiaanbernagari (sesuai akhlakIslam)
•MelaksanakanMu’malahma’alkhaliq
Syarak
•Ukhuwah,kesatuan, persaudaraanbernagari.
Wawasan •Menghormati hakdankewajibanasasi manusia
Bina •Membantuataumenolongorangkesusahan
Ideologis •Taatundang-undang(lawenforcement),
Surau •Mua’malatma’annaas.
& •Amaliyahberprikemanusiaanberadab,
Taklim Pemikiran •Mengedepankanintegrasi bangsa,
Strategis •Berkeadilansocial,
•Alamtakambangjadi guru(goodgovernance)

•Kegotongroyongan.
Tindakan •Kebajikan, adil, jujur,beradab,
•Menahandiri darikejahatan, hormati sesama,
taktis •Musyawarah, menjagakerahasiaan, konsisten,
•Menghormati perbedaan, loyal danberadat.

Surau adalah pusat pembinaan kecerdasan anak nagari perlu dipelihara.


Dinamika kehidupan hanya dapat dibangun dengan budi akal yang jernih serta budi
pekerti yang luhur. Umat Islam di Minangkabau yang ingin bersanding di tengah
perubahan wajib peka, mempunyai sense of belonging terhadap harakah Islamiya di nagai-
nagari. Penguatan masyarakat mandiri yang madani di Ranah Bundo dengan menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi tidak boleh dilalaikan.

Alangkah indahnya masyarakat adat, jika padi manjadi, jaguang maupiah, menara
masjid menjulang keangkasa, “musajik tampek ba ibadah, tampek ba lapa ba makna,
tampek baraja Alquran 30 juz, tampek mangaji salah jo batal”, balai permusyawaratan
terpancang kokoh di bumi, (balairung atau balai adat) tempat musyawarat dan
menetapkan hukum dan aturan “balairuang tampek manghukum, ba aie janiah ba
sayak landai, aie janieh ikannyo jinak, hukum adil katonyo bana, dandam agieh
kasumaik putuih, hukum jatuah sangketo sudah”, jenjang musyawarat terpelihara

Peranan Generasi Muda 11


TANTANGAN KONTEMPORER
dengan baik. Ketepatan bertindak adalah warisan masyarakat berbudaya, maju,
mengutamakan ilmu pengetahuan, dan toleran dalam pergaulan.

“Pawang biduak nak rang Tiku, Pandai mandayuang manalungkuik, Basilang


kayu dalam tungku, Di sinan api mangko hiduik”.

Kitabullah yang menjadi landasan dari syarak mangato adat memakai, menjelaskan
tentang penghormatan terhadap perbedaan itu,

ُ َ
َ ِ ‫شعُوب ًبا وَقَبَائ‬
‫ل لِتَعَاَرفُوا‬ ْ ‫جعَلْنَاك ُب‬
ُ ‫م‬ َ ‫م نْب ذ َكَرٍ وَأنْث َبى َو‬ ْ ‫خلَقْنَاك ُب‬
ِ ‫م‬ َ ‫سب إِن َّبا‬
ُ ‫يَاأيُّهَبا النَّا‬
َ َ َ َ َ َ ‫إ‬
‫خبِيٌر‬
َ ‫م‬ َ ّ ‫ن الل‬
ٌ ‫ه عَلِي‬ ْ ُ ‫عنْد َ الل ّهِ أتْقَاك‬
ّ ِ‫م إ‬ ْ ُ ‫مك‬
ِ ‫م‬ َ ‫ن أكَْر‬ّ ِ

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berkabilah-kabilah (bangsa-bangsa)dan
berpuak-puak (suku-suku) supaya kamu saling kenal mengenal …”, (QS.49, al Hujurat :
13).

Apabila anak nagari di biarkan terlena dengan apa yang dibuat orang lain, dan
lupa membenah diri dan kekuatan ijtima’i (kebersamaan), tentulah umat Islam ini akan di
jadikan jarum kelindan oleh orang lain di dalam satu pertarungan gazwul fikri. “Pariangan
manjadi tampuak tangkai, Pagarruyuang pusek Tanah Data, Tigo Luhak rang
mangatokan. Adat jo syarak jiko bacarai, bakeh bagantuang nan lah sakah, tampek
bapijak nan lah taban”.

