Professional Documents
Culture Documents
Ikan mas termasuk kelompok ikan pemakan segala jenis makanan (omnivore), pada masa
mudanya memakan zooplankton dan setelah tumbuh lebih besar ikan mas mulai berkelakuan
sebagai ikan pemakan. Jasad-jasad air yang hidup didasar perairan (bentos) seperti larva
chironomus, cacing oligochaeta, tubifex, dan berbagai jenis moluska. Larva ikan mas ini
mulai kehabisan kuning telor setelah berumur 2-4 hari. Ikan mas juga sangat responsive
dengan pakan buatan dengan kadar protein 25-30%
Mencari alternatif pakan murah, tanpa mengesampingkan kualitas dan kuantitas akan
semakin jauh dari para petani, sejalan dengan melambungnya harga dasar semua bahan baku
pakan, sementara para pembudidaya ikan harus berhadapan dengan biaya operasional pakan
yang sangat besar yaitu sekitar 60-70% (Yanuartin, C. 2004), oleh karena itu upaya yang
harus dilakukan adalah bagaimana mencarikan jalan keluarnya.
II. PAKAN
Pakan memiliki peranan penting sebagai sumber energi untuk pemeliharaan tubuh,
pertumbuhan dan perkembangbiakan. Oleh sebab itu nutrisi yang terkandung dalam pakan
harus benar-benar terkontrol dan memenuhi kebutuhan dari ikan tersebut.
Pemberian pakan yang sesuai akan menghindarkan ikan dari berbagai serangan penyakit,
kususnya penyakit nutrisi. Penyakit nutrisi ini biasanya menyerang ikan yang hanya diberi
pakan sembarangan tanpa memperhitungkan nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan pemberian
pakan dengan kadar lemak tinggi juga menyebabkan difisiensi thiamin (Vitamin B1).
Penyakit nutrisi dapat dihindari dengan pemberian kombinasi pakan alami dan pakan buatan
dengan komposisi yang lengkap.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah kualitas pakan yang diberikan. Pakan yang sudah
busuk atau pakan buatan yang kadaluarsa (tengik/berjamur) dapat menyebabkan ikan menjadi
sakit.
2) Kekurangan protein
Kekurangan protein berarti kekurangan asam amino yang merupakan zat yang diperlukan
untuk ketahanan tubuh, sehingga kekurangan protein menyebabkan ikan menjadi mudah
terserang penyakit infeksi.
1. Pakan Buatan
a. Emulsi
emulsi merupakan bentuk pakan tambahan untuk benih umur 5 – 21 hari. Bahan dari pakan
ini terbuat dari kuning telur ayam dan tepung kedelai dengan perbandingan 1 : 1 serta
ditambah vitamin 1% (vitamin bisa dibeli di apotek)
cara pembuatan
larutkan kuning telur ayam rebus dalam 200 ml air matang yang ditambah dengan 40 g
tepung kedelai halus, 5 g tepung sagu (sebagai perekat ), dan 1 g vitamin.campuran bahan-
bahan tersebut di atas diaduk rata sambil di panaskan sampai terbentuk emulsi. Pakan buatan
itu cukup untuk benih seberat kira-kira 1 kg yang diberikan 6-8 kali sehari selama kira-kira 5
hari.pakan ini di berikan dengan cara disemprotkan merata di atas permukaan air.
Pakan berbentuk emulsi tidak boleh disimpan di udara terbuka lebih dari 10 jam. Sebaiknya
emulsi ini di simpan dalam lemari es atau dengan membuatnya setiap akan memberi pakan.
c. Pellet
pellet adalah pakan tambahan yang di cetak dalam bentuk butiran sebesar pil dan diberikan
untuk ikan dalam tahap pembesaran formulasi pellet ada bermacam-macam tergantung dari
bahan dasarnya berikut ini adalah salah satu contoh formulasi pellet.
Tepung ikan……………..50%
Tepung kedelai……………30%
Tepung terigu……………..13%
Kuning telur……………….5%
Premix……………………..2%
1. ROTIFERA
Kultur Rotifera dapat dilakuakn di bak beton atau bak tanah yang sumber airnya mengandung
Rotifera. sebagai sumber air dapat menggunakan air sungai,air kolam,atau air yang
diinokulasi denagan Rotifera. Air yang masuk ke dalam bak atau kolam harus di saring
terlebih dahulu,terutama untuk menghindari adanya ikan atau serangga air yang dapat masuk
ke dalam kolam atau bak.
Bak atau kolam di keringkan terlebih dahulu selama 2-3 hari kemudian diisi air dan di
lakukan pengapuran sebanyak 100 g/m2.
Pengapuran ini bertujuan untuk memberantas ikan,predator,atau hama yang hidup di dalam
bak atau kolam dan untuk menaikkan pH. Setelah itu dilakuakn pemupukan kotoran ayam
kering sebanyak 1 kg/m2.
Kemudian bak atau kolamdiisi air dengan kedalaman 0,5 m.permukaan air di semprot dengan
Sumithion sebanyak 6-8 ppm untuk memberantas Cladocera agar tidak mengganggu
pertumbuhan Rotifera.
