Professional Documents
Culture Documents
TINGKAT PENDIDIKAN
S-2 : 68 orang
S-1 : 1517 orang
D-3 : 79 orang
D-2 : 212 orang
SMU : 257 orang
SMP : 3 orang
SD : 4 orang
Permasalahan.
Apakah kantor wilayah kementerian agama propinsi bali masih kekurangan
pegawai ? Unit tertentu kelebihan pegawai, namun tugas-tugas belum bisa
dilaksanakan dengan baik, karena kurangnya tenaga yang memiliki kualitas yang
sesuai dengan kualifikasi , dedikasi dan loyalitas yang baik.
RENUNGAN
Sumber Daya manusia (SDM) merupakan unsur penting dalam organisasi
Kemampuan SDM harus selalu ditingkatkan
Dengan SDM yang terampil dan berakhlaq mulia, tujuan organisasi akan
mudah tercapai
Forum Orientasi Angka Kredit Guru sangat penting sebagai upaya
peningkatan dan pembinaan SDM
MATERI 3 : Basic Kompetensi Guru
PEMATERI : Drs.H.M. Sholeh, M.PdI
Menurut Pasal. 1 UU No. 14 Tahun 2005 dan Pasal. 1 PP No. 74 Tahun 2008,
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional (Pasal 8 UU No. 14 Tahun 2005 dan Pasal 2 PP No. 74
Tahun 2008).
Tujuan Pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, andiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggungjawab (Pasal 3 UU No. 20/2003 SISDIKNAS).
Kedudukan guru berdasarkan Pasal 2 UU No. 14 Tahun 2005:
1. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah,dan pendidikan anak usia dini pada
jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
2. Pengakuaan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikasi pendidik.
Fungsi guru berdasarkan Pasal 4 UU No. 14 Tahun 2005 adalah kedudukan
guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1)
berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran
berfungsi untuk meningkatkan mutu Pendidikan Nasional
Prinsip profesionalisme berdasarkan Pasal 7 UU No. 14 Tahun 2005:
A. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme;
B. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan ketaqwaan dan akhlak mulia;
C. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugas;
D. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang
tugas;
E. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan;
F. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan
prestasi kerja;
G. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
H. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan; dan
I. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Pemberdayaan profesi guru menurut Pasal 7 ayat (2) UU No. 14 Th. 2005,
bahwa pemebrdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang
dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan
dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM), nilai Keagamaan, nilai
cultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.
Kompetensi menurut Pasal 1 (10) UU No. 14 Tahun 2005 adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas dan keprofesionalan
kompetensi guru yang diamanatkan oleh Pasal 10 (1) UU No. 14 Tahun 2005 dan
Pasal 3 (2) PP No. 74 Tahun 2008adalah kompetensi pedagogic, kompetensi
kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.
Pasal 3 (4) PP No. 74 Tahun 2008 menerangkan bahwa yang dimaksud
dengan kompetensi pedagogic adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik dalam hal:
a. Pemahaman wawasan / landasan kependidikan
b. Pemahaman terhadap peserta didik
c. Pengembangan kurikulum atau silabus
d. Perancangan pembelajaran
e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik & dialogis
f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
g. Evaluasi hasil belajar
h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya
A. Pendahuluan
Kiranya, kita semua sependapat bahwa tenaga pendidik (seperti guru,
pengawas, widyaiswara, dosen dan lain-lain) memegang peran penting dalam upaya
mencerdaskan bangsa. Karena itu, berbagai kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan mutu, penghargaan, dan kesejahteraannya, telah dan akan terus
dilakukan. Tujuannya agar mereka lebih mampu bekerja secara profesional dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, sebagai tenaga pendidik.
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 84/1993
penetapan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, serta Keputusan bersama
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993, nomor
25 tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya dan diperbaharui menjadi Permenpan Nomor 16 tahun 2009, pada
prinsipnya bertujuan untuk membina karier kepangkatan dan profesionalisme guru.
Pada aturan tersebut di antaranya dinyatakan, bahwa untuk keperluan kenaikan
pangkat/jabatan Guru Pembina /Golongan IIIb ke atas, diwajibkan adanya angka
kredit yang harus diperoleh dari Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Kegiatan pengembangan profesi guru adalah kegiatan guru dalam rangka
pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan ketrampilan untuk peningkatan
mutu baik bagi proses belajar mengajar/kepengawasan dan profesionalisme tenaga
kependidikan lainnya maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat
bagi pendidikan dan kebudayaan (berdasar definsi pada Kepmendidbud No.
