Professional Documents
Culture Documents
http://massofa.wordpress.com/2008/09/23/taksonomi-vertebrata/
Teori Klasifikasi
Pada hakikatnya nama-nama takson itu adalah alat komunikasi bagi para pakar
zoologi, sebab tanpa menyebut nama, orang lain tidak akan mengerti objek hewan
apa yang dimaksudkan. Sayangnya ada ahli-ahli yang lebih tertarik terhadap
nama-nama daripada hewannya sendiri. Sebenarnya nama-nama hewan telah
diberikan sejak manusia mengenal hewan-hewan itu tetapi sifatnya masih
kedaerahan, sehingga disebut nama daerah. Nama daerah berbeda-beda antara satu
tempat dengan tempat yang lain sehingga nama daerah dipandang tidak praktis.
Dalam perkembangannya manusia mencoba menciptakan nama-nama deskriptif,
yaitu nama-nama yang didasarkan atas sebagian besar ciri-ciri yang dimiliki
hewan-hewan yang dipelajari. Nama ini terlalu panjang sehingga tidak praktis.
Itulah sebabnya kemudian diciptakan nama binominal yang lebih sederhana dan
lebih praktis. Sistem binominal mengatakan bahwa nama spesies terdiri atas dua
kata, sekaligus dua nama. Kata pertama merupakan kata genus, kata kedua
merupakan kata spesifik atau disebut nomen triviale. Ternyata terdapat perbedaan
terhadap penggunaan istilah Latin dalam nama ganda itu. Zoologi menggunakan
istilah binominal,sedangkan botani menggunakan istilah binomial. Berdasarkan
asal usulnya, tampaknya istilah binominal lebih tepat. Di dalam tatanama yang
hendak ditata dan dibuatkan peraturannya adalah nama ilmiah atau nama Latin
takson-takson. Peraturan itu tercantum dalam Kode Internasional Tatanama
Zoologi dengan segala perangkatnya.
Kegiatan belajar ini mengatur cara pemberian nama takson tingkat kategori di
bawah spesies dan kategori di atas spesies. Nama takson spesies diatur dalam
sistem binominal, nama takson subspesies dengan trinominal, nama takson di atas
spesies dengan uninominal. Nama familia berakhiran idae, nama subfamilia
berakhiran inae, nama ordo sampai phylum berakhiran bebas, kecuali untuk ikan
dan burung, nama ordo berakhiran iformes. Nama pencipta, diletakkan di
belakang nama spesies, tanpa dipisahkan oleh tanda-tanda tertentu, tanpa
digarisbawahi atau dicetak miring, dapat disingkat. Apabila dijumpai nama
pencipta itu berada dalam tanda kurung, berarti nama genus dari spesies itu telah
diubah, dan untuk menghargai jasanya, nama pencipta pertama tetap ditulis di
belakang nama spesies tetapi di dalam tanda kurung. Apabila suatu populasi
memiliki 2 nama, maka nama itu disebut sinonim, tetapi bila sebuah nama
diberikan pada 2 kelompok populasi berbeda, maka nama itu disebut homonim.
Hibrid tidak diberi nama, sebab hibrid bukan populasi dan berarti bukan takson.
Chordata Rendah
Chordata memiliki 3 (tiga) ciri utama yang membedakannya dari kelompok lain.
Chordata dibedakan atas Chordata rendah dan Chordata tinggi. Anggota-anggota
Chordata rendah tidak memiliki Column vertebralis, tetapi hanya memiliki chorda
dorsalis sebagai penguat tubuhnya. Kepemilikan chorda dorsalis itu berbeda-beda,
ada kelompok yang hanya memiliki chorda dorsalis di bagian anterior, ada yang
hanya di bagian ekor dan ada yang memanjang pada seluruh punggung tubuh.
Atas dasar 3 (tiga) perbedaan ciri tentang kepemilikan chorda dorsalis, batang
syaraf dan celah insang, maka chordata rendah dibagi menjadi 3 (tiga)
Subphylum: Hemichordata, Urochordata dan Cephalochordata.
