Professional Documents
Culture Documents
MAS’OED ABIDIN
، ل إله إل الله ول نعبببد إل إياه، الحمببد لله حمدا كثيرا طيبببا مباركببا فيببه
وأزكى صلوات الله وتسليماته على.مخلصين له الدين ولو كره الكافرون
وأسبوتنا وحبيبنبا محمبد صبلى الله عليبه وسبلم واله ورضبي،سبيدنا وإمامنبا
،،،،، أما بعد. ومن سار على ربهم إلى يوم الدين،الله عن أصحابه
Segala puji diperuntukkan kepada Allah S.W.T.
Selawat dan salam bagi Baginda Rasulullah SAW. Kepada beliau telah diberikan
wahyu, yang mengajar berbagai program ilmu, meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman dalam aspek-aspek tertentu mengenai Islam dan kehidupan
MUKADDIMAH
Pemuda adalah kelompok besar di tengah satu bangsa, mempunyai tugas dan
memikul amanah besar menjadi pelopor perubahan (agent of changes), dengan bekal
keyakinan iman kepada Allah, maka semestinya tumbuh menjadi kekuatan,
Pemuda dan pemudi yang memiliki kejernihan akal budi dalam menghadapi
tantangan kontemporer, mesti berbekal jati diri sesuai fitrah menurut bimbingan Allah.
1
Disampaikan pada Pelatihan Adat dan Budaya Minangkabau bagi generasi muda di Kabupaten Tanah
Datar, bertempat di Hotel Pagaruyung Batusangkar, Selasa 29 Juni 2004.
Peranan Generasi Muda 1
TANTANGAN KONTEMPORER
Tantangan kontemporer antara lain penetrasi budaya dan sekularisme yang menjajah
mentalitas manusia di abad ini.
Di samping itu, meniru gaya hidup global (the globalization life style) dan nyatanya
telah didominasi sikap yahudi seperti pergaulan bebas, kecanduan madat dan miras, serta
budaya lucah (sensate culture) dengan hanya memuja nilai rasa panca indera,
menonjolkan keindahan sebatas yang di lihat (ditonton), di dengar, di rasa, di sentuh, di
cicipi, bertumpu kepada sensual, erotik, seronok, hedonis atau ganas, mengutamakan
kesenangan badani (jasmani) belaka.
Masalah besar hari ini, terjadinya interaksi dan ekspansi kebudayaan secara meluas
melalui media informasi dan pengagungan materi (materialistik) secara berlebihan, dan
perilaku yang menjauhi supremasi agama (sekularistik), sehingga kehidupan manusia
tumbuh dengan memuja kenikmatan badani (hedonistik), sehingga menyimpang jauh dari
budaya luhur, serta merta telah memunculkan Kriminalitas, Sadisme, Krisis moral secara
meluas.
2
Sorokin, Pitirim, “The Basic Trends of Our Time”, New Haven, College & University Press, 1964,
hal.17-18.
Didalam Pelaksanaan ABS-SBK di Sumatra Barat 2
H. MAS’OED ABIDIN
seni bergeser kearah sensual, erotik, horor, ganas, melahirkan klub-klub hiburan, kasino
dan panti pijat. 3
pemangku adat Minangkabau di mana saja berdiam tidak akan senang di sebut tidak
beragama, dan seorang alim betapapun modernnya tidak menerima jika dikatakan dia
tidak beradat. Orang yang tidak beradat dan tidak beragama Islam, di samakan
kedudukannya dengan orang tidak berbudi pekerti, di sebutkan indak tahu di nan ampek.4
Adat Minangkabau dinamis, menampakkan raso (hati, arif, intuitif) dan pareso (akal,
rasio, logika), hasil nyata dari alam takambang jadi guru, makin kokoh dengan keyakinan
yang diisi oleh agama Islam yang benar (haq dari Rabb).
3
Budaya sensate ini dipertajam oleh kehidupan remaja kota dengan budaya populer (urban popular
culture) dan hedonistik (mulai berkembang 1960). …. Sensate culture menurut Pitirim, “…beralaskan
kenikmatan dan kepuasan sebatas pandang dengar memenuhi tuntutan rasa dan selera dalam memenuhi
tuntutan kepuasan sejenak yang semu (based upon the ultimate principle that true reality and value are
sensory and that the beyond the reality and values wich we can see, hear, smell, touch and taste there is no
other reality and no real values), dimana nilai-nilai ajaran agama dan ketuhanan tidak banyak berperan
mengawasi tindakan masyarakat, sehingga kehidupan social menjadi sangat keras dibungkus perilaku
hedonis (….Despite its lipservice to the values of the Kingdom of God, it cares mainly about sensory values
of wealth, health, bodily confort, sensual pleasures and last for power and fame. It’s dominant ethic is
invariably utilitarian and hedonistic….. Its politics and economics are also decisively utilitarian and
hedonistic…”). Sehingga apa yang disebut sebagai gaya hidup global (the globalization of lifestyle) yang
tampak di dalam gaya hidup world wide sing sejak 1990 itu, telah banyak melahirkan pribadi yang rapuh
dan terbelah (split personalities),dengan kelaziman banyak ilmu namun tipis keimanan (too much science
too little faith), yang akhirnya melahirkan paham nihilisme atau budaya senang lenang (culture contenment).