025/0/1995)
Terdapat tiga macam kegiatan pengembangan profesi yang dapat dilakukan
guru yaitu, (1) pengembangan diri, (2) Publikasi ilmiah, dan (3) karya inovatif
(Permenpan No. 16 Tahun 2009)
Dari tabel di atas terlihat bahwa KTI yang berupa laporan hasil
penelitian dapat dipakai sebagai salah satu macam kegiatan pengembangan profesi
tenaga pendidik. Bahkan, akhir-akhir ini kegiatan membuat KTI yang berupa laporan
hasil penelitian, menunjukan jumlah yang semakin meningkat.
Salah satu bentuk KTI yang akhir-akhir ini, cenderung banyak dilakukan oleh
para guru dan pengawas adalah KTI hasil penelitian perorangan yang tidak
dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk
makalah. KTI jenis ini mempunyai nilai angka kredit 4 (empat).
KTI yang berupa laporan hasil penelitian tersebut cenderung diminati dalam
pelaksanaan kegiatan pengembangan profesi, di antaranya karena:
1. Para guru makin memahami bahwa salah satu tujuan kegiatan pengembangan
profesi, adalah dilakukannya kegiatan nyata di kelasnya yang ditujukan untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajarannya. Bagi sebagian besar guru,
melakukan kegiatan seperti itu, sudah terbiasa dilakukan.
D. Kegiatan Ilmiah
Menurut Suriasumantri (1981) terdapat dua cara berpikir yang umum dipakai untuk
memecahkan masalah: cara berpikir analitik (deduksi) dan cara berpikir sintetik
(induksi). Berpikir analitik (deduksi) bersandar pada logika silogisme. Pikiran
berangkat dari kebenaran pengetahuan (proposisi) yang berlaku umum (premis
mayor; asumsi) untuk menyimpulkan persoalan yang khusus, berdasarkan pada
pengetahuan yang bersifat umum tersebut. Kebenaran persoalan khusus itu,
merupakan aplikasi logis dari kebenaran yang bersifat umum. Pengambilan
kesimpulannya dilakukan secara deduktif, yang merupakan suatu teknik penyimpulan
yang dilandasi oleh logika matematika.
E. Metode Ilmiah
Melihat kelemahan kedua cara berpikir itu, dipadukanlah cara berpikir
deduktif dan induktif, yang kemudian dikenal sebagai metode ilmiah.
Penggabungan cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif itu diharapkan dapat
memberikan beberapa keuntungan.
Metode keilmuan merupakan kerangka berpikir yang bersifat tanpa henti. Hal itulah
yang menjadikan pengetahuan keilmuan terus bertambah secara kumulatif.
Ditemukannya ilmu-baru akan menjadi pijakan penemuan banyak ilmu yang lain.
Banyak sekali kesamaan antara penelitian dan metode ilmiah. Sehingga tidak sedikit
yang menyamakan istilah penelitian dan metode ilmiah. Namun, penelitian atau riset
(research) merupakan penyelidikan suatu masalah secara sistematis, kritis, ilmiah,
dan lebih formal dan yang umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan,
atau menguji kebenaran suatu pengetahuan yang memiliki kemampuan deskripsi
dan/atau prediksi. Kerja penelitian menuntut obyektivitas, baik dalam proses maupun
dalam penyimpulan hasilnya.
Proses tersebut dapat digunakan secara informal dalam kehidupan sehari-hari dan
belum tentu dapat disebut sebagai kegiatan penelitian. Namun yang jelas, setiap
kegiatan penelitian merupakan operasionalisasi atau penerapan dari metode ilmiah.
Salah satu tugas guru adalah melakukan kegiatan pembelajaran (mulai dari
merancang, menyajikan sampai dengan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran)
agar diperoleh hasil pembelajaran yang sesuai tujuan.
KTI tersebut merupakan laporan dari kegiatan nyata yang dilakukan para guru di
kelasnya dalam upaya meningkatkan mutu pembelajarannya – (ini tentunya
berbeda dengan KTI yang berupa laporan penelitian korelasi, penelitian diskriptif,
ataupun ungkapan gagasan, yang umumnya tidak memberikan dampak langsung
pada proses pembelajaran di kelasnya), dan
Dengan melakukan kegiatan penelitian tersebut, maka para guru telah melakukan
salah satu tugasnya dalam kegiatan pengembangan profesionnya.
Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis
dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas, yang dialami langsung dalam
interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.
Ciri khusus PTK adalah adanya tindakan (action) yang nyata. Tindakan itu
dilakukan pada situasi alami dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan-
permasalahan praktis. Tindakan tersebut adalah merupakan sesuatu kegiatan yang
sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Pada penelitian tindakan, kegiatan tersebut
dilakukan dalam rangkaian siklus kegiatan.
