You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Gambaran masyarakat Indonesia dalam bidang kesehatan dapat


diketahui dari berbagai perkembangan yang telah di alami oleh bangsa
kita ini, apalagi sekarang ini dapat kita lihat dan rasakan derajat
kesehatan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang bermakna. Hal
ini ditandai dengan menurunnya angka kematian bayi (AKB), dari 46 (SDKI
1997) menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003), dan angka
kematian ibu melahirkan (AKI) dari 334 (SDKI 1997) menjadi 307 per
100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003). Meskipun sudah menurun,
namun bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga, maka angka-
angka tersebut masih belum menggembirakan. Umur Harapan Hidup
(UHH) waktu lahir dalam tiga dekade cenderung meningkat dari 41 tahun
pada (1960) menjadi 66,2 tahun (Susenas 2003). AKB, AKI, dan UHH
tersebut masih terdapat ketimpangan, terutama di wilayah KTI, serta
penduduk dengan strata ekonomi dan pendidikan rendah. Prevalensi gizi
kurang pada balita juga mengalami penurunan dari 37,5% (1989) menjadi
24,6% (2000) dan meningkat kembali menjadi 31% pada tahun 2001.
Saat ini kasus gizi buruk (busung lapar) sedikit merebak, karena lemahnya
sistem kewaspadaan pangan dan gizi, serta menurunnya perhatian
pemerintah terhadap kesehatan masyarakat. Saat ini di setiap kecamatan
telah ada paling sedikit sebuah Puskesmas, data tahun 2000 terdapat
7.237 Puskesmas, 21.267 Puskesmas Pembantu, dan 6.392 Puskesmas
Keliling. Hampir di setiap ibu kota provinsi dan kabupaten/kota telah
tersedia rumah sakit milik pemerintah. Permasalahan yang dirasakan
tentang sarana kesehatan tersebut terutama di daerah-daerah
pemekaran. Namun demikian pelayanan kesehatan masih dirasakan
belum mencukupi, baik dari segi keterjangkauan, maupun kualitasnya.
Pembiayaan kesehatan per kapita di Indonesia masih berada di peringkat
terendah bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Selama 10 tahun terakhir, rata-rata pembiayaan kesehatan sebesar
2,21% dari PDB. Meski terjadi peningkatan setiap tahunnya, namun masih
jauh dari anjuran WHO, yakni minimal 5% dari PDB. Rata-rata pembiayaan
kesehatan di daerah, baru mencapai 9% dari APBD pada tahun 2001 dan
3-4% dari APBD pada tahun 2002. Kontribusi masyarakat dan swasta
dalam pembiayaan kesehatan cukup besar, yakni sekitar 66,3%,
sedangkan peran pemerintah hanya 23,7%. Kondisi sumberdaya manusia
kesehatan saat ini masih jauh dari kurang, baik kuantitas maupun
kualitasnya. Meskipun rasio SDM kesehatan telah meningkat, namun
masih jauh dari target Indonesia Sehat 2010 dan variasi antar daerah
masih sangat tajam. Permasalahan besar tentang SDM kesehatan yang
dirasakan adalah kurang efisien dan kurang efektif dalam menanggulangi
permasalahan kesehatan, serta kemampuan dalam perencanaan pada
umumnya masih lemah. Distribusi tenaga kesehatan kurang merata, hal
ini mengakibatkan terjadinya ketimpangan antara perkotaan dan

1 ARM K31/09 Makalah Manajement


Kesehatan Kelompok 4
perdesaan, bahkan sekitar 25-40% Puskesmas tidak mempunyai dokter,
khususnya di daerah dengan geografi sulit seperti di Kawasan Timur
Indonesia (KTI), dan di daerah rawan konflik.

2. Rumusan Masalah

Untuk membahas tentang Persatuan Indonesia dengan mengangkat


tema Kemajemukan Budaya di Indonesia terdapat rumusan masalah
sebagai berikut :

a. Bagaimana pembangunan kesehatan di Indonesia?

b. Apa sajakah kebujakan-kebijakan yang ada dalam


pembangunan kesehatan tersebut?

c. Apa sajakah masalah yang di alami dalam mewujudkan


pembangunan kesehatan di Indonesia?

d. Tujuan di adakannya pembangunan kesehatah.

e. Visi dan Misi pembangunan kesehatan.

