You are on page 1of 42

MATERI 1 : Kebijakan Pembangunan di Bidang Agama

PEMATERI : Drs. IGAK Suthayasa, M.Si

Visi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali adalah terwujudnya


masyarakat bali yang taat beragama, cerdas, sejahtera dan damai.
Misi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali:
1. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama
2. Meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama
3. Meningkatkan kualitas pendidikan agama dan keagamaan
4. Meningkatkan kualitas pelayanan haji
5. Meningkatkan kualitas tata kelola dan Pencitraan

Keputusan Menteri Agama (KMA) No : 397 / 2002 menyatakan bahwa tri


program inti Departemen Agama (saat ini sudah berganti nama menjadi Kementerian
Agama) adalah:
1. Terwujudnya masyarakat yang agamis, berperadaban luhur, berbasiskan hati
nurani yang disuarai oleh ajaran agama.
2. Terhindarnya prilaku radikal, ekstrem, tidak toleransi dan eksklusif dalam
khidupan beragama, sehingga terwujud masyarakat yang rukun & damai
dalam kebersaman & ketentraman.
3. Terbinanya masyarakat agar menghormati, mengamalkan ajaran agama
dengan sebenar-benarnya mengutamakan perasaan, menghormati perbedaan
melalui internalisasi ajaran agama.

Tugas pokok dan fungsi Kementerian Agama Republik Indonesia adalah


melaksanakan sebagian pembangunan di bidang agama. Pada fungsi pariwisata dan
budaya mencakup program pembinaan dan peningkatan partisipasi pemuda. Pada
fungsi pendidikan, meliputi: Program Pendidikan Anak usia Dini, Program WAJAR 9
Tahun, Program Pendidikan Menengah, Program Pendidikan Non Formal, Program
Pendidikan Tinggi, Program Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan, Program Manajemen Pelayanan Pendidikan, dan Program Peningkatan
Pendidikan Agama & Keagamaan. Pada fungsi perlindungan social meliputi Program
Penguatan Kelembagaan yang menangani Gender dan Anak
Program prioritas tahun 2008:
1. Peningkatan Pelayanan Haji
2. Peningkatan Pelaksanaan Pendidikan Agama & Pendidikan Keagamaan
3. Peningkatan Pelayanan Kehidupan Beragama
4. Peningkatan Kerukunan Umat Beragama
5. Peningkatan Pemberantasan KKN
MATERI 2 : Struktur Organisasi Kementerian Agama dan Peta Kekuatan
Personil Kanwil Kementerian Agama Prov. Bali
PEMATERI : Drs.H.Syamsul Bahri, M.PdI

Unit pelaksanaan tugas (UPT) yang dimiliki oleh Kantor Wilayah


Kementerian Agama Prov. Bali meliputi:
1. K.U.A KEC. = 32 BUAH
2. MADRASAH / SEKOLAH
- MIN = 15 BUAH
- MTSN = 7 BUAH
- MAN = 4 BUAH
3. STAIN, STAHN, UIN, IAIN
4. BALAI DIKLAT KEAGAMAAN
5. BALAI PENELITIAN & PENGEMBANGAN AGAMA
Berikut ini adalah keadaan pegawai Kanwil Departemen Agama Prov Bali
(Per Juni 2010) yang terdiri atas penyebaran pegawai di persatuan organisasi, jumlah
pegawai sesuai golongan, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin.

PENYEBARAN PERSATUAN ORGANISASI

1. Kanwil : 137 orang


2. Kandepag Buleleng : 303 orang
3. Kandepag Jembrana : 244 orang
4. Kandepag Tabanan : 177 orang
5. Kandepag Badung : 158 orang
6. Kandepag Gianyar : 167 orang
7. Kandepag Bangli : 98 orang
8. Kandepag Klungkung : 130 orang
9. Kandepag karangasem : 224 orang
10. Kandepag Denpasar : 226 orang
11. MAN/MTsN : 276 orang
JUMLAH : 2140 orang

JUMLAH PEGAWAI PER GOLONGAN


1. Golongan III : 1421 orang
2. Golongan II : 379 orang
3. Golongan IV : 338 orang
4. Golongan I : 2 orang
JUMLAH : 2140 orang

TINGKAT PENDIDIKAN
S-2 : 68 orang
S-1 : 1517 orang
D-3 : 79 orang
D-2 : 212 orang
SMU : 257 orang
SMP : 3 orang
SD : 4 orang

JUMLAH MENURUT JENIS KELAMIN

1. Laki-Laki : 1109 orang


2. Perempuan : 1031 orang
JUMLAH : 2140 orang

STRUKTUR DEP. AGAMA RI (PMA NO.3 TAHUN 2006), STRUKTUR


KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN AGAMA PROVINSI BALI KMA NO.
373/2002 TYPELOGI II, STRUKTUR KANDEPAG KABUPATEN/KOTA PROV.
BALI TYPELOGI 2 L, serta STRUKTUR KANDEPAG KABUPATEN/KOTA
PROV. BALI TYPELOGI 2 K- BULELENG dapat dilihat pada halaman berikutnya.

Permasalahan.
Apakah kantor wilayah kementerian agama propinsi bali masih kekurangan
pegawai ? Unit tertentu kelebihan pegawai, namun tugas-tugas belum bisa
dilaksanakan dengan baik, karena kurangnya tenaga yang memiliki kualitas yang
sesuai dengan kualifikasi , dedikasi dan loyalitas yang baik.

RENUNGAN
 Sumber Daya manusia (SDM) merupakan unsur penting dalam organisasi
 Kemampuan SDM harus selalu ditingkatkan
 Dengan SDM yang terampil dan berakhlaq mulia, tujuan organisasi akan
mudah tercapai
 Forum Orientasi Angka Kredit Guru sangat penting sebagai upaya
peningkatan dan pembinaan SDM
MATERI 3 : Basic Kompetensi Guru
PEMATERI : Drs.H.M. Sholeh, M.PdI

Menurut Pasal. 1 UU No. 14 Tahun 2005 dan Pasal. 1 PP No. 74 Tahun 2008,
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional (Pasal 8 UU No. 14 Tahun 2005 dan Pasal 2 PP No. 74
Tahun 2008).
Tujuan Pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, andiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggungjawab (Pasal 3 UU No. 20/2003 SISDIKNAS).
Kedudukan guru berdasarkan Pasal 2 UU No. 14 Tahun 2005:
1. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah,dan pendidikan anak usia dini pada
jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
2. Pengakuaan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikasi pendidik.
Fungsi guru berdasarkan Pasal 4 UU No. 14 Tahun 2005 adalah kedudukan
guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1)
berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran
berfungsi untuk meningkatkan mutu Pendidikan Nasional
Prinsip profesionalisme berdasarkan Pasal 7 UU No. 14 Tahun 2005:
A. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme;
B. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan ketaqwaan dan akhlak mulia;
C. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugas;
D. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang
tugas;
E. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan;
F. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan
prestasi kerja;
G. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
H. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan; dan
I. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Pemberdayaan profesi guru menurut Pasal 7 ayat (2) UU No. 14 Th. 2005,
bahwa pemebrdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang
dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan
dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM), nilai Keagamaan, nilai
cultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.
Kompetensi menurut Pasal 1 (10) UU No. 14 Tahun 2005 adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas dan keprofesionalan
kompetensi guru yang diamanatkan oleh Pasal 10 (1) UU No. 14 Tahun 2005 dan
Pasal 3 (2) PP No. 74 Tahun 2008adalah kompetensi pedagogic, kompetensi
kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.
Pasal 3 (4) PP No. 74 Tahun 2008 menerangkan bahwa yang dimaksud
dengan kompetensi pedagogic adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik dalam hal:
a. Pemahaman wawasan / landasan kependidikan
b. Pemahaman terhadap peserta didik
c. Pengembangan kurikulum atau silabus
d. Perancangan pembelajaran
e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik & dialogis
f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
g. Evaluasi hasil belajar
h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya

Pasal 3 (5) PP No. 74 Tahun 2008 menerangkan bahwa kompetensi


kepribadian yang dimiliki seorang guru yaitu:
a. Beriman & bertakwa
b. Berakhlak mulia
c. Arif & bijaksana
d. Demokratis
e. Mantap
f. Berwibawa
g. Stabil
h. Dewasa
i. Jujur
j. Sportif
k. Teladan bagi peserta didik & masyarakat
l. Obyektif mengevaluasi kinerja sendiri
m. Mengembangkan diri secara mandiri & berkelanjutan
Kompetensi social yang harus dimiliki seorang guru (Pasal 3 (6) PP No. 74
Tahun 2008) adalah kemampuan untuk:
a) Berkomunikasi lisan, tulis, dan /atau isyarat secara santun
b) Menggunakan teknologi komunikasi & informasi
c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua / wali peserta didik
d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan
norma serta sistem nilai yang berlaku
e) Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan
Kompetensi professional adalah kemampuan guru dalam menguasai
pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan / atau seni dan budaya yang
diampuny, baik dalam hal materi (secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi
program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan / atau kelompok mata pelajaran yang
akan diampu) serta konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang
relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan / atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu
(Pasal 3 (7) PP No. 74 Tahun 2008).
Beberapa hal tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi
a) Kurikulum 2004 (KBK) disempurnakan menjadi KTSP mulai tahun
2006/2007 melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.24/2006.
b) KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan /sekolah.
c) Departemen Pendidikan Nasional mengharapkan paling lambat tahun
2009/2010, semua sekolah telah melaksanakan KTSP.
Beberapa hal tentang sertifikasi Pasal 11 (1,2,3) UU No. 14 Tahun 2005:
a) Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 diberikan kepada
guru yang telah memenuhi persyaratan
b) Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki
program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan
oleh pemerintah
c) Sertifikasi dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel
Seorang guru diharapkan memiliki penampilan professional. Penampilan ini
dapat digambarkan sebagai
A suatu piramida dengan bagian-bagian sebagai berikut:
KOMPONEN-KOMPONEN :
A. PENAMPILAN
B. SUBYEK
B C E D C. PROFESIONAL
D. PROSES
E. PENYESUAIAN DIRI
F. KEPRIBADIAN
F
Keterangan:
A. Penampilan : kemampuan mewujudkan perilaku kinerja sesuai bidang jabatan
& tugas pendidik
B. Subyek : kemampuan penguasaan substansi pengetahuan yang relevan dengan
bidang jabatan & tugas pendidik secara tepat dan efektif
C. Profesional : kemampuan penguasaan substansi pengetahuan & keterampilan
teknis keahlian khusus dalam bidang jabatan & tugas pendidik diperoleh
melalui pendidikan dan atau latihan khusus
D. Proses : kemampuan penguasaan proses mental intelektual yang mencakup
proses berfikir (logis, kritis, rasional, kreatif) dlm pemecahan masalah,
pembuatan keputusan, dsb. sebagai prasyarat bagi terwujudnya penampilan
kinerja pendidik
E. Penyesuaian diri : komponen penyerasian dan penyesuaian diri terhadap
tuntutan lingkungan berdasarkan karakteristik pribadi untuk mencapai
keefektifan kinerja kependidikan
F. Kepribadian : kualitas keseluruhan perilaku sebagai prasyarat fundamental
bagi terwujudnya penampilan kinerja secara keseluruhan

Pengembangan Profesional Guru (1)


Kode Etik Guru Indonesia
1. Guru membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya
2. Guru memiliki dan me;laksanakan kejujuran profesional
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua siswa`dan masyarakat
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya
7. Guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian
9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan

Pengembangan Profesional Guru (2)


1. Menempatkan, mendengarkan dan mengungkapkan suara hati;
2. Melakukan evaluasi diri tentang, ketika, dan sesudah mengajar;
3. Mengembangkan sikap “mengambil resiko” (dalam melaksanakan tugas);
4. Percaya pada proses;
5. Menghargai orang secara total ketika bekerja bersama-sama;
6. Mempunyai keinginan bekerja dengan rekan guru yang lain;
7. Mencari variasi dan menghindari permusuhan (dalam bekerja);
8. Meredefinisi perananya dalam kelas;
9. Menyeimbangkan kerja dan hidup;
10. Mendukung kepala sekolah untuk mengembangkan kegiatan profesional yang
interaktif;
11. Melaksanakan perbaikan yang berkesinambungan dan belajar sepanjang
masa;
12. Memonitor dan menguatkan hubungan perkembangan guru dan siswa.

