You are on page 1of 72

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembangunan bangsa
secara keseluruhan, dimana pendidikan berperan dalam mengembangkan
aspek-aspek kehidupan terutama dalam masa reformasi yang serba transparan
seperti sekarang ini. Pendidikan pada dasarnya berperan dalam mencerdaskan
kehidupan bagsa yang sasarannya adalah upaya peningkatan kualitas manusia
Indonesia, baik sosial, spiritual dan intelektual serta kemampuan yang
professional. Di dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke IV, merupakan cita-
cita dari bangsa Indonesia yang salah satunya berbunyi mencerdaskan
kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, kemudian diatur
lebih lanjut dalam pasal 31 ayat (1) setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan.
Di dalam UU RI no 20 tahun 2003 Bab II pasal 3, ditetapkan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional yang lebih rinci sebagai berikut:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak
mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Untuk menjalankan fungsi dan mencapai tujuan pendidikan tersebut kita
mengenal adanya pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan
formal dan nonformal diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional
Pendidikan. Pada Pasal 1 (satu), dalam Peraturan Pemerintah ini yang
dimaksud dengan:
1. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.
2

2. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal


yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Berdasarkan kutipan di atas untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, pemerintah
mewajibkan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di dalam kurikulum
persekolah dimulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
perguruan tinggi. Sebagaimana lazimnya suatu bidang studi yang diajarkan di
sekolah, materi keilmuan dari mata pelajaran kewarganegaraan mencakup
dimensi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), dan nilai (values).
Secara kusus ide pokok Mata Pelajaran Kewarganegaraan yakni ingin
membentuk warga negara yang ideal yaitu warga negara yang memiliki
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai sesuai dengan konsep dan prinsip-prinsip
kewarganegaraan. Pada gilirannya, warga negara yang baik tersebut
diharapkan dapat membantu terwujudnya masyarakat yang demokratis dan
berdasarkan konstitusional.
Berbagai negara di dunia memiliki kriteria masing-masing tentang
warga negara yang baik, sesuai dengan konstitusinya. Bagi bangsa Indonesia
warga negara yang baik tersebut tentu saja adalah warga negara yang dapat
menjalankan perannya dalam hubungannya sesama warga negara dan
hubungannya dengan negara yang sesuai dengan konstitusi negara (Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945).
Sehubungan dengan itu, mata pelajaran kewarganegaraan mencakup
dimensi:
1. Pengetahuan Kewarganegaraan (civics knowledge) yang mencakup bidang
politik, hukum dan moral. Secara lebih terperinci, materi pengetahuan
kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan proses
demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah, indentitas nasional,
pemerintah berdasarkan hukum (rule of low) dan peradilan yang bebas dan
tidak memihak, konstitusi, sejarah nasional, hak dan kewajiban warga
negara, hak asasi manusia, hak sipil, dan hak politik.
3

2. Keterampilan Kewarganegaraan (civics skills) meliputi keterampilan


partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya: berperan
serta aktif mewujudkan masyarakat madani (civil society), keterampilan
mempengaruhi dan monitoring jalannya pemerintahan, dan proses
pengambilan keputusan politik, keterampilan memecahkan masalah-
masalah sosial, keterampilan mengadakan koalisi, kerja sama, dan
mengelola konflik.
3. Nilai-Nilai Kewarganwgaraan (civics values) mencakup antara lain
percaya diri, komitmen, penguasaan atas nilai religius, norma dan nilai-
nilai luhur, nilai keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan individual,
kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan
berkumpul, dan perlindungan terhadap minoritas.
Mata pelajaran kewarganegaraan merupakan bidang kajian
multidisipliner, artinya materi keilmuan kewarganegaraan dijabarkan dari
beberapa disiplin ilmu antara lain ilmu Politik, Ilmu Tata Negara, Hukum, dan
Filsafat. Adapun bidang kajian dari dimensi Politik yakni manusia sebagai
zoonpolitikon, dan proses terbentuknya masyarakat politik. Bidang kajian dari
ilmu tata negara yakni proses terbentuknya negara, unsur negara, tujuan
negara dan bentuk-bentuk negara. Dimensi kajian dari Hukum yakni negara
hukum, konstitusi, sumber hukum dan subjek dan objek hukum. Bidang kajian
dari filsafat yaitu pancasila sebagai falsafah bangsa.
Kewarganegaraan dipandang sebagai mata pelajaran yang memegang
peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik sesuai dengan
falsafah bangsa dan konstitusi negara Republik Indonesia. Pendidikan di
Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga
negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,
cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda,
4

keutuhan negara kesatuan republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan


negara, sikap positif terhadap negara kesatuan republik Indonesia,
keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,
tata tertib di sekolah, norma yang berlaku dimasyarakat, peraturan-
peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan
internasional.
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban
anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM,
pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
4. Kebutuhan warga negara, meliputi: Demokratis, hidup gotong royong,
harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi,
kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama,
prestasi diri , persamaan kedudukan warga negara.
5. Konstitusi negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,
hubungan dasar negara dengan konstitusi.
6. Kekuasan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan
sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat
madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.
7. Pancasila, meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara,
pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila
sebagai ideologi terbuka.
8. Globalisasi, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional
dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.
5

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari Mata Pelajaran Kewarganegaraan


setelah diadakan proses pembelajaran, siswa memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1. Berfikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu-isu
kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, bertindak secara cerdas
dalam kegitan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti
korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama bangsa-bangsa lain.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi. (Bambang Suteng: 2006).
Namun, realita yang terjadi di dalam masyarakat Indonesia betapa
banyak orang yang latar belakang pendidikannya tinggi melakukan hal-hal
berupa pelanggaran norma, etika, dan moral sebangai manusia bernegara yang
baik, seperti: korupsi, penyalah gunaan wewenang, dan itu hanya dilandasi
oleh kepentingan individu semata. Sewaktu dibangku pendidikan semua
peserta didik dibekali dengan suatu ilmu yang mempelajari tentang kaidah-
kaidah dan etika kehidupan, baik kehidupan bernegara maupun kehidupan
sosial bahkan kehidupan individu. Semua itu diperoleh dari suatu ilmu, ilmu
itu adalah ilmu kewarganegaraan yang mempunyai empat tujuan seperti
uraian di atas.
Dalam diri manusia ada beberapa aspek yang berperan yaitu aspek
sosial, aspek kognitif dan aspek motorik. Hal ini dapat dipahami bahwa
manusia itu berhubungan dengan orang lain (sosial), berfikir (kognitif),
menilai (afektif) dan berbuat (motorik) maka aspek-aspek tersebut perlu
dikembangkan dalam diri anak didik sebagai manusia yang tumbuh dan
berkembang.
6

Untuk mencapai itu semua perlu dilaksanakan suatu proses


pembelajaran yang melibatkan dua subjek yakni pendidik (guru) dan peserta
didik (siswa). Proses pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan di
sekolah, agar pendidikan dan pengajaran berjalan dengan benar dan menarik
maka diperlukan suatu model pembelajaran. Model pembelajaran banyak
sekali jenisnya, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Tujuan
yang berbeda dari setiap mata pelajaran, sesuai dengan jenis, fungsi, sifat,
maupun isi dari mata pelajaran itu sendiri.
Adapun beberapa model pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam
pembelajaran kewarganegaraan :
1. Model Pembelajaran Kooperatif (Robert E. Slavin : 2008)
2. Model Pembelajaran Telaah Yurisprudensi (Jurisprudential Inquiry)
(Hamzah B. Uno : 2007)
3. Model Pembelajaran Bermain Peran (Hamzah B. Uno : 2007)
4. Model Pembelajaran Simulasi Sosial (Hamzah B. Uno : 2007)
Dari beberapa model tersebut sesuai dengan kajian penulis yang
memfokuskan pada model kooperatif tipe STAD (student teams
achievement divisionts).
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada
dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi,
sedang, rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama
dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. (Robert E. Slavin :
2008)
2. Model Pembelajaran Telaah Yurisprudensi (Jurisprudential Inquiry)
Model pembelajaran ini membantu siswa untuk belajar berpikir secara
sistematis tentang isu-isu kontemporer yang sedang terjadi dalam masyarakat.
Dengan memberikan mereka cara-cara menganalisis dan mendiskusikan isu-
7

isu social, model pembelajaran ini membantu siswa untuk berpartisipasi dalam
mendefinisi ulang nilai-nilai sosial. (Hamzah B. Uno : 2007)
3. Model Pembelajaran Bermain Peran
Model pembelajaran ini bertujuan untuk membantu siswa menemukan
makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan
kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep
peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku
dirinya dan perilaku orang lain. Proses bermain peran ini dapat memberikan
contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa
untuk: menggali perasaannya, memperoleh inspirasi dan pemahaman yang
berpegaruh terhadap sikap, nilai, dan persepsinya terhadap pemecahan
masalah. (Hamzah B. Uno : 2007)
4. Model Pembelajaran Simulasi Sosial
Model ini menganggap siswa (pelajar) sebagai suatu sistem yang dapat
mengendalikan umpan balik sendiri (self regulated feedback). Sistem tersebut
mempunyai fungsi yang sama baik manusia maupun mesin, fungsi tersebut:
menghasilkan gerakan untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan,
mendeteksi kesalahan dan memanfaatkan kesalahan untuk diarahkan kembali
kejalur yang benar. (Hamzah B. Uno : 2007)
Dalam meningkatkan partisipasi siswa untuk berbicara atau
mengeluarkan pendapat (ide) dan merespon atau menanggapi permasalahan
maka pendidik (guru) menggunakan suatu model pembelajaran yang lebih
cenderung membuat siswa berperan aktif, maka dari empat model
pembelajaran tersebut yang lebih membuat siswa berperan aktif yakni: Model
Pembelajaran Kooperatif dengan tipe STAD (Student Teams Achivement
Divisions), dimana kedua subjek berperan aktif dan siswa tidak dijadikan
objek oleh guru. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan
tipe STAD (Student Teams Achivement Divisions) dalam proses pembelajaran
diharapkan siswa berperan aktif dan guru sebagai pasilitator.
Adapun output dari model pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD
(Student Teams Achivement Divisions) yakni kerja sama, kemampuan
8

mengeluarkan pendapat, kemampuan menanggapi pendapat, dan kemampuan


menghargai pendapat orang lain. STAD adalah salah satu metode
pembelajaran Tim Siswa yang paling sederhana dan paling banyak diterapkan.
Holubec dalam Nurhadi dalam Arini (2009) mengemukakan model
pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran melalui
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar dalam mencapai tujuan belajar. Adapun karakteristik model
pembelajaran kooperatif adalah (http://yusti-arini.blogspot.com):
1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan
berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing
individu.
Dalam model pembelajaran kooperatif dikembangkan metode diskusi
dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling
belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi
kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling
menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. (http://yusti-
arini.blogspot.com).
Diskusi adalah suatu cara belajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan
pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta
diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu
keputusan atau pendapat yang disepakati bersama,(Yahya Nursidik: 2008).
Metode diskusi menghasilkan keterlibatan murid karena meminta mereka
menafsirkan pelajaran. Dengan demikian para murid tidak akan memperoleh
pengetahuan tanpa mengambilnya untuk dirinya sendiri, diskusi membantu
agar pelajaran dikembangkan terus-menerus atau disusun berangsur-angsur
dan merangsang semangat bertanya dan minat perorangan.
Dari kutipan di atas diharapkan siswa mampu untuk berpartisipasi dalam
hal mengemukakan pendapatnya , kreatif berbicara, menyanggah dan
9

mengkritik. Wazir Ws., et al. dalam Saca Firmansyah (2008) Menyatakan


Partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam
interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa
berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok,
melalui berbagai proses dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan,
kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama.
Istilah partisipasi seringkali digunakan untuk memberi kesan mengambil
bagian dalam sebuah aktivitas. Mengambil bagian dalam sebuah aktivitas
dapat mengandung pengertian ikut serta, tetapi dapat juga berarti ikut serta
dalam menentukan jalannya suatu aktivitas, dalam artian ikut menentukan
perencanaan dan pelaksanaan aktivitas tersebut.
Jadi berdasarkan dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
meneliti tentang “Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD (student teams
achievement divisions) Dalam Meningkatkan Partisipasi Siswa Pada
Pembelajaran Kewarganegaraan”
B. Batasan Masalah
Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.
Dalam pengertian ini secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan
memilih, menetapkan, mengembangkan model yang sesuai dengan konten
materi untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pengembangan
model pembelajaran tidak terlepas dari tahap-tahap sistem pendidikan.
Adapun tahap-tahap tersebut adalah:
1. Analisis
2. Rancangan
3. Pengembangan
4. Implementasi
5. Evaluasi
Untuk lebih memfokuskan penelitian ini penulis hanya membatasi pada
“Tahapan Pembelajaran Yakni Pada Tahap Implementasi”.
C. Rumusan Masalah
10

