You are on page 1of 27

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA

ACIDIMETRI DAN ALKALIMETRI

Laporan ini Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Mata Kuliah

Praktikum Teknik Kimia I

Disusun Oleh :

Nanda Satria

Nurhayati

Selviani

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia

Tahun Ajaran 2010-2011


BAB I. JUDUL PERCOBAAN

ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI

BAB II PRINSIP PERCOBAAN

Prinsip dari praktikum asidimetri dan alkalimetri adalah reaksi penggaraman dan
reaksi netralisasi. Asidimetri dan alkalimetri ini merupakan analisa titrasi volumetri
dimana penentuan secara kuantitatif. Pada titrasi ini jika bahan yang akan dititrasi
bersifat asam maka bahan penitarnya haruslah bersifat basa dan sebaliknya. Jadi
dalam titrasi asidimetri HCl dengan natrium boraks dan alkalimetri NaOH dan asam
oksalat akan menghasilkan garam yang bersifat netral pada akhir titrasi. Dalam
titrasi ini didapatkan konsentrasi natrium boraks dan asam oksalat yang didapat dari
penimbangan dan pelarutan secara tepat dan teliti yang merupakan bahan baku
primer.

BAB III MAKSUD DAN TUJUAN

 Praktikan memahani konsep dasar reaksi penggaraman dan reaksi


netralisasi.
 Praktikan memahami penimbangan dan pelarutan yang tepat dan teliti dan
hal-hal yang mempengaruhi titrasi atau analisa volumetri.
 Menentukan kadar atau konsentrasi larutan asam dengan larutan basa yang
sudah diketahui konsentrasinya atau sebaliknya.

BAB IV REAKSI PERCOBAAN

Asidimetri

Na2B4O7. 10 H2O Na2B4O7 + 10 H2O

Na2B4O7 + 2HCl + 5H2O 2NaCl + 4H3BO3

NaOH + HCl NaCl + H2O


Alkalimetri

H2C2O4 2H2O H2C2O4 + 2H2O

NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + H2O

NaOH + HCl NaCl + H2O

BAB V TINJAUAN PUSTAKA

Kimia merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang komposisi dan sifat
zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan atau trnformasi
serta interaksi mereka membentuk suatu materi. Kimia analisis merupakan salah
satu cabang dari ilmu kimia yang mempelajari tentang cara mendapatkan informasi
suatu zat atau senyawa yang lebih tepat disebut analisa atau pemeriksaan. Kimia
analisis dibagi beradasarkan fungsinya :

a. Kimia Analisis Kualitatif (jenis)


b. Kimia Analisis Kuantitatif (jumlah)

Secara umum metode analisis kuantitatif dikelompokan menjadi 2 yaitu :

1. Metode konvensional
2. Metode instrumental

Metode konvensional (klasik) yang merupakan metoda analisa yang didasarkan


pada penggunaan reakasi-reaksi kimia (materi intreraksi). Metode konvensional ini
juga dibagi berdasarkan prinsip kerjanya :

a. Gravimetri merupakan analisa berdasarkan berat dengan merubah zat


tersebut menjadi suatu senyawa tertentu dan murni lalu ditimbang.
b. Volumetri (Titrimetri) merupakan alnalisa berdasarkan kepada volume zat
yang bereaksi secara kuantitatif yaitu antara zat yang diketahui
konsentrasinya dengan yang belum diketahui konsentrasinya. Titrimetri
dikenal juga dengan titrasi yaitu mereaksikan antara larutan penitrasi (titer)
dengan larutan yang dititrasi (titran) sehingga didapatkan tittrat yang
merupakan tercapainya kesetaraan zat yang dititrasi eqivalen secara
stokiometri dan ditunjuk dengan perubahan warna pada indikator pada
trajek pH tertentu.

