You are on page 1of 19

TUGAS INDIVIDU

RATIONALE AND DESING OF THE ORAL HEMe IRON POLYPEPTIDE AGAINST TREATMENT WITH
ORAL CONTROLLED RELEASE IRON TABLETS TRIAL FOR THECRRECTION OF ANAEMIA
IN PERITONIAL DIALYSIS PATIENTS

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Individu


Mk Pelacakan Publikasi Ilmiah
DOSEN PENGAMPU dr. BALQIS, M.SC, CM-FM

Disusun Oleh :

NAMA SRI SUPARTI


NIM S. 540809319
KELAS PARALEL VI

MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA ( MU PDPK )


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2010

PEMBERIAN THERAPI BESI POLIPEPTIDA LEBIH EFEKTIF DARI PADA PEMBERIAN


TERROGRADUMENT

SKENARIO
Pada suatu Poliklinik Kesehatan Desa ada beberapa ibu hamil periksa pada Bidan Desa. Beberapa ibu
mengeluh sering pusing, lemah, lesu, cepat lelah dan sering mata berkunang-kunang khususnya pada
saat berdiri. Ada anggapan mereka menderita anemia yang berakibat kurang baik pada ibu dan janin
yang dikandung baik saat hamil, bersalin dan nifas seperti yang dilihat pada layar kaca, kemudian
bertanya-tanya bagaimana dengan manfaat minum SANGOBION tablet seperti yang banyak ditawarkan.

ANALISA PICO
Untuk memudahkan pelacakan publikasiilmiah di internet dengan membuat pertanyaan klinis sebagai
berikut
1. P ( Patient ) = ibu hamil ( Mother )
2..I ( Intervension ) = Minum tablet Sangobion/ Besi Polipepdida
3.C ( Comparation ) =Minum zat besikonvensional ( Ferrogradument )
4. O ( Out Come ) = Peningkatan kadar HB / tidak anemia
PERMASALAHAN
Ibu hamil yang menderita anemia yang minum tablet Sangobion/ Besi polipeptida lebih cepat sembuh dari
pada minum tablet ferrogradument?

LANGKAH PELACAKAN
Klik GOOGLE
Klik Pub Med Central
Klik Pregnancy muncul 1 20f 11.792
Klik Pregnancy with anaemi muncul 1 -2 0f 376
Klik Mother muncul 1 -2of 10.325
Klik #Pregnancy anaemi and #mother muncul 1 20f 10.325
Klik pollid acid muncul 1 8 of 8
Klik #pregnancy anaemi #mother and therapi with # pollid acit RCT muncul 1-20f 94
Klik limits, klik 3 tahun terakhir all teks muncul 1 16
Buka Rationale and design of the oral HEMe iron polypeptide Against Treatment with Oral Controlled
Release Iron Tablets trial for the correction of anaemia in peritonial dialysis patients

BUKTI ILMIAH
Rationale and design of the oral HEMe iron polypeptide AgainstTreatment with Oral Controlled Release
Iron Tablets trial for thecorrection of anaemia in peritoneal dialysis patients(HEMATOCRIT trial)
Katherine A Barraclough1, Euan Noble1, Diana Leary1, Fiona Brown2,
Carmel M Hawley1,3, Scott B Campbell1, Nicole M Isbel1, David W Mudge1,Carolyn L van Eps1, Joanna
M Sturtevant1 and David W Johnson*1,3

Published28 July 2009


BMC Nephrology 2009, 10:2doi:10.1186/1471-2369-10-20
Received7 May 2009
Accepted28 July 2009
This article is available fromhttp://www.biomedcentral.com/1471-2369/10/20
200Barraclough et al; licensee BioMed Central Ltd.
This is an Open Access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution License
(http://creativecommons.org/licenses/by/2.0),
which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is
properly cited.

Methode
Desain penelitian
Study prospective, open-label, Randomised controlled trial
Tempat
Melbourne, Australia
Waktu
Desember 2008 s/d Mei 2009
Pasient/ Sample
n = 6orang, Populasi dewasa umr 18 th atau lebih serta bersedia menjadi sampel
3orang eksperimen intervensi, 3orang untuk control intervensi
Intervensi
Eksperimen intervensi
HIP (ProferrinES, Colorado Biolabs, USA) is approved for use as a dietary/nutritional supplement in
Canada and the United States of America.
Control intervensi:
Slow-release ferrous sulphate (Ferrogradumet, Abbott,Sydney, Australia) is registered in Australia for use
as anoral iron supplement and is one of the most common supplements prescribed in dialysis
populations.
Pengolahan data
Primer analisis:
Dengan analisis KOVARIANS ( ANKOVA )
Sekundairanalisis:
Uji t-berpasangan dan uji chi kuadrat
Penyajian data

Kesimpulan
polipeptida besi heme lisan (HIP; Proferrin ES)lebih efektif meningkatkan cadangan zat besi dalam
stimulasi erythropoietic agent (ESA) pasien daripada suplemen zat besi oral konvensional
(Ferrogradumet ).

