You are on page 1of 6

TAKSONOMI VERTEBRATA

http://massofa.wordpress.com/2008/09/23/taksonomi-vertebrata/

Keanekaragaman organisme sangat besar. Jumlah spesies hewan yang telah


dikenal baik oleh manusia tidak kurang dari 1 juta. Tiap spesies menunjukkan
variasi yang cukup besar, sehingga secara keseluruhan dunia kehidupan itu
memperlihatkan keanekaragaman yang begitu besar. Untuk mempermudah
mempelajarinya perlu diciptakan cara yang tepat yaitu klasifikasi. Dari klasifikasi
timbullah kelompok-kelompok hewan yang secara umum disebut takson. Karena
jumlah takson cukup besar, masing-masing perlu diberi nama untuk mengenal dan
membedakannya dari takson yang lain. Kedudukan takson-takson itu berjenjang
dan cakupannya ada yang luas, dan ada yang sempit. Dari kata takson kemudian
timbul istilah taksonomi yang diartikan sebagai teori dan praktik klasifikasi.
Selain taksonomi, juga dikenal istilah sistematika yang berarti kajian tentang
keanekargaman organisme. Selain istilah klasifikasi juga dikenal istilah
identifikasi. Perbedaannya ialah klasifikasi didasarkan atas pemikiran induktif,
sementara identifikasi didasarkan atas pemikiran deduktif.

Teori Klasifikasi

Pelaksanaan kegiatan klasifikasi perlu mengacu pada teori-teori klasifikasi yang


berjumlah 5 buah. Masing-masing teori dapat berdiri sendiri-sendiri dapat pula
bergabung bersama-sama. Kegiatan klasifikasi berdasarkan atas penalaran
induktif. Kelima teori itu adalah: essensialisme, nominalisme, empirisme,
cladisme, dan klasifikasi evolusioner. Tujuan klasifikasi adalah untuk
menciptakan suatu sistem yang dapat dipercaya dan mudah dipakai untuk
mengatasi keanekaragaman organisme yang membingungkan. Sebagai teori,
klasifikasi memiliki nilai penjelasan, nilai prediksi yang tinggi, memiliki nilai
heuristik yang kuat, dan bersifat provisional. Klasifikasi biologis terdiri atas
penyusunan organisme-organisme ke dalam kelompok-kelompok yang mirip dan
berasal dari sumber yang sama. Kemiripan yang digunakan untuk pengelompokan
itu disebut ciri-ciri taksonomi. Jadi ciri taksonomi adalah suatu tanda atau atribut
suatu takson yang membedakannya dari takson yang lain. Ciri-ciri perbedaan
antara individu dalam suatu populasi, misalnya umur, jenis kelamin, bukan ciri-
ciri taksonomi. Ciri-ciri taksonomi memiliki fungsi ganda, yaitu merupakan
kekhususan suatu takson dan merupakan indikator hubungan kekerabatan. Secara
keseluruhan, ciri-ciri taksonomi dapat dikelompokkan dan dikaji berdasarkan 5
kelompok besar: morfologi, fisiologi, biokimiawi, ekologi dan geografi.

Prosedur Pelaksanaan Klasifikasi

Spesies dipandang sebagai unit dasar klasifikasi. Makna spesies bermacam-


macam, mulai dari yang sederhana sampai yang filosofis. Makna kata spesies
adalah sesuatu yang asli. Menurut John Ray, spesies merupakan sekelompok
individu yang mempunyai moyang sama, sedangkan menurut Linnaeus spesies
adalah sekelompok organisme yang memperlihatkan tipe ideal. Dalam
perkembangan selanjutnya pengertian spesies dirumuskan dalam konsep-konsep.
Kita mengenal 4 konsep spesies: konsep spesies tipologis, konsep spesies
nominalistik, konsep spesies biologis, dan konsep spesies evolusioner. Selain
konsep-konsep spesies, juga dikenal istilah-istilah: spesies sibling, spesies
sympatric, spesies allopatric, spesies polytypus, spesies monotypus. Spesies
menduduki tempat yang paling strategis di dalam hierarkhi klasifikasi. Kedudukan
itu disebut kategori. Beberapa spesies yang serupa dikelompokkan ke dalam
genus, dan beberapa genus yang serupa dikelompokkan dalam familia. Demikian
selanjutnya sampai terbentuk kelompok yang paling besar yaitu Regnum. Dalam
klasifikasi dikenal 21 kategori. Namun demikian jumlah kategori yang umum
digunakan dalam klasifikasi hanya 7, bahkan 7 kategori itu dapat diringkas
menjadi 3 kategori: kategori spesies, kategori subspesies dan kategori di atas
spesies. Di dalam membahas spesies perlu dikenal adanya sistem tipus, yaitu
suatu sistem yang digunakan dalam penentuan nama-nama takson. Tipus adalah
suatu spesimen yang digunakan sebagai standar dalam penentuan nama suatu
spesies hewan. Jadi tipus suatu spesies adalah suatu spesimen tertentu, tipus suatu
genus adalah spesies tertentu dalam genus itu. Dalam sistem tipus itu dikenal 9
macam tipus: Holotipus, Paratipus, Allotipus, Sintipus, Neotipus, Topotipus,
Metatipus, Homotipus dan Genotipus. Sistem tipus dapat digunakan secara luas,
tetapi untuk kategori-kategori di atas spesies, tipus itu tidak berupa suatu
spesimen. Tipus suatu genus berupa suatu spesies tertentu, tipus untuk familia
adalah suatu genus dari familia itu, demikian selanjutnya.

