Professional Documents
Culture Documents
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009
1
PENDAHULUAN
2
TATA TERTIB KEGIATAN CSL (CLINICAL SKILL LABORATORY)
Sebelum Pelatihan
Membaca penuntun belajar (manual) keterampilan Klinik Sistem
Neuropsikiatri dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang
akan dilakukan.
Selama Pelatihan
1. Datang 15 menit sebelum CSL dimulai
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan CSL sesuai dengan jadwal rotasi
yang telah ditentukan.
3. Mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapi pada
setiap kegiatan CSL.
4. Memakai atribut / nama yang ditempelkan pada jas laboratorium
5. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan
6. Bagi kegiatan yang menggunakan model memperlakukan model
tersebut seperti manusia atau bagian tubuh manusia.
7. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam
tanpa ijin setiap alat / bahan yang ada pada ruang CSL.
8. Setiap selesai kegiatan CSL mahasiswa harus merapikan kembali alat
dan bahan yang telah digunakan.
3
PEMERIKSAAN KLINIS NEUROLOGI
TUJUAN PEMBELAJARAN
4
INDIKASI :
PERSIAPAN ALAT:
DESKRIPSI KEGIATAN
5
PENUNTUN PEMBELAJARAN
TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan
keadaan.
6
sebaliknya secara silih berganti.
15. Gosoklah kedua ibu jari dan area sekitarnya.
16. Bersihkanlah dan gosokkanlah ujung jari dan kuku jari kedua
tangan dengan menggosokkan pada telapak tangan yang
sebelahnya. Lakukanlah pada tangan yang lain.
17. Gosoklah kedua pergelangan tangan silih ber-ganti.
18. Bilaslah kedua tangan dengan air mengalir.
19. Tutuplah keran tanpa menyentuh dengan tangan yang sudah
dicuci, yaitu dengan menggunakan siku, kertas tissue atau lap
bersih.
20. Keringkanlah tangan dengan lap bersih atau tissue
FUNGSI KESADARAN
PENGERTIAN
Kesadaran dapat didefinisikan sebagai keadaan yang mencerminkan
pengintegrasian impuls eferen dan aferen, keseluruhan dari impuls aferen disebut
input susunan saraf pusat dan keseluruhan dari impuls eferen dapat disebut output
susunan saraf pusat. Pemeriksaan tingkat kesadaran yang sekarang dipakai adalah
skala dari GLASGOW (Glasgow Coma Scale) yang lebih praktis untuk dokter umum
maupun para medis karena patokan/kriteria yang lebih jelas dan sistematis. Skala dari
Glasgow ini disamping menentukan tingkat kesadaran, juga berguna untuk
menentukan prognosis perawatan suatu penyakit
TUJUAN PEMBELAJARAN
Penuntun Belajar.
METODE PEMBELAJARAN
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.