4
Sama artinya dengan bodoh. Sangat menarik pemakaian angka-angka di Minangkabau, lebih nyata
bilangan genap, realistis seperti ”kato nan ampek (4), undang-undang nan duopuluah (20), urang nan
ampek jinih, nagari nan ba ampek suku, cupak nan duo (2), cupak usali jo cupak buatan, rumah basandi
ganok, tiang panjang jo tonggak tapi, basagi lapan (8) atau sapuluah (10) artinya angka genap. Datang
agama Islam, di ajarkan pula pitalo langik nan tujuah (7), sumbayang nan limo wakatu, rukun Islam nan
limo (5), maka secara batinnya antara adat dan agama saling melengkapi dari yang genap sampai yang
ganjil.
Peranan Generasi Muda 3
TANTANGAN KONTEMPORER
pakai. Baburu kapadang data, Dapeklah ruso balang kaki, Baguru kapalang aja, Bak bungo
kambang tak jadi”.
Kalangan Remaja dan para pemuda yang terdidik (el-fataa) khususnya dan umat
Islam, wajib mengukuhkan ukhuwah dan semangat persaudaraan (ruh al ukhuwwah)
yang terjalin baik, guna dijadikan senjata ampuh menghadapi tantangan kontemporer.
Persaudaraan tidak dapat di raih dengan meniadakan hak-hak individu orang banyak. 5
Tamak dan loba dalam tatanan ekonomi akan mempertajam permusuhan antara dhu’afak
dengan kapitalis. Bakhil akan meruntuhkan perasaan persaudaraan dan perpaduan.
Setiap Muslim wajib mengagungkan Allah dan menghargai nikmatNya yang menjadi
sumber dari rezeki, kekuatan, kedamaian dan membimbing manusia keluar dari
kegelapan menuju cahaya.
َ ُ َ ُ َ
ن ِ ّ وال
َ ذي ِ ت إِلَى النُّو
َ ر ِ ماَ ُ ن الظّل َ مِ مْ ه ُ ج
ُ رِ خ
ْ ُ منُوا ي
َ ن ءَاَ ذيِ ّ ي ال ّ ِ ول ُ ّ الل
َ ه
ُ ُ م الطَّا َ
ت
ِ ما َ ُ ر إِلَى الظّل ِ ن النُّو
َ م
ِ م ْ ه
ُ َ جونُ ر
ِ خْ ُت ي ُ غو ُ ه
ُ ؤُ ولِيَاْ فُروا أ َ َك
Allah adalah pelindung bagi orang-orang yang beriman yang mengeluarkan mereka dari
berbagai kegelapan kepada nur(hidayah-Nya). Dan orang-orang kafir itu pelindung-pelindung
mereka ialah taghut ( sandaran kekuatan selain Allah) yang mengeluarkan mereka daripada nur
(hidayah Allah) kepada berbagai kegelapan. 6
Arus globalisasi dapat menumpangkan riak pada gelombang seperti penetrasi budaya
dari luar. Apabila pagar budaya kita lemah, niscaya akan terjadi jalan di alieh urang lalu.
Disamping itu, infiltrasi dari luar acap kali pula berdampak perubahan perilaku anak
nagari (masyarakat, praktek pemerintahan, pengelolaan wilayah dan asset, serta
perkembangan norma lebih mengedepan -kan perebutan prestise, materialistis dan
individualistik sehingga kepentingan bersama masyarakat terabaikan. Karenanya, bukan
kemustahilan bila idealisme kebudayaan Minangkabau menjadi sasaran cercaan, serta upaya
kebersamaan (kolektifiteit) menjadi kurang dibanding prestasi individual.