Strategi belajar aktif (active learning startegy):


A. Strategi Mengaktifkan Kelas
1. Learning Starts with a Question
a) Bagikan bahan belajar Minta mereka belajar berpasangan.
b) Siswa diminta buat pertanyaan hal-hal yang belum dimengerti
c) Kumpulkan semua pertanyaan dan kelompokkan jenisnya atau yang
paling banyak dibutuhkan siswa
d) Mulailah pelajaran dengan menjawab dan menjelaskan hal-hal yang
mereka tanyakan.
2. Everyone is a teacher here:
a) Bagikan kertas/card kepada siswa dan mintalah mereka untuk
menuliskan pertanyaan tentang hasil belajar dan materi yang harus
dikuasai
b) Kumpulkan kertas-kertas tersebut, kocok, dan bagikan kembali kepada
siswa secara acak.
c) Undang volunter/sukarelawan untuk maju ke depan dan membacakan
pertanyaan, serta memberikan jawaban/ tanggapan atas pertanyaan
tersebut.
d) Kembangkan diskusi
e) Klarifikasi Hasil Belajar
3. The Power of Two:
a) Ajukan satu atau dua pertanyaan/masalah yang membutuhkan
perenungan (reflection) dan pemikiran (thinking)
b) Siswa diminta menjawab tertulis secara perorangan
c) Kelompokkan mereka berpasangan (dua-dua).
d) Mintalah mereka saling menjelaskan dan mendiskusikan jawaban
baru.
e) Brainstorming (panel) membandingkan hasil diskusi kecil antar
kelompok
f) Klarifikasi dan kesimpulan
MATERI 4 : Tehnik Pembuatan Karya Tulis Pengembangan Profesi
PEMATERI: I Wayan Surata, S.Pd., M.Pd

A. Pendahuluan
Kiranya, kita semua sependapat bahwa tenaga pendidik (seperti guru,
pengawas, widyaiswara, dosen dan lain-lain) memegang peran penting dalam upaya
mencerdaskan bangsa. Karena itu, berbagai kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan mutu, penghargaan, dan kesejahteraannya, telah dan akan terus
dilakukan. Tujuannya agar mereka lebih mampu bekerja secara profesional dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, sebagai tenaga pendidik.
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 84/1993
penetapan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, serta Keputusan bersama
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993, nomor
25 tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya dan diperbaharui menjadi Permenpan Nomor 16 tahun 2009, pada
prinsipnya bertujuan untuk membina karier kepangkatan dan profesionalisme guru.
Pada aturan tersebut di antaranya dinyatakan, bahwa untuk keperluan kenaikan
pangkat/jabatan Guru Pembina /Golongan IIIb ke atas, diwajibkan adanya angka
kredit yang harus diperoleh dari Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Kegiatan pengembangan profesi guru adalah kegiatan guru dalam rangka
pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan ketrampilan untuk peningkatan
mutu baik bagi proses belajar mengajar/kepengawasan dan profesionalisme tenaga
kependidikan lainnya maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat
bagi pendidikan dan kebudayaan (berdasar definsi pada Kepmendidbud No.
025/0/1995)
Terdapat tiga macam kegiatan pengembangan profesi yang dapat dilakukan
guru yaitu, (1) pengembangan diri, (2) Publikasi ilmiah, dan (3) karya inovatif
(Permenpan No. 16 Tahun 2009)

B. Karya Tulis Ilmiah


Jenis pengembangan diri berupa diklat fungsional, dan kegiatan kolektif guru.
Publikasi ilmiah berupa: presentasi pada forum ilmiah, hasil penelitian, tinjauan
ilmiah, tulisan ilmiah popular, artikel ilmiah, buku pelajaran, modul diklat, buku
dalam bidang pendidikan, karya terjemahan, buku pedoman guru. Karya inovatif,
menemukan teknologi tetap guna, menemukan/menciptakan karya seni,
membuat/memodifikasi alat pelajaran, mengikuti pengembangan penyusunan standar.
pedoman, soal dan sejenisnya. Karya Tulis Ilmiah (selanjutnya disingkat KTI) pada
dasarnya merupakan laporan tertulis tentang (hasil) suatu kegiatan ilmiah. Karena
kegiatan ilmiah itu banyak macamnya, maka laporan kegiatan ilmiah (= KTI) juga
beragam. Ada yang berbentuk laporan penelitian, tulisan ilmiah populer, buku, diktat
dan lain-lain. KTI juga berbeda bentuk penyajiannya sehubungan dengan berbedanya
tujuan penulisan serta media yang menerbitkannya. .
Bila seorang guru menulis KTI (dengan benar) maka kepadanya diberikan
penghargaan, berupa angka kredit yang dapat dipakai untuk memenuhi persyaratan
dalam usulan kenaikan pangkat/jabatannya. Besarnya angka kredit KTI berbeda-beda
tergantung pada macam dan lingkup publikasinya. Berdasar aturan yang berlaku, KTI
yang berangka kredit tertinggi (12,5 angka kredit) adalah KTI hasil penelitian
perorangan yang dipublikasi dalam bentuk buku. Dan yang terendah bernilai 1 angka
kredit, untuk KTI yang berupa diktat.
Meskipun berbeda macam dan besaran angka kreditnya, semua KTI (sebagai
tulisan yang bersifat ilmiah) mempunyai kesamaan, yaitu:
 hal yang dipermasalahkan berada pada kawasan pengetahuan keilmuan
 kebenaran isinya mengacu kepada kebenaran ilmiah
 kerangka sajiannya mencerminan penerapan metode ilmiah
 tampilan fisiknya sesuai dengan tata cara penulisan karya ilmiah
Macam kegiatan pengembangan profesi yang dapat dilakukan oleh guru,
widyaiswara atau pengawas berbeda-beda. Hal itu karena berbedanya tugas dan
tanggung jawab mereka. Sebagai gambaran, berikut disajikan ringkasan macam
kegiatan pengembangan profesi guru dan pengawas, yang ditetapkan berdasar
peraturan yang berlaku saat ini.

C. Hubungan KTI dengan Kegiatan Penelitian


Penelitian merupakan kegiatan ilmiah. Sehingga, laporan hasil penelitian juga
merupakan Karya Tulis Ilmiah. Bahkan, KTI yang merupakan laporan hasil
penelitian, merupakan bagian penting dari macam KTI yang dapat dibuat oleh guru,
widyaiswara maupun pengawas, sebagaimana tampak pada tabel berikut.

Guru Widyaiswara Pengawas


 KTI hasil penelitian  KTI hasil penelitian  KTI hasil penelitian
 KTI tinjauan/ulasan  KTI tinjauan/ulasan  KTI tinjauan/ulasan
ilmiah ilmiah ilmiah
 Tulisan Ilmiah  Tulisan Ilmiah Populer  Tulisan Ilmiah
Populer  Prasaran disampaikan Populer
 Prasaran disampaikan dalam pertemuan ilmiah  Prasaran disampaikan
dalam pertemuan  Buku dalam pertemuan
ilmiah  Karya terjemahan ilmiah
 Buku  Orasi ilmiah sesuai
 Diktat dengan bidang yang
 Karya terjemahan diajarkan
KTI pada kegiatan pengembangan profesi terdiri dari 7 (tujuh) macam, yang dapat dirinci sebagai
berikut:
No Macam KTI Macam publikasinya Angka
kredit
1 KTI hasil penelitian, Berupa buku yang diedarkan 12,5
pengkajian, survei dan atau secara nasional
evaluasi Berupa tulisan (artikel ilmiah) 6,0
yang dimuat pada majalah ilmiah
yang diakui oleh Depdiknas
Berupa buku yang tidak diedarkan 6,0
secara nasional
Berupa makalah 4,0
2 KTI yang merupakan tinjuan Berupa buku yang diedarkan 8,0
atau gagasan sendiri dalam secara nasional
bidang Berupa tulisan (artikel ilmiah) 4,0
pendidikan/kepengawasan yang dimuat pada majalah ilmiah
yang diakui oleh Depdiknas
Berupa buku yang tidak diedarkan 7,0
secara nasional
Berupa makalah 3,5
3 KTI yang berupa tulisan Berupa tulisan (artikel ilmiah) 2,0
ilmiah popular yang yang dimuat pada media masa
disebarkan melalui media
masa
4 KTI yang berupa tinjuan, Berupa makalah dari prasaran 2,5
gagasan, atau ulasan ilmiah yang disampaikan pada
yang disampaikan sebagai pertemuan ilmiah
prasaran dalam pertemuan
ilmiah
5 KTI yang berupa buku Berupa buku yang bertaraf 5
pelajaran nasional
Berupa buku yang bertaraf 3
propinsi
6 KTI yang berupa diktat Berupa diktat yang digunakan di 1
pelajaran sekolahnya
7 KTI yang berupa karya Berupa karya terjemahan buku 2.5
terjemahan pelajaran/ karya ilmiah yang
bermanfaat bagi pendidikan

Dari tabel di atas terlihat bahwa KTI yang berupa laporan hasil
penelitian dapat dipakai sebagai salah satu macam kegiatan pengembangan profesi
tenaga pendidik. Bahkan, akhir-akhir ini kegiatan membuat KTI yang berupa laporan
hasil penelitian, menunjukan jumlah yang semakin meningkat.
Salah satu bentuk KTI yang akhir-akhir ini, cenderung banyak dilakukan oleh
para guru dan pengawas adalah KTI hasil penelitian perorangan yang tidak
dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk
makalah. KTI jenis ini mempunyai nilai angka kredit 4 (empat).
KTI yang berupa laporan hasil penelitian tersebut cenderung diminati dalam
pelaksanaan kegiatan pengembangan profesi, di antaranya karena:

1. Para guru makin memahami bahwa salah satu tujuan kegiatan pengembangan
profesi, adalah dilakukannya kegiatan nyata di kelasnya yang ditujukan untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajarannya. Bagi sebagian besar guru,
melakukan kegiatan seperti itu, sudah terbiasa dilakukan.

2. Kegiatan tersebut, harus dilaksanakan dengan menggunakan kaidah-kaidah


ilmiah, karena hanya dengan cara itulah, mereka akan mendapat jawaban yang
benar secara keilmuan terhadap apa yang ingin dikajinya.

3. Apabila kegiatan tersebut dilakukan di kelasnya, maka kegiatan tersebut dapat


berupa penelitian eksperimen, atau penelitian tindakan yang semakin layak untuk
menjadi prioritas kegiatan. Kegiatan nyata dalam proses pembelajaran, dapat
berupa tindakan untuk “menguji atau menerapkan” hal-hal “baru” dalam praktik
pembelajarannya. Saat ini, berbagai inovasi baru dalam pembelajaran,
memerlukan verifikasi maupun penerapan dalam proses pembelajaran.

