You are on page 1of 13

c S  


 S  
 
S   
 

S  

 

Kecerdasan ini ditemukan pada sekitar tahun 1912 oleh William Stern. Digunakan sebagai pengukur
kualitas seseorang pada masanya saat itu, dan ternyata masih juga di Indonesia saat ini. Bahkan
untuk masuk ke militer pada saat itu, IQ lah yang menentukan tingkat keberhasilan dalam
penerimaan masuk ke militer.

Kecerdasan ini terletak di otak bagian Cortex (kulit otak). Kecerdasan ini adalah sebuah kecerdasan
yang memberikan kita kemampuan untuk berhitung, bernalogi, berimajinasi, dan memiliki daya
kreasi serta inovasi. Atau lebih tepatnya diungkapkan oleh para pakar psikologis dengan ³What I
Think³.

S  
 

Mulai menjadi trend pada akhir abda 20. Kecerdasan ini di otak berada pada otak belakang
manusia. Kecerdasan ini memang tidak mempunya ukuran pasti seperti IQ, namun kita bisa
merasakan kualitas keberadaannya dalam diri seseorang. Oleh karena itu EQ lebih tepat diukur
dengan feeling.

Kecerdasan emosional digambarkan sebagai kemampuan untuk memahami suatu kondisi perasaan
seseorang, bisa terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Banyak orang yang salah memposisikan
kecerdasan Emosional ini di bawah kecerdasan intelektual. Tetapi, penelitian mengatakan bahwa
kecerdasan ini lebih menentukan kesuksesan seseorang dibandingkan dengan kecerdasan sosial.
Kecerdasan ini lebih tepat diungkapkan dengan ³What I feel´

S   
 

Pertama kali digagas oleh Danar Zohar dan Ian Marshall, masing-masing dari Harvard University
dan Oxford University. Dikatakan bahwa kecerdasan spiritual adalah sebagai kecerdasan untuk
menghadapi persoalan makna atau value untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam
konteks makna yang lebih luas dan kaya.

Kecerdasan ini terletak dalam suatu titik yang disebut dengan God Spot. Mulai populer pada awal
abad 21. Melalui kepopulerannya yang diangkat oleh Danar Zohar dalam bukunya Spiritual Capital
dan berbagai tulisan seperti The Binding Problem karya Wolf Singer.

Kecerdasan inilah yang menurut para pakar sebagai penentu kesuksesan seseorang. Kecerdasan ini
menjawab berbagai macam pertanyaan dasar dalam diri manusia. Kecerdasan ini menjawab dan
mengungkapkan tentang jati diri seseorang, ³Who I am³. Siapa saya? Untuk apa saya diciptakan?

aS  

 S  
 

Sahabatku, banyak di dunia ini hanya diukur dari kecerdasan IQ saja. Padahal menurut penelitian
para pakar, kecerdasan IQ hanya menyumbang 5% (maksimal 10%) dalam kesuksesan seseorang.
Mulai dari kita belajar di Sekolah Dasar dari sistem NEM sampai kuliah dengan sistem IPK. Bahkan
tidak jarang banyak perusahaan yang merekrut seseorang berdasarkan dari test IQ saja.

     Coba kita pahami melalui kisah berikut

Eki memang tidak terlalu pintar dalam mata kuliah statistik. Entah kenapa pelajaran ini terasa berat
dan susah µnyantol¶ di otaknya. Di semester kemaren dia mendapatkan nilai D untuk pelajaran ini.
Namun Eki tidak putus asa, semester berikutnya dia mencoba lagi. Berbagai ramuan penahan rasa
kantuk dia minum hampir setiap malamnya hanya untuk menjadi teman penahan agar tetap melek
dan konsen dalam belajar. Akhirnya masa akhir semester pun tiba, dan kini dia mendapatkan nilai
B. Betapa senangnya Eki ketika itu, rasanya ingin dia memberikan bingkai figura daftar nilai B
tersebut dan memasangnya di kamar untuk jadi kenangan sampai akhir hidup.

Di saat kesenangannya itu dia bercerita kepada Iko salah satu seorang temannya. ³Ko akhirnya
statistik ku dapet nilai B³, ujar Eki dengan hebohnya bagai mendapatkan durian runtuh.

³Ah baru dapat nilai B saja udah seneng, aku yang dapet A aja biasa-biasa aja³, sahut Iko. Iko
memang terkenal pintar di kelasnya. Tak pernah luput darinya rangking 3 besar semenjak SD.

