You are on page 1of 7

Gerakan Papua Merdeka

Latar Belakang
Gerakan Papua Merdeka

Gerakan Papua Merdeka | 8/2/2009


Latar Belakang

Dalam beberapa hari terakhir ini


kita mendengar mengenai kejadian-kejadian
yang mengejutkan terjadi di Papua, yaitu
kasus pengibaran bendera Bintang Kejora,
penguasaan sebuah bandara di propinsi
Wamena, penyerangan terhadap kantor
polisi, dan yang terakhir adalah penembakan
terhadap seorang WNA asal Australia dan 2
orang warga Indonesia yang bekerja di PT.
Freeport Indonesia di Tembagapura tanggal
12 Juli lalu. Dimana semuanya ini, dapat
dipastikan merupakan tindakan dari
Gerakan Papua Merdeka, hanya saja pada
kasus terakhir, yaitu kasus penembakan
terhadap seorang WNA itu masih merupakan suatu kemungkinan dilakukan oleh Gerakan
Papua Merdeka.
Berdasarkan berbagai sumber yang kami dapat, kami menyimpulkan bahwa Gerakan
Papua Merdeka melakukan tindakan-tindakan ini untuk menuntut kemerdekaan Papua, karena
mereka merasa terdiskriminasi dalam hal pembangunan dibanding dengan daerah daerah lain,
khususnya di pulau jawa. Terlebih lagi kekayaan alam yang ada di papua lebih banyak
digunakan untuk membangun pulau jawa daripada untuk mengembangkan papua sendiri.
Tindakan yang dilakukan Gerakan Papua Merdeka ini meresahkan Indonesia,
karena hal ini mengganggu stabilitas dan keamanan nasional Indonesia. Tentu saja pemerintah
Indonesia tidak tinggal diam begitu saja.
Berbagai cara telah dilakukan pemerintah Indonesia, tetapi masalah ini belum
bisa dianggap sekesai, oleh karena itu kita harus turut serta mencari pemecahan, sehingga
masalah ini dapat segera teratasi.

Pembahasan
Selama ini sikap Pemerintah Indonesia terhadap Gerakan Papua Merdeka atau OPM
selalu bersifat keras dan represif, sebab sudah beberapa kali OPM melalukan aksi teror dan
penyerangan terhadap fasilitas-fasilitas pemerintah. Semenjak era pemerintahan Soeharto
tercatat beberpa kali terjadi serangan besar yang dilakukan oleh OPM seperti serangan
terhadap kota Jayapura yang dengan mudah dibasmi oleh TNI, lengkap dengan aksi-aksi
pembersihan oleh BIN.

1
Setelah pembentukan OPMRC (OPM Revolutionary Council) pada tahun 1982 oleh
Gerakan Papua Merdeka | 8/2/2009
Mosses Werror yang merupakan badan komando militer OPM yang sangat radikal dan tidak
akan berkompromi dengan pemerintah RI, operasi-operasi yang dilakukan oleh OPM semakin
berani, terutama setelah mereka mendapatkan dukungan rakyat papua pada tahun 1990-an.
Semenjak pemerintah mempromosikan Papua sebagai tempat investasi dan
masuknya perusahaan-perusahaan asing berskala internasional (Freeport-McMoRan), kondisi
OPM makin kuat karena muncul kebencian terhadap pemerintah Jakarta. Kebencian ini muncul
akibat pengurasan sumber daya alam oleh perusahaan asing dan terutama akibat dukungan
perusahaan-perusahaan tersebut pada tindakan represif Indonesia.

Nikolas Jouwe sedang berdiri menggunakan topi urutan kedua dari kiri

Gerakan Papua Merdeka mulai muncul semenjak diberlakukan otonomi khusus pada
Papua dan pemekaran wilayah Papua menjadi 2 propinsi: Papua dan Papua Barat aksi-aksi
kekerasan oleh OPM tidak juga surut. Hal ini tentu menarik keprihatinan kita mengingat bukan
polisi atau tentara yang terbunuh, melainkan warga sipil yang tidak bersalah dan seorang warga
asing, yang tentu akan menyebabkan nama Indonesia makin jelek di mata dunia. Maka untuk
mengetahui mengapa dan bagaimana OPM ini muncul, kita harus mundur ke era tahun 1960-an
di mana Indonesia masih mencoba memasukkan Papua Barat dalam wilayahnya. Pada tahun
1949, setelah seluruh pasukan Jepang dan Amerika yang bertempur di Papua ditarik, Belanda
mulai masuk dan mengembalikan lagi kekuasaan kolonialnya di Papua. Dalam perjanjian
Pengakuan Kemerdekaan Indonesia pada tahun yang sama, Papua tidak termasuk dalam
perjanjian tersebut. Dan pada masa-masa sesudahnya Belanda mencoba membuat Negara

