You are on page 1of 16

Bulan Penuh Berkah

BULAN BERKAH
DENGAN BANYAK KELEBIHAN

DIKALA Ramadhan datang menjelang,


Rasulullah SAW mengingatkan tentang
"keutamaan" bulan ini.
Dalam sebuah hadist riwayat Ibnu
Khizaimah, Rasulullah SAW bersabda : "Wahai
manusia, sungguh anda tengah dinaungi satu
bulan yang agung, "Bulan" dengan penuh
"Keberkatan.
Didalamnya ditemui satu malam dengan
"kemuliaan". Malam yang mempunyai kemuliaan
melebihi "Seribu bulan".
Allah (Subhanahu wa ta'ala) mewajibkan
"puasa" disiang harinya. Melaksanakan "Ibadah
malam hari" dalam satu "keutamaan". Satu amal
kebajikan biasa seumpama mengerjakan amalan
fardhu diluar bulan lainnya. Satu "amalan fardhu"
mempunyai nilai-nilai tujuh puluh kali dibanding
bulan lainnya. Bulan itu adalah bulan Ramadhan.
Ramadhan sesungguhnya adalah
semamacam arena tempat berlatih "kesabaran".
Sedangkan imbalan kesabaran hanyalah "sorga:".
Ramadhan adalah bulan yang memberikan
kelapangan. Saat terbaik mengulurkan
pertolongan.
SYAHRUL MUWAASAH

26
Bulan Penuh Berkah

Ibadah shaum dibulan Ramadahan mengajari


manusia untuk sanggup berperan dalam "menutup
kesenjangan sosial".
Dibulan ini dilipat-gandakan "rezeki"
orang-orang Mukmin, Bersikap pemurah dan
penyantun dibulan ini. Siapa yang berusaha
memberikan "makanan berbuka" kepada
seseorang yang "berpuasa", maka baginya imbalan
"keampunan" dan "kebebasan dari neraka.
Orang yang "memberi" makanan berbuka
kepada yang berpuasa". Tanpa mengurangi
sedikitpun pahala orang yang diberi". (H.R. Ibnu
Khuzaimah).
Sampai disini, Rasulullah SAW menghentikan
"amanat" beliau, Dan memberi kesempatan
kepada para Shahabat untuk bertanya.
Terjadilah dialog yang menarik tentang
"aspek sosial" dari bulan Ramadhan ini.
Diantara para shahabat bertanya; "Wahai
Rasulullah, (ditakdirkan) tidaklah semua kami
"memiliki" makanan berbuka, untuk diberikan
kepada orang lain yang berpuasa".
Rasulullah SAW menjawab; "Allah Subhanahu
Wa Ta'ala akan memberikan balasan yang sama
kepada orang yeng memerikan perbukaan itu,
walau yang diberikannya hanya "sebutir korma".
Atau hanya "sehirup susu". Kemudian Rasulullah
melanjutkan pesan beliau, dengan Sabdanya;
"(Ramadhan) ialah bulan yang diawali "rahmat"
ditengahnya berisi "keampunan", dan pada
akhirnya "dibebaskan dari bencana neraka".
Barang siapa yang memberikan kelonggaran

27
Pernik Pernik Ramadhan

(keringanan) kepada pembantu


(karyawan-karyawan), yang berpuasa, niscaya
Allah akan mengampuni dosa-dosanya, serta
"membebaskannya" dari bencana neraka". (H.R.
Ibnu Khuzaimah).
Pesan Rasulullah SAW ini, merupakan
penjelasan yang paling lengkap tentang "nilai"
Ramadhan. Sepantasnya kita simak kembali.
Ramadhan membawa keutamaan untuk
melakukan didalamnya satu "ibadah khusus"
berupa "shiyam" atau "puasa". Ibadah ini
melahirkan beberapa sikap positif, dalam
membentuk manusia "bermartabat". Diantaranya
saling mau memberikan kelapangan. Mau
mengulurkan pertolongan kepada pihak yang
memerlukan. Bersikap "tabah", "jujur", dan
"pemurah".
"QAD ATAA-KUM UR-RAMADHAN AS-
SAYYIDUS-SYUHUURI, FA MARHABAN BIHI WA
AHLAN", yakni "Telah datang kepadamu bulan
Ramadhan, pemimpin segala bulan (karena
keagungan yang dikandungnya). " SAMBUTLAH
DENGAN UCAPAN SELAMAT DATANG', (penuh
kegembiraan)". "JAA-A SYAHR-AS-SHIYYAMI BIL
BARAKAA-TI FA-AKRIM BIHI MIN ZAA-IRAN
HUWA-ATIN". Ramadhan telah datang sebagai
bulan shiyam (puasa). Alangkah mulianya bulan
"pengunjung" yang telah tiba ini".
IMSAK
Imsak artinya menahan atau menjauhkan diri
dari sesuatu. Puasa (shiyaam) menurut pengertian
bahasa adalah menahan (imsak) dari makan dan