3. Tujuan Penyusunan Makalah

Penyusun dan pembaca umumnya bisa mengerti atau paham


bagaimana perkembangan bangsa Indonesia terutama dalam
bidang kesehatan, dan dapat menggambarkan kehidupan
masyarakat di Indonesia di masa depan dengan mengacu pada
perkembangan-perkembangan yang terjadi dalam bidang
kesehatan tentu saja. Dan dalam makalah ini penyusun juga
bertujuan untuk menjelaskan bagai mana perbedaan
perkembangan kesehatan di lingkungan pedesaan dan
perkotaan, dan apasaja hal yang dapat menghambat dalam
mengembangkat derajat kesehatan masyarakat di Indonesia.

2 ARM K31/09 Makalah Manajement


Kesehatan Kelompok 4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan


dari pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah. Dalam
melaksanakan pembangunan kesehatan di tengah beban dan
permasalahan kesehatan yang semakin pelik, dibutuhkan strategi jitu
untuk menghadapinya. Dalam mengatasi masalah kesehatan,
Departemen Kesehatan memilki lima strategi utama. Hal tersebut
mengemuka dalam pidato Menteri Kesehatan pada upacara bendera pada
tanggal 17 Januari 2006.

Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran,


kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
kesehatan masyarakat baik dalam bidangpromotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif agar setiap warga masyarakat dapat mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial
serta harapan berumur panjang. Untuk mencapai tujuan tersebut Winslow
menetapkan suatu syarat yang sangat penting, yaitu harus ada
pengertian, bantuan dan partisipasi masyarakat secara teratur dan terus
menerus (Effendy, 1998).

Menteri Kesehatan mengatakan bahwa kunci sukses dalam


pembangunan kesehatan ke depan, sangat ditentukan oleh adanya
komitmen politis dari semua pihak, baik dari lingkungan eksekutif,
legislatif, maupun dari masyarakat termasuk swasta. Kunci sukses lainnya
ditengah keterbatasan sumber daya dalam hal pembiayaan dan tenaga
adalah memprioritaskan bidang-bidang pembangunan kesehatan, seperti
Kesehatan Ibu dan Anak. Oleh karena itu, Depkes akan menempuh 4
strategi utama, yaitu :

1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup


sehat.
Sasaran utama strategi ini adalah seluruh desa menjadi desa
siaga, seluruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat
serta seluruh keluarga sadar gizi.

3 ARM K31/09 Makalah Manajement


Kesehatan Kelompok 4
2. Meningkatkan akses masyarakat tehadap pelayanan kesehatan
yang berkualitas.
Sasaran utama strategi ini adalah ; Setiap orang miskin
mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu; setipa bayi,
anak, dan kelompok masyarakat risiko tinggi terlindungi dari
penyakit; di setiap desa tersedia SDM kesehatan yang
kompeten; di setiap desa tersedia cukup obat esensial dan alat
kesehatan dasar; setiap Puskesmas dan jaringannya dapat
menjangkau dan dijangkau seluruh masyarakat di wilayah
kerjanya; pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit,
Puskesmas dan jaringannya memenuhi standar mutu.

3. Meningkatkan sistem surveillans, monitoring dan informasi


kesehatan.
Sasaran utama dari strategi ini adalah : setiap kejadian penyakit
terlaporkan secara cepat kepada desa/lurah untuk kemudian
diteruskan ke instansi kesehatan terdekat; setiap kejadian luar
biasa (KLB) dan wabah penyakit tertanggulangi secara cepat
dan tepat sehingga tidak menimbulkan dampak kesehatan
masyarakat; semua ketersediaan farmasi, makanan dan
perbekalan kesehatan memenuhi syarat; terkendalinya
pencemaran lingkungan sesuai dengan standar kesehatan; dan
berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence based
di seluruh Indonesia.

4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.


Sasaran utama dari strategi ini adalah : pembangunan
kesehatan memperoleh prioritas penganggaran pemerintah
pusat dan daerah; anggaran kesehatan pemerintah diutamakan
untuk upaya pencegahan dan promosi kesehatan; dan
terciptanya sistem jaminan pembiayaan kesehatan terutama
bagi rakyat miskin.

B. Pengembangan Pembangunan Kesehatan

Dalam pengembangan pembangunan kesehatan, Departemen


Kesehatan melakukan penyusunan berbagai pedoman dan standar,
penelitian dan pengembangan kesehatan, pengembangan sistem
informasi kesehatan, memfasilitasi daerah dalam memenuhi komitmen
nasional dan global, serta mendorong peran aktif masyarakat.

