You are on page 1of 261

PANDUAN KEGIATAN LAPANGAN

PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
LINGKUNGAN MANDIRI PEDESAAN
(PNPM LMP)

I-1
Panduan Kegiatan Lapangan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Lingkungan Mandiri Pedesaan (PNPM LMP), provinsi
Sulawesi Utara
Diterbitkan Oleh : Wildlife Conservation Society (WCS-IP)
dan Conservation Training and Resource Center (CTRC),
Manado 2009.

ISBN :

Penulis : Edy Hendras Wahyono, Akbar Ariodigdo, Agus


Wijayanto, Affan Surya, Dani Rogi, Steven Siwu, Edies M,
Big Antono, Vicky Soleman, Nano Sudarno

Editor : Sunjaya
Illustrator dan tataletak : Eko Wahono.
Kredit foto dan illustrasi dari berbagai sumber.

I-2
Kata Pengantar.

K ehidupan di masa yang akan datang, sangat


tergantung dengan keberhasilan pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan hidup yang
berkesinambungan. Karena kita yakin dan bisa, bahwa
manusia itu dapat hidup hamonis dengan alam. Manusia
sangat tergatung dengan alam. Kerusakan alam, identik
dengan kerusakan kehidupan manusia.

Betapa tidak, kini alam yang mulai terkikis habis, sedikit


demi sedikit dan kondisinya sangat mengenaskan.
Manuasia jualah yang merasakan akibatnya. Banjir, tanah
longsor terjadi setiap di musim hujan tiba sedangkan
kekeringan dan sulit mendapatkan air serta air untuk
mengairi sawah mulai berkurang saat musim kemarau tiba.

Masyarakat desa dan kecamatan, merupakan komunitas


penduduk yang sangat penting artinya dalam menjaga
sumber daya alam, khususnya bagi yang tinggal di daerah
kawasan lindung, daerah tangkapan hujan atau hutan
lindung yang sangat penting artinya bagi pelestarian
lingkungan. Untuk itulah Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat-Lingkungan Mandiri Pedesaan (PNPM-LMP),
ini dikembangkan untuk membantu melakukan dan
berpartisipasi dalam pelestarian alam yang dilakukan oleh
masyarakat.

Kita bisa mengatasinya, kita bisa mencari solusinya agar


kejadian ini tidak berlarut-larut yang menimpa manusia
setiap tahunnya, dan kita bisa bekerja sama, bahu membahu
untuk melakukan pencegahan, perlindungan, pelestarian
alam dan lingkungan untuk kehidupan kita sendiri.

I-3
Buku modul ini merupakan kumpulan dari berbagai tulisan
di media cetak ataupun elektronik dan sumber-sumber lain,
yang memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai
kegiatan yang dapat dilakukan yang ramah lingkungan
dalam rangka membantu usaha pelestarian alam.

Namun kami merasa, masih banyak kekurangan dalam


penyampaian ini, akan tetapi paling tidak ada sesuatu yang
dapat kami berikan kepada masyarakat dalam sumbangan
kami untuk membantu pelestarian alam dan lingkungan
hidup.

Mudah-mudahan bermanfaat.

Manado, Mei 2009.

I-4
Daftar Isi.

Pengantar ii
Daftar Isi iii
Pendahuluan iv

MODUL I. Kegiatan di Lingkungan Rumah Tangga


1. Kompos I-
2. Arang Tempurung
3. Biogas
4. Picohydro
5. Sumur Resapan
6. Biopori
7. Bakso Ikan
8. Apotik Hidup di
Pekarangan

MODUL II. Kegiatan Perbaikan Lahan


1. Pelestarian Lahan II -
Kritis
2. Wanatani/Agroforestry
3. Tanaman Budidaya
A. Aren
B. Kelor
C. Rambutan
D. Duren

MODUL III. Kegiatan di Wilayah Pesisir


1. Melestarikan III -
Lingkungan Pesisir
2. Menanam Mangrove
3. Budidaya Kepiting

I-5
4. Budidaya Rumput
Laut
5. Rehabilitasi Terumbu
Karang

MODUL IV. Kegiatan Ekonomi Produk Non Kayu


1. Ekowisata IV -
2. Industri Rumah
Tangga

MODUL V. Kegiatan Pelestarian Lingkungan


1. Membuat Wahana V-
Pembelajaran
2. Menumbuhkan
Kesadaran
Lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

I-6
Pendahuluan.
1. Latar Belakang

A
lam yang kita tempati sekarang ini, menunjukkan
ketidak ramahan kepada umat manusia. Bencana
demi bencana datang silih berganti, semuanya
menelan korban jiwa dan harta yang tak sedikit. Apakah ini
merupakan hukum alam yang sudah ditakdirkan atau akibat
ulah manusia, dan mungkinkah kita menyadari adanya hal
ini?

Daerah yang selama ini tak pernah tertimpa musibah banjir,


kini berita itu muncul dengan tiba-tiba dan sangat
menyedihkan dampaknya. Atau berita kekeringan yang
selama ini tak pernah terjadi walaupun musim kemarau
datang hingga 4-5 bulan, namun kini bila hujan tak kunjung
datang 1 bulan saja, masyarakat sudah mulai mencari air
bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sangat jauh.
Sumur-sumur mulai digali semakin dalam. Sungau yang
dulunya bersih dan dapat digunakan untuk mandi, sekarang
sudah bertebaran pencemaran dari berbagai limbah rumah
tangga. Sebenarnya apa yang terjadi?

Semuanya serba berubah. Dari yang bersih menjadi


tercemari. Dari yang mudah menjadi susah. Musim telah
berubah, dan saat ini musim hujan dan kemarau tidak ada
batas yang jelas. Dilaporkan beberapa kota suhu mengalami
peningkatan, hingga 34°C, yang semula tidak pernah
terjadi. Badai lebih sering terjadi, air pasang menggenangi
desa dan kota yang ada di pesisir. Sehingga para nelayan
tak berani melaut, dan untuk mendapatkan ikan harus
melaut lebih jauh. Apa penyebabnya?

I-7
Pertanyaan demi pertanyaan timbul di dalam benak kita.
Langsung ataupun tidak, sangat mempegaruhi
perekonomian masyarakat kecil yang lebih banyak
tergantung dari sumber daya alam yang ada di sekitar kita.

Untuk itulah, terjadinya perubahan alam yang tak ramah,


penyebab timbulnya bencana lingkungan yang sering
datang silih berganti ini, berbagai penyakit muncul yang
sebelum tak pernah ada, atau bakteri semakin ganas dan
kebal terhadap obat-obatan, tentu harus dimengerti oleh
semua lapisan masyarakat. Bila sudah paham, langsung
ataupun tidak dapat mengurangi atau mencegah bencana
tersebut, dengan berbagai kegiatan yang ramah dengan
alam, tidak mencemari, tidak merusak.

2. Apa Itu PNPM LMP

Program Pemeritah yang sebelumnya telah dilakukan


dalam penanggulangan kemiskinan belum dapat menyentuh
aspek lingkungan dan pengelolaan sumberdaya alam,
sehingga penggalian gagasan dan usulan kegiatan selama
ini muncul dari masyarakat yang terkait dengan aspek
pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam masih
sedikit. Sehingga tepatlah bahwa diperlukan usaha agar
pemanfaatan, pengelolaan, dan pelestarian lingkungan
menjadi bagian penting dalam pembangunan. Untuk itu,
dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perdesaan diluncurkan program pendukung, yaitu
PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan (PNPM LMP)
sebagai salah satu Program Nasional dalam
penanggulangan kemiskinan yang terintegrasi dengan
penyelamatan lingkungan. Secara umum, tujuan dari

I-8
pelaksanaan PNPM LMP ini adalah meningkatkan
kesejahtaraan masyarakat dan kesempatan kerja aya alam
masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong
kemandirian dalam pengambilan keputusan dan
pengelolaan pembanguan perdesaan melalui pengelolaan
lingkungan dan sumber daya alam secara lestari.

3. Apa yang boleh dan tidak boleh dalam pembuatan


usulan PNPM LMP

Dalam pelaksaannya, PNPM LMP mengenal kegiatan yang


boleh dan tidak boleh dilaksanakan (negative list).
Kegiatan yang dapat dilaksanakan antara lain :
a. kegiatan yang terkait dengan perencanaan dan
pengelolaan sumberdaya alam yang berdampak
positif bagi ekonomi masyarakat, seperti
pengelolaan hutan adat, pengembangan ekowisata
b. kegiatan yang mendukung konservasi lingkungan
dan sumberdaya alam, antara lain penghijauan
lingkungan, penanaman mangrove, pelestarian
terumbu karang, pelestarian tumbuhan dan satwa
langka,
c. kegiatan pengembangan energi terbarukan yang
menerapkan teknologi tepat guna dengan
memanfaatkan sumberdaya alam secara lestari dan
ramah lingkungan
d. kegiatan pelatihan-pelatihan dan peningkatan
kapasitas yang mendukung pengelolaan dan
pelestarian sumber daya alam dan lingkungan

Sedangkan kegiatan-kegiatan yang dilarang (negative list),


antara lain :

I-9
a. Kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas di dalam
lokasi yang telah ditetapkan sebagai Kawasan
Hutan Lindung dan Hutan Konservasi, seperti
Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Hutan Lindung,
Taman Hutan Raya, dan Taman Nasional, kecuali
ada ijin tertulis dari instansi yang mengelola lokasi
tersebut.
b. Kegiatan yang berdampak langsung pada kerusakan
lingkungan (mengakibatkan pencemaran air, tanah
dan udara)
c. Kegiatan ekonomi yang mengarah kepada
perdagangan flora-fauna endemik yang dilindungi.
d. Pembiayaan seluruh kegiatan yang berkaitan
dengan militer atau angkatan bersenjata,
pembiayaan kegiatan politik praktis/partai politik,
e. Pembangunan/rehabilitasi bangunan kantor
pemerintah dan tempat Ibadah,
f. Pembelian chainsaw, senjata, bahan peledak, asbes
dan bahan-bahan lain yang merusak lingkungan
(pestisida, herbisida, obat-obat terlarang dan lain-
lain.),
g. Pembelian kapal ikan yang berbobot di atas 10 ton
dan perlengkapannya,
h. Pembiayaan gaji pegawai negeri,
i. Pembiayaan kegiatan yang memperkerjakan anak-
anak di bawah usia kerja,
j. Kegiatan yang berkaitan dengan produksi,
penyimpanan, atau penjualan barang-barang yang
mengandung tembakau,
k. Kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas
perlindungan alam pada lokasi yang telah
ditetapkan sebagai cagar alam, kecuali ada ijin
tertulis dari instansi yang mengelola lokasi tersebut,

I - 10
l. Kegiatan pengolahan tambang atau pengambilan
terumbu karang,
m. Kegiatan yang berhubungan pengelolaan sumber
daya air dari sungai yang mengalir dari atau menuju
negara lain,
n. Kegiatan yang berkaitan dengan pemindahan jalur
sungai,
o. Kegiatan yang berkaitan dengan reklamasi daratan
yang luasnya lebih dari 50 Ha,
p. Pembangunan jaringan irigasi baru yang luasnya
lebih dari 50 Ha,
q. Kegiatan pembangunan bendungan atau
penampungan air dengan kapasitas besar, lebih dari
10.000 meter kubik.

4. Tujuan

Secara umum, tujuan penyusunan modul ini adalah untuk


menyiapkan bahan bacaan bagi fasilitator lingkungan yang
bertugas di setiap kecamatan dalam memfasilitasi kegiatan
PNPM LMP serta pelaku PNPM LMP atau Tim Pelaksana
Kegiatan (TPK). Secara khusus, disusunnya modul ini
adalah :
 Menyiapkan bahan bacaan yang terkait dengan
kegiatan PNPM LMP yang diusulkan oleh
masyarakat yang mendapatkan dana bantuan, khsus
di Sulawesi Utara.
 Memberikan gambaran beberapa kegiatan yang
ramah lingkungan dan tertera dalam PTO PNPM
LMP.
 Meningkatkan pemahaman kepada pelaku PNPM
LMP terhadap kegiatan lingkungan

I - 11
Panduan No. 1
Kegiatan di Lingkungan Rumah
Tangga

I - 12
Bagian Pertama
Membuat Pupuk Kompos

Sampah di sekitar kita


Boleh dibilang, setiap hari
kita berhadapan dengan
masalah sampah. Di
lingkungan rumah tangga,
tempat bekerja maupun di
tempat-tempat umum
sering kita jumpai sampah
sebagai benda yang tidak
digunakan lagi. Sampah
dalam jumlah besar biasanya datang dari kegiatan industri
(dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya dari kegiatan
pertambangan dan buangan pabrik (manufaktur).

Bila tidak dikelola dengan baik, sampah akan berbahaya bagi


kesehatan manusia. Seperti kita ketahui, tempat sampah sering
menjadi tempat yang menyenangkan bagi hewan penyebar
penyakit, seperti lalat, nyamuk, tikus, dan kecoa. Selain itu,
sampah yang dibuang sembarangan, misalnya ke dalam selokan
atau sungai, akan menghambat jalannya aliran air. Sampah
tersebut bertumpuk sehingga aliran air selokan atau sungai
tersumbat. Ketika curah hujan tinggi dan berlangsung lama, akan
mengakibatkan banjir.

Dalam istilah lingkungan, sampah diartikan sebagai: ”bahan


yang terbuang atau dibuang dari hasil kegiatan manusia
maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis."
(Istilah Lingkungan untuk Manajeman, Ecolink, 1996).

Namun, tidak semua sampah tidak berguna. Beberapa jenis


sampah masih dapat diolah sehingga memiliki nilai ekonomi

I - 13
atau kegunaan lain bagi manusia. Untuk itu, kita perlu memiliki
pemahaman tentang sampah dan bagaimana mengelolanya agar
berguna.

Salah satu bentuk pengelolaan sampah adalah pembuatan pupuk


kompos. Pembuatan pupuk kompos dapat mengurangi masalah
sampah sekaligus menciptakan nilai ekonomi dari sampah.

Ada berapa jenis sampah?


Berdasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi :
A. Sampah organik - dapat diurai (degradable)
B. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)

Berdasarkan sumbernya, jenis sampah dibagi menjadi :


 Sampah alam
 Sampah manusia
 Sampah konsumsi ???
 Sampah nuklir
 Sampah industri
 Sampah pertambangan

Bagaimana cara menangani sampah?


1. Dipilah
Yaitu memisahkan antara sampah yang mudah membusuk dan
sampah yang tidak mudah atau sulit membusuk.
2. Dibuat kompos:
setelah dipilah, sampah yang mudah busuk seperti bekas
makanan dan sayur-sayuran dapat diolah menjadi pupuk
kompos;
3. Didaur ulang:
Adapun sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik
atau kertas, dapat diolah menjadi barang yang dapat
digunakan kembali atau dijual.

I - 14
Mengapa Harus Kompos?
Membuat kompos adalah salah satu cara mengolah sampah yang
semula dianggap tak berguna menjadi benda yang memberi
manfaat ekonomi dan lingkungan bagi kita.
Secara sederhana, kompos adalah hasil pengolahan sampah
organik atau yang mudah membusuk secara alami. Pengolahan
tersebut dilakukan dalam kondisi suhu yang hangat dan lembab.

Pengomposan adalah proses di mana bahan organik mengalami


penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba
yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.

Contoh bahan baku pengomposan adalah:


Asal limbah/sampah Bahan
1. Pertanian
Limbah dan residu/sisa Jerami dan sekam padi, gulma,
tanaman batang dan tongkol jagung, semua
bagian vegetatif tanaman, batang
pisang dan sabut kelapa
Limbah & residu ternak Kotoran padat, limbah ternak cair,
limbah pakan ternak, cairan biogas
Tanaman air Azola, ganggang biru, enceng
gondok, gulma air
2. Industri
Limbah padat Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas,
ampas tebu, limbah kelapa sawit,
limbah pengalengan makanan dan
pemotongan hewan
Limbah cair Alkohol, limbah pengolahan kertas,
ajinomoto, limbah pengolahan
minyak kelapa sawit
3. Limbah rumah tangga
Tinja, urin/air seni, sampah rumah

I - 15
tangga dan sampah kota

Apa saja manfaat kompos?


Kompos mempunyai manfaat bermacam-macam, yaitu:
1. Manfaat Ekonomi:
 Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan
limbah,
 Mengurangi volume/ukuran limbah,
 Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan
asalnya.

2. Manfaat Lingkungan:
 Mengurangi polusi udara akibat pembakaran limbah atau
sampah,
 Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
sampah.

3. Manfaat bagi tanah dan tanaman:


 Meningkatkan kesuburan tanah,
 Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah,
 Meningkatkan kapasitas serap air tanah
 Meningkatkan aktivitas mikroba tanah,
 Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan
jumlah panen),
 Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman,
 Mengurangi pertumbuhan atau serangan penyakit
tanaman,
 Meningkatkan retensi atauketersediaan hara di dalam
tanah.

Bagaimana cara membuat kompos?


Untuk membuat kompos, perlu diperhatikan gambar di bawah
ini:

I - 16
A. Tahapan pengomposan

Secara rinci adalah:


1. Pemilahan Sampah
 Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari
sampah an-organik (barang lapak dan barang
berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan teliti
karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu
kompos yang dihasilkan.

2. Pengecil Ukuran
 Pengecil ukuran
dilakukan untuk
memperluas
permukaan
sampah,
sehingga
sampah dapat
dengan mudah
dan cepat
didekomposisi
menjadi kompos

3. Penyusunan
Tumpukan
 Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan
pengecil ukuran kemudian disusun menjadi tumpukan.
 Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain
memanjang dengan ukuran panjang x lebar x tinggi =
2m x 12m x 1,75m.
 Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu
(windrow) yang berfungsi mengalirkan udara di dalam
tumpukan.
4. Pembalikan

I - 17
 Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang
berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam
tumpukan bahan, gunanya untuk meratakan proses
pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan
pemberian air, serta membantu penghancuran bahan
menjadi partikel kecil-kecil.

5. Penyiraman
 Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan
tumpukan yang terlalu kering (kelembaban kurang dari
50%).
 Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat
dilakukan dengan memeras segenggam bahan dari
bagian dalam tumpukan.
 Apabila pada saat digenggam dan diperas tidak
mengeluarkan air, maka tumpukan sampah harus
ditambahkan air. Sedangkan jika sebelum diperas sudah
keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu
perlu dilakukan pembalikan.

6. Pematangan
 Setelah pengomposan berjalan antara 30 hingga 40 hari,
suhu tumpukan akan semakin menurun hingga
mendekati suhu ruangan atau suhu di tempat.
 Pada saat itu tumpukan telah lapuk, yaitu berwarna
coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap
pematangan selama ± 14 hari.

7. Penyaringan
 Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran
butiran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan serta
untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat
dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal
proses.

I - 18
 Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke
dalam tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang tidak
terkomposkan dibuang sebagai residu.

8. Pengemasan dan Penyimpanan


 Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung
sesuai dengan kebutuhan pemasaran.
 Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang
yang aman dan terlindung dari kemungkinan tumbuhnya
jamur dan tercemari oleh bibit jamur dan benih gulma
atau benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin
terbawa oleh angin.

