You are on page 1of 20

MAKALAH

Rendahnya Disiplin Mempengaruhi Mutu Pendidikan

Disusun oleh :

Argo Satrio Wicaksono

Anita Frida Fonataba

Isak Wamaer

Karel Welem Rosely

Kayama Bisay

Sekolah Menengah Atas Negeri I Biak Kota

Kelas XII IPA 4

Argo Satrio Wicaksono – SMA Negeri 1 Biak Kota Page 1


ABSTRAKSI

Penulisan makalah ini merupakan suatu upaya untuk menjelaskan tentang pengaruh
kedisipilinan siswa maupun guru dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan yang ditandai
dengan prestasi belajar siswa sekolah. Selain itu, untuk menemukan strategi yang tepat
dalam menanamkan dan meningkatkan tingkat kedisiplinan siswa di sekolah.

Berbagai upaya dan usaha telah dilakukan agar dapat meningkatkan mutu
pendidikan disekolah. Akan tetapi, upaya itu dihalangi oleh sikap rendahnya disiplin oleh
para pelaku pendidikan, baik oleh guru sebagai tenaga pendidik maupun oleh para siswa di
sekolah sebagai peserta didik.

Guna mendukung data dalam penulisan makalah ini, penulis peroleh melalui
kepustakaan dengan mencari berbagai referensi melalui media elektronik internet. Selain itu,
dengan melakukan wawancara dengan Bpk Fery lembong selaku guru bimbingan konseling
dan Siti Nurjannah selaku salah satu murid berprestasi di SMA N 1 Biak Kota.

Hasil yang diperoleh terbukti bahwa sikap disiplin dari warga sekolah baik siswa
sebagai peserta didik maupun guru sebagai tenaga pengajar sangat mempengaruhi mutu
pendidikan. Cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan sikap disiplin siswa antara lain
menjadikan guru sebagai teladan yang baik bagi para siswa di sekolah. Sekolah juga
diharapkan untuk tidak hanya mampu membuat suatu peraturan. Namun, harus juga
mampu mengaplikasikannya dan mensosialisasikannya baik kepada guru dan siswanya.

KATA PENGANTAR

Argo Satrio Wicaksono – SMA Negeri 1 Biak Kota Page 2


Puji Syukur Penulis Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya tulis ini
tepat pada waktunya.

Terdorong oleh rasa ingin tahu dan usaha keras yang didukung serta diarahkan oleh
Ibu guru maka, penulis memberanikan diri untuk menyusun makalah ini.

Makalah yang berjudul Rendahnya Disipilin Mempengaruhi Mutu Pendidikan


merupakan hasil analisa penulis yang disusun untuk memenuhi tugas yang diberi ibu Dra.
Cesilia selaku guru bahasa Indonesia SMA N 1 Biak Kota.

Dalam menyelesaikan Karya tulis ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. baik secara langsung maupun tidak langsung Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :

1. Bpk. Fery Lembong selaku guru bimbingan konseling (BK) SMA N 1 Biak kota dan
Siti Nurjannah selaku siswa yang telah bersedia menjadi narasumber dalam
wawancara guna melengkapi data dalam pembuatan makalah ini.

2. Ibu Dra. Cesilia selaku guru Bahas Indonesia yang telah banyak memberikan
bimbingan, arahan dan ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat melaksanakan
proses demi proses dalam penyelesaian makalah ini.
3. Orang tua yang telah memberikan bantuan doa serta dukungan baik berupa moril
maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

4. Teman-teman Group Perkusi ROAKERTAMA (Rombongan Anak-anak Kreatif Tahan


Malu) SMANSA yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi kepada
penulis demi terselesaikannya pembuatan makalah ini.

Argo Satrio Wicaksono – SMA Negeri 1 Biak Kota Page 3


Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak ditemukan kekurangan di
dalamnya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk penyempurnaan di masa datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya para siswa
sebagai tunas bangsa untuk lebih memahami perlunya kedisiplinan yang baik dalam
meningkatkan mutu pendidikan yang dapat di tandai dengan prestasi belajar siswa di
sekolah.

Biak, 19 September 2008

Tim Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

Argo Satrio Wicaksono – SMA Negeri 1 Biak Kota Page 4


1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.


Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia.
Menyadari akan pentingnya hal tersebut, selayaknya kita sudah harus serius menangani
masalah dibidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan akan
muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan sebenarnya bertujuan untuk
membekali siswa-siswi untuk dapat menjadi Sumber Daya Manusia yang siap dan tangguh
menghadapi dunia kerja apalagi ditambah dengan globalisasi yaitu perdagangan bebas.
Tuntutan era globalisasi kemajuan teknologi dan informasi mengharuskan dunia pendidikan
beradaptasi dengan keadaan tersebut. Namun, salah satu permasalahan pendidikan yang
sering kita jumpai adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan. Baik dari tingkat sekolah dasar (SD) sampai tingkat sekolah menengah atas
(SMA).

Rendahnya mutu pendididkan adalah masalah dan tanggung jawab bersama yang
harus diselesaikan oleh semua pihak. Salah satu penyebab masih rendahnya mutu
pendidikan di sekolah adalah minimnya kesadaran siswa untuk menaaati tata tertib yang
berlaku. Segala kegiatan yang berlangsung disekolah sebenarnya sudah di atur dalam tata
tertib sekolah.

Tidak dapat di pungkiri bahwa berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah. Upaya dan usaha yang telah diwujudkan oleh sekolah itu
seperti mengikuti kurikulum nasional yang telah ditetapkan pemerintah, meningkatkan
kompetensi guru melalui pelatihan (penataran), pengadaan buku dan alat pelajaran , serta
pengadaan dan perbaikan sarana prasarana pendidikan. Akan tetapi, usaha peningkatan
mutu pendidikan itu terasa akan sia-sia bila tidak disertai dengan rasa disiplin. Disiplin
adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan
orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata
lain, disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa
pamrih.

Argo Satrio Wicaksono – SMA Negeri 1 Biak Kota Page 5


Seperti diketahui bersama bahwa sebenarnya masing-masing sekolah telah
mempunyai tata tertib tertentu yang harus dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah seperti
guru maupun siswa dalam aktifitas belajar mengajar. Namun, dalam pelaksanaannya tidak
semua warga sekolah tersebut dapat melaksanakannnya dengan baik. Hal ini disebabkan
oleh tingkat kedisiplinan setiap orang berbeda-beda. Di tengah rendahnya sikap disiplin ini,
proses belajar mengajar harus tetap berjalan, hal ini menjadi salah satu sebab menurunnya
prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa inilah yang nantinya akan menjadi salah satu
tolak ukur dalam menilai tinggi rendahnya mutu pendidikan.

Sikap disiplin yang baik, sebenarnya akan menciptakan suasana proses belajar
mengajar yang lebih efektif. Oleh sebab itu, setiap warga sekolah baik siswa maupun tenaga
pengajar atau guru sudah seharusnya mampu menanamkan sikap disiplin diri dalam
kehidupan sehari-hari termasuk di lingkungan sekolah. Pihak sekolah juga diharapkan
mampu untuk melaksanakan segala peraturan dan tata tertib yang berlaku untuk
meningkatkan mutu pendidikan.

1.2 Perumusan Masalah


Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas terdapat masalah yang
hendak di cari jawabannya :

1. Apakah rendahnya sikap disiplin warga sekolah mempengaruhi mutu pendidikan ?


2. Bagaimanakah cara untuk menanamkan sikap disiplin para siswa di lingkungan
sekolah ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh sikap disiplin dari warga sekolah baik guru maupun
siswa terhadap peningkatan mutu pendidikan.
2. Untuk mengetahui strategi yang tepat dalam menanamkan sikap disiplin para siswa
di lingkungan sekolah dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

1.4 Hipotesis

Berdasarkan hasil pengamatan sementara, penulis menarik hipotesis sebagai berikut :

Argo Satrio Wicaksono – SMA Negeri 1 Biak Kota Page 6


1. Sikap disiplin dari warga sekolah baik siswa maupun guru (tenaga pengajar) sangat
memepengaruhi mutu pendidikan.
2. Cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan sikap disiplin siswa di lingkungan
sekolah antara lain menjadikan guru sebagai teladan yang baik bagi para siswa.

1.5 Pengertian Judul

Mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Sedangkan,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi
pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih
mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu
dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukan nilai – nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan dan ketertiban.