Apabila kedua sarana ini berperan sempurna, maka di kelilingnya tampil


kehidupan masyarakat yang berakhlaq perangai terpuji dan mulia (akhlaqul-karimah) itu.
“Tasindorong jajak manurun, tatukiak jajak mandaki, adaik jo syarak kok tasusun, bumi sanang
padi manjadi”.

Kekuatan tamaddun dan tadhamun (budaya) dari syarak (Islam) menjadi rujukan
pemikiran, pola tindakan masyarakat berbudaya yang terbimbing dengan sikap tauhid
(aqidah kokoh), kesabaran (teguh sikap jiwa) yang konsisten, keikhlasan (motivasi amal
ikhtiar), tawakkal (penyerahan diri secara bulat) kepada kekuasaan Allah yang jadi ciri
utama (sibghah, identitas) iman dan takwa secara nyata yang memiliki relevansi
diperlukan setiap masa, dalam menata sisi-sisi kehidupan kini dan masa depan.

Didalam Pelaksanaan ABS-SBK di Sumatra Barat 12


H. MAS’OED ABIDIN
Suatu individu atau kelompok masyarakat yang kehilangan pegangan hidup (aqidah dan
adat), walau secara lahiriyah kaya materi namun miskin mental spiritual, akan terperosok
kedalam tingkah laku yang menghancurkan nilai fithrah itu.

PERAN GENERASI MUDA MINANGKABAU

Remaja masa depan di era globalisasi, wajib lahir dengan budaya luhur (tamaddun)
yang berpaksikan tauhidik. Artinya generasi Minangkabau memiliki daya inovasi dan
daya kreasi yang tinggi, ditupang oleh tamaddun yang luhur . Cahaya akal mesti
diletakkan di bawah naungan payung wahyu agar berpadu kepintaran dengan
kebijaksanaan, pengetahuan dengan hidayah. Dengan demikian rahmat dan barakah
dapat diraih. Ihsan dan kasih sayang dapat dicapai. Dengan ilmu yang berteraskan iman,
para pemimpin dan aktivis muda Islam di nagari-nagari akan dapat merumus fikrah
harakiah untuk merancang gerak menyatakan visi dan misi di dalam menegakkan adat
basandi syarak, syarak basandi Kitabullah di Minangkabau.

Generasi Minangkabau sewajarnya menjadi generasi dinamik yang tumbuh


dengan kejelian akal fikir disertai kejernihan budi pekerti. “Pucuak pauah sadang tajelo,
Panjuluak bungo galundi, Nak jauh silang sangketo, Pahaluih baso juo basi. Anjalai tumbuah di
munggu, Sugi-sugi di rumpun padi, Nak pandai sungguah baguru, Nak tinggi naiakkan budi.”

Generasi muda di Sumatra Barat memiliki tanggung jawab masa lalu yakni
kewajiban terhadap budaya luhur para leluhur (cultural base). Mempunyai tanggung
jawab masa kini yaitu kewajiban terhadap diri dan masyarakat dengan menata kehidupan
berlandaskan norma-norma adat dan syarak (religious base). Memiliki kewajiban masa
depan yang hanya dapat diraih dengan keberhasilan menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi (knowledge base). Ketiga asas (basis) tersebut tampak dalam kualitas kepribadian
generasi Minangkabau, “Basilek di ujuang muluik, Malangkah di pangka karih, Bamain di
ujuang padang. Tahan di keih kato putuih, Tahu di kilek dengan bayang, Tahu di gelek kato habih.
Tahu di rantiang kamalantiang, Tahu di dahan nan ka mahimpok.” Artinya, mendidik dan
melatih kader pimpinan. Mengatasi kurenah dan perbedaan pendapat untuk
memenangkan pertarungan menumpas kebatilan.

