You are on page 1of 200

1

Dar/memahami Matius 1
2

Dar/memahami Matius 2
3

Pengantar

Santo Matius, Penginjil: Diperkirakan orang yang tinggal di daerah Galilea, salah satu dari
ke-12 rasul. Rasul Matius adalah putera Alfeus (Markus 2:14) dan dipanggil untuk menjadi
rasul sewaktu sedang duduk-duduk di kantor pajak di Kapernaum (Matius 9:9). Sebelum
bertobat ia bekerja sebagai pemungut pajak. Dia diidentifikasi sebagai Lewi oleh Markus
dan Lukas (Markus 2:13-17 dan Lukas 5:27-32). Santo Matius adalah salah satu penulis
Kitab Injil.
Injil Santo Matius diperkirakan ditulis untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak bagi orang
Yahudi, baik mereka yang percaya maupun yang tidak percaya. Bagi orang Yahudi Injil
Matius dipergunakan untuk memberi semangat bagi cobaan-cobaan yang akan datang,
terutama kemungkinan mereka kembali memeluk agama Yahudi. Bagi mereka yang tidak
percaya, Injil Matius sepertinya didesain untuk meyakinkan mereka bahwa Mesias telah
datang dalam ujud Yesus dimana semua nubuat tentang Mesias telah terpenuhi secara
spiritual dan bukan secara fisik. "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini". Oleh karenanya, Injil
Matius menjawab pertanyaan yang diajukan oleh murid-murid Santo Yohanes Pembaptis,
"Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?" (Matius
11:2-18)
Santo Matius dipercayai menulis Injil dalam bahasa aslinya yaitu bahasa Aram. Segera
setelah itu, pada masa penindasan oleh raja Herodes Agripa I di tahun 42, Santo Matius
berangkat ke luar wilayah. Tradisi lain menyebutkan bahwa Santo Matius menulis kitab
Injilnya antara saat keberangkatannya hingga Konsili Yerusalem, yaitu antara tahun 42 dan
50. Yang pasti, Injilnya yang menggambarkan Kota Suci, Yerusalem, dengan altar dan Bait
Suci (sinagoga) yang masih utuh dan tanpa referensi kepada pemenuhan nubuat oleh Yesus,
menunjukkan bahwa Injilnya ditulis sebelum penghancuran kota Yerusalem oleh orang-orang
Romawi di tahun 70 dan bukti-bukti ini menguatkan tradisi sebelumnya.
Beberapa ahli memperkirakan bahwa tulisan Santo Matius disusun setelah tulisan Santo
Markus dan Santo Lukas. Malahan ada yang memperkirakan bahwa Santo Matius
"menyadur" dan mengembangkan tulisan Santo Markus dan Santo Lukas. Menurut penulis
yang bodoh, sejelek-jeleknya "karya sastra kesaksian iman" yang dibuat Santo Matius,
tetaplah ia salah satu saksi iman terdekat dengan Tuhan Yesus sendiri. Pengalaman iman
sebagai saksi hidup dan rasul, tentunya banyak yang melekat dan diingat. Beberapa hal yang
sangat "istimewa" mestinya tidak akan lupa dari ingatan dan terus membekas di hatinya.
Menurut berbagai tradisi, dia mewartakan Kabar Gembira di Yudea, Etiopia, Persia dan
Parthia, dan menjadi martir. Dalam dunia seni, digambarkan sebagai orang suci yang
bersayap karena perannya sebagai Penginjil (Evangelis) dan Injilnya yang menggambarkan
sifat-sifat manusiawi Yesus Kristus. Lambangnya adalah tiga kantung uang yang merujuk
pada pekerjaannya sebagai pemungut cukai / pajak sebelum ia dipanggil untuk mengikuti
Yesus. Dirayakan tiap tanggal 21 September (Ritus Roma/Latin) dan 16 November (Ritus
Bizantium/Timur). ***Dari berbagai sumber***

Dadia kabegjane uwong akeh sing nampa wewarah iki (210205)

Dar/memahami Matius 3
4

Dari Penulis
"Inilah anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan,
dengarkanlah Dia" (Matius 17:5, Markus 9:7, Lukas 9:35, Kisah 3:22).
Kata-kata Allah Bapa "Dengarkanlah Dia" memberikan sentuhan
mendalam dan ilham bagi penulis untuk merenungkan kata-kata yang
"diucapkan" Tuhan Yesus.

Tulisan ini hanya mencoba memahami pesan dalam “kata-kata Tuhan Yesus” yang tertulis
di Kitab Suci karangan Santo Matius, melalui permenungan pribadi. Permenungan orang
awam yang tanpa didasari pemahaman teologi, ilmu Alkitab melalui bangku belajar.
Membaca, merenungkan, membayangkan dan merenung lagi. Jadi, jelas akan bisa sangat
berbeda dengan pemahaman orang lain, dari sudut pandang yang berbeda-beda, sesuai
pengalaman hidup kita masing-masing.

Pemahaman ini hanya mencoba melihat pesan apa yang diberikan Tuhan Yesus kepada
diri sendiri dan lingkungan untuk saat sekarang ini. Penulis betul-betul buta akan
kehidupan sosial dan budaya pada zaman Tuhan Yesus, termasuk segala macam ungkapan
yang berkembang pada waktu itu. Yang dapat penulis lakukan hanyalah mohon kepada
Tuhan Yesus melalui Roh Kudus-Nya, agar dalam pemahaman ini dapat dibebaskan dari
penyakit ego pribadi.

Pada awalnya tulisan ini hanya kumpulan renungan untuk keperluan lingkungan sendiri,
namun karena adanya getok tular dari beberapa orang, maka terpaksa diperbanyak.
Beberapa teman malahan menyarankan agar disusun dalam sebuah buku yang ditulis oleh
seorang awam. Mau tidak mau pasti ada cuplikan tulisan, khotbah, rekoleksi atau
pendalaman iman di paroki yang masuk dalam tulisan ini. Namun masih banyak hal-hal
dalam pemahaman ini penulis mengalami kebingungan dan belum mengerti yang
dimaksudkan oleh Tuhan Yesus. Oleh sebab itu bagi para pembaca yang dapat memberikan
pencerahan kepada penulis, besar kemungkinan pemahaman ini akan mengalami banyak
koreksi. Namun bagi mereka yang merasa ada persamaan, mungkin kita bersama-sama
mengalami “sentuhan Tuhan” yang senada, sesuai pengalaman hidup kita.

Permohonan maaf sudah selayaknya penulis sampaikan, apabila dalam pemahaman ini ada
yang merasa "tersinggung." Merasa diobok-obok yang belum tentu benar. Tidak ada
sedikitpun perasaan dari hati yang terdalam untuk menyinggung dan menyalahkan seseorang
atau kelompok. Penulis hanya mengajak melihat diri kita masing-masing dan bersama
merenung bahwa kita bukan orang sempurna.

Juga mohon maaf apabila dalam tulisan ini penulis merasa harus dan terpaksa memasukkan
beberapa pengalaman “komunikasi rohani” bersama teman-teman yang “agak berbeda.”
Mungkin malahan kontroversi, omong kosong tidak sesuai Alkitab. Sentuhan Tuhan melalui
komunikasi rohanilah yang mendorong munculnya tulisan ini. Penulis tetap mengimani
bahwa Tuhan Yesus memang sungguh-sungguh Sang Juru Selamat. Dikatakan bahwa
mengimani itu perlu berpikir dan bertanya, maka bagi yang tidak sependapat dengan
pengalaman rohani ini anggaplah sebagai sisipan cerita ringan. Tulisan yang bukan sekelas
the Da Vinci Code.

Dar/memahami Matius 4
5

Tiada kata lain yang dapat disampaikan kecuali “terima kasih” kepada siapapun yang
tergerak memberi masukan agar penulis” tidak tersesat” dari ajaran-Nya. Masih banyak hal
bagi penulis yang menjadi ganjalan dan belum pecah meletup keluar. Jangan-jangan
apabila meletus, untuk mengenal ajaran-Nya, tidak akan pernah tuntas sampai kiamat.

J. Darmono
Jalan Jatihandap no. 194/72 RT04-RW08
Kel. Jatihandap Kec. Mandalajati – Bandung, 40193
Tlp. 022-7201038 / 022-76110413(flexi)
Paroki Santa Odilia –Cicadas-Bandung

*) Gambar-gambar dalam buku ini diambil dari berbagai sumber yang ada, yang dapat diganti-ganti sesuai
selera.

Dar/memahami Matius 5
6

Komentar -Komentar
(Penulis mengharapkan komentar, negatif maupun positif yang berguna bagi iman dan wawasan kita semua)

Dar/memahami Matius 6
7

Daftar Isi

Pengantar.............................................................................................................3
Dari Penulis...................................................................................................................................................4
Komentar -Komentar....................................................................................................................................6
Daftar Isi.....................................................................................................................................................7
Bab 1. Silsilah dan Kelahiran Tuhan Yesus................................................................................................10
Silsilah Yesus Kristus.................................................................................................................................10
Kelahiran Yesus Kristus..............................................................................................................................11
Bab 2. Orang Majus, Pelarian ke Mesir dan kembali ke Nazaret...............................................................12
Orang-orang Majus dari Timur...................................................................................................................12
Penyingkiran ke Mesir................................................................................................................................13
Pembunuhan anak-anak di Betlehem..........................................................................................................13
Kembali dari Mesir.....................................................................................................................................13
Bab 3. Yohanes Pembaptis, Tuhan Yesus dibaptis.....................................................................................15
Yohanes Pembaptis.....................................................................................................................................15
Yesus dibaptis Yohanes..............................................................................................................................16
Bab 4. Pencobaan di gurun, tampil di Galilea, murid-murid awal, mengajar dan menyembuhkan...........17
Pencobaan di padang gurun........................................................................................................................17
Yesus tampil di Galilea...............................................................................................................................21
Yesus memanggil murid-murid yang pertama............................................................................................22
Yesus mengajar dan menyembuhkan banyak orang...................................................................................24
Bab 5. Sabda Bahagia, Garam dan Terang Dunia, hukum Taurat..............................................................25
Ucapan bahagia...........................................................................................................................................25
Garam dunia dan terang dunia....................................................................................................................33
Yesus dan hukum Taurat.............................................................................................................................36
Bab 6. Hal Sedekah, Berdoa, Berpuasa, Harta dan Kekuatiran..................................................................44
Hal memberi sedekah..................................................................................................................................44
Hal berdoa...................................................................................................................................................45
Hal berpuasa................................................................................................................................................49
Hal mengumpulkan harta............................................................................................................................50
Hal kekuatiran.............................................................................................................................................52
Bab 7. Hal Menghakimi, yang Kudus dan berharga, pengabulan doa, jalan yang benar, pengajaran sesat,
dua macam dasar.........................................................................................................................................54
Hal menghakimi..........................................................................................................................................54
Hal yang kudus dan berharga......................................................................................................................55
Hal pengabulan doa.....................................................................................................................................56
Jalan yang benar..........................................................................................................................................57
Hal pengajaran yang sesat...........................................................................................................................59
Dua macam dasar........................................................................................................................................61
Kesan pendengar.........................................................................................................................................61
Bab 8. Penyembuhan, hal mengikut Tuhan Yesus, meredakan angin ribut................................................62
Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta........................................................................................62
Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum..................................................................63
Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus dan orang-orang lain.................................................................64
Hal mengikut Yesus....................................................................................................................................65
Angin ribut diredakan.................................................................................................................................66
Dua orang yang kerasukan disembuhkan....................................................................................................67
Bab 9. Penyembuhan, Matius, Puasa, Belas kasihan Tuhan Yesus............................................................68
Orang lumpuh disembuhkan.......................................................................................................................69
Matius pemungut cukai mengikut Yesus....................................................................................................70
Hal berpuasa................................................................................................................................................71
Anak kepala rumah ibadat - Perempuan yang sakit pendarahan disembuhkan..........................................72
Yesus menyembuhkan mata dua orang buta dan orang bisu......................................................................73
Belas kasihan Yesus terhadap orang banyak..............................................................................................74
Bab 10. Pengutusan para Murid, Penganiayaan dan pengakuan akan Tuhan Yesus, Pemisahan dan syarat
mengikut Tuhan Yesus................................................................................................................................75
Dar/memahami Matius 7
8

Yesus memanggil kedua belas rasul...........................................................................................................75


Yesus mengutus kedua belas rasul..............................................................................................................76
Penganiayaan yang akan datang dan pengakuan akan Yesus....................................................................78
Yesus membawa pemisahan - bagaimana mengikut Yesus........................................................................83
Bab 11. Yohanes Pembaptis, Kecaman dan ajakan Juru Selamat...............................................................86
Yesus dan Yohanes Pembaptis...................................................................................................................86
Yesus mengecam beberapa kota.................................................................................................................90
Ajakan Juru Selamat...................................................................................................................................91
Bab 12. Hari Sabat, Hamba Tuhan, Beelzebul, tanda Yunus, Roh Jahat, saudara Tuhan Yesus...............94
Murid-murid memetik gandum pada hari Sabat.........................................................................................94
Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat.............................................................................................96
Yesus hamba Tuhan....................................................................................................................................97
Yesus dan Beelzebul...................................................................................................................................97
Tanda Yunus.............................................................................................................................................101
Kembalinya roh jahat................................................................................................................................102
Yesus dan sanak saudaranya.....................................................................................................................103
Bab 13. Perumpamaan, ditolak di Nazaret................................................................................................104
Perumpamaan tentang seorang penabur....................................................................................................104
Perumpamaan tentang lalang di antara gandum........................................................................................107
Perumpamaan tentang biji sesawi.............................................................................................................108
Perumpamaan tentang ragi........................................................................................................................109
Penjelasan perumpamaan tentang lalang di antara gandum......................................................................110
Perumpamaan tentang harta terpendam....................................................................................................110
Perumpamaan tentang mutiara yang berharga..........................................................................................111
Perumpamaan tentang pukat.....................................................................................................................111
Yesus ditolak di Nazaret...........................................................................................................................112
Bab 14. Yohanes Pembaptis dibunuh, memberi makan 5000 orang, berjalan di atas air.........................113
Yohanes Pembaptis dibunuh.....................................................................................................................113
Yesus memberi makam lima ribu orang...................................................................................................113
Yesus berjalan di atas air..........................................................................................................................114
Yesus menyembuhkan orang-orang sakit di Genesaret............................................................................116
Bab 15. Perintah Allah, perempuan Kanaan, memberi makan 4000 orang..............................................117
Perintah Allah dan adat istiadar orang Yahudi.........................................................................................117
Perempuan Kanaan yang percaya.............................................................................................................119
Yesus menyembuhkan banyak orang sakit...............................................................................................120
Yesus memberi makan empat ribu orang..................................................................................................120
Bab 16. Ragi orang Farisi dan Saduki, pengakuan Petrus, penderitaan Tuhan Yesus .............................121
Orang Farisi dan Saduki meminta tanda...................................................................................................121
Tentang ragi orang Farisi dan Saduki.......................................................................................................122
Pengakuan Petrus......................................................................................................................................123
Pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus..................................................................................124
Syarat-syarat mengikut Yesus...................................................................................................................125
Bab 17. Transfigurasi, penyembuhan, penderitaan Tuhan Yesus, membayar pajak untuk Bait Allah.....127
Yesus dimuliakan di atas gunung..............................................................................................................127
Yesus menyembuhkan seorang anak muda yang sakit ayan.....................................................................128
Pemberitahuan kedua tentang penderitaan Yesus.....................................................................................130
Yesus membayar bea masuk Bait Allah...................................................................................................131
Bab 18. Yang Terbesar, Kecaman, Nasihat dan Perumpamaan pengampunan........................................131
Siapa yang terbesar dalam Kerajaan Sorga...............................................................................................131
Kecaman kepada si penyesat.....................................................................................................................132
Perumpamaan tentang domba yang hilang...............................................................................................133
Tentang menasihati sesama saudara..........................................................................................................134
Perumpamaan tentang pengampunan........................................................................................................136
Bab 19. Perceraian, Berkat, Orang muda kaya, upah mengikut Tuhan Yesus.........................................137
Perceraian..................................................................................................................................................137
Yesus memberkati anak-anak...................................................................................................................140
Orang muda yang kaya.............................................................................................................................141
Upah mengikut Yesus...............................................................................................................................142
Bab 20. Perumpamaan, Penderitaan Tuhan Yesus, Melayani, Penyembuhan..........................................143
Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur...................................................................143
Pemberitahuan ketiga tentang penderitaan Yesus.....................................................................................145
Permintaan ibu Yakobus dan Yohanes.....................................................................................................146
Dar/memahami Matius 8
9

Bukan memerintah melainkan melayani...................................................................................................146


Yesus menyembuhkan dua orang buta......................................................................................................147
Bab 21. Dielu-elukan di Yerusalem, menyucikan Bait Allah, Pohon ara, kuasa Tuhan Yesus, Perumpamaan
...................................................................................................................................................................148
Yesus dielu-elukan di Yerusalem.............................................................................................................148
Yesus menyucikan bait Allah...................................................................................................................149
Yesus mengutuk pohon ara.......................................................................................................................150
Pertanyaan mengenai kuasa Yesus...........................................................................................................152
Perumpamaan tentang dua orang anak......................................................................................................153
Perumpaman tentang penggarap-penggarap kebun anggur......................................................................154
Bab 22. Perumpamaan, Pajak kepada Kaisar, Kebangkitan, Hukum Utama, hubungan Tuhan Yesus dan
Daud..........................................................................................................................................................155
Perumpamaan tentang perjamuan kawin..................................................................................................155
Tentang membayar pajak kepada Kaisar..............................................................................................156
Pertanyaan orang Saduki tentang kebangkitan.........................................................................................157
Hukum yang terutama...............................................................................................................................159
Hubungan antara Yesus dan Daud............................................................................................................161
Bab 23. Kecaman dan Keluhan Tuhan Yesus...........................................................................................162
Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.......................................................................163
Keluhan Yesus terhadap Yerusalem.........................................................................................................168
Bab 24. Penderitaan, Siksaan berat dan Mesias palsu, kedatangan Anak Manusia, Nasihat untuk berjaga-
jaga............................................................................................................................................................169
Bait Allah akan diruntuhkan.....................................................................................................................169
Permulaan penderitaan..............................................................................................................................170
Siksaan yang berat dan Mesias-Mesias palsu...........................................................................................172
Kedatangan Anak Manusia.......................................................................................................................173
Perumpamaan tentang pohon ara..............................................................................................................174
Nasihat supaya berjaga-jaga......................................................................................................................174
Perumpamaan tentang hamba yang setia dan hamba yang jahat..............................................................175
Bab 25. Perumpamaan Gadis Bijaksana, Talenta, Penghakiman Terakhir...............................................176
Gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh.........................................................................176
Perumpamaan tentang talenta...................................................................................................................177
Penghakiman terakhir...............................................................................................................................178
Bab 26. Penderitaan Tuhan Yesus, Diurapi, Dikhianati, Paskah, Penetapan Perjamuan Malam, Disangkal, di
Taman Getsemani, Ditangkap, di hadapan Mahkamah Agama................................................................179
Pemberitahuan keempat tentang penderitaan Yesus ................................................................................179
Yesus diurapi.............................................................................................................................................180
Yudas mengkhianati Yesus.......................................................................................................................181
Yesus makan Paskah dengan murid-murid-Nya.......................................................................................181
Penetapan Perjamuan Malam....................................................................................................................182
Petrus akan menyangkal Yesus.................................................................................................................184
Di taman Getsemani..................................................................................................................................184
Yesus ditangkap........................................................................................................................................186
Yesus di hadapan Mahkamah Agama.......................................................................................................187
Petrus menyangkal Yesus.........................................................................................................................189
Bab 27. Tuhan Yesus di hadapan Pilatus, Kematian Yudas. Diolok-olok, Disalib, Wafat, Dikubur, Kubur
dijaga.........................................................................................................................................................189
Yesus diserahkan kepada Pilatus - Kematian Yudas................................................................................189
Yesus di hadapan Pilatus...........................................................................................................................190
Yesus diolok-olokkan...............................................................................................................................191
Yesus disalibkan.......................................................................................................................................191
Yesus wafat...............................................................................................................................................192
Yesus dikuburkan......................................................................................................................................193
Kubur Yesus dijaga...................................................................................................................................194
Bab 28. Kebangkitan Tuhan Yesus, Dusta Mahkamah Agama, Perintah memberitakan Kabar Sukacita194
Kebangkitan Yesus...................................................................................................................................194
Dusta Mahkamah Agama..........................................................................................................................195
Perintah untuk memberitakan keselamatan...............................................................................................196
Pungkasan.................................................................................................................................................198

Dar/memahami Matius 9
10

Mencoba memahami tulisan Matius


Bab 1. Silsilah dan Kelahiran Tuhan Yesus

Silsilah Yesus Kristus


Matius yang selama ini kita kenal sebagai salah seorang murid Tuhan Yesus, dikatakan
berasal dari Galilea dan masih keturunan kaum Lewi. Namun ada juga pendapat yang
mengatakan bahwa Matius berasal dari Tarsus. Dalam pengembaraannya, sampailah dia di
Galilea dan bekerja sebagai pemungut cukai.
1:1. Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. 1:2 Abraham memperanakkan
Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya,
1:3 Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron,
Hezron memperanakkan Ram, 1:4 Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan
Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, 1:5 Salmon memperanakkan Boas dari Rahab,
Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, 1:6 Isai memperanakkan raja
Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria, 1:7 Salomo memperanakkan Rehabeam,
Rehabeam memperanakkan Abia, Abia memperanakkan Asa, 1:8 Asa memperanakkan Yosafat,
Yosafat memperanakkan Yoram, Yoram memperanakkan Uzia, 1:9 Uzia memperanakkan
Yotam, Yotam memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia, 1:10 Hizkia
memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia, 1:11
Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel.
1:12 Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel
memperanakkan Zerubabel, 1:13 Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan
Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor, 1:14 Azor memperanakkan Zadok, Zadok
memperanakkan Akhim, Akhim memperanakkan Eliud, 1:15 Eliud memperanakkan Eleazar,
Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yakub, 1:16 Yakub memperanakkan
Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.
1:17 Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas
keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari
pembuangan ke Babel sampai Kristus.

Pertama-tama, pada bab-1 pembukaan Injil Matius


memperkenalkan silsilah Tuhan Yesus dan kelahiran-
Nya di Bethlehem (rumah roti). Silsilah tersebut agak
berbeda dengan apa yang ditulis oleh Lukas. Penulis
mencoba mengerti bahwa hal tersebut mungkin berbeda
karena referensi yang dipergunakan memang berbeda.
Yang jelas disebutkan oleh Matius maupun Lukas bahwa
Tuhan Yesus masih keturunan Abraham, bapa bangsa
Yahudi dari suku Yehuda. Penulis tidak tahu apakah
pada zaman itu seseorang mempunyai nama tidak hanya
satu, entah itu nama asli, sebutan atau gelar ataupun
panggilan sehingga muncul perbedaan. Penulis masih
ingat sewaktu masih kecil sering dipanggil Jlitheng,
Anak Ambon, Citraksa. Dalam keluarga, warna kulit
penulis yang paling hitam, kebetulan bapak sedang
bertugas ke Maluku, dan semasa kecil kalau bicara gagap
seperti Citraksa keluarga Kurawa dalam pewayangan. Beberapa teman sewaktu muda sering
memanggil Kopral karena potongan rambut cepak seperti tentara.

Matius tidak menceritakan siapakah Bunda Maria sebenarnya, dan hanya menyebutkan bahwa
Yusuf keturunan Daud. Sebagai pembuka cerita, Matius menuliskan tentang silsilah seperti
yang dia ketahui. Ada pendapat yang “mengatakan” bahwa silsilah tersebut diambil dari
dongeng bangsa Uhrzani Kasdim, nenek moyang Abraham. Bisa menyusun silsilah yang
Dar/memahami Matius 10
11

begitu panjang dari mulut ke mulut, sudah merupakan hal yang menakjubkan. Penulis sendiri
sudah tidak mengenal siapakah kakek nenek buyut, walaupun ada yang memberi tahu bahwa
masih ada keturunan darah dari Ki Tunggul Wulung, Ki Wiraguna, Ki Darsa Sentana.
Siapakah mereka, penulispun tidak tahu sama sekali.

Satu hal yang mungkin harus kita sepakati bahwa tulisan Matius bukan sejarah biografi, tetapi
buku atau tulisan kesaksian iman tentang Yesus yang dialaminya. Namanya juga kesaksian
iman, maka rentetan kejadian yang ditulis juga tidak harus berurutan. Yang paling mengesan
dalam hati sanubari setelah sekian tahun kemudian, jangan sampai ketinggalan untuk
dituliskan. Mau tidak mau situasi dan kondisi dimana Matius berkarya, akan mempengaruhi
isi tulisan pengalamannya.

Kelahiran Yesus Kristus


1:18. Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan
dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami
isteri. 1:19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama
isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. 1:20 Tetapi ketika
ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan
berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu,
sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. 1:21 Ia akan melahirkan
anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan
menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." 1:22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang
difirmankan Tuhan oleh nabi: 1:23 "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan
melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" --yang
berarti: Allah menyertai kita.
1:24 Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan
itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, 1:25 tetapi tidak bersetubuh dengan dia
sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.

Seperti tertulis bahwa Yusuf adalah orang yang tulus hati, yang selalu mengikuti ajaran
kebenaran dan kebaikan. Kita bisa membayangkan orang-orang yang taat akan kebenaran,
apalagi jika sudah “bertemu” dengan yang kudus, walau hanya dalam mimpi. Pikiran kotor,
pikiran kedagingan akan seks bisa dia buang jauh-jauh. Penulis merasa yakin bahwa bapak
Yusuf siap untuk menjalani selibat biarpun mempunyai isteri Bunda Maria. Kita bayangkan
saja para imam, bruder dan suster yang sudah siap dengan kaulnya untuk hidup selibat.
Mungkin pikiran kita saja yang masih penuh nafsu ini yang berandai-andai, masak iya hidup
serumah namun tidak bercampur seperti suami isteri layaknya. Dengan kata agak kasar, bapak
Yusuf berarti bodoh karena tidak sesuai dengan khayalan kita. Memang hanya orang-orang
pilihan saja yang dapat dan mampu mematikan nafsu kedagingan, termasuk kebutuhan
biologis. Dan yang terpilih itu Santo Yusup.

Dalam pengalaman komunikasi rohani, penulis bersama tiga saudara seiman malahan
menerima kabar yang cukup mengagetkan (030306). Simbul kelahiran-Nya adalah ayam jago
berkokok tiga kali. Simbol yang diberikan kepada kami adalah angka 03-03--3. Tuhan Yesus
mengatakan bahwa Dia lahir pada hari Sabtu Legi tanggal tiga bulan tiga tahun tiga
sebelum Masehi. Tanggal tersebut kalau direkayasa dan dihitung mundur, sesuai penanggalan
Masehi. Tuhan Yesus lahir berkisar pukul sepuluh malam di padang terbuka (bulak amba).
Pada siang hari waktu itu matahari berada di tengah, yang dapat kita artikan pas musim panas
di Israel. Malam hari langit terang bintang bertaburan, maka para penggembala ternak dapat
menikmati indahnya malam.

Bunda Maria mengandung berkisar tujuh bulan dan bayi Yesus lahir sudah seperti bayi
berumur tiga bulan. Mata-Nya sudah bisa melihat kesana kemari dan mengangkat kepala.
Waktu kelahiran-Nya Santo Yusuf tidak menunggui, yang mungkin sedang mencari tempat
Dar/memahami Matius 11
12

penginapan. Mungkin inilah misteri kelahiran Tuhan Yesus, dan sebagai manusia biasa, kita
hanya bisa berandai-andai sesuai dengan nalar dan selera kita. Sampai dengan saat ini
memang belum ditemukan bukti-bukti nyata yang tidak terbantahkan.

Sabtu sama dengan Sabat yang dianggap bangsa Yahudi sebagai hari Tuhan, sedangkan Legi
atau Manis bagi orang Jawa disebut sebagai hari pertama. Pesan Tuhan Yesus kepada kami
dalam bahasa Jawa kurang lebih :”Sing tak jaluk yen wiyosan Dalem kowe aja lali, sing
penting tanggal Telu Maret wae. Yen kowe arep seneng-seneng, ya neng sasi Desember.”
Kurang lebih artinya :”Yang Aku minta kalau hari lahir-Ku kalian jangan lupa, yang penting
tanggal tiga Maret saja. Kalau kalian mau bersuka ria, ya di bulan Desember.”

Anggap saja pengalaman rohani ini hanya milik kami, jangan sampai mempengaruhi iman
kepercayaan kepada Tuhan Yesus maupun ajaran gereja yang sampai sekarang ini berlaku.

Tidak ada tulisan dalam Alkitab yang menceritakan bagaimana kehidupan Tuhan Yesus di
masa kanak-kanak sampai dewasa. Namun mungkin kita pernah mendengar atau membaca
tentang orang tua Maria yang bernama Yoakhim dan Anna. Mereka berdua seperti pasangan
Zakharias dan Elisabeth, yang sampai tua belum dikaruniai momongan, sampai pada
waktunya. Dan mungkin ada cerita lain bahwa Yesus kecil sudah sering membuat mukjizat,
dari yang sederhana sampai yang mengherankan banyak orang. Bagi penulis, Tuhan Yesus
berkarya sejak masih kanak-kanak, paling tidak sejak berkisar umur duabelas tahun, sewaktu
“membungkam” para ahli Taurat. Mungkin bagi Matius, cerita masa kecil Yesus tidak begitu
menarik karena tidak mengalami sendiri. Paling cerita dari orang lain, yang bisa ditambah dan
dikurangi serta bukan berisi pengajaran rohani.

Yang dapat penulis pahami bahwa Tuhan Yesus yang maha kaya, maha segalanya mau lahir
dengan maha sederhana. Merendahkan diri serendah-rendahnya, yang setiap manusia normal
tidak mau melakukannya. Malahan bagi orang yang tidak suka kepada Tuhan Yesus, mungkin
akan melecehkan sebagai anak haram. Sudah mengandung sebelum menikah. Padahal tidak
ada yang namanya anak haram. Yang haram mestinya orang tua yang melakukan perbuatan di
luar hukum dan adat yang berlaku.

Nama yang diberikan oleh malaikat dalam mimpi Yusuf adalah Yesus yang berarti Juru
Selamat. Yang Satu tidak ada lainnya. Nabi Yesaya menubuatkan namanya Imanuel yang
berarti Allah menyertai kita. Disinilah hebatnya Tuhan Yesus yang selalu di luar perkiraan
nalar dan keinginan manusia. Segalanya suka-suka Tuhan Allah sendiri, manusia tidak bisa
mengaturnya, harusnya begini dan begitu.

Sampai sekarang ini kita hanya bisa berandai-andai, menduga-duga, siapakah sebenarnya
Santo Yusup yang terpilih menjadi bapaknya Tuhan Yesus. Demikian juga siapakah
sebenarnya Bunda Maria yang tercipta mulus suci tanpa dosa. Dalam benak penulis sendiri,
penulis meyakini bahwa mereka berdua bukan orang sembarangan, betul-betul pilihan Allah
yang sudah dipersiapkan sedemikian rupa. Keduanya menjadi begitu misteri bagaimana
mereka lahir dan bagaimana meninggalnya, sehingga tidak tercatat dalam sejarah gereja.

Bab 2. Orang Majus, Pelarian ke Mesir dan kembali ke Nazaret

Orang-orang Majus dari Timur


2:1. Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah
orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem 2:2 dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja
Dar/memahami Matius 12
13

orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami
datang untuk menyembah Dia."
2:3 Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. 2:4 Maka
dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya
keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.
2:5 Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada
tertulis dalam kitab nabi: 2:6 Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali
bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah
akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."
2:7 Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti
bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. 2:8 Kemudian ia menyuruh mereka ke
Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan
segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang
menyembah Dia."

2:9. Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang
mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana
Anak itu berada. 2:10 Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. 2:11
Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu
sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan
persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur. 2:12 Dan karena diperingatkan
dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya
melalui jalan lain.

Penyingkiran ke Mesir
2:13. Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam
mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan
tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu
untuk membunuh Dia." 2:14 Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya
malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir,2:15 dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu
terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-
Ku."

Pembunuhan anak-anak di Betlehem


2:16. Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat
marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak
yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-
orang majus itu.
2:17 Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: 2:18
"Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-
anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi."

Kembali dari Mesir


2:19. Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir,
katanya: 2:20 "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah
Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati." 2:21 Lalu Yusufpun
bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel. 2:22 Tetapi setelah
didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut
ke sana. Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea. 2:23 Setibanya di
sana iapun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah
firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan
disebut: Orang Nazaret.

Pada bab-2 diceritakan kedatangan orang majus dari timur,


sampai pelarian keluarga Yusuf ke Mesir karena terjadi
pembunuhan besar-besaran kepada bayi-bayi tak berdosa.
Setelah itu kembalinya keluarga tersebut ke Israel dan
tinggal di kampung Nazaret, yang di Galilea. Ada cerita dari
Dar/memahami Matius 13
14

komunikasi rohani bahwa orang Majus tersebut meninggalkan tulisan yang berisi tentang
kelahiran Sang Raja Agung, yang harus kita sembah. Yang harus kita laksanakan ajaran-Nya,
agar penebusan-Nya tidak sia-sia. Malaikat utusan Allah selalu berkarya kepada orang majus
maupun kepada bapak Yusuf. Utusan Allah tersebut nyatanya selalu melindungi mereka, agar
perjalanan sejarah yang sudah dinubuatkan dapat terjadi dengan semestinya.

Yang jelas tersirat bahwa Tuhan Yesus lahir dengan membawa tumbal bayi-bayi seumur-Nya,
sesuai Kitab Yeremia 31:15. (Beginilah firman TUHAN: Dengar! Di Rama terdengar ratapan, tangisan
yang pahit pedih: Rahel menangisi anak-anaknya, ia tidak mau dihibur
karena anak-anaknya, sebab mereka tidak ada lagi.).

Menurut penulis, Tuhan Yesus ingin tampil sebagai manusia


biasa, sederhana dan rendah hati, tidak ada yang mengagetkan,
sampai pada waktunya. Sampai-sampai kelahiran-Nya tidak
ada seorangpun yang tahu, malahan lahir di padang gurun
belantara atau ara-ara amba. Keluarga kudus ini, bapak Yusuf,
Bunda Maria dan Tuhan Yesus sudah menyiapkan diri menjadi
orang biasa yang harus menjalani kehidupan sebagai keluarga
kebanyakan. Dan nyatanya orang-orang terpilih ini tidak
pernah gembar-gembor, sehingga tidak menarik perhatian.

Peringatan kelahiran Tuhan Yesus yang jatuh pada tanggal 25 Desember memang cukup
kontroversial. Ada kelompok tertentu yang menceritakan bahwa tanggal tersebut diambil dari
tanggal kelahiran dewa Matahari orang Romawi, dari dewa orang Mesir yang disebut Isis dan
Osiris. Namun ada juga kelompok lain yang menceritakan bahwa tanggal tersebut dihitung
dari perkiraan kehamilan Bunda Maria, bukan mengadopsi dari dewa lain. Jangan-jangan
malahan merekalah yang mengapdosi tanggal tersebut. Kelompok lain menceritakan bahwa
tanggal tersebut adalah hari terpendek, matahari terbit sampai tenggelam dalam waktu paling
cepat di wilayah tersebut. Dikenal sebagai pesta merayakan matahari (equinox?).

Mungkin yang lebih penting adalah bahwa makna kelahiran Sang Maha Kaya dan Sang Maha
Tinggi datang ke dunia secara sangat sederhana. Tidak menonjolkan diri, malahan cukup di
gua kandang hewan peliharaan. Tidak ada dukun bayi, apalagi dokter spesialis. Merendahkan
diri-Nya serendah-rendahnya. Yang jelas lahir dan masih telanjang tanpa membawa apa-apa.
Kelahiran yang disyukuri karena membawa berkat, berkat bagi keluarga maupun berkat bagi
orang banyak.

Mungkin berbeda dengan pemikiran kita, yang inginnya kalau bisa ditangani oleh dokter
jempolan di rumah sakit mewah. Demi gengsi, kalau perlu ngutang, cari pinjaman jangan
sampai diketahui orang lain. Pokoknya, kalau bisa yang agak wach. Jika perlu diabadikan
dengan photo atau difilmkan. Padahal yang paling penting adalah lahir dengan selamat, tidak
kurang suatu apa. Harapannya, ibu dan anaknya selamat sehat walafiat dan kelak menjadi
orang yang berguna bagi banyak orang.

Penulis meyakini bahwa kelahiran seorang bayi adalah bagian dari kehidupan yang wajar,
yang akan dialami oleh setiap ibu yang mengandung. Kelahiran bisa terjadi dimanapun,
kapanpun, entah dengan bantuan dokter, bidan, dukun bayi ataupun dengan kekuatan sendiri.
Karena zaman semakin maju dan berubah, maka proses kelahiran dan perawatan bayipun ikut
berubah. Yang tidak berubah hanya satu, bayi akan lahir telanjang tidak memakai dan
berbekal apa-apa.

Dar/memahami Matius 14
15

Menurut pemikiran penulis itulah kehendak Tuhan, bahwa sebenarnya Tuhan tidak pernah
membedakan dari sejak awalnya. Ketelanjangan total yang akan dialami oleh setiap bayi yang
baru lahir, bersih dari aneka uba-rampe dunia. Banyak orang bijak mengatakan mengapa
seorang bayi menangis setelah dilahirkan. Mungkin keluarga yang melihatnya malah tertawa
senang bercampur bahagia.

Bab 3. Yohanes Pembaptis, Tuhan Yesus dibaptis

Yohanes Pembaptis
3:1. Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan:
3:2 "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" 3:3 Sesungguhnya dialah yang
dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang
gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."
3:4 Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan
madu hutan. 3:5 Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan
dari seluruh daerah sekitar Yordan. 3:6 Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh
Yohanes di sungai Yordan.

3:7. Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis,
berkatalah ia kepada mereka: "Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan
kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?
3:8 Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. 3:9 Dan janganlah mengira, bahwa
kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata
kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! 3:10 Kapak
sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik,
pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. 3:11 Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda
pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku
tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan
api. 3:12 Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan
mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam
api yang tidak terpadamkan."

Pada awal bab 3 diceritakan tentang Yohanes Pembaptis, yang kita percayai sebagi anak dari
pasangan Zakharias dan Elisabeth. Dialah yang menyerukan pertobatan, agar semua orang
kembali ke jalan yang benar karena Kerajaan Surga sudah dekat. Penulis meyakini bahwa
yang disebutkan itu adalah Tuhan Yesus sendiri, yang empunya Kerajaan Surga yang
sebenarnya begitu dekat dengan mereka orang Yahudi. Yohanes Pembaptis dipersiapkan
sebagai pembuka jalan, sebelum Yesus sendiri tampil di muka umum. Kehadiran Yohanes
Pembaptis sudah dinubuatkan oleh para nabi sebelumnya.

Bagi penulis, bertobat bukanlah hal yang mudah seperti membalikkan tangan, malik
grembyang. Mungkin proses untuk berubah menjadi lebih baik dan benar, lebih dapat atau
paling tidak agak mudah dicapai. Bertobat dan tidak berbuat lagi seperti yang dulu-dulu,
mungkin untuk kelas Saulus yang berubah nama menjadi Paulus.

Disebutkan bahwa Yohanes berpakaian kulit mantel bulu unta, makanannya belalang dan
madu hutan. Dalam benak penulis selama ini, makanan belalang adalah binatang kecil yang
sering kita jumpai di kebun atau sawah, kita bakar dan dimakan terasa gurihnya. Di daerah
pegunungan hutan jati di selatan Solo Yogyakarta sampai sekarang ini masih banyak yang
menjajakan belalang di pinggir jalan. Kita bisa membayangkan kalau belalang bakar tersebut
dicelupkan ke dalam madu. Pasti ada rasa gurih dan manis bercampur menjadi satu.

Sewaktu penulis ke Israel, pemandu mengatakan bahwa di Israel ada pohon perdu berbuah
yang disebut pohon belalang. Buahnya menyerupai buah petai cina atau seperti wijen. Jika
Dar/memahami Matius 15
16

buah tersebut dimasak bersamaan dengan madu, kemudian didinginkan maka akan menjadi
panganan yang tahan lama. Kita bisa memakannya dengan dicuwil atau dipotong dengan
pisau. Sisanya kita simpan kembali untuk persediaan nanti kalau lapar kembali.

Jika kita rasakan, kata-kata Yohanes Pembaptis cukup keras dan pedas walaupun hal tersebut
tidak keliru. Untuk orang-orang tertentu, perkataannya bisa membuat orang sakit hati dan
tersinggung. Namun jika kita bayangkan bahwa yang berdatangan mencari Yohanes
Pembaptis, pastilah orang tersebut membutuhkan sesuatu untuk masalah yang rohani.
Singgungannya malah bisa dirasakan dan diresapi bahwa itu benar.

Yesus dibaptis Yohanes


3:13. Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis
olehnya. 3:14 Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: "Akulah yang perlu dibaptis
oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?" 3:15 Lalu Yesus menjawab, kata-Nya
kepadanya: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita
menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanespun menuruti-Nya. 3:16
Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat
Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, 3:17 lalu terdengarlah suara dari sorga yang
mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
Tuhan Yesus memang begitu ajaib dan sering mengejutkan jika kita
rasakan dengan akal kita. Sebelum sebagai pembaharu dalam
kehidupan sehari-hari, Tuhan Yesus selalu siap melakukan segala
macam aturan yang berlaku pada waktu itu. Sebagai orang Yahudi,
Tuhan Yesus siap menjadi manusia sejati, bahkan manusia
kebanyakan yang biasa-biasa saja. Begitu bersahajanya dan Dia
berkata :“Biarlah hal itu terjadi,” sebagaimana orang lainpun
melakukan hal yang sama, biarpun Dia tanpa dosa. Dibaptis berarti dicuci dengan air atau
dibasahi, dibersihkan dari dosa, setelah menyesali segala perbuatan jahat yang pernah
dilakukan. Sepertinya hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa Tuhan Yesus yang tanpa
dosa sudah siap diwisuda melalui pembaptisan seperti manusia biasa. Melalui pembaptisan ini
Dia siap memproklamirkan diri sebagai pembaharu untuk mengajar.

Kita sebagai manusia biasa yang penuh kedagingan, rasanya sangat sulit untuk melakukan hal
tersebut. Melakukan sesuatu yang disebabkan telah dianggap berbuat “salah,” padahal tidak
berbuat yang keliru. Sudah berbuat salah saja masih mencari-cari alasan untuk pembenaran
diri, apalagi jika memang tidak berbuat salah. Mungkin kemarahan kita tonjolkan lebih
dahulu bahwa kita tidak salah.

Merendahkan diri dengan rendah hati, menekan ego dengan mengalah, mengalahkan emosi
rasanya begitu sulit. Tetapi itulah pelajaran pertama yang diajarkan Tuhan Yesus; Biarlah
terjadi demikian, karena kita harus melaksanakan rencana Allah. Kerendahan hati dan
kesabaran, yang kalau kita bayangkan pasti dengan senyuman tulus. Tuhan Yesus tersenyum
kepada Santo Yohanes! Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa melalui pembaptisan kita
diwisuda seperti Tuhan Yesus. Kita diterima dalam keluarga besar Yesus Kristus dengan
suatu tugas atau kewajiban sebagai pewarta kabar sukacita yang diajarkan oleh-Nya.

Kita diajar untuk berani dan tidak segan melakukan segala sesuatu, seperti yang dilakukan
orang lain. Kita diajar untuk disiplin dengan segala macam aturan yang berlaku, suka tidak
suka karena memang sudah aturan, adat istiadat atau kebiasaan. Diajar untuk menjadi warga
negara yang baik dengan berbuat nyata, biarlah kita lakukan karena sudah sepatutnya.
Mungkin kita malahan diminta untuk bertanya kepada diri sendiri, apakah kita sudah menjadi
warga masyarakat yang baik? Anggaplah menjadi warga masyarakat dimana kita tinggal,
apakah itu tingkat RT (rukun tetangga) atau RW (rukun warga) atau yang lebih luas lagi.
Dar/memahami Matius 16
17

Sudahkan kita melakukan kewajiban kita sebagai warga masyarakat atau warga negara? Atau
malahan kita menuntut terlebih dahulu hak-hak yang harus kita peroleh?
Kita diajar juga untuk berani memulai perubahan untuk hal-hal yang dirasa tidak sesuai
dengan inti kebenaran dan kebaikan, apakah itu kebiasaan, adat istiadat atau aturan. Diajar
untuk berani tampil yang berpihak kepada kebaikan, kebenaran dan keadilan.

Cerita selanjutnya Roh Kudus turun yang disertai suara Bapa dengan begitu jelas. Roh Kudus
yang disimbulkan sebagai merpati putih terbang di langit. TuhanYesus sebagai Putera Allah
yang bersedia turun ke dunia dimana Bapa begitu berkenan.
Apakah Yohanes Pembaptis dan yang lainnya juga mendengar suara Allah Bapa? Injil yang
lain menyebutkan bahwa Yohanes Pembaptis memang diberi karunia tanda. Rasanya belum
pernah ada cerita bahwa Bapa begitu berkenan akan kelakuan manusia kebanyakan. Banyak
cerita dalam Perjanjian Lama bahwa orang-orang terpilihpun banyak melakukan kesalahan.
Begitu mereka menyadari akan kesalahannya dan berubah melalui penyesalan murni, atau
bertobat, maka Allah akan tetap membuka kedua tangan-Nya dan ikhlas mengampuni.

Apakah langit terbuka sebagai lambang terbukanya sorga karena Anak Allah turun ke bumi
dan siap melaksanakan kehendak Bapa? Dengan demikian Tuhan Yesus membangun
jembatan yang selama ini terputus karena kelakuan kita, manusia ini. Dia sendiri yang
menjadi jembatan, sebagai penghubung antara surga dan dunia. Demikian kasih-Nya kepada
umat manusia, sebagai jembatan, yang berarti siap diinjak-injak oleh manusia agar dapat
menuju ke keselamatan.

Penulis jadi berandai-andai, jika manusia awal dan selanjutnya itu memperhatikan dan meniru
burung merpati pasti pasangannya hanya satu. Jika di Jawa ada binatang laut yang disebut
mimi lan mintuna yang tidak pernah berganti pasangan hidup. Celakanya, manusia lebih
senang memperhatikan dan meniru binatang yang lain.

Bab 4. Pencobaan di gurun, tampil di Galilea, murid-murid awal, mengajar dan


menyembuhkan

Pencobaan di padang gurun


4:1 Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. 4:2 Dan setelah berpuasa
empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. 4:3 Lalu datanglah si pencoba itu
dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi
roti." 4:4 Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari
setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
Pelajaran kedua adalah Tuhan Yesus melakukan puasa
empatpuluh hari empatpuluh malam tanpa makan dan minum
sebelum melaksanakan karya-Nya. Mungkin ada perdebatan
tentang puasa Tuhan Yesus apakah hanya puasa makan, atau
makan dan minum. Apabila melihat di tanah Israel,
kelihatannya lebih mudah mencari makanan dibandingkan
dengan mencari minum. Tetapi bagi penulis, kedua-duanya,
lapar dan haus begitu susah untuk mencari sarana pelepasnya. Terlepas dari perdebatan
tersebut, kita hanya akan mencoba merenungkan makna puasa.

Persiapan lahir dan batin kelihatannya menjadi sesuatu hal yang harus dilakukan, apabila kita
ingin berkarya. Berkarya di bidang apa saja, agar kita siap menghadapi segala sesuatu yang
mungkin akan terjadi, baik maupun buruk. Berpuasa berarti melaksanakan niat untuk
menahan atau mengekang hawa nafsu. Hawa nafsu dapat berwujud kebutuhan kedagingan
Dar/memahami Matius 17
18

yang melalui panca indera kita. Dari mulut, mengekang dari nafsu makan dan minum, namun
bisa juga yang keluar dari mulut dalam bentuk ucapan kata-kata. Dari mata mengekang segala
penglihatan yang kita anggap tidak pantas. Dari telinga mengekang segala macam suara, dari
hidung mengekang segala macam bau-bauan. Dari tubuh lainnya mengekang segala macam
gerak keinginan yang lain. Orang Jawa menyebutkan “mateni/ nutup babahan hawa sanga”
sembilan lubang hawa nafsu yang ada di tubuh kita.

Mungkin yang gampang terlihat dan kita lakukan selama ini adalah mengekang makan dan
minum. Namun bagi penulis, nyatanya mengekang yang diluar makan dan minum malahan
lebih susah. Mengekang hawa nafsu melalui mulut, telinga, mata dan hidung nyatanya lebih
sulit. Bisakah kita mengekang tubuh dan mulut apabila di sekitar kita banyak tikus dan kecoa
berseliweran, cacing dan lalat pada keluar dari sarang? Di sekitar kita pada kentut atau
tercium bau bangkai tikus dimana-mana? Sedang santai tiduran terdengar seekor nyamuk
berdenging di sekitar kepala kita? Dan itulah contoh sederhana ujian kehidupan kita sehari-
hari yang akan selalu kita lewati. Jika kita berhasil atau lulus dengan niat kita, maka rasanya
kita sudah melewati satu yahap batu sandungan dan siap menghadapi ujian kehidupan sehari-
hari selanjutnya. Dan nyatanya mengarungi kehidupan ini adalah pembelajaran yang tidak
pernah ada ujung pangkalnya. Pencobaan demi pencobaan pasti akan menghadang perjalanan
ziarah hidup kita, dan semuanya itu harus kita lalui, kita rasakan dan kita tembus untuk
mencapai kemenangan.

Kelihatannya ada semacam bias mengenai puasa, dan gerejapun tidak secara gamblang dan
nyata menjelaskan bagaimana kriteria puasa orang kristiani yang benar dan ideal. Apakah
yang namanya puasa orang kristiani itu secara umum bukan sehari semalam? Yang dikatakan
boleh makan kenyang hanya sekali dalam satu hari adalah sehari semalam? Mungkin bias ini
karena di sekitar kita yang kita kenal selama ini berpuasa hanya di siang hari. Masalah malam
hari akan makan sekenyangnya atau bahkan lebih mewah dari hari-hari biasa, itu cerita lain.

Tuhan Yesus-pun mengalami pencobaan pertama dari Setan untuk merubah batu menjadi roti.
Kita bisa membayangkan bagaimana di padang gurun yang begitu gersang, banyak terlihat
batu-batu berserakan yang bentuknya hampir seperti roti. Dalam keadaan lapar, akan terbersit
di benak kita, alangkah enaknya kalau batu tersebut adalah roti yang dapat kita nikmati.
Pikiran yang ingin enaknya saja, segalanya sudah tersedia. Kita sering lupa bahwa segala
sesuatu sekecil apapun perlu proses. Dalam kehidupan sehari-hari selalu saja ada kejadian
atau pengalaman hidup yang membuat kita berpikir ; ”Alangkah enaknya atau senangnya
apabila kita bisa seperti si A atau seperti si B atau siapapun,” jika kita melihat orang tersebut
membuat kita "lapar" akan sesuatu karena tidak kita miliki dan kita menginginkannya.
Konflik batin ini sering kita alami karena dua atau lebih kepentingan yang berlawanan.
Namun Tuhan Yesus menegaskan bahwa hidup hanya dengan makan (baca saja sebagai
kebutuhan kedagingan) bagi kebutuhan jasmani saja tidak cukup, tetapi juga harus memenuhi
kebutuhan makanan rohani dengan “kata-kata” yang keluar dari mulut Allah. Jangan-jangan
terbersit dalam benak kita bahwa hidup hanya untuk makan, bukan makan untuk hidup.

Kata-kata atau firman dari Allah jelas akan kita dapatkan dari buku Kitab Suci. Secara tidak
langsung kita diajar oleh Tuhan Yesus untuk selalu membaca atau mendengarkan firman-Nya
yang tertulis dalam Kitab Suci. Penulis menjadi teringat akan pesan Bunda Maria dalam
penampakannya di Medjugorje, yang memberikan lima senjata keselamatan. Salah satunya
adalah untuk membaca Kitab Suci setiap hari, kalau bisa bersama-sama dalam keluarga.
Disitulah Firman Allah berada, yang dapat menjadi santapan rohani kita sehari-hari. Anggap
saja, jika makan untuk jasmani sehari tiga kali, maka makan untuk rohani sehari sekali saja
sudah cukup. Biasanya makanan rohani cukup seminggu sekali, sewaktu mengikuti perayaan
Ekaristi.
Dar/memahami Matius 18
19

Kalau kita renungkan, jangan-jangan firman yang keluar dari mulut Allah itu malahan begitu
luas tanpa batas. Jangan-jangan Allah menyapa kita melalui segala macam yang ada di sekitar
kita, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Hati kita diminta untuk menjabarkan atau
menterjemahkan kata-kata Allah yang muncul dengan bahasa misteri. Coba kita bayangkan
sewaktu kita berjalan di panas terik matahari dan kita melihat pohon besar. Kita berjalan ke
pohon tersebut untuk berteduh dari sengatan sinar matahari dan kita masih merasakan
gerahnya. Tiba-tiba udara yang tidak kelihatan ini mengalir membentuk angin semilir yang
membuat kita malas untuk beranjak dari pohon tersebut. Malahan kita dibuat terbuai dan
terkantuk-kantuk menikmati suasana atau keadaan antara panas dan angin sepoi-poi basa. Jika
kita masih ingat kepada Tuhan, pasti kita akan mengucap syukur. Mulailah kita
menterjemahkan kata-kata Allah yang melalui alam ini dan kemudian terjadilah dialog rohani
yang hanya mereka saja yang tahu. Apabila orang tersebut sharing, menyampaikan
pengalaman rohaninya yang begitu bukan main (menurut dia), tanggapan yang muncul pasti
macam-macam. Yang satu menanggapi bahwa semuanya itu karunia kasih Allah yang
berkarya, yang lain melihat dari kacamata akademis, yang lainnya lagi dianggap sebagai hal
biasa dan masih banyak kemungkinan lainnya lagi.

4:5 Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, 4:6 lalu
berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis:
Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau
di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." 4:7 Yesus berkata kepadanya: "Ada
pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"

Kita bisa membayangkan bahwa bubungan kenisah atau Bait Allah pastilah tinggi sekali. Jika
kita berada di atas dan mencoba melihat ke bawah, akan terasa sepertinya kita disedot, ditarik
ke bawah. Ada rasa serr di dalam diri kita, yang dalam bahasa Jawa disebut singunen atau
awang-awangen. Rasa takut akan ketinggian jika tidak kuat, seperti berputar dan pandangan
tidak karuan, bisa-bisa pingsan.
Pencobaan kedua kepada Tuhan Yesus bagaikan adu ayat Kitab Suci, dan Tuhan Yesus
membalas secara telak dengan mengutip bagian dari sepuluh perintah Allah. Pada Kitab
Ulangan 6:16 tersirat “Jangan kamu mencobai Yahweh, Allahmu, seperti yang kamu lakukan
di Masa. (Kel.17:7) Tuhan adalah Maha Tahu akan apa yang ada di pikiran kita, apa yang kita
lakukan, biarpun tidak ada orang lain yang menyaksikan.

Pelajaran penting dari TuhanYesus adalah janganlah sekali-kali mencoba mengelak dari
Pandangan Tuhan kalau kita berbuat salah. Segala macam alasan untuk pembenaran diri tidak
akan berguna karena Tuhan Maha Melihat. Lebih baik mengakui kesalahan dan tidak akan
berbuat lagi. Sering kali batin atau mata hati kita mengakui bahwa kita telah berbuat salah,
namun juga sering kali akal budi kita selalu membuat alasan kenapa kita berbuat salah.
Apalagi kalau berhadapan dengan orang lain, maka segala macam pembelaan diri kita
persiapkan dan berkata dalam hati :”semoga Tuhan memaklumi dan mengampuni.” Sekarang
ini aku sedang berhadapan dengan orang lain bukan dengan Sang Pencipta. Gengsi perlu
dijaga dan dipertahankan walaupun sering mengorbankan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan..

Seringkali kita mengeluh akan rezeki yang kita terima “lho, koq hanya segini” dan rasanya
masih kurang, padahal kita sudah tahu bahwa rezeki itu ya berkisar segitu. Keluhan ini
walaupun tak terucapkan, dapat kita rasakan bahwa sebenarnya kita belum mensyukuri atas
nikmat yang kita terima. Tanpa mempersiapkan diri dengan pemurnian dalam pertobatan dan
usaha, kita juga sering mencobai Tuhan. Tanpa berusaha belajar, kita sering berdoa mohon
keajaiban agar lulus atau naik kelas dengan nilai baik. Tanpa berusaha kita sering memohon
keajaiban berhasil dalam usaha, berhasil dalam pekerjaan ataupun yang lainnya lagi.

Dar/memahami Matius 19
20

Tidak kita pungkiri, memang Tuhan Maha Ajaib seturut kehendak Dia. Jangan-jangan kita-
pun sering seperti Setan dan kita tidak sadar. Sering kali kita mengutip ayat-ayat Kitab Suci
untuk kepentingan sesuatu yang jauh dari rohani, anggaplah yang berhubungan dengan
duniawi dan materi. Hanya kita sendiri yang dapat merasakan apakah kutipan Kitab Suci
tersebut kita sampaikan dengan tulus atau tidak. Jangan-jangan kutipan Kitab Suci kita
persiapkan untuk menyerang atau memojokkan orang lain, biar tahu rasa. Kadang-kadang kita
memang bingung dan akhirnya mencampur adukkan yang rohani dengan yang duniawi.
Tuhan, ajarilah aku untuk berani mengakui mana yang benar dan mana yang salah, biarpun
untuk hal tersebut penuh risiko di dalam kehidupan duniawi. Tuhan, ajarilah juga aku untuk
tidak ragu-ragu akan kebaikan dan kasih-Mu yang tidak terukur.

4:8 Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan
memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,
4:9 dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika
Engkau sujud menyembah aku." 4:10 Maka berkatalah Yesus kepadanya:
"Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan,
Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" 4:11 Lalu Iblis
meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.

Pada pencobaan ketiga, ketika Setan semakin tidak sopan, apalagi


menyuruh menyembahnya, Tuhan Yesus berkata dengan keras. Setan
disuruh minggat dari hadapan-Nya. Kembali Tuhan Yesus mengajarkan
kepada kita tentang bagian terpenting dari sepuluh perintah Allah.
Hanya kepada Tuhan kita menyembah dan mengasihi dengan sepenuh jiwa dan akal budi,
sepenuh hati dan sepenuh kekuatan (Kitab Keluaran 20:2-7; Kitab Ulangan 5:6-10; 6:5).

Di dalam kehidupan sehari-hari, kita sering lupa untuk menyembah dan berbakti hanya
kepada Tuhan. Secara tidak langsung kita lebih sering disibukkan oleh hal-hal kenikmatan
duniawi, dengan “menyembah dan berbakti” kepada materi, terutama uang. Semuanya
diperhitungkan demi dan dengan uang, sampai muncul istilah “keuangan yang kuasa.”
Mungkin kalau kita belajar jujur pada diri sendiri dan bertanya “berapa menit, jam waktu
yang kita sisihkan untuk Tuhan dalam waktu 24 jam?” jangan-jangan kita akan malu pada diri
sendiri. Secara tidak sadar kita telah “menyembah” kebutuhan duniawi yang ditawarkan
Setan kepada kita. Dan seribu satu macam alasan telah kita siapkan untuk berargumentasi.
Secara pribadi harus penulis akui bahwa untuk Tuhan hanya mendapat porsi yang sedikit,
malah seringkali kita abaikan dengan berbagai macam alasan. Sibuk tidak punya waktu,
masih konsentrasi di TV, komputer, capai dan entah apa lagi.

Kita diajar untuk berani berkata :”Enyahlah engkau Roh Pengganggu.” Disini kita diajar
untuk berani membangun niat, meluangkan waktu bagi Tuhan Allah kita. Alangkah indahnya
apabila niat tersebut disepakati dalam keluarga secara bersama-sama. Mungkin inilah yang
disebut gereja basis yang akan tumbuh dan berkembang bersama Tuhan. Pasti akan ada buah-
buah yang dapat dinikmati oleh keluarga tersebut, maupun oleh orang di sekitarnya.

Dari tulisan di atas, kelihatannya tersirat bahwa dunia ini sudah dikuasai oleh yang jahat,
Sang Roh Kegelapan atau Iblis. Sepertinya kehidupan duniawi ini begitu bertentangan dengan
yang surgawi. Jika kita sebut bertentangan rasanya koq begitu berat. Mungkin dengan bahasa
yang sedikit lebih halus kita sebut saja duniawi yang tidak seiring sejalan dengan surgawi.
Siapa yang mau menyembah Iblis maka akan mendapat ganjaran duniawi.

Dar/memahami Matius 20
21

Mungkin perlu kita renungkan bahwa sebelum manusia diciptakan, roh jahat sudah
menguasai dunia ini, sewaktu mereka dilemparkan dari surga. Dalam peperangan antara
panglima Mikhael dan prajuritnya melawan Satan dan pengikutnya, para roh jahat ini
dikalahkan dan dibuang ke bumi (Wahyu 12:7-9). Merekalah roh-roh tua yang menguasai
tempat-tempat atau wilayah, yang sering menjadi legenda keramat. Sering kita mendengar
istilah Penguasa laut Kidul, Penguasa gunung ini, Penunggu lembah itu dan lain-sebagainya.
Siapa yang mau berbakti kepada kepada para Penguasa ini, hadiahnya adalah kenikmatan
duniawi. Syarat atau kontrak untuk menerima kenikmatan duniawi pasti ada. Nach ....!!!

Yesus tampil di Galilea


4:12. Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea.
4:13 Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali,
14:14 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya : 14:15 “Tanah Zebulon dan tanah
Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, - 14:16
bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di
negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang.” 4:17 Sejak waktu itulah Yesus memberitakan:
"Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"

Tuhan Yesus mengajar pertama kali adalah meminta manusia untuk bertobat. Bertobat
berarti berubah, menyesali perbuatan yang pernah dilakukan, dan tidak akan melakukannya
lagi. Bertobat kelihatannya perlu pemurnian diri lebih dahulu, dan ada “suatu janji” atau niat
untuk tidak mengulangi. Namun seringkali dalam hidup ini yang kita
lakukan adalah lebih sering mengulangi perbuatan-perbuatan yang
kita sesali. Mungkin kata-kata tobat tidak lagi sesuai kalau kita
pergunakan; dan kata-kata permintaan maaf atau “sorry” lebih pas.
“Sorry ya, penulis agak terlambat.” Lain waktu kita mengulangi
lagi :”Maaf, penulis terlambat.” Kita lebih sering menyepelekan
kesalahan-kesalahan kecil, yang pada tahap tertentu hal tersebut
menjadi biasa dan merasa tidak terlalu salah. Dianggap sudah umum
yang semua orang juga melakukan hal yang sama. Penulis teringat
akan salah satu senjata keselamatan yang diberikan Bunda Maria di
Medjugorje, pertobatan. Dikatakan bahwa hampir setiap hari kita
berbuat kesalahan dan kita tumpuk sedikit demi sedikit yang lama
kelamaan bisa menjadi bukit. Bunda Maria menyarankan untuk sering melakukan sakramen
pertobatan, kalau bisa sebulan sekali. Namun zaman sekarang agaknya mulai meluntur, kalau
tidak dikatakan berubah. Zaman dahulu setiap hari Sabtu sore para imam sudah menyiapkan
diri di depan pintu kamar pengakuan. Umat sudah tahu bahwa kalau ada imam di situ, berarti
dia siap menerima pasien yang mau mengaku dosa. Sekarang ini umumnya para imam
melayani umat dalam pengakuan dosa sesuai permintaan. Namun budaya orang timur,
biasanya umat akan merasa segan kalau mengganggu istirahat para imam. Dampaknya ........
cukuplah mengaku dosa pada waktu sebelum Paskah atau sebelum Natal. Itupun kalau ada
waktu. Mengapa pelayanan sakramen pengakuan dosa tidak digalakkan kembali seperti dulu?

Kerajaan sorga sudah dekat, lebih sering membingungkan kita untuk dicerna. Apakah kiamat
sudah dekat, padahal sudah 2000 tahun kata-kata itu diucapkan oleh Tuhan Yesus.
Pemahaman yang paling gampang adalah bahwa pertobatan yang sungguh-sungguh pasti akan
diampuni oleh Tuhan. Begitu kita menyesal dan bertobat yang kita sampaikan kepada Tuhan
melalui pastor atau romo pembimbing jika kita sebagai orang Katolik, begitu kita keluar dari
kamar pengakuan dosa, kita akan merasakan kelegaan yang luar biasa, merdeka, plong ….. .
Kedamaian sorga ada di dalam diri kita, karena Tuhan berkarya dalam pengampunan di dalam
diri kita. Mungkin disinilah Roh Kudus berkarya secara nyata, sewaktu hati, jiwa dan akal
budi ini merasa “bersih dari masa lalu.” Dalam doa “Bapa Kami” sering kita lantunkan

Dar/memahami Matius 21
22

“datanglah kerajaan-Mu, di atas bumi, seperti di


dalam sorga.” Sering kali kita memohon tanpa tahu
akan apa yang kita mohon, saking sudah hapalnya.
Rasa lega, plong, bahagia yang sangat susah untuk
diungkapkan, karena hasil dari pertobatan dan
pengampunan, adalah keinginan atau harapan agar
kerajaan Allah turun ke bumi, ke dalam diri kita. Kita
hanya dapat mengira atau membayangkan bahwa sorga
hanya berisi dengan kelegaan dan kebahagiaan, puji-
pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Tidak ada rasa
sakit hati atau dendam, tidak ada siksa. Hal tersebut hampir sama dengan suasana setelah kita
bertobat dan diampuni. Paling tidak yang dapat kita bayangkan, di dalam Kerajaan Sorga
hanya ada kedamaian, kebahagiaan total, saling mengasihi tanpa batas, puji-pujian dan
sembah sujud kepada Tuhan. Dan suasana inilah yang diharapkan oleh Tuhan Yesus, supaya
terjadi di bumi. Mungkin agak cocok kalau kita menyanyikan lagu “di sini senang – di sana
senang – dimana-mana hatiku senang ……. sebagai ungkapan bahwa kerajaan sorga telah
turun ke dalam hati kita.

Begitu dekatnya bayangan kerajaan sorga yang sebenarnya dapat kita raih. Mungkin dapat
dibayangkan situasi yang enak, ayem tentrem, damai sejahtera ikut mulia bersama Tuhan
yang begitu luhur. Masalahnya apakah kita betul-betul mau meraih sukacita tersebut dengan
sepenuh hati, jiwa dan akal budi dengan segala risiko kedagingan. Sukacita sejati yang tidak
dapat dibeli dengan materi.

Penulis sering berpikir bahwa Kerajaan Surga adalah Tuhan Yesus sendiri yang begitu dekat
dengan kita malahan dapat menyatu dengan kita. Sering kita mendengar kata-kata Tuhan
sertamu atau Tuhan bersamamu dan kita balas dengan kata-kata jawaban pakem. Seringkali
mulut kita lebih spontan menjawab, namun perilaku kita atau perbuatan kita tidak sejalan
dengan ucapan kita. Disinilah rasa sukacita sejati belum bisa kita temukan. Hambar yang
terkadang sekedar basa-basi karena kewajiban belaka. Bukan menjadi kebutuhan yang dapat
merangsang hati jiwa dan akal budi kita untuk merindukan kejadian tersebut. Yang
selanjutnya apabila kita hayati, kita pasti akan merasakan sukacita yang tidak bisa
diungkapkan dengan kata-kata.

Jika Tuhan selalu bersama kita dan itu kita sadari sungguh-sungguh, apa lagi yang kurang?
Mungkin gambaran hal ini hampir sama apabila kita pernah mengalami pacaran yang sama-
sama saling mencintai. Sewaktu sedang bersama dengan sang pacar, sepertinya semua ini
milik berdua, lupa waktu, lupa makan, lupa pekerjaan, lupa segalanya. Mengapa bersama
Tuhan koq tidak bisa seperti sewaktu pacaran? Salahnya dimana?

Yesus memanggil murid-murid yang pertama


4:18. Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara,
yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau,
sebab mereka penjala ikan. 4:19 Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan
Kujadikan penjala manusia." 4:20 Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.
4:21 Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak
Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di
dalam perahu. Yesus memanggil mereka 4:22 dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya,
lalu mengikuti Dia.
Kelihatannya kejadian pada waktu itu, Tuhan Yesus bertemu Simon Petrus dan Andreas
maupun keluarga Zebedeus, terjadi percakapan yang cukup serius dan mereka terpesona
dengan pribadi dan karisma Tuhan Yesus. Dan akhirnya :”Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan
Kujadikan penjala manusia.”
Dar/memahami Matius 22
23

Kemungkinan yang lain, mereka sudah mengenal Tuhan Yesus sewaktu di sinagoga. Rasanya
tidak akan mudah bagi seseorang untuk mengikuti orang lain yang baru dikenalnya, biarpun
mempesona. Dan meninggalkan keluarga yang dikasihi begitu saja, apabila tidak ada janji-
janji manis yang akan meningkatkan taraf hidup, merupakan suatu hal yang agak mustahil.
Namun kenyataannya adalah, mereka meninggalkan keluarga dan ikut Tuhan Yesus. Betapa
hebatnya Yesus orang Nazaret itu dapat mempengaruhi orang.
Pasti ada suatu kekuatan daya magnet yang bukan main yang
tidak bisa ditolak.

Menjala ikan bagi nelayan sudah menjadi kehidupan sehari-


hari, yang kadang-kadang menghasilkan ikan yang melimpah,
namun sering kali tanpa hasil atau hanya secukupnya. Yang
namanya menjala atau menjaring ikan, pasti tidak akan
menentukan ikan apa yang akan tertangkap. Jenis apapun,
termasuk yang bukan ikan jika masuk dalam jaring akan
terangkat semua. Jika setelah diangkat dan dibawa ke perahu
atau ke darat, ikannya dipilih-pilih, yang tidak diminati
dibuang itu menjadi soal lain.

Menjala manusia adalah suatu hal yang sama sekali baru yang masih sulit untuk
membayangkan bagaimana caranya. Kelihatannya menjaring manusia menjadi suatu hal yang
menarik untuk dicoba dan diikuti. Jangan-jangan dengan menjadi penjala manusia, pada suatu
saat bisa menjadi pemimpin dari yang dijala. Bisa meningkatkan taraf hidup dan bukan hanya
sebagai nelayan saja. Siapa tahu jika kemudian hari bisa menjadi orang yang terhormat atau
disegani. Yang jelas daya magnet yang luar biasa saja yang dapat menggerakkan mereka
untuk ikut Tuhan Yesus. Kekuatan daya tarik seperti apa itu, tidak bisa diungkapkan dengan
kata-kata pendek.

Agak berbeda dengan memancing yang kadang kala membuat umpan untuk ikan tertentu, dan
dapat berbeda dengan umpan untuk ikan yang lainnya. Tidak usah muluk-muluk untuk
menjadi penjala manusia, bisa menjadi pemancing manusia saja Tuhan Yesus sudah
tersenyum bahagia. Umpannya cukup dengan kasih yang tanpa syarat.

Diajarkan kepada kita bahwa begitu kita dibaptis, kita menjadi anak Allah. Menjadi anak-
anak Allah sudah barang tentu suatu hal yang sangat
menggembirakan. Oleh karena itu kita mendapat tugas
menyebarkan kabar sukacita tersebut. Namun mari kita
bertanya ke dalam diri sendiri, siapkah kita menjadi pewarta?
Tidak usah sebagai penjala, namun sebagai pemancing atau
yang lebih sederhana lagi sebagai pemelihara yang sudah di
dalam kolam atau aquarium kita. Ikan di dalam kolam atau
aquarium akan bisa tumbuh apabila selalu diberi makan
yang cukup, dibersihkan dari segala macam kotoran yang
bisa mengganggu kesehatan. Bisa kita bayangkan apabila
ikan tidak pernah diberi makan dan media airnya tidak
pernah dibersihkan, mereka akan mati atau jangan-jangan
mereka malah menjadi buas, segalanya dimakan.

Dar/memahami Matius 23
24

Yesus mengajar dan menyembuhkan banyak


orang
4:23. Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan
memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara
bangsa itu. 4:24 Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya semua
orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang
sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka. 4:25 Maka orang banyak
berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem
dan dari Yudea dan dari seberang Yordan.

Ayat di atas menyiratkan bahwa Tuhan Yesus mengajar dan memberitakan Injil Kerajaan
Allah di seluruh Galilea; Selain itu adalah melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
Melenyapkan rasanya agak berbeda dengan menyembuhkan. Lenyap yang tidak akan
kembali, namun sembuh dapat kembali kambuh dan sakit lagi. Tuhan Yesus memang Sang
Maha Tabib yang tidak akan tertandingi, yang meliputi segala macam penyakit phisik,
maupun non phisik. Tuhan Yesus kelihatannya pada awal-awal pengajaran masih membatasi
diri hanya di rumah-rumah ibadat, serta tidak berpromosi di jalan-jalan. Dari rumah-rumah
ibadat tersebut, barulah tersiar berita kemana-mana bahwa ada seseorang yang dapat
menyembuhkan dan melenyapkan segala penyakit dan penderitaan. Kabar getok tular itulah
yang menyebar kemana-mana. Getok tular jelas berbeda dengan promosi. Getok tular lebih
banyak bersumber dari yang mengalami, yang mendengar dan melihat, sedangkan promosi
lebih banyak bersumber dari kelompok promotor, produsen, sang tabib dan sejenisnya.

Dekapolis kadang disebut Sepuluh Kota yang penduduknya sudah campur baur. Penulis tidak
tahu apakah yang menerima ajaran Injil Kerajaan Allah hanya orang Yahudi atau segala
bangsa. Namun penulis yakin bahwa yang datang dan mencari kesembuhan adalah semua
bangsa yang mendengar kabar tersebut. Siria sendiri merupakan wilayah di utara Israel yang
lumayan jauh jika ditempuh dengan jalan kaki.

Kita bisa membayangkan bahwa seseorang yang terkena sakit penyakit dan ingin
kesembuhan, akan berupaya mencari sang penyembuh dimana saja. Kalau perlu segalanya
dicoba, syarat apapun diterima asalkan bisa sembuh. Yang sakit tidak pernah meminta syarat
tertentu, apakah suku, ras, agama dan kepercayaannya harus begini dan begitu.
Rasanya agak lucu kalau kita masuk rumah sakit karena ingin sembuh, tetapi sebelumnya
bertanya dahulu siapa dokternya, siapa susternya. Apakah mereka sepaham dan sealiran
dengan kita? Kalau memang tidak sepaham, ayo kita pulang saja, lebih baik biar saja sakit.
Besok kita cari dokter atau pengobatan alternatif yang sepaham dan sealiran dengan kita.
Jangan-jangan gurunya si dokter atau si dukun alternatif tadi lebih tidak sepaham dan sealiran.

Dimana ada Tuhan Yesus, pastilah disitu ada kedamaian dan sukacita. Rasanya akan menjadi
aneh jika mendapat kesembuhan malah bersedih hati. Dan semuanya itu diberikan secara
gratis, cuma-cuma karena belas kasih-Nya kepada orang-orang yang membutuhkan.

Bagaimana dengan kita? Mengikuti jejak-Nya ataukah malah sebaliknya, mumpung


dibutuhkan orang banyak. Memanfaatkan kerelaan orang, dengan menerima imbalan yang
kalau bisa menguntungkan dalam segala hal. Atau seperti Paulus yang masih mau bekerja
untuk menghidupi dirinya, sambil berkotbah dan menyembuhkan tanpa imbalan. Berkarya
dalam pelayanan sudah menjadi panggilan yang harus dijalani dengan konsekuen. Namun
emuanya itu diserahkan kepada kita masing-masing. Mau menjadi penonton (Jawanya ndelok
= kendel alok), atau pelaku firman sesuai kemampuan atau malahan cuek bebek, emang gue
pikirin.

Dar/memahami Matius 24
25

Khotbah di Bukit (5-7)


Bab 5. Sabda Bahagia, Garam dan Terang Dunia, hukum Taurat

Ucapan bahagia
5:1 Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit
dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. 5:2
Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:
5:3. "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena
merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Pengajaran di luar rumah ibadat mungkin diawali di suatu bukit,
dimana Tuhan Yesus diikuti oleh orang banyak karena
keajaibannya. Jelas rumah ibadat tidak akan cukup untuk
menampung begitu banyak orang. Bukit tersebut sekarang ini sangat dikenal dengan nama
bukit be-attitude dengan “gereja delapan sabda bahagia” yang berbentuk segi delapan.
Tempatnya di pinggir danau atau laut Galilea, terasa tenang dan rindang karena pepohonan.
Penulis masih bertanya-yanya dalam hati mengapa bukit tersebut tidak disebut sebagai bukit
delapan sabda bahagia. Ataukah delapan sabda bahagia ini hanya dikenal dan sudah biasa di
telinga orang Indonesia saja? Mungkin para ahli kitab suci perlu menjelaskan tentang hal ini.

Miskin di hadapan Tuhan bagi penulis dapat diartikan bahwa kita bukan apa-apa, tidak ada
artinya, begitu kecil dan tidak berarti di hadapan Tuhan. Sekaya apapun kita, hal tersebut
tidak berarti bagi Tuhan, Sang Maha Kaya. Kita diajarkan untuk bisa menjadi rendah hati,
tidak sombong, tidak haus pujian, menerima segala sesuatu dengan apa adanya. Setiap hari,
setiap waktu, kita selalu berhadapan dengan Tuhan. Apabila kita dapat menyadari bahwa
kekayaan yang selama ini telah kita kumpulkan dengan susah payah, sebenarnya tidak berarti
di hadapan Tuhan, dan sewaktu-waktu Tuhan pun dapat “menghapuskan” kekayaan itu
melalui suatu kejadian dalam waktu sekejap. Kalau kita meninggal, nyatanya kekayaan
tersebut tidak kita bawa ke liang kubur. Yang terjadi ya terjadilah dan tidak perlu disesali
karena tidak akan kembali begitu saja. Kelekatan duniawi sepertinya dapat menjadi batu
sandungan sewaktu mengikuti jejak Tuhan Yesus.

Tulus Ikhlas, berani melepaskan diri dari keterikatan materi duniawi. Disitulah kita akan
merasakan Kerajaan Sorga. Tidak punya rasa kuatir tentang apapun. Hanya yang
bersangkutan saja yang dapat merasakan dan menikmati, karena susah untuk diungkapkan.
Ada peribahasa Jawa :”Ora duwe apa-apa, ora butuh apa-apa, ning malah duwe apa-apa”
yang kurang lebih berarti tidak punya apa-apa, tidak menginginkan apa-apa, tetapi malahan
mempunyai apa-apa.

Kita bisa membayangkan sewaktu kita berada di atas puncak gunung, atau di dalam perahu di
tengah laut, jauh dari mana-mana. Betapa kita begitu kecil, begitu tidak berarti dibanding
dengan apa yang dapat kita lihat pada waktu itu. Betapa hebat dan indahnya ciptaan Tuhan,
dan betapa sering kali kita baru bisa menyadari, mengakui Sang Pencipta yang begitu maha.
Lagu “Hanya debulah aku” sering menyadarkan penulis di waktu Pra Paskah bahwa kita
betul-betul bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, tidak berarti, begitu kecil. Sering kali
penulis merasakan berubah suara sewaktu menyanyikan lagu tersebut. Belum sampai
menangis lho, walaupun sering mengeluarkan air mata tanpa dapat ditahan.

Yang menjadi batu sandungan dalam hidup kita, kenyataan bahwa semakin kita kaya akan
semakin besar rasa kekuatiran kita. Jangan-jangan begini atau jangan-jangan begitu.
Keterikatan atau kelekatan kepada apa yang kita miliki, yang kita kumpulkan dengan susah
payah, sering menghunjam ke dalam hati kita. Mau tidak mau, sadar tidak sadar harus kita
Dar/memahami Matius 25
26

akui bahwa kekayaan nyatanya akan meningkatkan nilai gengsi kita di masyarakat. Dan tidak
dapat kita pungkiri bahwa gengsi itu kenyataannya mahal.
Kita lebih sering lupa bahwa kita lahir dalam keadaan telanjang dan sewaktu meninggal hanya
berpakaian seperangkat atau hanya kain kafan, dikuburkan atau dibakar. Sama dengan orang
lain yang sering kita sebut miskin menderita perlu dikasihani. Siapkah kita menjadi orang
biasa seperti orang kebanyakan?

5:4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.


Berdukacita yang bagaimana yang akan mendapatkan kebahagiaan, yang mendapatkan
penghiburan? Penulis lebih sering bingung sendiri menerima ajaran ini. Yang dapat penulis
tangkap adalah dukacita, merasa prihatin karena melihat kebenaran diabaikan, cintakasih yang
semakin meluntur, kedamaian yang semakin menjauh, hilangnya harapan untuk lebih baik.
Masyarakat atau rakyat biasa semakin menderita dan semakin susah hidupnya. Orang
berdukacita mendapat penghiburan adalah hal yang biasa, namun belum tentu merasakan
kebahagiaan. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa orang yang masih punya kepedulian dalam
kehidupan ini akan menerima Roh Penghibur itu sendiri. Peduli dan prihatin akan kemiskinan
dan penderitaan yang melanda, lingkungan hidup yang mulai terusik, penjajahan di segala
bidang. Peduli kepada kaum lemah dan papa, kelaparan dan kehausan, orang-orang yang
tersingkir dan terabaikan.

Mari kita bayangkan apabila di sekitar kita ada banyak kejadian yang memprihatinkan, kita
lihat dengan mata kita sendiri. Tetangga kita mengalami musibah, kelaparan, kehausan, tanpa
pakaian, tidak punya tempat berteduh, dianggap sebagai sampah masyarakat, mengalami
kebanjiran, kebakaran. Masih adakah kasih di hati kita? Kalau kita masih mempunyai hati
nurani dan dapat berkarya, semestinya ikut berduka, prihatin dan muncul rasa ingin
membantu secara ikhlas sesuai kemampuan. Membantu tidak selalu berbentuk materi dan
uang, karena masih bisa yang lain. Mungkin saja kita hanya bisa membantu dengan tenaga,
atau dengan kata-kata hiburan dan nasihat, atau malahan hanya dengan doa.

Terus kita membayangkan bahwa hal tersebut menimpa kita. Kita ingin meratap dan
menangis karena terkena dukacita. Tanpa kita duga teman tetangga dengan sukarela
menolong kita sesuai kemampuannya, penghiburan akan terjadi. Kita merasa bahwa kita
masih punya teman, tetangga yang peduli kepada kita. Kita merasa tidak ditinggalkan
sendirian. Ada rasa kelegaan walaupun belum bisa menghilangkan dukacita yang kita alami.
Beruntunglah kita yang menjadi murid Yesus, walaupun kita menangis dalam kesesakan,
Sang Penghibur sendiri yang membawa kelegaan. Kita bisa bertanya kepada diri sendiri
mengapa berdukacita, dan akan ada jawabnya. Jika setiap jawaban kita tanyakan kembali,
maka pada tahap tertentu kita akan menyadari bahwa kita harus berbuat sesuatu.

Penulis sering menganggap bahwa sukacita tidak ada bedanya dengan dukacita. Secara
matematis dukacita adalah sukacita yang nilainya minus. Besaran nilai tersebut tergantung
kita mengukurnya. Yang jelas jika nilainya positif kita anggap sebagai sukacita dan jika
nilainya negatif kita sebut dukacita. Dalam pengembaraan hidup ini, kedua nilai tersebut akan
kita lalui silih berganti. Jadi hidup ini mestinya kita nikmati dengan penuh sukacita karena
Sang Penghibur sudah mengajarkan begitu. Siapkah kita mempunyai rasa prihatin dan peduli
terhadap penderitaan karena ketidak benaran? Atau siapkah kita menjadi penghibur bagi
orang lain?

5:5 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
Pada umumnya kita percaya bahwa orang yang lemah lembut pasti banyak kawannya,
disukai. Biasanya lemah lembut berkaitan dengan mau mengalah tidak ingin menang sendiri,
tidak mudah marah ataupun tersinggung, sopan dan punya rasa empati. Orang yang mau
Dar/memahami Matius 26
27

menyapa orang lain, siapapun mereka. Dimana bumi dipijak disitu dia mendapatkan kawan
dan disenangi dalam pergaulan. Ajaran Jawa menyebutkan agar bisa “ajur ajer,” yang berarti
bisa menyesuaikan diri di tempat manapun dan kapanpun. Bumi seakan-akan dapat
direngkuh, dirangkul dalam tangannya. Seluruh isi bumi seakan menjadi milik kita karena
mereka dapat bersekutu dengan kita. Pergi kemanapun setiap orang mau menerima atau
paling tidak mau diajak tegur sapa. Apabila masih ada satu dua yang tidak suka, hal tersebut
biasa dan lumrah. Sebaik apapun kita, sejujur apapun kita, pasti masih ada orang yang tidak
suka. Bisa saja karena iri, merasa tidak bisa meniru. Bahasa ekstrimnya, selama Sang Roh
Kejahatan masih boleh berkarya, hal tersebut pasti tetap akan dialami dalam kehidupan
sehari-hari.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita membuat topeng lemah lemut. Sering kali
topeng tersebut kita pasang di wajah kita, kemudian kita copot kembali tergantung situasi.
Biar orang lain menyangka bahwa kita termasuk orang yang lemah lembut. Yang jelas bila
kita selalu memakai topeng, pada titik tertentu karena ego kita, topeng tersebut secara tidak
sadar akan kita buka sendiri. Maka akan terlihatlah wajah kita yang sebenarnya. Orang lain
akan mulai beranya-tanya, siapakah kita sebenarnya. Dan umumnya mereka akan berbicara
tentang kita di belakang kita. Syukur jika yang dibicarakan yang baik-baik, lha kalau yang
sebaliknya? Budaya berbicara negatif di belakang nyatanya susah untuk diubah.

Coba kita bayangkan apabila kita tidak mempunyai teman seorangpun dan mereka menjauh
dari kita, tetangga sebelah tidak mau bertegur sapa karena melihat egoisme kita,
kesombongan kita yang maunya ingin menang sendiri. Kelemah lembutan harus diberikan
kepadaku, namun bukan menjadi kewajibanku. Sewaktu mereka sedang berkumpul, begitu
kita datang mereka membubarkan diri satu persatu dengan segala macam alasan. Ada orang
ngobrol, kita merasa bahwa mereka sedang membicarakan kekurangan kita. Sehari dua hari
masih dapat bertahan, lama kelamaan akan menekan kita dan rasanya ingin cepat pindah dari
tempat tersebut. Tempat tersebut rasanya tidak ada damai, tidak ada ceria dan kita menjadi
orang yang tersingkir. Tempat yang kita pijak dan kita huni terasa semakin panas. Siapkah
kita berubah menjadi orang yang lemah lembut?

5:6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Kelihatannya arti kebenaran saat ini sudah berkembang. Kebenaran menurut seseorang atau
kelompok orang belum tentu menjadi kebenaran bagi yang lain. Kebenaran dengan segala
macam alasan, dan akhirnya saling berebut untuk mengaku yang paling benar. Mencari
benarnya masing-masing jelas akan sulit menemukan titik temu. Terus orang Jawa
mengatakan “becike kepiye?” baiknya bagaimana untuk mencari jalan tengah. Mungkin
dapat dikatakan bahwa benar dan salah begitu tipis perbedaannya atau malahan ada gradasi
atau tingkat kebenaran. Mungkin seperti batasan perbedaan siang dan malam, terus diambil
kesepakatan batas antara siang dan malam. Benar dengan nilai seribu mestinya lebih tinggi
dengan benar nilai seratus. Begitu nilai kebenaran tersebut kita anggap menuju minus, maka
kita menyebut itu salah. Yang menjadi batu sandungan, sering kali kita begitu gampang untuk
tidak membenarkan orang lain. Begitu lancar menyalahkan orang lain dan membenarkan diri
sendiri. Yang dapat penulis tangkap dari perkataan Tuhan Yesus adalah kebenaran yang
hakiki, yang datang dari hati nurani paling dalam. Mungkin secara ekstrim, kebenaran yang
sempurna itu hanya milik Tuhan.

Dalam keadaan lapar dan haus, yang sangat kita butuhkan adalah makan dan minum; bukan
yang lainnya. Pada waktu itu yang kita butuhkan adalan makanan dan minuman, sesederhana
apapun. Muncullah ungkapan enak makan enak minum, bukan makanan dan minuman yang
enak. Segala makanan dan minuman menjadi enak dan memuaskan kalau kita lapar dan haus.
Yang penting sesuatu yang dapat dimakan dan sesuatu yang dapat diminum, atau sesuatu
Dar/memahami Matius 27
28

yang dapat memuaskan rasa haus dan lapar, bukan materi yang lainnya. Demikian juga orang
yang lapar dan haus akan kebenaran mempunyai risiko duniawi dan bertentangan dengan
orang lain yang merasa juga bahwa ia juga benar.

Bagaimana rasanya hati kita apabila sesuatu yang salah kita pertahankan dengan segala
macam alasan? Mungkin saja ada yang tetap merasa tenang dengan kedegilannya, namun ada
juga yang merasa dikejar-kejar oleh dirinya sendiri bahwa telah salah, mengakui kesalahan
sebagai suatu kebenaran. Apabila orang tersebut berani mengakui kesalahan di hadapan lawan
bicara dan haus akan kebenaran, disitulah kepuasan akan menjalar dalam hati sanubari.

Menurut penulis, kebiasaan mencari benarnya masing-masing harus kita ubah dengan
mencari salahnya masing-masing. Dengan menemukan kesalahan atau ketidak benaran,
barulah kita bisa menemukan kebenaran itu sendiri. Jika ketidak benaran, kesalahan,
kekeliruan kita kumpulkan terus kita pisahkan, barulah sisanya tinggal kumpulan kebenaran.
Sekecil apapun kebenaran yang kita miliki dan segala macam kesalahan yang pernah kita
kumpulkan kita buang, pasti sisanya tinggal yang benar. Tuhan Yesus lebih tegas mengajari
kita untuk berpegang kepada kebenaran; katakan benar apabila memang benar adanya dan
katakan salah apabila memang salah adanya. Hati dan jiwa akan merasa lebih plong, lega,
karena berani berpihak kepada kebenaran. Benar dan salah tidak mengenal keberpihakan dan
toleransi.

Pengalamaan berkeliling ke luar negeri dengan tawaran-tawaran manis seks bebas dari lawan
jenis kelihatannya sangat menarik dan susah untuk ditolak. Kapan lagi bisa diulangi kalau
tidak dimanfaatkan, kan jauh dari keluarga? Pada malam hari sewaktu perenungan diri, ada
perasaan puas dan bersyukur bahwa perbuatan tidak benar itu dapat ditekan dan tidak terjadi.
Dari sisi kedagingan memang ada rasa penyesalan, namun dari sisi rohani ada rasa kepuasan
yang tidak dapat diukur. Tawaran suap terasa manis karena dapat meningkatkan taraf hidup
duniawi, biarpun dibalik itu pasti ada yang dirugikan. Kita masih dapat berdalih bahwa itu
bukan suap, tetapi ucapan terima kasih, atau kesetia-kawanan atau bahasa lain yang lebih
lembut. Menolak tawaran tersebut memang terasa pahit dari sisi kedagingan, namun
memberikan kepuasan tersendiri dari sisi rohani. Jadi kitapun kalau mau, dapat membuang
yang keliru baru memilih yang benar, dan disitulah kita akan mendapatkan kepuasan secara
rohani. Mungkin kalau tidurpun bisa mendengkur dengan enak sekali. Penulis merasa yakin
bahwa ketika kita berpihak kepada ketidak benaran, ada perasaan was-was di dalam hati, dan
muncul di benak kita “jangan-jangan ....” Terus akal budi ini mulai berpikir mecari-cari
alasan untuk pembenaran diri. Bisakah tidur nyenyak?
Siapkah kita berpihak kepada kebenaran?
5:7 Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
Murah hati dapat dikatakan sebagai suatu tindakan yang dengan sukarela berbuat sesuatu bagi
kepentingan orang lain. Berbuat sesuatu ini biasanya lebih ditekankan kepada tindakan
membantu kebutuhan orang lain, seperti menolong dengan bantuan tenaga, memberi uang
atau barang maupun pinjaman tanpa membungakan dan tidak mengejar-ngejar agar segera
dikembalikan. Berbuat sesuatu dapat juga berbentuk nasihat yang diminta, urun rembug,
mengerjakan sesuatu demi kebersihan, keindahan secara sukarela tanpa disuruh. Sewaktu kita
berbuat sesuatu, orang lain yang menerima dampaknya akan dengan suka hati bermurah
dengan ucapan terima kasih, pujian, doa semoga Tuhan yang membalas.

Tuhan Yesus memberi janji bagi orang yang murah hati, karena akan beroleh kemurahan dari
Tuhan. Kemurahan Tuhan dapat berbentuk apa saja dari Tuhan, mungkin secara rohani dan
mungkin juga secara jasmani atau malahan kedua-duanya. Kalau kita renungkan, sering kali
kemurahan-Nya sungguh tidak terduga, malahan sering kita abaikan. Itu kan hal yang lumrah-
Dar/memahami Matius 28
29

lumrah saja. Percayakah kita akan kemurahan Tuhan? Rasanya belum pernah mendengar
bahwa orang yang bermurah hati mengalami hidup “menderita.” Sama dengan seorang
donatur yang menjadi miskin karena berderma, belum pernah tahu.

Belajar untuk bermurah hati dengan ikhlas memberikan pengalaman hidup yang begitu indah,
sewaktu penulis mendapat kemurahan Tuhan yang begitu berlimpah. Semakin bermurah hati,
rasanya kemurahan Tuhan juga semakin berlimpah-limpah. Sewaktu ngobrol dengan isteri
tentang membantu tetangga yang kekurangan, dalam keterbatasan ekonomi keluaga,
muncullah kesepakatan. Kesepakatan tersebut suatu pertanyaan yang harus kita jawab sendiri
:”Apakah dengan membantu tersebut, keluarga kita menjadi tidak bisa makan?” Selama
masih bisa “makan,” apa salahnya jika bisa membantu orang lain? Membantu tidak berarti
memenuhi segala kebutuhan yang kita bantu, namun yang penting jangan dianggap bahwa hal
tersebut menjadi bagian hutang yang harus dibayar atau dikembalikan.

Kelihatannya ada benarnya bahwa di dunia ini yang penuh dengan kedagingan mengajarkan
kepada kita bahwa, rezeki tidak bisa dikejar dan tidak dapat ditolak. Demikian juga dengan
musibah yang tidak pernah diharapkan, namun tidak dapat dihindarkan. Musibah tersebut
dapat kita sebutkan sebagai rezeki yang nilainya negatif. Batas titik nol dari rezaki tersebut
kita tentukan, kalau diatas nol kita sebut rezeki yang positif. Di bawah nol kita sebut rezeki
yang negatif dan lebih populer disebut musibah atau kesialan. Siapkah kita untuk menjadi
orang yang murah hati?