Ada 2 (dua) unsur pokok yang membentuk disiplin sesorang :

a. Sikap yang telah ada pada diri manusia

b. Sistem budaya yang hidup dalam masyarakat

1.6 Pembatasan Masalah

Masalah yang penulis batasi dalam pembuatan makalah ini adalah sikap disiplin dalam
mematuhi peraturan sekolah yang berlaku oleh guru sebagai tenaga pendidik atau pengajar
serta para siswa sebagai peserta didik dalam proses belajar mengajar di sekolah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang
berlaku di sekolahnya itu disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan
berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah.
Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak

Argo Satrio Wicaksono – SMA Negeri 1 Biak Kota Page 7


menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma,
peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.
Menurut Wikipedia (1993) bahwa disiplin sekolah “refers to students complying with
a code of behavior often known as the school rules”. Yang dimaksud dengan aturan sekolah
(school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian (standards of clothing),
ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar/kerja. Pengertian disiplin sekolah
kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari
pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan
metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik
(physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychological maltreatment),
sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock dalam bukunya
“Dangerous School” (1999).
Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman (1999) mengemukakan
bahwa tujuan disiplin sekolah adalah : (1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang
tidak menyimpang, (2) mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3) membantu
siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi
melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan (4) siswa belajar hidup dengan
kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya. Sementara
itu, dengan mengutip pemikiran Moles, Joan Gaustad (1992) mengemukakan: “School
discipline has two main goals: (1) ensure the safety of staff and students, and (2) create an
environment conducive to learning”.
Sedangkan Wendy Schwartz (2001) menyebutkan bahwa “the goals of discipline,
once the need for it is determined, should be to help students accept personal responsibility
for their actions, understand why a behavior change is necessary, and commit themselves
to change”. Hal senada dikemukakan oleh Wikipedia (1993) bahwa tujuan disiplin sekolah
adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di
kelas.
Tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar
yang nyaman terutama di kelas. Jika seorang guru di dalam kelas tidak mampu menerapkan
disiplin dengan baik, maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh
penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi
belajar siswa.
Sikap disiplin yang diperlukan siswa di antaranya yaitu:

a. Disiplin preventif, yakni upaya menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi


peraturan yang berlaku. Dengan hal itu pula, siswa berdisiplin dan dapat memelihara
dirinya terhadap peraturan yang ada.

Argo Satrio Wicaksono – SMA Negeri 1 Biak Kota Page 8


b. Disiplin korektif, yakni upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi peraturan.
Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan memperbaiki dirinya
sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang ada.

Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari
berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa
dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib tersebut. Tidak hanya
itu, pada sekolah-sekolah tertentu bisanya tata tertib itu dilengkapi dengan janji siswa. Janji
siswa inilah yang mengharuskan setiap siswa untuk mematuhi dan menuruti tata tertib dan
peraturan yang berlaku di sekolah. Salah satu sekolah yang memiliki janji siswa untuk
menunjang jalannya tata tertib dan peraturan sekolah adalah SMA N 1 Biak Kota. Adapun
bunyi janji siswa tersebut adalah:
JANJI SISWA SMA NEGERI 1 BIAK KOTA
Kami siswa-siswi SMA N 1 Biak kota berjanji :

1. Akan belajar dengan tekun dan penuh semangat.

2. Menjaga nama baik sendiri keluaraga dan sekolah.

3. Menaati dan mematuhi pelaksanaan wiyata mandala, termasuk pakaian seragam


sekolah, OSIS dan kegiatan belajar SMA N 1 biak Kota.

4. Berperilaku sesuai ajaran agama yang saya anut.

5. Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah dengan rajin dan tekun.

Apabila dikemudian hari kami ingkar janji, maka siap menerima sanksi sesuai tata
tertib sekolah. Demikian janji ini kami ucapkan dengan sungguh-sungguh untuk
dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan.
Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan
perilaku negatif siswa.Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan
penanggulangganya, dan di sinilah arti penting disiplin sekolah.
Brown mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa yang indisiplin, sebagai
berikut :

1. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru

2. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang
menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang
kurang atau tidak disiplin.

3. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal dari keluarga
yang broken home.

4. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu
kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan

Argo Satrio Wicaksono – SMA Negeri 1 Biak Kota Page 9


perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan
dalam proses pendidikan pada umumnya.

Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor
lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah
satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah
seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap,
teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik
oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati sanubarinya dan dampaknya
kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang
ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa
di sekolah.
Sehubungan dengan permasalahan di atas, seorang guru harus mampu
menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus
mampu melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap siswa berasal
dari latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda dan
kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani
berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan
mengembangkan dirinya secara optimal.

