You are on page 1of 5

SAMBUTAN DALAM WALIMAH AL ‘URUSY

RASA SYUKUR YANG SESUNGGUHNYA KAMI PERSEMBAHKAN KEPADA ALLAH SWT, TUHAN
YANG MAHA ESA LAGI KUASA, BERIRING SALAM DAN SHALAWAT KEPADA JUNJUNGAN ALAM,

BAGINDA NABI MUHAMMAD SAW, DAN UCAPAN SELAMAT DATANG KEPADA SELURUH HADIRIN
DAN HADIRAT, SERTA PARA UNDANGAN YANG TELAH BERKENAN DATANG , MERINGANKAN LANGKAH

MENGAYUNKAN KAKI, MEMENUHI UNDANGAN DARI SILANG NAN BA PANGKA KARAJO NAN BA

POKOK, YANG SANGAT BESAR ARTINYA DALAM MEMBESARKAN DAN MEMERIAHKAN WALIMAH AL

‘URUSY, RESEPSI PERNIKAHAN ANAK KEMENAKAN KITA,


TEUKU MUHAMMAD GADDAFI (AFFI)
BIN TEUKU JOESRANSYAH
dengan
SITI AMINAH (AMY) BINTI SOFYAN HASAN

Semua kita berharap kiranya doa restru kita bersama, akan


memudahkan bagi kedua mempelai untuk meraih sasaran pernikahan
mereka, di dalam mendapatkan kedamaian, kenyamanan dan ketenangan.
Tentulah kita amat menyadari, bahwa rasa damai hanya dapat dicapai
dengan saling menyintai, saling menguatkan rasa harga menghargai,
dan saling pengertian antara keduanya, yang kemudian dikuatkan oleh
saling menghormati dan mengayomi antara kedua keluarga. Kita
berdoa, dan kami mengharapkan doa restu dari kita semua, kiranya keluarga
baru ini memiliki kemampuan meraih tujuan pernikahan mereka. Amin ya
Mujibas-Saa-ilin.
Disamping itu, UCAPAN SELAMAT sangat pantas kita sampaikan kepada
kedua orang tua ayah dan bunda, yang berbahagia dari kedua mempelai
kita, karena telah menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sebagai ibu dan
bapak dengan sempurna.
Di dalam tatanan adat yang bersendikan syari’at agama menurut
Sunnah dan Kitabullah, adalah tugas ayah-bunda itu, diantaranya,
mengazankan dan memberi nama yang baik di kala si anak lahir,
kemudian memberi makanan, pakaian dan pelajaran/pendidikan
secara cukup, baik dan halal, kemudian yang terakhir
mengantarkan anaknya sampai ketangga pelaminan. Hal itu,
Alhamdulillah, saat ini telah terbukti dengan baik, dan semoga senantiasa
diberkati Allah Azza wa Jalla.
Demikian pula kepada Engku-engku, ninik mamak pangulu andiko
nan gadang basa batuah, alim ulama cerdik pandai suluah bendang –
suluh benderang - di nagari, bundo kandung limpapeh – hiasan - rumah
nan gadang, rang mudo parik paga – parit pagar penjaga keindahan dan
keamanan - di nagari yang di dalam kehidupan sehari-hari telah
menyumbangkan contoh tuladan yang baik.
Kita menyadari, bahwa dengan suri teladan itu telah tumbuh dengan
itu generasi yang baik dan teguh memegang adatnya. Alhamdulillah, ketika
ini, kita ikut menyaksikan dengan gembira, bahwa kedua anak-kemenakan
kita ini, telah melaksanakan satu acara ibadah, yang disunnahkan Rasulullah
SAW, “an- nikahu sunnati, man raghiba ‘an sunnati falaisa minni”,
artinya, “ nikah itu sunnahku, dan yang tidak mau mengikuti sunnahku,
maka tidaklah termasuk umatku”.
Dan saat ini, kita bersama telah menyaksikan pula keduaanya
bersanding di pelaminan, didampingi kedua orang tua, dan sanak keluarga
yang berbahagia.
Kita semuanya berharap kiranya rumah tangga mereka menjadi
penghimpun yang terserak di antara keduanya, pembuka pintu
hikmah dan ilmu, menjadi jembatan rasa mawaddah wa rahmah,