5:8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Pengalaman mengajarkan bahwa untuk hidup suci bukanlah soal yang gampang. Gangguan
kedagingan begitu menggelora mempengaruhi kehidupan kita, seakan-akan menggoda dengan
segala kenikmatannya. Yang muncul hanya segala macam hawa nafsu yang mengajak kita
melupakan Tuhan. Seakan-akan Tuhan memang tidak menjanjikan dunia yang memberikan
kenikmatan duniawi. Kesucian hati rasanya hanya memberikan kekalahan duniawi, harus
selalu mengalah kepada orang lain, tidak boleh berpikir negatif dan banyak lain lagi, sehingga
emosi harus betul-betul dapat dikendalikan. Pikiran, hati dan jiwa harus betul-betul murni,
bersih. Penulis merasakan bahwa hal ini suatu pelajaran yang begitu berat, yang terus menerus
harus selalu diasah. Penulis merasakan jatuh bangun untuk menuju ke kesucian hati, karena
godaan kedagingan, ego dan sejenisnya. Sebagai contoh, begitu mencoba berdoa, banyak
pikiran lain yang mengganggu sehingga Tuhan seakan-akan begitu jauh dan terasa bahwa
tidak terjadi komunikasi dengan Tuhan. Bibir berbicara dalam doa, namun hati dan pikiran
melayang-layang di tempat lain. Mungkin Tuhan bertanya :”Dar, kamu sekarang ini sedang
berbicara dengan siapa? Coba lihatlah Aku anak-Ku, yang sedang kamu ajak bicara ini,
dengan hati yang murni. Berbicaralah dengan hatimu, anak-Ku.”

Seringkali hati kita terisi dengan pikiran tentang orang lain dan kita ingin mengkritiknya,
menyalahkan karena tidak sesuai dengan kata hati kita. Rasanya kitalah yang paling benar.
Pada saat-saat seperti itu hanya bayangan-bayangan orang lain yang terlihat. Bayangan
“wajah Tuhan” seakan-akan tertutup di balik bayangan wajah orang lain. Sewaktu Tuhan
ingin memasuki hati kita, pada saat itu kita menolak dan meminggirkan Dia ke samping.
Entar dulu Tuhan, sekarang ini emosiku yang harus didahulukan.

Namun pengalaman hidup menunjukkan bahwa sewaktu kita bertobat dengan sepenuh hati,
dan ingin hidup lebih baik dengan mengikuti perintah-Nya, ada perasaan lega yang tidak
dapat dilukiskan. Rasanya Tuhan malahan selalu mengajak berbicara lebih dahulu. Mata hati
kita seakan-akan “memandang” Tuhan yang sedang memberi tahu, mengingatkan, menyapa
dengan halus. Mungkin setiap pagi atau malahan pagi dan sore kita dapat menyanyikan lagu
menyapa Tuhan :”Selamat pagi Bapa, selamat pagi Yesus, selamat pagi Roh Kudus. Terima
Dar/memahami Matius 29
30

kasih atas anugerah-Mu, semalam telah berlalu. Ku memuji, ku bersyukur, ku muliakan


Nama-Mu. Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus, terima kasih.” Wajah Tuhan Yesus seakan-
akan ada di hadapan kita dan kita bisa berbicara seperti dengan seorang sahabat dekat yang
kita hormati dan kita segani.

Yang jadi batu sandungan adalah bagaimana mempertahankan kemurnian atau kesucian hati
ini. Si Pengganggu sering kali menawarkan sesuatu yang begitu menarik, yang dapat
melupakan dan melunturkan kesucian hati. Sebagai contoh, pada zaman sekarang ini adalah
sarana komputer dan internet yang dapat merangkum dunia dengan segala isinya. Jika salah
pilih, dengan sarana ini maka kita akan semakin terjerumus ke dalam godaan setan, lupa
waktu, lupa keluarga dan lupa ngobrol dengan Tuhan. Siapkah kita menjadi orang yang suci
hati?

5:9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Begitu kita dibaptis, rasanya pada saat itu juga kita sudah betul-betul menjadi anak-anak
Tuhan. Maklum, sewaktu penulis dipermandikan sudah duduk di bangku sekolah SMP.Yang
muncul dari hati pada saat itu hanya rasa bahagia, gembira dan dapat berdamai dengan
siapapun juga yang kita jumpai pada hari itu. Semua orang mengucapkan selamat dan kita
dijadikan keluarga besar umat Kristiani. Mungkin di tempat tertentu malah dipestakan.

Namun setelah itu kita lebih sering menjadi anak-anak yang bandel dan membangkang.
Pokoknya hari Minggu ke gereja, hari lainnya entah kemana. Hari Minggu menjadi anak
Allah dan hari lainnya menjadi anak dunia kembali. Mungkin ungkapan Jawa dari orang tua
kita cocok sekali :”Inggih-inggih ora kepanggih.” Ya bapak, ya ibu, namun setelah keluar
dari rumah, kita sudah lupa dengan pesannya. Ach, bapak-ibu tidak tahu saja, sekali-kali kan
tidak apa-apa tidak menurut orang tua.

Tuhan Yesus menjanjikan bahwa kalau ingin disebut sebagai anak-anak Allah, bawalah damai
kemanapun kita berada. Damai kelihatannya gampang diucapkan, namun cukup sulit untuk
dilaksanakan. Kelihatannya perlu tahapan untuk belajar damai ini. Berdamai dengan diri
sendiri rupanya menjadi pelajaran awal yang harus dikuasai lebih dahulu. Belajar damai
dengan diri sendiri secara tidak langsung belajar damai dengan Tuhan, melalui permenungan
dan pertobatan. Roh Kudus akan berkarya dalam hati kita, apabila kita bisa berdamai dengan
Tuhan. Berdamai dapat diartikan secara gampangnya adalah saling memaafkan atas segala
kesalahan dan kembali hidup rukun. Kalau “bertemu” Tuhan Yang Maha Benar dan Maha
kasih, siapakah yang berbuat salah? Disini jelas kitalah yang telah berbuat salah dan dosa
kepada Tuhan. Namun karena Tuhan begitu Maha Pengampun, begitu kita mengakui segala
kesalahan dan bertobat dengan sepenuh hati dan tidak berbuat salah lagi, maka kita akan
kembali menjadi anak-anak Tuhan. Di Mata Tuhan, kesalahan tersebut dapat saja terjadi
karena pikiran kita, perkataan kita ataupun karena perbuatan kita.

Jika kita sudah dapat berdamai dengan Tuhan melalui diri sendiri yang berubah, maka kita
dapat mengembangkan diri ke tahap selanjutnya. Sebagai gereja basis, tahapan kedua harus
belajar damai dengan keluarga dan seisi rumah. Di Mata Tuhan, seisi rumah mempunyai
tingkat yang sama, tidak ada yang lebih besar ataupun yang lebih kuasa. Tidak ada yang lebih
kecil ataupun lebih lemah. Seringkali kita menganggap enteng apabila dalam keluarga sendiri,
merasa segalanya gampang diselesaikan, mudah diatur, apalagi kalau kita menjadi kepala
keluarga. Ucapan minta tolong, pujian, maaf dan terima kasih dalam keluarga rasanya sangat
sulit untuk diucapkan. Seringkali kita merasa lebih gampang berkomunikasi dengan orang
lain, apalagi menyangkut tentang iman. Kita merasa lebih gampang berdoa bersama dengan
teman-teman di lingkungan, dibandingkan berdoa dan membaca Kitab Suci bersama keluarga.
Dar/memahami Matius 30
31

Disinilah hambatan yang sering muncul untuk memulai berdamai dengan keluarga, melalui
komunikasi dan persekutuan doa yang paling kecil. Kita sering lupa dengan janji suci pada
saat sakramen pernikahan, menjadi satu daging membentuk keluarga baru yang dipercayakan
oleh Tuhan kepada kita. Kita bisa dan rasanya lebih mudah untuk mengundang anggota
lingkungan bahkan pastur dalam persekutuan doa. Kitapun rasanya lebih mudah mendatangi
undangan persekutuan doa rutin di lingkungan, dibandingkan persekutuan doa di dalam
keluarga. Mestinya kita harus lulus dahulu dari ujian dalam keluarga, barulah kita menapak ke
tahap selanjutnya.

Tahapan ketiga adalah yang lebih luas, karena membawa damai di masyarakat yang lebih
luas, dengan segala macam hambatan. Membawa damai kelihatannya juga harus siap
mengalah, biarpun kebenaran tetap harus ditegakkan. Sering kali kita membenarkan diri
dengan kata-kata “maklumlah masih manusiawi” walaupun dengan baptisan kita diubah
menjadi manusia baru dan anak-anak Tuhan. Hambatan besar memang hanya datang dari diri
sendiri, apakah siap menjadi pembawa damai di keluarga, di cakupan yang lebih besar, di
masyarakat ataupun lingkungan paroki.

Mari kita bayangkan perbedaan suatu kehidupan yang penuh damai dan kehidupan yang
penuh percecokan. Kedamaian rasanya sudah seperti hidup di sorga, menjadi anak-anak
Tuhan, Sang Raja Damai. Sedangkan konflik, percekcokan, perseteruan dan sejenisnya
rasanya seperti hidup di neraka, dimana memang Iblis selalu mengharapkan terjadinya
perselisihan. Perselisihan sendiri tidak mesti model perang terbuka berhadap-hadapan. Bisa
jadi perselisihan diawali dengan perbedaan pendapat, prinsip, budaya, adat istiadat ataupun
sifat-sifat yang dibawa dari lahir. Kita sering lupa bahwa kita diciptakan memang begitu unik
dan berbeda dengan yang lainnya. Batu sandungan tanpa disadari muncul sewaktu kita
menginginkan seseorang atau kelompok merubah sikap atau perilaku yang sudah dibawa
sejak kecil. Kita sendiri sering lupa untuk merubah diri sendiri. Mestinya kita masing-masing
berubah sendiri menjadi lebih baik dan pada waktunya siap menjadi pembawa damai.
Marilah kita belajar dan berkarya untuk membawa perdamaian dengan penuh kasih,
dimanapun kita berada. Kelihatannya memang harus terus belajar dan belajar melalui proses
kehidupan sehari-hari. Anak-anak Allah yang sedang berkumpul mestinya penuh damai lahir
batin. Siapkah kita menjadi pembawa damai?

5:10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya
Kerajaan Sorga.
Kembali ke atas, lapar dan haus akan kebenaran dapat menimbulkan penganiayaan karena
melawan yang tidak benar. Teraniaya dalam pikiran, hati ataupun tubuh maupun mata
pencaharian, bisa dialami karena membela kebenaran. Pertanyaannya, siapkah kita
mempertahankan kebenaran dengan segala macam risiko di dunia tersebut? Tuhan Yesus
sendiri mengambil risiko itu demi kebenaran yang hakiki. Tuhan Yesus memberi janji yang
indah, yaitu akan mempunyai atau menjadi pemilik Kerajaan Sorga. Kerajaan Sorga selama
masih hidup di dunia yang dapat dirasakan dalam hati, atapun kerajaan Sorga setelah
dipanggil Tuhan untuk menghadap-Nya. Kita pasti ingat doa Bapa Kami, datanglah
Kerajaan-Mu diatas bumi seperti didalam surga. Mempertahankan kebenaran nampaknya
suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Hidup ini memang aneh, berpihak kepada
kebenaran yang berarti berpihak kepada Tuhan, koq dianiaya. Benar masih bisa direkayasa
menjadi salah dan salah itu sendiri malahan menjadi benar. Tetapi itulah hidup, bahwa
kebenaran sering menjadi musuh bagi orang-orang yang tidak benar. Karena kebenaran,
seseorang atau sekelompok orang bisa dibuat “miskin” di hadapan dunia. Maka kebenaran itu
perlu “dianiaya” agar tidak berkembang. Mungkin ada benarnya ungkapan Jawa yang
mengatakan “sing waras ngalah.” Sebab kalau melawan dan tidak mau mengalah berarti sama
Dar/memahami Matius 31
32

tidak warasnya. Mari kita bertanya ke dalam diri sendiri, saat kapan kita merasa gelisah dan
deg-degan, apakah sewaktu melakukan kebenaran atau sebaliknya?
Siapkah kita menjadi pembawa kebenaran?

5:11 Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan
segala yang jahat.
Tuhan Yesus kelihatannya mengajarkan kepada kita, untuk belajar tersenyum dengan hati
yang bersih apabila karena Dia kita dicela, difitnah dan dianiaya. Tuhan Yesus mengajar agar
kita tidak marah dan membalas segala celaan dan fitnahan dengan kemarahan. Tuhan Yesus
bagaikan pelatih olah raga yang mengajarkan sportifitas, untuk tetap bermain cantik biarpun
dikasari atau dirugikan oleh lawan; Biarkan saja kan ada wasit yang akan menghukum
mereka. Kadang-kadang memang dalam pertandingan kita akan diganggu dengan segala
macam cara, agar emosi kita naik dan tidak dapat konsentrasi mengembangkan permainan.
Tuhan Yesus sepertinya berkata :”Tenang! Tenang! Jangan emosi, biarkan saja, jangan
dilawan dengan kemarahan, teruslah berkarya! Lihatlah Aku yang selalu dicela dan dianiaya
serta difitnah. Contohlah Aku.”

Mungkin para katekis, guru agama ada baiknya menekankan ajaran ini kepada para
katekumen. Bahwa menjadi pengikut Kristus itu harus siap lahir batin untuk dicela dan
dianiaya. Dicela dan dianiaya dalam segala hal dalam kehidupan di dunia ini. Harus kita
sadari bahwa dunia ini sejak sebelumnya memang sudah terisi, diduduki oleh Roh Jahat yang
menguasai segala tempat dan mereka pintar bersilat lidah. Mereka bisa menuduhkan apa saja,
kalau perlu disiapkan para saksi palsu. Apalagi bila bisa menggerakkan massa yang diisi
dengan dogma-dogma. Mungkin disini kita bisa belajar kepada Santo Stephanus martir
pertama yang rela dan bersedia menjadi tumbal.

Jika direnungkan, sebenarnya yang dicela, dianiaya dan diolok-olok sebenarnya bukan kita,
tetapi Tuhan Yesus sendiri. Coba, kalau kita tidak menjadi pengikut Kristus, jangan-jangan
kenikmatan duniawi ini semuanya bisa kita raup. Siapkah kita menjadi pengikut Kristus yang
konsekuen?

5:12 Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah
dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."
Jadi ada betulnya apabila kita menyanyikan lagu :”Disini senang, disana senang, dimana-
mana hatiku senang.” Hati dan jiwa yang selalu bersukacita biarpun hidup dalam
kesengsaraan (kata orang karena kemiskinan) karena Tuhan, akan mendapat upah yang bukan
main hebatnya. Upah yang sangat diharapkan oleh semua orang yang beriman kepada Tuhan.
Sorga! Beranikah kita selalu bersukacita dan bergembira di dunia ini, walaupun akan
mengalami “penganiayaan” karena menjadi pengikut Tuhan Yesus? Penganiayaan tidak
selalu secara phisik, tetapi bisa terjadi secara non phisik karena tekanan batin, dicela dan
diolok-olok. Bisa secara langung ataupun tidak langsung, mungkin melalui gosip atau cara
lainnya lagi

Penulis membayangkan jika kita berniat jalan-jalan naik gunung karena di atas sana sangat
indah pemandangannya. Untuk menuju kesana jelas dimulai dari langkah pertama, langkah
kedua dan seterusnya. Yang kita hadapi adalah jalan yang naik turun, bukit terjal arus sungai,
gangguan binatang, onak duri dan sebagainya. Namun kalau semua itu kita tempuh dengan
penuh sukacita dan kita nikmati, segalanya seperti tidak ada masalah. Wajar saja kalau merasa
penat dan beristirahat, sesekali terpeleset namun tidak menyerah. Bangkit kembali sambil
memandang ke atas bahwa tujuan akhir sudah dekat. Begitu sampai tujuan, upah keindahan
pemandangan sudah membentang di depan kita. Segala hambatan dan rintangan yang kita
Dar/memahami Matius 32
33

lalui seperti tidak ada artinya. Orang Jawa menyebutnya “lumaku tumuju”, berjalan dan
berjalan maka akan sampai.

Namun apa yang akan terjadi, bila sebelum berangkat kita sudah mengeluh duluan? Segalanya
akan terasa berat dan tak tertahankan. Ach ... sengatan panas matahari bukan main, jalannya
tidak bagus, jangan-jangan .... dan sebagainya. Bisa-bisa baru setengah perjalanan sudah
menyerah dan tidak melanjutkan pendakian. Pemandangan keindahan alam raya tersebut jelas
tidak akan dialami langsung. Paling-paling menikmati gambar atau photo dari orang yang
sudah pernah sampai di sana. Ujung-ujungnya terus berkhayal. Siapkah kita menjadi pelaku
dan pembawa sukacita?

Ajaran delapan sabda bahagia ini sering kali membuat bingung penulis. Bagaimana mungkin
di dalam kondisi “kalah di dunia” bisa berbahagia? Berbahagialah orang yang miskin,
berdukacita, lemah lembut, lapar dan haus, murah hati, suci hati, pembawa damai, dan
dianiaya. Dimanakah letak bahagianya? Secara umum dan manusiawi, bahwa hampir setiap
orang akan merasakan tertekan, terhina, menderita, sedih, sakit hati dan perasaan-perasaan
lain, campur aduk. Mungkin Tuhan Yesus tidak berbicara persis seperti itu, biarpun ada suatu
penghiburan yang memerlukan pencerahan tersendiri. Penulis lebih mudah memahami apabila
mereka ini memperoleh berkat Allah karena kalah di dunia, walaupun demi kebenaran dan
kebaikan. Kekalahan ini akan diganti oleh Allah sendiri yang begitu setia dengan janji-Nya,
yaitu berkat kemenangan surgawi. Tiada berkat yang lebih besar kecuali berkat dari Tuhan
sendiri. Dan berkat inilah yang membahagiakan, yang menjadi harapan untuk menuju ke
kebahagiaan kekal.

Garam dunia dan


terang dunia
5:13. "Kamu adalah garam dunia. Jika
garam itu menjadi tawar, dengan apakah
ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya
selain dibuang dan diinjak orang.
Garam, biarpun sedikit namun sudah bisa
membikin masakan menjadi lebih sedap
dan nikmat rasanya; Lha kalau terlalu
banyak malahan menjadi tidak enak karena keasinan. Garam juga dapat untuk mengawetkan,
seperti untuk membuat ikan asin atau telur asin yang lebih tahan lama. Di Jawa Barat terkenal
dengan asinan, walaupun rasanya asam segar.

Jika kita membayangkan sedang memasak sayur dalam suatu wadah, panci atau kuali, garam
sebagai penambah rasa akan kita masukkan sedikit demi sedikit, atau langsung secukupnya.
Garam tersebut akan campur dan merata ke seluruh sayur tersebut, selain bumbu-bumbu yang
juga dimasukkan. Banyaknya garam untuk masakan yang lain mestinya akan berbeda, sesuai
kebutuhan. Garam memang hanya diperlukan untuk sepanci dan sepanci, yang dibatasi oleh
besarnya wadah. Jika wadah atau panci semakin besar dan yang dimasak semakin banyak,
maka kebutuhan garam juga akan semakin banyak. Rasanya, tidak ada kebutuhan lain dengan
garam kecuali disebar di sekitar dimana kita akan tidur di hutan atau tempat terbuka. Garam
tersebut sebagai pengusir binatang melata, termasuk jenis ular.

Jika garam kita anggap sebagai bumbu seperti yang lainnya, maka bumbu-bumbu itu akan
bercampur menjadi satu, yang akan menghasilkan masakan yang lezat. Semua jenis bumbu
memberikan kelezatannya masing-masing, tetapi garam menjadi faktor yang utama dan selalu
dibutuhkan. Bumbu yang lainnya kadang-kadang tidak diperlukan, disesuaikan dengan
kebutuhan.
Dar/memahami Matius 33
34

Jika kita membayangkan zaman Tuhan Yesus, jelas garam bubuk atau garam bata seperti
sekarang ini belum ada. Mereka mencari garam dari laut dan kebetulan ada Laut Mati atau
Laut Asin. Mereka mengambil batu-batu yang terendam di laut tersebut, yang sudah
diselimuti garam. Jika memasak, batu tersebut tinggal dicelupkan beberapa saat sesuai
kebutuhan. Lama kelamaan kandungan garam pada batu tersebut habis juga. Yang dilakukan
hanyalah membuang batu tersebut untuk membikin jalan agar tidak becek atau licin.
Diceritakan bahwa batu-batu yang terserak di depan rumah di Israel sana, memang berasal
dari bekas batu garam.

Kelihatannya Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita agar menjadi orang yang berguna di
tengah-tengah keluarga, lingkungan atau paroki sampai masyarakat luas. Kita mengenal
istilah, saling manggarami atau mungkin yang lebih cocok adalah saling membumbui. Saling
membumbui agar semakin enak, guyub, menyatu. Sekecil apapun kegunaan garam itu,
namun dapat dirasakan oleh masyarakat terbatas di sekitar kita, sehingga mereka langsung
atau tidak langsung akan mengakui bahwa kebenaran kasih Tuhan Yesus itu ada artinya di
tengah-tengah kehidupan ini. Karya apa saja yang dapat kita lakukan di tengah-tengah
masyarakat terbatas? Rasanya sangat banyak sekali yang dapat kita lakukan, sekecil apapun
hasil karya itu.

Tanpa berkarya sama saja menjadi tidak dikenal, diabaikan atau malahan menjadi omongan
dan akhirnya dilupakan dan tersingkirkan. Atau malahan kita sendiri yang sebenarnya
menyingkirkan diri, kemudian menjadi eksklusif. Pada tahap ini kelihatannya kita diajar
untuk menjadi garam dalam satu wadah, satu iman, satu aliran atau satu komunitas yang
mempunyai “selera dan tujuan yang sama.” Garam yang kita pakai atau kita manfaatkan
sudah seharusnya secukupnya sesuai kebutuhan agar enak rasanya. Yang lain bisa menjadi
cabai, merica, ketumbar, asam, bawang dan sebagainya. Terus muncul ucapan keinginan
supaya besuk membuat lagi yang sesuai selera seperti itu. Jika garam yang kita masukkan
terlalu banyak, maka akan “keasinan” dan membuat bosan, jangan-jangan rasanya malah
ngelantur kemana-mana.

Kita mungkin bisa menilai seorang pengkotbah dengan selera kita masing-masing. Sang
pengkotbah akan kita nilai bagus, sesuai dengan kebutuhan kita dan waktunya tepat. Namun
jika dia mulai ngelantur, jangan-jangan kita akan mengubah penilaian kita yang bagus tadi.
Disinilah sulitnya untuk menjadi garam yang pas bagi komunitas. Yang satu merasa kurang
asin namun yang lainnya merasa keasinan. Sesuai selera kita, kita bisa mengatakan ikan asin
yang mana yang enak atau telur asin yang seperti apa yang sesuai dengan selera kita.

Yang jelas, garam pasti akan melebur dan larut menyatu, susah untuk dipisahkan kembali.
Sering kali dalam kehidupan ini kita menjadi tidak tahu, mengapa masakan ini begitu enak
dan nikmat. Apakah garamnya atau bumbu-bumbu lainnya, atau sebenarnya karena semua
sudah menyatu saling melengkapi. Namun satu hal memang harus diakui bahwa tanpa garam,
masih ada sesuatu yang kurang. Dan hanya Tuhan Yesus yang mengajarkan supaya kita bisa
menjadi garam. Disinilah nilai kelebihan yang diberikan garam. Biarlah yang lainnya menjadi
bumbu-bumbu sesuai kebutuhan dan garam yang menyempurnakan.

Jika kita melihat pada Ulangan 2:13 dan Bilangan 18:19, kelihatannya ada bagian dan tugas
khusus bagi para imam yang disebut sebagai perjanjian garam. Sering kali garam yang sudah
diberkati dimanfaatkan juga untuk pengusir roh jahat. Nabi Elisa juga menyehatkan sumber
air dengan garam, yang sebelumnya sering membuat wanita hamil keguguran (2 Raja. 2).

Dar/memahami Matius 34
35

5:14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin
tersembunyi. 5:15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah
gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah
itu. 5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka
melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
Kelihatannya Tuhan Yesus menyiratkan bahwa menjadi garam saja masih kurang
cukup. Yang umum memang untuk kebutuhan dapur dalam wadah atau bejana
yang terbatas. Menjadi garam adalah tahap permulaan yang harus dilalui dan
dijalani secara nyata. Jika garam kita sudah bisa menggarami dalam keluarga atau kelompok
internal, barulah berkarya yang lebih luas tanpa pamrih. Berkarya dengan suatu pamrih di
tengah masyarakat yang heterogin, campur aduk, di belakang hari akan dapat menjadi suatu
batu sandungan. Bekerja keras tidak cukup, maka harus bisa bekerja dengan cerdas. Inipun
masih kurang, yang harus dilengkapi dengan bekerja ikhlas.

Jika kita sudah bisa menjadi garam, Tuhan Yesus masih menambahkan agar menjadi terang
dunia yang bercahaya di depan orang. Terang memang mempunyai cakupan yang lebih luas,
yang dapat menerangi siapa saja tanpa pandang bulu. Terang memang tidak pernah memilih
siapa yang harus menerima cahayanya. Seperti terangnya sinar matahari, memberikan
cahayanya bagi siapa saja yang membutuhkan. Yang tidak mau menerima cahaya panasnya,
biarlah mereka bersembunyi atau berteduh atau menggunakan payung, namun mereka tidak
akan terhindar dari terangnya. Orang tidak pernah memuji matahari namun memuji dan
memuliakan Sang Pencipta. Mungkin peribahasa Jawa :”sepi ing pamrih rame ing gawe” ada
kecocokan dengan ajaran Tuhan Yesus. Menjadi terang kebenaran dan kebaikan dengan
penuh kebersihan hati, tanpa pamrih akan dapat dilihat oleh orang lain sebagai buah ajaran
dan murid Tuhan Yesus. Dengan demikian, mau tidak mau orang lain akan mengakui akan
kebesaran Allah Bapa melalui ajaran Tuhan Yesus Sang Putera. Hal ini mengingatkan penulis
akan salah satu pesan Bunda Maria di Medjugorje :”Jadilah contoh.”

Jadilah contoh yang baik kelihatannya tidak ada padanannya, karena yang mengakui orang
lain, bukan diri sendiri. Contoh tidak pernah promosi diri, biarkan mereka menilai kelebihan
yang diejawantahkan sesuai seleranya masing-masing. Terang akan menyinari siapa saja dan
apa saja, dan yang tadinya gelap akan menjadi kelihatan. Jangan sampai mereka memuji
terang yang kita berikan, namun silahkan langsung memuji Bapa yang di sorga, karena
semuanya itu dari Bapa. Menjadi panutan berarti harus mau melakukan perbuatan itu sendiri
secara nyata dan dapat dilihat dan dirasakan orang lain. Perbuatan baik dan benar sesuai
ajaran-Nya, seharusnya mencuci hati, jiwa dan pikiran kita, sehingga perbuatan tersebut
keluar memancar begitu saja. Perbuatan baik dan benar tersebut dilakukan bagaikan kita
bernafas setiap saat. Kita tidak pernah berpikir dan menghitung bagaimana bernafas dengan
baik. Segalanya berjalan begitu saja, selama kita masih bisa bernafas.

Didalam kehidupan sehari-hari, sering kali ego kita mempengaruhi diri untuk segera
meloncat lebih jauh. Kita lebih sering lupa untuk berproses setahap demi setahap, selangkah
demi selangkah. Sering kali kita ingin langsung menjadi terang agar bisa dilihat dan dirasakan
orang lain. Menjadi garam kita nomor duakan, bahwa nanti juga akan sampai ke sana. Zaman
sekarang ini banyak orang tidak bisa menerima ungkapan “biar lambat asal selamat.”
Katanya itu kuno sudah ketinggalan zaman. Yang penting sekarang ini kalau bisa segalanya
cepat namun selalu selamat. Jika tidak selamat, itu merupakan risiko yang harus dihadapi.
Kemudian mengevaluasi bagaimana caranya bisa semakin cepat dan selamat. Malahan secara
umum yang mungkin tanpa disadari, yang terjadi adalah ya menjadi garam ya menjadi terang,
saling bergantian atau bersamaan.

Dar/memahami Matius 35
36

Satu hal mungkin yang perlu kesepakatan bersama, bahwa kita manusia ini selalu berproses
dan berubah. Sesuai kodratnya, ada yang bisa berproses cepat namun ada juga yang lambat.
Mestinya berproses dan berubah menuju ke yang lebih baik dan benar. Dan proses ideal itu
sendiri sebenarnya tetap melewati tahapan-tahapan yang alami. Jika ada tahapan yang
terlewati, pasti ada sesuatu yang kurang yang mungkin baru terasa atau kelihatan setelah
beberapa lama. Memang ada peribahasa “sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui” yang
mungkin sekarang ini lebih dikenal dengan istilah efektif dan efisien. Mau tidak mau
dibutuhkan kecerdasan.
Tuhan, ubahlah aku menjadi lebih baik. Ajarilah aku menjadi garam dan terang seperti
Engkau.

Penjelasan dan penggenapan Hukum Taurat

Yesus dan hukum Taurat


5:17. "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan
hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. 5:18 Karena Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi
ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat,
sebelum semuanya terjadi. 5:19 Karena itu siapa yang meniadakan salah
satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan
mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat
yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan
dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan
menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. 5:20 Maka Aku
berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-
ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga.
Tekanan Tuhan Yesus akan hukum Taurat atau kitab para nabi begitu tegas, yang mau tidak
mau mengajarkan kita untuk lebih mendalami Kitab Suci. Harapannya agar kita tidak
terjerumus kepada hal-hal yang dapat mengakibatkan kita terperosok ke jalan yang salah,
yang sebenarnya sudah tertulis dalam Kitab Suci. Harus diakui bahwa kebanyakan orang
Kristen Katolik begitu lemah akan pendalaman Kitab Suci dibandingkan saudaranya yang
Kristen Protestan. Jangan-jangan malahan banyak keluarga Katolik yang tidak mempunyai
Kitab Suci, bahkan belum pernah membacanya. Mungkin ada juga yang beranggapan bahwa
Kitab Suci Perjanjian Lama sudah tidak perlu, karena ada Kitab Suci Perjanjian Baru, yang
merupakan ajaran Tuhan Yesus.

Memang kadang-kadang aneh, kita mengaku sebagai seorang Kristen, dimana Firman Tuhan
ada di dalam Kitab Suci, namun kita malas untuk membacanya. Lha terus bagaimana kita
mengenal akan Firman Tuhan? Mungkin akan ada yang menjawab bawa setiap minggu kita
sudah mendengarkan bacaan Kitab Suci, dan itu sudah cukup. Tuhan Yesus sendiri kan
pernah mengatakan bahwa pokok ajaran-Nya Hukum Kasih. Mengasihi Allah dan mengasihi
sesama menjadi inti, yang dapat dijabarkan begitu luasnya. Dan jabaran tersebut ada di dalam
Kitab Suci. Kita lupa bahwa bacaan di gereja telah dipilih sedemikian rupa, yang selalu
diulang-ulang setiap tiga tahun dan yang terbacakan itu hanya sepersekian dari seluruh isi
Kitab Suci.

Dengan mendalami isi seluruh Kitab Suci, diharapkan kita menjadi lebih baik dalam
menjalani hidup ini, dibandingkan dengan para ahli Taurat dan orang Farisi. Setidak-tidaknya
mulai berproses cukup membaca Kitab Suci apa adanya, seperti atau kita anggap membaca
buku cerita yang menarik. Memang tidak perlu dihafal namun lebih dimaknai dan dihayati,
mana yang perlu di dalam kehidupan kita sehari-hari. Lama kelamaan kita akan tahu bahwa
Dar/memahami Matius 36
37

ajaran ini dan itu, penyelesaian masalah kehidupan, obrolan petuah orang lain, sebenarnya ada
di dalam Kitab Suci.

Sebenarnya ada juga hal yang membingungkan, mengapa Tuhan Yesus agak begitu gemas
dengan para ahli Taurat dan kaum Farisi. Jangan-jangan mereka ini saking ahlinya malahan
menjabarkan Taurat secara kebablasan. Mencari celah-celah kesempatan yang tidak tertulis
secara nyata. Kemudian membuat aturan-aturan untuk dilaksanakan oleh masyarakat Yahudi.
Siapa yang berani meragukan, membantah atau menentang para ahli di bidangnya? Lama
kelamaan di dalam prosesnya malah semakin jauh dari inti ajaran Taurat. Kelihatannya ada
perbuatan-perbuatan para ahli Taurat dan orang Farisi yang dicela oleh Tuhan Yesus.
Kemungkinan besar kemunafikan atau “Nato” (No action talk only) yang pinter ngomong
berapi-api, mempengaruhi orang banyak sehingga hanya bisa mengiyakan, namun dalam
kehidupan sehari-hari sering jadi omongan. Perkataan dan perbuatannya tidak seiring sejalan,
namun mempunyai seribu satu macam alasan yang sulit dibantah. Jangan-jangan kitapun
terbawa arus, sadar atau tidak sadar sering mengikuti kelakuan mereka.

Kita sering membaca atau mendengar bagaimana para ahli hukum saling bersilat lidah tentang
Undang-Undang Dasar dan undang-undang dibawahnya. Yang satu mengatakan
penjabarannya mestinya begini dan yang lainnya mengatakan harusnya begitu. Ujung-
ujungnya kita dibuat bingung oleh para ahli ini, yang mana yang benar. Koq semuanya masuk
akal?

Siapakah ahli Taurat dan kaum Farisi pada zaman sekarang ini? Bagaimana kalau kita buta
huruf? Disinilah perlunya pendalaman Kitab Suci bagi siapa saja yang mau mendengarkan
dan melaksanakan amanat-amanat yang dianjurkan Kitab Suci. Makanya di gereja sering
dilantunkan kata-kata :”Berbahagialah orang yang mendengarkan Sabda Tuhan, dan tekun
melaksanakannya.” Dan dijawab : ”Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.”

Tuhan Yesus menegaskan bahwa Dia menggenapi apa yang sudah ada sebelumnya, yang
berarti bahwa ajaran dalam Taurat sudah betul dan dapat menjadi pegangan kita, walau belum
komplit. Hal-hal yang belum jelas menurut pandangan kita, telah digenapi oleh ajaran Tuhan
Yesus sendiri. Yang agak belok diluruskan kembali, yang terputus-putus disambung kembali.
Kelihatannya Tuhan Yesus selalu menghargai adat, budaya yang ada, selama tidak
bertentangan dengan ajaran-Nya.

Secara bodoh, penulis menangkap ajaran Sepuluh Perintah Allah sebagai inti dalam Hukum
Taurat yang harus kita taati dan kita lakukan. Kita bisa melihat dalam Sepuluh Perintah Allah
bahwa belum tertulis secara jelas untuk mengasihi sesama manusia, seperti yang diajarkan
Tuhan Yesus. Mungkin disinilah bangsa Yahudi mempunyai alasan untuk menduduki tanah
Kanaan, tanah yang dijanjikan oleh Yahwe. Kita bisa membaca betapa zaman dahulu terjadi
saling bunuh membunuh untuk saling mempertahankan dan memperebutkan wilayah. Padahal
ada tertulis jangan membunuh yang bisa dijabarkan menurut selera kita. Kita diwajibkan
menghormati bapak dan ibu kita, yang bisa dijabarkan sebagai orang tua yang melahirkan
kita. Namun disisi lain mungkin bisa juga bapak ibu angkat yang memelihara kita, atau
malahan bapak tiri atau ibu tiri yang mengasuh kita. Atau bisa juga kita menjadi anak
masyarakat atau anak negara yang berkewajiban memelihara kita, sampai pada batas
waktunya.

Batu sandungan yang sering dialami adalah mencoba menjabarkan secara rinci, yang kadang-
kadang malah melenceng dari inti ajaran tersebut. Kita mengenal ajaran tentang jangan
bersaksi berdusta, namun di Jawa ada istilah dora sembada yang kurang lebih berdusta demi

Dar/memahami Matius 37
38

kabaikan. Jangan-jangan penjabaran yang seperti itu yang menjadi tanda tanya bagi penulis
sampai saat ini, mana ajaran inti Allah dan mana yang ditambahkan oleh manusia.

Dalam benak penulis muncul pemikiran bahwa Tuhan Yesus lebih menekankan perbuatan
nyata daripada wacana yang diomongkan dan ditulis saja. Dan itu berlaku bagi siapa saja,
beragama atau tidak beragama, tahu Kitab Sucinya atau tidak sama sekali. Perbuatan nyata
yang didasari semangat cinta kasih dalam kebenaran dan kebaikan. Dan itu sepertinya begitu
universal yang hampir semua orang tahu dan mengerti. Maka setiap insan yang berani
mengaku sebagai orang beragama, hidupnya harus lebih benar dan lebih baik, selaras antara
pikiran, perkataan dan perbuatan.

Ada satu hal yang perlu kita renungkan tentang “sebelum semuanya terjadi” yang bagi
penulis berarti sampai akhir Tuhan Yesus berkarya nyata di dunia. Memang pada waktu itu
belum ada Kitab Suci Perjanjian Baru, dan masih berpegang kepada Taurat dan Kitab para
nabi. Tuhan Yesus kelihatannya akan melakukan penyempurnaan inti ajaran yang sepertinya
mendua atau dapat ditafsirkan macam-macam, menjadi lebih simpel namun tegas. Dan ajaran
iman dan perbuatan tersebut tertulis di Kitab Suci Perjanjian Baru. Jika tidak percaya
dipersilahkan untuk membaca Perjanjian Baru sampai selesai dan merenungkannya.

5:21. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh;
siapa yang membunuh harus dihukum. 5:22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang
marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus
dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam
neraka yang menyala-nyala. 5:23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di
atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,
5:24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan
saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. 5:25 Segeralah berdamai
dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu
jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada
pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. 5:26 Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai
lunas.
Ajaran jangan membunuh yang ada di dalam Taurat, kelihatannya lebih dijabarkan atau
diperjelaskan lagi oleh Tuhan Yesus. Membunuh bukan hanya berarti membikin orang mati
secara phisik dan tidak hidup lagi. Membunuh dapat berarti banyak sekali; mulai dari
kemarahan, perkataan menghina (kafir), mempermalukan orang lain dan perbuatan yang dapat
“mematikan” kehendak, kreativitas, harapan, ide-ide, rezeki orang lain dan jenis-jenis lainnya
lagi. Orang tersebut pasti masih mengingat perlakuan yang dikenakan terhadapnya. Dalam
hukum sehari-haripun seseorang dapat mununtut ke pengadilan kepada orang yang telah
“berbuat yang tidak menyenangkan” terhadapnya.

Tuhan Yesus menegaskan, sebelum kita menghadap-Nya, entah di Gereja entah dalam doa,
agar berdamai dahulu dengan orang yang telah kita “matikan” tersebut. Tuhan Yesus
mengajak kita untuk pemurnian hati dengan sepenuh jiwa sebelum menghadap-Nya. Segala
kemarahan, perkataan dan perbuatan yang mematikan tersebut harus ditebus lebih dahulu
sampai lunas, sehingga yang bersangkutan menganggap impas dan tidak ada ganjalan dalam
hati. Saling berdamai! Berarti tidak ada permusuhan sama sekali. Hidup rukun, aman damai,
sejahtera dan sentosa. Inilah surga sejati di dunia yang sebenarnya didambakan oleh hampir
semua orang. Pertanyaannya, mengapa tidak ada damai di dunia ini?

Penulis malah bertanya-tanya, apa yang terjadi apabila kita menghadap Tuhan dalam keadaan
diisi dendam, sakit hati dan sejenisnya. Atau sebaliknya, bahwa masih banyak orang lain yang
sakit hati kepada kita dan kita tidak menyadarinya. Jangan-jangan Tuhan memalingkan muka
atau menegur kita, agar berdamai dahulu. Sayangnya, teguran Tuhan seringkali tidak kita
Dar/memahami Matius 38
39

dengar secara jelas, walaupun mungkin suara tersebut bergaung dalam hati nurani yang
terdalam.

Namun kata “jahil” ini yang menakutkan bagi kita semua, balasannya api neraka yang
bernyala-nyala. Kelihatannya para hierarki atau ahli Alkitab perlu menjelaskan secara
gamblang tentang arti jahil ini dari bahasa aslinya. Sebab kata jahil ini bagi sekelompok orang
atau masyarakat merupakan ungkapan yang biasa diucapkan. Jangan-jangan para hierarki ikut
andil dan ambil bagian sewaktu saudara kita terperosok ke dalam neraka, hanya karena kata
jahil. Ungkapan jahil bagi orang Jawa lebih mendekati usil, mencari-cari sesuatu yang dapat
merugikan orang lain. Tangannya jahil, mulutnya jahil. Penulis tidak tahu apakah kata jahil
tersebut diambil dari kata jahilliyah (?) yang mungkin kurang lebih tidak mengenal Allah.
Tidak percaya kepada Allah atau menyepelekan Allah, ekstrimnya meniadakan Allah, barulah
dapat diterima jika hukumannya api yang menyala-nyala.

Pada dasarnya semua orang tidak mau masuk neraka, dan anehnya semua orang ingin masuk
surga namun tidak siap untuk mati. Padahal untuk ke sana harus melalui kematian yang tidak
bisa ditolak. Mungkin kekawatiran itu muncul karena jangan-jangan ...... api yang menyala-
nyala malahan menunggu. Aneh kan?

Kita diajar untuk berani berkata “maaf” dengan tulus hati, sekecil apapun kesalahan tersebut.
Termasuk pelajaran berat sekali untuk tidak marah, iri dengki yang dapat berkembang
menjadi benci, antipati sampai mematikan orang lain. Inilah ajaran kasih yang diajarkan
Tuhan Yesus. Kalau ajaran kasih ini kita amalkan bersama-sama, mestinya dunia ini bisa
penuh dengan kedamaian. Tetapi nyatanya .... .....?

Yang namanya sakit hati, dendam karena “dibunuh,” sekecil apapun, mau tidak mau akan
menimbulkan benih rasa benci, yang dapat bertumbuh menjadi ingin membalas, simpati dan
empati menjadi antipati. Buahnya membalas ingin mematikan, kalau bisa. Perlu perjuangan
panjang dan butuh proses waktu untuk mengubahnya menjadi mengampuni dan memaafkan.
Mungkin perlu memahami doa Bapa kami dengan kebeningan hati.

5:27. Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. 5:28 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap
orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam
hatinya. 5:29 Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu,
karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh
dicampakkan ke dalam neraka. 5:30 Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau,
penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari
pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka. 5:31 Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan
isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. 5:32 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang
yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang
kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.
Disini Hukum Taurat juga diuraikan lebih dalam, atau malahan dikembalikan pada inti ajaran.
Berzinah melalui mata dan anggota tubuh lainnya dan masuk ke dalam hati pikiran kita, sudah
berbuat dosa. Kebanyakan kita pasti pernah merasakan bagaimana melihat wanita cantik atau
pria tampan. Pikiran kita melayang yang lebih jauh dengan berandai-andai, sampai kepada
keinginan dalam hati apabila bisa memilikinya. Kelihatannya kita sudah disebut sebagai
penzinah, dan disuruh mencungkil mata kita atau memotong tangan kita. Secara tidak
langsung Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk setia dan mengasihi tubuh kita ini.
Bagaimana jadinya kalau mata dicungkil atau tangan dipotong, biarpun hal tersebut lebih
dimaksudkan sebagai ungkapan. Tuhan Yesus mengharapkan kita menjadi orang yang
seutuhnya bersih mulus, murni lahir batin dan dapat melihat bahwa semua manusia pada
dasarnya cantik dan tampan. Kita hanya dapat memuji, alangkah indahnya ciptaan Tuhan.

Dar/memahami Matius 39
40

Topeng kedagingan yang menutupi roh-lah yang membedakan seseorang cantik atau tampan
dan yang lainnya kurang. Dan nyatanya kecantikan itu sendiri sangat subyektif yang mungkin
sangat dipengaruhi oleh tempat, situasi, kondisi maupun budaya. Sering kali kita mendengar
bahwa kulit putih hidung mancung wajah setengah bule itu cantik menurut kita. Namun ada
juga orang bule yang mengatakan kulit coklat kepanasan, hidung tidak mancung malah lebih
cantik. Operasi plastik zaman sekarang ini bisa merubah tubuh, warna kulit dan wajah.
Namun tetap tidak bisa merubah hati, jiwa dan akal budi, jika yang bersangkutan tidak
merubah diri sendiri.

Setiap orang pasti mempunyai kelebihan, disamping kelemahan atau kekurangan. Pada
umumnya kelebihan atau kekuatan yang ditonjolkan, sedangkan kekurangannya dicoba untuk
disembunyikan. Jangan-jangan kekurangan itulah yang malahan mempunyai daya tarik
tersendiri bagi orang tertentu. Mungkin diperlukan usaha tertentu, bagaimana kekurangan
diproses menjadi suatu kekuatan, sehingga rasa percaya diri meningkat. Semakin orang
menjadi dewasa, maka mereka akan menilai kecantikan tersebut dilihat dari pancaran yang
keluar dari orang yang kita nilai. Pancaran dan aroma yang dibuat oleh hati, jiwa dan akal
budi, yang terungkap melalui tingkah laku sehari-hari

Penulis belum tahu bagaimana seorang buta “melihat” lawan jenisnya. Apakah disini yang
dimaksudkan oleh Tuhan Yesus, bahwa tanganpun dapat berbuat zinah? Zinah sepertinya
dapat dilakukan melalui pikiran, perkataan dan perbuatan nyata. Pelecehanpun jangan-jangan
bagian dari zinah. Penulis betul-betul kagum dan hormat kepada seorang perempuan cantik
yang tetap mendampingi dan melangsungkan pernikahan dengan calon pacarnya, yang
mengalami kecelakaan pesawat, dimana setelah operasi berkali-kali wajah dan tubuhnya
menjadi berbentuk tidak karuan. Orang sering menyebut seperti monster, padahal belum
pernah sekalipun melihat dan apa itu monster.

Selanjutnya Tuhan Yesus menegaskan bahwa suami tidak boleh menceraikan isterinya,
kecuali si perempuan telah berbuat zinah. Begitu juga orang yang mengawini perempuan yang
telah diceraikan tersebut, juga akan dianggap berbuat zinah. Betapa berat tanggungan laki-laki
yang meninggalkan isterinya tersebut, termasuk yang akan mengawininya kemudian. Disini
Tuhan Yesus betul-betul menekankan betapa sakral nilai suatu perkawinan. Kita diminta
untuk berpikir seribu kali sebelum melaksanakan suatu perkawinan, karena perkawinan harus
dibawa sampai mati, apapun yang akan terjadi di dalam perjalanan hidup. Kita diminta untuk
betul-betul menyadari akan arti perkawinan dengan segala macam risiko problem rumah
tangga. Rumah tangga bukanlah proyek coba-coba, karena keduanya telah memilih pilihannya
sendiri dan siap menghadapi gelombang kehidupan, untung atau malang.

Keterbukaan dari awal, saling mengetahui dan menyadari kekurangan dan kelebihan,
kelihatannya perlu dilakukan. Tidak ada seorangpun yang sempurna dan menjadi pilihan
ideal. Setiap orang diciptakan dengan keunikannya masing-masing. Unik ketemu unik dan
bersatu, akan membentuk keunikan baru dalam keluarga tersebut. Memang perlu adaptasi dari
kedua belah pihak, yang memerlukan waktu untuk saling mengerti. Bisa sebentar bisa lama,
tergantung mereka berdua untuk menyadari dan memaklumi pasangannya. Apabila segala
kekurangan dan kelebihan yang dimiliki keluarga tersebut dipersatukan dan diolah dengan
bumbu cinta-kasih, mestinya akan menjadi baik.

Permasalahan yang selalu muncul adalah, setiap orang mencari dan menonjolkan kesalahan
pasangan dan secara tidak langsung mengemukakan benarnya masing-masing. Bukan
sebaliknya, dengan mengemukakan salah dan kekurangan diri sendiri masing-masing. Jika
berani mengemukakan kekurangan, maka pasangan tidak perlu memojokkan karena sudah
diakui sendiri. Selanjutnya akan timbullah senyum di dalam diri kita. “Iya ya, dia kan
Dar/memahami Matius 40
41

pilihanku sendiri yang harus aku sadari bahwa tidak ada yang sempurna.” Dalam keadaan
apapun tetap bersatu karena sudah menjadi pilihannya. Sakramen pernikahan adalah janji suci
dari kedua belah pihak. Rasanya, sebenarnya disaat setelah menikah kita baru belajar untuk
mengasihi pasangan. Saat-saat pendekatan sebelumnya barulah mencintai dengan segala
macam persyaratan. Aku mencintai dia karena ..... begini dan begitu. Mencintai yang secara
tidak langsung ingin memiliki, ingin menguasai karena ada suatu yang menarik perhatian.
Jika tidak seperti yang aku harapkan, lebih baik pisah. Kadang-kadang penulis merasa
kasihan kepada Allah. Sewaktu menikah sering mengatakan sudah kehendak Allah dia itu
jodohku; namun sewaktu ingin berpisah berujar lagi bahwa sudah kehendak Allah dia bukan
jodohku.

Kelihatannya Tuhan Yesus pada waktu itu mengajar hanya untuk kaum laki-laki saja. Apakah
hal tersebut ada hubungannya dengan budaya bahwa laki-laki sebagai kepala keluarga dan
perempuan sebagi ibu rumah tangga? Dan semua itu sudah kodratnya yang tidak bisa
disangkal lagi? Laki-laki dengan kodratnya yang mempunyai kelebihan dan kekurangan,
demikian juga perempuan dengan kodratnya yang mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Tidak ada sisipan tentang bagaimana sikap seorang perempuan yang baik dan benar. Ataukah
sebenarnya yang diajarkan tentang zinah saja, kemudian dijabarkan oleh Matius sesuai
budaya yang berlaku.

Bagaimana dengan laki-laki yang merasa perempuan atau perempuan yang merasa laki-laki?
Mungkin disinilah perjuangan diri melawan kehendak dari dalam, walaupun sudah kodrat.
Zaman sekarang sudah umum melawan kodrat, namun tetap dengan risiko tidak akan bisa
menjadi laki-laki sejati atau wanita sejati. Mungkinkah suatu ketika nanti hal tersebut dapat
diatasi dengan rekayasa kedokteran?

5:33. Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan
bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. 5:34 Tetapi Aku berkata
kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah,
5:35 maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena
Yerusalem adalah kota Raja Besar; 5:36 janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena
engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. 5:37 Jika ya,
hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada
itu berasal dari si jahat.
Jangan bersumpah, jika ya katakan ya dan jika tidak katakan tidak. Kitapun dilarang untuk
bersumpah demi apapun. Kita diajar untuk menjadi orang yang Jujur bukan pembohong.
Mungkin dalam kehidupan sehari-hari kita sering “berbohong” biarpun kecil-kecilan, dengan
alasan agar tidak terjadi percekcokkan ataupun karena keberpihakan yang lebih
menguntungkan. Harus penulis akui bahwa pernah berbohong dengan isteri sewaktu membeli
burung perkutut. Harga Rp. 50.000,- mengaku hanya Rp. 10.000,-. Hal itu masih untung tidak
dijual oleh isteri untuk memperoleh keuntungan. Coba kalau dijual antara Rp.20.000,- sampai
Rp. 40.000,-. Kan sudah menguntungkan menurut isteri! Kedagingan inilah yang membuat
kita merasa sangat sukar untuk mengatakan ya atau tidak dengan ketegasan. Kita diajak untuk
berani tegas mengatakan ya atau tidak dengan segala risiko. Sering kita berlindung dibalik
ungkapan Jawa “dora sembada”. Berkata tidak sesuai dengan kenyataan dengan alasan agar
tidak terjadi perselisihan, atau yang dapat menimbulkan peristiwa lebih besar. Ketidak
tegasan berarti si jahat sudah menang satu langkah. Seringkali kita sudah menduga terlebih
dahulu, jangan-jangan ........, daripada .... .

Dalam kebiasaan sehari-hari, sering kali kita mendengar seseorang secara tidak sadar berkata
dalam sumpah “Demi Allah.” Padahal sumpah demi apapun supaya dihindarkan, apakah
demi langit, demi bumi, demi Yerusalem ataupun demi kepala sendiri.

Dar/memahami Matius 41
42

Sebagai permenungan, sewaktu membuat tanda salib kita sering mendengar kata-kata “Demi
nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus”. Kalau kalimat tersebut kita singkat dapat menjadi
Demi Allah yang konotasinya lebih mendekati sumpah. Demikian juga dengan “Atas nama
Bapa dan Putera dan Roh Kudus.” Jika disingkat dapat menjadi Atas nama Allah yang
konotasinya seperti mewakili Allah dalam segala hal. Mungkin para hierarki gereja perlu
menjelaskan kata-kata atau kalimat yang baik dan benar sewaktu membuat tanda salib. Kita
memang masih bisa berlindung atas nama budaya, bahasa dan adat istiadat. Jangan-jangan
kita ini memang senang menambah-nambah dari kata aslinya, biar lebih sreg dan manteb.
Mungkin kita pernah mendengar ungkapan ngrungokke, niteni, nirokke, nambahi, ngurangi.
Mendengar, menandai, meniru, menambah dan mengurangi.

Sepertinya makna membuat tanda salib dengan benar tidak pernah diajarkan
oleh gereja, sehingga setiap orang boleh berkreasi bebas sesuai kebutuhan.
Semuanya tergantung dari seniornya, entah itu orang tua atau katekis atau
bahkan pastornya. Karena sudah dianggap biasa, maka nilai-nilai rohani dan
sakral menjadi luntur. Pasti pernah ada ajaran atau perintah gereja dalam hal
membuat tanda salib khas katolik. Paus Innocent III (1198–1216) mungkin salah
satu yang pernah menginstruksikan dan memaknai pembuatan tanda salib.

Penulispun pernah mendengar cerita dari seorang pastor dari Itali, bahwa kata dalam tanda
salib “dan” pernah menjadi salah satu gara-gara untuk memutuskan hubungan gereja barat
dengan gereja timur.

5:38. Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. 5:39 Tetapi Aku berkata
kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun
yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. 5:40 Dan kepada orang yang
hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. 5:41 Dan
siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.
5:42 Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau
meminjam dari padamu.
Mata ganti mata, gigi ganti gigi kelihatannya ajaran Taurat yang begitu kejam dan harus
dibalas yang setimpal. Hal tersebut sepertinya menjadi kewajiban, yang mungkin didasari
jangan sampai diinjak-injak oleh orang lain. Penindasan harus dilawan agar mereka dapat
menghargai hak orang lain dan lebih manusiawi dalam bertindak. Sejarah peperangan bangsa
Israel sewaktu memasuki tanah terjanji, dikelilingi oleh bangsa-bangsa lain yang ingin
mengusirnya bisa menjadi salah satu alasan.

Pada zaman penjajahan Romawi, sepertinya ada kewajiban bagi orang Yahudi untuk
mengantar membawa barang penguasa sejauh berkisar satu mil. Selanjutnya akan digantikan
orang lain sejauh satu mil, dan begitu seterusnya. Untuk menarik simpati bahwa kita ikhlas,
Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita mengalah untuk mengantar sampai dua mil. Demikian
juga dengan pakaian yang diinginkan orang lain. Jika direnungkan kadang-kadang lucu dan
menggelikan; di lemari banyak pakaian malahan ada yang sudah tidak disentuh lagi. Yang
kita pakai hanya satu stel yang kita sukai, padahal banyak orang yang kekurangan pakaian.
Apa yang akan kita perbuat?

Namun Tuhan Yesus mengajarkan kelembutan yang bukan main mengagetkannya. Belajar
untuk berani mengalah, rendah hati, sabar hati tanpa dipengaruhi emosi yang meledak-ledak.
Di ajaran awal kita diajak untuk selalu dapat melihat dan menjadi anak-anak Allah. Jika kita
betul-betul menjadi anak-anak Tuhan, dalam ketidak berdayaan kita, maka Tuhan sendiri
yang akan menolong kita. Tuhanlah Sang Maha Hakim yang akan memberikan jalan keluar
dan keadilan bagi kita maupun bagi penindas kita.

Dar/memahami Matius 42
43

Masih ada suatu ajaran yang sulit yang harus kita lakukan. Menjadi orang yang murah hati
dengan rasa keikhlasan yang tinggi. Sering kali kita berpikir dua kali, apa untung ruginya
untuk dapat memberi dengan ikhlas, atau meminjamkan sesuatu kepada orang lain. Pikiran
“jangan-jangan ….” selalu menjadi batu sandungan, dan akhirnya kita memilih-milih siapa
yang akan kita bantu, apabila kita mampu menolong mereka. Ajaran di atas memang ajaran
Illahi yang betul-betul sulit untuk dilaksanakan. Penulis harus mengakui hal tersebut dan kita
masih bisa bersilat lidah untuk pembenaran diri. Satu hal kita lupa dengan ungkapan tidak
ada seorangpun penderma yang menjadi jatuh miskin karena berderma. Kita juga sering lupa
mengapa mereka meminta dan meminjam kepada kita. Di mata mereka, kita dianggap
mempunyai nilai lebih yang layak untuk diminta dan dipinjam. Jika dianggap sama dan
selevel, maka mereka tidak akan meminta atau meminjam. Di sini kita berpikir positif bahwa
mereka bukan pemeras dan perampok. Secara umum sebenarnya tidak ada orang yang ingin
jatuh miskin, kecuali karena niat dan kaul miskin. Tanpa prasangka buruk, kita bisa melihat
seorang imam yang berkecukupan menurut pandangan kita, walaupun kita mendengar bahwa
dia melakukan niat dan kaul selibat, melarat serta taat. Kita masing-masing kan masih bisa
menjabarkan istilah selibat, melarat dan taat sesuai selera pribadi.

Kata-kata kalimat di atas menurut penulis adalah kata-kata Illahi, karena susah bagi manusia
untuk melakukan hal tersebut. Tetapi itulah ajaran Tuhan Yesus yang harus kita lakukan, jika
kita ingin selalu bersama-Nya. Ungkapan Jawa wani ngalah dhuwur wekasane, zaman
sekarang ini diubah menjadi wani ngalah dhuwur rekasane.

5:43. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah
musuhmu. 5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah
bagi mereka yang menganiaya kamu. 5:45 Karena dengan demikianlah kamu
menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang
yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan
orang yang tidak benar. 5:46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu,
apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? 5:47 Dan apabila kamu
hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang
lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? 5:48 Karena itu haruslah
kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."
Disini Tuhan Yesus merubah paradigma lama yang hanya mengasihi sesama kelompok,
sesama agama atau sebangsa. Tidak mengherankan kalau bangsa Israel yang masih berpegang
teguh kepada Kitab Suci Perjanjian Lama masih membenci musuh-musuhnya. Jangan-jangan
perang di sana tidak akan pernah selesai, karena ajaran untuk membenci musuh. Tetapi Tuhan
Yesus lebih tegas mengajarkan untuk mengasihi yang tanpa batas, termasuk “musuh-musuh
kita.” Kita malahan diminta untuk mendoakan yang menganiaya kita. Suatu ajaran Illahi yang
menakjubkan, karena pada dasarnya Tuhan, Allah Bapa kita adalah Sang Maha Kasih kepada
siapapun, tanpa membedakan kepada yang benar maupun yang salah. Matahari dan hujan
maupun yang lainnya diciptakan bagi siapa saja, tanpa terkecuali.
Sesuai ajaran-Nya, kita harus belajar memberi salam atau say hello kepada siapa saja yang
kita temui. Masalah salam kita tidak diterima oleh yang bersangkutan, itu bukan lagi masalah
kita. Kita sudah mencoba melaksanakan ajaran Tuhan Yesus, itu yang lebih penting. Jangan-
jangan Tuhan sendiri selalu memberi salam kepada kita setiap waktu, namun sering kali kita
abaikan salam-Nya. Pernahkah kita merasakan salam dari Allah?

Tuhan mengajar kita agar menuju ke sempurna seperti Bapa di sorga. Menjadi anak-anak
Allah yang betul-betul berbeda dengan anak-anak dunia biasa. Kita menyadari bahwa menuju
ke kebenaran dan kebaikan yang sempurna bukanlah hal yang mudah. Namun paling tidak
kita diajar untuk berubah dan berubah menuju ke kesempurnaan. Dan batu sandungan sering
muncul tanpa kita sadari, sewaktu kita membandingkan dan merasa bahwa kita lebih baik dari

Dar/memahami Matius 43
44

orang lain. Di sini kita akan kendor untuk berubah dan berubah menuju yang lebih baik. Kita
memaklumi bahwa ajaran “Kasih” menjadi akar seluruh ajaran yang lain. Ada suatu lagu
yang begitu bagus, kalau kita renungkan dan kita kembangkan : “Ajarilah kami Tuhan,
bahasa cinta kasih ……………. “

Mungkin kalau dihitung tidak pernah ketemu dengan pas dan masih kurang, apa yang
diharapkan Tuhan Yesus kepada kita. Berubah menjadi baik dan benar, mengasihi,
mendoakan, jujur, mengalah, murah hati, ikhlas, tanpa pamrih, tidak membeda-bedakan, tidak
mendendam, tidak cemburu, sabar, sederhana, lemah lembut, bijaksana, penolong,
penyayang, pengampun, ..... dan masih banyak lagi, pokoknya yang positif.

“Aku berkata kepadamu ...” yang diucapkan Tuhan Yesus berkali-kali, menyiratkan betapa
kuasa yang ada pada-Nya. Betapa Dia menjabarkan, menjelaskan dengan tegas dan
menggenapi seperti yang Tuhan kehendaki. Sepertinya kita diharapkan untuk berubah dan
berubah tanpa pernah bosan. Bukan berubah menjadi dewasa dan tua dalam umur, namun
berubah menjadi lebih baik dan benar. Memang merubah kebiasaan atau paradigma bukanlah
sesuatu hal yang gampang, jelas akan menimbulkan pro dan kontra. Jika ingin lebih maju,
pada dasarnya ya harus siap berubah dan mulai melangkah ke depan. Rawe-rawe rantas,
malang-malang putung, suatu ungkapan yang pernah menggelora. Untuk mencapai suatu
tujuan mulia, harus siap mengatasi segala macam rintangan dan hambatan, maju terus pantang
mundur. Kita mungkin masih bisa mengingat sewaktu kebiasaan menghadiri resepsi
pernikahan dengan membawa kado. Bertapa ramainya pro dan kontra sewaktu muncul
perubahan menghadiri resepsi dengan membawa amplop berisi uang. Mungkin beberapa
orang sekarang ini malahan menganggap aneh kalau kita datang membawa kado berisi barang
pecah belah.

Bab 6. Hal Sedekah, Berdoa, Berpuasa, Harta dan Kekuatiran

Hal memberi sedekah


6:1. "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat
mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. 6:2 Jadi
apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan
orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 6:3 Tetapi jika engkau
memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. 6:4
Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang
tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kita dilarang melakukan kewajiban agama di hadapan orang
lain, dengan kata lain jangan sampai dilihat atau diketahui orang. Bersedekah merupakan
salah satu kewajiban agama, untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Upah Bapa di
sorga baru diberikan kepada orang yang melakukan kewajiban agamanya tanpa diketahui oleh
orang lain. Pikiran penulis membayangkan kepada kehidupan sehari-hari, sewaktu mendekati
masa Paskah maupun Natal. Pengurus gereja di paroki mengirimkan amplop sumbangan,
yang nantinya semua nama penyumbang akan ditulis dan akan menerima ucapan terima kasih
secara tertulis. Rasanya hal tersebut memang tidak sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus dan
memang sudah mendapat upahnya, dengan ucapan terima kasih tadi. Kelihatannya Tuhan
memang mengajarkan suatu keikhlasan dalam memberikan sedekah, tanpa harus berpikir
:”Akan dipakai apa sedekah tersebut, siapa yang akan menggunakan, apakah sedekah
tersebut sampai kepada tujuan atau tercecer di jalan dsb.” Sering kali kita bersedekah atau
memberi dikatakan dengan ikhlas, walaupun sering juga tidak bisa kita pungkiri bahwa ikhlas
tersebut dengan syarat. Contoh yang sederhana saja, sewaktu kita akan memberi seseorang
sejumlah uang. Tulus ikhlas, syaratnya jangan untuk berjudi, minum beralkohol, ngrokok dan
Dar/memahami Matius 44
45

lain sebagainya. Syarat lainnya yang umum, orang yang akan kita beri harus dapat
menyentuh hati kita.

Janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat oleh tangan kananmu, seolah-olah
seluruh bagian tubuh yang lain ini tidak merasakan kehilangan atau ada yang kurang, karena
apa yang diperbuat oleh si tangan kanan. Ikhlas lahir batin dan melupakan apa yang pernah
disedekahkan, melupakan bahwa pernah melakukan sedekah kepada seseorang. Sering kali
penulis membayangkan seorang perokok, yang hampir tidak pernah menghitung berapa biaya
yang pernah dikeluarkan setiap hari, setiap bulan sampai setahun. Bagi penulis, merokok
seperti menjadi kebutuhan yang hampir sama dengan makan dan minum, biarpun tidak
merokok juga tidak apa-apa. Sekarang bagaimana caranya merubah paradigma bahwa
sedekah juga menjadi suatu kebutuhan dan bukan kewajiban. Tidak pernah berpikir untung
rugi di kemudian hari karena berbuat sedekah. Bersedekah tidak pernah berpikir negatif akan
dipakai apa hasil sedekah tersebut. Terserah yang menerima sedekah. Secara sederhana,
mungkin kita bisa mengatakan bahwa bersedekah bagaikan seorang perokok yang bertemu
dengan seseorang, kemudian menawarkan rokoknya. Menawarkan rokok atau mengeluarkan
rokok ke atas meja sewaktu berkumpul bersama, sudah menjadi kebiasaan para perokok. Pada
zaman sekarang ini, “sedekah” malahan juga dimanfaatkan untuk promosi yang perlu
diketahui oleh masyarakat banyak. Jika perlu, bisa masuk surat kabar atau malahan televisi.
Pasti ada maksud dan alasan tertentu dari sisi pemasaran.

Sedekah di perjamuan atau perayaan Ekaristi, yang sering kita sebut kolekte, ada imam yang
mengatakan harus ikhlas dan pantas. Jika dalam kantong saku ada uang satu juta rupiah,
pantaskah memberi sedekah seribu rupiah? Atau ikhlaskah kita menyumbang lima ratus ribu
rupiah? Mungkin hanya hati kita sendiri yang bisa mengatakan ikhlas dan pantas tersebut.
Banyak alasan atau argumentasi yang dapat kita kemukakan untuk pembenaran diri.

Hal berdoa
6:5. "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka
mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-
tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 6:6 Tetapi jika engkau berdoa,
masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada
di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan
membalasnya kepadamu.
Berdoa disini yang penulis tangkap adalah berdoa pribadi, berbicara dari hati
ke hati dengan Tuhan, Allah Bapa atau yang kudus. Berbicara berarti terjadi
dialog antara kita dengan Yang Kudus. Kita bicara Tuhan mendengarkan, terus
gantian memberi waktu kepada Tuhan untuk bicara dan kita mendengarkan.
Dan doa sendiri mestinya tulus karena kita berhadapan dengan Yang Maha
Tahu.
Tuhan Yesus meminta untuk masuk dalam kamar dan menutup pintu. Yang dapat penulis
tangkap adalah masuk ke dalam kamar hati dan jiwa yang paling dalam, dan menutupnya dari
segala macam pikiran, yang memerlukan konsentrasi karena sedang berbicara dengan Yang
Tersembunyi. Jadi dimanapun kita berada, kita tetap bisa “berbicara atau ngobrol” dengan
Tuhan, dengan catatan tanpa perlu diketahui oleh orang lain. Apabila dilihat dari lama waktu
berbicara dengan Tuhan, rasanya Tuhan tidak pernah menentukan, apakah satu hari, satu jam,
satu menit ataupun bahkan hanya satu detik. Yang jelas kalau lama-lama akan bosan sendiri
atau malahan sudah tidak konsentrasi pada doa. Penulis merasa yakin bahwa Tuhan akan
“menjawab” doa-doa kita.

Dar/memahami Matius 45
46

Sering kali kita merasakan ada suatu jawaban yang secara spontan muncul di dalam hati kita.
Hanya kita lebih sering merasa bingung, jawaban dari siapakah itu? Apakah dari diri kita
sendiri, dari Tuhan, dari Setan atau dari yang lain-lainnya. Disinilah kita belajar memilah-
milah mana jawaban yang dari Tuhan. Yang pasti jawabnya mengandung kebaikan,
kebijakan, kebenaran kasih dan sejenisnya yang baik-baik. Jawaban Tuhan belum tentu
sepaham dengan kita, bahkan seringkali kita tidak sepakat dengan kehendak Tuhan. Ego
kedagingan kita tidak mengharapkan jawaban yang itu.

Doa menurut hemat penulis pada intinya bukan gerak tubuh, namun gerak hati dan jiwa yang
paling dalam. Dari gerak hati dan jiwa memang bisa menggerakkan tubuh secara spontan dan
tidak dibuat-buat. Dalam hal tertentu, sepertinya ada dorongan hati dan jiwa yang
terekspresikan melalui bahasa tubuh. Dimana saja, kapan saja, tanpa batas ruang dan waktu,
kita tetap bisa berbicara kepada Tuhan. Secara tidak sadar, kadang-kadang kita berdoa di WC
atau kamar kecil, sewaktu mengalami kesulitan membuang hajat. Penulis teringat pesan
Bunda Maria di Medjugorje, bahwa kita diharapkan dapat berdoa dengan hati, bukan hanya
dengan bibir. Mungkin pada tahap tertentu, suatu ketika kita akan mengubah bahasa antara
aku dan Engkau menjadi kita. Sewaktu kita menerima Tubuh Kristus, kita sudah menyatu,
manunggal dengan Tuhan sendiri. Kalau Tuhan berada di dalam diri kita, apakah hal tersebut
bukan berarti Tuhan beserta kita? Terus sewaktu kita mau makan atau minum, doa kita dalam
hati secara ekstrim bukankah berbunyi :”Tuhan, mari kita makan dan minum. ..... ..... Ya,
Tuhan, untuk kita nikmati bersama.”

Sering kali kita jumpai di rumah makan bahwa orang-orang pengikut Kristus akan berdoa
lebih dahulu sebelum makan. Hal tersebut dapat kita lihat dari sikap duduk dan menunduk
diam, ataupun dengan membuat tanda salib dan tunduk sebentar. Memang, sering kita
berargumentasi bahwa itulah ciri-ciri kekristenan yang perlu diketahui orang lain. Ciri-ciri
bahwa kita adalah murid Yesus dan berani mengungkapkannya. Secara guyon, siapa tahu
bahwa ada orang lain disitu yang seiman, selanjutnya saling berkenalan. Jangan-jangan salah
satunya yang akan membayari apa yang telah kita makan dan minum.

6:7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak
mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.
6:8 Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan,
sebelum kamu minta kepada-Nya.
Kelihatannya Tuhan Yesus mengajarkan doa-doa yang singkat, to the point. Kita dapat
berbicara dengan Tuhan dimana saja, termasuk di tempat keramaian umum. Rasanya agak
aneh jika di tempat umum kita “berbicara” panjang lebar kepada Tuhan, yang seakan-akan
Tuhan tidak tahu dan kita melaporkannya, mengadu dan memohon. Jangan-jangan orang lain
melihat kita sedang melamunkan sesuatu atau sedang menggumam. Dari hati ke Hati yang
mungkin tidak memerlukan tata bahasa ataupun penghormatan khusus.

Atau malahan kita menyiapkan diri menulis doa untuk acara nanti. Terus kita baca lagi kita
renungkan, terus diedit ditambah dan dikurangi. Merasa kurang bagus belum seperti puisi
yang mengalir dan belum kelihatan benang merahnya. Kita rombak lagi sampai rapi. Nach,
teman-teman pasti memuji doa yang kita susun begitu apik. Jika teman-teman saja memuji
doa yang begitu indah, mestinya Tuhan juga puas dengan laporan kita. Dan Tuhan, kita
anggap sama seperti teman-teman kita yang lain. Namun, jangan-jangan Tuhan malahan
memalingkan diri dan lebih senang mendengarkan doa yang gratul-gratul, terputus-putus dan
tidak bagus tata bahasanya, menurut ukuran manusia.

Dar/memahami Matius 46
47

Doa-doa panjang kelihatannya hanya terjadi di tempat-tempat tertentu, yang memungkinkan


kita mendaraskan doa dan pujian secara bersama. Di dalam gereja, sembahyangan di
lingkungan, persekutuan doa dan sejenisnya.
Memang ada sedikit ganjelan kedagingan sewaktu doa bersama. Karena sering mengikuti
kebiasaan doa panjang yang disusun sedemikian rupa seperti diluar kepala, mengalir seperti
sungai, terus menjadi acuan. Jika dengan doa pendek rasanya seperti diomong bahwa tidak
bisa berdoa. Banyak orang tidak siap dan tidak mau sewaktu diminta untuk memimpin doa,
jawabannya selalu tidak bisa. Mau berdoa apabila sudah disediakan teks tertulis dan tinggal
membaca. Mungkin hal ini sama dengan membaca doa. Aneh bukan?

Doa sering dikatakan adalah ungkapan puji syukur dan permohonan. Mungkin orang lain
mengatakan terdiri dari pujian, ucapan syukur, pertobatan dan permohonan. Jadi, tidak ada
salahnya apabila dalam suatu saat berdoa hanya memuji Tuhan saja. Pada saat lainnya hanya
mengucap syukur dan terima kasih. Pada waktu lain lagi hanya mengaku atas segala dosa dan
minta dikasihani, kemudian berdoa hanya memohon sesuatu. Dalam kenyataan hidup sehari-
hari, yang tidak pernah ketinggalan adalah doa permohonan. Secara kelakar, sebenarnya kita-
kita ini tidak ada bedanya dengan “pengemis.” Bedanya, Tuhan tidak pernah bosan
mendengarkan permintaan kita, sedangkan kita yang bosan mendengarkan suara pengemis.

6:9. Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga,


Dikuduskanlah nama-Mu, 6:10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah
kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. 6:11 Berikanlah kami
pada hari ini makanan kami yang secukupnya 6:12 dan
ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga
mengampuni orang yang bersalah kepada kami; 6:13 dan
janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi
lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang
empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-
lamanya. Amin.) 6:14 Karena jikalau kamu mengampuni
kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu
juga. 6:15 Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang,
Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."
Kelihatannya Tuhan Yesus sendiri yang memperkenalkan kepada kita sebutan Allah adalah
Bapa. Allah yang rasanya begitu sangat jauh tak terjangkau dan menakutkan, diperkenalkan
sebagai Bapa yang terasa begitu sangat dekat dan bersahabat. Doa Bapa kami mengajarkan
kepada kita untuk selalu menguduskan Nama-Nya sebagai urutan pertama; Menguduskan
dengan menyembah, memuji dan memuliakan karena Kasih-Nya, kebesaran-Nya, segala alam
ciptaan-Nya yang tak terukur. Kemudian agar Kerajaan-Nya datang di bumi, yang sebenarnya
sudah datang melalui kedatangan Tuhan Yesus Kristus Sang Raja Damai. Dan sekarang ini
kita masih memerlukan kedatangan Sang Raja Damai, agar bumi yang tanpa kedamaian ini
menjadi damai. Tuhan Yesus-pun menghendaki agar bumi ini suasananya menjadi seperti
gambaran sorga, yang penuh kasih, damai dan persatuan para kudus yang memuliakan Tuhan.
Kita yang mengaku sebagai anak-anak Allah mempunyai kewajiban untuk membawa damai,
kasih dan persatuan tersebut. Sisanya akan diselesaikan sendiri oleh Tuhan, melalui
permohonan karena kelemahan kita yang bukan apa-apa ini. Rasanya tidak lucu dan tidak
enak jika Tuhan Yesus berkata :”Kalian ini hanya omong saja meminta Kerajaan-Ku datang
dan jadilah kehendak-Ku. Lha kalian berbuat apa, agar semuanya terjadi? Hayo!
Berkaryalah, berbuatlah sesuatu demi untuk terlaksananya permohonanmu itu. Aku yang
akan menyelesaikan sisanya. ”

Selesai pujian dan permohonan yang lebih besar, barulah Tuhan Yesus mengajarkan untuk
permohonan yang lebih pribadi. Permohonan rezeki untuk hari ini yang cukup saja. Jika
setiap hari memohon rezeki yang cukup, rasanya memang sudah tidak perlu berpikir untuk
Dar/memahami Matius 47
48

hari-hari selanjutnya. Secara tidak langsung Tuhan Yesus mengajarkan agar kita selalu berdoa
setiap hari. Dan bukan mohon rezeki untuk sebulan atau setahun, setelah itu istirahat dulu
untuk tidak memohon rezeki.
Tidak dapat dipungkiri karena kedagingan kita, kita sudah memandang jauh ke depan dengan
segala rencana dan kekuatiran agar tidak menderita di kemudian hari. Kita kumpulkan rezeki
hari ini sebanyak-banyaknya, besok demikan juga dan besoknya begitu juga. Apakah ini yang
disebutkan bahwa iman kita begitu lemah dan penuh kekuatiran? Pasti ada jawabannya di hati
kita masing-masing.

Kalau kita perhatikan kalimat doa tersebut di atas belum berhenti, namun dilanjutkan dengan
mohon pengampunan atas segala kesalahan kita, dengan janji bahwa kitapun mengampuni
yang bersalah kepada kita. Kesalahan atau dosa ini bagaikan bunga dari hutang-hutang kita
yang begitu besar, yang tidak akan “lunas” kalau kita sudah mati, sebelum kita bayar. Mari
kita bayangkan kalau kita meminjam kepada seseorang untuk keperluan sesuatu. Begitu
senangnya waktu kita menerima, namun begitu segannya waktu mau mengembalikan.
Kadang-kadang yang kita bayar baru bunganya saja, belum termasuk hutang pokoknya.
Pertanyaan dalam hati adalah, apakah betul aku sudah mengampuni kesalahan orang lain,
seperti yang aku janjikan kepada Tuhan, ataukah sebenarnya hanya bibirku saja yang bicara.
Di sinilah yang paling berat dalam doa Bapa Kami.

Dan kata-kata akhir selanjutnya dalam kalimat tersebut agar jangan dibawa ke dalam
pencobaan, tetapi mohon dibebaskan dari yang jahat. Kita mengakui bahwa iman kita atau
lebih jelas bahwa kedagingan kita begitu lemah. Di dalam kelemahan hawa nafsu dan
keserakahan ini, kita hanya bisa bersandar kepada-Nya. Sendirian kita tidak akan kuat
melawan sang pencoba dan yang jahat. Mereka lebih kuat dan lebih pintar dari pada kita.

Pengalaman hidup menyatakan bahwa kepinginnya hati yang paling dalam sich tidak kesana
(pencobaan), namun tubuh ini ingin tahu seperti apa itu, biar bisa dipakai untuk cerita
pengalaman. Kita sebenarnya sudah tahu bahwa “sesuatu itu” tidak baik, namun toch tetap
kita lakukan juga. Untuk itu kita mohon dibebaskan dari segala yang jahat.
Penulis tidak tahu mengapa ada dalam kurung kalimat penutup ini (Karena Engkaulah yang
empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.). Namun yang jelas suatu
pengakuan bahwa Bapa di sorga yang mempunyai Kerajaan, kuasa dan kemuliaan.
Bagaimana jadinya kalau melawan atau berseberangan dengan Sang Penguasa Kerajaan yang
Mulia ?

Dari hal tersebut di atas, rasanya akan lebih baik kalau kita berdoa Bapa kami dengan pelan-
pelan dan kita resapkan setiap kata. Jangan-jangan hati kita sendiri menjadi tidak berani
berdoa dengan benar dan ditambahi : Ampunilah kesalahan kami, seperti kamipun belajar
dan mencoba mengampuni yang bersalah kepada kami. Namun ayat selanjutnya Tuhan Yesus
dengan tegas mengatakan, bahwa Bapa akan mengampuni kita apabila kita juga lebih dulu
mengampuni orang lain. Jangan-jangan Tuhan hanya akan tersenyum kecut dan sedih,
sewaktu mendengarkan doa “Bapa kami” kita yang belum mengampuni orang lain. Dalam
komunikasi rohani kami, Tuhan Yesus malah mengatakan bahwa kami semua sebenarnya
belum bisa berdoa Bapa Kami. Jika kita berani jujur dengan diri sendiri, kita lebih banyak
berdoa dengan bibir, dibandingkan doa dengan hati. Hal ini mengingatkan penulis akan
Vassula yang diminta belajar doa Bapa kami oleh Tuhan Yesus sampai semalam suntuk baru
benar. Vassula adalah penulis buku True life in God yang diterjemahkan dalam buku Hidup
Sejati dalam Allah.

Dar/memahami Matius 48
49

Kita diajarkan doa singkat yang berisi pujian, syukur dan permohonan. Doa singkat yang
sebenarnya memerlukan pemahaman dan renungan dengan hati. Dan penulispun masih harus
banyak belajar bagaimana berdoa dengan benar.

Hal berpuasa
6:16. "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka
mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 6:17 Tetapi apabila engkau berpuasa,
minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, 6:18 supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau
sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu
yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
Sampai dengan saat ini, penulis pribadi belum tahu penjabaran puasa yang paling baik; Mulai
kapan sampai kapan, apa saja yang tidak boleh dan apa saja yang boleh pada saat puasa
tersebut. Yang dapat penulis tangkap adalah niat untuk lebih mengasihi Tuhan lebih dari
segalanya. Mengasihi Tuhan dapat diungkapkan melalui kasih kepada sesama dan segala
ciptaannya. Dalam mengasihi Tuhan melalui sesama ini, kita harus berani melepaskan segala-
galanya pada waktu itu. Gampangnya melepaskan diri dari hawa nafsu untuk menuju sikap
batin yang bersih melalui pertobatan. Tradisi gereja kelihatannya selalu menyatukan antara
berpuasa, berdoa dan berderma.

Namun demikian Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kalau berpuasa, jangan sampai diketahui
orang bahwa kita sedang puasa, agar ganjaran hanya datang dari Bapa di sorga, bukan upah
pujian duniawi. Pertanyaannya, bagaimana kalau kita sedang bertamu atau mendapat
undangan atau menerima tamu? Apakah mesti menolak sajian dengan berkata :”Terima
kasih, jangan repot-repot, kebetulan sedang puasa.” Atau kita terima dengan secukupnya,
tidak seperti orang yang sedang kehausan atau kelaparan? Namun akhirnya kembali kepada
hati masing-masing orang, yang menurut dirinya lebih baik. Tuhan sudah lebih tahu akan niat
kita maupun dengan segala godaannya. Yang penulis lakukan selama ini, adalah menerima
segala kebaikan sang tuan rumah, biarpun dalam hati “ngomong” kepada Tuhan :”Maaf
Tuhan, niatku terganggu oleh kedaginganku.”

Apabila gereja memberi kewajiban puasa yang lebih lunak, Bunda Maria dalam
“penampakannya” di Medjugorje malahan meminta untuk lebih keras berpuasa; Bukan
setahun dua kali, malahan seminggu dua kali pada setiap hari Rabu dan Jumat. Berpuasa demi
dunia yang kacau balau, carut marut yang tanpa kedamaian dan persatuan ini.

Menurut pendapat penulis, puasa adalah niat hati, jiwa dan pikiran untuk melakukan mati
raga, untuk suatu tujuan “niat ingsun arep pasa kanggo .....”. Bahasa Jawa “mateni hawa
nepsu babahan hawa sanga” yang berarti mati dari hawa nafsu yang keluar dari sembilan
lubang di tubuh ini, dua telinga dua mata dua lubang hidung, satu mulut, satu lubang
kemaluan dan satu lubang anus.

Mungkin selama ini secara umum kita agak bias dengan kebiasaan puasa saudara kita, yang
dilaksanakan hanya pada siang hari. Biasanya pada malam hari makanan malah berlimpah,
anggaran belanja naik. Apakah secara umum yang dimaksud dengan puasa ajaran gereja
bukan berarti sehari semalam? Kelihatannya para hierarki perlu menjelaskan secara
gamblang, bukan hanya ikut-ikutan karena kebiasan masyarakat di sekitar kita. Yang
ditangkap oleh orang awam ini adalah puasa pada siang hari, yang makan kenyangnya cukup
sekali. Pada hari biasa, makan pagi, siang dan malam selalu kenyang. Malam hari tidak masuk
hitungan puasa, jadi bebas-bebas saja.

Dar/memahami Matius 49
50

Zaman sekarang malahan ada puasa kelompok atau puasa perorangan, untuk menuntut
sesuatu kepada penguasa atau pemerintah. Istilah kerennya demo mogok makan.

Hal mengumpulkan harta


6:19. "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya
dan pencuri membongkar serta mencurinya. 6:20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di
sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
6:21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
Kembali kepada doa “Bapa kami” yang hanya meminta rezeki untuk hari ini, Tuhan Yesus
menekankan lagi jangan mengumpulkan harta di bumi untuk tujuh turunan. Harta di sorga
lebih penting walaupun tidak berwujud nyata saat ini. Kasih dan damai dan persatuan
merupakan harta-harta yang tidak akan rusak oleh ngengat dan karat serta tidak tercuri. Harta
rohani dengan mengikuti perintah Tuhan menjadi yang nomor satu. Pengalaman dengan
“dimana hartamu, disitulah hatimu” selalu terjadi dengan harta di bumi. Sewaktu berdoa di
persekutuan doa atau gereja, bibir ini mengatakan doa “Bapa kami” namun pikiran sering
sudah melayang, apakah rumah tadi sudah dikunci atau kompor sudah dimatikan atau yang
lainnya lagi. Memang begitu sulit menghindari kekuatiran dan kelekatan duniawi ini.
Keikhklasan, apa yang akan terjadi terjadilah, merupakan pelajaran yang sulit untuk
ditempuh. Dari satu sisi, mungkin lebih bahagia orang miskin dibanding dengan orang kaya.
Orang miskin tidak pernah kawatir kecurian karena memang tidak punya, dibandingkan
dengan orang kaya. Jangan-jangan semakin kaya malah semakin kawatir.

Jika kita membayangkan sewaktu masih muda dan tidak mempunyai apa-apa, jalan kaki
dengan pakaian seadanya mungkin bisa kita nikmati dengan santai. Rumah isinya hanya
beberapa yang tidak begitu mahal dan tingkat kekawatiran kita tidak besar. Semakin lama
harta kita bertambah, inginnya memiliki segalanya. Sadar tidak sadar lama kelamaan kita
malah tergantung dengan apa yang kita miliki. Mungkin kita tidak siap dan mengeluh sewaktu
listrik mati, kendaraan mogok. Kita menjadi kebingungan sewaktu HP ketinggalan atau
hilang. Meninggalkan rumah dalam waktu agak lama, membikin hati tidak tenang, jangan-
jangan ..... . Itulah jeratan harta duniawi yang membikin kita sering terperosok dan terseret
semakin dalam, yang sebenarnya malah mengganggu kedamaian dan ketenangan hati.

Harta di sorga yang dapat penulis tangkap adalah kumpulan perbuatan baik dan benar tanpa
pamrih, sesuai ajaran-Nya. Siap menerima aniaya dunia karena mengikuti perintah Tuhan.
Delapan Sabda Bahagia bagi penulis adalah sebagai salah satu ajaran yang diberikan untuk
mengumpulkan harta di sorga. Berbuat baik dan benar yang tidak lagi menjadi kewajiban,
namun berubah menjadi suatu kebutuhan yang memang harus dilakukan.

Kalau kita pikirkan dengan dalam, banyak ungkapan yang sangat mengena. Makan sepiring
sudah cukup, dua piring kekenyangan, mengapa mesti bikin banyak-banyak; jangan-jangan
malahan menjadi basi. Punya pakaian satu lemari, paling yang dipakai juga hanya satu pasang
yang dianggap paling cocok. Jangan-jangan banyak pakaian yang tidak pernah lagi disenggol
karena nilainya sudah dianggap kurang. Mungkin hal ini hanya berlaku bagi yang mampu,
tidak kekurangan sandang dan pangan. Rasanya, semakin banyak kita mempunyai sesuatu,
semakin banyak pula sesuatu itu yang tidak kita sentuh, karena ada yang baru yang lebih
menarik perhatian. Seringkali kita malahan sudah lupa dengan sesuatu yang kita miliki
tersebut. Padahal di luar, mungkin masih banyak saudara kita, tetangga kita yang
membutuhkan sesuatu yang tidak kita sentuh tadi. Apa yang akan kita lakukan dengan
barang-barang itu? Apakah ini yang disebut nafsu kedagingan yang umum kita sebut
keserakahan? Dan nyatanya kalau meninggal tidak dibawa juga, terserah kepada yang masih
hidup. Mau dijual mau dibuang atau mau dibagikan, sudah tidak bisa ikut campur, biarpun
dahulu semasa hidup yang mengumpulkan.
Dar/memahami Matius 50
51

6:22 Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; 6:23 jika matamu
jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya
kegelapan itu.
Kita dapat belajar banyak dari hal mata ini. Mata yang merupakah salah satu indera, dapat
dipakai untuk melihat segala macam. Dari matalah pertama kali segala sesuatu yang dekat
atau jauh dapat kita rasakan. Melihat dan mengagumi seluruh alam raya yang menjadi ciptaan
Tuhan serta melestarikannya. Juga dapat melihat segala sesuatu yang dapat menimbulkan
rangsangan, yang tidak dikehendaki Tuhan (Mat.5:27). Bagi manusia normal (bukan tuna
netra) dari pandangan matalah seluruh syaraf-syaraf akan bekerja, sesuai dengan hati dan
pikiran yang menggerakkannya. Jadi, jika mata ini dipergunakan untuk hal-hal yang baik,
maka seluruh tubuhpun akan terbawa dengan baik. Meskipun apa yang kita lihat dapat
“mengetarkan hati” namun apabila selalu dilihat dari segi baiknya, maka hikmahlah yang
kita dapatkan. Apabila kita pelajari dengan tekun, sorot dan gerak mata seseorang dapat kita
perkirakan akan menggambarkan pribadi orang tersebut. Pancaran sinar dan gerak mata
seringkali mengisyaratkan sesuatu, apakah itu positif ataupun negatif menurut perasaan kita.

Namun jika mata ini sudah diisi dengan kejahatan, ketidak benaran, apapun yang kita lihat
dapat menimbulkan rangsangan negatif, rangsangan yang jahat. Terang saja sudah disebut dan
ditafsirkan gelap, betapa gelapnya yang memang sudah gelap. Gelap mata mesti selalu
dihubungan dengan hal-hal yang tidak baik dan tidak benar serta lupa diri. Di siang hari jika
mata kita meramkan, maka yang terlihat hanya kegelapan. Apalagi jika di malam hari yang
gelap, anggaplah lampu listrik padam, maka mata meram sama saja dengan mata melek; yang
terlihat hanya gelap gulita alias tidak bisa melihat apa-apa.

Dalam kehidupan sehari-hari, kitapun mengenal istilah mata hati yang mungkin lebih dekat
dengan hati nurani yang terdalam atau mungkin jiwa. Tuhan Yesus lebih menekankan bahwa
mata kita harus bisa menjadi pelita bagi tubuh kita. Sinar mata yang memberikan kesejukan,
kedamaian, bersahabat, menyenangkan banyak orang.
6:24 Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci
yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak
mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."
Tuhan Yesus dengan tegas menyatakan agar kita juga tegas memilih, mengabdi kepada Tuhan
atau kepada Mamon. Memilih Allah sejati atau allah-allah palsu. Mamon lebih sering
dihubungkan dengan uang, maka sampai muncul istilah “keuangan yang kuasa.” Memang
secara umum harus diakui bahwa uang sangat memegang peranan penting dalam kehidupan
dunia saat ini. Segala macam kebutuhan yang kita perlukan lebih sering diperoleh dengan
uang. Apapun dapat dibeli dengan uang, termasuk manusia ini juga kadang-kadang dapat
dibeli dengan uang. Kata-kata “ya” dapat diganti menjadi “tidak” atau sebaliknya, oleh uang.
Jangan-jangan kitapun secara tidak sadar sudah menjadi hamba uang. Begitu berbahayanya
pengaruh uang kepada orang-orang beriman, apalagi dikala kita mengalami kesusahan dan
membutuhkan biaya.
Pertanyaannya, apakah kita dikuasai oleh uang atau kita yang menguasai uang? Seringkali
kita mendapatkan batu sandungan yang disebabkan oleh uang. Lalu kita mencari seribu satu
macam alasan untuk pembenaran diri yang dapat diterima oleh akal manusia. Apabila alasan
itu begitu sulit dicari, kita masih punya jawaban :”maklumlah, itu kan manusiawi.” Mungkin
ada betulnya juga ungkapan, semakin kaya akan semakin jauh dari Tuhan. Orang miskin
tingkat sosialnya lebih tinggi. Coba kita bayangkan jika kita punya uang seribu rupiah,
dengan mudah kita memberi seratus. Ketika mempunyai seratus ribu rupiah, mulai berpikir
sedikit untuk memberikan sepuluh ribu rupiah. Apalagi setelah mempunyai seratus juta
rupiah, kelihatannya harus mulai berberat hati untuk memberi sepuluh juta rupiah. Kita lebih

Dar/memahami Matius 51
52

sering lupa bahwa kita masih mempunyai yang sembilan puluh juta rupiah. Bagaimana kalu
kita mendapat rezeki satu miliar rupiah ?

Apabila kita memilih mengabdi kepada Allah sejati, mestinya kita akan bebas dari
kecemasan, kekawatiran. Bebas dari kecemasan berarti penuh dengan sukacita, dimana
sukacita sejati tidak dapat dibeli dengan materi. Dan nyatanya, tidak segalanya dapat dibeli
dengan uang atau materi. Sebagai contoh ekstrim, nyatanya kekayaan tidak dapat
menghidupkan orang meninggal. Nikmatnya makan dan tidur tidak tergantung dari yang
enak-enak dan mahal. Enak makan lebih nikmat daripada makan enak; atau tidur nyenyak di
mana saja lebih nikmat dari pada kamar mewah namun susah memejamkan mata.