Eki yang saat itu sedang berbinar-binar tiba-tiba langsung menciut hatinya ketika mendegar
komentar dari Iko. Bagaikan kompor yang sedang menyulut tinggi tiba-tiba padam karena tersiram
air.

Coba kita lihat bagaimana sikap yang ditunjukkan oleh Iko. Memang dia pintar, tetapi tidak mampu
memahami perasaan yang dialami oleh Eko. Banyak orang di dunia ini yang pintar namun tidak
mampu berkomunikasi secara perasaan kepada orang lain. Bagaikan paku yang pernah dihujam ke
sebatang kayu, walaupun bisa dicopot kembali namun lubang itu akan masih tetap ada.

6  
      
  

³Hi, kenapa kamu terlihat sedih hari ini Ki?´ sapa Intan begitu masuk ke kelas.

³Yah, aku cuman dapet nilai B dalam statistik´ ujar Eki dengan nada lesu karena habis terciutkan
oleh perkataan si Iko.
³Wow hebat donk, kamu ngulang lagi kan kemaren gara-gara dapet D. Bagus donk sekarang dapet
B³, hibur Intan kepada Eki.

³Iya, tapi si Iko dapet A dan begitu aku cerita kepadanya«.³

³Yaah« kamu tau sendiri kan si Iko orangnya gimana? Tak perlu risau, udahlah jangan kau
masukkan ke dalam hati omongan dia. Aku tahu koq perjuangan kamu, kamu udah berusaha giat
untuk mengejar nilai ini. Dan ingat tidak bahkan hampir setiap minggu kamu bertanya kepada
orang tentang pelajaran ini yang gak kamu ngerti. Malah aku salut ngelihat mahasiswa kayak kamu
Ki´ ujar Intan membanggakan Eki.

Dan senyuman Eki mulai terlihat di bibirnya.

Begitulah EQ itu bekerja dan mampu memberikan kesuksesan dalam diri kita. EQ dan
komunikasinya yang baik mampu memberikan apresiasi ke dalam diri sendiri dan orang lain seperti
yang dilakukan Intan. Walau Intan sebenarnya juga tidak kalah pintarnya dalam pelajaran
dibandingkan Iko, namun dia juga pintar memahami perasaan orang lain. EQ membantu kita
menjadi seseorang yang sukses dalam bersosial dan berkehidupan.

aS  

 S  
 
S   
 

Kita sudah paham apa itu IQ dan EQ serta bagaimana keduanya apabila bekerja bersinergi. Namun
apabila kedua kecerdasan tersebut tidak disinergikan dengan SQ maka akan berakibat fatal. SQ
sendiri bukanlah untuk menjadi ³ahli pertapa´, duduk termenung dan diam menikmati indahnya
spiritualitas.

     

Banyak orang cakap dan pintar di dunia ini, salah satunya adalah Hittler. Kita semua mengenal
Hittler sebagai pemimpin yang handal. Mampu mempengaruhi sebagian belahan dunia untuk berada
di dalam kekuasaannya. Perlu diketahui pula, hittler termasuk salah seorang pempimpin yang hebat
dalam hal IQ dan EQ. Buktinya dia mampu dielu-elukan oleh para pengikutnya. Bahkan ada sebuah
statemen yang berasal dari dia, ³Seribu kebohongan akan menjadi satu kebenaran³.

Namun dibalik kejayaannya, dia mempunyai niatan yang buruk. Tujuan yang tidak mulia. Itulah
gambaran cakap IQ dan EQ namun tanpa SQ, tidak menyadari makna/value dalam diri serta siapa
dirinya dan untuk apa dirinya diciptakan.

Contoh lain adalah, Yakuza. Kita mengenal berbagai bentuk sindikat di dunia. Kalau di Itali ada
namanya mafia, di Jepang dikenal dengan Yakuza. Sebuah sindikasi Yakuza terdiri dari orang-orang
yang hebat dan solid. Mereka memiliki kemampuan berbisnis dan berorganisasi dengan cakap.
Kultur mereka mempunyai semangat juang yang tinggi, loyalitas yang hebat, serta solidaritas yang
kuat. Namun jeleknya tujuan mereka (pemaknaan/value) bukan pada tujuan yang mulia. Bahkan
apabila mereka melakukan kesalahan yang mengakibatkan membahayakan temannya, mereka
harus memotong jari mereka.