KAJIAN KRITIS BUKTI ILMIAH

1
Apakah pemilihan pasien dilaksanakan secara acak
ya

2
Apakah pengambilan sample dijelaskan secara rinci
ya

3
Apakah pengamatan / follow up pasien dilakukan cukup panjang/ lama dan lengkap
Tidak

4
Apakah pasien dalam kel yangdiacak, dianalisis ( bila drop out besar, > 2% dilakukan intervension to treat
analisis dengan pengambilan skenario terburuk
Ya

5
Apakah pasien, klinisi dan staf peneliti dibutakan terhadap terapi yang diberikan
Ya

6
Apakah semua kelompok diperlakukan sama selain dari terapi yang diuji
Ya

7
Apakah kelompok terapi dan kontrol sama/mirip pada awal penelitian
Ya

I Apakah bukti tentang Aspek terapi ini valid


II. APAKAH BUKTI TENTANG ASPEK TERAPI YANG VALID INI PENTING ?
1
Seberapa besar pengaruh terapitersebut terhadap kenaikan Hb dan efek samping obat?
4 ( 11 % vs 46%p<0,05

2
Seberapa estimasi pengaruh terapi tersebut?
10 kali

Kejadian : Kekuatan statistik yang memadai ( 80% probabilitas ) untuk mendeteksi klinis peningkatan
yang signifikan dalam TSAT dari 7% mengasumsikan = 0,05 dan standar deviasi populasi 8%.
III. Apakah kita dapat menerapkan bukti tentang aspek terapi yang valid dan penting ini pada pasien kita?
1
Apakah terdapat perbedaan antara pengelolaan ibu hamil anaemia pada pelayanan kita dengan hasil
penelitian
Ya

2
Apakah terapi tersebut dapat diterapkan / dikembangkan pada pasien kita
Tidak

3
Apakah ada potensi yang menguntung kan buat kita apabila terapi tersebut dapat diberlakukan pada
pasien kita
Tidak

4
Apakah nilai pengharapan pasien kita bila hasil penelitian kita terapkan pada pasien kita yang menderita
anemia?
Kejadian anemia dapat dikurangi, sehingga komplikasi kehamilan, persalina dan nifas dapat dicegah.

Kesimpulan:
Polipeptida besi heme lebih efektif meningkatkan cadangan zat besi pasiendari pada suplement zat besi
oral konvensional.
Hasil penelitian tidak dapat diterapkan pada pasien kita oleh karena pengelolaan ibu hamil anaemi
berbeda.
TUGAS INDIVIDU

MODUL PELATIHAN MANAJEMEN ASFIKSIA


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
EVALUASI LABORATORIUM
UNTUK BIDAN

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Individu


Mk Ketrampilan Mengajar Bd Ksehatan

DOSEN PENGAMPU dr.P.MURDANI.K.MPHEd

DISUSUN :

Disusun Oleh
NAMA SRI SUPARTI
NIM S. 540809319
KELAS PARALEL VI
MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA ( MU PDPK )
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2010
TUGAS INDIVIDU

MODUL PELATIHAN MANAJEMEN ASFIKSIA


PADA BAYI BARU LAHIR
UNTUK BIDAN

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Individu


Mk Ketrampilan Mengajar Bd Ksehatan

DOSEN PENGAMPU dr.P.MURDANI.K.MPHEd

Disusun Oleh:

NAMA SRI SUPARTI


NIM S. 540809319
KELAS PARALEL VI

MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA ( MU PDPK )


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2010

PENDAHULUAN

KEDUDUKAN KURIKULUM DAN MODUL DALAM PELATIHAN


Menurut teori lama kurikulum adalah jarak waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh bidan agar dapat
memperoleh ijazah. Kurikulum dapat juga berarti sejumlah mata ajar yang harus ditempuh dan dipelajari
oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengahuan.
Kurikulum dapat definisikan suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan bidan.
Bidanmelakukan kegiatan belajar sehinga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa
sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran yang tidak pada sejumlah mata ajar tetapi meliputi
segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa seperti bangunan sekolah, alat pelajran,
perlengkapan,perpustakaan,gambar-2.
Terdapat hal-hal yang spesifik berkaitan dengan manajemen pelatihan yang trdiri dari perencanaan ( P
1 ), penggerakkan dan pelaksanaan ( P 2 ) , Pemantauan, pengendalian dan penilaian ( P 3 ). Proses
tersebut merupakan siklus integral dalam suatu Konsep Model Pelatihan sebagai suatuProses yang
Integral Yang terdiri dari :
Proses pengkajian kebutuhan pelatihan
Proses perumusan tujuan pelatihan
Proses merancang program pelatihan
Proses pelaksanaan program pelatihan
Proses evaluasi program pelatihan.
Kelima proses dilakukan secara sistimatis, tersencana dan terarah, satu sama lain saling mempengaruhi,
sehinga bila satu proses tidak dilaksanakan, maka proses lainya akan terganggu.
Proses pengkajian kebutuhan pelatihan
Mengkaji adanya kesenjangan antara standar kinerja dengan tingkat kinerja yang dicapai atau dimiliki.
Pengkajian yang benar akan mengarahkan pelatihan erorientasi kepada kebutuhan.
Proses perumusan tujuan pelatihan
Merumuskan secara tepat dan benar kesenjangan kinerja yang terjadi, dan menetapkan dengan jelas
kemampuan yang haus ditingkatkan. Tujuan pelatihan dirumuskan dalam bentuk kompetensi yang harus
dimiliki oleh peserta latih seusai pelatihan. Untuk ini rumusan tujuan harus jelas, terukur dan dapat
dicapai
Proses merancang program pelatihan
Kompetensi yang telah dijabarkan sebelumnya dalam rumusan tujuan selanjutnya diuraikan dalam
kegiatan operasional yang dapat diukur. Proses perancangan ini harus menghasilkan:
Kurikulum dirancang berbasis kompetensi yang harus dicapaidan diuraikan dalam;
Materi pelatihan
Methode penyampaian ( pembelajaran )
Proses pembelajaran setiap hari
Proporsi dan alokasi waktu
Methode penyelenggaraan pelatihan
Rancangan alur pelatihan.
Proses pelaksanaan program pelatihan
Terdiri dari rangkaian kegiatan pelaksanaan program pelatihan yang berpedoman pada kurikulum,
metode penyelenggaraan dan rancangan alur pelatihan. Dengan mengacu pada langkah ketiga, dapat
dipastikan bahwa kompetensi yang diharapkan dapat tercapai. Proses ini didahului dengan persiapan
yang menghasilkan komponen:
Kerangka acuan
Jadwal pelatihan
Pelatih yang sesuai dengan kriteria
Kelengkapan sarana dan prasarana diklat maupun penunjang
Master of trainer
Format-format yang dibutuhkan
Selama proses pelaksanaan pelatihan berlangsung, kegiatan pemantauan dan pengendalian perlu
dilaksanakan untuk meminimalisasi penyimpangan baik dari tujuan maupun langkah- langkah
sebelumnya.
Proses evaluasi program pelatihan.

Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa kurikulum lebih ditekankan pada serangkaian pengalaman
belajar.

PENGERTIAN BELAJARMANAJEMEN ASIKSIA


Merupakan suatu proses kegiatan untuk mengubah perilaku melalui suatu pengalaman
( Hamalik.O,Kurikulum dan Pemblajaran,200). Belajar tidak hanya mengingat, tetapi lebih luas yaitu
mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan perilaku.
Belajar juga merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungan.

TUJUAN BELAJARMANAJEMEN ASIKSIA


Tingkah laku terminal:
Komponen tujuan belajar yang menentukan tingkah laku bidan setelah belajar. Tingkah laku merupakan
bagian dari tujuan yang merujuk pada hasil yang diharapkan dalam belajar, apa yang dapat dikerjakan
untuk menunjukkan bahwa telah mencapai tujuan. Tingkah laku sebagai bukti proses belajar yang
ditunjukkan dengan kata kerja ( mempersiapkan, melaksanakan.
Ukuran perilaku :
Ukuran untuk mempertimbangkan perilaku bidan dalam manajemen asfiksia. Ukuran menentukan tingkat
minimal perilaku sebagai bukti bahwa bidan telah mencapai tujuan. Misalnya dapat melakukan
LANGKAH AWAL selama 3detik.
Ukuran dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang harus dikerjakan sebagai lambang atau ketepatan
tingkah laku, atau jumlah kesalahan atau kesesuaian dengan teori.

MODUL PELATIHAN MANAJEMEN ASFIKSIA

Materi ke Tujuan Pokok Bahasan Methoda Alat Bantu Waktu


I
PENDAHULUAN Umum
Memahami masalah kesehatan Neonatal,mampu menjelaskan peran bidan dalam penanganan asfiksia
Khusus:
Menyebutkan masalah kesehatan neonatal di Indonesia
Membahas dan menyimpulkan peran Bidan dalam kesehatan Neonatal
Masalah keshatan Neonatal
Peran Bidan dalam Kesehatan Neonatal
Membaca
Diskusi kelompok
Curah pendapat Buku Acuan
Bk Panduan Peserta
Tujuan Pelat
Jadwal Pelat
Daftar Pesert 45 menit
II
AFIKSIA BAYI BARU LAHIR Umum:
Peserta mampu menjelaskan Asfiksia BBL dan gawat janin
Khusus:
Menjelaskan pengertian Asfiksia BBL dan gawat janin dengan benar
Menyebutkan penyebab asfiksia BBL yang timbul karena keadaan ibu, tali pusat, dan bayi sebelumdan
sesudah persalinan
Menyebutkan tanda-tanda gawat janin dan cara pencegahan
Menjelaskan cra mengenal gawat janin dalam persalinan
Menjelaskan penanganan gawat janin pada persalinan.
Pengertian Asfiksia
Penyebab Asfiksia
Gawat Janin
Ceramah singkat
Bacaan Bk Acuan
Curah pendapat Kertas Lb balik
PosterPe nyebab Asfik gawat janin
Bk panduan
Bk Acuan
45 menit
III
PERSIAPAN RESUSITASI BBL Umum:
Mampumendomontrasikan persiapan resusitasi BBL
Khusus:
Menjelaskan prsiapan ruangan dan tempat resusitasi BBL
Menyebutkan jenis alat dan kegunaannya pd resusitasi
Menyiapkan tempat, alat dan bahan resusitasi BBL Pesiapan keluarga
Persiapan uangan dan tempat
Persiapan alat resusitasi
Perssiapan diri