Berpijak dari latar belakang dan batasan masalah di atas maka rumusan
masalah dari penulisan ini adalah, sebagai berikut:
1. Apakah dengan menerapkan model kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achievement Divisions) terjadi peningkatan
kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat?
2. Apakah dengan penerapan model kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achievement Divisions) terjadi peningkatan
kemampuan siswa untuk berfikir kritis?
3. Apakah dengan penerapan metode kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achievement Divisions) terjadi peningkatan
kemampuan siswa dalam bekerja sama?
4. Apakah dengan penerapan metode kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achievement Divisions) terjadi peningkatan
kemampuan siswa dalam menilai kemampuan?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yakni:
1. Tujuan secara umum.
a. Untuk menentukan langkah-langkah dari
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Teams Achievement Divisions).
b. Untuk mendapatkan gambaran penerapan
model STAD dalam pembelajaran kewarganegaraan.
c. Untuk menemukan kelemahan / titik lemah
dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions).
d. Untuk mengetahui apakah penerapan model
STAD dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa.
2. Tujuan secara khusus.
a. Mengidentifikasi tingkat partisipasi siswa
pada saat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
11

(Student Teams Achievement Divisions) dalam hal mengemukakan


pendapat.
b. Mengidentivikasi tingkat kemampuan siswa
memandang suatu masalah.
c. Mengidentivikasi kemampuan siswa dalam
bekerja sama.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak dan instansi
terkait seperti:
1. Sumbangan dan pengembangan ilmu pengetahuan
bagi pembaca khususnya mahasiswa P-IPS/ PKn.
2. Bahan masukan bagi guru-guru.
3. Bagi penulis unutk tambahan ilmu pengetahuan dan
untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (strata satu) pada Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan
Kewarganegaraan.
4. Sebagai bahan pertimbangan bagi dosen FKIP-PKn
Universitas Bung Hatta.
1. Manfaat secara praktis
a. Bagi Siswa
1) Siswa dapat saling bertukar pikiran antara sesama anggota kelompok
sehingga setiap siswa dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang lebih
banyak.
2) Siswa dapat belajar untuk mau mendengarkan dan saling menghargai
pendapat orang lain serta belajar bersosialisasi dengan cara memahami
perbedaan-perbedaan yang tumbuh dalam kelompok.
b. Bagi Pihak Sekolah
Dapat digunakan sebagai bahan masukkan untuk mengadakan variasi
model pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Manfaat secara teoritis
a. Pembaca
12

Menambah pengetahuan pembaca terhadap model pembelajaran


efektif terutama model STAD (Student Teams Achievement Divisions).
b. Penelitian Berikutnya
Hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi peneliti-peneliti lain
untuk mengadakan penelitian serupa di masa yang akan datang.
c. Peneliti yang bersangkutan
Menambah ilmu pengetahuan yang telah dimiliki peneliti dan
merupakan wahana menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat
di bangku kuliah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Dengan belajar manusia mampu mengembangkan potensi-potensi
yang dibawanya sejak lahir sehingga nantinya mampu menyesuaikan diri
demi pemenuhan kebutuhan. Winkel dalam Gufron Faqih (2010)
menyimpulkan bahwa belajar adalah Suatu aktifitas mental / psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai
sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.
Pengertian belajar menurut Bigge dalam Darsono (2000) adalah suatu
perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan
secara genetis. Dalam hal ini perubahan yang dimaksud terjadi pada
pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi atau campuran dari semuanya secara
sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi-situasi tertentu.
Sedang menurut Hilgard dan Bower dalam Purwanto (1990)
mengatakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
individu terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman
yang berulang-ulang. Perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas
dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan sesaat
seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).
Selanjutnya pengertian belajar menurut Hambalik dalam Gufron Faqih
(2010) yaitu: Belajar adalah suatu cara untuk memotivasi dan mempertegas
kelakuan melalui pengalaman dan merupakan proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungannya sehingga akan terjadi
serangkaian pengalaman-pengalaman belajar.
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang
disebut belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang
14

disebabkan adanya pengalaman untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan


dan sikap dari seseorang yang melakukan kegiatan belajar.
2. Pembelajaran
Dimyati dan Mudjiono (2006: 297) mengatakan bahwa pembelajaran
adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk
membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar. Dimana desain intruksional yang dimaksud adalah program
pengajaran yang dibuat oleh guru secara konvensional, desain intruksional
tersebut dikenal sebagai persiapan mengajar guru.
Menurut Degeng (2003:14) pembelajaran adalah upaya untuk
membelajarkan siswa.Dimana dalam pembelajaran terdapat kegiatan pemilih,
menetapkan dan mengembangkan metode atau strategi yang optimal untuk
mencapai hasil belajar yang diinginkan.
Pembelajaran sendiri terdiri dari empat langkah berikut (Dimyati dan
Mudjiono, 2006:14):
a. Langkah satu: menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri.
b. Langkah dua: memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik
tersebut.
c. Langkah tiga: mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk
mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah.
d. Langkah empat: menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan
keberhasilan dan melakukan revisi.
Dari hal diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
suatu proses penyampaian berbagai konsep informasi dan aktifitas kepada
siswa oleh guru dengan menggunakan metode atau strategi yang sesuai supaya
siswa dapat belajar dengan mudah, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
B. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Zaini dalam Yusti Arini (2009) model pembelajaran adalah
pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang
15

untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung


jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan
pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah
untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar.
Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan, serta teknik
pembelajaran, diharapkan adanya perubahan dari mengingat (memorizing)
atau menghafal (rote learning) ke arah berpikir (thinking) dan pemahaman
(understanding), dari model ceramah ke pendekatan discovery learning atau
inquiry learning, dari belajar individual ke kooperatif, serta dari subject
centered ke learner centered atau terkonstruksinya pengetahuan siswa.
Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai
tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah).
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada
dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi,
sedang, rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama
dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
Holubec dalam Nurhadi dalam Yusti Arini (2009) dalam
mengemukakan model pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan
pembelajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.
Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan
adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan. Struktur
tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada model pembelajaran
kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur
penghargaan pada model pembelajaran yang lain. Dalam proses pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama
pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya
16

untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran


kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat
menerima berbagai keragaman dari temannya, serta berkembangnya
keterampilan sosial.
2. Prinsip Dasar dan Karakteristik Model Pembelajaran
Kooperatif
Menurut Johnson & Johnson Yusti Arini (2009), prinsip dasar dalam
model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua
anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan
tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung
jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
Adapun karakteristik model pembelajaran kooperatif adalah:
a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan
berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing
individu.
Dalam model pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan
komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling
belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi
17

kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling


menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Terdapat 6
(enam) langkah model pembelajaran kooperatif:
a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
b. Menyajikan informasi.
c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
d. Membimbing kelompok belajar.
e. Evaluasi dan pemberian umpan balik.
f. Memberikan penghargaan.
Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif adalah (1) membantu
siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan
dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir, (2) membantu
siswa mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi yang
lain, (3) memberikan kesempatan pada siswa untuk memformulasikan
penerapan suatu prinsip, (4) membantu siswa mengenali adanya suatu masalah
dan memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh
dari bacaan atau ceramah, (5) menggunakan bahan-bahan dari anggota lain
dalam kelompoknya, dan (6) mengembangkan motivasi untuk belajar yang
lebih baik.
Tabel 1. Menjelaskan Tentang Fase Pembelajaran Kooperatif:
Fase Kegiatan Tindakan Guru
1 Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
memotivasi siswa yang ingin dicapai dan memotivasi siswa
untuk belajar
2 Menyampaikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau jalan lewat
bacaan
3 Mengorganisasikan siswa Guru menjelaskan pada siswa bagaimana
membentuk kelompok-kelompok belajar
dan membantu kelompok melakukan
transisi secara efisien
4 Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok
bekerja dan belajar belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
18

mereka.

5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang


materi yang dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil
belajarnya
6 Pemberian penghargaan Guru mencari cara-cara menghargai baik
hasil belajar individu maupun kelompok
Sumber: (Ibrahim, 2000:10)
3. Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif Dan Teknik Aplikasinya
Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh
beberapa ahli antara lain Slavin adalah sebagai berikut:
.a Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini pertama kali dikembangkan oleh
Aronson dkk. Langkah-langkah mengaplikasikan tipe Jigsaw dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda
baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah serta jika mungkin
anggota berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap
mengutamakan kesetaraan jender. Kelompok ini disebut kelompok asal.
Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah
bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi
tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua
siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam
kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG).
Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran
yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada
temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson
disebut kelompok jigsaw (gigi gergaji).
2) Misal suatu kelas dengan jumlah siswa 40, dan materi pembelajaran yang
dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari dari 5 bagian
19

materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli


yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5
siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal
memberikan informasi yang telah diperoleh dalam diskusi di kelompok
ahli dan setiap siswa menyampaikan apa yang telah diperoleh atau
dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok
baik yang dilakukan oleh kelompok ahli maupun kelompok asal.
3) Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,
selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan
pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi
kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi
pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
4) Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual
5) Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor
dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
6) Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian
materi pembelajaran.
7) Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan tipe Jigsaw untuk belajar
materi baru, perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut
serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
.b Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Heads
Together)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen
(1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam
penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran.
Langkah-langkah penerapan tipe NHT:
1) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada
siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
20

2) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan


skor dasar atau skor awal.
3) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 4-5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama.
4) Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam
kelompok.
5) Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor
(nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa
yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.
6) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.
7) Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
8) Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor
dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD (Student Teams Achievement Divisions)
STAD adalah salah satu model pembelajaran koperatif yang dimulai
dari pengarahan, membuat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan
belajar, LKS, modul secara kolaboratif, kemudian dipresentasi oleh kelompok
sehingga terjadi diskusi kelas. Kemudian dilakukan kuis individual dengan
memberikan skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor
tim dan individual dan berikan reward.
Tipe STAD merupakan salah satu model dari pembelajaran kooperatif
yang paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh Robert Slavin dan
kawan-kawan di John Hopkins University. Tipe ini sangat popular karena
mudah diaplikasikan dalam kelas. Ide dasar tipe STAD adalah bagaimana
memotivasi siswa dalam kelompoknya agar mereka dapat saling mendorong
dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang disajikan, serta
menumbuhkan suatu kesadaran bahwa belajar itu penting, bermakna dan
menyenangkan.
21

Seperti dalam kebanyakan model pembelajaran kooperatif, tipe STAD


bekerja berdasarkan prinsip siswa bekerja bersama-sama untuk belajar dan
bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga
dirinya sendiri (Handayanto, 2003:115). Handayanto (2003:74) juga
menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan
berbagai cirri pembelajaran langsung dan merupakan model pembelajaran
yang mudah diterapkan dalam pembelajaran”.
Model ini dipandang sebagai model yang paling sederhana dan paling
langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Para siswa didalam kelas
dibagi dalam beberapa kelompok atau tim yang masing-masing terdiri dari
empat atau lima anngota kelompok. Setiap kelompok mempunyai anggota
yang heterogen baik jenis kelamin, ras, etnik maupun kemampuannya (tinggi,
sedang, rendah). (Nurhadi,2004: 65)
Komponen utama dalam tipe STAD (Student Teams-Achievement
Divisions), yaitu: Slavin (2008)
1) Penyajian kelas (Class Presentation). Guru menyajikan materi didepan
kelas secara klasikal yang difokuskan pada konsep-konsep materi yang
akan dibahas saja. Selanjutnya siswa disuruh belajar dalam kelompok
kecil untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
2) Pembentukan kelompok belajar (Teams). Siswa disusun dalam kelompok
yang anggotannya heterogen (baik kemampuan akademiknya maupun
jenis kelaminnya). Caranya dengan merangkingkan siswa berdasarkan
nilai rapor atau nilai yang diperoleh oleh siswa sebelum model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun fungsi pengelompokan ini
adalah untuk mendorong adanya kerjasama kelompok dalam mempelajari
materi dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
3) Pemberian tes atau kuis (Quizzes). Setelah belajar kelompok selesai,
diadakan tes atau kuis dengan tujuan utnuk mengetahui atau mengukur
kemampuan belajar siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dalam hal
ini siswa siswa sama sekali tidak dibenarkan untuk kerjasama dengan
temannya. Tujuan tes ini adalah utuk memotivasi siswa agar berusaha dan
22

bertanggung jawab secara individual. Siswa dituntut untuk melakukan


yang terbaik sebagai hasil belajar kelompoknya. Selain bertanggung jawab
secara individual, siswa juga harus menyadari bahwa usaha dan
keberhasilan mereka nantinya akan memberikan sumbangan yang sangat
berharga bagi kesuksesan kelompok. Tes ini dilakukan setelah satu sampai
dua kali penyajian kelas dan pembelajaran dalam kelompok.
4) Pemberian skor peningkatan individu (Individual Improvement Scores).
Hal ini dilakukan untuk memberikan kepada siswa suatu sasaran yang
dapat dicapai bila mereka bekerja keras dan memperlihatkan hasil yang
baik dibandingkan dengan hasil yang sebelumnya. Pengelola skor hasil
kerjasama siswa dilakukan dengan urutan berikut: Skor awal, skor tes,
skor peningkatan dan skor kelompok.
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Slavin : 2008) :
1) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada
siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga
akan diperoleh skor awal.
3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5
siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan
rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku
yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender.
4) Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk
mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya
digunakan untuk penguatan pemahaman materi.
5) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
6) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
7) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis
berikutnya (terkini).
23

d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team


Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin.
Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan
pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan pembelajarannya lebih
banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini
adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah
dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-
kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan
semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban
sebagai tanggung jawab bersama.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah
sebagai berikut:
1) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi
pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
2) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan
skor dasar atau skor awal.
3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5
siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan
rendah). Jika mungkin, anggota kelompok terdiri dari ras, budaya, suku
yang berbeda tetapi tetap mengutamakan kesetaraan jender
4) Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok.
Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa
jawaban teman satu kelompok.
5) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
6) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis
berikutnya (terkini).
24