D. Kegiatan Ilmiah

Manusia mendapatkan ilmu berkat kemampuannya bernalar. Menggunakan


akal dapat tersusun pengetahuan yang bersifat rasional, konsisten dan merupakan satu
kesatuan sistem terhadap pengetahuan keilmuan yang telah ada sebelumnya.

Penalaran yang mengacu pada kebenaran koherensi (mengandung kebenaran yang


sesuai dengan pengetahuan ilmu yang telah ada) dan korespondensi (mengadung
kebenararan yang sesuai dengan fakta empirik) merupakan salah satu proses berpikir
dalam menarik kesimpulan. Kesimpulan yang dihasilkannya merupakan hasil
kegiatan berpikir dan berwujud pengetahuan dengan ciri yang spesifik, yang disebut
sebagai ilmu (science).

Dengan demikian, ilmu merupakan pengetahuan yang rasional, konsisten, dan


sistematis dan dapat teruji kebenarannya, baik secara rasional maupun secara empirik.
Ilmu sebagai bagian dari pengetahuan mempunyai ciri-ciri khusus baik dilihat dari
untuk apa ilmu itu, apa obyek telaahannya, dan bagaimana mendapatkannya. Ilmu
berhubungan erat dengan akal dan indera. Artinya, ilmu mengacu pada dunia
rasional (yang didapat dari akal pikiran) dan dunia empirik (yang didapat melalui
indera).

Menurut Suriasumantri (1981) terdapat dua cara berpikir yang umum dipakai untuk
memecahkan masalah: cara berpikir analitik (deduksi) dan cara berpikir sintetik
(induksi). Berpikir analitik (deduksi) bersandar pada logika silogisme. Pikiran
berangkat dari kebenaran pengetahuan (proposisi) yang berlaku umum (premis
mayor; asumsi) untuk menyimpulkan persoalan yang khusus, berdasarkan pada
pengetahuan yang bersifat umum tersebut. Kebenaran persoalan khusus itu,
merupakan aplikasi logis dari kebenaran yang bersifat umum. Pengambilan
kesimpulannya dilakukan secara deduktif, yang merupakan suatu teknik penyimpulan
yang dilandasi oleh logika matematika.

Sebaliknya, berpikir sintetik pikiran berangkat dari pengetahuan yang bersifat


khusus (fakta-fakta) dan dengan menggunakan fakta-fakta tersebut diperoleh
pengetahuan yang bersifat umum. Kesimpulan yang ditarik dari cara berpikir sintetis
ini disebut induktif yang erat berkaitan dengan konsep peluang dan kaidah statistika.

Baik cara berpikir deduktif maupun induktif keduanya mempunyai


kelemahan. Kebenaran penyimpulan deduktif tidak saja sangat tergantung pada
kebenaran yang bersifat umum dan tetapi juga pada kebenaran dalam penarikan
kesimpulannya. Sedangkan kebenaran penyimpulan induktif juga sangat tergantung
pada kebenaran hasil pengamatan empiric yang tidak jarang menyesatkan.

E. Metode Ilmiah
Melihat kelemahan kedua cara berpikir itu, dipadukanlah cara berpikir
deduktif dan induktif, yang kemudian dikenal sebagai metode ilmiah.
Penggabungan cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif itu diharapkan dapat
memberikan beberapa keuntungan.

Metode keilmuan merupakan kerangka berpikir yang bersifat tanpa henti. Hal itulah
yang menjadikan pengetahuan keilmuan terus bertambah secara kumulatif.
Ditemukannya ilmu-baru akan menjadi pijakan penemuan banyak ilmu yang lain.

Selanjutnya Suriasumantri menyatakan, metode keilmuan merupakan rentetan


daur berpikir induksi, deduksi, dan penyahihan (verifikasi) yang terus menerus tak
kunjung henti. Berdasar daur tersebut, metode keilmuan juga sering disebut sebagai
metode hipotetiko-deduktif-induktif.

F. Hubungan Metode Ilmiah dengan Penelitian

Pengetahuan yang benar dapat diperoleh manusia baik melalui pendekatan


non-ilmiah maupun pendekatan ilmiah.Pendekatan ilmiah yang dilakukan melalui
metode keilmuan dapat dilakukan baik secara informal dalam kehidupan sehari-hari,
maupun secara lebih formal melalui kerja penelitian.

Banyak sekali kesamaan antara penelitian dan metode ilmiah. Sehingga tidak sedikit
yang menyamakan istilah penelitian dan metode ilmiah. Namun, penelitian atau riset
(research) merupakan penyelidikan suatu masalah secara sistematis, kritis, ilmiah,
dan lebih formal dan yang umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan,
atau menguji kebenaran suatu pengetahuan yang memiliki kemampuan deskripsi
dan/atau prediksi. Kerja penelitian menuntut obyektivitas, baik dalam proses maupun
dalam penyimpulan hasilnya.

Sedangkan metode keilmuan mengacu pada aplikasi berpikir deduktif-induktif di


dalam pemecahan masalah. Artinya dalam pemecahan suatu masalah, langkah yang
ditempuh mengikuti proses identifikasi masalah, pengembangan hipotesis, melakukan
observasi, menganalisis, dan kemudian menyimpulkan.

Proses tersebut dapat digunakan secara informal dalam kehidupan sehari-hari dan
belum tentu dapat disebut sebagai kegiatan penelitian. Namun yang jelas, setiap
kegiatan penelitian merupakan operasionalisasi atau penerapan dari metode ilmiah.

Kepmendidbud No. 025/0/1995 mengartikan metode ilmiah penelitian dan


pengembangan, sebagai suatu cara pelaksanaan yang sistemetik dan objektif yang
mengikuti tahap-tahap sebagai berikut:

a. Melakukan observasi dan menetapkan masalah dan tujuan


b. Menyusun hipotesa
c. Menyusun rancangan penelitian
d. Melaksanakan percobaaan berdasarkan metode yang direncanakan
e. Melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data
f. Menganalisis dan menginterpertasi data, dan
g. Merumuskan kesimpulan dan atau teori.

G. Apakah yang Dimaksud dengan Penelitian?

Penelitian (riset, research) merupakan penyelidikan suatu masalah secara


sistematis, kritis, ilmiah, dan lebih formal. Penelitian merupakan kegiatan yang
dilakukan dengan menggunakan logika proses berpikir eksplisit (artinya setiap
langkahnya dilakukan secara terbuka sehingga dapat dikaji kembali baik oleh yang
bersangkutan maupun oleh orang lain) dan informasinya dikumpulkan secara
sistematis dan obyektif.

Penelitian bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, atau menguji


kebenaran suatu pengetahuan suatu pengetahuan yang memiliki kemampuan
deskripsi dan/atau prediksi, dan yang dilakukan dengan langkah yang sistematis,
kritis,dan ilmiah.

Hasil pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan penelitian mempunyai sifat


khusus, yaitu bersifat keilmuan, dan bila terkumpul secara sistematis membentuk
khazanah pengetahuan yang disebut ilmu, yang kemudian mampu memberikan
berbagai dampak bagi hidup dan kehidupan manusia.

Kerja penelitian umumnya terdiri dari beberapa langkah utama, yaitu :


 melakukan kajian terhadap permasalahan,
 melakukan kajian teoritik dari permasalahan untuk kemudian secara
deduksi dirumuskan menjadi hipotesis dari masalah yang dihadapi,
 mengumpukan data empirik guna pengujian hipotesis,
 mengadakan uji hipotesis, dan
 menarik kesimpulan.

H. Bagaimana Penelitian di Bidang Pendidikan

Penelitian di bidang pendidikan ditandai adanya permasalahan tentang hal-hal


yang bekaitan dengan pendidikan. Ciri khas dari penelitian pendidikan/pembelajaran
adalah adanya kajian yang berhubungan dengan penerapan rancangan, sajian dan
evaluasi pembelajaran yang ditujukan untuk mencapai hasil belajar tertentu, pada
suatu tujuan, karakteristik siswa, lingkungan dan atapun kondisi pembelajaran
spesifik.

Salah satu tugas guru adalah melakukan kegiatan pembelajaran (mulai dari
merancang, menyajikan sampai dengan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran)
agar diperoleh hasil pembelajaran yang sesuai tujuan.

Diketahui banyak faktor yang mempengaruhi hasil pembelajaran. Ada faktor


yang dapat diubah (seperti: cara mengajar, mutu rancangan, model evaluasi, dll) ada
pula faktor yang harus diterima apa adanya (seperti: latar belakang siswa, gaji,
lingkungan sekolah, dll). Dengan demikian terdapat banyak masalah yang
berhubungan dengan hasil pembelajaran dan peran guru dalam proses pembelajaran.

Melalui kegiatan pengembangan profesi, diharapkan para guru dapat menyelesaikan


masalah melalui kegiatan nyata di kelasnya yang ditujukan untuk meningkatkan
mutu proses dan hasil pembelajarannya yang dilaksanakan secara profesional. Hanya
dengan cara itu, maka mereka akan dalam mengembangan profesinya. Kiranya, itulah
hakikat tujuan dari kegiatan pengembangan profesi.

Fokus masalah penelitian pembelajaran adalah pada hal-hal yang dapat


dilakukan guru dalam praktik pembelajaran, yaitu dalam proses pembelajaran yang
dapat berupa rancangan, sajian maupun evaluasi yang dikaitkan dengan hasil belajar
dan faktor pengaruh yang lain.

Dengan kata lain, penelitian di bidang pembelajaran ditandai adanya permasalahan


kajian tentang hal-hal yang bekaitan dengan proses-mengajar-belajar. Ciri khas dari
penelitian tersebut adalah adanya kajian tentang penerapan rancangan, sajian dan
evaluasi untuk tujuan, karakteristik siswa, lingkungan dan kondisi tertentu dalam
hubungannya dengan hasil pembelajaran. Penelitian tentang pengaruh karakteristik
siswa terhadap hasil belajar, yang tidak ada hubungannya dengan proses
pembelajaran, lebih berada pada kawasan penelitian psikologi daripada penelitian
teknologi pembelajaran. Demikian pula penelitian tentang pengaruh manajemen
persekolahan terhadap prestasi belajar siswa, lebih tepat berada pada kawasan
manajemen pendidikan.

I. Apa Saja Penelitian Pembelajaran yang Dilakukan di Kelas?

Berbagai kegiatan pengembangan profesi yang dapat dilakukan guru dengan


melibatkan para siswanya, antara lain adalah dengan melakukan penelitian di
kelasnya. Ada dua macam penelitian yang dapat dilakukan di dalam kelas, yaitu: (a)
penelitian eksperimen, dan (b) penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
eksperimen atau PTK, lebih diharapkan dilakukan guru dalam upayanya menulis
KTI karena:

 KTI tersebut merupakan laporan dari kegiatan nyata yang dilakukan para guru di
kelasnya dalam upaya meningkatkan mutu pembelajarannya – (ini tentunya
berbeda dengan KTI yang berupa laporan penelitian korelasi, penelitian diskriptif,
ataupun ungkapan gagasan, yang umumnya tidak memberikan dampak langsung
pada proses pembelajaran di kelasnya), dan

 Dengan melakukan kegiatan penelitian tersebut, maka para guru telah melakukan
salah satu tugasnya dalam kegiatan pengembangan profesionnya.