Titrasi dapat dientukan jika memenuhi persyaratan berikut :

 Reaksi yang terjadi mantap dan sesuai dengan persamaan dan tidak ada
hasil samping
 Reaksi antara titer dan titrat harus berlansung mudah dan sederhana
 Reaksi berlansung cepat dan konstanta kesetimbangan reaksi memiliki harga
mendekati 1 dan reaksi berlansung sempurna
 Titik eqivalen dapat dideteksi yaitu dengan bantuan indikator atau bisa juga
dengan auto indikator

Adapun keuntungan menggunakan metode titrimetri diantaranya:

 Kesalahan lebih rendah dibandingkan gravimetri


 Waktu yang digunakan relatif singkat, cepat dan mudah pengerjaannya
 Dapat digunakan untuk berbagai konsentrasi yang disesuaikan dengan
jumlah sampel

Pada metoda titrimetri terdapat beberapa istilah umum :

a. Bahan baku primer yaitu bahan kimia yang dapat dipergunakan untuk
membuat larutan standar primer yang dipakai untuk penetapan larutan
standar sekunder. Bahan baku primer ditimbang dan dilarutkan secara tepat
dan teliti. Tidak semua bahan baku disebut bahan baku primer, tetapi harus
memenuhi persyaratan berikut :
1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan
(sebaiknya pada suhu 110-120oC).
2. Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan
penimbangan dapat diabaikan.
3. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.
4. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif
atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat
pengotor, umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).
5. Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis
sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan
dengan cermat dengan eksperimen.
6. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-
kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula
dioksidasi oleh udara, atau dipengaruhi oleh karbondioksida. Standar
ini harus dijaga agar komposisinya tak berubah selama penyimpanan.

Berikut beberapa contoh bahan baku primer :

 Bahan baku primer asam :


- Kalium ftalat {C6H4(COOH)(COOK)}
- Asam oksalat (H2C2O4.2H2O)
- Kalium iodat {KH(IO3)}
- Asam sulfonat (HSO3NH2)
 Bahan baku primer basa
- Natrium boraks (Na2B4O7.10H2O)
- Natrium carbonat (Na2CO3)
b. Bahan baku sekunder yaitu bahan baku yang tidak diketahui secara lansung
tetapi harus ditentukan dulu dengan larutan standar primer.
 Bahan baku sekunder asam
- Asam clorida (HCl)
- Asam Sulfat (H2SO4)
 Bahan baku sekunder basa
- Sodium hidroksida (NaOH)
- Potasium hidroksida (KOH)

Suatu metode titrimetri untuk analisis didasarkan pada suatu reaksi kimia seperti.

aA + tT produk

Dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagen T. reagen T yang


disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit (secara inkremental), biasanya dari
dalam buret, dalam bentuk larutan yang konsentrasinya diketahui.
Salah satu contoh metode analisis titrimetri adalah digunakan pada reaksi asam-
basa. Tirasi asam basa merupakan teknik yang banyak digunakan untuk
menetapkan secara tepat konsentrasinya dari suatu larutan asam atau basa. Titrasi
ini pada dasarnya merupakan reaksi penetralan dan biasa juga disebut aside-
alkalimetri. Jika larutan ng asam disebut asidimetri dan jika larutan bakunya adalah
basa disebut alaklimetri. Dalam titrasi asam basa, jumlah relative asam dan basa
yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen ditentukan dengan perbandingan
jumlah mol asam (H+) dan jumlah mol basa (OH-) yang bereaksi.

Misalnya:

HCl + NaOH NaCl + H2O

Reaksi ionnya:

H3O+ + OH- H2O

Pada saat tercapai titik ekivalen, penambahan sedikit asam atau basa akan
menyebabkan perubahan pH yang sangat besar. Perubahan pH yang besar ini
seringkali dideteksi dengan zat yang disebut indicator, yaitu suatu senyawa organic
yang akan berubah warnanya dalam rentang pH tertentu.

Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku


basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan
menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai
titrasi asam-basa.

Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang
ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi
sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang
diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang
menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik
ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir
stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu
sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di
mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan
warna indikator. Kadua cara di atas termasuk analisis titrimetri atau volumetrik.
Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetri lebih sering digunakan dari pada
titrimetri. Akan tetapi, dilihat dari segi yang yang ketat, “titrimetri” lebih baik, karena
pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi.

Rekasi-reaksi kima yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetri asam-
basa adalah sebagai berikut :

o Jika HA meruapakn asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa, maka
reksinya adalah : HA + OH→A- + H2O

o Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka
reaksinya adalah : BOH + H+ → B+ = H2O

Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi asam basa
adalah reaksi penetralan, yakni : H + + OH- -→ H2O dan terdiri dari beberapa
kemungkinan yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat
dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa lemah.
Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan dalam
analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis
kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati. Hal ini yang menyebabkan
bahwa titran biasanya merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl.