Untuk melihat prosesnya, dapat dilihat pada gambar di bawah

B. Teknik Segitiga

I - 19
Ini adalah teknik membuat kompos dengan cara menumpuk
daun-daun, potongan rumput dan bahan lain di atas terowongan
udara, yaitu sebuah alat berbentuk segitiga dan panjang yang
terbuat dari bambu atau kayu (lihat gambar di bawah).
Terowongan udara berukuran tinggi: 20 cm dan panjang antara
1,5 hingga 2 meter. Buatlah dua buah terowongan udara dan
letakkan berdampingan seperti tampak pada gambar di bawah:

Menumpuk daun-daun dan


bahan-bahan lain di atas
satu terowongan udara dan
biarkan yang satunya

Menambahkan bahan dan


menyiram air secara teratur
setiap hari agar tumpukan
tetap lembab

I - 20
Menjaga kelembaban tumpukan
dengan menyiram secara teratur
dan membiarkan sampai menjadi
kompos (± 6 minggu/warna
kehitaman seemua)

Jika bagian bawah sudah mulai


menghitam, kemudian membalik
timpukan di atas terowongan
udara yang satunya. Tumpukan
bahan yang baru di atas
terowongan yang lama

Setelah bahanya menjadi kompos,


kemudian dikumpulkan dan ditempatkan
di tempat yang telah disediakan (karung)
untuk dapat dipergunakan sebagai
pupuk organik

C. „Keranjang Takatura‟
Apa itu keranjang Takatura?
Keranjang kompos Takakura merupakan hasil penemuan Mr.
Koji Takakura, orang Jepang yang menemukan sistem
pengolahan sampah organik. Keranjang Takatura kemudian
berkembang sebagai alat pengomposan sampah organik untuk
skala rumah tangga. Keranjang Takakura sangat mudah
digunakan, bersih dan tidak berbau sehingga aman digunakan di
lingkungan rumah.

I - 21
Cara kerjanya adalah:
 setelah sampah organik dipisahkan dari jenis sampah
lainnya, diolah dengan memasukkannya ke dalam keranjang
Takakura.
 Bakteri yang terdapat dalam starter kit pada keranjang
Takakura akan menguraikan sampah menjadi kompos, tanpa
menimbulkan bau dan tidak mengeluarkan cairan. Inilah
keunggulan pengomposan dengan keranjang Takakura.

Cara membuat keranjang Takakura dan bahan yang dibutuhka:


1. Carilah keranjang berukuran 50 liter berlubang-lubang kecil
(supaya tikus dan binatang lain tidak bisa masuk) termasuk
penutupnya,
2. Cari kardus bekas dengan ukuran tertentu, untuk
memasukkan keranjang. Kardus ini untuk tempat bahan-
bahan yang akan dijadikan kompos,
3. Masukkan kompos yang sudah jadi ke dalam kardus. Jika
sebelumnya anda tidak membuat kompos sendiri, anda dapat
mencari kompos yang sudah jadi yang sudah siap pakai.
Tebarkan kompos ke dalam kardus, satu lapisan saja, setebal
kurang lebih 5 cm. Lapisan kompos yang sudah jadi ini
berfungsi sebagai starter proses pengomposan, karena di
dalam kompos yang sudah jadi tersebut telah mengandung
banyak sekali mikroba-mikroba pengurai. Setelah itu
masukkan kardus tersebut ke dalam keranjang plastik.
4. Bahan-bahan yang hendak dikomposkan sudah bisa
dimasukkan ke dalam keranjang. Bahan-bahan yang
sebaiknya dikomposkan antara lain: sisa makanan dari meja
makan seperti nasi, sayur, kulit buah-buahan. Bahan lainnya
adalah sisa sayuran mentah dari dapur, seperti akar atau
batang sayuran yang tidak terpakai. Sebelum dimasukkan ke
dalam keranjang, harus dipotong-potong kecil-kecil lebih
kurang 2 cm x 2 cm,
5. Setiap hari, bahkan setiap habis makan, lakukanlah proses
memasukkan bahan-bahan yang akan dikomposkan seperti
tahap sebelumnya. Demikian seterusnya. Aduk-aduklah

I - 22
setiap selesai memasukkan bahan-bahan yang akan
dikomposkan. Bila perlu, tambahkan lagi selapis kompos
yang sudah jadi,
6. Bila kompos sudah berwarna coklat kehitaman dan suhu
sama dengan suhu kamar, maka kompos sudah dapat
dimanfaatkan.
Catatan untuk komposter Keranjang Takakura ini, upayakan agar
bekas sayuran bersantan, daging atau bahan lain yang
mengandung protein tidak dimasukkan ke dalam kardus.
Mengingat starternya telah menggunakan kompos yang sudah
jadi, maka MOL (mikroba lokal) tidak digunakan.
Desain Keranjang Takakura berbahan bambu sederhana dapat
dilihat di bawah :

Gambar 5. Model Sederhana Keranjang Takakura

Apa saja ciri kompos yang baik?


Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
 Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah,
 Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat
membentuk suspensi,
 Nisbah C/N sebesar 10 – 20, tergantung dari bahan baku dan
derajat kelembapan.
 Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah,
 Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan
tidak berbau

I - 23
D. Pupuk cair dari sampah
Sampah ternyata tidak hanya bisa dibuat menjadi kompos atau
pupuk padat namun dapat dibuat sebagai pupuk cair. Selain
untuk pupuk, pupuk cair juga bisa menjadi aktivator untuk
membuat kompos. Cara membuat pupuk cair sebagai berikut :
1. Potong-potong sampah hijau seperti sisa sayuran, sayuran
basi, dan sebagainya.
2. Siapkan tong plastik atau tong bekas wadah cat tembok
ukuran 25 kilogram (kg) atau ember yang dilengkapi dengan
tutup.
3. Siapkan kantong plastik ukuran 60 cm x 90 cm dan beri
beberapa lubang sebesar 1 cm. Lubang ini untuk
memperlancar sirkulasi air dalam tong.
4. Siapkan 1/4 kg gula merah yang sudah dilarutkan.
5. Siapkan 1/2 liter bahan EM4 untuk mempermudah proses
pelarutan.
6. Siapkan 1/2 liter air bekas cucian beras.
7. Siapkan 10 liter air tanah. Untuk hasil maksimal jangan
gunakan air hujan atau air PDAM
8. Campurkan air bekas cucian beras, EM4, dan air gula ke
dalam tong plastik. Sementara itu potongan sampah hijau
dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sudah dilubangi.
9. Setelah itu, masukkan kantong plastik ini ke dalam tong
plastik dan tambahkan air tanah.
10. Ikat kantong plastik berisi sampah hijau itu dan tutup pula
tong plastik itu dengan rapat selama tiga minggu (21 hari).
11. Setelah tiga minggu, sampah dalam tong itu tidak berbau dan
kelihatan menyusut. Angkat sampah itu hingga air tiris.
Sampah dari dalam plastik menjadi pupuk padat, sedangkan
air dalam tong menjadi pupuk cair
Sebagai alternatif lain untuk mendapatkan, Yayasan Kanopi
Indonesia mengembagkan double composting secara sederhana,
sehingga hasilnya akan didapatkan jenis kompos, yaitu kompos
padat dan cair. Gambar pembuatan model double composting
dapat dilihat pada gambar di samping.

I - 24
Bagian Kedua
Arang Tempurung Kelapa

Mengapa harus arang tempurung?

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), terutama minyak


tanah, membuat masyarakat mencari alternatif lain untuk
keperluan memasak. Salah satu yang bisa dijadikan pilihan
sebagai bahan bakar adalah arang dari tempurung kelapa.

Di Sulawesi Utara, tempurung kelapa untuk membuat arang


cenderung mudah didapatkan karena di daerah ini banyak
terdapat perkebunan kelapa.

Arang tempurung kelapa adalah produk yang diperoleh dari


pembakaran tidak sempurna terhadap tempurung kelapa.
Sebagai bahan bakar, arang lebih menguntungkan dibanding
kayu bakar. Arang menghasilkan kalor (panas) pembakaran
yang lebih tinggi, dan asap yang lebih sedikit sehingga proses
memasak menjadi lebih cepat.

Selain digunakan langsung, arang tempurung juga dapat


ditumbuk, kemudian dipadatkan kembali dan dicetak menjadi
briket dalam berbagai bentuk. Briket jelas lebih praktis dan
mudah penggunaannya dibandingkan kayu bakar. Arang dapat

I - 25
diolah lebih lanjut menjadi arang aktif, atau sebagai bahan
pengisi dan pewarna pada industri karet dan plastik.

Pirolisis. Pirolisis adalah pembakaran tidak sempurna pada


tempurung kelapa di mana senyawa karbon kompleks tidak
teroksidasi menjadi karbon dioksida. Peristiwa tersebut disebut
sebagai pirolisis.

Pada saat pirolisis, energi panas mendorong terjadinya oksidasi


sehingga molekul karbon yang komplek terurai sebagian besar
menjadi karbon atau arang. Pirolisis untuk pembentukan arang
0
terjadi pada suhu 150~300 C. Pembentukan arang tersebut
dinamakan dengan pirolisis primer. Arang dapat mengalami
perubahan lebih lanjut menjadi karbon monoksida, gas hidrogen
dan gas-gas hidrokarbon. Peristiwa ini disebut sebagai pirolisis
sekunder.
Bagaimana membuat arang
tempurung?

1. Bahan
Pertama yang dilakukan,
tentunya menyiapkan bahan
utamanya, yaitu tempurung
kelapa.

2. Peralatan dan sarana


Setelah itu, siapkan pula beberapa alat dan sarana yang
diperlukan, yaitu:
a. Ruang pengarang (pembuatan arang).
Ruang pengarang digunakan untuk pirolisis, yaitu
pembakaran tempurung kelapa secara tidak sempurna
sehingga pembakaran terhenti sampai pembentukan
molekul karbon atau arang. Ruang pembakaran dapat
berupa lubang di dalam tanah, dapur pengarangan, drum
pengarangan, dan alat pengarangan.

I - 26
b. Lubang di dalam tanah.
Di tanah yang air tanahnya tidak dangkal, dapat digali
sebagai ruang pembakaran. Jika kondisi tanah cukup
kuat atau padat, dinding dan lantai lobang tidak perlu
diperkuat dengan semen dan batu bata. Jika struktur
tanah tidak kuat, misalnya mudah longsor karena banyak
mengandung pasir, maka dinding dan lantai perlu
diperkuat dengan semen dan batu bata. Lubang ini dapat
dibuat dalam berbagai cara.

c. Dapur pengarangan.
Dapur pengarangan adalah ruangan yang bentuknya
sama dengan lubang pengarangan. Dapur pengarangan
dibuat di atas jika tidak memungkinkan menggali lobang
karena air tanah terlalu dangkal.

d. Kiln.
Kiln merupakan alat khusus untuk pirolisis atau
pembakaran. Kiln sederhana terbuat dari drum bekas.
Pirolisis berlangsung di dalam drum dengan membatasi
pasokan udara terhadap bahan yang sedang dibakar.
Pasokan udara diberikan melalui lobang udara pada
badan drum. Pada awal pembakaran, lubang udara
ditutup segera setelah seluruh bahan terbakar untuk
mengurangi pasokan oksigen. Panas dari pembakaran
sebelumnya pada kondisi kekurangan oksigen sudah
cukup untuk pirolisis.

3. Cara membuat
Secara umum, arang tempurung dapat dibuat dengan dua
cara, yakni menggunakan drum dan menggunakan lubang
dalam tanah.

Sebelum dibakar, bahan baku tempurung kelapa


dikeringkan dahulu, agar pembakaran lebih cepat tanpa asap
mengepul.

I - 27
Bersihkan tempurung dari sabut, pasir, dan kotoran lainnya.
Lalu, potong tempurung 2,5 cm x 2,5 cm agar dapat mengisi
drum atau lubang lebih banyak dan matangnya merata.

a. Pembakaran
1) Menggunakan Lubang dan Dapur Pengarangan
Pembakaran dapat dilakukan dengan salah satu cara
berikut ini.
 Lubang atau dapur pengarangan diisi dengan
tempurung setinggi 30 cm, kemudian dibakar.
 Bila lapisan tempurung ini mulai terbakar, di atas
lapisan yang sedang terbakar dimasukkan lagi
tempurung baru sebanyak lapisan sebelumnya. Hal
ini dilakukan terus sampai ruangan terisi penuh.
 Setelah itu, lubang atau dapur pembakaran ditutup
rapat. Jika menggunakan lubang pembakaran, di atas
penutup dapat ditambahkan tanah sehingga
penutupan menjadi lebih rapat.
 Pada bagian tengah lubang atau dapur pengarangan
diletakkan balok kayu atau bambu (diameter 15-20
cm) secara tegak lurus, lalu isilah lubang tempurung
sampai penuh.
 Setelah itu, balok kayu atau bambu dicabut secara
pelan-pelan dan hati-hati sehingga pada bagian
tengah lubang atau dapur pengarangan terbentuk
lubang kecil. Ke dalam lubang kecil tersebut,
masukkan sabut atau daun yang telah dibasahi dengan
minyak tanah, lalu dibakar. Tempurung akan terbakar
dari dasar, dan perlahan merambat ke atas.
 Segera setelah semua tempurung terbakar, lubang
atau dapur pengarangan ditutup dengan rapat. Untuk
mengeluarkan asap, tutup harus di buka 2 kali sehari.
Proses pengarangan ini berlangsung antara 5 hingga 7
hari.

I - 28
2) Pembakaran dengan Menggunakan Kiln
 Kiln diisi dengan tempurung sepadat dan serapat
mungkin. Kiln yang dibuat dari drum bekas dapat
diisi sekitar 90 kg tempurung.
 Lubang udara pada baris pertama dan kedua dari atas
kemudian ditutup. Setelah itu, di dalam dasar ruang
"kassa api pertama", masukkan bahan-bahan yang
mudah terbakar, seperti daun kering dan sabut yang
telah dibasahi dengan minyak tanah, dan dibakar.
Kemudian kiln ditutup.
 Segera setelah tempurung pada dasar kiln terbakar
dan api mulai merambat ke bagian atas lubang ketiga
yang terbuka, lubang ketiga tersebut ditutup rapat.
Sementara itu, lobang baris kedua biarkan terbuka.
Demikian seterusnya sampai ke lubang baris pertama
(paling atas).
 Selama pembakaran, volume arang akan berkurang,
karena itu tempurung dapat ditambahkan untuk
memenuhi volume ruang pengarangan.

b. Pemilahan dan Pengemasan


Setelah selesai dibakar, arang dibakar kembali. Arang yang
belum terbakar sempurna dibakar kembali. Arang yang telah
terbakar sempurna kemudian diayak dengan anyaman kawat
(besar lubang 0,6-1,0 cm) untuk memisahkannya dari tanah,
debu dan kerikil. Sebelum dikemas, arang dibiarkan pada
udara terbuka selama 12 hingga 15 hari. Setelah itu, arang
dikemas di dalam kantung plastik atau karung goni.

4. Cara menyimpan arang tempurung


a. Bersihkan dulu permukaan atas dan bawah, baru tutup
drum dibuka. Balikkan drum.
b. Tuangkan arang pada selembar karung plastik yang telah
disiapkan. Jangan dituangkan langsung ke tanah.
c. Singkirkan tempurung yang tidak terbakar atau arang
setengah matang, dan isi arang yang bagus atau matang

I - 29
ke dalam karung. Arang yang matang terlihat hitam
mengkilap dan bersinar jika dipatahkan. Jika arang akan
dijual, sebaiknya diayak terlebih dahulu sebelum
dimasukkan ke dalam karung.

Apa Manfaat Lain Arang Tempurung?


Selain digunakan di rumah sebagai alternatif bahan bakar, arang
juga bisa menjadi rupiah. Di Likupang, arang tempurung cukup
laku dan diburu sejumlah pembeli yang berasal dari Manado
dengan harga bervariasi.

Arang (terutama kategori arang aktif) memang dapat


dimanfaatkan untuk proses produksi seperti pada pabrik
pembuatan minyak kelapa, pabrik batu baterai dan pengolahan
emas. Arang juga baik untuk ditabur di sekeliling kandang
hewan seperti babi atau kambing untuk mengurangi bau yang
menyengat.

Foto: Pembaruan/Heri Soba

I - 30
Bagian Ketiga
Membuat Biogas

Mengapa harus Biogas?


Beberapa waktu ini kita
dipusingkan oleh kenaikan
harga bahan bakar minyak
(terutama minyak tanah) dan gas
elpiji untuk rumah tangga
maupun industri. Di sisi lain,
dengan meningkatnya
kebutuhan persediaan BBM juga
sempat langka di beberapa
tempat di Indonesia.
Meskipun Indonesia adalah salah satu negara penghasil minyak
dan gas, namun berkurangnya cadangan minyak, penghapusan
subsidi yang diterapkan pemerintah menyebabkan harga minyak
labil dan kualitas lingkungan menurun akibat penggunaan bahan
bakar fosil yang berlebihan.
Program konversi minyak tanah ke gas belum serta merta
diimbangi oleh persediaan yang cukup, sehingga masih banyak
dijumpai antrian para pembeli minyak tanah maupun gas.
Kayu, menjadi alternatif bahan bakar, terutama di daerah yang
berdekatan dengan hutan. Hal ini menyebabkan tekanan
terhadap hutan juga meningkat dan perlu mendapatkan perhatian.
Padahal, alam telah menyediakan banyak enrgi alternatif selain
kayu. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber-sumber energi
alternatif yang terbarukan dan ramah lingkungan harus menjadi
pilihan.
Salah satu bahan bakar alternatif yang dapat dikembangkan
adalah biogas. Jenis bahan bakar biogas ini dihasilkan dari
pengolahan limbah rumah tangga, kotoran hewan (ayam, sapi,

I - 31
babi), atau sampah organik. Dengan demikian, biogas memiliki
peluang yang besar dalam pengembangannya karena bahannya
dapat diperoleh dari sekitar tempat tinggal kita.

Apa itu Biogas?


Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flamable) yang
dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh
bakteri-bakteri anaerob yang berasal dari limbah rumah tangga,
kotoran hewan (sapi, babi, ayam) dan sampah organik.

Menurut beberapa literatur, sejarah keberadaan biogas sendiri


sebenarnya sudah ada sejak kebudayaan Mesir, China, dan
Romawi Kuno. Masyarakat pada waktu itu diketahui telah
memanfaatkan gas alam ini yang dibakar untuk menghasilkan
panas. Namun, orang pertama yang mengaitkan gas bakar ini
dengan proses pembusukan bahan sayuran adalah Alessandro
Volta (1776), sedangkan Willam Henry pada tahun 1806
mengidentifikasikan gas yang dapat terbakar tersebut sebagai
methan. Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner
(1882), memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan
methan.

Siapa sasarannya dan apa manfaatnya?


Sasaran dari program pengembangan biogas ini adalah:
1. Penerapan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan
berupa energi biogas dapat tersosialisasi dan diterapkan
dengan baik di tingkat masyarakat target program PNPM
LMP
2. Adanya contoh model biogas di tingkat masyarakat target
program PNPM LMP.

