Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
menengah pertama (SMP) mengacu pada KTSP 2006 mencakup empat aspek
belajar yang harus dicapai siswa, penilaian kegiatan belajar mengajar dan
KTSP yang bertujuan pada pendidikan dasar yaitu meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
VII SMP mengenai isi dan bahan pengajaran, yaitu bahasa sebagai alat komunikasi
yang digunakan untuk bermacam-macam fungsi sesuai dengan apa yang ingin
disampaikan oleh guru kepada siswa, materi pengajaran bahasa dan sastra Indonesia
juga diarahkan dan dititikberatkan pada fungsi bahasa itu sendiri. Isi dan bahan juga
harus lebih menunjang pada pencapaian tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
ruang lingkup mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia juga menyangkut segi
1
yang sesuai dengan standar kompetensi yang ada di SMP kelas VII yaitu menulis
terdapat kendala dalam pengaplikasiannya. Buktinya siswa kelas VII SMP Negeri 2
Muara Batu kurang mampu dalam menulis cerita secara sistematis, seperti cerita
terutama dalam menulis cerita khususnya dalam menulis cerita dongeng. Meraka
tidak mampu menggunakan kata-kata yang sesuai dengan ketentuan dalam ejaan
urutan yang menarik dan bisa diterima oleh khalayak ramai. Kemampuan siswa
karangan secara tertulis untuk dapat dipahami oleh khalayak ramai. Dalam menulis
kalimat agar tulisan yang ditulis dapat dipahami dengan tujuan cerita yang ditulis
terhadap kata-kata agar tarcipta sebuah tulisan yang memiliki keterkaitan (koherensi)
antara kalimat dengan kalimat, agar penyusunan cerita bisa menarik dan bisa
2
diterima oleh khalayak ramai. Ciri utama tulisan yang baik adalah tulisan yang
penggunaan poss dan fungsinya sesuai kaidah ejaan bahasa Indonesia Mulyono
telah menggugah perhatian penulis untuk membahas secara rinci dan sistematis
akan mengadakan suatu penelitian dengan judul “Kemampuan Siswa Kelas VII SMP
Negeri 2 Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Dalam Menulis Cerita Secara
Sistematis”.
penyelesaian. Akan tetapi masalah yang akan dipecahkan haruslah terbatas ruang
melaksanakan penelitian.
Sehubungan dengan uraian di atas yang menjadi masalah penelitian ini adalah
“apakah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Muara Batu Kabupaten Aceh Utara mampu
Dalam mencari sebuah permasalahan dalam penelitian mesti ada tujuan yang
konkrit, berikut ini penulis jabarkan baik tujuan secara umum maupun khusus:
3
1.3.1 Tujuan umum
Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi kalangan guru dan sosial, dengan
adanya metode seperti ini memudahkan orang dalam menguasai bahasa dengan benar
siswa kelas VII SMP Negeri 2 Muara Batu Kabupaten Aceh Utara dalam menulis
praktis.
sistematis.
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, siswa,
Bagi guru, penelitian ini memberikan masukan pada guru terutama dalam
menulis cerrita yang tepat dan variatif bagi pembelajaran menulis. Selain itu, supaya
guru menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik dan tidak membosankan
4
Manfaat penelitian ini bagi siswa yaitu dapat membantu siswa dalam
Manfaat penelitian bagi sekolah yaitu sebagai referensi bagi sekolah tentang
pentingnya media pembelajaran. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberi
masukan bagi sekolah agar sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang dapat
mendukung proses pembelajaran yang bisa membuat siswa tertarik dalam belajar
Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
penelitian lanjutan yang berhubungan dengan keaktifan siswa dan memberi masukan
jika kelak peneliti menjadi seorang pengajar supaya dapat menciptakan kegiatan
Indonesia.
5
1.5.2 Hipotesis
dilakukan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah kelas VII SMP Negeri 2
Muara Batu Kabupaten Aceh Utara belum mampu menulis cerita secara sistematis.
bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang
pengalaman, atau penderitaan seseorang, baik yang benar-benar terjadi atau hanya
bersifat khayalan.
4. Sistematis adalah segala usaha untuk meguraikan dan merumuskan sesuatu dalam
hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti
menyangkut obyeknya.
6
BAB II
LANDASAN TEORITIS
manusia yang menggunakan tanda-tanda yang dapat dibaca atau dilihat dengan
menggambarkan suatu bahasa yang dipakai oleh seseorang, sehinga orang lain dapat
membaca lambang – lambanga grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan
gambaran grafik tersebut “. Sedangkan Robert Lodo (dalam Suriamiaharja, 1996 : 1),
dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol – simbol
grafiknya”.