Secara jujur, kita harus mengakui bahwa adat tidak mungkin lenyap, manakala
orang Minangkabau memahami dan mengamalkan fatwa adatnya. “Kayu pulai di Koto
5
Pepatah Arab menyebutkan, كساع الى الهيجا بغير سلح-اخاك اخاك ان من ل اخا له
6
Al-Baqarah, 257
Didalam Pelaksanaan ABS-SBK di Sumatra Barat 4
H. MAS’OED ABIDIN
alam, batangnyo sandi ba sandi, Jikok pandai kito di alam, patah tumbuah hilang baganti”,
artinya secara alamiah (natuurwet) adat itu akan selalu ada dalam prinsip jikalau patah
akan tumbuh (maknanya hidup dan dinamis) mengikuti perputaran masa yang tidak
mengenal kosong, dan setiap kekosongan akan selalu terisi, dengan dinamika akal dan
kekuatan ilmu (raso jo pareso) dengan sendi keyakinan maka yang hilang akan berganti.
Di sini kita menemui kearifan menangkap perubahan yang terjadi, “sakali aie gadang,
sakali tapian baralieh, sakali tahun baganti, sakali musim bakisa” lebih komprehensif bahwa
perubahan tidak mengganti sifat adat, sungguhpun penampilannya di alam nyata
mengikut zaman dan waktu, “kalau di balun sabalun kuku, kalau dikambang saleba alam,
walau sagadang biji labu, bumi jo langit ado di dalam”. Keistimewaan adat ada pada falsafah
adat mencakup isi yang luas, ibarat biji (tampang) manakala ditanam, dipelihara,
tumbuh dengan baik, semua bagiannya (urat, batang, kulit, ranting, dahan, pucuk, yang
melahirkan pula tampang-2 baru sesuai dengan buahnya) menjadi satu kesatuan besar
dan berguna apabila terletak pada tempat dan waktu yang tepat.
Telah sejak lama menjadi pekerjaan utama anak nagari, di mulai dari penyiapan
sarana surau menjadi lembaga pendidikan anak nagari di dusun (nagari) dan taratak
(kota), sampai kepada mencari pasangan dan menerima urang sumando, menjadi
cerminan dari tatanan masyarakat kuat (mandiri) berakhlaq dan paham syarak.
Rarak kalikih dek mindalu, tumbuah sarumpun jo sikasek, Kok hilang raso jo
pangabek dan Nak urang Koto Hilalang, nak lalu ka Pakan
malu, bak kayu lungga pangabek,
Baso, malu jo sopan kalau lah hilang, habihlah raso jo pareso.
pareso
rasa yang dipunyai setiap diri, kemudian di bimbing oleh agama yang mengisi
keyakinan sahih (Islam), menanam rasa malu (haya’), raso dan pareso, iman kepada Allah,
yakin kepada hari akhirat, mengenal hidup akan mati, memancangkan benteng aqidah
(tauhid) dari rumah tangga dan lingkungan (surau) menjadi gerakan mencerdaskan umat,
“Indak nan merah pado kundi, indak nan bulek pado sago, Indak nan indah pado
budi, indak nan indah pado baso”,
“Anak ikan dimakan ikan, gadang di tabek anak tanggiri, ameh bukan pangkaik
pun bukan, budi sabuah nan di haragoi”,
“Dulang ameh baok ba –laia, batang bodi baok pananti, utang ameh buliah di
baie, utang budi di baok mati”,
“Pucuak pauh sadang tajelo, panjuluak bungo galundi, Nak jauah silang
sangketo, Pahaluih baso jo basi”,
“Anjalai tumbuah di munggu, sugi-sugi di rumpun padi, nak pandai rajin baguru,
nak tinggi naiakkan budi”.7
ٌ َم طَائِف
ة ِّ ُ ن ك
ِ ٍل فِْرقَة
ْ ُمنْه ْ م ً َّن لِيَنْفُِروا كَاف
ِ ة فَلَوْل َ نَفََر ُ ْ ن ال
ِ ْمؤ
َ منُو َ ما كَا
َ َو
َ َ
َ حذَُرو
ن ْ َم ي ْ ِجعُوا إِلَيْه
ْ ُم لَعَل ّه َ م إِذ َا َر ْ َن وَلِيُنْذُِروا ق
َ و
ْ ُمه ِ لِيَتَفَقّهُوا فِي الدِّي
“Tidak sepatutnya bagi orang Mukmin itu pergi semuanya kemedan perang. Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam ilmu
pengetahuan mereka tentang agama (syariat, syarak) dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya (dengan cara-cara mengamalkannya pada setiap perilaku dan tindakan dengan
kehidupan beradat), apabila mereka telah kembali kepadanya – kekampung halamannya --, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS.IX, at Taubah, ayat 122).