Kita bisa membayangkan apabila kita sedang berjalan di bukit tandus pada siang hari, tidak
bertemu warung karena memang daerah sepi. Uang segepok di dalam saku pada waktu itu
tidak ada nilainya pada saat kita merasa kehausan dan kelaparan. Mungkin kita akan minum
apa saja yang bisa kita minum dan makan apa yang bisa kita makan.

Mari kita renungkan masing-masing dan kita timbang-timbang, seberapa besar kita menjadi
hamba Tuhan dibandingkan dengan menjadi hamba Mamon. Ketergantungan kita kepada
Allah dibandingkan ketergantungan kita kepada materi dunia. Hanya kita sendiri yang bisa
menjawab.

Hal kekuatiran
6:25. "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak
kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu
pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada
pakaian? 6:26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan
tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga.
Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? 6:27 Siapakah di antara kamu yang karena
kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? 6:28 Dan mengapa kamu
kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan
tanpa memintal, 6:29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun
tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. 6:30 Jadi jika demikian Allah mendandani
rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi
mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? 6:31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan
berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan
kami pakai? 6:32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu
yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu. 6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Tuhan Yesus begitu tegas mengajarkan untuk tidak perlu kuatir akan hidup kita. Hidup yang
benar-benar hidup, lahir batin sehingga bisa merasakan sukacita yang tidak berkesudahan.
Tingkat kebutuhan kita akan materi untuk hidup, sebenarnya memang tidak begitu banyak.
Cukup bisa berpakaian, bisa makan dan minum, bisa beristirahat dan berteduh. Jasmani yang
dikaruniakan kepada kita, bisa kita manfaatkan untuk berkarya sehingga hari ini sudah
tercukupi. Kelihatannya begitu simpel dan sederhana, jika tidak mengembangkan keinginan
yang menjurus kepada keserakahan.

Namun keinginan kedagingan kita selalu mempunyai alasan, bagaimana kita tidak kuatir,
besok makan apa dan berpakaian apa. Ajaran ini memang tidak populer, karena tidak dapat
memberikan kemewahan dalam segala hal. Ajaran ini dianggap sebagai pola hidup miskin
yang tidak bisa dibanggakan di depan orang lain. Sering kali kita ingin dan memimpikan
untuk hidup enak, tidak kekurangan sandang-pangan-papan dan segala isinya. Semua orang

Dar/memahami Matius 52
53

akan memandang segan dan menghormati kita, dan kita ingin menjadi orang terpandang yang
serba wach. Pokoknya kalau bisa harus lebih dibandingkan orang lain.

Tetapi Tuhan Yesus menekankan bahwa hal tersebut hanya dicari oleh orang yang tidak
mengenal Allah. Tuhan Yesus hanya mengajak untuk belajar hidup sederhana, apa adanya
dan tidak serakah. Hidup secukupnya karena orang lain juga membutuhkan dan berkeinginan
sama dengan kita. Hidup secukupnya dalam pembicaraan sehari-hari yang kadang kala masih
bisa dipelintir menurut selera kita. Istana satu sudah cukup, mobil mewah satu cukup dan
sebagainya. Terserah kepada pembaca apa bedanya cukup dan kaya.

Menurut penulis, semua jenis kekayaan alam yang ada di dunia ini sebenarnya lebih dari
cukup untuk semua orang yang hidup. Banyak jenis makanan yang dapat dinikmati semua
orang dan tidak akan ada kelaparan, apabila yang ada itu dapat dibagikan secara merata.
Tidak ada penimbunan sebagai persediaan jangka panjang. Kadang-kadang berton-ton bahan
makanan malahan tersimpan dan membusuk yang tidak dapat dimakan lagi, menjadi mubazir.
Keserakahan secara tidak langsung akan mengurangi jatah orang lain.

Tuhan Yesus memberi jaminan agar pertama kali mencari Kerajaan Allah yang penuh
kebenaran, baru mencari kebutuhan hidup sehari-hari. Mencari Kerajaan Allah berarti
melakukan perjalanan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Melakukan kehendak-Nya berarti
hidup dalam kebenaran dan kebaikan, saling menghormati, saling mengasihi penuh
persaudaraan, saling berbagi yang pada pokoknya yang baik-baik saja. Jika hal tersebut
diindahkan, diikuti oleh semua orang, maka yang terjadi adalah kedamaian, kesejahteraan
bersama, sehingga rezeki seakan-akan selalu ditambahkan oleh-Nya. Rezeki yang tidak
pernah berkesudahan, karena memang Tuhan sudah menyediakan dengan berkelimpahan.

Pengalaman hidup bagi orang yang selalu bersedekah dengan ikhklas tanpa pamrih, nyatanya
tidak pernah kekurangan di dalam hidupnya. Kenyataan tersebut memang sangat susah, bila
dihitung dengan nalar, namun Tuhan selalu berkarya dengan cara-Nya sendiri. Ada betulnya
juga ajaran orang tua dahulu :”Urip iku kudu jujur, lembah manah lan enthengan; Jujur akeh
sedulur, lembah manah akeh berkah, enthengan akeh pangan.” (jujur, rendah hati dan ringan
tangan, sedulur = saudara, akeh = banyak).

Pertanyaannya, apakah kita tidak pernah merasakan kuatir dalam hidup ini? Berbahagialah
orang yang belum pernah mengalami kekuatiran di dalam hidupnya. Karena tidak pernah
kawatir akan hidup ini, mestinya penuh dengan sukacita. Permasalahan dalam kehidupan
memang harus selalu kita lalui dan lewati. Dan permaalahan tersebut biasanya berkaitan
dengan orang lain atau keinginan kita yang berlebih.
.
Kalau dipikir-pikir dengan hati bening, apa sich bedanya punya pakaian banyak dengan
hanya punya pakaian satu pasang, yang dipakai juga hanya satu pasang? Pasti ada jawabannya
yang bermacam-macam. Makan sepiring cukup, dua piring kekenyangan, mengapa mesti
menyiapkan makan banyak? Apa saja sich yang dapat dimakan di dunia ini? Pasti banyak.
Mengapa kita mesti tergantung pada makanan tertentu, anggaplah nasi? Mengapa sampai
timbul ungkapan, sebelum makan nasi rasanya belum makan? Salah siapa? Betapa begitu
banyak jenis umbi-umbian palawija, buah-buahan, sayuran dan jenis padi-padian yang dapat
dimakan dan membuat kenyang. Masih ada lagi dari jenis binatang, burung dan ikan.

Jangan-jangan orang zaman dahulu yang dikatakan umurnya panjang-panjang karena makan
secara alami. Penulis tidak tahu apakah hitungan hari dalam setahun pada zaman para nabi
awal sama dengan tahun sekarang. Diceritakan dalam Perjanjian Lama bahwa umur mereka
sampai ratusan tahun.
Dar/memahami Matius 53
54

Kita juga kadang tidak sadar bahwa segelas air Aqua pada waktu awal muncul, bisa lebih
mahal dari harga bensin. “Orang Kotaan” mungkin takut minum air sumber langsung dari
tanah dibandingkan dengan “orang kampungan.” Mereka merasa kawattir akan segala
sesuatu yang dapat terjadi. Jangan-jangan air tanah itu tidak bersih banyak mengandung
kuman penyakit. Namun dari satu sisi lain, disitulah kekebalan tubuh dibangun secara
perlahan-lahan dan tidak kita sadari.

Tuhan, ajarilah aku untuk tidak kuatir dalam peziarahan hidup ini. Ajarilah aku untuk selalu
mensyukuri apapun dengan penuh sukacita, sehingga Kerajaan-Mu benar-benar dapat aku
nikmati di bumi ini. Amin.

Bab 7. Hal Menghakimi, yang Kudus dan berharga, pengabulan doa, jalan yang benar,
pengajaran sesat, dua macam dasar

Hal menghakimi
7:1. "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. 7:2 Karena dengan penghakiman
yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk
mengukur, akan diukurkan kepadamu. 7:3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata
saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? 7:4 Bagaimanakah engkau
dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal
ada balok di dalam matamu. 7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu,
maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
Tuhan Yesus mengajarkan untuk tidak menghakimi, karena hanya Dialah Sang Maha Hakim.
Disini Tuhan Yesus sepertinya mengingatkan kepada kita, bahwa tidak ada seorangpun yang
sempurna. Setiap orang diciptakan dengan memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus
disadari. Setiap manusia diingatkan untuk selalu mawas diri, apakah sudah lebih baik sebelum
membicarakan kekurangan orang lain. Membuang segala kekurangan dan tinggal
kelebihannya yang kelihatan, maka kita akan bisa belajar dari orang lain.

Padahal dalam kenyataannya kita lebih sering menghakimi orang lain. Menghakimi melalui
pikiran-pikiran yang negatif, melalui perkataan-perkataan, gosip-gosip yang belum tentu
kebenarannya. Memang, membicarakan orang lain rasanya begitu nikmat kalau kita sedang
berkumpul, dan jarang sekali membicarakan orang lain karena kebaikannya, tetapi lebih
banyak issue kejelekannya. Jangan-jangan tanpa kita sadari kitapun juga dibicarakan oleh
orang lain, seperti kita membicarakannya.

Memang dalam kehidupan sehari-hari yang berkembang adalah menghakimi orang lain
dengan perbuatan-perbuatan, karena sudah merasa tidak cocok lebih dahulu. Masih beruntung
kalau hanya baru di dalam batin menilai negatif. Jangan-jangan orang tersebut begini dan
begitu, yang masih belum tentu kebenarannya. Sering kali kita memilih-milih orang untuk
menjadi teman atau sahabat, dan begitu waspada dan curiga kepada orang yang belum kita
kenal. Sering kali kita merendahkan orang lain karena penampilan, pendidikan, kekayaan dan
sebagainya. Tidak kita pungkiri bahwa mempunyai modal sesuatu, apakah itu kekayaan,
pendidikan, kemampuan atau malahan segalanya punya, akan membawa ke jenjang percaya
diri yang lebih. Berani tampil dimana-mana dan kepala bisa sedikit diangkat karena merasa
bermodal. Dan umumnya apabila merasa tidak mempunyai modal apapun, menjadi orang
yang lebih penurut, pendiam dan pendengar. Terserah mereka saja yang pada lebih segalanya.
Menerima saja tanpa berkomentar. Aku kan hanya manusia biasa yang tidak mempunyai
sesuatu yang bisa dibanggakan dan disombongkan.

Dar/memahami Matius 54
55

Menurut penulis, sebenarnya setiap orang mempunyai modal, paling tidak modal pengalaman
hidup yang dialaminya selama ini. Entah pengalaman itu yang baik ataupun yang buruk, yang
menyenangkan ataupun yang menyedihkan. Itu salah satu kelebihan yang mungkin orang lain
tidak mempunyai. Jadi, sebenarnya semua orang itu mempunyai kelebihannya masing-
masing. Sepandai apapun seseorang, yang mungkin kita sebut sebagai jenius jempolan, tetap
saja masih ada kekurangan. Dan kekurangan si jenius itu malah dimiliki oleh orang lain dan
menjadi kelebihannya.

Tuhan Yesus mengajak kita untuk selalu berkaca lebih dahulu (balok dalam mata kita),
apakah kita ini sudah baik tanpa cela, sebelum mencela orang lain. Cermin yang kotor kena
debu, harus sering kita bersihkan agar kita dapat berkaca dengan jelas. Yang pantas
menghakimi hanya Tuhan sendiri.

Yang dapat penulis pahami adalah, kita diajak untuk selalu berpikir positif terhadap orang
lain, menghilangkan rasa curiga dan berprasangka. Kita diajar untuk melihat ke dalam diri
sendiri dahulu, masih adakah kekurangan yang kita temui. Sebelum bisa membersihkan diri
sendiri, mengapa mesti repot-repot mengurusi kotoran orang lain? Pada dasarnya kita ini
belum tentu lebih baik dari orang lain. Betapa malunya jika kita kecelik menilai seseorang,
dan nyatanya keliru jauh dari penilaian kita itu.

Dengan berpikir positif, maka kita malah bisa belajar banyak karena selalu melihat segala
kelebihan yang dimiliki orang lain. Mencela dan menghakimi, secara tidak langsung kita
merasa lebih baik dibandingkan orang lain tersebut. Karena merasa lebih baik, maka kita tidak
belajar apapun, tidak tumbuh dan berkembang semakin baik.

Karena selalu berpikir positif, maka Tuhan juga akan melihat kita secara positif. Bukan
menghakimi tetapi malah sebaliknya mengakui bahwa masih ada yang kurang dalam diri.
Mungkin agak berbeda dengan memberi nasihat, petuah atau saling ngobrol untuk saling
koreksi diri, agar dapat tumbuh berkembang bersama-sama. Kita akan lebih gampang tumbuh
berkembang apabila mau menerima pupuk dan siraman dari orang lain.

Hal yang kudus dan berharga


7:6 "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan
mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak
kamu."
Anjing dan babi pada zaman itu kelihatannya termasuk binatang rendah, malahan haram yang
tidak perlu didekati. Anjing dan babi sudah barang tentu tidak suka dengan barang kudus
maupun mutiara. Dia jelas lebih senang dengan sisa makanan, ampas tahu atau tulang muda.
Pokoknya makanan kesukaan yang dibutuhkan pada saat itu. Anjing dan babi tidak akan
pernah tahu akan nilai barang kudus maupun mutiara. Dikira makanan enak, tidak tahunya
bukan, marahlah binatang tersebut karena merasa dipermainkan. Kalau mau memberi sesuatu,
mbok sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan saat yang tepat agar nilai gunanya pas.

Perumpamaan ini seperti suatu peringatan kepada kita untuk hati-hati didalam membagikan
pengalaman hidup, dimana kita telah menerima karunia atau berkat dari Tuhan. Barang yang
kudus dan mutiara adalah suatu simbol yang tidak ternilai yang datang dari Tuhan. Karunia
Kasih Tuhan tidak perlu digembar-gemborkan kepada setiap orang, apalagi kepada mereka
yang dilambangkan anjing dan babi, karena belum tentu mereka semua orang dapat
menerimanya, melainkan malahan dapat memusuhi dan menganiaya kita. Bersaksi memang
mestinya hanya di kelompoknya sendiri saja sebagai penguat iman. Pengalaman iman yang
disampaikan ke dalam kelompok sendiri saja belum tentu dapat diterima dan dipercaya,

Dar/memahami Matius 55
56

apalagi kepada orang lain. Setiap keinginan sepertinya mempunyai caranyanya masing-
masing yang perlu dipikirkan dan dipersiapkan, sebelum menjadi perbuatan nyata.

Penulis mencoba merenung apakah hal ini ada kesamaan dengan sebutan kristenisasi? Yang
jelas tidak ada katolikisasi. Mengapa? Karena untuk menjadi orang katolik perlu belajar
tentang iman katolik hampir selama satu tahun. Jika merasa tidak cocok dan masih bimbang,
mereka diperbolehkan menunda menjadi katolik. Atau malahan bebas untuk tidak menjadi
katolik sama sekali.

Menyampaikan kabar sukacita keselamatan yang dilakukan Tuhan Yesus ke sembarang


orang, dapat menjadi batu sandungan. Ada orang yang menerima kabar tersebut sekedar untuk
basa-basi, dan ada yang sama sekali tidak mau terima. Kelompok ini bisa marah karena
merasa ikan di dalam kolamnya akan diambil orang lain. Sesuatu hal yang masih
memerlukan penjelasan lebih lanjut. Namun yang dapat penulis simpulkan adalah : “jadilah
contoh atau panutan yang baik.” Biarkan orang lain yang menilai. Jika suka biar datang
sendiri kalau mau ikut, jika tidak suka ya tidak apa-apa, tidak akan disia-siakan.

Pada dasarnya setiap orang bisa membedakan mana yang baik dan benar, dan mana yang
tidak. Namun dalam kegelapan hati, iri dengki, ada saja orang atau kelompok yang sulit untuk
menerima kenyataan tersebut. Ada saja alasan yang dikemukakan untuk tidak mau mengakui.
Malahan jangan-jangan kebenaran dan kebaikan yang universal tersebut diaku hanya sebagai
miliknya. Kebaikan dan kebenaran sejati tidak bisa ditutupi walaupun ditolak dan tidak
diakui. Apabila kesadaran diri sudah bisa menerangi orang tersebut, maka sekecil apapun
pengakuan itu, pasti akan terbersit di dalam hati nuraninya.

Kira-kira apa yang terjadi apabila ada seseorang yang membutuhkan makanan karena sudah
beberapa hari perutnya tidak kemasukan sesuatu. Dia datang kepada kita dan memohon untuk
diberi makan. Terus kita jawab bahwa ada makanan lain yaitu firman yang membuat tidak
pernah lapar lagi. Atau orang tersebut kita suruh mencari kerajaan surga terlebih dahulu.
Kemungkin besar orang tersebut bersungut-sungut, marah besar atau ingin menghajar kita.
Pada saat itu dia hanya membutuhkan makan dan minum, bukan ceramah rohani.

Hal pengabulan doa


7:7. "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah,
maka pintu akan dibukakan bagimu. 7:8 Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap
orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. 7:9
Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, 7:10 atau
memberi ular, jika ia meminta ikan? 7:11 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang
baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada
mereka yang meminta kepada-Nya."
Janji Tuhan begitu indahnya, apabila kita mau meminta, mencari dan mengetok Hati Tuhan
Allah Bapa kita. Dialah Yang Maha Baik Penuh Belas Kasih Tanpa Batas. Janji itu berlaku
bagi siapapun, bagaikan sinar matahari yang dicurahkan bagi siapa saja yang memerlukannya.
Kita diajar untuk memohon kepada Tuhan, Sang Maha Pemberi, apapun yang kita perlukan di
dalam hidup ini. Kita juga diajar untuk mencari dan mencari. Mencari adalah suatu usaha
yang harus kita lakukan untuk menemukan yang kita inginkan. Sering kali yang kita cari tidak
ketemu atau begitu sulit, sampai berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Mata, hati dan pikiran
kita sepertinya buta, sehingga tidak melihat pintu yang ada di hadapan kita. Semua jalan
sepertinya buntu yang membuat kita tidak tahu lagi harus berbuat apa. Tuhan mengajarkan
untuk mengetuk Tuhan, agar pintu dibukakan. Pintu Tuhan bisa bermacam-macam model,
berbagai bentuk, demikian juga cara membukanya.

Dar/memahami Matius 56
57

Yang dapat penulis pahami adalah hidup ini suatu anugerah Tuhan, dimana segala sesuatunya
kembali diserahkan kepada-Nya. Apabila kita mempunyai suatu rencana, segalanya kita
sampaikan dan mohon kepada Tuhan untuk mengabulkannya. Setelah itu kita harus selalu
berusaha dengan segala daya upaya agar rencana tersebut tercapai. Meminta tanpa usaha
adalah sia-sia. Namun demikian, seringkali terjadi bahwa rencana kita tidak kunjung tercapai.
Sepertinya semua pintu tertutup, sehingga kita tidak bisa melewatinya. Disinilah kita diajak
untuk “mengetuk Tuhan” agar “pintu” yang tertutup itu dibukakan.

Didalam perenungan “mengetuk Tuhan,” seringkali kemacetan-kemacetan rencana kita


sepertinya terbuka sendiri. Mengapa hal itu tidak terpikir sewaktu merencanakan, mengapa
jalan keluarnya koq begitu sepele, dan sebagainya. Kadang-kadang malahan lebih ekstrim
lagi, mengapa kita mesti merencanakan hal tersebut, mengapa bukan rencana yang lain yang
lebih sesuai. Tanpa kita sadari, seringkali Tuhan membuka hati, jiwa
atau pikiran kita, sehingga kita sendiri terbengong mengapa tidak
terjadi sebelumnya. Mengapa hal tersebut tidak terpikirkan dari
dahulu. Namun kita tidak menyadari bahwa itu kuasa Tuhan yang
membuka mata kita.

Batu sandungan yang sering kita buat adalah, kita tanpa sadar
menjadikan Tuhan sebagai pesuruh kita. Bahasa memohon kita
paksakan sesuai kehendak kita. Jika permohonan tidak terkabul kita
marah atau mengeluh dan jangan-jangan malah menghujat Tuhan.
Ada ungkapan Ora et Labora bahwa kita diberi kehendak bebas untuk
melakukan sesuatu. Keinginan tersebut dapat dicapai kalau kita mau
berusaha dengan sungguh-sungguh. Biar hasil usaha yang akan kita capai tersebut menjadi
berkat, kita memohon kepada Tuhan melalui doa. Jadi hasil apapun yang akan kita capai
adalah berkat dari Tuhan yang harus kita syukuri. Hasil itulah yang terbaik dari Tuhan pada
saat itu. Yang terbaik bagi Tuhan memang belum tentu terbaik bagi kita pada saat itu, karena
keserakahan kita. Secara jujur harus kita akui bahwa kita selalu ingin lebih, apapun itu.

Jika waktu sudah berlalu beberapa saat dan kita mencoba merenungkan kembali tentang hasil-
hasil dari permohonan dan usaha kita, kita bisa terheran-heran sendiri. Coba kita melihat ke
belakang, ke dalam liku-liku perjalanan hidup kita sampai saat ini. Pasti ada sesuatu yang
ajaib dan luar biasa. Kita bisa merasakan bahwa hati ini sepertinya dibuka, diperlihatkan
mengapa Tuhan mengabulkan doa kita seperti ini dan seperti itu. Begitu indah dan penuh
misteri, betapa maha baiknya Tuhan Allah kepada kita.

Jalan yang benar


7:12. "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian
juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
Tuhan Yesus disini kelihatannya memberikan pelajaran pokok dari seluruh isi hukum Taurat
dan kitab para nabi terdahulu. Kita bisa mengatakan bahwa lawan kata “kasih” adalah
“egois,” sedangkan lawan kata cinta adalah benci. Kasih lebih melayani dan keluar dari diri
kita, sedangkan egois lebih minta dilayani yang masuk ke dalam diri kita. Kita diajak untuk
mengenal diri sendiri dengan keinginan ego kita, dari yang paling kecil sampai yang paling
besar. Apa yang kita mau dan apa yang kita tidak mau, ……… yang pada dasarnya menjadi
keinginan setiap orang juga. Kita diajar untuk mau mengenal dan memaklumi orang lain,
karena sebenarnya hampir sama dengan kita. Kalau mau dipuji orang lain, belajar dan pujilah
orang lain lebih dahulu. Kalau tidak mau disakiti orang lain, belajar untuk jangan menyakiti
orang lain lebih dahulu. Inilah ajaran kasih yang mau melayani orang lain tanpa pamrih.
Inilah proses pembelajaran untuk berubah, ego digeser dan digeser menurun menuju ke arah
kasih yang semakin meningkat.
Dar/memahami Matius 57
58

Dan kenyataannya, perjuangan untuk berubah ini sangat berat. Kita lebih sering bersembunyi
dibalik ungkapan Jawa ciri wanci ilange yen digawa mati. Kita berlindung bahwa itu semua
sudah menjadi bagian watak, kodrat, karakter atau istilah apapun. Yang berarti kita memang
tidak siap untuk berubah. Yang sering terjadi malahan kitalah yang ingin merubah orang lain
menurut selera kita.

Pelajaran untuk saling mengasihi, saling membahagiakan, saling menyenangkan, saling


menghibur dan saling lainnya lagi dikatakan menjadi dasar seluruh hukum. Betapa indahnya
hidup ini jika hal tersebut memancar dari diri kita masing-masing, dan selanjutnya menyebar
ke segala penjuru. Pasti bumi akan ikut menyuarakan sorak pujian kepada Allah, bersama
para suci di surga.

Mengapa harus berbuat jahat kepada orang lain? Apa ruginya berbuat baik kepada orang lain?
Apa bedanya memberi senyum dengan memberi cemberut kepada orang lain? Jika segala
sesuatu dapat dipermudah, mengapa mesti dipersulit? Bagaimana rasanya kalau kita yang
dipersulit orang lain? Jika segala sesuatu bisa dipercepat, mengapa mesti diperlambat? Mana
yang kita pilih, membuat orang lain senang atau membuat orang lain marah? Membuat diri
sendiri dicintai orang lain atau dibenci? Semuanya tergantung kepada kita masing-masing,
jalan mana yang akan kita pilih.

Jika kita renungkan, sebenarnya hidup ini malah untuk menyenangkan orang lain. Jika semua
orang melakukan hal tersebut, maka kita semua akan menjadi senang karena kita juga akan
disenangkan orang lain. Alangkah indahnya! Hal inipun sebenarnya tidak gampang karena
memerlukan proses untuk berubah, bagaimana menyenangkan orang lain.

7:13 Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju
kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; 7:14 karena sesaklah pintu dan
sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."
Jadi memang betul bahwa jalan menuju kehidupan abadi sangatlah sulit, ditinjau dari
kenikmatan duniawi yang menjanjikan. Tuhan Yesus sebenarnya sudah menawarkan jalan
keselamatan kepada semua orang. Tawaran Tuhan tidak mengikat dan memaksa, namun
diserahkan kepada kita untuk memilih. Tawaran tersebut berlaku sampai akhir hayat kita.
Tuhan Yesuspun juga sudah mengatakan bahwa akan sedikit yang menerima dan mengikuti
tawarannya. Tawaran Tuhan Yesus memang tidak populer di dalam kehidupan yang serba
mengandalkan kepada uang dan materi. Namun demikian hanya tawaran kasih Tuhan Yesus
yang membawa ke keselamatan abadi. Dan Tuhan Yesus sendiri juga tidak pernah
mengatakan bahwa orang tidak boleh kaya, selama kekayaan tersebut diperoleh dengan jalan
yang benar dan tidak merugikan orang lain.

Duniawi yang gemerlapan harus diakui menjadi dambaan orang banyak. Segala kemewahan
terhampar di hadapan kita yang dapat kita rasakan dengan daging kita. Hampir sulit mencari
orang yang mau hidup di dalam kesederhanaan dan tidak terpikat gemerlapnya dunia. Hal ini
tidak terkait langsung bahwa orang tidak boleh kaya raya. Masih banyak orang kaya raya
yang hidupnya sederhana dan lurus jika diukur dengan jumlah kekayaannya. Banyak juga
orang miskin yang terbuai dengan kenikmatan duniawi dan lupa diri bahwa sebenarnya ia
belum mampu.

Dampaknya, mungkin kita bisa merasakan dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita.
Pertanyaannya, sekarang mana yang mau kita pilih? Jalan keselamatan yang tidak populer dan
tidak menarik serta sulit dicari, atau jalan sebaliknya. Virus penyakit serakah memang bisa
dikatakan sebagai biang keladi segala macam, yang mungkin para ahli menyebutkan dalam
Dar/memahami Matius 58
59

model tingkat kebutuhan. Dan semuanya itu syah-syah saja karena kita memang masih di
dunia. Kelihatannya Tuhan Yesus memang lebih berpihak kepada orang-orang kecil dan
sederhana dalam segala hal. Kelompok yang seperti ini memang boleh dikatakan menerima
apa adanya, walaupun juga mempunyai keinginan yang lebih baik. Mereka sudah dapat
mawas diri sesuai kemampuan yang mereka rasakan. Lebih baik dari hari kemarin namun
tidak terlalu ngangsa meloncat tinggi. Cukup yang sekelas adem ayem tentrem murah
sandang pangan saling gotong royong, aman sejahtera.

Batu sandungan yang biasanya dihadapi apabila kita merasa memiliki kemampuan,
kelebihan, kepandaian dan sejenisnya. Benih keinginan atau kebutuhan menggelora di dalam
akal budi kita dan ingin meledak tersalurkan. Jika tidak hati-hati, berkembangnya kebutuhan
duniawi akan membuahkan segala macam cara ditempuh untuk mencapainya.

Hal pengajaran yang sesat


7:15. "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti
domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. 7:16 Dari buahnyalah kamu akan
mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari
rumput duri? 7:17 Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang
pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. 7:18 Tidak mungkin pohon yang baik
itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah
yang baik. 7:19 Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan
dibuang ke dalam api. 7:20 Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.
Jadi sejak awal Tuhan Yesus sudah mengingatkan kepada kita tentang nabi-nabi palsu. Nabi-
nabi palsu tersebut begitu pintarnya dan sepertinya apa yang diajarkan dapat diterima oleh
akal budi kita. Secara nalar dan perasaan sepertinya tidak ada yang keliru dan semuanya baik.
Untuk menghadapi hal tersebut, Tuhan Yesus memberi petunjuk kepada kita, untuk selalu
memperhatikan dan merasakan “buah-buah” yang dihasilkan.

Buah-buah yang beraromakan kebencian, perselisihan, perseteruan, peperangan, penindasan


dan sejenisnya jelas datang dari para nabi palsu. Nabi palsu ini dapat menyamar siapa saja,
mungkin public figure, pengkotbah, pemimpin kelompok, orang vokal atau siapapun juga.
Jangan-jangan kita juga secara tidak sadar untuk beberapa saat sudah menjadi nabi palsu,
begitu kita melihat dari hasil buah tangan kita. Secara tidak sadar kita menyebarkan gagasan-
gagasan yang dapat menimbulkan pro dan kontra menjadi perpecahan, suka dan tidak suka.
Awalnya sich kelihatan baik dan menyenangkan, sepertinya ranum dan segar. Bagaikan buah
mahkota dewa yang kemerahan, merangsang untuk dibrakot. Atau jenis jambu batu yang
buahnya begitu menyenangkan, namun asamnya tidak ketulungan. Secara tidak disadari
malah menyiapkan bara api yang dapat mengobarkan hati orang dan akhirnya memunculkan
perbuatan seperti serigala buas.

Seringkali kita berdialog baik-baik, namun kemudian berubah memanas terus berdiskusi dan
selanjutnya berubah berdebat tentang sesuatu. Masih untung kalau ada yang menyadari dan
mau mengalah. Kita lebih jarang menganalisa sesuatu tersebut untuk mencoba melihat dan
mengenal buah-buahnya yang telah dan akan dihasilkan. Mungkin kita perlu belajar kepada
petani profesional yang mencari dan mencari, menganalisa, merekayasa suatu tanaman agar
bisa menghasilkan buah berlimpah, rasanya enak, tidak berdampak negatif dan tahan terhadap
penyakit. Sang pohon sendiri boleh dikatakan hanya memproduksi buah dan tidak ikut
merasakan hasilnya. Paling-paling hanya daun kering yang diberikan kepada sang pohon,
sebagai pengganti pupuk. Jika hasilnya baik maka akan dipelihara terus, dan dikembang
biakkan. Jika tidak memenuhi selera, kemungkinan besar dapat ditebang atau malahan akan
dimusnahkan.

Dar/memahami Matius 59
60

Dalam kehidupan sehari-hari, nyatanya banyak jenis pohon yang menghasilkan buah tidak
enak ini malahan dipelihara. Banyak alasan dapat dibuat mengapa pohon tersebut perlu
dipertahankan dan dilestarikan. Paling tidak bisa untuk mengecoh atau mengelabui orang-
orang yang tidak disukai. Secara bodoh, selama iblis masih boleh berkarya di dunia ini, maka
akan sangat sulit untuk mempersatukan domba dengan serigala dalam satu kandang. Pasti
akan muncul orang-orang yang selalu ingin menanam pohon tidak baik ini dengan tujuan
tertentu. Berbagai macam alasan dapat disiapkan apabila ada yang menanyakan.

7:21. Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 7:22 Pada hari terakhir
banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu,
dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? 7:23
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah
mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
Ajaran ini begitu mengejutkan dan mengingatkan kepada kita akan salah satu dari sepuluh
Perintah Allah. Jangan menyebut dengan sembarangan nama Allah, Tuhan kita. Apalagi
membawa-bawa nama Tuhan di setiap perbuatan kita, demi untuk pembenaran diri. Tuhan
Yesus lebih menekankan kepada perbuatan nyata yang harus kita lakukan, yang harus seiring
dan sejalan dengan kehendak Bapa di sorga. Perbuatan nyata yang dipenuhi dengan kasih dan
iman sejati, yang merangsang dan menggerakkan kita melakukan hukum Tuhan.

Yang dapat penulis pahami adalah satunya jiwa, hati, pikiran, perkataan dan perbuatan untuk
melaksanakan ajaran kasih tanpa pamrih. Kasih menjadi inti ajaran Tuhan Yesus, apabila kita
ingin masuk ke dalam kerajaan Sorga. Kasih bukan hanya berhenti di pikiran dan mulut,
namun harus diimplementasikan ke dalam perbuatan nyata

Bagi penulis memang masih ada satu hal yang membingungkan, apabila kita telah berbuat
sesuatu demi nama-Nya, namun nyatanya diusir oleh Tuhan. Bernubuat, mengusir setan
sampai membuat mujizat demi nama-Nya dan pada akhirnya tidak dikenal oleh Tuhan.
Dimanakah salahnya? Kekuatan atau kuasa siapakah yang berkarya pada waktu itu? Apakah
segala perbuatan yang dilakukan hanya untuk diri sendiri, pamrih pribadi? Lupa, bahwa
Tuhan yang berkarya, bukan yang bersangkutan dengan kesaktiannya sendiri. Apakah ini
yang disebut nato (bisanya hanya ngomong untuk orang lain, namun tidak berlaku bagi diri
sendiri)? Apakah kata “demi” dapat disamakan dengan sumpah? Atau, masih adakah sesuatu
dalam diri yang berlawanan dengan kehendak Tuhan? Apakah ini berhubungan dengan
perbuatan berbelas kasih yang lainnya, yang masih perlu dikembangkan? Mungkin bagi yang
disembuhkan atau dibebaskan dari derita, merasa yakin bahwa Tuhan sendiri yang berkarya
melalui orang tersebut.

Sebaik apapun kita menurut yang kita rasakan, namun kalau kita berani melihat ke dalam diri
sendiri, nyatanya memang masih jauh dari kehendak Tuhan. Jangan-jangan selama ini kita
hanya memakai topeng-topeng sesuai kebutuhan. Disinilah menurut penulis menjadi pijakan
awal untuk berubah dan berubah menjadi lebih baik lagi.

Mungkin contoh ekstrim ini bisa terjadi, misalkan saja seorang pastur yang anggaplah tidak
pantas menjadi imam. Kelakuan dan perbuatannya sangatlah bejat tidak ketulungan, namun
siapa yang tahu?. Apa yang akan terjadi apabila dia mempersembahkan perayaan Ekaristi?
Bagi penulis, perayaan Ekaristi tersebut tetap perayaan Misa Kudus, dimana roti dan anggur
yang dipersembahkan dalam doa syukur agung tetap menjadi Tubuh dan Darah Tuhan Yesus
Kristus. Menjadi Tubuh dan Darah Tuhan Yesus, bagi yang percaya dan memperlakukan-Nya
dengan baik dan benar. Imam yang bersangkutan hanya “dipakai” oleh Tuhan demi umat-
Nya. Dalam hal ini mungkin saja Tuhan Yesus akan berkata kepada sang pastur :”Aku tidak
mengenal engkau!”
Dar/memahami Matius 60
61

Dua macam dasar


7:24 "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang
yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. 7:25 Kemudian turunlah hujan dan
datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di
atas batu. 7:26 Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia
sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. 7:27 Kemudian turunlah
hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan
hebatlah kerusakannya."
Dengan berpegang dan melakukan ajaran Tuhan Yesus ini, maka kita sudah mempunyai
dasar yang kokoh. Dasar tersebut menurut penulis adalah iman kepercayaan. Kita semua
mungkin sudah sadar, mana yang baik dan mana yang tidak menurut ajaran Alkitab. Yang
paling berat memang melakukan perbuatan yang sesuai dengan ajaran tersebut. Orang
mendengar ajaran dan terus melakukan, hanya akan terjadi kalau yang bicara tersebut
dipercayai dan diimani tanpa berpikir jauh. Agak berbeda dengan mendengar kata sang
pimpinan duniawi terus melakukannya. Pimpinan tersebut mungkin yang menggaji kita atau
yang lainnya, jadi ada ikatan “kontrak” dengan segala dampaknya.

Tuhan Yesus lebih kepada mengingatkan kita dalam memilih antara bijaksana dan bodoh.
Bijaksana yang dilandasi kecerdikan dan ketulusan untuk kemungkinan jangka panjang.
Antara surgawi dan duniawi ataupun antara rohani dan jasmani. Disinilah sebenarnya,
karena iman maka melakukan perbuatan nyata dengan tulus ikhlas yang menjadi pondasi
batu yang kokoh. Jadi kalau hanya pintar omong tentang ajaran Tuhan Yesus, tanpa
melakukan sendiri, jangan-jangan Tuhan Yesus dengan sedih akan berkata :”Maaf Dar, Aku
tidak kenal anda, silahkan pergi dari sini.”

Yang menjadi hambatan paling berat memang karena kedagingan ini, yang kadang-kadang
masih memilih-milih. Batu pondasi lebih mahal dibanding langsung ke tanah walaupun
dengan mengambil risiko yang sudah diketahui. Kita sadar bahwa kita tinggal di wilayah yang
banyak gempa bumi, curah hujan tinggi maupun badai topan. Batu yang begitu keras, sulit
untuk dipecahkan dan berat untuk diangkat. Pasti akan sangat berbeda hasilnya apabila suatu
rumah memakai pondasi batu dibandingkan dengan yang tanpa pondasi sama sekali. Apalagi
didirikan diatas batu cadas dibandingkan dengan tanah gembur. Kita juga mengerti bahwa
penyesalan tidak pernah datang duluan.

Tulus ikhlas bagi siapa saja ternyata tidak mudah untuk dilaksanakan, dan batu pondasi
tersebut cukup berat untuk diangkat dan dipasang. Seringkali kita merasa bahwa sebenarnya
kita hidup dan tinggal di atas pasir atau tanah berawa-rawa. Kita setengah menyerah duluan
dan akhirnya membiarkan diri memasang batu pondasi seadanya. Nanti saja kalau sudah
mempunyai modal atau mengharap semoga tidak terjadi banjir atau gempa bumi. Dan kita
semua tahu tentang ungkapan bahwa penyesalan itu muncul setelah segalanya terjadi. Tidak
ada penyesalan yang datang lebih dahulu.
Tuhan, ajarlah aku dengan Firman-Mu dan ajarlah aku untuk berani melakukan perbuatan
nyata sesuai dengan kehendak-Mu.

Kesan pendengar
707:28 Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar
pengajaran-Nya, 7:29 sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli
Taurat mereka.

Mari kita bayangkan, bagaimana mereka takjub akan ajaran Tuhan Yesus di bukit ini.
Diceritakan bahwa mereka takjub mendengarkan pengajaran baru, yang seolah-olah lebih
berpihak kepada orang-orang miskin dan sederhana. Bisa kita bayangkan bahwa pada waktu
Dar/memahami Matius 61
62

itu mereka memang sedang dijajah oleh orang Romawi. Segala macam penjajahan, yang
paling menderita adalah orang miskin dan sederhana, sebutlah orang bodoh karena ketidak
tahuan. Dan Tuhan Yesuslah yang memberikan penghiburan. Sepertinya Tuhan Yesus tampil
sungguh-sungguh berbeda dan tidak pernah memprovokasi untuk memberontak kepada
situasi yang ada. Mungkin, kalau mereka melaksanakan hukum Taurat dengan benar dan
konsekuen, saling memberi dan saling menguatkan, Romawi tidak bisa menjajah mereka.

Kalau kita mencoba menyimak khotbah Tuhan Yesus di bukit ini, mulai dari delapan sabda
bahagia, garam dan terang dunia, penjelasan hukum Taurat, bersedekah, berdoa, berpuasa, hal
mengumpulkan harta, kesetiaan, kekuatiran, merasa benar sendiri, menghakimi, hal yang
kudus dan berharga, pengabulan doa, jalan yang benar, waspada sampai hal pengajaran yang
sesat, menjadi contoh dan bijaksana, hal ini merupakan ajaran dari Bapa di sorga melalui
Tuhan Yesus.

Walaupun baru dari kotbah yang hanya anggaplah sehari, cukup banyak yang disampaikan
dan nyatanya gampang diterima namun susah dilaksanakan. Untuk dapat melaksanakan ajaran
di bukit tersebut, perlu bekal iman dan niat yang sungguh-sungguh. Niat saja tidak cukup
apabila tidak disertai dengan perbuatan nyata, berubah menjadi manusia baru dengan
kehidupan baru. Dengan iman dan niat serta melaksanakan, kita sudah dapat memperkirakan
segala macam hambatan yang akan dilalui. Semuanya memang harus dilalui dan dilewati,
karena tujuan akhir berada di depan sana. Pada batas tertentu karena keterbatasan kita, kita
hanya bisa bersandar dan bersandar kepada-Nya.

Dalam perjalanan ziarah hidup ini, jika ingin selamat sepertinya kita diberi kebebasan untuk
bertindak selama masih dalam batas rambu-rambu yang diajarkan. Segala kejadian untung
dan malang, jatuh bangun dan sebagainya memang menjadi bagian dari perjalanan hidup itu
sendiri. Allah selalu dekat dan mengawasi kita, menyentuh kita. Sepertinya kita diajar untuk
tidak manja dan cengeng, namun selalu tegar penuh sukacita. Dia bersama kita!

Dalam benak penulis terbayang seorang anak bayi yang sedang belajar berjalan dan bapak
atau ibunya berada di belakangnya. Si anak dilepas untuk berdiri dan mulai belajar
melangkahkan kakinya. Orang tua akan memberikan dorongan dan sentuhan halus yang selalu
berjaga-jaga jangan sampai terluka. Si anak dengan penuh kegembiraan yang keluar dari
dirinya, berusaha berjalan. Si anak percaya dengan penuh kepasrahan bahwa di belakangnya
ada yang menjaga, yang tidak akan meninggalkannya. Penulis merasa yakin bahwa si anak
pasti pernah merasakan jatuh dan bangun lagi, jatuh dan bangun lagi. Jika hari ini belum
berhasil, masih ada hari esok dan dicoba lagi. Orang tua pasti tidak akan memaksakan kepada
bayinya harus langsung bisa berjalan. Proses belajar dan proses berubah menjadi lebih baik
dan lebih benar. Pada saatnya sewaktu berhasil berjalan dalam jarak tertentu, kita bisa melihat
wajah bayi mungil yang begitu gembira dan bahagia di pelukan orang tua yang juga
bersukacita.

Bab 8. Penyembuhan, hal mengikut Tuhan Yesus, meredakan angin ribut

Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta


8:1. Setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. 8:2 Maka
datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika
Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." 8:3 Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang
itu dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada
kustanya. 8:4 Lalu Yesus berkata kepadanya: "Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini

Dar/memahami Matius 62
63

kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah
persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka."
Sakit kusta pada waktu itu sepertinya penyakit karena kedosaan yang bersangkutan, penyakit
yang ditakuti karena dapat menular dan harus diasingkan. Namun Tuhan Yesus dengan
murah hati penuh kasih, mau memberi kesembuhan kepada orang yang pasrah dan percaya
kepada-Nya. Coba kita bayangkan, menjamah orang yang berpenyakit kusta. Dia tidak merasa
jijik dan enggan, tidak takut ketularan. Segala macam penyakit dan kelemahan benar-benar
tunduk di hadapan-Nya. Tiada sesuatupun yang dapat mempengaruhi Dia, namun malah
sebaliknya, kuasa-Nya dapat mempengaruhi apapun yang dikehendaki-Nya. Jangan-jangan
kita akan menghindar jauh-jauh agar tidak tertular.

Bagaimana caranya si kusta dapat mendekati Tuhan Yesus yang sedang dikerumuni banyak
orang? Mungkin disini kita bisa membayangkan suatu adegan cerita orang kusta yang ingin
bertemu dengan Tuhan Yesus. Hambatan apa saja yang akan dihadapi sebelum bertemu
dengan Dia? Hambatan dari orang-orang yang merasa sehat? Paling tidak si kusta merasa
yakin apabila dapat “bertemu” dengan Tuhan Yesus, biarpun mungkin akan dicerca dan
dijauhi oleh orang lain, ia akan sembuh. Niat dan usaha yang didasari iman untuk bertemu
Tuhan Yesus, kelihatannya mengalahkan pertimbangan-pertimbangan secara manusiawi.
Pokoknya aku harus ketemu sendiri dengan Tuhan Yesus, entah bagaimana caranya. Aku
yakin, pasti Tuhan dapat membersihkan aku. Rawe-rawe rantas malang-malang putung,
biarkan anjing menggonggong kafilah tetap berlalu.

Yang paling berat dan susah adalah untuk beriman dan pasrah, bahwa Tuhan Yesus apabila
menghendaki dapat membuat mukjizat bagi kesembuhan kita. Kesembuhan itu sendiri
mungkin dapat berarti bebas dari penyakit yang kita derita, atau bebas dari penderitaan dan
dipanggil untuk menghadap-Nya.

Tuhan Yesuspun tetap menghormati kepercayaan dan budaya yang berlaku pada waktu itu,
dengan menyuruh yang bersangkutan melakukan kewajibannya. Kewajiban sebagai orang
Yahudi yang harus menghadap imam dan mempersembahkan korban syukur. Rasanya
kitapun tidak salah apabila melaksanakan budaya yang berlaku, asalkan tidak bertentangan
dengan ajaran Tuhan Yesus.

Secara ekstrim, apabila kita bisa menyembuhkan sakit seseorang yang beragama lain,
mungkin kita memberikan saran agar yang bersangkutan bersyukur dan melaksanakan ajaran
yang dianutnya dengan baik dan benar. Bukan mengkristenkan orang tersebut! Berbeda
apabila yang bersangkutan sendiri ingin belajar mengenal Kristus. Tuhan Yesus datang ke
dunia ini tidak membuat agama atau kepercayaan baru, melainkan lebih menekankan pada
perbuatan baik dan benar sesuai kehendak Allah Bapa.

Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di


Kapernaum
8:5. Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon
kepada-Nya:8:6 "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita."
8:7 Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." 8:8 Tetapi jawab perwira itu
kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata,
maka hambaku itu akan sembuh. 8:9 Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula
prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada
seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia
mengerjakannya." 8:10 Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang
mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai
pada seorangpun di antara orang Israel. 8:11 Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang
dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di

Dar/memahami Matius 63
64

dalam Kerajaan Sorga, 8:12 sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam
kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." 8:13 Lalu Yesus
berkata kepada perwira itu: "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Maka
pada saat itu juga sembuhlah hambanya.
Kalau kita mengikuti ibadah perayaan Misa Kudus, sebelum menerima Komuni Kudus,
sepertinya kita selalu mengucapkan kata-kata yang pernah diucapkan oleh seorang perwira
yang kelihatannya bukan orang Yahudi ini. Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bahwa Dia
adalah Raja dari segala raja yang perkataannya bisa menjadi pegangan. Istilah Jawa ada kata-
kata “Sabda pendita ratu” yang harus diikuti perkataannya karena punya nilai kesakralan dan
kepemimpinan. Rasanya memang tidak pantas apabila Raja diraja datang ke rumah kita, yang
mungkin begitu kecil, kotor dan berantakan biarpun rasanya sudah kita rapihkan.

Disinilah pelajaran iman yang diperlihatkan oleh sang perwira non Yahudi yang mengakui
Tuhan Yesus sebagai Yang Maha Kuasa. Satu ucapan kata dari Sang Nabi yang juga Sang
Raja dan Sang Sabda, pasti cespleng. Itulah hebatnya Sang Juru Selamat kita!
Disini juga Tuhan Yesus dengan jelas menyampaikan bahwa kita-kita yang non Yahudi ini
dapat duduk makan di Kerajaan Sorga, bersama Abraham, Ishak dan Yakub yang menjadi
nenek moyangnya orang Yahudi. Orang-orang pilihan-Nya (Israel) yang menjadi anak-anak
kerajaan namun tidak melakukan kehendak Bapa, malahan akan dicampakkan ke dalam
kegelapan yang begitu gelap. Kata kuncinya adalah iman, percaya dan percaya. Terjadilah
penyembuhan jarak jauh, mengatasi batas ruang dan waktu
.
Penulis bertanya dalam diri sendiri mengapa Tuhan Yesus hanya menyebutkan orang dari
barat dan timur saja. Mengapa tidak menyebutkan utara dan selatan atau dari segala penjuru
dunia? Barat dibatasi laut mediterania, timur dibatasi laut asin dan danau Tiberias. Sedangkan
utara berbatasan dengan Syria dan Yordania, selatan berbatasan dengan Mesir. Terlintas
dalam pikiran penulis bahwa zaman sekarang ini ada istilah gereja barat dan gereja timur.
Gereja Barat lebih dikenal dengan sebutan Katolik Roma, sedangkan gereja Timur lebih
dikenal sebagai gereja Ortodox. Bangsa Israel sendiri sampai sekarang ini yang tidak bisa
nyenyak tidur dilanda kecemasan. Ratap dan kertak gigi yang menghantui karena tidak pernah
lepas dari kebencian kepada musuh dan menyulut peperangan yang berkepanjangan. Sewaktu-
waktu bom bisa meledak dimanapun saja. Tidak tahu sampai kapan perseteruan bangsa
Palestina dengan bangsa Israel akan berhenti, berdampingan hidup sebagai tetangga yang
baik. Bangsa Palestina sendiri menurut penuturan mereka, sebagian beragama Kristen dan
sebagian beragama Islam.

Satu hal yang jelas, Tuhan Yesus tidak pernah menolak permintaan seseorang yang
membutuhkan bantuan-Nya. Dia selalu siap dan mau memberikan pertolongan kepada siapa
saja tanpa pamrih karena belas kasih-Nya kepada manusia. Kita diajar untuk meniru dan
melakukan perbuatan tersebut tanpa banyak alasan ini itu. Aku mau, aku akan datang dan siap
memberikan bantuan.

Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus dan


orang-orang lain
8:14. Setibanya di rumah Petrus, Yesuspun melihat ibu mertua Petrus terbaring karena sakit demam.
8:15 Maka dipegang-Nya tangan perempuan itu, lalu lenyaplah demamnya. Iapun bangunlah dan
melayani Dia. 8:16 Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan
dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita
sakit. 8:17 Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Dialah yang
memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita."
Sepertinya Tuhan Yesus menginap di rumah Petrus, setelah berkotbah di bukit. Dalam
perjalanan Dia selalu memberikan pertolongan kepada orang-orang yang membutuhkan dan
tidak pernah menolak. Demikian juga kepada ibu mertua Petrus, yang sudah barang tentu
Dar/memahami Matius 64
65

akan sangat berterima kasih. Terima kasih yang keluar dari hati sanubari, bukan karena basa-
basi, dapat menggerakkan seseorang untuk berbuat sesuatu dengan tanpa pamrih.

Kenyataannya, rombongan ini tidak bisa beristirahat barang sejenak. Kabar getok tular begitu
cepat menyebar bahwa ada Sang Penyembuh yang menginap di kediaman keluarga Petrus.
Dan Tuhan Yesus kembali memberikan contoh nyata, dengan kasih-Nya langsung berbuat
nyata, menyembuhkan orang sakit serta mengusir roh jahat. Dimana ada Tuhan Yesus, disitu
ada sukacita, damai sejahtera. Kegembiraan dan kelegaan akan merasuki setiap orang yang
percaya kepada-Nya. Dalam sukacita yang seperti ini, dengan spontan kita bisa bersyukur dan
memuliakan Allah Bapa di surga.

Hal mengikut Yesus


8:18. Ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingi-Nya, Ia
menyuruh bertolak ke seberang. 8:19 Lalu datanglah seorang
ahli Taurat dan berkata kepada-Nya: "Guru, aku akan mengikut
Engkau, ke mana saja Engkau pergi." 8:20 Yesus berkata
kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung
mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai
tempat untuk meletakkan kepala-Nya."
Sering kali kita ini juga seperti ahli Taurat, siap untuk kerja
apa saja, siap ditempatkan dimana saja, siap melaksanakan
sumpah jabatan. Yang penting pokoknya siap dulu,
selanjutnya bagaimana nanti saja.
Jawaban Tuhan Yesus kepada sang ahli Taurat cukup mengejutkan penulis. Tuhan Yesus
tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Yang dapat penulis pahami adalah
bahwa Tuhan Yesus tidak pernah menetap di suatu tempat, selama Dia melaksanakan
pengajaran-Nya. Tempat untuk meluruskan tubuh, untuk beristirahat ataupun untuk tidur
dapat dimana saja.

Apabila kita merasa capai dan mengantuk, obatnya hanyalah istirahat dan tidur yang dapat
dilakukan dimana saja. Kelihatannya Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk tidak perlu
kuatir mengenai tempat tinggal, kalau sebelumnya tidak perlu kuatir tentang makan-minum
dan pakaian. Seluruh alam raya ini telah diciptakan untuk kita dan untuk kita nikmati, kita
kembangkan serta kita jaga kelestariannya. Kita diajak untuk bersatu dengan alam ini.
Semuanya diciptakan untuk bisa saling menyatu, saling memberi, saling memelihara dan
tumbuh berkembang bersama-sama. Mungkin agak berbeda dengan tradisi yang diajarkan di
Jawa, tahapan hidup duniawi yang dimulai dari sandang, pangan, papan, turonggo dan
kukilo (pakaian - makan minum - tempat tinggal - alat kendaraan/kuda – hiburan/burung).
Para Ahli di barat, salah satunya Abraham Maslow mungkin menyebutkan sebagai tahapan
kebutuhan hidup manusia.

Yang jelas, saat kita dilahirkan tidak ada seorangpun yang sudah berpakaian, namun telanjang
bulat. Sang ahli Taurat ditantang apakah siap hidup berkelana, meninggalkan segala harta
miliknya termasuk derajatnya, dan yang jelas mungkin menderita dari segi phisik. Makan apa
yang bisa dimakan, minum apa yang bisa diminum, berpakaian apa saja yang bisa dipakai dan
tidur dimana saja yang bisa untuk tidur. Begitu sederhana dan sebenarnya dapat dinikmati
dengan penuh sukacita. Tidak pusing-pusing, tanpa rasa kawatir dengan kelekatan duniawi.

Zaman sekarang ini mungkin saja akan disebut gelandangan yang patut dikasihani atau
malahan patut dijauhi. Di mata kita, orang seperti model Tuhan Yesus sudah kita tebak, pasti
jarang mandi, pakaiannya belel dan kotor, badannya bau tidak enak, kulitnya gosong
kepanasan, rambut gimbal dan mungkin setengah waras. Pantaskah orang seperti ini menjadi
sahabat kita? Pantaskah untuk diikuti atau malahan menjadi panutan? Jawabannya mungkin
Dar/memahami Matius 65
66

saja :”Hanya orang-orang bodoh dan sederhana saja yang berbuat begitu.” Pada
kenyataannya memang Tuhan Yesus lebih dekat dengan orang yang sering disebut bodoh dan
sederhana tersebut. Biarlah orang yang merasa kaya menikmati kekayaannya dan orang yang
merasa pandai menikmati kepandaiannya.

Namun, mari kita mencoba merenung dalam diri, kapan kita merasakan minum begitu nikmat,
kapan makan begitu nikmat dan tidur begitu nyenyak penuh kelegaan? Mengapa kita bisa
merasakan bahwa hal tersebut begitu nikmat penuh kelegaan? Adakah syarat-syarat tertentu
yang harus dipenuhi untuk merasakan kenikmatan tersebut?

8:21 Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepada-Nya: "Tuhan, izinkanlah aku pergi
dahulu menguburkan ayahku." 8:22 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan biarlah
orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka."
Memahami hal ini rasanya begitu sulit dan susah untuk dicerna. Orang mati menguburkan
orang mati? Apakah yang dimaksud dibalik itu semua?Yang dapat penulis pahami hanyalah
bahwa orang yang sudah meninggal sebenarnya sudah selesai jalan hidupnya. Sampai batas
itu, roh yang bersangkutan tinggal melaksanakan perjalanan menuju ke sorga atau ke neraka
atau ke tempat api pencucian, atau tempat penantian atau malahan masih melayang
gentayangan kemana-mana, hanya Tuhan yang tahu. Jenazah atau bahasa kasarnya bangkai
tinggal disempurnakan, apakah dikuburkan atau dibakar atau dikeringkan. Atau malahan
daging ini menjadi santapan nikmat bagi binanatang buas di hutan atau ikan-ikan di laut.
Coba kita bayangkan kalau ada orang yang mati dimakan binatang buas sampai tidak bersisa.
Apa yang terjadi dengan tubuh tersebut? Yang jelas sudah menjadi santapan sang binatang.

Pemahaman kedua adalah Tuhan Yesus menawarkan kehidupan yang akan datang dengan
melakukan perbuatan baik dan benar. Rohani yang terus hidup dan membawa jasmani ini ke
hidup penuh sukacita dalam kebenaran. Kemungkinan besar pada waktu itu banyak terjadi
bahwa masyarakat yang hidup sehari-hari di lingkungan Yahudi telah “mati rohani” karena
dikotori oleh perbuatan-perbuatan yang tidak dikehendaki Tuhan. Tubuh ini masih hidup
namun iman dan perbuatan sudah mati suri. Rohaninya yang mati. Jangan-jangan kitapun
sedang mati suri dan masih enggan untuk mencari “hidup” yang ditawarkan Tuhan Yesus.
Segala macam perbuatan kita anggap halal-halal saja, selama bisa memberi kenikmatan
jasmani. Yang berhubungan dengan rohani nanti sajalah, kalau sudah tua. Pada saat itu,
rohani ini kita matikan sendiri demi mengejar kehidupan duniawi.

Dalam pandangan Tuhan Yesus, orang yang masih hidup seperti itu dianggap sudah mati.
Dianggap seperti mayat hidup yang melaksanakan kehidupan sehari-hari di luar jalan Tuhan.
Biarlah para mayat hidup itu menguburkan mayat hidup yang mati.

Angin ribut diredakan


8:23. Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nyapun mengikuti-Nya. 8:24 Sekonyong-
konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus
tidur. 8:25 Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Tuhan, tolonglah, kita
binasa." 8:26 Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu
bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. 8:27 Dan
heranlah orang-orang itu, katanya: "Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat
kepada-Nya?"
Penulis dapat membayangkan bagaimana takutnya orang yang ditimpa angin ribut, apalagi di
tengah danau atau laut yang bergelombang besar. Ketakutan dan kepanikan akan
menghilangkan pikiran jernih untuk mencari jalan keluar. Berbicara saja bisa tidak beraturan
dan menjadi tidak jelas apa maksudnya. Dalam keadaan seperti itu, yang bisa memberi
pertolongan penuh keajaiban hanyalah dari Tuhan sendiri.

Dar/memahami Matius 66
67

Selama mengikuti Tuhan Yesus pada waktu itu, yang disaksikan para murid barulah
penyembuhan orang sakit dan pengusiran roh jahat. Pengalaman menundukkan angin ribut
dan gelombang belumlah masuk di pikiran mereka. Tidak terlintas di bayangan mereka bahwa
Tuhan Yesus begitu Maha Kuasa atas segala apa saja. Mereka yang adalah murid-murid yang
begitu dekat dan selalu bersama saja masih belum percaya akan kehebatan gurunya, apalagi
orang lain, termasuk kita yang tidak mengalami langsung.

Jadi kembali kepada iman kepercayaan kepada Tuhan Sang Maha Pencipta-lah kita harus
berpegang teguh. Dari iman yang tanpa kekuatiran, barulah bersamaan kita berusaha
melakukan perbuatan baik dan benar. Kita harus percaya bahwa Tuhan itu ada dan selalu
berkarya di dalam kehidupan kita. Hambatan terberat memang menghilangkan kekawatiran
dan kemudian pasrah, bahwa Tuhan selalu menyertai kita.

Pertanyaannya adalah, seberapa besar kadar iman kita, bahwa Tuhan Yesus selalu bersama
dan mempengaruhi kita? Dalam menghadapi saat-saat genting dan susah, apakah kita masih
berpegang kepada-Nya, atau kepada yang lain? Atau malahan sudah tidak bisa berpikir apa-
apa? Tuhan Yesus, tanpa Engkau aku binasa!

Pengalaman penulis sewaktu mengendarai sepeda motor di sebelah kiri agak di belakang
mobil yang berjalan seiring. Pada sebuah pertigaan jalan besar, tiba-tiba ada motor dengan
kecepatan cukup tinggi, berlawanan dengan arah penulis, berbelok ke kanan di depan mobil
tadi. Betapa terlihat kaget sang pengendara motor tersebut melihat penulis, demikian juga
penulis sendiri melihat dia. Dalam hitungan sepersekian detik yang terbayang adalah tabrakan
hebat dan entah akan apa jadinya. Yang dialami penulis waktu itu, sepertinya ada kata
“wuach!” yang tak terucap dan Tangan Tuhan atau suara Tuhan menggerakkan tubuh penulis.
Ajaib! Tabrakan tidak terjadi hanya seperti saling menghindar yang begitu cepat. Yang
namanya manusia, pikiran yang muncul pertama setelah itu adalah pikiran menggerutu
kepada anak itu yang menyerobot jalan. Baru beberapa saat kemudian terlintas ucapan puji
syukur kepada Tuhan yang menjadi penyelamat. Penulis yakin dan percaya bahwa ada daya
Roh Tuhan pada waktu itu berkarya dengan mengherankan. Penulis dapat melihat raut wajah
orang-orang di sekitar, termasuk sopir mobil di samping motor penulis. Allah yang ajaib, luar
biasa dan mengherankan!

Dua orang yang kerasukan disembuhkan


8:28. Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang
kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorangpun yang berani
melalui jalan itu. 8:29 Dan mereka itupun berteriak, katanya: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak
Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?" 8:30 Tidak jauh dari mereka
itu sejumlah besar babi sedang mencari makan. 8:31 Maka setan-setan itu meminta kepada-Nya,
katanya: "Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu." 8:32 Yesus
berkata kepada mereka: "Pergilah!" Lalu keluarlah mereka dan masuk ke dalam babi-babi itu. Maka
terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang ke dalam danau dan mati di dalam air. 8:33 Maka
larilah penjaga-penjaga babi itu dan setibanya di kota, diceriterakannyalah segala sesuatu, juga
tentang orang-orang yang kerasukan setan itu. 8:34 Maka keluarlah seluruh kota mendapatkan Yesus
dan setelah mereka berjumpa dengan Dia, merekapun mendesak, supaya Ia meninggalkan daerah
mereka.
Jika kita simak dari cerita di atas, kelihatannya memang Setan akan menerima siksaan pada
waktunya. Sampai dengan saat ini mereka masih diberi kebebasan untuk mengganggu
manusia, termasuk binatang. Dan mereka lebih tahu siapa sebenarnya Tuhan Yesus yang
disebutnya Putera Allah. Dan para setan ini juga kelihatannya sangat takut kepada Tuhan
Yesus sehingga meminta izin. Ataukah sebenarnya yang tidak kelihatan itu lebih mengenal
Tuhan Yesus sebagai Allah, dibandingkan kita yang masih hidup ini?

Dar/memahami Matius 67
68

Bagi Tuhan Yesus, dua orang manusia yang kerasukan setan lebih bernilai dibandingkan
dengan sekawanan babi. Seorang manusia tetap memunyai nilai tertinggi dibandingkan apa
saja yang ada di dunia ini. Dikatakan bahwa manusia adalah citra Allah, yang berarti memang
paling mulia. Sejelek atau secacat apapun, dia tetap seorang manusia yang harus dihargai
sebagai manusia. Namun bagi masyarakat umum, kelihatannya sekumpulan ternak akan lebih
bernilai dibandingkan nyawa orang yang dianggap tidak berguna.

Bagi orang-orang yang mempunyai hobi memelihara binatang, apalagi dapat diperlombakan,
harga binatang tersebut dan biaya pemeliharaannya bisa jadi sangat mahal bukan main.
Jangan-jangan biaya pemeliharaannya lebih tinggi dibandingkan biaya untuk kehidupan
manusia sehari-hari. Jika ada seseorang yang dapat mengganggu kenikmatan berhobi ini,
lebih baik orang tersebut jangan menjadi kawannya.

Anggaplah peliharaan anjing, kucing, ikan atau burung perkutut juara dalam lomba, yang
harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah. Jika sampai kehilangan binatang kesayangannya,
kemarahannya bisa-bisa bertaruh nyawa. Binatang kesayangan tersebut bisa jadi mempunyai
nilai lebih dibandingkan dengan nyawa manusia. Secara tidak sadar sebenarnya kita mulai
diajar dan belajar membeda-bedakan mana yang bagus mana yang kurang bagus. Kita
membuat kriteria tertentu melalui kesepakatan, mana yang termasuk bagus dan mana yang
tidak. Mungkin hal ini semacam cerminan kita dalam menilai seseorang dari penampilan fisik.
Atau malahan sebenarnya dibalik ini semua ada unsur bisnis yang harus dikemas sedemikian
rupa sehingga mempunyai nilai lebih? Nyatanya kriteria penilaian sewaktu-waktu dapat
berubah sesuai trend pada waktu itu.

Segala macam kesenangan kalau berlebihan dapat melupakan dirinya dari segala macam
kegiatan yang lain. Dapat melupakan keluarga, tetangga, pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya. Dan nyatanya Tuhan Yesuspun diminta pergi dari situ, yang jangan-jangan nanti
bisa menghabiskan segala macam ternak yang sudah dipelihara dan mempunyai nilai
ekonomi.

Paling tidak, kita diajar untuk bisa menghargai bahwa setiap manusia mempunyai nilai lebih
dibandingkan segala macam ciptaan lainnya. Mungkin itulah hak azasi manusia untuk hidup,
mulai lahir berkembang menjadi dewasa, menikah dengan siapa saja yang dicintai dan
beranak pinak sampai matinya. Berhak melakukan apa saja, selama tidak merugikan orang
lain yang sama-sama mempunyai hak. Jika Allah memberikan kebebasan kepada manusia
untuk berbuat apa saja dengan segala konsekuensinya, mengapa manusia malah membatasi
manusia lainnya. Mungkin inilah yang agak aneh. Namun itulah dunia, dengan berbagai
macam argumentasi yang sulit untuk dibantah, manusia perlu diatur. Mulai dari yang
sederhana, dengan kesepakatan bersama. Lama kelamaan menjadi tradisi, dan harus ada yang
memimpin, mengatur dan mengawasi. Pada saatnya duniapun diatur oleh manusia atau
kelompok manusia, dengan tujuan yang begitu luas yang harus dipahami oleh semua.

Dalam kenyataannya tidak semua orang atau bahkan sebagian besar masyarakat tidak tahu
dan tidak paham dengan segala macam aturan tersebut. Contoh sederhana bisa dicek kepada
umat awam Katolik yang berhubungan dengan hak dan kewajiban sebagai warga gereja.

Bab 9. Penyembuhan, Matius, Puasa, Belas kasihan Tuhan Yesus

Dar/memahami Matius 68
69

Orang lumpuh disembuhkan


9:1. Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-
Nya sendiri. 9:2 Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat
tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah,
hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni." 9:3 Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam
hatinya: "Ia menghujat Allah." 9:4 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa
kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? 9:5 Manakah lebih mudah, mengatakan:
Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? 9:6 Tetapi supaya kamu
tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" --lalu berkatalah Ia kepada
orang lumpuh itu--:"Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" 9:7 Dan
orang itupun bangun lalu pulang. 9:8 Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan
Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.
Kembali kepada iman kepercayaan kepada Tuhan Yesus, hal yang tidak mungkin akan
menjadi mungkin, termasuk kesembuhan dari penyakit. Kita juga sering menjadi ahli Taurat
dengan meremehkan orang lain yang tidak sealiran dengan kita, biarpun mereka dengan nyata
telah melakukan doa penyembuhan yang berhasil. Kuasa Tuhan Yesus betul-betul mengalir
kepada mereka. Harus kita sadari bahwa Allah bisa berkarya melalui siapa saja, apabila Dia
menghendaki. Apakah tidak semestinya kitapun ikut bersyukur dan memuliakan kasih setia
Tuhan? Kitapun lebih sering berpikiran negatif lebih dahulu, karena hati, pikiran sudah diisi
macam-macam. Rasanya sangat sukar sekali untuk berpikir positif, apalagi jikalau tidak
menguntungkan kita. Jangan-jangan dia menjadi pesaing kita.

Kita diingatkan bahwa Anak Manusia adalah Allah sendiri yang berkuasa mengampuni dosa.
Dan tidak ada seorangpun seperti Dia, kecuali Dia sendiri. Mungkin pada waktu itu
masyarakat Yahudi secara umum menganggap bahwa sakit penyakit disebabkan oleh karena
tidak mematuhi kehendak Allah. Tidak seiring dengan kehendak Allah berarti dosa, yang
salah satu dampaknya adalah terkena penyakit. Para ahli pasti bisa menjabarkan kaitan
penyakit dengan “dosa” yang dialami seseorang.

Mungkin sebagai contoh sederhana, sewaktu kita bertemu orang yang terkena serangan darah
tinggi dan stroke, lumpuh sebagian tubuhnya. Terus kita ngobrol tentang asal muasal sebelum
kelumpuhan itu terjadi. Anggap saja karena pola makan yang tidak terkontrol dan
mengabaikan berbagai nasihat yang pernah diterimanya. Mengabaikan nasihat baik itulah
kekeliruan sehingga terkena stroke. Kekeliruan tersebut bisa kita sebut sebagai salah atau dosa
karena mengabaikan nasihat dan peringatan. Penyesalan akan muncul setelah segalanya
terjadi, dan kemudian berusaha mencari kesembuhan. Jika orang tersebut mendapatkan
kesembuhan, kira-kira apa yang akan dinasihatkan oleh si penyembuh, sebutlah dokter. Pasti
kurang lebih nasihat dan peringatan yang berhubungan dengan penyebab kelumpuhan itu.
Yang sudah terjadi biarlah terjadi dan mulai sekarang berubah, agar tidak terjatuh ke dalam
kekeliruan lagi. Selama lumpuh, mungkin bagaikan hidup di dalam neraka dunia. Dan begitu
mendapatkan kesembuhan, mungkin kebahagiaan surga dunia seperti berada di dalam
genggamannya.

Kitapun terkadang masih ragu, apakah dalam Sakramen Tobat, dosa kita telah diampuni.
Apakah imam yang menerima pertobatan kita secara tulus ikhlas mewakili Tuhan sendiri
mengampuni dosa kita. Padahal mestinya bertanya ke dalam diri, apakah aku sudah berani
berkata jujur kepada imam pengakuan. Jika aku jujur, Tuhanpun akan jujur kepadaku. Jika
aku berani mengampuni, Tuhanpun pasti akan mengampuni aku. Dan sembuhlah aku dari
segala dosa kesalahan yang aku akukan, dan tidak berbuat salah lagi. Masalah pribadi imam
tidak ada sangkut pautnya dengan pengakuan dosa kita.

Dar/memahami Matius 69
70

Seperti para ahli Taurat, seringkali kitapun berdebat tentang kata-kata yang cocok untuk
sebuah istilah tertentu, padahal maksudnya hampir sama. Kita lebih sering lupa bahwa
wawasan, pola piker, perbendaharaan kata-kata dari setiap orang bisa berbeda.
Penulispun merasa yakin bahwa pemahaman dan pengalaman pribadi yang tertulis disini tidak
akan mudah dipercayai, malahan bisa-bisa dianggap menyeleweng dari ajaran gereja. Itulah
risiko yang harus penulis terima, yang harus dimaklumi karena sudah berani menulis.

Matius pemungut cukai mengikut Yesus


9:9. Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu
Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. 9:10 Kemudian
ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan
makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. 9:11 Pada waktu orang Farisi melihat hal
itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan
pemungut cukai dan orang berdosa?" 9:12 Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat
yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. 9:13 Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang
Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk
memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."
Kesaksian Matius sendiri sewaktu dipilih untuk menjadi murid Tuhan Yesus, Dia hanya
mengucapkan :”Ikutlah Aku.” Mungkin ada suatu karisma yang tidak bisa diuraikan dengan
kata-kata, yang membuat Matius langsung saja menerima ajakan Tuhan Yesus. Jangan-jangan
kalau hal tersebut terjadi pada diri kita, kita akan menjawab :”Siapakah Engkau? Mau
ngapain? Enak-enak koq diajak ke yang belum jelas masa depannya.”

Dalam komunikasi rohani kami, Santo Matius mengaku berasal dari Tarsus di daerah Persia.
Secara kebetulan dia bekerja sebagai pemungut cukai di Israel, dan akhirnya ditemukan oleh
Tuhan Yesus sendiri. Silsilah yang ditulisnya berasal dari perbendaharaan suku Uhrzani,
suku nenek moyang Abraham

Jika berani jujur, kita semua ini jangan-jangan juga sedang sakit yang membutuhkan Sang
Penyembuh Sejati. Sekecil apapun kita masih sakit, entah yang jasmani ataupun yang rohani.
Berbahagialah kita-kita yang masih sakit ini karena menemukan (lebih cocok ditemukan oleh)
Tabib dari segala tabib, yang akan menyembuhkan kita dari penyakit yang jahat. Syaratnya
hanyalah melakukan apa yang dikehendaki oleh Sang Tabib Sejati.

Tuhan Yesus kelihatannya lebih menekankan kepada belas kasihan daripada kurban
persembahan. Tuhan Yesus memang tidak memerlukan persembahan dari kita, karena kita
begitu miskin di hadapan-Nya. Kita diminta hanya untuk berbelas kasihan kepada sesama
yang memerlukan. Belas kasihan adalah perbuatan nyata yang disesuaikan dengan
kemampuan kita. Belas kasihan tidak mesti berbentuk uang atau materi. Kita sering ditantang
untuk memilih : memberi atau diberi, melayani atau dilayani, membantu atau dibantu,
menyenangkan orang lain atau disenangkan orang lain. Berbelas kasihan kelihatannya
menjadi kunci dari segala kunci, karena merupakan aksi nyata dari perbuatan baik dan benar
kepada orang lain, siapapun mereka maupun kepada seluruh ciptaan-Nya yang lain.

Dalam kenyataan hidup, rasanya kita lebih senang berkumpul dengan orang-orang sehat yang
bisa memberikan kegembiraan, sendau gurau. Berkumpul dengan orang-orang yang sehaluan,
sejalan, sepikir setujuan, rasanya lebih enak. Kita bisa bebas ngobrol dan membicarakan
orang lain yang tidak sealiran. Mendatangi orang yang sedang sakit hanya akan memberikan
keprihatinan, mengeluarkan energi, uang dan materi. Kita tidak bisa mengharapkan apa-apa
dari si sakit. Padahal sisakit membutuhkan penghiburan, teman yang bisa memberikan
kelegaan bahkan kesembuhan. Itulah belas kasih yang tanpa pamrih.

Dar/memahami Matius 70
71

Namun membayangkan kalau kita sendiri yang sedang sakit dan ditengok saja, hal tersebut
sudah memberikan penghiburan yang bukan main. Penghiburan yang tulus tidak dapat dinilai
dengan uang dan materi. Apalagi disertai doa permohonan bagi si sakit. Pada saat tersebut
yang kita butuhkan hanyalah jamahan, doa, penghiburan; bukan materi dan buah-buahan.

Hal berpuasa
9:14. Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami dan
orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" 9:15 Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah
sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi
waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan
berpuasa. 9:16 Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua,
karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya.
9:17 Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika
demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi
anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian
terpeliharalah kedua-duanya."
Dalam kehidupan kita sehari-hari, pertanyaan murid-murid Yohanes sering kita dengar dan
terkadang malah lebih keras. “Hei! Kami sedang berpuasa! Jangan menjadi batu sandungan
bagi kami!” Hal ini rasanya kebalikan dari ajaran Tuhan Yesus, bagaimana caranya agar
orang lain tidak tahu bahwa kita sedang berpuasa.

Dan nyatanya, seringkali kita ini usil akan kehidupan orang lain. Rasanya lebih enak
membicarakan orang atau kelompok lain daripada membicarakan diri sendiri atau kumpulan
kita sendiri. Seringkali kita menuntut orang lain harus begini harus begitu, sesuai dengan
selera kita. Bagi orang yang pintar berbicara, menyampaikan tuntutan itu sepertinya tidak
memaksa namun secara halus menggiring dengan pelan-pelan sampai yang bersangkutan
tidak sadar telah masuk dalam keinginannya.

Mungkin ada baiknya kalau kita dalam keluarga atau dalam kumpulan kecil mengadakan
acara saling koreksi dengan tulus ikhlas, untuk menambah kerukunan dan persatuan. Saling
menguatkan, saling mengisi, saling memberi, saling menyadari dan menyadarkan yang
akhirnya dapat tumbuh berkembang bersama-sama. Yang dapat merasakan buah-buah kita
adalah orang lain, bukan diri kita.

Kelihatannya Tuhan Yesus lebih menekankan kepada makna dan saat yang tepat, kapan kita
berpuasa. Bukan hanya karena tradisi yang sudah membias dan sekedar ikut-ikutan tanpa
makna dan ujub, hanya karena kuatir diomong orang lain. Puasa yang seperti ini kelihatannya
akan menjadi mubazir, sobek atau bocor dan tidak berisi. Puasa kelihatannya diawali dengan
suatu niat yang jelas, karena duka cita, keprihatinan atau keinginan tertentu. Karena segalanya
dimulai dengan niat yang baik, maka buah yang akan dihasilkanpun mestinya akan baik juga.
Memperhatikan situasi dan kondisi sekarang ini, jangan-jangan Tuhan Yesus menghendaki
kita semua untuk berpuasa dan berpuasa. Puasa dengan niat agar Kasih dan Damai Tuhan
menyinari dan menyelubungi kita semua, sehingga kerajaan Tuhan betul-betul turun ke bumi
ini. Dalam saat kita sedang mengalami duka cita, apakah mungkin pada saat bersamaan bisa
bersuka cita?

Penulis mencoba membayangkan sewaktu Sang Mempelai Kudus hadir dalam Ekaristi.
kemudian kita santap. Tuhan Yesus beserta kita, yang mestinya kita syukuri karena Dia
berkenan hadir dan memberkati. Dia bersemayam di pusat jiwa raga kita, dan memberikan
kebahagian, damai sukacita. Mestinya kita tidak berpuasa karena menyantap Tubuh-Nya.

Lha kalau Dia meninggalkan kita atau sebenarnya kitalah yang meninggalkan Dia, sudah
semestinya kita patut berduka. Dalam kedukaan itulah mestinya kita lupa akan makanan dan
Dar/memahami Matius 71
72

minuman maupun kesenangan lainnya. Kita berharap-harap cemas menunggu kehadiran-Nya


kembali, bersatu dengan Dia yang memberikan kelegaan. Dalam kecemasan tersebut kita
mencoba untuk berniat, agar Tuhan selalu beserta kita.

Anak kepala rumah ibadat - Perempuan yang


sakit pendarahan disembuhkan
9:18. Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat,
lalu menyembah Dia dan berkata: "Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan
letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup." 9:19 Lalu Yesuspun bangunlah dan mengikuti
orang itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. 9:20 Pada waktu itu seorang perempuan yang
sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan
menjamah jumbai jubah-Nya. 9:21 Karena katanya dalam hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku
akan sembuh." 9:22 Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah
hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah
perempuan itu.
Kembali Tuhan Yesus berkenan dan mengabulkan keinginan orang yang beriman teguh.
Dengan iman kepercayaan yang besar, menyenggol jumbai jubah-Nya saja bisa sembuh!
Namun ada suatu hal yang perlu kita perhatikan, bahwa untuk dapat menjamah, perempuan
tersebut tentu telah melakukan usaha yang besar dengan mendekati dan menyelinap di antara
para murid. Mari kita bayangkan, bagaimana usaha perempuan itu agar bisa mendekati Tuhan
Yesus di antara sekumpulan orang-orang yang mengikuti Dia. Mungkin si perempuan itu
harus melewati banyak hambatan dari orang-orang disekelilingnya. Hambatan yang mungkin
berbentuk gerutu bahkan bentakan, cemoohan ataupun bahasa tubuh yang tidak
mengenakkan. Dorongan agar menjauh, bersungut atau omelan karena ikut mendesak maju,
dan mungkin malah pada menjauh setelah melihat sakitnya. Pelajaran iman disertai doa dan
usaha untuk lebih dekat dan semakin percaya kepada Tuhan Yesus. Dialah Sang Penyembuh
dan Pengampun bagi siapa saja yang mau mencarinya dan pasrah total. Imanlah yang telah
menyembuhkan dari segala kelemahan, kemudian disitulah muncul kekuatan yang mendorong
untuk semakin mendekat kepada Sang Tabib Sejati.

Seringkali kita keliling dari suatu tempat ke tempat lain untuk ikut doa penyembuhan.
Malahan ada orang yang menyebut Misa penyembuhan. Syukur kalau yang dicari Tuhan
Yesus sendiri sebagai Sang Maha Penyembuh. Namun biasanya yang terpikir adalah mencari
kesembuhan itu sendiri yang nomor satu. Kita lebih sering lupa bahwa dalam perayaan
Ekaristi Tuhan Yesus hadir dan memberikan berkat-Nya. Sesederhana apapun perayaan
Ekaristi tetaplah Tuhan Yesus berkenan hadir, karena kasih-Nya. Jelas disini bukan penulis
tidak setuju dengan kegiatan tersebut, karena apapun yang kita inginkan dan itu baik
tujuannya, syah-syah saja.

Hanya satu hal yang menjadi misteri kesembuhan yang ada di benak penulis. Iman yang
menyelamatkan. Di lain waktu penulis bertambah bingung karena misteri keselamatan
tersebut berbeda lagi. Penulis pernah membaca tentang penyakit atau rasa kesakitan yang
dialami orang suci. Dan semuanya itu diterima dengan penuh sukacita oleh yang
bersangkutan. Penyakit atau rasa kesakitan tersebut diterima sebagai anugerah dari Tuhan
sendiri yang harus dijalani. Penulis merasa yakin bahwa yang bersangkutan pasti sudah
“bertemu” sendiri dengan yang kudus. Dari pertemuan itu pasti ada suatu tawaran, siapkah
berpartisipasi bersama dengan Tuhan. Dia dipilih secara khusus melalui penyakit dan atau
rasa kesakitan yang diterima dengan rasa syukur dan permohonan bagi keselamatan orang
lain. Secara nalar akan dianggap aneh tidak masuk akal. Mensyukuri yang tidak enak,
terdengar begitu aneh, sebab beban dan penderitaan malahan lebih sering dihubungkan
dengan yang tidak baik. Jangan-jangan yang bersangkutan malahan diisolasi.

Dar/memahami Matius 72
73

Apakah malahan sebenarnya segala macam sakit penyakit yang kita derita ini harus kita
syukuri karena memang bagian dalam perjalanan hidup kita? Kepercayaan dan kepasrahan
yang teguh akan menyelamatkan kita. Dari kejadian itulah kita akan semakin mengerti akan
kasih Allah yang begitu ajaib. Mestinya akan semakin mendekatkan kita kepada Tuhan.
Disinilah batu sandungan yang selalu akan kita hadapi :”Apa iya, ya?Jangan-jangan …..”

9:23 Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan
orang banyak ribut, 9:24 berkatalah Ia: "Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur." Tetapi
mereka menertawakan Dia. 9:25 Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan
anak itu, lalu bangkitlah anak itu. 9:26 Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu.
Dalam kehidupan sehari-hari, kitapun juga lebih sering menertawakan atau mencemoohkan
orang lain. Meremehkan kemampuan yang dikaruniakan kepada orang lain. Jika kemampuan
itu betul, kita masih sering meragukan akan kebenarannya, apakah bukan karena rekayasa
atau cuma kebetulan saja. Kita merasa lebih baik dan bahkan merasa lebih dekat dengan
Tuhan. Kita terbelenggu dengan istilah “pokoknya,” dan kita lupa bahwa Tuhan dapat
berkarya melalui siapa saja yang Dia kehendaki. Kita harus banyak belajar cerdik, tulus dan
waspada dengan tidak asal berkomentar, namun menunggu dahulu buah-buah yang
dihasilkan.

Mungkin saja bagi orang sekarang anak tersebut dianggap sedang mati suri, bukan mati
sungguh-sungguh. Sedang tidur! Anggaplah betul begitu, namun jangan dilupakan “daya
kuasa” pegangan tangan Tuhan Yesus yang tidak bisa kita abaikan. Mungkin kita pernah
merasakan daya pegangan tangan seseorang, yang membuat kita begitu terharu, terhibur,
terkuatkan, termotivasi dan lain sebagainya. Pegangan tangan yang tulus dan mantap bukan
hanya pegangan basa-basi. Secara tidak disadari kuasa kasih Tuhan mengalir, menyusup ke
dalam tubuh orang yang tulus tersebut. Selanjutnya merembes keluar melalui tangan dan
mengalir masuk ke dalam hati yang dipegangnya. Daya kuasa ini yang sering kita sebut
kekuatan supra natural yang sering kita lupakan. Karunia dari Allah pasti berguna bagi
kebaikan, entah apapun itu. Dan hak untuk memberi karunia berada di tangan Allah, kepada
siapa Dia berkenan memberikannya. Karunia sendiri sewaktu-waktu dapat diambil oleh yang
Empunya, jika sekiranya perlu diambil kembali.

Ada satu hal yang sering luput dari perhatian kita. Betapa Tuhan Yesus langsung berdiri,
bersedia mengikuti si kepala rumah ibadat. Padahal Dia sedang berbicara dengan orang
banyak yang mengerumuni-Nya. Bangkit untuk berbuat nyata lebih penting dari hanya
berbicara, walaupun itu suatu ajaran. Berbicara masih bisa ditunda lain waktu, namun berbuat
langsung dan berkarya nyata harus didahulukan.

Yesus menyembuhkan mata dua orang buta dan


orang bisu
9:27. Ketika Yesus meneruskan perjalanan-Nya dari sana, dua orang buta mengikuti-Nya sambil
berseru-seru dan berkata: "Kasihanilah kami, hai Anak Daud." 9:28 Setelah Yesus masuk ke dalam
sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka:
"Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?" Mereka menjawab: "Ya Tuhan, kami
percaya." 9:29 Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: "Jadilah kepadamu menurut
imanmu." 9:30 Maka meleklah mata mereka. Dan Yesuspun dengan tegas berpesan kepada mereka,
kata-Nya: "Jagalah supaya jangan seorangpun mengetahui hal ini." 9:31 Tetapi mereka keluar dan
memasyhurkan Dia ke seluruh daerah itu. 9:32 Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada
Yesus seorang bisu yang kerasukan setan. 9:33 Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu
berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: "Yang demikian belum pernah dilihat orang di
Israel." 9:34 Tetapi orang Farisi berkata: "Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan."
Percaya dan percaya akan kuasa Tuhan Yesus, setelah itu usaha untuk dapat menemui-Nya.
Bisa kita bayangkan bagaimana usaha kedua orang buta tersebut agar bisa masuk ke dalam

Dar/memahami Matius 73
74

rumah dan bertemu dengan Tuhan Yesus. Mari kita bayangkan dan renungkan akan niat dan
usaha yang disertai keyakinan penuh untuk bertemu Tuhan Yesus tersebut. Diungkapkan
dengan istilah “rawe-rawe rantas, malang-malang putung,” pokoknya jalan terus sampai
berhasil ke tujuan. Bisa dengan usaha sendiri atau meminta pertolongan orang lain karena
kelemahannya. Nyatanya Tuhan selalu mengabulkan orang yang berniat, meyakini dan
berusaha menemui-Nya bahwa Dialah Sang Penghibur, Sang Penyembuh segala kelemahan.

Namun pesan Tuhan Yesus yang malah agak membingungkan, untuk jangan bercerita kepada
orang lain. Ada ungkapan Jawa “nglulu” yang berarti keinginan sebaliknya. Namun Tuhan
Yesus pasti bukan nglulu dengan maksud tertentu. Bercerita kepada orang lain memang dapat
memberikan sikap dan pendapat yang bermacam-macam. Tidak semua orang mau
mendengarkan, apalagi bila yang bercerita sudah dianggap rendah, kecil, bodoh dan tak
bernilai. Hanya seperti itu saja digembar-gemborkan, memangnya ada sesuatu yang begitu
hebat?

Sebagai manusia, biasanya suatu kegembiraan yang dialami sangat sulit untuk tidak
disampaikan kepada orang lain. Bagi kedua orang buta tersebut yang menerima mujizat
kesembuhan pastilah kejadian yang bukan main hebatnya. Rasanya ada kepuasan tersendiri
apabila dapat menyampaikan kabar suka cita yang dapat mengubah perjalanan hidup
selanjutnya. Perasaan plong, lega penuh kegembiraan yang sukar diungkapkan. Mungkin
zaman sekarang ini hal tersebut yang kita kenal dengan istilah sharing, kesaksian iman.
Apakah kita diajar untuk selalu bersikap biasa, agar kegembiraan atau kesedihan kita jangan
diketahui oleh orang lain? Yang jelas Tuhan Yesus begitu rendah hati tanpa ada rasa ingin
menyombongkan diri, tidak ingin promosi. Istilah Jawa “getok tular” dari mulut ke mulut
kelihatannya lebih tepat. Biarlah hanya yang percaya saja yang akan disembuhkan dan
mengalami mukjizat. Dan biarlah mereka yang mengungkapkan suka citanya kepada orang
lain tanpa tekanan. Agak berbeda dengan model promosi “jika puas ceritakan kepada orang
lain namun jika sebaliknya ceritakan kepada kami saja.”

Demikian juga bagi orang bisu karena kerasukan roh jahat, pastilah menjadi pengalaman
hidup yang tidak terlupakan. Dari bisu menjadi bisa berbicara bukanlah hal yang sepele. Ada
rasa sukacita yang sulit untuk diuraikan dengan kata-kata. Rasanya tidak ada perbendaharaan
kata yang pas untuk mengungkapkannya. Namun demikian masih ada saja orang yang iri
dengki karena tidak bisa berbuat seperti Tuhan Yesus.

Jangan-jangan kitapun sering berbuat seperti yang dilakukan oleh orang Farisi yang iri
tersebut. Kita hanya bisa berkomentar, ngomong atau malahan membual dengan teori yang
hebat, menilai kekurangannya, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Bagaikan penonton sepak
bola yang berteriak tidak puas karena ada pemain yang tidak bisa memasukkan bola ke
gawang lawan. Istilah Jawa “ndelok” kendel alok, berani mengkritik karena hanya sebagai
penonton. Jika disuruh turun ke lapangan, jangan-jangan laripun sudah tidak kuat, apalagi
menendang bola ke gawang lawan. Kita sering lupa bahwa kitapun akan dinilai oleh orang
lain, seperti apa yang mereka lihat maupun mereka dengar.

Belas kasihan Yesus terhadap orang banyak


9:35. Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat
dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. 9:36
Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka
lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. 9:37 Maka kata-Nya kepada murid-murid-
Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. 9:38 Karena itu mintalah kepada tuan yang
empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."

Dar/memahami Matius 74
75

Seperti saat ini, rasanya memang begitu sedikit jumlah “pekerja” dibandingkan domba-
domba yang haus dan lapar, yang membutuhkan gembala. Banyak domba-domba yang tidak
tahu harus kemana mereka mencari air dan rumput hijau. Untuk itu kita diminta untuk selalu
berdoa dan memohon agar dikirim pekerja-pekerja ke seluruh pelosok bumi.
Yang susah adalah kita lebih sering mengatakan :”Jangan anakku, tetapi yang lain sajalah.”
Siapa yang akan melanjutkan keturunanku nanti? Jangan-jangan kita terjebak dengan
pengertian bahwa yang disebut gembala atau penuai harus selalu menjadi imam, pastor.
Menurut penulis, siapapun bisa menjadi penuai jika Tuhan menghendaki dan kita siap,
bersedia dipanggil untuk menjadi pekerja-Nya. Begitu kita dibaptis dan menjadi anak-anak
Allah, mestinya kita siap untuk diutus menjadi pembawa kabar suka cita dari Tuhan. Suka cita
yang kita alami perlu kita sebarkan kepada orang lain, agar orang lain yang sedang mencari
suka cita tersebut mendapatkan dan mengalami juga.

Bagi penulis, menyebarkan suka cita agak berbeda dengan kristenisasi. Biarlah harumnya
sukacita itu menyebar keluar dari kehidupan kita, dapat dicium dan dirasakan oleh orang lain.
Orang lain yang mendambakan dan merindukan aroma nikmat suka cita itu, pada waktunya
mereka akan mencari dan bertanya, dari manakah sumber suka cita tersebut. Seperti Tuhan
Yesus yang tidak pernah promosi, namun memberikan contoh nyata melalui kehidupan
sehari-hari. Sepertinya Tuhan Yesus belum pernah ngomong tentang ide atau gagasan untuk
mencapai sesuatu. Lumaku tumuju, kata orang Jawa. Berjalan dan berjalan maka akan sampai
ke tujuan. Memohon dan memohon disertai usaha dan usaha, biarlah Tuhan yang membuka
serta menyelesaikan sisanya.

Bab 8 dan 9 ini banyak sekali mengajarkan kepada kita tentang penyembuhan yang dilakukan
Tuhan Yesus bagi orang yang beriman, melalui niat, dan terus bangkit berusaha menemui
Dia. Percaya namun tidak mau bangkit bergerak maka tidak akan berubah; Niat namun tidak
bangkit berusaha maka bagikan mimpi indah dan berhenti di angan-angan. Begitu terbangun
akan kaget bahwa hal tersebut baru dalam mimpi. Lebih baik bergerak satu langkah demi satu
langkah, daripada berjalan di tempat. Memang menggerakkan langkah pertama tersebut yang
terasa paling berat, seperti ada yang menaha.

Tuhan, dimanakah Engkau sekarang ini? Masihkah Engkau berada di sini?Aku merasa buta
tidak bisa melihat-Mu. Aku merasa tuli tidak bisa mendengar suara-Mu. Aku merasa tida
bisa mencium aroma kasih-Mu. Aku merasa mati rasa tidak bisa mengenal sentuhan-Mu. Aku
merasa begitu hina berada di dekat-Mu. Semuanya ini karena dosa-dosaku, kesombonganku,
keserakahanku, keirianku. Ampunilah aku yang berdosa ini.

Bab 10. Pengutusan para Murid, Penganiayaan dan pengakuan akan Tuhan Yesus,
Pemisahan dan syarat mengikut Tuhan Yesus

Yesus memanggil kedua belas rasul


10:1. Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir
roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan. 10:2 Inilah nama kedua
belas rasul itu: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak
Zebedeus dan Yohanes saudaranya, 10:3 Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai,
Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, 10:4 Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia.
Penulis tidak tahu mengapa Tuhan Yesus hanya memilih duabelas orang rasul menjadi murid
istimewa. Mungkin ada hubungannya dengan budaya orang Yahudi yang sudah terbiasa
dengan duabelas suku Israel. Suku-suku tersebut diambil dari anak laki-laki saja, karena ank
Yakub lebih dari duabelas termasuk perempuan. Namun yang jelas mereka tidak mewakili
dari setiap suku Yahudi. Bisa kita lihat bahwa mereka banyak yang masih bersaudara kakak
Dar/memahami Matius 75
76

beradik. Kita semua tahu Simon dan Andreas, Yakobus dan Yohanes yang masih sekeluarga.
Mungkin inilah dasar baru bagi gereja yang akan terbentuk di kemudian hari. Mereka diutus
yang berarti menjadi rasul atau utusan yang akan menyampaikan kabar sukacita, kabar
keselamatan. Mungkin hal ini praktek kerja lapangan yang pertama yang dilakukan para rasul.
Dan mereka diberi karunia kuasa mengusir roh jahat dan menyembuhkan, bahkan
melenyapkan penyakit dan kelemahan.