Terdapat beberapa macam penelitian, antara lain, penelitian diskriptif yang


merupakan paparan (diskripsi) informasi tentang suatu gejala, peristiwa, kejadian
sebagaimana adanya. Berbeda dengan penelitian eksperimen pada penelitian
diskriptif tidak diadakan perlakuan. Penelitian ini mengkaji dan memaparkan sesuatu
keadaan sebagaimana adanya.

Penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi atau data


tentang akibat dari adanya suatu treatment atau perlakuan. Penelitian eksperimen
dilakukan untuk mengetes suatu hipotesis dengan ciri khusus :
(a) adanya variabel bebas yang dimanipulasi,
(b) adanya pengendalian atau pengontrolan terhadap semua variabel lain kecuali
variabel bebas yang dimanipulasi,
(c) adanya pengamatan dan pengukuran terhadap variabel terikat sebagai akibat
dari tindakan manipulasi variabel bebas.
Berikut disajikan contoh judul dan rumusan masalah dari penelitian eksperimen yang
dilakukan di dalam kelas.
N Judul penelitian Rmusan masalah
o
1 Pengaruh interaksi  Apakah pemberian balikan secara ekspositorik,
pemberian balikan dan secara simbol, dan tanpa balikan memberi
motivasi berprestasi perbedaan perolehan belajar?
terhadap perolehan  Apakah ada hubungan antara motivasi
belajar berprestasi dengan perolehan belajar
 Apakah interaksi antara pemberian balikan
dengan motivasi berprestasi memberikan
pengaruh kepada perolehan belajar?

Di samping kedua macam penelitian tersebut, ada pula yang dinamakan


penelitian tindakan (action research).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang
dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK
berfokus pada kelas atau pada proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas, dan
bukan pada input kelas (silabus, materi,dll) ataupun output (hasil belajar). PTK
harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
Pengertian kelas dalam PTK adalah sekelompok peserta didik yang sedang
belajar. Siswa yang belajar itu tidak hanya terbatas di dalam sebuah ruangan tertutup
saja, tetapi dapat juga ketika anak sedang melakukan karyawisata di objek wisata, di
laboratorium, di rumah, atau di tempat lain, ketika siswa sedang mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru.

Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang


terjadi di dalam kelas. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan
masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat
dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. PTK juga bertujuan untuk
meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya.

Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis
dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas, yang dialami langsung dalam
interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.

Ciri khusus PTK adalah adanya tindakan (action) yang nyata. Tindakan itu
dilakukan pada situasi alami dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan-
permasalahan praktis. Tindakan tersebut adalah merupakan sesuatu kegiatan yang
sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Pada penelitian tindakan, kegiatan tersebut
dilakukan dalam rangkaian siklus kegiatan.

Salah satu ciri khas PTK adalah adanya kolaborasi (kerjasama) antara
praktisi (guru, kepala sekolah, siswa, dll) dan peneliti (dosen, widyaiswara) dalam
pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang
akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action)

Berikut adalah beberapa contoh judul PTK

1 Meningkatkan hasil belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD,


pada pokok bahasan ....pada mata pelajaran X.
2 Peningkatan kreativitas siswa dalam proses belajar mata pelajaran X,
melalui penerapan model pembelajaran generatif.

J. Bagaimana macam KTI yang berasal dari Laporan Penelitian?

Berdasar definsi pada Kepmendidbud No. 025/0/1995, makalah hasil


penelitian adalah suatu karya tulis yang disusun oleh seseorang atau kelompok orang
yang membahas suatu pokok bahasan yang merupakan hasil penelitian. Dengan
demikian, KTI ini merupakan laporan hasil dari suatu kegiatan penelitian yang telah
dilakukan.

Laporan hasil penelitian tersebut dapat disajikan dalam berbagai bentuk, antara lain:

N Macam bentuk publikasi laporan hasil penelitian Angka


o kredit
1 Berupa buku yang diedarkan secara nasional. Buku yang 12,5
diterbitkan dan diedarkan secara nasional yang ditulis berdasar
hasil penelitian yang dilakukan oleh guru, masih sangat terbatas
jumlahnya. Sangat jarang guru mengirimkan KTI dalam bentuk
ini.
2 Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada majalah ilmiah 6,0
(jurnal) yang diakui oleh Depdiknas. Masing-masing jurnal
ilmiah umumnya mempunyai persyaratan dan tata cara penulisan
artikel hasil penelitian yang spesifik dan berlaku untuk jurnal
yang bersangkutan. KTI yang diajukan guru dalam bentuk
publikasi ini, akhir-akhir ini semakin meningkat jumlahnya.
3 Berupa buku yang tidak diedarkan secara nasional. Buku yang 6,0
ditulis berdasar hasil penelitian yang dilakukan oleh guru, yang
tidak diederkan secara nasional juga masih sangat terbatas
jumlahnya.
4 Berupa makalah yang disimpan di perpustakaan. Inilah bentuk 4,0
laporan hasil penelitian yang paling banyak diajukan sebagai
Karya Tulis Ilmiah oleh para guru.
5 Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada media masa. 2,0
Meskipun cukup banyak tulisan ilmiah popular diajukan sebagai
KTI, namun yang merupakan laporan hasil penelitian, sangat
terbatas jumlahnya.
6 Berupa makalah dari prasaran yang disampaikan pada pertemuan 2,5
ilmiah. Meskipun cukup banyak makalah berupa prasasran
diajukan sebagai KTI, namun yang merupakan makalah prasaran
berdasarkan laporan hasil penelitian, sangat terbatas jumlahnya.
Dari 6 (enam) macam KTI hasil penelitian di atas, KTI yang paling banyak
dibuat oleh guru adalah yang berupa makalah yang disimpan di perpustakaan
(dengan angka kredit 4). Selanjutnya, tulisan ini akan lebih memberikan fokus
bahasan pada KTI hasil penelitian yang berupa makalah. Namun demikian, terdapat
kecenderungan semakin bertambah jumlah KTI hasil penelitian yang dipublikasikan
melalui jurnal (dengan angka kredit 6).

Berikut ini dijelaskan beberapa hal pokok yang berkaitan dengan KTI hasil
penelitian yang dipublikasikan melalui jurnal ilmiah.

KTI yang dapat dimuat di Jurnal Ilmiah dapat dipilah menjadi dua kelompok.
Pertama KTI yang berupa laporan hasil penelitian, dan kedua berupa KTI non-hasil
penelitian (seperti misalnya paparan gagasan keilmuan, ulasan atau tinjauan ilmiah).

Masing-masing jurnal mempunyai tatacara penulisannya sendiri-sendiri. Ada


perbedaan di antara satu jurnal dengan jurnal yang lain. Misalnya, tentang ukuran dan
macam huruf, jumlah halaman maksimum yang diperbolehkan, kerangka dan tatacara
penulisan, bahkan juga cara pengirimannya naskah (ada yang harus mengirimkan
dalam bentuk disket berikut printoutnya) dll.

Berikut contoh sistematika penulisan pada Jurnal Teknologi Pendidikan (PPS


IKIP Malang, ISSN 0854-7599). Setiap karangan harus disertai (a) abstrak, (b) kata-
kata kunci, (c) identitas pengarang, (d) pendahuluan yang berisi latar belakang dan
tujuan atau ruang lingkup tulisan dan (e) daftar pustaka. Hasil penelitian disajikan
dengan sistematika sebagai berikut (a) judul, (b)nama pengarang, (c) anstrak, (d)
kata-kata kunci, (e) pendahuluan berisi pembahasan kepustakaan dan tujuan
penelitian, (f) metode, (g) pembahasan, (i) kesimpulan dan saran, dan (h) daftar
pustaka.

Dengan demikian Isi dan sistematika KTI laporan hasil penelitian yang
diajukan untuk dimuat di jurnal, sedikitnya terdiri dari :

Judul penelitian
Bab I Permasalahan / Pendahuluan
Latar belakang masalah / Perumusan masalah
Tujuan dan Manfaat
Bab II Landasan Teori
Bab III Metode Penelitian
Bab IV Hasil dan Analisis Hasil
Bab V Kesimpulan dan Saran

Judul penelitian menyatakan secara jelas namun sesingkat mungkin


permasalahan yang akan diteliti, upayakan variabel penelitian tercantum pada judul
tersebut. Upayakan pula agar dengan membaca judul itu, pembaca akan tertarik
untuk membaca lebih jauh isi usulan penelitian.

Bagian terpenting pada KTI hasil penelitian adalah ungkapan permasalahan


(khususnya rumusan masalahnya). Rumusan masalah adalah pertanyaan-pertanyaan
yang jawabannya ingin dikaji melalui penelitian. Latar Belakang Masalah merupakan
penjelasan mengapa sesuatu itu dipermasalahkan. Alasan itu diperlukan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat urgensi, tujuan dan manfaat dari penelitian yang
diajukan. KTI hasil penelitian harus pula menuliskan tujuan dan manfaat yang
diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

Secara singkat hasil penelitian juga perlu mencantumkan pembahasan teori


dari hal yang dipermasalahkan dan hipotesis yang dapat ditarik dari teori tersebut,
serta akan diuji berdasar fakta empirik. Uraian tentang metode penelitian, yang terdiri
dari cara pengumpulan, hasil yang diperoleh serta analisis data juga harus dituliskan
dengan singkat. Akhirnya perlu disajikan diskusi singkat, yang kemudian
mengasilkan beberapa kesimpulan serta (bila ada) pengajuan saran.

Hal yang tidak mudah dalam menulis KTI hasil penelitian untuk jurnal adalah
keterbatasan halaman. Umumnya jumlah halaman dari satu artikel yang dimuat di
jurnal antara 5 – 10 halaman (untuk ukuran kertas A4, font 12, spasi dua). Karena itu
kemampuan untuk memadatkan laporan, agar isinya tetap terkomunikasikan dan
terjaga, dengan tetap enak dibaca dan mampu menarik minat, menjadi kemampuan
yang memerlukan latihan.

K. Bagaimana Menilai KTI hasil Penelitian?

Sebelum diajukan untuk dinilai, KTI harus terlebih dahulu dinilai oleh si penulis.
Mengapa? Karena hanya KTI yang benar dan baik sajalah yang akan dapat diberi
nilai. Penulis hendaknya mampu menilai apakah KTI yang akan diajukannya, telah
memenuhi syarat sebagai KTI yang benar dan baik.