Panen Rotifera dapat di lakukan setelah 5-6 hari pemeliharaan dengan pengambilan contoh
air dan di saring dengan plankton Net Muller No.25
Dengan cara tersebut dapat dilakukan panen Rotifera pada hari ke 5-12 dari saat setelah
pemupukan berlangsung.
2. MOINA
Kultur moina sebaiknya dilakukan di wadah yang di letakkan di bawah atap yang
transparan,misalnya atap plastik,untuk menghindari sinar matahari langsung dan curah hujan.
Wadah atau tempat yang telah diisi air sumur dengan kedalaman 40-60 cm.di pu[pukdengan
kotoran ayam kering (tanpa sekam)
Sebnyak 1 kg/m2.selain itu ,kedalam media kultur tersebut di gantungkan kantong terilin atau
karung yang berisi bungkil kedelai sebanyak 200g/m3.
Bibit Moina di tanam sehari setelah pemupukan awal sebanyak 2 g/m3
Bibit Moina ditanam sehari setelah pemupukan awal sebanyak 2 g/m3.bibit moina dipilih
yang berwarna merah dan berukuran besar.
Pemupukan ulang dilakukan 4 hari setelah pemupukan awal sebanyak 0,25 dosis atau 250 g
kotoran ayam kering dan 50 g bungkil kedelai.
Pemanenan dapat di lakukan antara 7-9 hari setelah pemupukan awal dwngan serokan dari
kain terilin.
Untuk mendapatkan Moina setiap hari dapat di pakai 6 wadah dengan pelaksanaan kultur
secara bergilir, yaitu 2 hari sekali.dengan cara tersebut dapat menghasilkan Moina 150-400
g/m3/hari.
3. Daphnia
Daphinia cepat di kultur di tempat trbuka. Untuk wadah kultur dapat digunakan bak atau
konteiner. Bak atau konteiner diisi dengan air sumur lalu dipupuk dengan kotoran ayam
kering tanpa sekam sebanyak 1,5 kg/m3. Kotoran ayam tersebut dimasukkan kedalam
kantong terilin atau karung dan digantung dalm media kultur.
Sehari setelah pemupukan awal, bibit daphnia ditebar sebanyak 5 g/m3. pamupukan ulang
dilakukan antara 7-14 harisetelah pemupukan awalsebanyak 0,5 dosis (750 g/m3).
Pemupukan dilakukan 21hari setelh pemupukan awal dan dilakukan setiap hari selama
sebulan. Dalam sehari pemenenan dapat dihasilkan Daphnia sebanak 25 g/m3. Dengan cara
ini dapat dihasilkan kira-kira 30 kg dalam kurun waktu sebulan.
4. Cacing Tubifek
Bentuk tubuh cacing ini menyerupai rambut dengan panjang badan antara 1-3cm dengan
tubuh berwarna merah kecoklatan dengan ruas ruas. Cacing ini hidup dengan membentuk
koloni di perairan jernih yang kaya bahan organik. Cacing ini meiliki 57% protein dan 13%
lemak dalam tubuhnya.
Cacing sutra merupakan hewan hermaprodit yang berkembang biak lewat telur secara
eksternal. Telur yang dibuahi oleh jantan akan membelah menjadi dua sebelum menetas.
Bahan organik yang baik untuk digunakan oleh cacing sutra adalah campuran antara kotoran
ayam, dedak (bekatul) dan lumpur.
1. Persiapan Bibit
Bibit bisa dibeli dari toko ikan hias atau diambil dari alam
Note : Sebaiknya bibit cacing di karantina dahulu karena ditakutkan membawa bakteri
patogen.
2. Persiapan Media
Media perkembangan dibuat sebagai kubangan lumpur dengan ukuran 1 x 2 meter yang
dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran air. Tiap tiap kubangan dibuat petakan
petakan kecil ukuran 20 x 20 cm dengan tinggi bedengan atau tanggul 10 cm, antar bedengan
diberi lubang dengan diameter 1 cm
20 cm x 20 cm 20 cm x 20 cm
20 cm x 20 cm 20 cm x 20 cm
20 cm x 20 cm 20 cm x 20 cm
20 cm x 20 cm 20 cm x 20 cm
1 M x 2M
3. Pemupukan
Lahan di pupuk dengan dekak halus atau ampas tahu sebanyak 200 – 250 gr/M2 atau dengan
pupuk kandang sebanyak 300 gr/M2.
4. Fermentasi
Lahan direndam dengan air setinggi 5 cm selama 3-4 hari.
5. Penebaran Bibit
Selama Proses Budidaya lahan dialiri air dengan debit 2 – 5 Liter / detik
6. Pemanenan
Cacing Bisa dipanen setelah 8 – 10 hari.
Maggot dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan sumber protein. Nilai protein maggot
bervariasi tergantung ukuran maggot dan media pemeliharaannya. Maggot kecil bisa
mencapai lebih dari 50%, namun secara umum kandungan protein maggot sebesar 40%.
Kandungan protein cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan protein pakan untuk ikan.
Komposisi:
Alat
Peralatan berupa mesin pakan : disc mill, mixer, peletting, dryer dan peralatan packaging
pakan.