DASAR-DASAR DAN PENERAPAN

Gambaran Umum Tatanama Hewan

Pada hakikatnya nama-nama takson itu adalah alat komunikasi bagi para pakar
zoologi, sebab tanpa menyebut nama, orang lain tidak akan mengerti objek hewan
apa yang dimaksudkan. Sayangnya ada ahli-ahli yang lebih tertarik terhadap
nama-nama daripada hewannya sendiri. Sebenarnya nama-nama hewan telah
diberikan sejak manusia mengenal hewan-hewan itu tetapi sifatnya masih
kedaerahan, sehingga disebut nama daerah. Nama daerah berbeda-beda antara satu
tempat dengan tempat yang lain sehingga nama daerah dipandang tidak praktis.
Dalam perkembangannya manusia mencoba menciptakan nama-nama deskriptif,
yaitu nama-nama yang didasarkan atas sebagian besar ciri-ciri yang dimiliki
hewan-hewan yang dipelajari. Nama ini terlalu panjang sehingga tidak praktis.
Itulah sebabnya kemudian diciptakan nama binominal yang lebih sederhana dan
lebih praktis. Sistem binominal mengatakan bahwa nama spesies terdiri atas dua
kata, sekaligus dua nama. Kata pertama merupakan kata genus, kata kedua
merupakan kata spesifik atau disebut nomen triviale. Ternyata terdapat perbedaan
terhadap penggunaan istilah Latin dalam nama ganda itu. Zoologi menggunakan
istilah binominal,sedangkan botani menggunakan istilah binomial. Berdasarkan
asal usulnya, tampaknya istilah binominal lebih tepat. Di dalam tatanama yang
hendak ditata dan dibuatkan peraturannya adalah nama ilmiah atau nama Latin
takson-takson. Peraturan itu tercantum dalam Kode Internasional Tatanama
Zoologi dengan segala perangkatnya.

Ketentuan dalam Pemberian Nama-nama Takson

Kegiatan belajar ini mengatur cara pemberian nama takson tingkat kategori di
bawah spesies dan kategori di atas spesies. Nama takson spesies diatur dalam
sistem binominal, nama takson subspesies dengan trinominal, nama takson di atas
spesies dengan uninominal. Nama familia berakhiran idae, nama subfamilia
berakhiran inae, nama ordo sampai phylum berakhiran bebas, kecuali untuk ikan
dan burung, nama ordo berakhiran iformes. Nama pencipta, diletakkan di
belakang nama spesies, tanpa dipisahkan oleh tanda-tanda tertentu, tanpa
digarisbawahi atau dicetak miring, dapat disingkat. Apabila dijumpai nama
pencipta itu berada dalam tanda kurung, berarti nama genus dari spesies itu telah
diubah, dan untuk menghargai jasanya, nama pencipta pertama tetap ditulis di
belakang nama spesies tetapi di dalam tanda kurung. Apabila suatu populasi
memiliki 2 nama, maka nama itu disebut sinonim, tetapi bila sebuah nama
diberikan pada 2 kelompok populasi berbeda, maka nama itu disebut homonim.
Hibrid tidak diberi nama, sebab hibrid bukan populasi dan berarti bukan takson.