Penulis merasa yakin bahwa para rasul terpilih tersebut akan mengalami kekagetan, terpesona
dan bingung, bahwa tiba-tiba bisa berbuat yang mengherankan banyak orang. Itulah kuasa
Tuhan Yesus, yang tidak dipunyai oleh semua orang yang hidup. Kuasa-Nya bisa merambat
menyelusup kepada siapapun yang dikehendaki. Mereka berkarya tanpa jampi-jampi dan
ramuan obat tertentu, yang mungkin hanya membawa minyak zaitun. Tidak ada ilmu khusus
yang harus dihafal atau dipelajari, namun secara spontan kuasa Tuhan mengalir begitu saja.
Itulah misteri mukjizat yang mengherankan, yang tidak dapat dianalisa oleh nalar dan
pengetahuan sekalipun.

Yesus mengutus kedua belas rasul


10:5. Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: "Janganlah kamu
menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, 10:6 melainkan
pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. 10:7 Pergilah dan beritakanlah:
Kerajaan Sorga sudah dekat. 10:8 Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati;
tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma,
karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. 10:9 Janganlah kamu membawa emas atau perak
atau tembaga dalam ikat pinggangmu. 10:10 Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan,
janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut
mendapat upahnya. 10:11 Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak
dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. 10:12 Apabila kamu masuk rumah orang, berilah
salam kepada mereka. 10:13 Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika
tidak, salammu itu kembali kepadamu.
Pertama kali Tuhan Yesus mengutus para muridnya, adalah hanya kepada orang Israel.
Merekalah orang-orang pilihan sesuai janji yang telah diikat Tuhan semasa Abraham. Mereka
disebut sebagai domba-domba yang hilang karena sudah tidak mengikuti ajaran Taurat secara
murni dan konsekuen yang diberikan Musa. Mereka bagaikan anak emas kesayangan yang
selalu dimanja, namun malahan sering salah jalan karena ketegaran hati mereka. Bangsa-
bangsa lain disekitar sana pada waktu itu kelihatannya memang penyembah berhala.
Demikian juga bangsa Samaria yang mungkin mencampuradukkan segala macam
kepercayaan, termasuk penyembahan berhala.

Sesuai ajaran Tuhan Yesus saat pertama kali, mereka disuruh memberitakan Kerajaan Sorga
yang sudah dekat. Kerajaan Sorga berarti yang meraja di singgasana kudus ya Allah sendiri.
Dan pada waktu itu Allah sudah turun di dunia dengan ujud manusia sejati yang menyebut
diri Sang Anak Manusia. Sang Juru Selamat yang begitu dekat dengan mereka namun tidak
dikenal. Mungkin kalau kita hidup pada waktu di sana, kitapun juga tidak mengenal-Nya.
Atau malahan lebih banyak menyepelekannya dan tidak peduli.

Dengan tegas Tuhan Yesus mengajarkan untuk tidak perlu kuatir akan bekal, sandang, pangan
dan tempat tinggal. Mereka harus yakin bahwa setiap pekerja pasti akan mendapat upahnya.
Kita bisa membayangkan betapa orang yang disembuhkan akan merasa berterima-kasih. Rasa
terima kasih tersebut bisa bermacam-macam. Orang yang layak mungkin termasuk orang
yang berkecukupan, tempat tinggalnya masih bisa menampung para pengembara yang
membutuhkan tempat berteduh. Mungkin kita masih bisa merasakan dan mengalami, apabila
kita pergi ke desa terpencil yang masih menjaga tradisi gotong royong. Mereka akan
menerima kita dengan tangan terbuka tanpa rasa kuatir dan curiga.

Dar/memahami Matius 76
77

Hal ini sudah mulai berbeda untuk zaman sekarang, apabila kita diutus untuk apa saja. Yang
kita pertanyakan pertama kali dan kita minta adalah “bekal” dalam perjalanan. Kita selalu
bertanya bagaimana untuk pakaian pengganti, apa yang akan dimakan dan diminum, nanti
istirahat tidur, hotel atau penginapannya seperti apa dan sebagainya. Belum lagi bagi para
pesolek yang lebih menonjolkan penampilan, ubarampe untuk hal ini tidak boleh ketinggalan.
Jangan-jangan kita ini tidak berani muncul di hadapan jemaat, sebelum penampilan kita
dipoles sedemikian rupa.
Coba kita bertanya kepada diri sendiri, sewaktu kita diundang jadi peserta dalam suatu
rekoleksi atau retreat; apakah inti yang kita cari itu isi kotbah yang diajarkan atau penampilan
si pengkotbah? Yang akan kita ingat setelah beberapa waktu kemudian, apakah inti isi kotbah
atau model penampilan si pengkotbah? Atau malah yang kita perbincangkan jangan-jangan
masalah akomodasi.

Menurut penulis, sesuai tradisi Yahudi waktu itu, orang-orang yang layak dan mampu, hampir
selalu mau menerima tumpangan bagi pengembara. Orang-orang mampu tersebut dengan
para pembantunya akan menyediakan keperluan sehari-hari bagi para tamunya. Para
pengembara Israel boleh dikatakan masih satu saudara karena sama-sama keturunan
Abraham. Yang jelas, mereka ini masih ada hubungan persaudaraan, ikatan darah Yahudi.
Masih satu keturunan Yakub yang melahirkan kedua belas suku Yahudi. Tradisi baik yang
mungkin mulai hilang di zaman ini. Yang muncul di zaman sekarang adalah rasa curiga
dahulu, apakah si pendatang ini orang baik atau orang jahat. Apakah sudah pernah kenal atau
sudah pernah membuat janji sebelumnya? Mungkin seribu satu pertanyan sudah kita
persiapkan lebih dulu, sebelum menerima seseorang menginap di rumah kita. Zaman memang
sudah banyak berubah.

Ajaran yang diberikan sejak awal termasuk memberikan salam berkat Tuhan, apabila
memasuki rumah orang lain. Salam berkat ini kelihatannya sangat jarang sekali kita ucapkan,
kecuali pada saat ada ibadat. Mungkin saudara kita saja yang malahan sering mengucapkan
kata-kata salam tersebut sewaktu bertamu, biarpun sering hanya tinggal sepotong, tanpa
berkat Tuhan. Salam berkat yang tidak diterima akan kembali kepada kita.

Yang lebih hebat lagi adalah, Tuhan Yesus-pun memberikan kuasa kepada para murid dengan
gratis dan agar diamalkan dengan cuma-cuma pula. Jika kita renungkan, sebenarnya Tuhan
Yesus mewariskan kuasa-kuasa illahi yang mempesona dan menakjubkan. Penulis tidak tahu
apakah kuasa-kuasa illahi tersebut juga diwariskan kepada penerus para rasul sampai saat ini.
Namun penulispun merasa yakin bahwa kuasa illahi tersebut tetap dikaruniakan kepada
orang-orang pilihan-Nya sampai saat ini dan selamanya. Mungkin kita saja yang tidak bisa
menyelami akan misteri kuasa-kuasa tersebut. Atau kita malahan curiga dan tidak percaya,
jangan-jangan asalnya dari kuasa kegelapan.

10:14 Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah
dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. 10:15 Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan
tanggungannya dari pada kota itu."
Disini Tuhan Yesus kelihatannya sangat keras sekali mengajarkan kepada para murid, bahwa
orang atau masyarakat Israel yang meninggalkan adat istiadat memberi tumpangan kepada
pengembara, hampir sama saja telah melupakan kebiasaan tolong menolong, yang merupakan
bagian dari persaudaraan dan saling mengasihi. Mestinya mereka masih terikat hubungan
saudara, walaupun sudah begitu jauh. Masih satu keturunan Abraham, Iskak dan Yakub.
Dalam situasi seperti itu, kelihatannya hawa disekitar tempat tersebut sudah begitu penuh
dengan kegelapan, kecurigaan, dan tidak bersahabat, sampai-sampai debupun perlu

Dar/memahami Matius 77
78

dikibaskan. Jangan-jangan debupun sudah mengandung bibit penyakit egois, curiga, tidak
bersahabat dalam persaudaraan.

Namun menurut pemahaman penulis, kita diminta untuk meninggalkan dan melupakan
mereka. Jangan sampai, karena debu di kaki saja kita mengingat perbuatan mereka terus, yang
akhirnya malahan membikin kita mendendam. Memori otak kita harus selalu tetap bersih,
agar betul-betul bisa menyampaikan kabar suka cita dengan penuh kegembiraan. Masih
banyak orang yang perlu mendengarkan kabar suka cita dan perlu diselamatkan. Tidak semua
orang harus selalu sepaham dan sependapat dengan kita. Tidak perlu menceritakan
pengalaman pahit yang pernah dialami, yang buntutnya pasti menjelekkan orang atau daerah
tersebut. Biarlah Tuhan sendiri yang akan menyelesaikan, sesuai selera Tuhan.

Namun peringatan Tuhan Yesus kepada orang yang tidak memberi tumpangan, tidak dapat
dibayangkan apa yang akan terjadi pada hari penghakiman nanti. Mungkin kita pernah
membaca atau mendengar bagaimana Abraham sampai tawar menawar dengan Tuhan, agar
hukuman tersebut tidak dijatuhkan ke Sodom dan Gomora. Kita juga tahu bahwa hanya Lot
dan kedua putrinya saja yang selamat. Mungkin, beruntunglah orang-orang Sodom dan
Gomora yang sedang bepergian keluar daerah pada waktu itu. Kedua kota tersebut bagaikan
dihantam dengan bom atom dan hancur berantakan. Para ahli memperkirakan tempat tersebut
terletak di sebelah timur selatan atau tenggara Laut Mati. Daerah yang begitu panas dan
gersang, yang mungkin sampai sekarang tidak berpenghuni.

Penganiayaan yang akan datang dan pengakuan


akan Yesus
10:16. "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah
kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. 10:17 Tetapi waspadalah terhadap semua orang;
karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu
di rumah ibadatnya. 10:18 Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan
raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah.
10:19 Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa
yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga.
10:20 Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata
di dalam kamu.
Mereka diutus seperti domba ke tengah-tengah serigala, yang berarti siap diterkam dan
dirobek-robek si binatang buas. Harus siap mati sebagai martir. Namun Tuhan Yesus juga
mengajarkan untuk cerdik dan tulus serta waspada didalam mengarungi gelombang
kehidupan, menyampaikan kabar suka cita. Cerdik bukan berarti mengandung licik, tetapi
bisa melepaskan diri dari jeratan, menghindar dari tipu daya, dan tidak merugikan siapapun.
Tulus dapat diartikan keikhlasan yang dilambari cinta kasih tanpa pikiran negatif dan tidak
ingin membalas dendam. Waspada boleh dikatakan sikap selalu siaga menghadapi segala
kemungkinan. Ungkapan Jawa “setiti ngati-ati” agar tidak terperosok ke dalam suatu
masalah apapun. Menggabungkan tiga hal kecerdikan, ketulusan dan kewaspadaan dalam
kehidupan bukanlah suatu hal yang gampang. Yang kelihatannya kawan, dalam kenyataannya
bisa menjadi lawan. Para anti-Kristus akan selalu mencari jalan untuk menganiaya kita.
Mereka akan selalu mencari segala macam kelemahan kita. Sekarang bagaimana segala
kelemahan yang kita sadari tersebut kita ubah menjadi kekuatan. Pada dasarnya, Tuhan
Yesuslah yang mereka aniaya dan kita kena imbasnya karena menjadi pengikut Kristus.

Kembali, Tuhan Yesus menekankan untuk tidak perlu kuatir apa yang akan terjadi, selama
tetap percaya dan pasrah dalam doa kepada Tuhan. Roh Kudus Tuhan sendiri yang akan
menyelesaikan sisanya. Menghilangkan kekuatiran dan “jangan-jangan” memang sangat
sulit dan ini betul-betul batu sandungan yang akan dapat menjatuhkan kita. Dalam kehidupan

Dar/memahami Matius 78
79

sehari-hari nyatanya kita selalu mereka-reka, kira-kira apa ya yang akan mereka perbuat, yang
akan mereka pertanyakan. Dan sikap apa yang harus kita lakukan, serta jawaban yang
bagaimana yang harus kita keluarkan. Jangan-jangan kecemasan inilah yang menghalangi
kuasa Roh Kudus berkarya untuk menuntun kita. Mestinya segalanya kita serahkan kepada
Roh Kudus, biar Dia berkarya secara bebas di dalam diri kita. Maka rasa kasih dan damai
penuh sukacita itu tanpa rasa kuatir akan selalu menyelimuti kita.

Ada satu ganjalan dalam benak penulis, mengapa Tuhan Yesus memakai simbul cerdik
seperti ular. Jika kita membuka Kitab Kejadian (3), ada tertulis bahwa ular yang cerdiklah
yang telah membuat Hawa jatuh ke dalam dosa. Dan Hawa yang mengajak Adam untuk
sekalian berdosa. Dalam Kitab Wahyu-pun (12) kita jumpai nama si ular tua atau naga atau
Iblis atau Setan. Simbul ular yang jalannya “ndlosor” atau melata, meliuk-liuk dan melilit
bagaikan manusia yang pandai merendah dan menjilat untuk maksud tertentu. Dengan penuh
kesabaran dia akan menunggu si mangsa menjadi lengah, disambar dan ditelannya.

Dalam benak penulis timbul pemikiran bahwa Tuhan Yesus ingin membuka hati dan pikiran
kita tentang simbul ular dalam kehidupan sehari-hari. Ular yang cerdik dapat dimaknai secara
mendua, untuk kebaikan atau untuk kejahatan. Atau kemungkinan lain adalah, si ular akan
menghindar, pergi diam-diam apabila bertemu lawan yang tidak bisa dihadapi. Namun akan
mempertahankan diri apabila dalam keadaan terdesak. Dan nyatanya banyak jenis ular jadi
peliharaan yang bisa dijinakkan, yang makannya tidak perlu setiap hari.

Jika direnungkan, ayat di atas sepertinya menggambarkan akan perjalanan hidup para rasul
setelah Tuhan Yesus naik ke surga. Mereka dikejar-kejar dan dianiaya oleh bangsa Yahudi
maupun bangsa lain yang belum mengenal Allah. Yang pernah penulis baca, hampir semua
rasul wafat sebagai martir kecuali Yohanes yang berumur panjang. Yohanes meninggal
setelah amat tua, rohnya dapat melihat badan wadagnya yang ditinggalkan. Kemudian rohnya
dijemput Tuhan Yesus masuk ke dalam surga.

Sepertinya Tuhan Yesus mulai memperkenalkan nama Bapa yang sebelumnya tidak pernah
disebut seperti itu. Allah atau Yahwe sang maha pencipta yang sebelumnya begitu ditakuti
karena pencemburu, oleh Tuhan Yesus disebut sebagai Bapa yang begitu mengasihi semua
ciptaan-Nya. Kelihatannya hal inipun mengajak kita untuk merubah paradigma lama.
Cemburu bukan berarti iri, namun perasaan harap-harap cemas mananti yang dikasihi kembali
pulang. Sedang apa ya dia saat ini, moga-moga tidak tersesat dan terjerumus dan seterusnya.
Tuhan, ajarilah aku untuk tidak perlu kuatir dan hanya berpasrah kepada-Mu saja, dalam
mengarungi kehidupan ini dan tetap di jalan-Mu.

10:21 Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan
anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka.
10:22 Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan
sampai pada kesudahannya akan selamat. 10:23 Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota
yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu
selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang.
Jangan kaget apabila dengan ajaran Tuhan Yesus, dalam suatu keluarga bisa terjadi
perselisihan sampai dengan pembunuhan. Mereka akan menganggap bahwa ajaran Tuhan
Yesus telah menyalahi aturan atau kebiasaan yang sudah berlaku dan dianggap menghujat
Allah. Bisa terjadi bahwa seorang anak akan tidak diakui oleh orangtuanya, karena berubah
haluan dan mengikuti serta melakukan ajaran Tuhan Yesus atau sebaliknya. Terus dicari siapa
tadi yang membikin "murtad" sehingga saudaranya berubah haluan. Para murid inilah yang
perlu mempertanggung-jawabkan perbuatannya. Kalau perlu, dikejar-kejar, dihukum, didera
atau bahkan dibunuh sekalian.

Dar/memahami Matius 79
80

Siapkah kita untuk menjadi murid-murid Tuhan Yesus secara terbuka? Siapkah kita menjadi
utusan dan kalau perlu menjadi martir? Siapkah kita untuk dibenci dan dikejar-kejar, sehingga
hidup kita selalu berpindah-pindah tempat? Janji Tuhan Yesus, siapa yang bertahan dengan
ajaran-Nya akan selamat.

Pemberitaan kabar suka cita (Injil) kelihatannya tidak akan pernah usai sampai kedatangan
Sang Putera Manusia secara nyata. Memang, selama Iblis masih boleh berkarya maka di dunia
ini akan selalu ada baik dan buruk, benar dan salah, seperti adanya siang dan malam, terang
dan gelap, panas dan dingin dan lain-lainnya. Dan semuanya itu harus kita lalui dengan tegar,
penuh sukacita karena sudah ada Yang Mengatur. Pada saatnya, semua orang juga akan mati,
entah bagaimana cara matinya. Yang jelas pasti akan mati. Janji Tuhan Yesus, melalui
kematian badan wadag barulah kita akan sampai untuk menerima kehidupan kekal. Tanpa
melalui kematian badan ini, bagaimana mungkin akan sampai kepada Tuhan? Namun
kenyataannya hampir semua orang takut mati, kalau bisa nanti saja kalau sudah bosan hidup
di dunia

10:24 Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. 10:25
Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia
menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya. 10:26
Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak
akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui.
Tuhan Yesus memberi semangat kepada para murid untuk tidak perlu takut kepada orang
Israel yang pintar-pintar. Banyak orang telah mendalami Kitab Taurat dan ajaran para nabi,
namun belum tentu sekelas dengan para nabi itu sendiri. Nyatanya banyak ajaran yang
diambil untuk kepentingan dan menguntungkan diri sendiri. Segala sesuatunya akan terbuka
dan diketahui didalam buah-buah dari hasil perbuatan yang ditanamnya.

Jangan-jangan kalau kita mendapatkan dan mengikuti guru yang salah, kitapun akan menjadi
yang tidak benar. Segala macam kekerasan, perselisihan, penindasan, jangan-jangan karena
diajari untuk berbuat begitu dan dianggap wajar-wajar saja, malahan bisa dianggap pahlawan.
Merasa yang paling benar jangan-jangan malahan akan menjadi yang paling salah. Pada
akhirnya tetap akan diketahui yang mana emas dan yang mana loyang. Kebenaran yang hakiki
tidak bisa disembunyikan terus menerus sampai hilang ditelan bumi. Pada waktunya pasti
kebenaran itu akan muncul, terbuka dan tidak bisa dibantah. Kita diminta percaya bahwa Roh
Kudus akan berkarya membuka segalanya yang tertutup. Yang sudah menjadi rencana Allah
walaupun dihalangi dan dihambat, pasti akan tetap terlaksana.

Mungkin bagaikan kita sudah bisa menebak kearah mana tujuannya seseorang berbicara.
Orang yang bertanya dengan jujur karena ingin tahu ataukah orang bertanya karena ingin
menguji. Bahkan orang yang selalu mencari-cari kesalahan atau kelemahan, karena memang
tujuannya ingin menjatuhkan dan mempermalukan. Pertanyaannya, siapakah yang bisa
mengalahkan Roh Kudus yang maha segalanya? Walaupun mencoba ditutupi dan
disembunyikan, pada saatnya pasti akan terbuka dan kelihatan.

Mungkin kita pernah mengalami bagaimana Roh Kudus berkarya dengan mengherankan.
Dalam keadaan tidak tahu harus berkata apa, tiba-tiba ada sesuatu yang menggerakkan,
membukakan sehingga bisa berbicara dan menjelaskan dengan lancar. Jika diminta untuk
mengulangi kembali di lain waktu, rasanya begitu sulit untuk mengingat semua apa yang dulu
pernah dibicarakan.
Tuhan, ajarilah aku hanya berpasrah kepada-Mu saja. Amin.

Dar/memahami Matius 80
81

10:27 Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang
dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah.
Yang dapat penulis pahami adalah kita tidak perlu sembunyi-sembunyi dalam menyampaikan
dan melaksanakan kabar suka cita. Biarlah semua orang tahu bahwa kita telah menjadi murid
dan utusan Tuhan Yesus, dan biarlah mereka melihat melalui perbuatan-perbuatan kita, sesuai
ajaran-Nya. Pengalaman sukacita memang susah untuk disembunyikan dan kita biasanya
ingin membagikan pengalaman sukacita tersebut. Seperti orang buta yang mendapatkan
penyembuhan dari Tuhan Yesus, pasti ingin menceritakan pengalamannya. Kita semua diutus
menjadi corong atau pengeras suara akan kabar sukacita. Berubahlah, sebab Sang Sukacita
sudah ada di hadapan kita!

Penulis tidak tahu apakah pada waktu itu para murid diajar khusus oleh Tuhan Yesus pada
malam hari, karena siang hari untuk berkarya nyata. Malam hari yang belum ada listrik, yang
mungkin cukup memanfaatkan ranting-ranting kayu untuk membuat api unggun. Bisa kita
bayangkan bahwa pada waktu itu pasti suasana di sekitarnya gelap. Karena hanya
berduabelas, maka Tuhan Yesus mestinya berbicara dengan pelan seperti ngobrol biasa.
Dengan duduk berkeliling di keheningan malam yang gelap dan sunyi, maka akan membuat
kata-kata bisikan Tuhan Yesus terdengar dengan cukup jelas. Seakan-akan setiap telinga
langsung mendengar dari Mulut Tuhan Yesus.

Mengajar pada siang hari di hadapan banyak orang, memang diperlukan suara yang cukup
keras agar bisa didengar oleh semuanya. Bisa dibayangkan ketika berbicara di tempat terbuka
di hadapan banyak orang. Jika mereka para jemaat berdiam dengan serius, maka suara
pembicara dapat terdengar jelas. Namun jika ada yang berbicara sendiri atau ada anak-anak
yang sedang bemain dan berteriak, mungkin suasananya berbeda. Lebih baik lagi apabila si
pengajar berdiri di tempat tinggi, sehingga bisa dilihat oleh semua pendengar.

10:28 Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak
berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa
maupun tubuh di dalam neraka. 10:29 Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun
seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. 10:30 Dan kamu,
rambut kepalamupun terhitung semuanya. 10:31 Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu
lebih berharga dari pada banyak burung pipit.
Kita diajak untuk berani mengatakan kebenaran kepada siapapun, kalau perlu siap untuk mati
demi kebenaran. Kita diajak untuk kembali hanya takut kepada Tuhan dan segala perintah-
Nya. Patokannya cerdik, tulus dan waspada. Kalau Tuhan menghendaki, apapun dapat terjadi,
termasuk yang bagi manusia dianggap tidak mungkin. Jiwa kita lebih berharga dibandingkan
dengan apapun di hadapan Tuhan. Bahkan jiwa lebih berharga daripada tubuh yang penuh
kedagingan, penuh hawa nafsu duniawi.

Burung pipit jika berkicau pasti suasana kelihatan ramai. Ada yang senang menikmati namun
ada juga yang merasa terganggu oleh suaranya. Di pasar burung pasti suara kicauan akan
lebih ramai seperti saling mempertontonkan diri bahwa suaranya lebih bagus. Burung burung
tersebut mempunyai nilai tersendiri. Pada saat itu kita mulai membeda-bedakan,
mengklasifikasikan, mana yang lebih bagus dan lebih bernilai. Harganya bisa mencapai
puluhan juta rupiah. Namun Tuhan Yesus menegaskan bahwa manusia lebih bernilai dari
pada segala macam burung tersebut.

Harus diakui bahwa ajaran ini tidak mudah untuk dilaksanakan, karena yang dapat dilihat dan
dirasakan adalah yang kasat mata, yang duniawi. Yang tidak kelihatan lebih sering
dikesampingkan atau malahan dianggap itu urusan nanti saja. Jangan-jangan kita menjadi
pengecut, mengakui secara batin dan hal tersebut kita tutupi dengan yang lahiriah. Kita
pasang topeng di wajah kita agar tidak kelihatan yang sebenarnya. Memang diperlukan
Dar/memahami Matius 81
82

permenungan batin yang dapat menjelaskan apa itu suka cita sejati, apa itu bahagia yang sejati
lahir batin. Dan saat yang cocok untuk permenungan ya di malam hari yang terasa sunyi dan
sepi.

Tidak ada seorangpun yang dapat membinasakan jiwa, kecuali Allah Bapa sendiri.
Membinasakan jiwa dalam arti bukan menikmati kehidupan kekal di surga, namun merasakan
neraka abadi.

Orang Jawa menyebut bahwa kehidupan itu sebagai orang yang sedang “mampir ngombe”
mampir untuk minum sesaat. Jiwa yang diselimuti daging ini hanya hidup di dunia untuk
sesaat, walau berpulh-puluh tahun hitungannya. Setelah hidup di dunia, akan datang saatnya
kematian badan dan jiwa meninggalkan raga. Kehidupan atau kematian jiwa ini sudah tidak
ada batas waktunya, kekal abadi. Jiwa yang hidup berarti bersatu dengan Allah Bapa di
surga, sedangkan jiwa yang mati akan mengalami kertak gigi tanpa berkesudahan. Jiwa yang
hidup inilah yang didambakan Tuhan kepada semua manusia. Kalau bisa, semua jiwa manusia
menjadi penghuni Kerajaan Sorga. Kehidupan lain yang tidak ada seorangpun yang masih
hidup ini mengetahuinya.

10:32 Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan
Bapa-Ku yang di sorga. 10:33 Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga
akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga."
Kita ditantang untuk memilih, mengakui atau menyangkal keallahan Tuhan Yesus. Semuanya
terserah kepada kita, dengan segala konsekuensinya di dunia maupun di akhirat nanti.
Mengakui Tuhan Yesus di depan manusia berarti menuntut kita untuk hidup dan bertingkah
laku sesuai dengan ajaran-Nya. Mempraktekkan dan mengamalkan ajaran-Nya, melalui
perbuatan nyata di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dilihat dan dirasakan orang lain.
Biarlah semua orang tahu bahwa kita memang pengikut Yesus Kristus, yang berani tegak
melakukan perbuatan nyata sesuai ajaran-Nya. Berani hidup suci dan konsekuen.

Mengakui Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat dan tuhan tidak harus pamer dengan atribut
macam-macam. Bukan penonjolan diri yang tidak berisi kehendak-Nya, namun malahan lebih
langsung dengan perbuatan nyata seperti yang dilakukan Tuhan Yesus sendiri. Jika kita
mengakui Dia, maka kita diminta untuk bisa menjadi garam maupun terang di sekitar kita,
sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Menjadi garam dan terang berarti melebur ke
dalam kehidupan bermasyarakat, menjadi bagian yang tak terpisahkan.

Dalam kehidupan sehari-hari, apalagi di perantauan, kita sering merasa kecil, marasa
minoritas yang kemudian terus menutup diri. Tetangga hanya tahu bahwa kita orang Kristen
yang tuhannya mati disalib. Kemudian kita dianggap kelompok eksklusif yang tidak bisa
membaur dengan kelompok lainnya. Ada ungkapan tak kenal maka tak sayang, sehingga
mereka tidak tahu persis siapakah kita, pokoknya orang kristen.

Repotnya lagi apabila kita ketempatan untuk berkumpul bersama, dan kita lupa berada
dimana serta bagaimana keadaan sekitar kita. Seringkali kita lupa dan kita anggap seperti di
kampung sendiri yang mayoritas ataupun seimbang, dengan adat kebiasaan yang berbeda.
Bersyukurlah kalau para tetangga merasa tidak terganggu dan terusik serta bisa memahami.

Rasanya Tuhan Yesus tidak mengharapkan janji atau ucapan dari mulut kita, melainkan
perbuatan nyata yang dilandasi belas kasihan yang tidak membedakan. Hal ini sering
mengingatkan kepada penulis sewaktu menonton acara pelantikan para pejabat. Dilihat
banyak orang, mereka bersumpah atau berjanji untuk berbuat dan melakukan yang baik-baik,
menolak yang tidak baik. Hal ini hampir sama pada waktu Misa Paskah, kita juga
Dar/memahami Matius 82
83

mengucapkan kepercayaan kita kepada Allah dan berjanji menolak setan. Jangan-
jangan ................ janji tinggal janji, perbuatan lama jalan terus. Tidak mau bangkit dan
berubah menuju lebih baik. Inti pengakuan dosa kelihatannya hanya satu, yaitu berani bangkit
dan berubah dari perbuatan lama untuk menuju kepada perbuatan baru yang lebih baik dan
benar.
Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk lebih berani mengakui, bahwa Engkau sungguh Allah dan
sungguh manusia, yang menebus dosa kami semua jika kami mau dan berani berubah.

Yesus membawa pemisahan - bagaimana


mengikut Yesus
10:34 "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku
datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. 10:35 Sebab Aku datang untuk
memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu
mertuanya, 10:36 dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.
Harus kita akui bahwa memang Tuhan Yesus membawa "perselisihan". Perselisihan faham
antara pengikut Kristus dan pengikut anti Kristus ataupun pengikut kelompok lain.
Perselisihan faham dapat menimbulkan perasaan benci, iri dengki bahkan sampai antipati,
kalau perlu malah sampai mati. Hidup di dunia yang beraneka ragam ini, mestinya harus kita
sadari bahwa berbeda itu sah-sah saja. Masih banyak jalan lain menuju ke Roma. Hal ini
menjadi bagian hak setiap manusia untuk hidup sesuai keyakinannya. Tidak ada dalam kamus
untuk memaksakan kehendak dengan segala macam iming-iming. Allah saja memberikan
kebebasan kepada manusia untuk berbuat apa saja dengan segala konsekuensinya, mengapa
kita ingin memaksakan kehendak?

Dalam kehidupan keluarga, dimana anak-anak sudah semakin besar dan bisa berkehendak
sendiri, kadang muncul perbedaan. Berbeda pendapat sudah barang tentu hal yang lumrah dan
wajar-wajar saja. Setiap generasi pasti akan membawa “budaya” yang berbeda, karena proses
perubahan akan terus mengalir tanpa henti. Namun berbeda pendirian, prinsip sampai berbeda
kepercayaan, jika tidak diterima dengan bijaksana, pasti bisa terjadi perang tanding dalam
keluarga.

Memang betul juga, dipercaya atau disegani orang lain belum tentu berlaku di dalam rumah
sendiri. Paling tidak seisi rumah pernah tahu perjalanan hidupnya, dan biasanya yang paling
diingat adalah kekurangannya. Rasanya jarang kita memaklumi bahwa seseorang bisa
mengalami perubahan dalam hidupnya. Mestinya kita melihat seseorang adalah saat ini,
bukan masa lalunya yang sudah lewat. Yang muncul di benak kita, biasanya kekagetan atau
tidak menduga bahwa seseorang dapat berubah. Entah berubah menjadi baik atau berubah
menjadi tidak baik. Kita hanya bisa melihat da memperhatikan, tidak bisa langsung menilai
karena tidak tahu persis bagaimana latar belakang perjalanan hidupnya. Karena sesuatu hal
yang begitu hebat, orang yang kita kenal sebelumnya begitu jahat bisa berubah menjadi
begitu alim. Atau bisa juga malah kebalikannya, yang sebelumnya begitu halus, baik budi dan
penurut, tiba-tiba berubah begitu ganas dan menakutkan.

10:37 Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan
barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-
Ku. 10:38 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.
Biarpun sudah tertulis di dalam Sepuluh Perintah Allah untuk mengasihi Tuhan lebih dari
segala sesuatu, hal ini diulangi lagi oleh Tuhan Yesus. Mengasihi Tuhan haruslah menjadi
yang nomor satu, dibandingkan dengan mengasihi anak atau orang tua. Kelihatannya mudah
namun juga amat sulit karena kedekatan kedagingan yang tumbuh sejak lahir. Tuhan sering
kali dirasakan hanya sebagai Roh yang tidak kelihatan, yang dapat dikesampingkan untuk
Dar/memahami Matius 83
84

sementara waktu. Orang tua atau anak-anak selalu kelihatan dan bisa diraba-rasakan. Dan kita
menjadi bingung bagaimana cara mengasihi Allah yang tidak kelihatan? Apakah setiap aku
mengasihi seseorang harus aku anggap sedang atau sebagai mengasihi Allah? Bagaimana
praktek sehari-hari menomor satukan Allah?

Kelihatannya kita diajar untuk dapat dan berani melepas kelekatan darah daging apabila
memang itu perlu dilakukan. Kita ditantang dengan sungguh-sungguh untuk memilih antara
Allah atau saudara sedarah-daging. Jika di dalam keluarga kita ada yang melakukan perbuatan
yang tidak sesuai dengan ajaran-Nya, kita harus berani menegur, berani mengatakan tidak
bersetuju. Dalam hal kebenaran, kita harus berani berlawanan dengan orang tua kita atau
anak-anak kita. Bukan karena kita mengasihi mereka, terus kita mengalah dan dikalahkan
oleh ketidak-benaran. Kita diajar untuk berani melepaskan diri dari ketergantungan dalam
keluarga yang tidak mendorong pertumbuhan rohani yang lebih baik. Berani menuju
kebebasan atau kemerdekaan bersikap, apabila itu memang baik dan benar adanya. Allah
adalah sumber kebaikan dan kebenaran dan kita hanya bisa menyerap begitu sedikit yang
hampir tidak berarti.

Mengikut Tuhan Yesus tanpa mau berusaha memikul salibnya sendiri, dianggap tidak layak
juga. Salib disini yang dapat penulis pahami adalah segala konsekuensi yang kita tanggung di
dalam kehidupan sehari-hari, sebagai pengikut Tuhan Yesus. Makna salib secara pribadi bisa
begitu luas, sesuai dengan pengalaman hidup kita masing-masing. Yang penulis pahami, salib
adalah konsekuensi hidup karena mengasihi Tuhan Yesus dan mengasihi sesama. Perasaan
senang dan susah, untung dan malang, kebahagiaan dan kesengsaraan harus atau mau tidak
mau menjadi bagian di dalam hidup kita. Yang harus kita terima dan kita jalani, yang
memang harus terjadi terjadilah tanpa mengeluh, apalagi mencari kambing hitam.

Secara nalar, salib bisa berdiri dimulai dengan tonggak yang berdiri, baru dipasang tonggak
yang mendatar. Mengasihi Tuhan hanya dapat diimplementasikan melalui mengasihi sesama.
Bagaimana mungkin bisa mengasihi Allah tanpa mengasihi orang lain, apabila kita hidup di
tengah masyarakat? Mungkin hal tersebut hanya berlaku bagi para pertapa yang menyendiri
dan tidak bergaul dengan manusia. Seluruh hidupnya diserahkan hanya kepada Allah. Yang
doa-doanya pasti berisi permohonan damai dan kasih Allah menyelimuti dunia ini.

Mengasihi sesama sendiri lebih mudah diucapkan atau dikotbahkan. Praktek mengasihi dalam
kehidupan sehari-hari, pasti banyak jatuh bangunnya. Disinilah salib yang harus dipikul
kemana-mana. Salib tersebut tidak kita letakkan untuk istirahat atau malahan kita lempar
jauh-jauh. Itulah konsekuensi hidup mengikut Tuhan Yesus. Salib tersebut sudah menjadi
bagian dalam hidup kita, yang kita bawa sampai jatuh dan bangun, jatuh dan bangun lagi di
belakang Tuhan Yesus. Salib tersebut terus kita pikul sampai puncak bukit, sampai kita
dipanggil oleh-Nya.

Memikul salib namun tidak mengikuti-Nya, jangan-jangan akan tersesat. Kita tidak tahu
persis jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan akhir. Kita belum pernah kesana.
Hanya Tuhan Yesus yang tahu dan hafal jalan yang harus dilalui, karena Dia memang berasal
dari sana. Dari kacamata dunia, jalan tersebut dianggap begitu sempit, sepertinya tidak
menjanjikan apa-apa.

10:39 Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa


kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Hal ini dapat kita bayangkan secara ekstrim; bagaimana sikap kita apabila kita menghadapi
suatu situasi yang membahayakan keselamatan hidup kita karena iman kepercayaan.
Konsekuensi hidup mati untuk mengakui atau menyangkal Yesus sebagai Tuhan kita. Sering
Dar/memahami Matius 84
85

kali demi iming-iming jabatan yang tinggi atau kemewahan, kita ditantang untuk menyangkal
Tuhan Yesus. Pilihan diserahkan kepada kita, termasuk segala konsekuensinya. Tuhan Yesus
menegaskan, siapa yang berani kehilangan nyawa demi Dia, akan memperolehnya. Iming-
iming hidup kekal di rurga.

Pertanyaan untuk direnungkan, apa yang akan kita lakukan apabila melihat orang lain sedang
menghadapi maut? Misalkan musibah hanyut di sungai atau di laut, diserang binatang buas,
atau mengalami kecelakaan di jalan. Siapkah kita menolong, atau hanya cukup berteriak
minta tolong orang lain lagi. Kita masih bisa berkata bahwa kita memang tidak dapat
berenang atau kita memang takut dengan binatang buas. Terserah menurut kita.

Pengalaman Maria Simma yang mendapat karunia dapat berkomunikasi dengan yang sudah
meninggal, diminta untuk mendoakan seorang anak dewasa. Anak tersebut kehidupannya
tidak baik seperti preman, namun sewaktu pulang kampung, secara sukarela ia membantu
turun tangan dalam bencana banjir dan tanah longsor. Sialnya, atau malahan untungnya, ia
malah ikut meninggal terbawa tanah longsor. Dalam pandangan ibu Maria Simma, anak
tersebut mendapat kasih karunia Tuhan masuk ke dalam surga. Aneh bukan?

10:40 Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia
menyambut Dia yang mengutus Aku. 10:41 Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia
akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia
akan menerima upah orang benar. 10:42 Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun
kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia
tidak akan kehilangan upahnya dari padanya."
Yang dapat penulis pahami adalah, berbahagialah mereka yang mau menyambut dan
menerima murid Tuhan Yesus, biarpun mereka bukan atau belum menjadi murid-Nya melalui
baptisan. Tinggal memilih upah dari Bapa, upah nabi, upah orang benar atau upah belas
kasihan Tuhan. Berkat Tuhan selalu ditawarkan kepada siapapun juga, sesuai dengan amal
perbuatannya. Mungkin menyambut disini yang perlu mendapat perhatian khusus.
Menyambut dengan penuh rasa persaudaraan, perasaan tulus ikhlas, tanpa rasa curiga.
Ibaratnya seteguk air bening saja sudah dapat memberikan kelegaan dan sukacita yang tidak
terlukiskan. Dan Tuhan selalu mengerti akan perbuatan baik seseorang, siapapun mereka dan
akan dibalas dengan upah.

Penulis tidak tahu apa yang dimaksud dengan upah nabi, upah orang benar. Mungkin kita
tidak usah repot dengan upah jenis apa, yang penting siapkah kita berubah menjadi orang
yang penuh dengan belas kasihan kepada siapapun yang membutuhkan, tanpa persyaratan
tertentu. Berbelas kasihan yang tanpa pamrih dan tanpa syarat apapun. Berbelas kasih yang
sejati tidak pernah memakai embel-embel, persyaratan atau apapun. Keikhlasan atau
ketulusan yang murni dan tidak mengharapkan sesuatu sebagai timbal balik.

Wejangan Sang Guru di bab sepuluh ini kelihatannya perlu mendapat perhatian lebih apabila
kita sudah siap terjun menjadi utusan-Nya. Cerdik, tulus dan waspada, pasrah dan melepaskan
diri dari kekawatiran tentang apapun sehingga selalu penuh sukacita. Melepaskan diri dari iri
dengki dan dendam, percaya bahwa Allah yang akan berkarya penuh mujizat. Siap dan berani
teraniaya dalam bentuk apapun demi kebenaran. Kita diajar untuk berani sabar dan pasrah
kepada Tuhan dalam menghadapi gelombang kehidupan. Tuhan Yesus memanggul salib dan
berjalan ke atas bukit, maka kitapun harus memanggul salib kita masing-masing dan
mengikuti jalan-Nya.

Dalam pemahaman penulis, sepertinya untuk pertama kali kita diminta untuk memelihara,
mengingatkan, menguatkan umat yang dalam satu gereja lebih dahulu. Bagaimana caranya

Dar/memahami Matius 85
86

agar ikan dalam satu kolam tidak loncat dan lepas kemudian hilang, mati atau diambil orang
yang menemukan.

Bab 11. Yohanes Pembaptis, Kecaman dan ajakan Juru Selamat

Yesus dan Yohanes Pembaptis


11:1. Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari sana untuk
mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka. 11:2 Di dalam penjara Yohanes
mendengar tentang pekerjaan Kristus, 11:3 lalu menyuruh murid-muridnya bertanya kepada-Nya:
"Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?" 11:4 Yesus menjawab
mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: 11:5
orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar,
orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. 11:6 Dan berbahagialah
orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku."
Seorang nabi besar seperti Yohanes Pembaptis saja masih merasa ragu akan Tuhan Yesus,
apalagi orang-orang seperti kita pada waktu itu. Ia masih meminta kepastian tentang Sang
Mesias. Dan jawaban Tuhan Yesus juga begitu sederhana tanpa banyak promosi. Dengarlah
dan lihatlah apa yang sudah terjadi. Kita diminta untuk percaya dan bersaksi akan berita
kabar suka cita tersebut. Sejarah dalam Alkitab pada waktu itu, belum pernah ada orang yang
kuasanya seperti Tuhan Yesus. Kabar seperti itu sudah cukup bagi Yohanes untuk percaya
dari kebimbangannya.

Percaya adalah buah-buah dari mendengar dan melihat. Mendengar saja belum tentu benar
akan cerita apa yang kita dengar. Cerita sering kali sudah dibumbui, ditambah dan dikurangi
sesuai selera yang membuat cerita. Dengan melihat sendiri kita menjadi lebih yakin dengan
apa yang kita lihat.
Pengalaman mendengar dan melihat menumbuhkan rasa percaya. Percaya sendiri kadang-
kadang masih berpikir dengan nalar, apakah yang dilihat tersebut benar atau ada suatu
rekayasa. Jika rasa percaya itu diyakini dengan sungguh-sungguh, biasanya terus ada rasa
ingin tahu lebih mendalam. Rasa ingin tahu yang mendalam ini boleh dikatakan ingin
mempelajari. Kalau kita berani jujur dengan diri sendiri, kepercayaan kita kepada Tuhan
Yesus pasti berasal dari mendengar. Mendengar dari orang tua, mendengar dari orang lain
atau mendengar dari tulisan alias membaca. Kita percaya ujug-ujug tanpa pernah mendengar
sebelumnya, kelihatannya hanya suatu karunia dari Tuhan belaka.

Jika kita ditanya apakah pernah “melihat” Tuhan Yesus, pasti jawabnya belum. Pembaca
akan ngomongin penulis pembohong, jika penulis mengatakan bahwa sudah pernah melihat
Tuhan Yesus. Tetapi mungkin kita masih bisa memberikan jawaban bahwa wajah Tuhan
Yesus bisa kita lihat di wajah orang-orang lain, khususnya yang menderita dan teraniaya. Itu
mungkin baru dimaklumi dan dimengerti.

Namun jika ditanya mengenai “pengalaman disentuh” Tuhan Yesus, mungkin jawabnya bisa
ya bisa tidak. Bagi penulis, disentuh Tuhan adalah pengalaman yang hanya bisa dilihat dan
dirasakan dengan mata hati. Jelas penglihatan mata hati sangat sukar untuk dibuktikan karena
merupakan pengalaman pribadi atau pengalaman kelompok secara rohani. Mungkin itulah
misteri karya Tuhan yang sulit untuk dijabarkan, namun penulis merasakan dan meyakini
sentuhan Tuhan tersebut. Dari apapun yang kita lihat di sekitar kita, maupun yang masuk ke
dalam diri. Seperti bisikan di hati dan jiwa yang terdalam, yang menggerakkan untuk berbuat
sesuatu. Namun sering akal budi atau pikiran ini malah yang menghambat dengan berbagai
alasan nalar.
Diberkatilah kita yang tidak kecewa dan tidak menolak Tuhan Yesus, setelah mendengar dari
orang lain.
Dar/memahami Matius 86
87

11:7. Setelah murid-murid Yohanes pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang
Yohanes: "Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin
kian ke mari? 11:8 Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang
yang berpakaian halus itu tempatnya di istana raja. 11:9 Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat
nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi. 11:10 Karena tentang dia
ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan
jalan-Mu di hadapan-Mu. 11:11 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang
dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil
seorang yang lebih besar dari pada Yohanes
Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan
Sorga lebih besar dari padanya.
Yohanes Pembaptis dikatakan oleh Tuhan Yesus
sebagai orang besar, lebih besar dari semua orang.
Seorang nabi besar. Kita semua mungkin sudah
tahu bagaimana kelahiran Yohanes Pembaptis itu
sendiri adalah suatu mujizat. Lahir dari seorang perempuan tua yang sudah menopause.
Bagaimana Roh Kudus berkarya dalam rahim Elisabeth sewaktu Bunda Maria
mengunjunginya. Namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya.
Apakah karena Yohanes yang begitu besar masih mempunyai perasaan ragu akan Sang
Mesias? Terus terang perkataan Tuhan Yesus tersebut membingungkan penulis. Ataukah
Tuhan Yesus mengungkapkan bahwa orang-orang yang sudah berada di dalam kerajaan
Sorga, yang berarti orang kudus, sekecil apapun, tetap lebih besar dari orang yang masih
hidup di dunia ini? Kehidupan di dunia masih dapat mengganggu perjalanan orang-orang
lurus, orang bijaksana untuk tersandung.

Banyak orang yang mendapat berkat dari Tuhan namun akhirnya berbalik arah demi
kepentingan sendiri di dunia. Kita pernah mendengar tentang cerita Yudas Iskariot yang
dipanggil dan terpilih menjadi salah satu rasul. Yang terpilihpun nyatanya masih bisa
berkhianat, walaupun hal tersebut memang perlu untuk penggenapan. Kasihan Yudas Iskariot
yang selalu menjadi olokan sampai sekarang ini karena pernah menjual Yesus. Namun kita
juga mungkin pernah mendengar pengalaman Saulus sehingga menjadi Paulus yang begitu
hebat. Secara gurauan sering kali kita ditanya untuk menilai, mana yang lebih baik setelah
sampai akhir hidupnya; seorang pastur bekas preman atau preman bekas pastur.
Memang karya Allah begitu misteri bagi semua orang. Allah memberi kebebasan kepada
manusia untuk menentukan nasibnya sendiri. Tetapi dalam keadaan tertentu, sepertinya Allah
memilih seseorang atau kelompok menjadi utusan-Nya secara mengherankan. Tetapi penulis
merasa yakin bahwa sesungguhnya Tuhan menghendaki semua manusia masuk ke dalam
kerajaan surga, saking maha kasihnya Tuhan. Hampir sama halnya kita-kita ini yang
menginginkan anak-anak kita menjadi begini dan begitu, karena kita menginginkan
kebahagiaan bagi anak-anak kita. Umumnya kebahagiaan yang berhubungan dengan materi
kecukupan, walaupun juga mengharapkan harus melalui karya kebaikan dan kebenaran.

11:12 Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang
yang menyerongnya mencoba menguasainya. 11:13 Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat
hingga tampilnya Yohanes 11:14 dan--jika kamu mau menerimanya--ialah Elia yang akan datang
itu. 11:15 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!
Dalam kemapanan, biasanya kita tidak siap menghadapi perubahan yang akan mengalir,
menggelinding terus tanpa henti. Seringkali kemapanan tersebut dikaitkan dengan kekayaan,
kepandaian, jabatan, pengakuan dan berhubungan dengan kenikmatan duniawi. Bagaimana
mempertahankan kemapanan tersebut? Dengan kelebihannya, yang bersangkutan memberikan
suatu gagasan, ide, pendapat atau apapun namanya dan dapat memberikan suatu argumentasi
yang meyakinkan. Secara pelan, segala macam argumentasi tersebut sebenarnya untuk

Dar/memahami Matius 87
88

menyelubungi kemapanan yang sudah dibentuk. Secara lambat namun pasti maka akan
terjadilah penyerongan atau pelintiran yang kelihatannya tidak menyalahi hukum.

Harus kita sadari, bahwa ayat-ayat suci dalam kehidupan sehari-hari seharusnya dimanfaatkan
untuk kebaikan dan kebenaran. Namun juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan lain yang
sifatnya lebih jasmani atau duniawi. Harus kita sadari bahwa jika berbicara dengan ayat-ayat
Kitab Suci, dalam benak kita sepertinya sudah terisi hal-hal yang tak terbantahkan. Ini kata
Kitab Suci lho! Namun sering kali kita merasa ada sesuatu yang mengganjal, tidak sesuai
dengan yang kita rasakan. Kita dibuat bingung, dimana ya yang tidak pas, kurang sreg. Secara
bodoh mungkin kita hanya setengah bertanya :”Semuanya kelihatan baik dan benar, namun
koq begini jadinya, ya?”

Penulis pernah bertemu dengan seorang bapak beragama katolik yang isterinya lebih dari satu.
Argumentasi yang diberikan adalah contoh orang-orang pilihan dalam Perjanjian Lama.
Dalam Kitab Suci tidak tertulis bahwa tidak boleh mempunyai isteri lebih dari satu. Yang
tertulis hanya masalah hukum perceraian. Penulis tidak terus mendesak bertanya, apakah
isteri selanjutnya juga dinikahi secara katolik.

Tuhan Yesus menegaskan kepada orang banyak bahwa Yohanes Pembaptis adalah Elia.
Taurat menubuatkan bahwa Elia akan datang lebih dahulu sebelum kedatangan Tuhan Yesus
(Maleakhi 4:5). Apakah ini suatu reinkarnasi Elia kepada Yohanes atau suatu misteri secara
rohani? Ataukah kata Elia mempunyai arti secara khusus?

Kelihatannya zaman pada waktu itu betul-betul berada pada zaman kegelapan. Kalau perlu
kebenaran Taurat dan nubuatnya direkayasa sedemikian rupa, sehingga semua orang dibuat
menjadi bimbang dan ragu. Jika kita bertelinga, diharapkan kita mau mendengarkan kabar
tersebut, merenungkannya dengan jernih.

Menurut pemahaman penulis, Yohanes Pembaptis dalam kehidupannya sehari-hari hampir


sama dengan kehidupan Elia. Pakaian bulu onta, hidup di padang gurun, ajakan bertobat dan
yang lainnya. Dari kemiripan kehidupan inilah maka disebutkan bahwa Yohanes Pembaptis
adalah Elia yang akan datang. Nabi Elia adalah seorang nabi terpilih, yang berpuasa dan tidak
tidur selama empatpuluh hari. Seorang nabi yang bisa terbang dan diangkat ke surga dengan
raganya (1 Raja-raja 18-19).

Dalam suatu pidato atau kotbah, kita sering mendengar kata-kata seperti “Semoga yang akan
datang muncul Theresa-Theresa baru yang peduli akan kemanusiaan.”

11:16. Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang
duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: 11:17 Kami meniup seruling bagimu, tetapi
kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.
Pasar adalah tempat berkumpulnya orang-orang untuk bertransaksi, yang sibuk dengan urusan
jual beli. Setiap orang boleh dikatakan sibuk dengan urusannya masing-masing, dan tidak
peduli dengan orang lain. Dalam proses tawar menawar, setiap orang mencoba mencari
keuntungannya sendiri-sendiri. Penjual mencoba mencari untung yang besar, harga dinaikkan
dan pembeli mencoba mencari untung dengan harga yang murah. Dalam pikirannya tidak ada
yang mau merugi, saling tawar menawar.

Perumpamaan ini agak susah untuk dipahami, angkatan pada waktu itu diumpamakan anak-
anak di pasar. Ada beberapa kelompok anak-anak yang terpisah dan sibuk masing-masing.
Mereka sepertinya malahan tidak sedang berjual beli, namun main dan duduk-duduk di pasar.
Pemahaman pertama, Yohanes digambarkan sebagai orang yang sedang membunyikan alat
Dar/memahami Matius 88
89

musik untuk menarik perhatian, namun semua orang acuh tak acuh kepadanya.
Penampilannya dianggap tidak populer untuk masa itu. Jangan-jangan zaman sekarangpun
juga sama. “Ach, ….. dia tidak seperti apa yang aku mau.” Semua orang sudah masuk ke
dalam jerat duniawi dengan segala daya tariknya. Pada saat itu mereka sedang tidak tertarik
berbicara yang rohani. Digambarkan dengan model permainan atau pertunjukan yang dapat
melibatkan penonton. Orang bisa menari dengan bebas kalau dia merasa merdeka dan bisa
bersukacita, bisa menikmati alunan musik tersebut. Dari dalam dirinya ada dorongan untuk
menari. Orang bisa menangis, berkabung kalau dia merasakan penyesalan, pertobatan
mendalam atau sesuatu yang membuat bersedih. Dan alunan musik tersebut bisa menggugah,
mengingatkan sesuatu yang perlu disesali atau disedihan. Kenyataannya mereka tidak peduli
karena sibuk sendiri dengan kebutuhannya yang lebih menarik.

Pemahaman kedua adalah kita-kita ini sebenarnya ingin menarik perhatian orang lain. Kita
merasa memiliki sesuatu kelebihan yang perlu didengar dan diketahui orang lain. Apakah
kelebihan itu yang menggembirakan ataupun yang menyedihkan, yang penting orang lain mau
mendengarkan. Nyatanya semua orang acuh tak acuh, cuek. Mengapa? Karena orang lain juga
merasa mempunyai kelebihan yang juga ingin didengarkan lebih dahulu. Semuanya sibuk
dengan egonya masing-masing, semuanya ingin yang ter ... . Semuanya ingin menjadi pusat
perhatian dengan berbagai macam alasan.

Mungkin perumpamaan tersebut lebih ditujukan kepada kelompok yang pro dengan orang-
orang Farisi dan Ahli Taurat. Mereka tidak peduli akan seruan Yohanes Pembaptis yang
mengajak untuk bertobat dan dibaptis. Mereka merasa lebih segalanya dibanding Yohanes
Pembaptis. Mengikut Yohanes Pembaptis berarti mengakui dia sebagai nabi, dan secara tidak
langsung mengakui bahwa mereka juga orang berdosa. Dimana harga diri ini akan diletakkan
yang selama ini sudah dibungkus dengan tembok lingkaran aman dan mapan. Masak kalah
dengan seorang gelandangan yang hidupnya tidak karuan.

Di Televisi mungkin kita sering melihat obrolan para pakar yang ahli segala macam, saling
berdiskusi, saling berdebat. Sepertinya semuanya benar dan kita yang bodoh ini hanya bisa
tersenyum dan manggut-manggut. Selanjutnya, apa yang dihasilkan dari bincang-bincang
tersebut? Namun kenyataannya negeri ini masih terseok-seok dan tertatih-tatih seperti orang
tua sakit-sakitan nggak sembuh-sembuh. Ataukah kita masih berpegang kepada ungkapan
“alon-alon waton kelakon = biar lambat asal selamat?”

11:18 Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan
setan. 11:19 Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata:
Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi
hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya."
Penampilan Yohanes maupun Tuhan Yesus dianggap tidak mengikuti arus zaman. Apalagi
ajakannya tidak populer untuk saat itu. Semua orang mencari-cari alasan yang negatif, hanya
karena berbeda pendapat atau tidak mau mengikuti ajarannya. Dan zaman sekarangpun
hampir sama saja, kalau kita berani tampil apa adanya, maka akan dikatakan kuno, aneh.
Umumnya orang malah akan hilang kepercayaan dirinya jika tampil apa adanya. Jangan-
jangan keluarga atau pasangan kita yang malahan tidak suka melihat penampilan kita yang
begitu sederhana.

Dalam kehidupan sehari-hari, kitapun sering melakukan hal tersebut. Dalam hati kecil kita
sering mengakui kebenaran perkataan atau perbuatan orang yang bukan kelompok kita atau
malahan kita anggap lebih rendah dari kita. Namun untuk gengsi dan menjaga martabat kita,
mulut kita tidak mau mengakui hal tersebut dengan berbagai macam alasan.

Dar/memahami Matius 89
90

Kita sering membuat “kasta” dalam kehidupan masyarakat kita. Kasta ini kita anggap bukan
level kita dan kasta itu bukan sekelas kita. Rasanya berat sekali untuk berubah dari
“kemapanan” yang kita nikmati selama ini. Untuk bertahan dalam kemapanan tersebut, mau
tidak mau kita harus menyiapkan benteng pertahanan dan jurus-jurus alasan yang menguatkan
tindakan kita. Jika perlu pihak yang bukan sehaluan dengan kita, direkayasa agar menjadi
pihak yang “salah” dan menjadi kambing hitam. Sering muncul pertanyaan, apakah keluar
dari lingkaran aman yang selama ini sudah mapan, akan menjamin perubahan yang lebih
baik? Jangan-jangan ....., muncullah kekawatiran dan keraguan.

Zaman sekarang ini apabila memasuki musim pemilihan penguasa, umumnya berpromosi diri
atau kampanye yang indah-indah membuai. Masyarakat mau tidak mau akan terpecah dalam
kelompok-kelompok atau pendukung atau partai. Sering kali kita lupa akan tujuan dari
pemilihan itu sendiri, mencari pemimpin yang dapat membawa seluruh masyarakat yang
heterogin ini menuju adil makmur aman damai sejahtera. Namun begitu selesai pemilihan,
mengapa selalu terjadi ketidak puasan? Jika perlu pemilihan diulang kembali, yang buntutnya
biaya besar yang akan terbuang-buang. Jika sudah diakui siapa yang menang, dalam
perjalanannya selalu dicari-cari kelemahannya oleh yang kalah. Mengapa yang menang dan
kalah tidak bekerja sama, mendorong dan mendukung kepada tujuan utama di atas?

Hikmat Tuhan biasanya dapat mengganggu hati kecil kita, sewaktu kita sedang menyendiri
dan merenungkan perbuatan kita itu. “Rasanya, betul juga kata orang itu. Tapi ..... biarin
saja lah. Kalau dibiarin dan diiyakan, nanti mereka bikin susah kelompok kita saja.” Kita
tidak siap legowo walaupun sentuhan Tuhan mengingatkan kita. Padahal kita diajar untuk
tidak cepat menilai seseorang karena penampilannya. Apa yang kita lihat sesaat tidak selalu
sama atau benar dengan apa yang kita perkirakan.

Ada seorang imam muda dan gagah menerima tamu perempuan di kamar tamu, kemudian
pintu ditutup. Setelah beberapa saat perempuan tersebut keluar dan diantar sang imam sampai
pintu. Beberapa hari kemudian tamu tersebut datang kembali dan diterima sang imam seperti
biasanya. Jika kita berpikir negatif, maka imam tersebut sedang berpacaran dengan si
perempuan. Tetapi jika berpikir positif, pasti perempuan tersebut sedang konsultasi rohani
atau sejenisnya. Mengapa kita usil membicarakan orang lain? Selama belum tahu, biarlah kita
tidak berprasangka, nanti kita lihat buah-buah yang dihasilkan. Coba kita bayangkan bahwa
kedua prasangka tersebut ternyata keliru sama sekali. Perempuan tersebut dari biro perjalanan
ziarah yang membutuhkan pastor pembimbing rohani, untuk mendampingi para peziarah.
Pasti banyak hal yang mereka bicarakan dan yang harus disiapkan, tidak cukup ketemu sekali
dua kali.

Yesus mengecam beberapa kota


11:20 Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak
melakukan mujizat-mujizat-Nya: 11:21 "Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida!
Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu,
sudah lama mereka bertobat dan berkabung. 11:22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari
penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. 11:23 Dan
engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan
diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah
terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. 11:24 Tetapi Aku
berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada
tanggunganmu."
Kelihatannya Tuhan Yesus sangat kecewa dengan kelakuan orang-orang Khorazim dan
Betsaida serta Kapernaum yang tidak berubah, walaupun telah banyak mujizat yang Dia
lakukan di sana. Nubuat Tuhan Yesus pada hari penghakiman untuk kota-kota tersebut begitu
keras dibandingkan dengan kota Tirus dan Sidon yang dikutuk para nabi serta kota Sodom
Dar/memahami Matius 90
91

yang mengalami kehancuran total. Apakah begitu bebalnya mereka, sehingga tidak menyadari
akan kuasa mukjizat Tuhan Yesus yang begitu hebat? Ataukah sebenarnya kitapun juga sama
bebalnya, karena sangat sulit berubah dari kedagingan kita. Kedagingan yang menggiurkan
dan roh yang menyengsarakan.

Sering kali kita mengikuti acara retreat atau rekoleksi hidup baru dalam roh atau sejenisnya.
Kita mendengarkan para pastor atau pendeta memberi siraman rohani dan kita mengangguk-
angguk. Pada waktu itu sepertinya semua peserta begitu antusias, serius, dan ingin berubah
menjadi lebih religius. Beberapa saat sepertinya kita berubah menjadi lebih baik. Namun lama
kelamaan hal tersebut meluntur, menguap dan kita kembali kepada kehidupan yang lama.
Kristal tersebut secara lambat mencair bahkan menguap diterpa segala sesuatu di sekitar kita.
Mungkin orang lain yang mengenal kita, tidak melihat perubahan apapun di dalam kehidupan
kita sehari-hari.

Kelihatannya setiap keluarga harus selalu melakukan retreat setiap hari. Bagaikan tanaman
yang harus selalu disirami, sering diberi pupuk pada saatnya, sekali waktu dibersihkan dari
segala hama yang menempel, sehingga dapat menjadi pohon yang subur. Pada waktunya akan
berbunga dan menghasilkan buah. Disinipun masih harus dirawat agar bunga tidak rontok dan
buah tidak jatuh sebelum waktunya. Kita masih bisa menggerutu sewaktu mempunyai pohon
yang subur namun buahnya tidak pernah jadi karena selalu rontok.

Mungkin secara nyata kita harus berani bangkit melaksanakan pesan Bunda Maria di
Medjugorje, yang memberikan lima senjata keselamatan. Berdoa dan membaca Kitab Suci
setiap hari bersama keluarga, bertobat, berpuasa dan mengikuti perjamuan kudus Ekaristi
serta menerima Tubuh Kristus.

Ajakan Juru Selamat


11:25. Pada waktu itu berkatalah Yesus: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi,
karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau
nyatakan kepada orang kecil. 11:26 Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.
Tuhan Yesus melakukan doa singkat, yang sangat berpihak kepada orang-orang kecil dan
sederhana. Memang biasanya orang-orang kecil dan orang-orang miskin menjadi kaum
tertindas oleh orang bijak dan orang pandai. Jadi kitapun diajar untuk selalu berpihak kepada
kaum jelata yang tertindas akibat keserakahan segolongan orang. Mungkin ajaran Jawa ini ada
betulnya :”Yen pinter ojo minteri.” Kepandaian hanya untuk membodohi orang yang tidak
tahu apa-apa, sampai muncul istilah pijak-sana dan pijak-sini. Memang orang kecil lebih
“nrimo” dibandingkan dengan orang bijak dan orang pandai yang selalu haus akan kebijakan
dan kepandaian. Orang kecil lebih sederhana, lebih pasrah dengan keadaannya, lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan, lebih mudah bersyukur untuk hal-hal kecil. Segala hal yang
duniawi diolah dan direnungkan dari sisi rohani menjadi sederhana.

Penulis agak bingung kena apa disembunyikan bagi orang bijak dan pandai? Apakah hal
tersebut berkaitan dengan kedudukannya? Hal sederhana bisa menjadi sesuatu yang rumit jika
ditinjau dari ilmu kepandaian dan kebijaksanaan? Yang mudah dan sederhana bisa menjadi
sulit dan rumit? Segalanya bisa ditinjau dari semua sudut, semua aspek dan lain-lainnya?
Mungkin kita akan menjawab sederhana saja, berapa lima ditambah lima. Jangan-jangan
mereka jawabannya bisa enam, tujuh, delapan atau sembilan. Lho koq begitu? Lha iya lah!
Sisanya nanti dicicil, kan tidak harus hari ini sepuluh. Siapa tahu sisa tersebut masih bisa
dikembangkan yang memberi keuntungan.

Di kampung orang memasak air dengan kayu bakar di dapur dan semuanya menjadi hitam
karena jelaga. Air didapat dari sumur atau sumber air yang ada, entah memenuhi syarat
Dar/memahami Matius 91
92

kesehatan atau tidak, biarin saja. Adanya cuma air itu. Jika sudah mendidih berarti sudah
matang dan bisa untuk membuat minuman teh atau kopi. Bagi orang pandai dan bijaksana
anggaplah di kota, dicari akal bagaimana supaya dapur bisa selalu bersih dan enak dipandang
mata. Air harus yang pilihan, ketel yang bagus kalau bisa otomatis memberitahu kalau sudah
mendidih, kayu diganti dengan kompor gas atau kompor listrik yang tidak menimbulkan
jelaga. Hasil akhirnya sebenarnya hampir sama saja yaitu minuman teh atau kopi. Yang jelas,
minuman teh atau kopi kota pasti lebih mahal biayanya dibandingkan yang dari kampung.
Rasanya pasti tidak begitu jauh berbeda apabila bahan teh atau kopinya sama. Namun orang
pandai dan bijak pasti masih mempunyai jurus-jurus argumentasi, yang mungkin malahan
tidak dimengerti oleh orang kecil sederhana. Kan masih ada beberapa faktor antara lain
kebersihan, keindahan, penampilan dan sebagainya.

11:27 Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak
selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu
berkenan menyatakannya.
Tuhan Yesus sudah mengatakan bahwa tidak ada yang kenal Dia selain Bapa di surga dan
orang-orang yang dipilihnya. Jadi, sadar atau tidak sadar para pengikut Kristus adalah
perkenan Allah sendiri. Otoritas ada di tangan Tuhan Yesus karena telah diserahkan oleh
Bapa. Kemahakuasaan yang diterima dari Bapa dapat dipergunakan sewaktu-waktu oleh
Tuhan Yesus, apabila Dia menghendaki. Paradigma Allah yang begitu jauh dan tinggi tak
terjangkau, diperkenalkan sebagai Bapa yang begitu dekat dan mengasihi. Kita tidak akan
mampu menjelaskan dan menjabarkan Allah itu seperti apa dan bagaimana. Paling hanya kira-
kira, pokoknya yang maha segalanya terserah Tuhan. Jadi, perlu kita sadari bahwa
menyampaikan kabar suka cita tentang Tuhan Yesus belum tentu akan diterima oleh orang
lain. Banyak orang sampai sekarang ini yang meragukan keallahan Tuhan Yesus dan
“menganiaya” para pengikutnya. Hanya sentuhan Tuhan saja yang bisa menggerakan.

Dan itu harus kita maklumi karena Tuhan Yesus sendiri saja juga tidak dipercaya, apalagi
kita. Kita hanya bisa berdoa dan berusaha sesuai kemampuan kita, dan biarlah Tuhan sendiri
yang menyelesaikan sisanya. Pengalaman Saulus karena sentuhan dan perkenan Tuhan
Yesus sendiri, dapat mengubah jalan hidupnya. Jika Tuhan sudah menghendaki, siapapun
yang disentuh-Nya akan berubah dan jangan-jangan akan menjadi pewarta suka cita yang
hebat. Penulis yakin bahwa sentuhan Tuhan dapat terjadi dengan cara yang mengherankan,
diluar pemikiran kita.

Penulis pernah merasa disentuh Tuhan sewaktu masih SMA dan sedang dalam keadaan sakit
di rumah sakit. Setelah itu lupa dan cuek karena kedagingan ini. Padahal pengalaman pada
waktu itu begitu luar biasa, karena bisa mengetahui lebih dahulu siapa yang akan datang
mengunjungi penulis yang sakit. Sentuhan Tuhan selanjutnya sewaktu membaca buku
Vassula yang berkomunikasi dengan Tuhan Yesus secara ajaib. Pengalaman seterusnya
sewaktu berkenalan dengan pak Pudjono yang mendapat karunia melihat dan mendengar
dimana orang lain tidak dapat melihat dan mendengar. Dari pengalaman tersebut, kami
bersepakat dan bersama-sama mencoba berusaha mencari pengajaran yang kudus.

Dan jangan-jangan, sebenarnya setiap saat kita selalu disentuh oleh Tuhan, namun tidak kita
sadari. Kita sibuk sendiri dengan urusan hidup ini, sehingga tidak menghiraukan sentuhan
Tuhan yang begitu lembut.
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau berkenan memanggil aku dan menyatakan
kepadaku tentang Allah Bapa di surga, walaupun aku begitu kecil dan bodoh. Walaupun
wejangan-Mu membuat kami terkejut dan bimbang. Amin.

Dar/memahami Matius 92
93

11:28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan
kepadamu. 11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut
dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. 11:30 Sebab kuk yang Kupasang itu enak
dan beban-Kupun ringan."
Tuhan Yesus menawarkan diri bagi orang yang letih lesu dan berbeban berat. Orang letih
adalah orang yang sudah melakukan sesuatu atau bekerja keras, yang semestinya mendapat
upah yang sesuai. Bagi kita semua yang sudah bekerja keras, namun sering merasakan beban
kehidupan ini koq masih berat. Masih belum bisa menutupi kebutuhan sehari-hari atau
bulanan. Ataukah karena kita ingin menabung untuk masa depan yang tidak jelas? Mengikuti
kebiasaan dan budaya demi hari esok?

Tuhan Yesus menawarkan kelegaan dan kesegaran rohani. Tuhan Yesus yang lemah lembut
dan rendah hati memberikan kuk-Nya yang terasa ringan. Kelihatannya disini Tuhan Yesus
mengajarkan hidup yang sederhana dalam menggabungkan perintah Tuhan dan aturan yang
berlaku di dunia. Rasanya kita lebih sering terberati akan beban-beban duniawi, masa depan
keluarga dan sejenisnya, daripada beban perintah Tuhan yang tidak kelihatan. Malahan
perintah Tuhanlah yang kita abaikan karena beratnya tanggungan hidup yang memeras pikiran
dan tenaga.

Mungkin, kalau kita merenung “apa sich yang kita cari dalam hidup ini ?” Kekayaan,
kemewahan, kehormatan, penghargaan, kebahagiaan atau yang sejenisnya? Terus kita
sambung, apakah sudah tercapai, mungkin secara umum jawabnya belum. Dan Tuhan Yesus
menyediakan diri untuk tempat berteduh, beristirahat dan tempat konsultasi pribadi. Dia akan
dengan sabar menunggu bagi siapapun yang mau datang kepada-Nya.

Pengalaman penulis sewaktu masih kecil sebagai anak tentara, ajaran disiplinnya cukup keras.
Setelah bapak pensiun, penulis dan adik perempuan dititipkan kepada saudara sepupu karena
tidak mampu lagi membiayai sekolah. Kebetulan saudara tersebut tidak mempunyai putera.
Yang namanya “ngenger” bekerja membantu pekerjaan di rumah dan warung sambil belajar,
rasanya cukup lumayan berat. Yang memberatkan hati sebenarnya bukan pekerjaan, tetapi
karena memang beliau, yang penulis tumpangi tidak suka dengan penulis, mungkin mendekati
setengah benci. Beruntunglah dan puji Tuhan bahwa penulis tidak membenci mereka. Pada
hari libur penulis manfaatkan menjadi kuli bangunan di pelabuhan. Muncul pikiran pada
waktu itu apabila nanti sudah bekerja sendiri, jangan sampai mengalami hidup susah; bukan
berarti harus kaya raya.

Pengalaman hidup selanjutnya karena kemurahan Tuhan, penulis dapat bekerja di suatu
perusahaan milik negara. Penulis pernah merasakan tinggal di penginapan kelas kecil sampai
hotel berbintang lima, pernah berkunjung ke beberapa negara. Pernah menetap beberapa
waktu di Glasgow maupun di Wellington untuk belajar, yang mungkin bagi orang lain sudah
dianggap hebat sekali dan berbahagia.

Kenyataannya harus penulis akui bahwa ada sesuatu yang hilang selama penulis menikmati
kehidupan tersebut. Rasanya lebih nikmat dan bahagia tidur berpelukan dengan isteri dan
anak-anak dibandingkan tidur di hotel mewah sendirian. Lebih nikmat makan dengan tangan
di warung Tegal sambil mengangkat satu kaki dibandingkan makan di restoran yang harus
berpakaian komplit memakai jas.
Begitu penulis pensiun, kebebasan dan kemerdekaan malah semakin dapat dirasakan dan
dinikmati. Rasanya persahabatan dengan Tuhan Yesus dan Bunda Maria bisa semakin dekat.
Sebelumnya, waktu untuk Tuhan hanya hari Minggu di gereja yang mungkin agar tidak
diomongi orang lain. Kelegaan dan ketenangan yang ditawarkan Tuhan begitu mempesona
yang mungkin bagi orang lain bisa-bisa dianggap bodoh dan tidak maju. Nyatanya makan

Dar/memahami Matius 93
94

ketela atau ubi talas juga bisa dinikmati dengan sukacita. Nyatanya memakai celana dan baju
seadanya juga tidak membuat menjadi berbeda.
Tuhan, terima kasih atas segala berkat-Mu yang Kau berikan kepada kami. Tuntunlah selalu
agar kami jangan terpeleset jatuh.

Bab 12. Hari Sabat, Hamba Tuhan, Beelzebul, tanda Yunus, Roh Jahat, saudara Tuhan
Yesus

Murid-murid memetik gandum pada hari Sabat


12:1. Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-
Nya memetik bulir gandum dan memakannya. 12:2 Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-
Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." 12:3
Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan
mereka yang mengikutinya lapar, 12:4 bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana
mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang
mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? 12:5 Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa
pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak
bersalah?
Sabat sepertinya bagi orang Yahudi begitu sakral dan dibuat sedemikian rupa dengan banyak
aturan. Sabat adalah harinya Yahwe yang kudus, dimana semua orang Yahudi tidak boleh
mengerjakan segala sesuatu. Sepuluh Perintah Allah sepertinya dijabarkan ke dalam aturan-
aturan yang harus dijalankan oleh umatnya. Mungkin hal ini hampir sama dengan Undang-
Undang Dasar yang dijabarkan ke dalam Undang-Undang, Keputusan Presiden, Keputusan
Menteri sampai Peraturan Daerah, malahan sampai Peraturan Desa. Permasalahan akan
muncul sewaktu peraturan yang dibawahnya tidak sesuai dengan UUD. Dan kita lebih sering
banyak lupanya dengan undang-undang yang paling tinggi, karena terfokus yang lebih kecil
yang mungkin lebih sempit dan situasional.

Tuhan Yesus memang begitu mau mengerti dan memaklumi akan kesulitan setiap orang yang
sedang susah. Susah dapat bermacam-macam, apakah karena susah tidak dapat makan, susah
sedang mengejar sesuatu, susah karena disakiti, dihina atau dianiaya dan yang lainnya. Belas
kasih-Nya tidak terukur bagi orang-orang sederhana yang memikul beban dan kuk. Tuhan
dapat memaklumi kesulitan dan penderitaan orang, dan Dia lebih bijaksana dengan segala
solusi. Namun kita seringkali malah seperti orang Farisi memperbincangkan tentang boleh
dan tidak boleh, salah dan benar menurut kaca mata kita.

Dalam kehidupan sehari-hari kita lebih sering membicarakan orang yang tidak dapat ikut
dalam kegiatan komunitas kita. Kita sering menuntut ini dan itu, demi komunitas kita, tanpa
mencoba memahami, meraba-rasakan mengapa orang tersebut tidak dapat berpartisipasi
dalam komunitas. Kita juga sering lupa bahwa dalam perkumpulan komunitas yang ingin
bersatu dalam Tuhan, tetapi karena ingin memaksakan kehendak, malahan muncul perbedaan
pendapat yang dapat menimbulkan perpecahan.

Kita tidak sadar bahwa seringkali kita menjadi orang Farisi, dengan omongan yang dapat
menyinggung orang lain, sehingga menjadi patah arang dan malas untuk berkumpul lagi. Kita
juga sering seperti imam yang merasa tidak bersalah, bahwa telah berbuat sesuatu yang tidak
disadari menyakiti hati orang lain alias dombanya. Atau menjadi imam yang merasa lebih
senior, berpengalaman dan akhirnya bertindak menurut selera sendiri, merasa benar sendiri.
Lupa akan niat kaul taat, melarat dan selibat.

Ego kesenangan bisa mengalahkan ketaatan yang sudah digariskan. Biasanya penyelewengan
itu dimulai dari sedikit demi sedikit, lama kelamaan merasa biasa. Pada kurun waktu tertentu,
Dar/memahami Matius 94
95

umat baru malahan akan bingung apabila dikembalikan ke yang sebenarnya, karena sudah
merasa terbiasa dengan penyelewengan tersebut. Kita lebih sering lupa bahwa komunitas kita
merasa bingung akan tindakan kita yang tidak konsekuen. Masih sering dijumpai dalam
perayaan Misa Kudus, buku pedoman Tata Perayaan Ekaristi tidak dilaksanakan dengan
konsekuen. Doa presidensial yang menjadi hak imam, didaraskan bersama-sama umat. Yang
awam ini senang karena merasa dilibatkan dan sudah menjadi kebiasaan sebelumnya. Jelas
banyak alasan yang bisa disampaikan oleh sang imam, dan umat awam ini hanya bisa
bertanya dalam hati :”Yang betul yang mana? Atau semuanya baik?” (Kan.907)

12:6 Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. 12:7 Jika memang kamu
mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu
kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. 12:8 Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas
hari Sabat."
Secara tidak langsung Tuhan Yesus sudah menyatakan Diri-Nya sebagai Tuhan Allah. Sang
Raja segala raja yang bersemayam dalam Bait Allah sendiri, Tuhan atas hari Sabat. Mungkin
inilah yang membingungkan orang Yahudi pada waktu itu. Belum pernah ada ajaran yang
seperti itu yang tertulis dengan jelas. Banyak ungkapan, kiasan, perumpamaan, simbol-simbol
yang harus dijabarkan dan ditafsirkan. Pada kenyataannya tidak semudah apa yang kita
pikirkan, sebelum kita mempelajari dan mendalami dengan benar. Pasti pada zaman tersebut
juga sudah banyak orang-orang ahli menurut ukuran pada waktu itu. Repotnya, Tuhan Yesus
sendiri malahan berkata bahwa hal tersebut tertutup bagi orang pandai dan bijaksana.

Kita bisa membayangkan kalau kita mengalami suatu kejadian yang begitu hebat menurut
kita, kita alami, kita rasakan dengan nyata namun sulit membuktikan, bagaimana cara
mengungkapkannya. Terus kita datang kepada seseorang yang kita anggap ahli dan kita
bertanya tentang pengalaman tersebut. Jangan-jangan komentar dan nasihatnya tidak pernah
sesuai dengan harapan kita, atau malahan kita dibuatnya semakin bingung.

Penulis merasa yakin bahwa jika ada suatu misteri yang belum terbuka, sulit dibuktikan
melalui panca indera dan nalar kita, pasti Tuhan sendiri akan membukakan misteri tersebut
kepada seseorang yang dikehendaki-Nya, dengan cara yang misteri juga. Disinilah bisa terjadi
perdebatan panjang, karena otak kita sudah diisi dengan ajaran, pengetahuan yang sudah
menempel bagaikan dogma tak terbantahkan. Bisa jadi paradigma baru tersebut bisa diterima,
setelah melewati satu generasi. Untuk hal yang natural mungkin lebih mudah, melalui
pembuktian-pembuktian ilmiah. Bagaimana dengan supranatural yang begitu sulit untuk
dijelaskan dengan kata-kata?

Mungkin kita bisa bertanya kepada hierarki, bagaimana asal muasal Bunda Maria ditetapkan
sebagai perawan suci yang tak bernoda, naik ke surga dengan jiwa dan raganya? Pasti ada
sejarahnya, entah itu secara natural ataupun supranatural dan kesepakatan. Semua orang pasti
tersentak dan tidak percaya apabila penulis yang mengatakan, :”Memang, Bunda Maria
menampakkan diri kepada kami dan bercerita bahwa Dia turun dari surga sebagai
perempuan tak tercela secara misteri. Pada waktunya Dia naik ke surga dijemput Puteranya
Tuhan Yesus, jiwa dan raganya. Tidak ada seorangpun yang tahu kejadian tersebut.”
Jangan-jangan penulis langsung dicap macam-macam, yang menyalahi ajaran gereja. Terus
penulis menambahi cerita, :”Pada bulan Agustus pada waktu itu Bunda Maria turun kedunia
melayang-layang (nganglang jagad) mencari orang-orang yang suci. Banyak orang di Eropa
yang melihat pada waktu Bunda melayang-layang.”

Selanjutnya, Tuhan Allah yang menghendaki agar berbelas kasihan kepada sesama, apalagi
bagi yang menderita. Bagi Tuhan Yesus belas kasihan menjadi patokan utama, bukan kurban
atau persembahan. Belas kasihan adalah suatu perbuatan yang didasari oleh gerak hati

Dar/memahami Matius 95
96

meraba-rasakan dan memaklumi akan keadaan orang lain. Selanjutnya, karena tergerak
hatinya tadi, maka timbulah niat untuk melakukan sesuatu bagi kepentingan orang lain
tersebut. Jadi belas kasihan adalah perbuatan nyata yang dapat “dirasakan” oleh orang lain
yang membutuhkan. Belas kasihan tidak mesti berbentuk materi, karena perbuatan nyata
dapat saja berupa tenaga, bantuan, nasihat, pertolongan, doa dan puasa atau cara lainnya.
Persembahan kepada Tuhan sepertinya tidak menjadi begitu penting karena Tuhan sudah
Maha Kaya. Yang lebih penting adalah perbuatan belas kasihan bagi mereka yang
membutuhkan uluran tangan kita. Itulah persembahan nyata melalui perbuatan yang tidak
diembel-embeli pamrih. Mungkin persembahan yang paling baik bagi Tuhan adalah apabila
kita bisa membawa satu jiwa saja kepada-Nya. Tanpa gerakan hati yang tulus, jangan-jangan
kita akan terjebak ke dalam pilihan menyalahkan orang yang tidak bersalah atau belum
mengerti.

Penulis pernah ikut mengalami sewaktu ada keluarga kaya dan terpelajar membutuhkan
bantuan. Pada saat itu penulis beranggapan bahwa mereka sedang menderita dan perlu
dibantu. Kenyataannya yang membantu pada waktu itu orang biasa dan sederhana. Bantuan
yang dapat diberikan adalah siraman rohani yang meneguhkan dan doa. Jadi, orang miskin
harta benda dan tidak sekolahan-pun masih bisa berkarya melakukan perbuatan belas kasihan.
Jelas untuk itu yang miskin dan tidak sekolahan ini memiliki modal rohani yang diakui oleh
yang membutuhkan.

Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat


12:9 Setelah pergi dari sana, Yesus masuk ke rumah ibadat mereka. 12:10 Di situ ada seorang yang
mati sebelah tangannya. Mereka bertanya kepada-Nya: "Bolehkah menyembuhkan orang pada hari
Sabat?" Maksud mereka ialah supaya dapat mempersalahkan Dia. 12:11 Tetapi Yesus berkata kepada
mereka: "Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke
dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? 12:12
Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari
Sabat." 12:13 Lalu kata Yesus kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya,
maka pulihlah tangannya itu, dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain.
Tuhan Yesus lebih menegaskan lagi bahwa perbuatan yang baik dapat dilakukan kapan saja,
di mana saja tanpa harus ditunda. Tuhan Yesus mendobrak aturan yang sudah berlangsung
lama, karena dianggap tidak sesuai dengan inti perintah Tuhan. Kita ditantang, apa yang harus
kita lakukan lebih dahulu, menolong orang yang sedang ditimpa bencana dan menyangkut
nyawa, atau pergi ke gereja dahulu untuk berdoa karena kewajiban orang Kristen? Jangan-
jangan kitapun sama dengan orang Farisi yang lebih menonjolkan tradisi yang kita buat,
daripada berbuat baik kepada sesama yang membutuhkan.

Coba kita lihat lima perintah Gereja. Sudah mengerti dan pahamkah kita dengan perintah
tersebut? Pekerjaan apa yang dilarang pada hari Minggu dan hari raya yang disamakan hari
Minggu? Bagaimana dengan orang-orang yang mata pencahariannya identik dengan
pekerjaan yang dilarang?

Pengalaman hidup yang tidak terlupakan, sewaktu penulis bekerja di Jakarta. Suatu ketika
setelah turun dari bus kota, penulis masih harus berjalan beberapa saat untuk mencapai kantor
tempat penulis bekerja. Karena hampir terlambat masuk kerja, Penulis dengan terpaksa harus
melewati seorang laki-laki setengah baya yang kelihatan menahan kesakitan di pinggir jalan.
Perang batin antara disiplin kerja dan belas kasihan begitu hebat berkecamuk di dalam hati.
Akal budi pada waktu itu menang dan mencari alasan bahwa pasti akan ada orang lain yang
berhati mulia mau menolong orang tersebut. Komitmen disiplin waktu pada jam kerja
menjadi alasan untuk pembenaran diri. Pengalaman tersebut sepertinya tidak pernah hilang
dan kelihatannya memang Tuhan seperti mengingatkan, bahwa itu pelajaran berharga bagi
rohani penulis. Tuhan, ampunilah aku yang berdosa ini.
Dar/memahami Matius 96
97

Kelihatannya ada tradisi Yahudi bahwa orang tidak boleh bekerja pada hari Sabat (Sabtu).
Hari Sabat dimulai hari Jumat pukul 18.00 sampai hari Sabtu pukul 18.00. Pekerjaan apapun
dihindari, dan yang penulis alami di Israel, termasuk lift di hotelpun akan naik turun,
membuka dan menutup secara otomatis di setiap lantai, agar orang tidak perlu bekerja
menekan tombol di lift. Jadi harus sabar kalau kita tinggal di hotel di lantai paling atas. Mulai
hari Jumat petang sampai Sabtu petang hampir tidak ada seorangpun penganut agama Yahudi
yang bekerja. Pekerjaan memasakpun pasti sudah dilakukan sebelum waktu Sabat tiba. Toko
atau rumah makan yang buka pasti bukan dari kelompok agama Yahudi.

Yesus hamba Tuhan


12:14. Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. 12:15 Tetapi
Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana. (12-15b) Banyak orang mengikuti Yesus
dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. 12:16 Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan
siapa Dia, 12:17 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: 12:18 "Lihatlah, itu
Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh
roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. 12:19 Ia tidak akan
berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan.
12:20 Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak
akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. 12:21 Dan pada-Nyalah bangsa-
bangsa akan berharap."

Yesus dan Beelzebul


12:22. Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu,
lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat. 12:23 Maka takjublah
sekalian orang banyak itu, katanya: "Ia ini agaknya Anak Daud." 12:24 Tetapi ketika orang Farisi
mendengarnya, mereka berkata: "Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan." 12:25 Tetapi
Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah
pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan. 12:26
Demikianlah juga kalau Iblis mengusir Iblis, iapun terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri;
bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? 12:27 Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa
Beelzebul, dengan kuasa siapakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang
akan menjadi hakimmu. 12:28 Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka
sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.
Orang banyak dan orang kebanyakan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Daud, namun
orang Farisi mengatakan sebagai pengikut penghulu setan. Kata-kata tersebut kedengarannya
cukup pedas. Saking begitu dengkinya, begitu emosinya, kata-kata tidak pantas otomatis
keluar dari mulut. Apakah mereka dapat dikatakan sedang menghojat Allah? Kuasa Allah
yang mengherankan disamakan dengan kuasa penghulu setan yang takut akan Allah. Hal
tersebut hampir sama dengan meniadaan Allah itu sendiri, tidak dianggap dan diakui malah
diremehkan. Pertanyaannya, mengapa mereka tidak bisa melihat dan membedakan kuasa
Illahi dan kuasa Iblis? Tidakkah mereka bisa melihat buah-buah dari hasil karya Tuhan Yesus
yang tidak ada salahnya? Tidakkah mereka membaca Kitab Yesaya 42 dengan hati yang
bening dan berserah kepada Tuhan?

Tuhan Yesus mengatakan bahwa Kerajaan Allah sudah datang karena Dia penuh dengan
kuasa Roh Allah. Kuasa-Nya tidak terhingga, termasuk juga berkuasa atas setan, buta dan
bisu, dan mereka takut akan Tuhan Yesus. Dialah Sang Kerajaan Allah itu sendiri. Tuhan
Yesus tidak membuat rekayasa dalam mengusir setan, biarpun setan dibebaskan untuk
mengganggu manusia yang tidak waspada. Namun tetap saja orang Farisi tidak terbuka mata
dan telinganya.

Kita juga sering merasa iri kepada orang yang berhasil melebihi kita, dan mencari-cari alasan
negatif untuk merendahkannya bahkan menjatuhkannya, sepertinya kita lebih baik dari dia.
Pada waktunya nanti kita akan dicelikkan karena tingkah laku kita sendiri. Mengapa kita
Dar/memahami Matius 97
98

sukar untuk mensyukuri tanpa iri dengki bahwa orang lain lebih baik? Mungkin sebaiknya
tidak usah komentar, namun diam dan menunggu buah-buah yang akan dihasilkannya.

Damai sejahtera hanya dapat dicapai kalau semuanya mau bersatu, seia sekata menuju ke arah
yang lebih baik. Kasih, damai dan persatuan yang bisa membentuk keluarga bahagia,
masyarakat sejahtera, negara yang aman tenteram. Tanpa persatuan bagaimana bisa mencapai
tujuan, apapun tujuan itu. Memang, bisa mencapai tujuan walaupun setiap orang
menginginkan lewat jalannya masing-masing. Namun yang pasti tidak akan bersama-sama,
yang mungkin ada tujuan kecil sambil lewat, atau mampir kemana dulu. Untuk tujuan yang
besar, yang satu, semua orang harus siap mengalahkan kepentingan pribadi demi kebersamaan
dan persatuan. Yang namanya pecah pasti tercerai berai. Apabila dicoba untuk dipersatukan
kembali, mau tidak mau masih akan terlihat bekas-bekas pecah yang disambungkan.
Pertanyaannya, sudah bersatukah keluarga kita di dalam Dia?

12:29 Atau bagaimanakah orang dapat memasuki rumah seorang yang kuat dan merampas harta
bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu? Sesudah diikatnya barulah dapat ia
merampok rumah itu. 12:30 Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak
mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan. 12:31 Sebab itu Aku berkata kepadamu:
Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan
diampuni. 12:32 Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan
diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di
dunia yang akan datangpun tidak.
Tuhan Yesus mengajak kita agar bersekutu dengan Dia dan mengumpulkan orang dalam
persekutuan. Kita ditantang Tuhan Yesus untuk memilih, mau melawan atau berpihak
kepada-Nya, mau berkumpul dengan Dia atau memilih tercerai berai tanpa arah dan
kepastian. Ilmu sapu lidi kelihatannya sangat ditekankan oleh Tuhan Yesus. Apabila kita
sendirian, sebenarnya kita begitu lemah, Namun kalau kita berkelompok, bersekutu, bersatu
hati, saling mengisi, saling menguatkan, maka kita akan lebih kuat. Kita bisa saling belajar.

Pertemuan-pertemuan doa di lingkungan dengan acara yang lebih menarik, yang dapat
menumbuhkan kerinduan untuk bertemu lagi pasti akan meningkatkan mutu persaudaraan.
Inilah salah satu ajaran Tuhan Yesus untuk saling mengumpulkan dan bersekutu dengan Dia.
Berkumpul bersama untuk mencapai persatuan dalam kedamaian yang penuh kasih
persaudaraan. Saling berbagi pengalaman iman, saling membantu memecahkan permasalahan
keluarga, saling memaafkan, saling terbuka, saling mengalah dengan melihat kekurangan
masing-masing, bukan menonjolkan diri. Dan akhirnya tumbuh bersama-sama tanpa ada rasa
iri dengki dan ganjalan hati. Bagaimana kenyataannya sekarang ini di tingkat Lingkungan?
Apakah masih perlu bangkit dan berubah, melalui pembaharuan untuk menuju gereja kecil
yang semakin hidup?

Dari satu sisi, harus kita sadari dan waspadai bahwa Iblis akan selalu berkarya mengganggu
dan berusaha mencerai beraikan persatuan. Secara duniawi, kita harus menyadari akan
kebutuhan hidup sehari-hari yang memungkinkan kita begitu sulit berkumpul bersama.
Bekerja di pabrik dengan sistem shift pagi sore malam, bekerja sebagai sopir angkutan umum,
berjualan toko kelontong atau warung makan, akan mempunyai jam sibuknya masing-masing.
Akan terasa sulitnya untuk menyatukan atau menyesuaikan waktu berkumpul. Mungkin lebih
gampang jika setiap jenis profesi mempunyai kelompok masing-masing, saling ngobrol dan
berniat menentukan bersama-sama untuk berkumpul.

Tuhan Yesus mengatakan bahwa segala dosa dan kejahatan kepada Allah masih dapat
diampuni, termasuk menentang Tuhan Yesuspun masih dapat diampuni. Tetapi ada satu hal
yang sangat mengerikan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Hujatan dan penyangkalan
kepada Roh Kudus tidak akan diampuni. Perbuatan iblis dianggap sebagai perbuatan Roh
Dar/memahami Matius 98
99

Kudus atau menyekutukan iblis dengan Roh Kudus jelas perbuatan yang tidak dapat
diampuni. Dalam hal ini penulis belum tahu yang seperti apa yang disebut sebagai hujatan
dan penyangkalan kepada Roh Kudus, apabila dijabarkan secara mendetail. Penulis percaya
bahwa Roh Kudus selalu berkarya dalam hidup kita, entah dengan sentuhan batin atau
sentuhan dengan manusia dan alam sekitar kita. Namun seringkali kita tidak “tanggap” akan
sentuhan tersebut atau malahan kita sama sekali tidak menyadarinya, bahkan
mengabaikannya. Panca indera yang kita punyai selama ini mungkin masih kita manfaatkan
untuk seperlunya saja. Belum pernah kita asah sampai tajam, agar dapat merasakan sentuhan
Roh Kudus.