Menulis merupakan suatu medium yang penting untuk ekspresi diri pribadi,
semakin bertambah oleh adanya perkembangan media baru untuk komunikasi massa.
Oleh karena itu, praktik latihan dan studi menulis tetap merupakan bagian yang
signifikan (penting) dari kurikulum sekolah dan menjadi bagian sentral dalam
langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Selain itu, keterampilan
7
menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik
terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus
pemecah masalah, bukan sekadar menjadi penyadap informasi dari orang lain.
secara tersurat dalam konteks yang lebih kongkret. Kegiatan menulis yang terencana
atau gagasan yang bisa dimengerti oleh orang lain. Menuangkan gagasan kedalam
Kita dapat melakukan kegiatan penulisan itu sebagai satu kegiatan tunggal
jika yang ditulis ialah sebuah karangan yang sederhana, pendek, dan bahannya sudah
siap di kepala. Akan tetapi, sebenarnya kegiatan menulis itu adalah suatu proses,
yaitu proses penulisan. Ini berarti seorang penulis dalam melakukan kegiatannya
harus melalui beberapa tahap, yaitu tahap pramenulis, tahap penulisan, dan tahap
revisi. Ketiga tahap penulisan itu menunjukkan kegiatan utama yang berbeda
(Akhadiah 1986:1-3).
8
2.1.1.1 Tahap Permulaan (Prapenulisan)
penulis dalam seluruh kegiatan penulisan itu. Tahap ini merupakan tahap
perencanaan atau persiapan penulis dalam menulis dan mencakup beberapa langkah
Untuk menciptakan tulisan yang koheren dan kohesif, semua penulis harus
terlebih dahulu melalui tiga tahapan menulis yaitu, pra penulisan, penulisan dan
pasca penulisan. Sebelum mulai menulis cerita dongeng tugas seorang penulis adalah
menentukan topik dari permasalahan. Pemilihan tema adalah langkah awal yang
dilakukan penulis dalam pra penulisan. Tema adalah pokok pikiran pengarang yang
merupakan patok uraian dalam suatu tulisan. Untuk penulis pemula sebaiknya,
mencari tema yang paling di kuasai agar nantinya dalam proses penulisannya dapat
dengan mudah mengembangkan tulisannya. Topik untuk sebuah cerita dapat dicari
disekeliling lingkungan penulis. Hal ini karena topik dari sebuah harus merupakan
suatu fakta dan fenomena yang ada dalam kehidupan masyarakat serta membutuhkan
suatu penyelesaian. Dalam hal ini, Keraf (1994:111) mengemukakan bahwa syarat-
syarat yang harus dimiliki oleh sebuah topik adalah, 1) topik harus menarik, 2) topik
Topik yang dipilih penulis dalam menulis cerita dongeng harus menarik.
Artinya, setiap topik yang dipilih harus mempunyai daya tarik penulis. Daya tarik
9
penulis terhadap topik yang dipilih sangat menentukan keberlangsungan penulisan
dongeng yang akan ditulis. Apabila penulis cerita dongeng mempunyai daya tarik
terhadap topik yang yang diberikan oleh pengajar, akan memberi motivasi kepada
penulis dalam menentukan tahap selanjutnya. Selain itu, penulis juga dapat
melakukan berbagai usaha agar cerita dongeng yang ditulis membuahkan hasil yang
menarik. Efek lain yang timbul dari ketertarikan penulis terhadap cerita yang ditulis
adalah penulis mau membaca buku-buku atau media tulis lainnya yang berhubungan
Akan tatapi, jika topik yang diberikan oleh pengajar tidak punya daya pikat
penulis, maka cerita dongeng yang dibuat akan sia-sia dan isinya pun tidak menarik
untuk dibaca. Cerita dongeng yang telah dibuat dengan topik yang tidak menarik
akan membuat penulis merasa bosan. Apalagi setiap cerita ditulis pada dasarnya
selalu ditampilkan atau didiskkusikan. Jadi, jika topik yang diberikan tidak menarik
maka, masalah yang dianggap penting oleh pengajar tidak akan berlaku bagi penulis.