1. Formula Pakan
- Semua bahan dibuat tepung halus dan diayak agar yang kasarnya tidak ikut masuk
- Bahan pakan ditimbang sesuai dengan formula, dicampur dengan mengguanakan mesin
mixer dan dicetak menggunakan mesin pencetak pelet.
- Pakan yang sudah berbentuk pelet ditiriskan dan dikemas dalam wadah yang kedap air
- Untuk melihat kandungan proksimat pelet diambil sampel pakan dari setiap proses
pencetakan.
FORMULASI PAKAN
PELET BASAH
BAHAN Komposisi yang diberikan Kandungan Protein dalam bahan baku Kandungan
Protein dalam formulasi
1. Ikan Rucah 20 % x 40% = 8%
2. Maggot 20 % x 40% = 8%
3. Tepung Ikan 20 % x 52% = 10,4%
4. Tapioka 20 % x 14% = 2,8%
5. Dedak 20 % x 12% = 2,4%
31,6%
1. Maggot Mill 55 %
2. Tepung Ikan Import 13 %
3. Tepung kedelai 13 %
4. Tapioka 10 %
5. Minyak Ikan 2 %
6. Vitamin+Mineral 5 %
7. Vitamin C 50 gram
8. Vitamin E 50 gram
9. Vitamin B1 15 gram
10.Vitamin B6 15 gram
11. Dicalsium Phospat 2 %
12. Asam sitrat 2 %
13. Minyak Sayur 2 %
1. Tepung Ikan 30 %
2. Tepung kedelai 30 %
3. Tapioka 15 %
4. Vitamin mix 1 %
5. Mineral mix 2 %
6. Minyak Sawit 5 %
Komposisi Pakan Tanpa Maggot
KETERANGAN
Protein = (Amount/100)X Kadar protein bahan
Fat = (Amount/100)X Kadar Fat bahan
Fiber = (Amount/100)X Kadar Fiber bahan
Ash = (Amount/100)X Kadar Ash bahan
Carbohydrate = (Amount/100)X Kadar Carbohydrate bahan
Cost = (Amount/100)X Kadar Cost bahan
DAFTAR HARGA
Memelihara gurami di kolam tanah atau beton, mungkin sudah banyak yang mencoba.
Bagaimana kalau di kolam terpal?
Bagi Anda yang mempunyai lahan yang kurang dapat menahan air alias porous, kolam terpal
bisa jadi sebuah solusi tepat untuk memelihara ikan. Wagiran, petani ikan di Desa Toyan,
Kel. Triharjo, Kec. Wates, Kab. Kulon Progo, Yogyakarta, telah membuktikannya. Meskipun
airnya tidak mengalir, kolam terpal dapat dimanfaatkan untuk memelihara gurami, mulai dari
pemijahan, penetasan, pendederan, hingga pembesaran.
Pentingnya Penyiponan
Penggunaan kolam terpal dalam budidaya ikan memberikan beberapa keuntungan, yaitu
gampang dikeringkan, dibersihkan, dan dipanen. Selain itu, gurami yang dihasilkan pun tidak
berbau lumpur. Ini yang menyebabkan gurami dari kolam terpal lebih disukai pedagang
maupun konsumen.
Kunci keberhasilan budidaya gurami dengan kolam terpal adalah kedisiplinan dalam
membersihkan dasar kolam (menyipon) dan pemberian sekam padi sebagai alas terpal. Selain
itu, probiotik, garam, dan ketersediaan tetes (molase) dalam pendederan juga tidak boleh
ditinggalkan.
Penyiponan adalah suatu keharusan karena tanpa tanah dasar, kotoran tidak mungkin bisa
terurai sehingga harus dikeluarkan, minimal 30 hari sekali, “Jika telat menyipon, gurami
berbobot tujuh ons saja bisa habis,” tegas ayah satu anak ini. Menurut Wagiran, meskipun
waktu panen tinggal menghitung hari, kalau waktunya disipon, ya harus dikerjakan.
Pembersihan dasar kolam mencukupi bila tinggi air menyusut sekitar 20—30 cm, selanjutnya
ditambah air baru sampai ke ketinggian semula.
Wagiran selalu membuat kolam dengan kedalaman air 90—100 cm dan luas 4 m x 8 m
karena terpal yang ada di pasaran berukuran 6 m x 10 m. Sisa terpal, sebanyak dua meter
digunakan untuk membuat dinding yang tersusun dari batako, batu bata, atau kayu. Namun,
menurut pengalaman dia, cara yang paling murah dengan menggali lubang. Biaya
pembuatannya hanya sekitar Rp500 ribu per kolam. Ketebalan terpal yang bisa digunakan
adalah A5 atau A6 yang mampu bertahan hingga lima tahun.
Kedisiplinan penyiponan dapat meningkatkan kepadatan dengan waktu panen dan berat yang
sama. Padat tebar pembesaran gurami di kolam tanah hanya 6 ekor per m3 dengan benih
berukuran 250 gram per kg. Pada kolam terpal, Wagiran berani menebar hingga 10 ekor per
m3. Menurutnya, pada kolam tanah terjadi penumpukan amonia dan racun sisa pakan di dasar
kolam sehingga ikan tidak berani menyelam lebih dalam. Akibatnya, ruang gerak menjadi
lebih sempit. Sedangkan pada kolam terpal, kumpulan racun dan amonia dapat diminimalkan
dengan penyiponan yang teratur.