7
Tidak ada yang lebih indah daripada budi dan basabasi. Yang dicari bukan emas dan bukan pula
pangkat, akan tetapi budi pekerti yang paling dihargai. Hutang emas dapat di bayar, hutang budi dibawa
mati. Agar jauh silang sengketa, perhalus basa dan basi (budi pekerti yang mulia). Jika ingin pandai rajin
belajar, jika ingin tinggi (mulia), naikkan budi pekerti.
Didalam Pelaksanaan ABS-SBK di Sumatra Barat 6
H. MAS’OED ABIDIN
Alangkah indahnya satu masyarakat yang memiliki adat yang kokoh dan agama
(syarak) yang kuat, yang tidak bertentangan satu dan lainnya, malahan yang satu
bersendikan yang lainnya, dimana hidup mengamalkan “kokgadang indak malendo, kok
cadiek indak manjua, tibo di kaba baik baimbauan, tibo di kaba buruak ba hambauan”.
kekerabatan dengan benteng aqidah yang kuat, berusaha baik di dunia fana dan
Labuah nan pasa terbentang panjang, tepian tempat mandi terberai (terserak dan
terdapat) di mana-mana, gelanggang untuk yang muda-muda serta tempat sang juara
Masyarakatnya hidup aman dan makmur, dengan anugerah alam dan minat seni
yang indah.
beradab (madani) dengan spirit kebersamaan (sa-ciok bak ayam sa-danciang bak basi),
sesuai pepatah “Anggang jo kekek cari makan, Tabang ka pantai kaduo nyo, Panjang jo singkek
pa uleh kan, mako nyo sampai nan di cito”, diperkuat dengan keterpaduan (barek sa-pikua
ringan sa-jinjiang) atau “Adat hiduik tolong manolong, Adat mati janguak man janguak, Adat
isi bari mam-bari, Adat tidak salang ma-nyalang”, nyata pada tangga musyawarah (bulek aie
dek pambuluah, bulek kato dek mupakat), dalam kerangka “Senteng ba-bilai, Singkek ba-uleh,
Ba-tuka ba-anjak, Barubah ba-sapo” dalam menerjemahkan iman kepada Allah SWT dan
Dalam Fatwa adat di sebut tanggung jawab masyarakat adat menjaga ketaatan
hukum dan memelihara keteraturan sebagai ciri utama masyarakat bersyukur, yang
berbuat menurut aturan dan undang-undang.
“Nan babarih babalabeh, nan ba-ukua nan ba jangko, Mamahek manuju barih,
Tantang bana lubang katabuak. Manabang manuju pangka, Malantiang manuju
tangkai, Tantang bana buah ka rareh. Kok manggayuang iyo bana putuih, Kok ma-
umban iyo bana rareh.”
Artinya, setiap pekerjaan mesti sesuai dengan aturan dan tidak boleh ada bengkalai. Ada
aturan sesuai garis sunnatullah, agar terlaksana dengan baik. Dengan mendalami ilmu,
lahirlah rasa khasyyah (takut) dan takwa kepada Allah dengan melahirkan watak
menjauhi rasa takabbur, kufur dan bangga diri dengan merendahkan orang lain.
kehidupan menjadi satu yang wajib. Al-Sunnah telah memberikan perhatian mendalam
8
Lihat QS.14, Ibrahim : 1.
Didalam Pelaksanaan ABS-SBK di Sumatra Barat 8
H. MAS’OED ABIDIN
ذاق طعام ال يمان من رضي بالله ربا وبا ل سل م دينا وبمحمد
.رسول
Yang merasakan lazatnya iman adalah orang yang redha terhadap Allah sebagai
Tuhannya, dan redha terhadap Islam sebagai agamanya dan redha terhadap Muhammad sebagai
Rasul.9
مسن كان الله ورسسوله: ثلث مسن كسن فيسه وجسد طعسم اليمان
ومن,ومن احب عبدا ل يحبه ال الله ,احب اليه مما سواهما
يكره ان يعود فسسى الكفسسر بعسسد ان انقذه الله منسسه كمسسا يكره ان
.يلقى فى النار
Ada tiga perkara, barangsiapa terdapat pada dirinya, maka dia akan merasakan lazatnya
keimanan : Orang yang mencintai Allah dan RasulNya lebih daripada selain keduanya, orang
yang mencintai seorang hamba hanya karena Allah, dan orang yang benci untuk kembali kepada
kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana dia benci untuk dilempar ke dalam
neraka.10
9
Hadith riwayat Muslim dan Tarmizi.
10
Hadith riwayat Bukhari, Muslim, Tarmizi dan nasa^i.