yang dihadapinya. Penulis akan didorong secara terus menerus agar dapat
menjelaskan itu sebaik-baiknya. Sebaliknya suatu topik yang sama sekali tidak
Penulis tidak akan berusaha sekuat tenaga untuk menemukan data dan fakta untuk
10
2) Topik Tidak Terlalu Luas
Memilih topik untuk sebuah cerita sangat sukar dilakukan oleh seorang
penulis, terutama penulis pemula. Hal ini disebabkan keringnya pengetahuan yang
dimiliki oleh seorang penulis terhadap penulisan cerita. Pemilihan topik yang
diberikan oleh pengajar untuk penulis pemula jangan terlalu luas. Karena dengan
topik yang luas mereka beranggapan akan membuat cerita yang ditulis akan
berantakan, karena ketika penulis dihadapkan pada pembahasan mengenai topik yang
dipih akan muncul kesulitan. Kesulitan yang dihadapi adalah pada saat penulis
memulai menulis cerita dengan topik yang telah diberikan oleh pengajar. Biasanya
penulis seperti ini tidak apa, dimana, kapan sebenarnya harus dimulai penulisan
tersebut. Namun, intinya setiap penulis yakin pada topik yang telah dipilih itu sempit.
Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah pembatasan topik yang telah dipilih
Pertama, tempatkan tempat yang ingin dibatasi dalam satu kedudukan yang tepat.
Dalam menulis cerita dongeng setiap topik yang diberikan oleh pengajar,
hendaknya harus dikuasai penulis. Artinya, penulis mengetahui dan menguasai topik
yang telah diberikan. Selain itu, masalah yang ada dalam topik juga harus diketahui
penulis minimal 30 % dari masalah yang ada. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa topik yang diberikan harus dekat dengan seorang penulis cerita. Apabila topik
11
yang telah dipilih betuk-betul telah dikuasai penulis, maka penulisan cerita dan hasil
yang harus diperhatikan dalam menulis cerita dongeng, perumusan judul adalah
sesuai dengan topik, singkat, bentuk frasa, dan lugas. Setiap perumusan judul cerita
harus diupayakan sesingkat mungkin. Yang perlu diperhatikan adalah pilihlah bentuk
yang pendek dari kemungkinan yang ada dalam topik. Selain itu, yang harus
dihindari kata-kata yang tidak berfungsi dalam judul. Bentuk kata tersebut dapat
berlebihan).
selesailah buram (draft) yang pertama. Pada tahap ini, kita membahas setiap butir
topik yang ada di dalam kerangka yang disusun dengan menggunakan bahan-bahan
Kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar pada tahap ini adalah sebagai
berikut:
12
2.1.1.3 Tahap Revisi
Tahap revisi, dilakukan kegiatan membaca dan menilai kembali apa yang
sudah ditulis, memperbaiki, mengubah, bahkan jika perlu memperluas tulisan yang
telah ditulis. Pada tahap ini, penulis harus memeriksa secara menyeluruh mengenai
logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, dan
sebagainya.
Yang perlu dilakukan oleh pembelajar pada tahap merevisi tulisan cerita
d. Membuat perubahan yang substantif pada draft pertama dan draft berikutnya,
mencakup tiga tahap, yaitu tahap pramenulis yang merupakan tahap perencanaan
atau persiapan menulis, tahap penulisan yang membahas topik yang telah disusun,
dan tahap revisi untuk menilai kembali apa yang sudah ditulis.
Cerita dongeng, merupakan suatu kisah yang di angkat dari pemikiran fiktif
dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral, yang
mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahluk lainnya. Dongeng
13
juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi, dari pemikiran seseorang yang
terjadi atau hanya bersifat khayalan. cerita adalah narasi pribadi setiap orang suka
menjadi bagian dari suatu peristiwa, bagian dari satu cerita, dan menjadi bagian dari
sebuah cerita adalah hakikat cerita. Otak manusia juga disebut sebagai alat narasi
yang bergerak dalam dunia cerita. Semua pengetahuan yang disimpan dalam otak
dan bagaimana akhirnya setiap orang dapat mengingadan mengenal dunia adalah
karena keadaan cerita itu. Kalau semua pengetahuan itu tidak disimpan dalam bentuk
cerita, tak akan bisa diingat. Itulah sebabnya segala yang disimpan dalam bentuk
cerita jauh lebih bermanfaat dan bermakna daripada segala yang dijejalkan ke dalam
otak hanya dalam bentuk fakta-fakta atau sekuen-sekuen yang sulit dicari antar
hubungannya.
cerita anak / dongeng adalah cerita yang ditulis untuk anak, yang berbicara mengenai
kehidupan anak dan sekeliling yang mempengaruhi anak, dan tulisan itu hanyalah
dapat dinikmati oleh anak dengan bantuan dan pengarahan orang dewasa. Menurut
Endraswara (2002:115) sastra anak di dalamnya termasuk cerita anak pada dasarnya
hal ini patut ditegaskan bahwa sastra anak tak harus semua tokohnya seorang anak.