Bagaimana kriteria KTI yang benar dan baik? Di samping memakai berbagai
kriteria penulisan karya tulis ilmiah yang umum dipergunakan, terdapat beberapa
kriteria dan persyaratan yang khusus yang digunakan untuk menilai KTI dalam
pengembangan profesi guru (lihat peraturan dan pedoman yang telah dikeluarkan
oleh Diknas, yang berkaitan dengan hal ini)

Di samping kriteria-krietria di atas, KTI laporan hasil penelitian itu harus pula
memenuhi kriteria “APIK
APIK,” yang artinya adalah

 A sli, penelitian harus merupakan karya asli penyusunnya, bukan merupakan


plagiat, jiplakan, atau disusun dengan niat dan prosedur yang tidak jujur.
Syarat utama karya ilmiah adalah kejujuran.
 P erlu, permasalahan yang dikaji pada penelitian itu memang perlu,
mempunyai manfaat. Bukan hal yang mengada-ada, atau memasalahkan
sesuatu yang tidak perlu lagi dipermasalahkan.
 I lmiah, penelitian harus berbentuk, berisi, dan dilakukan sesuai dengan
kaidah-kaidah kebenaran ilmiah. Penelitian harus benar, baik teorinya,
faktanya maupun analisis yang digunakannya.
 K onsisten, penelitian harus disusun sesuai dengan kemampuan penyusunnya. Bila
penulisnya seorang guru, maka penelitian haruslah berada pada bidang kelimuan
yang sesuai dengan kemampuan guru tersebut. Penelitian di bidang pembelajaran
yang semestinya dilakukan guru adalah yang bertujuan dengan upaya peningkatan
mutu hasil pembelajaran dari siswanya, di kelas atau di sekolahnya.
N KTI Penjelasan, Ciri-ciri yang tampak,
O yang,
KTI harus merupakan KTI yang tidak “asli “ dapat
karya diri si penulis. terindentifikasi antara lain melalui,
1 TIDAK
Bukan karya orang lain. terdapat bagian-bagian tulisan , atau
ASLI Bukan “dibuatkan” oleh petunjuk lain yang menunjukkan
orang lain, atau bahwa karya tulis itu merupakan
menggunakan karya skripsi, penelitian atau karya tulis
orang lain. orang lain, yang dirubah di sana-sini
dan digunakan sebagai KTI nya (seperti
misalnya bentuk ketikan yang tidak
sama, tempelan nama, dll)
terdapat petunjuk adanya lokasi dan
subyek yang tidak konsisten,
terdapat tanggal pembuatan yang tidak
sesuai,
terdapat berbagai data yang tidak
konsisten, tidak akurat
waktu pelaksanaan pembuatan KTI
yang kurang masuk akal (misalnya
pembuatan KTI yang terlalu banyak
dalam kurun waktu tertentu)
adanya kesamaan isi, format, gaya
penulisan yang sangat mencolok
dengan KTI yang lain
2 TIDAK KTI merupakan KTI yang tidak “perlu” , dapat terlihat
PERLU “bukti” dari kegiatan antara lain dari…
pengembangan profesi masalah yang dikaji terlalu luas, tidak
dari si penulis. langsung berhubungan dengan
Sehingga apa yang permasalahan yang berkaitan dengan
dipermasalahkan upaya pengembangan profesi si penulis
haruslah sesuatu yang masalah yang ditulis tidak
diperlukan dalam upaya menunjukan adanya kegiatan nyata
ybs untuk
penulis dalam peningkatan /
mengembangkan
profesinya. pengembangan profesinya sebagai
Karena itu, harus jelas guru
apa manfaat penelitian permasalahan yang ditulis, sangat
yang dilakukan bagi mirip dengan KTI yang telah ada
siswa di kelas / sebelumnya, telah jelas jawabannya,
sekolahnya. kurang jelas manfaatnya dan
merupakan hal mengulang-ulang.
tulisan yang diajukan tidak termasuk
pada macam KTI yang memenuhi
syarat untuk dapat dinilai

Lanjutan...........
Lanjutan...........
N KTI Penjelasan, Ciri-ciri yang tampak,
O yang,
KTI yang tidak “ilmiah” dapat terlihat
Sebagai karya ilmiah, dari,
3 TIDAK
KTI harus : masalah yang dituliskan berada di luar
ILMIAH Permasalah yang dikaji khasanah keilmuan
berada di khasanah latar belakang masalah tidak jelas
keilmuan sehingga tidak dapat menunjukkan
Menggunakan kriteria pentingnya hal yang dibahas dan
kebenaran ilmiah hubungan masalah tersebut dengan
Mengunakan metode upayanya untuk mengembangkan
ilmiah profesinya sebagai widyaiswara.
Memakai tatacara rumusan masalah tidak jelas sehingga
penulisan ilmiah kurang dapat diketahui apa sebenarnya
yang akan diungkapkan pada KTInya
kebenarannya tidak terdukung oleh
kebenaran teori, kebenaran fakta dan
kebenaran analisisnya
landasan teori perlu perluas dan
disesuaikan dengan permasalahan yang
dibahas
bila KTInya merupakan laporan hasil
penelitian, tampak dari metode
penelitian, sampling, data, analisis
hasil yang tidak / kurang benar.
kesimpulan tidak/belum menjawab
permasalahan yang diajukan
4 TIDAK Hal yang ditulis dalam KTI yang tidak “konsisten” dapat
KONSIS KTI harus sesuai terlihat dari..
(konsisten) dengan masalah yang dikaji tidak sesuai
TEN
kompetensi si penulis, dengan tugas si penulis sebagai guru
dan sesuai dengan masalah yang dikaji tidak sesuai latar
tujuan si penulis untuk belakang keahlian atau tugas pokok
pengembangan penulisnya
profesinya sebagai masalah yang dikaji tidak berkaitan
guru dengan upaya penulis untuk
mengembangkan profesinya sebagai
guru (misalnya masalah tersebut tidak
mengkaji permasalahan di bidang
pendidikan yang bertujuan untuk
meningkatkan mutu siswa di kelasnya
yang sesuai dengan bidang tugasnya).

Berikut disajikan contoh beberapa Judul Penelitian KTI yang diajukan guru
untuk memenuhi kegiatan pengembangan profesi yang belum memenuhi syarat baik
dan benar dan tidak dapat diberi nilai.
No Judul Intisari isi Ditolak karena, dan saran
yang diberikan
1 Membangun Mendiskripsikan berbagai Masalah yang dikaji terlalu
karakter bangsa upaya guna membangun luas tidak berkaitan dengan
melalui kegiatan karakter bangsa. permasalahan nyata yang
ekstra kurikuler. terjadi di kelasnya. Hanya
No Judul Intisari isi Ditolak karena, dan saran
yang diberikan
berupa “kliping” berbagai
pendapat.
Disarankan untuk membuat
KTI baru yang berfokus
pada kegiatan pemecahan
masalah nyata di kelasnya.
2 Dalam rangka Memaparkan berbagai Masalah yang dikaji terlalu
HUT PGRI guru pendapat pakar tentang luas tidak berkaitan dengan
bertanggungjawab tanggung jawab guru permasalahan nyata yang
untuk dalam peningkatan mutu terjadi di kelasnya.
meningkatkan pendidikan. Uraian sangat Disarankan untuk membuat
mutu pendidikan umum dan merupakan KTI baru yang berfokus
Indonesia kumpulan berbagai pada kegiatan pemecahan
pendapat. masalah nyata di kelasnya.
3 Pengaruh jumlah Mengkaji hubungan Masalah yang dikaji
faktor air semen antara faktor air semen merupakan penelitian
pada kekuatan dengan kekuatan tekan keilmuan beton, dan bukan
tekan beton. beton yang dilakukan oleh pada pengajaran keilmuan
seorang guru SMK beton. Bukan berada dalam
Teknologi Bangunan. penelitian pendidikan
(pembelajaran) melainkan
penelitian isi mata
pelajaran.
Disarankan untuk membuat
KTI baru yang berfokus
pada kegiatan pemecahan
masalah nyata di kelasnya
dan berkaitan dengan
proses pembelajaran mata
pelajarannya.
4 Analisis kesalahan Mengkaji kesalahan siswa Masalah yang dikaji
siswa dalam dalam memahami mata merupakan penelitian
mengubah kalimat pelajaran bahasa tentang isi mata pelajaran.
aktif menjadi Indonesia. Tidak ada Hasil penelitian berupa
kalimat pasif kegiatan nyata yang paparan macam kesalahan
dilakukan untuk siswa. Tidak ada tindakan
memperbaiki kedaaan. untuk memecahkan
Sekedar paparan diskripsi masalah tersebut.
No Judul Intisari isi Ditolak karena, dan saran
yang diberikan
dari hal yang terjadi Disarankan untuk
dalam pembelajaran. melanjutkan hasil
penelitian tersebut dengan
melakukan kegiatan yang
nyata di kelasnya dalam
upaya memecahkan
masalah.
5 Peranan Studi korelasi antara Tidak ada tindakan nyata
perpustakaan pendapat siswa tentang yang dilakukan guru dalam
dalam mutu perputakaan proses pembelajaran.
meningkatkan sekolahnya dengan nilai Permasalahan yang dikaji
prestasi belajar mata pelajarannya. “sudah sangat umum” yang
siswa telah jelas jawabannya,
sehingga kurang perlu
dikaji kembali.
Disarankan untuk membuat
KTI baru yang berfokus
pada kegiatan pemecahan
masalah nyata di kelasnya
dan berkaitan dengan
proses pembelajaran.
6 Hubungan antara Studi korelasi antara Tidak ada tindakan nyata
kondisi sosial pendapat siswa tentang yang dilakukan guru dalam
ekonomi orangtua kondisi sosial ekonomi proses pembelajaran.
siswa dengan orangtuanya (yang Permasalahan yang dikaji
prestasi diambil melalui kuisener) “sudah sangat umum” yang
belajarnya. dengan nilai mata telah jelas jawabannya,
pelajarannya sehingga kurang perlu
dikaji kembali.
Disarankan untuk membuat
KTI baru yang berfokus
pada kegiatan pemecahan
masalah nyata di kelasnya
dan berkaitan dengan
proses pembelajaran.
7 Suatu tinjauan Uraian umum tentang Masalah yang dikaji terlalu
tentang berbagai konsep dalam luas tidak berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran sejarah permasalahan nyata yang
No Judul Intisari isi Ditolak karena, dan saran
yang diberikan
pembelajaran terjadi di kelasnya.
sejarah Disarankan untuk membuat
KTI baru yang berfokus
pada kegiatan pemecahan
masalah nyata di kelasnya.
8 Pengaruh model Kajian sangat rinci dan Terdapat beberapa indikasi
pembelajaran mendalam dengan yang menunjukkan bahwa
melalui seting sistematika serta format KTI tersebut merupakan
belajar kooperatif yang umum dipakai pada tesis atau desertasi. KTI
terhadap penulisan tesis atau tersebut tidak ASLI.
pemahaman disertasi (jumlah halaman Diperingatkan dan
konseptual dan 182, dengan 43 disarankan untuk membuat
algoritmik kepustakaan) KTI baru karya sendiri
matematika yang berfokus pada
realistic pada kegiatan pemecahan
mahasiswa prodi masalah nyata di kelasnya
sosial. dan berkaitan dengan
proses pembelajaran.
9 Pengaruh Kajian diskriptif berdasar Tidak berkaitan dengan
komunikasi kepala hasil angket tentang tugas guru dalam
sekolah terhadap pandangan para guru pembelajaran.
peningkatan terhadap kebijakan kepala Disarankan untuk membuat
semangat kerja sekolahnya. Penelitian ini KTI baru yang berfokus
guru dilakukan oleh guru pada kegiatan pemecahan
matematika. masalah nyata di kelasnya
yang berhubungan dengan
pembelajaran matematika.
10 Teknologi Paparan tentang peranan Terlalu umum. Tidak
Informasi, inovasi IT dalam pembelajaran berkaitan dengan tugas
baru bagi dunia yang diambil dari guru dalam pembelajaran.
pendidikan berbagai media Tidak ada permasalahan
yang nyata yang ingin
dipecahkan dalam
kelasnya.
Disarankan untuk membuat
KTI baru yang berfokus
pada kegiatan pemecahan
No Judul Intisari isi Ditolak karena, dan saran
yang diberikan
masalah nyata di kelasnya.