Berpijak dari latar belakang dan teori diatas peneliti ingin melihat
implementasi dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions), yang dikembangkan oleh Slavin dkk. Yang lebih
dirumuskan atau ditekankan pada diskusi kelas.
C. Pengertian Metode Diskusi dan Langkah-langkah
Penerapan Diskusi
1. Pengeretian Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu
keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para
peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu
keputusan atau pendapat yang disepakati bersama. (Yahya Nursidik: 2008 ).
Selanjutnya definisi diskusi juga di kemukakan oleh Heriyanto Chanra:
(2004) Diskusi ialah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran
pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan problematis
permunculan ide-ide dan pengujian ide-ide ataupun pendapat dilakukan oleh
beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu yang diarahkan untuk
memperoleh pemecahan permasalahannya dan untuk mencari kebenaran.
Dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa diskusi merupakan suatu metode untuk pemecahan masalah dengan
cara mengusulkan beberapa solusi dengan menarik suatu kesimpulan yang
merupakan kesepakatan bersama. Yang lebih mengacu pada pendapat Yahya
Nursidik:(2008).”Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan
oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem
dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau
memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama.”
2. Langkah-langkah Penerapan Metode Diskusi
Yahya Nursidik: (2008), menyebutkan langkah-langkah umum pelaksanaan
diskusi sebagai berikut ini:
Adapun kegiatan guru dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
25

1) Guru menetapkan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan atau
guru meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok atau
problem yang akan didiskusikan.
2) Guru menjelaskan tujuan diskusi.
3) Guru memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab mengenai
materi pelajaran yang didiskusikan.
4) Guru mengatur giliran pembicara agar tidak semua siswa serentak
berbicara mengeluarkan pendapat.
5) Menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas
dapat mendengarkan apa yang sedang dikemukakan.
6) Mengatur giliran berbicara agar jangan siswa yang berani dan berambisi
menonjolkan diri saja yang menggunakan kesempatan untuk
mengeluarkan pendapatnya.
7) Mengatur agar sifat dan isi pembicaraan tidak menyimpang dari
pokok/problem.
8) Mencatat hal-hal yang menurut pendapat guru harus segera dikoreksi yang
memungkinkan siswa tidak menyadari pendapat yang salah.
9) Selalu berusaha agar diskusi berlangsung antara siswa dengan siswa.
10) Bukan lagi menjadi pembicara utama melainkan menjadi pengatur
pembicaraan.
Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
1) Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau
mengusahakan suatu problem dan topik kepada kelas.
2) Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku sumber
atau sumber pengetahuan lainnya, agar dapat mengemukakan jawaban
pemecahan problem yang diajukan.
3) Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang diperoleh
setelah membicarakan bersama-sama teman sebangku atau sekelompok.
4) Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap
pendapat yang baru dikemukakan.
26

5) Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat yang


dikemukakan oleh siswa atau kelompok lain.
6) Menghormati pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau
berbeda pendapat.
7) Mencatat sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling dikemukakan
teman baik setuju maupun bertentangan.
8) Menyusun kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa yang baik dan
tepat.
9) Ikut menjaga dan memelihara ketertiban diskusi.
10) Tidak bertujuan untuk mencari kemenangan dalam diskusi melainkan
berusaha mencari pendapat yang benar yang telah dianalisa dari segala
sudut pandang.
Budiardjo, dkk, (1994:20-23) membuat langkah penggunaan metode diskusi
melalui tahap-tahap berikut ini.
1) Tahap Persiapan
a) Merumuskan tujuan pembelajaran
b) Merumuskan permasalahan dengan jelas dan ringkas.
c) Mempertimbangkan karakteristik anak dengan benar.
d) Menyiapkan kerangka diskusi yang meliputi: (1) menentukan dan
merumuskan aspek-aspek masalah,(2) menentukan alokasi waktu,(3)
menuliskan garis besar bahan diskusi,(3) menentukan format
susunan tempat,(4) menetukan aturan main jalannya diskusi.
e) Menyiapkan fasilitas diskusi, meliputi: (1) menggandakan bahan
diskusi,(2) menentukan dan mendisain tempat,(3) mempersiapkan
alat-alat yang dibutuhkan.
2) Tahap inti
a) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b) Menyampaikan pokok-pokok yang akan didiskusikan.
c) Menjelaskan prosedur diskusi.
d) Mengatur kelompok-kelompok diskusi
e) Melaksanakan diskusi.
27

3) Tahap penutup
a) Memberi kesempatan kelompok untuk melaporkan hasil.
b) Memberi kesempatan kelompok untuk menanggapi.
c) Memberikan umpan balik.
d) Menyimpulkan hasil diskusi.
Peranan guru sebagai pemimpin diskusi:
Untuk mempertahankan kelangsungan, kelancaran dan efektivitas
diskusi, guru sebagai pemimpin diskusi memegang peranan menentukan.
Mainuddin, Hadisusanto dan Moedjiono, (1980:8-9) menyebutkan sejumlah
peranan yang harus dimainkan guru sebagai pemimpin diskusi, adalah berikut
ini.
a. Initiating, yakni menyarankan gagasan baru, atau cara baru dalam
melihat masalah yang sedang didiskusikan.
b. Seeking information, yakni meminta fakta yang relavan atau informasi
yang otoritarif tentang topik diskusi.
c. Giving information, yakni fakta yang relavan atau menghubungkan
pokok diskusi dengan pengalaman pribadi peserta.
d. Giving opinion, yakni memberi pendapat tentang pokok yang sedang
dipertimbangkan kelompok, bisa dalam bentuk menantang konsesus atau
sikap "nrimo" kelompok.
e. Clarifying, yakni merumuskan kembali pernyataan sesorang;
memperjelas pernyataan sesorang anggota.
f. Elaborating, yakni mengembangkan pernyataan seseorang atau
memberi contoh atau penerapan.
g. Controlling, yakni menyakinkan bahwa giliran bicara merata;
menyakinkan bahwa anggota yang perlu bicara, memperoleh giliran
bicara.
h. Encouraging, yakni bersikap resetif dan responsitif terhadap
pernyataan serta buah pikiran anggota.
i. Setting Standards, yakni memberi atau meminta kelompok
menetapkan, kriteria untuk menilai urunan anggota.
28

j. Harmonizing, yakni menurunkan kadar ketegangan yang terjadi dalam


diskusi.
k. Relieving tension, yakni melakukan penyembuhan setelah terjadinya
tegangan.
l. Coordinating, yakni menyimpulkan gagasan pokok yang timbul dalam
diskusi, membantu kelompok mengembangkan gagasan.
m. Orientating, yakni menyampaikan posisi yang telah dicapai kelompok
dalam diskusi dan mengarahkan perjalanan diskusi selanjutnya.
n. Testing, yakni menilai pendapat dan meluruskan pendapat kearah yang
seharusnya dicapai.
o. Consensus Testing, menialai tingkat kesepakatan yang telah dicapai
dan menghindarkan perbedaan pandangan.
p. Summarizing, yakni merangkum kesepakatan yang telah dicapai
Dari dua langkah diatas maka langkah yang diterapakn adalah langkah
Yahya Nursidik:(2008). Yang sesuai dengan pendapatnya tentang Definisi
metode Diskusi itu sendiri.
Partisipasi Siswa
1. Pengertian Partisipasi
Saca Firmansyah (2008) Menyatakan Partisipasi bisa diartikan sebagai
keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi
tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia
menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses
dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan
tanggungjawab bersama.
Sementara itu, Menurut Keit Davis dalam Sastroputro (1989:35)
menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang
dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan
kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta tanggung jawab
terhadap usaha yang bersangkutan. George Terry dalam Winardi (2002:149)
menyatakan bahwa partisipasi adalah turut sertanya seseorang baik secara
mental maupun emosional untuk memberikan sumbangan-sumbangan pada
29

proses pembuatan keputusan, terutama mengenai persoalan dimana


keterlibatan pribadi orang yang bersangkutan melaksanakan tanggung
jawabnya untuk melakukan hal tersebut. Partisipasi siswa dalam pembelajaran
sering juga diartikan sebagai keterlibatan siswa dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran (Mulyasa, 2004:156).
Jadi partisipasi yang peneliti maksud adalah partisipasi siswa yang
merupakan wujud tingkah laku siswa secara nyata dalam kegiatan
pembelajaran yang merupakan totalitas dari suatu keterlibatan mental dan
emosional siswa sehingga mendorong mereka untuk memberikan kontribusi
dan bertanggung jawab terhadap pencapaian suatu tujuan yaitu tercapainya
prestasi belajar yang memuaskan.
2. Jenis-jenis Partisipasi
Untuk meperoleh gambaran yang jelas tentang partisipasi, disini akan
dipaparkan mengenai jenis-jenis partisipasi menurut Keit Davis dalam
Sastroputro (1989:56). Jenis-jenis partisipasi tersebut adalah:
a. Partisipasi berupa pikiran (psychological participation) merupakan jenis
keikutsertaan secara aktif dengan mengerahkan pikiran dalam suatu
rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Partisipasi yang berupa tenaga (physical Participation) adalah partisipasi
dari individu atau kelompok dengan tenaga yang dimilikinya, melibatkan
diri dalam suatu aktifitas dengan maksud tertentu.
c. Partisipasi yang berupa tenaga dan pikiran (physical and psychological
participation). Partisipasi ini sifatnya lebih luas lagi disamping terjadi
karena orang atau kelompok tidak bisa terjun langsung dari kegiatan
tersebut.
d. Partisipasi yang berupa keahlian (participation with skill) merupakan
bentuk partisipasi dari orang atau kelompok yang mempunyai keahlian
khusus, yang biasanya juga berlatar belakang pendidikan baik formal
maupun non formal yang menunjang keahliannya.
30

e. Partisipasi yang berupa barang (material participation), partisipasi dari


orang atau kelompok dengan memberikan barang yang dimilikinya untuk
membantu pelaksanaan kegiatan tersebut.
f. Partisipasi yang berupa uang (money participation), partisipasi ini hanya
memberikan sumbangan uang kepada kegiatan.
3. Faktor-faktor yang Menyebabkan Partisipasi
Menurut Sudjana dalam Hayati (2001:16) partisipasi siswa di dalam
pembelajaran merupakan salah satu bentuk keterlibatan mental dan emosional.
Disamping itu, partisipasi merupakan salah satu bentuk tingkah laku yang
ditentukan oleh lima faktor, antara lain:
a. Pengetahuan/kognitif, barupa Pengetahuan tentang tema, fakta, aturan,
dan ketrampilan membuat translation.
b. Kondisi situasional, seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial,
psikososial dan faktor-faktor sosial.
c. Kebiasaan sosial, seperti kebiasaan menetap dan lingkungan.
d. Kebutuhan, meliputi kebutuhan Approach (mendekatkan diri), Avoid
(menghindari), kebutuhan individual.
e. Sikap, meliputi pandangan/perasaan, kesediaan bereaksi, interaksi sosial,
minat dan perhatian.
4. Prasyarat Terjadinya Partisipasi
Berdasarkan pendapat Keit Davis dan Newstrom dalam Hayati
(2001:18) bahwa ada beberapa prasayarat terjadinya partisipasi , yaitu antara
lain:
.a Waktu yang cukup untuk berpartisipasi Maksudnya adalah harus ada
waktu yang cukup untuk berpartisipasi sebelum diperlukan tindakan,
sehingga partisipaisi hampir tidak tepat apabila dalamsituasi darurat.
.b Keuntungannya lebih besar dari kerugian. Artinya kemungkinan mendapat
keuntungan seyogyanya lebih besar daripada kerugian yang diperoleh.
.c Relevan dengan kepentingan siswa. Artinya bidang garapan partisipasi
haruslah relevan dan menarik bagi siswa.
31