Kegiatan belajar ini membahas tentang kelompok ikan tidak berahang yang
termasuk kelas Agnatha. Kelas ini meliputi 2 ordo: Myxiniformes dan
Petromyzontiformes. Kedua kelompok ini memiliki persamaan dan perbedaan,
terutama berkaitan dengan mulut, sirip dan celah insang. Disamping kelas
Agnatha, kegiatan belajar ini juga membahas kelas Chondrichthyes, yaitu ikan-
ikan yang kerangkanya berupa tulang rawan, dan sesungguhnya tulang rawan ini
bukan menunjukkan keprimitifannya melainkan merupakan ciri sekunder. Kelas
ini mencakup 2 subkelas: Elasmobranchii yang dibedakan atas ordo Squaliformes
dan ordo Rajiforms, serta subkelas Holocephali. Ordo Squaliformes mencakup
semua jenis ikan hiu, sedangkan ordo Rajiformes mencakup jenis-jenis ikan pari.
Terdapat beberapa perbedaan antara ikan hiu dan ikan pari yaitu dalam hal: letak
celah insang, perlekatan sirip dada dan ujud dari ekornya. Subkelas Holocephali
mencakup jenis ikan langka yang disebut ikan tikus. Ikan ini tidak mirip dengan
ikan hiu ataupun ikan pari dalam hal: bentuk tubuh dan jumlah celah insang.
Osteichthyes mencakup semua jenis ikan dengan kerangka berasal dari bahan
tulang sejati. Ada kelompok besar ikan bertulang sejati ini. Satu kelompok sangat
penting artinya dalam perjalanan evolusi hewan darat (Tetrapoda) dan kelompok
yang lain berkembang menjadi ikan-ikan maju seperti kita kenal sekarang ini.
Ikan-ikan yang dipandang penting dalam perjalanan evolusi Tetrapoda adalah
ordo Coelacanthiformes, sedangkan yang berkembang menuju ikan-ikan modern
masa sekarang adalah Actinopterygii.
Kelas Ampbhibia
Amfibi adalah kelompok vertebrata darat yang paling primitif, menduduki tempat
peralihan dari kehidupan akuatik ke kehidupan darat. Perubahan tempat
kehidupan ini menyebabkan seakan-akan kelompok ini masih mencari-cari pola
yang sesuai, sehingga terlihat adanya model-model kehidupan, wujud dan ciri-ciri
kelompok yang beragam. Di samping adanya model dan wujud yang beragam,
juga terjadi perubahan alat-alat tubuh yang disesuaikan dengan cara hidup di
darat, misalnya perlu paru-paru, tungkai, choana, dan lain-lain. Untuk klasifikasi
Amphibia diperlukan kombinasi berbagai ciri. Dengan demikian Amphibia dapat
dibagi menjadi 4 ordo: Apoda, Trachystomata, Caudata dan Anura. Apoda dan
Trachystomata merupakan ordo yang anggota-anggotanya sedikit, sedangkan
Caudata dan Anura merupakan ordo-ordo yang anggota-anggotanya banyak.
Pembahasan kedua ordo ini dibatasi hanya yang berkaitan dengan contoh-contoh
yang ada di alam Indonesia.