Para pejuang muda Islam, terutama generasi muda perlu iltizam harakah atau
gerakan saciok bak ayam sa danciang bak basi. Mengedepankan manhaj haraki yakni lazim
dipakai dengan program bulek aie dek pambuluah bulek kato kamupakaik. Mengamalkan
budaya amal jama’i yaitu kok gadang indak malendo, kok cadiek indak manjua, tibo di kaba baik

Peranan Generasi Muda 13


TANTANGAN KONTEMPORER
bahimbauan, tibo di kaba buruak bahambauan. Zaman menjadi lone ranger dan alam one man
show sewajarnya sudah berakhir.

Pendekatan haraki (social movement) menangani isu perubahan global, sakali aie
gadang, sakali tapian barubah, sakali tahun baganti, sakali musim bakisa, mesti dilaksanakan
dengan tanggungjawab nan elok dipakai, nan buruak dibuang. Kepimpinan bukan ghanimah
mengaut keuntungan diri sendiri. Kepemimpinan adalah amanah dan tanggungjawab di
dalam adat basandi syarak syarak basandi Kitabullah adalah, “Manyuruah babuek baik,
malarang babuek jahek,Mahirik mambantang, manunjuak ma-ajari. Managua manyapo.
Tadorong mahelo, talompek manyentak, Gawa ma-asak, ma asak lalu ka nan bana. Tak ado karuah
nan tak janieh. Tak ado karuik nan tak salasai. Sesungguhnya adalah satu gerakan
masyarakat bersama atau harakah Islamiyah mengangkat umat di nagari mencapai
kejayaan hidup sesuai syarak (Islam). Kreativiti dan inovasi sebagaimana dimaklumi
bersama berkait rapat dengan berbagai bidang dakwah. Antaranya pengurusan sumber
manusia, komunikasi, percetakan elektronik, e-book, e-newspaper, video conferencing, virtual
school, universiti maya dan sebagainya.12

Para ilmuan muda, cendikiawan atau suluah bendang di nagari perlu

meningkatkan kualitas kepimpinan dengan kemahiran tanzim Islami. Teguh ubudiyyah

dan zikrullah. Mahir merancang dan mengurus, seiring dengan melatih dan

membimbing. Memelihara kesinambungan proses mengajar dan belajar di tengah anak

nagari. Generasi muda yang terdidik dengan paksi Islam – Adat basandi syarak, syarak

basandi Kitabullah --, mampu menilai teknologi maklumat, mahir bergaul dan

berkomunikasi, sebagai bekal di dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik, yang

kesudahannya menarik minat dan dukungan umat banyak, serta mahir berpolitik,

menguasai bahasa, falsafah dan sejarah.

12
Para aktivis Islam perlu meningkatkan kreativitas. Sudah sampai masanya menampilkan wawasan
dan perspektif Islam dalam berbagai bidang informasi, TV dan Radio Internet, adalah contoh mutakhir
dalam usaha mengatasi halangan dalam menyampaikan maklumat alternatif kepada masyarakat dengan lebih
efektif dan bersifat global.

Didalam Pelaksanaan ABS-SBK di Sumatra Barat 14


H. MAS’OED ABIDIN
Akhirnya, kreativitas didukung keikhlasan mencari redha Allah. Generasi muda

masa kini mesti memiliki utilitarian ilmu. berasaskan epistemologi Islam yang jelas,

dalam kata adat disebutkan, “Iman nan tak buliah ratak, kamudi nan tak buliah patah,

padoman indak buliah tagelek, haluan nan tak buliah barubah”.

Menghidupkan J iwa Ummat


Membangun Masyarakat
Potensial

Jiwa Adat
Sadar Istiadat
Iman

Interaksi Amaliyah

Generasi masa datang mesti memiliki pemahaman luas dengan tasawwur (world
view). “Kalau tak tasuo di jalannyo, namuah ba pua-pua dagiang, namuah bakacau-kacau darah,
tando sabana laki-laki.” Dalam kondisi kritis sekalipun, generasi Minangkabau selalu awas
dan berhati-hati, “Bakato sapatah dipikiri, Bajalan salangkah maliek suruik, Mulik tadorong
ameh timbangannyo, Kaki tataruang inai padahannya, Urang pandorong gadang kanai, Urang
pandareh ilang aka.”