14
Rampan (dalam Subyantoro 2006) mendefinisikan cerita anak-anak sebagai cerita
sederhana yang kompleks. Kesederhanaan itu ditandai oleh syarat wacananya yang
baku dan berkualitas tinggi, namun tidak ruwet, sehingga komunikatif. Akan tetapi
cerita anak-anak justru ditulis oleh orang dewasa dan dikonsumsi oleh anak-anak
(Sugihastuti 1996:69). Cerita anak-anak adalah media seni yang mempunyai ciri-ciri
tersendiri sesuai dengan selera penikmatnya. Tidak seorang pengarang cerita anak-
anak yang mengabaikan dunia anak-anak. Dunia anak-anak tidak dapat diremehkan
dalam proses kreatifnya. Maka dari itu, cerita anak-anak dicipta oleh orang dewasa
Nurgiyantoro (2001) menyebutkan ada dua kategori teks kesastraan dan juga
dua disiplin keilmuan yang tidak selalu sama, yaitu sastra dewasa (adult literature)
dan sastra anak (children literature). Lebih lanjut Nurgiyantoro menyebutkan jika
selama ini sastra anak terkesan diabaikan. Namun kini sastra anak dipandang
Sastra anak diyakini mampu sebagai salah satu faktor yang dapat dimanfaatkan
Dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan cerita anak adalah cerita
sederhana yang ditulis untuk anak, berbicara mengenai kehidupan anak dan
yang dapat dipahami oleh anak, melukiskan perasaan anak, dan menggambarkan
pemikiran-pemikiran anak.
15
2.3 Teknik Menulis Cerita
Teknik menulis dongeng adalah cara atau metode yang digunakan secara
beraturan (sistematis) dalam bahasa istilah menulis cerita secara sistematis. Menulis
cerita berdasarkan peristiwa / cerita yang telah terjadi kemudian cerita tersebut
karangan yang mudah dimengerti oleh orang lain Tarigan (dalam Agus
“Untuk dapat menyampaikan gagasan dan fakta secara lincah dan kuat, seseorang
perlu memiliki pembendaharaan kata yang memadai, terampil menyusun kata – kata
menjadai beraneka kalimat yang jelas, dan mahir memakai bahasa secara efektif”.
kepada pembaca untuk dipahami”. ( The Liang Gie, 1992 : 17 ). Dalam proses
menulis cerita setiap ide perlu dilibatkan pada suatu kata, kata – kata dirangkai
mewujudkan sebuah cerita. Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
menulis cerita adalah kegiatan mengarang yang tersusun dengan teratur (sistematis)
dari kata, kalimat, sampai paragraf yang saling berhubungan dan merupakan
16
2.3.1 Unsur Menulis Cerita
Berbicara mengenai cerita baik yang berupa cerita pendek maupun panjang,
maka kita harus berbicara mengenai beberapa hal atau masalah disekitar cerita . The
Liang Gie (1992 : 17) mengemukakan ada 4 (empat) unsur dalam menulis cerita
1. Gagasan ( Idea )
2 Tuturan ( Discourse )
a. Pencarian (Narration )
b. Pelukisan ( Description )
mengarang tentang macam – macam hal yang berada dalam susunan ruang
c. Pemaparan ( Exposition )
atau peralatan.
d. Perbincangan ( Argumentation )
17
3. Tatanan ( Organization )
4. Wahana (Meduim )
menyangkut kosa kata, gramatika ( tata bahasa ), dan terotika ( seni memekai bahasa
secara efektif ).
Di dalam cerita terdapat ide, tujuan, imajinasi bahasa, dan gaya bahasa
Sarumpaet (2002) menyebutkan bahwa cerita anak memiliki kekuatan yang hebat.
Cerita dongeng memiliki tempat yang signifikan dalam perkembangan bahasa dan
asosiasi anak didik pada pengalaman mereka. Seperti dikemukakan Hurlock (dalam
Subyantoro 2006) bahwa pada masa usia sekolah, anak menyukai cerita tentang hal-
hal yang nyata atau sebaliknya. Dengan kata lain, mereka lebih menyukai cerita-
cerita yang nyata dengan dibumbui sedikit khayal, dari pada yang tidak terjadi
Istilah alur atau plot berasal dari bahasa Prancis ‘intrigue’ yang berarti jalinan
peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu (Sudjiman 1991:29-30).