Dengan makin kompleksnya pembangunan kesehatan, sangat


diperlukan berbagai standar dan pedoman pembangunan kesehatan dari
Departemen Kesehatan. Di era desentralisasi, standar dan pedoman
pembangunan kesehatan dalam lingkup nasional tersebut semakin
diperlukan sebagai acuan penting dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan daerah. Selama ini di lingkungan Departemen Kesehatan
berbagai jenis sistem informasi kesehatan telah berhasil dikembangkan,

4 ARM K31/09 Makalah Manajement


Kesehatan Kelompok 4
yakni dengan telah dikembangkannya Sistem Informasi Kesehatan
Nasional. Tetapi dengan berlakunya asas desentralisasi, berbagai sistem
informasi tersebut menjadi tidak berjalan lancar. Dengan kurang
lancarnya sistem informasi kesehatan tersebut berakibat pada sistem
perencanaan dan pengembangan kebijakan yang kurang berbasis pada
data dan kenyataan di lapangan. Dalam tahun 2003, penelitian dan
pengembangan kesehatan secara nasional telah mulai digerakkan secara
lebih terarah, terutama dalam kaitannya dengan desentralisasi
pembangunan kesehatan, dan dalam menghadapi tantangan globalisasi.
Saat ini masih dirasakan adanya kesenjangan antara produk litbangkes
dengan pemanfaataanya untuk pembangunan kesehatan. Selain itu perlu
adanya kajian-kajian terhadap fenomena yang ada saat ini serta prediksi
untuk perkembangan masa depan. Di masa mendatang peran penelitian
dan pengembangan kesehatan serta kajian kebijakan pembangunan
kesehatan, semakin diperlukan dalam mendukung pembangunan
kesehatan. Keberadaan dan kiprah Badan Pertimbangan Kesehatan
sangat ditunggu-tunggu, terutama untuk memenuhi konsekwensi
terhadap komitmen nasional dan global, serta sebagai penghubung
pembangunan kesehatan antar Daerah dan Pusat, serta antar Daerah
yang satu dan lainnya. Pemberdayaan masyarakat sebagai isu sentral
dalam pembangunan kesehatan perlu mendapat perhatian dan
penanganan secara serius, terutama dalam melibatkan masyarakat untuk
ikut serta dalam melakukan pelayanan kesehatan (to serve), dalam
melakukan advokasi kepada stakeholder (to advocate), dan aktif dalam
mengkritisi pelaksanaan upaya kesehatan (to watch). Peranserta
masyarakat di bidang kesehatan telah banyak berkembang antara lain
dimulai dengan terbentuknya PKMD (Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa) yang sekarang menjadi Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat (UKBM). Departemen Kesehatan telah mengembangan
Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan telah
disosialisasikan dan dilaksanakan secara nasional. Mengingat
kecenderungan semakin banyaknya penyakit akibat perilaku dan gaya
hidup yang tidak sehat, maka pengembangan dan penyebarluasan sistem
surveilan untuk perilaku yang berisiko (Behavioral Risk Factors
Surveilance System) sangat mendesak untuk dilaksanakan dan
disebarluaskan.

C. Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan

Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan, Departemen Kesehatan


melakukan pengelolaan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan, sebagai
rujukan regional dan nasional bagi fasilitas kesehatan lainnya di daerah.
Sampai dewasa ini sebenarnya cukup banyak pembangunan kesehatan
yang dilaksanakan berdasarkan asas dekonsentrasi dan asas
pembantuan. Pemahaman dan pengutamaan konteks, proses, dan
penyelenggara dari pelaksanaan kedua asas tersebut perlu lebih jelas dan
fokus lagi. Selain itu perlu digarisbawahi bahwa pelaksanaan pembanguna
kesehatan secara nasional akan gagal jika pusat tidak atau kurang
memperhatikan kenyataan kemampuan keuangan berbagai daerah yang
terbatas. Dari pengalaman beberapa tahun terakhir, kejadian berbagai

5 ARM K31/09 Makalah Manajement


Kesehatan Kelompok 4
keadaan darurat/life saving yang berskala nasional di berbagai daerah,
memerlukan pelayanan kesehatan yang bersifat khusus dan langsung
dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan.