2
Papua. Diawali dengan terbentuknya Dewan Papua pada April 1961 dan pembentukan institusi-

Gerakan Papua Merdeka | 8/2/2009


institusi seperti layaknya negara, juga pelatihan agar orang-orang Papua dapat mandiri.

Tetapi, karena takut bahwa nantinya Indonesia bisa bersekutu dengan Uni Soviet
dan RRC maka pemerintah AS mencoba melobi dan memaksa agar Belanda menyerahkan
Papua kepada Indonesia agar hubungan AS-Indonesia bisa membaik. Akhirnya pada tahun 1969
diadakan PEPERA (Penentuan Pendapat Rakyat) yang memutuskan Papua masuk ke wilayah
Indonesia.

Penduduk asli Papua merasa bahwa mereka tidak memiliki hubungan sejarah
dengan bagian Indonesia yang lain (dan memang pada kenyataanya juga tidak) maupun negara-
negara Asia lainnya. Penyatuan wilayah ini ke dalam NKRI sejak tahun 1969 merupakan buah
perjanjian antara Belanda dengan Indonesia dimana pihak Belanda menyerahkan wilayah
tersebut yang selama ini dikuasainya kepada bekas jajahannya yang merdeka, Indonesia.
Perjanjian tersebut oleh sebagian masyarakat Papua tidak diakui dan dianggap sebagai
penyerahan dari tangan satu penjajah kepada yang lain.

Akibat hal ini, Oom Nicolas Jouwe, Seth Jafeth Roemkorem, Jacob Hendrik Prai
merencanakan proklamasi kemerdekaan Papua pada tanggal 1 Juli 1971. Tetapi, perselisihan
antara Roenkorem dan Hendrik Prai menyebabkan OPM terpecah sebagai sebuah kekuatan
militer dan menyebabkan kegagalan pendirian negara Papua. Sementara, pembasmian oleh
militer Indonesia di bawah pimpinan Soehato semakin melemahkan OPM

Tahun 1982 Dewan Revolusioner OPM didirikan dimana tujuan dewan tersebut adalah
untuk menggalang dukungan masyarakat internasional untuk mendukung kemerdekaan
wilayah tersebut. Mereka mencari dukungan antara lain melalui PBB, GNB, Forum Pasifik
Selatan dan ASEAN. Mereka juga berusaha melakukan aksi-aksi teror terhadap para pendatang
dari Indonesia serta para pekerja asing.

Tentu adanya Gerakan Papua


Merdeka di Papua ini mendapat tanggapan
dari rakyat Papua sendiri. Dimana, rakyat
Papua merupakan kumpulan dari ras Negroid
Melanesia. Ada beberapa pembagian
terhadap orang Papua.

Satu, golongan terbesar,


yangmerupakan kelompok
tradisional.Sebagian besar dari mereka tinggal
di daerah terpencil yang sulit dijangkau di
hutan-hutan. Mereka juga umumnya buta huruf, buta pendidikan, dan hidup sederhana
dengan berburu dan bertani. Mereka juga umumnya tidak peduli dengan politik. Mereka
biasanya anti terhadap orang-orang diluar suku mereka. Tetapi mereka menaruh simpati

3
pada OPM yang dianggap sebangsa. Terutama semenjak perusahaan pertambangan
Gerakan Papua Merdeka | 8/2/2009 asing mulai melakukan perusakan lingkungan di Papua.

Kedua, adalah mereka yang berpendidikan tinggi serta berwawasan luas. Mereka
ini adalah kaum terpelajar dan telah menyaksikan ketimpangan sosial antara Papua dan
daerah lain di Indonesia, Jawa misalnya. Mereka biasanya bersikap mendukung gerakan
OPM.

Ketiga, adalah orang-orang yang duduk di pemerintahan, aparat-aparat


pemerintah, dan para pengusaha. Mereka adalah orang-orang yang mendukung
pemerintah Jakarta karena merasa mendapatkan keuntungan darinya.