yang memberikan rasa aman bagi umat serta kesejahteraan di
tengah kampung halaman. Amin Ya Mujibas Sailina.
Mulai saat ini, kedua pasangan telah mulai mengayuhkan bahtera
rumah tangga mereka, di tengah samudera kehidupan, yang pasti saja ada
riakj dan gelombang, dan Insya Allah, selama keduanya tetap hati-hati di
tengah pelayarannya, sama amanah memegang kemudi, menjaga haluan
tidak berpaling, niscaya akan terjejak tanah tepi, akan di capai pula pulau
bahagia.
Tentu tidak lama lagi, ananda putri akan menjadi seorang IBU artinya
Ikutan Bagi Umat, menjadi pemayung kasih sayang anak turunan, sesuai
pesan Rasulullah SAW, an nisak ‘imadul bilaad, artinya kaum ibu itu
adalah tiang utama dalam nagari, kalau mereka baik akan baiklah seluruh
nagari, dan kalau mereka rusak maka binasalah seluruh nagari.
Maka, tugas seorang ibu rumah tangga tidak sekedar menyiapkan
makanan dan minuman. Akan tetapi menjadi sumber dari sakinah yakni
bahagia dan ketenangan. Karena itu sangat dituntut bersifat kreatif, ulet,
tabah, sabar dan mampu menghidangkan keindahan dalam rumah
tangga.
Kepada mereka berdua kita doakan pula, moga-moga mereka pandai-
pandai hidup bermasyarakat. Agama maupun adat mengajarkan, hormati
ysng tua-tua, sayangi yang kecil.
Akhirnya, seumpama sebuah pelayaran, maka kami lepas ananda
berdua mengharungi bahtera kehidupan berbekal budi luhur. Ibarat kata
orang,
Kok pergi anak merantau, me nyauk di hilir-hilir, berunding se
patah di pikiri, di ingat ranting yang akan menyangkut,
gemuk tak usah membuang lemak, cerdik jangan membuang
kawan, besar jangan melenda, dan tinggi jangan pula
menghimpit.
Artinya, hasibuu anfusakum qabla an tuha sabuu,
wa zinuu a’malakum qabl;a an tuuzana ‘alaikum ,
maknanya,
hitung-hitunglah diri, ukurlah bayang-bayang sa panjang badan,
sebelum di hitung oleh yang lain, dan timbang-timbanglah amal
perbuatan – karena kelak Allah akan melakukan timbangan atas
dirimu – sebelum engkau mengadakan penilaian terhadap amalan
orang-orang lainnya. (Atsar Shahabat).
Kami mengharapkan semua kita mendoakan, kiranya kedua anak kita ini
senantiasa memelihara prinsip hidup dengan akidah yang benar dan istiqamah
(konsisten). Karena, di sini terletak ’izzah martabat diri. Di dalam
kebanaran, biar dipancung leher putus, setapak tidak akan surut,
kata yang benar dianjak jangan. Di sini terpatri muruah kita. Selalu
berpegang kepada kebenaran. Dahulukan kepentingan negeri (negara) di atas
dari kepentingan diri. Walau nyawa menjadi tantangannya.
Tanah se bingkah telah berpunya,
Rumput sehelai telah bermilik,
malu yang belum di bagi,
suku dan bangsa tak boleh di anjak.
Kebahagian hidup bermasyarakat itu akan terasa apabila kita ada
orang merasa bertambah dan bila kita pergi orang merasa kehilangan,
karena itu hiduplah dengan saling mengingatkan kepada hidayah Allah.
Kebenaran (al-haq min rabbika), datangnya dari Tuhanmu, artinya
yang di gariskan oleh syari’at agama Islam wajib kita menjalankannya.
Demikian pula, kita harapkan kepada ananda putrid, sebagai seorang
perempuan muslimah hendaknya mengetahui kewajiban-kewajibannya.
Di antaranya kewajiban kepada Rabb, Tuhan Yang Maha Menjadikan, dan kewajiban