Perhitungan titrasi asam basa didasarkan pada reaksi pene

tralan, menggunakan dua macam cara, yaitu :

1. Berdasarkan logika bahwa pada reaksi penetralan, jumlah ekivalen (grek) asam
yang bereaksi sama dengan jumlah ekivalen (grek) basa.

Diketahui : grek (garam ekivalensi) = Volume (V) x Normalitas (N),

Maka pada titik ekivalen : V asam x N asam = V basa x N basa; atau

V1 + N1 = V2 + N 2

Untuk asam berbasa satu dan basa berasam satu, normalitas sama dengan
molaritas, berarti larutan 1 M = 1 N. Akan tetapi untuk asam berbasa dua dan
basa berasam dua 1 M = 1 N.
2. Berdasarkan koifisein reaksi atau penyetaraan jumlah mol

Misalnya untuk reaksi :

2 NaOH + (COOH)2→(COONa) + H2O

(COOH)2 = 2 NaOH

Jika M1 adalah molaritas NaOH dan V1 adalah volume NaOH, sedangkan M2


adalah molaritas (COOH)2 dan V2 adalah volume (COOH)2, maka :

V1 M1 2
= ---   V1 M1 x 1 = V2 M 2 x 2
V2 M 2 1

Oleh sebab itu : V NaOH x M NaOH x 1 = V (COOH)2 x M (COOH)2 x

Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu
volume tertentu dalam suatu larutan disebut larutan standar.

Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu
digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada titik ekivalen antara 4-10.
Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika
penitrasian tetapan disosiasi asam lemah besar dari 104. Pada reaksi asam basa,
proton ditransfer dari satu satu molekul ke molekul yang lain.

Dalam asidi-alkalimetri, 1 ekivalen asam atau basa ialah sebanyak senyawa ini yang
dapat melepaskan 1 mol ion H+. Proses untuk menentukan banyaknya ekivalen
asam dibutuhkan untuk menetralkan sevolume larutan basa atau sebaliknya disebut
titrasi, sehingga

Jumlah ekivalen asam = jumlah ekivalen basa.

Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi.
Titik (saat) mana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekuivalen (setara) atau titik
akhir teoritis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan,
yang tak dapat di salah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar
(biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi,
oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikato

Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka
menunjukkan warna pada range pH yang berbeda

Fenolphtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak
terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa
fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena
anionnya.

Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam sulphonic di mana di dalam suatu
larutan banyak terionisasi, dan dalam lingkungan alkali anionnya memberikan warna
kuning, sedangkan dalam suasana asam metil jingga bersifat sebagai basa lemah
dan mengambil ion H+, terjadi suatu perubahan struktur dan memberikan warna
merah dari ion-ionnnya.

Suatu indikator dapat berubah warnanya pada daerah pH tertentu, misalnya:

 Metal jingga : merah pH 3,1 – pH 4,4 kuning

 Brom timol biru : kuning pH 6,0 – pH 7,6 biru

 Fenolftalein : bening pH 6,0 – pH 9,6 merah

Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asm atau basa diperlukan suatu
larutan baku. Larutan baku yang dibuat dengan menimbang zatnya lalu melarutkan
samapai volume tertentu, secara langsung konsentrasinya diketahui. Larutan
semacam ini disebut larutan baku primer, contohnya larutan asam oksalat. Larutan
baku yang konsentrasinya ditentukan melalu titrasi dengan larutan baku primer
dinamakan larutan baku sekunder. Contohnya NaOH yang konsentrasinya
didapatkan dengan mentitrasinya dengan larutan baku primer.
BAB VI PROSEDUR PERCOBAAN

1. Asidimetri
 Pembuatan larutan standar primer asam oksalat 0,1 N
a. Ditimbang 1.91 gram kristal natrium boraks secara teliti dengan kaca arloji
b. Dilarutkan dengan sedikit aquadest dan dituang kedalam labu ukur 100 ml
paskan sampai tanda tera labu ukur dengan aquadest secara teliti.
 Homogenkan Titrasi HCl dengan larutan standar primer natrium boraks 0,1N
a. Dipipet 10 ml secara teliti dengan pipet ukur larutan standar primer natrium
boraks 0,1N dan dimasukan kedalam erlenmeyer
b. Ditambahkah 3 tetes indikator
c. Dititrasi dengan larutan HCl yang belum diketahui konsentrasinya sampai
titik akhir titrasi (sindur)
d. Catat volume pemakaian HCl dan lakukan 3x percobaan