Salah satu ciri khas PTK adalah adanya kolaborasi (kerjasama) antara
praktisi (guru, kepala sekolah, siswa, dll) dan peneliti (dosen, widyaiswara) dalam
pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang
akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action)
Laporan hasil penelitian tersebut dapat disajikan dalam berbagai bentuk, antara lain:
Berikut ini dijelaskan beberapa hal pokok yang berkaitan dengan KTI hasil
penelitian yang dipublikasikan melalui jurnal ilmiah.
KTI yang dapat dimuat di Jurnal Ilmiah dapat dipilah menjadi dua kelompok.
Pertama KTI yang berupa laporan hasil penelitian, dan kedua berupa KTI non-hasil
penelitian (seperti misalnya paparan gagasan keilmuan, ulasan atau tinjauan ilmiah).
Dengan demikian Isi dan sistematika KTI laporan hasil penelitian yang
diajukan untuk dimuat di jurnal, sedikitnya terdiri dari :
Judul penelitian
Bab I Permasalahan / Pendahuluan
Latar belakang masalah / Perumusan masalah
Tujuan dan Manfaat
Bab II Landasan Teori
Bab III Metode Penelitian
Bab IV Hasil dan Analisis Hasil
Bab V Kesimpulan dan Saran
Hal yang tidak mudah dalam menulis KTI hasil penelitian untuk jurnal adalah
keterbatasan halaman. Umumnya jumlah halaman dari satu artikel yang dimuat di
jurnal antara 5 – 10 halaman (untuk ukuran kertas A4, font 12, spasi dua). Karena itu
kemampuan untuk memadatkan laporan, agar isinya tetap terkomunikasikan dan
terjaga, dengan tetap enak dibaca dan mampu menarik minat, menjadi kemampuan
yang memerlukan latihan.
Sebelum diajukan untuk dinilai, KTI harus terlebih dahulu dinilai oleh si penulis.
Mengapa? Karena hanya KTI yang benar dan baik sajalah yang akan dapat diberi
nilai. Penulis hendaknya mampu menilai apakah KTI yang akan diajukannya, telah
memenuhi syarat sebagai KTI yang benar dan baik.
Bagaimana kriteria KTI yang benar dan baik? Di samping memakai berbagai
kriteria penulisan karya tulis ilmiah yang umum dipergunakan, terdapat beberapa
kriteria dan persyaratan yang khusus yang digunakan untuk menilai KTI dalam
pengembangan profesi guru (lihat peraturan dan pedoman yang telah dikeluarkan
oleh Diknas, yang berkaitan dengan hal ini)
Di samping kriteria-krietria di atas, KTI laporan hasil penelitian itu harus pula
memenuhi kriteria “APIK
APIK,” yang artinya adalah
Lanjutan...........
Lanjutan...........
N KTI Penjelasan, Ciri-ciri yang tampak,
O yang,
KTI yang tidak “ilmiah” dapat terlihat
Sebagai karya ilmiah, dari,
3 TIDAK
KTI harus : masalah yang dituliskan berada di luar
ILMIAH Permasalah yang dikaji khasanah keilmuan
berada di khasanah latar belakang masalah tidak jelas
keilmuan sehingga tidak dapat menunjukkan
Menggunakan kriteria pentingnya hal yang dibahas dan
kebenaran ilmiah hubungan masalah tersebut dengan
Mengunakan metode upayanya untuk mengembangkan
ilmiah profesinya sebagai widyaiswara.
Memakai tatacara rumusan masalah tidak jelas sehingga
penulisan ilmiah kurang dapat diketahui apa sebenarnya
yang akan diungkapkan pada KTInya
kebenarannya tidak terdukung oleh
kebenaran teori, kebenaran fakta dan
kebenaran analisisnya
landasan teori perlu perluas dan
disesuaikan dengan permasalahan yang
dibahas
bila KTInya merupakan laporan hasil
penelitian, tampak dari metode
penelitian, sampling, data, analisis
hasil yang tidak / kurang benar.
kesimpulan tidak/belum menjawab
permasalahan yang diajukan
4 TIDAK Hal yang ditulis dalam KTI yang tidak “konsisten” dapat
KONSIS KTI harus sesuai terlihat dari..
(konsisten) dengan masalah yang dikaji tidak sesuai
TEN
kompetensi si penulis, dengan tugas si penulis sebagai guru
dan sesuai dengan masalah yang dikaji tidak sesuai latar
tujuan si penulis untuk belakang keahlian atau tugas pokok
pengembangan penulisnya
profesinya sebagai masalah yang dikaji tidak berkaitan
guru dengan upaya penulis untuk
mengembangkan profesinya sebagai
guru (misalnya masalah tersebut tidak
mengkaji permasalahan di bidang
pendidikan yang bertujuan untuk
meningkatkan mutu siswa di kelasnya
yang sesuai dengan bidang tugasnya).