Berikut disajikan contoh beberapa Judul Penelitian KTI yang diajukan guru untuk
memenuhi kegiatan pengembangan profesi dan memenuhi syarat dan dapat diberi
nilai.
No Judul Intisari isi Dapat dinilai
sebagai
1 Pengaruh Mengkaji perbedaan prestasi siswa dengan Makalah hasil
penggunaan alat penggunaan dua model pembelajaran penelitian
peraga gambar sejarah (alat peraga gambar dan bagan vs dengan nilai 4
terhadap nilai media tertulis) untuk topik tertentu pada
sejarah pada pelajaran sejarah.
siswa kelas III, Penelitian eksperimen di kelas, yang
sem 1. SMP X. melibatkan 4 kelas, dengan jumlah siswa
132 dibagi secara random dalam dua
kelompok. Dilakukan selama 5 kali
pertemuan.
2 Peningkatan hasil Penelitian tindakan kelas dengan bentuk Makalah hasil
belajar tindakannya berupa penerapan penelitian
matematika pembelajaran matematika melalui model dengan nilai 4
melalui model belajar kelompok kooperarif. Bentuk
belajar kelompok tindakannya dirinci dengan sangat jelas,
kooperatif , di demikian pula cara dan hasil pengumpulan
kelas VI, SD. data yang digunakan untuk evaluasi dan
refleksi. PTK dilakukan dalam 2 siklus
selama 4 bulan.

L. Apa yang Dimaksud Dengan Usulan Penelitian?

Kerja penelitian dimulai dengan membuat rencana. Rencana itu umum disebut
sebagai usulan penelitian (proposal penelitian). Usulan penelitian merupakan langkah
pertama dari kerja penelitian. Sedangkan KTI, yang merupakan laporan hasil
penelitian, merupakan langkah terakhir.

Pada umumnya usulan penelitian terdiri dari :

 Judul Penelitian
 Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan
Masalah dan Cara Pemecahan Masalah, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian
(terutama: potensi untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas isi, proses,
masukan, atau hasil pembelajaran dan/atau pendidikan).
 Bab Kajian / Tinjauan Pustaka yang menguraikan kajian teori dan pustaka yang
menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian tindakan
 Bab Metode Penelitian yang menjelaskan tentang Rencana dan Prosedur
Penelitian (terutama: prosedur diagnosis masalah, perencanaan tindakan, prosedur
pelaksanaan tindakan, prosedur observasi dan evaluasi, prosedur refleksi hasil
penelitian).
Rincian dari langkah kegiatan di atas adalah sebagai berikut:

Judul penelitian menyatakan secara jelas namun sesingkat mungkin permasalahan


yang akan diteliti, upayakan variabel penelitian tercantum pada judul tersebut.
Upayakan pula agar dengan membaca judul itu, pembaca akan tertarik untuk
membaca lebih jauh isi usulan penelitian.

Judul hendaknya ditulis dengan singkat dan spesifik. Hal utama yang seharusnya
tertulis di dalam judul adalah gambaran dari apa dipermasalahkan, (misalnya:
peningkatan hasil belajar) dan macam tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi masalahnya (misalnya penggunaan model pembelajaran kooperatif).
Umumnya di bawah judul dituliskan pula sub judul. Sub judul sangat umum
ditulis untuk menambahkan keterangan lebih rinci tentang populasi, seperti
misalnya di mana penelitian dilakukan, kapan, di kelas berapa, dan lain-lain.
M. Apa Isi Bab Pendahuluan?

Tujuan utama penelitian pembelajaran dalam kegiatan pengembangan profesi


guru adalah untuk memecahkan permasalahan pembelajaran nyata yang terjadi ke
kelasnya. Untuk itu, dalam bab pendahuluan, yang intinya adalah paparan alasan atau
latar belakang penelitian, hendaknya dapat dipaparkan bahwa:

a) Masalah yang diteliti adalah benar-benar suatu masalah pembelajaran yang


terjadi di sekolah atau di kelasnya. Karena tersebut umumnya didapat dari
pengamatan dan kajian (diagnosis) yang dilakukan oleh guru atau tenaga
kependidikan lainnya di sekolah, maka jelaskan pula proses atau kondisi yang
terjadi.
b) Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak
untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan
waktu, biaya dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian
tersebut.
c) Dari identifikasi masalah di atas, jelaskan hal-hal yang diduga menjadi akar
penyebab dari masalah tersebut. Secara cermat dan sistematis berikan alasan
(argumentasi) bagaimana dapat menarik kesimpulan tentang akar masalah itu.
Bab Pendahuluan menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan
Masalah dan Cara Pemecahan Masalah, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian
dengan uraian sebagai berikut:

Latar belakang masalah, berisi uraian yang jelas dan rinci mengapa sesuatu itu
dipermasalahkan dan akan dijadikan sebagai penelitian. Dengan kata lain, sub bab ini
mengungkapkan berbagai landasan, fakta atau berbagai alasan dari masalah yang
akan dicari jawabannya. Alasan mengapa mempermasalahkan tersebut, diperlukan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat urgensi, tujuan dan manfaat dari penelitian
yang diajukan.

Sesuai dengan tujuan dari kegiatan pengembangan profesi guru, maka sangat
disarankan, bahwa kegiatan penelitian yang dilakukan ditujukan untuk meningkatkan
mutu pembelajaran di kelas atau di sekolahnya. Sehinga, pada usulan penelitiannya
harus tertulis dengan jelas apa tujuan dan manfaat yang akan diperoleh para siswa,
atau kelas atau sekolahnya, dari hasil penelitian yang diajukan

Akibat banyaknya kemungkinan yang terjadi, permasalahan harus dibatasi.


Pembatasan dan ruang lingkup masalah harus terungkapkan dengan jelas. Dalam
pembatasan ini, harus ada pengungkapan alasan yang mendasari pembatasan
tersebut. Misalnya karena luasnya obyek kajian, maka penelitian hanya membatasi
diri pada ragam obyek tertentu dengan suatu kriteria yang ditetapkan berdasar
pertimbangan dan alasan tertentu.

Dengan membatasi permasalahan diharapkan masalah penelitian dapat lebih


dipertegas, dalam arti ditentukan batas-batas ruang lingkupnya. Hanya dengan adanya
batas-batas permasalahan yang jelas dapat diketahui dan ditetapkan faktor-faktor apa
saja yang perlu dibahas dan faktor-faktor apa yang tidak perlu.
Perumusan dan pemecahan masalah : Bagian terpenting pada usulan
penelitian adalah permasalahan, khususnya rumusan masalahnya. Rumusan masalah
adalah pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya ingin dikaji melalui penelitian.
Sebagai pertanyaan sebaiknya dibuat dalam bentuk kalimat tanya. Variabel yang
akan dikaji harus terungkap jelas demikian pula hubungan di antara variabel tersebut.
Contoh :

a. Penelitian Eksperimen : Adakah perbedaan kemampuan siswa dalam


mengerjakan soal-soal matematika, di antara kelompok yang diajar dengan
metode pemecahan soal dan kelompok yang diajar dengan metode pemahaman
konsep ( di ...., pada mata pelajaran…… kelas….., waktu…)?
b. Penelitian Tindakan Kelas : Adakah peningkatan kemampuan membaca
pemahaman pada mata pelajaran X melalui penerapan Cooperative Learning
( di ...., pada mata pelajaran…… kelas….., waktu…)?
Penelitian eksperimen di bidang pembelajaran, pada intinya dalah menguji
hipotesis, karenanya hipotesis yang benar, sangatlah penting. Hipotesis adalah dugaan
jawaban yang ditarik dari teori. Karena itu, hipotesis tersebut harus mempunyai
kebenaran teoritis.

Tujuan penelitian menyatakan target tertentu yang akan diperoleh dari


kegiatan penelitian yang diusulkan. Tujuan penelitian harus dinyatakan secara
spesifik, dalam pernyataan yang jelas. Kemukakan secara singkat tentang tujuan
penelitian yang ingin dicapai dengan mendasarkan pada permasalahan yang
dikemukakan. Tujuan umum dan khusus diuraikan dengan jelas, sehingga diukur
tingkat pencapaian keberhasilannya.

Sedangkan kegunaaan penelitian menyatakan manfaat yang dapat dipetik dari


pemecahan masalah yang didapat dari hasil penelitian yang berguna setidak-tidaknya
bagi kepentingan ilmiah atau kepentingan terapan. Usulan penelitian harus pula
menuliskan pula rancangan pengumpulan dan analisis data, yang disajikan pada bab
ketiga. Uraian ini, intinya berisi penjelasan bagaimana data akan diperoleh,
menggunakan alat apa, termasuk pula penjelasan tentang populasi dan teknik
samplingnya, serta rancangan analisisnya.

N. Apa Isi Bab Tinjauan Pustaka?

Bab ini berisi jabaran berbagai kepustakaan tentang teori-teori (termasuk dan
terutama hasil-hasil penelitian) yang berkaitan dengan variabel-variabel yang
dipermasalahkan, untuk dipakai menduga jawaban dari rumusan masalah. Dugaan
jawaban yang diambil dari teori umum disebut sebagai hipotesis.

Hipotesis pada hakikatnya merupakan suatu pernyataan (thesis) yang masih


kurang lengkap (hypo) kebenarannya. Dengan kata lain kebenaran dari pernyataan
tersebut masih memerlukan pengujian. Hipotesis merupakan suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap suatu rumusan masalah penelitian, Jawaban sementara ini
dirumuskan dari khasanah pengetahuan teori yang diperoleh dari tinjauan pustaka.
Dengan demikian hipotesis adalah jawaban terhadap masalah penelitian yang secara
teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenaran teorinya.
Dari definisi tersebut diketahui bahwa hipotesis bukan merupakan fakta yang
sudah pasti benar dan kemudian penelitian dilakukan untuk membuktikan kebenaran
tersebut. Peneliti jangan sampai terjebak atau mempunyai kehendak untuk
membuktikan kebenaran hipotesisnya, sehingga berupaya untuk menyesuaikan data
penelitiannya agar hipotesisnya terbukti kebenarannya.
Peran hipotesis pada penelitian ilmiah adalah (a) memberikan tujuan yang
tegas bagi peneliti, (b) membantu dalam penentuan arah kegiatan yang harus
ditempuh,dalam pembatasan ruang lingkup, memilih fakta, dan menentukan relevansi
pelaksanaan kegiatan, dan (c) menghindarkan peneliti dari suatu kegiatan
pelaksanaan penelitian yang tidak terarah dan tidak bertujuan.
Apakah setiap penelitian harus mempunyai hipotesis? Jawaban terhadap
pertanyaan ini dapat ya dan dapat pula tidak. Jika penelitian itu adalah penelitian
yang merupakan penerapan dari metode ilmiah jawabannya adalah ya. Karena
sebagai dijelaskan sebelumnya, komponen metode keilmuan terdiri dari masalah -
teori - hipotesis - fakta - pengujian hipotesis -teori. Namun, terdapat pula penelitian-
penelitian yang komponennya tidak seperti itu.
Pada bagian kajian / tinjauan kepustakaan dengan jelas diuraikan kajian
berbagai teori dan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan variabel yang
dipermasalahkan. Mengapa? Karena, cara ilmiah dalam memecahkan persoalan pada
hakikatnya adalah digunakannya pengetahuan ilmiah sebagai dasar argumentasi.
Argumentasi ilmiah tersebut, umumnya dilakukan melalui kajian pustaka. Yaitu,
dipakainya referensi yang berisi argumentasi ilmiah yang sahih maupun berdasar
hasil-hasil penelitian yang telah diverifikasi kebenarannya. Argumentasi ilmiah juga
dapat mendasarkan pada pandangan ahli. Hasil-hasil penelitian yang telah diverifikasi
kebenarannya pada umumnya merupakan dasar argumentasi ilmiah yang sangat
kokoh

Pada umumnya urutan langkah yang dilakukan dalam melakukan kajian teoritis
melalui sumber bacaan adalah sebagai berikut:
1) Mengkaji teori-teori ilmiah yang berhubungan dengan konsep-konsep yang
dipermasalahkan dan akan dipakai dalam analisis;
2) Membahas hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan apa yang
dipermasalahkan; dan
3) Mengajukan hipotesis dengan mendeduksi premis-premis yang terdapat dalam
kumpulan teori menuju kesimpulan yang berupa jawaban sementara
(hipotesis) terhadap rumusan masalah.