Keempat, adalah golongan orang-orang biasa kelas menengah ke bawah yang


tinggal di kota-kota dan daerah urban. Sikap mereka netral, tidak mau ambil pusing, dan
terutama menghindari masalah baik dengan OPM maupun Pemerintah RI.

Tindakan pemerintah yang diambil oleh pemerintah untuk menghadapi Gerakan


Papua Merdeka selama ini selalu represif. Mereka menganggap OPM adalah organisasi
teroris dan harus dibasmi dengan kekuatan militer. Kebijakan-kebijakan pemerintah
pusat seakan-akan ditujukan bagi kelanggengan investor asing untuk menanamkan
modalnya di Papua. Selain itu, pemerintah juga kurang memperhatikan kondisi
pembangunan ekonomi dan pendidikan di Papua. Akibatnya, Papua menjadi propinsi
yang paling terbelakang di Indonesia padahal Papua adalah propinsi dengan sumber daya
alam terbesar di Indonesia. Di bawah ini adalah beberapa contoh tindakan represif oleh
pemerintah RI
Pada Januari dan Agustus 1996, OPM menyandera beberapa warga negara asing
dan warga Indonesia; pertama dari kelompok peneliti dan kedua dari tempat
pemotongan kayu. dalam aksi ni seorang sandera terbunuh dan sisanya berhasil
dibebaskan oleh TNI.
Juga, pada Juli 1998, OPM mengibarkan bendera Bintang Kejora di sebuah
menara air di kota Biak dan bertahan di sana selama beberpa hari sebelum TNI
membasmi mereka. Tetapi berdasarkan laporan dari penduduk lokal terjadi pembantaian
dalam tindakan tersebut. Masih banyak kasus-kasus yang lebih kecil lagi yang biasanya
ditumpas pemerintah dengan militer.

Kesimpulan

Selama ini pemerintah Indonesia masih belum dapat memecahkan masalah ini dengan
baik, baik untuk pemerintah Indonesia maupun bagi Papua. Berdasarkan sumber –
sumber yang ada hanya tersisa 2 pilihan bagi Indonesia, yaitu: melepaskan Papua agar
berdiri sendiri atau mempertahankannya, tapi meningkatkan kualitas pembangunan di

4
sana. Bagi kelompok kami pilihan yang mungkin terbaik jatuh pada peningkatan usaha

Gerakan Papua Merdeka | 8/2/2009


pembangunan di Papua karena:

1. Tidak ada jaminan bahwa disintegrasi bisa berlangsung damai, Indonesia pernah
melepaskan Timor Timur secara damai melalui referendum tahun 1998, tetapi
kenyataannya kelompok-kelompok yang membela dan secara tidak langsung
dibela oleh Indonesia melakukan pembunuhan dan pengerusakan di Timor Timur
akibat kekecewaan mereka. Hal-hal tersebut merupakan sesuatu yang melanggar
hukum dan tidak beradab.

2. Tidak ada kepastian bahwa kemerdekaan bisa membawa suatu wilayah pada
kemakmuran. Sekalipun Papua merdeka dan Freeport serta perusahaan asing
lainnya berhasil diusir dari Papua, tidak ada yang mau menjamin bahwa warga
Papua mampu mengelola kekayaan alam mereka dengan keahlian mereka sendiri
terutama dalam waktu singkat karena kekurangan infrastuktur, modal, dan
terutama sumber daya manusia yang cakap.

3. Kemerdekaan selalu membawa kelabilan politik di suatu wilayah. Hal ini umum
sekali terjadi, kebanyakan akibat perebutan kekuasaan internal atau ancaman
serangan negara lain. Seperti pada saat Yugoslavia bubar pada awal dekade 1990-
an, kekacauan politik menyelimuti negara-negara Balkan yang baru merdeka dan
menyebabkan jutaan pengungsi di Kosovo, Bosnia, Kroasia, dan Serbia serta
korban jiwa yang tidak sedikit.; Indonesia, saat kemerdekaan diwarnai dengan
kekacauan akibat munculnya banyak pemberontakan dan agresi negara lain.
Contoh lain diberikan oleh Amerika Serikat yang sempat terpecah pada masa-
masa pasca proklamasi menjadi Konfederasi Amerika dan Amerika Serikat. Kedua
negara tersebut kemudian berperang dalam perang sipil yang berlangsung selama
1861-1865 hanya akibat perbedaan pendapat tentang perbudakan.

5
Gerakan Papua Merdeka | 8/2/2009

You might also like