MEMAHAMI SYARAK MANGATO ADAT MEMAKAI

Masyarakat adat bersendikan Kitabullah, memahami bahwa kaedah adat


dipertajam makna dan fungsinya oleh kuatnya peran syariat. Tauhid mendorong manusia
memaksimalkan seluruh daya pikir, daya cipta, daya upaya, menjadi modal dasar untuk
menata kehidupan dengan mendorong karya amal manusia lahir bathin. Motivasi
berawal dari paradigma tauhid yang benar. Menempatkan tauhid sebagai landasan
berpikir, beramal, bertindak, dalam seluruh aspek kehidupan, politik, ekonomi, sosial
budaya, akan menjalin hubungan vertikal yang langgeng antara makhluk dengan Khalik,
Peranan Generasi Muda 15
TANTANGAN KONTEMPORER
tampak pada perilaku ikhlas, tawadhuk, tawakkal mencari redha Allah. Hasil utama
dari syarak mangato adat memakai adalah wujudnya “rahmatan lil-‘alamin”, yakni
tatanan kebahagian dan rahmat untuk seluruh alam ini.

1. Mengutamakan prinsip hidup berseimbang


َ َ َ
‫م‬ ِ ‫ه لَغَفُوٌر َر‬
ٌ ‫حي‬ َ ّ ‫ن الل‬
ّ ِ ‫صوهَا إ‬ ْ ُ ‫ة الل ّهِ ل ت‬
ُ ‫ح‬ َ ْ‫ن تَعُدُّوا نِع‬
َ ‫م‬ ْ ِ ‫وَإ‬
“Dan jika kamu menghitung-hitung ni’mat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi maha Penyayang”
(QS.16, An Nahl : 18).
2. Allah telah menjadikan bumi mudah untuk di gunakan. Maka berjalanlah di atas
permukaan bumi, dan makanlah dari rezekiNya dan kepada Nya lah tempat
kamu kembali. (QS.62, Al Jumu’ah : 10).
Merantau di Minangkabau adalah sesuatu pelajaran dalam perjalanan hidup,
“Karatau madang di hulu babuah babungo balun. Marantau buyuang dahulu di rumah
paguno balun. Akan tetapi, selalu ditanamkan pentingnya kehati-hatian, “Ingek sa-
balun kanai, Kulimek sa-balun abih, Ingek-ingek nan ka-pai, Agak-agak nan ka-tingga”.
3. Mencari nafkah dengan "usaha sendiri", dengan tulang delapan kerat dan cara amat
sederhana sekalipun "lebih terhormat", daripada meminta-minta dan menjadi beban
orang lain. Membiarkan diri hidup dalam kemiskinan tanpa berupaya adalah salah ,
"Kefakiran (kemiskinan) membawa orang kepada kekufuran (ke-engkaran)" (Hadist).
4. Tawakkal dan tidak boros adalah satu bentuk keseriusan dan tidak "hanya
menyerahkan nasib" tanpa berbuat apa-apa, "Bertawakkal lah kamu, seperti burung
itu bertawakkal" (Atsar dari Shahabat). Artinya, pemahaman syarak menanamkan
dinamika hidup yang tinggi.
5. Kesadaran kepada ruang dan waktu. "Kami jadikan malam menyelimuti kamu (untuk
beristirahat), dan kami jadikan siang untuk kamu mencari nafkah hidup". (QS.78, An
Naba’ : 10-11)
6. Arif akan adanya perubahan-perubahan dengan pandai mengendalikan diri, agar
jangan melewati batas, dan berlebihan, “Ka lauik riak mahampeh, Ka karang rancam
ma-aruih, Ka pantai ombak mamacah. Jiko mangauik kameh-kameh, Jiko mencancang,
putuih – putuih, Lah salasai mangko-nyo sudah”.
7. Pemahaman syarak menekankan kepada kehidupan yang dinamis, mempunyai
martabat (izzah diri), bekerja sepenuh hati, menggerakkan semua potensi yang
ada, dengan tidak menyisakan kelalaian ataupun ke-engganan. Tidak berhenti
sebelum sampai. Tidak berakhir sebelum benar-benar sudah.