2. Alkalimetri
 Pembuatan aquadest bebas CO2
a. Panaskan aquadest dalam beaker glass selama 10-15 menit (mendidih)
b. Tutup beaker glass dengan kaca arloji dan wadahi dengan es batu
(dinginkan)
 Pembuatan larutan standar primer natrium boraks 0,1N
a. Ditimbang 0.63 gram kristal asam oksalat secara teliti dengan kaca arloji
b. Dilarutkan dengan sedikit aquadest dan dituang kedalam labu ukur 100 ml,
dipaskan dengan aquadest sampai tanda tera pada labu secara tepat dan
teliti.
 Homogen Titrasi NaOH dengan larutan standar primer asam oksalat 0,1N
a. Dipipet dengan pipet ukur secara teliti 10 ml larutan standar primer asam
oksalat dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
b. Ditambahkan 3 tetes indikator pp
c. Dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH yang belum diketahui
konsentrasinya sampai titik akhir (pink/merah seulas)
d. Catat volume NaOH yang terpakai dan lakukan 3x percobaan.
BAB VII ALAT DAN BAHAN

1. Peralatan yang digunakan


 Neraca/timbangan
 Buret
 Bulp
 Labu ukur 100 ml
 Erlenmeyer 250 ml
 Pipet ukur 10 ml
 Labu semprot
 Statif dan klem buret
 Corong
 Spatula
 Beaker glass 200 ml
 Tissu

2. Bahan yang digunakan


 Kristal H2C2O4.2H2O
 Kristal Na2B4O7.10H2O
 Larutan HCl
 Larutan NaOH
 Indikator pp
 Indikator sm
 Aquadest
BAB VIII DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

1. Asidimetri

Gr 1000
N Natrium boraks = ------- x ------
BE V

1.9095 1000
= ---------- x --------
382/2 100
= 0,0999 N

Pengerjaan Vo. HCl (ml) N HCl


Simplo 11.10 ml 0.0900 N
Duplo 11.10 ml 0.0900 N
Triplo 10.90 ml 0.0917 N
Rata-rata 11.03 ml 0.0906 N

Konsentrasi HCl adalah :

V1 x N1 = V2 x N2

10 ml x 0.0999 N = 11.03 ml x N2

N2 = 0.0906 N

2. Alkalimetri

Gr 1000
N asam oksalat = ------- x------
BE V

0.635 1000
= ------- x --------
126/2 100
= 0.1008 N

Pengerjaan Vo. NaOH (ml) N NaOH


Simplo 12.00 ml 0.0833 N
Duplo 12.20 ml 0.0819 N
Triplo 12.80 ml 0.0781 N
Rata-rata 12.30 ml 0.0811 N

Konsentrasi NaOH adalah :

V1 x N1 = V2 x N2

10 ml x 0.1008 N = 12.30 ml x N2

N2 = 0.0819 N

Catatan :

- BE asam oksalat = 126/2 = 63


- BE narium boraks = 382/2 = 191
- Buret yang dipakai adalah buret besar error < 5%

BAB IX PEMBAHASAN

Titrimetri adalah salah satu metode dalam analisis kuantitatif. Metode ini didasarkan
pada pengukuran volume larutan yang bereaksi dengan sejumlah larutan lain.
Dalam metode ini dilakukan proses titrasi yaitu mereaksikan sejumlah tertentu suatu
larutan lain secara bertahap hingga kedua larutan bereaksi secara sempurna.

Alkalimetri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku


asam.Proses untuk menentukan banyaknya ekivalen asam dibutuhkan untuk
menetralkan sevolume larutan basa atau sebaliknya disebut titrasi.Dalam percobaan
ini diperlukan larutan standar primer,dimana larutan standar primer adalah larutan
baku yang dibuat dengan menimbang zatnya lalu melarutkan sampai volume
tertentu. Dalam percobaan ini akan ditentukan konsentrasi NaOH dan asam asetat
dalam cuka dengan menggunakan asam oksalat(H2C2O4) sebagai larutan standar
primernya.

Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan


baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan
menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai
titrasi asam-basa.

Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang
ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi
sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang
diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang
menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik
ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir
stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu
sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di
mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan
warna indikator. Kedua cara di atas termasuk analisis titrimetri atau volumetrik.
Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan dari pada
titrimetrik. Akan tetapi, dilihat dari segi yang yang ketat, “titrimetrik” lebih baik, karena
pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi.