Diskusi
Peragaan dan peragaan balik
Latihan menilik dengan daftar tilik Lembar kerja 3Persiapan resusitasi
Peralatan untuk peragaan ( 1set ) dan peragaan balik oleh peserta 2 set
Meja u/ pera gaan resusitasi
Daftar tilik belajar ketramp
Kotak alat resusitasi u/ setiap peserta
4menit
IV
KEPUTUSAN RESUSITASI BBL Umum:
Melakukan penilaian dan membuat keputusan kapan BBL perlu resusitasi dan tindakan yang tepat
Khusus:
Menjelaskan apa yang harus dinilai pd BBL dan bagaimana caranya
Membuat keputusan resusitasi BBL dengan menjawab soal kasus
Menyebutkan tindakan yang tepat terhadap kasus tersebut Penilaan BBL
Keputusan Resusitasi BBL
Kasus Keputusan resusitasi BBL

Diskusi
Membaca Bk acuan
Kasus keputusan resu sitasi BBL
Demonstrasi keputus an resusitasi BBL
Poster bagan alur Manaje
menBayi baru lahir
Bagan kepu tusan resusitasi BBL Bk acuan
Lembar kerja IV 3menit
V
RESUSITASI BBL LANGKAH AWAL Umum:
Mendemonstrasikan langkah awal resusitasi
Khusus:
Menjelaskan 5 langkah awal resusitasi BBL
Mendemonstrasikan langkah awal resusitasi pada model scr berurutan dng benar sesuai daftar tilik
Melakukan langkah awal pd 3detik Langkah awal resusitasi BBL
Peragaan dan peragaan balik Demonstrasi Langkah awal
Peragaan baik o/ peser ta
Latihan intensifPengamatan dan umpan balik Bagan Alur BManajemen Asfiksia BBL
Boneka serta peralatan dan bahan u/ peragaan resusitasi
Daftar tilik belajar ketrampilan resusitasi
Lembar kerja 5 6menit
VI
RESUSITASI BBL VENTILASI Umum:
Mendemontrasikan langkah ventilasi pada resusitasi BBL
Khusus:
1.Menjelaskan langkah ventilasi scr berurutan dan alasan mengapa itu dilakukan
2. Mendemonstrasikan langkah ventilasi BBL pd model scr berurutan dng benar sesuai daftar tilik
3. Mendemontrasikan kemampuan meniup dengan tabung / balon dan sungkup dengan kekuatan dan
frekuensi yang sesuai Pengertia dan langkah ventilasi
Pergaan ventilasi
Latihan tiup/ pompa
Peragaan
Peragaan Ulang
Pengamatan dan umpanbalik
Diskusi Algoritme resusitasi BBL
Boneka, pera latan dan bahan u/ peragaan resusitasi
Daftar tilik belajar ketram pilan resusitasi 9menit u/ ventilasi
3menit u/ latihan mandiri
VII
MANAJEMEN AIR KETUBAN BER CAMPUR MEKONIUM Umum:
Mendemonstrasikan langkah resusitasi BBL bila air ketuban bercampur mekonium
Khusus:
1. Menjelaskan pengrtian dasar mekonium
2. Memperagakan langkah ventilasi BBL bila air ketuban bercampur mekonium pd model secara
berurutan dengan benar sesuai daftar tilik. Pengertian dasar mekonium
Peragaan resusitasi BBL bila air ketuban bercampur mekonium Membaca Bk acuan
Peragaan
Peragaan ulang,penga matan dan umpan balik
Diskusi Bagan alur AManajemen BBL normal
Bagan Alur BManajemen Asfiksia BBL
Bagan alur CManajemen Air Ketuban bercampur mekonium
Boneka serta peralatan dan bahan untuk peragaan
Daftar tilik belajar ketrampilan Resusitasi

3menit
VIII
ASUHAN PASKA RESUSITASI Umum:
Mendemonstrasikan asuhan bayi dan keluarganya paska esusitasi
Khusus:
Menjelaskan asuhan paska resusitasi BBL bila resusitasi berhasil
Menjelaskan pemantauan BBL paska resusitasi, kriteria rujukan dan nasehat rujukan
Membuat pencatatan paska resusitasi
Mendemonstrasikan konseling paska resusitasi BBL bila resusitasi berhsil dan tidak berhasil
Asuhan paska resusitasiBBL bila resusitasi berhsil
Asuhan paska resusitasi BBL bila perlu rujukan
Asuhan paska resusitasi bila resusitasi tidak berhasil Demontrasi
Main peran/ Roll Play
Diskusi Kursi dan meja u/ main peran
Boneka
Bk panduan peserta
Bk Acuan
PosterAsuhan paska resusitasi 6menit
IX
ASUHAN PASKA LAHIR

