You are on page 1of 6

1.

PENDAHULUAN
Di dunia terdapat tidak kurang dari 500 juta macam organisme. Organisme
tersebut memiliki ciri – ciri yang beraneka ragam. Begitu beragamnya organisme ini
sehingga di perlukan suatus sistem untuk mengenal dan mempelajarinya. Beberapa ahli
biologi mencoba menciptakan suatu sistem untuk mempermudah mengenal dan
mempelajari organisme melalui suatu cara pengkalsifikasian. Pengklasifikasian
merupakan proses berdasarkan ciri tertentu.

Organisme yang mempunyai ciri-ciri yang sama di kumpulkan sebagai satu


kelompok. Ciri-ciri kelompok telah mewakili sifat-sifat individu. Sebagai contoh,
kambing, sapi, dan kerbau merupakan kelompok hewan memamah biak ( ruminansia ).

Dengan meningkatnya peradaban manusia, terutama pengetahuan tentang


manfaat makhluk hidup sebagai obat dan bahan pangan, maka keperluan akan nama
makhluk hidup semakin besar. Maka mulai diperlukan suatu penggolongan atau
klasifikasi makhluk hidup berdasarkan pemikiran yang rasional. Misalnya penggolongan
berdasarkan persamaan ciri, cara hidup, tempat hidup, daerah penyebaran, dan
sebagainya. Ilmu yang mempelajari klasifikasi hidup disebut Taksonomi

2. SISTEM KLASIFIKASI
Terdapat tiga macam sistem dalam mengklasifikasikan mahluk hidup: Sistem
Klasifikasi Alamiah (oleh Theophrastus (370SM-285SM), salah satu murid
Aristoteles), Sistem Klasifikasi Buatan (diantaranya yang diciptakan oleh ilmuwan
Swedia - Carolus Linnaeus (1707-1778)) dan Sistem Klasifikasi Filogenetik
(diciptakan oleh Charles Darwin, yang menerbitkan buku tentang teori evolusi).

2.1. Sistem Klasifikasi Alamiah


Sistem Klasifikasi Alamiah diciptakan oleh Theophrastus. Cara
pengklasifikasian Sistem Klasifikasi Alamiah didasarkan pada bentuk yang dapat
dilihat oleh mata, seperti ciri morfologi, anatomi, dan fisiologi. Dalam
pengklasifikasian ini, tumbuhan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: pohon,
semak, perdu, dan herba.

2.2. Sistem Klasifikasi Buatan


Sistem Klasifikasi Buatan diciptakan oleh seorang ilmuwan swedia, Carl
Von Linne (Carolus Linnaeus). Pengklasifikasian Sistem Klasifikasi Buatan
didasarkan pada alat reproduksi seksual dan dasar lainnya ialah bentuk morfologi.
Sistem Klasifikasi Buatan menetapkan nama makhluk hidup dengan dua kata saja
(Binominal Nomenklatur). Tata cara penulisan nama makhluk hidup ialah :

• Aturan penulisan dalam tatanama binomial selalu menempatkan nama


("epitet" dari epithet) genus di awal dan nama ("epitet") spesies mengikutinya.

1
• Nama genus selalu diawali dengan huruf kapital (huruf besar, uppercase)
dan nama spesies selalu diawali dengan huruf biasa (huruf kecil, lowercase).
• Penulisan nama ini tidak mengikuti tipografi yang menyertainya (artinya,
suatu teks yang semuanya menggunakan huruf kapital/balok, misalnya pada
judul suatu naskah, tidak menjadikan penulisan nama ilmiah menjadi huruf
kapital semua) kecuali untuk hal berikut:

1 .Pada teks dengan huruf tegak (huruf latin), nama ilmiah ditulis
dengan huruf miring (huruf italik), dan sebaliknya. Contoh: Glycine soja,
Pavo muticus. Perlu diperhatikan bahwa cara penulisan ini adalah
konvensi yang berlaku saat ini sejak awal abad ke-20. Sebelumnya, seperti
yang dilakukan pula oleh Carolus Linnaeus, nama atau epitet spesies
diawali dengan huruf besar jika diambil dari nama orang atau tempat.

2 .Pada teks tulisan tangan, nama ilmiah diberi garis bawah yang
terpisah untuk nama genus dan nama spesies.