Berikut disajikan contoh beberapa Judul Penelitian KTI yang diajukan guru
untuk memenuhi kegiatan pengembangan profesi yang belum memenuhi syarat baik
dan benar dan tidak dapat diberi nilai.
No Judul Intisari isi Ditolak karena, dan saran
yang diberikan
1 Membangun Mendiskripsikan berbagai Masalah yang dikaji terlalu
karakter bangsa upaya guna membangun luas tidak berkaitan dengan
melalui kegiatan karakter bangsa. permasalahan nyata yang
ekstra kurikuler. terjadi di kelasnya. Hanya
No Judul Intisari isi Ditolak karena, dan saran
yang diberikan
berupa “kliping” berbagai
pendapat.
Disarankan untuk membuat
KTI baru yang berfokus
pada kegiatan pemecahan
masalah nyata di kelasnya.
2 Dalam rangka Memaparkan berbagai Masalah yang dikaji terlalu
HUT PGRI guru pendapat pakar tentang luas tidak berkaitan dengan
bertanggungjawab tanggung jawab guru permasalahan nyata yang
untuk dalam peningkatan mutu terjadi di kelasnya.
meningkatkan pendidikan. Uraian sangat Disarankan untuk membuat
mutu pendidikan umum dan merupakan KTI baru yang berfokus
Indonesia kumpulan berbagai pada kegiatan pemecahan
pendapat. masalah nyata di kelasnya.
3 Pengaruh jumlah Mengkaji hubungan Masalah yang dikaji
faktor air semen antara faktor air semen merupakan penelitian
pada kekuatan dengan kekuatan tekan keilmuan beton, dan bukan
tekan beton. beton yang dilakukan oleh pada pengajaran keilmuan
seorang guru SMK beton. Bukan berada dalam
Teknologi Bangunan. penelitian pendidikan
(pembelajaran) melainkan
penelitian isi mata
pelajaran.
Disarankan untuk membuat
KTI baru yang berfokus
pada kegiatan pemecahan
masalah nyata di kelasnya
dan berkaitan dengan
proses pembelajaran mata
pelajarannya.
4 Analisis kesalahan Mengkaji kesalahan siswa Masalah yang dikaji
siswa dalam dalam memahami mata merupakan penelitian
mengubah kalimat pelajaran bahasa tentang isi mata pelajaran.
aktif menjadi Indonesia. Tidak ada Hasil penelitian berupa
kalimat pasif kegiatan nyata yang paparan macam kesalahan
dilakukan untuk siswa. Tidak ada tindakan
memperbaiki kedaaan. untuk memecahkan
Sekedar paparan diskripsi masalah tersebut.
No Judul Intisari isi Ditolak karena, dan saran
yang diberikan
dari hal yang terjadi Disarankan untuk
dalam pembelajaran. melanjutkan hasil
penelitian tersebut dengan
melakukan kegiatan yang
nyata di kelasnya dalam
upaya memecahkan
masalah.
5 Peranan Studi korelasi antara Tidak ada tindakan nyata
perpustakaan pendapat siswa tentang yang dilakukan guru dalam
dalam mutu perputakaan proses pembelajaran.
meningkatkan sekolahnya dengan nilai Permasalahan yang dikaji
prestasi belajar mata pelajarannya. “sudah sangat umum” yang
siswa telah jelas jawabannya,
sehingga kurang perlu
dikaji kembali.
Disarankan untuk membuat
KTI baru yang berfokus
pada kegiatan pemecahan
masalah nyata di kelasnya
dan berkaitan dengan
proses pembelajaran.
6 Hubungan antara Studi korelasi antara Tidak ada tindakan nyata
kondisi sosial pendapat siswa tentang yang dilakukan guru dalam
ekonomi orangtua kondisi sosial ekonomi proses pembelajaran.
siswa dengan orangtuanya (yang Permasalahan yang dikaji
prestasi diambil melalui kuisener) “sudah sangat umum” yang
belajarnya. dengan nilai mata telah jelas jawabannya,
pelajarannya sehingga kurang perlu
dikaji kembali.
Disarankan untuk membuat
KTI baru yang berfokus
pada kegiatan pemecahan
masalah nyata di kelasnya
dan berkaitan dengan
proses pembelajaran.
7 Suatu tinjauan Uraian umum tentang Masalah yang dikaji terlalu
tentang berbagai konsep dalam luas tidak berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran sejarah permasalahan nyata yang
No Judul Intisari isi Ditolak karena, dan saran
yang diberikan
pembelajaran terjadi di kelasnya.
sejarah Disarankan untuk membuat
KTI baru yang berfokus
pada kegiatan pemecahan
masalah nyata di kelasnya.