7
NO LANGKAH KLINIK PEMERIKSAAN KESADARAN KASUS
DENGAN GLASGOW COMA SCALE
SCORE 1 2 3
Klien diminta berbaring, kemudian pemeriksa melakukan evaluasi
dengan menilai
A. EYE RESPONSE
1. Spontan 4
2. Terhadap suara : Meminta klien membuka mata 3
3. Terhadap rangsang nyeri : tekan pada saraf supraorbital 2
atau kuku jari
4. Tidak ada reaksi : dengan rangsang nyeri klien 1
tidak membuka mata
B. VERBAL RESPONSE 1 2 3
1 Berorientasi baik 5
Menanyakan diamana ia berada, tahu waktu, hari, bulan
2. Bingung (confused). Menanyakan dimana ia berada, 4
kapan opname di Rumah sakit (dapat mengucapkan
kalimat, namun ada disorientasi waktu dan tempat )
3. Tidak tepat 3
Dapat mengucapkan kata-kata, namun
Tidak berupa kalimat dan tidak tepat
4 Mengerang (mengeluarkan suara yang tidak punya arti) 2
tidak mengucapkan kata, hanya suara mengerang
5. Tidak ada jawaban (suara tidak ada) 1
C. MOTORIK RESPONSE
1. Menurut perintah . 6
Menyuruh klien mengangkat tangan misalnya
2. Mengetahui lokasi nyeri. 5
Berikan rangsang nyeri dengan menekan jari pada supra
Orbita.Bila klien mengangkat tangan sampai melewati dagu untuk
menepis rangsang nyeri tersebut berarti dapat
mengetahui lokasi nyeri
3. Reaksi menghindar .Menolak rangsangan nyeri pada 4
anggota gerak
4. Reaksi fleksi (dekortikasi) 3
Berikan rangsang nyeri misal menekan dengan objek
seperti ballpoint pada jari kuku . Bila terdapat reaksi
fleksi berarti ingin menjauhi rangsang nyeri
5 Extensi spontan (decerebrasi) 2
Memberikan rangsang nyeri yang cukup adekuat
Terjadi ekstensi pada siku
8
FUNGSI KORTIKAL LUHUR
PENGERTIAN
Pemeriksaan status mental merupakan evaluasi fungsi kognitif dan emosi yang
harus dilakukan secara runtut dan sitematis. Mulai dengan fungsi dasar tingkat
kesadaran, kemudian fungsi kognitif dasar seperti berbahasa dan pemeriksaan yang
lebih kompleks seperti berhitung, pertimbangan dsb.
TUJUAN PEMBELAJARAN
•
Memberi pengetahuan dan keterampilan mengenai fungsi kortikal luhur
•
Menekankan pentingnya pemeriksaan fungsi kortikal luhur dilakukan
terutama karena dapat mempertajam pendeteksian kelainan di otak
• Mampu menerapkan pemeriksaan ini dalam praktek klinis untuk mengevaluasi
status mental dan kognitif klien dan merujuk bila diperlukan penanganan lanjut
.
MEDIA DAN ALAT BANTU
Penuntun Belajar.
Manikin organ otak
MMSE
Pensil/pulpen, kertas
METODE PEMBELAJARAN
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.
I. ORIENTASI 1 2 3
1. Klien dipersilakan duduk
Klien diminta menyebutkan tanggal, hari, bulan,
tahun, musim ruangan, rumah sakit/kampus, kota,
propinsi, negara.
2 Mencatat kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh klien
3 Adanya kesalahan-kesalahan menunjukkan gangguan
orientasi.
II. REGISTRASI
1 Meminta klien mengingat 3 kata bola, melati, kursi.
III. ATENSI/KALKULASI
1 Meminta klien mengurangi angka sebanyak lima seri :
100-7 ;
Atau menyebutkan urutan huruf dari belakang kata
WAHYU.
IV. REKOL (MEMORI)
1. Meminta klien mengingat kembali ketiga kata tadi.
9
V. BAHASA
1. Klien diminta menyebutkan jam tangan (arloji),
pensil.
2. Kemudian meminta mengulang kata: namun, tanpa
dan bila.
3. Menilai pengertian verbal : Meminta klien mengambil
kertas ini dengan tangan kanan. Lipatlah menjadi dua
dan letakkan di lantai tutup mata
4. Klien diminta menulis huruf atau angka yang
didiktekan oleh pemeriksa
5. Bila berhasil dilanjutkan dengan menulis kata atau
kalimat
Gangguan menulis disebut agrafia
VI. KONSTRUKSI
Klien dminta meniru gambar ini
PENGERTIAN
Rangsangan selaput otak adalah gejala yang timbul akibat peradangan pada
selaput otak (meningitis) atau adanya benda asing pada ruang suarachnoid (darah),
zat kimi (kontras) dan invasi neoplasma (meningitis carcinoma). Manifestasi
subyektif adalah sakit kepala, kuduk kaku, fotofobia dll.