Pentingnya Sekam
Penggunaan sekam padi sebagai alas terpal merupakan hasil temuan Wagiran. Sekam
berfungsi melindungi ikan dari goncangan suhu, terutama saat musim pancaroba. Selain stres,
ikan juga mengeluarkan lebih banyak energi guna melawan hawa dingin. Menurut teori,
enam persen cadangan energi dibongkar untuk keperluan tersebut. Alhasil, waktu panen bisa
mundur 1—1,5 bulan untuk mendapatkan bobot sama dengan gurami yang dipelihara pada
cuaca normal.
Sekam tersebut dihamparkan setebal 10—15 cm di bawah terpal, kemudian dikucuri air
seperlunya. Proses dekomposisi sekam akan menghasilkan panas yang dapat merambat ke air
kolam hingga ketinggian satu meter. Dengan demikian, suhu air kolam lebih stabil. “Sekam
berfungsi sebagai stabilisator,” tegas Wagiran. Sekam bisa bertahan selama lima tahun
sehingga penggantiannya bisa berbarengan dengan penggantian terpal.
Proses penyiapan kolam terpal sangat sederhana. Kolam baru atau lama dibersihkan
kemudian diisi air setinggi 90 cm. Kolam kemudian ditaburi garam sebagai
antimikroorganisme 200 gram per m3 air dan diberi pupuk katalis plankton berupa urea 100
gram per m3 air. Kolam lalu didiamkan selama satu minggu sehingga plankton tumbuh
sempurna. Setelah itu benih gurami bisa ditebar.
Kepadatan untuk pemijahan sebanyak satu set per 4 m x 4 m yang terdiri seekor jantan dan
lima ekor betina. Tigapuluh hari setelah induk gurami bertelur, kolam disipon diganti airnya
secara keseluruhan. Wagiran tidak memberikan dedaunan bergetah putih, seperti pepaya,
dalam keadaan segar pada induk guraminya. Berdasarkan pengalamannya, getah putih dapat
menyebabkan penurunan daya tetas telur. Sebaliknya, induk diberi daging sapi secukupnya
setiap 30 hari yang bermanfaat untuk menambah ketercukupan protein induk. Hasilnya, telur
gurami berwarna kuning keemasan dengan daya tetas lebih dari 90%.
Untuk pendederan benih gurami ukuran biji oyong, kepadatannya 5.000 ekor per petak. Dari
jumlah itu, dipanen sekitar 4.000 ekor benih ukuran silet sebulan kemudian. Pendederan
gurami menghasilkan keuntungan paling besar. Ongkos produksi yang meliputi pakan dan
benih per petak hanya sekitar Rp1 juta. Sementara harga benih ukuran silet mencapai Rp650
per ekor sehingga keuntungan mencapai Rp1,5 juta per siklus. Penggunaan molase sangat
dibutuhkan dalam pendederan karena mineral yang dikandungnya dapat dimanfaatkan benih
untuk bertahan dari goncangan suhu dan pH air. Dosisnya 200 cc per petak.
Jika benih yang ditebar seukuran silet, kepadatannya 1.500 ekor per petak dan dalam waktu
2,5—3 bulan rata-rata diperoleh 1.400 ekor benih ukuran tiga jari. Kalau yang ditebar gurami
ukuran tiga jari, kepadatannya sekitar 750—800 ekor per petak. Dengan model pemeliharaan
ini, tingkat kematian ikan hanya sekitar 5%. Asalkan, pembudidaya berdisiplin menyipon,
melakukan penggaraman, menggunakan probiotik dan molase pada saat pendederan.
Seperti janji kami beberapa waktu lalu pada para pengunjung blog ini khususnya para
pemerhati dan pembudidaya ikan pada media kolam terpal serta adanya permintaan dari
beberapa rekan lainnya, baik yang disampaikan langsung via telpon, SMS maupun kolom
komentar di blog ini maka berikut kami tampilkan contoh praktis membuat lubang
pembilasan pada kolam terpal yang dapat dilakukan dengan mudah, murah, dalam waktu
sangat singkat (tak lebih dari 20 menit !), tanpa memerlukan peralatan dan keahlian
khusus, tanpa lem (perekat), tanpa pemanasan dan tentu saja yang paling penting : tanpa
terjadi kebocoran (rembesan).
Anda tak perlu lagi membuang banyak waktu, begitu selesai dibuat, saluran pembilas ini
dapat langsung difungsikan.
Bagaimana hal ini dapat dilakukan? Anda tentu penasaran bukan? Silakan simak uraian
singkat kami berikut ini...
Sebagai contoh kami gunakan pipa paralon (PVC) berdiameter 1,5" (inch) sepanjang 1 meter
dengan sok penyambung yang sesuai untuk pipa paralon tersebut. Tentu saja Anda dapat
menggunakan diameter dan ukuran panjang pipa paralon (PVC) serta sok penyambung yang
berbeda, sesuai dengan kebutuhan.
Langkah pertama, siapkan beberapa alat dan bahan sebagai berikut (gambar 1).