Reaksi-reaksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik asam-
basa adalah sebagai berikut :

o Jika HA merupakan asam yang akan ditentukan dan BOH sebagai basa, maka
reaksinya adalah : HA + OH- → A + H2O

o Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka
reaksinya adalah ; BOH + H+ → B + H2O

Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi asam basa
adalah reaksi penetralan, yakni ; H+ + OH -→ H2O dan terdiri dari beberapa
kemungkinan yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat
dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa lemah.
Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan dalam
analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis
kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati. Hal ini yang menyebabkan
bahwa titran biasanya.

Salah satu analisis titrimetri yang melibatkan asam basa adalah asidi alkalimetri.
Titrasi asam basa sangat berguna dalam dunia kefarmasian terutama untuk reaksi-
reaksi dalam pembuatan obat. Oleh karena itu asidi alkalimetri sangat perlu untuk
dipelajari.

Salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan analisis titrimetri adalah
reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri. Asidi dan alkalimetri ini melibatkan
titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah
(basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang
terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan
suatu basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida
untuk membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut

Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu
volume tertentu dalam suatu larutan disebut larutan standar. Sedangkan larutan
standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan
dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi. Suatu zat
standar primer harus memenuhi syarat seperti dibawah ini:

1.Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan (sebaiknya


pada suhu 110-120oC).

2.Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan


dapat diabaikan.

3.Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.

4.Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau uji-uji
lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya tak boleh
melebihi 0,01-0,02 %).
5.Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap. Sesatan
titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat dengan
eksperimen.

6.Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-kondisi ini
mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara,
atau dipengaruhi oleh karbondioksida. Standar ini harus dijaga agar komposisinya
tak berubah selama penyimpanan.

Natrium karbonat Na2CO3, natrium tetraborat Na2B4O7, kalium hydrogen iodat


KH(IO3)2, asam klorida bertitik didih konstan merupakan zat-zat yang biasa
digunakan sebagai standar primer. Sedangkan standar sekunder adalah suatu zat
yang dapat digunakan untuk standarisasi yang kandungan zat aktifnya telah
ditemukan dengan perbandingan terhadap suatu standar primer

Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi.
Titik (saat) dimana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekuivalen (setara) atau titik
akhir teoritis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan,
yang tak dapat di salah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar
(biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi,
oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator

Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka
menunjukkan warna pada range pH yang berbeda

Fenolphtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak
terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa
fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena
anionnya

Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam sulphonic di mana di dalam suatu
larutan banyak terionisasi, dan dalam lingkungan alkali anionnya memberikan warna
kuning, sedangkan dalam suasana asam metil jingga bersifat sebagai basa lemah
dan mengambil ion H+, terjadi suatu perubahan struktur dan memberikan warna
merah dari ion-ionnya
Biasanya ion karbonat dititrasi sebagai suatu basa dengan suatu asam kuat sebagai
titran, dalam hal mana akan diperoleh dua patahan yang cukup nyata, yang
berpadanan dengan reaksi :

X. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil praktikum yg dilakukan diperoleh:

 N Oksalat : 0.1008 N
 N NaOH (sampel) : 0.0819 N
 N Boraks : 0.0999 N
 N HCl : 0.0906 N