18
Alur sering diartikan sebagai keseluruhan rangkaian peristiwa yang terdapat dalam
alur sebagai konstruksi mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logis dan
kronologis saling berkaitan yang dialami oleh pelaku. Menurut Stanton (dalam
Nurgiyantoro 2002:113) alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian yang
dihubungkan sebagai suatu relasi sebab akibat. Hal itu berarti bahwa titik tolak alur
didasarkan pada sebab akibat. Peristiwa-peristiwa yang ada tetapi tidak disusun
berdasarkan sebab akibat tidak dapat disebut alur, tetapi struktur penceritaan
(Atmazaki dalam Septiningsih 1998:4). Ahli teori sastra yang lain, yaitu Foster
cerita yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan kausalitas atau hubungan
sebab akibat.
Eksistensi alur ditentukan oleh tiga unsur utama dalam pengembangan sebuah
alur cerita, yaitu peristiwa, konflik, dan klimaks. Peristiwa merupakan peralihan dari
suatu keadaan ke keadaan yang lain (Luxemburg 1989:40). Dalam sebuah cerita
terdapat banyak peristiwa walaupun tidak semua peristiwa itu berfungsi sebagai
pendukung alur.
19
b. Peristiwa kaitan, yaitu peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa fungsional
c. Peristiwa acuan, yaitu peristiwa yang mengacu pada unsur-unsur lain, misalnya
perwatakan atau suasana yang dialami tokoh. Terkadang peristiwa acuan berfungsi
bermunculan. Konflik mengarah pada suatu sifat yang dialami tokoh cerita. Konflik
adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang
seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan (Wellek dan Warren
1995:285).
konflik, dan berakhirnya konflik. Timbulnya konflik atau terbinanya alur sering
berhubungan erat dengan unsur watak atau tema, bahkan juga berkaitan dengan
setting. Konflik dalam cerita mungkin terjadi karena watak seseorang yang
lingkungannya.
antagonis. Protagonis adalah pelaku utama cerita, sedangkan antagonis adalah faktor
20
pelawannya atau tokoh lawan protagonis. Antagonis tidak perlu berupa manusia atau
makhluk hidup lain, tetapi bisa tertentu, misalnya alam, Tuhan, kaidah moral, kaidah
bahwa klimaks merupakan titik pertemuan antara dua atau lebih hal yang
akan diselesaikan. Klimaks dalam sebuah cerita akan terdapat pada konflik utama
Ada bebera pendapat yang berbeda mengenai tahapan alur pada suatu
karangan, yaitu pendapat Aristoteles, Tasrif, Montage dan Henshaw, serta Loban
dkk.
a. Menurut Aristoteles
mengatakan bahwa sebuah plot harus terdiri dari tahap awal (beginning), tahap
tengah (middle), dan tahap akhir (end) (Abrams dalam Nurgiyantoro 2002:142).
1) Tahap awal
Tahap awal sebuah cerita biasanya disebut sebagai tahap perkenalan. Dalam
tahap ini terdapat penunjukkan dan pengenalan latar atau setting serta pengenalan
21
tokohnya. Fungsi pokok tahap awal adalah untuk memberikan informasi atau
2) Tahap tengah
Tahap tengah dalam sebuah cerita disebut juga tahap pertikaian, yakni
menampilkan pertentangan atau konflik. Selain itu, dalam tahap tengah ini klimaks
ditampilkan, yaitu ketika konflik telah mencapai titik intensitas tertinggi. Singkatnya
3) Tahap akhir
Tahap akhir sebuah cerita disebut pula sebagai tahap peleraian, yakni
menampilkan adegan tertentu akibat klimaks. Pada bagian ini, pembaca dapat
menunjuk pada keadaan akhir sebuah cerita dongeng yang sesuai dengan tuntutan
logika cerita yang dikembangkan. Dengan kata lain, bahwa penulis lah yang
22
b. Menurut Tasrif
yaitu:
1) Tahap penyituasian (situation), yakni tahap pengenalan situasi latar dan tokoh-
tokoh cerita. Tahap tersebut berfungsi sebagai landasan cerita yang dikisahkan pada
tahap berikutnya.
intensitas konflik makin tinggi dan peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti
4) Tahap klimaks (climax), tahap yang menampilkan konflik pada tingkat intensitas
5) Tahap penyelesaian, yakni tahap akhir dari sebuah cerita. Konflik-konflik yang
Pembagian alur didasarkan pada tinjauan dari kriteria urutan waktu, jumlah,
diceritakan dalam cerita dongeng yang bersangkutan. Berdasarkan kriteria ini, alur
23
1) Alur lurus atau progresif
mudah diikuti.