28
Bulan Penuh Berkah

minum serta bergaul (sanggama) suami istri


disiang hari. Pengertian yang lebih mendalam
menurut syar'i (aturan Islam) adalah menahan diri
dari melakukan perbuatan yang membatalkan
puasa pada siang hari, mulai terbitnya fajar hingga
datangnya masa berbuka (terbenamnya matahari),
disertai dengan niat karena Allah. Shaum (puasa)
merupakan rukun Islam yang keempat, yang wajib
dilaksanakan pada bulan Ramadhan. Firman Allah
menyebutkan sebagai berikut, "Bulan Ramadhan
adalah bulan di turunkan Alquran, menjadi
petunjuk bagi manusia, berisi penjelasan-
penjelasan dari petunjuk itu, dan merupakan
furqan (atau pembeda antara suruh dan tegah,
antara halal dan haram, antara mukmin dan kafir).
Maka siapapun yang memasuki bulan Ramadhan
itu, wajib mereka pelakukan puasa" (QS.2:185)
Nabi Muhammad Rasulullah SAW
menyebutkan dalam sabda beliau, “ 'uraal-Islamu
wa qawa'idud-diiny tsalatsatun, 'alaihinna ussisal-
islaamu, man taraka waahidatan minhunna bihaa
kaafirun halalud-dami’, syahadatu an laa ilaaha
illallaahu, was-salatul-maktuubatu, was-shaumu
Ramadhana", Artinya, "ikatan Islam dan kaedah
agama itu ada tiga, diatasnya diasaskan Islam.
Barangsiapa yang meninggalkan salah satu dari
padanya maka ia adalah kafir dan halal darahnya,
yaitu bersaksi bahwasanya tiada tuhan yang
berhak disembah selain Allah, dan mendirikan
salat yang di fardhukan, dan berpuasa di bulan
Ramadhan" (HR.Abu Ya'la, Ad Dailami dan disahkan oleh az
Zahabi).

29
Pernik Pernik Ramadhan

Dapatlah dipahami dengan hadist ini bahwa


puasa Ramadhan merupakan salah satu asas dari
Islam.
Sama kedudukannya dengan kewajiban asasi
setiap muslim untuk mengerjakan salat yang wajib
(lima kali sehari semalam) dan pengakuan
(syahadat) bahwa tiada tuhan yang berhak
disembah selain Allah.
Tentang keutamaan puasa (shaum (puasa))
Ramadhan ini di sebutkan oleh Nabi Muhammad
SAW dalam hadist beliau ; "apabila tiba bulan
Ramadhan pintu-pintu sorga dibuka, pintu-pintu
neraka ditutup, dan syaithan-syaithan dibelenggu"
(HR.Bukhari dan Muslim).
Bermakna bahwa selama Ramadhan setiap
diri berkewajiban untuk menahan diri dari
perbuatan tercela yang menyebabkan dia bisa
masuk neraka atau menjauhi perbuatan penghuni
neraka karena pintu neraka itu sudah tertutup.
Semestinya yang dikerjakan adalah amalan
ahli sorga yaitu amalan yang baik-baik saja.
Tidak pantas seseorang melakukan
perbuatan tercela sebagaimana perangai syaithan,
karena syaithan itu sendiri dibulan Ramadhan
sudah terbelenggu.
Selanjutnya Rasulullah SAW telah berkata;
"Puasa itu adalah perisai”.
“Apabila seseorang itu berpuasa maka
janganlah dia berkata-kata omongan tidak karuan,
seandainya ada orang yang mencela atau hendak
memukulnya maka katakanlah "Aku berpuasa, Aku
berpuasa".