2. Membantu siswa meningkatkan standar prilakunya karena siswa berasal dari


berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard prilaku
tinggi, bahkan ada yang mempunyai standard prilaku yang sangat rendah. Hal
tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha meningkatkannya,
baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya.

3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat aturan-


aturan umum. Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum. Perturan-peraturan
tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tidak
terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin.

Selanjutnya, Brown mengemukakan pula tentang pentingnya disiplin dalam


proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut :

1. Rasa hormat terhadap otoritas/ kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap


siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya
kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.

2. Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses belajar mengajar dapat
dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa
dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya.

Argo Satrio Wicaksono – SMA Negeri 1 Biak Kota Page 10


3. Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk
menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.

4. Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam
proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan
kewajibannya, serta akan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang
lain.

5. Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu
dijumpai hal yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin
siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak
menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar
mengajar pada khususnya.

6. memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin; dengan memberikan contoh perilaku


yang tidak disiplin diharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapat membedakan
mana perilaku disiplin dan yang tidak disiplin.

Sementara itu, Reisman dan Payne (E. Mulyasa, 2003) mengemukakan strategi
umum merancang disiplin siswa, yaitu : (1) konsep diri; untuk menumbuhkan konsep diri
siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik,
menerima, hangat dan terbuka; (2) keterampilan berkomunikasi; guru terampil
berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong
kepatuhan siswa; (3) konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru disarankan dapat
menunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa dalam
mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah; (4)
klarifikasi nilai; guru membantu siswa dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-
nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri; (5) analisis transaksional; guru disarankan guru
belajar sebagai orang dewasa terutama ketika berhadapan dengan siswa yang menghadapi
masalah; (6) terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan
meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab; dan (7)
disiplin yang terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk
mengembangkan dan mempertahankan peraturan; (8) modifikasi perilaku; perilaku salah
disebabkan oleh lingkungan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu diciptakan
lingkungan yang kondusif; (9) tantangan bagi disiplin; guru diharapkan cekatan, sangat
terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa
peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah,
dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi
sebagai pemimpin

Argo Satrio Wicaksono – SMA Negeri 1 Biak Kota Page 11


Berbicara mengenai proses pendidikan di sekolah terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik. Proses belajar
mengajar di sekolah yang berjalan dengan baik akan mencetak para siswa yang
berprestasi. Faktor dominan dalam proses pendidikan di sekolah ini adalah :

1. Kepemimpinan Kepala sekolah; kepala sekolah harus memiliki dan


memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras,
mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja,
memberikan layanan yang optimal, dan disiplin kerja yang kuat.

2. Siswa; pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat “


sehingga kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga sekolah
dapat menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa.

3. Guru; pelibatan guru secara maksimal , dengan meningkatkan kopmetensi


dan profesi kerja guru dalam kegiatan seminar, MGMP, lokakarya serta
pelatihan sehingga hasil dari kegiatan tersebut diterapkan di sekolah.

4. Kurikulum; Tetap tetapi dinamis , dapat memungkinkan dan memudahkan


standar mutu yang diharapkan sehingga tujuan dapat dicapai secara
maksimal .

5. Jaringan Kerjasama; jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada


lingkungan sekolah dan masyarakat (orang tua dan masyarakat) semata
tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan / instansi sehingga output
dari sekolah dapat terserap didalam dunia kerja.

Argo Satrio Wicaksono – SMA Negeri 1 Biak Kota Page 12


BAB III

DATA DAN PEMBAHASAN

3.1 Data

Adapun data untuk melengkapi data pendukung dalam karya tulis ini, penulis
dapatkan melalui :

3.11 Data Kepustakaan

Data kepustakaan yang penulis peroleh didapat dengan cara mengumpulkan


sumber referensi dari internet.

3.1.2 Wawancara

Argo Satrio Wicaksono – SMA Negeri 1 Biak Kota Page 13


Data yang penulis peroleh yaitu melakukan wawancara dengan Bpk Fery Lembong
selaku guru bimbingan konseling SMA N 1 Biak Kota dan salah seorang siswa SMA N 1
Biak Kota yang berprestasi yaitu Siti Nurjannah.