KONSEP TATA-RUANG

Adalah salah satu kekayaan budaya yang sangat berharga di nagari dan bukti
idealisme nilai budaya di Minangkabau, termasuk di dalam mengelola kekayaan alam dan
pemanfaatan tanah ulayat.

Didalam Pelaksanaan ABS-SBK di Sumatra Barat 16


H. MAS’OED ABIDIN
“Nan lorong tanami tabu, Nan tunggang tanami bambu,
Nan gurun buek kaparak, Nan bancah jadikan sawah,
Nan munggu pandam pakuburan, Nan gauang katabek ikan,
Nan padang kubangan kabau, Nan rawang ranangan itiak”.

Tata ruang yang jelas memberikan posisi peran pengatur, pemelihara. Pendukung
sistim banagari yang terdiri dari orang ampek jinih, yang terdiri dari ninikmamak (yakni
penghulu pada setiap suku, yang sering juga disebut ninikmamak nan gadang basa
batuah, atau nan di amba gadang, nan di junjung tinggi, sebagai suatu legitimasi masyarakat
nan di lewakan), alim ulama (juga disebut dengan panggilan urang siak, tuanku, bilal, katib
nagari atau imam suku, dll dalam peran dan fungsinya sebagai urang surau pemimpin
agama Islam ditengah denyut nadi kehidupan masyarakat (anak nagari), cerdik pandai
(dapat saja terdiri dari anak nagari yang menjabat jabatan pemerintahan, para ilmuan,
perguruan tinggi, hartawan, dermawan), urang mudo (yakni para remaja, angkatan muda,
yang dijuluki dengan nan capek kaki ringan tangan, nan ka disuruah di sarayo). Dan Bundo
Kanduang di Minangkabau, adalah menjadi “limpapeh rumah nan gadang, umbun puruak
pegangan kunci, pusek jalo kumpulan tali, sumarak dalam nagari, nan gadang basa batuah”).

Dukungan masyarakat adat dan kesepakatan tungku tigo sajarangan yang terdiri

dari ninikmamak, alim ulama, cadiak pandai, bundo kanduang dan kalangan rang mudo,

menjadi penggerak utama mewujudkan tatanan sistim di nagari. Terutama dalam

menerjemahkan peraturan daerah kembali kepemerintahan nagari. Hakekatnya, anak

nagari sangat berkepentingan dalam merumuskan nagarinya. Konsep ini mesti tumbuh dari

akar nagari itu sendiri. Tidak suatu pemberian dari luar. “Lah masak padi 'rang Singkarak,

masaknyo batangkai-tangkai, satangkai jarang nan mudo, Kabek sabalik buhul sintak, Jaranglah

urang nan ma-ungkai, Tibo nan punyo rarak sajo”, artinya diperlukan orang-orang yang ahli

dibidangnya, terutama dalam menatap setiap perubahan peradaban yang tengah

berlaku. Hal ini perlu dipahami, supaya jangan tersua “ibarat mengajar kuda memakan

dedak”.

Peranan Generasi Muda 17


TANTANGAN KONTEMPORER

MEMPERKUAT POSISI NAGARI

Tugas kembali kenagari adalah menggali potensi dan asset nagari yang terdiri dari
budaya, harta, manusia, dan agama anutan anak nagari. Apabila tidak digali, akan
mendatangkan kesengsaraan baru bagi masyarakat nagari. Dimulai dengan memanggil
potensi yang ada dalam unsur manusia, masyarakat nagari. Gali kesadaran akan benih-
benih kekuatan yang ada dalam diri masing-masing. Kemudian observasinya dipertajam,
daya pikirnya ditingkatkan, daya geraknya didinamiskan , daya ciptanya diperhalus, daya
kemauannya dibangkitkan. Upaya ini akan berhasil dengan menumbuhkan atau
mengembalikan kepercayaan kepada diri sendiri.