30
Bulan Penuh Berkah

”Demi diri Muhammad yang berada di


dalam kekuasaan Allah, "bau mulut orang yang
berpuasa lebih harum dari kasturi".
“Bagi orang yang berpuasa itu ada dua
kegembiraan, yaitu dikala dia berbuka (saat
matahari telah terbenam, masa imsak telah
berakhir), ia bergembira dengan makanan
berbukanya, dan apabila dia berjumpa dengan
tuhannya (kelak di akhirat) ia bergembira dengan
ibadah puasanya" (HR.Bukhari Muslim dari Abi Hurairah
RA).
Puasa adalah suatu yang membanggakan di
hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Inti dari puasa adalah "imsak"atau menahan
diri.
Suatu sikap jiwa yang mulia dan amat tinggi
nilainya disisi manusia dan dalam pandangan Allah
SWT.
Seorang yang bijak dan berani bukanlah
yang mampu mengganyang lawannya hingga
babak belur, tetapi yang mampu menahan diri
dalam situasi kritis sekalipun.
Sikap menahan diri ini bisa menjadikan
seseorang senantiasa menjaga kepentingan umat
banyak, tidak melakukan pencolengan dan
penipuan.
Seorang yang dirinya terjaga dan mampu
mengendalikan nafsunya pastilah akan
menghindarkan seseorang dari kolusi dan korupsi,
dan bisa menahan diri dari menghalalkan setiap
cara.

31
Pernik Pernik Ramadhan

Dapat diyakini, walau seseorang telah


memasuki bulan Ramadhan, tetapi tidak
menumbuhkan sikap dan sifat terpuji sesudahnya,
berarti sebuah pertanda dia tidak pernah
mengamalkan ajaran shaum (puasa) itu secara
benar.
Puasanya sama saja dengan orang yang
tidak berpuasa, dia hanya melakukan imsak
terhadap hal-hal yang ringan-ringan
(makan,minum) tapi tidak mampu menahan yang
berat, tidak mampu meninggalkan sifat tercela.
Puasa sedemikian tidak punya makna apa-
apa.
Mudah-mudahan kita semua terhindar dari
puasa yang mubadzir atau puasa yang di tolak
sehingga tidak mendapatkan apa-apa dan puasa
yang tidak mampu menjadi perisai diri.
Na'udzubillahi min dzalik.
D O ’A
Salah satu firman Allah menyebutkan, “Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang-orang yang berdo’a apabila ia bermohon
kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada pada
kebenaran.” (QS.2:186).
Secara implisit wahyu ini beriisikan
pemberitaan kemuliaan Ramadhan dengan
tersedianya kesempatan luas bagi setiap Muslim
untuk melakukan suatu ritual yang disebut “do’a”.

32
Bulan Penuh Berkah

Do’a adalah suatu ibadah dalam memenuhi


kebutuhan hidup ruhaniyah manusia (spiritual,
immateriil), yang tak kalah pentingnya dari
kebutuhan-kebutuhan materiil lainnya.
Di dalam Alquranul Karim ditampilkan kata-
kata do’a pada 203 ayat dengan arti yang banyak
kaitannya, antara lain berarti ibadah, memanggil,
memuji dan sebagainya.
Dalam ayat ini “do’a” bermakna meminta,
memohon dan mengharap kepada Allah Yang
Maha Kuasa.
Manusia adalah makhluk lemah dengan
segala keterbatasan alamiah ataupun ilmiah,
secara fisik maupun mental emosional. Kenyataan
dalam hidup, manusia selalu dilingkari serba
kekurangan dalam meraih harapan dan keinginan-
keinginan yang sulit dibatasi.
Bila situasi seperti ini kurang disadari acap
kali menyeret manusia kepada akibat sangat fatal
serta berpeluang menyisakan derita frustrasi dan
hidup hilang pegangan. Lebih jauh ketenteraman
bathin dan kebahagian yang didambakan tidak
kunjung terwujud.
Untuk mengatasi kekurangan daya
keterbatasan ini, dilakukan upaya meminta
pertolongan kepada yang lebih kuasa di luar diri,
mengadukan segala kekurangan, kegelisahan serta
kesusuhan yang menghimpit jiwa (soul,ruhani)
agar ada yang bisa mengobatnya atau
mengatasinya. Upaya dilakukan dengan cara
berdo’a kepada Yang Maha Kuasa.