Bagaimana di Indonesia? Tentu saja di Indonesia terdapat banyak orang pintar dan cakap (dan saya
sangat yakin itu). Tetapi banyak yang berakhlak dan bermoral buruk. Bagaimana dengan koruptor?
Tentu saja menjadi seorang koruptor harus memiliki EQ dan IQ yang baik. Dia cerdas dan harus
jago berstrategi. Jago bernegosiasi, berkomunikasi, dan mampu merebut hati orang untuk mau
diajak berspekulasi dan berkompromi dengannya. Semangat juang tinggi? Tentu, mereka nampak
selalu prima dan percaya diri. Namun akhlak dan moralnya? Masih bobrok. Itulah cakap IQ dan EQ
namun tidak memiliki SQ.

Bahkan menurut sebuah penelitian, kunci terbesar seseorang adalah dalam EQ yang dijiwai dengan
SQ. Banyak seseorang yang diPHK dari pekerjaannya bukan karena mereka tidak pintar, bukan
karena mereka tidak pintar mengoperasikan sesuatu, bahkan bukan karena ketidak mampuannya
berkomunikasi. Tetapi karena tidak memiliki integritas. Tidak jujur dan tidak bertanggung jawab.

 
   6 
        

IQ digambarkan sebagai ³What I think?³, EQ ³What I Feel´, dan SQ adalah kemampuan menjawab
³Who I am³. Siapa saya? Dan untuk apa saya diciptakan. Tuhan Maha Adil, sebenarnya kita
memiliki semua kecerdasan ini tetapi tidak pernah kita asah bahkan kita munculkan. Untuk menjadi
seorang pribadi yang sukses kita harus mampu menggabungkan dan mensinergikan IQ, EQ, dan
SQ. Ilmu tanpa hati adalah buta, sedangkan ilmu tanpa hati dan jiwa adalah hampa. Ilmu, hati, dan
jiwa yang bersinergi itulah yang memberikan makna.

S  
 
S     

      

     
  
   

    
   
       
       
  !       
 
 

 
Sebuah kisah tragis telah menimpa seorang siswa kelas dua SMU, beberapa tahun yang lalu.
Seorang pemuda rajin dan pandai, yang disukai teman-temannya karena pandai bergaul. Ia pun
terkenal aktif dalam kegiatan ibadah dan dakwah Islam di kepengurusan OSIS di sekolahnya.
Melihat catatan kepribadiannya yang begitu positif, wajar jika seluruh guru dan temannya tak bisa
mempercayai ketika suatu saat diketemukan si pemuda alim telah menjadi mayat karena
melakukan gantung diri di kamar mandi rumahnya!
Bahkan ayah, ibu dan saudara-saudaranya pun masih belum bisa mempercayai kenyataan
tersebut, walau telah membaca berpuluh-puluh kali rangkaian kalimat yang dituliskan si pemuda
dalam surat ia tinggalkan di meja belajarnya sebelum mengambil keputusan mengenaskan itu.
Dalam surat terakhirnya itu si pemuda mencoba menuturkan kesedihan dan kekecewaan
batinnya yang amat sangat mendalam, karena telah gagal memenuhi janjinya kepada Allah swt
dan terhadap dirinya sendiri.
Ia kisahkan bahwa sejak sepuluh hari sebelumnya, ia telah membuat janji kepada Allah swt, akan
melaksanakan shalat tahajjud selama sepuluh hari. Begitu bersemangatnya si pemuda berinisiatif
mengikat janji tersebut, karena termotivasi dari kegiatan "  pembinaan keagamaan yang
baru saja dilakukan para mahasiswa yang membina kegiatan remaja masjid di daerah
permukimannya.
Namun rupanya ghirahnya ber-Islam tersebut tidak sempat terbimbing dengan benar, hingga
ketika ternyata ia berulang-ulang gagal untuk bangun pada malam hari, dari hari pertama hingga
hari ke sepuluh, seperti yang telah ia -kan, maka kekecewaan hatinya pun benar-benar tak
terbendung lagi. Ia pun mengalami depresi akibat tumpukan rasa berdosa yang sangat parah dan
perasaan tak berguna dalam dirinya. Saat itulah, kondisi emosi menjadi lebih berperan
mengalahkan pikiran rasional. Karena emosi si pemuda ternyata belum cerdas, maka iapun
memilih jalan pintas dengan maksud menebus kesalahan yang telah menghimpit perasaannya.
Kisah tragis yang dialami pemuda alim tersebut memberikan pembelajaran kepada kita tentang
begitu pentingnya peran kecerdasan emosi dalam menentukan jalan hidup seseorang. Sepintar
apapun intelektual (IQ) seseorang, bisa menjadi tak berarti jika tak dibarengi kecerdasan
emosional(EQ).
½ 
     