- 1 pipa paralon (PVC) type D berdiameter 1,5" sepanjang lk 1 m atau lebih (sesuaikan
dengan kebutuhan)
- 1 sok penyambung untuk pipa PVC 1,5". Pilihlah sok penyambung yang berkualitas baik
- 1 sok penutup, sesuai ukuran pipa PVC 1,5"
- 1/2 lembar kertas gosok (amplas/ amril), pilihlah type yang sedikit kasar (No 1 atau 1 1/2)
- 1 mata gergaji besi
- 1 mata pisau/ cutter (ukuran sedang) dan juga lembaran terpal yang akan Anda gunakan
sebagai media (kolam) pemeliharaan ikan
Kedua, dengan menggunakan gergaji besi, bagilah ujung pipa paralon menjadi dua bagian
yang sama, searah panjang pipa sepanjang kira-kira 8-10 cm (gambar 2) dan (gambar 3)
gambar 2
gambar 3
Ketiga, sisipkan bagian ujung lembaran amplas pada lubang yang dibuat sebelumnya
(gambar 4) dan putarlah lembaran amplas tersebut mengelilingi ujung pipa paralon sehingga
terbalut sempurna (gambar 5)
gambar 4
gambar 5
Keempat, ujung pipa paralon yang telah terbalut amplas kemudian dimasukkan ke lubang
sok penyambung. Lakukan secara perlahan dan hati-hati sehingga tidak terjadi sobekan atau
lipatan pada kertas amplas tersebut (gambar 6).
gambar 6
Kelima, putarlah ujung pipa berikut amplas pembalutnya di dalam lubang sok penyambung,
pastikan putaran pipa adalah searah dengan proses pembalutan amplas. Lakukan beberapa
putaran hingga diperoleh tingkat kekasaran yang merata pada sisi dalam lubang sok. Jika
sudah, cabutlah pipa paralon berikut ampas dari lubang sok penyambung tersebut dengan
sedikit tarikan sambil tetap mempertahankan arah putaran (gambar 7).
gambar 7
Keenam, lepaskan amplas dari ujung pipa paralon (PVC) kemudian letakkan lembaran terpal
secara tegak lurus pada ujung pipa paralon (PVC) pada lokasi dimana lubang pembilas pada
terpal akan dibuat kemudian pada sisi terpal yang berlawanan dipasang sok penyambung
(yang sisi/ bagian dalamnya telah dikasarkan) lalu tekanlah sok secara perlahan hingga pipa
paralon dan lembaran terpal masuk ke dalam lubang sok (gambar 8).
gambar 8
Agar diperoleh sambungan yang benar-benar rapat, proses penekanan dapat dibantu dengan
memukulkan sebatang kayu pada permukaan sok secara perlahan agar bagian terpal yang
berada dalam jepitan sok dan pipa PVC tidak sampai cacat/ sobek (gambar 9).
gambar 9
Lakukan beberapa kali pukulan hingga diperoleh tingkat kekencangan dan kerapatan yang
cukup.
Pastikan permukaan bagian terpal dalam lubang sok penyambung terlihat kencang, rata dan
tidak terjadi lipatan (gambar 10).
gambar 10
Ketujuh, buatlah sayatan pada berbentuk 'cross' atau 'X' pada permukaan terpal dengan
menggunakan ujung pisau tajam (cutter) secara hati-hati (gambar 11). Usahakan setiap ujung
sayatan tidak sampai menyentuh bagian tepi sisi dalam sok penyambung (gambar 12).
Potonglah bagian terpal di sekeliling sisi dalam sok penyambung dengan menggunakan pisau
(cutter) hingga diperoleh lubang yang rapi (gambar 13). Jika ternyata Anda agak kesulitan
merapikan tepian lubang ini, gunakanlah amplas dengan cara mengosokkannya secara
perlahan pada arah melingkar di bagian tepian lubang tersebut.
gambar 11
gambar 12
gambar 13
Kedelapan, pastikan lubang pembilasan telah dibuat dengan benar dan tidak terdapat celah
atau cacat pada titik pertemuan antara terpal, pipa PVC dan sok penyambung, baik pada
bagian terpal yang akan menjadi sisi luar kolam (gambar 14) maupun terpal bagian dalam
kolam (gambar 15).
gambar 14
gambar 15
Sampai tahap ini proses pembuatan lubang pembilasan telah selesai namun masih diperlukan
satu langkah lagi yakni memasang sok penutup pada bagian ujung sok penyambung di sisi
terpal bagian dalam kolam maupun di sisi luar kolam (jika memang di perlukan).
Sebagai saluran pembilas, lubang dapat dibuat pada bagian dasar kolam (gambar 16)
sedangkan sebagai pengatur level muka air kolam dapat pula dipasang (lebih tepatnya,
ditancapkan) sebatang pipa PVC pada lubang pembilas tersebut (gambar 17 & 18).
gambar 16
gambar 17
gambar 18
Dengan sedikit kreatifitas, Anda pun dapat membuat lubang sejenis pada dinding dasar kolam
yang dapat berfungsi ganda yakni sebagai saluran pembilas sekaligus juga sebagai lubang
tempat memasang pipa siphon (penyedot lumpur dasar kolam).