8 Pengaruh model Kajian sangat rinci dan Terdapat beberapa indikasi
pembelajaran mendalam dengan yang menunjukkan bahwa
melalui seting sistematika serta format KTI tersebut merupakan
belajar kooperatif yang umum dipakai pada tesis atau desertasi. KTI
terhadap penulisan tesis atau tersebut tidak ASLI.
pemahaman disertasi (jumlah halaman Diperingatkan dan
konseptual dan 182, dengan 43 disarankan untuk membuat
algoritmik kepustakaan) KTI baru karya sendiri
matematika yang berfokus pada
realistic pada kegiatan pemecahan
mahasiswa prodi masalah nyata di kelasnya
sosial. dan berkaitan dengan
proses pembelajaran.
9 Pengaruh Kajian diskriptif berdasar Tidak berkaitan dengan
komunikasi kepala hasil angket tentang tugas guru dalam
sekolah terhadap pandangan para guru pembelajaran.
peningkatan terhadap kebijakan kepala Disarankan untuk membuat
semangat kerja sekolahnya. Penelitian ini KTI baru yang berfokus
guru dilakukan oleh guru pada kegiatan pemecahan
matematika. masalah nyata di kelasnya
yang berhubungan dengan
pembelajaran matematika.
10 Teknologi Paparan tentang peranan Terlalu umum. Tidak
Informasi, inovasi IT dalam pembelajaran berkaitan dengan tugas
baru bagi dunia yang diambil dari guru dalam pembelajaran.
pendidikan berbagai media Tidak ada permasalahan
yang nyata yang ingin
dipecahkan dalam
kelasnya.
Disarankan untuk membuat
KTI baru yang berfokus
pada kegiatan pemecahan
No Judul Intisari isi Ditolak karena, dan saran
yang diberikan
masalah nyata di kelasnya.
Berikut disajikan contoh beberapa Judul Penelitian KTI yang diajukan guru untuk
memenuhi kegiatan pengembangan profesi dan memenuhi syarat dan dapat diberi
nilai.
No Judul Intisari isi Dapat dinilai
sebagai
1 Pengaruh Mengkaji perbedaan prestasi siswa dengan Makalah hasil
penggunaan alat penggunaan dua model pembelajaran penelitian
peraga gambar sejarah (alat peraga gambar dan bagan vs dengan nilai 4
terhadap nilai media tertulis) untuk topik tertentu pada
sejarah pada pelajaran sejarah.
siswa kelas III, Penelitian eksperimen di kelas, yang
sem 1. SMP X. melibatkan 4 kelas, dengan jumlah siswa
132 dibagi secara random dalam dua
kelompok. Dilakukan selama 5 kali
pertemuan.
2 Peningkatan hasil Penelitian tindakan kelas dengan bentuk Makalah hasil
belajar tindakannya berupa penerapan penelitian
matematika pembelajaran matematika melalui model dengan nilai 4
melalui model belajar kelompok kooperarif. Bentuk
belajar kelompok tindakannya dirinci dengan sangat jelas,
kooperatif , di demikian pula cara dan hasil pengumpulan
kelas VI, SD. data yang digunakan untuk evaluasi dan
refleksi. PTK dilakukan dalam 2 siklus
selama 4 bulan.
Kerja penelitian dimulai dengan membuat rencana. Rencana itu umum disebut
sebagai usulan penelitian (proposal penelitian). Usulan penelitian merupakan langkah
pertama dari kerja penelitian. Sedangkan KTI, yang merupakan laporan hasil
penelitian, merupakan langkah terakhir.
Judul Penelitian
Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan
Masalah dan Cara Pemecahan Masalah, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian
(terutama: potensi untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas isi, proses,
masukan, atau hasil pembelajaran dan/atau pendidikan).
Bab Kajian / Tinjauan Pustaka yang menguraikan kajian teori dan pustaka yang
menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian tindakan
Bab Metode Penelitian yang menjelaskan tentang Rencana dan Prosedur
Penelitian (terutama: prosedur diagnosis masalah, perencanaan tindakan, prosedur
pelaksanaan tindakan, prosedur observasi dan evaluasi, prosedur refleksi hasil
penelitian).
Rincian dari langkah kegiatan di atas adalah sebagai berikut:
Judul hendaknya ditulis dengan singkat dan spesifik. Hal utama yang seharusnya
tertulis di dalam judul adalah gambaran dari apa dipermasalahkan, (misalnya:
peningkatan hasil belajar) dan macam tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi masalahnya (misalnya penggunaan model pembelajaran kooperatif).
Umumnya di bawah judul dituliskan pula sub judul. Sub judul sangat umum
ditulis untuk menambahkan keterangan lebih rinci tentang populasi, seperti
misalnya di mana penelitian dilakukan, kapan, di kelas berapa, dan lain-lain.