Penulis beranggapan bahwa menghojat Roh Kudus berarti menghilangkan atau meniadakan
Roh Kudus itu sendiri. Roh Kudus yang adalah Roh Allah sendiri dianggap tidak ada, omong
kosong dan hanya mengakui bahwa diri sendiri yang berkarya. Mungkin ucapan Tuhan
Yesus pada waktu itu lebih ditujukan kepada orang Farisi dan ahli Taurat yang menganggap
karya-Nya sebagai karya Iblis. Namun paling tidak hal tersebut mengingatkan kepada kita
untuk lebih berhati-hati dalam menyikapi segala sesuatu, yang berkaitan dengan karya Allah
yang sering begitu misteri. Jangan sampai kita ketularan model orang Farisi dan Ahli Taurat
yang dikecam oleh Tuhan Yesus sendiri. Kita bisa bicara begini karena sudah mendengar atau
membaca Injil yang terjadi duapuluh abad yang lalu.

Tuhan bisa berkarya dengan cara-Nya sendiri, yang mungkin begitu misteri dengan model
dan bentuk yang belum pernah terjadi. Kita tidak mempunyai referensi sebagai pembanding,
sehingga bisa menimbulkan pro dan kontra. Kita sudah terbiasa dengan apa yang kita makan
dan minum selama ini, dan itulah yang dikatakan sehat penuh gizi. Kemudian ada informasi
baru tentang makanan dan minuman yang selama ini tidak pernah kita duga. Ach, masak iya
begitu? Selama ini belum pernah ada ajaran atau pengenalan makanan dan minuman seperti
itu. Jika makanan dan minuman yang sifatnya duniawi, pasti bisa diteliti melalui laboratorium
dan percobaan-percobaan. Lha kalau makanan dan minuman yang lebih rohani, dimana
seringkali Tuhan mencelikkan mata kita? Yang paling ahli mestinya Tuhan sendiri, kemudian
para ahli agama yang diakui.

Permasalahannya, jangan-jangan seperti Herodes yang mengumpulkan para ahli sewaktu


ketamuan para majus. Mereka mencari petunjuk dari Kitab Suci namun mereka tetap tidak
percaya. Dampaknya malahan pembantaian anak-anak balita yang tidak berdosa. Mungkin
cara yang paling baik, tidak perlu tergesa-gesa berkomentar namun direnungkan mohon
pencerahan Tuhan. Kemudian memperhatikan dan melihat buah-buah yang dihasilkan.
Hal yang begitu penting dan mengerikan, kiranya para hierarki perlu menjelaskan secara
gamblang, apa dan bagaimana yang disebut menghojat Roh Kudus.

12:33 Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu
katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.
Jika kita berani mengatakan bahwa Tuhan Allah itu Maha Baik, maka segala amanat-Nya
pasti berisi yang baik-baik. Namun mengapa kita sangat susah untuk mengikuti dan
melaksanakan ajaran-Nya? Rasanya karena kedagingan kita saja yang susah melaksanakan
amanat-amanat tersebut. Banyak buah yang dijanjikan baru dapat dipetik dan dirasakan
belakangan. Kita harus sabar menunggu proses bertumbuhnya bunga sampai menjadi buah.
Padahal manusia ini inginnya instan yang dapat dinikmati sekarang ini. Dinikmati dengan
cara kasat mata.

Disini kita diajak untuk selalu waspada dan menunggu tanpa banyak komentar, apabila
menghadapi sesuatu atau kejadian yang belum jelas dan belum kita mengerti. Kita diajak
untuk lebih jernih, sabar serta bijaksana melihat dan mengenal buah-buah yang akan
Dar/memahami Matius 99
100

dihasilkan. Diajar untuk tidak gampang menilai segala sesuatu yang ada di hadapan kita. Kita
diajar untuk memanfaatkan dua telinga dan dua mata kita lebih dahulu, mendengarkan dan
melihat. Mulut yang hanya satu dimanfaatkan kemudian setelah segalanya jelas, setelah
buahnya mulai kelihatan dan menjadi matang, barulah berbicara. Diam adalah emas, kata
peribahasa.

Dalam kenyataan sehari-hari, sering kali kita ini menjadi si cepat jawab, cepat berkomentar.
Seringkali kita membicarakan sesuatu dan menilai atau berpendapat begitu saja, tanpa
mengetahui persis asal usul atau sejarah dibalik sesuatu tersebut. Seringkali dari “katanya”
kita sudah menelan bulat-bulat dan terus kita anggap betul. Padahal “katanya” tersebut sering-
kali sudah ditambah dan dikurangi, dibumbui penyedap citarasa.

Padahal, kalau berani jujur kepada diri sendiri, sebagian besar dari kita sewaktu menjadi
pengikut Kristus dimulai dari katanya. Kita bisa menjawab bahwa Tuhan Yesus juga berkata
:”berbahagialah orang yang tidak melihat namun percaya.” Maksud penulis bukan yang itu.
Yang kita dengar dan kita baca dari “katanya” masih terlalu sedikit atau kecil sekali. Masih
banyak hal yang belum kita mengerti dan kita ketahui, bagaikan kita masih di parit atau
sungai, belum sampai mengarungi samudra yang begitu luas. Kita masih bisa tahu kedalaman,
jenis ikan dan binatang yang hidup di parit dan sungai yang airnya tawar dan bisa diminum.
Nyatanya sungai tersebut terhubung ke laut lepas bagaikan tak bertepi dan tak terselami.

Bersyukurlah mereka yang setia setiap hari mengikuti perayaan ekaristi kudus. Mereka pasti
telah mendengar bacaan firman Allah setiap hari, yang hampir meliputi seluruh Injil dan
surat-surat para kudus serta sebagian perjanjian lama. Selain itu berkat melimpah yang tidak
berkesudahan sewaktu menerima Tubuh dan Darah Kristus.

Penulis umpamakan mereka sudah pernah ke parit, sungai dan lautan, namun belum semua
parit, sungai dan samudra mereka arungi. Kita mungkin baru setingkat parit dan sungai,
sedangkan samudra baru sebatas katanya. Atau sebagian laut tersebut baru sebatas kita lihat
dari jarak jauh sekali, seperti dari pesawat udara.

Beranikah kita belajar bersama untuk lebih mengenal Sang Pokok Anggur, merasakan dan
menikmati buah-buah-Nya? Buah manis dan memabukkan, yang membuat kita semakin
ketagihan untuk mencecapnya dengan mata berbinar-binar. Sehingga secara misteri kita rindu
untuk menyatu, menjadi ranting-rantingnya dan menghasilkan buah bagi orang lain yang
menginginkannya.

12:34 Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang
baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. 12:35 Orang
yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang
jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. 12:36 Tetapi Aku
berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya
pada hari penghakiman. 12:37 Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut
ucapanmu pula engkau akan dihukum."
Tuhan Yesus mengumpamakan dengan ular beludak. Dalam pemahaman penulis, pada
dasarnya ular adalah simbul kecerdikan. Kita diminta cerdik seperti ular, namun bukan sejenis
ular beludak. Penulis tidak tahu ular beludak itu seperti apa, namun tersirat bahwa ular
tersebut beracun dan jahat. Dengan kecerdikannya, dia bisa menipu pihak lain yang terlena
dan kurang waspada, untuk keuntungan ular itu sendiri. Mungkin kita masih ingat tentang
ajaran cerdik, tulus dan selalu waspada

Disini jelas sekali dikatakan Tuhan Yesus, bahwa apa yang diucapkan dari mulut dan
didengar orang dapat berakibat banyak sekali bagi orang lain. Yang menurut kita hanya
Dar/memahami Matius 100
101

ucapan biasa, bagi orang lain bisa jadi dapat diartikan sebagai hal yang menyenangkan atau
malahan sebaliknya, sangat menyakitkan. Ucapan yang terdengar begitu keras, bisa diartikan
dan diterima bahwa itu suatu nasihat. Semuanya tergantung dari perbendaharaan hati kita
pada waktu itu. Kita akan dinilai dari perbuatan ucapan kita, apakah dinilai oleh orang lain
ataupun dinilai oleh Tuhan sendiri.

Kita sering sadar bahwa apa yang akan kita ucapkan itu sebenarnya tidak baik didengar
Tuhan, namun untuk membikin suasana di komunitas “agak segar,” kita obrolkan hal-hal
yang kurang baik atau menyerempet sehingga orang lain dapat berasosiasi ke negatif. Dalam
perbendaharaan pikiran kita, memang sudah disiapkan untuk bicara yang segar tadi. Karena
memang sudah siap keluar dari mulut, ucapan teman lain yang begitu lurus sering kali
menjadi pemicu dan kita belokkan sesuai selera penyegaran tersebut. Inilah yang disebutkan
sebagai kata-kata yang sia-sia, tidak bermakna. Memang lidah tidak bertulang menjadi suatu
ungkapan yang sangat mengena. Ungkapan Jawa malah mengatakan “Ajining diri soko
kedaling lathi” (nilai seseorang dari ucapan yang keluar dari bibir).

Ucapan dari mulut dapat menyebabkan perang atau perseteruan, namun dari mulut juga dapat
menumbuhkan perdamaian dan persatuan. Berarti, mulut ini harus dijaga dengan sungguh
oleh hati, jiwa dan akal budi kita, agar keluarnya baik. Pertanyaannya, dapatkah kita merubah
diri dari hal-hal yang seperti itu? Meninggalkan kebiasaan-kebiasaan tidak baik yang
sebenarnya sudah kita ketahui dan kita sadari.
Tuhan Yesus, ajarilah aku agar dapat menjaga mulutku dari kata-kata dimana Engkau tidak
berkenan. Satukanlah hati dan bibirku untuk yang baik-baik.

Tanda Yunus
12:38. Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: "Guru, kami
ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu." 12:39 Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Angkatan yang
jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda
selain tanda nabi Yunus. 12:40 Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga
malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.
Kelihatannya Tuhan Yesus dituntut oleh ahli Taurat dan orang Farisi, untuk memberikan
tanda atau mukjizat sebagai pertanggungan jawab atas tindakan-Nya selama ini. Mereka
merasa diejek dan dihina serta dijatuhkan martabatnya. Dalam kebimbangan dan
keseganannya, mereka membutuhkan bukti gamblang bahwa Tuhan Yesus betul-betul
Kristus, Sang Mesias, yang terurapi. Namun inilah misteri Allah, Tuhan Yesus tidak
menjawab langsung malahan dikembalikan kepada tanda Yunus yang mereka mengerti.
Mereka dianggap jahat dan tidak setia, seperti zaman Musa yang selalu meminta mujizat.
Setelah sadar dan baik sebentar, mereka berzinah dengan allah-allah lain yang mereka buat
sendiri. Jangan-jangan di zaman sekarangpun kita tidak berbeda dengan mereka, jahat dan
tidak setia.

Tuhan Yesus bagi kita sekarang ini memberikan tanda dengan jelas, bahwa Dia akan wafat
dan dikuburkan, namun tiga hari kemudian akan bangkit lagi. Dalam Kitab Perjanjian Lama
diceritakan bahwa nabi Yunus ditelan ikan selama tiga hari dan dikeluarkan lagi dalam
keadaan masih hidup. Pada masa itu mereka bingung menjabarkannya. Atau, setelah dapat
menangkap maksud ungkapan tersebut, timbul penolakan dan pembelaan diri, ach, masak?

Mungkin kita-kita ini juga tidak akan percaya bila mendapat cerita, bahwa Tuhan Yesus
berkarya dan memberi nasihat kepada seseorang untuk diberitakan, sebagai kesaksian. Kita
juga sudah mendengar tentang cerita penampakan Bunda Maria di Fatima atau di Lourdes
yang pada permulaannya ditolak oleh pejabat gereja. Dan hal tersebut akan terus berlangsung
dan berlangsung untuk tidak percaya lebih dahulu dan dapat dimaklumi. Mungkin kata-kata
Dar/memahami Matius 101
102

Paus Yohanes Paulus II begitu sangat bijaksana, mengenai laporan-laporan penampakan


pribadi yang dialami seseorang. Para hierarki diminta untuk menyelidiki dan melihat buah-
buah yang dihasilkan dari suatu penampakan. Jangan menghakimi lebih dahulu, seakan-akan
kita lebih tahu dan lebih benar. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para hierarki, apabila
mendapat laporan penampakan pribadi di daerahnya. Kesombongan jabatan, merasa lebih
tahu, merasa berwenang, biasanya akan menjadi batu sandungan. Kecerdikan, ketulusan,
kewaspadaan, kebijaksanaan dan kesabaran akan lebih membantu dalam penyelidikan, apakah
kejadian tersebut benar atau salah. Bagaimana buah-buah yang dihasilkan dari kejadian
tersebut?

Ada satu hal yang membuat penulis menjadi bingung bahwa Dia akan tinggal di rahim bumi
selama tiga hari dan tiga malam. Tiga hari bisa mulai dihitung dari hari Jumat sore sebelum
pukul 18.00 sudah dimakamkan, Sabat dan hari Minggu antara tengah malam sampai pagi.
Jika menghitung malamnya, hanya hari Sabat dan Minggu yang berarti dua malam. Mungkin
para ahli gereja bisa menjelaskan tentang hal ini untuk pencerahan seluruh umat. Ataukah hal
ini hanya suatu ungkapan, peribahasa orang Israel pada waktu itu, yang inti pokoknya tanda
nabi Yunus..
12:41 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan
menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan
Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus! 12:42 Pada waktu penghakiman,
ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab
ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di
sini lebih dari pada Salomo!"
Tuhan Yesus dengan jelas mengatakan bahwa Dia lebih besar dari nabi Yunus ataupun raja
Salomo dan ……….. mereka tetap tidak percaya. Orang seperti ini mengaku lebih besar dari
mereka yang dihormati? Bagaimana mungkin orang jalanan seperti ini lebih dari Yunus dan
Salomo? Tak usah Ya! Mungkin yang diharapkan pada waktu itu, Mesias adalah sesosok
orang yang gagah, bergelora, berapi-api, dapat memimpin rakyat melawan penjajah dan
pantas dijadikan raja. Bukan Mesias yang keluyuran di jalan-jalan dan di Bait Allah, yang
tidak pernah membangkitkan semangat patriotisme melawan penjajah.

Dalam kehidupan sehari-hari, kalau mau jujur, kitapun sering merendahkan orang lain yang
kita anggap bukan level kita. Rasanya kita mempunyai level tertentu biarpun juga sadar
bahwa ada level-level di atas kita, yang mungkin kitapun tak dianggap oleh mereka. Kita
sering lebih percaya atau lebih mengakui ucapan atau tindakan seseorang yang di atas level
kita. Dan sering memandang rendah ucapan dan tindakan seseorang yang kita anggap di
bawah level kita. Padahal kita tahu bahwa benar adalah benar dan salah adalah salah,
siapapun yang melakukan hal tersebut. Salah dan benar, baik dan buruk tidak pernah
memandang kasta.

Secara tidak langsung Tuhan Yesus sepertinya menyiratkan area atau wilayah yang disebut
Tempat Penantian atau Papan Pangentosan. Tempat atau keadaan dimana roh atau jiwa-jiwa
yang menunggu sampai waktu penghakiman. Kelompok ini akan bangkit bersama-sama pada
waktunya nanti. Mereka bangkit dan akan ikut menghukum kelompok yang tidak dikehendaki
Tuhan. Jangan-jangan yang kita sebut sebagai dalam keadaan menunggu ini bisa bermacam-
macam, entah seperti apa. Mungkin sedang berkumpul atau sedang bergentayangan, kita tidak
tahu. Karena belum pernah memasuki wilayah tersebut, kita hanya menduga, kira-kira dan
kembali lagi, katanya.

Kembalinya roh jahat


12:43 "Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus
mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya. 12:44 Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke
Dar/memahami Matius 102
103

rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersih
tersapu dan rapih teratur. 12:45 Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari
padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari
pada keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat ini."
Orang-orang Farisi dan ahli Taurat kelihatannya dinilai oleh Tuhan Yesus sebagai orang yang
lebih jahat, dibandingkan angkatan-angkatan sebelumnya. Apakah hal ini berhubungan
dengan perlakuan mereka yang akan menjatuhkan hukuman mati kepada Tuhan Yesus?
Betapa jahatnya menghukum Sang Juru Selamat Yang Terurapi, Allah sendiri. Mungkin hal
ini menjadi peringatan kepada kita untuk selalu waspada agar tidak didiami oleh roh jahat.
Jangan sampai, semakin kita tahu dan mengerti akhirnya membuat kita menjadi sombong,
merasa paling tahu. Akhirnya memanfaatkan segala macam celah yang masih terbuka, yang
tidak tertulis sebagai aturan, berarti boleh dijalankan. Semakin tahu malahan pagar makan
tanaman. Beruntunglah orang yang semakin tahu malah semakin menunduk dan
melaksanakan pengetahuannya untuk kebaikan. Dia akan menjadi panutan. Jangan sampai
menjadi Nato (no action talk only, ngomong saja tanpa mau berbuat). Kitapun sering
mengaku sebagai pengikut Kristus, namun perbuatan kita bertentangan dengan ajaran yang
kita ikuti, sadar maupun tidak sadar. Kejahatan kita selimuti dengan Firman Allah agar dapat
diterima dan disetujui serta diakui. Jangan-jangan Kitab Suci memang kita jadikan modal
utama untuk mengeruk keuntungan. Jangan-jangan rombongan roh jahat ini yang
mengajarkan kepada kita bagaimana memanfaatkan ayat Kitab Suci.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai seseorang yang kelihatan baik. Pada suatu
ketika terjadi perbedaan pendapat, ideologi, prinsip atau apapun namanya dengan orang lain.
Perbedaan itu tidak dapat diterima dengan cara apapun, dan muncullah perasaan iri dengki
sampai antipati. Dia mengumpulkan sekelompok orang yang sehaluan secara diam-diam dan
merekayasa, bagaimana untuk menghilangkan orang yang berbeda tersebut. Segala macam
cara halus dan kasar kalau perlu ditempuh. Apabila roh jahat sudah berkumpul dan
bersepakat untuk sesuatu, pasti yang ditimbulkannya berdampak hebat. Dan hal tersebut
anehnya dianggap biasa saja, atau malahan kelompoknya tersebut dianggap sebagai pahlawan.

Namun satu hal yang tidak bisa kita pungkiri, dengan kuasa-Nya yang begitu misteri; pada
dasarnya setiap manusia sudah diisi seperti program standard, membedakan antara baik dan
buruk, antara benar dan salah, secara universal. Sudah sejak awalnya. manusia dikaruniai hati,
jiwa dan akal budi sebagai kendaraan menuju keselamatan.

Yesus dan sanak saudaranya


12:46. Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya
berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. 12:47 Maka seorang berkata kepada-Nya: "Lihatlah, ibu-
Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau." 12:48 Tetapi jawab Yesus
kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: "Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-
saudara-Ku?" 12:49 Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: "Ini ibu-Ku dan
saudara-saudara-Ku! 12:50 Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah
saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku."
Mari kita bayangkan saat itu ketika Tuhan Yesus sedang bersemangat berbicara kepada
banyak orang. Terus tiba-tiba ada yang nyelonong memotong pembicaraan. Mungkin maksud
orang tersebut baik, karena saudaranya menunggu. Namun jawaban Tuhan Yesus sangat
mengherankan membikin terperanjat. Kalau kata-kata Tuhan Yesus tersebut kita terapkan
dalam keluarga kita, rasanya kita akan dimusuhi oleh seluruh kerabat kita. Kurang ajar, tidak
sopan dan kata-kata gerutuan lain akan keluar. Hal ini malah dimanfaatkan oleh Tuhan Yesus,
untuk menegaskan tentang persaudaraan rohani yang lebih penting. Bukan persaudaraan dari
keturunan sedarah daging secara biologis.

Dar/memahami Matius 103


104

Yang dapat penulis pahami adalah, jika kita ingin menjadi saudara Tuhan Yesus, syaratnya
kita harus melakukan kehendak Bapa di sorga secara lahir dan batin. Kita harus siap berubah
melalui pemurnian diri dan selanjutkan melaksanakan Firman-Nya. Sebelumnya sudah
dikatakan bahwa mengasihi Allah harus melebihi dari mengasihi saudaranya sendiri. Saudara
secara rohani rasanya lebih di atas dibandingkan dengan saudara hubungan darah. Saudara
dalam rohani sudah melampaui batas suku, ras, bangsa dan yang lainnya.
Saudara tidak selalu berarti saudara kandung atau masih ada kaitan darah. Para muridpun
disebut sebagai saudara-Nya karena bekerja bersama Dia. Kita sering menyebut bahwa kita
semua bersaudara dalam Tuhan Yesus. Ada ungkapan “Dalam Yesus kita bersaudara” yang
mestinya berlanjut tanpa batas waktu dan situasi maupun kondisi.

Tulisan “saudara-saudara Tuhan Yesus” sering menjadi perdebatan pro dan kontra. Yang
pernah penulis baca bahwa kaidah bahasa Yahudi agak berbeda dengan bahasa Indonesia.
“Ibuku dan saudara-saudaraku” berarti ibuku dan saudaraku lain ibu, bisa anak paman, anak
bibi atau yang lainnya.. Sedangkan “Ibuku dan anak-anak ibuku” berarti ibuku dan
saudaraku sekandung. Sebagai orang Katolik, jelas penulis lebih mempercayai bahwa Bunda
Maria tercipta mulus tanpa cacat. Puteranya hanya satu yaitu Yesus Kristus, titik.

Sampai sekarang, sebenarnya tidak ada yang tahu secara pasti bagaimana misteri kelahiran
Bunda Maria maupun kelahiran Tuhan Yesus. Kita hanya tahu secara garis besar dari tulisan
Injil dan cerita-cerita “katanya.” Saksi mata yang benar mestinya orang tua Bunda Maria,
demikian juga dengan kelahiran Tuhan Yesus, mestinya hanya Bunda Maria dan Bapak
Yusup.

Seringkali kali kita bayangkan bahwa Bapak Yusup dan Bunda Maria itu seperti kita, yang
masih dipenuhi dengan rasa nafsu birahi dan penuh dosa. Jika kita berani jujur dengan diri
sendiri, pasti kita akan mengakui bahwa kehidupan keluarga kudus Nazaret secara rohani di
atas kita. Kita bukan apa-apa dibandingkan dengan mereka. Mungkin kita pernah mendengar
cerita orang-orang kudus yang berani dan konsekuen dengan niat untuk hidup taat, selibat dan
melarat. Orang-orang kudus ini rasanya masih belum sebanding dengan keluarga kudus
Nazaret. Keluarga kudus Nazaret adalah keluarga yang penuh misteri illahi, yang dari
awalnya tidak pernah diperhitungkan oleh masyarakat pada waktu itu.

Bab 13. Perumpamaan, ditolak di Nazaret

Perumpamaan tentang seorang penabur


13:1. Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. 13:2 Maka datanglah
orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di
situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. 13:3 Dan Ia mengucapkan banyak hal
dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.
13:4 Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan
memakannya sampai habis. 13:5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak
tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. 13:6 Tetapi sesudah matahari
terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. 13:7 Sebagian lagi jatuh di tengah
semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. 13:8 Dan sebagian
jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat,
ada yang tiga puluh kali lipat. 13:9 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Dalam perumpamaan ini kita bisa membayangkan tentang penabur, benih, tanah, burung,
panas matahari, semak duri dan buah hasil dari benih.

Dar/memahami Matius 104


105

Marilah kita bertanya kepada diri sendiri, apakah kita ini sebagai tanah di pinggir jalan,
tanah yang tipis berbatu, tanah bersemak duri atau tanah yang
baik. Pasti harapannya ingin menjadi tanah yang baik dan subur.
Selanjutnya apabila kita sadari bahwa tidak termasuk tanah yang
baik, apa yang sebaiknya kita lakukan? Masih ada waktu untuk
berubah dan menyesuaikan diri, apabila dirasa kurang cocok.

Kelihatannya zaman sekarang ini segala macam jenis tanah bisa


direkayasa sedemikian rupa sehingga menjadi tanah subur.
Diperlukan orang yang berpengalaman untuk mengolah tanah
tersebut. Namun usaha untuk merekayasa tanah tersebut
bukanlah usaha yang gampang, dan pasti memerlukan waktu.
Tanah di pinggir jalan yang keras karena terinjak-injak perlu
diberi batas. Setelah itu benihnya harus dapat masuk ke dalam tanah yang di luar batas jalan.
Tanah tipis yang berbatu mau tidak mau batunya dikumpulkan dan dipindahkan, agar
terkumpul tanah yang cukup untuk ditanami. Demikian juga tanah yang bersemak duri,
sebelum ditanami benih semak durinya harus dicabut dan dibakar sampai habis. Biarlah
abunya menjadi pupuk tambahan. Tanaman yang tumbuhpun perlu diawasi jangan sampai
dicabut orang yang suka iseng.

Kita bisa membaca beberapa riwayat orang-orang kudus yang awalnya menjadi tanah gersang
dan berbatu penuh semak duri, atau malahan Saulus yang menjadi Santo Paulus. Mau tidak
mau harus menyertakan Sang Penabur sendiri untuk berkarya. Tanah yang subur saja kalau
tidak dirawat bisa tidak menghasilkan buah. Tanaman tersebut bisa saja hanya subur daun
yang begitu lebat, namun tidak berbuah. Jika mulai berbunga, bunganya selalu rontok dan
berguguran.

Dalam pemahaman penulis, sebenarnya setiap orang adalah benih yang ditaburkan ke dunia
ini. Hampir atau semua benih membutuhkan air kehidupan yang akan mengubah bentuk
benih tersebut berproses menjadi tanaman. Tanpa air kehidupan, benih tersebut masih tetap
benih. Selama dalam kondisi ideal, tidak terganggu oleh apapun, maka benih tersebut masih
bisa bertahan sebagai benih.

13:10 Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata
kepada mereka dalam perumpamaan?" 13:11 Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk
mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. 13:12 Karena siapa yang
mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak
mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. 13:13 Itulah sebabnya Aku
berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat
dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. 13:14 Maka pada mereka
genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak
mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. 13:15 Sebab hati bangsa ini
telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan
mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya,
lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. 13:16 Tetapi berbahagialah matamu karena
melihat dan telingamu karena mendengar. 13:17 Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin
mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.
Rasanya cukup berat juga untuk memahami ajaran-Nya. Sepertinya, untuk mengetahui rahasia
Kerajan Sorga harus lebih dahulu bersekutu dengan Tuhan Yesus, menjadi saudara-saudara-
Nya. Anggaplah seperti rahasia perusahaan, hanya akan diketahui oleh para pimpinan dan
pegawainya saja. Jika kita melakukan studi banding, pimpinan perusahaan hanya akan
mengungkapkan gambaran dan teori yang umum telah diketahui.

Dar/memahami Matius 105


106

Yang mempunyai semakin berkelimpahan dan yang tidak mempunyai semakin


berkekurangan. Dalam benak penulis hal tersebut pasti berhubungan dengan yang rohani,
kaya rohani atau miskin rohani. Zaman sekarang, sepertinya orang kaya semakin kaya, orang
miskin malahan semakin miskin. Namun dalam hal ini yang dapat penulis pahami adalah
harta rohani, yang kemungkinan besar akan bertolak belakang dengan harta duniawi. Harta
rohani tidak secara langsung berhubungan dengan kekayaan materi.

Dari pengalaman, penulis berpendapat bahwa jika kita disentuh oleh Tuhan dan
menanggapinya; begitu kita mencari kebenaran ajaran Tuhan Yesus, kita akan merasa haus.
Haus dan akan semakin mencari air kehidupan pelepas dahaga. Dan sepertinya air kehidupan
tersebut mengalir dan mengalir tanpa henti mengisi kehidupan kita. Pada batas tertentu kita
akan merasakan megap-megap dan begitu sulit untuk menerima air tersebut. Apakah hal
tersebut dianggap kejenuhan ataukah dianggap sebagai penyesuaian diri, mengatur nafas
kehidupan kemudian membuka mulut minum lagi, tergantung yang melihatnya. Orang lain
kenalan kita mungkin dapat merasakan perubahan yang kita alami, walaupun mungkin saja
kita biasa-biasa saja. Mungkin penampilan kita untuk awalnya dianggap aneh, berbeda dari
biasanya atau bagi yang cuek diterima seperti biasa saja.

Pertanyaannya, apakah orang yang sedang diliputi kegelapan akan semakin gelap dan tidak
bisa melihat terang? Apakah orang yang sedang getol mengejar harta duniawi dengan segala
cara, semakin melupakan harta rohaninya? Apakah mata telinga dan hati mereka semakin
keras? Mungkin secara umum banyak betulnya, sebab dalam memburu harta duniawi maka
kesibukan duniawi tersebut akan menyita waktu. Jangan-jangan dari hari Senin sampai
Minggu terus disibukkan dengan mengejar keuntungan duniawi. Pulang larut malam badan
sudah capai, mata telinga pikiran dan hati kepengin ditidurkan. Pagi-pagi subuh sudah
ditunggu kegiatan lanjutan yang rasanya tidak pernah selesai. Apalagi jika sudah terbayang
prospek ekonomi yang lebih menjanjikan. Kegiatan rohani nanti saja kalau sudah tua, kan
masih banyak waktu. Atau, agar terlihat orang lain, sekali waktu muncul walau hanya untuk
basa-basi saja

Apakah bisa dalam bersamaan mencari harta duniawi dan harta rohani, bagaimana syaratnya?

Berbahagialah mata yang dapat melihat dan telinga yang dapat mendengar Dia. Dialah yang
dicari-cari dan ditunggu-tunggu oleh para nabi dan orang benar. Karena ketidak-tahuan kita
maka kita sering kali acuh tak acuh saja. Mungkin perlu juga bahwa para imam dalam
kotbahnya selalu menekankan pentingnya membaca Kitab Suci. Firman Allah tertulis di
dalam Kitab Suci! Sentuhan hati secara halus, betapa membaca atau mendengarkan Kitab
Suci menjadi kebutuhan dalam hidup seluruh umat. Yang mungkin perlu penjabaran yang
disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari.

Dalam kehidupan sehari-hari penulispun sering merasakan betapa tebalnya hati mata dan
telinga ini untuk yang rohani. Keinginan untuk berdoa dikalahkan oleh kesibukan lain yang
sebenarnya juga tidak menghasilkan apa-apa. Kehendak untuk membaca Kitab Suci
terpinggirkan oleh tayangan televisi yang sepertinya lebih menarik pada saat itu. Kemudian
muncullah kemalasan demi kemalasan dengan membuat alasan pribadi, masih ada hari esok.
Penyakit malas dan kebosanan akan semakin berkembang sewaktu ingin melantunkan doa
rosario yang paling tidak akan memakan waktu tiga perempat jam. Keinginan meluangkan
waktu tinggal keinginan sehingga kenyataannya tidak ada saat lagi bagi Tuhan.

13:18 Karena itu, dengarlah arti perumpamaan


penabur itu. 13:19 Kepada setiap orang yang
mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi

Dar/memahami Matius 106


107

tidak dimengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah
benih yang ditaburkan di pinggir jalan. 13:20 Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu
ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. 13:21 Tetapi ia
tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena
firman itu, orang itupun segera murtad. 13:22 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang
yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman
itu sehingga tidak berbuah. 13:23 Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar
firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam
puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."
Pertanyaan di atas kelihatannya terjawab oleh penjelasan Tuhan Yesus, dan kita bisa
merenungkan di dalam hati kita masing-masing. Firman tentang Kerajan Sorga sudah mulai
disampaikan kepada kita. Menurut pendapat penulis, Kerajaan sorga adalah kerajaan Allah
sendiri yang anggap saja suatu keadaan atau tempat yang mulia tanpa ada siksa. Mungkin
isinya hanya kedamaian, ketentraman, penyembahan dan puji-pujian kepada Allah. Dimana
tempat itu, hanya Tuhan yang tahu karena penulis belum pernah ke sana. Untuk dapat menuju
ke sana, sepertinya hanya dengan mematuhi Firman Tuhan dan harus dapat mengalahkan
segala macam rintangan yang dipasang musuh. Kemudian harus melalui kematian badan yang
tidak bisa ditolak. Musuh-musuh yang kita hadapi adalah Setan sendiri yang merasuk ke
dalam kedagingan kita, dimana kita tidak siap teraniaya karena percaya Firman, kekuatiran
terhadap keuangan yang kuasa.

Batu sandungan yang sering kita alami salah satunya adalah membanding-bandingkan.
Mengapa yang ini berbuah seratus, yang ini enampuluh dan satunya lagi tigapuluh? Seringkali
kita tidak sadar atau lupa bahwa setiap benih yang ditaburkan akan mengalami proses
pertumbuhan yang berbeda-beda walau dalam satu tanah garapan. Demikian juga kita masing-
masing akan tumbuh melalui proses yang berbeda-beda. Banyak faktor yang akan
mempengaruhi perjalanan hidup kita masing-masing. Sekecil apapun perbedaan itu, tetaplah
tidak ada seorangpun yang sama persis luar dalamnya. Dan itulah uniknya setiap manusia
yang harus dapat kita maklumi. Seringkali kita ingin lebih dari orang lain, apapun itu.
Rasanya begitu sulit untuk mensyukuri bahwa orang lain tersebut memang memiliki
kelebihan yang harus kita akui lahir batin. Mengapa? Terus harus bagaimana?

Perumpamaan tentang lalang di antara gandum


13:24. Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan
Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. 13:25 Tetapi pada
waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu,
lalu pergi. 13:26 Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. 13:27
Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih
baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? 13:28 Jawab tuan itu: Seorang
musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan
supaya kami pergi mencabut lalang itu? 13:29 Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum
itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. 13:30 Biarkanlah keduanya tumbuh
bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai:
Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian
kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."
Kelihatannya kehidupan ini selalu terisi orang-orang
yang benar dan yang jahat, yang sama-sama menikmati
matahari, hujan dan lain-lain. Pada waktunya nanti
Tuhan sendiri yang akan memisahkan mereka sesuai
amal perbuatannya.
Pada dasarnya Tuhan telah menanamkan benih
kebenaran kepada setiap manusia ciptaan-Nya sejak
dari kandungan. Tanpa campur tangan Allah, maka
pembuahan tidak akan pernah terjadi. Roh sudah ada lebih dahulu sebelum terbentuknya
daging. Seorang bayi mungil yang keluar dari kandungan ibunya masih bersih dari segala
Dar/memahami Matius 107
108

kotoran dunia. Pekerjaan awalnya menangis, makan minum dan tidur untuk membentuk
tubuh.

Namun setanpun tidak mau ketinggalan, pada saat yang tepat menanamkan juga benih
kejahatan. Biasanya seseorang tidur karena capai dan tubuh ini memerlukan istirahat. Tidur
menutup mata mulai masuk ke dalam suasana gelap. Tidur secara rohani, terlelap dan
malahan ada ungkapan sedang gelap mata hatinya. Disitulah benih kegelapan, kejahatan mulai
merasuki, tumbuh dan berkarya dengan cerdiknya. Kebenaran dan kejahatan akan tumbuh
bersama-sama dan setiap manusia sudah tahu serta mengenal kedua-duanya. Karena manusia
sudah dikaruniai kehendak bebas, Tuhan melarang malaikatnya untuk membasmi kejahatan.
Kita dibebaskan untuk memilih mana yang akan bertumbuh di dalam diri kita, kebenaran atau
kejahatan. Pada harinya nanti, Tuhan sendiri yang akan mengadili sesuai dengan amal
perbuatan kita.

Apakah kita termasuk gandum atau ilalang? Benih gandum bagaikan benih iman yang
membuahkan kasih, dan kasih akan membuahkan perbuatan baik dan benar, menumbuhkan
persatuan. Sedangkan benih ilalang bagaikan benih kegelapan yang membuahkan egoisme,
dan egoisme akan membuahkan keserakahan, iri dengki, kesombongan dan sejenisnya.
Perbuatan tidak benar tersebut menumbuhkan perselisihan dan perpecahan. Dan Tuhan Yesus
mengatakan bahwa ilalang akan dikumpulkan serta dibakar terlebih dahulu. Baru kemudian
gandum dikumpulkan dan disimpan ke dalam lumbung.

Seringkali kita berpikir dalam hati, ngobrol atau malahan berdoa; mengapa Tuhan tidak
menghabiskan saja orang-orang jahat, pembunuh dan perampok, koruptor dan sebagainya.
Kalau bersih dari orang jahat, bukankah dunia akan damai sentausa sejahtera? Dan
kenyataannya, kita diminta untuk merenungkan perumpamaan ini. Tuhan maha baik dan maha
kasih kepada semua ciptaan-Nya. Semuanya diberi kebebasan untuk berproses, tumbuh
berkembang dan berbuah sampai pada waktunya.

Tuhan Yesus sepertinya tidak pernah menggambarkan Kerajaan Sorga secara jelas dan nyata.
Dia malahan lebih menekankan dan mengharapkan :”Lakukanlah saja kehendak Bapa di
Sorga lebih dahulu. Maka setelah itu kalian akan mengerti dan merasakan Kerajaan Sorga
itu seperti apa.”
Kerajaan Sorga hanya akan dikaruniakan Tuhan kepada orang-orang beriman yang berani
mempertahankan perbuatan kebenaran dan kebaikan. (1)

Perumpamaan tentang biji sesawi


13:31 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan
Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. 13:32 Memang
biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar
dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang
bersarang pada cabang-cabangnya."
Biji sesawi yang dimaksudkan dalam perumpamaan ini nyatanya berbeda dengan sesawi yang
kita kenal dan kita bayangkan di sini. Bisi sesawi di Israel yang penulis lihat begitu lembut,
yang mungkin lebih kecil dari biji tembakau yang sudah kecil sekali. Dan memang bisa
tumbuh besar, yang memungkinkan burung-burung kecil bersarang. Mungkin ungkapan biji
sesawi disini termasuk biji pohon perdu, bukan jenis sayuran yang kita makan. Pasti segala
sesuatu yang Dia ciptakan di alam raya ini ada maksudnya. Dari segala binatang, segala
tanaman yang ada, pasti ada maksud tertentu. Hanya untuk apa itu, penulis tidak tahu.

Pemahaman penulis, Kerajaan Sorga itu seperti diremehkan oleh kita manusia dibandingkan
dengan Kerajaan Dunia yang kasat mata. Yang kasat mata penuh gemerlapan dan kenikmatan
Dar/memahami Matius 108
109

duniawi, langsung dapat kita cicipi. Kerajaan dunia itu ada di hadapan kita secara nyata.
Sedangkan kerajaan sorga tidak bisa kita bayangkan seperti apa sebenarnya. Yang jelas pada
saat ini belum menjadi prioritas utama yang memberikan harapan. Karena sulit dibayangkan
dan hanya berhenti di angan-angan, maka kita kesampingkan atau kita kebelakangkan.
Diumpamakan sebagai biji benih yang begitu kecil.

Coba kita renungkan Tuhan Yesus, Sang Maha Besar yang datang ke dunia menjadi begitu
kecil, sederhana dan tidak dikenal. Seringkali diremehkan dan tidak dianggap mempunyai
nilai. Yang kecil dan remeh seringkali kalau sudah tumbuh subur akan kelihatan besarnya.
Lho, koq bisa ya, ada apa di balik itu? Mulailah orang tertarik dan mencari makna di balik
itu.Yang minoritas kalau mempunyai nilai positif pasti akan tampil beda, terus kelihatan dan
akan dicari orang. Yang berniat dan mau mencari pasti akan menemukannya.

Biji sesawi kalau tidak merubah diri akan tetap biji. Namun begitu menyatu dengan tanah,
sesuai dengan habitatnya, berinteraksi maka akan merubah dirinya. Terjadilah proses
perubahan dengan munculnya akar, batang daun membentuk pohon. Pada saatnya akan
menjadi pohon besar, berbunga dan berbuah. Burung-burung kecil berdatangan sampai
bersarang di dahannya.
Benih biji sesawi bagaikan benih iman bahwa Pencipta itu ada. Percaya saja tidak cukup kalau
tidak berubah membentuk habitus baru yang terpancar melalui perbuatan nyata. Habitus baru
bisa bertumbuh apabila disirami dan dipupuk, dibersihkan dari segala macam hama yang
menyerang. Berubah berarti bertobat lahir batin, membentuk manusia baru yang dapat
dirasakan oleh orang lain melalui perbuatan nyata. Mereka berdatangan untuk membuktikan,
ingin mengetahui, ingin belajar, ingin berteduh dengan suatu harapan baik.

Kelihatannya Tuhan Yesus mengharapkan kita dengan gerejanya bisa tampil di kerajaan
dunia. Tumbuh bersama dengan yang lainnya, bisa menjadi tempat berteduh bagi yang
membutuhkan. Malahan tempat bersarang yang nyaman dan berkembang biak.

Kerajaan Sorga hanya akan dikaruniakan kepada orang-orang beriman “sederhana” yang mau
mencari kebenaran Illahi dan mau bangkit berubah dan selanjutnya berbuah. (2)

Perumpamaan tentang ragi


13:33 Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga itu
seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat
sampai khamir seluruhnya."
Ragi yang penulis kenal memang dipakai hanya sedikit saja untuk membuat adonan roti,
begitu juga ragi untuk membuat tape atau tempe. Yang sedikit tadi dapat mempengaruhi dan
yang terpengaruh tersebut akan berubah sendiri. Karena ragi, tepung berubah menjadi adonan
roti; karena ragi maka singkong atau ketela pohon berubah menjadi tape. Karena ragi kedele
berubah menjadi tempe. Bagaimana yang kecil dan sedikit dapat mempengaruhi yang lebih
banyak?

Dapatkah teladan Tuhan Yesus sang manusia sejati yang teraniaya mempengaruhi pola
kehidupan kita? Jika kita tersentuh dan merasakan sentuhan ragi Tuhan, pasti akan terjadi
sesuatu yang hebat dan mengagumkan yang membuat kita ingin bersatu dengan sang ragi.
Ada proses pertumbuhan mengakui, mempercayai, pasrah dengan sukarela dan sukacita,
semakin menyatu dan menimbulkan perubahan dari dalam. Berubah dan berubah menjadi
anak-anak Allah. Anak-anak Allah adalah pewaris Kerajaan Sorga.
Menjadi panutan dan menjadi contoh kebenaran dan kebaikan, sinar dan aromanya pasti dapat
dirasakan oleh orang banyak. Bila kita mengakui sang panutan dan mempercayainya,

Dar/memahami Matius 109


110

mestinya kita berubah dan mengikuti apa yang diperbuat olehnya. Kita dan gerejanya
diharapkan bisa menjadi ragi dalam dunia ini

Kerajaan Sorga hanya akan dikaruniakan kepada orang-orang beriman yang mendengar
Firman dan mengerti, terus bertobat dan berubah mengikuti Sang Firman. (3)

Penjelasan perumpamaan tentang lalang di


antara gandum
13:34 Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa
perumpamaan suatupun tidak disampaikan-Nya kepada mereka, 13:35 supaya genaplah firman yang
disampaikan oleh nabi: "Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau
mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan." 13:36 Maka Yesuspun meninggalkan
orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah
kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu." 13:37 Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang
menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; 13:38 ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-
anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. 13:39 Musuh yang menaburkan benih lalang ialah
Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. 13:40 Maka seperti lalang itu
dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. 13:41 Anak Manusia akan
menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang
menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. 13:42
Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan
gigi. 13:43 Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan
Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Penjelasan ini rasanya cukup bagi kita yang percaya kepada Anak Manusia. Tinggal
bagaimana kita memanfaatkan mata dan telinga untuk mendengar dan mengerti, masuk dalam
hati, jiwa dan akal budi, terus mengamalkan ajaran-ajaran-Nya dengan perbuatan nyata. Janji
Tuhan Yesus, yang setia adalah mereka yang bercahaya seperti matahari. Namun sebaliknya
adalah dapur api yang berisi ratapan dan kertak gigi.

Perumpamaan tentang harta terpendam


13:44. "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang,
yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya
pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.
Menemukan harta karun jelas kejadian yang menakjubkan. Harta karun
mestinya membuat kita senang, gembira karena menjadi kaya, membuat
bahagia. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai orang-orang
yang sedang mencari kebenaran hidup. Mereka masih mencoba-coba dan
membandingkan kebenaran yang ditawarkan. Jangan-jangan kitapun pada
waktu pertama kali belajar agama tidak berpikir tentang kebenaran sejati.
Yang penting dibaptis dan mempunyai agama serta melakukan kewajiban sebagai orang
Katolik. Asal jalan sudah cukup. Namun apabila kita menemukan kebenaran sorgawi,
rasanya membuat kita kaget sendiri. Mengapa hal ini tidak kita temukan dulu-dulu?
Kebenaran duniawi mulai terasa sia-sia dan kita rindu untuk segera berubah, menggantinya
dengan kebenaran sorgawi. Pengalaman Saulus menjadi Paulus mungkin salah satu contoh
nyata.

Betulkah Kerajaan Sorgawi menjadi dambaan kita lahir batin atau sekedar wacana? Sudahkan
kita menemukannya? Kalau belum, apa yang akan kita lakukan?

Kita malah sering berpikir bahwa harta karun surgawi itu begitu sulit untuk diraih. Terus kita
lebih berpihak untuk mengumpulkan harta duniawi. Sering kita tidak berani apabila ditantang
untuk menukar harta duniawi kita dengan harta karun surgawi yang harus kita gali. Keinginan
ada namun kita kalah karena kawatir, jangan-jangan malah rugi. Harta duniawi hilang, harta
karun surgawi tertanam begitu dalam dan begitu sulit untuk mencapainya. Akhirnya kita tidak
Dar/memahami Matius 110
111

berani membeli harta karun surgawi tersebut. Kita menawar, kalau boleh jangan sampai
menghabiskan harta duniawi yang sudah dimilki.

Dapat kita bayangkan sewaktu kita mengalami sakit. Bisa sakit gigi, sakit kepala dan
sebagainya. Suara lagu yang indah menjadi tidak menarik, makanan yang kita anggap enak
menjadi tidak berselera memakannya. Mobil mewah sudah tidak menarik lagi dan tidak kita
butuhkan waktu itu. Yang kita inginkan pada waktu itu hanya segera lepas dari himpitan sakit.
Kalau bisa ada obat cespleng yang bisa membuat langsung sembuh seketika. Mungkin kita
harus bisa seperti orang yang sakit gigi tersebut, mencari cara dengan segala upaya agar
terbebas dari sakit. Melupakan segala kesenangan karena ingin segera sembuh.

Kerajaan Sorga hanya dikaruniakan kepada orang-orang beriman yang berani melepaskan diri
dari kelekatan duniawi, dan berubah memilih kebenaran sorgawi. (4)

Perumpamaan tentang mutiara yang berharga


13:45 Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara
yang indah. 13:46 Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual
seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."
Mutiara yang luar biasa indahnya adalah dambaan bagi orang yang dapat menghargai nilai
keindahan. Tidak sembarang kerang bisa menghasilkan mutiara yang indah. Pasti pada zaman
itu mutiara merupakan barang langka. Hal tersebut pasti akan dicari sampai ketemu. Jika
perlu, segalanya akan dikorbankan untuk mendapatkan mutiara tersebut.

Pertanyaannya, apakah semua orang tertarik dengan mutiara yang indah? Adakah hal lain
yang lebih menarik pada saat itu? Atau mutiara hanya suatu impian yang tidak bisa dicapai
untuk dimiliki, karena sesuatu sebab. Hanya orang kaya saja yang mampu memiliki, yang
akan mengangkat derajat dan gengsi. Atau mungkin kita ini sebenarnya tidak tahu, apakah
yang kita inginkan, yang kita cita-citakan. Akhirnya disadari bahwa keinginan kita begitu
banyak kalau mempunyai kemampuan. Terus keinginan itu kita susun dan kita buat skala
prioritas. Jangan-jangan pada saat ini Kerajaan Sorga memang bukan skala prioritas yang
utama. Masih ada yang kita anggap lebih penting untuk saat ini. Apabila menjadi prioritas
utama yang kita cari, mustinya kitapun siap melepaskan apapun yang melekat dalam diri kita,
demi Kerajaan Sorga. Demi kabahagiaan abadi lahir batin.

Kerajaan Sorga hanya dikaruniakan kepada orang-orang beriman yang mencari kebenaran
sorgawi dan berani melepaskan diri dari jeratan duniawi. (5)

Perumpamaan tentang pukat


13:47 "Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu
mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. 13:48 Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke
pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang
tidak baik mereka buang. 13:49 Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan
datang memisahkan orang jahat dari orang benar, 13:50 lalu mencampakkan orang jahat ke dalam
dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 13:51 Mengertikah kamu semuanya
itu?" Mereka menjawab: "Ya, kami mengerti." 13:52 Maka berkatalah Yesus kepada mereka:
"Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga itu seumpama
tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya."
Pukat bagi penulis adalah simbul kasih Allah. Karena kasih-Nya, Tuhan menebarkan jaring
untuk semua manusia tanpa membeda-bedakan, tanpa melihat agama dan kepercayaan, tanpa
membedakan warna kulit. Tuhan mengharapkan semua manusia dapat melewati rintangan
samudera duniawi dan semuanya terjaring masuk sorga.

Dar/memahami Matius 111


112

Begitu melemparkan pukat ke dalam air, sang pemukat akan dengan sabarnya menunggu dan
menunggu, sampai pada saatnya kapan harus diangkat. Pukat tidak pernah memilih-milih ikan
atau binatang lain yang masuk perangkap kasihnya. Setelah saatnya diangkat, barulah
kelihatan mana yang baik dan mana yang tidak. Yang dianggap tidak layak, tidak memenuhi
syarat akan dibuang, sedangkan yang layak masih mungkin dipisah-pisahkan, diklasifikasikan
sesuai kualitasnya. Betapa ngeri membayangkan ikan tidak layak yang dibakar dalam dapur
api, yang hanya berisi ratapan dan kertak gigi. Kita termasuk ikan yang mana?

Perumpamaan ahli Taurat yang menerima pelajaran tentang Kerajaan Sorga agak sulit
dicerna. Apakah yang dimaksudkan adalah terjadinya perubahan dari paradigma dan
perbuatan lama, menuju paradigma dan perbuatan yang baru sesuai ajaran-Nya?
Membersihkan diri dari segala macam perbuatan lama dan diganti dengan perbuatan baru?
Mati dari manusia lama dan hidup menjadi manusia baru? Anggaplah cuci otak.

Sering kali kita mempercayai ajaran, cerita atau dongeng yang disampaikan kepada kita.
Mungkin malahan sudah kita ceritakan kepada yang lain dan juga percaya. Pada suatu ketika
kita mengenal sumber pembuat cerita atau ajaran tersebut, dan disampaikan bahwa dongeng
yang tersebar itu keliru. Yang sebenarnya adalah begini dan begitu. Betapa mengagetkan dan
betapa susahnya kita keluar dari kemapanan, kebiasaan yang selama ini kita terima. Memori
ajaran lama dan jabarannya tersebut harus dapat kita keluarkan, kita hilangkan sampai bersih.
Dan sekarang berubah menerima langsung dari sumbernya.

Masalah lain masih ada, bagaimana yang dulu pernah menerima cerita kita? Dapatkah mereka
semua kita hubungi? Apakah yang terjadi kalau tidak terhubungi semua?
Yang jelas, cerita kebenaran akan selalu berdampingan dengan cerita kebohongan sampai
waktu yang tidak terbatas. Sampai-sampai bias menjadi tidak jelas, mana yang benar mana
yang salah, mana yang asli mana yang palsu. Mungkin hanya dengan ketajaman hati baru bisa
membedakan, gampangnya kita kembali ke ajaran awal, dengan melihat buah-buahnya.

Kerajaan Sorga hanya akan dikaruniakan kepada orang-orang beriman yang berani berubah
total, memenuhi syarat sesuai ketetapan dan kehendak Tuhan. (6)

Dalam pemaham penulis, Tuhan Yesus mengungkapan Kerajaan Sorga dengan berbagai
macam perumpamaan, yang berarti banyak cara untuk menuju kesana. Yang pertama adalah
percaya bahwa Allah itu ada dan selalu berkarya. Kemudian mencoba mendengarkan suara-
Nya, merenungkan pesan atau kehendak-Nya. Selanjutnya kita berusaha bangkit untuk
berubah melaksanakan amanat-Nya, berani melepaskan diri dari kelekatan duniawi untuk
berpihak kepada kebenaran sorgawi.

Yesus ditolak di Nazaret


13:53. Setelah Yesus selesai menceriterakan perumpamaan-perumpamaan itu, Iapun pergi dari situ.
13:54 Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka.
Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk
mengadakan mujizat-mujizat itu? 13:55 Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya
bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? 13:56 Dan bukankah
saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya
semuanya itu?" 13:57 Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka:
"Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya." 13:58
Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ.
Rasanya perlu disadari juga, bahwa biarpun kita bukan seorang nabi, namun apabila kita
menjadi terkenal dan dihormati, atau disegani, jangan-jangan hal tersebut tidak akan berlaku
juga di dalam keluarga kita. Kita akan diangap oleh keluarga kita sebagai biasa-biasa saja.
Keluarga kita sudah lebih tahu siapakah kita, mulai dari kecil sampai dewasa. Demikian juga
Dar/memahami Matius 112
113

oleh tetangga, kita akan dianggap biasa saja. Mereka sudah mengenal latar belakang
kehidupan kita. Perubahan yang terjadi, biasanya akan lebih dirasakan oleh orang-orang yang
sudah lama tidak pernah ketemu. Pertemuan setiap hari lebih sulit untuk melihat dan meraba
rasakan perubahan yang dialami seseorang yang selalu ketemu. “Itu kan Darmono yang kita
kenal dulu. Apa betul sich, dia sekarang sudah berubah?” Jelas berubah! Berubah semakin
tua! Dikatakan bahwa yang kekal itu perubahan.

Karena tidak adanya kepercayaan, maka mukjizat juga tidak banyak terjadi. Kelihatannya kita
harus percaya dan percaya dahulu, agar mukjizat selalu terjadi pada kita. Dan nyatanya setiap
saat yang kita lalui adalah mujizat dan mujizat, yang perlu kita syukuri. Mujizat yang sifatnya
pribadi, yang kita rasakan dan yakini sepenuh hati. Dari hal sepele sampai yang besar, apakah
itu sapaan, penghiburan ataupun peringatan

Bab 14. Yohanes Pembaptis dibunuh, memberi makan 5000 orang, berjalan di atas air

Yohanes Pembaptis dibunuh


14:1. Pada masa itu sampailah berita-berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah. 14:2 Lalu ia
berkata kepada pegawai-pegawainya: "Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang
mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya." 14:3 Sebab memang Herodes telah
menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa
Herodias, isteri Filipus saudaranya. 14:4 Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: "Tidak halal
engkau mengambil Herodias!" 14:5 Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak
yang memandang Yohanes sebagai nabi. 14:6 Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak
perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyukakan hati Herodes, 14:7 sehingga Herodes
bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya. 14:8 Maka setelah dihasut oleh
ibunya, anak perempuan itu berkata: "Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah
talam." 14:9 Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya
diperintahkannya juga untuk memberikannya. 14:10 Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di
penjara 14:11 dan kepala Yohanes itupun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis
itu dan ia membawanya kepada ibunya. 14:12 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis
mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus.

Yesus memberi makam lima ribu orang


14:13. Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri
dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan
mengambil jalan darat dari kota-kota mereka. 14:14 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak
yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia
menyembuhkan mereka yang sakit. 14:15 Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan
berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya
mereka dapat membeli makanan di desa-desa." 14:16 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak
perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." 14:17 Jawab mereka: "Yang ada pada
kami di sini hanya lima roti dan dua ikan." 14:18 Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku."
14:19 Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua
ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan
memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang
banyak. 14:20 Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan
potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh. 14:21 Yang ikut makan kira-kira lima ribu
laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.
“Kamu harus memberi mereka makan” adalah suatu ajaran nyata untuk berbelas kasihan
kepada sesama. Memberi makan orang lain menjadi ajaran dari Tuhan Yesus sendiri, yang
mestinya harus kita teladani. Makan tidak mesti berupa roti atau nasi, namun bisa segala
macam lainnya yang memang bisa dimakan. Dan masih ada makanan lain yang dibutuhkan
untuk kesehatan rohani, makanan Firman atau ajaran kehidupan yang berisi kebenaran dan
kebaikan.

Dar/memahami Matius 113


114

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita mengusir tamu secara halus hanya karena kita
tidak siap membagi rezeki kepada orang lain. Apalagi persediaan makanan pada waktu itu
hanya cukup untuk sekeluarga. Dimakan sekeluarga saja pas-pasan, apalagi kalau dibagi
bersama tamu pasti akan kurang. Setelah itu kita menggerutu atau membatin :”Datang
bertamu saja pas saat makan. Disengaja kali?” Jelas bahwa kita tidak sama dengan Tuhan
Yesus yang maha kasih dan maha kuasa yang dapat menggandakan roti dan ikan sampai
bersisa.

“Bawalah kemari kepada-Ku,” merupakan ajaran agar apa yang ada, yang kita miliki menjadi
berkat apabila dihunjukkan kepada-Nya. Jika kita berani berkorban dengan tulus penuh belas
kasih, berkat Tuhan pasti akan membikin “kenyang” kita semua bersama tamu kita. Yang
sedikit itu akan menjadi berkat bersama, akan mengisi perut dan membuat kenyang rohani
kita. Biarlah yang sedikit itu kita nikmati bersama-sama dengan suka cita, karena memang
hanya itu adanya. Sukacita tumbuh bersama-sama karena dianggap dan menganggap sahabat
atau keluarga. Dan nyatanya suatu sukacita bisa mengalahkan rasa belum kenyang. Mencicipi
saja sudah cukup membikin kenyang jiwa dan raga, karena kasih bisa mengalahkan segala-
galanya.

Betapa mukjizat Tuhan Yesus begitu hebat, semuanya mungkin ribuan orang yang makan
kenyang. Berapa banyak orang yang makan mungkin tidak begitu penting, karena yang lebih
bernilai adalah betapa Tuhan Yesus memaklumi akan kebutuhan manusia ini. Begitu berbelas
kasih dengan contoh nyata memberi makan. Mengajarkan dan menggerakkan kita untuk
berbuat seperti Dia, berani dan tulus melakukan karya belaskasih kepada sesama.

Ada satu hal, betapa bangsa Yahudi tidak pernah memperhitungkan perempuan dan anak-
anak. Sepertinya perempuan dan anak-anak cukup diperhitungkan sebagai yang nomor dua.
Perempuan cukup dianggap sebagai kanca wingking, teman dibelakang yang tempatnya lebih
banyak di dapur. Dan anak-anak dianggap belum dewasa yang belum bisa mengikuti pola
pikir orang tua. Kelihatannya budaya ini berekembang menjalar ke seluruh dunia, yang
mungkin karena kodrat laki-laki dan perempuan yang memang berbeda. Jangan-jangan
manusia zaman dahulu kala berkaca atau lebih cenderung seperti binatang pada umumnya.
Bukan meniru model merpati yang begitu setia bekerja sama membesarkan anak-anaknya,
yang tetap mengikuti kodrat antara jantan dan betina.

Kira-kira apa yang ada dibenak semua orang pada waktu itu, ketika menyaksikan keajaiban
yang diperbuat oleh Tuhan Yesus? Bagaimanakah nasib roti sisa yang duabelas bakul itu?
Penulis merasa yakin bahwa ada sebagian orang biasa yang percaya kepada Tuhan Yesus.
Mungkin yang sebagian besar hanya melihat kesaktian-Nya saja, yang mungkin pada suatu
ketika bisa dimanfaatkan untuk memberontak kepada penjajah. Karakter yang keras dan bebal
hanya akan melihat dari sudut duniawi yang menguntungkan.

Yesus berjalan di atas air


14:22. Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-
Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. 14:23 Dan setelah orang banyak
itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam,
Ia sendirian di situ.
Tuhan Yesuspun sering menyendiri untuk berdoa di atas bukit, dan bukan hanya sebentar.
Mungkin saja Tuhan Yesus sedang ngobrol dengan Bapa di surga, atau malahan dengan para
kudus lainnya. Jadi, sebenarnya Tuhan Yesus tidak sendirian karena ada yang menemani
ngobrol. Paling tidak hal tersebut mengajarkan kepada kita, bahwa berdoa atau sebut saja
ngobrol rohani menjadi kebutuhan dalam hidup kita. Rasanya sangat berat untuk melakukan
permenungan yang berlama-lama seorang diri. Untuk berdoa rosario tiga peristiwa saja begitu
Dar/memahami Matius 114
115

berat, yang dapat menghabiskan waktu dua-tiga jam. Namun apabila


istilah doa itu kita ubah menjadi berbicara atau berkomunikasi
malahan ngobrol, berarti tidak sendirian namun terjadi dialog rohani.
Jangan-jangan waktu berlalu tidak terasa, tahu-tahu sudah berjam-jam.
Pengalaman penulis dengan para sahabat sewaktu ngobrol rohani
nyatanya semalam suntuk berlalu tidak terasa.

Pada kenyataannya, memang merenung dan ngobrol dengan Tuhan


lebih enak di malam hari yang sunyi. Tidak banyak gangguan yang
masuk dari panca indera, namun masih ada hambatan lain untuk
melawan kantuk, kemudian pikiran yang melayang kemana-mana.
Penulis tidak tahu, apakah Tuhan Yesus berdoa seperti yang ada dalam gambar-gambar
dimana Dia berlutut, kedua telapak tangan dikatupkan di depan dada. Ataukah sebenarnya Dia
begitu santai karena bertemu Bapa yang mahakasih dan yang kudus lainnya. Jika kita bisa
melihatnya, jangan-jangan seperti orang yang sedang melamun padahal komunikasinya dari
hati ke hati yang tidak kelihatan. Dalam pemahaman penulis, ngobrol dengan Tuhan secara
pribadi yang begitu intim, kita tidak berpikir lagi tentang tata gerak tubuh harus begini dan
begitu. Hati, jiwa dan pikiran kita secara spontan menyesuaikan diri, mengalir mengikuti
obrolan sengan Tuhan. Pada saatnya bisa saja terus menyembah sampai dahi menyentuh
tanah, kemudian duduk santai atau malahan setengah tiduran. Penulis membayangkan
bagaimana orang yang sakit perut pergi ke kamar mandi dan merasa sulit untuk mengeluarkan
sesuatu dari dalam perutnya. Atau orang yang sedang sakit parah yang hanya bisa tiduran
telentang.
Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk berdoa yang benar, yang dapat keluar dari hati, bukan
hanya dari bibir saja. Ajarilah aku untuk ngobrol dengan-Mu, dalam hal apa saja.

14:24 Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan
gelombang, karena angin sakal. 14:25 Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka
berjalan di atas air. 14:26 Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut
dan berseru: "Itu hantu!", lalu berteriak-teriak karena takut. 14:27 Tetapi segera Yesus berkata
kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" 14:28 Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia:
"Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." 14:29 Kata Yesus:
"Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. 14:30
Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan,
tolonglah aku!" 14:31 Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai
orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" 14:32 Lalu mereka naik ke perahu dan
anginpun redalah. 14:33 Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya:
"Sesungguhnya Engkau Anak Allah."
Kita juga sering takut akan cerita hantu dan rasanya tidak akan
berani kalau diminta tinggal malam-malam di tempat yang sepi
dan gelap sendirian. Ketakutan itupun dialami oleh para murid.
Siapa yang dapat berjalan di atas air kalau bukan makhluk
halus? Kita tidak sadar bahwa Tuhan Yesus begitu sakti, begitu
maha kuasa. Apapun dapat Dia perbuat kalau Dia menghendaki.
Bahkan air danau atau lautpun lebih mengenal dengan
penciptanya. Air tersebut dengan penuh hormat bagaikan
merapatkan diri untuk menyambut Sang Maha, seolah-olah menjadi batu es agar Tuhan Yesus
bisa berjalan dengan santai. Hal ini menjadi pengalaman tersendiri bagi para murid, bahwa
gurunya betul-betul Anak Allah.

Yang diharapkan Tuhan Yesus hanyalah berteguh hati karena Dia akan selalu menyertai
orang yang percaya (madep manteb mati marang Gusti). Jadi, iman memang gampang
diucapkan, namun sangat sukar untuk menghayatinya, apalagi ditengah-tengah keraguan. Kita
Dar/memahami Matius 115
116

bisa membayangkan bagaimana hati pikiran kita, tatkala tengah berdoa diwaktu malam, tiba-
tiba kita melihat seseorang berada di hadapan kita dan kita tidak tahu dari mana datangnya.
Mungkin yang berkecamuk pada waktu itu bisa macam-macam, hantu, Tuhan atau orang
kudus lainnya atau malahan pingsan saking kaget dan takutnya.

“Tenang, jangan takut. Ini Aku.” kata-Nya. Hal ini mengajarkan kepada kita untuk selalu
tenang, tidak perlu panik. Suasana, situasi atau keadaan apabila Tuhan datang mestinya akan
sangat berbeda dibandingkan bila hantu yang datang. Sang Maha Kasih mestinya akan
menebarkan aroma dan suasana sejuk, tenteram yang melegakan. Sedangkan hantu atau roh
jahat kemungkinan besar akan menimbulkan suasana yang tidak enak, merinding atau bulu
roma berdiri yang lebih dekat ke menakutkan.

Tuhan Yesus berkata :”Datanglah” kalau kita memang menginginkan sesuatu dalam Nama-
Nya. Ucapan-Nya bukanlah kata-kata basa-basi, etika berbicara, namun betul-betul ucapan
yang tulus penuh kasih. Ucapan yang mengharap, dan menunggu kedatangan kita. Namun
keraguan dan iman kita yang tipis yang menjadi batu sandungan. Maka tenggelamlah Petrus,
demikian juga kita akan tenggelam karena kurang percaya. Seringkali kita bimbang dan ragu
akan sesuatu yang membuat kita kuatir akan hari-hari kemudian. Sepertinya kita tenggelam
atau terperosok ke dalam kekuatiran tersebut. Yang muncul di benak kita hanya kuatir,
bagaimana ini, bagaimana itu dan sejenisnya. Kita merasa tertekan bahkan sakit perut yang
tidak jelas. Sepertinya pada saat itu kita selalu lupa bahwa kita mempunyai Tuhan yang Maha
Baik dan Maha Belas-kasih. Yang mengharapkan kita terus berjalan maju sampai dihadapan-
Nya, madhep manteb lumaku tumuju. Kebimbangan dan keraguan akan menjadi batu
sandungan bagi kita untuk bertemu dengan Tuhan Yesus, Sang Anak Allah.

Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk tidak bimbang dan hanya percaya kepada-Mu saja, dan
tidak mencobai Engkau.

Yesus menyembuhkan orang-orang sakit di


Genesaret
14:34. Setibanya di seberang mereka mendarat di Genesaret. 14:35 Ketika Yesus dikenal oleh orang-
orang di tempat itu, mereka memberitahukannya ke seluruh daerah itu. Maka semua orang yang sakit
dibawa kepada-Nya. 14:36 Mereka memohon supaya diperkenankan menjamah jumbai jubah-Nya.
Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.

Bab ini kelihatannya menyiratkan bahwa Tuhan Yesus sebenarnya begitu mengasihi saudara-
Nya, Yohanes Pembaptis yang dibunuh Herodes. Sebenarnya Dia ingin menyepi, namun
karena kasih-Nya kepada banyak orang, Dia menyingkirkan keinginan tersebut. Dia lebih
memperhatikan kebutuhan orang-orang yang masih hidup ini. Kebutuhan jasmani maupun
rohani, walaupun nyatanya manusia lebih membutuhkan yang jasmani. Setelah segalanya
selesai, barulah Dia menyendiri untuk ngobrol dengan Bapa dan mungkin juga dengan roh
Yohanes Pembaptis. Kemudian, Dia menunjukkan keAllahan-Nya kepada para murid dengan
cara berjalan di atas air danau. Bukan main!

Kita juga bisa merasakan betapa Yohanes Pembaptis begitu teguh kepada kebenaran dan
kebaikan. Dia berani melawan, mengecam penguasa yang berlaku tidak benar walaupun
risikonya harus masuk penjara bahkan mati menjadi pahlawan kebenaran. Dia tidak mengajak
banyak orang untuk berdemonstrasi dan berdiri di belakang layar. Salah seorang nabi besar
yang mewakili zaman perjanjian lama namun malah tidak dipercaya oleh kelompok elit dalam
agama maupun pemerintahan pada waktu itu.

Dar/memahami Matius 116


117

Bab 15. Perintah Allah, perempuan Kanaan, memberi makan 4000 orang

Perintah Allah dan adat istiadar orang Yahudi


15:1. Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem kepada Yesus dan
berkata: 15:2 "Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak
membasuh tangan sebelum makan." 15:3 Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Mengapa kamupun
melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu? 15:4 Sebab Allah berfirman:
Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti
dihukum mati. 15:5 Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada
ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan
untuk persembahan kepada Allah, 15:6 orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau
ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri.
15:7 Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: 15:8 Bangsa ini
memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. 15:9 Percuma mereka
beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."
Jangan-jangan kita juga seperti orang Farisi dan ahli Taurat. Kita lebih taat kepada perintah
manusia, dibandingkan dengan perintah Tuhan. Tuhan Yesus lebih menekankan berbelas
kasih kepada sesama dibandingkan dengan persembahan kepada Tuhan. Mungkin dapat
diartikan bahwa persembahan yang paling besar kepada Tuhan, adalah kalau kita dapat
berbuat kasih kepada sesama dan membawa yang bersangkutan ke jalan kebenaran dan
kebaikan.

Tidak semua adat istiadat, etika atau aturan manusia selalu baik di Mata Tuhan. Adat
kebiasaan sudah semestinya dicari makna pilosopinya sewaktu hal tersebut mulai disepakati.
Karena perjalanan waktu, situasi dan kondisi yang terus berubah, ada banyak kemungkinan
adat kebiasaan tersebut ikut berubah. Jika direnungkan memang bisa terjadi bahwa ada adat
istiadat yang malah membikin kita jatuh dan semakin jauh dengan Tuhan dan ajaran-Nya.
Ada adat istiadat nenek moyang yang lebih dihargai daripada perintah Tuhan. Segalanya
boleh saja tetapi dengan syarat, jangan menghilangkan adat istiadat yang sudah diwariskan
oleh nenek moyang kita. Dan nyatanya kita tidak pernah mencari dan menggali mengapa
suatu adat kebiasaan tertentu sampai menjadi suatu norma. Jangan-jangan ada suatu adat yang
bisa dilanggar apabila ditebus, diganti dengan suatu perbuatan tertentu sesuai kesepakatan.
Perintah Tuhan adalah bagaikan Undang-undang Dasar yang menjadi aturan tertinggi yang
harus ditaati. Sudah semestinya kita tidak menambah atau mengurangi perintah tersebut.
Penjabaran atau penafsiran ke aturan sehari-haripun tidak boleh lepas dari yang di atas.

Membasuh tangan sebelum makan secara kesehatan jelas lebih baik, apabila air yang dipakai
untuk membasuh memang betul-betul sudah bersih. Dan mata kita sering terjebak bahwa air
yang bening selalu kita anggap bersih dan steril, dibandingkan dengan air yang agak keruh
namun sudah diberi antiseptic. Namun, apakah bedanya antara membasuh tangan dengan
yang tidak, apabila tangan tersebut tidak dalam keadaan kotor? Kemurnian hati rasanya lebih
penting daripada basa basi yang dapat disalah artikan oleh orang lain yang tidak tahu budaya
kita. Dan sering kali kita menganggap bahwa budaya kitalah yang paling baik. Mustinya kita
mencari latar belakang munculnya budaya dan adat istiadat tersebut, agar tidak salah
mengartikan.

Nubuat Yesaya sepertinya masih berlaku bagi kita sekarang ini. Mari kita renungkan dengan
hati yang bening dan jujur. Betulkah kata-kata Yesaya tersebut? Jika betul, apa yang harus
kita perbuat untuk merubah diri? Jika tidak, apakah sudah kita laksanakan ajaran-Nya? Hanya
kita sendiri yang tahu tentang diri kita. Dan hanya Tuhan saja yang tahu tentang kita.
15:10. Lalu Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka: 15:11 "Dengar dan
camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar
dari mulut, itulah yang menajiskan orang."

Dar/memahami Matius 117


118

Dengan tegas Tuhan Yesus mengatakan bahwa apapun yang masuk kedalam mulut kita tidak
membuat kita najis. Haram dalam hal makanan dan minuman dan yang lainnya yang
diberlakukan pada zaman Perjanjian Lama sudah disempurnakan oleh Tuhan Yesus. Bagi
pengikut Kristus, tidak ada sesuatupun yang haram, menajiskan atau membuat dosa, apapun
yang masuk kedalam mulut kita. Kita diminta untuk tidak munafik namun konsekuen, sesuatu
adalah haram namun kalau dibutuhkan dan dalam keadaan darurat menjadi halal. Namun
nyatanya kita masih berdebat dalam hal tersebut sampai sekarang.

Dengan ayat lain, kelompok tertentu mendeklarasikan bahwa masih ada yang haram, sebutlah
merokok, alkohol, narkoba dan yang lainnya. Mungkin merokok, menyirih atau “nginang”
belum dikenal pada zaman Tuhan Yesus. Penulis tidak tahu sejak kapan sejarah merokok
diperkenalkan. Apa yang ada di benak kita jika menonton tayangan Fear factor di televisi?
Apakah yang masuk ke dalam mulut mereka menajiskan atau tidak? Menjijikkan mungkin.
Kita mengatakan jijik karena sudah diajarkan sejak kecil, jangan begini dan jangan begitu
karena menjijikkan. Cerita haram dan halal agak berbeda dengan menjaga kesehatan jasmani.

Bagi penulis, apapun yang masuk ke dalam mulut kita dapat membahayakan kesehatan
jasmani, bukan dari kesehatan rohani. Yang bisa memasuki tubuh kita bukan hanya dari
mulut. Infus dan alat suntik bisa masuk dari kulit yang menembus pembuluh darah, sari
makanan masuk dari lobang hidung. Begitu juga jenis narkoba tidak selalu lewat mulut.
Mungkin kita pernah mendengar bahwa morfin disuntikkan ke dalam tubuh untuk
mengurangi rasa sakit.

Penulis sependapat apabila nafsu jasmani bisa mempengaruhi kesehatan rohani, begitu juga
sebaliknya. Dari mata dan telinga malahan lebih berbahaya bagi kesehatan rohani. Penulis
lebih sependapat apabila dikatakan bahwa umur orang zaman Abraham lebih panjang
dibandingkan umur di zaman kita sekarang. Hal tersebut terjadi mungkin karena “pola
makan” yang kita lakukan selama ini. Kita memanjakan selera panca indera kita, dengan
alasan mumpung masih bisa melakukannya.

Lidah tak bertulang malahan sering disebutkan dapat lebih tajam dari pisau. Perkataan yang
keluar dari mulut kita sering kali tanpa kita sadari membuat orang lain sakit hati. Sering kali
kita mencari alasan bahwa itu salahnya sendiri, kurang dewasa, kurang pergaulan dan
sebagainya. Kita merasa bahwa kita sudah benar sendiri dan banyak orang harus dapat
menerima perkataan kita. Kita sering lupa bahwa orang yang diam tidak selalu sesuai atau
sependapat dengan kita. Mungkin karena segan atau mengalah dan menghindari perdebatan,
mereka lebih memilih diam. Kita sering lupa bahwa perjalanan hidup seseorang dari mulai
kecil sampai dewasa tidak pernah sama, yang akan mempengaruhi pola pikir, cara pandang
dan penangkapan nalar orang tersebut.

Pepatah Jawa mengatakan “Ajining diri soko kedaling lati” yang berarti bahwa nilai
seseorang dapat dilihat dari apa yang keluar dari bibir atau perkataannya. Atau ada bahasa
umum yang mengatakan lebih banyaklah mendengar daripada banyak berbicara, karena kita
mempunyai dua telinga dan hanya satu mulut. Diam adalah emas.
Dari ucapan yang keluar melalui mulut, bisa terjadi perselisihan, peperangan malahan perang
dunia yang begitu mengerikan. Namun sebaliknya ada juga ucapan dari mulut yang membuat
orang lain merasa terhibur, diperhatikan dikasihi dan sebagainya. Sekarang terserah kita,
mulut ini mau dipergunakan untuk apa saja.

15:12 Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Engkau tahu bahwa perkataan-
Mu itu telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang Farisi?" 15:13 Jawab Yesus: "Setiap
tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya. 15:14

Dar/memahami Matius 118


119

Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun
orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang." 15:15 Lalu Petrus berkata kepada-Nya:
"Jelaskanlah perumpamaan itu kepada kami." 15:16 Jawab Yesus: "Kamupun masih belum dapat
memahaminya? 15:17 Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut
turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban? 15:18 Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari
hati dan itulah yang menajiskan orang. 15:19 Karena dari hati timbul segala pikiran jahat,
pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. 15:20 Itulah yang
menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang."
Bapa di sorga hanya menanam yang baik-baik saja karena Dia Sang Maha Baik. Tanaman
kejahatan bukan berasal dari Bapa namun dari kuasa kegelapan. Mungkin kita ini sudah
terkontaminasi oleh “virus kejahatan” yang sangat gampang sekali menular dan akhirnya
dapat mengalahkan kebenaran. Mari kita bayangkan pohon jeruk Garut yang terkena virus
CVPD yang sebenarnya diharapkan akan menghasilkan buah melimpah. Akibat virus
tersebut, akhirnya seluruh tanaman dibongkar dan dibakar sampai habis.

Kelihatannya Tuhan Yesus cukup jengkel dengan ahli Taurat dan orang Farisi yang sudah
terkontaminasi kejahatan tersebut. Mereka dianggap sebagai “orang buta” yang tidak bisa
melihat lagi mana yang paling utama dan harus didahulukan di dalam kehidupan ini. Dalam
kehidupan sehari-hari, kitapun juga lebih sering menjadi seperti mereka dalam berbuat
sesuatu. Kita begitu gampang mengucapkan kata-kata tidak tahu sopan santun, tidak etis,
tidak beradab, kurang adat dan sejenisnya. Kita sudah menyiapkan segala macam alasan
untuk mencari pembenaran diri dari ucapan tersebut. Masalah alasan tersebut tepat atau tidak,
pokoknya seribu satu macam alasan sudah tersedia di perbendaharaan hati kita.

Kita bisa merasakan juga bahwa para muridpun agak bingung, bahwa itu perintah baru.
Mungkin pada waktu itu mereka juga masih berpegang dengan adat kebiasaan, mana yang
dianggap najis mana yang halal. Dan hal tersebut sudah menempel di benak mereka sejak dari
kecil. Mau tidak mau ajaran baru tersebut membuat terpana, kaget, belum mengerti apa
maksudnya.

Tuhan Yesus memberi penjelasan tentang najis atau hal yang “tidak bersih” dengan begitu
gamblang. Namun, apakah kita dapat selalu mengingat tentang ajaran tersebut dalam hidup
kita? Sudah siapkah “mulut” dan anggota tubuh kita yang lain ini dipergunakan untuk hal-hal
yang bersih atau tidak najis? Ataukah kita masih bias dengan tradisi yang ada di sekitar kita?

Perempuan Kanaan yang percaya


15:21. Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. 15:22 Maka datanglah
seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud,
karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita." 15:23 Tetapi Yesus sama sekali
tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia
mengikuti kita dengan berteriak-teriak." 15:24 Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-
domba yang hilang dari umat Israel." 15:25 Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia
sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku." 15:26 Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti
yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." 15:27 Kata perempuan itu:
"Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." 15:28 Maka
Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti
yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.
Sekali lagi keajaiban iman dapat menyembuhkan siapapun juga tanpa kecuali. Tuhan Yesus
mengatakan bahwa Dia hanya diutus untuk orang pilihannya saja, yang sudah hilang karena
kedurhakaan. Tuhan Yesus ingin menguji dan mengetahui akan isi hati orang non Yahudi
atau bukan Israel tersebut, apakah mereka mempunyai kepercayaan juga kepada-Nya. Bagi
penulis, jawaban Tuhan Yesus sepertinya ungkapan yang rasanya cukup keras dan seperti ada
nada menghina. Namun perempuan Kanaan tersebut dengan rendah hati menerima ungkapan
tersebut, menjawab dengan ungkapan merendah. Iman yang seperti itulah yang dikehendaki

Dar/memahami Matius 119


120

Tuhan Yesus, yang malahan iman dari orang yang bukan Yahudi. Sepertinya banyak orang
non Yahudi yang malah menemukan keselamatan pada diri Tuhan Yesus.

Pertanyaannya sekarang, apakah kita juga mempunyai kepercayaan kepada Tuhan Yesus dan
pasrah kepada-Nya, apabila kita mengalami penderitaan jasmani maupun rohani? Percayakah
kita bahwa Dia Sang Maha Penyembuh, tabib dari segala tabib? Percayakah kita bahwa Dia
Sang Penghibur sejati yang dapat memberikan kelegaan? Iman kepercayaan kita mungkin
perlu diuji, untuk mengetahu kadarnya. Jangan-jangan kita hanya setingkat anjing yang hanya
makan remah-remah, sisa-sisa makanan. Yang dengan bengong menunggu dan mengharapkan
pemberian tanpa berbuat apa-apa.

Karena kedagingan kita, atau malahan sebaliknya, yang enak-enak hanya untuk kita dan yang
tidak enaknya kita serahkan kepada Tuhan. Semua hal yang memberatkan hidup kita, kita
anggap salib. “Tuhan, salib yang aku pikul ini berat. Aku merasa capai dan tidak kuat lagi.
Tolong ambillah salib ini dan Engkau yang memikulnya.” Jangan-jangan Tuhan Yesus
meneteskan air mata karena prihatin, namun kasih-Nya yang begitu besar kepada kita, Dia
tidak marah. Dia sudah memikul salib dan kita tambahi dengan salib kita. Betapa berat
penderitaan-Nya karena kelakuan kita ini.

Dalam pemahaman penulis, kita diajar untuk berani mencari dan mengeluh, mengharap
pertolongan Tuhan. Kita diajar untuk berani mengakui bahwa kita begitu kecil, tidak berarti
dan bukan apa-apa di hadapan Tuhan. Kita diajar untuk bisa menerima situasi dan kondisi
apapun, karena Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.

Yesus menyembuhkan banyak orang sakit


15:29. Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan naik ke atas bukit
lalu duduk di situ. 15:30 Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa
orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan
mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. 15:31 Maka takjublah orang
banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang
buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel.
Tuhan Yesus begitu hebat sebagai seorang penyembuh. Semua orang merasa takjub dan
penuh sukacita, penuh kelegaan. Siapa saja yang menemui Dia dan percaya, pasti akan
mendapatkan kebahagiaan. Semua penyakit, kelemahan, kesusahan dan permasalahan akan
menyingkir dari hadapan Tuhan.

Dalam pemahaman penulis, secara simbolis kitapun diminta untuk berkarya seperti Dia.
Membuka mata saudara kita yang selama ini tidak mau peduli dengan keadaan di sekitar kita.
Membuka telinga saudara kita agar mau mendengar keluh kesah yang ada di sekitar kita.
Mengajak bangkit dan berkarya sesuai kemampuan, sekecil apapun yang bisa kita lakukan.
Memberi kesempatan kepada orang lain untuk mau berbicara, memberi kesaksian, ataupun
menyampaikan sesuatu untuk didengar. Dan masih banyak lain lagi yang bisa diusahakan,
agar terjalin persaudaraan sejati yang bisa saling berbagi kesenangan maupun kesusahan

Yesus memberi makan empat ribu orang


15:32 Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan
kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai
makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan."
15:33 Kata murid-murid-Nya kepada-Nya: "Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk
mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?" 15:34 Kata Yesus kepada mereka:
"Berapa roti ada padamu?" "Tujuh," jawab mereka, "dan ada lagi beberapa ikan kecil." 15:35 Lalu
Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. 15:36 Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan
ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-

Dar/memahami Matius 120


121

Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak. 15:37 Dan mereka semuanya
makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh
bakul penuh. 15:38 Yang ikut makan ialah empat ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-
anak. 15:39 Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu pulang. Ia naik perahu dan bertolak ke daerah
Magadan.
Penulis tidak bisa membayangkan bahwa banyak orang berbondong-bondong datang untuk
menemui Tuhan Yesus sampai tiga hari. Zaman sekarangpun jika ada kabar Doa
Penyembuhan, Misa Penyembuhan dan sejenisnya, pasti akan banyak orang yang mengalami
penderitaan berdatangan. Kadang-kadang penulis bingung sendiri mengapa banyak orang
menyebut Misa Penyembuhan. Bagi penulis yang namanya Misa Kudus adalah sama karena
Tuhan Yesus datang sendiri memberikan Tubuh (dan Darah-Nya) untuk kita santap. Kita
bersyukur bertemu Tuhan sendiri yang menyertai kita, kita bisa ngobrol dan menyampaikan
segala sesuatu kepada-Nya. Lha kalau sudah bisa bersama Dia, apa lagi yang kurang? Atau
apakah kita terlalu menuntut tanda mujizat seperi ahli Taurat dan orang Farisi? Jika diberi
tanda kesembuhan apakah baru percaya?

Memang banyak dari mereka memerlukan pertolongan karena penderitaan mereka. Betapa
Tuhan Yesus begitu berbelas kasih kepada mereka, selain menyembuhkan juga memberi
makan kepada semua orang. Kita mungkin akan mengikuti pola pikir para rasul. Makan untuk
sendiri saja tidak cukup, bagaimana kalau menghadapi begitu banyak orang. Mungkin dengan
bahasa yang halus, mereka kita suruh pulang ke tempatnya masing-masing. Atau lebih
ekstrim lagi, malahan kita memanfaatkan peluang itu untuk berbisnis makanan dengan harga
diatas rata-rata. Kapan lagi mendapat kesempatan keuntungan dalam situasi yang seperti itu.
Paling tidak ada ribuan orang yang memerlukan makanan dan minuman.

Berbelas kasihan memang berbeda seratus delapanpuluh derajat dengan berbisnis mencari
keuntungan pribadi. Itulah hebatnya kasih Tuhan Yesus, sudah menyembuhkan dan
menghibur, masih memberi makan lagi tanpa biaya. Dapatkah kita mencontoh dan
melakukannya? Atau kita kuatir akan jatuh miskin, kuntungan kita menjadi berkurang?

Di paroki, penulis tidak tahu mana yang lebih baik, para imam paroki dikirim makan sehari-
harinya oleh para umat, atau mereka mengurus sendiri kebutuhan makan sehari-hari dengan
dibantu juru masak. Jelas dan yakin bahwa kedua cara tersebut mempunyai alasan-alasan
lebih dan kurangnya. Penulis lebih berpihak jika ada yang membantu memasak. Umumnya
orang timur, pasti keluarga yang menyiapkan makan untuk hari tertentu akan menyediakan
lebih. Lebih dari biasanya sehari-hari untuk sendiri, karena rasa hormat dan menyayangi
pastornya. Mau tidak mau secara tidak langsung ikut berperan akan kesehatan mereka.
Bagaimana kalau hari itu lupa menyediakan? Yang namanya lupa, tidak ingat harus diapakan?
Bagaimana rasanya kalau hari itu para pastornya tidak di tempat? Jangan-jangan mereka
sedang berkunjung ke lingkungan-lingkungan atau dipanggil bapak Uskup.

Bab 16. Ragi orang Farisi dan Saduki, pengakuan Petrus, penderitaan Tuhan Yesus

Orang Farisi dan Saduki meminta tanda


16:1. Kemudian datanglah orang-orang Farisi dan Saduki hendak mencobai Yesus. Mereka meminta
supaya Ia memperlihatkan suatu tanda dari sorga kepada mereka. 16:2 Tetapi jawab Yesus: "Pada
petang hari karena langit merah, kamu berkata: Hari akan cerah, 16:3 dan pada pagi hari, karena
langit merah dan redup, kamu berkata: Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi
tanda-tanda zaman tidak. 16:4 Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda.
Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus." Lalu Yesus
meninggalkan mereka dan pergi.

Dar/memahami Matius 121


122

Jangan-jangan penulis lebih mirip dengan orang Farisi dan Saduki. Setiap kejadian besar,
dalam benak kita tertanam bahwa sebelumnya pasti ada tanda-tanda, isyarat, mimpi dan
sejenisnya. Terus kita mencoba menyusun kilas balik, kemudian mengangguk-angguk sendiri.
Sepertinya tanda isyarat sudah kita temukan menurut rekaan kita. Hal tersebut terus kita
obrolkan dengan teman sahabat, yang secara tidak langsung kita ingin mengatakan bahwa kita
hebat bisa mendeteksi tanda-tanda.

Jika mendengar atau membaca penampakan Bunda Maria kepada orang terpilih, muncul
dalam benak kenapa aku koq tidak. Akankah hal itu dapat terjadi pada diriku? Mbok sekali-
kali Tuhan Yesus atau orang kudus pilihannya memberi sesuatu kepadaku secara jelas dan
nyata. Dibalik uneg-uneg tersebut, sebenarnya tersembunyi keinginan ego rasa kebanggan
yang bisa menjadikan besar kepala, merasa lebih dan sebagainya. Ujung-ujungnya ya hanya
ingin pamer, menyombongkan diri. Penulis sering tidak menyadari bahwa penulis belum
bersih dan mungkin tidak pernah bersih dibandingkan dengan mereka yang terpilih.

Kita masih beruntung dibandingkan dengan orang Farisi dan Saduki, karena kita bisa
mengerti tentang tanda nabi Yunus sesuai Kitab Suci. Mengerti setelah duaribu tahun
kemudian dari bacaan Kitab Suci. Penulis merasa yakin bahwa mereka pada waktu itu tetap
tidak mengerti atau ragu-ragu dengan tanda nabi Yunus yang masuk ke dalam perut ikan
selama tiga hari. Apa hubungannya nabi Yunus dengan Tuhan Yesus pada waktu itu?
Rasanya tidak akan ada ikan sebesar di laut lepas bila di danau Tiberias atau Galilea. Nabi
Yunus di dalam perut ikan bukan di danau Galilea, tetapi di laut lepas mediterania. Terus, apa
maksudnya?

Memang sangat sulit apabila mata hati kita sudah dibutakan oleh sesuatu. Rasanya kita ini
sudah menjadi orang yang paling benar dalam segala hal. Padahal tidak tahu apa-apa sama
sekali. Sewaktu ada seseorang yang memberi tahu, anggap saja boss kita, bahwa masih ada
sedikit kesalahan, rasanya setengah mati sulitnya untuk menemukan kesalahan tersebut.
Diurut dari atas ke bawah, dilihat dari kiri ke kanan, dibolak-balik tetap susah ketemu, ya
karena sudah merasa benar tadi. Namun apabila kita berani minta tolong kepada seseorang,
pasti orang tersebut akan dengan cepat menemukan kesalahan yang kita perbuat.

Paling tidak kita bisa belajar bahwa Tuhan Yesus lebih sering mempergunakan simbol-
simbol, perumpamaan, kiasan dan sejenisnya. Demikan juga dalam liturgi gereja, sering kita
jumpai simbol-simbol yang mempunyai arti dan pengertian tertentu.

Tentang ragi orang Farisi dan Saduki


16:5. Pada waktu murid-murid Yesus menyeberang danau, mereka lupa membawa roti. 16:6 Yesus
berkata kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki."
16:7 Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: "Itu dikatakan-Nya karena
kita tidak membawa roti." 16:8 Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia
berkata: "Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Hai orang-orang yang kurang
percaya! 16:9 Belum juga kamu mengerti? Tidak kamu ingat lagi akan lima roti untuk lima ribu
orang itu dan berapa bakul roti kamu kumpulkan kemudian? 16:10 Ataupun akan tujuh roti untuk
empat ribu orang itu dan berapa bakul kamu kumpulkan kemudian? 16:11 Bagaimana mungkin
kamu tidak mengerti bahwa bukan roti yang Kumaksudkan. Aku berkata kepadamu: Waspadalah
terhadap ragi orang Farisi dan Saduki." 16:12 Ketika itu barulah mereka mengerti bahwa bukan
maksud-Nya supaya mereka waspada terhadap ragi roti, melainkan terhadap ajaran orang Farisi dan
Saduki.
Pada zaman sekarang ini, siapakah yang mirip dengan orang Farisi dan Saduki? Ragi atau
ajaran mereka yang perlu diwaspadai. Sering kali kita mendengarkan khotbah atau ceramah
orang-orang terkenal yang begitu bagus isinya. Argumentasi tentang pandangannya kelihatan
begitu sesuai dengan Kitab Suci. Pengikutnya atau yang berpihak kepadanya juga banyak.

Dar/memahami Matius 122


123

Namun dilain saat, kita mendengar orang tersebut sedang ada masalah yang negatif, berselisih
paham dengan segolongannya atau menjadi kaya mendadak bukan karena menang undian.
Atau malahan “nubuatnya” tidak pernah terjadi, atau meleset sama sekali dari perkiraan.

Sebagai orang bodoh dan polos yang gampang percaya kepada perkataan manis seseorang,
rasanya tidak pernah berpikir bahwa setiap perkataan kadang-kadang mempunyai maksud-
maksud tertentu. Disinilah susahnya membedakan ajaran Tuhan yang murni dengan ajaran
manusia yang sudah mendalami Kitab Suci dan pandai mengkaitkan dengan situasi yang
diharapkan. Mungkin ada benarnya, namun mungkin juga karena ada maksud khusus.

Mungkin kitapun termasuk dari jenis Farisi atau Saduki atau malahan keduanya menjadi
bagian dalam diri kita. Seringkali kita merasa lebih pintar di lingkungan kita, padahal tidak
ada apa-apanya. Coba kita bayangkan jika kita menginformasikan sesuatu atau mengajarkan
sesuatu yang salah, namun diterima karena meyakinkan. Betapa besar dampaknya apabila
informasi atau ajaran tersebut disebar luaskan. Jangan-jangan banyak dogma yang keliru di
dunia ini, yang menyebar luas dan dilaksanakan begitu saja dengan percaya. Buntutnya
dimana-mana banyak terjadi konflik, karena semuanya merasa benar sesuai keyakinannya.

Bila benar dan salah itu bedanya tipis sekali, berarti ada gradasi tingkat kebenaran. Ada benar
satu ada benar dua, benar sepuluh, benar seratus sampai maha benar. Demikian juga ada salah
satu, ada salah dua, ada salah sepuluh sampai salah sekali. Dan yang salah ini secara
matematis dapat saja disebut kebenaran yang negatif.
Coba, kalau setiap orang mau mengemukakan kebenarannya masing-masing, mulai dari
kebenaran yang paling negatif. Berarti mau milihat kesalahan diri sendiri lebih dahulu. Pasti
akan hebat hasilnya dan mengagumkan. Itulah penyangkalan diri bahwa kita belum ada apa-
apanya, masih banyak kelemahan yang perlu diperbaiki. Kalau kita berani mengakui
kelemahan kita, mestinya kita tidak akan mencari kelemahan orang lain.