Kekuatan moral yang dimiliki, ialah menanamkan "nawaitu" dalam diri masing-
masing, untuk membina umat dalam masyarakat di nagari harus diketahui pula kekuatan-
kekuatan.

“Latiak-latiak tabang ka Pinang,

Hinggok di Pinang duo-duo,

Satitiak aie dalam piriang,

Sinan bamain ikan rayo”.

Teranglah sudah, bagi setiap orang yang secara serius ingin berjuang di bidang
pembangunan masyarakat nagari lahir dan batin, material dan spiritual pasti akan
menemui disini iklim (mental climate) yang subur. Apabila pandai menggunakan dengan
tepat akan banyak membantu usaha pembangunan itu. Melupakan atau mengabaikan ini,
adalah satu kerugian. Berarti mengabaikan satu partner "yang amat berguna" dalam
pembangunan masyarakat dan negara.

Maka “Kembali ke Nagari“, menurut hemat saya, semestinya lebih dititik


beratkan kepada kembali banagari dalam makna kebersamaan dan mengenali alam
keliling “Panggiriak pisau sirauik, Patungkek batang lintabuang, Satitiak jadikan lauik, Sakapa
jadikan gunuang, Alam takambang jadikan guru ”13, melahirkan sikap cinta ke nagari,
menjadi perekat pengalaman sejarah, melahirkan sikap positif menjaga batas-batas patut

13
Alam ini tidak diciptakan dengan sia-sia. Di dalamnya terkandung faedah kekuatan, dan khasiat
yang diperlukan untuk mempertinggi mutu hidup jasmani manusia dengan bekerja membanting tulang dan
memeras otak untuk mengambil sebanyak faedah dari alam dengan menikmati sambil mensyukurinya dan
beribadah kepada Ilahi Yang Maha Kuasa.
Didalam Pelaksanaan ABS-SBK di Sumatra Barat 18
H. MAS’OED ABIDIN
dan pantas, sehingga terbentuk umat utama yang kuat dengan sehat fisik, sehat jiwa, sehat
pemikiran, dan sehat social, ekonomi, pendidikan mengambil bentuk pemikiran
konstruktif (amar makruf) dan meninggalkan pemikiran destruktif (nahyun 'anil
munkar) menurut tata cara hidup yang diajarkan agama Islam (syarak), yakni berdikari
membantu diri sendiri (self help), membantu dengan ikhlas karena Allah SWT (selfless
help), dan saling bekerjasama membantu satu sama lain (mutual help).

Setiap muslim selalu berhati-hati dan tidak cepat mempercayai suatu berita yang
sumbernya diragukan dan datang dari kelompok fasik yang suka memancing
tumbuhnya kemelut. Sikap tabayun dalam menerima berita mesti selalu dipakai, agar
tidak silap menetapkan amar putusan yang menyisakan penyesalan. Maka
meninggalkan tabayun memancing lahirnya tindakan zalim atau aniaya.

َ َ َ
ٍ‫جهَالَة‬ ً ْ‫صيبُوا قَو‬
َ ِ ‫ما ب‬ ْ ‫سقٌ بِنَبَأ ٍ فَتَبَيَّنُوا أ‬
ِ ُ‫ن ت‬ ْ ُ ‫جاءَك‬
ِ ‫م فَا‬ َ ‫ن‬ ْ ِ ‫منُوا إ‬ َ ‫يَاأيُّهَا ال ّذِي‬
َ ‫ن ءَا‬
‫ن‬
َ ‫مي‬ِ ِ‫م نَاد‬ْ ُ ‫ما فَعَلْت‬َ ‫حوا عَلَى‬ ْ ُ ‫فَت‬
ُ ِ ‫صب‬
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka
periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (QS. al-
Hujurat : 6).
Perbuatan 'aku-isme" atau "ananiyah" akan menyuburkan tafarruq dan tanazu',
maka perlu diajarkan cara-cara pembinaan hidup bermasyarakat itu.