M. Apa Isi Bab Pendahuluan?
Latar belakang masalah, berisi uraian yang jelas dan rinci mengapa sesuatu itu
dipermasalahkan dan akan dijadikan sebagai penelitian. Dengan kata lain, sub bab ini
mengungkapkan berbagai landasan, fakta atau berbagai alasan dari masalah yang
akan dicari jawabannya. Alasan mengapa mempermasalahkan tersebut, diperlukan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat urgensi, tujuan dan manfaat dari penelitian
yang diajukan.
Sesuai dengan tujuan dari kegiatan pengembangan profesi guru, maka sangat
disarankan, bahwa kegiatan penelitian yang dilakukan ditujukan untuk meningkatkan
mutu pembelajaran di kelas atau di sekolahnya. Sehinga, pada usulan penelitiannya
harus tertulis dengan jelas apa tujuan dan manfaat yang akan diperoleh para siswa,
atau kelas atau sekolahnya, dari hasil penelitian yang diajukan
Bab ini berisi jabaran berbagai kepustakaan tentang teori-teori (termasuk dan
terutama hasil-hasil penelitian) yang berkaitan dengan variabel-variabel yang
dipermasalahkan, untuk dipakai menduga jawaban dari rumusan masalah. Dugaan
jawaban yang diambil dari teori umum disebut sebagai hipotesis.
Pada umumnya urutan langkah yang dilakukan dalam melakukan kajian teoritis
melalui sumber bacaan adalah sebagai berikut:
1) Mengkaji teori-teori ilmiah yang berhubungan dengan konsep-konsep yang
dipermasalahkan dan akan dipakai dalam analisis;
2) Membahas hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan apa yang
dipermasalahkan; dan
3) Mengajukan hipotesis dengan mendeduksi premis-premis yang terdapat dalam
kumpulan teori menuju kesimpulan yang berupa jawaban sementara
(hipotesis) terhadap rumusan masalah.
Pada PTK bab ini terutama menjelaskan tentang prosedur diagnosis masalah,
perencanaan tindakan, prosedur pelaksanaan tindakan, prosedur observasi dan
evaluasi, prosedur refleksi hasil penelitian
Rancangan Pengumpulan dan Analisis Data. Usulan yang baik harus mampu
mengungkapkan gambaran langkah dalam pengambilan sampel. Juga harus dapat
terjabarkan teknik-teknik dan alat-alat yang akan digunakan untuk mengamati dan
mengukur data. Data yang didapat baik melalui eksperimen maupun tidak, akan
diperlukan dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan kaidah-kaidah statistika.
Usulan penelitian yang baik, harus mampu pula menunjukkan rancangan teknik
analisis data yang akan dipakai dan formula statistika yang akan digunakan dalam
pengujian hipotesis.
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, paparan ini akan memfokus pada penelitian
pembelajaran yang dapat dilakukan guru dalam kegiatan pengembangan profesinya.
Dalam hal ini, macam penelitian ekseperimen dan penelitian tindakan kelas,
merupakan jenis penelitian yang disarankan.
P. Penutup
Salah satu bentuk KTI yang akhir-akhir ini, cenderung banyak dilakukan oleh
para guru/pengawas adalah KTI hasil penelitian perorangan KTI hasil penelitian
cenderung sangat diminati dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan profesi, di
antaranya karena:
Kepustakaan
Ardhana, Wayan (1987). Bacaan Pilihan dalam Metode Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Depdikbud Dikti.
Suharsimi, Suhardjono dan Supardi (2006) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT
Bumi Aksara
Suhardjono, Azis Hoesein, dkk. (1996). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di
Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Widyaiswara.
Jakarta : Depdikbud, Dikdasmen.
Suhardjono, (2005), Laporan Penelitian Eksperimen dan Penelitian Tindakan Kelas
sebagai KTI, makalah pada pelatihan peningkatan mutu guru di LPMP Makasar,
Maret 2005
Suhardjono (2006), Laporan Penelitian sebagai KTI, makalah pada pelatihan
peningkatan mutu guru dalam pengembangan profesi di Pusdiklat Diknas
Sawangan, Jakarta, Februari 2006
Suriasumantri, Jujun S. (1984). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Sinar Harapan
MATERI 6 : Teknik Penghitungan Angka Kredit
PEMATERI : Ida Bagus Made Jaya Semara
KETENTUAN PELAKSANAAN
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
NOMOR PER/60/M.PSN/6/2005 TENTANG
PERUBAHAN ATAS KETENTUAN LAMPIRAN I DAN ATAU LAMPIRAN II
KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
TENTANG JABATAN FUNGSIONAL DAN ANGKA KREDITNYA
I. PENDAHULUAN
A. UMUM
1. Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu
2. Jabatan Karier, adalah jabatan struktural dan fungsional yang hanya dapat
diduduki Pegawai Negeri Sipil Setelah memenuhi syarat yang
ditentukkan
3. Jabatan struktural, adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil
dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi negara
4. Jabatan Fungsional, adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil
dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsi keahlian/atau
keterampilan untuk mencapai tujuan organisasi
5. Jabatan Fungsional Tertentu, adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil
dalam satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan
pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri dan
untuk kenaikan pangkatnya disyaratkan dengan angka kredit
6. Penetapan jabatan dan angka kredit jabatan fungsional dilakukan oleh
Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur
negara, dengan memperhatikan usul dari pimpinan instansi pemrintah
yang bersangkutan setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan teknis
secara tertulis dari Kepala Badan Kepegawaian Negara.