.d Kemampuan siswa. Artinya siswa hendaknya mempunyai pengetahuan


seperti kecerdasan dan pengetahuan untuk berpartisipasi.
.e Kemampuan berkomunikasi timbal balik. Maksudnya para siswa haruslah
mampu berkomunikasi timbal balik untuk berbicara dengan bahasa yang
benar dengan orang lain.
.f Tidak timbul perasaan terancam bagi kedua belah pihak Artinya masing-
masing pihak seharusnya tidak merasa bahwa posisinya terancam oleh
partisipasi.
.g Masih dalam bidang keleluasan. Maksudnya partisipasi untuk meneruskan
arah tindakan dalam pembelajaran yang hanya boleh berlangsung dalam
bidang keleluasaan belajar dengan batasan-batasan tertentu untuk menjaga
kesatuan bagi keseluruhan.
Pada hakekatnya belajar merupakan interaksi antara siswa dengan
lingkungannya. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang optimal
perlu keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari siswa dalam pembelajaran.
Keterlibatan siswa merupakan hal yang sangat penting dan menentukan
keberhasilan pembelajaran.
Dalam kegiatan belajar, siswa dituntut secara aktif untuk ikut
berpartisipasi dalam pembelajaran. Karena dengan demikian siswalah yang
akan membuat suatu pembelajaran dikatakan sukses, efektif dan efesien.
Siswa yang aktif dalam pembelajaran akan terlihat pada baik dan buruknya
prestasi yang diperoleh.
Sudjana dalam Mulyasa (2004:156) mengemukakan syarat kelas yang
efektif adalah adanya keterlibatan, tanggung jawab dan umpan balik dari
siswa. Keterlibatan siswa merupakan syarat pertama dalam kegiatan belajar di
kelas. Untuk terjadinya keterlibatan itu siswa harus memahami dan memiliki
tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar atau pembelajaran.
Keterlibatan itupun harus memiliki arti penting sebagai bagian dari dirinya
dan perlu diarahkan secara baik oleh sumber belajar.
Untuk mendorong partisipasi siswa dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain memberikan pertanyaan dan menanggapi respon siswa secara
32

positif, menggunakan pengalaman berstruktur, dan menggunakan metode


yang bevariasi yang lebih melibatkan siswa.
Siswa sebagai subjek sekaligus objek dalam pembelajaran. Sebagai
subjek siswa adalah individu yang melakukan proses belajar mengajar.
Sebagai objek karena kegiatan pembelajaran diharapkaan dapat mencapai
perubahan perilaku pada diri subjek belajar. Untuk itu, dari pihak siswa
diperlukan partisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Partisipasi aktif subjek belajar dalam proses pembelajaran antara lain
dipengaruhi faktor kemampuan yang dimiliki hubungannya dengan materi
yang akan dipelajari.
5. Indikator Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran
Berapa banyak kelompok yang bisa:
a. Bertanya
b. Merespon
c. Menyimpulkan pembelajaran
d. Mengerjakan tugas
Dari berbagai pendapat para ahli di atas tentang pengertian partisipasi,
jenis-jenis partisipasi dan sarat terjadinya partisipasi, maka yang menjadi
indikator dalam penelitian ini yaitu kemampuan memberikan pendapat, saran,
tenaga, dan tanggung jawab terhadap tugas serta komunikasi timbal balik.
Maka ciri-ciri dalam kegiatan pembelajaran partisipatif adalah:
a. Pendidik menempatkan diri pada kedudukan tidak serba
mengetahui terhadap semua bahan ajar.
b. Pendidik memainkan peran untuk membantu peserta didik dalam
melakukan kegiatan pembelajaran.
c. Pendidik melakukan motivasi terhadap peserta didik untuk
berpartisipasi dalam pembelajaran.
d. Pendidik menempatkan dirinya sebagai peserta didik.
e. Pendidik bersama peserta didik saling belajar.
f. Pendidik membantu peserta didik untuk menciptakan situasi
belajar yang kondusif.
33

g. Pendidik mengembangkan kegiatan pembelajaran kelompok.


h. Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat
berprestasi.
i. Pendidik mendorong peserta didik untuk berupaya memecahkan
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupannya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini digolongkan kedalam penelitian Eksprimen. Bertujuan
mengumpulkan data yang berkaitan dengan status atau kondisi objek yang
diteliti pada saat dilakukan penelitian. Kemudian data tersebut akan
ditampilkan dalam bentuk narasi dan tabel. Diinterpresentasikan sesuai
dengan tujuan dari penelitian ini.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA semen Padang dengan subyek
penelitian Guru dan siswa sebagai pelaku proses belajar mengajar (PBM)
dikelas XI (IPS1 dan IPS4) jumlah siswa 57 orang siswa, dengan perincian
kelas XI IPS1 sebanyak 31 orang dan kelas XI IPS4 sebanyak 26 orang siswa.
Waktu penelitian dimulai dari tanggal 25 mei sampai dengan 20 juli 2010.
B. Variabel dan Indikator Variabel
1. Variabel
Penelitian ini menggunakan dua (2) variabel, yaitu variabel Independen
dan variabel Dependen. Adapun variabel independennya yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)
dan variabel dependennya yaitu Partisipasi Siswa.
2. Indikator Variabel
Adapun indikator dari variabel independen:
a. Siswa
1) Komunikasi (bertanya dan merespon/mengeluarkan ide)
2) Komitmen
3) Tanggung jawab
b. Guru
1) Peran
2) Analisis
35

3) RancanganPelaksanaa Pembelajaran (RPP)


4) Pengembangan
5) Implementasi
6) Evaluasi
Adapun indikator dari variabel dependen:
Berapa banyak kelompok yang bisa:
a. Bertanya
b. Merespon
c. Menyimpulkan pembelajaran
d. Mengerjakan tugas
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas XI SMA
Semen Padang. Dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 2. Rincian Populasi Kelas
No Kelas XI Jumlah Siswa
1 IPA.1 38 orang
2 IPA.2 38 orang
3 IPA.3 39 orang
4 IPS.1 38 orang
5 IPS.2 32 orang
6 IPS.3 33 orang
7 IPS.4 33 orang
Sumber : Tata Usaha (TU)
2. Sampel
Sebagai sampel dari keseluruhan yang ada, yaitu kelas XI IPS 1 dan IPS4
di SMA Semen Padang tahun ajaran 2010/2011.
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data:
a. Data primer, data yang langsung diperoleh dari guru dan siswa, berupa
informasi yang diberikan dalam menjawab pertayaan yang akan dimuat
dalam angket penelitian.
36

b. Data sekunder, data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang


diperlukan untuk kepentingan penelitian. Seperti: absensi siswa, dan RPP.
2. Sumber Data
Sumber data adalah sesuatu yang didalamnya data dapat diperoleh.
Apabila peneliti menggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan
data, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun
pertanyaan lisan (Arikunto, 2006: 129). Yang dijadikan sumber data dalam
penelitian ini adalah siswa, guru kewarganegaraan dan tata usaha (TU).
E. Instrument Penelitian
Yang di maksud istrumen adalah sarana untuk memperoleh data, maka
istrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Panduan Wawancara
Bertujuan untuk mendapatkan masukan dari siswa mengenai
pembelajaran kooperatif yang telah dilakukan dengan menggunakan lembar
pedoman wawancara yang dilakukan terhadap siswa.
2. Observasi
Digunakan untuk mengetahui data tentang aktifitas yang menunjukkan
adanya data yang mempengaruhi aktifitas kooperatif siswa dan guru. Yang
menjadi observer peneliti dan yang diobservasi pelaksanaan proses belajar
mengajar yang dilakukan guru dan siswa.
3. Daftar angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau peryataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.
Dalam mengumpulkan data alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara, angket dan observasi, dengan langkah-langkah:
.1 Tentukan indikator dan sub indikator yang dijadikan
pedoman dalam penentuan butir-butir instrument.
.2 Membuat kisi-kisi observasi dan kisi-kisi angket.
.3 Membuat draf pertayaan
37

Pengumpulan atau penyusunan data unutk angket ini dilakukan dengan


menggunakan skala likert, dengan lima kategori yaitu: Selalu (SL), Sering
(SR), Kadang-kadang (KK), Tidak Pernah (TP), Sangat Tidak Pernah (STP).
Dan pengumpulan data observasi untuk melihat partisipasi siswa
dipergunakan skala guttman dengan kategori Ada atau Tidak, setiap
munculnya deskriptor Ada mendapat skor 2 dan tidak muncalnya deskriptor
mendapat skor 0.
F. Tekhnik Analisa Data
Setelah semua data terkumpul dengan lengkap, maka data-data tersebut
dipriksa serta di teliti kebenarannya dan disajikan melalui teknik deskriptif
kualitatif dengan proses sebaagi berikut:
1. Mengumpulakan data-data yang sudah diproleh dari hasil penelitian.
2. Mencek keabsahan data yang sudah di tentukan.
3. Mengklafikasi data yang diperlukan sesuai dengan pertanyaan penelitian.
4. Mendeskripsikan data-data sudah diklafikasikan yang sesuai indikator.
5. Memaparkan dalam bab hasil dan pembahasan.
6. Membahas dan menganalisis termasuk menginterpretasi dari data-data
yang telah diolah.
7. menghitung frekuensi dengan menggunakan rumus
f Sudjana (1989:129)
P= x 100 ket: P= jumlah persentase
N f= frekuensi
N= jumlah sampel
Setelah data diolah dengan menggunakan rumus persentase, kemudian
ditetapkan kriteria penilaian masing-masing data yang diperoleh dengan
mengacu pada batasan Sudjana (1989:57) sebagai berikut :
0% - 20% =kurang baik
21% - 40% = kurang
41% - 60% = cukup
61% - 80% = baik
81% - 100%= sangat baik
38

8. Mengeneralisasi.
Tabel 3. Teknik Pengumpulan Data
No Data Sumber Instrumen
1 Data hasil observasi pada saat proses Siswa dan Observassi
pembelajaran berlangsung. guru
2 Tingkat pemahaman dan tanggapan siswa Siswa Wawancara
tentang model kooperatif tipe STAD .
3 Hasil angket untuk mengetahui tingkat Siswa Angket
keberhasilan proses pembelajaran STAD
Sumber: (data diolah)

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Tingkat Partisipasi Siswa Dalam Mengemukakan Pendapat
Partisipasi adalah turut sertanya seseorang baik secara mental maupun
emosianal untuk memberikan sumbangan berupa pikiran, tenaga, keahlian,
39

dan materi dalam proses pembuatan suatu keputusan. Adapun yang dimaksud
dengan partisipasi siswa merupakan wujud tingkah laku siswa secara nyata
dalam kegiatan pembelajaran yang merupakan totalitas dari suatu keterlibatan
mental dan emosional siswa sehingga mendorang mereka untuk memberikan
konstribusi dan bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan dari
pembelajaran itu sendiri. Partisipasi dalam mengemukakan pendapat bisa
dilihat dari dua aspek yaitu bertanya dan merespon.
a) Kelas sampel XI IPS1
Berikut hasil partisipasi siswa dalam mengemukakan pendapat di kelas
XI IPS1, pada tanggal 03 juni 2010 jam pertama (07:15 wib).
Adapun langkah-langkah pelaksanaan diskusi kelas :
1) Siswa dibagi menjadi tujuh kelompok.
2) Membahas tentang topik yang sama yaitu latar belakang terjadinya
konflik Israel-Palestina, sikap kita seharusnya dan solusinya.
3) Kemudian satu kelompok mempresentasikannya di depan kelas.
4) Diskusi kelas.
Kelompok I (satu) yang mempersentasikan di depan kelas. Hasil diskusi
kelompok I yang disampaikan oleh Amalia tizzany M.: “Yang melatar
belakangi konflik Israel-Palestina adalah tindakan saparatis Israel yang ingin
memperluas wilayah negaranya dengan menguasai wilayah Palestina.
Tindakan yang harus dilakukan dewan keamanan PBB mesti lebih tegas
dalam menyelesaikan masalah tersebut, mengusahakan penegakkan HAM
yang tertindah oleh Israel, ikut serta dalam perdamaian dunia. Solusinya
menurut pendapat kelompok kami yaitu melakukan embargo baik senjata dan
ekonomi terhadap negara Israel karena negara itulah yang memicu konflik
pertama”.
 Kelompok yang bertanya :
1) Kelompok lima (V), Yokie rahmatugafur “Dalam konflik internasional
banyak berdampak pada negara-negara lain, seperti demo yang dilakukan
oleh bebrapa pihak. Bagaimana pengaruh dan apakah itu berupa solusi dari
konflik?”
40

2) Kelompok dua (II), Yulia fransiska “Bagaimana menurut kelompok I,


tentang peran PBB dalam hal perdamaian dunia?”
3) Kelompok enam (VI), Budi zikril hakim “Apa sikap negara Indonesia saat
ini, sudah sesuai dengan ketentuannya yang dalam cita-citanya ikut serta
dalam perdamaian dunia?”
4) Kelompok empat (IV), Widia nurindah fitri “Menurut kelompok anda
penyebab utama konflik Israel-Palestina itu apa?”
 Kelompok yang merespon :
1) Kelompok satu (I), Egi jordian “Orang-orang demo itu tidak hanya
sekedar demo-demo saja, tetapi itu merupakan bentuk solidaritas sesama
manusia. Dengan aksi itu pemerintah akan mempercepat tindakannya,
dalam hal aparat negara untuk mewujudkan perdamaian dunia”.
2) Kelompok tujuh (VII), Audra tanthy ohana “Demo merupakan hak,
asalkan masih sesuai dengan kode etik demo. Menurut saya sah-sah saja,
setidaknya berdampak dalam bentuk kemanusiaan”.
3) Kelompok lima (V), Yokie rahmatugafur “Kalau begitu bagus berarti aksi
demo, dengan catatan demo yang tidak anarkis. Saran saya jangan demo
kecil-kecilan buat aksi yang lebih besar lagi, agar bisa didengar oleh PBB
selaku penanggung jawab keamanan dunia”.
4) Kelompok satu (I), Rahmi febrianty putri “Menurut kelompok kami peran
PBB, belum optimal dalam memecahkan solusi agar tidak terjadi konflik,
karena PBB masih diperankan oleh Amerika yang secara tidak langsung
mendukung salah satu pihak yang berkonflik”.
Uraian di atas memperlihatkan tingkat partisipasi siswa dalam hal
mengemukakan pendapat dikategorikan sangat baik pada saat diskusi kelas
karena dari tujuh kelompok (I, II, III, IV, V, VI, VII) ada enam kelompok (I,
II, IV, V, VI, VII) ikut berpartisipasi dalam diskusi kelas tersebut.
b) Kelas sampel XI IPS4
Berikut hasil partisipasi siswa dalam mengemukakan pendapat di kelas
XI IPS1, pada tanggal 03 juni 2010 jam kedua (09:15 wib).
Adapun langkah-langkah pelaksanaan diskusi kelas :
41

1) Siswa dibagi menjadi lima kelompok.