O. Apa Isi Bab Metode Penelitian?

Bab metode penelitian menjabarkan rancangan penelitian, penjelasan variabel


dan instrumen serta metode pengumpulan data, serta rancangan tabulasi dan analisis
data dalam pengujian hipotesis. Melalui bagian ini harus tampak informasi tentang
berbagai fakta empirik yang akan digunakan untuk menguji hipotesis, bagaimana
mendapatkan dan menganalisis fakta tersebut serta mengapa fakta itu diperlukan.

Usulan penelitian harus mampu mengungkapkan macam data dan rancangan


pencarian data tersebut. Termasuk didalamnya uraian tentang variabel-variabel yang
akan dikaji, populasi, sampling, instrumen pengukuran dan metode pencarian data
dan rancangan analisis data yang akan digunakan.

Dalam penelitian eksperimen terdapat berbagai model rancangan penelitian, usulan


penelitian yang baik harus dapat secara spesifik menjabarkan rancangan penelitian
mana yang akan dipilih.

Pada PTK bab ini terutama menjelaskan tentang prosedur diagnosis masalah,
perencanaan tindakan, prosedur pelaksanaan tindakan, prosedur observasi dan
evaluasi, prosedur refleksi hasil penelitian

Berikut disajikan beberapa penjelasan yang berkaitan dengan metode


penelitian.
Populasi dan Sampel : Sampel adalah bagian kecil dari populasi yang mewakili
populasi sebagai data empirik penelitian. Untuk dapat mewakili populasi maka
sampel harus mempunyai ciri-ciri/sifat/karakteristik yang sama dengan populasi.
Penelitian yang dilakukan guru di dalam kelas umumnya tidak menggunakan sampel.
Penelitian ini disebut penelitian populasi. Peneliti dalam hal ini mengamati obyek
terhadap seluruh anggota sampel tanpa terkecuali. Hasil pengamatannya, dengan
demikian, hanya akan berlaku untuk populasi tersebut.
Instrumen Penelitian. Pada penelitian eksperimen rumusan masalah harus secara
jelas menyatakan hubungan di antara variabel-variabel yang dipermasalahkan. Perlu
diingat kembali bahwa rumusan masalah yang baik sangat menentukan keberhasilan
langkah kegiatan berikutnya. Merumuskan masalah pada dasarnya adalah menyusun
pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya ingin dicari baik melalui kajian teoritis
maupun dengan pembuktian empiris.

Guna memungkinkan pengujian secara empirik maka konsep-konsep yang


diajukan harus dapat diamati dan diukur. Instrumen penelitian merupakan alat yang
digunakan untuk mengambil data atau informasi. Kebenaran data atau informasi yang
diambil sangat tergantung dari kebenaran instrumen yang dipakai. Dengan demikian
penetapan, penyusunan dan penggunaan instrumen merupakan bagian penting pada
pelaksanaan penelitian.

Jenis-jenis instrumen penelitian, yang umum dipakai dalam peneloitian pembelajaran


adalah (a) tes, (b) kuisener, (c) observasi atau pengamatan, (d) skala penilaian dan
lain-lain. Tentu saja jenis instrumen yang digunakan sangat tergantung kepada data
yang akan diambil, mentode pengambilan, ketersediaan waktu, dana dan fasilitas lain
serta yang paling utama adalah tujuan penelitiannya.

Rancangan Pengumpulan dan Analisis Data. Usulan yang baik harus mampu
mengungkapkan gambaran langkah dalam pengambilan sampel. Juga harus dapat
terjabarkan teknik-teknik dan alat-alat yang akan digunakan untuk mengamati dan
mengukur data. Data yang didapat baik melalui eksperimen maupun tidak, akan
diperlukan dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan kaidah-kaidah statistika.
Usulan penelitian yang baik, harus mampu pula menunjukkan rancangan teknik
analisis data yang akan dipakai dan formula statistika yang akan digunakan dalam
pengujian hipotesis.
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, paparan ini akan memfokus pada penelitian
pembelajaran yang dapat dilakukan guru dalam kegiatan pengembangan profesinya.
Dalam hal ini, macam penelitian ekseperimen dan penelitian tindakan kelas,
merupakan jenis penelitian yang disarankan.

P. Penutup
Salah satu bentuk KTI yang akhir-akhir ini, cenderung banyak dilakukan oleh
para guru/pengawas adalah KTI hasil penelitian perorangan KTI hasil penelitian
cenderung sangat diminati dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan profesi, di
antaranya karena:

 Para guru/pengawas memahami bahwa salah satu tujuan kegiatan


pengembangan profesi, adalah dilakukannya kegiatan nyata di kelasnya yang
ditujukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajarannya. Bagi
sebagian besar guru, melakukan kegiatan seperti itu, sudah terbiasa dilakukan
 Kegiatan tersebut, harus dilaksanakan dengan menggunakan kaidah-kaidah
ilmiah, karena hanya dengan cara itu, mereka akan dapat mengembangan
profesinya.
 Kegiatan itu, dapat berupa pelaksanaan penelitian tindakan di dalam kelas
yang diyakini makin layak untuk menjadi prioritas Pada kegiatan
pembelajaran, tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran adalah dengan “menguji atau menerapkan” hal-hal “baru”
dalam praktik pembelajarannya.
 Banyak inovasi baru dalam pembelajaran, memerlukan verifikasi maupun
penerapan dalam proses pembelajaran.
Laporan hasil penelitian, dapat dipakai sebagai KTI guru/pengawas dalam
pengembangan profesi.

KTI yang dapat dinilai adalah KTI yang “APIK


APIK,” yaitu yang A sli, P erlu,
permasalahan yang dikaji pada penelitian itu memang mempunyai manfaat. Bukan
hal yang mengada-ada, atau memasalahkan sesuatu yang tidak perlu lagi
dipermasalahkan, I lmiah, penelitian harus berbentuk, berisi, dan dilakukan sesuai
dengan kebenaran ilmiah. Dan K onsisten, bila penulisnya seorang guru, maka
penelitian haruslah berada pada bidang kelimuan yang sesuai dengan kemampuan
guru tersebut.
Penelitian di bidang pembelajaran yang semestinya dilakukan guru adalah yang
merupakan kegiatan nyata yang dilakukan oleh guru di kelasnya dan bertujuan untuk
meningkatkan mutu hasil pembelajaran dari siswanya, di kelas atau di sekolahnya

Kepustakaan
Ardhana, Wayan (1987). Bacaan Pilihan dalam Metode Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Depdikbud Dikti.
Suharsimi, Suhardjono dan Supardi (2006) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT
Bumi Aksara
Suhardjono, Azis Hoesein, dkk. (1996). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di
Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Widyaiswara.
Jakarta : Depdikbud, Dikdasmen.
Suhardjono, (2005), Laporan Penelitian Eksperimen dan Penelitian Tindakan Kelas
sebagai KTI, makalah pada pelatihan peningkatan mutu guru di LPMP Makasar,
Maret 2005
Suhardjono (2006), Laporan Penelitian sebagai KTI, makalah pada pelatihan
peningkatan mutu guru dalam pengembangan profesi di Pusdiklat Diknas
Sawangan, Jakarta, Februari 2006
Suriasumantri, Jujun S. (1984). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Sinar Harapan
MATERI 6 : Teknik Penghitungan Angka Kredit
PEMATERI : Ida Bagus Made Jaya Semara

PERATURAN KEPALA BADAN


KEPEGAWAIAN NEGARA
NOMOR : 28 TAHUN 2005
TANGGAL : 28 DESEMBER 2005

KETENTUAN PELAKSANAAN
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
NOMOR PER/60/M.PSN/6/2005 TENTANG
PERUBAHAN ATAS KETENTUAN LAMPIRAN I DAN ATAU LAMPIRAN II
KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
TENTANG JABATAN FUNGSIONAL DAN ANGKA KREDITNYA

I. PENDAHULUAN
A. UMUM
1. Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu
2. Jabatan Karier, adalah jabatan struktural dan fungsional yang hanya dapat
diduduki Pegawai Negeri Sipil Setelah memenuhi syarat yang
ditentukkan
3. Jabatan struktural, adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil
dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi negara
4. Jabatan Fungsional, adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil
dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsi keahlian/atau
keterampilan untuk mencapai tujuan organisasi
5. Jabatan Fungsional Tertentu, adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil
dalam satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan
pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri dan
untuk kenaikan pangkatnya disyaratkan dengan angka kredit
6. Penetapan jabatan dan angka kredit jabatan fungsional dilakukan oleh
Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur
negara, dengan memperhatikan usul dari pimpinan instansi pemrintah
yang bersangkutan setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan teknis
secara tertulis dari Kepala Badan Kepegawaian Negara.
B. TUJUAN
Ketentuan dalam Peraturan ini sebagai petunjuk bagi instansi pembina
jabatan fungsional dan pejabat pembina kepegawaian untuk menjamin
kelancaran dan keseragaman dalam penetapan pemberian angka kredit
khususnya sub unsur formal dengan memperoleh ijazah/gelar bagi jabatan
fungsional tertentu.

C. PENGERTIAN
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Angka kredit, adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan atau
akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh pejabat
fungsional dan digunakan sebagai salah satu syarat untuk pengangkatan
dan kenaikan jabatan/pangkat
2. Pendidikan Formal, adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi
3. Instansi Pembina jabatan fungsional, adalah instansi yang bertugas
membina suatu jabatan fungsional menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku
4. Pengangkatan Pertama, adalah pengangkatan Pegawai Negeri Sipil ke
dalam jabatan fungsional tertentu melalui formal calon Pegawai Negeri
Sipil
5. Pengangkatan melalui perpindahan jabatan, adalah pengangkatan
Pegawai Negeri Sipil dari jabatan struktural ataupun jabatan fungsional
lain ke dalam jabatan fungsional tertentu.
6. Golongan ruang yang ditetapkan untuk pengangkatan sebagai Calon
Pegawai Negeri Sipil, khusus bagi yang pada saat melamar paling rendah
memiliki dan menggunakan ijazah antara lain ijazah apoteker, ijazah
dokter, dan ijazah lain yang setara, adalah golongan ruang III/b
7. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat, adalah menetri, Jaksa Agung,
Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Keprisidenan, Kepala Kepolisian
Negara, Pimpinan lemabga Pemerintah Non Departemen, Pimpinan
Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Kepala Pelaksanaan Harian
Badan Narkotika Nasional serta Pimpinan Kesekretariatan Lembaga lain
yang dipimpin oleh pejabat struktural eselon! dan bukan merupakan
merupakan bagian dari Departemen/ Lembaga Pemerintah Non
Departemen
8. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi, adalah Gubernur.
9. Pejabatan Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota, adalah
Bupati/Wali kota.