Mari kita bayangkan sebuah kejadian, ketika anak-anak sedang melalui kewajiban untuk
mengikuti ujian akhir sekolah. Sebelumnya, mereka telah berusaha belajar berbulan-bulan di
bawah bimbingan guru, dan mengerjakan beratus-ratus soal-soal latihan. Pada hari pelaksanaan
ujian, mereka merasa mantap dengan persiapan yang telah dilakukan selama ini.
Kesiapan mental mereka ternyata mulai goyah setelah mulai membaca soal-soal ujian yang
dibuat oleh sekolah lain. Ternyata model soal serta materi yang ditanyakan di sana sangat jauh
berbeda dengan apa yang selama ini diajarkan oleh guru mereka! Tentu saja, anak-anak pun
kelabakan menghadapinya.
Seorang anak segera mengalami ¯ , kejatuhan mental karenanya. Timbul perasaan kecewa
yang sangat berat karena ternyata persiapan matang yang sudah dilakukan selama ini salah dan
tak berguna. Tiba-tiba kepalanya terasa pusing, wajahnya tegang, dan hafalan-hafalan rumus
yang semula sudah lekat di kepala pun tiba-tiba hilang tak bersisa. Ia menghabiskan waktu
dengan mencoret-coret lembar jawaban, terus-menerus mendesah dan mengeluh jengkel, sambil
melirik kanan kiri, melihat reaksi teman di
kanan kirinya, berharap ada teman yang sama bingungnya dengan dirinya. Akhirnya ia pun
menyelesaikan ujiannya dengan hampir separuh soal tak terisi.
Anak yang lain bereaksi dengan mencoba meredam keterkejutannya, melihat betapa sulit soal
yang dihadapinya. Ia menarik nafas panjang, menegakkan punggungnya, dan berusaha
menenangkan hatinya. Sempat timbul keraguan, bisakah ia mengerjakannya? Namun hati
kecilnya cepat menepis keraguan itu. Ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri, bahwa ia telah
berusaha sebaik mungkin untuk belajar. Diingatnya pesan ibunya, bahwa Allah menilai
berdasarkan seberapa besar usaha seseorang, bukan seberapa besar hasilnya. Maka ia pun
mulai mencoba membaca dengan hati-hati soal demi soal dengan tenang, dan mencoba
menjawab sebatas kemampuannya. Ternyata, ia bisa menyelesaikan seluruh soal yang ada,
walaupun banyak yang diisinya penuh keraguan, namun ia tak membiarkannya kosong tak berisi,
karena bukankah mencoba mengisinya masih lebih baik dari pada tidak diisi sama sekali?
Dalam kisah di atas, anak sedang dihadapkan kepada situasi yang menegangkan dan
menimbulkan kekecewaan serta kekhawatiran yang mencekam. Dan kedua anak telah
menunjukkan dua reaksi emosi yang berbeda dalam menghadapinya. Anak pertama tak mampu
mengatasi stress yang dialaminya, sehingga ia tak bisa mengontrol kepandaian otak rasionalnya.
Sebaliknya anak kedua mampu mempertahankan kestabilan perasaan dan emosinya dalam
menghadapi ketegangan tersebut, sehingga berhasil menguasai otak rasionalnya. Ia telah
memiliki emosi yang cerdas, yang akhirnya menyelamatkan nasibnya dalam ujian tersebut.
Dalam sisi kepribadian manusia, ternyata terdiri dua dimensi yang berbeda, yaitu sisi rasional
dan sisi emosional. Sisi rasional menyangkut kemampuan manusia dalam menghitung, meneliti,
memikirkan sebab akibat, menjalankan mesin dan memproduksi sesuatu. Sementara sisi
emosional membawa nuansa perasaan, menyangkut suasana hati gembira, sedih, kecewa,
tegang, takut, hingga pasrah.
Seberapa mampu seseorang mengatasi kesedihan, ketakutan dan mengelola berbagai sisi emosi
dalam dirinya itulah yang disebut kecerdasan emosi. Mereka yang emosinya cerdas, ia akan tahu
dan mampu menata perasaannya, kapan ia harus marah, sedih atau kecewa, dan kapan pula ia
boleh gembira.
Selain mampu mengelola emosi diri sendiri, anak yang emosinya cerdas pun pandai memahami
keadaan orang lain. Mereka mudah merasakan kesedihan dan kekhawatiran yang dirasakan
temannya, sehingga tumbuh empati mereka untuk menghibur teman tersebut. Terhadap teman
yang sedang jengkel, marah dan mengejek dirinya pun ia mudah memaafkan.
Kepandaian dalam bersosialisasi, termasuk salah satu aspek kecerdasan emosi. Anak pandai
bergaul, tidak pemalu, dan cenderung mengutamakan orang lain, setelah kepuasannya sendiri
tercukupi. Mereka yang sangat cerdas emosinya bahkan memiliki kemampuan untuk memimpin
teman-temannya, dijadikan panutan dan disukai banyak teman.
" 
Contoh perbedaan reaksi anak dalam menghadapi ujian di atas, cukup memberikan gambaran
bagaimana kecerdasan emosi memberikan peran yang amat besar untuk menentukan berfungsi
tidaknya otak rasional. Anak pertama yang tak memiliki kecerdasan emosi memadai, akhirnya tak
mampu mengendalikan stressnya hingga otak rasionalnya tak bisa berfungsi sempurna.
Intelektualitasnya telah dikuasai dan dikalahkan oleh emosinya yang sedang buruk.
Contoh kemampuan anak kedua dalam mengendalikan stress, cukup memberikan gambaran
betapa besar peran sisi emosi ini dalam mengendalikan intelektualitas seseorang. Mudah
dipahami, bahwa Daniel Goleman, sang pakar kecerdasan emosional mengungkapkan dalam
bukunya, Ú "  "