Yang perlu diperhatikan adalah timbulnya gejala yang disebut meningismus,
yaitu pada pemeriksaan fisik terdapat rangsangan selaput otak, tetapi tidak ada proses
patologis di daerah selaput otak tersebut melainkan di luar kranium (misalnya
mastoiditis)
TUJUAN PEMBELAJARAN
10
MEDIA DAN ALAT BANTU
Penuntun Belajar.
METODE PEMBELAJARAN
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN
TANDA RANGSANG SELAPUT OTAK
11
mengalami fleksi involunter
BRUDZINSKI II
1. Klien berbaring telentang
2. Satu tungkai difleksikan secara pasif pada persendian
panggul, sedangkan tungkai yang satu berada dalam
kedaan ekstensi (lurus).
3 Interpretasi : tanda ini positif bila tungkai yang satu
terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut
kontraleteral.
BRUDZINSKI III
1. Klien berbaring telentang
2. Tekan os zygomatikus
3. Terjadi fleksi involunter pada kedua ekstremitas
superior
( Brudzinski III positif )
BRUDZINSKI IV
1. Klien berbaring telentang
2. Tekan os sympisis os pubis
3. Terjadi fleksi involunter pada kedua ekstremitas
inferior (Brudzinski IV positif)
FUNGSI KOORDINASI
PENGERTIAN
Kemampuan mensinergiskan secara normal faktor motorik, sensorik dalam
melakukan gerakan normal. Serebelum digunakan untuk gerakan sinergistik tersebut,
oleh sebab itu serebelum adalah pusat koordinasi. Gangguan koordinasi dapat
disebabkan oleh disfungsi serebelum, sistem motorik, sistem ekstrapiramidal,
gangguan psikomotor, gangguan tonus, gangguan sensorik (fungsi proprioseptik),
sistem vestibular, dll. Gangguan koordinasi dibagi menjadi gangguan equilibratory
dan non equilibratory.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa memilki pengetahuan dan keterampilan mengenai cara pemeriksaan
fungsi koordinasi.
SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa :
1. Dapat mempersiapkan klien dengan baik
2. Dapat memberikan penjelasan pada klien atau keluarganya tentang apa yang
akan dilakukan, alat yang dipakai, bagaimana melakukan, apa manfaatnya,
serta jaminan atas aspek keamananan dan kerahasiaan data klien.
3. Dapat melakukan pemeriksaan fungsi koordinasi dengan benar dan tepat
12
METODE PEMBELAJARAN
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.
No. LANGKAH KLINIK KASUS
PEMERIKSAAN FUNGSI KOORDINASI
A. TES-TES EQUILIBRIUM 1 2 3
1.TES ROMBERG
1. Klien diminta berdiri dengan kedua kaki saling merapat,
pertama kali dengan mata terbuka, kemudian dengan mata
tertutup.
Tes ini untuk membedakan lesi propriseptif (sensori ataxia)
atau lesi cerebellum. Pada gangguan propsrioseptif jelas
sekali terlihat perbedaan antara membuka dan menutup mata.
Pada waktu membuka mata klien masih sanggup berdiri
tegak, tetapi begitu menutup mata klien langsung kesulitan
mempertahankan diri dan jatuh. Pada lesi cerebellum waktu
membuka dan menutup mata klien kesulitan berdiri tegak dan
cenderung berdiri dengan kedua kaki yang lebar (wide base)
2. TANDA WALKING
1 Klien diminta berjalan pada satu garis lurus di atas lantai,
2 Tempatkan tumit yang satu didepan jari-jari kaki
berlawanan, baik dengan mata terbuka maupun mata tertutup
TES-TES NON EQUILIBRIUM
Finger to finger tes
1 Dengan posisi duduk/berbaring meminta klien
mengekstensikan lengannya.