Diharapkan penerapan teknologi tepat guna berupa biogas ini


memberi manfaat untuk:
1. Penyediaan energi untuk rumah tangga di desa,
2. Mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap bahan
energi konvensional, yaitu minyak tanah dan gas elpiji/LPG,

I - 32
3. Meningkatkan ekonomi dan taraf hidup masyarakat desa,
4. Mengurangi penggunaan sumberdaya alam (kayu) sehingga
kelestarian sumber daya alam dapat terjaga, khususnya di
hutan.

Bagaimana biogas bisa terbentuk?


Komponen biogas yang paling penting adalah gas methan, selain
itu juga gas-gas lain yang dihasilkan dalam ruangan yang disebut
digester. Biogas yang dihasilkan oleh biodigester sebagian besar
terdiri dari 54% – 70% metana (CH4), 27– 45% karbondioksida
(CO2), 3%-5% nitrogen (N2), 1%-0% hidrogen (H2), 0,1%
karbon monoksida (CO), 0,1% oksigen (O2) dan sedikit hidrogen
sulfida (H2S).

Biogas dapat dihasilkan pada hari ke 4–5 sesudah biodigester


terisi penuh, dan mencapai puncaknya pada hari ke 20–25. Akan
tetapi perlu juga dipertimbangan ketinggian lokasi
pembuatannya karena pada suhu dingin biasanya bakteri lambat
berproses sehingga biogas yang dihasilkan mungkin lebih lama.

Ada tiga kelompok bakteri yang berperan dalam proses


pembentukan biogas:
1. Kelompok bakteri fermentatif, yaitu: Steptococci,
Bacteriodes, dan beberapa jenis Enterobactericeae,
2. Kelompok bakteri asetogenik, yaitu Desulfovibrio,
3. Kelompok bakteri metana, yaitu Mathanobacterium,
Mathanobacillus, Methanosacaria, dan Methanococcus.

Sedangkan terkait dengan temperatur, secara umum ada 3


rentang temperatur yang disenangi oleh bakteri, yaitu:
1. Psicrophilic (suhu 4o – 20o C), biasanya untuk negara-negara
subtropics atau beriklim dingin,
2. Mesophilic (suhu 20o – 40o C),
3. Thermophilic (suhu 40o – 60o C), hanya untuk men-digesti
material, bukan untuk menghasilkan biogas.

I - 33
Dengan demikian, untuk negara tropis seperti Indonesia,
digunakan unheated digester (digester tanpa pemanasan) pada
kondisi kondisi temperatur tanah 20o – 30o C.

Berikut ini diagram fase-fase dalam pembentukan biogas

Material
Organik

FASE INPUT

FASE
PRODUKSI

BIOGAS FASE
OUTPUT PEMBUANGAN

Diagram 1. Fase pembentukan biogas

Prinsip utama proses pembentukan biogas adalah pengumpulan


kotoran ternak atau kotoran manusia ke dalam tangki
plastik/pralon yang kedap udara, yang disebut dengan tanki
digester. Di dalamnya kotoran-kotoran tersebut akan dicerna
dan difermentasi oleh bakteri-bakteri seperti disebutkan di atas.

Gas yang dihasilkan akan tertampung dalam digester. Terjadinya


penumpukan produksi gas akan menimbulkan tekanan sehingga
dari tekanan tersebut dapat disalurkan melalui pipa yang

I - 34
dipergunakan untuk keperluan bahan bakar atau pembangkit
listrik.

Gas tersebut sangat baik untuk pembakaran karena menghasilkan


panas yang tinggi, tidak berbau, tidak berasap, dan api yang
dihasilkan berwarna biru. Selain itu, pupuk kandang yang
dihasilkan dari pembuangan bahan biogas ini akan menaikkan
kandungan bahan organik sehingga menjadi pupuk kandang
yang sangat baik dan siap pakai.

Untuk membandingkan jumlah kotoran/tinja yang dihasilkan dari


ternak, berikut ini gambaran dari perbandingan jumlah tersebut.

Tabel 1. Perbandingan jumlah kotoran/tinja yang dihasilkan


ternak dan manusia

No. Jenis Ternak Jml. Tinja Persentase


per Kandungan
hari/kg Bahan
Air Kering
1 Sapi 28 80 20
2 Sapi perah 28 80 20
3 Kerbau 35 83 17
4 Kambing 1,13 74 26
5 Domba 1,13 74 26
6 Babi 3,41 67 33
7 Ayam/kampung/ras 0,18 72 28
8 Itik 0,34 62 38
9 Manusia 0,15 77 23

Sumber : Buku saku petenakan, Dit.Bina Program Dirjen


Peternakan

Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain 1 m3 biogas setara


dengan: elpiji 0,46 kg, minyak tanah 0,62 liter, minyak solar

I - 35
0,52 liter, bensin 0,80 liter, gas kota 1,50 m3, dan kayu bakar
3,50 kg. Sedangkan produksi biogas dari berbagai bahan
organik dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2. Produksi biogas dari berbagai bahan organik

No. Bahan Organik Jumlah (Kg) Biogas (lt)

1 Kotoran Sapi 1 40

2 Kotoran Kerbau 1 30

3 Kotoran Babi 1 60

4 Kotoran Ayam 1 70

Bahan dan peralatan


Tabel di bawah ini memperlihatkan bahan dan peralatan yang
dibutuhkan:
Kebutuhan Jenis & Jumlah
Bahan/Alat
Bak Mixer Semen, batubata, pasir, kawat ram/filter-1cm),
pralon 4 inch, sok L 4 inch
Digester Pembuatan lubang digester (tenaga) plastik
digester PE 150x08
Outlet gas PVC drat ulir, ban dalam bekas, jeriken bekas
Peneduh+Penampung Bambu/kayu, terpal 9x6 m, paku, plastik PE
Gas
Alas Digester Terpal 9x6 m
Outlet slurry Pipa paralon PVC wavin ¾ 4m, plastik
penampung gas, T pipa, L pipa, sox ¾, tali nylon,
kawat, lem PVC, TBA besar, TBA kecil, Kran,
selang
Botol penjebak Botol bekas aqua/mizone 1,5L
Kompor Kompor gas/kompor minyak
Sumber : Hasil Prototipe Kanopi Indonesia, 2008

I - 36
Jenis Digester
Pemilihan jenis digester disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan pembiayaan/dana. Dari segi konstruksi, digester
dibedakan menjadi:
1. Fixed dome, digester ini memiliki volume tetap sehingga
produksi gas akan meningkatkan tekanan dalam reaktor (
digester). Karena itu, dalam konstruksi ini gas yang
terbentuk akan segera dialirkan ke pengumpul gas di luar
reaktor.

2. Floating dome, pada tipe ini terdapat bagian pada konstruksi


reaktor yang bisa bergerak untuk menyesuaikan dengan
kenaikan tekanan reaktor. Pergerakan bagian reaktor ini
juga menjadi tanda telah dimulainya produksi gas dalam
reaktor biogas. Pada reaktor jenis ini, pengumpul gas berada
dalam satu kesatuan dengan reaktor tersebut.

Komponen Digester
Komponen pada digester sangat bervariasi, tergantung pada
jenis biodigester yang digunakan. Tetapi, secara umum digester
terdiri dari komponen-komponen utama sebagai berikut:

1. Saluran masuk slurry (kotoran segar)


Saluran ini digunakan untuk memasukkan slurry (campuran
kotoran ternak dan air) ke dalam reaktor utama.
Pencampuran ini berfungsi untuk memaksimalkan potensi
biogas, memudahkan pengaliran, serta menghindari
terbentuknya endapan pada saluran masuk. Slurry sebaiknya
telah disaring untuk menghindari bahan-bahan lain yang
masuk ke dalam reaktor

2. Saluran keluar residu


Saluran ini digunakan untuk mengeluarkan kotoran yang
telah difermentasi oleh bakteri. Saluran ini bekerja
berdasarkan prinsip kesetimbangan tekanan hidrostatik.

I - 37
Residu yang keluar pertama kali merupakan slurry masukan
yang pertama setelah waktu retensi.

3. Katup pengaman tekanan (control valve)


Katup pengaman ini digunakan sebagai pengatur tekanan
gas dalam biodigester. Katup pengaman ini menggunakan
prinsip pipa T. Bila tekanan gas dalam saluran gas lebih
tinggi dari kolom air, maka gas akan keluar melalui pipa T,
sehingga tekanan dalam digester akan turun.

4. Sistem pengaduk
Pengadukan dilakukan dengan berbagai cara, yaitu
pengadukan mekanis, sirkulasi substrat digester, atau
sirkulasi ulang produksi biogas ke atas biodigester
menggunakan pompa. Pengadukan ini bertujuan untuk
mengurangi pengendapan dan meningkatkan produktifitas
digester karena kondisi substrat yang seragam.

5. Saluran gas
Saluran gas ini disarankan terbuat dari bahan polimer untuk
menghindari korosi. Untuk pembakaran gas pada tungku,
pada ujung saluran pipa bisa disambung dengan pipa baja
antikarat.

6. Tangki/Wadah penyimpan gas


Konstruksi tangki atau wadah penyimpan gas dibuat khusus
gar tidak bocor dan tekanan yang terdapat dalam bahan
seragam.

Di sisi lain, untuk teknik dan bahan yang lebih murah dapat
digunakan plastik untuk pembangkitnya/reaktor. Plastik yang
digunakan adalah polyethylene (PE) tubular dengan tipe
pembangkit horizontal continous feed, biasa disebut juga tipe
plug-flow. Pertimbangan tersebut dilakukan karena biaya relatif
rendah, instalasinya mudah dan bahan/alat yang digunakan
mudah ditemukan di lokasi.

I - 38
Gambar 1. Reaktor/Digester biogas plastik
Sumber : http://manglayang.blogsome.com/biogas-infrastruktur-
part1

Gambar 2.Reaktor/Digester biogas drum

I - 39
Tahap pembuatan biogas
Pertama, siapkan bahan baku organik yang dapat dicerna oleh
bakteri dan mikroorganisme yang ada dalam pembangkit biogas
dengan terlebih dicampur antara kotoran sapi/ternak dengan air.

Tahap selanjutnya adalah input, yaitu melakukan pengolahan


terhadap bahan baku agar dapat memenuhi persyaratan
pembuatan biogas, yaitu:

a. Penyaringan bahan baku


Penyaringan ini dilakukan agar bahan baku tidak
mengandung serat yang terlalu kasar. Serat kasar tersebut
berupa sampah atau kotoran lain dari kandang selain kotoran
ternak, misalnya serpihan kayu, akar, daun keras, sisa batang
rumput atau kotoran lainnya yang kebanyakan berupa sisa-
sisa pakan ternak yang terlalu kasar.

b. Pencampuran dengan air dan pengadukan


Air berguna bagi mikroorganisme di dalam pembangkit
sebagai media transpor saat pencampuran kotoran. Campuran
tidak boleh terlalu encer atau terlalu kental karena dapat
mengganggu kinerja pembangkit/reaktor dan menyulitkan
saat penanganan hasil keluaran pembangkit biogas. Sebagai
panduan dasar, campuran yang baik berkisar antara 7% - 9%
bahan padat.

c. Memasukkan bahan organik


Terlebih dahulu, buatlah keran sederhana agar dalam
memasukkan bahan organik ke dalam pembangkit dapat
dilakukan dengan mudah.

Bak Pencampur/Mixer
Bak ini dibuat untuk mencampur kotoran ternak dan air untuk
dialirkan menuju pembangkit. Ukuran bak pencampur bisa
dibuat dengan ukuran 50x50x50cm ditambah dengan kasa/screen

I - 40
terbuat dari kawat ayam dengan mesh +/- 1cm. Desain bak
permanen dengan bahan semen dan batu bata.

Saluran Pembangkit/Reaktor (Digester)


Pembangkit yang terbuat dari plastik polyethylene (PE)
ditempatkan setengah terkubur di dalam tanah. Sehingga perlu
dibuatkan semacam parit sebagai wadah agar pembangkit yang
berbentuk tubular dapat disimpan dengan baik. Parit ini
berukuran panjang 6m, lebar atas 95cm, lebar bawah 75cm,
tinggi di ujung input adalah 85cm, dan tinggi di ujung output
95cm.

Plastik PE yang digunakan lebar bentang 150cm, apabila


membentuk tubular, diameternya sekitar 95cm. Kapasitas
pembangkit ± 4000 liter. Saluran tersebut memiliki inklinasi
sekitar 2 – 3 derajat turun mengarah ke lubang output. Inklinasi
ini dibuat untuk memaksimalkan volume pembangkit yang dapat
diisi oleh bahan baku.

Pembangkit Reaktor Biogas/Digester

Desain pembangkit biogas dari kantung plastik polyethylene ini


adalah sebagai berikut:

Gambar3. Desain Digester

I - 41
Digunakan koneksi selang 5/8‖ dari gas outlet menuju botol
jebakan uap air/klep pengaman. Selang di klem ke socket
selang plastik kemudian disambungkan ke PVC SDD dan
dengan menggunakan lem PVC disambung ke pipa PVC ¾‖.
Sebagai cincin/ring digunakan plastik yang dipotong dari jerigen
bekas oli yang menjepit ring kedua yaitu karet ban dalam mobil.
Di dalam kantung plastik, juga terdapat 2 buah ring dan SDL.
Atau dengan memotong ujung bawah SDL, sehingga dasar
permukaan SDL lebih tinggi terhadap cairan kotoran. Hal ini
untuk menghindari terjadinya mampet pada saluran gas outlet.
Kami menyarankan untuk menggunakan karet ban dalam mobil
untuk membuat cincin, karena lebih tebal, selain itu karena
kegiatan ini banyak
membutuhkan karet ban
(motor) yang tidak mudah
robek.

Gambar 4. Pembuatan Digester

Penggunaan Plastik
Polyethylene (PE)

Plastik PE ukuran lebar 150


cm (150x0.15) dapat di beli di
toko-toko plastik. Idealnya,
akan lebih bagus bila plastik
yang digunakan plastik lebih
tebal. Menurut FAO akan
lebih baik apabila menggunakan plastik yang memiliki anti ultra-
violet (UV) seperti yang digunakan di rumah rumah kaca
(biasanya berwarna kuning agak kehijau hijauan). Plastik PE
adalah bahan yang cukup kuat, namun apabila terlipat dapat
meninggalkan goresan, dan ketika terkena panas matahari dan air
hujan bisa retak dan sobek. Sebaiknyaya plastik PE dirangkap
dua, untuk menjamin ketebalan dan kekuatan.

I - 42
Selanjutnya, setelah ke dua lembar plastik disamakan ujung
ujungnya, dan lembar kedua dipotong, kini saatnya memasang
gas outlet. Tentukan salah satu ujung yang akan menjadi ujung
atas dan ukurlah sepanjang 1.5 meter dari ujung tersebut dan
tandai dengan spidol. Tanda tersebut harus tepat berada di bagian
tengah plastik, sehingga diharapkan gas outlet tepat berada di
tengah atas permukaan pembangkit. Lubang yang akan dibuat
sebaiknya lebih besar sedikit dari diameter luar dari ulir SDL
(socket drat luar) gas outlet.

Kemudian, pasanglah saluran kotoran, baik saluran masuk


maupun keluar. Ini adalah tahap yang perlu dikerjakan dengan
hati-hati dan rapi agar tidak menimbulkan kebocoran. Pipa yang
digunakan berbeda untuk saluran masuk dan keluar,
pertimbangannya adalah ketersediaan bahan yang ada di gudang.
Panjang pipa kurang lebih 75 – 100 cm sedangkan ukuran pipa
masuk dan keluar adalah sama, yaitu diameter antara 10 – 15cm.
Dapat pula digunakan PVC dengan ukuran 4‖ atau 6‖, namun
harganya mahal. Atau, bisa juga menggunakan pipa keramik jika
memungkinkan, atau
memakai ember plastik
yang dipotong dasarnya dan
disambung, dan lain
sebagainya. Masukkan
setengah dari panjang pipa
ke dalam 2 lembar plastik
PE.

Pastikan ikatan tali karet


benar-benar kuat. Perlu
diingat, banyak tali karet
bekas yang karetnya rapuh
dan mudah putus. Yang
perlu diperhatikan juga
adalah pengikatan tali karet
harus saling menutupi atau
tumpang tindih (overlap),

I - 43
dan ujung plastik jangan sampai terlihat. Tambahkan beberapa
putaran lagi untuk memastikan sambungan benar-benar kedap
atau tidak bocor.

Menggelembungkan Pembangkit
Setelah kedua pipa terpasang dengan baik, langkah selanjutnya
adalah memindahkan pembangkit ke dalam parit/selokan yang
telah dibuat sebelumnya. Untuk memindahkan plastik
pembangkit perlu menggelembungkan dahulu plastik
pembangkit sehingga pembangkit dapat ditempatkan dengan
baik dan mengisi ruangan parit dengan baik. Selain itu fungsi
penggelembungan adalah untuk memastikan bahwa semua
sambungan telah terpasang dengan baik.

Karena prinsip dasar pembangkit biogas adalah anaerob atau


tidak bersentuhan dengan udara bebas (terutama oksigen), maka
teknik penggelembungan awal adalah dengan mengisi plastik
pembangkit dengan gas buang kendaraan bermotor. Sebelumnya
pipa outlet kita tutup dahulu dengan kantong plastik kresek, lalu
ikat dengan tali karet, termasuk gas outlet.

Memasang
Pembangkit atau
Reaktor
Setelah pembangkit
atau reaktor
terpasang pada
tempatnya, isilah
pembangkit dengan
sedikit air untuk
menghindari
terlipatnya plastik
dan membuatnya
terpasang lebih baik. Kemudian, pasanglah pipa inlet pada
lubang outlet dari bak pencampur/mixer, lalu pasangkan sumbat.

I - 44
Sedangkan gas outlet dan pipa outlet biarkan tetap tertutup.
Setelah pemasangan ini, pengisian sudah dapat dilakukan.
Biasanya, 20 hari kemudian akan terlihat gas sudah mulai
dihasilkan. Tandanya, plastik pengembang mulai
menggelembung dan keras.

Tanki Penampung

Tanki penampung umumnya


berkapasitas 1.700-2.500 liter, terbuat
dari plastik PE sebanyak 1 lapis.
Dimensi tanki bisa dibuat dengan
diameter 95 cm dan panjang 250 cm.
Pengerjaannya mirip dengan pembuatan
pembangkit. Bedaanya, hanya satu
ujung saja yang diberi pipa. Untuk
instalasi utama gunakan selalu pipa
PVC½ inci -¾ inci. Akan lebih baik
apabila ujung bawah tanki tidak diikat
langsung, tapi diberi pipa PVC yang
ditutup oleh dop PVC, baru kemudian
lembaran plastik diikatkan pada pipa tersebut seperti langkah
sebelumnya.

Saluran Biogas
Pipa utamanya menggunakan pipa PVC
ukuran ¾ inci. Sambungan dapat dibuat
permanen dengan lem PVC. Atau, bisa
juga semi permanen, yaitu dengan
mengikat sambungan pipa dengan tali
karet. Hanya sambungan yang penting
saja yang diberi lem. Sambungan penting
ini diantaranya adalah sambungan katup
bola/keran (ball valve).