, bahwa perbandingan peran antara kecerdasan emosional
dibanding kecerdasan intelegensi dalam menentukan kesuksesan hidup seseorang adalah setara
dengan perbandingan 80 : 20.
a  #

Anak yang memiliki emosi cerdas, akan mengambil tindakan cukup simpatik ketika dihadapkan
pada situasi yang menegangkan. Mereka bisa mengendalikan emosi ketika ketegangan muncul
saat menghadapi soal-soal ujian yang luar biasa sulitnya. Mereka mampu menenangkan
kekalutan jiwanya, kemudian mencoba berpikir jernih dalam mengambil tindakan selanjutnya.
Kemampuan si anak mengelola emosinya, telah memperbaiki hasil nilai ujiannya, sehingga ia
mampu meraih peringkat tinggi di kelas. Sementara temannya yang tak mampu mengelola
emosinya dengan baik, begitu gugup dan jatuh mentalnya dalam mengerjakan soal ujian, hingga
pikirannya tak mampu mengingat rumus-rumus yang sebelumnya sudah ia hafal di luar kepala.
Kejadian ini cukup memberikan gambaran, bagaimana kecerdasan emosi anak bisa turut
menentukan tingkat kecerdasannya.
Selain itu, mereka yang memiliki EQ tinggi, adalah mereka yang mengetahui persis kelemahan
dirinya. Hanya mereka yang tahu kelemahan dirinyalah yang punya modal untuk memperbaiki
diri. Kalau seseorang yang pemarah tak mau dikatakan pemarah, yang mudah tersinggung pun
selalu tersinggung jika orang lain mengkritiknya, jangan diharap bisa melakukan perbaikan diri.
Itu sebabnya, kecerdasan emosional merupakan syarat utama bagi mereka yang ingin
memperbaiki diri dan ingin meningkatkan kualitas potensi sumber daya manusianya.
Mereka yang EQ-nya terasah, akan memiliki satu atau beberapa dari banyak karakter-karakter mental
yang positif, seperti sabar, rajin, ulet, pantang putus asa, percaya diri, tenang, supel hingga tawadhu'.
Dengan adanya sifat-sifat positif ini, akan lebih mudah lagi mencapai peningkatan intelektual (IQ).
Sebaliknya, setinggi apapun IQ, bisa tak berfungsi jika tak memiliki sifat-sifat positif tadi.‡ (ÿ  )‡

Delapan Jenis Kecerdasan


Howard Gardner, seorang psikolog terkemuka dari Harvard University, menemukan
bahwa sebenarnya manusia memiliki beberapa jenis kecerdasan. Howard menyebutnya
sebagai kecerdasan majemuk atau multiple intelligence.

Mula-mula Howard menemukan tujuh kecerdasan, namun dalam perkembangan


selanjutnya, ia berhasil menemukan satu kecerdasan lagi. Sehingga sampai hari ini
diperkirakan setiap manusia memiliki delapan jenis kecerdasan.