2) Membahas tentang topik yang sama yaitu latar belakang terjadinya
konflik Israel-Palestina, sikap kita seharusnya dan solusinya.
3) Kemudian satu kelompok mempresentasikannya di depan kelas.
4) Diskusi kelas.
Kelompok satu (I) yang mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya
di depan kelas, yang disampaikan oleh Niki kurniawan : “Yang melatar
belakangi perang Israel-Palestina bisa dilihat dari dua sudut pandang yakni
politik dan sosial budaya. Politik : Israel menyerang Palestina karena ingin
memperluaskan wilayah negaranya. Sosial budaya : Israel yang beragama
yahudi sangat membenci agama islam, oleh karena itu Israel ingin
menghapuskan agama islam di Palestina untuk dijadikan negara yahudi.
Tindakan kita seharusnya mmperjunagkan HAM, karena setiap negara
memiliki hak setiap bangsa, dan sampai saat ini tindakan Israel semakin
menjadi. Solusinya : Sebaiknya PBB harus turun tangan dalam masalah ini,
karena masalah ini adalah tugas PBB, sampai saat ini PBB belum optimal
dalam bertindak.
 Kelompok yang bertanya :
1) Kelompok tiga (III), Chintia yuliantari “Apa pendapat anda tentang
penyerangan tentara Israel terhadap kapal relawan?”
2) Kelompok empat (IV), Chintia wulandari “Konflik tersebut, nampaknya
merupakan kanflik budayacoba kita perhatikan dari dulu sampai sekarang
masih saja berlanjut. Pendekatan apa sebaiknya kita gunakan untuk
meredam konflik tersebut?”
3) Kelompok dua (II), Ayogi sugama “Menurut kelompok anda, apa faktor
utama penyebab konflik internasional?”
 Kelompok yang merespon
1) Kelompok satu (I), Ikmanda noveman “Kalau menurut saya, bagusnya
kedua pemimpin negara tersebut diajak duduk berunding dengan
didampingi oleh mediasi”.
42

2) Kelompok lima (V), Roni “Melakukan embargo kepada negara yang


melakukan aksi kekerasan yang pertama”.
3) Kelompok satu (I), Rizo nakamiko “Menurut kami faktor utama penyebab
konflik internasional adalah masalah ekonomi, seperti perebutan wilayah”.
Uraian di atas memperlihatkan tingkat partisipasi siswa dalam hal
mengemukakan pendapat dikategorikan sangat baik pada saat diskusi kelas
karena setiap kelompok ikut berpartisipasi.
2. Tingkat Kemampuan Siswa Dalam Berfikir Kritis
gggggggggggggggggggggggggggggggggggg

3. Tingkat Kerja Sama Siswa


aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
4. Tingkat Kemampuan Siswa Dalam Menilai kemampuan Sendiri

5. Hasil Observasi
Analisis data hasil observasi menggunakan analisis persentase, adapun
setiap munculnya deskriptor (penilaian “Ada”) mendapat skor 2, sedangkan
untuk penilaian “Tidak” (tidak munculnya deskriptor) mendapat skor 0, skor
yang terdapat dari masing-masing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut
jumlah skor, kemudian dihitung nilai rata-rata dengan rumus sebagai berikut:
Persentase Nilai Rata-rata = Skor perolehan ×100
Skor maksimal
Hasil observasi aktivitas guru dan siswa menurut pengamatan peneliti,
guru dan siswa terlihat dalam skala di bawah ini. Hasil observasi terhadap
guru dan siswa dianalisis menggunakan analisis persentase dan kriteria
keberhasilan tindakan. Lembar observasi terhadap aktivitas guru dan siswa
dapat dilihat dalam tabel-tabel di bawah ini.
Observasi terhadap aktivitas guru dan siswa dapat dilihat :
Tabel 4. Lembar Observasi terhadap Guru dengan Model Kooperatif tipe
STAD pada kelas XI IPS1
No Tahap Indikator Obsserver
43

Ada Tidak
1 Awal 1) Melakukan aktifitas rutin di awal tatap √
muka
2) Menjelaskan tujuan pembelajaran

3) Melakukan apersepsi untuk menyegarkan

ingatan siswa
4) Memberikan motivasi kepada siswa √

5) Melakukan pre-test √

6) Mengembangkan pengetahuan awal
2 Inti 1) Menjelaskan metode pembelajaran tipe √
STAD
2) Membagi siswa menjadi beberapa √
kelompok
3) Membagikan tugas belajar kepada masing

masing kelompok
4) Mengawasi jalannya proses belajar

masing-masing kelompok
5) Memberikan penilaian dan penghargaan √
terhadap kelompok yang mempunyai skor
tinggi
3 Akhir 1) Memberikan post test √
2) Melakukan refleksi dan menyimpulkan √
materi
3) Melakukan aktifitas rutin pada akhir tatap √

muka
Sumber: Data Diolah
Keterangan item table :
1. Tahap awal :
1) Guru mengucapkan salam, berdo’a, melakukan absensi terhadap
siswa.
2) Memberikan gambaran tentang tujuan yang ingin dicapai dari materi
pelajaran. Seperti : “setelah kita melakukan proses belajar mengajar
ini kalian harus sudah mengetahui tentang penyebab timbulnya
sengketa internasional, tahap-tahap penyelesaian sengketa tersebut”.
44

3) Pada tahap ini guru mencoba mengasah serta menekankan kembali


ingatan siswa terhadap materi , dengan memberikan pertanyaan-
pertayaan kepada siswa. “Sindy. Coba anda sebutkan Negara-negara
yang sedang mengalami konflik internasional sekarang?”
4) Menanamkan di dalam diri siswa tentang kesadaran berbangsa dan
bernegara. “Siswa-Siswi sekalian kalianlah besok yang menjadi
pemimpin negeri ini, kalianlah yang meneruskan estapet perjuangan
pemimpin-pemimpin yang dulu-dulu, jadi kalian harus mempunyai
jiwa Nasionalisme, cinta terhadap bangsa dan karya bangsa sendiri.”
5) Tidak dilakukan oleh guru.
6) Guru menjelaskan sedikit tentang materi “ Sengketa internasional dan
cara penyelesaiannya”.
2. Tahap Inti :
1) Kalian nanti dibagi menjadi beberapa kelompok. Metode ini
ditegaskan kepada kalian untuk saling memiliki tanggung jawab
terhadap kelompok dan anggota kelompok.
2) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok :
Kelompok I : 1. Amalia tizzany M.
2. Egi jordian
3. Rahmi febrianty putrid
4.Regina novira
Kelompok II : 1. Divia areska H.
2. Tari nofiarman
3. Yulia fransiska
4. Mutitia suci ramadhani
Kelompok III : 1. Sindy abelia
2. Gita yulinda putrid
3. Vebby selviandini
4. Khairani chalid
Kelompok IV 1. Widia nurindah fitri
2. Fyerda azhani putrid
45

3. Febria reza
4. Muthia nabila
5. Sonia alviolita
Kelompok V : 1. Abdo ariyanto
2. Rudi saputra
3. Yokie rahmatugafur
4. Dhani afrian yusuf
5. Sundari eka putri
Kelompok VI 1. Budi zikril Hakim
2. Sefky hervira
3. Wanda Fernando
4. Yona melida
Kelompok VII 1. Audra thanty ohana
2. Afri dona
3. Mimi siska
4. Restu sari
3) Setiap kelompok diberikan tugas, tentang : Apa latar belakang perang
Israel dengan Palestina, tindakan kita seharusnya dan langkah
penyelesaiannya.
4) Pada saat siswa mengerjakan tugas kelompoknya, guru memandu
dengan seksama. Apa yang dikerjakan siswa? Dengan cara berjalan ke
masing-masing kelompok dan memandu siswa pada saat menampilkan
atau mempersentasikan tugas kelompoknya.
5) Tidak dilakukan oleh guru.
3. Tahap akhir :
1) Tidak dilakukan oleh guru.
2) Setelah terjadi diskusi kelas guru menarik kesimpulan dari topik yang
diperdebatkan tentang konflik Israel-Palestina. “ada 3 faktor yang
melatar belakangi konflik tersebut 1. Politik, bahwa Israel ingin diakui
dikancah dunia internasional, sebab berdasarkan sejarahnya bangsa
yahudi dahulu hanya menumpang tempat tingal diwilah tersebut dan
46

dengan dukungan negara Amerika yahudi membentuk negara Israel. 2.


Sosial budaya, disebabkan oleh keyakinan dan akidah yang berbeda
dalam mentafsirkan Al-kitab. 3. Ekonomi, Israel ingin menguasai
wilayah Palestina.
3) Menanyakan kepada siswa, apakah sudah memahami tentang konsep
yang telah kita bahas pada pertemuan ini, dan apakah masih ada yang
mau bertanya? Jika tidak ada, guru menutup pelajaran dengan salam.
Penyelesaian :
Diketahui : item ADA = 10 x 2 = 20
: item TIDAK = 4 x 0 = 0
: skor maksimum = 14 x 2 = 28
Skor perolehan
×100
Persentase Nilai Rata-rata = Skor maksimal

20
= x 100
28
= 71,43%
Kesimpulan 71,43% hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil observasi
pengamat taraf keberhasilan kegiatan guru termasuk dalam kategori ”Baik”.
Tabel 5. Lembar Observasi terhadap Siswa dengan Model Kooperatif tipe
STAD pada kelas XI IPS1
No Tahap Indikator Obsserver
Ada Tidak
1 Awal 1) Menjawab aktifitas rutin diawal tatap √
muka
2) Memperhatikan tujuan pembelajaran yang √
disampaikan guru

3) Menyimak apersepsi dari guru
4) Memperhatikan motivasi yang √
disampaikan guru
5) Mengerjakan pre-test √
47

6) Memperhatikan pengembangan √
pengetahuan awal
2 Inti 1) Memperhatikan penjelasan metode √
pembelajaran tipe STAD oleh guru
2) Membentuk beberapa kelompok √
3) Mengerjakan tugas belajar kepada masing-
masing kelompok √
4) Melakukan aktifitas kerjasama kelompok √
5) Adakah kelompok yang bertanya ? √
6) Adakah kelompok yang merespon ? √
7) Kesiapan kelompok dalam menyimpulkan √
pembelajaran
8) Mengumpulkan tugas yang telah √
diselesaikan bersama
3 Akhir Mengerjakan post test √
Mendengarkan refleksi dan penyimpulan √
materi
Menjawab aktifitas rutin pada akhir tatap √
muka
Sumber: Data Diolah
Keterangan item :
1. Tahap awal :
1) Menjawab salam guru, kemudian berdo’a (asmaul huzna) dan
menjawab absensi guru.
2) Ada beberapa siswa (dari 31 orang, 21 orang siswa) masih sibuk
dengan aktivitasnya masing-masing seperti mengeluarkan buku dari
dalam tas.
3) Memperhatikan apa yang dipertanyakan oleh guru.
4) Memperhatikan apa yang dipertanyakan oleh guru.
5) Tidak dilakukan oleh siswa.
6) Memperhatikan penjelesan yang disampaikan guru.
2. Tahap Inti :
48