I - 45
Pada gambar terlihat botol bekas air mineral 1.5 liter yang
berfungsi sebagai water vapor (penjebak/pengaman uap air) dan
katup keamanan. Skema water vapor adalah sebagai berikut:

Botol pengaman/penjebak ini sebaiknya diletakkan pada bagian


terbawah dari saluran biogas, tepat setelah pembangkit. Hal ini
dimaksudkan agar uap air hasil kondensasi mudah turun dan
masuk ke dalam botol. Air yang berlebihan dalam sistem
menyebabkan saluran biogas mampet, selain itu adanya
kandungan air dalam biogas dapat menurunkan tingkat panas api
dan membuat api berwarna kemerah-merahan. Lubang air pada
botol penjebak selain berfungsi sebagai lubang pengisian juga
sebagai pengatur tinggi muka air.

Kompor Biogas
Penyiapan kompor dilakukan dengan menyambungkan pipa
biogas ke selang yang biasa digunakan pada kompor gas
LPG/kompor minyak bekas, kemudian bagian ujungnya
disambungkan dengan selang tembaga berdiameter bagian dalam
(Internal Diameter; ID) sekitar 0.5cm. Katup gas dibuka dan
ujung pipa didekatkan pada sumber api.

Gambar 10. Saluran biogas ke kompor

I - 46
CONTOH RENCANA ANGGARAN BIAYA BIO-
DIGESTER
Kebutuhan Item Jumlah
Bak Mixer semen 5 Kg
batu bata - -
pasir - -
Kawat Ram (filter) 1cm 1 M²
batang
Pralon 4 inci tanpa merk 1 (4m)
sok L 4 inci 3
Digester pembuatan lubang digester
(tenaga)
plastik digester (PE 150x08) 13 Meter
Outlet gas PVC drat uliir Pasang
Ban dalam bekas 2 -
Drigen bekas 1 -
Peneduh Bambu 1 Batang
Terpal 9x7 10 -
paku 1 Kg
Outlet
slurry Pipa wavin 4 inci 2 batang(4m)
Ban dalam bekas 1 -
Bak
batang
Penampun Pipa Paralon PVC wavin 3/4
(4m)
g Gas
Plastik penanmpungan gas 5 Meter
T Pipa 12 --
L Pipa 2 -
Sox 3/4 16 -
gulung
tali tampar 2 (10m)
gulung
Kawat 1 (5m)
lem PVC 4 -
TBA besar 2 -

I - 47
TBA kecil 1 -
Kran 1 -
botol
penjebak botol aqua bekas 1.5 liter 3 -
kompor
gas kompor gas (kompor minya) 1 -
lain-lain bensin & makan 4 Hari
TOTAL

I - 48
Bagian Keempat
Membuat Piko-hidro

Mengapa harus Piko-hidro?


Krisis energi sudah mulai
dirasakan, aliran listrik
sering mati bergiliran sudah
tak asing lagi di Indonesia.
Sementara itu, kebutuhan
akan listrik terus meningkat
dari waktu ke waktu.
Penambahan kapasitas
listrik telah dilakukan
dengan berbagai cara,
termasuk pemanfaatan batu bara yang merupakan pemasok gas
rumah kaca terbesar di planet ini. Sedangkan di beberapa daerah
pemanfaatan BBM untuk pembangkit listrik, juga ada dimana-
mana.

Sementara, alam menyediakan segala sesuatu untuk kebutuhan


manusia, termasuk air, angin dan cahaya matahari yang
melimpah sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan
menjadi ―penghasil listrik‖ bagi kebutuhan hidup.

Sesungguhnya, air mengalir yang yang debitnya kurang dari 10


liter per detik saja sudah dapat menghasilkan aliran listrik, tak
perlu membuat bendungan. Listrik yang dihasilkan pun cukup
untuk kebutuhan rumah tangga. Maka, mengapa tidak dicoba….?

Kini ditemukan sebuah teknologi sederhana untuk memenuhi


kebutuhan listrik, yaitu dengan alat yang disebut Piko-hidro. Alat
ini ada beberapa cara untuk menghasilkan listrik, dengan
menggunakan atau memanfaatkan aliran air yang jatuh dari
sebuah bak, atau bendungan kecil. Ada dua bentuk piko-hidro,
yaitu:

I - 49
1. Piko-hidro celup, di mana
turbin dan pembangkit
listrik dicelupkan ke
dalam air,
2. Piko-hidro semi celup,
artinya turbin dicelupkan
ke dalam air, sedangkan
pembangkitnya berada di
atas dengan menggunakan
pipa.

Cara penyiapan Piko-hidro


celup adalah:
1. Bak dengan ukuran 40x40 cm, dan di dalamnya dibuat
lubang paralon. Lubang paralon ini sebagai saluran
pembuangan, dan sekaligus sebagai tempat menaruh
turbin.
2. Ketinggian dari bak ke pembuangan antara 2-3 meter.
3. Bak diisi dengan air, serta pengisian air ini sebaiknya
konstan atau tetap. Artinya pemasukan dan pengeluaran
seimbang.
4. Pertama-tama isi bak hingga penuh, kemudian
dimasukkan piko-hidro celup. Air buangan dengan arus
yang tinggi, akan memutarkan turbin, turbin memutar
pembangkit listrik.

Piko-hidro celup sudah dipasarkan dan diproduksi oleh CV.


Cihanjuang Inti Teknik (CIT) Jl. Cihanjuang no 204, Kelurahan
Cibabat - Cimahi Utara – Cimahi, Kabupaten Bandung.

Contoh :
Model Turbin Celup TC-60

Keunggulan Turbin Celup antara lain:


 Instalasi sipil dan instalasi listrik sederhana,
 Kebutuhan air sedikit, banyak potensi yang bisa diterapkan,

I - 50
 Tak perlu perawatan khusus (maintenance free),
 Tanpa bahan bakar, memiliki perangkat tambahan yang
mampu menaikkan tingkat keawetan, performansi dan
kapasitas energi (ampere-jam) seperti sistem kontrol beban,
aki (baterry) dengan inverter. Menggunakan teknologi
lampu LED,
 Garansi 3 bulan

Spesifikasi Sistem
Jenis Turbin : Propeller Open Flume
Jenis Generator : Permanent Magnet
Tegangan : 200 - 220 volt
Tegangan tanpa beban : ± 300 Volt
Frekuensi : 90 Hz
Putaran : ± 2700 rpm
Disain Head : 3 meter
Disain Debit : 5.5 liter/detik
Rating power : 100 watt

I - 51
Bagian Kelima
Sumur Resapan

Mengapa membuat sumur resapan?


Kualitas lingkungan yang makin buruk dewasa ini, tak lepas dari
ulah manusia. Kawasan hutan atau daerah yang dicadangkan
untuk kawasan resapan telah menjadi lahan pemukiman.
Akibatnya, air hujan atau air yang mengalir di atas tanah yang
seharusnya dapat diserap oleh tanah secara penuh menjadi sangat
berkurang dengan adanya kepadatan pemukiman dan penduduk.
Kebutuhan terhadap air bersih meningkat namun tidak diimbangi
dengan kualitas air yang ada. Salah satu bentuk penyelesaian
masalah ketersediaan air ini adalah dengan membuat sumur
resapan.

Sumur resapan sangat dibutuhkan mengingat:


 Minimnya langkah konservasi air tanah telah
menurunkan muka air tanah.
 Sumur resapan berfungsi sebagai pengganti lahan
terbuka di daerah tangkapan air yang telah dikonversi
menjadi perumahan.
 Sumur resapan sangat efektif untuk meningkatkan
serapan air ke dalam tanah.

I - 52
Air tanah yang dikeluarkan dari dalam bumi pada dasarnya sama
saja dengan pengeluaran bahan/material berharga yang lain
seperti : emas, batu bara, minyak atau gas. Air biasanya
mempunyai batasan yang istimewa, yaitu dianggap sebagai
sumber alami yang dapat diperbaharui. Angapan ini perlu
kiranya untuk dikoreksi..!! Karena sebenarnya anggapan ini
hanya dapat berlaku jika terdapat keseimbangan antara
masukan/imbuhan air dengan exploitasi di dalam kawasan
tangkapan atau tadahan air.
Sumur resapan air tanah adalah salah satu upaya untuk
meningkatkan imbuhan air tanah, disamping itu manfaat yang
sangat berguna adalah dapat mengurangi banjir akibat limpasan
air permukaan. Dengan pembiayaan yang (secara relatif) tidak
terlalu tinggi, pengadaan sumur resapan ini dapat dilakukan oleh
setiap pembangunan satu rumah tinggal.

Bagaimana Prinsip Kerja Sumur Resapan?


Sumur resapan dibuat dengan tujuan untuk mengalirkan air
buangan dari permukaan tanah ke akuifer air tanah. Alirannya
berlawanan dengan sumur pompa, tetapi konstruksi dan cara
pembangunannya mungkin dapat saja sama. Pengimbuhan sumur
akan lebih praktis apabila terdapat akuifer (lapisan pembawa air)
tertekan yang dalam dan perlu untuk diimbuhkan, atau pada
suatu kawasan kota yang memiliki lahan yang sempit/terbatas.

Sumbernya airnya dari mana?


 Dari saluran rumah (atap) saat hujan, dapat berjumlah
banyak atau sedikit
 Dari saluran air biasanya dalam jumlah banyak namun
kwalitar air kurang (kotor)

Bagaimana membuatnya?
Untuk membuat sumur resapan diperlukan beberapa hal berikut:

I - 53
 Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak
pada tanah berlereng, curam, atau labil,
 Sumur resapan harus jauh dari tempat penimbunan
sampah, jauh dari "septic tank" (minimum 5 m diukur
dari tepi), dan berjarak minimum 1 meter dari fondasi
bangunan,
 Bentuk sumur itu sendiri boleh bundar atau persegi
empat sesuai selera,
 Kedalaman air tanah minimum 1,50 m pada musim
hujan,
 Penggalian sumur resapan bisa sampai tanah berpasir
atau maksimal 2 m di bawah permukaan air tanah.

Bagaimana spesifikasinya?
Spesifikasi sumur resapan meliputi :
 Penutup sumur, dapat menggunakan plat beton bertulang
tebal 10 cm dicampur satu bagian semen, dua bagian pasir,
dan tiga bagian kerikil. Dapat juga menggunakan pelat beton
tidak bertulang setebal 10 sentimeter dengan campuran
perbandingan yang sama, berbentuk cubung dan tidak diberi
beban di atasnya. Atau, menggunakan ferocement setebal 10
cm.
 Dinding sumur, bagian atas dan bawah dapat menggunakan
buis beton. Dinding sumur bagian atas juga dapat hanya
menggunakan batu bata merah, batako, campuran satu
bagian semen, empat bagian pasir, di-plester atau di-aci
semen.
 Pengisi sumur, dapat menggunakan batu pecah ukuran 10-20
cm, pecahan bata merah ukuran 5-10 cm, ijuk, serta arang.
Pecahan batu tersebut disusun berongga.
 Saluran air hujan, dapat menggunakan pipa PVC
berdiameter 110 mm, pipa beton berdiameter 200 milimeter,
dan pipa beton setengah lingkaran berdiameter 200 mm

I - 54
Penampang Sumur Resapan

I - 55
Bagian Keenam
Biopori

Apa itu biopori?


Biopori atau lubang resapan, merupakan teknik baru dalam
memperbaiki lingkungan yang ada di sekitar kita. Biopori
merupakan metoda yang pertama kali dicetuskan oleh Dr. Kamir
R Brata, salah satu peneliti dari Institut Pertanian Bogor yang
ditujukan untuk membantu mengatasi masalah sampah
perkotaan, juga diharapkan menjadi solusi atas bencana banjir
yang selalu melanda Jakarta yaitu dengan cara meningkatkan
daya resap air pada tanah.

Apa manfaatnya?
Manfaat dari pembuataan biopori ini antara lain :
 Pembuatan kompos
 Penyubur tanah
 Beternak cacing
 Mengurangi penumpukan sampah
 Mengurangi gerusan air (erosi) pada lahan miring

Fungsi lain dari pembuatan biopori adalah :


 Akan membantu penumpukan sampah di TPA.
 Mengurangi bau yang menyengat, karena dimasukkan
dalam lubang kecil, sehingga terhindar dari penyakit,
terutama yang disebarkan oleh lalat.
 Menyuburkan tanah, lebih baik kalau dibuat di sekitar
pohon.
 Kompos yang dihasilkan dapat untuk pupuk tanaman
hias (pot).

Bagaimana membuatnya?
 Biopori adalah lubang silindris digali secara vertikal
dengan diameter 10 – 20 cm dengan kedalaman 80 – 100

I - 56
cm atau dengan pertimbangan tidak sampai melampaui
muka air tanah bila air tanahnya dangkal. Jarak
antarlubang antara 50 - 100 cm,
 Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3
cm dengan tebal 2 cm di sekeliling mulut lubang,
 Memasukkan sampah organik di dalamnya dan perlu
selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah
berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan,
 Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil
pada setiap akhir musim kemarau dengan pemeliharaan
lubang resapan.

Skema pembuatan biopori

Tutup atas
Mata Bor
1 – 1,5 m Biopori garis
tengah 10 cm

Sampah Organik

- 10 cm -

I - 57
Bagian Ketujuh
Membuat Bakso Ikan

Apa itu baso ikan?


Baso ikan adalah campuran homogen ikan, tepung pati dan
bumbu yang telah mengalami proses ekstrusi dan pemasakan.
Cara pembuatan baso tidak sulit. Ikan digiling halus atau
ditumbuk, kemudian dicampur dengan tepung dan bumbu di
dalam alat pencampur khusus sehingga bahan tercampur menjadi
bahan pasta (cairan kental) yang sangat rata dan halus. Setelah
itu pasta dicetak berbentuk bulat dan direbus sampai matang.
Baso yang bermutu bagus dapat dibuat tanpa penambahan bahan
kimia apapun.

Apa saja bahan yang diperlukan?


1. Ikan. Ikan yang digunakan adalah ukuran sedang dan besar,
seperti ikan tongkol, tuna (sisiak), beledang, tenggiri, dan
gabua. Ikan harus segar, semakin segar semakin baik,
apalagi ikan yang baru ditangkap paling baik digunakan.
Ikan yang akan dijadikan baso lebih baik dibekukan secara
cepat sebelum digiling. Ikan beku akan memberikan rasa
dan aroma baso yang lebih gurih.
2. Tapioka. Yaitu tepung terbuat dari singkong atau ketela.

I - 58
3. Bumbu-bumbu. Rempah-rempah apa saja dapat dijadikan
bumbu. Akan tetapi biasanya pengusaha baso menggunakan
bawang merah, bawang putih, merica bubuk dan garam.
4. Telur. Telur digunakan agar adonan lebih halus, dan rasanya
lebih enak. Walaupun demikian, telur tidak selalu
digunakan dalam pembuatan baso. Telur ayam, itik dan
puyuh dapat digunakan.
5. Sodium tripoli fosfat. Bahan kimia ini berfungsi sebagai
pengemulsi sehingga dihasilkan adonan yang lebih rata
(homogen). Adonan yang lebih rata akan memberikan
tekstur baso yang lebih baik.

Peralatan yang digunakan


1. Penggiling dan Pencampur
Alat ini terdiri dari bagian penggiling baso berupa extruder
dan pencampur adonan. Pencampur adonan berupa piring
baja yang dilengkapi pengaduk sentrifugal yang dipasang
mendatar. Pengaduk tersebut berutar dengan kecepatan
tinggi sehingga bahan-bahan yang tidak liat dan tidak keras
akan dihancurkan.

2. Ketel Perebus.
Alat ini digunakan untuk merebus baso mentah menjadi
matang. Pengusaha baso biasanya menggunakan panci
sebagai ketel perebus.

Bagaimana cara membuatnya?

1. Persiapan
a. Penyiangan. Mula-mula sisik disikat dari ekor mengarah
ke kepala dengan sikat ikan tanpa melukai dagingnya.
Kemudian ikan dicuci, dan sisik yang tertinggal dibuang.
Bagian di bawah insang dipotong tanpa menyebabkan
kepala ikan terpotong. Kemudian perut ikan dibelah dari
anus ke arah insang tanpa melukai jeroannya. Perut yang
sudah terbelah dibuka. Jeroan dan insang dibuang.

I - 59
Bagian dalam perut disikat dengan ujung pisau untuk
membuang sisa-sisa darah. Setelah itu, ikan dicuci
sampai bersih.
b. Filleting. Daging rusuk di sayat dari arah kepala ke ekor
sehingga diperoleh fillet. Daging yang tersisa pada
tulang dikerok dengan pisau dan dicampurkan dengan
fillet. Kulit pada fillet dikelupas dan dipisahkan. Kulit ini
tidak digunakan untuk membuat baso.
c. Pembekuan fillet. Fillet dibekukan secara cepat.
Kemudian digiling sampai halus menjadi bubur ikan.
Fillet tidak harus dibekukan, dan dapat langsung
digiling.

Tabel 1. Komposisi Bahan-Bahan Penyusun Baso


(Sentra Informasi IPTEK)

Bahan Jumlah (Gram)


Baso Kelas Baso Kelas Baso Kelas
atas Menengah Bawah
Daging 3.000 3.000 3.000
Tapioka 300 – 750 750 – 1.200 1.200 –
3.000
Bawang Merah 100 – 200 150 – 250 150 – 250
Bawang Putih 100 – 200 150 – 250 150 – 250
Merica Bubuk 20 20 20
Garam 30 – 50 40 – 60 50 – 70
Sodium 9 12 15
tripolifosfat
1
2. Penyusunan bahan
Komposisi bahan penyusun baso tergantung kepada rasa
baso yang diinginkan. Semakin banyak kandungan ikan,
semakin enak rasa basonya.

3. Penggilingan ikan menjadi adonan baso

I - 60
Bubur ikan diaduk dan lebih dihaluskan di dalam bagian
alat pencampur adonan. Setelah bubur ikan benar-benar rata
dan halus ditambahkan bumbu, sodium tripolifosfat, dan
tepung sedikit demi sedikit sambil terus diaduk dengan
kecepatan tingi. Selama pengadukan, ditambahkan butiran
atau bongkahan es. Pengadukan dianggap selesai jika
terbentuk adonan yang rata, halus dan dapat dibulatkan bila
di remas dengan tangan, kemudian dikeluarkan melalui
lobang yang dibentuk oleh telunjuk dan ibu jari.

4. Pembuatan bulatan baso mentah dan perebusan


Adonan diremas-remas dengan telapak tangan, kemudian
dibuat bulatan dengan meremas-remas adonan, kemudian
dikeluarkan melalui lobang yng dibentuk oleh telunjuk dan
ibu jari. Dengan bantuan ujung sendok terbalik, bulatan
adonan secara cepat dimasukkan ke dalam air mendidih.
Bila sudah matang, baso akan mengapung. Baso ini
dibiarkan mengapung selama 5 menit, kemudian diangkat
untuk ditiriskan. Hasil yang diperoleh disebut baso ikan.