kepada orang tuanya, kewajiban kepada suaminya, kewajiban terhadap anaknya, kewajiban
terhadap kaum kerabatnya, kewajiban terhadap tetangga, kewajiban terhadap saudara dan
temannya, dan kewajiban terhadap masyarakatnya.
Perempuan muslimah harus mendirikan shalat lima waktu tepat pada waktunya. Tidak
melalaikan waktu-waktu shalat tersebut karena disibukkan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga,
atau tugas sebagai ibu dan istri. Shalat merupakan tiang agama, siapa yang menegakkannya
berarti dia menegakkan agama, dan siapa yang meninggalkan-nya berarti dia telah
merobohkan agama.
Shalat merupakan amal yang paling utama. Diriwayatkan Abdullah bin Mas'ud RA, dia
berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah saw, apakah amal yang paling utama?" Beliau menjawab,
"Shalat tepat pada waktunya." Aku bertanya, kemudian apa lagi? Beliau menjawab, "Berbakti
kepada orang tua." Aku bertanya, kemudian apa lagi? Beliau menjawab, "Jihad di jalan Allah."
(Muttafaq Alaih).
Perempuan muslimah yang taat tidak merasa cukup hanya melaksanakan shalat wajib
lima waktu, tetapi juga melaksanakan shalat-shalat sunnah rawatib dan nawafil (sunnah secara
mutlak), sesuai dengan kesempatan dan kesanggupannya, seperti shalat dhuha dan shalat
tahajud. Sebab shalat-shalat sunah ini dapat mendekatkan hamba kepada Rabb-nya,
mendatangkan kecintaan Allah dan ridhaNya, menjadikannya termasuk orang-orang yang
shalih, taat dan beruntung.
Sabda Rasulullah saw dalam sebuah hadist qudsy Allah berfirman,
"Hambaku senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan melaksanakan shalat-
shalat nafilah hingga Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, maka Aku menjadi
pendengarannya, dengan Aku dia mendengar, Aku menjadi penglihatannya, dengan Aku dia
melihat, Aku menjadi tangannya, dengan Aku dia bertindak, Aku menjadi kakinya, dengan
Aku dia berjalan. Jika dia memohon kepadaKu maka Aku benar-benar akan memberinya dan
Jika dia meminta perlindungan kepadaKu maka Aku benar-benar akan melindunginya".
(HR.Al-Bukhari).
Dan jangan lupa selalu memohon taufiq dfan hidayah kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Di atas segala penghormatan kepada tatanan masyarakat, maka


mufakat sangatlah di utamakan. Mufakat bertujuan hanya untuk
menegakkan kebenaran dengan pedoman tunggalnya adalah hidayah dari
Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda,
“siapapun yang membawa seseorang kepada petunjuk hidayah
Allah – kemudian di ikutinya petunjuk itu --, maka dia akan
mendapatkan balasan sebagaimana balasan yang diterima oleh
orang yang mengikutnya, tanpa mengurangi sedikitpun pahala yang
mereka peroleh” (H.R. Imam Muslim dan Ash-habus-Sunan).
Bismillah, dengan pedoman hidup ini layarkanlah bahtera hidup, hati-
hati memegang kemudi, Insya Allah terjejak tanah tepi.
Kami bersama mendoakan, Semoga Allah akan senantiasa
melimpahkan berkah yang banyak kepada ananda berdua yang
telah mengumpulkan ananada berdua ke dalam kebaikan. Amin Ya
Mujibas Sailina.
Wabillahittaufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh,

You might also like