• Nama lengkap (untuk hewan) atau singkatan (untuk tumbuhan) dari


deskriptor boleh diberikan di belakang nama spesies, dan ditulis dengan huruf
tegak (latin) atau tanpa garis bawah (jika tulisan tangan). Jika suatu spesies
digolongkan dalam genus yang berbeda dari yang berlaku sekarang, nama
deskriptor ditulis dalam tanda kurung. Contoh: Glycine max Merr., Passer
domesticus (Linnaeus, 1978) — yang terakhir semula dimasukkan dalam
genus Fringilla, sehingga diberi tanda kurung (parentesis).
• Pada penulisan teks yang menyertakan nama umum/trivial, nama ilmiah
biasanya menyusul dan diletakkan dalam tanda kurung.
• Contoh pada suatu judul: "PENGUJIAN DAYA TAHAN KEDELAI
(Glycine max Merr.) TERHADAP BEBERAPA TINGKAT SALINITAS".
(Penjelasan: Merr. adalah singkatan dari deskriptor (dalam contoh ini E.D.
Merrill) yang hasil karyanya diakui untuk menggambarkan Glycine max.
Nama Glycine max diberikan dalam judul karena ada spesies lain, Glycine
soja, yang juga disebut kedelai.).
• Nama ilmiah ditulis lengkap apabila disebutkan pertama kali. Penyebutan
selanjutnya cukup dengan mengambil huruf awal nama genus dan diberi titik
lalu nama spesies secara lengkap. Contoh: Tumbuhan dengan bunga terbesar
dapat ditemukan di hutan-hutan Bengkulu, yang dikenal sebagai padma
raksasa (Rafflesia arnoldii). Di Pulau Jawa ditemukan pula kerabatnya, yang
dikenal sebagai R. patma, dengan ukuran bunga yang lebih kecil.
• Sebutan E. coli atau T. rex berasal dari konvensi ini.
• Singkatan "sp." (zoologi) atau "spec." (botani) digunakan jika nama spesies
tidak dapat atau tidak perlu dijelaskan. Singkatan "spp." (zoologi dan botani)
merupakan bentuk jamak. Contoh: Canis sp., berarti satu jenis dari genus
Canis; Adiantum spp., berarti jenis-jenis Adiantum.
• Sering dikacaukan dengan singkatan sebelumnya adalah "ssp." (zoologi)
atau "subsp." (botani) yang menunjukkan subspesies yang belum

2
diidentifikasi. Singkatan ini berarti "subspesies", dan bentuk jamaknya "sspp."
atau "subspp."
• Singkatan "cf." (dari confer) dipakai jika identifikasi nama belum pasti.
Contoh: Corvus cf. splendens berarti "sejenis burung mirip dengan gagak
(Corvus splendens) tapi belum dipastikan sama dengan spesies ini".
• Penamaan fungi mengikuti penamaan tumbuhan.

Sistem Klasifikasi Buatan merupakan penggolongan makhluk hidup


berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, misalnya : beracun atau bergunanya
suatu makanan pada manusia.

2.3. Sistem Klasifikasi Filogenetik


Sistem Klasifikasi Filogenetik diciptakan oleh Charles Darwin. Cara
pengklasifikasian Sistem Klasifikasi Filogenetik didasarkan pada urutan
perkembangan mahluk hidup (filogeni) serta mengetahui hubungan
kekerabatan antara satu dengan yang lainnya . Pengklasifikasian ini
menyatakan bahwa persamaan struktur tubuh menunjukkan hubungan
kekerabatan yang lebih dekat.

3. SISTEM KLASIFIKASI MENURUT KINGDOM


MAKHLUK HIDUP
Sistem Klasifikasi makhluk hidup telah dikenal sejak zaman dulu. Ahli filosof
Yunani, Aristoteles (384-322 BC) mengelompokan makhluk hidup kedalam dua
kelompok besar yaitu kelompok hewan dan kelompok tumbuhan, namun keberadaan
organisme mikroskopis belum dikenal pada saat itu. Sistem klasifikasi makhluk hidup
terus mengalami kemajuan seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sistem klasifikasi makhluk hidup dikelompokan dalam satu-satuan kelompok besar yang
disebut kingdom. Sistem kingdom yang pertama diperkenalkan oleh Linnaeus. Sistem
kingdom pun terus mengalami perubahan dan perbaikan hingga sekarang dan sering
menjadi pro dan kontra bagi para ilmuwan. Sistem Klasifikasi menurut kingdom terbagi
enam, yaitu: Sistem Dua Kingdom, Sistem Tiga Kingdom, Sistem Empat Kingdom,
Sistem Lima Kingdom, dan Sistem Enam Kingdom, serta Sistem Tujuh Kingdom.