1) Ada beberapa siswa (dari 31 orang 14 orang) yang memperhatikan


dengan seksama yang disampaikan oleh guru tentang metode
kooperatif tipe STAD (student teams achievement divisions).
2) Siswa membentuk kelompok sesuai dengan intruksi guru.
3) Siswa mengerjakan tugas kelompoknya, dengan berdiskusi dalam
kelompok masing-masing.
4) Setiap kelompok berdiskusi dengan anggota kelompok masing-
masing. Setelah mendapat kata sepakat tentang tiga topik yang dibahas
kemudian satu kelompok (kelompok I) mempersentasikan tugas
kelompoknya.
5) Ada, kelopok V (Yokie rahmatugafur) “ dalam konflik internasional,
banyak berdampak pada Negara-negara lain. Seperti demo yang
dilakukan oleh beberapa pihak. Bagaiman pengaruh dan apakah itu
berupa solusi dari konflik?”
6) Ada :
a) Kelompok I (Egi jordian) “Orang-oarang demo itu tidak hanya
sekedar demo-demo saja, tetapi tiu merupakan bentuk solidaritas
sesama manusia. Dengan aksi itu pemerintah akan mempercepat
tindankannya, dalam hal aparat Negara untuk mewujudkan
perdamaian dunia”.
b) Kelompok VII (Audra tanthy ohana) “Demo merupakan hak,
asalkan masih sesuai dengan kode etik demo. Menurut saya sah-
sah saja, setidaknya berdampak dalam bentuk kemanusiaan.
c) Kelompok V (Yokie rahmatugafur) “kalau begitu bagus berarti
aksi demo, dengan catatan demo yang tidak anarkis. Saran saya
jangan demo kecil-kecilan buat aksi yang lebih besar lagi, agar
bisa didengar oleh PBB selaku penanggung jawab keamanan
dunia.
7) Dari 7 kelompok diambil 1 kelompok yang menyampaikan
kesimpulan dari topik yang dibahas. Kelompok III “latar belakang
perang Israel-palestina: penguasaan wilayah, ekonomi, budaya, dan
49

nasionalisme. Solusinya : PBB harus turun tangan dalam penyelesaian


konflik tersebut, Negara-negara lain harus melakukan embargo pada
negara Israel.
8) Setiap kelompok mengumpulkan tugas sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan, yakni sebelum habis jam belajar.
3. Tahap akhir :
1) Tidak dilakukan oleh siswa.
2) Siswa mendengarkan kesimpulan dari guru.
3) Menjawab aktivitas dari guru.
Penyelesaian :
Diketahui : item ADA = 12 x 2 = 24
: item tidak = 5 x 0 =0
: skor maksimum = 17 x 2 = 34

Skor perolehan
×100
Persentase Nilai Rata-rata = Skor maksimal

24
= x 100
34
= 70,59%
Kesimpulan 70,59% hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil observasi
pengamat taraf keberhasilan kegiatan siswa termasuk dalam kategori ”Baik”.
Tabel 6. Lembar Observasi terhadap Guru dengan Model Kooperatif tipe
STAD pada kelas XI IPS4
No Tahap Indikator Obsserver
Ada Tidak
1 Awal 1) Melakukan aktifitas rutin di awal tatap √
muka
2) Menjelaskan tujuan pembelajaran

3) Melakukan apersepsi untuk menyegarkan

ingatan siswa
4) Memberikan motivasi kepada siswa √
50

5) Melakukan pre-test √

6) Mengembangkan pengetahuan awal
2 Inti 1) Menjelaskan metode pembelajaran tipe √
STAD
2) Membagi siswa menjadi beberapa √
kelompok
3) Membagikan tugas belajar kepada masing

masing kelompok
4) Mengawasi jalannya proses belajar

masing-masing kelompok
5) Memberikan penilaian dan penghargaan √
terhadap kelompok yang mempunyai skor
tinggi
3 Akhir 1) Memberikan post test √
2) Melakukan refleksi dan menyimpulkan √
materi
3) Melakukan aktifitas rutin pada akhir tatap √

muka
(Sumber: Data Diolah)
Keterangan item table :
1. Tahap awal :
1) Guru mengucapkan salam, berdo’a, melakukan absensi terhadap
siswa.
2) Memberikan gambaran tentang tujuan yang ingin dicapai dari
materi pelajaran. Seperti : “Setelah kita melakukan proses belajar
mengajar ini kalian harus sudah mengetahui tentang penyebab
timbulnya sengketa internasional, tahap-tahap penyelesaian
sengketa tersebut”.
3) Pada tahap ini guru mencoba mengasah serta menekankan kembali
ingatan siswa terhadap materi , dengan memberikan pertanyaan-
pertayaan kepada siswa. “Faisal. Coba anda sebutkan negara-
negara yang sedang mengalami konflik internasional sekarang?”
51

4) Menanamkan di dalam diri siswa tentang kesadaran berbangsa dan


bernegara. “Siswa-Siswi sekalian kalianlah besok yang menjadi
pemimpin negeri ini, kalianlah yang meneruskan estapet
perjuangan pemimpin-pemimpin yang dulu-dulu, jadi kalian harus
mempunyai jiwa Nasionalisme, cinta terhapap bangsa dam karya
bangsa sendiri.”
5) Tidak dilakukan oleh guru.
6) Guru menjelaskan sedikit tentang materi “ Sengketa internasional
dan cara penyelesaiannya”.
2. Tahap Inti :
1) Kalian nanti dibagi menjadi beberapa kelompok. Metode ini
ditegaskan kepada kalian untuk saling memiliki tanggung jawab
terhadap kelompok dan anggota kelompok.
2) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok :
Kelompok I : 1. Nikki kurniawan
2. Ikmanda noveman
3. Reza pebradi putra
4. Rizo nakamiko
5. Dilan pramana rahaja
Kelompok II : 1. Dedi agustarial
2. Bray meshans A.
3. Ridho ramadona
4. Faisal triandi
5. Ayogi sugama
Kelompok III : 1. Chintia yuliantari
2. Shinta valentine
3. Nadia angera
4. Lussi
5. Anggi alga prima amril
Kelompok IV 1. Chintia wulandari
2. Indah rahmayanti
52

3. Dwi indah pratiwi


4. Feby widya
5. Andika putra
Kelompok V : 1. Roni pepratama
2. Yogi fernando
3. Tomi tarigan
4. Nanda april
5. Ridhatul jannah
3) Setiap kelompok diberikan tugas, tentang : Apa latar belakang
perang Israel dengan Palestina, tindakan kita seharusnya dan
langkah penyelesaiannya.
4) Pada saat siswa mengerjakan tugas kelompoknya, guru memandu
dengan seksama. Apa yang dikerjakan siswa? Dengan cara berjalan
ke masing-masing kelompok dan memandu siswa pada saat
menampilkan atau mempersentasikan tugas kelompoknya.
5) Tidak dilakukan oleh guru.
3. Tahap akhir :
1) Tidak dilakukan oleh guru.
2) Setelah terjadi diskusi kelas guru menarik kesimpulan dari topi
yang diperdebatkan. Tentang konflik Israel-Palestina. “ada 3
faktor yang melatar belakangi konflik tersebut 1. Politik, bahwa
Israel ingin diakui dikancah dunia internasional, sebab
berdasarkan sejarahnya bangsa yahudi dahulu hanya menumpang
tempat tingal diwilah tersebut dan dengan dukungan negara
Amerika yahudi membentuk negara Israel. 2. Sosial budaya,
disebabkan oleh keyakinan dan akidah yang berbeda dalam
mentafsirkan Al-kitab. 3. Ekonomi, Israel ingin menguasai
wilayah Palestina.
3) Menanyakan kepada siswa, apakah sudah memahami tentang
konsep yang telah kita bahas pada pertemuan ini, dan apakah
53

masih ada yang mau bertanya? Jika tidak ada, guru menutup
pelajaran dengan salam.
Penyelesaian :
Diketahui : item ADA = 9 x 2 = 18
: item TIDAK = 5 x 0 = 0
: skor maksimum = 14 x 2 = 28

Skor perolehan
Persentase Nilai Rata-rata = Skor maksimal ×100

18
= x 100
28
= 64,27%
Kesimpulan 64,27% hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil observasi
pengamat taraf keberhasilan kegiatan guru termasuk dalam kategori ”Baik”.
Tabel. 7 Lembar Observasi terhadap Siswa dengan Model Kooperatif tipe
STAD pada kelas XI IPS4
No Tahap Indikator Obsserver
Ada Tidak
1 Awal 1) Menjawab aktifitas rutin diawal tatap √
muka
2) Memperhatikan tujuan pembelajaran yang √
disampaikan guru
3) Menyimak apersepsi dari guru √

4) Memperhatikan motivasi yang √


disampaikan guru
5) Mengerjakan pre-test √
6) Memperhatikan pengembangan √
pengetahuan awal
2 Inti 1) Memperhatikan penjelasan metode √
pembelajaran tipe STAD oleh guru
2) Membentuk beberapa kelompok √
3) Mengerjakan tugas belajar kepada masing-
54

masing kelompok √
4) Melakukan aktifitas kerjasama kelompok √
5) Adakah kelompok yang bertanya ? √
6) Adakah kelompok yang merespon ? √
7) Kesiapan kelompok dalam menyimpulkan √
pembelajaran
8) Mengumpulkan tugas yang telah √
diselesaikan bersama
3 Akhir 1) Mengerjakan post test √
2) Mendengarkan refleksi dan penyimpulan √
materi
3) Menjawab aktifitas rutin pada akhir tatap √
muka
(Sumber: Data Diolah)
Keterangan item :
1. Tahap awal :
1) Menjawab salam guru, kemudian berdo’a (asmaul huzna) dan
menjawab absensi guru.
2) Ada beberapa siswa (dari 26 orang, 17 orang siswa) masih sibuk
dengan aktivitasnya masing-masing seperti mengeluarkan buku
dari dalam tas.
3) Memperhatikan apa yang dipertanyakan oleh guru.
4) Memperhatikan apa yang dipertanyakan oleh guru.
5) Tidak dilakukan siswa.
6) Memperhatikan penjelesan yang disampaikan guru.
3. Tahap Inti :
1) Ada beberapa siswa (dari 26 orang 14 orang) yang memperhatikan
dengan seksama yang disampaikan oleh guru tentang metode
kooperatif tipe STAD (student teams achievement divisions).
2) Siswa membentuk kelompok sesuai dengan intruksi guru.
3) Siswa mengerjakan tugas kelompoknya, dengan berdiskusi dalam
kelompok masing-masing.
55

4) Setiap kelompok berdiskusi dengan anggota kelompok masing-


masing. Setelah mendapat kata sepakat tentang tiga topik yang
dibahas kemudian satu kelompok (kelompok I) mempersentasikan
tugas kelompoknya.
5) Ada, kelopok IV (Chintia wulandari) “ konflik Israel-Palestina,
nampaknya merupakan konflik Budaya coba kita perhatikan dai
dulu hingga sekarang masih saja berlanjut. Pendekatan apa
sebaiknya kita gunakan untuk meredam konflik tersebut?”
6) Ada :
a) Kelompok I (Ikmanda noveman) “Kalau menurut saya,
bagusnya kedua pemimpin Negara tersebut diajak duduk
berunding dengan didampingi oleh mediasi”.
b) Kelompok V (Roni) “Melakukan Embargo kepada Negara
yang melakukan aksi kekerasan yang pertama”.
7) Dari V kelompok diambil 3 kelompok yang menyampaikan
kesimpulan dari topik yang dibahas. Kelompok IV “latar belakang
perang Israel-palestina: politik, ekonomi, dan budaya. Solusinya :
Negara timur bersatu untuk mendukung aksi perdamaian dengan
membuat perjanjian damai.
8) Setiap kelompok mengumpulkan tugas sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan, yakni sebelum habis jam belajar.
3. Tahap akhir :
1) Tidak dilakukan siswa.
2) Siswa mendengarkan kesimpulan dari guru.
3) Menjawab aktivitas dari guru.
Penyelesaian :
Diketahui : item ADA = 11 x 2 = 22
: item tidak = 6 x 0 =0
: skor maksimum = 17 x 2 = 34

Skor perolehan
×100
Persentase Nilai Rata-rata = Skor maksimal
56

22
= x 100
34
= 64,71%
Kesimpulan 64,71% hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil observasi
pengamat taraf keberhasilan kegiatan siswa termasuk dalam kategori ”Baik”.
6. Angket
.a Tingkat partisipasi siswa dalam hal mengemukakan pendapat
Tingkat partisipasi siswa dalam hal mengemukakan pendapat pada
proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) di SMA semen Padang
yang diambil dari dua kelas sampel yakni kelas XI IPS1 dan kelas XI IPS4,
dapat dilihat dari tabel berikut.
 Pada Kelas Sampel XI IPS1
Deskripsi data berdasarkan angket yang disebarkan kepada siswa untuk
masing-masing sub variabel tersebut dapat dilihat pada bagian berikut.
Tingkat partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions) dalam hal bertanya dan merespon, di SMA semen Padang. Kelas
sampel XI IPS1. Terlihat pada tabel berikut :
Tabel. 8 skor partisipasi siswa variabel bertanya dan merespon.
N Pernyataan Alternative jawaban Ket
O S (4) RG (3) TS (2) ST(1)
F % F % F % F % N=31
1 Rasa percaya diri siswa 10 32,26 18 58,08 3 9,68 0 0,00
meningkat, siswa merasa
lebih terkontrol untuk
keberhasilan akademisnya.
2 Meningkatkan kesediaan 12 38,71 16 51,61 3 9,68 0 0,00
menggunakan ide orang lain
yang dirasakan lebih baik
3 Meningkatkan kemampuan 11 35,48 12 38,71 7 22,58 1 3,23
memandang masalah dan
situasi dari berbagai
perspektif
4 Metode kooperatif 10 32,26 17 54,84 3 9,68 1 3,23
57

membantu siswa dalam


menguasai materi
5 Pembelajaran kooperatif 15 48,39 13 41,94 3 9,68 0 0,00
menjadikan siswa mampu
belajar berdebat,
mendengarkan pendapat
orang lain, dan mencatat
hal-hal yang bermanfaat
6 Hadiah atau penghargaan 8 25,81 15 48,39 6 19,35 2 6,45
yang diberikan mendorong
siswa untuk mencapai hasil
yang lebih tinggi
7 Model kooperatif tipe STAD 15 48,39 13 41,94 3 9,68 0 0,00
dapat meningkatkan
keterampilan komunikasi
siswa
8 Pembelajaran kooperatif 16 51,61 14 45,16 0 0,00 0 0,00
menjadikan siswa mampu
memecahkan masalah dan
menarik kesimpulan dari
permasalahan tersebut
∑ 97 312,9 118 380,7 2 90,33 4 12,91
8
Berdasarkan data diatas hasil partisipasi dilihat dari komunikasi siswa
variabel bertanya dan merespon, dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

% variabel =

= 80,85%
Hasil partisipasi dalam hal komunikasi dari variabel bertanya atau
merespon/mengemukakan ide dalam mata pelajaran kewarganegaraan dengan
model kooperatif tipe STAD di SMA semen Padang pada kelas XI IPS 1
adalah ‘BAIK’ dengan persentase 80,85%. Jadi tingkat partisipasi siswa :
bertanya, dan merespon/mengemukakan ide dalam mata pelajaran
kewarganegaraan di SMA semen Padang adalah BAIK.
 Pada Kelas Sampel XI IPS4
Deskripsi data berdasarkan angket yang disebarkan kepada siswa untuk
masing-masing sub variabel tersebut dapat dilihat pada bagian berikut.
58

Tabel 9. Skor partisipasi siswa variabel bertanya atau merespon.