KHULASAH
MENAMPILKAN PROGRAM UMATISASI

Menghadapi tantangan kontemporer yang sedang menjajah hati budi umat

khusus di Minangkabau (Sumatra Barat), dapat dilakukan dengan berapa agenda kerja,

1. Mengokohkan pegangan umat dengan keyakinan dasar Islam sebagai suatu cara
hidup yang komprehensif.

2. Menyebarkan budaya wahyu di atas kemampuan akal.

 Memperbanyak program meningkatkan hubungan umat dengan Alquran.

 Melipatgandakan pengaruh sunnah Rasulullah dalam masyarakat.

 Meningkatkan pengetahuan umat mengenai sirah Rasulullah SAW.


Peranan Generasi Muda 19
TANTANGAN KONTEMPORER
 Menyuburkan amalan ruhaniah yang positif dan proaktif membangun
masyarakat dengan bekalan tauhid ibadah.

3. Memperluas penyampaian fiqh Islam dalam aspek-aspek sosio politik, ekonomi,


komunikasi, pendidikan dan lain-lain.

4. Menghidupkan semangat jihad di jalan Allah.

 Menggali sejarah kejayaan masa silam.

 Menanam semangat kepahlawanan menghadapi musuh-musuh Islam.

 Menyebarluaskan agenda musuh yang melemahkan umat Islam di seluruh


dunia.

 Menyebarluaskan bahaya sekularis, materialisme, kapitalisme dan


westernisasi.

 Mengkritik rasialis dan assabiah jahiliyyah dengan hujjah Islam yang benar.

 Menentang aliran pemurtadan terhadap intelektual, pakar budaya,


sasterawan dan wartawan yang merugikan Islam.

5. Meningkatkan program menguatkan peran muslimat dalam membentuk sejarah


gemilang di zaman silam.

6. Menampilkan sistem pendidikan Islam melawan aliran pendidikan sekular.

 Memperbanyakkan program mengasuh dan mendidik generasi baru dan


remaja Islam agar tidak dapat dimusnahkan oleh sekularisme dan budaya
porno kebaratan.

 Menggandakan usaha melahirkan wartawan dan penulis Islam dalam


berbagai lapangan media.

7. Menggandakan bilangan ulama suluah bendang di nagari.

8. Melahirkan pendakwah Rabbani melalui pembinaan pusat-pusat pengajian


tinggi (ma’hadul ‘aliy) dan institut perkaderan Imamah dan Ulama suluah
bendang di nagari.

9. Penting sekali dilakukan usaha pembentukan da’iya, imam khatib, para


mu’allim dan tuangku di nagari-nagari pada saat kembali ke surau.

Didalam Pelaksanaan ABS-SBK di Sumatra Barat 20


H. MAS’OED ABIDIN
 Memberikan bekal yang cukup melalui pelatihan dan pembekalan ilmu yang
memadai.

 Membuatkan anggaran belanja yang memadai di daerah-daerah menjadi


sangat penting di dalam mendukung satu usaha yang wajib.

 Meningkatkan keselarasan, kesatuan, kematangan dan keupayaan haraki


Islami.

10. Menjalin dan membuat kekuatan bersama untuk menghambat gerakan-gerakan


yang merusak Islam.

 Mengukuhkan pergerakan umat dalam memerangi semangat anti agama,


anti keadilan, dan demokrasi.

 Meningkatkan budaya syura dalam masyarakat, untuk mengelak dari cara-


cara imperialisme masuk kedalam masyarakat di era kebebasan.

 Meningkatkan kesadaran dan keinsafan tentang hak asasi manusia, hak-hak


sipil (madani) dan politik untuk seluruh rakyat.

 Meningkatkan keinsafan mempunyai undang-undang yang adil sesuai


syarak.

 Memastikan kehadiran media massa yang bebas, sadar, amanah, beretika


dan profesional agar umat tidak mudah dimangsa oleh penjajah baru, baik
dari kalangan bangsa sendiri atau orang luar.