Kemungkinan Kesalahan

1. Kurangnya kosentrasi pratikan-pratikan selama proses praktikum berlangsung

2. Kurang teliti dalam mencampurkan larutan

3. Kurang teliti dalam membersikan alat.

4. Erorr buret besar >5 %.

XI. TUGAS

Kelompok

1. Proses Penggaraman adalah reaksi antara asam dan basa sbb :


o Jika HA merupakan asam yang akan ditentukan dan BOH sebagai basa,
maka reaksinya adalah : HA + OH- → A + H2O
o Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam,
maka reaksinya adalah ; BOH + H+ → B + H2O
Di mana secara umum reaksinya :
Asam + Basa → Garam + Air
Sifat dari garam yang terbentuk tergantung dari jenis asam atau basa yang
bereaksi. Ada 4 macam reaksi penggaraman pada titrasi asam basa sbb:
- Asam kuat dengan basa kuat → Garam netral + air
- Asam kuat dengan basa lemah → Garam asam + air
- Asam lemah dengan basa kuat → Garam basa + air
- Asam lemah dengan basa lemah membentuk garam yang
berbeda tingkat kekuatannnya.
2. Sifat Bahan baku primer :
a. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan
(sebaiknya pada suhu 110-120oC).
b. Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan
penimbangan dapat diabaikan.
c. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.
d. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif
atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat
pengotor, umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).
e. Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis
sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan
dengan cermat dengan eksperimen.
f. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-
kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula
dioksidasi oleh udara, atau dipengaruhi oleh karbondioksida. Standar
ini harus dijaga agar komposisinya tak berubah selama penyimpanan.

Sifat Bahan baku sekunder :

a. Dapat diketahui konsentrasinya dari bahan baku primer.


b. Dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi bahan baku lain.

Tugas Umum

1. Bagaimana bentuk grafik dari :


a. Titrasi asam kuat –basa kuat
b. Titrasi asam kuat- basa lemah
c. Titrasi asam lemah – basa kuat
d. Titrasi asam lemah –basa lemah
2. Apa yang dimaksud dengan buffer dan jelaskan?
3. Sebutkan 10 macam indikator berserta trayek pH dan warnanya pada suasana
asam dan basa
Jawab :

1. Titrasi Asam Kuat - Basa Kuat

Contoh : - Asam kuat : HCl


- Basa kuat : NaOH

Persamaan Reaksi :
HCl + NaOH   →   NaCl + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + OH-   →   H2O

Kurva Titrasi Asam Kuat Basa Kuat

2.Titrasi Asam Kuat - Basa Lemah

contoh : - Asam kuat : HCl


- Basa lemah : NH4OH

Persamaan Reaksi :
HCl + NH4OH   →   NH4Cl + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + NH4OH   →   H2O + NH4+
Kurva Titrasi Asam kuat – Basa Lemah

3.Titrasi Asam Lemah - Basa Kuat

contoh : - Asam lemah : CH3COOH 


- Basa kuat : NaOH

Persamaan Reaksi :
CH3COOH + NaOH   →   NaCH3COO + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + OH-   →   H2

Kurva Titrasi Asam Lemah – Basa Kuat


2. Larutan penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang digunakan
untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi
kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya
hanya berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat.

Larutan penyangga tersusun dari asam lemah dengan basa konjugatnya atau
oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi di antara kedua komponen
penyusun ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi.

Komponen Larutan Penyangga

Secara umum, larutan penyangga digambarkan sebagai campuran yang terdiri dari:

1. Asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A-), campuran ini
menghasilkan larutan bersifat asam.
2. Basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+), campuran ini menghasilkan
larutan bersifat basa.

Komponen larutan penyangga terbagi menjadi:

1. Larutan penyangga yang bersifat asam

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan
larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa
konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam
lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah
berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi
dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan
seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain.

2. Larutan penyangga yang bersifat basa

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan
larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari
asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah
dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.

Cara kerja larutan penyangga

Larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa
konjugasinya, sehingga dapat mengikatbaik ion H+ maupun ion OH-. Sehingga
penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara
signifikan. Berikut ini cara kerja larutan penyangga:

1. Larutan penyangga asam

Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung
CH3COOH dan CH3COO- yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses
sebagai berikut:

Pada penambahan asam Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan


ke kiri. Dimana ion H+ yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO-
membentuk molekul CH3COOH.

CH3COO-(aq) + H+(aq) → CH3COOH(aq)

Pada penambahan basa Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH-
dari basa itu akan bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan
menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+
dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya
komponen asam (CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut
bereaksi dengan asam CH3COOH membentuk ion CH3COO- dan air.

CH3COOH(aq) + OH-(aq) → CH3COO-(aq) + H2O(l)

2. Larutan penyangga basa

Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung NH3
dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:

Pada penambahan asam Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam
akan mengikat ion OH-. Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke
kanan, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Disamping itu
penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen basa (NH3), bukannya ion
OH-. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion NH4+.

NH3 (aq) + H+(aq) → NH4+ (aq)

Pada penambahan basa Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka
kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan.
Basa yang ditambahkan itu bereaksi dengan komponen asam (NH4+), membentuk
komponen basa (NH3) dan air.