Disebut juga alur regresif, yakni urutan kejadian yang dikisahkan dalam
sebua cerita tidak bersifat kronologis. Cerita dimungkinkan dimulai dari tahap tengah
3) Alur campuran
Apabila dalam sebuah cerita dongeng terdapat dua macam alur, yaitu
Suharianto (2005:19) kedua alur yang digunakan dijalin dalam kesatuan yang padu
sehingga tidak menimbulkan kesan adanya sebuah cerita atau peristiwa yang terpisah
yaitu:
1) Alur Tunggal
protagonis sebagai hero atau pahlawan. Pada umumnya cerita mengenai perjalanan
hidup tokoh tersebut lengkap dengan permasalahan dan konflik yang dialaminya.
24
Namun tidak menutup kemungkinan dalam cerita tersebut ditampilkan tokoh lain
2) Alur Sub-subplot
Apabila sebuah cerita yang memiliki lebih dari satu alur. Dengan kata lain,
permasalahan, dan konflik yang dihadapinya. Fungsi dari sub-subplot sendiri adalah
1) Alur Padat
Dalam alur padat, cerita disajikan secara cepat, hubungan antar peristiwa
terjalin secara erat. Apabila kehilangan salah satu bagian atau adegannya, maka
cerita dikatakan beralur padat apabila dalam cerita tersebut hanya terdapat alur
2) Alur Longgar
antar peristiwa tidak erat. Suatu cerita yang beralur longgar adalah apabila dalam
cerita tersebut selain terdapat perkembangan cerita yang berkisar pada tokoh utama
25
1) Alur Peruntungan, berhubungan dengan cerita yang mengungkapkan nasib atau
peruntungan yang menimpa tokoh utama cerita. Peruntungan tersebut dapat berupa
2) Alur Tokohan, menyaran pada adanya sifat pementingan tokoh. Atau dengan kata
keinginan, perasaan, berbagai macam obsesi, dan hal lain yang menjadi masalah
dalam hidup.
mengacu pada kurikulum dan silabus pembelajaran KTSP 2006. Adapun silabus
Pembelajaran menulis cerita mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan khusus dan
tujuan umum.
2. Siswa mampu menguraikan isi cerita dengan judul cerita yang telah diberikan
26
Dalam mengaplikasi tujuan khusus dan tujuan umum diperlukan suatu
pelajaran bahasa Indonesia. Agar tujuan pembelajaran bisa tercapai secara efektif
guru harus mempersiapkan atau merancang bahan pembelajaran yang baik dan
siswa. Oleh karena itu, Soetjipto dan Rafles (2004:155) mengumukakan pengayaan
bahan kajian dapat dilakukan oleh guru bidang studi adalah “guru merupakan orang
yang paling mengetahui apakah materi pelajaran itu cukup untuk kepentingan siswa
releven dengan kehidupan siswa, dan lingkungan sekolah. Pemilihan materi seperti
ini dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa semakin tajam. Kedekatan matri
pembelajaran dengan siswa juga memudahkan guru dalam member dorongan dan
motivasi siswa. Metode seperti ini akan melahirkan generasi-generasi yang mencintai
daerahnya, karena secara tidak disadari mereka sudah mengetahui tentang keadaan,
Untuk mendung hak ini dalam pemilihan mateeri pembelajaran menulis cerita
guru dapat menyunting materi ajar yang brupa peristiwa- peristiwa yang actual yang
ada dalam kehidupan masyarakat. Pemilihan materi ajar yang berhubungan dengan
lingkungan dan masyarakat harus mengacu pada kurikulum yang mengacu yaitu
27
KTSP 2006. Standar kompetensi dan sandar kompetensi dan kompetensi dasar yang
ada dalam kurikulum adalah milik nasional sedangkan inndikator dan materi
dengan lingkungan sekolah dan keadaan siswa, yang terpenting adalah tujuan
penilaian mencakup:
2) bahan ajar
kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa dalam menulis cerita. Pertanyaan yang
dijawab oleh siswa secara spontan harus diberi nilai oleh guru berupa nilai kognitif.