5. Penyimpanan
Baso merupakan bahan basah yang mudah rusak. Agar
dapat tahan lama, baso harus disimpan di dalam ruang
pembeku (freezer) dalam kemasan plastik tertutup rapat.
Suhu freezer hendaknya di bawah –18 ° C.

Pembuatan Kuah Baso


Kuah baso merupakan kaldu daging yang dibumbui untuk
dicampur dengan baso. Kebanyakan kuah baso berupa kaldu
yang sangat encer karena sangat sedikit menggunakan daging.
Kuah baso seperti ini biasanya ditambah monosodium glutamat
(MSG) dalam jumlah tinggi (sampai 2% atau 20 gram per liter
kuah).

Agar kuah baso terasa enak, daging yang digunakan untuk


membuat baso sekurang-kurangnya 10% dari jumlah kuah baso

I - 61
yang dihasilkan. Kuah baso seperti itu tidak perlu ditambah
MSG.

1. Bahan:
 Air (4 liter),
 Daging cincang kasar (300 gram).
 Tulang cincang kasar (250 gram),
 Bawang putih digiling halus (150 gram),
 Bawang merah digiling halus (150 gram),
 Merica halus (25 gram),
 Seledri segar (5 tangkai),
 Pala cacahan kasar (10 gram),
 Kapulaga/gardamungu (4 buah),
 Garam (secukupnya)

2. Cara Pengolahan:
 Daging dicincang dan tulang direbus di dalam air
mendidih selama 30 menit,
 Bawang putih, bawang merah dan merica yang telah
digiling halus ditumis dengan sedikit minyak sampai
harum,
 Semua bumbu, kecuali seledri dimasukkan ke dalam
rebusan daging dan tulang yang mendidih,
 Sepuluh menit kemudian, tambahkan irisan seledri, dan
kuah baso tetap dibiarkan mendidih sebentar, kemudian
di angkat,
 Hasil yang diperoleh adalah kuah baso yang enak dan
gurih tanpa bahan kimia tambahan.

I - 62
Bagian Kedelapan
Apotek Hidup di Pekarangan

Memanfaatkan pekarangan rumah

Pekarangan merupakan
sebidang tanah yang berada
di sekitar rumah yang terbatas
sering dipagari ada juga yang
tidak dipagari, biasanya
ditanami dengan
beranekaragam jenis ada
yang berumur panjang,
berumur pendek, menjalar,
memanjat, semak, pohon
rendah dan tinggi serta terdapat ternak. Dalam hal ini pekarangan
merupakan sebuah ekosistem buatan. Tentunya, pekarangan
yang berada di sekitar rumah kita tersebut jika dimanfaatkan
secara baik akan memberikan hasil yang memuaskan.

Pekarangan rumah kita yang kurang dimanfaatkan sebaiknya


mulai saat ini dipertimbangkan lagi untuk segera dimanfaatkan
dengan cara menanami tanaman produktif, seperti tanaman-
tanaman apotik hidup. Dengan menanam tanaman yang
produktif, pekarangan dapat memberikan manfaat lebih.
Pemanfaatan pekarangan dengan ditanami obat-obatan, bumbu-
bumbuan dan lainnya akan memberikan keuntungan yang
berlipat ganda bagi keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Membuat apotik hidup adalah sebuah hal berguna yang mungkin


dapat menjadi alternatif pilihan positif ketika kita hendak
memanfaatkan halaman rumah. Dengan menanam tanaman obat
di pekarangan, maka kita berarti telah pula menjaga
kelangsungan keanekaragaman hayati Indonesia, dan yang
terpenting, kita dapat mendapatkan sumber obat-obatan terdekat

III - 63
dari rumah dan tentunya membantu mengurangi belanja obat-
obatan keluarga sekaligus menerapkan gaya hidup ramah
lingkungan dan Menambah nilai dari keberadaan pekarangan
rumah.

Apa saja manfaat


pekarangan?
1. Merupakan penghasil
(tambahan), seperti
bahan pangan atau
bahan obat-obatan
bahkan ternak untuk
kebutuhan hidup sehari-
hari dalam rangka hidup
sehat, murah dan
mudah.
2. Adanya lingkungan
yang nyaman, sehat dan indah, sangat mendukung
pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan (suistanable development), karena pemanfaatan
pekarangan merupakan pelestarian ekosistem yang sangat
baik.
3. Mampu meningkatkan kualitas lingkungan yang sejuk, sehat
dan indah.
4. Memaksimalkan kebutuhan lahan dengan tanaman
hortikultura, obat-obatan, bumbu-bumbuan, rempah-rempah
dan lainnya.
5. Mengandung nilai pendidikan khususnya dapat mendidik
anggota keluarga.

Apotek hidup memiliki prinsip pokok, yaitu pemanfaatan


pekarangan dengan tanaman obat-obatan tradisional, baik
tanaman yang menghasilkan buah, bunga, biji atau daun.

III - 64
Dalam hal ini apotik hidup juga mempunyai fungsi sosial, yaitu
apabila tetangga memerlukan obat, dapat kita diberikan, atau jika
hasil buah banyak, sebagian dapat diberikan ke tetangga atau ke
kerabat lainnya. Jenis tanaman untuk apotik hidup dan warung
hidup sangat banyak dan perlu dikembangkan.

Bagaimana membuat apotek hidup?


Untuk membuat apotek hidup di pekarangan rumah, terlebih
dahulu perlu mengetahui bagaimana cara pembibitan,
penanaman, pemeliharaan, serta pemanennya.

A. Pembibitan
1. Perbanyakan dengan Biji
(a) Biji di pilih dari tanaman yang sehat, kuat dan buahnya
berkualitas. Biji di keringanginkan dan kulitnya dibuang.
(b) Siapkan kotak persemaian ukuran 100 x 50 x 20 cm 3
dengan media tanah kebun dan pupuk kandang (1:1), biji
ditanam pada jarak 10-20 cm. Sebaiknya persemaian
diberi naungan dari plastik/sisa-sisa tanaman, tetapi
jangan sampai udara di dalam persemaian menjadi
terlalu lembab. Selama penyemaian, bibit tidak boleh
kekurangan air. Pada umur 2 minggu bibit akan
berkecambah. Jika dari 1 biji terdapat lebih dari 1
anakan, sisakan hanya satu yang benarbenar kuat dan
baik.
(c) Bibit dikotak persemaian harus dipindahtanamkan ke
dalam polybag jika tingginya sudah mencapai 10-15cm.

B. Pengolahan Media Tanam


1. Persiapan: Penetapan areal pekarangan apotek hidup
memperhatikan faktor kemudahan transportasi dan
sumber air.
2. Pembukaan lahan membongkar tanaman yang tidak
diperlukan dan menghilangkan alang-alang serta
menghilangkan rumput-rumput liar dan perdu dari areal
tanam. Menggemburkan tanah dengan cara mencangkul

III - 65
dan membuat bedeng setinggi kurang lebih 25-30cm.
Pengaturan jarak tanam. Sebaiknya disesuaikan dengan
jenis tanaman obat yang akan ditanam, misalnya
berjarak 5-10 cm.

Bagaimana teknik penanamannya?


1. Pembuatan Lubang Tanam: Lubang tanam dibuat
dengan panjang, lebar dan kedalaman 5-10cm. Pada
waktu penggalian, galian tanah sampai kedalaman
secukupnya. Tanah galian bagian dalam sebelumnya
sudah dicampur dengan pupuk kandang lalu
dikeringanginkan beberapa hari. Masukkan tanah galian
bagian atas, diikuti tanah galian bagian bawah.
2. Polybag bibit digunting sampai ke bawah, masukkan
bibit beserta tanahnya dan masukkan kembali tanah
galian sampai membentuk guludan. Tekan tanah di
sekitar batang dan pasang kayu penyangga tanaman.
3. Memberikan naungan atau penanaman pohon pelindung
pohon pelindung ditanam untuk menahan hembusan
angin yang kuat. Jenis yang biasa dipakai adalah pohon
asam atau trembesi.

Pemeliharaan
1. Penyiangan.
Penyiangan
tidak dapat
dilakukan
sembarangan,
rumput/gulma
yang telah
dicabut dapat
dibenamkan atau dibuang ke tempat lain agar tidak tu
mbuh lagi. Penyiangan juga biasa dilakukan pada waktu
penggemburan dan pemupukan.
2. Penggemburan tanah yang padat dan tidak ditumbuhi

III - 66
rumput di sekitar pangkal batang perlu digemburkan,
biasanya pada awal musim hujan.
3. Perempelan/Pemangkasan Pemangkasan bertujuan untuk
membentuk kanopi yang baik dan meningkatkan
produksi. Ketika tanaman telah mulai bertunas perlu
dilakukan pemangkasan tunas agar dalam satu cabang
hanya terdapat 3–4 tunas saja. Tunas yang dipilih jangan
terletak sama tinggi dan berada pada sisi yang berbeda.
Tunas dipelihara selama kurang lebih 1 tahun saat tunas-
tunas baru tumbuh kembali. Pada saat ini dilakukan
pemangkasan kedua dengan meninggalkan 2-3 tunas.
Pemangkasan ketiga, 1 tahun kemudian, dilakukan
dengan cara yang sama dengan pemangkasan ke-2.
4. Pemupukan
a. memberikan pupuk seperlunya dengan pupuk kandang
yang sudah tercampur dengan tanah. Pemberian pupuk
dilakukan di dalam parit keliling pohon sedalam
setengah mata cangkul (5 cm).

Panen
1. Ciri dan umur panen adalah 4-5 bulan, tentunya
tergantung jenis tumbuhan obat yang ditanam.
2. Cara Panen. Pada saat pencabutan batang atau
pemotongan daun dapat dilakukan dengan cara biasa
(tangan atau pisau).

Jenis tanaman dan manfaatnya


1. Kunyit (Curcuma domestic)
Kunyit efektif utk mengobati penyakit hepatitis, gangguan
pencernaan, antimikroba, antikolesterol, dan anti-HIV.
Kurkumin dan atsiri menghambat pertumbuhan tumor
payudara dan usus besar. Kunyit juga membantu
meningkatkan daya tahan tubuh, menyembuhkan dan
mencegah rematik, mengobati diabetes melitus, tifus, morbili,
campak, usus buntu, disentri, dan keputihan, melancarkan
haid, serta meredamkan rasa mulas saat haid. Untuk ibu

III - 67
hamil, kunyit bisa melancarkan persalinan dan
memperbanyak asi.

2. Kencur (Kaempferia galanga L)


Rimpang kencur bermanfaat sebagai sumber minyak atsiri,
penyedap makanan, minuman, juga bahan jamu dan obat.
Minyak atsiri dalam kencur berupa sineol, asam metal kanil,
dan pendekaan. Minyak atsiri ini bias diperoleh dengan cara
menyuling rimpangnyakencur digunakan untuk obat berbagai
penyakit, selain sakit gigi juga memar, nyeri dada, sakit
kepala, dan sembelit. Kabarnya, kencur juga bias untuk
mengobati tetanus, radang lambung, muntah-muntah, panas
dalam, serta keracunan.

3. Jahe (Zingiber officinale)


Jahe sekurangnya mengandung 19 komponen bio-aktif yang
berguna bagi tubuh. Komponen yang paling utama adalah
gingerol yang bersifat antikoagulan, yaitu mencegah
penggumpalan darah. Jadi mencegah tersumbatnya
pembuluh darah, penyebab utama stroke, dan serangan
jantung. Gingerol diperkirakan juga membantu menurunkan
kadar kolesterol. Untuk mencegah mabuk perjalanan, ada
baiknya minum wedang jahe sebelum bepergian. Caranya:
pukul-pukul jahe segar sepanjang 1 ruas jari, masukkan
dalam satu gelas air panas. Beri madu secukupnya, lalu
minum. Bisa juga menggunakan sepertiga sendok teh jahe
bubuk, atau kalau tahan, makan dua kerat jahe mentah.

4. Temulawak (Curcuma xanthorhiza L)


Salah satu khasiat dari temulawak adalah untuk mengobati
penyakit hepatitis atau istilah awamnya adalah penyakit hati.
Hepatitis disebabkan oleh bakteri Entamoeba hystolitica yang
mengakibatkan kerusakan pada jaringan hati. Temulawak
mengandung banyak zat aktif, diantaranya adalah
kurkuminoid, yang terdiri atas kurkumin, mono dan

III - 68
bisdesmetoksikurkumin, serta minyak atsiri yang
mengandung zat-zat seskuiterpena. Zat-zat tersebut mampu
memperbaiki kerusakan jaringan hati.

PENUTUP
Jadi, tunggu apa lagi? Mari membuat apotik hidup dan mulai
meningkatkan kualitas kesehatan dengan cara yang mudah. Oleh
karena itu bila kita membuat taman pekarangan dapat
memanfaatkan menjadi apotik hidup dan warung hidup akan
membantu mengatasi masalah krisis yang berkepanjangan.

III - 69
Panduan No. 2

KEGIATAN PERBAIKAN
LAHAN

III - 70
Bagian Pertama

Memperbaiki Lahan Kritis


Pohon adalah penyangga langit,
Dan sebagai tiang kehidupan,
Apabila pohon rusak,
Maka langit akan runtuh,
Dan akan menghancurkan kehidupan

Kata-kata di atas adalah cuplikan pepatah Indian di


pedalaman Amerika Latin. Mereka percaya bahwa pohon
adalah tiang langit, tiang bagi kehidupan. Ketika pohon
hilang atau rusak, maka langit pun akan runtuh.

Kini sudah menjadi kenyataan. Ketika pohon semakin


hilang, hutan semakin rusak dan lahan kritis semakin
meluas, maka bencana pun datang silih berganti. Langit di
kutub ‘runtuh‘ atau berlubang sehingga sinar ultra violet
dari matahari mengancam kehidupan. Bumi semakin panas
dan es di kutub mencair. Maka, lengkap sudah bencana
lingkungan yang menerpa umat manusia.

Lingkungan hidup di sekitar kita semakin rusak dan


menurun kualitasnya, bencana silih berganti. Di daerah
hulu pedesaan, di mana daerah tangkapan hujan semakin

III - 71
sempit, air yang turun dari langit terus mengalir ke sungai
tanpa ada kesempatan untuk meresap ke dalam tanah.
Akhirnya, manusia yang tinggal di hilir menuai bencana
banjir di musim hujan, atau kekurangan air di saat kemarau.

Hutan kita sebagai penyaring gas karbon dan penghasil


oksigen, juga semakin habis sehingga tercipta efek rumah
kaca, dan bumi pun semakin gerah. Namun kita masih bisa
berbuat, masih bisa bertindak untuk menyelamatkan
lingkungan di sekitar kita, untuk mengulur waktu
kehancuran, untuk mengurangi bencana yang terus
menerpa. Lantas perbaikan-perbaikan apa yang dapat kita
lakukan pada lingkungan di sekitar kita.

Lahan kritis di sekitar kita terus bertambah seirama dengan


perkembangan ekonomi dan pertambahan jumlah
penduduk. Menurut laporan Bank Dunia, hanya dalam
waktu 12 tahun (1985–1998) Sulawesi telah kehilangan 2,2
juta hektar atau sekitar 20 % dari total hutan yang ada.

Untuk mengatasi persoalan lahan kritis ini, ada dua


kegiatan yang bisa diakukan kelompok masyarakat di
dalam program PNPM Lingkungan Pedesaan Mandiri ini,
yaitu:
 Penghijauan
 Agroforestry

Perbaikan lahan kritis di daerah perbukitan atau resapan air


dapat dilakukan bersama dengan semua komponen
masyarakat, Untuk daerah perbukitan sebaiknya dibuat juga
teras siring untuk mengurangi erosi.

III - 72
Apa yang dapat dilakukan di daerah resapan?
Banjir di Indonesia saat musim hujan tiba sepertinya
menjadi ‖langganan‖ yang selalu terjadi. Hujan bukan
mendatangkan berkah, melainkan musibah, dan masyarakat
di hilir selalu was-was saat musim hujan datang.

Beberapa hal yang menyebabkan semua ini adalah karena


di daerah hulu, di mana lokasi sebagai kawasan resapan air,
sudah berubah untuk berbagai keperluan, baik untuk
perumahan atau kadang peristirahatan bagi orang kota,
pertanian, perkebunan dan sebagainya. Hutan dikorbankan,
pohon ditebangi, dan perbukitan dipangkas.

Untuk itu daerah yang diperkirakan sebagai daerah


tangkapan hujan, daerah aliran sungai yang umumnya ada
di daerah hulu atau perbukitan perlu dihijaukan kembali.
Tehnik atau pelaksanaan penghijauan kembali dapat
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya :
 penanaman pohon buah di pekarangan, kebun atau
dihutan. Dengan harapan pohon buah akan dirawat
oleh masyarakat.
 Pembuatan biopori dihalaman perumahan, perkantoran,
sekolah, rumah ibadah atau di perkebunan, ladang.
Akan lebih baik lagi bila biopori ini dibuat pada daerah
ladang yang telah melakukan pembuatan teras siring.
Sehingga air hujan dapat meresap ke dalam tanah (lihat
bab berikutnya).

 Pembuatan sumur resapan, di perkantoran, rumah,


rumah ibadah, sekolah atau tempat-tempat lain yang

III - 73
diperkirakan dapa membantu meresapkan air hujan ke
dalam tanah.

Gambar di atas adalah kawasan perbukitan di daerah


Tomohon (Minahasa) yang merupakan salah satu daerah
tangkapan hujan, namun kini sudah berubah menjadi
daerah perkebunan dan perumahan. Sebenarnya bisa
dilakukan perbaikan lingkungan untuk membantu
meresapkan air hujan ke dalam tanah untuk mengurangi
banjir, dengan cara pembuatan teras siring, biopori atau
penanaman kembali di daerah puncak.

Pembuatan Teras Siring


Masih banyak petani atau peladang yang membuat kebun
palawija pada lahan kering atau perkebunan dengan
kemiringan lebih dari 30 derajat. Mereka masih belum
menggunakan disain teras siring.

III - 74
Teras siring menyerupai anak tangga. Lebar anak tangga
yang ditanami tergantung dari kemiringan lahan yang akan
digunakan (lihat gambar).

Teras siring ini mempunyai banyak keunggulan dalam


membantu konservasi atau pelestarian tanah dan air tanah.
Untuk tanah, saat musim hujan teras siring dapat membantu
mencegah atau mengurangi erosi. Dan untuk air hujan,
teras siring dapat membantu meresapkan air hujan ke dalam
tanah.

Di beberapa
desa atau
tempat, seperti
di Bali,
pembuatan
teras siring
sudah
dilakukan
untuk sawah
atau perkebunan, sedangkan di beberapa tempat lain
sebagai penghasil sayur, buah-buahan atau palawija seperti
di Sumatera Utara, Jawa dan daerah lain, tradisi ini sudah
lama diterapkan.

Di Sulawesi baru beberapa tempat saja yang sudah


membuat teras siring, misalnya di Sulawesi Tengah.
Mereka kebanyakan adalah petani padi dan sayuran yang
berasal dari Bali dan Jawa.