Kedelapan jenis kecerdasan itu adalah:

1. Kecerdasan Linguistik (word smart)


2. Kecerdasan Spasial (picture smart)
3. Kecerdasan Matematis (logic smart)
4. Kecerdasan Kinestetis (body smart)
5. Kecerdasan Musik (music smart)
6. Kecerdasan Interpersonal (people smart)
7. Kecerdasan Intrapersonal (self smart)
8. Kecerdasan Naturalis (nature smart)
Setiap manusia memiliki semua jenis kecerdasan itu, namun hanya ada beberapa yang
dominan atau menonjol dalam diri seseorang.

Kita sering kali menganggap bahwa orang yang memiliki kecerdasan matematis (logic
smart) sebagai orang yang pintar. Namun, survei membuktikan bahwa mereka yang
dulunya terkenal nakal dan bandel di kelas, justru pada saat bekerja bisa sukses dan
menjadi pemimpin atas orang-orang yang dikenal rajin dan pandai di kelas. Mengapa
bisa demikian?

Mereka yang nakal dan bandel itu bukanlah bodoh, tetapi mereka memang tidak
menonjol dalam kecerdasan matematis dan mungkin menonjol dalam jenis kecerdasan
yang lain.
Manusia memiliki kecerdasan yang dapat dibedakan menjadi 8. Dalam istilah yang lebih populer, kedelapan
kecerdasan yang dimiliki oleh manusia itu adalah :{ 
     
Adalah kecerdasan menggunakan kata-kata secara efektif. Kecerdasan ini sangat berguna bagi para penulis, aktor,
pelawak, selebriti, radio dan para pembicara hebat. Kecerdasan juga membantu kesuksesan kariernya di bidang
pemasaran dan politik.
Coba anda periksa kepribadian di bawah ini, mana yang merupakan kepribadian anda:
- Suka menulis kreatif di rumah.
- Senang menulis kisah khayal, lelucon dan cerpen.
- Menikmati membaca buku di waktu senggang.
- Menyukai pantun, puisi dan permainan kata.
- Suka mengisi teka-teki silang atau bermain scrable.
Yang manakah kemampuan linguistik anda ??
Jika kamu di sekolah, kampus banyak bicara dan kurang memperhatikan pelajaran atau menikmati menulis puisi di
rumah tapi tidak mengerjakan PR, senang bercerita. Kamu mepunyai kecerdasan linguistik. Kembangkanlah
potensimu terus. Suatu saat kamu akan menjadi seseorang yang hebat.
 
       
Kecerdasan yang satu ini adalah ketrampilan mengolah angka dan kemahiran menggunakan logika dan akal sehat.
Ini adalah kecerdasan yang digunakan ilmuwan untuk membuat hipotesa dan dengan tekun mengujinya dengan
eksperimen. Ini juga kecerdasan yang digunakan oleh Akuntan pajak, pemrogaman komputer dan ahli matematika.
Coba periksa ketrampilan yang ada pada anda saat ini:
- Menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala.
- Menikmati menggunakan bahasa komputer atau progam software logika
- Ahli bermain catur, dan permainan strategi lainnya
- Menjelaskan masalah secara logis
-Merancang Eksperimen
-Suka bermain teka-teki logika
- Mudah memahami sebab-akibat
- Menikmati pelajaran matematika dan IPA serta mendapatkan prestasi yang bagus
Kemampuan logis yang manakah yang saya miliki ??
Inilah kecerdasan yang dikaitkan dengan kecerdasan dalam bersekolah. Jika kamu memiliki kecenderungan kutu
buku, mendapat nilai tinggi IPA, menikmati dan berinteraksi dengan komputer, mencoba mencari jawaban yang sulit,
maka Kamu berbakat besar dalam kecerdasan ini. Kembangkan terus, suatu saat kamu akan menjadi seorang
ilmuwan, akuntan, insinyur, ahli pemrogaman komputer atau mungkin filosofi.
Π       
Ini adalah kecerdasan gambar dan bervisualisasi. Kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk menvisualisasikan
gambar di dalam kepala seseorang atau menciptakannya dalam bentuk 2 atau 3 dimensi. Seniman atau pemahat
serta pelukis memiliki kecerdasan ini dalam tingkat tinggi.
Coba periksa ketrampilan yang menurut kamu ada pada diri kamu:
- Menonjol dalam kelas seni kelas.
- Mudah membaca peta, grafik dan diagram.
- Menggambar sosok orang atau benda persis aslinya
- Mencoret-coret diatas kertas
- Lebih mudah memahami lewat gambar daripada lewat kata-kata ketika sedang membaca.
Jadi yang manakah kemampuan spasial yang anda miliki ??
Seandaianya kamu menonjol dalam kecerdasan ini, kembangkanlah. Karena suatu saat kamu bisa jadi pelukis,
pemahat, designer, dan perancang bangun.
        