3.1. Sistem Dua Kingdom

1. Kingdom Animalia (Dunia Hewan)


2. Kingdom Plantae ( Dunia Tumbuhan)

Sistem dua Kingdom dikemukakan oleh Aristoteles. Kelebihan sistem ini


pada saat itu adalah mampu menggolongkan dua kelompok besar mahkluk hidup
di bumi berdasarkan karakter fisiknya yaitu tumbuhan dan hewan dan kedua
kingdom ini merupakan kunci atau pengarah untuk model-model kingdom
lainnya.

3
Kelemahannya adalah penggolongan ini masih terlalu umum dan kurang
spesifik sehingga terdapat beberapa makhluk hidup lainnya yang tidak dapat
digolongkan dalam kedua kingdom ini.

3.2. Sistem Tiga Kingdom

1. Kingdom Animalia (Dunia Hewan)


2. Kingdom Plantae ( Dunia Tumbuhan)
3. Kingdom Protista (Organisme bersel satu dan organisme
multiseluler sederhana)

Sistem ini dikembangkan oleh ahli Biologi Jerman Ernst Haeckel tahun
1866. Kelebihan sistem ini adalah organisme mikroskopis bersel satu atau
multiseluler sederhana dikelompokan kedalam kingdom tersendiri dan berbeda
dari animalia atau plantae, penyebabnya karena secara fisiologis, morfologisnya,
dan anatomi, kingdom protista memiliki perbedaan dari kedua kingdom lainnya.
Kelemahannya, bakteri tidak dapat digolongkan ke dalam kingdom
protista, karena bakteri adalah organisme mikroskopis yang tidak memiliki inti
sel. Sehingga pengelompokan kingdom ini kurang sempurna.

3.3. Sistem Empat Kingdom

1. Kingdom Animalia (Dunia Hewan)


2. Kingdom Plantae ( Dunia Tumbuhan)
3. Kingdom Protista (Organisme bersel satu dan organisme
multiseluler sederhana)
4. Kingdom Monera

Sistem Ini dikembangkan oleh ahli Biologi Amerika Herbert Copeland


tahun 1956. Kelebihan sistem ini adalah melengkapi kingdom sebelumnya, yaitu
dengan mengelompokan monera sebagai kingdom tersendiri, karena organisme
mikroskopis ini tidak memiliki inti sel atau termasuk jenis prokariotik dan
berbeda dengan protista, animalia, dan plantae. Dengan kata lain
menyempurnakan kingdom yang sebelumnya.
Kelemahannya adalah masih terdapat makhluk hidup lainnya yang tidak
dapat digolongkan kedalam keempat kingdom ini seperti fungi (Mycota). Mycota
memiliki perbedaan karakter yang cukup unik, ukurannya bervariasi ada yang
menyerupai prostista namun bukan protista, cara makan dan pencernaan berbeda
dengan tumbuhan maupun hewan. Selain itu kelemahan lainnya juga terdapat
pada kingdom monera karena di dalam kingdom monera masih terdapat
perbedaan yang cukup berarti dalam klasifikasi kingdom.

3.4. Sistem Lima Kingdom

1. Kingdom Animalia (Dunia Hewan)


2. Kingdom Plantae ( Dunia Tumbuhan)

4
3. Kingdom Protista (Organisme bersel satu dan organisme
multiseluler sederhana)
4. Kingdom Monera
5. Kingdom Fungi (Dunia Jamur)
Sistem ini dikembangkan oleh ahli Biologi Amerika Robert H.
Whittaker tahun 1969. Kelebihan sistem ini adalah jamur digolongkan kedalam
kingdom tersendiri karena Jamur tidak mencernakan makanan seperti yang
binatang lakukan, atau pun membuat makanan mereka sendiri seperti yang
tumbuhan lakukan melainkan mereka mengeluarkan enzim pencernaan di sekitar
makanan mereka dan kemudian menyerapnya ke dalam sel. Begitu juga
perbedaannya dengan monera jelas terlihat bahwa kingdom fungi merupakan
jenis organisme eukariot.bukan prokariot. Dengan kata lain kingdom ini
melengkapi sistem klasifikasi kingdom sebelumnya .
Kelemahannya adalah belum mampu mendefinisikan kingdom monera
secara tepat sehingga didalam kelompok kingdom monera sendiri masih memiliki
perbedaan yang cukup signifikan baik dalam hal RNA polymerase, RNA
sequences, Introns, membran lipid dan lainnya.