Dalam pelayanan kesehatan pada keadaan darurat/life saving yang


dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan tersebut, masih perlu
ditingkatkan. Penajaman sasaran pembangunan kesehatan selama ini
perlu ditingkatkan terutama untuk pemberian subsidi pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan bagi penduduk miskin. Departemen
Kesehatan telah menetapkan kebijakan yang mendasar, yakni
membebaskan pembiayaan bagi keluarga miskin yang berobat ke
Puskesmas dan rumah sakit klas tiga. Upaya kesehatan yang bersifat
public goods perlu lebih diutamakan. Di masa depan Departemen
Kesehatan perlu lebih memberikan prioritas dalam upaya ini, untuk
menekan terjadinya masalah kesehatan masyarakat, terutama yang akan
menimpa masyarakat miskin. Bantuan fasilitas dari Pusat untuk
mendukung pemberantasan penyakit menular (antara lain vaksin) masih
perlu dibenahi, karena apabila hal ini dibebankan kepada daerah, maka
sudah bisa dipastikan bahwa upaya pemberantasan ini akan kurang
berhasil. Upaya kesehatan yang bersifat public goods ini harus berkualitas
tinggi dan bisa dipertanggungjawabkan serta dipertanggunggugatkan
kepada masyarakat. Disamping itu penyelenggaraan promosi kesehatan
masih terbatas, dan perlu ditingkatkan baik intensitas maupun
teknologinya yang sesuai dengan perkembangan sosial budaya
masyarakat.

Dasar-dasar pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah


sebagai berikut:

1. Semua warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang


optimal agar dapat bekerja dan hidup layak sesuai dengan martabat
manusia.
2. Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara
dan mempertinggi derajat kesehatan rakyat.
3. Penyelenggaraan upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan
dilakukan secara serasi dan seimbang oleh pemerintah dan
masyarakat.

Tujuan Pembangunan Kesehatan

Untuk jangka panjang pembangunan bidang kesehatan diarahkan


untuk tercapainya tujuan utama sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya


sendiri dalam bidang kesehatan.
2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.

6 ARM K31/09 Makalah Manajement


Kesehatan Kelompok 4
3. Peningkatan status gizi masyarakat.
4. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
5. Pengembangan keluarga sehat sejahtera, dengan makin
diterimanya norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

D. Dasar Kebijakan Strategis Dalam Pembangunan Kesehatan

Memahami dasar-dasar pembangunan kesehatan pada hakekatnya


merupakan upaya mewujudkan nilai kebenaran dan aturan pokok sebagai
landasan untuk berpikir dan bertindak dalam pembangunan kesehatan.
Nilai tersebut merupakan landasan dalam menghayati isu strategis,
melaksanakan visi, dan misi sebagai petunjuk pokok pelaksanaan
pembangunan kesehatan secara nasional sebagaimana tercantum dalam
Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, yang
meliputi: perikemanusiaan, adil dan merata, pemberdayaan dan
kemandirian, pengutamaan dan manfaat.

Visi
Dinas Kesehatan sebagai pelaku dan penanggung jawab pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten Tangerang, dalam upaya mencapai visi
pembangunan Kesehatan "Menuju Indonesia Sehata 2010" serta dengan
memperhatikan Isu Strategi dan dasar pembangunan kesehatan
sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju
Indonesia Sehat 2010 tersebut yaitu : 1) Perikemanusiaan, 2)
Pemberdayaan dan Kemandirian, 3) Adil dan Merata dan 4) Pengutamaan
dan Manfaat, maka ditetapkan Visi Dinas Kesehatan yaitu : "Kemandirian
Masyarakat Untuk Hidup Sehat"

Dinas Kesehatan harus mampu sebagai penggerak dalam pembangunan


kesehatan menuju masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat yaitu
suatu kondisi dimana masyarakat Kabupaten Tangerang menyadari, mau
dan mampu untuk mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan
kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan
kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan
kesehatan akibat rencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak
mendukung untuk hidup sehat.

Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, ditetapkan 3 (tiga) misi
pembangunan kesehatan sebagai berikut :

1. Meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan yang bermutu dan


terjangkau bagi masyarakat.
2. Mendorong kemandirian masyarakat melalui peningkatan
Pemberdayaan Kesehatan Individu, keluarga, masyarakat beserta
lingkungannya.
3. Meningkatkan kemitraan dengan seluruh perilaku di bidang
kesehatan.

7 ARM K31/09 Makalah Manajement


Kesehatan Kelompok 4
Untuk mewujudkan Visi Dinas Kesehatan pada tahun 2013 dan sesuai
dengan Misi yang telah ditetapkan, maka dalam periode 2008 – 2013
pembangunan kesehatan dilaksanakan strategi sebagai berikut :

1. Meningkatkan pemanfaatan dan kualitas pelayanan kesehatan


Sesuai dengan fungsi Dinas Kesehatan sebagai pemberi pelayana
kesehatan kepada masyarakat, maka Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) harus diutamakan, disamping peningkatan kualitas Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP).