28
Setelah proses pembelajaran berlangsung guru memberikan evaluasi yaitu berupa
jenis tagihan:
1) Tugas kelompok
3) ulangan.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
uraian atau gambaran mengenai fenomena atau gejala sosial yang diteliti dengan
menskripsikan nilai variabel baik suatu variabel atau lebih berdasarkan dari indikator
yang diteliti tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel yang
kuatitatif yang bertujuan menggambarkan suatu keadaan pada kondisi aktual. Data
yang dideskripsikan ini adalah kemampuan siswa VII SMP Negeri 2 Muara Batu
3.2.1 Populasi
populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 2 Muara Batu yang
tersebar dalam 3 kelas paraler dengan jumlah siswa secara keseluruhan 120 orang.
30
3.2.2 Sampel Penelitian
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang diterapkan dalam
penelitian ini adalah 30% dari jumlah populasi, berarti 30/100 x 120 = 36 orang
siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random. Dalam hal ini, sesuai
dengan pendapat nasution (1996: 101) mengatakan bahwa tidak ada aturan yang
tegas tentang jumlah sampel yang dipersyaratkan untuk suatu penelitian dari populasi
yang tersedia. Juga tidak ada batasan yang jelas apa yang dimaksud sampel yang
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
menggunakan teknik tes. Tes yang dilakukan adalah tes menulis bertujuan
diberikan tes pada siswa yang dijadikan sampel penelitian diberikan pengarahan
1. Masing-masing siswa yang telah telah dipilih secara acak diberikan satu buah
judul cerita dongeng yang telah di ajarkan kemudian siswa diminta untuk
31
3. Setelah itu, hasil tes tersebut dikumpulkan.
4. Hasil tes dikumpulkan, dianalisis, dan diberi nilai bobot sesuai dengan nilai
dimaksud dapat dilihat seperti dirinci dalam tabel 3.1 dibawah ini.
Setelah data hasil tes diperoleh selanjutnya diolah dengan menghitung nilai
Terendah.
Menentukan range (Rg), yaitu nilai tertinggi (H) dikurangi nilai terendah (L)
K = 1 + 3, 3 log N
32
Memasukkan nilai urutan kedalam tabel distribusi frekuensi.
M = FX (Sudijono, 1996:38)
N
Keterangan: M = Nilai kemampuan rata-rata
Fx = Hasil perkalian frekuensi dengan nilai tengah
F = Frekuensi tiap kelompok nilai
X = Nilai tengah
N = Jumlah sampel
33
BAB IV
Penelitian dilaksanakan pada kelas VII SMP Negeri 2 Muara Batu Kabupaten
Aceh Utara. Pengumpulan data dimulai pada tanggal 4 Agustus 2010. Data yang
diperoleh adalah hasil ujian kemampuan siswa dalam menulis cerita dongeng secara
judul cerita.
Nilai hasil tes kemampuan siswa dalam menulis cerita dari 36 responden
55 45 50 65 70 55 60 65 75
50 45 65 65 55 60 55 60 50
35 45 55 35 55 40 55 45 60
55 40 60 60 75 50 50 40 35
1. Mengurutkan nilai data nilai hasil tes dari nilai tertinggi ke nilai terendah. Urutan
75 75 70 65 65 65 65 60 60
60 60 60 60 55 55 55 55 55
55 55 55 50 50 50 50 50 45
45 45 45 40 40 40 35 35 35
34
2. Menentukan range (Rg) dengan rumus yang ditetapkan. Berarti besarnya range
adalah.
Rg = h-L+1
Rg = 75-35+1
Rg = 40+1
Rg = 41
3. Menetapkan jumlah kelompok nilai (K) dengan rumus yang telah ditetapkan.
K= 1+3,3 log n
K= 1+3,3 log 36
K=1+4,856
K=5,856 dibulatkan 6
4. Menentukan interval kelas (I) dengan rumus yang telah ditetapkan. Dengan
I=R
K
I = 41
6
I = 6,83 dibulatkan 7
35
Tabel 2 distribusi frequensi
No Interval F X F.X
1 69-75 3 72 216
2 62-68 4 65 260
3 55-61 14 58 812
4 48-54 5 51 255
5 41-47 7 44 308
6 34-40 3 37 111
M = F.X
N
M = 1962
36
M = 54, 4
3.2 Pembahasan
kemampuan yang sangat terbatas dalam menulis cerita secara sistematis. Dari data
terdapat 36,11% siswa rendahnya kemampuan menulis cerita yang dimiliki siswa.