Peranan Generasi Muda 9
TANTANGAN KONTEMPORER
menyediakan alam sebagai sumber daya (material resources) bagi manusia yang hidup
di alam (bumi) ini. Alam memang tidak menyiapkan segalanya serba jadi (ready to
used). Alam perlu diolah oleh tangan manusia, sehingga dapat mendatangkan nilai lebih
dan nilai guna yang optimal bagi manusia. Untuk itu, manusia memerlukan alat dan
ilmu. Supaya kita dapat serta merta merealisasikan hikmatnya.
Di dalam Islam, setiap insan didorong agar memiliki ilmu pengetahuan yang
cukup dan memadai. "Siapa yang menginginkan dunia dia peroleh dengan ilmu, sesiapa yang
inginkan (kebahagiaan) akhirat juga dengan ilmu, bahkan yang menginginkan keduanya, juga
hanya dengan ilmu".
ُ َ
ْ ُ وتِيْت
م ْ ما أ
َ و
َ ر َربِّي
ِ م
ْ نأْ م
ِ ح ْ ل الُّر
ُ و ُ ح
ِ ق ْ ن الُّر
ِ و ِ ع
َ ك ْ ُ سئَل
َ َ ون ْ َي
َ َّ علْم ِ إِل
ًقلِيْل ِ ْ ن ال
َ م
ِ .
dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh . Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku,
dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS.17, al Isra’ : 85).
Kesediaan membuat sesuatu yang lebih baik untuk masa dating secara madiyah
(material) maupun ruhaniyah (spiritual) diringi dengan keteguhan pendirian menjauhi
segala bentuk kemungkaran dan berharap supaya dihindarkan dari azab neraka, akan
berperan didalam hidup berakhlak karimah, dengan mengutamakan kesopanan
pergaulan dan memakaikan rasa malu.
Rarak kalikih dek mindalu, tumbuah sarumpun jo sikasek, kok hilang raso jo
malu, bak kayu lungga pangabek. 11
Apabila malu sudah hilang, tidak ada lagi yang
mengikat seseorang untuk berbuat seenak hatinya.
Anak urang Koto Hilalang, Handak lalu ka Pakan Baso, malu jo sopan kalau lah
hilang, habihlah raso jo pareso.
11
Rarak (berjatuhan) kalikih (buah pepaya) karena mindalu (parasit). Tumbuh serumpun dengan sikasek.
Kalau hilang rasa dan malu. Bagaikan kayu longgar pengikat. (Artinya, seperti seikat kayu berserakan
kesana kemari).
Didalam Pelaksanaan ABS-SBK di Sumatra Barat 10
H. MAS’OED ABIDIN
•Kegotongroyongan.
Tindakan •Kebajikan, adil, jujur,beradab,
•Menahandiri darikejahatan, hormati sesama,
taktis •Musyawarah, menjagakerahasiaan, konsisten,
•Menghormati perbedaan, loyal danberadat.
Alangkah indahnya masyarakat adat, jika padi manjadi, jaguang maupiah, menara
masjid menjulang keangkasa, “musajik tampek ba ibadah, tampek ba lapa ba makna,
tampek baraja Alquran 30 juz, tampek mangaji salah jo batal”, balai permusyawaratan
terpancang kokoh di bumi, (balairung atau balai adat) tempat musyawarat dan
menetapkan hukum dan aturan “balairuang tampek manghukum, ba aie janiah ba
sayak landai, aie janieh ikannyo jinak, hukum adil katonyo bana, dandam agieh
kasumaik putuih, hukum jatuah sangketo sudah”, jenjang musyawarat terpelihara
Kitabullah yang menjadi landasan dari syarak mangato adat memakai, menjelaskan
tentang penghormatan terhadap perbedaan itu,
ُ َ
َ ِ شعُوب ًبا وَقَبَائ
ل لِتَعَاَرفُوا ْ جعَلْنَاك ُب
ُ م َ م نْب ذ َكَرٍ وَأنْث َبى َو ْ خلَقْنَاك ُب
ِ م َ سب إِن َّبا
ُ يَاأيُّهَبا النَّا
َ َ َ َ َ َ إ
خبِيٌر
َ م َ ّ ن الل
ٌ ه عَلِي ْ ُ عنْد َ الل ّهِ أتْقَاك
ّ ِم إ ْ ُ مك
ِ م َ ن أكَْرّ ِ
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berkabilah-kabilah (bangsa-bangsa)dan
berpuak-puak (suku-suku) supaya kamu saling kenal mengenal …”, (QS.49, al Hujurat :
13).