Dalam memfasilitasi upaya revitalisasi sistem pelayanan


kesehaatan dasar dan rujukannya, dilakukan dengan :

Setiap orang miskin mendapat pelayanan kesehatan yang


bermutu.

1. Setiap bayi, anak, ibu hamil dan kelompok masyarakat risiko


tinggi terlindungi dari penyakit.
2. Optimalisasi Pengolaan Administrasi Kesehatan.
3. Optimalisasi Puskesmas/Puskesmas Pembantu, PKM Poned
dan PKM DTP.
4. Peningkatan Jejaring Pelayanan Kesehatan dan Sistem
Rujukan.
5. Peningkatan perlindungan terhadap pemberi dan penerima
pelayan kesehatan.
2. Meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan Sistem Informasi
Kesehatan
Sistem Informasi Kesehatan merupakan pendukung tercapainya
kualitas pelayanan kesehatan yang perlu dibangun dan
dikembangkan melalui :
1. Peningkatan Sarana dan Kapasitas Sumber Daya Manusia.
2. Peningkatan Jejaring Sistem Informasi Kesehatan

3. Meningkatkan mutu dan pendayagunaan sumber daya kesehatan


yang optimal
1. Optiomalisasi pendayagunaan dan prasarana,
2. Di setiap desa tersedia Sumber Daya Manusia (SDM)
kesehatan yang kompeten dan sarana pelayanan kesehatan.
4. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan pengendalian
penyakit
Peningkatan surveilans dan monitoring dilaksanakan dengan
meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pelaporan masalah
kesehatan di wilayahnya disertai dengan peningkatan jejaring
surveilans.

Disamping itu dikembangkan dan ditingkatkan pula sistem


peringatan dini (early warning system) dan penunjang kedaruratan

8 ARM K31/09 Makalah Manajement


Kesehatan Kelompok 4
kesehatan untuk mengantisipasi terjadinya KLB. Pengendalian
penyakit melalui perbaikan lingkungan dan pengendalian vektorm
dilaksanakan dengan upayan pemenuhan sarana sanitasi dasar
Rumah Tangga dan pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan
kebersihan lingkungan.
5. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat
Dalam upaya pembangunan kesehatan, maka peran aktif dari
masyarakat sangat diperlukan, Pemberdayaan masyarakat
dilakukan dengan mendorong masyarakat agar mampu secara
mandiri menjamin terpenuhinya kebutuhan kesehatan dan
kesinambungan pelayanan kesehatan, yang dapat dilaksanakan
melalui :
1. Peningkatan Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K).
2. Peningkatan keluarga sadar gizi.
3. Peningkatan dan Pembangunan UKBM.
4. Pengembangan kemitraan dengan organisasi non pemerintah
dan institusi lain.
6. Membentuk dan mengoptimalkan desa siaga diseluruh kecamatan
Dalam pemberadayaan masyarakat perlu terus dikembangkan
Perilaku Hidup Sehat dan Bersih (PHBS) serta Upaya Kesejatan
Berbasis Masyarakat (UKBM) dalam rangka mewujudkan “Desa
Siaga” menuju Desa Sehat. Pengembangan Desa Siaga harus
melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) terutama PKK,
organisasi keagamaan dan sektor swasta. Keberhasilan Desa Siaga
ditandai antara lain dengan berkembangnya perilaku hidup bersih
dan sehat serta dikembangkannya UKBM yang mampu memberikan
pelayanan prmotif, preventif, kuratif, keluarga berencanam
perawatan kehamilan, pertolongan persalinan, gizi dan penanganan
darurat kesehatan.
7. Meningkatkan pembiayaan kesehatan
Untuk menjamin ketersediaan sumberdaya pembiayaan kesehatan,
maka dilakukan advokasi dan sosialisasi kepada semua penyandang
dana, baik pemerintah daerah, DPRD maupun masyarakat termasuk
swasta.

Dalam upaya pengelolaan sumberdaya pembiayaan yang efektif


dan efisien, dilaksanakan melalui :
1. Penyusunan perencanaan anggaran kesehatan berbasis
kinerja.
2. Pelayanan kesehatan kepada masyarakat ditingkatkan
dengan penglolaan hasil pendapatan dari pelayanan
kesehatan dengan efektif dan efisien.
3. Peningkatan akuntabilitas dalam pelayanan.
8. Meningkatkan jejaring pembangunan kesehatan dan sistem
kesehatan daerah
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang bertanggung jawab untuk
perencanaan dan pengembangan Sistem Kesehatan di wilayahnya
dan pelaksanaan program kesehatan.