B. TUJUAN
Ketentuan dalam Peraturan ini sebagai petunjuk bagi instansi pembina
jabatan fungsional dan pejabat pembina kepegawaian untuk menjamin
kelancaran dan keseragaman dalam penetapan pemberian angka kredit
khususnya sub unsur formal dengan memperoleh ijazah/gelar bagi jabatan
fungsional tertentu.
C. PENGERTIAN
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Angka kredit, adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan atau
akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh pejabat
fungsional dan digunakan sebagai salah satu syarat untuk pengangkatan
dan kenaikan jabatan/pangkat
2. Pendidikan Formal, adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi
3. Instansi Pembina jabatan fungsional, adalah instansi yang bertugas
membina suatu jabatan fungsional menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku
4. Pengangkatan Pertama, adalah pengangkatan Pegawai Negeri Sipil ke
dalam jabatan fungsional tertentu melalui formal calon Pegawai Negeri
Sipil
5. Pengangkatan melalui perpindahan jabatan, adalah pengangkatan
Pegawai Negeri Sipil dari jabatan struktural ataupun jabatan fungsional
lain ke dalam jabatan fungsional tertentu.
6. Golongan ruang yang ditetapkan untuk pengangkatan sebagai Calon
Pegawai Negeri Sipil, khusus bagi yang pada saat melamar paling rendah
memiliki dan menggunakan ijazah antara lain ijazah apoteker, ijazah
dokter, dan ijazah lain yang setara, adalah golongan ruang III/b
7. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat, adalah menetri, Jaksa Agung,
Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Keprisidenan, Kepala Kepolisian
Negara, Pimpinan lemabga Pemerintah Non Departemen, Pimpinan
Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Kepala Pelaksanaan Harian
Badan Narkotika Nasional serta Pimpinan Kesekretariatan Lembaga lain
yang dipimpin oleh pejabat struktural eselon! dan bukan merupakan
merupakan bagian dari Departemen/ Lembaga Pemerintah Non
Departemen
8. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi, adalah Gubernur.
9. Pejabatan Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota, adalah
Bupati/Wali kota.
b. Seandainya anda seorang guru dapat naik pangkat lebih tinggi apabila :
1) Telah memenuhi syarat yang telah ditentukkan;
2) Jenjang jabatannya lebih tinggi atau sekurang-kurangnya sama dengan
pangkat yang akan diduduki, kecuali kenaikan pangkat
pengabdian/Istimewa
c. Angka kredit pada kolom 5 adalah jumlah angka kredit yang disyaratkan
untuk kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi. persyaratan tersebut
80% (boleh sampai dengan 100%) dan unsur penunjang sebanyak-banyaknya
20% (boleh hanya 0%)
Contoh :
Sandainya Anda seorang guru dengan pangkat dan jabatan Pengatur Muda
tingkat I, golongan II/b, Guru Pratama tingkat I, apabila anda akan naik
pangkat jabatan menjadi Pengatur, golongan II/c, Guru Muda, Anda perlu
mengumpulkan angka kredit sekurang-kurangnya 20, yang terdiri dari
sekurang-kurangnya 16 (enam belas) berasal dari unsur utama, dan sebanyak-
banyaknya 4 (empat) berasal dari unsur penunjang atau sebanyak 20
seluruhnya dari unsur utama (unsur utama 100%)
d. Seandainya anda seorang guru telah menduduki jabatan lebih tinggi dari pada
pangkat anda, maka anda dapat naik pangkat setingkat lebih tinggi apabila :
1) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan 2 (dua) tahun terakhir dari semua
unsur sekurang-kurangnya bernilai baik ;
2) Telah melaksanakan proses belajar mengajar atau bimbingan sekurang-
kurangnya satu tahun
3) Tidak ada pernyataan keberatan dari pejabat yang berwenang;
4) Sekurang-kurangnya telah dua tahun dalam pangkat terakhir
Contoh :
Seandainya anda seorang guru memiliki pangkat Penata Muda, (III/a), Guru
Madya Tk. I dengan jumlah angka kredit yang diperoleh 230, maka anda
dapat naik pangkat dari golongan III/a menjadi III/b setelah memenuhi syarat
yang ditetukkan sebagaimana tersebut pada huruf d angka 1,2,3 dan 4 diatas,