NH4+ (aq) + OH-(aq) → NH3 (aq) + H2O(l)

Perhitungan pH Larutan Penyangga

1. Larutan penyangga asam

Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam


suatu larutan dengan rumus berikut:

[H+] = Ka x a/g

atau

pH = p Ka - log a/g
dengan, Ka = tetapan ionisasi asam lemah

a = jumlah mol asam lemah


g = jumlah mol basa konjugasi

2. Larutan penyangga basa

Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam


suatu larutan dengan rumus berikut:

[OH-] = Kb x b/g

atau

pH = p Kb - log b/g

dengan, Kb = tetapan ionisasi basa lemah

b = jumlah mol basa lemah


g = jumlah mol asam konjugasi

Fungsi Larutan Penyangga

Adanya larutan penyangga ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti
pada obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut,
terdapat fungsi penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia
seperti pada cairan tubuh. Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun cairan
ekstrasel. Dimana sistem penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti
H2PO4- dan HPO42- yang dapat bereaksi dengan suatu asam dan basa. Adapun
sistem penyangga tersebut, dapat menjaga pH darah yang hampir konstan yaitu
sekitar 7,4. Selain itu penerapan larutan penyangga ini dapat kita temui dalam
kehidupan sehari-hari seperti pada obat tetes mata.
3.Jenis Indikator dan Trayeknya :

Indikator untuk titrasi asam basa memegang peranan yang amat penting disebabkan
indicator ini akan menunjukkan kita dimana titik akhir titrasi berlangsung. Pemilihan
indicator yang tepat akan sangat membantu dalam keberhasilan titrasi yang akan
kita lakukan. Jangan sampai kita salah memilih indicator yang menyebabkan
terjadinya kesalahan dalam penentuan titik akhir titrasi.

Untuk memilih indicator yang akan dipakai pada titrasi asam basa maka terlebih
dahulu kita harus memperhatikan trayek pH indicator tersebut. Misalkan kita memiliki
indicator asam lemah HIn dimana bentuk takterionisasinya berwarna merah
sedangkan bentuk terionisasinya berwarna kuning.

HIn  <->  H+   +  In-

Merah               Kuning

Perubahan warna HIn terjadi pada kisaran pH tertentu. Perubahan ini tampak
bergantung pada kejelihan penglihatan orang yang melakukan titrasi. Untuk warna
indicator yang terjadi akibat terbentuknya dari transisi kedua warna (misal HIn
berubah dari warna merah ke kuning maka kemungkinan warna transisinya adalah
oranye), maka umumnya hanya satu warna yang akan teramati jika perbandingan
kedua konsentrasi adalah 10:1 jadi hanya warna dengan konsentrasi yang paling
tinggi yang akan terlihat.

Sebagai contoh jika hanya warna kuning yang terlihat maka konsentrasi [In-]/[HIn] =
10/1 dan jika kita masukkan ke persamaan Henderson-Hasselbalch diperoleh

pH = pKa + log 10/1 = pKa + 1

dan jika hanya warna merah yang terlihat maka konsentrasi [In]/HIn] = 1/10
sehingga:

pH = pKa + log 1/10 = pKa – 1

Jadi pH indicator akan berubah dari kisaran warna yang satu dengan yang lain
adalah berkisar antara pKa-1 sampai dengan pKa + 1, dan pada titik tengah daerah
transisi perubahan warna indicator konsentrasi [In-] akan sama dengan [HIn] oleh
sebab itu pH = pKa.

Dengan demikian kita dapat memilih suatu indicator dengan cara mimilih indicator
yang nilai pKa-nya adalah mendekati nilai pH pada titik ekuivalen atau untuk pH
indicator dari basa lemah nilai pKb-nya yang mendekati nilai pH ekuivalen. Contoh
indicator pp yang dipakai untuk titrasi asam kuat dan basa kuat atau asam lemah
dan basa kuat, indikato metil merah yang dipakai untuk titrasi basa lemah dan asam
kuat.
DAFTAR PUSTAKA

 Khopkar.1984. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.

 Lukum, Astin P. 2005. Bahan Ajar Dasar-dasar Kimia Analitik. Gorontalo: UNG.

 Teaching,Team . 2005. Modul Praktikum Dasar-dasar Kimia Analitik. Gorontalo:


UNG.

 Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

 http://arifqbio.multiply.com

 http://id.answers.yahoo.com

 http://farmasi.site88.net

You might also like