Umum:
Menjelaskan asuhan paska lahir bayi paska resusitasi pada kunjungan neonatal
Khusus:
Menyebutkan tanda bahaya bayi
Menyebutkan 4 informasi yang perlu disampaikan pd ibu
Menyebutkan 5 pesan utama pemberian ASI
Menyebutkan cara melindungi bayi dari infeksi
Tanda-tanda bahaya
Pemberian ASI
Menjaga bayi tetap hangat
Melindungi bayi dari infeksi
Kunjngan neonatal Lomba asuhan paska lahir Bk Acuan
Bk Panduan peserta
Poster tanda bhaya
Papan tulis
Lembar balik 45 menit
X
PNCEGAHAN INFEKSI Umum:
Menjelaskan langkah pencegahan infeksi dalam rsusitasi BBL
Khusus:
Menjelaskan manfaan cuci tangan dan demonstrasi caracucitangan
Menjelaskan 4 tahap pencegahan infeksi untuk alat dan bahan
Menjelaskan tujuan dan cara dekonta minasi alat dan bahan
Menjelaskan tujuan dan cara melakukan pencucian
Menjelaskan cara desinfektan tingkat tinggi
Menjelaskan cara penyimpanan alat Cuci tangan, manfaat, cara
Dengan sabun dan air mengalir
Dengan alkohol
Pencegahan infeksi u/alat dan bahan
Dekontaminasi
Pencucian
Desinfeksi tingkat tinggi
Penyimpanan alat Diskusi
Peragaan Alkohol dan gliserin
Ember 2 buah a 2lt
Lautan chlorin 5%
Alat dan bahan resusitasi
Sarung tngan serba guna. 6menit
DAFTARPUSTAKA
Hamalik.O,2008, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Rosda karya, Badung
Dep-Kes.RI,2003. Pedoman Kurikulum Modul Pelatihan Berorientasi Pembelajaran, Jakarta
Dep-Kes.RI.2007. Manajemen Asfiksia BBL, Panduan Pelatih, Jakarta

TUGAS INDIVIDU

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


DAN PRAKTEK ( R P P)
MANAJEMEN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR
UNTUK BIDAN

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Individu


Mk Ketrampilan Mengajar Bd Ksehatan
DOSEN PENGAMPU dr.P.MURDANI.K.MPHEd

Disusun Oleh

NAMA SRI SUPARTI


NIM S. 540809319
KELAS PARALEL VI
MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA ( MU PDPK )
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2010
RENCANA PELAKSANAANPENGAJARAN DAN PRAKTEK
(RPP)

MATAAJAR RESUSITASI LANGKAH AWAL


( HAIKAL )
WAKTU 12mt
PERTEMUAN Hari I, Jam 15.0 17.00

A.Tujuan :
1. TIU
Setelah mengikuti pembelajaran ini selama 12menit peserta latih dapat/ mampu
mendemonstrasikanresusita BBL pada langkah awal
2. TIK
Pada akhir pertemuan peserta latih mampu
Menjelaskan 5 langkah awal resusitasi BBL secara berurutan
Mendemonstrasikan langkah awal resusitasi pada model secara berurutan dengan benar sesuai dengan
daftar tilik
Melakukan langkah awal resusitasi dalam waktu 3detik

Pokok Bahasan:
Langkah awal resusitasi BBL
Peragaan dan peragaan balik

Sub PokokBahasan
Penjelasan penting nya langkah awal
Memahami langkah awal
Peragaan langkah awal
Peragaanbalik
Uji diri peserta latih

Kegiatan Belajar Mengajar

Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan peserta latih Media dan Alat Pengajaran
Pendahuluan Mengucapkan salam pembukaan
Memperkenalkan diri
Menjelaskan materi yang akan dibahas
Apersepsi Menjawab salam

Memperhatikan
Memperhatikan

Memperhatikan

Pengajian Menjelaskan dan memperagakan


Ketuban pecah bercampur mekonium
Bayi tidak bernafas spontan atau bernafas megap-megap Memperhatikan
Memperagaan dan melaksanakan uji diri tindakan langkah awal Bagan alur B
Boneka, pera latan dan bahan untuk peragaan resusitasi
Dartar tilik belajar ketrampilan resusitasi
Penutup Memberikan pertanyaan lisan pd peserta latih
Memberikanumpan balik dengan evaluasi
Menyimpulkan materi
Menutup pertemuan Menjawab pertanyaan
Memperhatikan

Memperhatikan

Evaluasi :
Prosedur : Tes
Bentuk : Peragaan
Soal : a. Peragakan/ demonstrasikan bayi lahir tidak bernafas atau bernafasmegap-megap
Jawab : Peserta latih melakukan:
Demontrasi Informasi pada ibu dan keluargabahwa bayi perlu resusitasi
Potong tali pusat diatas perut ibu, bayi ditutupi kain yang telah terpasang tanpa diikat, tanpa dibungkus
Pindahkan bayi ketempat resusitasi
Mulai peragaanlangkah awal :
Menjaga bayi tetap hangatpindahkan bayi ke tempat resusitasi yang per mukaannya keras,rata,bersih,
kering, hangat.peserta latih dapat menjelaskan pentingnya menjaga bayi tetap hangat.
Atur posisi kepala bayi Demonstrasikan dengan boneka bagaimana letak posisi kepala yang benar dan
bedakan dengan posisi yang salah disertai penjelasanposisikepala bayi penting selama resusitasi
Isap lendirDemontrasikan mengisap lendir dengan pengisap lendirDe LEE serta menjelaskan pengisapan
lendir lebih dulu dimulut baru hidung
Keringkan dan rangsang bayiDemonstrasikan menggosok seluruh tubuh bayi dengan sedikit tekanan
dengan kain dan hnduk hangat, mulai dari wajah,badan, tangan dan kaki serta menjelaskan manfaat
rangsangan taktil pada bayi
Reposisi kepala bayi dan bungkus bayiDemonstrasikan cara melepas kain basah dan menggantinya
dengan kain dan handuk bersih, kering dan hangat