Apabila anak nagari di biarkan terlena dengan apa yang dibuat orang lain, dan
lupa membenah diri dan kekuatan ijtima’i (kebersamaan), tentulah umat Islam ini akan di
jadikan jarum kelindan oleh orang lain di dalam satu pertarungan gazwul fikri. “Pariangan
manjadi tampuak tangkai, Pagarruyuang pusek Tanah Data, Tigo Luhak rang
mangatokan. Adat jo syarak jiko bacarai, bakeh bagantuang nan lah sakah, tampek
bapijak nan lah taban”.
Kekuatan tamaddun dan tadhamun (budaya) dari syarak (Islam) menjadi rujukan
pemikiran, pola tindakan masyarakat berbudaya yang terbimbing dengan sikap tauhid
(aqidah kokoh), kesabaran (teguh sikap jiwa) yang konsisten, keikhlasan (motivasi amal
ikhtiar), tawakkal (penyerahan diri secara bulat) kepada kekuasaan Allah yang jadi ciri
utama (sibghah, identitas) iman dan takwa secara nyata yang memiliki relevansi
diperlukan setiap masa, dalam menata sisi-sisi kehidupan kini dan masa depan.
Remaja masa depan di era globalisasi, wajib lahir dengan budaya luhur (tamaddun)
yang berpaksikan tauhidik. Artinya generasi Minangkabau memiliki daya inovasi dan
daya kreasi yang tinggi, ditupang oleh tamaddun yang luhur . Cahaya akal mesti
diletakkan di bawah naungan payung wahyu agar berpadu kepintaran dengan
kebijaksanaan, pengetahuan dengan hidayah. Dengan demikian rahmat dan barakah
dapat diraih. Ihsan dan kasih sayang dapat dicapai. Dengan ilmu yang berteraskan iman,
para pemimpin dan aktivis muda Islam di nagari-nagari akan dapat merumus fikrah
harakiah untuk merancang gerak menyatakan visi dan misi di dalam menegakkan adat
basandi syarak, syarak basandi Kitabullah di Minangkabau.
Generasi muda di Sumatra Barat memiliki tanggung jawab masa lalu yakni
kewajiban terhadap budaya luhur para leluhur (cultural base). Mempunyai tanggung
jawab masa kini yaitu kewajiban terhadap diri dan masyarakat dengan menata kehidupan
berlandaskan norma-norma adat dan syarak (religious base). Memiliki kewajiban masa
depan yang hanya dapat diraih dengan keberhasilan menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi (knowledge base). Ketiga asas (basis) tersebut tampak dalam kualitas kepribadian
generasi Minangkabau, “Basilek di ujuang muluik, Malangkah di pangka karih, Bamain di
ujuang padang. Tahan di keih kato putuih, Tahu di kilek dengan bayang, Tahu di gelek kato habih.
Tahu di rantiang kamalantiang, Tahu di dahan nan ka mahimpok.” Artinya, mendidik dan
melatih kader pimpinan. Mengatasi kurenah dan perbedaan pendapat untuk
memenangkan pertarungan menumpas kebatilan.
Para pejuang muda Islam, terutama generasi muda perlu iltizam harakah atau
gerakan saciok bak ayam sa danciang bak basi. Mengedepankan manhaj haraki yakni lazim
dipakai dengan program bulek aie dek pambuluah bulek kato kamupakaik. Mengamalkan
budaya amal jama’i yaitu kok gadang indak malendo, kok cadiek indak manjua, tibo di kaba baik
Pendekatan haraki (social movement) menangani isu perubahan global, sakali aie
gadang, sakali tapian barubah, sakali tahun baganti, sakali musim bakisa, mesti dilaksanakan
dengan tanggungjawab nan elok dipakai, nan buruak dibuang. Kepimpinan bukan ghanimah
mengaut keuntungan diri sendiri. Kepemimpinan adalah amanah dan tanggungjawab di
dalam adat basandi syarak syarak basandi Kitabullah adalah, “Manyuruah babuek baik,
malarang babuek jahek,Mahirik mambantang, manunjuak ma-ajari. Managua manyapo.
Tadorong mahelo, talompek manyentak, Gawa ma-asak, ma asak lalu ka nan bana. Tak ado karuah
nan tak janieh. Tak ado karuik nan tak salasai. Sesungguhnya adalah satu gerakan
masyarakat bersama atau harakah Islamiyah mengangkat umat di nagari mencapai
kejayaan hidup sesuai syarak (Islam). Kreativiti dan inovasi sebagaimana dimaklumi
bersama berkait rapat dengan berbagai bidang dakwah. Antaranya pengurusan sumber
manusia, komunikasi, percetakan elektronik, e-book, e-newspaper, video conferencing, virtual
school, universiti maya dan sebagainya.12
dan zikrullah. Mahir merancang dan mengurus, seiring dengan melatih dan
nagari. Generasi muda yang terdidik dengan paksi Islam – Adat basandi syarak, syarak
basandi Kitabullah --, mampu menilai teknologi maklumat, mahir bergaul dan
kesudahannya menarik minat dan dukungan umat banyak, serta mahir berpolitik,
12
Para aktivis Islam perlu meningkatkan kreativitas. Sudah sampai masanya menampilkan wawasan
dan perspektif Islam dalam berbagai bidang informasi, TV dan Radio Internet, adalah contoh mutakhir
dalam usaha mengatasi halangan dalam menyampaikan maklumat alternatif kepada masyarakat dengan lebih
efektif dan bersifat global.
