You are on page 1of 2

KESEHATAN FISIK & MENTAL

Oleh: H. Supardi

Pepatah lama menyatakan: “Mens sana in corpore sano” di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa
yang sehat (a healthy mind in a healthy body)”. Memang dalam kehidupan kita, individu,
keluarga, kelompok atau bangsa diperlukan keseiramaan, karena bagaimanapun kehidupan ini
lebih banyak adanya saling ketergantungan. Ketergantungan apa? Yaitu ketergantungan antara
pikiran dan tubuh (fisik). Kita semua tentu tidak akan memiliki tubuh yang sehat tanpa kita
memiliki pikiran (jiwa/mental) yang sehat. Misal orang yang sedang stress, atau memiliki rasa
cemas (kawatir) yang berlebihan, dipastikan akan membuat tubuh kita terdapat gangguan
kesehatan (sakit atau tidak sehat). Begitu sebaliknya, manakala tubuh kita tidak sehat (sedang
sakit), tentu pikiran kita juga terganggu atau tidak sehat. Orang sedang kelelahan atau sakit,
maka sangat sulit untuk memikirkan apapun secara baik, jernih atau cemerlang.
Kehidupan kita selalu demikian, yaitu membangun keseimbangan antara kebutuhan
pikiran (jiwa) dan kebutuhan tubuh (fisik). Hal ini juga didukung adanya sebuah kenyataan
bahwa kehidupan itu tidak statis, akan tetapi selalu berubah dan berubah. Kita memang tidak
terasa atau merasa bahwa kehidupan itu terus berubah seperti gelombang air laut. Pernahkah kita
merasakan bahwa kita telah melakukan upaya kesimbangan dalam kehidupan yang memiliki
ritme yang menyerupai gelombang di lautan. Kita bekerja dibarengi dengan permainan, kita
selalu belajar dan berfikir dibarengi dengan kegiatan olah fisik, kita melakukan sesuatu yang
serius bersamaan kita melakukan sesuatu yang humoris dan seterusnya. Kita sering terjebak
rutinitas yang jauh melakukan keseimbangan, sehingga dengan tidak adanya keseimbangan kita
mengalami gangungan-gangguan kesehatan baik kesehatan pikiran atau mental dan/atau
kesehatan tubuh atau fisik kita.
Kita akan menjadi manusia-manusia yang produktive atau super produktive, manakala
kita bisa melakukan sesuatu dengan tingkat keseimbangan yang memadai dalam mencapai
kebugaran. Dr. Irving Dardik dan Denis Waitley (dalam Samuel A Cypert) menunjukkan
kebugaran yang sejati lebih dari hanya sekedar bekerja, makan, atau merasa senang terhadap diri
sendiri. Kebugaran adalah kombinasi antara kesehatan fisik, gizi dan kesehatan mental.
Selanjutnya juga membagi pendekatan menyeluruh terhadap kebugaran menjadi empat; (1) unsur
kekuatan pikiran; (2) unsur gizi; (3) unsur latihan fisik; (4) unsur lompatan (memerintahkan
potensi batin yang tersembunyi).
Berpuasa terutama di bulan ramadhon ini bagi umat Islam merupakan latihan yang secara
langsung praktek (mengerjakan) dengan memiliki nilai-nilai kebugaran. Puasa dalam bulan
ramadhan memiliki suasana membangun sikap mental (jiwa) yang lebih nyata. Kita kiranya
semua tahu bahwa untuk membangun dan mengembangkan kesehatan mental yang terpenting
adalah sikap mental yang positif. Dalam berpuasa ini kita memang ditempa jiwa kita agar tidak
berperilaku dan bersikap negative. Kita tidak boleh bicara yang negative, kita tidak akan
melakukan perbuatan yang buruk, kita tidak diperkenankan membicarakan perilaku orang lain
yang bersifat negative, kita tidak boleh “ngrasani”(=Jawa) sikap dan perbuatan orang lain, kita
tidak boleh berbohong, kita tidak boleh marah. Kita memang diseyogyakan agar tidur, sehingga
kita terhindar dari perbuatan dan sikap yang negative tersebut. Ini semua benar-benar wujud
latihan membangun sikap mental yang positif.
Larangan utama bagi yang berpuasa di bulan ramadhan secara fisik adalah tidak makan-
minum di waktu siang hari. Ini bentuk latihan bagi tubuh dan fisik kita menjadi tubuh dan fisik
yang kuat untuk menahan lapar dan dahaga. Kita lihat orang yang berpuasa tidak ada yang
kemudian menjadi atau memiliki sakit kekurangan gizi. Mereka yang berpuasa tetap sehat bisa
menjalankan kegiatan sebagaimana di hari-hari biasa. Tubuh kita menjadi lebih terlatih untuk
lapar dan dahaga. Kita akan memiliki pengalaman dan kekuatan pada suatu ketika harus
menghadapi situasi yang sangat sulit sekalipun, kita bisa tahan uji.
Orang yang sering terganggu kesehatannya pada saat atau waktu kekuarang istirahat
(tidur) selama sehari-semalam, ternyata selama puasa bulan ramadhan kekurangan jam tidurpun
tidak membuat gangguan kesehatan. Ini menunjukkan bahwa kita memiliki potensi yang sering
tidak nampak dan akhirnya menjadi kekuatan untuk melawan kebiasaan-kebiasaan yang
memanjakan tubuh atau fisik yang berlebihan. Kita masih bisa menggunakan waktu dan bekerja
secara produktive walaupun sedang lapar dan dahaga.
Ada memang kekuatan yang lebih besar yang membuat semua bisa menjalani dan
menjadi nyata bahwa latihan mental, fisik, kesehatan, potensi diri terjadi di bulan ramadhan ini,
yaitu kekuatan Iman. Kepercayaan (keImanan) menjadi kekuatan yang dahsat untuk membuat
manusia bisa melakukan semua aktivitas dan latihan jiwa, fisik dan kebugaran secara lebih
ringan menjalankan dan mewujudkannya. Oleh sebab itu puasa bulan ramadhan merupakan
tempat atau arena latihan menempa dan meningkatkan keImanan melalui latihan mental dan fisik
serta sekaligus menciptakan keseimbangan pemenuhan kebutuhan jiwa dan tubuh kita. Proses
demikian secara terus menerus merupakan wujud juga menjadi orang-orang yang produktive.
Semoga.

You might also like