MATERILANGKAHAWALRESUSITASI
BAYIBARULAHIR

PENDAHULUAN:
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL perlu resusitasi, tindakan harus segera
dilakukan. Penundaan pertolongan membahayakan bayi.Pemotongan tali pusat dapat dilakukan diatas
perut ibu atau dekat perinium.
Letakkan bayi di tempat yang kerig, dpat diletakkan diataskain yang ada diperut ibu dengan posisi kepala
lebih rendah( ekstensi ), atau dekatperinium, lalu dibungkus dengan kain, dibka bagian dada dan perut,
dan potong tali pusat. Tali pusat tidak perlu diikat, tidak dibubuhkan apapun dan tidak dibungkus.
Pemotongan tali pusat

a. Pola diatas perut ibu


Bidan yang sudah terbiasa dan terlatih meletakkan bayi diatas kain yang ada diperut ibu dengan posisi
kepala lebih rendah ( ekstensi ). Lalu dibungkus dengan kain, dibuka bagian dada dan perut, potong tali
pusat. Tali pusat tidak usah diikat, tidak dibubuhi apapun dan tidak dibungkus
b. Pola dekat perinium ibu
Bidan yang elum terbiasa cara diatas, meletakkan bayi baru lahir setelah dinilai diatas kain yang ada
dibawah perinium ibu, kemudian segera potong tali pusat tanpa diikat dahulu, cukup di klem, tidak
dibubuhi apapun dan tidak dibungkus, lalu memindahkan bayi keatas kain 45 cm ditas perinium ibu

TINDAKAN RESUSITASI BBL


Bila bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap:
Sambil melakukan langkah awal:
Beritahukan ibu dan keluarga, bayinya perlu pertolongan nafas
Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk memberi dukungan moral, menjaga ibu dan
melaporkan bila ada perdarahan

TAHAP ILangkah Awal


Langkah awal perlu dilakuka dalam 3detik.Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 6 langkah awal dibawah ini
cukup untuk merangsang bayi bernafas spontan dan teratur.

Langkah tersebut meliputi:


1. Jaga bayi tetap hangat
Letakkkan bayi diatas kain yang ada diatas perut ibu
Bungkus bayi dengan kain trsebut, potong tali pusat
Bila belum terbiasa lakukan sebagai berikut
Potong tali pusat diatas kain yang ada dibawah perinium ibu
Letakkan bayi diatas kain 45 m dari perinium ibu
Bungkus bayi dengan kain trsebut
Pindahkan bayi ke tempat resusitasi
2. Atur Posisi Bayi
Baringkan bayi terlentang dengan kepala dekat penolong
Ganjal bahu agar sedikit ekstensi
Isap lendir
Gunakan alat penghisap lendir De Lee dengan cara
Isap lendir mulai dari mulut lebih dahulu, kemudian hidung
Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, tidak pada waktumemasukkan
Jangan lakukan penghisapan terlalu dalam ( jangan lebih 5 cm kedalam mulut atau lebih 3 cm kedalam
hidung ) Hal itu dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti
nafas
Keringkan an rangsang taktil
Keringkan bayi mula dari muka, kepala dan bagian tubuhlainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini
dapt membantu bayi baru lahir mulai bernafas atau tetap bernafas.
Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara dibawah ini:
Menepuk atau menyentil telapak kaki
Menggosong punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan
5. Atur kembali posisi kepala bayi dan bungkus bayi
Ganti kain yang telah basah dengan dibawahnya
Bungkus bayi dengan kain tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar dapat memantau pernafasan
bayi
Atur kembali posisi kapala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi
Lakukan penilaian
Lakukan penilaian apakah bayi benafas normal, tidak bernafas atau megap-megap
Bila bayi bernafas normal, berikan bayi pada ibunya:
Letakkan bayi diatas dada ibu dan selimuti keduanya untuk penghangatan dengan cara kontak kulit bayi
ke kulit ibu
Anjurkan ibu untuk menyusui bayi sambil membelainya
Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap, mulai lakukan ventilasi bayi

PENUTUP
Langkah awal harus dulakukan dalam 3detik.Dengan langkah awal biasanya bayi dapat bernafas spontan
dan teratur.
DAFTARTILIKBELAJARKETRAMPILAN
LANGKAH RESUSITASI BBLLANGKA AWAL

Keterangan:
Daftar tilik belajar keterampilan ini dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mempelajari keterampilan
Resusitasi BBL secara mandiri. Di kolom kiri didapatkan langkah-langkah yang harus dilakukan secara
berurutan dengan benar Kolom sebelah kanan untuk menilik (chek ) apakah langkah-langkah dilakukan
secara urut. Beri tanda V pada kolom yang sebaris bila dilakukan dengan benar
No TINDAKAN RESUSITASI BBL LANGKAH AWAL
Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap,
lakukan langkah berikut
1

I Jaga tetap hangat

24 Menyelimuti bayi dengan kain yang ada didekat ibunya

25 Memindahkan bayi terselimuti ke tempat resusitasi

II Atur Posisi

26 Meletakkan bayi terlentang dengan ganjalkain dibawah bahunya

27 Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi agar jalan nafas terbuka