 Memastikan pemimpin umat dan negara terdiri dari kalangan orang yang
bertaqwa, berakhlak dan bersih dari penyalahgunaan kekuasaan untuk
kepentingan diri, keluarga dan kelompoknya.

11. Menimbulkan keinsafan mendalam di kalangan rakyat tentang perlunya


penghakiman yang adil. Kehakiman yang adil adalah tuntutan Islam.

12. Meningkatkan program untuk melahirkan masyarakat penyayang yang tidak


aniaya satu sama lain. Menanamkan tata kehidupan saling kasih mengasihi dan
beradab sopan sesuai adat basandi syarak syarak basandi Kitabullah.

Peranan Generasi Muda 21


TANTANGAN KONTEMPORER
Generasi muda Islam, mesti meniru kehidupan lebah, yang kuat
persaudaraannya, kokoh organisasinya, berinduk dengan baik, terbang bersama
membina sarang, dan baik hasil usahanya serta dapat dinikmati oleh lingkungannya.

Daftar Pustaka

1. Al Quranul Karim,
2. Al-Ghazali, Majmu’ Al-Rasail, Beirut, Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 1986,
3. Al-Falimbangi, ‘Abd al-Samad, Siyarus-Salikin,
4. Ibn ‘Ajibah, Iqaz al-Himam,
5. Lu’Lu’wa al-Marjan, hadist-hadis riwayat Bukhari, Muslim, Tarmizi dan Nasa^i.
6. Sa’id Hawa, Tarbiyatuna Al-Ruhiyah,
7. Sahih al-Bukhari, Kitab al-Da’awat,
8. Sorokin, Pitirim, “The Basic Trends of Our Time”, New Haven, College & University Press,
1964, hal.17-18.

Wassalamu ‘alaikum Wa Rahmatullahi Wa barakatuh,

H. MAS’OED ABIDIN
bin H.Zainal Abidin bin Abdul Jabbar Imam Mudo

LAHIR TANGGAL : 11 Agustus 1935 di Kotogadang, Bukittinggi,


JABATAN : Direktur Eksekutif Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPIM), Ketua
Umum Badan Amil Zakat (BAZ) Provinsi Sumbar, Wakil Ketua Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Perwakilan Sumbar di Padang, Ketua
MUI Sumbar Membidangi Dakwah, Sekretaris Dewan Pembina ICMI Orwil
Sumbar.
ALAMAT : Jalan Pesisir Selatan V/496 Siteba Padang (KP - 25146),
Tel : 0751-52898, Fax/Tel: 0751-58401.
Buku yang sudah diterbitkan ;
1. Islam Dalam Pelukan Muhtadin MENTAWAI, DDII Pusat, Percetakan ABADI, Jakarta - 1997.
2. Dakwah Awal Abad, Pustaka Mimbar Minang, Padang - 2000.

Didalam Pelaksanaan ABS-SBK di Sumatra Barat 22


H. MAS’OED ABIDIN
3. Problematika Dakwah Hari Ini dan Esok, Pustaka Mimbar Minang, Padang – 2001.
4. Suluah Bendang, Berdakwah di tengah tatanan Adat basandi syarak, Syarak Basandi
Kitabullah di Minangkabau, Pustaka Mimbar Minang, Padang - 2002.
5. Pernik Pernik Ramadhan, Pustaka Mimbar Minang, Padang – 2002.

Dalam proses Pencetakan ;


1. Taushiyah DR. Mohammad Natsir, Pusataka Mimbar Minang, Padang –2002.
2. Dakwah Komprehensif, DDII Pusat, Media Dakwah, Jakarta – 2002.

Web-site : http://www.masoedabidin.web.id
Mail to : masoedabidin@yahoo.com
masoedabidin@hotmail.com

Berkata Nabi SAW,


“Tidak masuk sorga hingga kamu beriman. Dan tidak beriman kalian, sehingga saling
menyayangi.
Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu, apabila kamu kerjakan akan terjalin kasih
sayang sesama kamu .. ??? Tebarkan salam di antara kalian.

Peranan Generasi Muda 23

You might also like