Professional Documents
Culture Documents
Puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberi kesempatan
sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis dengan judul ”Ontologi Ilmu
Pengetahuan”. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sugeng Ali
Mansur, M.Pd., selaku dosen pengajar mata kuliah Filsafat Ilmu, dan kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Tujuan dibuatnya karya tulis ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Ilmu dan juga sebagai bahan informasi kepada para pembaca tentang filsafat,
khususnya mengenai ontologi ilmu pengetahuan, pengertian ilmu pengetahuan, dan
sumber-sumber ilmu pengetahuan, sehingga kita dapat mengetahui jenis apa saja ilmu
pengetahuan dalam lingkungan kita itu serta hubungannya dengan filsafat.
Penulis sadar bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak memiliki kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca agar kelak penulis dapat menghasilkan karya
tulis yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.4. Manfaat.....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan...................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11
BAB I
2
PENDAHULUAN
Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Perkembangan
ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru
yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah
ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi.
Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen, bahwa ilmu
pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas
(konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.
Namun, ilmu pengetahuan pada tidak akan dapat berkembang dengan baik jika
terpisah dari Filsafat.
Dengan semakin meluasnya filsafat dan tepecah menjadi ilmu-ilmu yang baru
maka dirasa perlu untuk mengetahui pembagian filsafat dalam cabang-cabang filsafat
serta aliran-alian yang ada dalam filsafat sehingga kita bisa mengetahui arah pikir
dalam mempelajari suatu ilmu pengetahuan serta penggolongannya dalam filsafat.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah:
1.3 Tujuan
3
Berdasarkan pada rumusan masalah maka tujuan penulisan ini adalah:
1.4 Manfaat
BAB II
KONSEPSI TEORI
4
2.1 Ontologi Ilmu Pengetahuan
Dalam makalah ini akan memaparkan tentang cabang dalam filsafat, yang
pertama di sebut ontology, cabang ini menguak tentang objek apa yang akan di telaah
ilmu. Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara
objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera)
yang membuahkan pengetahuan? Kedua akan memaparkan apa yang disebut dengan
Ilmu pengetahuan, apa saja jenis-jenis ilmu pengetahuan? bagaimana cara
mendapatkannya? darimana sumbernya? dan apa objek dari ilmu pengetahuan
tersebut.
1
Sudarsono. 2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Hal 121.
5
Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun
secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren. Agar pengetahuan menjadi ilmu,
maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari kenyataan)
dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya agar pengalaman
tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya.
Metodis, berarti dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan
menggunakan metode tertentu, tidak serampangan. Sistematis, berarti dalam usaha
menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan
langkah-langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga menjadi suatu keseluruhan
yang terpadu. Koheren, berarti setiap bagian dari jabaran ilmu pengetahuan itu
merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian (konsisten)2.
2
Wiramihardja, Sutardjo. 2007. Pengantar Filsafat. Hal 86
6
Ilmu Pengetahuan Fisis-Kuantitatif (empiris)
Pengetahuan ini diperoleh melalui proses observasi serta analisis atas data dan
fenomena empiris. Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah geologi, biologi,
antropologi, sosiologi, dan lain-lain.
Ilmu ini diperoleh dengan cara analisis refleksi dengan mencari hubungan antara
konsep-konsep. Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah logika formal,
matematika, fisika, kimia, dan lain-lain.
3
Kukla, Andre. 1982. Filsafah Ilmu dan Sains. Hal 56
7
Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk memikirkan alam
semesta dan mengambil berbagai hukum serta manfaat darinya, diantara ayat2
yang telah dibuktikan oleh pengetahuan modern adalah seperti berikut :
Ayat tentang asal mula alam semesta dari kabut/nebula (QS 41/11).
Ayat tentang urutan penciptaan (QS 79/28-30): Kegelapan (nebula dari
kumpulan H dan He yang bergerak pelan), adanya sumber cahaya
akibat medan magnetik yang menghasilkan panas radiasi termonuklir
(bintang dan matahari) pembakaran atom H menjadi He lalu menjadi
C lalu menjadi O baru terbentuknya benda padat dan logam seperti
planet (bumi) panas turun menimbulkan kondensasi baru membentuk
air baru mengakibatkan adanya kehidupan (tumbuhan).
Ayat bahwa bintang2 merupakan sumber panas yang tinggi (QS 86/3),
matahari sebagai contoh tingkat panasnya mencapai 6000 derajat C.
Ayat tentang teori ekspansi kosmos (QS 51/47).
Ayat bahwa planet berada pada sistem tata surya terdekat (sama’ad-
dunya) (QS 37/6).
2.4.4 Sejarah
Allah SWT memerintahkan manusia agar melihat kebenaran wahyu-
Nya melalui lembar- lembar sejarah (QS 12/111). Jika manusia masih ragu
akan kebenaran wahyu-Nya dan akan datangnya hari pembalasan, maka
perhatikanlah kaum Nuh, Hud, Shalih, Fir’aun, dan sebagainya, yang
kesemuanya keberadaannya dibenarkan dalam sejarah hingga saat ini.
2.5 Objek Ilmu Pengetahuan
Objek material
adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran, sesuatu hal yang
diselidiki atau sesuatu hal yang dipelajari. Objek material mencakup hal
8
konkrit misalnya manusia,tumbuhan, batu ataupun hal-hal yang abstrak seperti
ide-ide, nilai-nilai, dan kerohanian.
Objek formal
adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh peneliti
terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek
formal dari suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada
saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang yang lain. Satu objek
material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan
ilmu yang berbeda-beda (Mudhofir Supriyanto, 2005)4.
Pada garis besarnya, objek ilmu pengetahuan ialah alam dan manusia.
BAB III
4
Supriyanto, Mudhofir. 200. Filsafat ilmu. Hal 23.
9
Kesimpulan
Daftar Pustaka
10
Sudarsono. 2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Wiramihardja, Sutardjo. 2007. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika
Aditama.
Kukla, Andre. 1982. Filsafah Ilmu dab Sains. Jakarta: Sinar Harapan.
Filsafat_Ilmu_Pengetahuan,http://staf_unud.com/artikel/filsafat_ilmu.htm.
diakses pada 30 Maret 2009
11