III Isap lendir

28 Mengisap lendir dengan alat pengisap lendir De Lee

29 Melakukan isapan lendir pada mulut lebih dulu, sedalam < 5 cm

30 Melakukan isapan lendir pada hidung sedalam < 3 cm

31 Mengisap lendir saat ujung kateter di dalam mulutdan saat menarik kateter keluar, tidak waktu
memasukkan

IV Keringkan dan rangsang bayi

32 Mengeringkan bayi mulai muka, kepala, tubuh dengan sedikit tekanan

33 Menepuk/ menyentil telapak kaki bayi atau menggosok punggung / perut/ dada/ tungkai bayi dengan
telapak tangan

34 Mengganti kain ke-1 yang basah dengan kain dibawahnya yang kering
35 Menyelimuti bayi dengan kain kering, muka dan dada terbuka

V Atur kembali posisi kepala bayi

36 Mngatur kembali posisi kepala bayi agar sedikit ekstensi

37 Seluruh kegiatan langkah awal ( C I-V ) diselesaikan dalam 3detik

UJI DIRI
Berlatih mandiri danuji diri apakah mampu melakukan Langkah awal dengan benar seluruhnya dalam
3detik

Keterangan :
Melakukan dengan benar nilai 1
Melakukan salah atau tidak melakukan nilai 0

DAFTAR PUSTAKA

Dep Kes RI, Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan, Jakarta 2007
Dep Kes RI, Perawatan Neonatal Dasar, Jakarta 2006
Penatalaksanaan BBl dengan Asfiksia
http/www.scirb.com/doc/16408570/2007
Peran korio amnionitis klinik ketuban pecah dini http:/www kalbe.co.id/files/cdk/files/158_07

TUGAS INDIVIDU

EVALUASI LABORATORIUM
MANAJEMEN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR
UNTUK BIDAN
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Individu
Mk Ketrampilan Mengajar Bd Ksehatan
DOSEN PENGAMPU dr.P.MURDANI.K.MPHEd

DISUSUN :

OLEHSRI SUPARTI
NIM S. 540809319
KELASPARALEL VI

MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA ( MU PDPK )


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2010
EVALUASI PEMBELAJARAN LABORATORIUM

Pendahuluan
Evaluasi laboratorium merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses pembelajaran
secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap peserta didik dan sejauh apakah
perubahan tersebut mempengaruhi pengetahuan, sikap perilakupeserta didik. (dikutip dari Bloom et.all
1971). Stufflebeam et.al 1971 mengatakan bahwa evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh
dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu, input, transformasi dan output. Input adalah peserta
didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran

Prinsip Evaluasi
Evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan intrusional pengajaran, materi
pembelajaran dan metode pengajaran.Keterlibatan peserta didik, prinsip ini merupakan suatu hal yang
mutlak, karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif, tapi kebutuhan mutlak.-
Koherensi, evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang telah dipelajari dan sesuai dengan
ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur- Pedagogis, Perlu adanya tool penilai dari aspek
pedagogis untuk melihat perubahan sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu
menjadi motivator bagi diri siswa Akuntabel, Hasil evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau bahan
pertnggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seeprti orangtua siswa, sekolah, dan lainnya.
Pengamatan atau observasi, adalah suatu teknik yang dilakukan dengan mengamati dan mencatat
secara sistematik apa yang tampak dan terlihat sebenarnya. Pengamatan atau observasi terdiri dari 3
macam yaitu (1) observasi partisipan yaitu pengamat terlibat dalam kegiatan kelompok yang diamati. (2)
Observasi sistematik, pengamat tidak terlibat dalam kelompok yang diamati. Pengamat telah membuat
list faktor faktor yang telah diprediksi sebagai memberikan pengaruh terhadap sistem yang terdapat
dalam obejek pengamatan.

C.Evaluasi Praktikum/Laboratorium
Nilai Praktikum/Laboratorium
Tujuan praktikum adalah untuk memperkuat teori yang telah dikuliahkan atau ditutorialkan. Untuk menilai
apakah mahasiswa memahami pengetahuan akan teori yang dipraktikumkan, maka bisa dilakukan
dengan melakukan ujian praktikum, yang diintegrasikan ke dalam ujian teori (ujian akhir blok) sebagai
nilai sumatif. Nilai pengetahuan ini dapat juga dilakukan dengan cara responsi atau dengan ujian
praktikum tersendiri. Metode ujian praktikum diserahkan pada laboratorium masing-masing. Hasil
penilaian praktikum berupa lulus atau tidak lulus didasarkan pada standar yang dibuat oleh laboratorium
tempat praktikum dilaksanakan. Jika tidak lulus harus mengikuti ujian ulang, yang dilakukan oleh
laboratorium maksimal 2 kali.
Ujian Skill lab (OSCE)
Dilakukan tiap akhir materi pembelajaran dalam bentuk OSCE. Nilai ujian OSCE ini memberi kontribusi
sebesar 30% dari nilai akhir pelatihan.
Skills lab, pesertadiharapkan dapat melaksanakan perasatserta mampu menerangkan cara dan tujuan
tindakankepada penderita. Praktikum/ demonstrasi oleh pesertadapat secara langsung melihat dan
mempelajari sistem yang sedang dipelajarinya dalam setiap sesi , termasuk belajar cara pemilihan alat-
alatuntuk tindakan tertentu.
OSCE (Objective Structure Clinical Examination, 20%) merupakan jenis ujian yang akan menilai
pengetahuan, keterampilan dan perilaku mahasiswa berdasarkan topik skills lab yang telah diberikan,
SOCA (Student Oral Case Analysis, 20%) peserta latih diberikan suatu skenario atau suatu masalah klinis
untuk dianalisis dan kemudian dipresentasikan serta didemontstrasikan tindakan yang perlu
dilaksanakan.1% sisanya adalah penilaian untuk attitude, behavior dan active learning, sehingga dari
keseluruhan didapat nilai akhir angka mutu 100%.Dengan metode pembelajaran ini peserta latih dituntut
untuk berperan aktif dan bertanggung jawab dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pihak penyelenggara
telah merancang strategi pembelajaran dan panduan yang akan membantu peserta latihmencapai
kompetensi yang harus dikuasai. Panduan yang diberikan hanya sebagai fasilitas yang berisi deskripsi
singkat mengenai hal yang akan di pelajari. Tugas peserta latih adalah untukbelajar secara mandiri,
kemudian melaksanakan uju diri terhadap perasat sesuai daftar tilik yang telah dibakukan.Bagi peserta
latih belajar untuk melatih psikomotor atau skill ini sangat penting dan harus dimiliki oleh karena setelah
pelatihan mereka dituntut untuk dapat melakukan tindakan yang diperlukan untuk menyelamatkan jiwa
saat mereka menghadapi kasus gawat darurat didaerah.,sehingga mereka siap memberikan pelayanan
yang berkualitas pada saat tindakan tersebut diperlukan.