kemudian 2 (dua) tahun lagi anda dapat naik pangkat menjadi Penata (III/c)
Guru Dewasa dan hanya diwajibkan menambah angka kredit 20% saja dari
unsur utama
e. Bagi anda yang menjabat Guru Pembina (IV/a) samapi dengan Guru Utama
(IV/e) untuk naik pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi diwajibkan
mengumpulkan angka kredit dari pengembangan profesi sekurang-kurangnya
12 angka kredit, disamping angka kredit proses belajar mengajar atau
bimbingan. oleh karena itu persentase alokasi angka kredit untuk kenaikan
pangakt/jabatan setiap jenjang pangkat/jabatan diwajibkan memperoleh angka
kredit sebaagi berikut :
1) Unsur utama ≥ 80% dari angka kredit yang disyaratkan, dengan
komposisi :
a) Pendidikan dan proses belajar mengajar atau Bimbingan ≥ 72 % atau
≥ 108 angka kredit
b) Pengembangan proses belajar mengajar atau bimbingan ≤ 8 % atau 12
angka kredit
2) Penunjang proses belajar mengajar atau bimbingan ≤ 20 % atau ≤ 30
Catatan : ≥ artinya sekurang-kurangnya (lebih besar atau sama dengan)
≤ artinya sebanyak-banyaknya (kurang atau sama dengan)
f. Sesuai dengan pasal 9 ayat (4) Keputusan menpan 84/1993 guru yang
memiliki angka kredit melebihi angka kredit melebihi angka krdit yang
ditentukkan untuk kenaikan pangkat jabatan setingkat lebih tinggi,
diperhitungkan untuk kenaikan pangkat jabatan berikutnya (dapat ditabung)
2. Rangkuman
a. Jabatan guru merupakan jabatan fungsional, maka untuk kenaikan
pangkat/jabatan harus dikaitkan dengan angka kredit, dan sesuai dengan Kep.
MENPEN Nomor : 84 Tahun 1993 jenjang jabatan guru terdapat sebanyak
(tiga belas) jenjang yaitu mulai dari Guru Pratama samapi dengan guru
Utama, kemudian jenis guru berdasarkan sifat, tugas dan kegiatan di
golongkan menjadi 4 (empat) jenis yaitu : guru kelas, guru mata pelajaran,
guru praktik dan guru pembimbing
b. Guru yang mempunyai angka kredit melebihi jumlah angka kredit yang
ditentukkan untuk kenaikan pangkat/ jabatan setingkat lebih tinggi dapat
diperhitungkan untuk kenaikan pangkat/ jabatan berikutnya (ditabung).
b. Khusus untuk unsur proses belajar mengajar atau bimbingan dan unsur
pengembangan profesi adalah sebagai berikut :
1) Pada masing-masing jenis guru terdapat istilah yang berbeda dalam
melaksanakan butir kegiatan unsur proses belajar mengajar atau
bimbingan.
2) Semakin tinggi jenjang jabatan guru semakin luas dan berat pula tugas,
tanggung jawab, dan wewenangnya
3) Wewenang guru dalam PBM/bimbingan terdiri atas :
a) Melaksanakan dengan bimbingan;
b) Melaksanakan;
c) Membimbing guru lain yang berwenang melaksanakan dengan
bimbingan.
d. Kewajiban Guru
Kewajiban guru adalah kegiatan minimal yang dilakukan guru dalam proses
belajar mengajar atau bimbingan agar memenuhi syarat untuk dapat diusulkan
kenaikan pangkat/jabatannya
1) Guru Kelas, Guru Mata Pelajaran , dan guru Praktik, wajib melaksanakan
kegiatan;
a) Penyusunan program pengajaran
b) Penyajian program pengajaran sekurang-kurangnya 18 jam pelajaran
perminggu
c) Evaluasi belajar
2) Guru Pembimbing wajib melaksanakan kegiatan :
a) Penyusunan program bimbingan dan konseling
b) Pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap sekurang-kurangnya
150 siswa;
c) Evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling
3) Khusus Guru Kelas disamping wajib melaksanakan kegiatan sebagaimana
tersebut pada butir 1) wajib melaksanakan pula program bimbingan dan
konseling terhadap siswa di kelas yang menajdi tanggung jawabnya
4) Guru Pembina
Disamping wajib melaksanakan kegiatan sebagaimanabutir 1) atau butir
2), diwajibkan pula:
a) Mengumpulkan angak kredit dari unsur pengembanagn profesi
sekurang-kurangnya 12 angka kredit pada setiap jenjang jabatan;
b) Melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar atau praktik bimbingan
dan konseling;
c) Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan atau
tindak lanjut bimbingan dan konseling