N Pernyataan Alternative jawaban Ket
O S (4) RG (3) TS (2) ST(1)
F % F % F % F % N=26
1 Rasa percaya diri siswa 17 65,38 5 19,23 4 15,38 0 0,00
meningkat, siswa merasa
lebih terkontrol untuk
keberhasilan akademisnya.
2 Meningkatkan kesediaan 15 57,69 8 30,77 3 11,54 0 0,00
menggunakan ide orang lain
yang dirasakan lebih baik
3 Meningkatkan kemampuan 12 46,15 8 30,77 5 19,23 1 3,85
memandang masalah dan
situasi dari berbagai
perspektif
4 Metode kooperatif 11 42,31 13 50 2 7,69 0 0,00
membantu siswa dalam
menguasai materi
5 Pembelajaran kooperatif 15 57,69 9 34,62 2 7,69 0 0,00
menjadikan siswa mampu
belajar berdebat,
mendengarkan pendapat
orang lain, dan mencatat
hal-hal yang bermanfaat
6 Hadiah atau penghargaan 9 34,62 14 53,85 3 11,54 0 0,00
yang diberikan mendorong
siswa untuk mencapai hasil
yang lebih tinggi
7 Model kooperatif tipe STAD 10 38,46 14 53,85 2 7,69 0 0,00
dapat meningkatkan
keterampilan komunikasi
siswa
8 Pembelajaran kooperatif 11 42,31 13 50 1 3,85 1 3,85
menjadikan siswa mampu
memecahkan masalah dan
menarik kesimpulan dari
permasalahan tersebut
∑ 100 384,6 84 323,1 2 84,61 2 7,7
2
Berdasarkan data diatas hasil partisipasi siswa variabel bertanya atau
mengeluarkan pendapat, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

% variabel =
=
=
=
= 83,89%
Hasil partisipasi dari variabel bertanya atau merespon dalam mata
pelajaran kewarganegaraan dengan model kooperatif tipe STAD di SMA
59

semen Padang pada kelas XI IPS4 adalah ‘SANGAT BAIK’ dengan


persentase 83,89%. Jadi tingkat partisipasi siswa : bertanya, dan merespon
dalam mata pelajaran kewarganegaraan di SMA semen Padang adalah
SANGAT BAIK.
.b Tingkat partisipasi siswa dalam bekerja sama.
 Kelas Sampel XI IPS1
Partisipasi dalam hal bekerja sama kepada masing-masing kelompok
dapat dilihat dengan ketuntasan tugas, seperti telihat pada tabel berikut:(Tugas
dalam lampiran)
Tabel. 10 ketuntasan tugas.
No Kelompok Keterangan
Tuntas Tidak tuntas
1 Kelompok I √
2 Kelompok II √
3 Kelompok III √
4 Kelompok IV √
5 Kelompok V √
6 Kelompok VI √
7 Kelompok VII √

Tingkat partisipasi berdasarkan penyebaran angket terhadap siswa,


dilihat dari persentase komitmen siswa dalam proses belajar mengajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions) dalam hal pemberian tugas di SMA semen Padang.
Kelas sampel XI IPS1. Terlihat pada tabel berikut :
Tabel. 11 skor partisipasi siswa variabel Komitmen dalam hal
pemberian tugas. Pada kelas XI IPS1
N Pernyataan Alternative jawaban Ket
O S (4) RG (3) TS (2) ST(1)
F % F % F % F % N=31
1 Dapat mengembangkan 15 48,39 12 38,71 3 9,68 1 3,23
prestasi siswa baik hasil
tes yang dibuat guru
maupun tes baku
2 Strategi kooperatif 12 38,71 17 54,84 2 6,45 0 0,00
memberikan
perkembangan yang
berkesan pada hubungan
interpersonal diantara
60

anggota kelompok
3 Meningkatkan kepekaan 9 29,03 15 48,39 5 16,13 2 6,25
dan kesetiakawanan sosial
4 Memungkinkan para 11 35,48 15 48,39 5 16,13 0 0,00
siswa saling belajar
mengenai
sikap,keterampilan,infor
masi, perilaku sosial.
5 Memudahkan siswa 9 29,03 16 51,61 6 19,35 0 0,00
melakukan penyesuaian
6 Memungkinkan 10 32,26 15 48,39 6 19,35 0 0,00
terbentuk dan
berkembangnya nilai-
nilai sosial dan
komitmen
7 Menghilangkan sifat 12 38,71 17 54,84 2 6,45 0 0,00
mementingkan diri
sendiri dan egois
8 Berbagai keterampilan 13 41,94 18 58,06 0 0,00 0 0,00
sosial yang diperlukan
untuk memelihara
hubungan yang saling
membutuhkan dapat
diajar dan dipraktekkan
9 Meningkatkan rasa 18 58,06 11 35,48 2 6,45 0 0,00
saling percaya kepada
sesame kelompok
10 Pembelajaran kooperatif 7 22,58 18 58,06 3 9,68 3 9,68
menghasilkan
pencapaian belajar siswa
yang tinggi menambah
harga diri siswa dan
memperbaiki hubungan
dengan teman
sebaya,dikarenakan
system kelompok
11 Siswa yang lambat 14 45,16 13 41,94 4 12,90 0 0,00
berfikir dapat dibantu
untuk menambah ilmu
pengetahuan melalui
anggota yang lain
12 Pembentukan kelompok 10 32,26 15 48,39 5 16,13 1 3,23
kecil memudahkan guru
untuk memonitor siswa
dalam bekerja sama
∑ 140 451,6 182 587,1 4 138,7 7 22,39
3
Berdasarkan data diatas hasil partisipasi siswa variabel komitmen dalam
hal pemberian tugas, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

% variabel =

=
61

=
= 80,56%
Hasil partisipasi dalam hal kerjasama terhadap tugas yang diberikan
dalam mata pelajaran kewarganegaraan dengan model kooperatif tipe STAD
di SMA semen Padang pada kelas XI IPS1 adalah ‘BAIK’ dengan persentase
80,56%. Jadi tingkat partisipasi komitmen siswa : dalam hal kerja sama pada
mata pelajaran kewarganegaraan di SMA semen Padang adalah BAIK.
 Kelas Sampel XI IPS4
Partisipasi dalam hal kerjasama dengan tugas yang diberikan kepada
masing-masing kelompok dapat dilihat dengan ketuntasan tugas, seperti
telihat pada tabel berikut:(Tugas dalam lampiran)
Tabel. 12 ketuntasan tugas.
No Kelompok keterangan
Tuntas Tidak tuntas
1 Kelompok I √
2 Kelompok II √
3 Kelompok III √
4 Kelompok IV √
5 Kelompok V √
Tingkat partisipasi berdasarkan penyebaran angket terhadap siswa,
dilihat dari persentase komitmen siswa dalam proses belajar mengajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions) dalam hal kerja sama pada tugas di SMA semen
Padang. Kelas sampel XI IPS1. Terlihat pada tabel berikut :
Tabel . 13 skor partisipasi siswa dalam bekerja sama Pada kelas XI IPS4.
N Pernyataan Alternative jawaban Ket
O S (4) RG (3) TS (2) ST(1)
F % F % F % F % N=26
1 Dapat mengembangkan 14 53,85 5 19,23 4 15,38 3 11,54
prestasi siswa baik hasil
tes yang dibuat guru
maupun tes baku
2 Strategi kooperatif 10 38,46 13 50 3 11,54 0 0,00
memberikan
perkembangan yang
berkesan pada hubungan
62

interpersonal diantara
anggota kelompok
3 Meningkatkan kepekaan 9 34,62 16 61,54 1 3,85 0 0,00
dan kesetiakawanan sosial
4 Memungkinkan para 20 76,92 6 23,08 0 0,00 0 0,00
siswa saling belajar
mengenai
sikap,keterampilan,infor
masi, perilaku sosial.
5 Memudahkan siswa 10 38,46 13 50 3 11,54 0 0,00
melakukan penyesuaian
6 Memungkinkan 12 46,15 10 38,46 4 15,38 0 0,00
terbentuk dan
berkembangnya nilai-
nilai sosial dan
komitmen
7 Menghilangkan sifat 15 57,69 8 30,77 3 11,54 0 0,00
mementingkan diri
sendiri dan egois
8 Berbagai keterampilan 20 76,92 6 23,08 0 0,00 0 0,00
sosial yang diperlukan
untuk memelihara
hubungan yang saling
membutuhkan dapat
diajar dan dipraktekkan
9 Meningkatkan rasa 19 73,08 5 19,23 2 7,69 0 0,00
saling percaya kepada
sesame kelompok
10 Pembelajaran kooperatif 10 38,46 12 46,15 3 11,54 1 3,85
menghasilkan
pencapaian belajar siswa
yang tinggi menambah
harga diri siswa dan
memperbaiki hubungan
dengan teman
sebaya,dikarenakan
system kelompok
11 Siswa yang lambat 8 30,77 14 53,85 3 11,54 1 3,85
berfikir dapat dibantu
untuk menambah ilmu
pengetahuan melalui
anggota yang lain
12 Pembentukan kelompok 13 50 10 38,46 3 11,54 0 0,00
kecil memudahkan guru
untuk memonitor siswa
dalam bekerja sama
∑ 160 615,4 118 453,9 2 111,5 5 19,24
9
Berdasarkan data diatas hasil partisipasi siswa variabel kerja sama pada
tugas, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

% variabel =
63

=
= 84,70%
Hasil partisipasi dalam hal kerja sama kelompok siswa pada tugas dalam
mata pelajaran kewarganegaraan dengan model kooperatif tipe STAD di SMA
semen Padang pada kelas XI IPS4 adalah ‘SANGAT BAIK’ dengan
persentase 84,70%. Jadi tingkat partisipasi kerja sama siswa : pemberian tugas
dalam mata pelajaran kewarganegaraan di SMA semen Padang adalah
SANGAT BAIK.
7. Hasil Wawancara
Pertanyaan wawancara yang diajukan kepada kelompok siswa:
1. Bagaimana menurut pendapat kelompok anda tentang model
pembelajaran kooperatif tipe STAD?
2. Apakah anda senang mengikuti kegiatan pembelajaran mata pelajaran
kewarganegaraan yang dilakukan dengan pendekatan kooperatif?
3. Metode pembelajaran yang seperti apa yang selama ini digunakan oleh
guru mata pelajaran kewarganegaraan?
4. Apakah anda termotivasi untuk mengikuti pembelajaran tersebut?
5. Apakah metode pembelajaran model kooperatif tipe STAD sudah
sesuai untuk mata pelajaran kewarganegaraan? Mengapa?
6. Bila dibandingkan dengan penggunaan metode lain. Apakah anda lebih
mengerti materi dengan model kooperatif tipe STAD ?.
 Kelas sampel XI IPS1 :
Kelompok tiga (III), Gita yulinda :
1. Sangat menyenangkan karena dengan adanya diskusi-
diskusi/kelompok bisa menambah wawasan kita, bertukar pikiran
dengan teman kelompok serta melatih kita untuk berani berbicara dan
mengeluarkan ide-ide di forum diskusi.
2. Senang,
64