3.2 Pembahasan

Berbagai upaya dan usaha telah dilakukan agar dapat meningkatkan mutu
pendidikan disekolah . Upaya dan usaha yang telah diwujudkan oleh sekolah itu seperti
mengikuti kurikulum nasional yang telah ditetapkan pemerintah, meningkatkan kompetensi
guru melalui pelatihan (penataran), pengadaan buku dan alat pelajaran , serta pengadaan
dan perbaikan sarana prasarana pendidikan. Akan tetapi, upaya itu dihalangi oleh sikap
rendahnya disiplin oleh para pelaku pendidikan, baik oleh guru sebagai tenaga pendidik
maupun oleh para siswa di sekolah sebagai peserta didik. Padahal sikap disiplin sangat
mempengaruhi mutu pendidikan. Semakin tinggi sikap disiplin oleh guru dan siswa di
sekolah semakin tinggi pula mutu pendidikan di sekolah tersebut.

Jika dalam kehidupan di lingkungan sekolah para siswa ditanamkan rasa disiplin
terhadap tata tertib dan peraturan yang berlaku, otomatis siswa tersebut akan menanamkan
sikap disiplinnya dalam belajar baik di rumah maupun di sekolah. Apabila hal ini telah terjadi,
sangat mungkin siswa itu akan meraih prestasi belajar siswa di sekolah. Sikap siswa yang
selalu menunda membuat pekerjaan rumah merupakan salah satu contoh kecil akibat dari
tidak disiplinnya siswa itu di sekoah. Hal ini, jelas akan berdampak pada prestasi belajar
siswa di sekolah. Oleh sebab itu, perlu ditingkatkannya sikap disiplin di sekolah untuk setiap
warga sekolah. Hal ini merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa yang nantinya akan menjadi tolak ukur meningkatnya mutu
pendidikan.

Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari
berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa
dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang berlaku di
sekolahnya. Disiplin sekolah dilakukan sebagai usaha sekolah untuk memelihara perilaku
siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan
norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.

Argo Satrio Wicaksono – SMA Negeri 1 Biak Kota Page 14


Tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar
yang nyaman terutama di kelas. Namun, para warga sekolah baik guru maupun siswa
mempunyai peluang yang sama untuk bersikap tidak disiplin dalam peraturan yang berlaku.
Adapun sikap indisipliner yang paling sering dilakukan guru di lingkungan sekolah seperti
terlambat datang ke sekolah dan terlambat masuk ke kelas pada saat jam pelajaran sedang
berlangsung. Selama ini yang terjadi di beberapa sekolah adalah seringnya kelas kosong
saat jam belajar. Ini dikarenakan guru tidak masuk kelas dan tanpa ada tugas yang harus
dikerjakan siswa. Ketidak hadiran guru itu bisa saja karena kepentingan dinas atau yang
lain.

Ketidaktepatan dalam hal guru masuk kelas ini mengakibatkan jeda waktu
pergantian jam bisa dimanfaatkan siswa untuk melakukan tindakan indisipliner. Pada kondisi
seperti ini, pada umumnya para siswa tidak mengisi waktu luang itu dengan belajar ataupun
kegiatan posistif lainya seperti mengunjungi perpustakaan. Namun, para siswa mengisinya
dengan kegiatan bermain, bercanda bahkan tidak jarang melakukan pelanggaran tata tertib
seperti merokok di dalam kelas dan berkeliaran baik di dalam maupun diluar sekolah.
Selain itu, sikap indisipiliner guru yang terlambat mengakibatkan para guru sering
mengambil atau mencuri jam pelajaran guru lainnya. Padahal guru tersebut sudah tidak
memilki hak untuk mengajar siswa di dalam kelas . Komitmen guru dalam hal ini kadang
sering menjadi penyebabnya. Masih banyak guru yang lebih mementingkan kepentingan
pribadi daripada kewajibannya mengajar siswa di sekolah. Dalam manajemen sekolah,
biasanya pengawasan banyak yang tidak bisa berjalan dengan baik, lebih-lebih jika
komitmen guru dan siswa rendah maka sekolah-pun akhirnya sulit meningkatklan mutu
pendidikan.