Kembali kepada mujizat Tuhan Yesus yang memberi makan lebih dari empat ribu dan lima
ribu orang. Dan hal ini ditekankan lagi oleh Tuhan Yesus sendiri bahwa karya tersebut bukan
rekayasa, bukan tidak terjadi. Mujizat yang benar-benar terjadi bahwa Tuhan Yesus memberi
makan orang banyak, dengan cara yang mengherankan. Namun penulis pernah mendengar
kotbah atau homili bahwa kejadiannya bukan begitu. Si pengkotbah berkata bahwa Tuhan
Yesus hanya menggugah hati para pendengar agar bisa saling peduli dengan sekitarnya.
Akhirnya semua orang yang membawa bekal mengeluarkan makanan yang sudah disiapkan
dan bersantap bersama. Mujizatnya adalah bagaimana Tuhan Yesus membuka hati semua
orang yang berkumpul tersebut. Bagi penulis, kemungkinan besar jumlah orang yang
berkumpul mungkin tidak sampai sebanyak itu. Mungkin saja Matius menekankan bahwa
mujizat itu memang benar terjadi dan dalam tulisannya didramatisir sedemikian rupa.
Rasanya zaman pada waktu itu untuk mengumpulkan orang sampai ribuan kepala sangat sulit,
kecuali ada suatu kejadian yang hebat bukan main. Tulisan tersebut pasti ada maksud tertentu,
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada waktu itu. Membual sedikit tidak apa-apa
selama ada buktinya, maka disebutkan kira-kira lima ribu atau empat ribu orang.

Pengakuan Petrus
16:13. Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata
orang, siapakah Anak Manusia itu?" 16:14 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes
Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah
seorang dari para nabi."
16:15 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" 16:16 Maka
jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" 16:17 Kata Yesus kepadanya:
"Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu,
melainkan Bapa-Ku yang di sorga. 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus
Dar/memahami Matius 123
124

dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan
menguasainya. 16:19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia
ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." 16:20 Lalu
Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa Ia Mesias.
Sampai sekarangpun masih banyak orang yang tidak percaya bahwa Yesus adalah Tuhan
yang menyertai kita, Kristus atau Mesias, yang terurapi. Banyak orang mengatakan dan
dipercaya bahwa Dia adalah seorang nabi, sama dengan nabi-nabi yang lain.
Dapatkah kita seperti Simon Petrus dengan tegas berkata penuh keyakinan:”Engkau adalah
Mesias, Allah Putera yang hidup.” Dan dari awal Tuhan Yesus sudah mengatakan bahwa
Petrus akan menjadi wakil-Nya di dunia, menjadi bapa bangsa. Semua jemaat yang beriman
dan berpegang teguh pada ajaran Tuhan Yesus serta melaksanakannya, tidak perlu takut
kepada kuasa kegelapan. Petrus menjadi dasar gereja awal bersama dengan para rasul lainnya.
Mereka mempunyai kuasa mengikat dan melepaskan seperti istilah Jawa “Sabdo Pendito
Ratu,” apa yang dikatakan mereka menjadi pegangan hidup kita yang harus kita ikuti dengan
penuh kepatuhan, kesetiaan.

Sepertinya kata-kata Tuhan Yesus di atas menjadi kenyataan nubuat bagi Petrus. Dipercayai
dia menjadi martir dengan cara disalibkan terbalik dan makamnya sendiri baru diketemukan
sekitar tahun 1950-an. Kebetulannya kalau tidak disebut nubuat, makamnya diketemukan
tepat di bawah Altar Basilika Santo Petrus di Vatikan! Dalam katakombe ada tulisan yang
kurang lebih berbunyi “Petrus berbaring di dalam sini.” Di atas jenazahnya berdiri gereja
untuk berkumpul para jemaat seluruh dunia! Di atas Petrus (batu karang) Tuhan Yesus
mendirikan jemaat-Nya! Dalam komunikasi kami dengan santo Petrus, beliau mengatakan
bahwa dia menjadi martir melalui penderitaan dan kepalanya dibenturkan ke batu dan pecah.

Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kala kita mengeluhkan tentang seorang imam yang
tidak sesuai dengan kehendak hati kita. Kalau bisa imam tersebut diganti yang lain saja. Dan
kita kalau boleh, ingin menahan seorang imam jangan sampai dipindahkan ketempat lain,
karena sudah cocok dengan selera kita. Kita tahu bahwa Santo Simon Petrus bukanlah
seorang yang pandai sekali, dan sering kali ditegur oleh Tuhan Yesus. Harus kita sadari
bahwa para rasul bukan malaekat, tetapi masih tetap manusia, demikian juga para
penggantinya sampai dengan saat ini. Merekapun masih dapat berbuat keliru dalam berbicara
atau bertindak, namun mereka tetaplah gembala umat yang mewakili Tuhan Yesus sendiri.
Pastor juga manusia!
Pengalaman rohani sewaktu anak sulung penulis melaksanakan Sakramen Pernikahan dalam
Misa Kudus, sahabat penulis yang bernama pak Pudjono mengatakan bahwa Santo Petrus
berkenan hadir dan memberi nasihat pendek :”Dadia kokoh, kikih, keukeuh, kaya aku.” Cucu
pertama penulis diberi nama Petrus Emanuel, untuk memperingati pesannya.

Pemberitahuan pertama tentang penderitaan


Yesus
16:21. Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke
Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli
Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. 16:22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke
samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali
takkan menimpa Engkau." 16:23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis.
Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan
Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Petrus mendapat teguran yang cukup keras dari Tuhan Yesus. Petrus disamakan dengan Setan
yang menggoda Dia sewaktu di padang gurun. Petrus yang baru saja diberi mandat sebagai
pemegang kunci pintu surga, mungkin menjawab secara spontan yang dianggapnya baik.
Nyatanya yang dianggap baik tersebut malah berasal dari bisikan Iblis. Iblislah yang disuruh
pergi dari pikiran Petrus.
Dar/memahami Matius 124
125

Dalam pemahaman penulis, secara tidak langsung kita diajar untuk selalu waspada dan
berhati-hati. Iblis bisa berkarya dimana saja dan kapan saja, menyelinap secara halus dan
tidak kita sadari. Bunya pikirannya sepertinya baik dan benar, tidak menyeleweng dari pakem
yang ada. Namun kalau dicerna dengan hati yang bening maka akan terasa bahwa buah-
buahnya tidak seiring sejalan dengan ajaran Tuhan sendiri.

Jangan-jangan kitapun sering seperti Petrus pada waktu itu. Kita menjadi penggoda atau batu
sandungan dengan mengatas namakan kebiasaan yang ada, biarpun hal tersebut jelas keliru.
“Ach, nggak apa-apa itu. Kan manusiawi. Yang lain kan juga begitu.” Secara tidak sadar
iblis mempengaruhi hati dan pikiran kita, dengan alasan yang masuk akal. Kitapun sering
menyetujui walaupun setengah ragu, akan perbuatan-perbuatan saudara yang kita segani atau
kita hormati, dimana Tuhan Yesus tidak berkenan. Alasannya “manusiawi” tadi dan sudah
menjadi budaya sehari-hari, yang mungkin kondisi dan suasananya sama di zaman Tuhan
Yesus berkarya.

Sudah barang tentu kita tidak berani untuk berkata :”Minggat kau setan!” kepada seseorang
yang mengajak untuk berbuat sesuatu yang tidak benar. Biasanya kita akan mencari kata-kata
yang tidak menyinggung, karena kita tidak mau disebut “sok alim.” Pemikiran kita memang
masih betul-betul pikiran manusia.

Kita mungkin sering memberi tip kepada seseorang yang pekerjaannya memang begitu. Dia
digaji untuk melayani kita dan karena kebiasaan uang terima kasih tadi, akhirnya jika tidak
diberi sesuatu akan menggerutu. Tip sepertinya menjadi keharusan dan timbullah
istilah :”selama masih bisa dipersulit, mengapa mesti dipermudah” jika tidak ada uang
terima kasih.

Sering kali sewaktu membuat proposal untuk mencari dana bagi kegiatan tertentu, biaya-biaya
kita susun lebih besar atau di mark up dari rencana biaya sesungguhnya. Harapannya, jika
tidak disetujui semuanya, dana yang diterima masih cukup untuk kegiatan tersebut. Mamon
menjadi batu sandungan bagi orang-orang yang ingin bekerja dengan baik dan bersih. Dan
sedihnya, lebih sering kalahnya daripada menangnya melawan Mamon.
Enyahlah engkau Iblis! Jangan mengganggu aku, karena aku mau belajar mengikut Tuhan
Yesus.

Syarat-syarat mengikut Yesus


16:24. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia
harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. 16:25 Karena barangsiapa mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya
karena Aku, ia akan memperolehnya. 16:26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi
kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? 16:27 Sebab
Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada
waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.
Ajaran Tuhan Yesus kelihatannya mudah, namun kenyataannya sangat sulit untuk diikuti.
Kita harus menyangkal diri sendiri, melawan kedagingan kita yang penuh dengan ego dan
keinginan duniawi. Keinginan duniawi mungkin masih dapat dianggap wajar, selama masih
dalam batas-batas kebenaran yang sejalur dengan kehendak Tuhan Yesus. Yang umum terjadi
adalah pembenaran diri, yang secara sadar malah menyalahkan orang lain. Menyangkal diri
berarti berani mengakui kesalahan, kekurangan diri sendiri dan menyadarinya, sehingga
dengan demikian kita bisa mulai berubah. Membenarkan diri berarti menutupi segala
kekurangan atau kesalahan, sehingga bertahan dan tidak mau berubah.

Dar/memahami Matius 125


126

Kita diajak untuk sering merenung, apakah kita sudah bisa “mengendalikan diri” dari ego dan
emosi serta tekanan dari luar diri kita. Segala hal yang “menyesakkan hati” karena mengikuti
dan melaksanakan ajaran-Nya, kita anggap sebagai salib kita pribadi yang harus kita pikul.
Kita pikul dengan jatuh bangun di belakang Tuhan Yesus, sampai batas akhir. Salib yang
harus selalu kita pikul, bagaikan tulang yang sudah menyatu dengan diri kita. Salib yang tidak
harus dipotong agar terasa ringan, atau malahan kita lepas dari pundak kita.

Siapkah kita kehilangan “nyawa” karena menjadi pengikut Kristus? Disini kita harus berani
mencoba membayangkan suatu kejadian yang ekstrim, dahsyat, dan siapkah kita mengaku
sebagai murid Tuhan Yesus, dengan konsekuensi “nyawa kita.” Mengapa zaman sekarang
ini sepertinya sudah mulai jarang terdengar ada martir-martir baru, para pahlawan Kristus
yang mati teraniaya.

Penulis teringat akan ajaran pertama “berbahagialah mereka yang miskin di hadapan Allah,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” Nyawa, jiwa, roh adalah segala-galanya
di hadapan Tuhan. Tubuh hanyalah “uborampe” atau kelengkapan jasmani yang dalam
persepsi kita ada yang cantik atau tampan, ada yang kurang atau malahan cacat. Dibalik
kecantikan atau kecacatan seseorang, di hadapan Tuhan yang paling penting adalah hati, jiwa,
nyawanya.

Berarti kekayaan yang tersedia di dunia ini hanyalah hiasan yang akan hancur ditelan masa.
Jika kita tidak dapat menguasai diri dengan kekayaan dunia ini, maka rasa kepuasan tidak
dapat dicapai karena kedagingan yang tidak pernah mengenal puas. Kalau rasa puas tidak
pernah dicapai, maka rasa syukurpun rasanya sangat susah. Bagaimana kebahagiaan dunia
dapat dicapai kalau belum merasakan kepuasan? Apalagi dari sisi rohani, kerajaan sorga di
hati kita akan semakin jauh. Pada waktunya nanti kita akan berhadapan dengan Sang Maha
Hakim, dan kita akan mendapat upah atau dihukum sesuai dengan perkataan, pikiran dan
perbuatan kita. Kita sebenarnya sering melihat bahwa orang meninggal tidak pernah
membawa kekayaan duniawi yang telah dikumpulkannya. Ada yang hanya selembar kain
kafan putih, ada yang memakai pakaian lengkap, pakaian kebesaran atau memakai peti yang
bagus. Kuburan mewah mungkin hanya untuk dikenang atau sebagai peninggalan sejarah.
Nach ………. ?

16:28 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak
akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya."
Ayat ini sangat membingungkan penulis, apa yang dimaksud oleh Tuhan Yesus? Apakah
yang dimaksud bahwa seseorang tidak akan mati sebelum melihat Tuhan Yesus yang akan
datang dengan kemuliaannya? Ataukah salah mengartikan apa yang dikatakan oleh Tuhan
Yesus pada waktu itu? Yang hadir pada waktu itu kalau penulis coba bayangkan paling tidak
terdiri dari para rasul dan murid-murid yang lain, termasuk beberapa perempuan. Apakah
yang dimaksudkan adalah Bunda Maria yang melahirkan Dia? Kita percaya bahwa Bunda
Maria menjadi Bunda segala bangsa yang diangkat naik ke sorga dengan jiwa dan raganya.
Bunda Maria tidak pernah mengalami kematian, karena kepasrahannya secara total kepada
Tuhan Allah Bapa kita. Ataukah mereka yang mendapat karunia Roh Kudus pada waktu
Pentakosta? Atau seminggu kemudian setelah Petrus, Yakobus dan Yohanes diajak naik ke
puncak gunung serta melihat kemuliaan-Nya?

Yang penulis tangkap dan pahami adalah suatu kiasan atau simbul. Roh atau jiwa tidak
pernah mati dan yang mati hanya tubuh, jasmani saja. Begitu mengalami kematian jasmani,
rohnya akan “terus bangkit” mencari atau disambut Tuhan Yesus yang meraja dengan mulia.
Yang bersangkutan tidak mengalami kematian rohani. Namun ada juga yang sewaktu
meninggal, rohnya tidak langsung bangkit mencari Tuhan Yesus. Rohnya “mati sesaat”,
Dar/memahami Matius 126
127

diam karena belum diterima, mungkin harus melalui pemurnian lebih dahulu di api pencucian.
Tidak semua yang hadir pada waktu itu, sewaktu meninggal akan langsung masuk surga.
Siapakah mereka, yang mati langsung masuk ke dalam kerajaan surga? Pasti ada beberapa
orang walaupun tidak tahu dengan pasti.

Tuhan Yesus, bukalah mata hati kami dengan kekuatan Roh Kudusmu agar aku tidak tersesat
dalam memahami-Mu.

Bab 17. Transfigurasi, penyembuhan, penderitaan Tuhan Yesus, membayar pajak


untuk Bait Allah

Yesus dimuliakan di atas gunung


17:1. Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-
sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. 17:2 Lalu
Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti
matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. 17:3 Maka
nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia. 17:4
Kata Petrus kepada Yesus: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di
tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk
Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." 17:5 Dan tiba-tiba sedang ia
berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam
awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi,
kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia." 17:6 Mendengar itu
tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan. 17:7 Lalu
Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata:
"Berdirilah, jangan takut!" 17:8 Dan ketika mereka mengangkat kepala,
mereka tidak melihat seorangpun kecuali Yesus seorang diri. 17:9 Pada waktu mereka turun dari
gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: "Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada
seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati." 17:10 Lalu murid-murid-
Nya bertanya kepada-Nya: "Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus
datang dahulu?" 17:11 Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu
17:12 dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan
memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh
mereka." 17:13 Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes
Pembaptis.
Ketiga rasul di atas kelihatannya terpilih secara khusus yang dapat menyaksikan kemuliaan
Tuhan Yesus. Namun ketakutan juga, sampai-sampai tersungkur ketika mendengar “Suara
Allah Bapa” dari tengah awan yang terang. Tuhan Yesus mengajak untuk tidak takut kepada
Tuhan, karena Tuhan begitu mengasihi manusia, termasuk kita. Bersyukurlah bahwa kita
boleh mendengar berita kemuliaan-Nya.

Kelihatannya Tuhan Yesus menceritakan nabi Elia yang datang lebih dahulu sebelum Dia, di
dalam diri Yohanes Pembaptis. Kitapun jika hidup pada zaman itu, rasanya tidak akan
menghormati munculnya Yohanes Pembaptis, bahwa dia seorang pilihan utusan Tuhan.
Penampilannya tidak meyakinkan di mata dunia. Tuhan Yesuspun sudah menceritakan apa
yang akan terjadi dengan diri-Nya, bahwa Diapun akan dicemooh dan dianiaya. Siapkah kita
menerima “aniaya” karena menjadi pengikut Tuhan Yesus?

Ada hal yang sangat penting untuk kita renungkan :”Dengarkanlah Dia.” Dengarkanlah kata-
kata Tuhan Yesus! Kalimat tersebut yang menggugah penulis untuk mencoba memahami
kata-kata-Nya dalam tulisan ini. Sudah semestinya kalau kita mengaku sebagai murid-Nya,
kitapun mencoba mendengarkan kata-kata Tuhan Yesus yang ada dalam Kitab Injil. Paling
tidak, disitulah “terekam” kata-kata-Nya melalui tulisan Matius, Markus, Lukas dan Yohanes
serta kisah para Rasul.
Dar/memahami Matius 127
128

Transfigurasi Tuhan Yesus sewaktu ngobrol dengan Elia dan Musa, sepertinya mengajarkan
kepada kita bahwa kitapun bisa berdoa atau berbicara dengan para kudus. Menyampaikan
sesuatu dengan permohonan agar disampaikan kepada Tuhan. Kita mungkin lebih mengenal
dengan istilah devosi kepada santo atau santa.

Secara nalar, dalam kehidupan sehari-hari apabila kita ingin bertemu orang besar secara resmi
rasanya tidak mudah. Anggaplah jika ingin bertemu dengan gubernur atau bupati. Kita
mungkin bertanya-tanya dahulu mencari informasi melalui stafnya. Kita mungkin
mendapatkan informasi agar melalui prosedur protokoler yang berlaku. Setelah segala
prosedur kita lalui, pada saatnya kita akan melalui sekretaris untuk melapor dan menunggu.

Hebatnya, Tuhan memberi kebebasan kepada kita jika kita ingin bertemu dan berkomunikasi
dengan Dia. Mau secara langsung, melalui staf-Nya atau para pegawai-Nya, boleh-boleh saja.
Devosi kepada malaikat atau kepada orang kudus sudah menjadi bagian dalam kehidupan
kita. Dan yang mengagetkan bagi kelompok kami, dalam komunikasi rohani malahan untuk
hal-hal tertentu Tuhan Yesus sering menyarankan kepada kami untuk melalui Bunda-Nya.
Bunda Maria selaku Bunda Pengantara bagaikan Sekretaris Agung yang selalu siap melayani
kita.

Disini Matius tidak menceritakan apa yang dibicarakan antara Tuhan Yesus dengan Musa dan
Elia. Mungkin Matius lebih menekankan bahwa Anak Manusia berubah rupa yang sulit untuk
diceritakan dengan kata-kata. Ketiga murid menerima penampakan Illahi yang menakjubkan
dan Allah Bapa berkenan hadir yang dilambangkan dengan awan terang.

Nabi Musa dan Nabi Elia sepertinya mewakili tokoh-tokoh perjanjian lama, yang dalam
pemahaman penulis pastilah kedua orang tersebut orang-orang besar pilihan Allah. Musa kita
kenal sebagai nabi yang membebaskan umat Israel dari tangan orang-orang Mesir. Nabi yang
diberi tongkat ajaib untuk melakukan banyak mujizat yang menakjubkan. Sedangkan Elia kita
kenal sebagai nabi yang mengalahkan banyak dukun dalam pertandingan membuat korban
bakaran. Elia adalah nabi yang bisa terbang yang diangkat ke surga dengan jiwa dan raganya.

Yesus menyembuhkan seorang anak muda yang


sakit ayan
17:14. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang
mendapatkan Yesus dan menyembah, 17:15 katanya: "Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan
sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. 17:16 Aku sudah
membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya." 17:17 Maka
kata Yesus: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus
tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke
mari!" 17:18 Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itupun
sembuh seketika itu juga.
Dalam bahasa ini kelihatannya penyakit ayan hampir sama dengan kemasukan roh jahat.
Kitapun sering mengeluh karena sakit yang tidak sembuh-sembuh, padahal segala macam
cara sudah mulai kita coba. Para dokter yang kita anggap ahli maupun pengobatan alternatif
telah kita tempuh, namun masih tidak sembuh juga. Ujung-ujungnya kita mengeluh kepada
Tuhan, dan ingin menuntut mengapa begini, mengapa begitu.

Pertanyaannya, apakah kita sebenarnya sudah pasrah kepada Tuhan secara total lahir batin
dengan penuh iman, bahwa Tuhan Yesus adalah Maha Penyembuh. Masih adakah
“keraguan” dalam hati kita yang paling dalam? Atau percayakah kita bahwa Tuhan Yesus
mempunyai rencana lain yang mungkin berbeda dengan rencana dan keinginan kita? Rasanya

Dar/memahami Matius 128


129

disinilah butir-butir penting bahwa Tuhan Yesus dapat berbuat yang tidak mungkin, dimana
menurut kita hal tersebut mustahil.

Kedagingan kita biasanya menjadi batu sandungan yang membikin kita kurang percaya dan
tersesat. Pernahkan kita bertobat dan mohon ampun, dengan merenungkan diri akan
perjalanan hidup kita yang mungkin Tuhan Yesus tidak berkenan? Kepercayaan kita mungkin
belum diikuti dengan pertobatan dan pemurnian secara penuh. Memang rasanya masih banyak
ganjalan-ganjalan yang menjadi hambatan, yang berhubungan dengan iman kepercayaan,
belas kasih yang tidak membeda-bedakan, maupun pertobatan secara total. Gampang
diucapkan namun sangat sulit untuk melaksanakannya.

Dalam kehidupan sehari-hari sewaktu keluarga atau kita sendiri sakit, kita berkonsultasi
kepada dokter. Sering kali kita ragu dan bimbang akan kemampuan dokter tersebut. Kita
melaksanakan perintah dokter tidak dengan rasa percaya, hanya setengah-setengah. Dan
hasilnya ..... ..... koq ya tidak ada perubahan. Atau kita datang ke seorang imam agar
didoakan. Sewaktu imam berdoa kita ikut berdoa, begitu doa imam tersebut terasa panjang
atau lama sekali, muncullah pikiran di dalam hati, koq doanya lama bener. Dan nyatanya
belum mengalami kesembuhan.

Penulis agak bingung mengapa Tuhan Yesus mengatakan berapa lama lagi Dia harus tinggal
dan berapa lama lagi harus sabar. Apakah hal ini suatu isyarat bahwa hanya sebentar lagi Dia
harus menyelesaikan tugas-Nya? Ataukah hal ini berhubungan dengan iman kepercayaan
yang harus dapat merubah hidup kita?

Kalau kita renungkan, kita ini memang sering konyol dan aneh. Memang sering kali kita
membutuhkan pertolongan Tuhan, jika kita sedang mengalami penderitaan. Jika sedang baik-
baik saja, kita lupa untuk bersyukur; ngapain datang memohon-mohon? Tuhan lebih sering
kita anggap sebagai pegawai profesional di rumah sakit yang besar. Kadang-kadang Dia kita
anggap sebagai dokter, kadang-kadang sebagai ahli jiwa, kadang-kadang sebagai dukun. Yang
lebih ekstrim lagi malahan kita anggap sebagai pelayan, badut atau pelawak untuk menghibur
kita. Aneh bukan?

17:19 Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah
mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?" 17:20 Ia berkata kepada mereka: "Karena
kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai
iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke
sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu. 17:21 (Jenis ini tidak
dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa.)"
Kembali Tuhan Yesus “menegur” para murid karena kurang percaya. Inti pengajaran Tuhan
Yesus kelihatannya adalah percaya, percaya dan percaya bahwa Dia Yang Maha Kuasa
dalam segala hal. Biji “sesawi” yang penulis lihat di Israel nyatanya berbeda dengan jenis
sawi yang kita kenal selama ini. Biji tersebut begitu lembut seperti biji tembakau atau
malahan lebih lembut lagi. Tuhan Yesus mengumpamakan iman kepercayaan yang begitu
kecil saja sudah dapat membuat mujizat. Jangan-jangan kita yang mengaku percaya kepada
Tuhan Yesus, sebenarnya belum seperti yang diharapkan oleh-Nya. Iman kita jangan-jangan
tidak seperti biji yang berbentuk nyata, namun seperti udara yang tidak kelihatan. Atau seperti
embun pagi yang kelihatan begitu berkilau, namun menguap terkena panas matahari.
Kelihatannya Tuhan Yesus mengharapkan iman cukup sebesar biji sesawi, yang kalau jatuh
ke air tidak meleleh dan mencair atau jatuh ke tanah hilang ditelan bumi. Namun malahan
dapat tumbuh berkembang dan akhirnya berbuah.

Dengan iman yang kecil tetapi sungguh-sungguh, maka segala macam gunung dapat kita
pindahkan atau kita ceburkan ke dalam laut. Gunung pencobaan, gunung rintangan dan
Dar/memahami Matius 129
130

hambatan, yang menghalangi kita untuk melihat di balik gunung tersebut. Di balik gunung
pencobaan tersebut sebenarnya yang menunggu kita Tuhan sendiri. Sang Terang akan
kelihatan bercahaya sewaktu gunung tersebut kita pindahkan atau kita buang. Penulis belum
pernah mendengar cerita bahwa seseorang telah bisa memindahkan gunung betulan. Karena
percaya kepada Dia, maka kita bisa mengalahkan pencobaan yang menyelimuti kita.

Ayat 21 dalam kurung kelihatannya menambahkan bahwa, bukan hanya percaya saja yang
dibutuhkan, namun juga penuh dengan doa dan mati raga atau puasa, seperti Tuhan Yesus
sendiri yang selalu melakukan doa dan puasa. Doa dan puasa adalah salah dua dari senjata
keselamatan yang diajarkan Bunda Maria dalam penampakannya di Medjugorje.

Pemberitahuan kedua tentang penderitaan Yesus


17:22. Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka:
"Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia 17:23 dan mereka akan membunuh Dia
dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka hati murid-murid-Nya itupun sedih sekali.
Tuhan Yesus tidak menyebut Aku, melainkan Anak Manusia seperti untuk orang lain. Seperti
seorang aktor yang menceritakan perannya, tidak akan menyebut “aku” nanti akan begini dan
begitu melainkan nama peran tersebut. Tuhan Yesus kelihatannya lebih menekankan bahwa
Dia sebagai manusia sejati yang harus melalui dan mengikuti jalan cerita yang sudah
diskenariokan. Jalan ceritanya harus begitu dan tidak bisa dirobah menurut selera kita. Seperti
kita nonton film yang terhanyut pada alur cerita, kadang-kadang bergumam berkomentar,
kenapa tidak begini dan kenapa tidak begitu, mestinya sesuai dengan keinginan kita yang
sesaat pada waktu itu, untuk memuaskan diri sendiri. Masak sich, seorang pahlawan harus
mati, harusnya kan menang. Inilah yang membikin sedih karena tidak sesuai dengan harapan
kita. Lha kalau Sang Guru sampai menderita dan wafat, kita terus bagaimana? Tiga hari
kemudian Sang Guru bangkit kan masuk sorga. Kemudian, apa yang bisa kita perbuat setelah
ditinggal Sang Guru? Pasti kita juga akan diperlakukan sama dengan Sang Guru, dikejar-
kejar, dianiaya dan dibunuh.. Ilmu dari-Nya rasanya belum cukup, dan keberanian untuk
tampil seperti Dia belum dipunyai.

Dalam kehidupan sehari-haripun sering kali kita merasakan kesedihan, ketidak relaan apa bila
panutan kita dipindahkan ke tempat lain. Kelekatan yang selama ini terpupuk rasanya tercabik
dan kita merasa tidak siap untuk ditinggalkan. Ketergantungan kepada panutan bagaikan kita
kehilangan tongkat yang membuat kita tidak bisa berjalan sendiri. Padahal kita diharapkan
untuk segera dewasa dan mandiri, melanjutkan karya yang ditinggalkan kepada kita. Sewaktu-
waktu kita masih bisa berkonsultasi, menimba pengalaman dengan berbagai cara yang kita
ketahui.

Hal tersebut hampir sama dengan mencari pengganti ketua lingkungan yang selama ini
dianggap cocok. Kalau bisa, biarlah dia yang menjadi ketua untuk seumur hidup. Alasannya
belum siap, sibuk dengan pekerjaan, anak-anak masih kecil, masih ada yang lebih senior dan
lain sebagainya. Tongkat kepemimpinan tetap harus berjalan dan pada waktunya harus
diestafetkan kepada penerus. Yang menjadi pemimpinpun harus legowo dan yakin bahwa
penerusnya pasti bisa melanjutkan, dengan segala kelemahan dan kelebihannya.

Sampai saat inipun masih banyak orang yang tidak percaya bahwa Tuhan Yesus wafat di kayu
salib dan tiga hari kemudian bangkit dari antara orang mati. Malahan tidak percaya bahwa
Dialah Sang Mesias yang ditunggu-tunggu

Dar/memahami Matius 130


131

Yesus membayar bea masuk Bait Allah


17:24. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum
datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata:
"Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?" 17:25
Jawabnya: "Memang membayar." Dan ketika Petrus masuk rumah,
Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: "Apakah pendapatmu,
Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan
pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?" 17:26 Jawab Petrus:
"Dari orang asing!" Maka kata Yesus kepadanya: "Jadi bebaslah
rakyatnya. 17:27 Tetapi supaya jangan kita menjadi batu
sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan
pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya,
maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di
dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku
dan bagimu juga."
Kelihatannya Tuhan Yesus ingin meluruskan ketentuan-ketentuan yang berlaku pada waktu
itu, khususnya bea dan pajak untuk pemeliharaan Bait Allah. Namun Tuhan Yesus tidak ingin
berbantahan dengan pemungut pajak, bahwa sebenarnya Dialah Sang Bait Allah sendiri, yang
berkuasa dan wajib disembah serta menerima persembahan. Kuasa tersebut diperlihatkan
kepada Simon Petrus bahwa Dia berkuasa atas segala hal, dengan menyuruh Simon
memancing ikan di danau Galilea di dekat rumahnya. Uang pembayar pajak berada di mulut
ikan yang dipancing.

Dalam pemahaman penulis, kitapun diajar dalam beberapa hal untuk mengalah agar tidak
terjadi perbantahan yang hebat, yang akhirnya mendorong kita lebih beremosi yang akan
melahirkan kemarahan. Rasanya kitapun sering bermain kata-kata indah demi keuntungan diri
atau kelompok kita atau mengambil kesempatan dari ketidak-tahuan orang lain untuk menjadi
makanan kita.

Satu hal diajarkan kepada kita agar kita cerdik dan tulus serta waspada dalam hidup ini. Agar
tidak menjadi batu sandungan, Tuhan Yesus mau dan rela membayar untuk sesuatu yang tidak
seharusnya dibayar. Apa yang harus kita lakukan apabila kita mengajukan izin pembangunan
gereja, kita diminta membayar ini dan itu, diminta memenuhi syarat ini dan itu? Dalam
kecerdikan harus ada ketulusan, harus ada keikhlasan tanpa gerutuan atau kemendongkolan.
Namun kita juga perlu waspada atau hati-hati, apabila itu jerat yang dipasang untuk menjebak
kita. Ini yang berat, karena kita merasa tidak rela diperlakukan dengan tidak adil. Keberanian
untuk melawan ketidak adilan belum ada karena sudah merasa pasti akan kalah. Umumnya
kita akan berlindung di bawah ajaran “mengalah dan mengalah.” Jer basuki mawa bea,
ajaran Jawa ini rasanya masih sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus.

Bab 18. Yang Terbesar, Kecaman, Nasihat dan Perumpamaan pengampunan

Siapa yang terbesar dalam Kerajaan Sorga


18:1. Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya:
"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" 18:2 Maka Yesus
memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka
18:3 lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak
bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga. 18:4 Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan
menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.
18:5 Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku,
ia menyambut Aku." 18:6 "Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari
anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah
batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.

Dar/memahami Matius 131


132

Sewaktu penulis masih kecil balita, yang masih teringat adalah kepasrahan dan kepercayaan
kepada orang tua. Sewaktu bermain apapun, selama orang tua masih kelihatan, rasanya aman
tidak ada kekuatiran karena ada sang pelindung. Begitu menoleh tidak kelihatan, mulailah
rasa cemas mengalir bersamaan dengan mengalirnya air mata dan tangisan. Kenakalan anak
kecilpun penulis alami. Mulai dari mencuri mangga tetangga, berkelahi, mengintip orang
mandi dan lain-lainnya, penulis lakukan. Mencuri karena ingin makan mangga, berkelahi
ingin menang atau ingin mengetahui sesuatu yang dilarang, didorong hanya oleh keinginan
dan kegembiraan bersama teman. Namun demikian tidak ada perasaan bersalah atau dendam
karena kalah.

Sama sekali belum mengenal Tuhan Yesus, tetapi sudah diberitahu bahwa ini salah ini betul,
yang itu tidak sopan yang ini tidak boleh dan sejenisnya. Orang tua lebih menekankan atau
mengajarkan yang dilarang atau dihindari, yang seringkali menimbulkan tanda tanya
mengapa, namun tidak berani bertanya. Harus ini harus itu dan kata jangan lebih banyak
dibanding dengan boleh ini boleh itu. Hal-hal yang dapat penulis ingat adalah kepolosan
seorang anak kecil dalam bertindak tanpa rasa kuatir, merasa yang paling kecil dan kalahan
kalau berkumpul dengan yang lebih dewasa dan siap disuruh oleh yang dewasa. Setiap kali
bertengkar sampai menangis, beberapa saat kemudian sudah bersama lagi tanpa rasa dendam
atau bersalah. Yang sudah ya sudah.

Semakin besar mulailah terekam masukan dari luar yang bermacam-macam. Mulai perasaan
iri, ingin menang, tidak rela, dendam ingin membalas, senang jika lawan kena sial, dan lain
sebagainya. Bagaikan komputer yang sudah diisi bermacam-macam program yang bagus dan
jelek, termasuk segala macam virusnya. Untuk membersihkannya cukup susah, kecuali
dimasuki anti virus yang canggih. Yang paling gampang adalah diinstall ulang seperti semula,
segala isinya bersih, bagaikan kembali menjadi anak kecil.

Ajaran Tuhan Yesus untuk bertobat dan menjadi seperti anak kecil rasanya begitu berat.
Pelajaran dalam hidup sehari-hari yang kita alami rasanya sangat menempel dan membekas,
yang mendorong kita untuk selalu menoleh ke belakang. Kadang-kadang rasanya lebih
gampang mengingat kekurangan orang lain daripada mengingat kelebihan orang lain, apalagi
kalau kita dibuat sakit hati atau yang menyinggung perasaan kita. Ada orang yang berbicara
sesuatu bukan untuk diri kita sendiri, namun kebetulan topiknya sama dengan yang kita
hadapi, kita merasa disinggung dan langsung kita masukkan dalam memory otak kita.
Disinilah sukarnya untuk menjadi seperti anak kecil lagi yang begitu pasrah, polos tanpa
beban.

Seringkali kita menasihati anak dengan cara keliru dan menyesatkan, yang dapat
menimbulkan rasa takut, rasa jijik, rasa curiga kepada orang lain maupun rasa-rasa lainnya
yang dapat berpengaruh sampai dewasa. Anak-anak kecil ini bagaikan kumpulan masyarakat
kecil yang sederhana, percaya dan pasrah kepada yang melindungi, yang lebih dewasa. Dan
selalu kalah dalam segala hal oleh kelompok elite yang lebih “pandai.” Sering kali kita suka
berkumpul dengan anak kecil yang lucu dan menyenangkan, namun sering kali juga merasa
sebel menghadapi anak-anak kecil yang rewel sukar diatur.

Pertanyaannya, sudahkah kita bertobat seperti yang diharapkan Tuhan Yesus? Bertobat yang
diikuti dengan berubah total, kembali seperti anak kecil yang begitu polos dan bersih dari
pikiran jahat.

Kecaman kepada si penyesat


18:7. Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi
celakalah orang yang mengadakannya. 18:8 Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau,
Dar/memahami Matius 132
133

penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan
kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke
dalam api kekal. 18:9 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena
lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api
neraka dengan bermata dua.
Kelihatannya ajaran atau kecaman ini begitu keras yang dapat mempunyai arti begitu luas.
Kebenaran kelihatannya selalu berdampingan dengan kejahatan, dan kesesatan di dunia ini
sepertinya “lebih menang” dibandingkan dengan kejujuran atau kebenaran. Tangan, kaki dan
mata kitapun dapat menyesatkan kita dan lebih ekstrim lagi mungkin seluruh tubuh ini dapat
menyesatkan kita dari kebenaran dan kebaikan. Paling tidak dari tangan ini kita dapat berbuat
sesuatu yang tidak di kehendaki Tuhan. Melaksanakan sesuatu tersebut dapat dimulai dari
langkah kaki yang mengajak. Demikian juga dari mata ini masuk ke dalam hati, merangsang
untuk berbuat yang tidak baik. Dari mata turun ke kaki dan dikerjakan oleh si tangan.

Kehilangan kaki atau tangan atau mata adalah suatu “penderitaan” sampai mati. Kita akan
cacat seumur hidup, yang mungkin tidak akan dipandang sebelah mata oleh orang lain.
Kelihatannya Tuhan Yesus lebih menekankan bahwa lebih baik hidup dalam kebenaran
walaupun penuh dengan derita dunia yang tiada habisnya. Cara sederhananya, kita harus
berani mengekang, mematikan segala hawa nafsu yang menyesatkan, seindah apapun.

Tuhan Yesus menjanjikan bahwa “kehidupan yang akan datang” lebih dari segala sesuatu
yang ada di dunia ini. Kita ditantang untuk memilih hasil atau upah yang akan datang, hidup
kekal yang tak ternilai atau api neraka yang kekal, melalui kehidupan kita sehari-hari di saat
sekarang ini.

Pilih yang seratus tahun di dunia ini, atau yang kekal tanpa batas? Sebagai manusia yang
masih penuh kedagingan, biasanya kita akan memilih : lebih baik hidup dengan penuh
kemewahan duniawi yang diberkati dan sewaktu mati masuk ke dalam kerajaan sorgawi.

Adakah kemungkinan itu? Namun Ayub-pun pernah mengalami penderitaan hebat dan setelah
itu mengalami hidup kaya raya yang berlimpah-limpah. Yang penting, dapatkah kita hidup
dalam kebenaran dan kebaikan penuh kasih sesuai ajaran Tuhan. Keselamatan jiwa atau roh
lebih penting dan utama, namun demikian yang lain jangan diabaikan.

Perumpamaan tentang domba yang hilang


18:10 Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak
kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di
sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga. 18:11
(Karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang.)"
18:12 "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus
ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan
meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan
pergi mencari yang sesat itu? 18:13 Dan Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar
kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan
puluh sembilan ekor yang tidak sesat. 18:14 Demikian juga Bapamu
yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak
ini hilang."
Tuhan Yesus mengajarkan untuk tidak pernah memandang rendah
kepada siapapun, terlebih anak-anak kecil yang lemah, orang-orang kecil yang sederhana
yang tidak pernah diperhitungkan. Dan nyatanya seringkali kita memandang rendah orang
lain, biarpun tidak secara langsung. Kita merasa lebih dibandingkan mereka, dan menganggap
mereka belum pantas untuk mendampingi atau mengganti kita. Kita sering lupa bahwa
semuanya didampingi malaikat pelindungnya masing-masing. Kita lupa bahwa yang diatas

Dar/memahami Matius 133


134

kita masih banyak, yang mungkin juga merendahkan dan meremehkan kita. Betapa rasanya
kalau kita diremehkan orang lain.

Kita lebih banyak lupanya atau malahan tidak perhatian sama sekali kepada domba yang
hilang. Kiasan Jawa “ilangan-ilangan endhog siji” (lebih baik kehilangan telor satu)
kelihatannya bertentangan dengan ajaran Tuhan Yesus. Kita lebih gampang menyerah untuk
kehilangan yang satu dan merasa bosan ngurusi orang yang hilang tersebut. Apalagi kalau
sudah membuat jengkel, menyebalkan atau malahan menyakitkan hati. Dari satu sisi, kita
lebih segan menegur domba yang sesat, kalau kalau sakit hati dan semakin kabur, yang
kadang-kadang dapat membuat domba-domba yang lain merasa dibedakan.

Ironisnya kadang-kadang kita malah berani berselisih paham dengan domba-domba yang
masih di kandang, dengan anggapan mereka tidak lari walaupun tercerai berai. Kita lebih
merasakan nikmatnya berkumpul dengan segolongan kita yang satu bahasa dan satu aliran
daripada mengurusi saudara kita yang murtad. Kita merasa lebih menikmati kemapanan yang
kita buat dengan sekelompok orang sealiran.

Pelajaran yang dapat penulis pahami adalah bagaimana menyelamatkan anak-anak domba
yang hilang agar kembali ke kandang. Mengajak orang untuk berubah dan berubah menuju
yang lebih baik. Yang sudah menjadi domba dipelihara kerukunannya, yang lepas tidak
pernah kita lupakan, paling tidak dalam doa permohonan karena kita tidak akan mampu jalan
sendiri tanpa Dia. Kelihatannya, persembahan yang paling besar dan berharga kepada Bapa di
sorga adalah, membawa satu saja domba yang sesat kembali ke kandang Tuhan.

Allah Bapa mengharapkan agar tidak ada seorangpun yang lepas, biar jumlahnya bulat, atau
utuh. Kurang satu berarti tidak utuh lagi, ada yang kurang pas. Agar kembali menjadi utuh
dan bulat, maka yang hilang perlu dicari sampai ketemu. Jika perlu harus dilakukan dengan
penuh pengorbanan, bekerja mati-matian. Alangkah puasnya jika semuanya kembali utuh dan
bulat.

Tentang menasihati sesama saudara


18:15. "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan
nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. 18:16 Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah
seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak
disangsikan. 18:17 Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat.
Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai
seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.
Tuhan Yesus malah mengajarkan untuk berani menegor, namun dengan
hati yang bersih. Tidak bisa sendiri ya mengajak para sesepuh. Masih
belum bisa juga, ya terpaksa dibawa dalam dialog jemaat bagaimana
sebaiknya. Tuhan Yesuspun tidak pernah memaksa seseorang harus selalu
mengikuti Dia, walaupun tidak menghendaki seseorang terlepas dan
masuk ke dalam kegelapan. Satu hal yang sulit di langkah awal adalah
menegor, biarpun secara halus. Kita selalu berpikir jangan-jangan ……
tersinggung, salah paham, sakit hati dan lain sebagainya. Apalagi jika
tidak bisa membuktikan kesalahannya, baru mendengar kabar yang belum
jelas kebenarannya. Lebih merasa sulit lagi apabila yang berbuat salah
tersebut orang yang kita tuakan dan kita segani.

Bagi penulis, menegor tidaklah selalu dengan perkataan keras yang memojokkan dan
akhirnya menghakimi. Menegor masih dapat dilakukan seperti Tuhan Yesus yang sering
memberikan perumpamaan. Jika ngobrol berdua dengan cerita ungkapan atau ayat Kitab Suci

Dar/memahami Matius 134


135

tidak merasa, ungkapan tersebut masih bisa kita obrolkan bersama para sesepuh. Kalau perlu
dibawa dalam renungan dan sembahyang sewaktu doa lingkungan. Sering kali obrolan ringan
kehidupan sehari-hari dengan pertanyaan mengapa dan bagaimana dapat membuka dialog
yang lebih dalam. Pada saat-saat itu umumnya yang dibutuhkan bukan Alkitab namun solusi
yang baik namun benar.

Jika tetap tidak sadar, berarti dapat kita simpulkan bahwa yang bersangkutan memang tegar
tengkuk atau berkulit tebal. Kita tidak akan disalahkan oleh Tuhan, apabila sudah mencoba
menasehati walaupun akhirnya tidak diterima. Mungkin di lain waktu kita coba kembali
dengan penuh kesabaran.

Mungkin kita perlu mengenal adat dan karakter saudara-saudara kita yang berbagai macam
suku. Ada kelompok yang terbuka dan bisa menerima perkataan keras tetapi benar dan baik.
Namun ada juga kelompok yang hanya bisa menerima suara dan nada yang halus, ada juga
yang sudah memahami dan mengerti kiasan tidak langsung bahwa itu peringatan.
Berkomunikasi yang baikpun mungkin perlu dipelajari, agar setiap ucapan tidak menjadi sia-
sia.

18:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga
dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. 18:19 Dan lagi Aku berkata
kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan
mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. 18:20 Sebab di mana dua atau tiga orang
berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."
Janji Tuhan Yesus kepada para murid sepertinya menjadi suatu pendelegasian kuasa rohani di
dalam Gereja. Emmanuel, Allah beserta kita, betul-betul disampaikan sendiri Oleh Tuhan
Yesus, bahwa kita-kita ini yang mengaku pengikut Kristus adalah satu keluarga besar dan
kepalanya Tuhan Yesus sendiri. Jadi kesepakatan dalam doa permohonan yang didasari niat
yang sungguh-sungguh bersatu di dalam hati, jiwa dan akal budi penuh kepercayan, Allah
Bapa selalu mendengarkan dan mengabulkan. Karena Tuhan Yesus pada waktu itu akan
selalu bersama-sama dengan kita.

Pengabulan doa permohonan mungkin saja tidak seperti yang kita harapkan, namun tetap
dikabulkan. Mungkin kita ini bagaikan pengemis yang memohon sedekah, inginnya seribu
rupiah namun hanya diberi limaratus rupiah saja. Berterimakasihkah kita dengan yang
limaratus rupiah tersebut ? Dan kalau kita berani jujur, sebenarnya kita memang sama sebagai
pengemis tulen. Dalam setiap doa kita hampir tidak lupa untuk selalu meminta, dan
memohon.

Berkumpul dalam nama-Nya, mestinya bukan nama atau ego kita masing-masing yang lebih
kita tonjolkan. Dalam nama-Nya rasanya lebih tertuju kepada hal-hal yang rohani, yang
menyatukan penuh damai dan kasih. Lebih tertuju kepada ajaran-Nya, Firman-Nya yang bisa
kita baca dari Kitab Suci. Disitulah secara pribadi kita mulai merenungi diri apakah perbuatan
kita sudah sesuai atau belum dengan kehendak-Nya. Perlukah pertobatan lahir batin? Bisakah
kita bersyukur dan memberikan pujian atas segala apa saja yang sudah dan sedang kita alami?
Apakah yang pantas kita minta kepada Tuhan pada saat itu?

Mari kita bayangkan sewaktu kita berkumpul dalam nama Tuhan Yesus, dan kita semua tiba-
tiba dapat melihat-Nya. Tuhan Yesus berada di hadapan kita! Kira-kira apa yang akan kita
perbuat? Lebih banyak mendengarkan Dia berbicara mengajar kita atau kita ngobrol sendiri,
atau kita saling berkomentar akan ajaran-Nya? Mari kita renungkan sendiri-sendiri. Janga-
jangan kita malah tidak ingat lagi akan apa yang mau kita mohonkan. Kita terpesona, kagum,

Dar/memahami Matius 135


136

kaget, bingung, bengong, tidak percaya karena seperti mimpi, tidak tahu lagi harus berbuat
apa.

Perumpamaan tentang pengampunan


18:21. Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus
mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" 18:22 Yesus berkata
kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh
puluh kali tujuh kali.
Bukan main susahnya! Mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali secara matematis sama
dengan empat ratus sembilan puluh kali. Angka tersebut berarti sama saja dengan harus
mengampuni tanpa batas tanpa bosan-bosannya. Memang kita diajar untuk harus bisa
memahami dan memaklumi kelakuan dan perbuatan orang lain. Mengikat dan mengikat tanpa
melepaskan. Kita diajak seperti Tuhan Yesus sendiri yang Maha Pengampun dan Maha
Rahim. Mengampuni dapat dikatakan membersihkan diri sendiri dari rasa dendam, marah,
sakit hati yang terpendam, sehingga tidak mempunyai musuh yang keluar dari hati kita. Pada
saatnya nanti, pasti kita akan dengan mantap bisa mengikuti ajaran doa Tuhan Yesus “seperti
kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami.”

Mungkin kita perlu merenungi diri, masih adakah di dalam relung-relung hati ini suatu
ganjalan, sisa-sisa file memory tentang seseorang yang belum diampuni? Jika masih ada,
siapkah untuk mengampuni dan membersihkan hati kita sendiri dari sisa kotoran tersebut?
Adakah kerugian yang kita rasakan apabila kita mengampuni? Manfaat apa yang aku dapat
bila aku mengampuni? Yang jelas kita akan terbebas dari luka batin yang selama ini mungkin
malah kita pelihara. Jika yang mengganjal itu sudah kita keluarkan, maka kita akan merasa
bebas dari beban, yang sebenarnya telah kita buat sendiri.

Memang tidak mudah mengampuni karena ego kita yang merasa tersakiti, merasa dilecehkan,
dipermalukan dan sebagainya. Enak bener dia! Padahal tidak ada sesuatu apapun yang
berkurang di dalam diri kita. Yang namanya sakit, maka perlu proses penyembuhan. Agar
cepat sembuh, maka perlu dorongan dari dalam diri yang diiringi niat baik dan benar.

Rasa dendam bagaikan virus yang masuk ke dalam tubuh kita dan berusaha mengembangkan
dirinya tanpa kita sadari. Dari virus dendam dan rasa iri, dia bisa mengembangkan dirinya
menjadi dengki, benci, antipati sampai menginginkan sang lawan mati. Bagaimana cara kita
mematikan atau menghilangkan virus dendam tersebut? 490X !!!
18:23 Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan
dengan hamba-hambanya. 18:24 Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah
kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. 18:25 Tetapi karena orang itu tidak
mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan
segala miliknya untuk pembayar hutangnya. 18:26 Maka sujudlah hamba itu menyembah dia,
katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. 18:27 Lalu tergeraklah hati raja itu
oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.
18:28 Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang
seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu!
18:29 Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan
kulunaskan. 18:30 Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai
dilunaskannya hutangnya. 18:31 Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu
menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. 18:32 Raja itu menyuruh memanggil orang
itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena
engkau memohonkannya kepadaku. 18:33 Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu
seperti aku telah mengasihani engkau? 18:34 Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya
kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. 18:35 Maka Bapa-Ku yang di
sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni
saudaramu dengan segenap hatimu."

Dar/memahami Matius 136


137

Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bahwa Allah Bapa adalah Maha Pengasih dan Maha
Pengampun kepada siapapun yang memintanya. Maka dari itu kitapun diajak untuk seperti
Dia, yang mau mengampuni kepada siapapun. Seberapapun besar kesalahan orang tetap akan
diampuni oleh Tuhan. Belas kasihan menjadi bagian penting dalam kehidupan di dunia ini.
Namun harus kita akui, karena kedagingan kita, kita lebih sering menuntut hak kita yang
disebabkan oleh kesalahan kecil seseorang kepada kita. Kita rasanya lebih sering lupa bahwa
kalau dikumpulkan, maka jangan-jangan kesalahan kita kepada Tuhan lebih besar dari yang
kita bayangkan. Kesalahan orang lain kepada kita mungkin hanya satu dua saja dan begitu
sederhana.

Jika kita bayangkan sepuluh ribu talenta hutang kita kepada Tuhan, berapa ratus atau ribu kali
lipat dibandingkan dengan seratus dinar hutang orang lain kepada kita? Mungkin bisa kita
bayangkan bahwa perbandingan kesalahan tersebut bagaikan sebongkah batu besar dengan
sebiji pasir atau kerikil.

Dan hebatnya Tuhan tetap mau mengampuni kesalahan dan dosa kita, seberapapun besarnya,
apabila kita juga mau mengampuni kesalahan orang lain, sekecil apapun kesalahan mereka.
Hal ini mengingatkan kita pada doa “Bapa kami” yang diajarkan Tuhan Yesus. Bapa di sorga
akan membalas kita, apabila kita tidak mau mengampuni, dengan tidak akan mengampuni kita
juga. Pertanyaannya, siapkah kita ini mengampuni orang yang “bersalah” kepada kita,
disengaja ataupun tidak disengaja? Kelihatannya dendam dan iri dengki merupakan batu
sandungan yang sangat berbahaya dalam perjalanan kehidupan kita.

Kerajaan Sorga hanya akan dikaruniakan Tuhan kepada orang-orang beriman, yang dengan
tulus ikhlas berani mengampuni orang lain yang bersalah kepadanya. (7)

Bab 19. Perceraian, Berkat, Orang muda kaya, upah mengikut Tuhan Yesus

Perceraian
19:1. Setelah Yesus selesai dengan pengajaran-Nya itu, berangkatlah Ia dari Galilea dan tiba di
daerah Yudea yang di seberang sungai Yordan. 19:2 Orang banyak berbondong-bondong mengikuti
Dia dan Iapun menyembuhkan mereka di sana.
19:3. Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya:
"Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?" 19:4 Jawab Yesus:
"Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-
laki dan perempuan? 19:5 Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan
ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. 19:6 Demikianlah
mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia."
Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita tentang tidak dikehendakinya suatu perceraian dalam
keluarga. Yang perlu kita sadari adalah bahwa tidak ada satupun manusia yang sempurna
secara lahir batin. Tidak ada satupun manusia yang sama secara lahir dan batin, makanya
dikatakan bahwa dari sidik jari dan “rajah” telapak tangan susah sekali diketemukan yang
sama persis. Itulah keunikan manusia ciptaan Tuhan.

Niat ingin bersatu dengan calon pasangan, mestinya juga harus sudah diperhitungkan bahwa
calon pasangan tidak sama dengan kita, sehingga untung dan malang dalam kehidupan ini
akan selalu menyertai kita. Untung dan malang tidak selalu dari sisi materi, namun dapat juga
dari sisi yang lain. Unik ketemu dengan unik akan membuahkan keunikan baru tersendiri.
Itulah kehidupan suatu keluarga, dalam bahasa Jawa isteri sering disebut “garwo” sigarane
nyowo (dua jiwa yang bersatu menjadi satu daging). Senangku ya senangnya dia, bahagiaku
ya bahagianya dia; kesulitanku ya kesulitannya dia juga. Mau saling berbagi dalam segala hal
Dar/memahami Matius 137
138

untuk dirasakan bersama-sama, sehingga dapat mensyukuri segala keadaan yang dialami.
Mestinya kalau sudah berani mengambil keputusan untuk menikah, berarti sudah siap dengan
segala risiko yang akan dihadapi bersama-sama. Yang tadinya bebas menjadi bebas dalam
ikatan karena terikat tali perkawinan. Saling menyadari bahwa tidak ada orang yang sempurna
dan ideal lahir batin. Berani menerima dan mengemukakan kekurangan dan kelebihan
masing-masing, yang kalau disatukan akan bisa saling mengisi, menguatkan dan dapat
memaklumi pasangan. Jika menghadapi kesalah pahaman sampai tingkat percekcokan dan
pertengkaran, obatnya hanyalah berani mencari dan mengatakan kesalahan diri sendiri
masing-masing. Pada umumnya malah mencari benarnya masing-masing dan menyalahkan
kekurangan pasangan. Segala kekurangan diri sendiri kalau bisa malah ditutup-tutupi.

Yang sudah dipersatukan Allah jangan diceraikan manusia, dan ujung-ujungnya menyalahkan
Allah sendiri. Sewaktu kita akan menjalin cinta dengan seseorang, biasanya kita lupa akan
Tuhan. Yang terbayang hanya kelebihan calon pasangan, yang bisa memberikan kebahagiaan.
Jika terjadi ketidak-cocokan dan ingin bercerai, kita menganggap itu takdir, sudah kehendak
Tuhan. Kita sering lupa bahwa janji perkawinan, kitalah yang mengucapkannya tanpa ada
tekanan dari manapun. Kasihan Tuhan yang dijadikan kambing itam dan dianggap mencla-
mencle.

Mungkin pada saatnya perlu diselenggarakan suatu kursus bagaimana mengelola perkawinan
menjadi suatu keluarga yang baik dan benar. Beberapa pengajarnya keluarga-keluarga yang
pernah mengalami pahit getir perkawinan, namun dapat mengatasinya dengan damai dan
berjalan mulus. Entah mereka keluarga kaya ataupun keluarga miskin sederhana, yang bisa
menjadi panutan untuk orang lain. Perkawinan bukan hanya teori namun pengalaman hidup
yang memang begitu unik dan menarik.

“Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan laki-laki dan perempuan,” yang
dapat penulis pahami adalah menyiratkan bahwa laki-laki dan perempuan sebenarnya
diciptakan bersama-sama. Selama ini kita mengenal atau mendengar dari Alkitab bahwa
Adam diciptakan lebih dahulu, baru kemudian Hawa dicipta dari rulang rusuk Adam.
Mungkin buku-buku kepercayaan lain yang bukan berasal dari Timur tengah mempunyai
versinya sendiri. Dan semuanya itu misteri yang sulit untuk dibuktikan secara ilmiah. Hal ini
mengingatkan penulis bersama sahabat sewaktu komunikasi rohani. Manusia ciptaan
pertama sebut saja Roh hu Alam jaraknya beribu-ribu tahun dengan Adam dan Hawa versi
kaum Uhrzani Kasdim. Laki-laki disebut saja Alma dan perempuan disebut saja Huma dan
mereka diciptakan bersama-sama. Jadi, perempuan bukan dari bagian rusuk laki-laki. Benua
pada zaman itu masih menjadi satu, belum terpisah seperti zaman sekarang ini. Dalam
perkembangannya, dari zaman ke zaman, dari tempat, keadaan, iklim dan musim serta lain-
lainnya, proses pertumbuhannya bisa berbeda-beda. Beda warna kulit, rambut, tubuh dan
sebagainya. (110806)

Dalam hal ini bukan sekali-kali penulis mengganggap keliru Kitab Kejadian. Malahan betapa
hebatnya mereka dapat menceritakan “sangkan paraning dumadi” yang begitu simbolik.
Makna dan pesan tentang legenda Adam dan Hawa yang harus kita lihat secara rohani, bukan
sebagai sejarah. Mungkin karena budaya umumnya pada waktu itu, perempuan sepertinya
menjadi nomor dua dan laki-laki menjadi nomor satu. Sehingga hampir semua legenda atau
dongeng lebih menonjolkan peran laki-laki dari pada perempuan. Perempuan seakan-akan
hanya dijadikan penggenap, wadah yang baik untuk melanjutkan keturunan Yang jelas kodrat
laki-laki dan perempuan memang berbeda, yang sudah dari sononya.

Dar/memahami Matius 138


139

19:7 Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk
memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?" 19:8 Kata Yesus kepada mereka: "Karena
ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah
demikian. 19:9 Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena
zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah."
Kelihatannya Tuhan Yesus menekankan bahwa perceraian itu tidak dikehendaki Allah.
Kalimat tambahan kecuali karena perbuatan zinah, hal itupun tidak dikehendaki Allah.. Dan
perceraian itu sendiri disebut perbuatan zinah. Dari zaman sebelum Musa, sepertinya
perkawinan tidak pernah cerai. Kita bisa melihat cerita Adam dan Hawa, sampai Abraham
dan Sara. Satu hal mungkin yang menjadi tanda tanya kita bersama bahwa di zaman dahulu
laki-laki mempunyai isteri lebih dari satu. Dan nyatanya dalam Alkitab memang tidak ditulis
secara jelas bahwa seorang laki-laki itu hanya boleh mempunyai satu isteri. Yang tertulis
tidak diperbolehkan adalah bercerai.

Mungkin ini hanya gurauan, yang menyebutkan bahwa pada zaman dahulu kala, contoh yang
dilihat secara nyata para manusia awal adalah jenis binatang seperti ayam, kambing, sapi,
kuda dan sejenisnya. Binatang tersebut cukup dengan satu pejantan dan banyak betina.
Contoh jenis burung merpati yang setia malahan tidak ditengok, atau binatang laut mimi dan
mintuna yang selalu berduaan.. Jangan-jangan banyak hal-hal lain juga dibuat sedemikian,
sehingga kita tidak tahu lagi yang mana sebenarnya perintah Tuhan dan mana yang dibuat
oleh manusia. Sepertinya Tuhan Yesus ingin mengembalikan ke yang sebenarnya dan
menyempurnakan Kitab Suci Perjanjian Lama. Penulis tidak tahu persis, seberapa banyak
ajaran Allah yang dijabarkan oleh orang Yahudi menurut selera mereka. Jangan-jangan
zaman sekarang inipun ajaran Tuhan Yesus dijabarkan dan malahan keluar dari inti pokok
ajaran.

Dari ajaran tersebut di atas, alangkah baiknya apabila calon pasangan itu lebih dahulu saling
mengenal secara mendalam, kelebihan dan kekurangan calon pasangan, agar dikemudian hari
tidak terjadi “perceraian” karena sesuatu hal, yang sebenarnya merupakan risiko perkawinan.
Alangkah indahnya bila suatu perkawinan dapat langgeng sampai batas akhir atau ada yang
meninggal salah satu dan penuh suka cita. Saling mempercayai tanpa rasa cemburu, saling
menghormati akan janji perkawinan yang sudah diikrarkan. Berselisih paham dalam keluarga
adalah lumrah bagaikan sambal pedas namun dibutuhkan. Dalam batas tertentu karena ketidak
cocokan atau perselisihan, mungkin ada baiknya untuk pisah ranjang sementara waktu, sambil
merenungkan sewaktu masih pacaran sampai janji suci pernikahan. Terus berani merenung
melihat diri sendiri, kekuranganku dan salahku dimana. Mengapa aku mempertahankan
kekuranganku sebagai kebenaran? Selama ego pribadi yang ditonjolkan, maka yang disebut
cinta atau mengasihi pasti penuh dengan syarat. Ironisnya syarat tersebut hanya berlaku bagi
pasangan, dan tidak berlaku bagi diri sendiri.

19:10 Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri,
lebih baik jangan kawin." 19:11 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat
mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. 19:12 Ada orang yang tidak dapat
kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian
oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh
karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti."
Siapakah yang dikaruniai Roh pengertian? Pemikiran para murid pada saat itu jelas dapat
diterima akal karena budaya yang berkembang pada waktu itu. Ajaran Tuhan Yesus tentang
perceraian dapat dianggap terlalu radikal, bertentangan dengan kebiasaan yang sudah ada.
Dalam perkawaninan harus selalu dilandasi dengan niat untuk mau mengalah dari kedua belah
pihak. Bukan sebaliknya, malahan berebut mencari menang dan benarnya masing-masing.

Dar/memahami Matius 139


140

Dan Tuhan menjelaskan bahwa tidak semua orang akan menikah. Pertama memang akan ada
orang yang hidup selibat dari sejak lahir, dan mengapa itu terjadi, hanya Tuhan saja yang
tahu. Kedua karena perbuatan seseorang yang menjadikannya tidak menikah, mungkin karena
patah hati, ditinggal mati sang pacar yang sangat dicintai, dikebiri orang lain atau hal lainnya
lagi. Dan ketiga ada juga karena kemauan diri sendiri demi Kerajaan Sorga. Mungkin mereka
ini termasuk para pertapa, pastor, bruder atau suster yang merelakan dirinya hidup selibat
demi orang banyak. Dan kita diajak untuk mengerti dan memahami hal perkawinan tanpa
perceraian maupun hidup selibat.

Hidup berkeluarga mempunyai liku-liku kesusahannya sendiri, demikian juga hidup selibat
mempunyai aneka kesusahannya sendiri. Sepertinya Tuhan Yesus sangat menghargai orang-
orang yang hidup selibat karena Kerajaan Sorga, yang kelihatannya berani melawan kodrat
kebutuhan biologis kenikmatan dunia. Berani keluar dari jalur dan kebiasaan orang hidup
pada umumnya. Kita harus salut dan memberi hormat serta mendoakan, agar Tuhan selalu
mendampingi, menguatkan dalam karya-karya mereka.

Yesus memberkati anak-anak


19:13. Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas
mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. 19:14
Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang
kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga." 19:15 Lalu Ia
meletakkan tangan-Nya atas mereka dan kemudian Ia berangkat dari situ.
Tuhan Yesus menekankankan lagi bahwa Kerajaan Sorga adalah milik orang-orang yang
seperti “anak-anak kecil” yang pasrah dan percaya dengan orang tuanya, pelindungnya. Yang
bersih dari segala dendam, syak wasangka, yang selalu tahu diri untuk mengalah kalau kalah
dari yang “lebih besar.” Anak kecil selalu patuh dan taat kepada orang tuanya, merengek atau
memohon sesuatu kepada orang tua kalau menginginkan sesuatu. Tahu diri kalau
permintaannya ditolak atau diganti dengan yang lain setelah dijelaskan. Percaya bahwa orang
tuanya akan selalu melindungi, tidak akan meninggalkannya, percaya bahwa mereka dan
kakak-kakaknya mengasihinya sepenuh hati. Anak kecil akan asyik bermain, selama dia
masih bisa melihat bapak atau ibunya di dekat situ. Dia akan siap menangis atau teriak
memanggil apabila orang tua tidak kelihatan. Anak tersebut secara alamiah begitu percaya
tanpa kawatir kepada pelindung yang mendampingi.

Dan Tuhan Yesus mau “meletakkan tangan-Nya” atas mereka, yang kita kenal selama ini
sebagai berkat dan doa. Menurut penulis, kitapun dapat menumpangkan tangan atas anak-
anak kecil, sebagai berkat orang tua atau berkat sesepuh. Yang jelas bukan berkat pastor yang
memang tertahbis.
Pada waktu itu para murid mungkin berpikir demi
kepentingan Tuhan Yesus. Jangan sampai mengganggu
Tuhan Yesus hanya karena untuk perkara anak-anak kecil
saja. Mungkin Sang Guru perlu beristirahat atau ada yang
lebih penting dari itu, atau Dia akan segera pergi lagi.

Pertanyaannya, bagaimana kalau di gereja kita banyak


anak-anak kecil yang diajarkan mengenal gereja dengan
mengikuti Misa Kudus, dan suasana menjadi begitu gaduh?
Apa yang harus kita perbuat? Bagaimana kalau banyak
umat dan pastornya “tidak suka” dengan anak-anak yang
berisik? Salah siapakah itu? Bagi penulis, Tuhan Yesus pasti tahu dan memaklumi situasi dan
keadaan anak-anak kecil. Hanya bagaimana mengajar anak dalam mengikuti perjamuan

Dar/memahami Matius 140


141

Ekaristi, terserah dari orang tua masing-masing. Anak dijajah orang tua atau orang tua yang
dijajah anaknya. Pasti yang keliru mendidik bukan orang lain.

Orang muda yang kaya


19:16. Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus
kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" 19:17 Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau
bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin
masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." 19:18 Kata orang itu kepada-Nya:
"Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan
mengucapkan saksi dusta, 19:19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri." 19:20 Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa
lagi yang masih kurang?" 19:21 Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna,
pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan
beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." 19:22 Ketika orang muda itu
mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.
Tuhan Yesus menjelaskan bahwa hanya Satu yang baik, dan itu Allah sendiri. Jadi kita-kita
ini sebenarnya tidak ada yang baik di hadapan Tuhan. Pasti ada kekurangannya kalau hal
tersebut kita sadari dengan betul-betul. Kitapun selalu menilai anak-anak kita bahwa mesti
ada saja yang kurang, karena tidak sesuai dengan “selera” kita.

Tuhan Yesus mengingatkan kepada kita untuk selalu menuruti perintah Tuhan, yang kita
kenal dengan Sepuluh Perintah Allah. Apabila kita mau melakukan perintah Tuhan tersebut
dengan sepenuh hati, kelihatannya itu sudah cukup bagi Tuhan. Kita sudah akan masuk ke
dalam hidup dan mendapatkan hidup. Namun kalau ingin lebih sempurna lagi, Tuhan
mengajarkan belaskasihan kepada orang miskin dengan semua harta kekayaan kita dan ikut
Tuhan Yesus sendiri. Hal ini seperti suatu panggilan gereja untuk jadi pelayan Tuhan secara
total. Kita bisa membaca cerita orang-orang kudus, yang meninggalkan kekayaannya dan
melaksanakan niat kaul melarat, taat dan selibat. Berani meninggalkan harta duniawi untuk
menerima karunia harta sorgawi, dan hanya yang terpanggil saja yang akan lulus..

Memang cukup berat dan penulis merasakan bahwa pemuda kaya tersebut seperti penulis.
Banyak alasan atau argumentasi yang dapat kita sampaikan kepada manusia, namun tidak
dapat mengelak dari pertanyaan Tuhan di dalam hati nurani yang paling dalam. Hampir
semua orang yang menginjak dewasa berangan-angan ingin menjadi kaya, paling tidak ya
berkecukupan. Sebenarnya kalau berani jujur dengan diri sendiri, lebih sering kita rasakan
bahwa pada dasarnya kita serakah dalam kekayaan dan kenikmatan dunia, sehingga kita
mempunyai andil, sekecil apapun, yang menyebabkan terjadinya kemiskinan. Kita masih bisa
menyalahkan yang miskin, mengapa mau menjadi miskin, mengapa tidak berusaha lebih
sungguh, mengapa dan mengapa.

Jika kita ditanya, mengapa ingin hidup kaya, kitapun masih mempunyai seribu satu macam
alasan dan latar belakang. Namun pada saatnya nanti kita akan bingung dengan jawaban yang
kita buat sendiri, sewaktu terbentur sentuhan Tuhan. Dia bertanya mengapa dan terus
mengapa. Yang jelas apabila kontrak kita di dunia ini sudah habis, segalanya akan
ditinggalkan. Dibagi-bagikan oleh yang masih hidup, entah sebagai warisan ataupun model
lainnya. Jangan-jangan malah perang saudara karena saling berebut warisan.

19:23. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali
bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. 19:24 Sekali lagi Aku berkata kepadamu,
lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam
Kerajaan Allah."
Kekayaan macam apapun, biasanya secara langsung atau tidak langsung, dapat menimbulkan
kesombongan dalam diri kita. Kita merasa lebih dibandingkan dengan yang dibawah kita.
Godaan untuk mengeluarkan kesombongan betul-betul sangat kuat, yang dapat dipicu oleh
Dar/memahami Matius 141
142

kejadian kecil saja. Sadar atau tidak, kita mengharapkan pengakuan di sekitar kita. Jika perlu,
untuk memperoleh pengakuan tersebut kita siap mengeluarkan biaya.

Marilah kita yang merasa kaya ini bersedih hati, karena sangat sukar untuk masuk ke dalam
Kerajaan Sorga. Orang-orang kecil lebih mudah memberikan belas kasih, anggaplah
persepuluhan dari kekayaannya yang sedikit, anggaplah dari seribu rupiah sampai seratus
ribu rupiah. Mereka akan dengan sukarela mengeluarkan seratus sampai sepuluh ribu rupiah.
Seperti perokok yang menawarkan dengan ikhlas rokoknya kepada orang lain.

Kita yang mengaku kaya rasanya akan sangat berat memberikan hanya perlimapuluhan saja
dari yang seratus juta sampai mungkin satu milyard rupiah bahkan satu trilyun rupiah. Uang
dua juta sampai dua puluh juta rupiah akan kelihatan begitu besar kalau disumbangkan.
Apalagi kalau sampai duapuluh milyard rupiah dari yang satu trilyun. Rasanya betul juga
kalau kita semakin kaya malahan semakin pelit mengeluarkan kelebihan kita bagi yang
miskin dan menderita. Mungkin banyak alasan yang dapat kita kemukakan. Dan kita selalu
lupa dengan yang sembilan puluh persen lebih sudah berada di tangan kita. Kita hanya
mengingat-ingat yang dua persen yang tadinya akan kita sumbangkan. Koq besar juga ya, apa
bisa ditawar? Ujung-ujungnya, karena kekayaan tersebut, kita menjadi bertambah kawatir
meninggalkan sang Mamon. Jangan-jangan ..... .

Penulis merasa terharu dan memuji Tuhan sewaktu isteri bercerita tentang seorang ibu-ibu
yang membeli beras untuk keluarga miskin. Ibu tersebut masih mengontrak kamar sepetak
dan bersebelahan dengan pengontrak lainnya. Hebatnya ibu tersebut masih bisa membagikan
berasnya untuk tetangga di sebelahnya, yang belum mampu membeli sendiri. Dia memberi
dari kekurangannya! Dialah murid Yesus pada saat itu! Kita malahan hanya memberi dari
sedikit sekali kelebihan yang ada.

Sewaktu di Yerusalem, penulis dan rombongan diberitahu oleh pemandu tentang pintu untuk
jalan onta. Pintu tersebut memang pas untuk jalan keluar masuk seekor onta. Apabila onta
membawa beban barang bawaan, maka agar bisa jalan keluar atau masuk, barang bawaannya
harus dilepas dahulu.

Upah mengikut Yesus


19:25 Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: "Jika demikian,
siapakah yang dapat diselamatkan?" 19:26 Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia
hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." 19:27 Lalu Petrus menjawab dan
berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi
apakah yang akan kami peroleh?" 19:28 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta
kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk
menghakimi kedua belas suku Israel. 19:29 Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan
rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau
ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.
19:30 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan
menjadi yang terdahulu."
Namun Tuhan Yesus karena begitu kasihnya kepada manusia, Dia masih memberikan janji
bahwa segala sesuatu tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Hal tersebut mengatakan kepada
kita bahwa siapapun boleh kaya raya seperti Ayub, dengan catatan bahwa jangan sampai
meninggalkan ajaran Tuhan dan harus melakukannya melalui perbuatan nyata. Jangan
mengabdi kepada Mamon dan menganggap bahwa uang yang berkuasa. Tidak semua hal bisa
dibeli dengan uang dan materi.

Dar/memahami Matius 142


143

Penyelamatan kelihatannya bukan karena usaha manusia, tetapi lebih karena Karunia Tuhan,
karena kebaikan dan maha kasihnya Tuhan. Seperti dikatakan tidak ada manusia yang baik
kecuali Tuhan. Makanya, sebenarnya manusia ini tidak dapat menilai atau menghakimi
seseorang, karena kita tidak pernah tahu seratus prosen tentang seseorang tersebut; Anggaplah
menilai anak sendiri yang begitu dekat dengan kita. Yang dapat kita lihat paling lapisan
luarnya saja yang kelihatan. Dan proses perubahan seseorang dari awal sampai akhir
hidupnya, apakah menuju positif atau negatifpun tidak dapat kita ikuti secara lahir batin.

Bagi para rasul yang kesetiaannya tidak diragukan, oleh Tuhan Yesus sudah dijanjikan akan
mendapat upahnya di sorga. Janji tersebut berlaku juga bagi kita, apabila mau
“meninggalkan” segala sesuatu karena berpihak kepada Tuhan Yesus. Berbakti atau melayani
Tuhan Yesus kelihatannya begitu pribadi, yang tidak ada kaitannya dengan hubungan
personal dalam keluarga. Ikatan roh kita kepada Tuhan sepertinya bagai sambungan hand-
phone super canggih ke sentral telepon. Setiap kegiatan yang dilakukan melalui handphone
tersebut akan dicatat di sentral telepon dan tidak ada yang terlewat, sekecil apapun. Pada
waktunya kita akan ditagih sesuai kegiatan yang telah kita lakukan. Biarpun keluarga kita
masing-masing membawa hanphone, tidak mungkin kita mengawasi sampai detail apa yang
telah mereka lakukan. Tagihan mereka akan berbeda besarnya dari yang kita pakai, sesuai
kesibukan masing-masing.

Berpihak kepada Tuhan Yesus berarti sama dengan berpihak kepada kebenaran dan belas
kasih yang tidak bisa ditawar lagi. Menawar kebenaran dan belas kasih sama saja dengan
menoleh ke belakang. Kebenaran dan belas kasih berlaku bagi semua orang, termasuk di
dalam keluarga. Apabila di dalam keluarga kita tidak mengenal kebenaran dan belas kasih,
Tuhan Yesus mengatakan “tinggalkan, termasuk ladangmu.” Dalam perjalanan hidup sehari-
hari nyatanya tidak segampang itu, namun Tuhan Yesus mau menegaskan bahwa untuk
berpegang kepada kebenaran dan belas kasih itu tidak pandang bulu.

Ayat 30 ini cukup membingungkan, namun yang dapat penulis pahami adalah bahwa
pandangan Tuhan sangat berbeda sekali dengan pandangan kita manusia. Yang hebat
menurut kaca mata kita belum tentu hebat di Mata Tuhan, yang jelek di mata kita belum tentu
jelek di Mata Tuhan. Dari dahulu sampai sekarang Tuhan tidak pernah membedakan manusia
ciptaan-Nya. Semua tergantung kepada belas kasih Tuhan. Yang terdahulu dapat menjadi
yang terakhir atau sebaliknya. Kerendahan hati dapat mengalahkan kesombongan. Yang
terdahulu sering tersandung karena merasa lebih senior dalam segalanya, dan itu tanpa
disadari menjadi bibit kesombongan, minta dinilai lebih dibanding ang senior.

Ada seorang buta berjalan bergandengan tangan dengan seorang yang masih normal. Mereka
ngobrol tentang segala macam, dan akhirnya mereka berdua sampai ke tempat tujuan. Kira-
kira, siapa menuntun siapa dan siapa yang lebih dahulu sampai?

Bab 20. Perumpamaan, Penderitaan Tuhan Yesus, Melayani, Penyembuhan

Perumpamaan tentang orang-orang upahan di


kebun anggur
20:1. "Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar
mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. 20:2 Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja
itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. 20:3 Kira-kira pukul
sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. 20:4
Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan
kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi. 20:5 Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang

Dar/memahami Matius 143


144

ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. 20:6 Kira-kira pukul
lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu
katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini
sepanjang hari? 20:7 Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang
mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun
anggurku. 20:8 Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya:
Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan
mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. 20:9
Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan
mereka menerima masing-masing satu dinar. 20:10 Kemudian datanglah
mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun
menerima masing-masing satu dinar juga. 20:11 Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-
sungut kepada tuan itu, 20:12 katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan
engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung
panas terik matahari. 20:13 Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak
berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? 20:14 Ambillah
bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti
kepadamu. 20:15 Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri
hatikah engkau, karena aku murah hati? 20:16 Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi
yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."
Sebagai manusia yang penuh kedagingan duniawi, perumpamaan Tuhan Yesus sepertinya
tidak adil dan tidak bisa diterima dengan akal. Kitapun seringkali menuntut ketidak adilan
yang kita rasakan, dan lebih sering lupanya bahwa kita juga jangan-jangan telah berbuat yang
“tidak adil.” Memang keadilan itu sendiri lama kelamaam menjadi abu-abu, karena mata hati
kita tidak mau melihat dengan bening. Paling tidak, yang disebut adil itu mestinya
keseimbangan antara hak dan kewajiban yang telah saling disepakati.

Kalau kita sebagai kepala keluarga, inginnya kita menuntut kepada isteri atau anak-anak
untuk berbuat begini dan begitu. Demikian juga kepada pembantu rumah tangga. Kita merasa
lebih dari mereka; lebih tua, lebih kuasa, yang mencari pendapatan, harus dihormati dan
sebagainya. Kita sering lupa bahwa adanya isteri, anak-anak dan pembantu karena kita
menginginkan, kita membutuhkan. Demikian juga isteri sering menuntut begini dan begitu,
anak-anakpun menuntut yang lain-lain. Kita lebih sering lupa bahwa sebenarnya suami, isteri,
anak-anak, pembantu itu tidak ada bedanya di Mata Tuhan. Jarang terjadi kesepakatan yang
dibuat secara jelas akan hak dan kewajiban dari setiap individu di dalam keluarga, yang akan
selalu berubah seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya umur. Jangan-jangan kata
“keadilan” itupun tidak pernah terjadi di dalam hidup kita. Atau malahan “adil” dapat kita
terjemahkan menurut selera kita masing-masing.

Bagi penulis, peziarahan hidup kita di dunia ini dilambangkan bagaikan hanya satu hari, dari
pagi sampai petang. Ada kelompok yang mulai berkarya pagi-pagi benar, ada yang jam
sembilan, siang hari, jam tiga sore maupun jam lima sore. Tuhan Yesus kelihatannya tidak
pernah membedakan karya atau beban pelayanan seseorang. Yang penting setiap orang yang
mau bangkit berdiri, berubah pikiran (bertobat) dan berkarya nyata di ladang-Nya. Upahnya
akan sama, satu dinar yaitu Kerajaan Sorga.

Batu sandungan yang kita alami, sewaktu kita mulai membanding-bandingkan dan
mengharapkan lebih. Begitu membandingkan, kita akan terperangkap ke dalam rasa iri,
cemburu, kesombongan karena merasa lebih dan minta dihargai berbeda. Yang baru saja
berkarya akan sangat berterima kasih atas kebaikan Sang Juragan dan berusaha bekerja tekun,
karena waktunya tinggal sesaat lagi. Diberi upah berapapun tetap akan berterima kasih.

Jangan-jangan orang yang terdahulu merasa lebih dibandingkan yang terakhir, dan
selanjutnya menuntut lebih dibandingkan yang terakhir. Yang terakhir karena merasa baru
saja berkarya, lebih banyak mengalah dan lebih banyak kepasrahan kepada kehendak Sang
Dar/memahami Matius 144
145

Juragan. Yang terdahulu merasa lebih baik dan berpengalaman dibandingkan yang terakhir
dan secara tidak sadar terkena penyakit kesombongan, lalu “meminta” dihargai berbeda.
Lupa kepada perjanjian yang telah disepakati, upah satu dinar. Yang terakhir malah dapat
upah lebih dahulu daripada yang pertama.

Berkarya dalam pelayanan tanpa pamrih mungkin hanya gampang untuk diucapkan. Jika
pengharapan dipisahkan dari rasa pamrih, mungkin masih agak bisa diterima. Pamrih dan
harapan mungkin hanya permainan kata-kata yang tujuannya hampir sama, yang berbeda
adalah kadar atau kandungan di balik itu. Pamrih agak berkonotasi negatif, sedangkan
harapan agak mendekati positif. Banyak hal kita selalu dicelikkan Tuhan, yang membuat kita
terpana.

Dalam pemahaman penulis, kita diajar bahwa bekerja di ladang Tuhan harus jauh dari segala
macam pamrih, mengharapkan sesuatu yang duniawi. Kita diajar hanya untuk sadar dan
bangkit dari duduk nganggur, kemudian segera mulai bekerja dan bekerja. Tidak usah berpikir
bagaimana, apa dan berapa upahnya. Tuhan mahaadil, mahapengasih dan mahapenyayang.
Upahnya pasti ada, sesuai dengan kehendak-Nya.

Kerajaan Sorga hanya akan dikaruniakan Tuhan kepada orang-orang beriman yang mau
bangkit, berubah dan berkarya di ladang-Nya tanpa pamrih. (8)

Pemberitahuan ketiga tentang penderitaan Yesus


20:17. Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan
berkata kepada mereka di tengah jalan: 20:18 "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak
Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan
menjatuhi Dia hukuman mati. 20:19 Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa
yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga
Ia akan dibangkitkan."
Tuhan Yesus sudah meramalkan akan perjalanan hidup-Nya. Kesengsaraan, kematian di kayu
salib dan kebangkitan dari mati demi menebus umat manusia dari kegelapan dosa dan
kelemahan. Dengan mantab Tuhan Yesus siap menghadapi apa yang akan terjadi dan harus
terjadi di Yerusalem. Seolah-olah Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita tentang kemantaban,
kepatuhan dalam menghadapi risiko :”Ayo, lihatlah Aku, ikutilah Aku, berbuatlah seperti Aku
tanpa rasa kuatir.” Madep, manteb, mati untuk Tuhan.

Penulis dapat merasakan betapa bingung dan sedihnya para murid mendengar Sang Guru
berkata begitu. Mestinya kan dapat menjauhkan diri dari malapetaka tersebut, karena sudah
diketahui lebih dahulu. Sudah tahu akan celaka koq nekat meneruskan perjalanan. Jika
mempergunakan nalar sehat, kalau di depan sana sudah diketahui akan ada bencana, apakah
tidak sebaiknya menghindar agar tidak terkena bencana tersebut. Skenario besar seperti itu
kelihatannya belum bisa ditangkap dan dipahami oleh para murid.

Bangsa Romawi yang menjajah orang Yahudi dikatakan sebagai bangsa yang tidak mengenal
Allah, karena menyembah berhala. Bangsa yang akan ikut andil dalam penganiayaan Tuhan
Yesus. Kita bisa menangkap ucapan Tuhan Yesus karena hal tersebut sudah terjadi sekian
ribu tahun yang lalu.

Sama-sama menyembah Allah Yang Maha Esa, sama menerima ajaran kebenaran dan
kebaikan mengasihi sesama, sama melakukan ibadat yang diajarkan masing-masing. Mestinya
silahkan melaksanakan sesuai anjuran sang guru masing-masing. Namun dalam kehidupan
sehari-hari, nyatanya segala macam perbedaan yang muncul tersebut dapat memicu
perselisihan dan hukuman mati. Seakan-akan merekalah Sang Hakim yang paling benar,

Dar/memahami Matius 145


146

menetapkan diri sebagai wakil Allah. Berebut merasa yang paling benar, kemudian
mempengaruhi para pengikutnya. Mungkin secara manusiawi gara-garanya sangat sepele,
yaitu takut kehilangan pengaruh, merasa tersaingi, kuatir kehilangan umat atau pengikut.
Kelihatannya hal ini akan selalu terjadi dan terjadi, entah sampai kapan, selama kita tidak bisa
menghargai perbedaan dan kepercayaan orang lain.

Permintaan ibu Yakobus dan Yohanes


20:20. Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di
hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. 20:21 Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?"
Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu,
yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." 20:22 Tetapi Yesus
menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan,
yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat." 20:23 Yesus berkata kepada
mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di
sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi
siapa Bapa-Ku telah menyediakannya."
Sebagai manusia yang penuh kedagingan, kitapun rasanya tidak berbeda dengan ibu Yakobus
dan Yohanes serta mereka berdua. Kalau boleh, tempatkanlah aku atau anak-anakku di tempat
yang enak. Seringkali kita menginginkan sesuatu yang sebenarnya kita tidak tahu persis akan
apa yang kita minta dan segala macam risikonya. Yang penting yang enaknya saja. Jabatan
dan hak yang akan kita dapat pasti kita mau, namun kewajiban dan tanggung jawab kalau bisa
tidak usah saja atau dikurangi.

Jangan-jangan yang dibayangkan pada waktu iti, seperti kerajaan-kerajaan bumi. Sang raja
duduk di singgasana, para pejabat tinggi yang terhormat duduk di sebelah kiri dan kanannya.
Semakin dekat duduknya dengan raja, berarti semakin tinggi pengaruhnya. Sudah pasti akan
banyak kemudahan, kehormatan, kuasa dan pengaruh, yang akan berkaitan langsung dengan
materi dan kekayaan. Siapa yang tidak akan bangga mempunyai anak yang mendapat
kedudukan tinggi di sebelah raja?

Meminum cawan Tuhan Yesus sepertinya berisi segala kepahitan, kesengsaraan, aniaya,
kerendahan hati dan mengalah demi mengikuti Dia. Betul-betul meninggalkan segala
kenikmatan duniawi demi kebenaran dan belas kasih yang murni. Atau malahan sebagai
ungkapan bagi mereka berdua bahwa merekapun akan mengalami penganiayan.
Sepengetahuan penulis, Yakobus akan menjadi martir pertama diantara para rasul.

Jadi kehidupan kekal sorgawi betul-betul suatu kasih karunia dari Allah Bapa sendiri, bukan
karena usaha manusia. Kita hanya bisa berharap-harap cemas, semoga Tuhan tidak lupa
dengan kita. Sebagai lakon manusia sejati, Tuhan Yesuspun menjawab diplomatis, merasa
tidak berhak untuk memberikan karunia tersebut. Dalam segala hal yang berkaitan dengan
misteri surgawi, semuanya ada di Tangan Allah Bapa di surga. Allah Putera yang turun ke
dunia pada saat itu sedang berkarya sebagai aktor Anak Manusia.

Sepertinya kita diajar : “Serahkanlah dan pasrahkanlah semuanya kepada Allah Bapa.”
Sudah ditebus dari jurang kedosaan saja sudah syukur, koq mau minta lebih. Sudah
semestinya kalau kita selalu bersyukur dan bersyukur dalam segala hal, dalam segala berkat,
sekecil apapun berkat itu. Mungkin kita perlu belajar kepada pengemis buta, yang selalu
mengucapkan terima kasih kepada si pemberi, sekecil apapun pemberian itu.

Bukan memerintah melainkan melayani


20:24 Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. 20:25 Tetapi
Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa
memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan

Dar/memahami Matius 146


147

keras atas mereka. 20:26 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di
antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, 20:27 dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di
antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; 20:28 sama seperti Anak Manusia datang bukan
untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan
bagi banyak orang."
Dari kata-kata Tuhan Yesus, yang dapat penulis pahami bahwa dari dahulu yang namanya
para penguasa dan pemerintah, sesuai dengan namanya adalah yang berkuasa dan yang
memerintah rakyatnya. Berkuasa berbuat apa saja, memerintah sesuai keinginannya. Tuhan
Yesus menegaskan bahwa kita tidak boleh seperti itu, malah harus sebaliknya. Kita diminta
untuk menjadi seorang pelayan, hamba yang kerjanya melayani orang lain. Bukan hanya
sebagai hamba Tuhan, namun lebih rendah lagi dari itu, menjadi hambanya semua manusia.

Hamba yang berbuat baik dan benar, yang belum tentu diterima oleh tuannya yang sedang
marah. Hamba yang bagaikan keranjang sampah, yang mau menerima segala macam yang
sudah tidak diperlukan dan dibuang. Hamba yang tidak diberi kesempatan untuk membela
diri, yang tempatnya paling bawah seperti kesed yang diinjak-injak. Yang lebih tegas lagi
hamba yang siap memberikan nyawanya seperti Tuhan Yesus sendiri. Siap menjadi tumbal
demi orang lain. Banyak tekanan batin yang harus dihadapi, dirasakan, yang kadang-kadang
terasa sakit. Dan itu tidak mudah.

Dalam kehidupan sehari-hari saja, kalau bisa, dilayani oleh yang lain yang lebih “muda.”
Kita beralasan, dahulu kan sudah melayani yang lebih “tua” dan sekarang gantian dong.
Penulis tidak tahu dari mana asalnya istilah bahwa pegawai negeri itu abdi masyarakat.
Apakah betul mereka menjadi abdi masyarakat? Sebutan tersebut kelihatannya tidak
nyambung dengan istilah pemerintah atau penguasa. Mungkin perlu dibuktikan secara nyata.
Siapkah kita menjadi hamba atau pelayan? Melayani berarti siap tersakiti.

Yesus menyembuhkan dua orang buta


20:29. Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya keluar dari Yerikho, orang banyak berbondong-
bondong mengikuti Dia. 20:30 Ada dua orang buta yang duduk di pinggir jalan mendengar, bahwa
Yesus lewat, lalu mereka berseru: "Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!" 20:31 Tetapi orang banyak
itu menegor mereka supaya mereka diam. Namun mereka makin keras berseru, katanya: "Tuhan, Anak
Daud, kasihanilah kami!" 20:32 Lalu Yesus berhenti dan memanggil mereka. Ia berkata: "Apa yang
kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" 20:33 Jawab mereka: "Tuhan, supaya mata kami
dapat melihat." 20:34 Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia menjamah mata mereka
dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia.
Belas kasihan yang menggerakkan Hati Tuhan Yesus untuk menyembuhkan orang buta.
Sekali lagi iman kepercayaan dan usaha untuk “menemui” Tuhan Yesus lebih penting
daripada teguran orang lain yang menganggap mereka tidak pantas. Karena buta, yang bisa
mereka lakukan untuk menemui Tuhan Yesus adalah dengan berteriak. Dengan berteriak atau
berseru keras-keras, harapannya semoga Tuhan Yesus mendengar teriakannya. Penulis
teringat akan kata Tuhan Yesus tentang mintalah maka engkau diberi dan selanjutnya. Betapa
Tuhan Yesus sangat berbelas kasihan kepada orang-orang kecil dan tersingkirkan, yang
dianggap sebagai sampah masyarakat. Dan Dia bersedia menjamahnya! Jamahan tanpa rasa
ragu dan jijik, jangan-jangan membawa virus yang dapat menular. Betapa hebatnya Tuhan
Yesus, segala macam penyakit dan kelemahan menyingkir dari hadapannya.

Bagaimana dengan keseharian kita? Mungkin kita sering atau pernah didatangi seseorang
yang menderita dan memerlukan belas kasihan kita. Penderitaan mereka bisa macam-macam,
mulai dari perut kosong, sakit penyakit, biaya pengobatan, biaya sekolah, masalah keluarga,
berjualan sesuatu yang sederhana dan lain-lain. Kita mungkin bertanya :”Apa yang dapat
kami bantu?” Kalau hati sedang plong penuh sukacita, rasanya begitu mudah membantu
walaupun sekadarnya. Kalau hati sedang ruwet, kepenginnya mengusir, nggak punya uang

Dar/memahami Matius 147


148

receh, nggak punya waktu dan seribu satu alasan yang lain. Yang ketiga mungkin menghitung
untung rugi, bagaimana kedekatan hubungan selama ini, pengalaman sebelumnya,
penampilan pada waktu itu dan yang lainnya. Yang menjadi batu sandungan, seberapa sering
hati kita merasa plong, rasa gembira dan bahagia. Mungkin ungkapan “tidak ada seorangpun
yang menjadi miskin karena berderma” perlu kita ukir di dalam hati sanubari ini. Berbelas
kasih tidak mesti uang atau materi, namun perut kosong karena lapar tidak membutuhkan
nasihat pada waktu itu. Yang diperlukan adalah makanan untuk pengganjal perut. Kira-kira
apa yang akan terjadi bagi si lapar jika diberi nasihat bahwa bukan hanya makanan yang
dibutuhkan namun ada makanan rohani yaitu Firman?
Tuhan Yesus, kasihanilah aku, orang berdosa ini. Sembuhkanlah aku dari segala macam
penyakit egoku!