III - 75
Pertanian di daerah tangkapan air
Daerah-daerah tangkapan air mempunyai peranan yang
sangat penting dalam melestarikan air dan tanah. Keduanya
tidak terlepas satu sama lain dan sangat berkaitan dengan
erat. Ada beberapa teknologi pertanian untuk membantu
usaha pelestarian tanah yang bertujuan untuk
mengendalikan erosi dan mencegah degradasi lahan ini,
antara lain:

1. Sistem Pertanaman Lorong


Ini adalah sistem yang telah dikembangkan dan banyak
dilakukan oleh masyarakat, di mana tanaman pangan
ditanam pada lorong di antara barisan tanaman pagar.

Sistem ini sangat bermanfaat untuk mengurangi laju


limpasan permukaan dan erosi, serta bisa menjadi sumber
bahan organik dan hara terutama untuk tanaman lorong.

III - 76
2. Strip Rumput
Adalah sistem pertanaman yang hampir sama dengan
pertanaman lorong, tetapi tanaman pagarnya adalah
rumput.

Strip
rumput
dibuat
mengikuti
kontur
dengan
lebar strip
0,5 m atau
lebih.
Semakin
lebar strip
semakin
efektif mengendalikan erosi. Sistem ini dapat
diintegrasikan dengan peternakan.

3. Tanaman Penutup Tanah


Merupakan tanaman yang ditanam
tersendiri atau bersamaan dengan
tanaman pokok. Tanaman ini
bermanfaat untuk menutupi tanah
dari terpaan langsung curah hujan,
mengurangi erosi, menyediakan
bahan organik tanah, dan menjaga
kesuburan tanah.

III - 77
Pengendali Erosi
Salah satu sistem pengendalian erosi secara mekanis adalah
barisan gulud yang dilengkapi rumput penguat gulud dan
saluran air di bagian lereng atas. Sistem itu bermanfaat
untuk mengurangi laju limpasan permukaan dan
meningkatkan resapan air ke dalam tanah. Hal ini dapat
diterapkan pada tanah dengan infiltrasi/permeabilitas tinggi
dan tanah-tanah yang agak dangkal dengan lereng 10
sampai 30 derajat.

1. Teras Bangku/teras
siring.
Dibuat dengan cara
memotong lereng dan
meratakan tanah di bidang
olah sehingga terjadi deretan
menyerupai tangga.

Teras siring bermanfaat


sebagai pengendali aliran permukaan dan erosi. Cara ini
diterapkan pada lahan dengan lereng 10 hingga 40derajat,
tanah dengan solum dalam (> 60 cm), tanah yang relatif
tidak mudah longsor, dan tanah yang tidak mengandung
unsur beracun bagi tanaman seperti aluminium dan besi.

2. Rorak
Adalah lubang atau
penampang yang dibuat
memotong lereng yang
berfungsi untuk menampung
dan meresapkan air aliran
permukaan. Lubang ini

III - 78
bermanfaat untuk: (1) memperbesar peresapan air ke dalam
tanah; (2) memperlambat limpasan air pada saluran
peresapan; dan (3) sebagai pengumpul tanah yang erosi
sehingga sedimen tanah lebih mudah dikembalikan ke
bidang olah.

Ukuran rorak sangat bergantung pada kondisi dan


kemiringan lahan serta besarnya limpasan permukaan.
Umumnya rorak dibuat dengan ukuran panjang 1-2 m,
lebar 0,25-0,50 m dan dalam 0,20-0,30 m. Atau, panjang 1-
2 m, lebar 0,3-0,4 m dan dalam 0,4-0,5 m. Jarak antar-rorak
dalam kontur adalah 2-3 m dan jarak antara rorak bagian
atas dengan rorak di bawahnya 3-5 m.

Selain rorak ada cara yang lain untuk membantu peresapan


air ke dalam tanah, yaitu dengan tehnik biopori. Biopori
juga dapat membantu penyuburan tanah, karena di dalam
lubang itu dimasukkan sampah organik.

3. Embung
Merupakan
bangunan
penampung air
yang berfungsi
sebagai pemanen
limpasan air
permukaan dan
air hujan.
Bangunan ini
bermanfaat untuk
menyediakan air pada musim kemarau.

III - 79
Agar pengisian dan pendistribusian air lebih cepat dan
mudah, embung hendaknya dibangun dekat dengan saluran
air dan pada lahan dengan kemiringan 5 hingga 30 derajat.
Tanah-tanah bertekstur liat atau lempung sangat cocok
untuk pembuatan embung.

4. Mulsa
Adalah bahan-
bahan (sisa-sisa
panen, plastik,
dan lain-lain)
yang disebar
atau digunakan
untuk menutup
permukaan
tanah.

Bermanfaat
untuk mengurangi penguapan (evaporasi) serta melindungi
tanah dari pukulan langsung butir-butir hujan yang akan
mengurangi kepadatan tanah

5. Dam Parit
Adalah cara mengumpulkan atau membendung aliran air
pada suatu parit dengan tujuan menampung aliran air
permukaan sehingga dapat digunakan untuk mengairi lahan
di sekitarnya. Dam parit dapat menurunkan aliran
permukaan, erosi, dan sedimentasi.
Keunggulan dam parit adalah:
 Menampung air dalam volume besar akibat
terbendungnya aliran air di saluran/parit.
 Tidak menggunakan areal/lahan pertanian yang
produktif.

III - 80
 Mampu mengairi lahan cukup luas, karena dibangun
berseri di seluruh daerah aliran sungai (DAS).
 Menurunkan kecepatan aliran permukaan, sehingga
mengurangi erosi dan hilangnya lapisan tanah atas
yang subur serta sedimentasi.
 Memberikan kesempatan agar air meresap ke dalam
tanah di seluruh wilayah DAS, sehingga mengurangi
risiko kekeringan pada musim kemarau.
 Biaya pembuatan lebih murah, sehingga dapat
dijangkau petani.

Bagaimana cara perbaikan lahan


Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2004–2009, perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan
pelestarian fungsi lingkungan hidup diarahkan untuk
memperbaiki sistem pengelolaan sumber daya alam agar
mampu memberi manfaat ekonomi, termasuk jasa
lingkungannya, dalam jangka panjang dengan tetap
menjamin kelestariannya. Kondisi hutan dan lahan yang
memprihatinkan memerlukan upaya perbaikan.

Tahapan kegiatan yang bisa dilakukan


untuk perbaikan tersebut adalah:

a. Pengadaan Bibit.
Pengadaan bibit ini dapat
dilakukan melalui biji maupun
persemaian alami, atau anakan
yang tumbuh di sekitar pohon
induk.

III - 81
Gambar 1. Persemaian Alami

b. Pembuatan Bedeng Sapih dan Penyiapan Lahan.


Pembuatan bedeng sapih dilakukan dengan bahan
sederhana, seperti bambu dan naungan ijuk atau daun
kelapa. Penyiapan lahan dilakukan dengan pembersihan
lahan dan pembuatan ajir.

Gambar : Persemaian Biji

III - 82
c. Pemeliharaan.
Setelah bedeng dan lahan disiapkan, tanaman bibit tetap
perlu tetap perlu diperhatikan pemeliharaannya.
Pemeliharaan tanaman meliputi:
 Penyulaman: mengganti tanaman yang rusak atau
mati setelah dilakukan 15-20 hari, tanaman sejenis,
 Pemupukan: untuk mempercepat pertumbuhan
(sebaiknya menggunakan pupuk kandang/kompos).
 Penyiangan: membersihkan belukar atau tumbuhan
pengganggu, diulangi beberapa kali hingga
tumbuhan tumbuh dengan baik.
 Pengendalian hama dan penyakit: mengendalikan
semua hama yang mengganggu pertumbuhan
 Pendangiran: menggemburkan tanah di sekitarnya
agar tumbuh dengan baik.

Gambar : Persemaian Biji

III - 83
d. Penyiapan lahan

Proses selanjutnya adalah menyiapkan lokasi di mana


bibit tumbuhan itu akan ditanam, baik untuk penanaman
skala luas maupun kecil. Persiapan yang perlu dilakukan
adalah dengan membersihkan lahan, membuat lubang,
pembuatan anjir, atau pelindung selama anakan masih
belum bisa tumbuh secara sempurna.

e. Penanaman.
Setelah bibit siap (setinggi kira-kira 20-40 cm dan
perakaran kira-kira 20cm), bibit dapat diangkut dengan
menggunakan gerobak atau dipikul menuju lokasi yang
akan ditanami. Sebelum tanaman baru siap ditanam,
buatlah lajur penanaman dan lubang.

2 – 5 meter

III - 84
f. Pemeliharaan.
Pemeliharan setelah penanaman sangat penting
dilakukan karena di sinilah kunci kesuksesan.
Pemeliharaan dapat dilakukan dengan berbagai cara,
ismalnya: penyiraman saat musin kemarau, pembuatan
sekat-sekat bakar bila terjadi kebakaran lahan,
pemupukan, dan penyiangan.

III - 85
Bagian Kedua
Wanatani

Apa itu wanatani atau agroforestry?


Wanatani adalah terjemahan dari agroforestry. Wanatani
berasal dari kata ‗wana‘ yang berarti hutan, serta ‗tani‘
yang berarti pula pertanian (pengolahan lahan). Menurut
International Council for Research in Agroforetry,
mendefinisikan Agroforestry sebagai berikut:

"Suatu sistem pengelolaan lahan dengan berasaskan


kelestarian, yang meningkatkan hasil lahan secara
keseluruhan, mengkombinasikan produksi tanaman
(termasuk tanaman pohon-pohonan) dan tanaman hutan
dan/atau hewan secara bersamaan atau berurutan pada
unit lahan yang sama, serta menerapkan cara-cara
pengelolaan yang sesuai dengan kebudayaan penduduk
setempat". (King dan Chandler, 1978 dalam King, 1979).

Pengembangan wanatani/agroforestry dimulai oleh sebuah


tim dari Canadian International Development Centre, yang

III - 86
bertugas untuk menenetukan prioritas pembangunan di
bidang kehutanan pada negara-negara berkembang di tahun
1970-an. Mereka melaporkan bahwa hutan di negara-
negara tersebut belum cukup optimal dimanfaatkan.
Penelitian yang dilakukan di bidang kehutanan pun
sebagian besar hanya ditujukan kepada dua aspek produksi
kayu, yaitu eksploitasi secara selektif di hutan alam dan
tanaman hutan secara terbatas. Hingga saat ini konsep
tersebut telah banyak diterapkan di beberapa daerah di
Indonesia

Apa tujuan wanatani?


1. Melindungi tanah dari erosi, pengawetan tanah,
pemulihan kesuburan tanah, penghalang angin, pohon
pelindung dan pohon penyangga.
2. Sebagai sumber pangan, sandang, serat, bahan
bangunan, makanan ternak dan produksi lainnya

Apa ciri wanatani?


1. Kebanyakan tersusun atas dua jenis tanaman atau lebih
(tanaman dan/atau hewan). Minimal salah satunya
adalah tanaman berkayu,
2. Siklus tanamnya selalu lebih dari satu tahun,
3. Ada hubungan timbal balik (ekonomi dan ekologi)
antara tanaman berkayu dan tidak berkayu,
4. Memiliki dua macam produk atau lebih, misal pakan
ternak, kayu bakar, buah-buahan, obat-obatan dan lain-
lain,
5. Minimal mempunyai satu fungsi pelayanan jasa,
misalnya pelindung angin, penaung, penyubur tanah,
dan sebagainya,

III - 87
6. Di daerah tropis, wanatani bergantung pada
penggunaan dan perlakuan bio-massa tanaman,
terutama dengan mengoptimalkan penggunaan sisa
panen,
7. Secara biologis maupun ekonomis, sistem wanatani
paling sederhana pun jauh lebih kompleks daripada
sistem budidaya monokultur,

Apa saja keunggulan wanatani atau


agriforestry?
1. Dapat menjadi ―tabungan‖ bagi petani,
2. Menyediakan kebutuhan sehari-hari petani, seperti
sayuran, buah, rempah, bumbu, tanaman obat, dan
sebagainya,
3. Kebutuhan jumlah tenaga kerja yang rendah,
4. Tidak memerlukan teknologi canggih,
5. Mampu mengelola keanekaragaman hayati,
6. Peluang pengembangan dan pemanfaatan hasil hutan
non kayu,
7. Merupakan model alternatif bagi produksi kayu,
8. Sebagai sarana pelestarian alam in-situ dan eks-situ.

Apa saja bentuk wanatani?


Ada beberapa model wanatani atau agroforestry yang dapat
dikembangkan, antara lain sistem:

a. Agrisilvopastur, yaitu penggunaan lahan secara sadar


dan dengan pertimbangan masak untuk memproduksi
sekaligus hasil-hasil pertanian dan kehutanan.
b. Sylvopastoral, yaitu suatu sistem pengelolaan lahan
hutan untuk menghasilkan kayu dan memelihara ternak.

III - 88
c. Agrosylvo-pastoral, yaitu suatu sistem pengelolaan
lahan hutan untuk memproduksi hasil pertanian dan
kehutanan secara bersamaan, dan sekaligus untuk
memelihara hewan ternak.
d. Multipurpose forest, yaitu sistem pengelolaan dan
penanaman berbagai jenis tanaman kayu, yang tidak
hanya untuk hasil kayunya, akan tetapi juga daun-
daunan dan buah-buahan yang dapat digunakan sebagai
bahan makanan manusia, ataupun pakan ternak.

Apa saja jenis-jenis wanatani?


a. Sederhana:
Pohon ditanam secara tumpang sari dengan tanaman
semusim. Pohon dapat ditanam mengelilingi petak
tanaman semusim, baik secara acak maupun berbaris.
Jenis pohon yang ditanam antara lain kelapa, karet,
cengkeh, kopi, kakao, nangka, melinjo, petai, jati,
mahoni, dadap, lamtoro maupun kaliandra. Jenis
tanaman semusim yang dapat ditanam antara lain padi
gogo, jagung, kedelai, kacang-kacangan, ubi kayu,
sayuran, rumput dan sebagainya.

b. Kompleks:
Merupakan sistem pertanian menetap yang melibatkan
banyak jenis pohon, baik secara sengaja maupun
tumbuh secara alami pada sebidang lahan yang dikelola
petani mengikuti pola tanam dan ekosistem yang
menyerupai hutan. Komponen penyusun selain pohon,
juga terdapat tanaman perdu, tanaman memanjat
(liana), tanaman semusim dan rerumputan. Ciri utama
wanatani/agroforestry kompleks adalah penampakan
fisik dan dinamika yang mirip dengan hutan alam.

III - 89
Bagaimana melakukan wanatani di wilayah
pesisir atau kepulauan?
Ciri utama daerah kepulauan adalah luas lahan yang
terbatas dengan kemiringan yang tinggi, berbatu atau
berpasir serta sangat rentan terhadap erosi dan longsoran
jika terjadi hujan lebat, terlebih jika penutupan tanah oleh
vegetasi cukup rendah.

Pengembangan agroforestry sangat bergantung pada


keberadaan tanah alluvial di dataran rendahnya. Kawasan
alluvial ini mempunyai potensi untuk pengembangan
budidaya ikan air tawar atau campuran (bandeng).
Sehingga potensial untuk pengembangan silvofishery.
Tanaman bakau (Rhizophora sp.) berperan sebagai penguat
tambak atau tempat bertelur kepiting dan ikan. Jambu
mente atau cengkeh dapat pula ditanam pada kawasan
pantai. Dapat pula dipadukan dengan tanaman pangan lain.

Bagaimana kombinasi dalam wanatani?

A. Horizontal

III - 90
B. Vertikal:
(a).merata dengan beberapa strata (teratur) (b) tidak merata

Apa saja yang perlu disiapkan?


1. Persiapan sosial dan pengorganisasian masyarakat
setempat,
2. Ujicoba penerapan dengan melakukan:
 Pengembangan tumpangsari
 Pembuatan pupuk alami
 Pengendalian hama
 Pembuatan pestisida nabati
 Tehnik pemulsaan (bahan alami seperti jerami dll
untuk menghambat pertumbuhan gulma)
 Persemaian – penanaman - panen
3. Pemantauan/monitoring dan evaluasi proses.

Di mana contoh wanatani di Indonesia?


Sistem wanatani atau agroforestry ternyata telah dikenal
oleh sebagian masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah
masyarakat di Maluku yang telah mengenal sistem tersebut
bahkan sejak sebelum kedatangan bangsa Portugis maupun
Belanda. Mereka mengenalnya dengan nama lokal dusun.

III - 91
Beberapa tipe wanatani dusun yang ditemukan di Maluku
antara lain:

a. Kenari dan Pala (Pulau Banda)


Dusun di Pulau Banda merupakan bekas perkebunan
Belanda. Pada strata teratas berupa kenari (Canarium
commune) dan strata kedua adalah pala (Myristica
fragrans). Meskipun keduanya mendominasi, namun
juga terdapat cengkeh (Syzigium aromaticum), melinjo
(Gnetum gnemon) dan beberapa tanaman lainnya.

b. Kelapa dan Coklat (Galela-Tobelo)


Komponen utama adalah kelapa (strata 1) dan coklat
pada strata kedua. Selain itu ada tanaman tambahan
sekitar 10% dari komposisi kelapa coklat. Tanaman
tambahan pada strata 1 biasanya durian. Sedangkan
pada strata 2 umumnya pala, cengkeh dan pisang. Buah
coklat pada sistem kelapa coklat ini bebas dari serangan
Heliopeltis dan cacao moth (Acrocecrops cramella).

c. Tanaman Campuran (Maluku Tengah: Seram dan


Ambon)
Didominasi oleh tanaman pepohonan seperti kelapa
(Cocos nucifera), cengkeh (Syzigium aromaticum), dan
pala, atau tanaman buah-buahan. Tanaman buah-
buahan yang terdapat dalam dusun, antara lain durian
(Durio zibethinus), langsat (Lansium domesticum),
gandaria (Borrea macrophylla), Kweni (Mangifera
odorata), mangga (Mangifera indica), rambutan
(Nephelium lappaceum), salak bali (Salacca zallaca)
dan kenari (Canarium commune).

III - 92
Tanaman campuran lain berupa jenis-jenis bambu:
loleba (Bambusa atra), bambu kuning (Bambusa
vulgaris), bambu petung (Dendrocalamus asper).
Beberapa jenis kayu: kayu bapa (Shorea selanica), kayu
salawaku (Albizzia falcataria), kayu langgua (Intsia
amboinensis), gamutu (Arenga pinnata), kemiri
(Aleurites moluccana), pinang (Areca catechu), melinjo
(Gnetum gnemon) dan petai (Parkia speciousa).

Umumnya dusun campuran tersusun atas 4 strata


(lapis).
Strata 1 : kenari, petai, selawaku, dll
Strata 2 : pohon buah-buahan, pinang, gamutu, dll
Strata 3 : salak, pisang
Strata 4 : umbi-umbian, nanas, deris

Bagaimana melakukan wanatani?