2. Mintalah klien menyentuh ujung hidungnya dengan jari
telunjuknya dengan gerakan perlahan kemudian dengan
gerakan yang cepat.
Diadokinesia
1. Klien diminta menggerakkan kedua tangannya bergantian,
pronasi dan supinasi dengan posisi siku diam
2. Mintalah klien melakukan gerakan tersebut secepat
mungkin, baik dengan mata terbuka maupun dengan mata
terututup
Gangguan diadokinesia disebut disdiadokinesia
SETELAH SELESAI PEMERIKSAAN
1. Jelaskanlah pada klien apa yang anda dapatkan pada semua
pemeriksaan yang telah dilakukan.
2. Ucapkanlah kata perpisahan dengan klien dan usahakanlah
membesarkan hati klien dengan harapan-harapan.
3. Lakukanlah cuci tangan rutin.
13
SISTEM MOTORIK
PENGERTIAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
METODE PEMBELAJARAN
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.
14
Lakukan fleksi dan ekstensi pada sendi siku, lutut, pergelangan
tangan dan kaki.
1 2 3
C. KEKUATAN OTOT
1. Meminta klien berbaring, kemudian pemeriksa berdiri disamping
kanan tempat tidur klien. Suruhlah klien mengangkat kedua
lengan ke atas sampai melewati kepala. Nilailah kekuatan lengan
dengan membandingkan kiri dan kanan. Kelemahan dapat dilihat
bila lengan yang satu lebih berat atau lebih lambat bergerak
dibandingkan lengan yang lainnya.
SISTEM SENSORIK
Sistem sensorik adalah sistem yang mengubungan manusia dengan dunia luar.
Informasi yang diterima oleh reseptor menjadi petanda bagi tubuh untuk
memberikan respon. Sistem sensorik dibagi menjadi 2 yaitu exteroceptif dan
proprioceptif.
15
NO. LANGKAH KLINIK PEMERIKSAAN SENSORIK KASUS
16
digerakkan secara pasif oleh pemeriksa, dengan sentuhan seringan
mungkin sehingga dihindari adanya tekanan terhadap jari-jari tadi.
3. Jari yang diperiksa harus ’’dipisahkan’’ dari jari–jari di sebelah kiri/
kanannya sehingga tidak bersentuhan, sementara itu jari yang
diperiksa tidak boleh melakukan gerakan aktif seringan apapun.
4. Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada perubahan posisi jari
ataupun apakah ada gerakan pada jarinya.
5. Apabila diperoleh kesan adanya gangguan sensasi gerak dan posisi,
maka dianjurkan untuk memeriksa bagian tubuh lain yang ukurannya
lebih besar, misalnya tungkai bawah atau lengan bawah.
6. Cara lain ialah dengan menempatkan jari-jari salah satu tangan
penderita pada posisi tertentu, sementara itu, mata penderita tetap
tertutup; kemudian penderita diminta untuk menjelaskan posisi jari-
jari tadi ataupun menirukan posisi tadi pada tangan yang satunya lagi.
17
SISTEM REFLEKS
PENGERTIAN
Refleks adalah jawaban terhadap suatu perangsangan. Gerakan yang timbul
namanya gerakan reflektorik. Semua gerakan reflektorik merupakan gerakan yang
bangkit untuk penyesuaian diri, baik untuk menjamin ketangkasan gerakan volunter,
maupun untuk membela diri. Bila suatu perangsangan dijawab dengan bangkitnya
suatu gerakan, menandakan bahwa daerah yang dirangsang dan otot yang bergerak
secara reflektorik terdapat suatu hubungan.. Lintasan yang menghubungkan reseptor
dan efektor itu dikenal sebagai busur refleks. Refleks dibagi dalam dua kelompok
yaitu refleks fisiologis dan refleks patologis. Pemeriksaan refleks yang akan dilakukan
adalah : refleks bisep, refleks trisep, refleks patella dan refleks achilles. Untuk refleks
patologis adalah refleks babinski, hoffman-tromner dan refleks openheim.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa memilki pengetahuan dan keterampilan mengenai cara pemeriksaan
refleks baik refleks fisiologis maupun refleks patologis..
SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa :
1. Dapat melakukan persiapan alat/bahan dengan benar
2. Dapat memberikan penjelasan pada klien atau keluarganya tentang apa yang akan
dilakukan, alat yang dipakai, bagaimana melakukan, apa manfaatnya, serta
jaminan atas aspek keamananan dan kerahasiaan data klien.
3. Dapat melakukan pemeriksaan refleks fisiologis dengan benar dan tepat
4. Dapat melakukan pemeriksaan refleks patologis dengan benar dan tepat
METODE PEMBELAJARAN
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.
PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS
18
B. PEMERIKSAAN REFLEKS TRISEPS 1 2 3
5. Mintalah klien berbaring dengan santai
6. Fleksikan lengan bawah klien di sendi siku dan tangan
sedikit dipronasikan
7. Letakkanlah tangan klien di daerah perut di atas umbilikus
8. Ketuklah tendo otot triseps pada fosa olekrani
C. PEMERIKSAAN REFLEKS BRAKHIORADIALIS 1 2 3
9. Mintalah klien berbaring dengan santai
10. Posisikan lengan bawah klien dalam posisi setengah fleksi dan
tangan sedikit dipronasikan
12. Mintalah klien untuk merelaksasikan lengan bawahnya
sepenuhnya
13. Ketuklah pada processus styloideus
D. PEMERIKSAAN REFLEKS PATELLA 1 2 3
14.
intalah klien berbaring telentang dengan santai
15.
etakkan tangan pemeriksa di belakang lutut
16. 1 2 3
leksikan tungkai klien pada sendi lutut
17
etuklah pada tendon muskulus kuadriseps femoris di bawah
patella
E. PEMERIKSAAN REFLEKS ACHILLES
17.
intalah klien berbaring dengan santai
18.
leksikan tungkai bawah sedikit, kemudian pegang kaki pada
ujungnya untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan pada
kaki
19. Ketuklah pada tendo achilles
20. Lakukan cuci tangan rutin
PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS
19
PEMERIKSAAN REFLEKS OPPENHEIM 1 2 3
4. Meminta klien berbaring dengan tungkai di luruskan.
5. Mengurut dengan kuat tulang tibialis anterior ke arah distal
dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah .
PEMERIKSAAN REFLEKS HOFFMANN-TROMNER 1 2 3
6. Mintalah klien berbaring
7. Peganglah pergelangan tangan klien dengan jari-jari difleksikan.
8 Jepitlah jari tangan klien di antara telunjuk dan jari tengah
pemeriksa
9. Gunakalah ibu jari untuk menggores dengan kuat ujung jari
tengah klien (Snap)
10. Lakukan cuci tangan rutin
NERVUS KRANIALIS
Saraf otak atau saraf kranialis adalah saraf perifer yang berpngkal pada otak
dan batang otak. Fungsinya motorik, sensorik dan khusus. Kita mempunyai 12 pasang
saraf otak.
1.
LANGKAH KLINIK PEMERIKSAAN NERVI CRANIALIS
NERVUS OFTALMICUS (Nn.Cranialis I)
20
3. Bila penderita hanya mampu menghitung jari dengan jarak kurang
dari 3 meter maka ketajaman penglihatan (visus) menurun
Cara lain : Gerakan tangan : Orang normal membedakan gerak
tangan pada jarak 300 meter.