Bab 21. Dielu-elukan di Yerusalem, menyucikan Bait Allah, Pohon ara, kuasa Tuhan
Yesus, Perumpamaan

Yesus dielu-elukan di Yerusalem


21:1. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem dan tiba di Betfage yang terletak di
Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya 21:2 dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang
di depanmu itu, dan di situ kamu akan segera menemukan seekor keledai betina tertambat dan
anaknya ada dekatnya. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah keduanya kepada-Ku. 21:3 Dan
jikalau ada orang menegor kamu, katakanlah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera
mengembalikannya." 21:4 Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: 21:5
"Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai
seekor keledai, seekor keledai beban yang muda." 21:6 Maka pergilah murid-murid itu dan berbuat
seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka. 21:7 Mereka membawa keledai betina itu bersama
anaknya, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan Yesuspun naik ke atasnya. 21:8 Orang
banyak yang sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang memotong
ranting-ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan. 21:9 Dan orang banyak yang
berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: "Hosana bagi Anak
Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!" 21:10
Dan ketika Ia masuk ke Yerusalem, gemparlah seluruh kota itu dan orang berkata: "Siapakah orang
ini?" 21:11 Dan orang banyak itu menyahut: "Inilah nabi Yesus dari Nazaret di Galilea."
Tuhan Yesus menyuruh muridnya untuk berbuat sesuatu yang digambarkan sebelumnya,
padahal hal tersebut belum terjadi. Dan murid-murid-Nya sendika dhawuh, langsung
berangkat ke tujuan. Betapa Tuhan Yesus menguasai seluruh ruang, batas dan waktu. “Ngerti
sedurunge winarah” atau sudah tahu sebelum segalanya terjadi. Dan inilah kesaksian iman
yang dialami para murid dan perlu dituliskan.

Atau nalar kita akan berkata pasti, bahwa Tuhan Yesus sudah dikenal sekali oleh yang
empunya keledai. Hubungan mereka sudah akrab dan Tuhan Yesus sering datang ke
rumahnya, maka Dia tahu bahwa keledai itu sudah beranak. Apakah sebelumnya memang
sudah ada pembicaraan antara Tuhan Yesus dengan si empunya keledai? Namun mengapa
jawab murid-Nya :”Tuhan memerlukannya?” Apakah yang empunya keledai sudah tahu
bahwa Dia adalah Tuhan?

Keledai sepertinya menjadi binatang tunggangan bagi orang-orang sederhana atau rakyat
kecil. Namun dengan naik keledai, Dia dimuliakan sebagai keturunan raja Daud, yang
diberkati. Dia disebut nabi Yesus dari Nazaret, yang mestinya menjadi panutan bagi mereka
yang sudah mengenal-Nya. Jangan-jangan mereka hanya menginginkan agar Tuhan Yesus
menjadi pemimpin, menjadi nabi bagi mereka dan dapat melepaskan diri dari penindasan
bangsa Romawi. Jangan-jangan di dalam benak mereka, dengan segala macam kesaktian-Nya,
mestinya Dia bisa menjadi pemimpin yang hebat dan akhirnya menjadi raja dan nabi mereka.

Dar/memahami Matius 148


149

Maka mereka berteriak hosana-hosana, selamatkanlah kami dari segala macam jenis
penjajahan.

Kita bisa membayangkan bagaimana saat itu banyak sekali orang berkumpul, paling tidak
mereka yang pernah merasa disembuhkan. Dengan penuh rasa kegembiraan yang meluap-
luap, mereka memuji-muji dan memuliakan-Nya. Mungkin situasinya mirip para calon kepala
daerah yang diarak oleh massanya ke suatu tempat untuk pidato. Segala macam bunyi-
bunyian, nyanyian disenandungkan. Karena pengaruh psikologi massa, apapun pada saat itu
siap dikorbankan. Tidak apa-apa mengorbankan jubah baju sebagai pengganti karpet demi
sang pilihan. Jelas para massa dalam hatinya mengharapkan suatu perubahan yang lebih baik.
Dan sepertinya perubahan yang diharapkan lebih duniawi dibandingkan yang rohani.

Mengapa Tuhan Yesus mengambil keledai betina dengan anaknya? Kenapa anak keledai juga
dibawa, apakah ada rasa kawatir atau jangan sampai telat untuk menyusui induknya? Adakah
hal-hal yang tersirat dari simbol keledai betina dan anaknya? Adakah hal ini berhubungan
dengan karya Bunda Maria dan Puteranya sendiri? Bunda Maria yang selalu mengurusi,
mendampingi Putera-Nya sampai pada waktunya. Anak keledai itupun kalau sudah besar,
jangan-jangan akan menjadi kurban manusia.

Secara jujur penulis akui bahwa dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kali Bunda Maria dan
Puteranya kita jadikan keledai tunggangan untuk membantu kita supaya kita tidak capai.
Inginnya segala masalah dan beban yang kita tanggung ini kita berikan kepada Bunda Maria
dan Tuhan Yesus. Dengan bahasa yang begitu halus kita memohon, yang isi sebenarnya
kurang lebih :”Hei Maria, aku sedang menghadapi masalah nich. Ayo dong bantu aku
menyelesaikan masalah ini. Sampaikan ya, kepada Anakmu Yesus untuk membantuku, agar
aku tidak seperti begini. Jangan pernah aku dikecewakan!”

Tuhan, selamatkanlah kami dari jurang kedosaaan, jauhkan kami dari yang jahat.
Yesus menyucikan bait Allah
21:12. Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait
Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati 21:13 dan
berkata kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu
menjadikannya sarang penyamun." 21:14 Maka datanglah orang-orang buta dan orang-orang
timpang kepada-Nya dalam Bait Allah itu dan mereka disembuhkan-Nya. 21:15 Tetapi ketika imam-
imam kepala dan ahli-ahli Taurat melihat mujizat-mujizat yang dibuat-Nya itu dan anak-anak yang
berseru dalam Bait Allah: "Hosana bagi Anak Daud!" hati mereka sangat jengkel, 21:16 lalu mereka
berkata kepada-Nya: "Engkau dengar apa yang dikatakan anak-anak ini?" Kata Yesus kepada mereka:
"Aku dengar; belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu
Engkau telah menyediakan puji-pujian?" 21:17 Lalu Ia meninggalkan mereka dan pergi ke luar kota
ke Betania dan bermalam di situ.
Kelihatannya Tuhan Yesus ingin memurnikan Bait Allah sebagai rumah doa tanpa embel-
embel lainnya. Tempat yang sakral hanya bagi Tuhan saja. Halamannya dipergunakan untuk
berdagang dan pasti mencari keuntungan. Memang bisa terjadi pikiran yang mendua bagi
mereka yang akan beribadat dalam rumah doa. Niat awal yang satu, dari rumah untuk berdoa,
begitu melihat segala macam dagangan bisa memunculkan niatan yang lain. Jika perdagangan
tersebut sudah menjadi kegiatan sehari-hari, biasanya dari rumah akan mengambil jalan
praktis tanpa perlu menyiapkan diri. Tempat menukar uang sudah ada, butuh merpati dan
bianatang yang lain sudah tersedia, mengapa repot-repot menyiapkan dari rumah? Yang
membikin repot atau akan menjadi batu sandungan, apabila mulai mengeluh atau bersungut-
sungut karena merasa terlalu mahal. Niat baik yang satu tadi mulai terkotori bermacam
pikiran.

Dar/memahami Matius 149


150

Bagi si penjual, disinilah tempat yang memberikan keuntungan. Orang yang membutuhkan
pasti akan membeli dan tidak ada di tempat lain. Jika perlu harga dapat dinaikkan sedikit agar
laba menjadi lebih banyak. Kalau perlu bekerja sama dengan pejabat Bait Allah agar
dimudahkan dan bisa bagi-bagi keuntungan. Semua barang dan binatang yang akan dijual
sudah dicap halal, memenuhi syarat untuk kurban. Yang membawa dari rumah atau tempat
lain belum tentu lulus uji kelayakan.

Apakah sama gereja kita dengan Bait Allah di Yerusalem sebagai rumah doa? Penulis merasa
yakin bahwa Tuhan Yesus mengatakan rumah-Ku akan menjadi rumah doa. Yang namanya
gereja dan diberi lampu yang tidak pernah padam, adalah rumah Allah, rumah untuk
berkumpul dan berdoa, untuk bertemu dengan Tuhan sendiri. Bait Allah sekarang ini tinggal
puing-puing dan hanya tertinggal satu tembok, dikenal sebagai Tembok Ratapan.

Di zaman sekarang ini bagaimana kalau ruang di depan pintu gereja kita dimanfaatkan untuk
berdagang? Penulis merasa yakin bahwa kita mempunyai seribu satu macam alasan, mengapa
halaman gereja kita dipakai untuk jualan. Kelihatannya apabila hal tersebut terjadi di gereja
kita, kita perlu merenungkan sekali lagi dengan bening, apakah harus di halaman gereja atau
ada tempat lain agar tidak “mengganggu” orang yang akan berdoa. Jangan-jangan Tuhan
Yesus akan berkata :”Gereja-Ku diperdagangkan.”

Secara tidak langsung, jangan-jangan kita menjadi “penggoda” seperti zaman Adam dan
Hawa. Rasa lapar dan haus yang ditunda karena ingin bertemu Tuhan, zaman dahulu pernah
diajarkan. Berpuasa satu jam sebelum mengikuti Misa Kudus karena akan menyantap Tubuh
Tuhan Yesus, sepertinya sekarang ini mulai meluntur. Jajanan yang tersedia yang dapat kita
lihat, sepertinya menggoda kita apalagi bagi anak-anak. Mereka akan menyanyi untuk
dibelikan minuman dan makanan dan kalau orang tua kalah, terpaksalah keluar sebentar agar
sang anak tidak membuat ulah di dalam gereja. Buntut-buntutnya, di dalam gereja sering kita
jumpai sisa-sisa makanan, kertas tissue, bungkus permen dan lain-lain. Orang dewasapun
tidak kalah dengan yang anak-anak, masuk gereja dengan membawa minuman segelas atau
permen. Pasti ada alasan tertentu mengapa perlu minum atau makan permen.

Pertanyaan ekstrim yang perlu kita renungkan, siapkah kita berpuasa sehari semalam sebelum
perayaan Ekaristi? Pada waktu Doa Syukur Agung jangan-jangan secara tiba-tiba dapat
melihat Tuhan Yesus secara kasat mata! Jika hanya puasa semalam maka melihat perubahan
roti menjadi daging, dan jangan-jangan malah menjadi jijik. Lha kalau hanya satu jam, ya
cukup melihat roti bundar saja. Jika tanpa puasa sama sekali, ya mungkin cukup untuk
kelengkapan budaya sebagai pengikut Kristus.

Dari gurauan di atas, paling tidak kita belajar menyiapkan diri dengan suatu niat akan ikut
bersatu memuji dan bersyukur dalam perjamuan kudus. Perjamuan yang paling luhur di dunia,
karena Tuhan Yesus berkenan hadir sendiri dan memberikan berkat-Nya. Biarlah mata hati
kita yang merasakan kehadiran Tuhan di dalam kita.

Dari mulut bayi dan anak yang menyusu Engkau telah menyediakan pujian, apakah hal ini
seperti tertulis dalam Mazmur 8? Dalam benak penulis, alangkah indahnya apabila sebelum
Misa Kudus ada lagu yang mudah diingat untuk semua orang :”Tuhan Yesus, Juru Selamat
kami!” Lagu pujian sedemikian rupa, yang membuat orang termasuk anak-anak ingin segera
masuk ke dalam gereja dan ikut serta menyanyikannya.

Yesus mengutuk pohon ara


21:18. Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar. 21:19 Dekat
jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain
Dar/memahami Matius 150
151

daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!"
Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu. 21:20 Melihat kejadian itu tercenganglah murid-murid-
Nya, lalu berkata: "Bagaimana mungkin pohon ara itu sekonyong-konyong menjadi kering?" 21:21
Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak
bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi
juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal
itu akan terjadi. 21:22 Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu
akan menerimanya."
Penulis tidak tahu mengapa Tuhan Yesus mengutuk pohon ara. Pohon yang biasa berbuah
pada musimnya adalah hal biasa apabila tidak berbuah jika belum waktunya. Menjadi hal
yang tidak lumrah apabila berbuah bukan pada musimnya. Pasti ada pengaruh dari luar yang
membuat pohon musiman selalu berbuah setiap waktu. Mungkin disinilah Tuhan Yesus
mengharapkan kepada kita, dengan sentuhan-Nya kita bisa berbuah setiap waktu tanpa
mengenal musim. Mau berbuah sedikit atau berbuah lebat tidak masalah, yang penting
buahnya bisa dinikmati oleh orang yang membutuhkan, di setiap saat.

Apakah pohon ara disamakan dengan bangsa Yahudi yang sedang murtad dan tidak
menghasilkan buah pada waktu itu? Pohon ara yang tidak bersalah tersebut menjadi
“korban” kiasan atau perumpamaan. Mungkinkah bangsa Yahudi setelah itu memang
dinubuatkan selamanya tidak berbuah banyak? Mungkinkah dari mereka hanya menimbulkan
perselisihan yang tidak berkesudahan sampai sekarang ini? Buah-buah yang dihasilkan
kering, rontok dan mati oleh pohon ara itu sendiri. Kesombongan rohani sebagai bangsa
terpilih malah menjadikan bumerang bagi mereka sendiri.

Namun kelihatannya Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkan belas kasihnya kepada manusia
termasuk orang Yahudi. Percaya dan tidak bimbang akan keallahan Tuhan Yesus apapun bisa
terjadi. Permintaan dalam doa dengan penuh kepercayaan merupakan janji Tuhan Yesus
bahwa kita akan menerima. Yang paling sulit adalah mengatasi kebimbangan, keraguan yang
menjadi batu sandungan. Kebimbangan, keraguan, jangan-jangan dan sejenisnya ini kalau kita
kumpulkan akan membentuk gunung kekawatiran. Gunung penghalang tersebut akan
menutupi jalan terang, jalan lurus yang akan kita lalui. Dan bukit keraguan ini hanya yang
bersangkutan sendiri yang tahu. Jalan keluarnya hanya satu, memindahkan gunung tersebut.
Tuhan Yesus malahan lebih ekstrim, dicampakkan ke dalam laut sampai tenggelam tidak
kelihatan, agar tidak menjadi penghalang juga bagi orang lain. Kalau bisa, dihancurkan atau
malahan dihilangkan sama sekali.

Terkabulnya doa yang sungguh-sungguh, bisa langsung terjadi pada saat itu, tetapi mungkin
saja setelah melampaui kurun waktu beberapa lama. Janji Allah kepada Abraham untuk
mempunyai anak berkisar dua puluh lima tahun! Bisa kita bayangkan bagaimana kira-kira
pergolakan iman bapak Abraham. Disinilah peran waktu yang sering membuat kita menjadi
bimbang dan ragu, apakah doa permohonan kita diterima atau tidak. Iman kepercayaan mulai
goyah, timbul gempa di dalam diri. Keinginan kita biasanya langsung sak deg sak nyet, pada
waktu itu juga dikabulkan, tidak boleh kurang. Kalau bisa sesuai persis dengan permintaan
kita, syukur-syukur lebih baik. Jika belum dikabulkan, terus muncul pertanyaan :”Bagaimana
sich, kok belum?” Jangan-jangan kita terus mendongkol, mengeluh dan menuntut dan
buntutnya menghojat. Apabila dikabulkan namun tidak sesuai dengan permintaan, kita masih
mengeluh :”Lho, koq hanya segini?”

Selama ini penulis belum pernah mendengar akan kabar bahwa gunung dipindahkan oleh
orang kudus. Bagi penulis, gunung adalah simbul bukit batu sandungan, kumpulan pencobaan
yang dapat kita campakkan ke dalam laut, sehingga tidak mengganggu kita, apabila kita
percaya kepada-Nya dan berniat bangkit serta berubah. Siapkah kita percaya dan mengikuti
ajaran-Nya?
Dar/memahami Matius 151
152

Pertanyaan mengenai kuasa Yesus


21:23. Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala
serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan
hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?" 21:24 Jawab Yesus kepada
mereka: "Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi
jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku
melakukan hal-hal itu. 21:25 Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?"
Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia
akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? 21:26 Tetapi
jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap
Yohanes ini nabi." 21:27 Lalu mereka menjawab Yesus: "Kami tidak tahu." Dan Yesuspun berkata
kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah
Aku melakukan hal-hal itu."
Pertanyaan para imam dan tua-tua kelihatannya menuntut Tuhan Yesus untuk menjelaskan
tentang jati diri-Nya, dan selanjutnya dari jawaban Tuhan Yesus, mereka akan “menyerang-
Nya.” Namun pertanyaan tersebut dibalikkan menjadi pertanyaan yang hampir sama kepada
mereka, dan mereka malah gelagapan kebingungan menjawabnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, rasanya kita juga sering melakukan pertanyaan-pertanyaan


kepada orang lain dengan tujuan untuk menyudutkan atau membuat malu orang tersebut.
Seringkali kita membuat skenario pertanyaan yang jawabannya sudah ada, dimana dari setiap
jawaban akan memunculkan pertanyaan baru dan pertanyaan baru. Orang yang tidak cerdik
dan waspada akan merasa terdesak dan gelagapan. Dan kita merasa puas telah “berhasil
menang” pada waktu itu. Terus kemenangan itu kita ceritakan kepada orang lain, betapa
hebatnya kita. Jangan-jangan orang yang mendengar malahan menertawakan kita dalam
hatinya.

Tuhan Yesus sepertinya memberi pengajaran kepada kita untuk selalu cerdik dan waspada,
kalau perlu pertanyaan dijawab juga dengan pertanyaan, untuk mengorek maksud yang
sebenarnya dari pertanyaan tersebut. Tidak semua pertanyaan harus selalu dijawab langsung.
Dalam hal-hal tertentu, pertanyaan perlu dijawab dengan pertanyaan. Disinilah ilmu
kecerdikan ular seperti yang dikatakan Tuhan Yesus perlu dikeluarkan, dalam menghadapi
jebakan-jebakan serigala dunia. Namun ketulusan hati harus melambari kecerdikan yang kita
ungkapkan. Dengan berkata dalam hati :”Nach, kalah kau!” berarti kita juga sama dengan
mereka. Ingin membalas untuk mengalahkan, mau tidak mau, diakui atau tidak, pasti terbersit
di dalam hati bahwa kita marah dan balik menyerang. Ungkapan Jawa menang tanpa
ngasorake, menang tanpa mengalahkan nyatanya sejalan dengan ajaran Tuhan Yesus sendiri.

Paling tidak, kita bisa merasakan bahwa pada waktu itu banyak orang awam yang
mempercayai bahwa Yohanes Pembaptis adalah seorang nabi pilihan Allah. Tuhan Yesus
malah lebih menegaskan bahwa ia seorang nabi besar. Tetapi para elit agama, tua-tua dan
imam-imam kepala bangsa Yahudi malah melecehkannya. Mereka lebih takut kepada orang
banyak dari pada meyakini bahwa Yohanes Pembaptis adalah utusan Allah.

Bagaimana di zaman sekarang Ini? Mungkin, karena banyaknya penipuan yang berkedok
penampakan, maka hierarki gereja harus sangat berhati-hati menyikapinya. Diperlukan
penelitian dengan berbagai macam cara, dengan hati yang bening, mengharap pertolongan
Tuhan agar tidak keliru menentukan. Secara umum mungkin dibutuhkan waktu yang sangat
lama, karena menunggu buah-buah yang dihasilkan.

Dar/memahami Matius 152


153

Perumpamaan tentang dua orang anak


21:28. "Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi
kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur.
21:29 Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. 21:30 Lalu orang itu pergi kepada anak
yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian
ia menyesal lalu pergi juga. 21:31 Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak
ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului
kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. 21:32 Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan
kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan
perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi
kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya."
Perumpamaan yang diberikan Tuhan Yesus begitu sederhana dan mudah dijawab. Namun
secara sadar kita juga sering dan mudah mengucapkan untuk mengikuti kehendak Tuhan,
yang dalam pelaksanaannya ucapan tinggal ucapan. Bangkit berubah untuk berkarya atau
berbuat malahan tidak. Kita mengakui Dia sebagai Guru dan Tuhan, mengerti serta tahu
kehendak Tuhan, namun kenyataannya lebih banyak dan sering mengingkarinya. Mari kita
renungkan bersama.

Para ahli Taurat maupun orang Farisi adalah masyarakat terpandang dan terhormat, dan
mereka bagaikan anak sulung yang baik. Mereka penurut dalam ajaran namun tidak
mengamalkannya secara nyata. “Inggih-inggih ora kepanggih” dalam ungkapan Jawa yang
berkata ya namun tidak dilaksanakan. Mereka “mbegegek ngutha waton,” bagaikan batu
besar yang tidak bergeming. Merasa sudah yang paling baik, merasa suci dan memandang
rendah orang lain.

Para pemungut cukai, pelacur dan sejenisnya dianggap sebagai anak bungsu, atau warga kelas
sekian yang tidak dianggap. Mereka para pendosa yang menolak pergi bekerja di kebun
anggur. Mereka menyadari akan kemalasannya dan tahu bahwa itu tidak baik. Pada suatu
ketika mereka menyesal dan bertobat, akhirnya bangkit berubah pikiran dan berangkat bekerja
di ladang anggur, yang akan menghasilkan buah berlimpah.

Kelihatannya Tuhan Yesus ingin menegaskan akan kenabian Santo Yohanes Pembaptis,
bahwa ia memang utusan Tuhan sendiri, sebagai nabi Elia kedua. Orang-orang ahli dan
terhormat tetap ingin mempertahankan keahlian dan keterhormatannya, biarpun melihat
pertobatan yang terjadi karena ajaran Santo Yohanes Pembaptis. Rasanya sayang sekali untuk
meninggalkan segala embel-embel yang sudah tersandang, nanti bisa turun derajatnya. Masak
kalah dengan orang gembel yang teriak-teriak di padang gurun menyerukan pertobatan.
Meninggalkan kemapanan yang sudah diraih dan dinikmati memang berat dan sulit Makanya
yang terakhir bisa menjadi yang terdahulu dan sebaliknya. Mungkin bahasa ekstrimnya, lebih
baik seorang imam bekas bajingan dari pada bajingan bekas imam.

Tuhan Yesus sebenarnya hanya meminta pertobatan dari setiap orang, untuk kembali ke jalan
kebenaran dan selanjutnya berubah menjadi manusia baru. Batu sandungan bagi orang-orang
yang merasa menjadi pembawa kebenaran, biasanya sudah merasa benar sendiri. Sering kali
malahan berlindung dibalik kebiasaan yang disebut manusiawi. Kalau hanya salah sedikit kan
tidak apa-apa. Orang lain kan lebih parah dari pada kita. Akhirnya malah lupa untuk bertobat
dan tidak berbuat salah lagi. Padahal yang salahnya besar malahan mengakui kesalahannya
dan tidak melakukan lagi. Kita sering lupa bahwa sebenarnya ada juga kebenaran-kebenaran
yang dimiliki orang lain dan harus kita akui karena memang benar. Dengan berlindung di
balik dogma, ajaran atau apapun namanya, kita sering masih mencari kelemahan dari
kebenaran orang lain tersebut.

Dar/memahami Matius 153


154

Tuhan, ajarilah aku untuk dapat bertobat secara sungguh-sungguh, berubah dan berbuat
sesuai dengan kehendak-Mu.

Perumpaman tentang penggarap-penggarap


kebun anggur
21:33. "Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan tanah membuka kebun
anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan
mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada
penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. 21:34 Ketika hampir tiba musim petik, ia
menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi
bagiannya. 21:35 Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka
memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan batu. 21:36
Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak dari pada yang semula,
tetapi merekapun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka. 21:37 Akhirnya ia menyuruh
anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. 21:38 Tetapi ketika penggarap-
penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris,
mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. 21:39 Mereka menangkapnya dan
melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. 21:40 Maka apabila tuan kebun
anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?" 21:41 Kata
mereka kepada-Nya: "Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan
disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada
waktunya." 21:42 Kata Yesus kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu
yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak
Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. 21:43 Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa
Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan
menghasilkan buah Kerajaan itu. 21:44 (Dan barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur
dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk.)" 21:45 Ketika imam-imam kepala dan orang-
orang Farisi mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti, bahwa merekalah
yang dimaksudkan-Nya. 21:46 Dan mereka berusaha untuk menangkap Dia, tetapi mereka takut
kepada orang banyak, karena orang banyak itu menganggap Dia nabi.
Sepertinya perumpamaan ini menggambarkan tentang kelakuan bangsa Yahudi, khususnya
para imam, ahli Taurat dan tua-tua yang mengambil hak Tuhan dan sudah merasa paling
benar dan paling suci. Mereka bersepakat bahwa merekalah wakil Allah yang sangat
menentukan benar tidaknya perbuatan seseorang. Secara tidak langsung mereka menganggap
dirinya yang empunya kerajaan Allah. Mestinya merekalah yang menjadi ujung tombak
untuk membawa umat dan rakyatnya kembali ke jalan yang benar. Pengalaman banyak nabi
yang ditulis dalam Kitab Suci mestinya dapat dijadikan pegangan. Jika mereka hidup di jalan
Tuhan, segala sesuatunya berjalan baik penuh damai dan sejahtera. Jika melawan kehendak-
Nya, maka kesengsaraan yang akan mereka hadapi. Kerajaan Sorga akan diambil dan
diserahkan kepada bangsa lain yang percaya dan bertobat lalu berserah kepada-Nya.

Jangan-jangan di lingkungan kitapun sama dengan zaman waktu itu. Pertobatan atau
Sakramen Tobat sudah menjadi kegiatan langka, dan ajakan “bertobatlah dan percayalah
kepada Injil” tinggal menjadi kenangan cerita, yang dilakukan setahun sekali. Kelihatannya
para Pastor dan Dewan Pastoral Paroki serta tua-tua perlu menggerakkan kembali pentingnya
Sakramen pertobatan, bukan hanya sewaktu menjelang Natal dan Paskah saja. Kalau kita mau
jujur, jangan-jangan setiap hari kita selalu membuat salah dan dosa. Walaupun kita anggap
kecil-kecilan namun kalau ditumpuk dan ditambah terus menerus, lama kelamaan bisa
menjadi banyak dan berat. Penulis masih ingat sewaktu masih kecil, setiap Sabtu sore banyak
orang datang ke gereja untuk melakukan pengakuan dosa. Pada hari Minggu sebelum misa
kudus dimulai, para imam menyediakan diri menerima pengakuan dosa.

Yang menjadi permasalahan, kesalahan kecil sudah kita anggap biasa dan bukan lagi menjadi
dosa. Yang lain juga berbuat sama seperti kita. Kita lebih senang menunjuk orang lain yang
berbuat dosa dan kelihatan lebih besar di mata kita. Terus mereka kita samakan, kita
Dar/memahami Matius 154
155

generalisir kalau model seperti itu pasti dari berbuat dosa. Pada akhirnya kedosaan atau
kesalahan tersebut menjadi budaya, dan hebatnya merasa tidak bersalah karena sudah biasa.

Jangan-jangan Kerajaan Sorga juga sudah diambil dari kita dan diserahkan kepada mereka
yang kita sebut para koruptor, penjahat, perampok, pembunuh dan pelacur yang bertobat
dengan sepenuh hati. Dan kita selalu menganggap bahwa mereka orang-orang bersalah yang
kemudian kita jadikan obrolan dalam percakapan. Kita gebyah uyah, kita sama ratakan yang
intinya kita lebih baik dari pada mereka.

Kita sering mendengar atau membaca sejarah para orang kudus yang mendapat pengalaman
rohani dari Tuhan atau Bunda Maria. Pada awalnya mereka dilecehkan dan ditolak oleh
Pastor atau Uskup setempat sampai akhir hayatnya. Setelah selang beberapa waktu, karena
terjadinya mukjizat barulah terpikirkan bahwa orang-orang tersebut kudus dan perlu
dibeatifikasi sebagai orang kudus. Jangan-jangan kalau Tuhan Yesus berkarya pada saat
sekarang ini, kitapun akan menolak Dia dan akan menghojatnya. Kelihatannya orang-orang
zaman dahulu dengan zaman sekarang ini tidak ada bedanya, dalam sisi rohani dan kebenaran
hakiki.

Penulis mencoba merenungkan kata Tuhan Yesus, dan penulis merasa bahwa nyatanya
selama ini hanya numpang hidup sesuai kontrak. Bumi dan alam ini bukan milik kita,
semuanya milik Yang Maha Kuasa. Penulis hanya salah satu dari penggarap kebun. Hanya
salah satu penyewa lahan, yang tidak pantas kalau disebut kebun. Namun virus keserakahan
ini selalu membujuk dan merayu. Kepenginnya dunia ini kita kuasai dan kita miliki selama-
lamanya. Kita lupa dengan kontrak, bahwa jika sudah habis waktunya kita harus hengkang
dari dunia ini alias mati. Perhitungan selama kontrak tadi harus kita pertanggung jawabkan
dengan yang Empunya. Jangan-jangan banyak kewajiban kontrak yang belum kita laksanakan
dan kita lunasi. Jangan-jangan sewaktu dituntut di depan pengadilan dengan bukti-bukti yang
kuat, kita kalah dan harus masuk penjara. Penjara seperti apa? Nach .....!

Jika kita membuka Kitab Mazmur, Yesaya, Yeremia maupun Zakharia, maka akan kita
temukan kata batu penjuru. Mungkin hal ini berhubungan langsung dengan Tuhan Yesus
sendiri yang sudah dinubuatkan oleh para nabi. Batu yang begitu hebat namun tidak kelihatan
hebatnya bagi orang Israel. Batu itu dianggap biasa dan dibuang, namun malah akan
ditemukan oleh orang lain dan menjadi batu penjuru. Betapa mengerikan jikalau Kerajaan
Surga diambil dari mereka dan diserahkan ke bangsa lain. Pada kenyataannya sampai
sekarang mereka tidak mengakui Tuhan Yesus sebagai Mesias.

Bab 22. Perumpamaan, Pajak kepada Kaisar, Kebangkitan, Hukum Utama, hubungan
Tuhan Yesus dan Daud

Perumpamaan tentang perjamuan kawin


22:1. Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: 22:2 "Hal Kerajaan Sorga
seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. 22:3 Ia menyuruh
hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi
orang-orang itu tidak mau datang. 22:4 Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya:
Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan,
lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke
perjamuan kawin ini. 22:5 Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada
yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, 22:6 dan yang lain menangkap
hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. 22:7 Maka murkalah raja itu, lalu
menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota
mereka. 22:8 Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia,

Dar/memahami Matius 155


156

tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. 22:9 Sebab itu pergilah ke
persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke
perjamuan kawin itu. 22:10 Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua
orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga
penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. 22:11 Ketika raja itu masuk untuk bertemu
dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. 22:12 Ia berkata
kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian
pesta? Tetapi orang itu diam saja. 22:13 Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki
dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah
akan terdapat ratap dan kertak gigi. 22:14 Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."
Yang dapat penulis pahami adalah bahwa Raja adalah Allah Bapa sendiri, sedang sebagai
pengantin prianya adalah Tuhan Yesus Kristus yang adalah Allah Putera. Sudah sejak awal
Tuhan mengutus para nabi untuk mewartakan Kerajaan Sorga, namun banyak orang tidak
peduli. Malahan banyak nabi yang dibunuh karena “menggangu” kepentingan mereka di
dunia ini. Kelihatannya hal tersebut ditujukan pertama kali kepada bangsa Yahudi, bangsa
yang dipilih Tuhan. Bangsa yang mendapatkan undangan khusus. Sampai sekarangpun
mereka tidak percaya akan Yesus Kristus.

Karena ketidak-pedulian mereka, maka Tuhan mengundang bangsa-bangsa lain yang mau
menerima undangan tersebut. Bangsa-bangsa lain yang tadinya dianggap penyembah berhala
dan tidak mengenal Allah. Undangan Tuhan berlaku bagi siapa saja, orang-orang jahat dan
orang-orang baik yang mau dan siap menjadi “mempelai Tuhan Yesus.” Untuk itu semua,
orang yang ingin datang harus sudah “berpakaian pesta” sebagai ungkapan menyiapkan diri
secara pantas secara rohani, lahir batin, melalui pertobatan dan berubah menjadi manusia baru
yang cemerlang karena kasih dan suka cita.

Siapapun yang ingin datang dan bergabung, tetapi tidak menyiapkan diri secara bersih dengan
pakaian pesta, akan ditolak oleh Tuhan. Bisa kita bayangkan bagaimana kita menyiapkan
pakaian yang pantas untuk menghadiri pesta pernikahan. Kalau perlu dimasukkan ke binatu
agar tidak kumel dan bau apek. Kadang-kadang sudah dipakai dicopot lagi karena merasa
kurang serasi, kurang cocok dan sebagainya. Mengambil yang lain lagi yang dirasakan paling
cocok. Lha kalau yang mengundang presiden atau gubernur? Jangan-jangan membeli baru
yang serasi dengan pasangan kita, belum lagi uba rampe minyak wangi dan salonnya.

Sebenarnya Allah Bapa ingin mengundang semua orang tanpa kecuali, untuk memenuhi
Kerajaan Sorga yang sudah disediakan. Semuanya tergantung kita, apakah mau berubah dan
“siap” datang atas undangan-Nya pada perayaan pesta tersebut. Semuanya mau menerima
undangan-Nya dengan catatan, namun yang memprihatinkan lha koq hanya sedikit yang
datang. Dan hanya mereka saja yang telah siap lahir batin yang akan dipilih.

Yang namanya pesta, mestinya suatu perayaan yang penuh dengan kegembiraan,
kebahagiaan, nyanyian dan tarian. Penuh puji-pujian betapa agung dan indahnya Sang
Pengantin. Yang namanya menghadiri pesta pernikahan, mestinya datang dengan pakaian
yang layak karena akan ikut bersukacita bersama, bukan memamerkan dukacita dan derita.

Kerajaan Sorga akan dikaruniakan Tuhan kepada orang-orang beriman yang mau menerima
undangan-Nya dan siap datang dengan pakaian pesta. (9)

Tentang membayar pajak kepada Kaisar


22:15. Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat
Yesus dengan suatu pertanyaan. 22:16 Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-
orang Herodian bertanya kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan
dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak
mencari muka. 22:17 Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak
Dar/memahami Matius 156
157

kepada Kaisar atau tidak?" 22:18 Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata:
"Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? 22:19 Tunjukkanlah kepada-Ku mata
uang untuk pajak itu." Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. 22:20 Maka Ia bertanya kepada
mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" 22:21 Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar."
Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada
Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." 22:22 Mendengar itu
heranlah mereka dan meninggalkan Yesus lalu pergi.
Kaum Herodian kalau tidak salah kelompok pengikut turunan Herodes yang ingin melepaskan
diri dari penjajahan tentara Romawi. Dalam kehidupan sehari-hari, kitapun rasanya sering
mencobai orang lain, kadang dengan pertanyaan dimana jawabannya sudah kita ketahui. Kita
berkata memuji dan mengangkat sebagai pembuka pembicaraan yang kalau bisa nanti kita
jerembabkan. Kita ingin menjebak dan membuat malu kepada orang lain yang menjadi
sasaran kita. Namun, jangan-jangan kita yang akan terperangah dan malu dengan diri sendiri.
Mengapa? Karena hanya kita atau kelompok kita saja yang tahu akan jebakan tersebut.

Secara tidak langsung, Tuhan Yesus mengajarkan secara tegas agar kita patuh kepada norma,
aturan, tata tertib dari pemerintah dimana kita berada, karena kita bagian dari mereka. Sebagai
bagian dari masyarakat, mau tidak mau kita harus tunduk dengan segala kewajiban yang telah
disepakati bersama dalam masyarakat tersebut. Kewajiban duniawi ini menjadi bagian dari
kehidupan kita, dan kalau aturan atau norma itu belum sesuai dengan keinginan masyarakat
banyak, ya tinggal merevisi sesuai keinginan bersama. Menjadi warga masyarakat yang baik
dan juga menjadi warga gereja yang baik, dengan mengikuti segala macam aturan yang telah
ditetapkan. Dari sisi rohani dan kepercayaan kita, kitapun diminta untuk patuh, setia kepada
aturan atau kehendak Tuhan melalui gerejanya.

Tuhan Yesus tidak mau terjebak dan membicarakan masalah politik yang ujung-ujungnya
rebutan kekuasaan duniawi. Buntutnya selalu ingin berkuasa dan memerintah orang lain,
dengan segala macam topeng pembenaran diri atau kelompok. Lha masalahnya kan bangsa
kita ini sedang dijajah? Jawabnya dengan pertanyaan lagi, mengapa sampai dijajah? Mengapa
dan mengapa dan mengapa, pada ujungnya nanti akan terlihat inti persolan. Sebab musabab
segala kejadian yang dialami dalam hidup ini, entah menyenangkan atau sebaliknya, terpulang
kepada pemikiran kita masing-masing.

Pertanyaannya, bagaimana menyatukan atau menyelaraskan kehendak duniawi ini dengan


kehendak sorgawi? Mungkin kembali lagi bahwa kita harus cerdik, tulus dan waspada.

Pertanyaan orang Saduki tentang kebangkitan


22:23. Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak
ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: 22:24 "Guru, Musa mengatakan, bahwa jika seorang
mati dengan tiada meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan
membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. 22:25 Tetapi di antara kami ada tujuh orang
bersaudara. Yang pertama kawin, tetapi kemudian mati. Dan karena ia tidak mempunyai keturunan, ia
meninggalkan isterinya itu bagi saudaranya. 22:26 Demikian juga yang kedua dan yang ketiga sampai
dengan yang ketujuh. 22:27 Dan akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itupun mati. 22:28
Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan?
Sebab mereka semua telah beristerikan dia." 22:29 Yesus menjawab mereka: "Kamu sesat, sebab
kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah! 22:30 Karena pada waktu kebangkitan orang
tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga. 22:31 Tetapi tentang
kebangkitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika Ia
bersabda: 22:32 Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang
mati, melainkan Allah orang hidup." 22:33 Orang banyak yang mendengar itu takjub akan
pengajaran-Nya.
Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bahwa kehidupan di dunia dengan segala aturan
budaya yang berlaku, sangat jauh berbeda dengan kehidupan di sorga. Papan minulya kang
tanpa siksa atau alam padang atau tempat yang mulia yang tanpa siksa merupakan tempat
Dar/memahami Matius 157
158

bagi orang-orang yang dibangkitkan karena perkenan Allah. Semuanya hidup bagaikan
malaikat di sorga. Mungkin suasana yang ada hanya kebahagiaan penuh kasih, setiap waktu
menyembah serta memuliakan Allah. Roh atau jiwa mereka sudah bersih dari segala
“kekotoran” yang pernah dialami sewaktu di bumi, karena kuasa Allah. Mungkin inilah yang
disebut pemurnian roh, dicuci bersih dari segala pikiran kedagingan. Yang jelas susah
dibayangkan karena memang belum pernah ke sana.

Kita selalu berpikir dan membayangkan sorga sesuai dengan nalar alam pikiran kita. Kalau
kita penyayang binatang, maka sorga akan kita bayangkan sebagai suatu tempat yang penuh
dengan segala macam binatang yang rukun hidup bersama. Kicauan burung dan suara
binatang menghiasi keindahan yang ada. Kalau kita penikmat kehidupan alam ini, maka sorga
kita bayangkan sebagai tempat yang indah mempesona, air sungai yang bening mengalir ke
laut jernih, lembah dan gunung yang menghijau dan beraneka warna. Lha kalau kita penikmat
kecantikan dan ketampanan, maka sorga kita bayangkan sebagai tempat yang penuh dengan
bidadara dan bidadari yang selalu melayani dan menemani kita, dan sebagainya.

Mungkin juga kita pernah mendengar atau membaca pengalaman orang yang pernah “mati”
sebentar dan hidup lagi. Pengalaman roh sewaktu meninggalkan tubuh begitu bermacam-
macam. Banyak dari mereka menceritakan bagaimana “surga” yang pernah dilihatnya.
Menurut pendapat penulis yang belum pernah mengalami, surga adalah papan mulia yang
tanpa batas. Apabila benar, yang pernah mengalami melihat surga pasti baru menjelajah di
sebagian kecil sekali dari apa yang disebut surga. Mereka sering berbeda pengalamannya,
karena tempat mampirnya berlainan.

Jangan-jangan semua orang kudus di sorga menginginkan dan mengharapkan untuk diutus
menemui kita manusia ini. Menemui kita untuk mengingatkan tentang kehidupan setelah mati
yang dikehendaki Allah. Permasalahannya, siapkah kita bertemu dengan yang kudus? Bisakah
kita membedakan yang kudus dengan yang tidak kudus? Percayakah kita dengan apa yang
disampaikannya, apa lagi jika berbeda dengan dogma yang kita percayai selama ini?
Berubahkah kita apabila sudah bertemu dengan mereka?

Yang jelas penulis percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Allah yang Maha Kuasa, Maha Kasih,
Maha Bijaksana, tidak mau membuka aib kita kepada orang lain. Apapun yang Dia mau pasti
terlaksana, karena memang maha kuasa. Dia adalah Allah orang “hidup” dan itulah sebabnya
Tuhan Yesus mengharapkan kita semua untuk “mati” dari manusia
lama dan berubah “hidup” menjadi manusia baru, menjadi anak-
anak Allah.

Jangan-jangan bila dijelaskan tentang kerajaan surga sampai


mendetail, penalaran kita yang hidup ini tidak pernah sampai.
Rekayasa membayangkanpun jangan-jangan melenceng, kembali ke
dalam penalaran kita. Makanya Tuhan Yesus tidak pernah bercerita
kecuali dengan perumpamaan yang gampang diterima dengan nalar
kita yang terbatas. Itupun sering kali masih melenceng dari kehendak
perkataan-Nya, dan kita menjabarkan sesuai dengan kemampuan
kita. Lha kalau yang menjabarkan itu seorang profesor sesuai
bidangnya, jangan-jangan itu sudah harga mati. Padahal sama-sama belum pernah
mengalaminya, menengok ke dalam surga. Yang tidak mungkin menurut pandangan manusia,
segalanya mungkin bagi Allah.

Dar/memahami Matius 158


159

Hukum yang terutama


22:34. Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu
bungkam, berkumpullah mereka 22:35 dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk
mencobai Dia: 22:36 "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" 22:37 Jawab
Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu
dan dengan segenap akal budimu. 22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. 22:39 Dan
hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri. 22:40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
Disini Tuhan Yesus mengajarkan akan “Hukum Kasih” yang kita kenal dengan simbol
“salib” tegak lurus, vertikal dan horisontal. Hukum kasih yang pernah disampaikan oleh nabi
Musa melalui sepuluh perintah Allah. Penulis merasa bingung dalam melaksanakan kedua
hukum yang diajarkan Tuhan Yesus, bagaimana cara mengetrapkannya? Hukum kedua yang
sama dengan pertama? Dalam pemahaman penulis, mengasihi Allah yang diimplementasikan
dengan mengasihi sesama.

Tetapi yaitu, sulitnya ada di kasih total, karena masih ingin hidup di dunia, yang sebenarnya
tidak akan dipakai lagi setelah kematian. Jika kita renungkan dalam-dalam, seharusnya hidup
itu memikirkan Tuhan, yang mempunyai hidup, hidup yang ada di tangan-Nya, yang ada di
catatan-Nya. Tetapi mencari Hidup itu sendiri juga sulit, karena biasanya mengasihi itu hanya
untuk dirinya sendiri, belum kepada-Nya. Bukan Hidup-Nya yang membuat kita hidup.
Persembahan yang paling tinggi itu hidup dan nanti akan bertemu Sang Hidup. Yang
kelihatan itu semua hanya kelengkapan sehari-hari, yang nyatanya tidak ada. Mengasihi
Allah itu harus bisa melupakan lain-lainnya. Itu siapa, sedang apa, itu untuk apa dan
sebagainya. Jadi, kasih itu harus luar dalam semua sama. Mengasihi sesama itu jika kita
renungkan prakteknya lebih mendekati menolong, membantu, memberi dan lain-lainnya.
Mengasihi Tuhan itu maksudnya lebih dekat dengan meluhurkan Allah, makanya tidak usah
melihat kiri kanan, tidak melihat tempat, karena bisa dimana saja.

Tambah membingungkan, harus dibagaimanakan, agar bisa menginjak bumi. Bagaimana


sekali dayung dua tiga pulau terlampaui?

Dalam pemahaman penulis dalam kehidupan sehari-hari, langkah pertama yang harus kita
lakukan adalah dengan belajar mengasihi diri sendiri terlebih dahulu. Pertama-tama mengasihi
diri sendiri secara rohani yang dampaknya akan menjalar ke jasmani. Kita ini milik Tuhan dan
yang diutamakan oleh Tuhan adalah roh kita yang hidup. Kebutuhan jasmani yang kelihatan
ini hanya ubarampe, yang tidak bisa memberikan jaminan bagi kehidupan rohani. Hubungan
rohani kita dengan Tuhan adalah begitu pribadi dan hanya kita sendiri yang tahu. Dititik
inilah yang terasa paling susah mengungkapkan kedekatan relasi dengan Allah sepenuh hati,
jiwa dan akal budi. Berdamai dengan Tuhan melalui pertobatan karena kesalahan berada di
pihak kita. Mungkin setiap orang bisa menjabarkan dengan cara masing-masing. Bagaimana
bisa mengasihi sesama jika tidak bisa mengasihi diri sendiri? Jangan-jangan hanya omong
kosong atau topeng belaka.

Setelah bisa mengasihi diri sendiri dalam dan luar, rohani dan jasmani, barulah ke tahap
selanjutnya. Caranya atau prosesnya mungkin serentak yang tidak kita sadari, yaitu belajar
mengasihi orang lain yang paling dekat dengan kita. Mengasihi keluarga yang dikaruniakan
kepada kita, dan apabila sudah berhasil baru meningkat keluar menuju mengasihi sesama
yang lebih luas, yang kita kenal di sekitar kita. Bagaimana mungkin mengasihi sesama apabila
belum bisa mengasihi keluarga? Terus, bagaimana mungkin bisa mengasihi Allah jika tidak
bisa mengasihi sesama.

Dar/memahami Matius 159


160

Mengasihi Allah yang tidak kelihatan mungkin hanya dapat kita lakukan dengan melalui
perbuatan nyata mengasihi sesama dan alam ciptaan-Nya. Mungkin saja salah satunya dengan
cara ngobrol dengan Tuhan dan bersembah sujud. Anggaplah para pertapa yang
mengasingkan diri, menyepi dengan suatu niat atau kaul. Hati, jiwa dan akal budi hanya
tertuju kepada Tuhan dengan sepenuh kekuatan. Mengasihi secara total dan terutama kepada
Allah, seharusnya mengikuti, melaksanakan apapun yang dikehendaki oleh Allah. Mestinya
melakukan tanpa syarat, tanpa pengecualian dengan segala alasan. Disinilah batu sandungan
yang menghadang kita karena keinginan jasmani atau kedagingan kita.

Penulis mencoba membayangkan sewaktu muncul kerinduan kepada keluarga yang penulis
cintai. Mereka tidak kelihatan karena berada nun jauh di sana. Penulis mengeluarkan gambar
photo keluarga dan mengajak mereka berbicara. Seakan-akan mereka berada di hadapan
penulis dan dari gambar tersebut mereka sepertinya memberikan sambutan yang terbayang
dalam hati penulis. Terjadilah dialog batin yang sangat susah untuk menjabarkannya.
Mungkin hal ini ada hubungannya dengan tradisi yang berlaku di gereja Katolik, yang begitu
banyak gambar dan patung orang-orang kudus. Dengan memandang gambar atau patung
Tuhan Yesus, Bunda Maria atau orang kudus lainnya, kita mencoba membayangkan mereka.
Kita mencoba melihat bayangan dibalik gambar atau patung yang kelihatan tersebut. Lalu
terjadilah dialog batin, komunikasi rohani, ngobrol asyik dan hanya yang bersangkutan saja
yang tahu. Jangan-jangan bagi orang lain yang tidak tahu dan tidak memahami hal ini, kita
sebagai orang Katolik akan dianggap sedang menyembah gambar atau patung. Seterusnya
dicap sebagai penyembah berhala.

Kitapun jangan-jangan menganggap kelompok atau suku lain yang bersamadi menghadap
batu, pohon atau apapun sebagai penyembah berhala, animisme dan sebagainya. Padahal kita
juga belum tahu apa dan bagaimana mereka melakukan upacara pujian tersebut. Jangan-
jangan mereka sedang melakukan puji-pujian kepada Allah Sang Maha Pencipta, yang dapat
mereka wujudkan seperti itu. Kita yang merasa lebih pintar dan maju terus menghakimi
mereka sebagai penyembah berhala.

Dan nyatanya, penulis pernah melihat suatu tempat untuk permenungan jalan salib yang
dibuat dari tumpukan batu. Setiap pemberhentian hanya ada tumpukan batu yang diberi
nomor, tanpa ada embel-embel lainnya. Mungkin sekarang ini tempat jalan salib tersebut
sudah berganti wajah, memakai gambar atau ukiran yang lebih baik.

Suatu pelajaran yang sulit bagi penulis adalah menyatukan hati, jiwa dan akal budi.
Dimanakah perbedaan hati, jiwa dan akal budi tersebut? Dimanakah letak nafsu kedagingan
yang selama ini paling mempengaruhi kehidupan kita? Kita menyadari bahwa sering kali kita
berbuat, bertindak atau berbicara, yang keluar dari gerak atau mulut ini sebenarnya
“berbeda” dengan sesuatu yang paling dalam (apakah hati nurani atau jiwa?).

Kelihatannya perlu pendalaman khusus untuk lebih mengenal akan perbedaan antara hati,
jiwa, akal budi, batin, roh, pikiran, nafsu, emosi dan sejenisnya. Yang jelas, ada banyak istilah
yang artinya berbeda dan mungkin salah kaprah. Ada sakit hati, ada patah hati yang sangat
berbeda dengan sakit jiwa dan berbeda pula dengan kehilangan akal. Zaman dahulu ada
pelajaran budi pekerti yang menyangkut tingkah laku dan sopan santun yang dapat kita
rasakan dengan panca indera. Sakit hati atau patah hati tidak dapat kita lihat, selain yang
bersangkutan sendiri yang merasakan. Kita mungkin hanya dapat meraba rasakan apabila
yang bersangkutan bercerita tentang sakit atau patah hatinya. Dan yang dipegang atau dijamah
selalu di sekitar dada. Bersedih hati mungkin masih dapat kita lihat dari bahasa gerakan yang
terpancar dari jasmani dan rona wajah, bahasa tubuh. Sakit jiwa kelihatannya sama dengan
gila atau kurang waras atau malahan lebih dekat dengan kehilangan akal budi. Bagi orang
Dar/memahami Matius 160
161

yang mengaku waras, orang yang sakit jiwa dapat dilihat dari tingkah lakunya, terus kita sebut
tidak waras atau gila atau “ora kebak.” Penulis tidak tahu bagaimana orang yang kita sebut
sakit jiwa itu melihat kita yang merasa orang waras.

Dalam agama Katolik, kita pernah mendengar kata “Hati Yesus yang Maha Kudus” atau Hati
Kudus Yesus, juga Roh Kudus, Roh hu Allah. Tuhan Yesus tidak pernah sakit hati, karena
Hatinya Maha Kudus. Yang jelas bagi penulis, roh yang kudus hanya Tuhan sendiri dan hati
yang kudus juga hanya Tuhan sendiri. Maha Kudus sudah mewakili segala macam maha yang
kita kenal.

Dalam pemahaman penulis, roh atau jiwa adalah inti kehidupan yang ditanamkan Tuhan
sendiri, yang pada awalnya netral dan percaya akan Allah Sang Pencipta. Karena roh yang
ditanam Tuhan maka terjadilah benih kehidupan yang akan membentuk janin. Pada dasarnya
roh itu sendiri baik karena tanaman Tuhan. Kita juga sering mendengar istilah hati nurani atau
hati yang paling dalam, yang bagi penulis adalah roh itu sendiri. Roh bagaikan dibungkus
oleh hati yang mengenal baik dan buruk, benar dan salah, yang dapat mempengaruhi
perjalanan jiwa, mau dibawa ke mana. Akal budi rasanya lebih dekat dengan kehidupan
kedagingan kita sehari-hari, yang mungkin kita sebut dengan pikiran dan perasaan.. Mungkin
disinilah Tuhan Yesus mengatakan saat Roh Kegelapan menanamkan benih kejahatan. Benih
kegelapan tersebut tertanam dalam akal budi kita. Dengan pandainya Iblis menanam melalui
alam lingkungan sekitar kita. Akal budi lebih dekat dengan pikiran atau nalar kita yang bisa
merekayasa, bisa bertopeng, yang bisa merasakan dan memperhitungkan. Yang bisa melawan,
memberontak, beralasan, mempengaruhi dan sebagainya.

Istilah perang batin yang kita alami, dalam pemahaman penulis adalah perangnya hati dan
jiwa dengan akal budi, tinggal mana yang menang, yang akan terpancar melalui perbuatan
kita. Hati yang membungkus roh atau jiwa ini rasanya lebih sering berpihak kepada si akal
budi. Dalam kenyataannya, sering kali akal budi yang menang, biarpun hati yang paling
dalam merasakannya bahwa kesepakatan bertiga tersebut kurang pas. Pemenang atau bahasa
halusnya kesepakatan antara hati jiwa dan akan budi, akan menggerakkan seluruh tubuh yang
bisa dipengaruhi. Energi atau kekuatan yang ditimbulkan dan tersalurkan keluar, sering kita
sebut sebagai perbuatan nyata.

Mungkin, apabila kita bisa menyatukan hati, jiwa dan akal budi secara utuh, maka kekuatan
persatuan tersebut bisa teramat dahsyat, bisa mengherankan dan menakjubkan.

Hubungan antara Yesus dan Daud


22:41. Ketika orang-orang Farisi sedang berkumpul, Yesus bertanya kepada mereka, kata-Nya: 22:42
"Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?" Kata mereka kepada-Nya: "Anak
Daud." 22:43 Kata-Nya kepada mereka: "Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh
dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: 22:44 Tuhan telah berfirman kepada Tuanku:
duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu. 22:45 Jadi
jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?" 22:46 Tidak ada
seorangpun yang dapat menjawab-Nya, dan sejak hari itu tidak ada seorangpun juga yang berani
menanyakan sesuatu kepada-Nya.
Jika para ahli tidak dapat menjawab, apalagi penulis yang masih mencoba memahaminya.
Yang penulis ketahui paling hanya, bahwa ayat tersebut diambil dari Mazmur 110. Namun
satu hal yang dapat penulis pahami bahwa Mesias, Yang Terurapi adalah sungguh Allah dan
sungguh manusia. Yesus Kristus! Kuasa Allah yang sangat maha, diluar kemampuan nalar
manusia untuk memahaminya. Mesias adalah Putera Allah Bapa di surga dan sering
menyebutkan DiriNya adalah. Anak Manusia

Dar/memahami Matius 161


162

Bagi penulis, Yesus Kristus sebagai manusia sejati dianggap keturunan Daud karena anak
Yusuf, masih dapat diterima akal, walaupun agak aneh. Namun sebagai Tuhan maka Mesias
adalah Tuannya Daud maupun semua orang yang percaya kepada-Nya. Disinilah hebatnya
Allah yang begitu Maha Besar yang mau dan bersedia turun menjadi begitu kecil dan
sederhana. Yang begitu susah diterima akal, nalar manusia, yang sebenarnya memang harus
dimaklumi karena akal budi kita tidak ada apa-apanya bagi Tuhan. Itulah misteri Allah, yang
namanya misteri ya memang susah dan takkan terungkap sampai kapanpun. Kitapun
menyadari akan hal itu, betapa kecilnya kita di hadapan Allah namun susah untuk menerima
bahwa kita begitu kecil.

Jika direnungkan, jawaban Tuhan Yesus sepertinya mengajarkan kepada kita untuk merubah
paradigma pemikiran bangsa Yahudi pada waktu itu. Nubuat bahwa Sang Mesias akan datang
melalui keturunan Daud, suku Yehuda. Hal tersebut disepakati setelah menelusuri sejarah
nenek moyang Santo Yusuf menurut Matius ini. Secara daging, Yusuf adalah bapaknya Yesus
karena menikah dengan Maria. Namun Yusuf tidak bersertubuh dengan Maria. Jadi mestinya
bukan darah daging keturunan Daud. Bahasa yang gampang adalah dianggap sebagi anak
Yusuf yang mengasuh sejak kecil. Disinilah misteri kelahiran Anak Manusia yang diberi
nama Yesus. Setiap orang pandai yang diakui secara resmi, boleh berandai-andai dengan
argumentasinya masing-masing. Dan sering kali pendapat resmi para ahli ini yang menjebak
kita, mengungkung kita dalam tempurung. Kebenaran yang hakiki menjadi setengah abu-abu
atau malahan terlupakan. Dan yang awam ini percaya saja kepada yang ahli, bahwa mereka
selalu benar.

Sebagai contoh, mungkin kita pernah mendengar sewaktu sekolah dulu bahwa matahari kita
mempunyai sembilan planet. Seiring perjalanan waktu dan pengetahuan, diketemukan lagi
sebuah planet baru setelah Pluto dengan nama Sedna. Kemudian diketemukan lagi planet baru
yang kecil. Keputusan para ahli yang bersepakat, sekarang ini matahari malah hanya
dikelilingi oleh delapan planet saja. Sedangkan yang dulu kita sebut planet Pluto dimasukkan
ke dalam kelompok planet kerdil bersama dengan Sedna. Kira-kira apa yang terjadi di
masyarakat yang luas ini dengan pelajaran tersebut?

Mungkin hal ini hampir sama kejadiannya dengan munculnya Tata Perayaan Ekaristi (TPE)
baru 2005 yang mengubah model lama. Muncul perbedaan pendapat mengapa begini
mengapa begitu. Apalagi bagi masyarakat yang lahir setelah tahun sembilanbelas
tujuhpuluhan, yang tidak mengalami misa kudus model lama. Mungkin banyak masyarakat
katolik yang tidak tahu bahwa selama waktu itu, kita mempergunakan TPE yang ad
experimentum. TPE percobaan resmi yang belum disahkan oleh Vatikan secara konkrit. Kita
sudah merasa sangat terbiasa dengan TPE lama yang belum sah, kemudian diganti dengan
yang sah malah kaget dan bingung pada awalnya.

Lho kalau begitu selama tigapuluhan tahun TPE kita tidak sah? Jangan-jangan tidak diterima
oleh Allah? Bagi penulis sendiri segalanya sah dan diterima oleh Tuhan yang maha bijaksana.
Hanya ......., biarlah para ahli yang memberi penjelasan secara tuntas agar tidak semakin salah
kaprah. Pasti banyak alasan dari segala macam sudut pandang yang bisa menjelaskan. Atau
malahan kita menjadi semakin bingung dengan penjelasan tersebut.

Bab 23. Kecaman dan Keluhan Tuhan Yesus

Dar/memahami Matius 162


163

Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-


orang Farisi
23:1. Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: 23:2
"Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. 23:3 Sebab itu turutilah
dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti
perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. 23:4
Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri
tidak mau menyentuhnya. 23:5 Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya
dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; 23:6 mereka
suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; 23:7
mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. 23:8 Tetapi kamu,
janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. 23:9
Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia
yang di sorga. 23:10 Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu,
yaitu Mesias. 23:11 Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. 23:12
Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia
akan ditinggikan.
Beberapa pelajaran dari Tuhan Yesus yang dapat penulis pahami adalah, menuruti dan
melakukan ajaran baik dari gembala kita yang masih di dunia ini. Namun perbuatan gembala
tidak harus selalu ditiru dan dituruti apabila bertentangan dengan ajaran-Nya. Sudah
sewajarnya apabila gembala “melayani” para domba-dombanya, supaya tumbuh gemuk dan
sempurna. Meninjau ke padang rumput dimana para domba menjalani kehidupannya.
Mungkin saja banyak domba yang nyelonong di tempat jauh dan gersang, berjuang
mempertahankan hidup. Jangan-jangan malah ada sekelompok domba yang kegemukan
sehingga tidak bisa bergerak, hanya tiduran saja.

Sudah menjadi kebiasaan dan budaya apabila para domba “menempatkan” gembalanya di
tempat terhormat dan terdepan, dan kata-katanya kadang dianggap sebagai “sabdo pendito
ratu.” Penulis tidak tahu apakah ayat di atas mempengaruhi penampilan para pastor saat ini,
yang lebih suka berpakaian biasa dari pada jubah. Orang biasa akhirnya tidak bisa
membedakan mana yang imam mana yang awam. Sering kali terjadi seorang imam dikira
tukang kebun atau pembantu di paroki, yang ditanya si orang awam yang mencari atau ingin
ketemu pastor. Kalau si awam bertanya dengan sopan dan halus tidak jadi masalah. Lucunya
jika si awam merasa mempunyai derajat lebih, dengan lagak lagu seperti bertanya ke
pembantunya di rumah. Bisa kita bayangkan betapa rona merah di wajah dan salah
tingkahnya si awam, begitu mengetahui bahwa si tukang itu adalah imam yang dicari.

Pelajaran kedua adalah kita semua saudara yang sederajat di Mata Tuhan, yang harus bisa
saling melayani, saling menghormati dan saling mengasihi, saling berbagi. Asal bukan saling
berebut rezeki, kekuasaan dan sejenisnya. Tidak ada perbedaan apakah kaya atau miskin,
pintar atau bodoh, hierarki atau awam, berkedudukan atau tidak, hitam atau putih, coklat atau
kuning, besar atau kecil. Yang membedakan hanya hiasan luar yang dapat kita lihat. Uba-
rampe yang akan ditinggalkan kalau kontraknya sudah habis. Persaudaraan sejati tanpa batas,
lepas dari ruang dan waktu.

Namun dalam kehidupan sehari-hari, di mata dunia rasanya kita diajar untuk membuat kasta,
memilah-milah, mengklasifikasikan sesuai uba-rampe yang disepakati. Akhirnya perbedaan
menjadi hal yang paling disoroti dan dibicarakan. Susah menerima dan memaklumi apa itu
perbedaan dan apa itu persamaan. Pokoknya harus ada yang bisa dibicarakan, dikomentari
ataupun diperdebatkan. Kalau menerima apa adanya, nanti dunia tidak menjadi ramai malahan
akan statis.

Dar/memahami Matius 163


164

Pelajaran ketiga adalah kita hanya punya satu Bapa, satu Rabi dan satu Pemimpin, yaitu Allah
sendiri. Hal ini sepertinya menyiratkan bahwa yang kita sebut bapa, atau rabi atau pemimpin
di dunia ini tidak mencerminkan sesuai namanya. Bisa jadi terjemahan yang pas untuk tiga
istilah di atas dari bahasa aslinya tidak ada padanannya. Dalam bahasa Jawa, kata Bapa
mempunyai arti yang agak berbeda dengan kata Bapak menurut pemahaman penulis.
Walaupun sentilan Tuhan Yesus itu kelihatannya ditujukan kepada kelompok atau orang-
orang tertentu yang berlagak karena uba-rampenya, tetapi sering kali terpikir juga ingin
mengganti istilah di atas, khususnya kata pemimpin yang sudah begitu populer. Jangan-jangan
Sang Mesias menggerutu karena sebutan-Nya kita adopsi. Jalan keluarnya mencari yang
gampang. Makna inti kita percayai bahwa Tuhan Yesus pemimpin kita, seperti ungkapan
Paulus bahwa Dia kepala dan kita anggota tubuh-Nya. Pemimpin di dunia ini hanyalah istilah
yang bisa kita ungkapkan, dan tidak akan pernah setara dengan Sang Pemimpin Sejati.
Pemimpin kelompok, pimpinan perusahaan dan sebagainya hanya sebatas ungkapan.

Perlajaran selanjutnya adalah harus berani mengalah, siap melayani dan rendah hati di dalam
mengarungi samudera kehidupan ini. Bukan mengalah dalam hal kebenaran dan kebaikan,
dan akhirnya menyerah bahwa kebenaran dan kebaikan diserongkan. Disini rasanya menjadi
pelajaran yang sulit untuk diterapkan, karena harus berani mengalahkan ego pribadi atau ego
kelompok. Wani ngalah dhuwur wekasane (berani mengalah pada akhirnya akan ditinggikan)
dalam ungkapan bahasa Jawa, sampai sing waras ngalah.

23:13. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri
tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. 23:14 (Celakalah kamu,
hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan
rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab
itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.) 23:15 Celakalah kamu, hai ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan
dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan
sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu
sendiri.
Tuhan Yesus kelihatannya begitu gemas dengan kelakuan ahli-ahli Taurat, orang Farisi dan
orang munafik. Mereka sering menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga dan merintangi orang
yang berusaha masuk. Untuk mengikut Tuhan kelihatannya harus melalui jalan yang berliku-
liku dan bertele-tele. Sepertinya untuk mengikut Tuhan Allah semesta alam harus melalui
ujian-ujian, harus lulus ini dan lulus itu. Mereka sudah merasa sebagai yang paling benar dan
paling baik sebagai pemegang otoritas pintu Kerajan Sorga. Sudah seperti Allah sendiri dan
mengaku paling benar. Iman kepercayaan kepada Tuhan sepertinya bisa diujikan dan dapat
dinilai oleh mereka. Terus kriteria kelulusan diciptakan sedemikian rupa sebagai pembenaran
diri.

Mereka tidak bisa dijadikan panutan atau teladan, sehingga mempengaruhi orang menjadi
enggan untuk mendekat malahan menjauh. Mungkin ayat-ayat suci dimanfaatkan untuk
kepentingan pribadi atau golongan. Doa-doa panjang kelihatannya tidak begitu disukai oleh
Tuhan Yesus. Dan nyatanya kita lebih senang mendengarkan doa seseorang bagi kita, yang
diucapkan begitu indah mendayu-dayu. Si pendoa mengharapkan agar si penerima doa merasa
puas karena sudah dilantunkan begitu hebat, panjang dan semuanya sudah dicakup. Dalam
doa penutuppun masih diulangi lagi, jangan-jangan Tuhan waktu itu belum mendengar, atau
yang empunya rumah belum mendengar doa kita. Mungkin doa-doa panjang hanya enak
didengar untuk kita saja yang masih hidup di dunia ini. Pertanyaannya, apakah kita termasuk
salah satu dari mereka? Ahli Taurat, kaum Farisi atau orang munafik?

Dar/memahami Matius 164


165

Pengajaran yang salah kelihatannya dapat membawa orang menjadi semakin jauh dari
kehendak Tuhan, dan bertentangan dengan hukum kasih. Pasti kita pernah mendengar
perbuatan-perbuatan yang menyengsarakan orang lain, menimbulkan penderitaan dan
kerusakan alam, dan itu dianggap dan diyakini bahwa mendapat restu Allah. Hebatnya guru
yang mengajarkan, sampai-sampai dogma membunuhpun dianggap dan dipercayai sebagai
ajaran Allah. Dan lebih hebatnya lagi para pengajar dogma ini malah tidak pernah terlibat
langsung di lapangan. Biarlah yang di lapangan tertulis di media, kalau perlu cukup mengenal
nama samarannya saja, tanpa pernah tahu siapakah sebenarnya sang guru atau sang panutan di
balik layar. Jangan-jangan mereka malah dipersiapkan sejak kecil, dijejali segala macam
dogma yang menyesatkan. Kalau perlu diambil dari kota atau pulau lain dan orang tuanya
diberi janji muluk akan disekolahkan. Sekolah penyesatan.

Namun mungkin saja hal itu terjadi kalau kita perhatikan dalam Perjanjian Lama tentang
bencilah musuhmu. Seringkali penulis dibuat bingung, apakah hal tersebut ajaran Allah
sendiri atau sebenarnya ajaran Allah yang dijabarkan oleh manusia yang malahan
menyimpang dari pokoknya. Mungkin sejarah kehidupan Saulus dapat menjadi contoh nyata.
Dia menjadi seorang yang ahli Kitab Suci hasil besutan Gamaliel. Berbahagialah dia, karena
menerima sentuhan Tuhan Yesus. Dia mati dari manusia lama Saulus dan berubah menjadi
manusia baru Paulus. Dia buang semua seluruh isi perbendaharaan dalam dirinya dan diganti
dengan isi yang baru. Kita masih ingat ajaran Tuhan Yesus pertama kali “Bertobatlah ……”
maupun khotbah di bukit.
Jangan jadi penyesat demi keuntungan diri atau kelompok!

23:16 Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci,
sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. 23:17 Hai kamu
orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang
menguduskan emas itu? 23:18 Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah
demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. 23:19 Hai kamu orang-orang buta,
apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu? 23:20
Karena itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala
sesuatu yang terletak di atasnya. 23:21 Dan barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah
demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ. 23:22 Dan barangsiapa bersumpah demi
sorga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya.
Kelihatannya Tuhan Yesus tidak setuju dengan sumpah-sumpah segala. Berat tanggungannya
jika sumpah itu tidak dapat dipenuhi, dan akhirnya menjadi sumpah palsu. Kalau ya katakan
ya dan kalau tidak katakan tidak. Kejujuran lebih utama, yaitu satunya hati, jiwa dan akal budi
sampai perbuatan nyata. Ada istilah jawa “madhep, manteb, mati marang Gusti” yang artinya
tidak bisa ditawar lagi. Tidak perlu bersumpah, namun cukup janji dalam hati yang harus
ditepati. Janji tidak melibatkan siapapun dan apapun, sedangkan sumpah lebih sering
melibatkan Yang Di atas atau ciptaan-Nya yang lain. Zaman sekarang karena trend, banyak
orang dengan santainya bersumpah dengan membuat tanda dua jari dan menggunakan bahasa
Inggris.

Bagaimana komentar hierarki dalam hal membuat tanda salib yang diiringi dengan ucapan
“Demi nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, Amin?” Dapatkah hal tersebut disamakan
dengan mengatakan Demi Allah? Mungkin perlu penjelasan secara khusus dari hierarki
sampai ke lapangan, tentang sejarah berkembangnya tanda salib dengan sebutan “Demi nama
Bapa ......, Atas nama Bapa ....., Dalam nama Bapa ......” Dan mana yang benar dan
sebaiknya? Penulis merasa yakin ada banyak alasan yang bisa dikemukakan, dan buntutnya
bahwa kata pembuka tersebut hanyalah ungkapan. Intinya masih berpegang kepada Sang
Tritunggal. Penyelewengan ajaran tidak harus selalu mulai yang besar-besar, namun bisa
dimulai dari yang kelihatan sepele dan sederhana. Setelah sekian puluh tahun kemudian
barulah kita berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana asal mulanya, bagaimana sejarahnya,

Dar/memahami Matius 165


166

bagaimana budayanya dan sebagainya. Penulis pernah mendengar dari seorang imam Itali,
bahwa hanya gara-gara karena kata-kata “dan” bisa membikin perpecahan dan perpisahan.
Hanya karena sudah biasa dengan cara lama, Tata Perayaan Ekaristi (TPE) yang baru
menimbulkan pro dan kontra, bukan hanya umat awam namun sampai ke para gembala.
Jangan suka bersumpah demi apapun!

23:23 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang
terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan.
Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. 23:24 Hai kamu pemimpin-pemimpin
buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan.
Kita diajar untuk melakukan segala hal, namun tetap harus ada skala prioritas. Ada hal yang
lebih penting yang harus didahulukan, dengan tetap tidak mengabaikan yang lainnya. Pokok
terpenting dalam kehidupan ini kelihatannya adalah berpegang kepada keadilan, belas
kasihan dan kesetiaan. Keadilan mestinya tidak ada keberpihakan namun karena kebenaran.
Keadilan adalah keseimbangan antara hak dan kewajiban dari antara pihak. Belas kasihan
adalah perbuatan nyata kepada orang yang membutuhkan, yang mungkin saja berupa materi,
nasihat, ataupun pertolongan lainnya. Kesetiaan adalah taat kepada yang diimani, dipercayai
dan tidak melarikan diri demi keselamatan pribadi, karena menghadapi masalah. Umumnya
dalam hidup ini kita menginginkan yang enak-enaknya saja, kalau bisa dihindarkan dari yang
tidak menyenangkan.

Segalanya harus dilakukan kalau memang itu harus dijalankan dan menjadi niat kita.
Dinamika kehidupan ini harus kita jalani dan lewati, rawe-rawe rantas malang-malang
putung. Disinilah kita akan menjadi berpengalaman setelah melewati segala macam
tantangan, hambatan, kenikmatan, keindahan dan sebagainya. Mencari enaknya sendiri
biasanya diselubungi dengan dalih pembenaran diri, dan sering mengabaikan kebenaran yang
lain.

Pengalaman penulis sewaktu mendengar perselisihan perbedaan pendapat di latihan koor yang
cukup panas, penulis diminta dan diajak oleh pengurus untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Perselisihan pendapat tersebut terjadi antara yang senior anggaplah sesepuh dan
yang yunior anggaplah masih muda. Disepakati bahwa yang muda sebaiknya mengalah demi
persatuan. Segala macam cara untuk mempertemukan mereka selalu gagal dan ada saja
hambatan yang muncul. Dalam suatu komunikasi rohani dengan yang di atas, malahan kami
yang dikatakan keliru. Mereka berdua yang berselisih dikatakan benar semuanya, karena
memang ada benarnya masing-masing dari sudut pandang yang berbeda. Dengan mengalah
salah satu, malah akan menimbulkan bahaya pendapat bahwa yang satu merasa dirinya lebih
benar. Secara tidak langsung kami malahan menanamkan benih kesombongan. Kami
disarankan untuk membiarkan saja yang dalam bahasa Jawa disebut “kudu bisa angon
wektu.” Harus bisa melihat waktu, situasi dan kondisi. Dan nyatanya setelah beberapa waktu
kemudian mereka saling menyapa serta tidak ada masalah yang mengganjal. Mereka saling
menyadari akan kekurangan masing-masing pada waktu terjadi perselisihan pendapat. Tuhan
sendiri yang mempertemukan mereka berdua dengan cara yang mengherankan.
Jangan mencari enaknya sendiri! Enaknya buat aku, susahnya buat kamu.

23:25 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya
penuh rampasan dan kerakusan. 23:26 Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah
dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.
Yang penulis pahami adalah satunya hati, jiwa dan akal budi dalam kasih. Kejujuran dalam
kasih, transparan bukan memakai topeng. Sisi dalam lebih penting dari sisi luar. Di sisi dalam
itulah kita meletakkan segala sesuatu. Apa yang terbersit dari dalam akan memancar keluar,
Dar/memahami Matius 166
167

yang dapat dilihat dari roman wajah atau gerak tubuh yang kelihatan. Kebohongan atau dusta
pada dasarnya akan diketahui oleh diri sendiri, yang mau tidak mau akan keluar “baunya.”
Aroma yang keluar tersebut akibat dari proses bercampurnya hati, jiwa dan akal budi yang
saling mempengaruhi. Mungkin alat “lie detector” memanfaatkan dari proses tersebut.
Rasanya dapat dipastikan bahwa orang yang bersih hati dan bibirnya, apalagi yang dilandasi
dengan kasih, akan memancarkan aroma tubuh dan wajahnya “berkilauan.” Kita diajar untuk
lebih berani melihat kekurangan, kesalahan yang ada di dalam diri sendiri, dan tidak usah
memperhatikan atau membicarakan kekurangan orang lain lebih dulu. Setelah itu, siapkah kita
untuk membersihkan diri dan berubah melalui pemurnian diri. Dalam proses perubahan ini,
mungkin kita mulai bisa meraba rasakan dan memaklumi orang lain.
Jangan merasa paling bersih sendiri!

23:27 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang
bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.
23:28 Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di
sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.
Tuhan Yesus lebih senang kepada orang yang bersih hati, jiwa dan akal budinya, daripada apa
yang kelihatan luarnya saja. Ekstrimnya lebih menyukai yang cacat phisik dan buruk rupa
namun bersih di dalamnya, daripada yang cantik dan gagah namun kotor di dalamnya. Harus
diakui bahwa kebutuhan daging itu menggiurkan, sedangkan kebutuhan roh lebih sering
menyedihkan atau menyengsarakan dalam arti duniawi.

Dalam kehidupan ini, kalau bisa semua orang hanya melihat kelebihan kita, kebaikan kita,
dan jangan sampai mengetahui tentang keburukan kita. Dalam keluargapun kalau bisa mereka
tidak tahu seperti apa kita ini sebenarnya. Dengan segala macam cara kita mempersiapkan
topeng tubuh yang menggambarkan keramahan, kebaikan dan sejenisnya. Kalau bisa semua
orang menyambut atau menyapa kita dengan penuh keseganan, penghormatan, mengakui,
merasa kalah dalam segala hal. Pokoknya dikenal karena kelebihan dan kebaikannya. Kita
lupa bahwa yang baik dan benar hanya Tuhan saja.
Jangan merasa paling benar sendiri!

23:29 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh
23:30 dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan
mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. 23:31 Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap
diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. 23:32 Jadi, penuhilah
juga takaran nenek moyangmu! 23:33 Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak!
Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?
Pelajaran ini sangat susah dicerna. Namun paling tidak kita diajak untuk selalu waspada dan
rendah hati untuk tidak cepat-cepat menghakimi seseorang, jangan-jangan yang bersangkutan
tersebut malahan yang benar atau malahan utusan Tuhan sendiri. Kita diajak waspada dan
rendah hati untuk tidak selalu membenarkan diri sendiri, menyombongkan diri dengan segala
alasannya. Sejarah sudah banyak mengajarkan kepada kita tentang perjalanan hidup orang-
orang kudus, yang pernah mengalami penolakan dan penganiayaan oleh hierarki gereja.
Beberapa waktu kemudian baru disadari bahwa mereka adalah orang-orang benar. Terus kita
mulai bertanya dalam diri sendiri, bagaimana kira-kira mereka yang dahulu menghakimi dan
menghukum orang benar tersebut. Beranikah institusi diatasnya mengakui dan meminta maaf
atas kesalahan yang pernah dilakukan?

Apakah kesalahan nenek moyang kita akan mempengaruhi perjalanan hidup kita? Beranikah
kita mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan nenek moyang kita?
Umumnya kita lebih sering membanggakan tentang kehebatan orang tua, kakek nenek
moyang kita, tanpa pernah berpikir akan kekurangan atau kesalahan yang mungkin pernah
Dar/memahami Matius 167
168

dialaminya. Penulis merasa sependapat dan setuju apabila membaca iklan kematian yang
menyampaikan permohonan maaf, mewakili yang sudah meninggal.
Jangan menyombongkan diri!

Keluhan Yesus terhadap Yerusalem


23:34. Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli
Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu
sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota, 23:35 supaya kamu
menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar
itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan
mezbah. 23:36 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semuanya ini akan ditanggung angkatan
ini!"
23:37 "Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu
orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama
seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. 23:38
Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. 23:39 Dan Aku berkata kepadamu:
Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: Diberkatilah Dia yang
datang dalam nama Tuhan!"
Kecaman Tuhan Yesus begitu menakutkan karena kesalahan akan ditanggung oleh angkatan
pada waktu itu. Para tua-tua, ahli Taurat, kaum Farisi yang buta dan munafik yang akan
menanggung akibat perbuatannya.

Apakah ini nubuat Tuhan Yesus tentang Yerusalem dengan Bait Allahnya? Yerusalem yang
hancur termasuk Bait Allah yang tinggal puing-puing tembok saja. Sekarang yang lebih
dikenal hanyalah Tembok Ratapan. Bangsa Yahudi terus meratapi kehancuran itu dan sampai
sekarang tidak bisa berbuat apa-apa. Kemegahan peninggalan nenek moyang mereka hancur
lebur dan ditinggalkan. Di sekitar atasnya berdiri megah masjid Al Aqsa. Mereka nampaknya
masih menantikan kedatangan Mesias dan belum bisa berseru : “diberkatilah Dia yang
datang dalam nama Tuhan.”

Perselisihan bangsa Yahudi dengan bangsa Palestina yang tanpa berkesudahan,


memperlihatkan betapa tegar tengkuknya mereka. Mereka sepertinya masih berpegang kepada
ayat :bencilah musuhmu. Betapa meresahkan jika dalam kehidupan sehari-hari hanya berisi
kekawatiran dalam suasana perang, bom bunuh diri. Dan nyatanya semakin menumbuhkan
kebencian, sampai-sampai orang-orang lainpun ikut-ikutan mengembangkan kebencian
tersebut. Malahan bangsa-bangsa asing yang menyempatkan diri berziarah ke Yerusalem
untuk merenungkan kehidupan Tuhan Yesus pada waktu itu. Pada waktu penulis berziarah ke
sana pada tahun 2001, dijelaskan oleh pemandu bahwa sudah enam tahun belum diguyur
hujan. Jangan-jangan ..... ..... .
Penulis bersama isteri hanya mengalami sedikit gerimis kecil sewaktu mencari telepon umum
di Jumat malam yang sudah masuk hari Sabat. Gangguan kecil kami alami sewaktu orang-
orang sedang beribadah Sabat di dalam hotel, ech .... beberapa anak mudanya malah mabuk di
luar dan meminta rokok.

Yerusalem jangan-jangan simbol dari hati kita yang mati dan tercerai berai. Sebagai pengikut
Kristus, biasanya kita akan mengaku bahwa kelompok kita yang paling benar dibandingkan
dengan saudara kita. Kita tahu bahwa agama Kristen mengalami perpecahan dan menjadi tiga
kelompok besar, yaitu Katolik yang sering disebut Gereja Barat, Ortodox yang sering disebut
Gereja Timur, dan Protestan. Kristen Protestan sendiri terpecah-pecah entah menjadi berapa
ribu denominasi. Jangan-jangan Tuhan Yesus sendiri bersedih hati dan menangis melihat
pengikutnya yang tercerai berai. Semuanya mengaku yang paling benar, terus mencari
kesalahan atau kelemahan pihak lain untuk lebih membenarkan diri.

Dar/memahami Matius 168


169

Mengapa semuanya tidak mencari kelemahannya masing-masing, terus mencari kebenaran


yang dimiliki pihak lain? Setelah segala kesalahan dikumpulkan, diikat menjadi satu untuk
dibuang, barulah sisanya pasti kumpulan kebenaran-kebenaran yang dapat ditemukan untuk
dipersatukan. Mungkin dibutuhkan kerendahan hati yang bukan main untuk saling mengalah
demi kebenaran itu sendiri. Yang jelas pasti ada ketegaran atau kesombongan yang
membentuk pembenaran diri. Apabila pada zaman akhir nanti ada yang disalahkan, maka
dapat dipastikan para gembala yang akan memikul tanggung jawab paling berat, dengan
terjadinya penyesatan. Yang mencerai beraikan, berarti bukan mengumpulkan bersama Tuhan
Yesus. Sering kali kita lupa bahwa Tuhan Yesus hanya satu dan hanya mengajarkan kasih
yang penuh damai dan persatuan. Mengapa kita seperti anak ayam yang tercerai berai
kehilangan induknya? Di negara maju nyatanya banyak gereja kosong, malahan dijual dan
dibeli oleh kelompok lain. Jangan-jangan malah kelompok lain itu yang bisa berseru :
“Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!

Terus terang buku Vassula Ryden “Hidup Sejati dalam Allah” menggugah hati penulis, untuk
bahan renungan. Banyak hal yang menyadarkan penulis bahwa selama ini merasa terlena dan
puas diri serta merasa cukup sebegitu saja. Nyatanya Tuhan Yesus begitu lemah lembut,
bijaksana dan memohon dengan merendahkan diri, perubahan dari diri kita untuk menuju ke
yang lebih baik. Memohon untuk bersatu dalam hati, dalam satu Tubuh Kristus, memohon
penyatuan hari raya Paskah dan memohon mau mengakui wakil-Nya di dunia ini.

Gereja Kristus memang telah diserongkan, terpecah belah dan tercerai berai. Dan hebatnya,
semua mengaku yang paling baik, paling benar. Betapa tidak pernah kita sadari bahwa Yesus
sang satu begitu ingin mengumpulkan pengikutnya menjadi satu, dalam kasih dan damai.
Dan, selama belum bisa mengalahkan ego pribadi atau kelompok, untuk saling menekuk,
maka persatuan gereja Kristus hanya sebuah mimpi.

Khotbah tentang akhir zaman (24-25)


Bab 24. Penderitaan, Siksaan berat dan Mesias palsu, kedatangan Anak Manusia,
Nasihat untuk berjaga-jaga

Bait Allah akan diruntuhkan


24:1. Sesudah itu Yesus keluar dari Bait Allah, lalu pergi. Maka datanglah murid-murid-Nya dan
menunjuk kepada bangunan-bangunan Bait Allah. 24:2 Ia berkata kepada mereka: "Kamu melihat
semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satu batupun di sini akan dibiarkan
terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan."
Itukah Tembok Ratapan yang merupakan sisa puing-puing Bait Allah yang dinubuatkan
Tuhan Yesus? Semuanya runtuh dan Sang Bait Allah sendiri bersemayam di bangsa-bangsa
asing. Entah sampai kapan. Keruntuhan dan kehancuran Bait Allah yang diperkirakan pada
tahun 70-an sewaktu penyerbuan bangsa Romawi. Orang-orang Yahudi sampai sekarang
masih melakukan doa di Tembok Ratapan, yang dipisahkan antara pria dan wanita. Setiap
pria yang mau mendekat ke tembok tersebut harus memakai kopiah atau topi. Banyak kertas
diselipkan ke dalam tembok, entah isinya seperti apa. Mungkin sesuai dengan namanya,
bahwa mereka meratap dan memohon agar Bait Allah bisa dibangun kembali seperti dahulu
kala.

Ataukah kata-kata Tuhan Yesus tersebut mempunyai arti lain yang lebih dalam? Apakah
karena Sang Bait Allah sendiri yang sudah datang menjadi manusia sejati, maka Bait Allah
buatan manusia sudah saatnya tidak diperlukan lagi? Kita bisa berdoa atau bertemu Tuhan di
mana saja, kapan saja dengan cara apapun juga? Tanpa batas arah ruang dan waktu? Ataukah

Dar/memahami Matius 169


170

simbol tubuh kita yang mestinya menjadi Bait Allah, namun sudah dipenuhi dengan kejahatan
dan mengalami kehancuran rohani?

Orang Yahudi diakui sebagai orang-orang yang cerdas dan mengalami tercerai berai,
terbuang, teraniaya sampai pembunuhan besar-besaran di zaman Hitler. Sewaktu kami
ngobrol dengan beberapa orang Yahudi, mereka mengatakan tidak kenal dengan Yesus.
Sedangkan tentang Mesias, mereka mengatakan sedang menantikan kedatangan-Nya. Mereka
tersenyum mencibir dan mengatakan orang Kristen dan orang Muslim hanya menjiplak ajaran
mereka, ikut-ikutan berpegang pada Kitab Taurat dan para nabi mereka. Penulispun hanya
bisa tersenyum saja tanpa berkomentar. Dari sinilah penulis berpendapat bahwa mendalami
atau membaca Kitab Suci Perjanjian Lama, akan mengajarkan kepada kita bagaimana
perilaku kehidupan bangsa Yahudi. Bagaimana mereka yang merasa sebagai bangsa terpilih,
mengalami jatuh bangun karena amal perbuatan mereka sendiri. Paling tidak Perjanjan Lama
bisa menjadi referensi dalam peziarahan kita di dunia ini.
Tuhan Yesus, aku berterima kasih dan mengucap puji syukur karena boleh mengenal Engkau,
Yang Terurapi. Diberkatilah Engkau yang datang dalam nama Tuhan.

Permulaan penderitaan
24:3 Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya untuk
bercakap-cakap sendirian dengan Dia. Kata mereka: "Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan
terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?" 24:4. Jawab Yesus kepada
mereka: "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! 24:5 Sebab banyak
orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan
menyesatkan banyak orang.
Tuhan Yesus sudah mengingatkan kepada kita untuk selalu waspada, bahwa akan banyak
Mesias palsu. Kemungkinan besar para Mesias palsu ini sangat pandai dan kelihatan sangat
bijaksana yang ajarannya sangat masuk akal. Mungkin tidak secara langsung mereka
menyebut diri sebagai mesias, namun dengan istilah lain yang setara dengan itu. Buah ajaran
Tuhan Yesus adalah pertobatan dan kasih yang penuh damai sejahtera yang mempersatukan.
Sedangkan buah ajaran Mesias palsu pastilah menyesatkan yang mengakibatkan perselisihan,
perpecahan, kebencian dan jauh dari persatuan. Jangan-jangan segala macam perang yang
timbul di dunia ini, adalah rekayasa para nabi palsu dengan segala macam argumentasi, segala
macam alasan yang bisa diterima banyak orang. Atau malahan mempersiapkan diri dahulu
dengan hal-hal yang kelihatan baik dan benar. Kalau perlu berani mengalah dan merendah
lebih dahulu. Setelah diakui, mulailah mengangkat diri untuk menjadi pemimpin. Yang
namanya pemimpin, biasanya akan lebih mudah untuk mengatur segala sesuatu. Jadilah nabi
palsu setengah dewa, yang kata-katanya harus diterima dan diakui. Segala pesannya
disebutkan diterima dari langit.

Karena setiap manusia pasti akan mati, kira-kira apa yang akan dilakukan sang nabi palsu ini
sebelum menuju kematian? Jika dia menyadari akan perbuatannya, mestinya dia berubah dan
bertobat serta mohon diampuni segala dosanya. Yang paling menyedihkan adalah bila orang-
orang terdekat dari sang nabi palsu ini malah menghalalkan kekeliruan demi kepentingan diri.
Yang mati biarlah mati, namun harus dijadikan pahlawan tanpa tanding agar kesesatannya
tidak diketahui. Lha kalau si nabi palsu tetap tegar tengkuk, maka segala dogma yang
diajarkan akan dibawa ke kubur. Ajarannya akan tetap langgeng dilakukan oleh para
pengikut, entah sampai kapan.

Sebagai orang kecil, miskin, bodoh dan sederhana, siapakah yang menginginkan perselisihan,
perpecahan, perang? Siapakah yang mengharapkan dijajah dan diinjak-injak? Pasti mereka
memimpikan kemerdekaan sejati yang aman damai sejahtera penuh persatuan. Tidak usah
muluk-muluk, aman damai sejahtera penuh keadilan dan persaudaraan, murah sandang

Dar/memahami Matius 170


171

murang pangan sudah cukup. Semua orang bisa bekerja dan penghasilannya sesuai untuk
kebutuhan setiap hari, sudah syukur. Namun nyatanya, hanya masalah sepele maka muncullah
nabi palsu yang menyesatkan dan terjadilah tawuran antar kampung, perang antar suku,
perang antar keyakinan sampai perang antar bangsa. Sekecil apapun, yang namanya perang
itu pasti buahnya kesengsaraan dan penderitaan. Pasti ada korban. Masih mendingan apabila
perang melawan penindasan, kemiskinan, kejahatan dan pembodohan. Yang mati dalam
perang tersebut bisa disebut pahlawan atau martir.
Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk mengenali apakah ajaran itu datang dari pada-Mu, atau
dari para Mesias palsu. Ajarilah aku supaya aku jangan tersesat, karena kelemahanku.

24:6 Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-
awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya.
24:7 Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada
kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat. 24:8 Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan
penderitaan menjelang zaman baru. 24:9 Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan
kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku, 24:10 dan banyak
orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. 24:11 Banyak nabi
palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. 24:12 Dan karena makin bertambahnya
kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. 24:13 Tetapi orang yang
bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. 24:14 Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan
di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya."
Nubuat kehancuran Yerusalem dengan Bait Allahnya dan tercerai berainya bangsa Yahudi
dapat kita baca dalam sejarah. Demikian juga penganiayaan dan pembunuhan orang-orang
Kristen perdana oleh bangsa Romawi dapat kita telusuri dalam sejarah gereja. Hebatnya,
semakin dimusuhi dan dianiaya, malahan semakin tumbuh berkembang dan berbuah. Injil
Kerajaan diwartakan secara sembunyi-sembunyi sampai zaman raja Konstantinus di tahun
tigaratusan. Sejak raja Konstantinus berkuasa maka Injil Kerajaan mulai diberitakan kemana-
mana. Pada saat ini bisa dikatakan sebagai zaman baru bagi perkembangan agama Kristen.
Yang tadinya dikejar-kejar, kemudian berubah dan diperbolehkan mengembangkan diri.
Berkembangnya agama Kristen selalu diiringi dengan berkembangnya kelompok anti Kristus,
yang mungkin sering disebut kelompok bidaah. Mungkin saja terjadi bahwa sekarang ini kita
menjadi bingung membedakan ajaran dari Gereja Kristen sejati dengan ajaran kaum bidaah.

Sejarah dunia mengajarkan kepada kita tentang terjadinya perang besar antar suku, antar
negara, sampai munculnya perang dunia. Banyak negara yang mengalami kelaparan ataupun
gempa bumi terus-menerus. Demikian juga penganiayaan terhadap para pengikut Kristus,
sampai mereka mengalami pembunuhan. Kehidupan individualistis dan egois yang jauh dari
sikap kasih berkembang dimana-mana seiring perkembangan dunia. Aneh bin ajaib sewaktu
wakil Yesus bersanding dengan penguasa dunia di singgasananya, rasanya dunia pada waktu
itu malahan menjadi gelap. Kebencian karena dogma yang keliru dan menganggap diri lebih
baik dan benar sudah merambah di seluruh pelosok dunia. Dan banyak orang yang mengaku
sebagai nabi atau rasul, berkembang di segala penjuru. Mereka seakan-akan Allah sendiri
yang menghakimi manusia lain yang tidak sehaluan. Padahal semua manusia sudah diberi
kehendak bebas. Mestinya kebebasan berkehendak itu diatur oleh negara secara adil tanpa
pandang bulu secara konsekuen.
Perintah Tuhan Yesus untuk mendapatkan keselamatan hanyalah meminta kita untuk
bertahan walaupun mengalami penganiayaan. Bukan bersekutu dengan penganiaya.

Penulis jelas tidak tahu kapan Injil Kerajaan Sorga akan menguasai dunia dan merubah hati,
jiwa dan akal budi semua manusia. Kelihatannya tidak lama lagi, dan zaman baru sepertinya
belum akhir dunia, dimana manusia mulai sadar bahwa Tuhan Yesus memang betul-betul
Allah Putera dan Roh Kudus adalah utusan-Nya yang menyadarkan kita.

Dar/memahami Matius 171


172

Siksaan yang berat dan Mesias-Mesias palsu


24:15 "Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang
disampaikan oleh nabi Daniel--para pembaca hendaklah memperhatikannya-- 24:16 maka orang-
orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan. 24:17 Orang yang sedang di
peranginan di atas rumah janganlah ia turun untuk mengambil barang-barang dari rumahnya,
24:18 dan orang yang sedang di ladang janganlah ia kembali untuk mengambil pakaiannya. 24:19
Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu. 24:20 Berdoalah,
supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat.
24:21 Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi
sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. 24:22 Dan sekiranya waktunya
tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh
karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat.
Mungkinkah ayat di atas masih berhubungan dengan hancurnya Bait Allah sewaktu
penyerbuan bangsa Romawi dengan segala penindasannya? Tempat kudus diinjak-injak dan
dihancurkan sampai rata dengan tanah. Pembinasa keji disamakan dengan penguasa Romawi
yang menyembah dewa-dewa? Menjajah dan menghancurkan segala macam yang berbau
penyembahan kepada Allah Yang Maha Esa. Orang-orang lari menyelamatkan diri.
Saat-saat tersebut adalah saat paling sengsara bagi ibu-ibu yang sedang mengandung maupun
yang sedang menyusui. Hal tersebut bisa kita bayangkan dan kita maklumi. Apakah akan
terjadi pengungsian dan harus melarikan diri? Jika ya, memang akan sangat berat bagi ibu
hamil atau sedang menyusui. Kita diminta berdoa agar saatnya tidak jatuh pada musim dingin
atau hari Sabat. Mungkin kita bisa membayangkan mengapa jangan musim dingin atau hari
Sabat. Musim dingin manusia tidak bisa berbuat apa-apa; melarikan diri dalam musim dingin
yang membekukan pastilah sangat menyengsarakan. Hari Sabat harinya Tuhan bagi orang
Yahudi dimana banyak orang berkumpul beribadah pasti tidak membawa apa-apa.
Penyerbuan pasti menimbulkan hiruk pikuk kepanikan, saling menyelamatkan diri tanpa tahu
arah, saling bertabrakan dan terinjak-injak pasti suatu suasana yang mengerikan. Mungkin
pada waktu itu mereka berpikir bahwa kiamat sudah datang yang sudah tidak dapat dielakkan.
Orang-orang Yudea supaya lari ke pegunungan, mengungsi tidak usah memikirkan harta
benda.