IV. Kelebihan dan Kekurangan evaluasi laboratorium


Kelebihan dari evaluasi laboratorium
1. Peserta langsung dapat memperagakan materi yang telah diterima pada keadaan nyata dimulai
praktek pada model/ manekin, apabila sudah sampai tingkat mahir diterjunkan ke lahan untuk praktek
pada klien/ patien.
2. Peserta dapat menilai diri sendiri/ self assesment apakah sudah mampu atau belum dalam
melaksanakan suatu perasat/ tindakan. Apabila belum mereka dapat mengulangi sampai tingkat mahir
pada model
3. Pelatih dapat mengevaluasi apakah materi yang diberikan benar-benar dapat diserap yang selanjutnya
peserta latih dapat mengimplementasikan pada tindakan yang nyata
4. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan pengamatan pada saat peserta melakukan tindakan baik pada
model maupun klien dengan menggunakan lembar pengamatan yang sudah tersusun dan teruji baik dari
validitas dan realibitasnya.
5. Pelatih dapat menyimpulkan hasil evaluasi dengan menganalisa hasil pengamatan yang berupa
angka-angka kemudian dibandingkan dengan batas kelulusan yang telah ditetapkan

Kekurangan dari evaluasi laboratorium


1. Untuk peserta membutuhkan konsentrasi yang tinggi oleh karena harus memadukan antara kognitif/
pengetahuan, sikap/ afektif dan ketrampilan/ psikomotor dalam melakukan suatu tindakan
2. Membutuhkan sarana-prasarana lebihlengkap agar pelaksanaan evaluasi dapat berjalan lancar
3.Membutuhakan waktu yang lebih lama dalam pelaksanaan evaluasi
4. Pelatih/ evaluator mengalami kejenuhan apabila menghadapi peserta yang dibawah rata-rata baik
pegetahuan, sikap serta ketrampilan dalam melaksanakan suatu tindakan.

V. Penutup
Proses Evaluasi Pembelajaran laboratoriumperlu mendapat penekanan dalam proses pembelajaran.
Evaluasi bukanlah semata-mata untuk mendefinisikan peserta yang berhasil dan tidak berhasil,
melainkan sebuah proses yang akan memperbaiki mutu pembelajaran dan mengetahui seberapa efektif
pembelajaran yang dilakukan.
Evaluasi menjadi hal yang penting dalam proses belajar mengajar, karena tanpa evaluasi akan susah
sekali mengukur tingkat keberhasilannya.Evaluasi pembelajaran laboratorium merupakan proses yang
sistematis dalam mengukur tingkat kemajuan yang dicapai peserta , baik ditinjau dari norma tujuan
maupun dari norma kelompok serta menentukan apakah peserta latihmengalami kemajuan yang
memuaskan kearah pencapaian tujuan pelatihan yang diharapkan.Evaluasi memegang peranan penting
karena hasil evaluasi menentukan sejauh mana tujuan dapat dicapai. Dan sebuah hasil evaluasi
diharapkan dapat membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu program, perbaikan
program, pertanggung jawaban,motivasi, menambah pengetahuan, serta membantu mendapat dukungan
dari mereka yang terlibat dalam program tersebut. Secara umum evaluasi (evaluation) merupakan alat
(tool) dalam mengukur sejauhmana tujuan yang kita inginkan sudah tercapai. Dalam dunia pendidikan,
evaluasi merupakan hal mutlak dalam melihat kinerja (performance) pelaku pelatihan , utamanya pelatih/
fasilitator dan peserta latih.

`
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Budi Wiyono, 2003. Evaluasi Pembelajaran. MalangElang Emas.


Nana Sudjana, Ibrahim, 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru Algesindo.
Departemen Pendidikan Nasional, 2000. Penilaian dan Pengujian Untuk
Guru.http//www.evaluasipendidikan.blogspot.com.
Purwanto, 2009, Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Surakarta.

You might also like