Hal inilah yang yang berdampak pada masih rendahnya tingkat kedisiplinanan siswa
siswi di sekolah. Banyak dari siswa itu beranggapan “Mengapa kita sebagai siswa harus
berdisiplin padahal guru yang sebenarnya menjadi panutan dan suri teladan bagi siswa tidak
berdisiplin”. Anggapan seperti ini merupakan anggapan yang salah, tugas utama para siswa
di sekolah adalah hanya untuk belajar. Bahkan, dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) dijelaskan bahwa, siswalah yang harus aktif dalam proses belajar mengajar di
sekolah bukan guru. Akan tetapi, dalam kenyataanya jika seorang guru tidak mampu
menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan
memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk
mencapai prestasi belajar siswa.

Argo Satrio Wicaksono – SMA Negeri 1 Biak Kota Page 15


Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan
perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa sudah sangat
mengkhawatirkan, seperti: merokok, keterlibatan dalam minuman keras yang menjurus ke
arah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan
masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai
aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran
tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti : kasus bolos, perkelahian,
nyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya. Tentu
saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangganya, dan disinilah
arti penting peran disiplin sekolah.
Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor
lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah
satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah
seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap,
teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik
oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati sanubarinya dan dampaknya
kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang
ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa
di sekolah.
Adapun penyebab perilaku siswa yang tidak disiplin adalah :

1. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru, guru biasanya menampakkan
sikap-sikap indisipliner pada muridnya. Bagaimana seorang siswa dapat disipilin
padahal gurunya sendiri yang seharusnya menjadi teladan dan di tiru itu tidak
disipilin.

2. Kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat
menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak disiplin. Sekolah juga kadang kala
hanya dapat membuat peraturan atau tata tertib sedangkan untuk menjalankannya
sangan susah. Ataupun, sekolah biasanya hanya menjalankannya pada saat-saat
tertentu (awal-awal).

3. Siswa itu sendiri. Siswa yang mempunyai masalah intern dari keluarga, biasanya
cenderung indisipliner. Sikap inilah yang akan ditularkan kepada teman-temannya
di sekolah.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, seorang guru harus mampu


menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus
mampu melakukan hal-hal sebagai berikut :

Argo Satrio Wicaksono – SMA Negeri 1 Biak Kota Page 16


1. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap siswa
berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda
dan kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani
berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan
mengembangkan dirinya secara optimal.

2. Membantu siswa meningkatkan standar prilakunya karena siswa berasal dari


berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard prilaku
tinggi, bahkan ada yang mempunyai standard prilaku yang sangat rendah. Hal
tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha meningkatkannya,
baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya.

3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat aturan-


aturan umum. Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum. Perturan-
peraturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,
agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau
tidak disiplin.

Pihak sekolah hendaknya memiliki sifat disiplin preventif dan disiplin korektif. Disiplin
preventif, yakni upaya menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang
berlaku. Dengan hal itu pula, siswa akan berdisiplin dan dapat memelihara dirinya terhadap
peraturan yang ada. Disiplin korektif, yakni upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi
peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan memperbaiki
dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang ada. Pihak sekolah juga hendaknya
tidak pandang bulu dalam menindak siswa yang indisipliner.

Disiplin sebenarnya dapat diartikan sebagai ketaatan pada peraturan.


Sebelum disiplin diterapkan perlu dibuat peraturan atau tata tertib yang benar-benar
realistik. Banyak beberapa sekolah yang mutunya rendah baik ditinjau dari nilai-nilai
siswa, maupun kinerja personal sekolah. Hal ini, disebabkan masih belum jelasnya
peraturan sehingga tidak mudah diaplikasikan, atau buruknya pengawalan
penerapan peraturan itu. Bahkan kadang gurupun tidak tahu apa yang harus
dilakukan dalam kelas, sehingga ia hanya mengajar apa adanya terkesan
menghabiskan waktu mengajar saja. Hal ini mengisyaratkan bahwa sekolah
seharusnya tidak hanya mampu membuat suatu peraturan. Namun, harus juga
mampu mengaplikasikannya dan mensosialisasikannya baik kepada guru dan
siswanya.