3. Bermacam-macam tergantung dari topik yang dibahas, ada ceramah,


diskusi. Tapi lebih cenderung dengan ceramah sambil tanya jawab.
4. Iya, sebab dengan berkelompok bisa menanbah kita untuk lebih
bersemangat lagi dan saling mensuport.
5. Saya rasa tergantung dari isi materi yang diajarkan, kalau materi yang
kita bahas barusan tentang sengketa internasional saya rasa cocok.
Karena materi itu selalu terjadi dan banyak permasalahan yang perlu
dibahas.
6. Lebih mengerti, sebab dengan antusias kita akan topik, dengan
motivasi untuk bisa lebih unggul dari kelompok lain itu akan
menambah pengetahuan kita.
Kelas sampel XI IPS4
Kelompok dua (II), Dedi agustarial :
1. Menurut kami pembelajaran STAD sangat bagus, sebab siswa bisa
lebih kreatif dalam melakukan kegiatan diskusi.
2. Senang, karena pelajaran kewarganegaraan merupakan pelajaran
dalam kehidupan sehari-hari dan metode kooperati itu
pelaksanaannya/prakteknya, jadi sangat serasi kalau pelajaran
kewarganegaraan diajarkan dengan model ini.
3. Bermacam-macam, tapi lebih cenderung menggunakan ceramah
dengan tanya jawab.
4. Iya, karena berkelompok kita bisa saling mengisi satu sama lain dan
memotivasi kita untuk berani mengemukakan pendapat.
5. Sudah sesuai, karena kita dituntut untuk saling bekerja sama.
6. Iya, karena model ini lebih memfokuskan kita untuk saling mengerti
dan memberi tanggung jawab kepada kita dalam kelompok untuk
saling berbagi pengetahuan.
Pertanyaan wawancara yang diajukan kepada guru kewarganegaraan:
(Drs.Dasril)
1. Model apa yang cenderung bapak gunakan dalam pembelajaran?
2. Apakah bapak pernah menggunakan model kooperatif?
65

3. Bagaimana tingkat antusias siswa pada saat bapak melakukan model


pembelajaran selain kooperatif dan pada saat bapak menerapkan
model kooperatif barusan?
Jawaban pertanyaan (Drs.Dasril):
1. Biasanya, dalam hal menetapkan suatu model pembelajaran kita harus
menyesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dari materi tersebut,
kita harus mengkaji terlebih dahulu SKKD-nya, model yang biasanya
saya gunakan yakni: Tanya jawab, diskusi ringan, dan ceramah
bervariasi. Tapi yang lebih sering saya gunakan adalah ceramah
bervariasi.
2. Belum pernah secara utuh, kalau model kooperatif tipe STAD identik
dengan diskusi kelas yang lebih ditekankan kepada kerja team dan
tanggung jawab individu yang satu juga menjadi tanggung individu
yang lain, belum pernah saya lakukan sedemikian rupa.
3. Kalau kita melihat antusias siswa pada saat PBM, itu tergantung dari
kelas yang kita ajarkan. Biasanya kelas-kelas (XI IPS1,2) unggul itu
lebih berminat disbanding kelas yang tidak unggul (XI IPS3,4). Namun
anehnya pada saat kita tadi menerapkan model kooperatif, pada dua
kelas yakni kelas XI IPS1,IPS4, berdasarkan pengamatan saya tadi
kedua-duanya antusias mengikuti pelajaran tapi kelas IPS4, mengalami
peningkatan bahkan melebihi IPS1.
8. Hasil Catatan Lapangan
Catatan lapangan dibuat untuk melengkapi data-data yang tidak ada
dalam lembar observasi peneliti sehingga diharapkan tidak ada data penting
yang terlewatkan dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran, hasil catatan
lapangan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1) Topik yang dibahas tentang Konflik internasional dan penyelesaiannya
(Israel – Palestina).
2) Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, dan diberikan tugas
tentang: Latar belakang konflik, sikap kita, dan langkah penyelesaiannya.
66

3) Setelah kelompok-kelompok tadi menyelesaikan tugas tersebut, salah satu


kelompok mempersentasikan tugas kelompoknya di depan kelas.
Kelompok yang lain menanggapi.
4) Pada saat kerjasama kelompok, ada beberapa (XI IPS1 17 dari 31 orang
dan XI IPS4 13 dari 26) siswa yang ramai atau tidak menghargai
kelompok yang lain. Hal ini terlihat kurangnya respon untuk menanggapi
atau bertanya pada kelompok penyaji.
5) Pada langkah awal, ketika guru menjelaskan tentang kompetensi dasar dan
indikator yang ingin dicapai pada pembelajaran ini ada siswa (XI IPS1 14
dari 31 orang dan XI IPS4 9 dari 26)yang kurang memperhatikan, ada
siswa yang masih mengobrol sendiri dengan teman sebelahnya setelah
satu kali diperingatkan siswa mulai memperhatikan.
6) Masih ada siswa dalam kelompoknya yang masih mendominasi contohnya
pada kelas XI IPS1 dari 7 kelompok yang ada hanya 3 kelompok
(kelompok I, III, IV) yang bekerja sama dengan kompak, pada kelas XI
IPS4 dari 5 kelompok 4 kelompok (kelompok I, II, IV, V) yang nampak
kompak dalam mengerjakan tugas kelompoknya.
B. PEMBAHASAN
Dari data-data hasil penelitian yang telah diuraikan di atas yang
berhubungan dengan penerapan model kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan
partisipasi siswa pada pembelajaran kewarganegaraan di SMA semen Padang
yang akan dibahas lebih lanjut berikut ini :
1) Observasi proses pembelajaran baik yang dilakukan terhadap guru
maupun siswa.
Dimyati dan Mudjiono dalam Gufron (2010: 15) mengatakan bahwa
pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional,
untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar. Dimana desain intruksional yang dimaksud adalah program
pengajaran yang dibuat oleh guru secara konvensional, desain intruksional
tersebut dikenal sebagai persiapan mengajar guru.
67

Berdasarkan kutipan di atas jelas bahwa guru atau pendidik dituntut untuk
mampu membuat siswa berperan aktif dalam proses belajar mengajar, dan
keberhasilan guru dalam mengaktifkan siswa menjadi tolak ukur dari keberhasil
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Adapun persentase hasil observasi dari proses belajar mengajar yang
dilakukan terhadap guru dan siswa di SMA semen Padang, tanggal 03 mei 2010
adalah sebagai berikut : Pada kelas XI IPS1 71,43% yang menjadi objek observer
adalah guru, hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil observasi pengamat taraf
keberhasilan kegiatan guru termasuk dalam kategori ”Baik”, 70,59% yang
menjadi objek observer adalah siswa hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil
observasi pengamat taraf keberhasilan kegiatan siswa termasuk dalam kategori
”Baik”. Pada kelas XI IPS4 64,27% yang menjadi objek observer adalah guru,
hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil observasi pengamat taraf keberhasilan
kegiatan guru termasuk dalam kategori ”Baik”, 64,71% yang menjadi objek
observer adalah siswa hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil observasi
pengamat taraf keberhasilan kegiatan siswa termasuk dalam kategori ”Baik”
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan
guru dan siswa dalam proses belajar mengajar dengan menciptakan pembelajaran
aktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digolongkan
dengan kategori BAIK.
2) Tingkat Partisipasi Siswa Dalam Hal Komunikasi
George Terry dalam Winardi (2002:149) menyatakan bahwa partisipasi
adalah turut sertanya seseorang baik secara mental maupun emosional untuk
memberikan sumbangan-sumbangan pada proses pembuatan keputusan, terutama
mengenai persoalan dimana keterlibatan pribadi orang yang bersangkutan
melaksanakan tanggung jawabnya untuk melakukan hal tersebut.
Berdasarkan analisis data tentang varibel partisipasi diukur dari dua
indikator yakni a). Tingkat partisipas dalam hal komunikasi siswa dengan variabel
bertanya dan merespon /mengemukakan ide. b). Tingkat partisipasi dalam hal
komitmen dengan variabel pemberian tugas. Yang diambil dari dua kelas
sampel yakni kelas XI IPS1 dan XI IPS4, dengan hasil sebagai berikut :
68

a) Tingkat partisipas dalam hal komunikasi siswa dengan variabel bertanya


dan merespon /mengemukakan ide.
Hasil partisipasi dari variabel bertanya dan merespon/mengemukakan ide
dalam mata pelajaran kewarganegaraan dengan model kooperatif tipe STAD di
SMA semen Padang pada kelas XI IPS1 adalah ‘BAIK’ dengan persentase
80,85%. Jadi tingkat partisipasi siswa : bertanya, dan merespon/mengemukakan
ide dalam mata pelajaran kewarganegaraan di SMA semen Padang adalah BAIK.
Hasil partisipasi dari variabel bertanya atau mengemukakan pendapat dalam
mata pelajaran kewarganegaraan dengan model kooperatif tipe STAD di SMA
semen Padang pada kelas XI IPS4 adalah ‘SANGAT BAIK’ dengan persentase
83,89%. Jadi tingkat partisipasi siswa : bertanya, dan mengemukakan pendapat
dalam mata pelajaran kewarganegaraan di SMA semen Padang adalah SANGAT
BAIK.
b) Tingkat partisipasi dalam hal komitmen dengan variabel pemberian
tugas.
Hasil partisipasi dalam hal komitmen dari variabel pemberian tugas dalam
mata pelajaran kewarganegaraan dengan model kooperatif tipe STAD di SMA
semen Padang pada kelas XI IPS1 adalah ‘BAIK’ dengan persentase 80,56%. Jadi
tingkat partisipasi siswa : pemberian tugas dalam mata pelajaran kewarganegaraan
di SMA semen Padang adalah BAIK.
Hasil partisipasi dalam hal komitmen dari variabel pemberian tugas dalam
mata pelajaran kewarganegaraan dengan model kooperatif tipe STAD di SMA
semen Padang pada kelas XI IPS4 adalah ‘SANGAT BAIK’ dengan persentase
84,70%. Jadi tingkat partisipasi siswa : pemberian tugas dan kerja sama dalam
mata pelajaran kewarganegaraan di SMA semen Padang adalah SANGAT BAIK.
Berdasarkan pengamatan peneliti selama penelitian, proses belajar mengajar
dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD, cenderung baik. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah persentase tingkat partisipasi siswa pada saat proses
pembelajaran, siswa tidak lagi hanya duduk mendengar, mencatat dan
mengerjakan latihan tetapi mereka aktif dalam kegiatan kelompok. Ini terlihat dari
69

aktivitas siswa dalam berdiskusi, karena mereka ingin memberikan sumbangan


terbaik bagi kelompoknya untuk persiapan mempersentasikannya di depan kelas.
Siswa lebih berani untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan
mengemukakan ide-ide dari kelompoknya dalam berdiskusi, walaupun selama
diskusi siswa sedikit ribut, hal ini mebuktikan adanya interaksi diantara siswa
dalam suatu kelompok unutk mendiskusikan topik permasalahan. Selain itu siswa
juga terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Dari uraian data di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa model
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar
mengajar. Jadi hipotesis H1 terbukti.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian, berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai data
yang telah diolah dan temuan selama penelitian maka dapat disimpulkan bahwa
Pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe STAD pada mata
70

pelajaran kewarganegaraan dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa dikelas


XI IPS1 dan XI IPS4 SMA Semen Padang. Pada tingkat :
1. Komunikasi. (Bertanya dan
merespon/mengemukakan ide)
2. Komitmen.
3. Tanggung jawab.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dijabarkan sebelumnya, beberapa saran
yang dapat diberikan untuk menerapkan model kooperatif tipe STAD, adalah :
1. Diharapkan kepada guru untuk membiasakan menerapkan model
kooperatif tipe STAD, dalam proses belajar mengajar sehingga membuat
siswa lebih bisa berperan aktif.
2. Diharapkan kepada guru untuk memikirkan metode yang paling baik
unutk menyampaikan dan mengajarkan suatu materi pelajaran kepada
siswa, sehingga dapat membuat suasana pembelajaran menjadi aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan.
3. Menerapkan model kooperatif tipe STAD dalam proses belajar mengajar
mampu meningkatkan partisipasi aktif siswa, kerja sama tim, dan individu
menjadi tanggung jawab tim. Untuk itu diharapkan output dari penerapan
model kooperatif tipe STAD, meningkatkan hasil belajar siswa.
71

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (1997) Manajemen Penelitian.Jakarta: Bumi Angkasa
…………………… (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasianal (2003) Kurikulum 2004. SMA, Pedoman
Khusus Pengembangan Silabus dan Penelian: Mata Pelajaran PKN.
Jakarta.
Fajar, Arini. (2005). Potopolio Dalam Pembelajaran IPS. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Firmansyah, Saca . (2008). Partisipasi Masyarakat: www. Saca Firmansyah.com
Hayati, Nor. (2001). Analisis Faktor-faktor yang Menyebabkan Kurangnya
Partisipasi Mahasiswa Malaysia dalam Kegiatan Kokurikuler dan
Ekstrakurikuler di Universitas Negeri Semarang. UNNES: Skripsi.
Mulyasa, E. (2003). Kurikilulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nursidik, Yahya. (2008). Metode Diskusi Pembelajaran: www. Yahya
Nursidik.com
Sastropoetro, Santoso. (1989). Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin
dalam Pembangunan Nasional. Alumni. Bandung.
Slavin, E. Robert (2010) Cooperatife Learning. Bandung: Nusa Media
Sudjana, Nana. (2003). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi (bagi para peneliti).
Bandung:Tarsito.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D.
Uno, Hamzah. B. (2007). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar
Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Winardi, (2002). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajeman. Jakarta: PT.
Grafindo Persada.
Winkel, (1989) dalam Faqih Gufron (2010). Penerapan Model Student Teams-
Achievement Division (STAD) Sebagai Upaya Peningkatan Motivasi
dan Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran Manajemen Perkantoran
72

Kelas X Ap SMK Wisnuwardhana Malang. Universitas Negeri Malang:


Skripsi.
www.yusti-arini.blogspot.com

You might also like