Pada awal perkembangannya, tahun 1985 sd 1988, lele dumbo merupakan salah satu jenis ikan air
tawar yang sangat mahal harganya, terutama yang berukuran benih. Hal ini disebabkan karena pada
waktu itu penyebarannya masih langka. Namun setelah penyebarannya meluas, harganya mulai
menurun dan pada akhirnya mencapai kondisi harga normal yang tidak jauh berbeda dengan harga
jenis ikan air tawar lainnya.
Dengan kondisi harga normal seperti sekarang ternyata usaha budidaya ikan lele dumbo ini masih
menguntungkan, baik untuk tahap usaha pembenihan maupun pembesaran. Oleh karena itu masih
layak dan perlu dibudidayakan.
Terlebih-lebih dengan adanya kemudahan dalam pembudidayaannya seperti teknologi yang tidak
terlalu sulit, tidak memerlukan lahan yang luas serta tidak memerlukan air yang melimpah.
Kali ini disajikan petunjuk praktis mengenai teknik pemijahan lele dumbo melalui penyuntikan.
Pemijahan
Pemijahan ikan lele dumbo dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu :
1. Secara Alami
Pemijahan secara alami adalah pemijahan yang dilakukan di alam terbuka sesuai dengan sifat
hidupnya tanpa perlakuan dan bantuan manusia.
2. Secara Disuntik Dengan Kelenjar Hipofisa
Penyuntikan dengan kelenjar hipofisa adalah pemijahan yang dilakukan dengan bantuan atau
penanganan manusia melalui pemberian kelenjar hormon hipofisa pada recipient (penerima)
yang berguna untuk melancarkan proses kematangan gonad, sehingga mempercepat proses
jalannya pemijahan ikan tersebut.
1. Induk Jantan
2. Induk Betina
Menyiapkan Donor
Donor adalah ikan yang dikorbankan untuk diambil kelenjar hipofisanya untuk diberikan kepada ikan
sebaga recipient (penerima donor).
Ikan sebagai ikan donor untuk ikan lele dumbo dapat diberikan ikan sejenis dan dari ikan mas tanpa
mempertimbangkan jantan atau betina.
Telur ditetaskan pada bak tembok atau pada bak yang terbuat dari plastik terpal
Telur menetas antara 20-24 jam dari pemijahan
Larva (benih) diberi makanan tambahan pada hari ke-3 setelah menetas berupa kutu air
(Daphnia sp.) atau cacing sutera
Selama pemeliharaan usahakan air tetap bersih dan jernih
Selanjutnya benih didederkan di tempat lain
PEMBENIHAN IKAN GURAME
(Osphronemus gouramy Lac.)
1. PENDAHULUAN
Dalam mengembangkan usaha tani yang berorientasi agribisnis, perlu dipilih dan. ditetapkan
komoditas prioritas yang mempunyai keunggulan komparatif wilayah dan
kompetitif komoditas. Salah satu komoditas perikanan yang cukup prospektif adalah lkan Gurame
(Osphronemus gouramy Lac.).
Ikan Gurame merupakan salah satu. komoditas unggulan dalam usaha budidaya
ikan air tawar. Permintaan pasar relatif konstan, bahkan cenderung meningkat dengan harga diatas
harga Ikan Mas. Keunggulan harga Ikan Gurame adalah disebabkan tekstur dagingnya yang lebih
kompak sehingga disukai konsumen, disamping pengadaan dan pasokannya yang terbatas.
Ikan Gurame dikenal sangat gurih dan lezat, ini belum banyak dibudidayakan secara intensif.
Dibeberapa daerah penghasil Gurame seperti Jawa Barat pada umumnya hanya dipelihara secara
tradisional, dengan demikian untuk mendapatkan Gurame ukuran berat 1 kg/ekor membutuhkan
waktu pemeliharaan cukup lama. Dari pengalaman dan percobaan-percobaan yang ada, ternyata,
ikan Gurame ini dapat dibudidayakan secara intensif.
Membudidayakan Ikan Gurame secara intensif dapat dilakukan dalam skala besar ataupun Skala
kecil.. Pada garis besarnya usaha budidaya, Ikan Gurame meliputi 3 hal, yakni ; di usaha pembenihan,
pendederan dan pembesaran atau secara, khusus, hanya, usaha pembenihan atau pendederan
ataupun pernbesarannya saja, karena dari masing-masing jenis usaha ini juga dapat mendatangkan
keuntungannya masing-masing.
3. SELEKSI INDUK
Untuk memperoleh benih dengan lebih. terjamin, haruslah pasangan Ikan Gurame itu dijodohkan,
oleh karena itu. harus diketahui mana Ikan Gurarne Jantan dan mana Ikan Gurame Betina.
1. Bentuk Tubuh
■ Panjang, berisi dan mulus;
■ Tidak cacat atau luka;
■ Sirip tidak rusak.
2. Warna
■ Kuning bersemu putih;
■ Bersih tidak belang.
3. Umur
■ Umur mencapai 5 tahun lebih;
■ Umur lebih dari lO tahun tak baik lagi menjadi induk, karena telurnya mulai berkurang dan kurang
bagus benihnya.