Argo Satrio Wicaksono – SMA Negeri 1 Biak Kota Page 17


Cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan sikap disiplin siswa di lingkungan
sekolah antara lain menjadikan guru sebagai teladan yang baik. Dalam proses belajar
mengajar di sekolah gurulah yang selalu bertemu dengan siswanya. Masalah yang paling
sering ditemui adalah terlambatnya guru atau tidak masuknya guru ke dalam kelas pada
saat jam pelajaran berlangsung. Masalah ini sebenarnya dapat di atasi dengan cara yang
sederhana, namun cukup ampuh untuk menekan sikap indisipliner yang mungkin dapat
dilakukan para siswa pada saat itu. Jika guru berhalangan masuk ke dalam kelas atapun
terlambat untuk masuk kedalam kelas, sebaiknya para siswa di berikan tugas-tugas yang
harus dikumpul setelah habis jam pelajaran tersebut. Pada sekolah - sekolah juga
diharapkan diberlakukannya jadwal piket guru. Guru yang piket inilah yang akan mengontrol
para siswa dalam mengerjakan tugasnya.

Bila hal ini masih tidak dapat dilaksanakan sekolah, sekolah dapat
mengantisipasinya dengan membentuk badan khusus yang bertugas mengontrol
kedisiplinan siswa. Badan ini tidak boleh beranggotakan para guru, namun anggotanya
dapat di ambil dari tenaga keamanan maupun staf tata usaha. Hal ini dilakukan karena
dikhawatirkan para guru akan memiliki peran ganda yaitu sebagai pengajar dan pengontrol
kedisipilinan siswa. Selain sebagai pengontrol kedisiplinan siswa, badan inilah yang
bertugas untuk memberikan tugas kepada para siswa bila guru berhalangan atau terlambat
masuk ke kelas. Tentunya, setelah berkoordinasi dahulu dengan guru yang bersangkutan.

Selain itu, kepemimpinan kepala sekolah dan kreatifitas guru yang profesional,
inovatif, kreatif, merupakan salah satu faktor dalam peningkatan mutu pembelajaran di
sekolah, yang ditandai dengan prestasi belajar siswa. Jadi hal ini sudah seharusnya
diterapkan setiap sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikannya. Hal ini dikarenakan
kedua bagian / elemen ini merupakan figur yang bersentuhan langsung dengan proses
pembelajaran . Selain itu, kedua bagian / elemen ini merupakan figur sentral yang dapat
memberikan kepercayaan kepada masyarakat serta orang tua siswa. Jika pelayanan yang
baik kepada masyarakat maka mereka tidak akan secara sadar dan secara otomatis akan
membantu segala kebutuhan yang di inginkan oleh pihak sekolah , sehingga dengan
demikian maka tidak akan sulit bagi pihak sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran
dan mutu pendidikan di sekolah.

Argo Satrio Wicaksono – SMA Negeri 1 Biak Kota Page 18


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa :

1. Sikap disiplin dari warga sekolah baik siswa sebagai peserta didik maupun guru
sebagai tenaga pengajar sangat memepengaruhi mutu pendidikan. Semakin tinggi
sikap disiplin oleh guru dan siswa di sekolah semakin tinggi pula mutu pendidikan di
sekolah tersebut.
2. Untuk menanamkan sikap disiplin siswa di lingkungan sekolah, cara yang dapat
dilakukan antara lain menjadikan guru sebagai teladan yang baik bagi para siswa di
sekolah. Sekolah juga diharapkan untuk tidak hanya mampu membuat suatu
peraturan. Namun, harus juga mampu mengaplikasikannya dan
mensosialisasikannya baik kepada guru dan siswanya.

5.2 Saran :

Adapun saran penulis yaitu :

1. Untuk membangun dan meningkatkan mutu pendidikan yang tinggi dan berkualitas
sangat diharapkan adanya kesadaran dari para siswa sendiri agar dapat memiliki

Argo Satrio Wicaksono – SMA Negeri 1 Biak Kota Page 19


sikap kedisiplinan yang baik serta mengembangkan potensi dan bakat yang ada
pada dirinya.
2. Kepemimpinan kepala sekolah dan kreatifitas guru yang profesional, inovatif, kreatif,
merupakan salah satu faktor dalam peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.
Sehingga diharapkan pihak sekolah dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04/disiplin-siswa-di-sekolah/

http://annilasyiva.multiply.com/journal/item/46

http://www.bpkp.go.id/index.php?idpage=632&idunit=20

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan

http://rienzumaroh16.blogspot.com/2008/06/pengertian-mutu.html

http://samuelchristiantjahyadiweb.wordpress.com/2008/08/23/mutu-pendidikan-di-indonesia/

Argo Satrio Wicaksono – SMA Negeri 1 Biak Kota Page 20

You might also like