masa kini mesti memiliki utilitarian ilmu. berasaskan epistemologi Islam yang jelas,
dalam kata adat disebutkan, “Iman nan tak buliah ratak, kamudi nan tak buliah patah,
Jiwa Adat
Sadar Istiadat
Iman
Interaksi Amaliyah
Generasi masa datang mesti memiliki pemahaman luas dengan tasawwur (world
view). “Kalau tak tasuo di jalannyo, namuah ba pua-pua dagiang, namuah bakacau-kacau darah,
tando sabana laki-laki.” Dalam kondisi kritis sekalipun, generasi Minangkabau selalu awas
dan berhati-hati, “Bakato sapatah dipikiri, Bajalan salangkah maliek suruik, Mulik tadorong
ameh timbangannyo, Kaki tataruang inai padahannya, Urang pandorong gadang kanai, Urang
pandareh ilang aka.”
KONSEP TATA-RUANG
Adalah salah satu kekayaan budaya yang sangat berharga di nagari dan bukti
idealisme nilai budaya di Minangkabau, termasuk di dalam mengelola kekayaan alam dan
pemanfaatan tanah ulayat.
Tata ruang yang jelas memberikan posisi peran pengatur, pemelihara. Pendukung
sistim banagari yang terdiri dari orang ampek jinih, yang terdiri dari ninikmamak (yakni
penghulu pada setiap suku, yang sering juga disebut ninikmamak nan gadang basa
batuah, atau nan di amba gadang, nan di junjung tinggi, sebagai suatu legitimasi masyarakat
nan di lewakan), alim ulama (juga disebut dengan panggilan urang siak, tuanku, bilal, katib
nagari atau imam suku, dll dalam peran dan fungsinya sebagai urang surau pemimpin
agama Islam ditengah denyut nadi kehidupan masyarakat (anak nagari), cerdik pandai
(dapat saja terdiri dari anak nagari yang menjabat jabatan pemerintahan, para ilmuan,
perguruan tinggi, hartawan, dermawan), urang mudo (yakni para remaja, angkatan muda,
yang dijuluki dengan nan capek kaki ringan tangan, nan ka disuruah di sarayo). Dan Bundo
Kanduang di Minangkabau, adalah menjadi “limpapeh rumah nan gadang, umbun puruak
pegangan kunci, pusek jalo kumpulan tali, sumarak dalam nagari, nan gadang basa batuah”).
Dukungan masyarakat adat dan kesepakatan tungku tigo sajarangan yang terdiri
dari ninikmamak, alim ulama, cadiak pandai, bundo kanduang dan kalangan rang mudo,
nagari sangat berkepentingan dalam merumuskan nagarinya. Konsep ini mesti tumbuh dari
akar nagari itu sendiri. Tidak suatu pemberian dari luar. “Lah masak padi 'rang Singkarak,
masaknyo batangkai-tangkai, satangkai jarang nan mudo, Kabek sabalik buhul sintak, Jaranglah
urang nan ma-ungkai, Tibo nan punyo rarak sajo”, artinya diperlukan orang-orang yang ahli
berlaku. Hal ini perlu dipahami, supaya jangan tersua “ibarat mengajar kuda memakan
dedak”.
Tugas kembali kenagari adalah menggali potensi dan asset nagari yang terdiri dari
budaya, harta, manusia, dan agama anutan anak nagari. Apabila tidak digali, akan
mendatangkan kesengsaraan baru bagi masyarakat nagari. Dimulai dengan memanggil
potensi yang ada dalam unsur manusia, masyarakat nagari. Gali kesadaran akan benih-
benih kekuatan yang ada dalam diri masing-masing. Kemudian observasinya dipertajam,
daya pikirnya ditingkatkan, daya geraknya didinamiskan , daya ciptanya diperhalus, daya
kemauannya dibangkitkan. Upaya ini akan berhasil dengan menumbuhkan atau
mengembalikan kepercayaan kepada diri sendiri.