5. PEMBENIHAN
1. Mengawinkan Induk
Seekor induk jantan yang cukup umur(4 - 5 tahun) dengan berat 6 - 7 kg, dapat mengawini 4 ekor
betina. Induk yang sudah dewasa dan timbul birahinya akan tampak saling berkejaran, yang jantan
akan mengejar induk betina. Biasanya seekor jantan yang baru mulai birahi bisa. mengawini 2 ekor
betina.
h. Siapkan kerangka sarang (sosog) yang dibuat dari bambu, berbentuk kerucut, panjang 80 cm, garis
tengah 30 cm, tiap sarang diisi seekor induk, karena betina yang akan kita isi ada 3 ekor, maka dibuat
3 buah kerangka (sarang);
i. Pasang kerangka sarang dipinggir kolam dengan jarak agak berjauhan. Pemasangan kerangka
sarang bisa ditancapkan pada tebing tanah kolam, atau bisa juga di antara 3 potong, tiang bambu
yang ditancapkan di dasar kolam. Dalamnya dari permukaan air kolam kurang lebih 15 - 20 cm;
j. Letakkan bahan pembuat sarang yang terdiri dari rumput kering/ijuk/sabut kelapa yang telah
diural. Bahan sarang dipisah agar ikan Gurame mudah mengambilnya dan membawanya ketempat
sarang.
PEMIJAHAN
b. induk betina yang matang telurnya akan tampak mengembung perutnya, warna badannya lebih
terang, sedangkan induk jantannya berwarna gelap;
c. Selanjutnya si jantan mulai membuat sarang telur dengan menyusun rumput kering/sabut
kelapa/ijuk di dalam sarang yang telah disediakan;
d. Setelah sarang selesai, ikan akan kawin. Mula-mula ikan jantan akan kawin dengan betina
pertama, pada minggu pertama pula mulut sarang akan tertutup, ini berarti telur sudah dimasukkan
ke dalam sangkar. Induk betina akan menjaga diseki tar sarang;
e. Pada minggu kedua, induk jantan akan kawin lagi dengan induk betina yang kedua, tapi setelah
induk jantan selesai membuat sarang yang lain;
f. Selanjutnya jantan akan kawin lagi dengan induk betina yang ketiga setelah sarang selesai dibuat
oleh si jantan;
g. Untuk membuktikan bahwa ada telur dalam. sarang, maka coba ditusuk dengan lidi ditengah-
tengah sarang telur, bila keluar butiran minyak berarti memang, ada telur di dalam sarang tersebut;
h. Kalau dibiarkan di kolam pemijahan maka induk jantan akan kawin lagi dengan induk pertama,
kedua dan ketiga. Sebaiknya dibatasi hingga 3 kali, setelah itu diistirahatkan selama 6 bulan bagi
induk betina dan 3 bulan bagi induk jantan. Masa istirahat ini dimaksudkan agar ikan yang dihasilkan
nanti lebih baik.
7. MERAWAT TELUR
❑ Cara tradisional.:
■ Telur dibiarkan saja di kolam pemijahan bersama induk-nya. Biasanya pada hari ke-11 atau ke-12,
telur akan menetes sendiri.;
• Sebagai tempat berlindung, Letakkan daun kelapa kering di dekat sarang telur, tujuannya agar
anak Ikan Gurame akan berlindung dibawahnya.
❑ Cara menetaskan:
C. Letakkan baskom di atas air kolam pemijahan (terapung), diatasnya dibuat atap agar tidak
kehujanan.
E. Pindahkan sangkar berisi telur ke dalam baskom, lalu lepas ijuk sampai telur jatuh ke dalam
baskom;
G. Air dalam gentong diganti 2 kali sehari pagi dan sore, gunakan selang plastik, agar air yang keluar
dan masuk tidak terguncang;
1. Telur akan menetas setelah 2 minggu. Setelah menetas, anak Gurame tidak diberi makan, baru
setelah 10 hari anak ikan diberi makanan berupa dedak halus atau cairan kuning telur.
8. PENDEDERAN.
• Tempat pendederan anak Ikan Gurame bisa di kolam, sawah atau di dalam hapa;
• Anak Ikan Gurame (benih.) yang ditaburkan di kolam urnur 2 minggu sebanyak 200 ekor/ m2;
Penyakit yang banyak menyerang Ikan Gurame diantaranya adalah disebabkan karena :
Saprolegniasis sp.
Penyebab :
• Cendawan
Penyerangan :
■ Luka-luka pada kulit, temperatur dingin.
Gejala klinis :
■ Tubuh ikan ditumbuhi benang - benang halus seperti kapas, berwarna putih;
■ Menyerang tutup insang, kepala sirip;
■ Telur ikan diliputi benang-benang halus seperti kapas.
Pengobatan:
■ Pengobatan terhadap telur yang diserang dengan cara mencelupkan telur ke dalam larutan
Malachite Green Oxalate dengan dosis 60 gr/m3 air, selama 15 menit.
Pencegahan:
■ Menjaga kebersihan kolam dan kwalitas air;
■ Jangan sampai memelihara ikan. yang luka.