33
Pernik Pernik Ramadhan

Namun, sering dijumpai kerancuan tindakan,


yang tampil dikala nikmat telah datang mengganti
kesusahan dan keresahan, tanpa sadar manusia
melupakan Yang Maha Kuasa tempat do’a di
arahkan memohon segala permintaan.
Begitulah kebanyakan watak hakiki manusia
yang tidak beriman sebagai disebutkan oleh Allah
dalam firman-Nya1, Na’udzubillah.
“Do’a adalah puncak ibadah,” Begitu Sunnah
Rasul menyebutkan. Maka semestinya sebagai
ibadah do’a hanya ditujukan kepada Allah, tidak
boleh ditujukan kepada benda-benda keramat, juga
tidak kepada kekuatan alam selain dari Allah.
Semestinya berdo’a langsung di arahkan kepada
Allah Yang Maha Kuasa tanpa perantaraan.
Do’a bisa diucapkan dengan bahasa apa saja
yang dimengerti oleh yang meminta, karena Allah
sungguh amat mengerti dengan apa yang tergerak
dalam hati seseorang yang mendo’a itu. Beberapa
persyaratan do’a perlu dipersiapkan lebih dahulu,
antara lain
• pembersihan bathin melalui istighfar,
• menanamkan keyakinan (iman) bahwa do’a
akan berterima disisi Allah
• memelihara makanan, minuman, pakaian
benar-benar halal,
• tidak meminta hal-hal yang mustahil,
• tidak berlaku zalim (melanggar aturan-aturan
Allah),

1
Lihat QS.41,Fusshilat:51.

34
Bulan Penuh Berkah

• dilakukan dengan khidmat, khusyu’ dengan


tunduk hati kepada Allah,
• merendahkan suara dalam bahasa
sederhana indah dan dimengerti,
• memuliakan Allah dan mengambil do’a yang
utama dari Alquran atau Hadist Rasulullah,
• tidak bosan dalam bermohon kepada Allah.

Paling utama dilakukan di waktu yang


mustajab, antara lain di kala berpuasa, di saat
berbuka, di waktu sahur, di malam lailatul qadar, di
saat bersujud salat menghadap kiblat, di bulan
Ramadhan.
Merugi sekali orang yang tidak
memanfaatkan kesempatan emas yang hanya
sekali dalam setahun.
Sangat tidak pantas Ramadhan di isi dengan
hiruk pikuk, gelegar bunyi petasan, mondar-mandir
diluar rumah ibadah, asmara subuh, kuncar
tarawih sementara orang lain khusyuk beribadah,
bahkan sangat tidak patut melewatkan masa di
“warung-ota”, atau hanya mendatangi masjid
bersafari diluar redha Allah.
Kalau itu yang terjadi, tak usah ditanyakan,
kenapa “do’a tak berjawab??”.
IFTHAR
Sabda Rasulullah Shallalahu ‘alaihi Wa
Sallam, “laa yazaalun-naasu bi-khairin maa
‘ajjaluul-fithra”, artinya “manusia akan selalu
berada dalam kebaikan selama mereka

35
Pernik Pernik Ramadhan

menyegerakan ifthar (berbuka puasa)” (HR.Bukhari,


Muslim dan lain-lainnya).
Berbuka puasa (iftharus-shaim) dikala
terbenamnya matahari (masuknya waktu maghrib)
suatu keharusan (sunnah) dilakukan oleh setiap
orang yang berpuasa, sama seperti suruhan
mengerjakan sahur sebelum fajar masuk.
Puasa seorang muslim dimulai dengan
makan sahur dan diakhiri dengan ifthar setiap
harinya sebagai dikuatkan oleh Firman Allah.2
Disimpulkan bahwa “berbuka puasa (ifthar)”
dan “makan sahur” adalah pembeda antara
puasanya orang-orang Muslim dengan kalangan
lainnya secara umum. Sejak masa doeloe hingga
sekarang tumbuh beragam bentuk ritual-upawasa
tanpa bimbingan wahyu Allah, seperti pemahaman
kepercayaan-kepercayaan hasil rekayasa pikiran
manusia tanpa bimbingan agama samawi.
Pentingnya urusan berbuka puasa ini ditemui
dalam banyak penjelasan atau sunnah Rasulullah
SAW.
Antara lain,“idza quddimal-‘isyaa-u fabda-uu
bihi qabla salatil-maghribi, wa laa ta’-jaluu
‘an-‘asyaa-ikum”, artinya “Apabila dihidangkan
makanan malam hendaklah kamu dahulukan
makan sebelum salat maghrib, dan janganlah
kamu menagguhkannya” (HR.Bukhari Muslim). Hadist
ini merupakan salah satu sunnah qauliyah atau
ucapan Rasulullah SAW.
Dalam fi’liyah (perbuatan Rasulullah SAW) di
temui kesaksian hadist “kaana Rasulullahi
2
Lihat dalam QS.2:187.