Chordata Rendah

Chordata memiliki 3 (tiga) ciri utama yang membedakannya dari kelompok lain.
Chordata dibedakan atas Chordata rendah dan Chordata tinggi. Anggota-anggota
Chordata rendah tidak memiliki Column vertebralis, tetapi hanya memiliki chorda
dorsalis sebagai penguat tubuhnya. Kepemilikan chorda dorsalis itu berbeda-beda,
ada kelompok yang hanya memiliki chorda dorsalis di bagian anterior, ada yang
hanya di bagian ekor dan ada yang memanjang pada seluruh punggung tubuh.
Atas dasar 3 (tiga) perbedaan ciri tentang kepemilikan chorda dorsalis, batang
syaraf dan celah insang, maka chordata rendah dibagi menjadi 3 (tiga)
Subphylum: Hemichordata, Urochordata dan Cephalochordata.

Kelas Agnatha dan Kelas Chondrichthyes (Super Kelas Pisces)

Kegiatan belajar ini membahas tentang kelompok ikan tidak berahang yang
termasuk kelas Agnatha. Kelas ini meliputi 2 ordo: Myxiniformes dan
Petromyzontiformes. Kedua kelompok ini memiliki persamaan dan perbedaan,
terutama berkaitan dengan mulut, sirip dan celah insang. Disamping kelas
Agnatha, kegiatan belajar ini juga membahas kelas Chondrichthyes, yaitu ikan-
ikan yang kerangkanya berupa tulang rawan, dan sesungguhnya tulang rawan ini
bukan menunjukkan keprimitifannya melainkan merupakan ciri sekunder. Kelas
ini mencakup 2 subkelas: Elasmobranchii yang dibedakan atas ordo Squaliformes
dan ordo Rajiforms, serta subkelas Holocephali. Ordo Squaliformes mencakup
semua jenis ikan hiu, sedangkan ordo Rajiformes mencakup jenis-jenis ikan pari.
Terdapat beberapa perbedaan antara ikan hiu dan ikan pari yaitu dalam hal: letak
celah insang, perlekatan sirip dada dan ujud dari ekornya. Subkelas Holocephali
mencakup jenis ikan langka yang disebut ikan tikus. Ikan ini tidak mirip dengan
ikan hiu ataupun ikan pari dalam hal: bentuk tubuh dan jumlah celah insang.

Osteichthyes (Superkelas Pisces)

Osteichthyes mencakup semua jenis ikan dengan kerangka berasal dari bahan
tulang sejati. Ada kelompok besar ikan bertulang sejati ini. Satu kelompok sangat
penting artinya dalam perjalanan evolusi hewan darat (Tetrapoda) dan kelompok
yang lain berkembang menjadi ikan-ikan maju seperti kita kenal sekarang ini.
Ikan-ikan yang dipandang penting dalam perjalanan evolusi Tetrapoda adalah
ordo Coelacanthiformes, sedangkan yang berkembang menuju ikan-ikan modern
masa sekarang adalah Actinopterygii.

Kelas Ampbhibia

Amfibi adalah kelompok vertebrata darat yang paling primitif, menduduki tempat
peralihan dari kehidupan akuatik ke kehidupan darat. Perubahan tempat
kehidupan ini menyebabkan seakan-akan kelompok ini masih mencari-cari pola
yang sesuai, sehingga terlihat adanya model-model kehidupan, wujud dan ciri-ciri
kelompok yang beragam. Di samping adanya model dan wujud yang beragam,
juga terjadi perubahan alat-alat tubuh yang disesuaikan dengan cara hidup di
darat, misalnya perlu paru-paru, tungkai, choana, dan lain-lain. Untuk klasifikasi
Amphibia diperlukan kombinasi berbagai ciri. Dengan demikian Amphibia dapat
dibagi menjadi 4 ordo: Apoda, Trachystomata, Caudata dan Anura. Apoda dan
Trachystomata merupakan ordo yang anggota-anggotanya sedikit, sedangkan
Caudata dan Anura merupakan ordo-ordo yang anggota-anggotanya banyak.
Pembahasan kedua ordo ini dibatasi hanya yang berkaitan dengan contoh-contoh
yang ada di alam Indonesia.