3.5. Sistem Enam Kingdom

1. Kingdom Animalia (Dunia Hewan)


2. Kingdom Plantae ( Dunia Tumbuhan)
3. Kingdom Protista (Organisme bersel satu dan organisme
multiseluler sederhana)
4. Kingdom Mycota (Dunia Jamur)
5. Kingdom Eubacteria
6. Kingdom Archaebacteria

Sistem ini dikembangkan oleh ahli Biologi Amerika Carl Woese 1977.
Kelebihannya adalah mampu menjelaskan kingdom monera secara spesifik,
sehingga memberikan informasi yang cukup signifikan bagi kingdom monera.
Perbedaan yang cukup signifikan didalam kingdom monera ini melahirkan
kingdom baru yaitu kingdom eubacteria dan kingdom archaebacteria. Pembagian
ini berawal dari ditemukannya golongan monera archaebacteria di samudera
dalam yang berbeda dengan monera lainnya (eubacteria). Analisis archaebacteria
menunjukkan bahwa mereka lebih yang serupa ke eukariota dibanding para
saudaranya yang prokariotik. Hal ini adalah salah satu alasan menagapa kingdom
monera membela menjadi kingdom archaebacteria dan eubacteria.
Kelemahan sistem ini pada dasarnya tidak ada, namun bagi beberapa
pakar ilmuwan sering menjadi pro dan kontra, karena kingdom monera
merupakan kingdom yang sudah mencakup bakteri archae dan eubacteria
sehingga tidak perlu di bagi lagi.

3.6. Sistem Tujuh Kingdom

1. Kingdom Animalia (Dunia Hewan)

5
2. Kingdom Plantae ( Dunia Tumbuhan)
3. Kingdom Protista (Organisme bersel satu dan organisme
multiseluler sederhana)
4. Kingdom Chromista
5. Kingdom Eumycota (Dunia Jamur)
6. Kingdom Eubacteria
7. Kingdom Archaebacteria

Sistem ini diperkenalkan oleh ahli Cavalier-Smith tahun 1998. sistem ini
dikembangkan dari sistem kingdom sebelumnya dan secara garis besar
digolongkan dalam dua kelas utama prokariot dan eukariot (2 Empires, Chatton
1937) dari kedua golongan besar ini dibagi lagi, eukariot mencakup Animalia,
Plantae, Protozoa (protista), Eumycota dan Chromista. Sedangkan golongan
prokariot mencakup Eubacteria dan Archaebacteria.
Kelebihan sistem klasifikasi tujuh kingdom ini lebih adalah lebih detail.
Lahir kingdom baru yaitu Chromista yang anggotanya merupakan bagian dari
kingdom fungi dan protista yaitu Oomycota, Hyphochytriomycota,
Bacillariophyta, Xanthophyta, Silicoflagellates, Chrysophyta, dan Phaeophyta.
Golongan ini berbeda dari kingdom asalnya karena mereka meiliki klorofil a dan
c, tidak menyimpan makanan sebagai kanji melainkan sebagai minyak dan
umumnya menghasilkan sel dengan dua flagella yang berlainan. Karena sebagian
kingdom mycota sudah digolongkan ke dalam kingdom chromista maka kingdom
ini berubah menjadi kingdom eumycota. Kingdom protista lebih akrab dikenal
sebagai kingdom protozoa. Klasifikasi system ini lebih sempurna dari kingdom
sebelumnya.
Kelemahan sistem ini biasanya relatif terhadap sudut pandang mana orang
ingin mengelompokan organisme. Biasanya semakin besar tingkat
pengklasifikasian maka makin besar pula tingkat kesulitan tetapi hasilnya lebih
akurat.

You might also like