Kecerdasan jasmani adalah kecerdasan seluruh tubuh (atlet, penari, seniman, pantomim aktor) dan juga kecerdasan
tangan (montir, penjahit, tukang kay, ahli bedah)
Coba anda piilih ketrampilan yang ada pada diri anda:
- Bergerak-gerak ketika sedang duduk
- Terlibat dalam kegiatan fisik seperti renang, bersepeda, hiking atau bermain skate board.
- Perlu menyentuh sesuatu yang ingin dipelajari.
- Menikmati melompat, gulat dan lari.
- Memperlihatkan kerampilan dalam kerajinan tangan seperti kayu, menjahit, mengukir.
- Menikmati bekerja dengan tanah liat, melukis dengan jari, atau kegiatan Ơkotorơ lainnya.
- Suka membongkar sebuah benda kemudian menyusunnya lagi
Lalu kemampuan kinestetik jasmani apa yang anda miliki sekarang ??
Jika anda tidak betah duduk lama-lama dan lebih suka bergerak, menyukai studi lapangan, maka kamu menonjol
dalam kecerdasan ini. Maka kembangkanlah terus.
!        
Kecerdasan musical melibatkan kemampuan menyanyikan sebuah lagu, mengingat melodi musik, mempunyai
kepekaan irama atau sekedar menikmati musik. Dalam bentuknya yang lebih canggih, kecerdasan ini mencakup para
diva dan virtuoso piano di dunia seni dan budaya.
Bakat musik adalah sesuatu bakat yang selam ini dibiarkan atau ditelantarkan di sekolah. Jikalau kamu memiliki
bakat ini maka ada baiknya mengembangkan di luar lingkungan sekolah.
"  #     
Kecedasan ini melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerj untuk orang lain. Kecerdasan ini melibatkan
banyak hal, mulai dari kemampuan berempati, kemampuan memimpin, dan kemampuan mengorganisir orang lain.
rah jika kalian sangat populer di kalangan teman-temanmu dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
dengan cepat. Maka kamu berbakat dalam kecerdasan ini. Kembangkanlah, suatu saat kamu akan menjadi seorang
pemimpin, konselor, pengusaha atau organiser komunitas.
l  $    % 
Kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk memahami diri sendiri, kecerdasan untuk mengetahui siapa
sebenarnya diri kita sendiri. Kecerdasan ini sangat penting bagi para wira usahawan dan individu lain yang harus
memiliki persyaratan disiplin diri, keyakinan, dan pengetahuan diri untuk mengetahui bidang atau bisnis baru.
Jika kamu mampu mengetahui siapa diri kamu sebenarnya, pandai menargetkan dan menentukan target untuk diri
sendiri. Kamu percaya diri dan tidak pemalu, maka kamu berbakat dalam kecerdasan ini. Kembangkanlah terus
kecerdasan ini karena sangat dibutuhkan dalam kehidupan untuk meraih kesuksesan.
&       
Kecerdasan naturalis melibatkan kemampuan untuk mengenal bentuk-bentuk alam di sekitar kita: Bunga, burung,
pohon, hewan serta flora dan fauna lainny. Kecerdasan ini dibutuhkan di banyak profesi seperti ahli biologi, penjaga
hutan, dokter, hewan dan holtikulturalis.
Kita harus ingat bahwa setiap orang memiliki 8 kecerdasan diatas dan setiap harinya digunakan dan
dikombinasikannya. Contohnya saja bila pemain sepak bola menggiring bola maka mereka menggunakan kecerdasan
kinestetik-jasmani untuk menggiring bola, kecerdasan spasial untuk memvisualisasikan posisi bola setelah lawan
menendangnya, dan kecerdasan antar pribadi untuk kerja sama dengan anggota tim lainnya. Akan tetapi mereka
memiliki salah satu kecerdasan yang paling dominan yaitu kinestik-jasmani.
rah sekali lagi untuk menjadi orang yang sukses anda harus bisa mencari dan menemukan kecerdasan yang paling
dominan pada diri kamu dan terus mengasahnya agar menjadi talenta dan orang yang sukses dan hebat.