36
Bulan Penuh Berkah

shallallahu ‘alaihi wa sallam yafthuru ‘ala


ruthabaatin qabla an yushalli, fa-in lam takun fa
‘alaa tamaraatin, fa-in lam takun hasaa
haSAWaatin min maa-in,” artinya “Rasulullah SAW
berbuka puasa dengan beberapa biji ruthab
sebelum salat. Seandainya tidak ada, beliau
berbuka dengan beberapa biji tamar dan bila
(tamar) itu pun tidak ada, beliau berbuka dengan
beberapa teguk air.” (HR.Abu Daud dan Daruquthni).
Bimbingan Sunnah Rasulullah ini sangat
menganjurkan pelaksanaan berbuka puasa
sesederhana mungkin, supaya terhindar dari
celaan perangai syaithan.
Berbuka puasa tidak mesti dengan persiapan
materi “perbukaan” yang jumlahnya berlimpah,
jenisnya yang beragam, harga yang mahal dan
pada akhirnya terbuang percuma seperti banyak
ditemui dalam sebahagian acara-acara “berbuka
bersama”.
Semestinya melalui ajaran berbuka puasa
(iftharus-shaaim) ditanamkan dengan benar sikap
sederhana, hemat, tidak mubazir, tidak loba dan
tamak terhadap materi, pandai meletakkan
sesuatu pada tempatnya sehingga mengerti mana
yang berguna dan tidak membuang-buang secara
percuma.
Melalui ajaran berbuka puasa (ifthar) dipupuk
sikap pribadi terpuji dengan moral yang tinggi
yang ukurannya tidak lagi semata materi duniawi.
Etika akhlak mulia itu terpantau dari
kesiapan diri sesorang yang akrab lingkungan dan

37
Pernik Pernik Ramadhan

peduli dengan nasib orang lain yang hidup


disekitarnya.
Ajaran berbuka puasa secara lebih
mendalam dibuktikan pada kesediaan seseorang
mengulurkan tangan (iftharus-shaaim) kepada
orang lain disekitarnya terutama orang-orang yang
belum bernasib baik (fakir dan miskin) sehingga
dengan demikian mereka pun berkesempatan
menikmati betapa nikmat sedap dan nikmat
gembira berbuka puasa bersama (ifthar al-jamaa’i)
itu.
Di Ranah Minang kebisaaan seperti ini
sebenarnya telah lama tumbuh dalam hubungan
kekeluargaan Muslim di kampung-kampung dalam
suatu persenyawaan adat dan Islam sesuai kaedah
yang berlaku secara turun temurun dalam “adat
basandi syarak, syarak basandi kitabullah” dengan
tata istilah yang sangat tepat ”ma anta pabukoan”
yang kemudian dikembangkan dengan buka
bersama di masjid-masjid dan di sudahi dengan
salat maghrib berjamaah.
Kepuasan berbuka puasa sungguh tidak
terletak kepada pesta hidangan perbukaan untuk
diri sendiri.
Secara hakiki tersimpan didalamnya
kemampuan membersitkan rasa kepedulian
sesama hidup dan lingkungan masyarakat.
Setiap diri berupaya mengejar kelebihan
yang tersedia. Melipat gandakan pahala puasa
melalui kerelaan memberikan perbukaan kepada
orang lain manakala waktu berbuka tiba walau
hanya berupa sebiji korma, sebuah pisang, bahkan

38
Bulan Penuh Berkah

mungkin hanya seteguk air yang dihadiahkan


kepada orang yang ingin berbuka puasa secara
ikhlas karena mengharap redha Allah.
Disinilah letak makna sebenarnya dari
berbuka puasa (ifthar) itu. Sabda Rasulullah SAW,
“siapa saja yang memberikan perbukaan kepada
orang yang berpuasa, maka dia akan
mendapatkan pahala sebesar pahala puasa orang
yang diberinya perbukaan, tanpa mengurangi
sedikitpun pahala puasa orang yang diberi itu,” (Al
Hadist).
Melalui ifthar (berbuka puasa) kita semua
mendapatkan peluang besar dalam meningkatkan
pemahaman kualitas serta kuantitas pahala puasa
di bulan Ramadhan pintu pahala dan kesempatan
merebutnya telah terbuka. Semoga kita mampu
meraihnya Insya Allah.
‘I Z Z A H
DALAM pergaulan hidup Muslim sehari-hari
didapati kewajiban melaksanakan tugas
kemasyarakatan yang paling asasi yaitu
“memberikan nasehat kepada sesama
saudaranya”, yang merupakan pengamalan “amar
ma’ruf nahi munkar”. Tugas ini wajib ditunaikan
agar masyarakat berkehidupan dalam suasana
yang baik dan tidak terperosok kedalam jurang
kehinaan, sehingga tercipta tatanan masyarakat
utama (khaira ummah).
“Amar ma’ruf nahi munkar” adalah kewajiban
kembar yang mesti berjalan seiring dan ditunaikan
secara tulus dan ikhlas dalam kerangka
mardhatillah.