Reptilia
Reptilia adalah kelompok hewan darat yang sebenarnya karena mereka bernapas
dengan paru-paru sepanjang hidupnya. Sebagai hewan darat yang hidup di
lingkungan kering, kulitnya memiliki lapisan bahan tanduk yang tebal. Lapisan ini
mengalami modifikasi menjadi sisik-sisik. Kulit sedikit sekali mengandung
kelenjar kulit. Ada di antaranya yang selain mempunyai sisik epidermis juga
mempunyai sisik dermis, misalnya buaya. Pada anggota Lacertilia pengelupasan
kulit terjadi sedikit demi sedikit, sedangkan pada ular terjadi sekaligus. Reptil
termasuk Tetrapoda sehingga memiliki 4 buah tungkai atau kaki, tetapi ada pula
di antara anggota-anggotanya yang tungkainya mereduksi atau menghilang sama
sekali. Menghilangnya tungkai-tungkai itu merupakan ciri sekunder, atau wujud
adaptasi terhadap lingkungan. Hewan reptil berkloaka dengan celah berbentuk
transversal atau longitudinal. Sebagai hewan darat reptil telah memiliki langit-
langit sekunder, dan pada buaya perkembangannya telah sempurna. Semua reptil
bergigi kecuali kura-kura. Perlekatan gigi-gigi itu ada yang acrodont, pleurodont,
thecodont. Pada anggota Lacertilia, lidah berkembang baik dan dapat digunakan
sebagai ciri penting untuk klasifikasi. Alat pendengar, ada yang dilengkapi dengan
telinga luar dan ada yang tidak. Mata ada yang berkelopak dan dapat bergerak,
ada pula yang kelopaknya tidak dapat bergerak serta berubah menjadi bangunan
transparan. Reptil jantan memiliki alat kelamin luar berupa sebuah penis atau satu
pasang hemipenis. Embrio memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur pada
waktu menetas. Klasifikasi reptil, pada awalnya didasarkan atas arsitektur
tengkoraknya. Formulasi ini dikemukakan oleh Osborn tahun 1903, yaitu
ditunjukkan dengan adanya ciri-ciri tengkorak: anapsid, diapsid, synapsid
(parapsid). Sekarang klasifikasi reptil tersebut telah banyak berubah, dan dibagi
menjadi 4 ordo: Testudinata, Rhynchocephalia, Squamata dan Crocodilia.
Kelas Aves
Setiap burung tubuhnya ditutupi bulu, sehingga bulu merupakan ciri spesifik
burung, yang tidak dimiliki oleh kelompok Tetrapoda lainnya. Pada hakikatnya
bulu berfungsi sebagai alat untuk terbang, karena burung merupakan
perkembangan filogenetik dari reptil yang tak terbang. Bulu diduga berasal dari
modifikasi sisik-sisik reptil yang menjadi moyang burung. Selain itu bulu juga
berfungsi untuk menjaga suhu tubuh burung agar tetap tinggi. Sebelum burung
benar-benar dapat terbang ada suatu bentuk makhluk yang sebagian ciri-cirinya
menyerupai burung dan sebagian yang lain menyerupai reptil. Bentuk ini
dipandang atau dianggap sebagai bentuk perkembangan reptil menuju burung.
Makhluk yang fosilnya ditemukan di Jerman ini diberi nama Archaeopteryx
lithographica. Berdasarkan atas kemampuan terbangnya, burung dibagi menjadi 2
kelompok besar yaitu Ratitae yang anggota-anggotanya tidak dapat terbang
karena alat-alat terbangnya tidak memadai. Kelompok kedua adalah Carinatae
yang mencakup burung-burung yang mampu terbang, bahkan ada yang sangat
pandai terbang. Lebih lanjut masing-masing kelompok itu dibagi-bagi menjadi
ordo-ordo yang jumlahnya tidak kurang dari 30. Masing-masing ordo diuraikan
ciri-ciri utamanya dan diberikan contohnya.
Kelas Mamalia
Nama Mamalia berasal dari ciri utama anggota-anggota (hewan) yang memiliki
glandula mammae. Selain itu ciri lainnya adalah memiliki rambut-rambut, yang
berfungsi untuk melindungi tubuh dari pengaruh panas maupun dingin. Suhu
tubuh mamalia relatif tetap dan keadaan ini disebut homoioterm. Di dalam kulit
mamalia terdapat kelenjar air susu, kelenjar peluh (keringat) dan kelenjar minyak.
Beberapa jenis mamalia mempunyai kelenjar lain misalnya kelenjar bau dan
kelenjar pipi. Berdasarkan sifatnya gigi-gigi mamalia adalah heterodont,
thecodont, dan diphyodont. Dipandang dari cara menapakkan kakinya, mamalia
ada yang bersifat plantigrad, digitigrad, dan unguligrad. Mamalia juga memiliki
diafragma yang memisahkan rongga dada dari rongga perut. Dipandang dari
aktivitasnya, ada mamalia yang nocturnal dan ada yang diurnal. Secara umum,
ada mamalia yang bermanfaat, ada yang merugikan dan ada yang membahayakan
bagi kehidupan manusia. Jumlah spesies mamalia yang telah dikenal mamalia
tidak kurang 4.000 dan dikelompokkan ke dalam sejumlah ordo.
Sumber buku Taksonomi Vertebrata Karya Soesilo