Kekuatan moral yang dimiliki, ialah menanamkan "nawaitu" dalam diri masing-
masing, untuk membina umat dalam masyarakat di nagari harus diketahui pula kekuatan-
kekuatan.
Teranglah sudah, bagi setiap orang yang secara serius ingin berjuang di bidang
pembangunan masyarakat nagari lahir dan batin, material dan spiritual pasti akan
menemui disini iklim (mental climate) yang subur. Apabila pandai menggunakan dengan
tepat akan banyak membantu usaha pembangunan itu. Melupakan atau mengabaikan ini,
adalah satu kerugian. Berarti mengabaikan satu partner "yang amat berguna" dalam
pembangunan masyarakat dan negara.
13
Alam ini tidak diciptakan dengan sia-sia. Di dalamnya terkandung faedah kekuatan, dan khasiat
yang diperlukan untuk mempertinggi mutu hidup jasmani manusia dengan bekerja membanting tulang dan
memeras otak untuk mengambil sebanyak faedah dari alam dengan menikmati sambil mensyukurinya dan
beribadah kepada Ilahi Yang Maha Kuasa.
Didalam Pelaksanaan ABS-SBK di Sumatra Barat 18
H. MAS’OED ABIDIN
dan pantas, sehingga terbentuk umat utama yang kuat dengan sehat fisik, sehat jiwa, sehat
pemikiran, dan sehat social, ekonomi, pendidikan mengambil bentuk pemikiran
konstruktif (amar makruf) dan meninggalkan pemikiran destruktif (nahyun 'anil
munkar) menurut tata cara hidup yang diajarkan agama Islam (syarak), yakni berdikari
membantu diri sendiri (self help), membantu dengan ikhlas karena Allah SWT (selfless
help), dan saling bekerjasama membantu satu sama lain (mutual help).
Setiap muslim selalu berhati-hati dan tidak cepat mempercayai suatu berita yang
sumbernya diragukan dan datang dari kelompok fasik yang suka memancing
tumbuhnya kemelut. Sikap tabayun dalam menerima berita mesti selalu dipakai, agar
tidak silap menetapkan amar putusan yang menyisakan penyesalan. Maka
meninggalkan tabayun memancing lahirnya tindakan zalim atau aniaya.
َ َ َ
ٍجهَالَة ً ْصيبُوا قَو
َ ِ ما ب ْ سقٌ بِنَبَأ ٍ فَتَبَيَّنُوا أ
ِ ُن ت ْ ُ جاءَك
ِ م فَا َ ن ْ ِ منُوا إ َ يَاأيُّهَا ال ّذِي
َ ن ءَا
ن
َ ميِ ِم نَادْ ُ ما فَعَلْتَ حوا عَلَى ْ ُ فَت
ُ ِ صب
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka
periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (QS. al-
Hujurat : 6).
Perbuatan 'aku-isme" atau "ananiyah" akan menyuburkan tafarruq dan tanazu',
maka perlu diajarkan cara-cara pembinaan hidup bermasyarakat itu.
KHULASAH
MENAMPILKAN PROGRAM UMATISASI
khusus di Minangkabau (Sumatra Barat), dapat dilakukan dengan berapa agenda kerja,
1. Mengokohkan pegangan umat dengan keyakinan dasar Islam sebagai suatu cara
hidup yang komprehensif.
Mengkritik rasialis dan assabiah jahiliyyah dengan hujjah Islam yang benar.
Memastikan pemimpin umat dan negara terdiri dari kalangan orang yang
bertaqwa, berakhlak dan bersih dari penyalahgunaan kekuasaan untuk
kepentingan diri, keluarga dan kelompoknya.
Daftar Pustaka
1. Al Quranul Karim,
2. Al-Ghazali, Majmu’ Al-Rasail, Beirut, Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 1986,
3. Al-Falimbangi, ‘Abd al-Samad, Siyarus-Salikin,
4. Ibn ‘Ajibah, Iqaz al-Himam,
5. Lu’Lu’wa al-Marjan, hadist-hadis riwayat Bukhari, Muslim, Tarmizi dan Nasa^i.
6. Sa’id Hawa, Tarbiyatuna Al-Ruhiyah,
7. Sahih al-Bukhari, Kitab al-Da’awat,
8. Sorokin, Pitirim, “The Basic Trends of Our Time”, New Haven, College & University Press,
1964, hal.17-18.
H. MAS’OED ABIDIN
bin H.Zainal Abidin bin Abdul Jabbar Imam Mudo
Web-site : http://www.masoedabidin.web.id
Mail to : masoedabidin@yahoo.com
masoedabidin@hotmail.com