9 ARM K31/09 Makalah Manajement


Kesehatan Kelompok 4
E. Isu Strategis

Dari uraian perkembangan dan permasalahan tersebut, maka isu


strategis yang dihadapi oleh masyarakat di inonesia dalam waktu jangka
panjang adalah:

1. Dari lingkup pembangunan kesehatan secara keseluruhan,


pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
bermutu belum optimal. Derajat kesehatan masyarakat Indonesia
pada umumnya masih rendah dan berbagai lingkungan strategis,
termasuk globalisasi, masih kurang mendukung pembangunan
kesehatan.
2. Sistem perencanaan dan penganggaran Departemen Kesehatan
belum optimal, salah satu sebabnya adalah kurangnya dukungan
informasi yang memadai. Disamping itu sistem pengendalian,
pengawasan, dan pertanggung-jawaban kinerja Departemen
Kesehatan belum berjalan lancar, karena dukungan dan kepastian
hukum yang belum jelas.
3. Standar dan pedoman pelaksanaan pembangunan kesehatan
dirasakan masih kurang memadai, baik jumlah maupun kualitasnya.
Penelitian dan pengembangan kesehatan belum optimal termasuk
pemanfaatan hasil-hasil penelitian. Pengembangan pemberdayaan
masyarakat dan sumberdaya kesehatan, juga masih belum merata
dan belum sesuai seperti yang diharapkan.
4. Dukungan Departemen Kesehatan untuk melaksanakan
pembangunan kesehatan masih terbatas, terutama dalam
penanganan penduduk miskin, promosi kesehatan, gizi buruk,
penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana, surveilans,
imunisasi, pelayanan kesehatan di daerah terpencil, dan
perbatasan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan.

10 ARM K31/09 Makalah Manajement


Kesehatan Kelompok 4
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat kami simpulkan bahwa pembangunan


kesehatan sangat berperan penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakt Indonesia, hal tersebut dapat dilihat dari tujuan,
kebijakan, dan visi, misi nya juga. Gerakan Pembangunan Berwawasan
Kesehatan yang telah dicanangkan sejak tahun 1999, sebagai paradigma
baru dan merupakan salah satu strategi pembangunan kesehatan
nasional menuju Indonesia Sehat 2010, yang kelangsungannya mutlak
memerlukan dukungan dan kerjasama lintas sektor. Pembangunan
berwawasan kesehatan ini juga diperkuat dengan adanya perubahan
amandemen UUD 1945, TAP MPR no. 3 Tahun 2000, dan TAP MPR no. VI
Tahun 2002. Namun komitmen politik ini, belum dapat direalisasikan
sebagaimana yang diharapkan. Dan dari berbagai permasalahan yang ada
dalam mewujudkan Indonesia sehat dapat di tarik berbagai isu strategis
yang harus di hadapi oleh masyarakat Indonesia sekarang ini, yang juga
merupakan tanggung jawab dai department kesehatan seperti
pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu
belum optimal, kurangnya dukungan informasi yang memadai sehingga
sistem perencanaan dan penganggaran Departemen Kesehatan belum
optimal, standar dan pedoman pelaksanaan pembangunan kesehatan
dirasakan masih kurang memadai, baik jumlah maupun kualitasnya dan
dukungan Departemen Kesehatan untuk melaksanakan pembangunan
kesehatan masih terbatas.

2. Saran

Menurut kami, kita sebagai warga Negara dan masyarakat Indonesia


sudah seperlunya kita turut serta dalam pembangunana kesehatan ini,
dan kita jangan lah selalu hanya bias memprotes dan mengeluh akan
pemerintahan yang kurang perhatian, atau apa saja. Tapi kita harus ikut
bejuang, misalnya saja dari yang paling kecil seperti memperhatikan
kebersihan diri kita sendiri, kemudian ke keluarga, lingkungan sekitar dan
seterusnya sampai tercapainya derajat kesehatan yang tertinggi.

11 ARM K31/09 Makalah Manajement


Kesehatan Kelompok 4
DAFTAR PUSTAKA
Renstra DEPKES 2005-2009,
www.depkes.go.id

http://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Pembangunan_nasional&action=e
dit&redlink=1

http://www.puskel.com/author/puskel/

12 ARM K31/09 Makalah Manajement


Kesehatan Kelompok 4

You might also like