39
Pernik Pernik Ramadhan

Esensinya dalam rumusan “tawashii bil haqqi


dan tawashii bis-shabri”, yaitu berwasiat dengan
kebenaran (al-haq min rabbika) dan ketabahan
(shabar). Sabda Rasulullah SAW; “agama itu
adalah nasehat” (ad-diin an-nashihah) yang datang
dari Allah SWT menjadi sangat menentukan dalam
penciptaan kemashlahatan umat banyak.
Bila tugas kembar ini dilalaikan, maka yang
akan tampil kepermukaan adalah segala bentuk
kekacauan dan kebringasan dengan kemasan
fitnah serta berbagai isu yang sulit dibendung.
Sebab itu, "amar ma'ruf-nahi munkar" di
ketengahkan tanpa kebencian dan dendam, jauh
dari perasaan iri dan hasad dengki.
Tugas ini tidak mengenal sakit hati, tetapi
harus berbingkai asih-asuh berisi cinta sejati
sesama hidup, karena “sama-sama ingin masuk
surga, sama-sama ingin terhindar dari neraka, dan
terbebas dari godaan iblis-syaitan”. Tujuan yang
ingin dicapai adalah kehidupan bermartabat
kemanusiaan dengan beralaskan mahabbah dan
kasih sayang.
Sabda Baginda Rasulullah SAW bahwa di
bulan Ramadhan ini, “di bukakan pintu syurga, di
tutup pintu neraka, dan dirantai syaithan",
hakikinya mengandung makna mendalam dengan
pembuktian pada amalan-amalan yang
mendekatkan kepada pintu sorga, yakni segala
"kebaikan" sesuai ajaran Allah dan Rasulullah.
Kebaikan yang menjadi warna "fitrah"
kemanusiaan. Ramadhan adalah bulan tempat kita
berpacu dan berlomba melakukan kebajikan,

40
Bulan Penuh Berkah

sebagai penggambaran kebaikan. Itulah keyakinan


mukmin yang utama. Dan yang sudah terbisa
melakukan kejahatan, bertaubat adalah tindakan
yang paling tepat.
Puasa (shaum (puasa)) tidak hanya sekedar
menahan haus dan lapar, tetapi adalah
kemampuan menahan diri untuk tidak berbuat
kejahatan. Ungkapan tentang "di tutup pintu
neraka", sebenarnya adalah sebuah peringatan
sangat keras untuk tidak melakukan tindakan-
tindakan yang bisa berakibat terbawanya badan
kedalam neraka. Selanjutnya supaya tidak
berteman dengan syaitan. Jangan di tiru lagak-lagu
syaithan, seperti melakukan segala tipu daya yang
tidak senonoh.
Dakwah ilaa-Allah menjadi kewajiban pribadi
(fardhu-‘ain) setiap muslim yang beriman. Dakwah
Ramadhan adalah gerakan massal “mempuasakan
masyarakat dari segala perangai tidak terpuji",
seperti perangai konsumeris, indiviualis, materialis,
spekulatip yang berdampak sangat dalam terhadap
kemelut moneter yang tengah melanda bangsa,
bila kita jujur mengkajinya lebih disebabkan oleh
hilangnya kepercayaan diri dan terlampau
besarnya kepercayaan kepada milik orang lain.
Ramadhan menumbuhkan “izzatun-nafsi”, yakni
taqwa yang terlihat dalam percaya diri, hemat,
mawas diri, istiqamah (teguh-prinsip) dalam
menanam nilai kebersamaan (ukhuwah) ditengah
hidup bermasyarakat, dan terjauh dari hanya
mementingkan diri sendiri. Sudahkah kini
tercipta ?? Jawabnya tersimpan dalam “Gerakan
Fastabiqul Khairat”.

41

You might also like