S   
 ½  


¬          
   
 
 

  
  
   
       
 S     
 
       
    
¬  
         
  

            

  

   
 
¬       
   
 
 
           


   
  
 

            


  
       

S    
           

  
   
   
 
  !       
    "
#  "   
    
   
$
   
      
S      
 
          
  S   S   S
  
   


¬     


 
          
    
  



%                       ½  
 
½  


¬&

  
"
#  
 "     
  
 
            

 
              
          
          
 

$'
  
()   
*   
  " 
      
  
     
S  
   
  
   

   

   
   
 P
P    '         

   
           


   
   &


  
"
#)  " 
     
 

$ 
"
 
  
 
  + 


   
    
   
     
(     
"       
           

   
   ,    
 
- 
           
 &

  

    

 
  


P¬
         
  
¬ %   
      
    
 
           
      

 
        
  
         


   
 
.!/      
         
 +   
   
  
      
           
    
      
 
Metode pencarian
&
     
        
  
        
 
 
     
 
          

 
      "  
0
     
 
 

 ¬     
0     
  
  

 ¬


      
 
                 
 %    
 


  
 ¬
     ~ 
    
     
) 
 
            
  ¬       

 
                !
       
  
       +
  
  
 1!       !
  

  !¬    
       
            
"

     
  

             
  
  1!   
     
   

 
   
   
 
  %   1!

       
 " £embangkit
 
    ¬Tes       

 
¬% 
         
 %2            ' 
 
   
  '  !        

D
     D  '        
     
      
   )   
  
    
  
        
     )    

 
         
  
         %   

  
   
S   ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah
kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak,
memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan
kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang
biasa disebut sebagai tes IQ. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa IQ merupakan usia mental
yang dimiliki manusia berdasarkan perbandingan usia kronologis.

Definisi Kecerdasan
Terdapat beberapa cara untuk mendefinisikan kecerdasan. Dalam beberapa kasus,
kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian, watak, pengetahuan, atau
kebijaksanaan. Namun, beberapa psikolog tak memasukkan hal-hal tadi dalam
kerangka definisi kecerdasan. Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau
kapasitas mental dalam berpikir, namun belum terdapat definisi yang memuaskan
mengenai kecerdasan[1]. Stenberg& Slater (1982) mendefinisikannya sebagai tindakan
atau pemikiran yang bertujuan dan adaptif[2].
[sunting] Struktur kecerdasan
Kecerdasan dapat dibagi dua yaitu kecerdasan umum biasa disebut sebagai faktor-g
maupun kecerdasan spesifik. Akan tetapi pada dasarnya kecerdasan dapat dipilah-
pilah. Berikut ini pembagian spesifikasi kecerdasan menurut L.L. Thurstone:

£emahaman dan kemampuan verbal


Angka dan hitungan
Kemampuan visual
Daya ingat
£enalaran
Kecepatan perseptual

Skala Wechsler yang umum dipergunakan untuk mendapatkan taraf kecerdasan


membagi kecerdasan menjadi dua kelompok besar yaitu kemampuan kecerdasan
verbal (VIQ) dan kemampuan kecerdasan tampilan (PIQ)
[sunting] Faktor yang mempengaruhi kecerdasan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan, yaitu:

Biologis
Lingkungan
Budaya
Bahasa
Masalah etika

[sunting] Pengukuran taraf kecerdasan


Salah satu uji kecerdasan yang diterima luas ialah berdasarkan pada uji psikometrik
atau IQ. Pengukuran kecerdasan dilakukan dengan menggunakan tes tertulis atau tes
tampilan (M
 
"
") atau saat ini berkembang pengukuran dengan alat bantu
komputer. Alat uji kecerdasan yang biasa di pergunakan adalah :

6  





î

 
 yang terbagi menjadi beberapa turunan alat uji seperti :
 îB (untuk dewasa)
 îAIS (untuk dewasa versi lebih baru)
 îISC (untuk anak usia sekolah)
 SI (untuk anak pra sekolah)
IST
TIKI (alat uji kecerdasan Khas Indonesia)
FRT
£M-60, £M ½

[sunting] Kritik terhadap tes IQ


Kelemahan dari alat uji kecerdasan ini adalah terdapat bias budaya, bahasa dan
lingkungan yang mempengaruhinya. Kekecewaan terhadap tes IQ konvensional
menimbulkan pengembangan sejumlah teori alternatif, yang semuanya menegaskan
bahwa kecerdasan adalah hasil dari sejumlah kemampuan independen yang
berkonstribusi secara unik terhadap tampilan manusia.
Stephen Jay Gould adalah salah satu tokoh yang mengkritik teori kecerdasan. Dalam
bukunya ë


  (Kesalahan Ukur Manusia), ia mengemukakan bahwa
kecerdasan sebenarnya tak bisa diukur, dan juga mempertanyakan sudut pandang
hereditarian atas kecerdasan

You might also like