Berdasarkan hasil yang diperoleh tentang kemampuan siswa dalam menulis cerita
terlihat bahwa kelompok yang mempunyai frekuensi terbanyak adalah pada interval
69-75 dengan jumlah frekuensi relatif (13,18%). Apabila subjek penelitian dibedakan
menjadi dua berdasarkan jumlah skor tertinggi dengan skor terendah kemudian
36
dibagi dua, maka siswa yang memiliki kemampuan menulis cerita dengan kategori
tinggi sebanyak 5 siswa atau 13,18% dan siswa yang memiliki kemampuan menulis
cerita dengan kategori rendah sebanyak 18 siswa atau 41,55%. Apabila dibedakan
menjadi tiga berdasarkan skor ideal maka sebaran data untuk tiap-tiap kategori dapat
menulis cerita dengan kategori tinggi adalah 75 (13,18%), siswa yang tergolong
yang tergolong rendah kemampuan menulis cerita adalah 54,5 (41,55%) . Maka dari
itu, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis cerita berada pada
Hasil ini membuktikan bahwa kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Muara Batu Kabupaten Aceh Utara dalam menulis cerita secara sistematis sangat
cerita dapat diketahui bahwa siswa kelas VII SMP Negeri 2 Muara Batu memiliki
kemampuan menulis cerita yang sangat rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan
melihat hasil tulisan yang telah dikerjakan siswa dalam proses belajar mengajar.
37
.Dengan demikian, nilai rata-rata kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Muara Batu Kabupaten Aceh Utara dalam menulis cerita secara sistematis adalah 54,
diketahui, nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 75, dan nilai terendah 35
range (Rg), dan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 54,5. Ini berarti, kemampuan
siswa kelas VII SMP Negeri 2 Muara Batu Kabupaten Aceh Utara dalam menulis
cerita secara sistematis berada pada klasifikasi nilai jelek yaitu kurang dari 55.
Klasifikasi nilai rata-rata kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 2 Muara Batu
Kabupaten Aceh Utara dalam menulis cerita secara sistematis tingkat jelek.
mendapat nilai dengan klasifikasi baik, 3 orang (5 %) responden yang mendapat nilai
adalah 18 orang (50%), 15 orang berada pada klasifikasi nilai jelek (45 %). Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa VII SMP Negeri 2 Muara
Batu Kabupaten Aceh Utara dalam menulis cerita secara sistematis dapat
dikategorikan jelek.
tes dan mengacu pada kriteria penilaian (dalam bab III) maka dapat disimpulkan
bahwa kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 2 Muara Batu Kabupaten Aceh
Utara dalam menulis cerita secara sistematis dapat dikategorikan jelek dan berada
pada klasifikasi nilai kurang dari 55. Nilai rata-rata terdapat kemampuan tersebut
38
pada klasifikasi nilai kurang dari 55 dinyatakan jelek. Klasifikasi nilai tersebut
berada pada empat tingkat dibawah nilai sangat baik atau nilai yang diharapkan. Hal
ini membuktikan bahwa hipotesis penilaian “kemampuan siswa kelas VII SMP
Negeri 2 Muara Batu Kabupaten Aceh Utara dalam menulis cerita secara sistematis
berada pada tingkat kurang”. Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan siswa kelas
VII SMP Negeri 2 Muara Batu dalam menulis cerita secara sistematis berada pada
39
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Cerita dongeng, merupakan suatu kisah yang di angkat dari pemikiran fiktif
dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral, yang
mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahluk lainnya. Dongeng
juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi, dari pemikiran seseorang yang
Kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 2 Muara Batu Kabupaten Aceh
Utara dalam menulis cerita secara sistematis dikategorikan sangat jelek dengan nilai
rata-rata yang diperoleh sebesar 54,5. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
5.2 Saran-Saran
Negeri 2 Muara Batu Kabupaten Aceh Utara, guru hendaknya lebih proaktif dalam
beratkan pada aspek menulis secara sempurna berarti siswa lebih mudah dalam
sama yang baik antara pihak sekolah dan guru yang mengajar bahasa Indonesia di
SMP Negeri 2 Muara Batu Kabupaen Aceh Utara. Berdasarkan penelitian ini, dapat
40
disarankan kepada siswa agar menentukan tema dan kerangka karangan terlebih
dahulu jika ditugaskan menulis karangan tanpa tema. Kepada Guru Bahasa
Indonesia, disarankan agar lebih intensif lagi membelajarkan teknik menulis cerita
penelitian terhadap kemampuan menulis cerita dongeng dengan variasi metode atau
rumusan masalah yang berbeda. Kepada pembaca, penelitian ini dapat digunakan
cerita dongeng berbahasa Indonesia siswa kelas VII Program Studi Bahasa SMP
41