Pemeriksaan senter : bila penderita hanya dapat membedakan
gelap dan terang, maka ketajaman penglihatan adalah 1/tak
terhingga. Ketajaman penglihatan nol (0) bila tidak dapat melihat
cahaya.
b. lapangan penglihatan
1. Tes konfrontasi
2. Mata penderita yang akan diperiksa berhadapan dengan mata pemeriksa, biasanya
mata yang berlawanan, mata kiri berhadapan dengan mata kanan pada garis dan
ketinggian yang sama. Mata yang lain ditutup obyek (jari, benda)
3. Menggerakkan jari/polpen dari kuadran perifer menuju ke arah sentral sampai
penderita melihat obyek. Obyek digerakkan dari segala jurusan.
4. Meminta penderita memberi respon jika mulai melihat gerakan jari dan hal ini
dibandingkan dengan pemeriksa apakah ia juga sudah melihatnya.
Bila ada gangguan lapangan penglihatan maka pemeriksa akan lebih dahulu melihat
gerakan obyek tersebut.
21
letaknya), senter pupil penderita dari arah luar ke sentral, dan lihat
pupil sebelah kontralateral. Normal, pupil kontralateral ikut
berkontriksi (refleks cahaya tidak langsung/refleks konsensual
positif). Bila tidak terjadi konstriksi pupil kontralateral, refleks
cahaya tidak langsung/refleks konsensual negatif.
22
Meminta penderita menjulurkan lidah.
Mengeringkan lidah dengan tissue.
Meminta penderita tutup mata dan meneteskan larutan yang telah
disediakan.
Meminta penderita buka mata, tetap menjulurkan lidah, dan
menunjuk rasa larutan yang telah tertulis di kertas.
NERVUS CRANIALIS VIII, IX DAN X DIPERIKSA PADA SISTEM
SPESIAL SENSE
C. PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS XII
1. Penderita disuruh membuka mulut dan perhatikan lidah dalam
keadaan istirahat : besar lidah, kesamaan bagian kiri dan kanan, atrofi,
berkerut, dan fasikulasi.
2. Penderita disuruh menjulurkan lidah untuk memeriksa adanya parese
- Perhatikan apakah ada tremor dan fasikulasi
- Perhatikan apakah ada deviasi lidah ke satu sisi. Sebagai
patokan dapat dipakai garis diantara kedua seri (incisivus).
Bila ada parese satu sisi, lidah berdeviasi ke sisi parese.
- Meminta penderita menyentuhkan lidah ke pipi kiri dan kanan.
Saat bersamaan, tangan pemeriksa ditempatkan di pipi sisi luar
untuk merasakan kekuatan sentuhan lidah penderita.
3. Meminta penderita mengucapkan huruf R atau kata-kata yang
mengandung huruf R, misalnya ular lari lurus. Pemeriksaan ini untuk
menilai apakah ada disartria (cadel atau pelo).
PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN
FUNGSI KOORDINASI
23
lebar (wide base)
2. TANDA WALKING
1 Klien diminta berjalan pada satu garis lurus di atas lantai,
2 Tempatkan tumit yang satu didepan jari-jari kaki
berlawanan, baik dengan mata terbuka maupun mata
tertutup
TES-TES NON EQUILIBRIUM
Finger to finger tes
1 Dengan posisi duduk/berbaring meminta klien
mengekstensikan lengannya.
2. Mintalah klien menyentuh ujung hidungnya dengan jari
telunjuknya dengan gerakan perlahan kemudian dengan
gerakan yang cepat.
Diadokinesia
1. Klien diminta menggerakkan kedua tangannya
bergantian,pronasi dan supinasi dengan posisi siku diam
2. Mintalah klien melakukan gerakan tersebut secepat
mungkin, baik dengan mata terbuka maupun dengan mata
terututup
Gangguan diadokinesia disebut disdiadokinesia
SETELAH SELESAI PEMERIKSAAN
1. Jelaskanlah pada klien apa yang anda dapatkan pada
semua pemeriksaan yang telah dilakukan.
2. Ucapkanlah kata perpisahan dengan klien dan
usahakanlah membesarkan hati klien dengan harapan-
harapan.
3. Lakukanlah cuci tangan rutin.
24