Menurut Raintree (1983), tujuan pengembangan wanatani
atau agroforestri meliputi tiga aspek, yaitu:
1. meningkatkan produktivitas sistem wanatani,
2. mengusahakan keberlanjutan sistem wanatani yang
sudah ada,
3. penyebarluasan sistem wanatani sebagai alternatif atau
pilihan dalam penggunaan lahan yang memberikan
tawaran lebih baik dalam berbagai aspek (adoptability).

a. Produktivitas
Produk yang dihasilkan sistem wanatani dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yakni:
 Langsung menambah penghasilan petani, misalnya
makanan, pakan ternak, bahan bakar, serat aneka
produk industri,

III - 93
 Tidak langsung memberikan jasa lingkungan bagi
masyarakat luas, misalnya konservasi tanah dan air,
memelihara kesuburan tanah, pemeliharaan iklim
mikro, pagar hidup, dsb. Peningkatan produktivitas
sistem agroforestri diharapkan bisa berdampak pada
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani
dan masyarakat desa.

Peningkatan produktivitas sistem agroforestri dilakukan


dengan menerapkan perbaikan cara-cara pengelolaan
sehingga hasilnya bisa melebihi yang diperoleh dari
praktek sebelumnya, termasuk jasa lingkungan yang
dapat dirasakan dalam jangka panjang. Namun,
keuntungan (ekonomi) yang diperoleh dari peningkatan
hasil dalam jangka pendek seringkali menjadi faktor
yang menentukan apakah petani mau menerima dan
mengadopsi cara-cara pengelolaan yang baru.

Perbaikan (peningkatan) produktivitas sistem


agroforestri dapat dilakukan melalui peningkatan
dan/atau diversifikasi hasil dari komponen yang
bermanfaat, dan menurunkan jumlah masukan atau
biaya produksi. Contoh upaya penurunan masukan dan
biaya produksi yang dapat diterapkan dalam sistem
agroforestri:
 penggunaan pupuk nitrogen dapat dikurangi dengan
pemberian pupuk hijau dari tanaman pengikat
nitrogen,
 sistem agroforestri berbasis pohon ternyata
memerlukan jumlah tenaga kerja yang lebih rendah
dan tersebar lebih merata per satuan produk
dibandingkan sistem perkebunan monokultur.

III - 94
b. Keberlanjutan
Sasaran keberlanjutan sistem agroforestri tidak bisa
terlepas dari pertimbangan produktivitas maupun
kemudahan untuk diadopsi dan diterapkan. Sistem
agroforestri yang berorientasi pada konservasi sumber
daya alam dan produktivitas jangka panjang ternyata
juga merupakan salah satu daya tarik bagi petani.

Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan petani


pada saat mereka merencanakan untuk menerapkan
upaya konservasi, misalnya kepastian status lahan,
pendapatan dalam jangka pendek, dan sebagainya. Ada
pendapat yang menyarankan agar petani diberi insentif
untuk mendorong supaya mereka mau menerapkannya.
Seringkali insentif ini diwujudkan dalam bentuk subsidi
bagi petani (khususnya di negara maju). Di negara
berkembang, insentif tersebut diberikan dalam bentuk
bantuan teknologi seperti teknikteknik konservasi lahan.

Dalam sistem agroforestri terdapat peluang yang cukup


besar dan sangat terbuka untuk melakukan pendekatan
yang memadukan sasaran keberlanjutan untuk jangka
panjang dengan keuntungan produktivitas dalam jangka
pendek dan menengah.

c. Kemudahan untuk diadopsi


Gagalnya menyebarluaskan praktek wanatani di
kalangan petani seringkali disebabkan oleh kesalahan
strategi, bukan karena keunggulan komparatif sistem itu
sendiri. Oleh sebab itu alasan bahwa petani sangat
konservatif dan ketidak-berhasilan penyuluh sebenarnya
kurang tepat.

III - 95
Sebuah pendekatan yang lebih konstruktif yang bisa
dilakukan adalah dengan memikirkan permasalahan
dalam penyusunan rancangan dan memasukkan
pertimbangan kemudahan untuk diadopsi sedini
mungkin (sejak tahap rancangan). Hal ini tidak berarti
bahwa kedua alasan di atas tidak benar, melainkan lebih
ditekankan kepada proses penyuluhan dan adopsinya
yang sangat kompleks.

Peluang untuk berhasil akan lebih besar apabila proses


itu dimulai dengan dasar teknologi yang dapat diadopsi.
Salah satu cara terbaik adalah dengan melibatkan secara
aktif pemakai (user) teknologi tersebut, yaitu petani,
dalam proses pengembangan teknologi sejak dari tahap
penyusunan rancangan, percobaan, evaluasi dan
perbaikan rancangan inovasi teknologi.

Perlu dipahami bahwa wanatani bukanlah jawaban dari


setiap permasalahan penggunaan lahan, tetapi
keberagaman sistem wanatani merupakan pilihan bagi
pemecahan masalah yang dapat dipilih oleh petani
sesuai dengan keinginannya. Apa yang dibutuhkan
adalah cara yang sistematis untuk memadukan
(matching) kebutuhan teknologi wanatani dengan
potensi sistem penggunaan lahan yang ada.

III - 96
Bagian Ketiga
Tanaman Budidaya.
Di bawah ini ada beberapa tanaman budidaya yang dapat
dikembangkan oleh masyarakat desa dalam usaha
pelestarian alam melalui perbaikan lahan kritis. Tanaman
budidaya ini dapat ditanam di pekarangan, di kebun
ataupun di daerah pinggiran hutan.

1. Aren (Arenga pinnata Merr)

Mengenal aren
Dalam sistematika tumbuhan aren termasuk ke dalam suku
Aracaceae (pinang-pinangan). Tanaman aren memiliki
batang yang tidak berduri, tidak bercabang, berdiameter
kurang lebih 60 cm, bahkan diameter batangnya bisa
mencapai 65 cm. Tangkai daun aren dapat mencapai 1,5
meter, panjang helaian daunnya dapat mencapai 1.45 meter
dan lebar 7 cm, serta bagian bawah daun memiliki lapisan
lilin.

III - 97
Tanaman aren, atau dalam bahasa ilmiahnya disebut
Arenga pinnata Merr, tersebar pada hampir di seluruh
wilayah Indonesia, terutama Sumatera, Kalimantan, Jawa,
Sulawesi, Maluku, dan Papua. Saat ini telah tercatat ada
empat jenis pohon yang termasuk kelompok aren yaitu:
Arenga pinnata (Wurmb) Merr, A. undulatitolia Bree,
A.westerhoutii Grift dan A.ambcang Becc. Jenis yang sudah
dikenal manfaatnya adalah Arenga pinnata, yang umum
dikenal dengan sebutan aren atau enau.

Dapat dikatakan bahwa seluruh bagian dari aren bisa


dimanfaatkan, dan tentu saja memiliki nilai ekonomi serta
konservasi,. Batang, daun, buah, mayang, hingga ijuk yang
dihasilkan aren dapat digunakan untuk keperluan manusia.
Bahkan, aren berperan sebagai penyuplai energi dan untuk
pelestarian lingkungan hidup.

Permintaan produk-produk yang dihasilkan dari tanaman


ini akan selalu meningkat sejalan dengan perkembangan
pembangunan yang ada. Sehingga penanaman atau
pembudidayaan tanaman aren mempunyai harapan prospek
yang baik dimasa datang. Tentunya sangat potensial untuk
dikembangkan mengingat Minahasa, Sulawesi Utara,
merupakan sentra budidaya aren. Untuk itu diperlukan
pendalaman yang lebih mengenai aren ini.

Persebaran dan prasyarat tumbuh


Aren (Arenga pinnata) memiliki daerah penyebaran yang
luas di dunia, meliputi negara Banglades, Srilangka, India,
Burma, Thailand, Laos, Malaysia, Indonesia, Vietnam,
Philipina bahkan hingga ke kawasan pasifik. Di Indonesia
tanaman aren dapat dijumpai hampir di seluruh daerah,
mulai dari Indonesia bagian barat hingga bagian timur.

III - 98
Kebanyakan aren tumbuh di wilayah perbukitan,
pegunungan dan lembah. Tanaman ini dapat tumbuh di
mana saja, namun aren tidak tahan pada tanah yang kadar
asamnya tinggi (pH tanah terlalu asam). Aren dapat tumbuh
pada ketinggian 9 hingga 1.400 meter di atas permukaan
laut (mdpl). Namun ternyata berdasarkan hasil kajian, aren
mengalami pertumbuhan paling baik pada ketinggian antara
500 hingga 800 mdpl.

Apa saja manfaat aren?


Seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya, tanaman ini mempunyai
manfaat, baik untuk konservasi alam
maupun manfaat produksi atau
ekonomi. Penjabaran manfaat tersebut
antara lain:

a. Manfaat produksi atau ekonomi


Berbagai fungsi produksi yang
menghasilkan nilai ekonomi terdapat pada pohon ini,
mulai dari akan, batang, daun, buah, dan bunganya.
Bahkan tanaman ini pun memiliki manfaat bagi
kesehatan. Sayangnya, manfaat bagi kesehatan ini
sering disalahgunakan untuk membuat minuman keras
yang biasanya di Sulawesi dikenal saguer.
Batang pohon aren bermanfaat untuk keperluan dapur,
sebagai bahan bangunan, dan juga bahan kerajinan
tangan atau souvenir. Bahkan, sari dari batang aren
dapat dijadikan bahan makanan.
Daun aren dapat digunakan untuk membuat atap dan
sapu lidi. Tangkai bunganya dapat menghasilkan cairan
berupa nira yang mengandung zat gula dan dapat diolah

III - 99
menjadi gula aren. Adapun buah aren dapat diolah
menjadi kolang kaling, yaitu bahan makanan yang
banyak digunakan untuk campuran es sirup.
b. Manfaat perlindungan atau konservasi alam
Pohon aren memiliki struktur perakaran yang kuat
sehingga mampu mencegah terjadinya erosi tanah.
Pohon Aren mampu menahan terlama dan terbanyak
volume air hujan di atas pohon, saat hujan (setiap
batang pelepah daun bisa menahan 1-2 liter selama
beberapa jam, pada umur 5-7 tahun memiliki pelepah
dari pangkal batang sampai ke ujung pohon) sehingga
memberikan waktu yang panjang untuk tanah di bawah
pohon untuk dapat menyerap lebih banyak air, dan
dengan sendirinya akan menyimpan air tanah yang
paling banyak (penelitian sementara para profesor dan
para peneliti geologist, pohon aren bisa menyimpan
atau menyerap 200 liter air–10 galon minyak atau galon
air mineral).

Dengan kemampuan menyimpan banyak air, pohon


aren dapat menyuburkan pohon atau tanaman lain yang
ada di sekitarnya. Jadi, pohon Aren dapat dijadikan
tanaman perintis pada lahan gundul. Pohon aren akan
tetap tumbuh dan memberikan nilai ekonomis,
meskipun nantinya telah tertutup oleh tanaman lain.
Kemampuan pohon aren ini telah terbukti saat terjadi
banjir dan longsor di kecamatan Motoling, Minahasa
Selatan pada akhir tahun 2000 lalu. Ketika itu, hampir
semua tebing telah longsor, kecuali satu bagian tebing
yang masih utuh karena ditumbuhi banyak pohon aren.
Ini membuktikan bahwa pohon aren kuat dan tegar
menahan banjir dan tanah longsor.

III - 100
Bagaimana cara menanam pohon aren?

Tahap-tahap penanaman pohon aren adalah sebagai berikut:


1. Mengumpulkan dan Memilih Biji
Tanaman ini dapat diperbanyak secara generatif, yaitu
melalui biji. Pengembangbiakan lewat biji akan
menghasilkan bibit tanaman aren dalam jumlah
banyak, sehingga memungkinkan pengembangan
(budidaya) tanaman aren secara besar-besaran.
Pengumpulan buah dan pemilihan biji dilakukan
sebagai berikut :
a. Kumpulkan buah aren yang memenuhi persyaratan,
yaitu:
 Berasal dari pohon aren yang pertumbuhannya sehat,
berdaun lebat,
 Buah aren telah masak benar (warna kuning kecoklatan
dan daging buah lunak),
 Buah berukuran besar (diameter minimal 4 cm),
 Kulit buah halus (tidak diserang penyakit).
b. Pilihlah biji-bijian aren yang memenuhi syarat, yaitu:
 Ukuran biji relatif besar,
 Berwarna hitam kecoklatan,
 Permukaan halus (tidak keriput),
 Biji dalam keadaan sehat/tidak berpenyakit.

c. Mengeluarkan biji aren buah yang telah dikumpulkan


dengan membelahnya.

III - 101
2. Pembibitan
Pengadaan bibit dapat
dilakukan dengan dua cara,
yaitu bibit dari permudaan
alam dan bibit dari hasil
persemaian biji.

a. Pengadaan bibit dari permudaan alam.


Secara alami, pembibitan aren dibantu oleh
binatang, yaitu musang. Musang memakan buah
aren dan bijinya dan bijinya keluar secara utuh
dari perutnya bersama kotoran. Oleh karenanya,
bibit di alam tumbuh tersebar secara tidak teratur
dan berkelompok.
Untuk mendapatkan bibit dari alam, terlebih
dahulu biji dicabut bersama tanahnya kemudian
dipindahkan dipolybag selama selama 2-4
minggu.
b. Persemaian
Untuk mendapatkan bibit dalam jumlah yang
besar dengan kualitas yang baik, dilakukan
melalui pengadaan bibit dengan persemaian yang
biasanya berlangsung agak lama.

Untuk mencapai bibit siap tanam di lapangan


(ukuran = 40 cm), diperlukan waktu persemaian
12 – 15 bulan.

III - 102
3. Penanaman
Teknik penanaman aren dapat dilakukan dengan
sistem agroforestri/tumpangsari. Bibit yang ada dapat
ditanam disela-sela tumbuhan yang sudah ada dengan
terlebih dahulu mengolah lahan, misalnya dengan
pencangkulan serta pembuatan lubang tanaman.
Pembuatan lubang tanaman dengan ukuran 30 x 30 x
30 cm dan jarak antar lubang (jarak tanam) adalah 5 x
5 m atau 9 x 9 m. Untuk mempercepat pertumbuhan,
dalam lubang tanaman diberi tanah yang telah
dicampur pupuk kandang/organik. Untuk
menghindari matahari langsung, dapat dibuat
naungan atau peneduh.

4. Pemeliharaan Tanaman
Agar budidaya aren dapat berhasil dengan baik
diperlukan pemeliharaan tanaman yang cukup.
Pemeliharaan tanaman aren adalah dengan:
pengendalian hama penyakit, penanggulangan
tanaman pengganggu (gulma), serta pemberian
pupuk.

Apa saja yang dihasilkan pohon aren?

Produk yang diperoleh dari


pohon aren dan cara pengolahan
hasil, antara lain adalah:

a. Ijuk
Pemungutan ijuk dapat
dilakukan dengan memotong pangkal pelepah-pelapah
daun, kemudian ijuk yang bentuknya berupa lempengan
anyaman ijuk itu dilepas dengan menggunakan parang

III - 103
dari tempat ijuk itu menempel. Ijuk yang sudah
dibersihkan dapat dipergunakan untuk membuat
tambang ijuk, sapu ijuk, atap ijuk, dll.
b. Nira
Nira dihasilkan dari penyadapan tandan bunga
(jantan/betina). Namun, dibanding tandan betina, tandan
bunga jantan dapat menghasilkan nira dengan kualitas
baik dan jumlah yang banyak. Sehingga penyadapan
nira hanya dilakukan pada tandan bunga jantan.
Sebelum dilakukan penyadapan dilakukan pembersihan
tongkol (tandan) bunga.
Penyadapan dilakukan dengan memotong tandan bunga
pada bagian yang ditoreh. Kemudian pada potongan
tongkol dipasang bumbung bambu sebagai penampung
nira yang keluar. Biasanya penyadapan nira dilakukan 2
kali sehari (dalam 24 jam) pagi dan sore. Setiap tandan
bunga jantan dapat dilakukan penyadapan selama 3 – 4
bulan sampai tandan mengering. Hasil dari air aren
dapat diolah menjadi gula aren, tuak, cuka dan minuman
segar.

c. Tepung aren
Tepung aren dapat dihasilkan dengan memanfaatkan
batang pohon aren dengan terlebih dahulu membelah
dan dan memisahkan kulit luar dari batang dengan
empelurnya. Selanjutnya isi dalam batang tersebut
diparut atau ditumbuk, kemudian dicampur dengan air
bersih (diekstraksi). Hasil ekstraksi diendapkan
semalaman dilakukan pemisahan air dengan
endapannya. Tepung aren dapat dipergunakan sebagai

III - 104
bahan baku seperti mie, soun, cendol (dawet), dan
campuran bahan perekat kayu lapis.

d. Kolang kaling
Kolang kaling diperoleh dari inti biji buah aren yang
setengah masak. Tiap buah aren mengandung tiga biji
buah. Cara untuk membuat kolang-kaling yaitu dengan
merebus buah aren dalam belanga/kuali selama 1-2 jam
sampai mendidih. Dengan merebusnya, kulit biji aren
akan menjadi lembek dan memudahkan untuk
melepas/memisahkannya dari inti biji. Inti biji kemudian
dicuci beberapa kali sehingga menghasilkan kolang-
kaling yang bersih. Inti biji yang sudah dicuci biasanya
juga dapat diendapkan dalam air kapur selama 2 – 3
hari. Setelah direndam dalam air kapur, maka kolang-
kaling yang terapung inilah yang siap digunakan.

Penutup
Dengan berbagai fakta yang ditampilkan di atas, menjadi
pertimbangan bersama untuk menggalakkan budidaya aren
di Sulawesi Utara, apalagi di Minahasa merupakan sentra
budidaya aren. Selain memberikan manfaat ekonomi
tinggi, baik batang, daun, bunga, dan buahnya. Disisi lain,
pohon aren juga bermanfaat bagi lingkungan
hidup/konservasi.

III - 105
2. Kelor (Moringa oleifera Lamk)

Mengenal kelor
Kelor, dalam bahasa ilmiah disebut
Moringa oleifera Lamk, termasuk ke
dalam famili Moringaceae. Tanaman
ini dikenal dengan nama daerah
marongghi, kelor, kawona, motong,
barunggai. Menurut sejarahnya,
tumbuhan ini berasal dari kawasan
sekitar Himalaya dan India, kemudian
menyebar ke kawasan di sekitarnya
sampai ke Benua Afrika dan Asia-Barat. Klasifikasinya
dalam dunia tumbuhan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Brassicales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera

Selain Moringa oleifera, di dunia juga


dikenal beberapa spesies kelor lainnya,
yaitu : Moringa arborea, M. borziana,
M. concanensis, M. Drouhardii, M.
hildebrandtii, M. longituba, M.
ovalifolia, M. Peregrina, M. pygmaea,
M. rivae, M. ruspoliana, M.
Stenopetal.a

III - 106
Di hampir seluruh wilayah Indonesia, kelor merupakan
tanaman multi guna. Kelor adalah sejenis tumbuhan yang
tumbuh baik di daerah tropis dan sejak dahulu telah
dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai sayuran dan
obat tradisional.