Ataukah sebenarnya nubuat tersebut berlaku juga untuk saat ini, zaman sekarang ini dan
sudah ada calon pembinasa keji yang mendekati tahta suci dan ingin mendudukinya?
Anggaplah seorang serigala pembinasa yang berjubahkan gembala yang cerdas, yang sedang
menapak ke atas.
Nubuat Tuhan Yesus, seperti yang disampaikan nabi Daniel kelihatannya begitu dahsyat dan
menyeramkan. Sepertinya akan datang seorang penguasa kegelapan dengan kekuatan
dahsyat memanfaatkan tempat kudus untuk diinjak-injak. Akan terjadi penganiayaan yang
begitu hebat. Kita diingatkan untuk tidak memikirkan harta benda apapun, kecuali berpasrah
kepada Tuhan. Apabila terjadi bencana besar, gempa bumi dahsyat, tsunami hebat tak
terperikan, pasti susah untuk dibayangkan seperti apa.

Tuhan masih memberi kesempatan kepada kita untuk berdoa memohon, dan karena kasih-Nya
yang begitu besar kepada manusia, Tuhan sendiri yang akan berkarya; Zaman baru
kelihatannya harus melalui era sengsara yang bukan main, yang akhirnya orang teringat akan
Allah dan bertobat total. Berterima kasihlah kepada Tuhan dan umat pilihan-Nya! Umat
pilihan-Nya ini yang akan memohon kepada Sang Penguasa langit dan bumi, agar waktunya
dipersingkat. Siapakah yang termasuk umat pilihan?

Jika kita mencoba menyimak sejarah peradaban dunia, dimana bangsa melawan bangsa
hampir di seluruh daratan Asia, Eropa sampai Afrika utara, sepertinya ada sesuatu yang aneh.
Entah karena kelaparan hebat, wabah penyakit menular yang mematikan atau sesuatu yang

Dar/memahami Matius 172


173

misteri, perang sepertinya berhenti sendiri. Suku bangsa yang begitu terkenal sepertinya
punah dengan sendirinya.

24:23 Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di
sana, jangan kamu percaya. 24:24 Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul
dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya
mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga. 24:25 Camkanlah, Aku sudah
mengatakannya terlebih dahulu kepadamu. 24:26 Jadi, apabila orang berkata kepadamu: Lihat, Ia
ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke situ; atau: Lihat, Ia ada di dalam bilik, janganlah
kamu percaya. 24:27 Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan
cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia. 24:28 Di mana ada
bangkai, di situ burung nazar berkerumun."
Era sengsara tersebut kelihatannya akan diisi dengan banyaknya Mesias palsu dan nabi palsu
yang menjual mimpi. Dan masalahnya, mereka dapat membuat tanda dan mujizat yang
dahsyat, yang dapat menyesatkan orang-orang beriman sekalipun. Siapa yang tidak akan
kagum dan terpikat dengan kehebatannya? Segala yang diucapkan sepertinya benar dan
meyakinkan, apalagi jika dapat membuat mujizat penyembuhan. Nach ....... !

Jika kita mengikuti berita-berita yang beredar, sebenarnya sudah banyak orang yang
menyebut dirinya nabi atau diangkat oleh para pengikutnya sebagai nabi. Namun lama
kelamaan namanya seperti ditelan bumi dan menghilang dengan sendirinya.

Hati jiwa yang sudah mati dapat disebut sebagai bangkai, dimana penguasa kegelapan
berkerumun untuk menyantapnya. Para bangkai ini pasti mempunyai pelindung, tempat untuk
berbakti. Pelindung akan menuntut para bangkai sesuai kontrak yang disepakati.

Peringatan Tuhan Yesus ini mestinya mendapat perhatian secara khusus, agar pada waktunya
dapat bertahan untuk tetap setia kepada-Nya, sampai kedatangan-Nya. Kedatangan Tuhan
Yesus secara nyata seperti secara tiba-tiba bagaikan kilat, yang tahu-tahu sudah membelah
langit. Mak jleg. Ora ngerti sangkan-parane.

Kedatangan Anak Manusia


24:29 "Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak
bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang.
24:30 Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan
meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan
segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. 24:31 Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya
dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang
pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain.
Tuhan Yesus sudah memberikan tanda kedatangannya bagi orang percaya dan waspada.
Matahari yang gelap maupun bulan yang tak bercahaya di seluruh bumi. Secara pikiran dan
akal budi, kita hanya dapat membayangkan seperti terjadi gerhana, dimana bulan menutupi
matahari secara total dan langit kelihatan gelap. Banyak meteor berjatuhan ke bumi yang
dapat dilihat dengan mata telanjang.

Bisa juga bumi ini bergetar dan bergerak dimana manusia semakin gelap mata dan berkunang-
kunang. Dalam keadaan panik segalanya menjadi bergoncang dan tidak tahu arah. Kebenaran
ditinggalkan karena sudah tidak menarik lagi, rasa mengasihi berubah menjadi permusuhan
yang membangkitkan kemarahan dan angkara murka. Perselisihan dan nafsu pertengkaran
seperti tidak dapat dibendung, begitu menggelora ingin segera pecah. Hal yang begitu sepele
sudah dapat menimbulkan pertempuran hebat. Iri dengki dengan nafsu membunuh menjadi
santapan sehari-hari.

Dar/memahami Matius 173


174

Secara pribadi, mungkin bisa membayangkan sewaktu kita kena serangan penyakit mendadak.
Kepala pusing, dunia seperti berputar-putar, pandangan menjadi gelap dan mata berkunang-
kunang bagaikan melihat bintang jatuh.

Padahal belum tentu seperti itu, yang kemungkinannya tidak bisa kita bayangkan dengan
nalar kita. Yang jelas Tuhan Yesus akan datang berdiri di atas awan bersama bala tentara
malaikat dan memilih orang-orang pilihannya. Apakah kita ikut terpilih pada waktu itu?

Perumpamaan tentang pohon ara


24:32. Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara: Apabila ranting-rantingnya
melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat. 24:33 Demikian juga,
jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu.
24:34 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya
ini terjadi. 24:35 Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.
Tuhan Yesus meminta kita untuk mengenal dan mengetahui tanda-tanda zaman sebelum
kedatangan-Nya. Apakah yang dimaksud dengan angkatan ini? Apakah semua bangsa yang
ada selama ini, yang modelnya seperti kita se dunia, yang disebut satu angkatan? Dan ada
angkatan lain di luar kita, yang mungkin sebelum ataupun sesudah kita? Yang jelas perkataan
Tuhan Yesus tidak pernah berlalu walaupun kita telah memasuki langit baru dan bumi baru.
Rasanya kita tidak usah membayangkan seperti apa itu langit dan bumi baru. Jangan-jangan
sudah di luar nalar dan akal budi kita.

Terus terang penulis merasa sangat sukar memahami kata-kata Tuhan Yesus. Ataukah Matius
memang mempunyai maksud tertentu dengan cerita itu? Dari satu sisi, kelihatannya Tuhan
Yesus menubuatkan tentang kehancuran bangsa Yahudi dengan Yerusalem dan Bait
Allahnya. Angkatan para rasul dikatakan akan mengalami kejadian kiamatnya bangsa Yahudi.
Di saat itulah ajaran Tuhan Yesus mulai menyebar dan ditulis dalam buku-buku suci, dan
buku-buku tersebut mungkin yang kita kenal saat ini. Perkataan Tuhan Yesus tidak pernah
berlalu dan masuk dalam Kitab Perjanjian Baru.

Di sisi lain ucapan Tuhan Yesus sepertinya berhubungan dengan hari kiamat dan kedatangan-
Nya kembali. Mungkin satu hal yang penulis pahami, bahwa kita secara pribadi akan
mengalami kiamat yang tidak tahu persis kapan terjadinya. Kita akan mengalami kematian
yang tidak dapat kita tolak, walaupun kita sudah berupaya dengan segala cara.

Nasihat supaya berjaga-jaga


24:36 Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga
tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri." 24:37 "Sebab sebagaimana halnya pada zaman
Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. 24:38 Sebab sebagaimana
mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai
kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, 24:39 dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air
bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan
Anak Manusia.
Kelihatannya, sebagai manusia sejati, Tuhan Yesus harus menjawab bahwa Diapun tidak
tahu, kapan zaman baru itu terjadi, kecuali Bapa di sorga saja. Saat itu Tuhan Yesus sedang
memerankan sebagai Anak Manusia, yang betul-betul manusia sejati. Sepertinya saat
kedatangan Tuhan Yesus diserahkan kepada Allah Bapa di sorga.

Kita sudah pernah mendengar akan adanya nabi palsu yang pernah “menubuatkan” hari
kiamat; dan nyatanya belum pernah terjadi. Mereka sepertinya lebih tinggi dan lebih tahu dari
pada Sang Anak Manusia sendiri. Dari pengalaman-pengalaman tersebut, pertanyaannya :
siapakah yang harus kita imani secara total, termasuk perintah-perintahnya? Mengimani
sepertinya lebih mudah diucapkan, dari pada melakukan perbuatan yang dikehendaki-Nya.
Dar/memahami Matius 174
175

Secara bodoh, penulis menganggap bahwa zaman baru dapat disamakan dengan datangnya
kematian; kita tidak pernah tahu kapan dan dimana serta dengan cara bagaimana kita akan
meninggal. Kiamat yang penulis anggap sebagai kiamatnya kehidupan kita pasti akan terjadi.
Kematian yang tidak bisa ditolak ataupun ditunda pasti akan menghampiri kita. Secara tidak
langsung kita diajar untuk tidak usah pusing-pusing menghitung dan memperkirakan kapan
kiamat. Ada yang jauh lebih penting untuk segera dijalani dan dilaksanakan, yaitu untuk
segera berubah, bertobat dan menjadi manusia baru, menjadi anak-anak Allah. Berkarya
sebagai anak Allah. Kapan saatnya berubah? Jawabannya pasti ya sekarang ini, jangan
ditunda-tunda, jangan-jangan sudah terlambat jika tidak segera dilaksanakan.

24:40 Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan
ditinggalkan; 24:41 kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang
akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. 24:42 Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak
tahu pada hari mana Tuhanmu datang. 24:43 Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada
waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan
membiarkan rumahnya dibongkar. 24:44 Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak
Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga."
Sekali lagi Tuhan Yesus mengingatkan supaya kita berjaga-jaga dan siap sedia. Yang satu
diambil dan yang lain ditinggalkan, seolah-olah mengajarkan kepada kita bahwa setiap
individu akan langsung bertanggung jawab kepada Tuhan. Kedekatan, hubungan keluarga,
sahabat seiman ataupun hubungan hierarki tidak akan mempengaruhi pengadilan Tuhan.
Tidak ada KKN! Pengadilan Tuhan akan adil seadil-adilnya bagi siapapun.
Yang dapat penulis pahami adalah tidak perlu kuatir akan kedatangan-Nya, apabila kita sudah
menyiapkan diri dengan “pakaian pesta” sesuai dengan kehendak-Nya. Kita hanya diminta
dengan sangat, agar berubah melalui pertobatan yang murni, selanjutnya mengikuti kehendak-
Nya dengan perbuatan nyata. Orang yang sudah menyiapkan diri menghadapi ujian tidak
pernah gentar. Dia akan selalu siap setiap saat karena segalanya sudah berjalan dengan
mapan. Apapun yang terjadi, terjadilah. Kita songsong kedatangan Tuhan Yesus dengan
penuh sukacita, karena sudah siap untuk mengikut Dia. Kapan saja, dimana saja.

Perumpamaan tentang hamba yang setia dan


hamba yang jahat
24:45 "Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya
untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? 24:46 Berbahagialah hamba, yang didapati
tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. 24:47 Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. 24:48 Akan
tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: 24:49 Tuanku tidak datang-datang,
lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk,
24:50 maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang
tidak diketahuinya, 24:51 dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang
munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi."
Nubuat zaman akhir sudah dikatakan dan kita diminta untuk waspada dan siap sedia. Kita
diminta untuk menjadi hamba yang setia dan bijaksana. Jangan menganggap bahwa Tuhan
yang tidak kelihatan betul-betul tidak tahu apa yang kita perbuat. Orang Jawa sering
mengatakan :”Gusti iku ora nate sare” Tuhan tidak pernah tidur, karena memang tidak
mengenal siang dan malam seperti kita. Coba kita bayangkan, jika kita bisa tinggal di atas
langit sana seperti satelit. Mungkin kita bisa melihat matahari sepanjang waktu dan tidak
mengenal siang ataupun malam. Yang ada dan kelihatan hanya terang, karena sinar matahari
selalu memancar setiap saat, tidak ada yang menutupi.

Bertobat, pemurnian diri dan berubah menjadi “manusia baru” yang setia kepada Tuhan.
Setia kepada ajaran-ajaran-Nya dengan perbuatan nyata sesuai kemampuan masing-masing.

Dar/memahami Matius 175


176

Penulis tidak bisa membayangkan tempat kegelapan yang penuh dengan ratapan dan kertak
gigi yang abadi. Begitu mengerikan untuk dibayangkan.
Tuhan Yesus, ampunilah aku dan ubahlah aku seperti yang Engkau kehendaki. Ajarilah aku
untuk setia dan bijaksana.

Bab 25. Perumpamaan Gadis Bijaksana, Talenta, Penghakiman Terakhir

Gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang


bodoh
25:1. "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan
pergi menyongsong mempelai laki-laki. 25:2 Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. 25:3
Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, 25:4 sedangkan
gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. 25:5
Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu
tertidur. 25:6 Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang!
Songsonglah dia! 25:7 Gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. 25:8
Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari
minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. 25:9 Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu:
Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual
minyak dan beli di situ. 25:10 Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya,
datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke
ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. 25:11 Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu
dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! 25:12 Tetapi ia menjawab: Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. 25:13 Karena itu, berjaga-jagalah, sebab
kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."
Pada malam hari dapat kita bayangkan pasti suasananya gelap, maka diperlukan pelita untuk
menerangi. Semakin banyak pelita maka akan semakin terang. Dengan pelita menyala di
tangan, maka setiap orang dapat mengenali kita. Mereka yang berpakaian pesta pasti kelihatan
cantik pada malam itu. Dalam kegelapan, siapakah yang akan mengenalinya bahwa mereka
sudah menghias diri sehabis-habisnya? Segala dandanan dan pakaian indah menjadi tidak ada
gunanya karena tidak bisa ditonton orang lain. Yang kelihatan hanya sesosok bayangan gelap.
Malahan bisa-bisa kita pangling sebenarnya siapa dia.

Yang dapat penulis pahami tentang Kerajaan Sorga pada zaman akhir adalah tempat bagi
orang-orang “bijaksana” yang sudah menyiapkan diri menerima kedatangan Anak Manusia.
Orang-orang yang selalu membawa “terang” terus menerus tanpa bosan. Apabila terang
tersebut terasa meredup, maka tempat terang tersebut diisi minyak dan disegarkan kembali
agar selalu bersinar setiap saat. Minyak yang bisa menyegarkan terang rohani kita hanya
Firman Allah. Karena firman yang diimplementasikan dalam perbuatan nyata, maka bisa
dilihat orang lain walau di tempat gelap. Orang lain akan melihat rona wajah yang bercahaya,
berkilauan dan ingin meniru. Jadilah contoh dalam kebenaran dan kebaikan.

Sebagai manusia yang penuh kedagingan, Tuhan Yesus tahu bahwa kita sangat lemah. Oleh
karena itu perlu secara terus menerus dikuatkan, disiram, dipupuk dan disiangi dari rumput-
rumput yang tidak berguna. Pelita yang selalu dibersihkan dari jelaga, sumbunya diperiksa
apakah masih panjang untuk dapat menyala. Dan yang lebih penting, minyaknya tidak pernah
kekurangan, yang selalu diisi setiap saat. Tuhan Yesus tahu bahwa kita akan mengalami jatuh-
bangun. Sering kali kita lupa diri untuk memupuk menyirami ataupun mengisi minyak. Dan
Dia dengan sabar dan penuh kasih akan tetap menunggu kita untuk sadar dan kembali kepada-
Nya. Kita diberi kesempatan untuk bangkit dari tidur dan berubah. Kita ditunggu sampai batas
akhir yang tidak dapat kita tolak kedatangannya.

Dar/memahami Matius 176


177

Kerajaan Sorga akan dikaruniakan oleh Tuhan kepada orang-orang beriman yang dengan
setianya selalu membawa terang. (10)

Perumpamaan tentang talenta


25:14. "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang
memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. 25:15 Yang seorang
diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing
menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. 25:16 Segera pergilah hamba yang menerima lima
talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. 25:17 Hamba yang menerima
dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. 25:18 Tetapi hamba yang
menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang
tuannya. 25:19 Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan
dengan mereka. 25:20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima
talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima
talenta. 25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang
baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung
jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. 25:22 Lalu
datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan
kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. 25:23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik
sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung
jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara
yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. 25:24 Kini datanglah juga hamba
yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang
kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana
tuan tidak menanam. 25:25 Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di
dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! 25:26 Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba
yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak
menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? 25:27 Karena itu sudahlah
seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku
menerimanya serta dengan bunganya. 25:28 Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan
berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. 25:29 Karena setiap orang yang
mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak
mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. 25:30 Dan campakkanlah
hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat
ratap dan kertak gigi."
Yang dapat penulis pahami adalah, bahwa kita semua sebenarnya diberi bakat atau talenta
masing-masing. Ada yang banyak, namun ada juga yang sedikit, dan hanya Tuhan yang tahu
tentang ukuran banyak atau sedikit tersebut. Banyak atau sedikit tidak masalah, yang
terpenting adalah bagaimana talenta tersebut dapat berkembang dengan baik dan
menghasilkan buah. Buah yang tidak pernah lepas dari pokok pohonnya, walaupun buah
tersebut muncul di cabang atau rantingnya. Talenta sepertinya kebenaran atau kekudusan,
apabila berkembang akan menjadikan pertobatan, dan bila berbuah akan memunculkan
perubahan hidup yang baru. Kebenaran yang hanya disimpan di dalam hati dan tidak
terungkap dalam perbuatan akan menjadi sia-sia.

Dalam kehidupan sehari-hari, kenyataannya banyak orang berbakat, orang pandai tidak untuk
kebaikan dan kebenaran namun malahan untuk kejahatan. Hal ini bertentangan dengan
perumpamaan di atas yang membikin bingung penulis. Padahal dalam pengertian penulis
talenta selalu berhubungan dengan bakat, kepandaian dan sejenisnya. Talent scouting
diterjemahkan sebagai pencarian bakat.

Dalam komunikasi rohani kami dengan Tuhan Yesus, Dia mengajarkan bahwa talenta itu
sebenarnya simbol iman dan perbuatan. Bagaikan mata uang coin yang kepalanya bergambar
iman dan ekornya bergambar perbuatan. Semakin orang beriman dan melakukan perbuatan
nyata, maka imannya semakin tumbuh dan berkembang dan semakin giat berbuat melakukan
pelayanan. Orang beriman yang dinyatakan melalui perbuatan nyata, akan selalu menerima

Dar/memahami Matius 177


178

rahmat dan berkat. Bisa mensyukuri segala macam kejadian yang menimpa dirinya. Dari
kejadian tersebut maka hikmah Tuhan selalu melimpah yang menumbuhkan imannya. Iman
yang dipendam dan tidak berbuat sesuatu, hampir sama saja tidak akan berkembang dan
berbuah, yang akhirnya berkarat atau habis dimakan waktu. Lebih baik talenta yang
dimilikinya itu diberikan kepada orang yang bisa menggandakan. Satunya kebenaran iman
dan perbuatan nyata, bagaikan satu keping mata uang yang tidak dapat dipisahkan antara
depan dan belakangnya.

Selain mengatakan terang, Tuhan Yesus sering kali mengatakan tempat yang gelap.
Kegelapan yang berisi ratap dan kertak gigi. Sepertinya Tuhan Yesus ingin menegaskan
kepada kita bagaimana suasana kegelapan yang sangat mengerikan dan tak terbayangkan.

Kerajaan Sorga hanya akan dikaruniakan Tuhan kepada orang-orang beriman yang
mengembangkan imannya melalui perbuatan nyata. (11)

Penghakiman terakhir
25:31. "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama
dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. 25:32 Lalu semua bangsa
akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang,
sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, 25:33 dan Ia akan menempatkan domba-
domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. 25:34 Dan Raja itu akan
berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku,
terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. 25:35 Sebab ketika Aku
lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku
seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; 25:36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku
pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi
Aku. 25:37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami
melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau
minum? 25:38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau
tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? 25:39 Bilamanakah kami melihat
Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? 25:40 Dan Raja itu akan
menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan
untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
Dari pelajaran ini, yang penulis pahami adalah Tuhan Yesus meminta kita untuk berbelas
kasih kepada orang-orang yang menderita, yang kelaparan dan kehausan, yang telanjang,
yang kebingungan, yang tidak bertempat tinggal, yang dianggap sebagai sampah masyarakat,
yang tersingkirkan dan yang di penjara. Mereka merasa hina dan tersisih serta tidak
mempunyai teman untuk mendengarkan keluhannya. Merekapun ingin atau mengharapkan
untuk diakui sebagai manusia yang dapat berubah. Dan mereka semua ini betul-betul dikasihi
Tuhan yang maha pengampun. Jangan-jangan segala penderitaan itu, langsung atau tidak
langsung, kita terlibat ikut membuatnya.

Berbelas kasih dengan perbuatan nyata tanpa pamrih, yang hanya ingin menolong orang lain
dari kesusahannya. Berbelas kasih adalah perbuatan yang tidak pernah berpikir untung rugi,
yang berjalan begitu saja. Bagaikan kita bernapas setiap hari yang tidak pernah kita pikirkan.
Pertolongan tidak mesti materi, namun dapat berbentuk apa saja. Pertolongan sekecil apapun
akan memberikan penghiburan kepada yang ditolong. Inilah implementasi mengasihi Tuhan
yang disalurkan lewat sesama. Orang-orang demikian yang mempunyai Kerajaan Sorga yang
telah disediakan Bapa untuk mereka. Merekalah domba-domba dimana Tuhan sangat
berkenan.

25:41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-
Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis
dan malaikat-malaikatnya. 25:42 Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika
Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; 25:43 ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi
Dar/memahami Matius 178
179

Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan
dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. 25:44 Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya:
Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau
telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? 25:45 Maka Ia akan
menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan
untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. 25:46
Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang
kekal."
Betapa mengerikan bagi para kambing, yang diberi tempat api kekal dan siksaan kekal.
Mereka orang-orang egois yang hanya mementingkan diri sendiri atau kelompoknya. Tidak
peduli kepada orang-orang yang menderita dan merasa hina. Berpesta di atas penderitaan
orang lain. Dan zaman dahulu sampai sekarang ini, mungkin dimana-mana banyak orang
seperti itu. Dan rasanya mereka ini tidak akan pernah habis sampai dunia ini kiamat.

Pada dasarnya tidak ada seorangpun yang menginginkan hidup menderita, dianggap sebagai
sampah masyarakat yang dibuang. Mengapa sampai terjadi demikian? Karena keserakahan,
saling berebut kenikmatan dunia, jangan-jangan membuat orang lain tidak kebagian.
Celakalah orang yang membuat penderitaan dan penganiayaan, apabila mereka tidak berubah.
Mereka disimbulkan sebagai kambing yang selalu ingin menanduk saingannya.
Orang-orang hina dan menderita, yang membutuhkan sapaan dan bantuan adalah simbol dari
Tuhan Yesus sendiri. Tuhan Yesus sendiri mengalami kehinaan dan penderitaan yang tiada
taranya.

Pertanyaannya, apakah kita ini termasuk domba atau kambing? Mari kita renungkan masing-
masing. Masih ada waktu untuk berubah! Semuanya diserahkan kepada kita.

Bagi penulis, yang paling gampang, akhir zaman atau kiamat adalah saat kita dipanggil
Tuhan. Setiap orang akan mengalami kematian dan tidak dapat ditolak, dan itulah akhir
zaman bagi kita pribadi. Terjadinya bisa begitu mendadak tak terduga atau bisa juga dalam
segala macam cara di luar perkiraan kita. Karena panggilan-Nya bisa sewaktu-waktu.
Berbahagialah orang yang sewaktu mendekati sakratul maut masih keuber untuk bertobat.
Masih keuber untuk berbicara dengan Tuhan dan ingin ikut Dia, seperti yang tersalib di
sebelah-Nya. Pertanyaannya, sudah siapkah kita apabila dipanggil tiba-tiba? Apa yang akan
terjadi, jika belum siap tahu-tahu dipanggil secara mendadak? Yang hidup ini paling-paling
mendoakan yang berangkutan. Ibu Maria Simma yang menerima kasih karunia dari Tuhan
mengajarkan, agar para arwah didoakan melalui intensi Misa Kudus, paling tidak tiga kali.

Bab 26. Penderitaan Tuhan Yesus, Diurapi, Dikhianati, Paskah, Penetapan Perjamuan
Malam, Disangkal, di Taman Getsemani, Ditangkap, di hadapan Mahkamah
Agama

Pemberitahuan keempat tentang penderitaan


Yesus
26:1. Setelah Yesus selesai dengan segala pengajaran-Nya itu, berkatalah Ia kepada murid-murid-
Nya: 26:2 "Kamu tahu, bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan
diserahkan untuk disalibkan."
Tuhan Yesus sudah memberikan tanda beberapa kali bahwa Dia adalah Anak Manusia yang
akan disalibkan. Kelihatannya Tuhan Yesus memang sering mengulangi berkata tentang
sesuatu hal yang penting. Sekali bicara mungkin kita hanya mendengar separoh perhatian, dan
ketika diulangi dan diulangi kita mulai berpikir dan bertanya di dalam hati, mengapa. Apakah
kita dianggap tidak memperhatikan ucapannya secara serius, ataukah hal tersebut menjadi
catatan tersendiri bahwa memang perlu untuk selalu diingat. Penulispun merasakan hal
Dar/memahami Matius 179
180

tersebut bahwa Tuhan Yesus sering mengulang perkataan tertentu yang mengharapkan atau
lebih pastinya memohon agar kita mencermatinya.

Dalam hal tertentu kitapun sering mengulang-ulang untuk mengingatkan bahwa hal tersebut
penting, perlu perhatian, jangan dilupakan. Namun kadang-kadang juga malah membikin
bosan orang lain yang mendengarkan. Itu lagi, itu lagi. Apa tidak ada yang lainnya? Namun
dari kata itu lagi itu lagi, malahan si pendengar akan ingat tentang hal penting tersebut.
Masalah masuk ke dalam hati atau tidak, biarlah yang bersangkutan merenungkan sendiri.

Rencana membunuh Yesus


26:3 Pada waktu itu berkumpullah imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi di istana Imam
Besar yang bernama Kayafas, 26:4 dan mereka merundingkan suatu rencana untuk menangkap Yesus
dengan tipu muslihat dan untuk membunuh Dia. 26:5 Tetapi mereka berkata: "Jangan pada waktu
perayaan, supaya jangan timbul keributan di antara rakyat."
Sebagai tokoh masyarakat Yahudi, penulis merasa yakin bahwa mereka orang pandai. Segala
macam rencana dan rekayasa pasti diperhitungkan dengan teliti, memperhatikan dampak atau
akibat yang mungkin terjadi. Jika rencana satu gagal, masih ada rencana dua, rencana tiga dan
seterusnya.

Yesus diurapi
26:6. Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, 26:7 datanglah seorang perempuan
kepada-Nya membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal. Minyak itu
dicurahkannya ke atas kepala Yesus, yang sedang duduk makan. 26:8 Melihat itu murid-murid gusar
dan berkata: "Untuk apa pemborosan ini? 26:9 Sebab minyak itu dapat dijual dengan mahal dan
uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin." 26:10 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka
lalu berkata: "Mengapa kamu menyusahkan perempuan ini? Sebab ia telah melakukan suatu
perbuatan yang baik pada-Ku. 26:11 Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku
tidak akan selalu bersama-sama kamu. 26:12 Sebab dengan mencurahkan minyak itu ke tubuh-Ku,
ia membuat suatu persiapan untuk penguburan-Ku. 26:13 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga
untuk mengingat dia."
Seringkali kita dibuat bingung ketika melihat perbuatan baik seseorang, sampai-sampai mau
mengeluarkan biaya yang cukup mahal, dibandingkan dengan kehidupannya sehari-hari.
Mengapa sich mesti repot-repot? Tanpa kita sadari muncul sedikit kesombongan dan kasihan
mengapa mesti dengan cara pemborosan. Mbok yang sederhana, apa adanya.

Biasanya ada sesuatu yang kita lupakan bahwa seseorang tersebut berbuat begitu, karena ada
rasa “kasih suka cita” yang tulus ikhlas tanpa melihat materi. Ia hanya mengharapkan
perbuatan baiknya dapat diterima dengan gembira dan ucapan terima kasih. Dapat kita
bayangkan betapa kecewanya apabila kita memberikan sesuatu dengan tulus namun ditolak,
biarpun dengan penolakan secara halus. Namun betapa gembiranya apabila segala jerih payah
ini diterima dengan sukacita. Rasa kasih sukacita dalam kehidupan sehari-hari sering kita
rasakan dan nyatanya rasa tersebut tidak bisa dihitung dengan nilai uang.

Itulah manusia yang lebih sering usil menurut sudut pandangnya sendiri, tanpa meraba
rasakan perasaan orang lain. Kita lebih sering nyeplos begitu saja, dan kita merasa bahwa
pendapat yang terucap itu lebih baik bagi banyak orang. Apalagi kalau kita merasa kaya dan
mampu, kemudian ada seseorang mengirim sesuatu, anggap saja hanya daun singkong. Bisa
jadi kita langsung nyeplos :”Ngapain bawa daun singkong segala? Bikin repot saja. Tahu
nggak bahwa aku pantang karena asam urat tinggi?” Mestinya kita hargai bagaimana orang
tersebut jauh-jauh mengumpulkan daun singkong, dan hanya itulah yang bisa diberikan
kepada kita. Dia sudah merelakan waktu dan usaha hanya untuk menyenangkan kita dengan
tulus. Kita harus berani menghargai perbuatan tersebut, menerimanya dengan ucapan terima

Dar/memahami Matius 180


181

kasih. Bahwa setelah yang bersangkutan pergi, terus pemberiannya kita berikan kepada orang
yang mau menerima, itu soal lain.

Jika di rumah kita ada sembahyangan sore hari dan kita menyediakan camilan sampai makan
malam dengan hati yang tulus. Apa yang akan kita rasakan jika seluruh makanan tersebut
dilahap sampai habis? Dan bagaimana perasaan kita jika segala suguhan tersebut malahan
tidak laku? Mungkin hal tersebut agak berbeda jika kita merasa terpaksa, apalagi pekerjaan
kita kebetulan buka warung dan yang kita sediakan tersebut berasal dari warung. Tidak laku
malah kebetulan, masih bisa dijual lagi. Dilahap sampai habis, dalam hati mungkin malah
muncul kata-kata :”Sialan! Dasar rakus memakai aji mumpung.”

Ketulusan penuh sukacita memang bisa mengalahkan perhitungan untung rugi, rasa capai,
kemalasan dan keengganan. Pada saat seperti itu, rasanya energi ini begitu besar, siap berbuat
apa saja demi menyenangkan orang lain.

Apakah perbuatan perempuan tersebut sebagai simbol dari Sakramen Minyak Suci yang kita
kenal? Tuhan Yesus mengatakan bahwa curahan minyak tersebut sebagai persiapan
penguburan-Nya. Dan nyatanya perempuan tersebut tertulis dalam Kitab Suci, walaupun
tanpa disebutkan namanya.

Yudas mengkhianati Yesus


26:14. Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada
imam-imam kepala. 26:15 Ia berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku
menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. 26:16 Dan
mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.
Yang harus terjadi, terjadilah. Yudas Iskariot dengan segala pertimbangan pada waktu itu,
malah menjual Gurunya kepada imam-imam kepala. Kemungkinan dia kecewa karena
harapannya Sang Guru akan menjadi pemimpin bangsa Yahudi di dunia ini. Jika menjadi
pemimpin, paling tidak dia akan kecipratan jabatan tertentu. Mengapa belakangan ini yang
dibicarakan malah penderitaan dan kematian-Nya? Apa gunanya menjadi pengikut selama
ini? Tidak ada yang bisa diharapkan lagi. Iseng-iseng menemui para tokoh agama, koq
kebetulan cocok dengan pemikirannya, malahan mendapatkan bayaran uang perak.

Yesus makan Paskah dengan murid-murid-Nya


26:17. Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya
dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?" 26:18
Jawab Yesus: "Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku
hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-
murid-Ku." 26:19 Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka
dan mempersiapkan Paskah.
Tuhan Yesus maha tahu, yang ucapan-Nya pasti terjadi. Tuan
rumah yang disebut si Anu pasti mengenal Tuhan Yesus dengan
segala kelebihannya. Begitu juga Tuhan Yesus pasti mengenal si
Anu secara dekat.
“Waktu-Ku hampir tiba” dapat diterjemahkan macam-macam pada
waktu itu. Tinggal sesaat lagi, maka yang belum selesai harus
segera diberesi, digenapi. Hampir tidak ada kesempatan lagi untuk
bersantai-santai karena dikejar waktu. Namun bagi si Anu kata-
kata tersebut sudah dapat ditangkap dan dipahaminya, maka
dengan suka rela menyediakan tempatnya untuk Tuhan Yesus dan
para murid.

Dar/memahami Matius 181


182

Ruangan tuan rumah mestinya cukup besar untuk bisa menampung belasan orang bersama-
sama. Tuhan Yesus akan melaksanakan kegiatan yang sudah menjadi adat istiadat orang
Yahudi. Kemungkinan besar beserta mereka masih ada beberapa perempuan yang membantu
mempersiapkan segala sesuatu di belakang. Memperingati sewaktu “Tuhan lewat” semasa
nabi Musa dan orang Yahudi masih berada di Mesir. Perjamuan makan malam yang tergesa-
gesa sebelum keluar dari genggaman Firaun.

Sebagai orang Yahudi, Tuhan Yesus juga melaksanakan upacara yang berlaku pada waktu itu.
Perjamuan Paskah model orang Yahudi yang sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Bagaimanakan dengan keluarga si Anu? Apakah mereka mengadakan perayaan sendiri atau
bergabung bersama-sama? Sepertinya Tuhan Yesus bersama kelompoknya mendapatkan
tempat tersendiri di ruang atas, bagaikan pengembara yang menginap sementara waktu.

26:20 Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu. 26:21
Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di
antara kamu akan menyerahkan Aku." 26:22 Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka
seorang demi seorang kepada-Nya: "Bukan aku, ya Tuhan?" 26:23 Ia menjawab: "Dia yang bersama-
sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan
Aku. 26:24 Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan
tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu
sekiranya ia tidak dilahirkan." 26:25 Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya:
"Bukan aku, ya Rabi?" Kata Yesus kepadanya: "Engkau telah mengatakannya."
Tuhan Yesus yang maha tahu, sudah mengatakan bahwa ada seorang “pembelot.”
Kelihatannya Yudas Iskariot memang ditakdirkan untuk melakukan perbuatan yang sudah
dinubuatkan. Dia juga bagaikan aktor yang harus melaksanakan skenario nubuatan. Dan itu
harus digenapi, bahwa dari duabelas rasul akan ada seorang yang harus melakukan
pengkhianatan terhadap Sang Guru.

Dalam bagian ini penulis mengalami kebingungan, harus ada pengkianat yang sudah
diketahui, namun terkena kecaman berat celakalah dia. Lebih baik jika dia tidak dilahirkan.
Lha kalau tidak dilahirkan, siapakah yang harus jadi pengkianat? Pasti ada orang lain yang
seperti Yudas karena nubuat harus digenapi. Ataukah tulisan Matius yang terlalu keras?

Pelajaran yang dapat kita tarik adalah jangan heranatau kaget apabila dalam suatu kelompok
atau lingkungan akan ada yang “berseberangan” dengan kita. Perbedaan pendapat atau
prinsip memang bisa terbuka, namun bisa juga tertutup. Dengan segala macam alasan dan
budaya, sering kali lebih senang berdiam diri, namun di belakang bisa muncul gosip.
Kelihatannya orang tersebut diam atau mengangguk, namun di luar bisa bicara lain, setidak-
tidaknya menggerutu atau ngrasani. Hidup ini memang penuh pro dan kontra.

Dalam benak penulis kadang-kadang muncul pemikiran sewaktu mendapat tugas membantu
imam membagikan Komuni Kudus. Sebelum membagi Roti kepada umat lainnya, demi
kepraktisan, ada beberapa imam yang memberi Tubuh dan Darah-Nya dan penulis cukup
mencelupkan Roti tersebut ke piala yang berisi Anggur. Pemikiran yang muncul adalah
bahwa penulis jangan-jangan memang seperti Yudas Iskariot. Mungkin para hierarki perlu
bersepakat dan patuh serta setia kepada aturan yang sudah berlaku, bagaimana membagikan
Anggur kepada awam ini. Atau malahan tidak sama sekali.

Penetapan Perjamuan Malam


26:26. Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-
mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah,
inilah tubuh-Ku." 26:27 Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya
kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. 26:28 Sebab inilah darah-
Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. 26:29 Akan
Dar/memahami Matius 182
183

tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku


tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai
pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru,
bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-
Ku." 26:30 Sesudah menyanyikan nyanyian pujian,
pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun.
Kelihatannya perjamuan makan tersebut hanya dihadiri
Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya saja. Jika ada para
perempuan yang membantu menyiapkan segalanya,
mereka hanya membantu namun tidak terlibat dalam perjamuan itu sendiri. Mereka hanya
menjadi kanca wingking.

Yang dapat penulis pahami, dari sinilah perayaan Ekaristi yang kita kenal sampai sekarang,
dan akan berlangsung selama-lamanya. Tubuh yang hancur dan Darah yang tertumpah, untuk
pengampunan dosa bagi orang yang mau bertobat. Kita selalu diajak mengenang sengsara
wafat dan kebangkitan-Nya dalam Misa Kudus. Kita diajak untuk selalu bersyukur karena
telah ditebus.

Namun bagi penulis, ada satu hal yang perlu kita pikirkan bersama, Darah Perjanjian yang
sudah ditumpahkan untuk diminum dari cawan yang sama. Tidak sembarang orang bisa
minum dari cawan yang sama dan mengikat perjanjian kudus dengan darah-Nya. Darah
bagaikan nyawa, kehabisan darah berarti nyawanya melayang.

Dalam komunikasi rohani kami dengan yang di atas, kami dianggap belum layak untuk ikut
mencicipi darah-Nya. Darah berarti sama dengan nyawa, jiwa atau roh. Darah Tuhan hanya
pantas dan layak bagi orang yang suci, sportif dan konsekuen. Kita yang awam ini hanya
layak meminum darah-Nya sewaktu melakukan janji suci pernikahan dalam Misa Kudus.
Janji suci yang dipersatukan Allah dan tidak boleh diceraikan manusia, yang dipisahkan
karena kematian. Hanya para tertahbis saja yang dianggap layak dan pantas minum darah-
Nya, karena sudah mengikat perjanjian darah untuk hidup taat, melarat dan selibat. Yang
pantas minum dari cawan yang sama, sebagai gembala yang menuntun domba-dombanya.

Prodiakonpun dianggap belum layak selama belum berani sportif, hidup suci dan konsekuen
dengan janjinya. Menurut yang di atas, yang pantas dilakukan hanyalah dengan mencipratkan
darah-Nya kepada semua orang awam. Mungkin yang dimaksudkan disini hampir sama
sewaktu Imam melakukan prosesi pemercikan air suci di awal Misa Kudus. Apakah hal
tersebut berarti mesti dilakukan dengan memercikkan darah dan air Tuhan Yesus yang sudah
dikonsekrir? Padahal dalam hati penulis, inginnya ikut bersama-sama meminum Air dan
Darah-Nya, selain memakan Tubuh-Nya. Anggap saja pengalaman rohani ini hanya berlaku
untuk kelompok penulis, yang memang belum bisa suci, sportif dan konsekuen.

Penulis tidak tahu mengapa Tuhan Yesus tidak minum anggur lagi, ataukah karena sudah
menjadi “minuman” bagi kita yang ikut dalam perayaan Misa Kudus? Sang pokok anggur
dalam kenyataannya memang tidak pernah mencicipi dan merasakan buah yang
dihasilkannya. Manusialah yang menikmati hasil dari pokok anggur tersebut. Dimakan
buahnya atau diperas menjadi minuman. Kelihatannya di Kerajaan Sorga akan disediakan
“minuman anggur baru.”

26:31. Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu
karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan
tercerai-berai. 26:32 Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea."
Kamis malam Jumat Wage di rumah si Anu, Tuhan Yesus sudah mengatakan bahwa Dia
akan ditangkap dan para rasul akan tercerai berai dan ketakutan; namun juga dijelaskan Dia
Dar/memahami Matius 183
184

akan mendahului ke Galilea setelah kebangkitan-Nya. Bisa kita bayangkan bagaimana


bingungnya para rasul mendengar perkataan Tuhan Yesus; padahal hal tersebut belum terjadi.
Tergoncang imannya dan kebangkitan masih susah ditangkap dengan nalar waktu itu. Yang
bisa dipahami adalah kebangkitan setelah mati. Namun orang mati hidup lagi pasti sesuatu hal
yang susah diterima dengan akal.

Sudah dikatakan bahwa para murid akan lari, tercerai berai yang dapat dikatakan bahwa saat
kejadian itu akan menjadi pengecut. Bersembunyi menyelamatkan diri, entah berkelompok
entah sendiri-sendiri. Secara nalar, rasa takut atau kuatir pasti akan menjalar ke dalam tubuh
ini. Jangan-jangan bukan mendapatkan kedudukan duniawi ini yang diterima, namun seperti
sang guru yang akan dianiaya.

Dalam kehidupan sehari-hari, jangan-jangan kitapun akan menjadi pengecut jika menghadapi
situasi yang gawat. Diam, tutup mulut, mencari kambing hitam atau seribu satu macam alasan
untuk pembenaran diri. Padahal sebelumnya berani ngomong menggebu-gebu, berkobar-
kobar. Nach ..... ..... !

Petrus akan menyangkal Yesus


26:33 Petrus menjawab-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-
kali tidak." 26:34 Yesus berkata kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini,
sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." 26:35 Kata Petrus kepada-Nya:
"Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Semua murid
yang lainpun berkata demikian juga.
Petrus merasa mantab bahwa ia tidak akan tergoncang selama mengikuti Dia. Dengan berani
cenderung sombong, Petrus berkata siap mati bersama Tuhan Yesus. Banyak ungkapan yang
belum terjadi sudah disampaikan oleh Tuhan Yesus. Ungkapan ini yang sering membuat
bingung, apakah kejadian sebenarnya ataukah suatu kiasan dengan maksud lain. Karena itu,
yang penting ngomong dulu sesuai dengan apa yang dirasakan pada saat itu.

Kita juga sering merasa mantab mengimani Dia. Namun, kelihatannya perlu dibuktikan
apakah iman kita betul-betul mantab apabila dihadapkan pada kejadian yang mencekam dan
menakutkan yang tebusannya nyawa kita. Tebusan aniaya dan jiwa karena menjadi pengikut
Kristus. Jangan-jangan kitapun akan menyangkal atau berkelit lebih dari tiga kali, agar jangan
ditangkap.

Hebatnya, orang model Simon Petrus yang sering diperingatkan dan ditegur oleh Tuhan
Yesus, malah dialah yang dipilih untuk memimpin para rasul. Ceplas-ceplos sedikit kasar
namun jujur dan polos, penyesalannya sampai tersedu-sedu.Yang sering dianggap lembut dan
dikasihi-Nya malah tidak masuk dalam nominasi, biarpun secara khusus termasuk pilihan.

Di taman Getsemani
26:36. Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang
bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini,
sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa."
Mengapa Tuhan Yesus menyuruh para rasul duduk-duduk saja, sementara
Dia pergi untuk berdoa? Ataukah hal tersebut belum ada hubungannya
dengan para rasul? Doa-Nya hanya berhubungan antara Dia dan Bapa di
sorga, yang sifatnya begitu pribadi?

26:37 Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya.


Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, 26:38 lalu kata-Nya kepada
mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di
sini dan berjaga-jagalah dengan Aku." 26:39 Maka Ia maju sedikit, lalu

Dar/memahami Matius 184


185

sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari
pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
26:40 Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia
berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? 26:41
Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang
penurut, tetapi daging lemah." 26:42 Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya
Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah
kehendak-Mu!" 26:43 Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata
mereka sudah berat. 26:44 Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya
dan mengucapkan doa yang itu juga. 26:45 Sesudah itu Ia datang kepada murid-murid-Nya dan
berkata kepada mereka: "Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa
Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. 26:46 Bangunlah, marilah kita pergi.
Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat."
Petrus, Yakobus dan Yohanes kelihatannya murid yang paling khusus. Mereka sepertinya
mendapatkan “ilmu” yang lebih dibandingkan dengan para murid lainnya. Beberapa kali
hanya mereka bertiga yang diajak tersendiri. Dalam Kitab Sucipun, hanya mereka saja yang
menulis surat pastoral, ditambah surat Yudas Tadeus.

Tuhan Yesus sebagai manusia sejati, memperlihatkan diri-Nya kepada ketiga murid, bahwa
Diapun merasa sedih dan takut yang memerlukan teman. Kesedihan yang luar biasa sampai
seperti mau mati saja. Kesengsaraan dan penganiayaan yang di luar batas peri kemanusiaan,
sudah terbayangkan. Kesedihan karena manusia tidak mau berubah, yang hanya
mementingkan diri sendiri. Tuhan Yesus secara tidak langsung mengajar kepada kita untuk
berdoa kepada Bapa, agar pasrah total kepada kehendak-Nya. Dalam keadaan yang
bagaimanapun jangan lupa untuk berdoa pasrah.

Sewaktu penulis di taman Getsemani, dalam bayangan penulis, Tuhan Yesus berdoa dengan
lutut di tanah bebatuan dan tangan-Nya berpegang pada batu yang lebih tinggi di depannya.
Bukan mengatupkan kedua belah tangan seperti yang sering kita lihat di lukisan atau gambar.
Betapa penulis merasa kesakitan di lutut sewaktu mencoba berdoa seperti itu. Bagaimana
kalau sampai satu jam seperti Tuhan Yesus? Hanya dengan membayangkan saja, penulis
menangis dan terbata-bata sewaktu memimpin doa. Nyatanya aliran air mata itu menular
kepada rekan-rekan yang lain.

Dan Tuhan Yesus berdoa seperti itu sampai tiga kali. Angka tiga sepertinya mempunyai arti
khusus yang perlu dicermati. “Madep, manteb, mati” ungkapan dalam bahasa Jawa
kelihatannya agak sulit diterjemahkan begitu saja. Menghadap saja belum cukup, dan perlu
kemantaban yang lebih. Ini juga masih belum cukup, perlu ditambah mati yang berarti tidak
bisa berubah lagi. Sudah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Pernah suatu ketika
penulis ditanya saudara-saudara dari Solo tentang arti atau maksud angka tiga, dan penulis
menjawab pada waktu itu bahwa tidak tahu. Murid terpilih ada tiga, berdoa tiga kali, jalan
salib tiga jam, di salib sampai wafat selama tiga jam, tiga hari kemudian bangkit.

Berjaga-jaga dan berdoa kelihatannya harus selalu dilakukan, karena kelemahan daging kita.
Roh ini tahu kalau harus berdoa namun seringkali daging mengatakan nanti saja dan nanti
saja, yang akhirnya lupa. Perlu saat-saat berjaga dan berdoa yang kita pisahkan dari saat-saat
untuk beristirahat. Tuhan Yesus mengatakan satu jam saja cukup untuk berjaga-jaga dan
berdoa. Dan yang satu jam itu akan terasa lama sekali jika kita ngomomg sendiri. Jangan-
jangan kebablasan melamun atau malah ketiduran.

Ada satu hal yang rasanya penting untuk dipahami, dimana Tuhan Yesus mengajak ketiga
murid untuk menemani selama satu jam saja. Dalam kesedihan-Nya Tuhan Yesus
membutuhkan teman untuk berbagi. Hal ini sepertinya mengajarkan kepada kita untuk
menyediakan waktu satu jam menemani Dia. Kapan dan dimana? Mungkin bisa dirumah,
Dar/memahami Matius 185
186

namun kelihatannya kitalah yang memerlukan Teman. Di gereja sewaktu mengikuti perayaan
misa kudus, kelihatannya itu perayaan sukacita dan ucapan syukur. Terus kapan Tuhan Yesus
ditinggalkan sendirian? Mungkin yang pas dan cocok ya sewaktu Dia berada di tabernakel
bagaikan di penjara.

Kita semua mungkin sudah tahu, apabila ada lampu menyala di dekat tabernakel pasti
menandakan Tuhan Yesus berada di sana dalam bentuk roti kudus. Begitu misa kudus selesai,
Dia tinggal sendirian terpenjara dalam tabernakel dan kesepian, tidak ada yang menemaninya.

Pengalaman sewaktu kecurian, sepertinya ada tanda dan suasana yang berbeda. Anak bungsu
yang masih kecil bermimpi dan menggigau sampai berdiri. Bertanya 144 dikurangi 144 ada
berapa? Dalam hati mengatakan koq tidak seperti biasanya, apakah yang akan terjadi. Yang
tadinya tidur di ruang keluarga, malahan terus pindah ke dalam kamar. Mestinya berjaga-
jaga untuk sesaat, anggaplah satu jam dalam doa atau apapun namanya.. Namun mata
ngantuk lebih “berkuasa” daripada bisikan hati tersebut. Sewaktu isteri berkata bahwa ada
suara aneh di luar, ach … paling anjing yang sedang bermain di halaman, …….. dan tidur
lagi. Pagi harinya baru ketahuan bahwa dua buah kendaraan motor roda dua sudah tidak ada
di tempat.

Tuhan, ajarilah aku untuk mau meluangkan waktu berjaga-jaga menemani-Mu sewaktu
Engkau sendirian. Demikian juga temanilah aku sewaktu aku merasa sendiri.

Yesus ditangkap
26:47. Waktu Yesus masih berbicara datanglah Yudas, salah
seorang dari kedua belas murid itu, dan bersama-sama dia
serombongan besar orang yang membawa pedang dan pentung,
disuruh oleh imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. 26:48
Orang yang menyerahkan Dia telah memberitahukan tanda ini
kepada mereka: "Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah
Dia." 26:49 Dan segera ia maju mendapatkan Yesus dan berkata:
"Salam Rabi," lalu mencium Dia.
26:50 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Hai teman, untuk itukah
engkau datang?" Maka majulah mereka memegang Yesus dan
menangkap-Nya. 26:51 Tetapi seorang dari mereka yang menyertai
Yesus mengulurkan tangannya, menghunus pedangnya dan
menetakkannya kepada hamba Imam Besar sehingga putus
telinganya. 26:52 Maka kata Yesus kepadanya: "Masukkan
pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa
menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. 26:53 Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat
berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat
membantu Aku? 26:54 Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci,
yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?"
Kegelapan memang bisa menutupi segala macam karena tidak kelihatan. Dalam keadaan
gelap, mungkin semuanya menjadi tidak jelas dan susah membedakan. Apalagi jika sudah
gelap mata. Yudas Iskariotpun memakai tanda dengan mencium Tuhan Yesus agar tidak salah
tangkap. Mereka lebih senang menangkap Tuhan Yesus di waktu masih gelap, sebab tidak
akan banyak orang yang mengetahui kejadian tersebut, kecuali yang bersangkutan. Namun
yang harus terjadi ya terjadilah.

Tuhan Yesus masih bisa berbicara dengan lembut kepada Yudas Iskariot yang berkhianat,
yang bagi penulis rasanya sulit untuk melakukannya. Bisa kita bayangkan bagaimana rona
wajah Yudas pada waktu itu, setelah mendengar sapaan Tuhan Yesus. “Untuk itukah engkau
datang?” Untunglah hal itu terjadi di malam hari, sehingga tidak banyak orang yang
memperhatikan. Mungkin penulis lebih seperti murid yang memotong telinga hamba Imam

Dar/memahami Matius 186


187

Besar. Kalau mau bertarung sekalian, ya ayo. Mumpung Sang Guru yang sakti masih berada
di dekatnya. Jika bersama dengan Dia, tidak perlu ada yang ditakuti.

Barang siapa menggunakan senjata akan binasa oleh senjata; dan senjata itu bisa bermacam-
macam jenisnya. Maka kita diminta untuk hati-hati didalam memanfaatkan “senjata” kita,
tidak diperbolehkan untuk menyudutkan, atau mempermalukan seseorang. Jangan-jangan
pada waktunya nanti kitapun akan disudutkan atau dipermalukan dengan senjata yang pernah
kita pakai. Senjata sendiri sebenarnya netral, dapat dipergunakan untuk kebaikan namun bisa
juga untuk keburukan. Tergantung siapa yang menggunakannya dan untuk apa.

Kelihatannya disini Tuhan Yesus lebih menekankan, bahwa segala sesuatu yang sudah tertulis
harus digenapi. Melawan penggenapan walaupun sepertinya bermaksud baik, hal tersebut
pasti rekayasa Iblis dengan segala tipu muslihatnya. Yang kelihatannya baik belum tentu
benar. Nubuat harus digenapi walaupun jalannya membikin tidak enak. Itulah misteri!

26:55 Pada saat itu Yesus berkata kepada orang banyak: "Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu
datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku? Padahal tiap-tiap hari Aku
duduk mengajar di Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. 26:56 Akan tetapi semua ini terjadi
supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi." Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan
melarikan diri.
Yudas Iskariot kelihatannya hafal betul, kemana Tuhan Yesus
dan para murid berkumpul. Untuk menemui Dia mesti harus
orang banyak, siapa tahu mereka akan melawan dan terjadi
tawuran. Alasan lain kemungkinan mereka juga ada rasa
takut, jangan-jangan Tuhan Yesus akan mengeluarkan
kesaktian-Nya. Kesaktian macam apa yang belum bisa
diperkirakan. Maka perlu prajurit dengan persenjataannya
untuk menjaga segala kemungkinan. Tuhan Yesus disamakan
dengan penyamun yang dalam keadaan kepepet pasti akan
melawan. Nyatanya Tuhan Yesus tidak melawan dan siap
mengulurkan tangan sebagai pesakitan.

Tuhan Yesus berkata benar bahwa para rasul akhirnya


melarikan diri dan tidak bisa berbuat apa-apa. Mau tidak mau
rasa ketakutan akan menjalar dalam lubuk hati mereka, jangan-jangan merekapun pada
waktunya akan ditangkap juga. Dalam kegelapan yang pekat, rasanya gampang untuk
bersembunyi, memperhatikan dari jauh apa yang akan terjadi dengan Sang Guru. Yudas
Iskariot dengan kelompoknya tidak membutuhkan para murid. Mengejar dalam kegelapan,
malah-malah bisa celaka jika yang dikejar berani melawan.

Rasa ketakutanpun sering kita alami apabila kita menghadapi penganiayaan karena iman kita
kepada Tuhan Yesus. Kita tidak siap untuk menjadi pahlawan Kristus, makanya zaman
sekarang ini rasanya jarang ditemukan martir. Kita lari dan bersembunyi dibalik topeng,
hanya untuk mencari selamat.

Yesus di hadapan Mahkamah Agama


26:57. Sesudah mereka menangkap Yesus, mereka membawa-Nya menghadap Kayafas, Imam Besar.
Di situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan tua-tua. 26:58 Dan Petrus mengikuti Dia dari jauh
sampai ke halaman Imam Besar, dan setelah masuk ke dalam, ia duduk di antara pengawal-pengawal
untuk melihat kesudahan perkara itu. 26:59 Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama
mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati, 26:60 tetapi mereka tidak
memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi akhirnya tampillah dua orang, 26:61
yang mengatakan: "Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali

Dar/memahami Matius 187


188

dalam tiga hari." 26:62 Lalu Imam Besar itu berdiri dan berkata kepada-Nya: "Tidakkah Engkau
memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?" 26:63 Tetapi Yesus tetap
diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami,
apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak." 26:64 Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya.
Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di
sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit." 26:65 Maka Imam Besar
itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi?
Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya. 26:66 Bagaimana pendapat kamu?" Mereka menjawab dan
berkata: "Ia harus dihukum mati!" 26:67 Lalu mereka meludahi muka-Nya dan meninju-Nya; orang-
orang lain memukul Dia, 26:68 dan berkata: "Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah
yang memukul Engkau?"
Sebagai imam besar yang dihormati, dia memperlihatkan diri sebagai orang yang bertindak
menurut hukum. Dengan caranya, dicarilah saksi-saksi yang bisa memberatkan.
Kenyataannya sangat sulit untuk membuktikan bahwa Tuhan Yesus telah berbuat kesalahan
yang pantas untuk dihukum mati. Namun nubuat harus digenapi, jalan cerita keselamatan
tidak boleh berubah. Maka yang harus terjadi, terjadilah.

Kelihatannya Tuhan Yesus menginginkan agar para ahli Taurat dan para imam, mungkin juga
termasuk kita untuk berani mengakui bahwa kebenaran adalah kebenaran. Sang Panutan tidak
harus mengatakan dirinya sebagai panutan, karena akan kelihatan seperti menyombongkan
diri. Rasanya kita diajar untuk berani mengakui siapapun yang memang benar-benar harus
kita akui, mungkin perkataannya, mungkin kepandaiannya, mungkin kesalehannya, mungkin
kebaikannya atau yang lainnya lagi. Kita harus berani mengalahkan rasa iri dengki karena
tidak mampu bersaing dalam hal apapun. Kita diajar untuk berani sportif dan konsekuen,
mengakui yang menang, yang benar, yang baik, dan sebenarnya tidak merugikan kita sama
sekali.

Penulis bingung sewaktu Tuhan Yesus mengatakan “mulai sekarang”. Apakah perkataan ini
menyiratkan bahwa setelah peristiwa itu Tuhan Yesus naik ke sorga dan duduk di sebelah
kanan Allah Bapa Yang Mahakuasa? Dan Dia akan datang di atas awan-awan di langit. Pada
kenyataannya perkataan tersebut membuat mereka semakin penasaran dan dianggap sebagai
menghujat Allah. Menghujat Allah hukumannya tiada lain kecuali mati, yang harus melewati
penganiayaan. Dan itulah yang diinginkan para tokoh agama pada waktu itu. Sepertinya
Tuhan Yesus memang sengaja agar segalanya tergenapi, setelah melihat mereka bingung
mencari kesalahan yang sepadan dengan hukuman mati.

Setelah itu segala macam aniaya diterima oleh Tuhan Yesus. Penulis hanya bisa
membayangkan betapa aniaya dan siksa yang dialami Tuhan Yesus di malam itu. Pasti bukan
hanya ludahan, tinjuan dan pukulan saja yang Dia terima. Mungkin saja segala macam siksaan
yang dikenal pada waktu itu ditimpakan kepada-Nya. Coba kita bayangkan jika para Imam
Besar merestui hukuman mati, pasti semua orang yang berkumpul disitu saling berebut untuk
menganiayanya dan merasa tidak bersalah. Yang penting jangan sampai mati dulu, cukup
dihancurkan seluruh daging tubuhnya.

Sewaktu penulis berziarah dan masuk ke tempat tersebut, rombongan dibawa ke bawah tanah
tempat Tuhan Yesus pernah disiksa. Penulis memimpin ibadat singkat dan isteri penulis
bersender di tembok batu. Selesai ibadat, pemandu kami mengatakan bahwa yang disenderi
isteri penulis dipercayai sebagai tempat Tuhan Yesus terlempar dan bersandar karena hajaran
dan pukulan. Darah berceceran di tembok batu tersebut, yang pada waktu itu sudah tidak ada
bekasnya lagi setelah dua ribu tahun. Hampir semua teman peziarah menangis pada waktu itu.

Dar/memahami Matius 188


189

Petrus menyangkal Yesus


26:69. Sementara itu Petrus duduk di luar di halaman. Maka datanglah seorang hamba perempuan
kepadanya, katanya: "Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu." 26:70
Tetapi ia menyangkalnya di depan semua orang, katanya: "Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud."
26:71 Ketika ia pergi ke pintu gerbang, seorang hamba lain melihat dia dan berkata kepada orang-
orang yang ada di situ: "Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu." 26:72 Dan ia
menyangkalnya pula dengan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." 26:73 Tidak lama kemudian
orang-orang yang ada di situ datang kepada Petrus dan berkata: "Pasti engkau juga salah seorang
dari mereka, itu nyata dari bahasamu." 26:74 Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku
tidak kenal orang itu." Dan pada saat itu berkokoklah ayam. 26:75 Maka teringatlah Petrus akan apa
yang dikatakan Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."
Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.
Penulis hanya mencoba membayangkan bahwa Galilea dan Yerusalem jaraknya cukup jauh
dan mempunyai dialek bahasa yang agak berbeda. Anggap saja orang Cilacap bertemu dengan
orang Tasikmalaya yang jaraknya tidak begitu jauh. Bahasa mereka sudah berbeda. Tuhan
Yesus dan para murid pergi ke Yerusalem termasuk tidak begitu sering. Dapat dimengerti
apabila orang Yerusalem agak ragu-ragu tentang Petrus. Jika yakin sekali bahwa Petrus
termasuk orang terdekat Tuhan Yesus, mestinya ditangkap sekalian saja.
Dalam kehidupan sehari-hari, dialek bahasa menjadi ciri asal seseorang. Namun nyatanya hal
tersebut tidak selalu benar. Penulis lahir di Solo (kata orang tua) sekolah di Semarang dan
bekerja lama di Bandung. Namun banyak orang yang baru kenal dengan penulis, menebak
bahwa penulis berasal dari daerah Surabaya. Logat Solo maupun Semarang tidak menempel,
apalagi logat Sunda malah tidak bisa sama sekali.

Matius menggambarkan betapa sedih hati Petrus karena sudah tidak mengakui Tuhan Yesus
dan menyesal dengan menangis. Penulis mencoba membayangkan bagaimana Petrus tersedu-
sedu seperti anak kecil, berjalan keluar. Tidak peduli lagi dengan pandangan orang lain yang
mungkin keheranan. Yang ada hanya rasa bersalah dan menyesal, yang sepertinya tidak akan
tergantikan dengan tebusan apapun. Penyesalan itulah yang sangat dihargai oleh Tuhan
Yesus. Dari penyesalan yang begitu dalam bangkitlah niat untuk berubah, yang bisa
menggerakkan para murid lain untuk tetap bertahan.

Bab 27. Tuhan Yesus di hadapan Pilatus, Kematian Yudas. Diolok-olok, Disalib,
Wafat, Dikubur, Kubur dijaga

Yesus diserahkan kepada Pilatus - Kematian


Yudas
27:1. Ketika hari mulai siang, semua imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi berkumpul dan
mengambil keputusan untuk membunuh Yesus. 27:2 Mereka membelenggu Dia, lalu membawa-Nya
dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus, wali negeri itu. 27:3 Pada waktu Yudas, yang menyerahkan
Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang
yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua, 27:4 dan berkata: "Aku telah
berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah." Tetapi jawab mereka: "Apa urusan
kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!" 27:5 Maka iapun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait
Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri. 27:6 Imam-imam kepala mengambil uang perak itu
dan berkata: "Tidak diperbolehkan memasukkan uang ini ke dalam peti persembahan, sebab ini uang
darah." 27:7 Sesudah berunding mereka membeli dengan uang itu tanah yang disebut Tanah Tukang
Periuk untuk dijadikan tempat pekuburan orang asing.
27:8 Itulah sebabnya tanah itu sampai pada hari ini disebut Tanah Darah. 27:9 Dengan demikian
genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: "Mereka menerima tiga puluh uang perak,
yaitu harga yang ditetapkan untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel,
27:10 dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk, seperti yang dipesankan Tuhan
kepadaku."

Dar/memahami Matius 189


190

Matius menulis secara jelas bahwa Yudas merasa


berdosa dan menyesal dengan apa yang telah
diperbuatnya. Dalam penyesalannya, Yudas mengambil
jalan pintas dengan bunuh diri. Memang agak berbeda
dengan Petrus yang juga menyesal, yang mungkin
berjanji pada dirinya sendiri untuk bangkit dan berubah.
Yudas menjadi aktor yang bagi para pembaca atau
pemirsa pasti tidak disenangi karena berkhianat. Hal
tersebut sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari,
bagaimana aktor atau aktris jahat dicaci maki karena
perannya. Sang aktor berhasil memerankan seperti yang dikehendaki sutradara, dan
dampaknya diomeli. Padahal kita tahu bahwa semuanya itu hanya peran dan harus
dilaksanakan dengan baik.

Mari kita bayangkan kalau tokoh Yudas Iskariot itu jatuh kepada kita, dan harus kita perankan
dengan sebaik-baiknya. Tanpa Yudas Iskariot, jalan cerita keselamatan jangan-jangan bisa
lain. Kemungkinan yang terjadi, sebenarnya Yudas hanya ingin menyerahkan Gurunya untuk
bertemu dengan para tokoh agama. Jika sudah diwawancara, diinterogasi secukupnya
kemudian dilepaskan kembali. Mestinya Yudas Iskariot tahu persis siapa Gurunya, yang tidak
pernah berbuat sesuatu yang menyalahi aturan. Dia begitu baik dan penuh perhatian kepada
orang-orang yang membutuhkan bantuan-Nya. Hukuman mati tidak selayaknya dijatuhkan
kepada Sang Guru. Yudas Iskariot sangat merasa bersalah karena tidak menduga akan terjadi
seperti itu. Sekarang apa yang harus diperbuat untuk menebus kesalahan tersebut? Jalan pintas
ia pilih karena tidak kuat menanggung beban yang terasa begitu berat.

Yesus di hadapan Pilatus


27:11. Lalu Yesus dihadapkan kepada wali negeri. Dan wali negeri bertanya kepada-Nya: "Engkaukah
raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya." 27:12 Tetapi atas tuduhan
yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap Dia, Ia tidak memberi jawab apapun. 27:13
Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini
terhadap Engkau?" 27:14 Tetapi Ia tidak menjawab suatu katapun, sehingga wali negeri itu sangat
heran. 27:15 Telah menjadi kebiasaan bagi wali negeri untuk membebaskan satu orang hukuman pada
tiap-tiap hari raya itu atas pilihan orang banyak. 27:16 Dan pada waktu itu ada dalam penjara
seorang yang terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabas. 27:17 Karena mereka sudah
berkumpul di sana, Pilatus berkata kepada mereka: "Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu,
Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?" 27:18 Ia memang mengetahui, bahwa mereka telah
menyerahkan Yesus karena dengki. 27:19 Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya
mengirim pesan kepadanya: "Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia
aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam." 27:20 Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan
tua-tua, orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati.
27:21 Wali negeri menjawab dan berkata kepada mereka: "Siapa di antara kedua orang itu yang kamu
kehendaki kubebaskan bagimu?" Kata mereka: "Barabas." 27:22 Kata Pilatus kepada mereka: "Jika
begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?" Mereka semua berseru:
"Ia harus disalibkan!" 27:23 Katanya: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun
mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan!" 27:24 Ketika Pilatus melihat bahwa segala
usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya
di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu
sendiri!" 27:25 Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan
atas anak-anak kami!"

Tuhan Yesus kelihatannya lebih banyak diam seribu basa selain berkata “engkau sendiri
mengatakannya” sewaktu berhadapan dengan Pilatus. “Skenario besar” Allah Bapa yang
telah dinubuatkan tidak boleh berubah sedikitpun. Biarlah mereka yang berbicara dan
berbicara, yang tidak perlu dilawan dengan bicara juga. Menjawab pertanyaan dalam

Dar/memahami Matius 190


191

pengadilan akan menimbulkan pertanyaan baru, yang kelanjutannya seolah-olah akan muncul
pembenaran diri, menolak tuduhan, membuat argumentasi.

Dalam hal ini sepertinya kita diajar bahwa dengan berbicara, secara tidak langsung muncul
pembelaan diri yang berarti mencari pembenaran diri, yang mau tidak mau akan menjurus
untuk menyalahkan orang lain. Mestinya hal yang sia-sia tidak perlu ditanggapi atau
dikomentari.

Yesus diolok-olokkan
27:26. Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk
disalibkan. 27:27 Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu
memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. 27:28 Mereka menanggalkan pakaian-Nya
dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. 27:29 Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan
menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian
mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang
Yahudi!" 27:30 Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya.
27:31 Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan
mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk
disalibkan. 27:32 Ketika mereka berjalan ke luar kota, mereka berjumpa dengan seorang dari Kirene
yang bernama Simon. Orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus.
Yang namanya massa atau kelompok orang banyak, biasanya berani berbuat apa saja kepada
orang yang sendirian, apalagi yang tidak disukai. Tidak disenangi karena iri dengki, karena
dogma, sepertinya begitu gampang mempermalukan orang lain. Karena massa, ada dorongan
dari dalam yang membuat berani untuk berlaku tidak patut. Mengolok-olok, mencaci-maki,
bahkan menganiaya dengan kejam. Ada rasa kebanggaan berbuat sesuatu yang bisa
disaksikan kelompoknya.

Mungkin seperti itu yang dialami Tuhan Yesus dalam kesendirian-Nya, dan Dia menerima
penganiayaan itu dengan tabah. Tidak ada keinginan sedikitpun untuk membalas perlakukan
yang tidak menyenangkan tersebut. Mendesah menahan sakit pasti sesuatu yang wajar karena
Dia sedang memerankan sebagai Anak Manusia sejati.

Simon dari Kirene yang tidak tahu apa-apa, yang kebetulan berpapasan malah kena getah
dipaksa untuk membantu Tuhan Yesus yang kelelahan. Mungkin kita bisa membayangkan
bagaimana Tuhan Yesus yang kurang tidur dianiaya dan disiksa. Darah-Nya yang suci
memercik membasahi bumi kemana-mana, hanya demi menebus manusia yang tidak tahu diri.
Antara kesakitan, kelelahan dan darah yang mengalir, masih ditambah harus memikul salib,
akan membuat seluruh tenaga bagaikan dikuras. Kemungkinan, Simon dari Kirene yang awal
mulanya merasa terpaksa, namun setelah melihat keadaan Tuhan Yesus, berubah pikiran
merasa kasihan.

Namanya tercatat dalam Kitab Suci, yang mungkin mengajarkan kepada kita untuk berani
berubah. Berubah yang tadinya merasa terpaksa, ogah-ogahan, menghindar dari tugas
kewajiban, menjadi orang yang ringan tangan, siap membantu orang yang membutuhkan
dengan penuh belas kasih.

Yesus disalibkan
27:33. Maka sampailah mereka di suatu tempat yang
bernama Golgota, artinya: Tempat Tengkorak. 27:34 Lalu
mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu.
Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya. 27:35
Sesudah menyalibkan Dia mereka membagi-bagi pakaian-
Nya dengan membuang undi. 27:36 Lalu mereka duduk di
situ menjaga Dia. 27:37 Dan di atas kepala-Nya terpasang
Dar/memahami Matius 191
192

tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum: "Inilah Yesus Raja orang Yahudi." 27:38 Bersama
dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-
Nya. 27:39 Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, 27:40
mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali
dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!" 27:41
Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia
dan mereka berkata: 27:42 "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia
selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. 27:43
Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan
kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah." 27:44 Bahkan penyamun-penyamun
yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela-Nya demikian juga.
Anggur yang dicampur empedu, penulis tidak bisa membayangkan seperti apa rasanya.
Kelihatannya kelompok orang-orang yang menyalibkan Tuhan Yesus dan masih berada di
bukit Tengkorak termasuk keterlaluan saking bencinya. Benci karena ditugaskan memang
agak berbeda dengan benci karena iri dengki. Sebagai imam kepala, ahli Taurat dan tua-tua
masih sampai hati untuk mengolok-olok yang tersalib.

Apakah memang begitu karakter orang Yahudi, penulis tidak tahu. Mungkin saja karena
gelapnya hati dan merasa sebagai orang yang paling dekat dengan Allah, kebenciannya
mengalahkan rasa belas kasihan. Yang selama ini selalu kalah dalm mencobai Tuhan Yesus,
maka kesempatan membalas kepada yang tersalib dimanfaatkan sepuasnya.

Seseorang yang akan meninggal biasanya meninggalkan warisan tertentu, dengan harapan
berguna bagi yang ditinggalkan. Warisan tidak selalu berkaitan dengan harta benda, namun
bisa macam-macam. Dan agak aneh juga bahwa ada beberapa orang yang berebut warisan
Tuhan Yesus, sampai membuang undi. Pakaian bekas yang mungkin kotor dengan bekas
debu, darah dan keringat. Mungkinkah pakaian Tuhan Yesus begitu berharga pada waktu itu?
Mengapa tidak berebut warisan yang lebih bernilai, semangat pelayanan dan pengajaran belas
kasihan?

Matius mencatat bahwa para penyamun yang disalibkan bersama-sama Dia, juga ikut
mencerca. Hal ini sedikit banyak membikin bingung penulis, mana yang benar. Penulis hanya
berandai-andai bahwa Matius tidak menyaksikan sendiri kejadian tersebut. Ia hanya
mendengar cerita dari orang lain, yang mungkin sudah ditambah dan dikurangi. Para murid
pada waktu itu masih ketakutan untuk memperlihatkan diri di muka umum, khususnya di
depan kelompok yang membenci Gurunya.

Yesus wafat
27:45 Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. 27:46 Kira-
kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-
Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? 27:47 Mendengar itu, beberapa orang yang
berdiri di situ berkata: "Ia memanggil Elia." 27:48 Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia
mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada
sebatang buluh dan memberi Yesus minum. 27:49 Tetapi orang-orang lain berkata: "Jangan, baiklah
kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia."
27:50. Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
27:51 Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan
terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, 27:52 dan kuburan-
kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. 27:53
Dan sesudah kebangkitan Yesus, merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota
kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang. 27:54 Kepala pasukan dan
prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka
melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: "Sungguh, Ia ini
adalah Anak Allah." 27:55 Dan ada di situ banyak perempuan yang melihat dari
jauh, yaitu perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk

Dar/memahami Matius 192


193

melayani Dia. 27:56 Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf,
dan ibu anak-anak Zebedeus.

Mengapa Tuhan Yesus berseru : “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan


Aku ?” Apakah seruan ini sebagai ungkapan “seorang manusia sejati” yang merasa tidak
ada teman yang mendampingi dalam kesusahannya? Peran sebagai manusia yang berseru
kepada Allah, karena semuanya jauh. Dan yang dekat pada mencibir dan memusuhinya.
Dalam kesendirian di tengah-tengah kelompok yang memusuhi, Anak Manusia hanya bisa
mengeluh kepada Allah Bapa.

Yang dapat penulis bayangkan, pada waktu itu tidak ada seorangpun yang dekat dengan Dia.
Mungkin hanya Bunda Maria saja yang dekat karena ia ibu-Nya. Para murid sudah lari
tercerai berai dan para kerabat serta perempuan lainnya tidak bisa dekat-dekat.
Secara rohani yang terpancar lewat jasmani, penulis melihat tubuh Tuhan Yesus yang hancur
lebur. Dari ujung rambut sampai ujung kaki tidak ada yang masih utuh dan begitu
mengerikan. Pada waktu itu segala macam dosa, kesalahan, penyakit dan kelemahan dunia
sepertinya tersedot, menempel dalam tubuh-Nya. Darah-Nya ditumpahkan bagi kita semua
orang yang sudah diikat dalam perjanjian sebagai tebusan. Perjanjian darah yang disampaikan
kepada para murid, sehari sebelumnya. Untuk sesaat pada waktu itu Allah Bapa di sorga
seperti memalingkan diri melihat monster di dalam tubuh Putera-Nya. Tubuh Tuhan Yesus
sudah tidak pantas disebut sebagai tubuh manusia lagi, karena segala kekotoran dunia disedot
dan direngkuhnya. Dan Tuhan Yesus memandang ke atas sambil berseru, mengapa Bapa
meninggalkan-Nya. Ucapan tersebut perlu diketahui oleh semua manusia, bagaimana Dia
berkorban sampai mati demi kita semua. Dengan teriakan terakhir Tuhan Yesus wafat dengan
membawa segala macam dosa, kesalahan, penyakit dan kelemahan dunia. Dan semua noda
dunia tersebut Dia angkat dan Dia bawa masuk ke dalam liang kubur. Kematian-Nya diiringi
dengan kejadian yang menggemparkan dan menggetarkan banyak orang. Dengan kejadian
yang begitu mendebarkan, pasti akan ada orang-orang yang merasa diingatkan, ditegur atau
disentuh untuk berubah pikiran, menjadi percaya dan bertobat. Dan kepala pasukan malah
yang tersentuh hatinya, yang kemungkinan besar akan menjadi pengikut Kristus.

Penulis mencoba membayangkan tabir Bait Allah yang mestinya terbuat dari bahan yang
bagus tidak mudah terbelah. Apakah hal ini menyiratkan bahwa dengan kematian Tuhan
Yesus maka terbelahlah kepercayaan orang Yahudi? Bangsa Yahudi dengan kepercayaan
agama Yahudi yang terpecah dengan munculnya kelompok baru pengikut Kristus yang
disebut sebagai agama Kristen. Perpecahan tersebut melalui gejolak bagaikan gempa bumi
dengan terbelahnya bukit batu.

Yesus dikuburkan
27:57. Menjelang malam datanglah seorang kaya, orang Arimatea,
yang bernama Yusuf dan yang telah menjadi murid Yesus juga. 27:58 Ia
pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Pilatus
memerintahkan untuk menyerahkannya kepadanya. 27:59 Dan
Yusufpun mengambil mayat itu, mengapaninya dengan kain lenan yang
putih bersih, 27:60 lalu membaringkannya di dalam kuburnya yang
baru, yang digalinya di dalam bukit batu, dan sesudah menggulingkan
sebuah batu besar ke pintu kubur itu, pergilah ia. 27:61 Tetapi Maria
Magdalena dan Maria yang lain tinggal di situ duduk di depan kubur
itu.
Pada kenyataannya, masih saja ada orang kaya yang terketuk
hatinya menjadi murid Tuhan Yesus. Kita bisa membayangkan
betapa sibuknya Yusuf Arimatea mengurus jenazah Tuhan Yesus.
Dengan ikhlas ia menyumbangkan tenaga dan materi untuk segera

Dar/memahami Matius 193


194

bisa menguburkan. Pada saat itu mereka berpacu dengan waktu karena sudah mendekati sore,
dan masuk hari Sabat. Bagi orang Yahudi, hari Sabat sudah tidak boleh bekerja lagi.

Kita bisa membayangkan bagaimana perempuan yang sedang dirundung kesedihan yang
begitu mendalam. Mereka bisa melupakan rasa haus dan lapar, kasihan tidak sampai hati
meninggalkan yang terbujur kaku di dalam kubur. Jika tidak ada yang mengajak pergi,
mereka tetap betah berjam-jam menunggui, ngomong ngobrol seakan-akan Sang Guru masih
bisa menemani bicara.

Kubur Yesus dijaga


27:62 Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-
orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, 27:63 dan mereka berkata: "Tuan, kami ingat, bahwa
si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. 27:64 Karena itu
perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-murid-Nya
mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara
orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama."
27:65 Kata Pilatus kepada mereka: "Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-
baiknya." 27:66 Maka pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai
kubur itu dan menjaganya.
Dalam pemahaman penulis, para imam dan orang Farisi sedang mengalami kecemasan dan
keraguan dengan ucapan Tuhan Yesus. Setelah berunding, mereka merekayasa bahwa kubur
Tuhan Yesus harus dijaga siang malam sampai hari ketiga. Alasan yang paling gampang
adalah apabila mayat-Nya dicuri oleh para murid, kemudian dipropagandakan.

Sebagai pimpinan daerah yang berkuasa, Pilatus berbaik hati dan menyetujui keinginan
mereka. Namun dibalik itu, bisa jadi Pilatus sebenarnya menyindir akan kelakukan para imam
kepala dan orang Farisi yang begitu cemas akan kebangkitan Tuhan Yesus.

Kita bisa membayangkan seseorang yang sudah berani membunuh bukan karena perang.
Sekecil apapun, pasti ada perasaan bersalah karena tega membunuh. Sesuai dengan budaya
yang berlaku pada waktu itu, jangan-jangan roh orang yang dibunuh tersebut selalu mengejar-
ngejar. Sedang tidur, mimpinya terbayang orang yang sudah mati.

Bab 28. Kebangkitan Tuhan Yesus, Dusta Mahkamah Agama, Perintah memberitakan
Kabar Sukacita

Kebangkitan Yesus
28:1. Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu,
pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu. 28:2 Maka terjadilah gempa
bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan
menggulingkannya lalu duduk di atasnya. 28:3 Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih
bagaikan salju. 28:4 Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati.
28:5 Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: "Janganlah kamu takut;
sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. 28:6 Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah
bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. 28:7 Dan
segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang
mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah
mengatakannya kepadamu." 28:8 Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan
sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus.
28:9 Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya
dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. 28:10 Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut.
Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah
mereka akan melihat Aku."

Dar/memahami Matius 194


195

Kelihatannya perempuan di Mata Tuhan mendapat perhatian lebih dalam sesuatu hal.
Perempuanlah yang bertemu pertama kali dengan Tuhan Yesus, setelah kebangkitan-Nya.
Demikian juga sebelumnya sewaktu ditemui oleh malaikat Tuhan di kubur. Para perempuan
itulah yang mendapat kabar pertama kali bahwan Tuhan Yesus sudah bangkit dari mati. Kita
bisa membayangkan bagaimana perasaan para perempuan itu. Takut gembira setengah tidak
percaya dan perasaan lain berkecamuk menjadi satu. Belum sampai hilang perasaan yang
tidak keruan tersebut, tiba-tiba saja Tuhan Yesus muncul dan memberi salam. Dia betul-betul
bangkit dari tempat kubur!

Perempuan yang selama ini bagaikan ciptaan nomor dua, kanca wingking (teman di
belakang), yang begitu taat dan hormat kepada laki-laki, mendapatkan anugerah tersendiri.
Para malaikat dan Tuhan Yesus sendiri berkenan mengangkat kembali derajat mereka,
menjadi setara dengan laku-laki. Laki-laki dan perempuan hampir tidak ada bedanya, kecuali
kodrat yang memang harus demikian.

Segala macam dosa kesalahan, sakit penyakit dan kelemahan dunia telah Dia tebus dengan
kematian. Dan nyatanya maut juga telah dikalahkan-Nya. Tuhan Yesus bukan seperti hantu
namun nyatanya bisa dipeluk kakinya, dapat dilihat dan diraba-rasakan. Ucapan salam
sewaktu bertemu para perempuan, sepertinya mengajari kita untuk tidak pernah lupa juga
untuk memberi salam kepada orang lain.

Galilea sudah pernah diucapkan oleh Tuhan Yesus sebelumnya (26:32). Dan Galilea
sepertinya punya nilai tersendiri bagi Tuhan Yesus dan para rasul. Para rasul nyatanya
memerlukan waktu beberapa saat sebelum bisa bertemu dengan Tuhan Yesus sendiri setelah
kebangkitan-Nya.

Dusta Mahkamah Agama


28:11. Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan
memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. 28:12 Dan sesudah berunding
dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-
serdadu itu 28:13 dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-
malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. 28:14 Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali
negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." 28:15
Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini
tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.

Satu hal yang harus kita maklumi bahwa dalam hidup ini kadang-kadang ada dua atau lebih
cerita berbeda yang berkembang dimasyarakat untuk masalah yang sama. Pertama cerita yang
disusun oleh pemerintah atau yang berkuasa pada saat itu, kedua cerita yang dirangkai oleh
yang mengalami kejadian pada saat itu dan ketiga cerita bisik-bisik getok tular yang bisa
bertambah dan berkurang. Biasanya yang terdata dan tercatat secara resmi ya cerita yang
dibuat oleh penguasa. Cerita penguasa tersebut lebih cepat tersiar kemana-mana karena
memang mempunyai jaringan resmi dan diakui. Cerita yang disusun oleh yang mengalami
kejadian, apabila sesuai dengan penguasa akan cepat tersebar juga. Namun apabila sangat
berbeda atau malahan seperti model sanggahan bagi penguasa, pasti menyebarnya lebih sulit.
Khalayak ramai dibuat menjadi bingung, sebetulnya cerita manakah yang benar. Apalagi jika
muncul cerita bisik-bisik yang tidak jelas sumbernya, mungkin kebenaran cerita sejarah dari
tahun ke tahun perlu dievaluasi apabila ada masukan baru.

Paling tidak kita mulai bisa menilai, suatu cerita sejarah yang sama dengan versi yang
bermacam-macam, pasti ada sesuatu di balik itu. Yang jelas kebenaran tidak bisa ditutup-
tutupi selamanya. Pada saatnya kebenaran tersebut akan terbuka, walaupun melalui proses
yang berbelit-belit dan melelahkan.
Dar/memahami Matius 195
196

Perintah untuk memberitakan keselamatan


28:16. Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit
yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. 28:17 Ketika
melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang
ragu-ragu. 28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata:
"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di
bumi. 28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak
dan Roh Kudus, 28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa
sampai kepada akhir zaman."
Sebagai manusia biasa, pasti dapat kita maklumi apabila ada murid yang masih ragu-ragu,
apakah betul bahwa Tuhan Yesus mati di salib dan kemudian bangkit kembali. Dan perlu
dibuktikan yang dapat diterima oleh akal budi. Rasa penasaran bisa membangkitkan
keinginan untuk membuktikannya,dan ikut bersama-sama pergi ke bukit di Galilea. Dan
bersyukurlah bahwa Tuhan Yesus mendekati mereka, yang berarti semakin jelas siapakah
yang berada di hadapan mereka.

Tuhan Yesus sendiri mengatakan bahwa Dia menerima segala kuasa di sorga dan di bumi.
Berarti Dia dapat berbuat apa saja di bumi ini karena dia kuasa. Termasuk berbuat yang di
luar nalar manusia, entah apapun itu. Namun kita-kita ini seringkali merasa lebih kuasa dan
sok tahu dari pada Tuhan sendiri. Seharusnya Tuhan itu kan begini dan begitu, menurut selera
kita sendiri. Kita lebih sering tidak mau mendengar dan melihat buah-buah suatu kejadian
yang dianggap di luar akal budi kita. Kita lebih gampang untuk memberikan komentar lebih
dahulu, yang ujung-ujungnya menghakimi karena merasa lebih tahu dan lebih berhak
menentukan.

Tuhan Yesus mengajarkan evangelisasi agar semua bangsa menjadi murid-Nya bagi yang
mau dan percaya. Proses selanjutnya adalah kesadaran untuk berubah, dan itulah pertobatan
melalui pembaptisan. Kelihatannya inti pokok pembaptisan adalah pemurnian dalam nama
Bapa, dan Putera dan Roh Kudus. Yang lain sepertinya hanya uborampe atau pelengkap saja.
Mestinya tidak perlu dipersoalkan, apakah dengan dimandikan, ditenggelamkan, diguyur air
atau pasir, ataupun dengan darah sekalipun. Memang kata baptis kelihatannya lebih dekat
dengan arti dicuci dengan air, entah dibasahi atau dimasukkan ke dalam air.

Kita semua yang mengaku sebagai murid-Nya, diminta melakukan segala sesuatu yang
pernah diperintahkan-Nya. Secara tidak langsung, semua orang yang telah dibaptis mendapat
perintah untuk mewartakan kabar sukacita ini, melalui perbuatan yang nyata. Melaksanakan
perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan-Nya dan diajarkan-Nya, menjadi contoh nyata
sebagi pelaku firman.

Dan Tuhan Yesus akan menyertai kita sampai akhir zaman. Hal ini dapat kita artikan bahwa
Tuhan Yesus itu selalu berkarya sampai sekarang ini dan selamanya. Karena Dia maha kuasa,
apapun bisa terjadi walaupun kita anggap di luar nalar manusia yang sok tahu ini. Dapatkah
kita merasakan bahwa Tuhan Yesus selalu menyertai kita? Itulah kuasa Tuhan yang di atas
kekuatan nalar kita, sampai kapanpun. Sentuhan Tuhan begitu mengherankan, yang agak
susah untuk diungkapkan dengan kata-kata. Penulis percaya dan yakin bahwa banyak orang
pernah mengalami dan dapat merasakan sentuhan Tuhan Yesus, di luar dugaan kita.

Jangan-jangan malah sebenarnya semua orang selalu disentuh oleh-Nya. Disapa dan
diingatkan dengan penuh kasih yang tidak pernah memaksa. Sentuhan-Nya malah mendekati

Dar/memahami Matius 196


197

memohon dengan rendah hati penuh kerinduan, bercampur dengan kecemasan apabila terlepas
dari daya tarikan-Nya..

Tuhan Yesus, terima kasih atas penyertaan-Mu yang selama ini tidak
kami sadari. Sentuhlah kami terus menerus, agar kami selalu ingat
bahwa Engkau selalu bersama kami. Amin.

Dar/memahami Matius 197


198

Pungkasan

Demikianlah yang dapat penulis pahami tentang ajaran Tuhan Yesus, yang begitu Illahi. Dia
mengajarkan dan Dia melaksanakan sendiri. Satunya kata dan perbuatan, dimana manusia
termasuk kita-kita ini baru bisa mengatakan, mengajarkan dan masih berpikir seribu kali
untuk melaksanakan dalam perbuatan nyata. Kita pandai menghibur untuk orang lain dan itu
sering kali tidak berlaku bagi kita sendiri, walaupun percaya kepada Sang Penghibur. Kita
sering bisa “menyembuhkan” orang lain namun sering kali juga tidak berlaku bagi diri
sendiri.

Jika merenungi diri, terus terang lebih sering terjebak dalam penjara “kedagingan
manusiawi” dan belum bisa membebaskan diri dan menjadi merdeka. Lebih mudah berbicara
dari pada berbuat nyata menjadi contoh. Sering kali kita belum berani untuk tampil beda,
padahal sudah menjadi murid dan sahabat Tuhan Yesus.

Penulis merasa yakin bahwa pemahaman ini akan dapat berkembang terus, seiring dengan
bergulirnya waktu, situasi dan kondisi maupun berkembangnya ilmu pengetahuan. Namun
satu hal yang penulis yakini bahwa ajaran-Nya tidak pernah berubah sampai kapanpun, tak
lekang dimakan panas dan tak lapuk dimakan hujan. Hukum Kasih! Hukum yang berlaku bagi
siapa saja yang berkehendak baik dan benar. Ajaran pokok Tuhan Yesus tidak pernah
berubah, yang harus kita imani dengan sungguh. Pengalaman rohani penulis dan teman
sahabat hanyalah ubarampe, tambah-tambah, yang tidak akan merubah iman kepercayaan.
Penulis hanya percaya bahwa Tuhan Yesus selalu berkarya dengan Roh Kudus-Nya, dimana-
mana, sampai kapanpun, dengan cara yang dikehendaki-Nya.

Demikian juga kita harus selalu waspada, bahwa Iblis-pun akan selalu berkarya mencobai
dengan segala macam cara, kasar maupun halus sehingga tidak kita sadari. Dia lebih sering
menyelinap ke dalam nafsu kedagingan kita. Yang jelas dan pasti bahwa penulispun bukan
orang yang baik, benar dan bersih. Namun penulis merasa bersyukur karena Tuhan Yesus
malah datang mencari orang-orang sakit, seperti penulis ini.

Penulis menyadari bahwa bukan termasuk penulis yang baik, yang tidak bisa menulis dengan
runut dengan kata-kata indah, bagaikan sungai yang mengalir. Sering kali berputar-putar
seperti pusaran air dan tidak jelas mau kemana arahnya. Dan itulah sosok penulis.

“Jadilah berkat bagi semua orang yang menerima ajaran-Nya”


(Dadia kabegjane uwong akeh, sing nampa wewarah iki)
Pesan komunikasi rohani yang kami terima, sewaktu menyusun tulisan ini
pada hari Senin malam tanggal 21 Pebruari 2005

Tuhan Yesus, tolonglah aku apabila aku salah memahami akan perkataan-Mu. Aku percaya
bahwa Engkau memaklumi aku yang bukan apa-apa ini. Terima kasih Tuhan atas segala
ajaran-Mu kepadaku. Diberkatilah kiranya Engkau ya Tuhan, dimuliakanlah Engkau untuk
selama-lamanya, Amin.

Dar/memahami Matius 198


199

Ucapan terima kasih

Terima kasih buat anak-anak dan isteriku tercinta yang setia berdebat
Terima kasih buat pak Pudjono dan keluarga yang masih bersedia untuk
kurang tidur
Terima kasih buat saudara-saudara dalam paguyuban Durpa yang selalu
setia berkumpul bersama sampai pagi tiap malam Jumat Kliwon
(sak dulur-sak rupa-sak pandonga-sak tuladha)
Terima kasih kepada pastur Sukarno yang memberi petunjuk agar selalu
melihat dan merasakan buah-buah yang dihasilkan dalam komunikasi
rohani
Terima kasih kepada pastur Kristianto yang menyarankan agar
pengalaman komunikasi rohani tersebut kalau bisa ditulis, siapa
tahu .........
Terima kasih kepada pembaca yang masih bersedia meluangkan waktu
membaca tulisan yang kurang bermutu ini

Secara khusus, terima kasih kepada Tuhan Yesus dan Bunda


Maria serta para kudus, yang telah berkenan ngobrol menemani
kami.

Puji Tuhan, Halleluya!!!

Dar/memahami Matius 199


200

Catatan khusus

Siapapun boleh memberi komentar, positif maupun negatif agar penulis bisa
bercermin dengan benar.

Dar/memahami Matius 200

You might also like