Reptilia

Reptilia adalah kelompok hewan darat yang sebenarnya karena mereka bernapas
dengan paru-paru sepanjang hidupnya. Sebagai hewan darat yang hidup di
lingkungan kering, kulitnya memiliki lapisan bahan tanduk yang tebal. Lapisan ini
mengalami modifikasi menjadi sisik-sisik. Kulit sedikit sekali mengandung
kelenjar kulit. Ada di antaranya yang selain mempunyai sisik epidermis juga
mempunyai sisik dermis, misalnya buaya. Pada anggota Lacertilia pengelupasan
kulit terjadi sedikit demi sedikit, sedangkan pada ular terjadi sekaligus. Reptil
termasuk Tetrapoda sehingga memiliki 4 buah tungkai atau kaki, tetapi ada pula
di antara anggota-anggotanya yang tungkainya mereduksi atau menghilang sama
sekali. Menghilangnya tungkai-tungkai itu merupakan ciri sekunder, atau wujud
adaptasi terhadap lingkungan. Hewan reptil berkloaka dengan celah berbentuk
transversal atau longitudinal. Sebagai hewan darat reptil telah memiliki langit-
langit sekunder, dan pada buaya perkembangannya telah sempurna. Semua reptil
bergigi kecuali kura-kura. Perlekatan gigi-gigi itu ada yang acrodont, pleurodont,
thecodont. Pada anggota Lacertilia, lidah berkembang baik dan dapat digunakan
sebagai ciri penting untuk klasifikasi. Alat pendengar, ada yang dilengkapi dengan
telinga luar dan ada yang tidak. Mata ada yang berkelopak dan dapat bergerak,
ada pula yang kelopaknya tidak dapat bergerak serta berubah menjadi bangunan
transparan. Reptil jantan memiliki alat kelamin luar berupa sebuah penis atau satu
pasang hemipenis. Embrio memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur pada
waktu menetas. Klasifikasi reptil, pada awalnya didasarkan atas arsitektur
tengkoraknya. Formulasi ini dikemukakan oleh Osborn tahun 1903, yaitu
ditunjukkan dengan adanya ciri-ciri tengkorak: anapsid, diapsid, synapsid
(parapsid). Sekarang klasifikasi reptil tersebut telah banyak berubah, dan dibagi
menjadi 4 ordo: Testudinata, Rhynchocephalia, Squamata dan Crocodilia.

Kelas Aves

Setiap burung tubuhnya ditutupi bulu, sehingga bulu merupakan ciri spesifik
burung, yang tidak dimiliki oleh kelompok Tetrapoda lainnya. Pada hakikatnya
bulu berfungsi sebagai alat untuk terbang, karena burung merupakan
perkembangan filogenetik dari reptil yang tak terbang. Bulu diduga berasal dari
modifikasi sisik-sisik reptil yang menjadi moyang burung. Selain itu bulu juga
berfungsi untuk menjaga suhu tubuh burung agar tetap tinggi. Sebelum burung
benar-benar dapat terbang ada suatu bentuk makhluk yang sebagian ciri-cirinya
menyerupai burung dan sebagian yang lain menyerupai reptil. Bentuk ini
dipandang atau dianggap sebagai bentuk perkembangan reptil menuju burung.
Makhluk yang fosilnya ditemukan di Jerman ini diberi nama Archaeopteryx
lithographica. Berdasarkan atas kemampuan terbangnya, burung dibagi menjadi 2
kelompok besar yaitu Ratitae yang anggota-anggotanya tidak dapat terbang
karena alat-alat terbangnya tidak memadai. Kelompok kedua adalah Carinatae
yang mencakup burung-burung yang mampu terbang, bahkan ada yang sangat
pandai terbang. Lebih lanjut masing-masing kelompok itu dibagi-bagi menjadi
ordo-ordo yang jumlahnya tidak kurang dari 30. Masing-masing ordo diuraikan
ciri-ciri utamanya dan diberikan contohnya.

Kelas Mamalia

Nama Mamalia berasal dari ciri utama anggota-anggota (hewan) yang memiliki
glandula mammae. Selain itu ciri lainnya adalah memiliki rambut-rambut, yang
berfungsi untuk melindungi tubuh dari pengaruh panas maupun dingin. Suhu
tubuh mamalia relatif tetap dan keadaan ini disebut homoioterm. Di dalam kulit
mamalia terdapat kelenjar air susu, kelenjar peluh (keringat) dan kelenjar minyak.
Beberapa jenis mamalia mempunyai kelenjar lain misalnya kelenjar bau dan
kelenjar pipi. Berdasarkan sifatnya gigi-gigi mamalia adalah heterodont,
thecodont, dan diphyodont. Dipandang dari cara menapakkan kakinya, mamalia
ada yang bersifat plantigrad, digitigrad, dan unguligrad. Mamalia juga memiliki
diafragma yang memisahkan rongga dada dari rongga perut. Dipandang dari
aktivitasnya, ada mamalia yang nocturnal dan ada yang diurnal. Secara umum,
ada mamalia yang bermanfaat, ada yang merugikan dan ada yang membahayakan
bagi kehidupan manusia. Jumlah spesies mamalia yang telah dikenal mamalia
tidak kurang 4.000 dan dikelompokkan ke dalam sejumlah ordo.
Sumber buku Taksonomi Vertebrata Karya Soesilo

You might also like