II. BESARAN ANGKA KREDIT


Besaran angka kredit untuk ijazah yang diperoleh dari pendidikan formal diubah
sebagai berikut :
Angka Kredit
No Pendidikan
Lama Baru
1 SLTA/DIPLOMA I 25 25
2 DIPLOMA II 50 40
3 DIPLOMA III/Sarjana Muda 50 60

ANGKA KREDIT PENDIDIKAN UNTUK TINGKAT AHLI


Angka Kredit
No Pendidikan
Lama Baru
1 Sarjana (S1) / DIPLOMA IV 75 100
2 Dokter/Apoteker/Magister (S2) 100 150
3 Doktor (S3) 150 200

PEDOMAN TEKNIK PENGHITUNGAN ANGKA KREDIT

1. Jenjang pangkat/jabatan guru, golongan ruang angka kredit yang disyaratkan


Jenjang jabatan, pangkat dan golongan ruang serta persyaratan angka kredit kumulatif
minimal untuk kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi bagi setiap jabatan guru
dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi adalah seperti berikut dalam tabel di
bawah ini.
Persyaratan Angka
Pangkat dan Kredit Kenaikan
No Jabatan Guru Pangkat/Jabatan
Golongan Guru
Kumulatif
Perjenjang
Minimal
1 2 3 4 5
1. Guru Pratama Pengatur Muda, II/a 25 15
2. Guru Pratama Tk.I Pengatur Muda Tk. I, II/b 40 20
3. Guru Muda Pengatur, II/c 60 20
4. Guru Muda Tk. I Pengatur Tingkat I, II/d 80 20
5. Guru Madya Penata Muda, III/a 100 50
6. Guru Madya Tk. I Penata Muda TingkatI, III/b 150 50
7. Guru Dewasa Penata, III/c 200 100
8. Guru Dewasa Tk. I Penata Tingkat I, III/d 300 100
9. Guru Pembina Pembina, IV/a 400 150
10. Guru Pembina Tk. I Pembina Tingkat I, IV/b 550 150
11. Guru Utama Muda Pembina Utama Muda, IV/c 700 150
12. Guru Utama Madya Pembina Utama Madya, 850 150
13. Guru Utama IV/d 1.000
Pembina Utama, IV/e
Keterangan Tabel :
a. Pangkat dan golongan ruang pada kolom 3 merupakan pangkat tertinggi
untuk jabatan pada kolom 2, apabila angka kredit 4 terpenuhi maka seorang
guru dapat menduduki jabatan lebih tinggi dari pada pangkat dan golongan
ruang pada kolom 3

b. Seandainya anda seorang guru dapat naik pangkat lebih tinggi apabila :
1) Telah memenuhi syarat yang telah ditentukkan;
2) Jenjang jabatannya lebih tinggi atau sekurang-kurangnya sama dengan
pangkat yang akan diduduki, kecuali kenaikan pangkat
pengabdian/Istimewa

c. Angka kredit pada kolom 5 adalah jumlah angka kredit yang disyaratkan
untuk kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi. persyaratan tersebut
80% (boleh sampai dengan 100%) dan unsur penunjang sebanyak-banyaknya
20% (boleh hanya 0%)
Contoh :
Sandainya Anda seorang guru dengan pangkat dan jabatan Pengatur Muda
tingkat I, golongan II/b, Guru Pratama tingkat I, apabila anda akan naik
pangkat jabatan menjadi Pengatur, golongan II/c, Guru Muda, Anda perlu
mengumpulkan angka kredit sekurang-kurangnya 20, yang terdiri dari
sekurang-kurangnya 16 (enam belas) berasal dari unsur utama, dan sebanyak-
banyaknya 4 (empat) berasal dari unsur penunjang atau sebanyak 20
seluruhnya dari unsur utama (unsur utama 100%)

d. Seandainya anda seorang guru telah menduduki jabatan lebih tinggi dari pada
pangkat anda, maka anda dapat naik pangkat setingkat lebih tinggi apabila :
1) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan 2 (dua) tahun terakhir dari semua
unsur sekurang-kurangnya bernilai baik ;
2) Telah melaksanakan proses belajar mengajar atau bimbingan sekurang-
kurangnya satu tahun
3) Tidak ada pernyataan keberatan dari pejabat yang berwenang;
4) Sekurang-kurangnya telah dua tahun dalam pangkat terakhir

Contoh :
Seandainya anda seorang guru memiliki pangkat Penata Muda, (III/a), Guru
Madya Tk. I dengan jumlah angka kredit yang diperoleh 230, maka anda
dapat naik pangkat dari golongan III/a menjadi III/b setelah memenuhi syarat
yang ditetukkan sebagaimana tersebut pada huruf d angka 1,2,3 dan 4 diatas,
kemudian 2 (dua) tahun lagi anda dapat naik pangkat menjadi Penata (III/c)
Guru Dewasa dan hanya diwajibkan menambah angka kredit 20% saja dari
unsur utama
e. Bagi anda yang menjabat Guru Pembina (IV/a) samapi dengan Guru Utama
(IV/e) untuk naik pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi diwajibkan
mengumpulkan angka kredit dari pengembangan profesi sekurang-kurangnya
12 angka kredit, disamping angka kredit proses belajar mengajar atau
bimbingan. oleh karena itu persentase alokasi angka kredit untuk kenaikan
pangakt/jabatan setiap jenjang pangkat/jabatan diwajibkan memperoleh angka
kredit sebaagi berikut :
1) Unsur utama ≥ 80% dari angka kredit yang disyaratkan, dengan
komposisi :
a) Pendidikan dan proses belajar mengajar atau Bimbingan ≥ 72 % atau
≥ 108 angka kredit
b) Pengembangan proses belajar mengajar atau bimbingan ≤ 8 % atau 12
angka kredit
2) Penunjang proses belajar mengajar atau bimbingan ≤ 20 % atau ≤ 30
Catatan : ≥ artinya sekurang-kurangnya (lebih besar atau sama dengan)
≤ artinya sebanyak-banyaknya (kurang atau sama dengan)

f. Sesuai dengan pasal 9 ayat (4) Keputusan menpan 84/1993 guru yang
memiliki angka kredit melebihi angka kredit melebihi angka krdit yang
ditentukkan untuk kenaikan pangkat jabatan setingkat lebih tinggi,
diperhitungkan untuk kenaikan pangkat jabatan berikutnya (dapat ditabung)

2. Rangkuman
a. Jabatan guru merupakan jabatan fungsional, maka untuk kenaikan
pangkat/jabatan harus dikaitkan dengan angka kredit, dan sesuai dengan Kep.
MENPEN Nomor : 84 Tahun 1993 jenjang jabatan guru terdapat sebanyak
(tiga belas) jenjang yaitu mulai dari Guru Pratama samapi dengan guru
Utama, kemudian jenis guru berdasarkan sifat, tugas dan kegiatan di
golongkan menjadi 4 (empat) jenis yaitu : guru kelas, guru mata pelajaran,
guru praktik dan guru pembimbing
b. Guru yang mempunyai angka kredit melebihi jumlah angka kredit yang
ditentukkan untuk kenaikan pangkat/ jabatan setingkat lebih tinggi dapat
diperhitungkan untuk kenaikan pangkat/ jabatan berikutnya (ditabung).

3. Tugas Pokok Guru


(Tugas pokok Guru, Pembagian Tugas guru, Tata Cara penilaian Angka Kredit,
Prestasi Kerja Guru Yang Dinilai Dengan Angka Kredit, Tata Cara Pengajuan
Penetapan Usul Angka Kredit)
a. Tugas pokok guru berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 84 Tahun 1993 adalah :
a) Menyusun program pengajaran, menyajikan program pengajaran, evaluasi
belajar, analisis hasil evaluasi belajar dan menyusun program perbaikan
dan pengayaan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
b) Menyusun progran bimbingan, melaksanakan program bimbingan,
evaluasi pelaksanaan bimbingan dan analisis hasil pelaksanaan bimbingan,
tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang
menjadi tanggung jawabnya.

b. Khusus untuk unsur proses belajar mengajar atau bimbingan dan unsur
pengembangan profesi adalah sebagai berikut :
1) Pada masing-masing jenis guru terdapat istilah yang berbeda dalam
melaksanakan butir kegiatan unsur proses belajar mengajar atau
bimbingan.
2) Semakin tinggi jenjang jabatan guru semakin luas dan berat pula tugas,
tanggung jawab, dan wewenangnya
3) Wewenang guru dalam PBM/bimbingan terdiri atas :
a) Melaksanakan dengan bimbingan;
b) Melaksanakan;
c) Membimbing guru lain yang berwenang melaksanakan dengan
bimbingan.

c. Standar Prestasi Kerja Guru


Standar prestasi kerja guru adalah minimal yang wajib dilakukan guru dalam
proses belajar mengajar atau bimbingan agar dapat naik pangkat/jabatan
dalam waktu yang telah ditentukkan
1) Standar prestasi kerja Guru Pratama (II/a) samapi dnagn Guru Dewasa
belajar mengajar atau bimbingan meliputi kegiatan :
a) Penyusunan program pengajaran atau praktik atau bimbingan dan
konseling
b) Penyajian program pengajaran atau praktik atau bimbingan dan
konseling
c) Evaluasi belajar atau praktik bimbingan dan konseling
2) Standar prestasi kerja Guru Pembina (IV/a) sampai dengan guru Utama
(IV/e) selain tersebut pada butir I) ditambah kegiatan;
a) Analisis hasil evaluasi belajar atau praktik bimbingan dan konseling;
b) Penyusunan program perbaikan dan pengayaan atau tindak lanjut
pelaksanaan bimbingan dan konseling; tidak lanjut pelaksanaan
bimbingan dan konseling;
c) Pengembanagn profesi dengan angka krdit sekurang-kurangnya 12
(dua belas)
3) Standar prestasi Guru Kelas, selain tersebut pada butir 1) dan butir 2),
sesuai dengan jenjang jabatannya ditambah melaksanakan program
bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.

d. Kewajiban Guru
Kewajiban guru adalah kegiatan minimal yang dilakukan guru dalam proses
belajar mengajar atau bimbingan agar memenuhi syarat untuk dapat diusulkan
kenaikan pangkat/jabatannya
1) Guru Kelas, Guru Mata Pelajaran , dan guru Praktik, wajib melaksanakan
kegiatan;
a) Penyusunan program pengajaran
b) Penyajian program pengajaran sekurang-kurangnya 18 jam pelajaran
perminggu
c) Evaluasi belajar
2) Guru Pembimbing wajib melaksanakan kegiatan :
a) Penyusunan program bimbingan dan konseling
b) Pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap sekurang-kurangnya
150 siswa;
c) Evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling
3) Khusus Guru Kelas disamping wajib melaksanakan kegiatan sebagaimana
tersebut pada butir 1) wajib melaksanakan pula program bimbingan dan
konseling terhadap siswa di kelas yang menajdi tanggung jawabnya
4) Guru Pembina
Disamping wajib melaksanakan kegiatan sebagaimanabutir 1) atau butir
2), diwajibkan pula:
a) Mengumpulkan angak kredit dari unsur pengembanagn profesi
sekurang-kurangnya 12 angka kredit pada setiap jenjang jabatan;
b) Melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar atau praktik bimbingan
dan konseling;
c) Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan atau
tindak lanjut bimbingan dan konseling

You might also like