1. PENDAHULUAN
Ikan Nila GIFT (Oreochromis niloticus bleeker) merupakan jenis ikan air tawar yang mudah
jenis Ikan Nila diantaranya Citralada, tralada, lokal dan Nila GIFT yang masuk ke Indonesia pada
tahun 1984 dan 1996 dari ICLARAM Philipina melalui Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
(Balitkanwar).
Teknik pembesaran Ikan Nila terapannya sangat mudah dilakukan sekali, baik dilakukan. skala rumah
tangga atau skala besar (perusahaan). Tempatnya pun dapat dilaksanakan pada kolam tanah, kolam
tembok dan Keramba jaring Apung (KJA).
Untuk pemasarannya sangat luas baik dalam negeri maupun luar negeri (ekspor) seperti masyarakat
Jepang dan Singapura, terutama ukuran yang berat badannya di atas 500 gram. Bagi konsumsi dalam
negeri akan banyak menunjang usaha perbaikan gizi keluarga.
Dilihat dari prospeknya, baik dalam maupun luar negeri sangat menjanjikan, sehingga perlu langkah
yang pasti untuk meningkatkan produksi agar kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri dapat
terpenuhi.
Teknik pembesaran Ikan Nila GIFT terapannya ada. 3 (tiga) macam, yaitu :
Luas lahan kolam pembesaran bervariasi, tergantung lahan yang tersedia. Dapat berupa kolam
tanah, kolam. berdinding tembok, Kolam Air Deras (KAD) dan Keramba Jaring, Apung (KJA).
Air yang digunakan untuk pemeliharaan harus bebas polusi baik yang berasal dari limbah industri,
pertanian maupun Limbah rumah tinggal. Debit air 1- 5 It/ detik untuk luas selahan 100 m2.
B. Polyculture (Pemeliharaan Campuran dengan Ikan lain).
Pemeliharaan Ikan Nila dapat juga dilakukan secara polyculture (campuran) dengan jenis ikan lain,
syaratnya ikan yang dimasukkan tidak merupakan pesaing (kompetitor) atau pemangsa (predator)
bagi ikan Nila. jenis serta prosentase masing-masing ikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Untuk meningkatkan produksi, pemeliharaan Ikan Nila dapat dilakukan bersama dengan
pemeliharaan unggas. Berdasarkan dari pengalaman yang sudah banyak dilakukan, pemeliharaan
Ikan Nila yang menguntungkan bila dipadukan dengan ayam petelur.
3. PERSIAPAN KOLAM
Ukuran benih Ikan Nila yang disebarkan berukuran 8 - 12 cm atau ukuran berat 30 gram/ ekor
dengan padat tebar 5 - 10 ekor/ m2 serta lama pemeliharaan, 6 bulan hingga ukuran berat Ikan Nila
mencapai 400 - 600 gram/ekor. Atau juga, untuk padat penebaran benih Ikan Nila dapat dilihat di
bawah ini :
5. PEMBERIAN MAKANAN
Komposisi makanan yang diberikan untuk Ikan Nila selain makanan alami dapat diberikan makanan
tambahan. yang diusahakan secara intensif, yaitu berupa dedak, ampas kelapa, pellet atau sisa-sisa
makanan dapur.
6. PENYAKIT
Penyakit Ikan Nila yang, paling serius adalah yang disebabkan oleh lingkungan dan keadaan yang
tidak menyenangkan, seperti terlalu padat, kekurangan makanan, penanganan yang kurang baik dsb.
Penanggulangan yang paling baik dan efektif dengan cara memberikan kondisi yang lebih baik pada
kolam ikan tersebut.
Sekali kolam ikan terlanda penyakit yang, serius biasanya terlambat untuk melakukan tindakan
apapun. Penyembuhan dengan memberikan antibiotic atau fungisida ke seluruh kolam memerlukan
biaya yang cukup mahal.
Oleh karma itu melakukan pencegahan akan lebih murah dibandingkan dengan melakukan
pengobatan, yaitu dengan jalan lain melakukan pengeringan pada kolam dan melakukan penyiapan
dari permulaan.
7. PEMANENAN
Setelah masa pemeliharaan 4 - 6 bulan, Ikan Nila dapat dipanen. Pada saat panen total ukuran ikan
bervariasi di atas 50 gram/ ekor.
Sistem pemanenan dapat juga dilakukan secara bertahap, dimana hanya dipilih ukuran konsumsi
(pasar). Pada tahap pertama dengan menggunakan jaring dan setiap bulan berikutnya secara
bertahap.
Teknik memanen yang paling mudah dan murah dengan cara mengeringkan kolam secara total atau
sebagian. Bila ikan dipanen secara keseluruhan, maka kolam dikeringkan sama sekali. Akan tetapi
apabila akan memanen sekaligus maka hanya sebagian air yang dibuang.
Selama panen air segar perlu dialirkan ke dalam kolam untuk mencegah agar ikan tidak banyak yang
mati. Ikan akan berkumpul di bak-bak (kubangan) penangkapan atau dalam saluran, kemudian
diserok/ditangkap.
Setelah panen selesai, kolam pemeliharaan dikeringkan dan dilakukan persiapan kembali untuk
pemeliharaan berikutnya.