Pohon kelor mempunyai batang yang lunak dan rapuh


dengan tinggi batang antara 7 hingga 11 meter. Ukuran
daun kelor sebesar ujung jari, berbentuk bulat telur dan
tersusun majemuk. Secara morfologi, tumbuhan ini
mempunyai tajuk yang tidak rapat, poros daun beruas
dengan kelenjar yang berbentuk garis lurus, dan sirip daun
dari orde pertama 8-10 pasang. Anak daun kelor
bertangkai, sisi bagian bawah berwarna hijau pucat,
bersayap tiga, dan bijinya bentuk bola bersayap.

Bentuk Kelor
Kelor memiliki penampang melintang akar terlihat jaringan
gabus yang tersusun atas beberapa lapis sel gabus
berbentuk segi empat agak beraturan, parenkim korteks
dengan sel berdinding tipis, berisi butir pati tunggal atau
berkelompok, bentuk bundar panjang, dinding sel tebal,
saluran noktah bercabang, di bagian dalam korteks terdapat
kelompok serabut sklerenkim yang memiliki dining tipis,
bentuk poligonal dan lumen lebar, berkas pembuluh
tersusun atas trakea dan trakeida, jari-jari empulur tersusun
dari 1 sampai 3 sel yang bernoktah. Serbuknya berwarna
kuning kecoklatan. bagian pengenal adalah serabut
sklerenkim berdinding tipis, ujung agak tumpul dan lumen
lebar, sel batu dengan lumen bercabang, bagian parenkim

III - 107
korteks butir pati tunggal atau majemuk, hilus konsentrik,
bagian berkas pembuluh dengan penebalan jala.

Apa saja kandungan gizi pada kelor?

7 x vitamin C dari JerukLuar biasa, itu kata-kata


4 x vitamin A dari wortel
yang bisa terlontar jika
mengetahui kandungan
4 x kalsium dari susu
gizinya. Para ahli telah
3 x potasium dari pisang
melakukan serangkaian
2 x protein dari yogurt tes laboratorium dan
kenyataan dihasilkan
memang demikian. Dilihat dari nilai gizinya kelor adalah
tanaman berkhasiat sejati (miracle tree), artinya tanaman
ini bisa dimanfaatkan dari akar, batang, buah dan daun
serta mengandung gizi tinggi.
Kandungan gizi daun kelor segar (lalapan), setara dengan;
4x vitamin A yang dikandung wortel, 7x vitamin C yang
terkandung pada jeruk, 4x mineral Calsium dari susu, 3x
mineral Potassium pada pisang, 3/4x zat besi pada bayam,
dan 2x protein dari yogurt. Sedangkan kandungan gizi daun
kelor yang dikeringkan setara dengan; 10x vitamin A yang
dikandung wortel, 1/2x vitamin C yang terkandung pada
jeruk, 17x mineral Calsium dari susu, 15x mineral
Potassium pada pisang, 25x zat besi pada bayam, dan 9x
protein dari yogurt. Secara detail dapat dilihat pada table di
bawah ini

III - 108
Tabel 1. Kandungan Gizi Tanaman Kelor (Moringa
oleifera, Lamk) (per 100 g)
Kandungan Biji Daun Tepung
Daun
Kadar Air (%) 86.9 75.0 7.5
Calori 26 92 205
Protein (g) 2.5 6.7 27.1
Lemak (g) 0.1 1.7 2.3
Carbohydrate (g) 3.7 13.4 38.2
Fiber (g) 4.8 0.9 19.2
Minerals (g) 2.0 2.3 -
Ca (mg) 30 440 2,003
Mg (mg) 24 24 368
P (mg) 110 70 204
K (mg) 259 259 1,324
Cu (mg) 3.1 1.1 0.57
Fe (mg) 5.3 7 28.2
S (mg) 137 137 870
Oxalic acid (mg) 10 101 1.6%
Vitamin A - B 0.11 6.8 16.3
carotene (mg) 423 423 -
Vitamin B -choline 0.05 0.21 2.64
(mg) 0.07 0.05 20.5
Vitamin B1 -thiamin 0.2 0.8 8.2
(mg) 120 220 17.3
Vitamin B2 -riboflavin - - 113
(mg) 3.6 6.0 1.33%
Vitamin B3 -nicotinic 1.1 2.1 0.61%
acid (mg) 1.5 4.3 1.32%
Vitamin C -ascorbic 0.8 1.9 0.43%
acid (mg) 4.3 6.4 1.39%
Vitamin E -tocopherol 1.4 2.0 0.35%
(mg) 3.9 4.9 1.19%

III - 109
Arginine (g/16g N) 6.5 9.3 1.95%
Histidine (g/16g N) 4.4 6.3 0.83%
Lysine (g/16g N) 5.4 7.1 1.06%
Tryptophan (g/16g N)
Phenylanaline (g/16g
N)
Methionine (g/16g N)
Threonine (g/16g N)
Leucine (g/16g N)
Isoleucine (g/16g N)
Valine (g/16g N)

(Moringa oleifera: Natural Nutrition for the Tropics by


Lowell Fuglie)

Apa saja manfaat kelor?


1. Pemulihan lahan dan Pencegah Kerusakan

Mengapa sejak dahulu kelor


telah digunakan? Jawabanya
tentu karena kelor memiliki
berbagai manfaat. Di negara
lain, seperti di Etiopia,
Sudan, Madagaskar,
Somalia, dan Kenya, ternyata
kelor telah dikembangkan
menjadi bagian untuk
program pemulihan tanah
kering dan gersang, karena
sifat dari tanaman ini mudah tumbuh pada kondisi tanah
seperti itu.

III - 110
Laporan sebuah penelitian menyebutkan bahwa negara
Etiopia, Somalia, dan Kenya telah memanfaatkan pohon
kelor untuk penghijauan serta menahan penggurunan
(proses terjadinya gurun). Di antara pohon kelor tersebut
juga dapat ditanami jenis tanaman pangan, seperti sorgum,
jagung, serta sayuran terutama kacang-kacangan.

Pohon kelor memiliki kemampuan menyerap air tanah


walau dari kandungan yang sangat minim sehingga tanah
akan menjadi lembab. Oleh karena itu, tanaman lain di
sekitar kelor akan ikut menjadi tumbuh subur. Jika pohon
kelor sudah besar dan tinggi, ia akan berfungsi pula sebagai
pohon lindung atau pohon rambatan.

Kelor juga digunakan sebagai tanaman untuk penahan


longsor, konservasi tanah, dan terasering. Sehingga pada
musim hujan, walau dalam jumlah yang paling minimal,
jatuhan air hujan akan dapat ditahan oleh sistem akar kelor.
Dengan demikian, pada musim kemarau ―tabungan‖ air
sekitar akar kelor akan menjadi sumber air bagi tanaman
lain. Mengingat sistem akar kelor cukup rapat, maka
bencana longsor juga jarang terjadi pada lahan yang
ditanami kelor.

2. Perbaikan Gizi Buruk


Mengingat kandungan gizi yang terdapat pada kelor,
tumbuhan ini sangat bermanfaat untuk perbaikan gizi,
terutama pada anak-anak. Terbukti bahwa kelor berhasil
mencegah wabah kekurangan gizi di beberapa negara dan
menyelamatkan banyak nyawa anak-anak dan ibu-ibu
hamil. Dengan demikian, kondisi kesehatan anak-anak
terpelihara dan berat badan mereka meningkat.

III - 111
3. Bahan Obat-obatan
Manfaat lain dari kelor ladalah sebagai bahan obat-obatan
untuk kesehatan, misalnya untuk: anemia atau kurang
darah, kegelisahan, asthma, bincil, darah kotor, tekanan
darah, bronkitis, katarak, sesak nafas, kolera, radang usus
besar, konjungsi, batuk, diabetes, diare, disenteri, infeksi
mata dan telinga, panas/demam, sakit kepala, cacing usus,
penyakit kuning, malaria, sakit persendian, jerawat,
kehamilan, penyakit kulit kronis, infeksi kulit, sakit perut,
TBC/tuberkulosis, tumor, dan penyakit kemih.
Daun: Pohon: Buah:
Nutrisi Tanaman Sela Bunga: Nutritisi
Obat Kontrol Erosi Obat Obat

Akar: Benih/Biji: Getah: Kulit kayu:


Obat Penjernih Air Obat
Obat
Obat
Minyak

Gambar Bagian Kelor dan Manfaatnya

4. Pakan Ternak
Selain manfaat di atas, manfaat lain dari kelor adalah dapat
digunakan sebagai makanan ternak yang unggul. Terbukti
dari hasil penelitian para ahli disebutkan bawa ternak yang
memakan kelor dapat meningkatkan produksi susu antara
43%-65%. Jika demikian maka akan diikuti dengan
peningkatan pendapatan peternak tentunya.

III - 112
5. Penyemprot Tanaman
Kelor dapat pula
imanfaatkan sebagai
bahan penyemprot hama
dan penyakit pada
tanaman lain. Caranya,
campurkan sari kelor yang
dicairkan dengan air dan
semprotkan sebanyak 25
ml untuk tiap tanaman.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penyemprotan
dengan sari kelor dapat mempercepat pertumbuhan
tanaman muda, tanaman tumbuh lebih kuat, lebih tahan
terhadap hama dan penyakit, dapat hidup lebih lama,
menghasilkan banyak buah yang besar, akar-daun-tangkai
lebih kuat, dan meningkatkan panen antara 20% hingga
35%.

6. Biogas
Kelor juga dapat dimanfaatkan sebagai biogas. Namun
buku panduan ini belum dapat menampilkan teknik
pembuatan biogas secara rinci karena masih diperlukan
penelitian mengenai proses, bahan campuran, dan standar
penggunaannya.

III - 113
7. Penjernih Air

Sesungguhnya, penjernihan air mudah dilakukan di daerah


pedesaan yang banyak ditumbuhi pohon kelor. Bahan
bakunya adalah biji kelor yang sudah cukup tua dan kering.
Adapun cara melakukannya adalah:
1. Kupas biji kelor dan bersihkan kulitnya,
2. Biji yang sudah bersih dibungkus dengan kain,
kemudian ditumbuk sampai halus betul. Penumbukan
yang kurang halus dapat menyebabkan kurang
sempurnanya proses penggumpalan,
3. Campur tumbukkan biji kelor dengan air keruh, dengan
perbandingan 1 biji : 1 liter air keruh,
4. Campurlah tumbukkan biji kelor dengan sedikit air
sampai berbentuk pasta. Masukkan pasta biji kelor ke
dalam air kemudian diaduk,
5. Aduklah secara cepat selama 30 detik, dengan
kecepatan 55-60 putaran/menit,

III - 114
6. Kemudian aduk lagi secara perlahan dan beraturan
selama 5 menit dengan kecepatan 15-20 putaran/menit,
7. Setelah dilakukan pengadukan, air diendapkan selama
1-2 jam. Makin lama waktu pengendapan makin jernih
air yang diperoleh,
8. Pisahkan air yang jernih dari endapan. Pemisahan harus
dilakukan dengan hati-hati agar endapan tidak naik lagi,
9. Pada dasar bak pengendapan diberi kran yang dapat
dibuka, sehingga endapan dapat dikeluarkan bersama-
sama dengan air kotor.

Hasil akhir penjernihan airnya dapat di lihat pada gambar


di bawah.

Gambar.... Sebelum dan sesudah


perlakuan penjernihan air dengan
kelor
Sumber : Buku Panduan Air dan
Sanitasi, Pusat Informasi Wanita
dalamPembangunan PDII-LIPI
bekerjasama dengan Swiss
Development
Cooperation, Jakarta, 1991.

Bagaimana cara pembiakan kelor?


Kelor dapat dikembangbiakkan dengan mudah, baik dari
biji maupun dari stek. dan kalau sudah tumbuh maka lahan
di sekitarnya akan dapat ditumbuhi oleh tanaman lain yang
lebih kecil, sehingga pada akhirnya pertumbuhan tanaman
lain akan cepat terjadi.

Kebanyakan di pedesaan, penanaman kelor yang umum


dilakukan dengan cara setekan batang tua atau cukup tua,

III - 115
yang langsung ditancapkan ke dalam tanah yang dapat
difungsikan sebagai batas tanah, pagar hidup ataupun
batang perambat.

Sifat yang menguntungkan untuk membudidayakan pohon


kelor yang sudah diketahui sejak lama, yaitu minimnya
penggunaan pupuk dan jarang diserang hama (oleh
serangga) ataupun penyakit (oleh mikroba). Sehingga biaya
untuk pemupukan dan pengontrolan hama dan penyakit
relatif sangat murah.

Dari pengalaman para petani yang sudah lama menanam


kelor, diketahui bahwa pemupukan yang baik adalah
berasal dari pupuk organik, khususnya berasal dari kacang-
kacangan (misal kacang hijau, kacang kedelai ataupun
kacang panjang) yang ditanamkan sekitar pohon kelor.
(NK)

Penutup
Di beberapa negara, tanaman kelor sudah dimanfaatkan
secara intensif dalam bentuk makanan. Sedangkan di
Indonesia, masih sedikit orang memanfaatkan kelor ini,
baik untuk memperbaiki gizi buruk, kerusakan lahan, dan
mengatasi masalah kesehatan lainnya.

Di saat kondisi negara sedang mengalami pasang surut,


serta kerusakan lingkungan yang hebat, muncul pertanyaan
kenapa kita tidak bisa memanfaatkan kelor ini? Bukankah
telah diketahui kandungan gizi dan manfaatnya buat
lingkungan cukup besar? Sudah saatnya untuk memulai
berbuat, dengan mulai membudidayakan tumbuhan ini.
Selamat mencoba.

III - 116
3. Rambutan (Nephelium sp.)

Sejarah rambutan
Rambutan (Nephelium
sp.) merupakan tanaman
buah hortikultural berupa
pohon dengan famili
Sapindacaeae. Tanaman
buah tropis ini dalam
bahasa Inggrisnya disebut Hairy Fruit berasal dari
Indonesia. Hingga saat ini telah menyebar luar di daerah
yang beriklim tropis seperti Filipina dan negara-negara
Amerika Latin dan ditemukan pula di daratan yang
mempunyai iklim sub-tropis.

Jenis-jenis rambutan
Dari survey yang telah dilakukan terdapat 22 jenis
rambutan, baik yang berasal dari galur murni maupun hasil
okulasi atau penggabungan dari dua jenis dengan galur
yang berbeda. Ciri-ciri yang membedakan setiap jenis
rambutan dilihat dari sifat buah (dari daging buah,
kandungan air, bentuk, warna kulit, panjang rambut). Dari
sejumlah jenis rambutan diatas hanya beberapa varietas
rambutan yang digemari orang dan dibudidayakan dengan
memilih nilai ekonomis relatif tinggi diantaranya:

1. Rambutan Rapiah, buah tidak terlalu lebat tetapi mutu


buahnya tinggi, kulit berwarna hijau-kuning-merah
tidak merata dengan berambut agak jarang, daging
buah manis dan agak kering, kenyal, ngelotok dan
daging buahnya tebal, dengan daya tahan dapat
mencapai 6 hari setelah dipetik.
2. Rambutan Aceh Lebak Bulus, pohonnya tinggi dan
III - 117
lebat buahnya dengan hasil rata-rata 160-170 ikat per
pohon, kulit buah berwarna merah kuning, halus,
rasanya segar manis-asam banyak air dan ngelotok,
daya simpan 4 hari setelah dipetik, buah ini tahan
dalam pengangkutan.
3. Rambutan Cimacan, buahnya kurang lebat dengan
rata-rata hasil 90-170 ikat per pohon, kulit berwarna
merah kekuningan sampai merah tua, rambut kasar dan
agak jarang, rasa manis, sedikit berair tetapi kurang
tahan dalam pengangkutan.
4. Rambutan Binjai, merupakan salah satu rambutan
yang terbaik di Indonesia dengan buah cukup besar,
dengan kulit berwarna merah darah sampai merah tua
rambut buah agak kasar dan jarang, rasanya manis
dengan asam sedikit, hasil buah tidak selebat aceh
lebak bulus tetapi daging buahnya ngelotok.
5. Rambutan Sinyonya, jenis rambutan ini lebat buahnya
dan banyak disukai terutama orang Tionghoa, dengan
batang yang kuat cocok untuk diokulasi, warna kulit
buah merah tua sampai merah anggur, dengan rambut
halus dan rapat, rasa buah manis asam, banyak berair,
lembek dan tidak terkelupas/ngelotok.

Apa manfaat rambutan?


Tanaman buah rambutan sengaja dibudidayakan untuk
dimanfaatkan buahnya karena mempunyai kandungan gizi,
zat tepung, sejenis gula yang mudah terlarut dalam air, zat
protein dan asam amino, zat lemak, zat enzim-enzim yang
esensial dan nonesensial, vitamin dan zat mineral makro,
mikro yang menyehatkan keluarga. Namun, ada pula orang
yang menanam pohon rambutan sebagai pohon pelindung
di pekarangan, atau sebagai tanaman hias.

III - 118
Apa saja syarat pertumbuhannya?
1. Iklim
a. Angin sangat berperan dalam penyerbukan bunga
rambutan,
b. Intensitas curah hujan yang dikehendaki oleh pohon
rambutan berkisar antara 1.500-2.500 mm/tahun dan
merata sepanjang tahun
c. Sinar matahari harus dapat mengenai seluruh areal
penanaman sejak matahari terbit sampai tenggelam.
Intensitas pancaran sinar matahari erat kaitannya dengan
suhu lingkungan.
d. Tanaman rambutan akan dapat tumbuh berkembang
serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 25°C
yang diukur pada siang hari. Kekurangan sinar matahari
dapat menyebabkan penurunan hasil atau kualitas buah
kurang sempurna (kempes).
e. Kelembaban udara yang dikehendaki cenderung rendah
karena kebanyakan rambutan tumbuh di dataran rendah
dan sedang. Apabila udara mempunyai kelembaban yang
rendah, berarti udara kering karena miskin uap air.
Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman
rambutan.

2. Media Tanam
a. Rambutan dapat tumbuh baik pada lahan yang subur
dan gembur serta sedikit mengandung pasir, juga dapat
tumbuh baik pada tanah yang banyak mengandung
bahan organik atau pada tanah yang keadaan liat dan
sedikit pasir.
b. Pada dasarnya tingkat/derajat keasaman tanah (pH)
tidak terlalu jauh berbeda dengan tanaman perkebunan
lainnya di Indonesia yaitu antara 6-6,7 dan kalau

III - 119
kurang dari 5,5 perlu dilakukan pengapuran terlebih
dahulu.
c. Kandungan air dalam tanah idealnya yang diperlukan
untuk penanaman pohon rambutan antara 100-150 cm
dari permukaan tanah.
d. Pada dasarnya tanaman rambutan tidak tergantung
pada letak dan kondisi tanah, karena keadaan tanah
dapat dibentuk sesuai dengan tata cara penanaman
yang benar (dibuatkan bedengan) sesuai dengan
petunjuk yang ada.

3. Ketinggian Tempat
a. Rambutan dapat tumbuh subur pada dataran rendah
dengan ketinggi an antara 30-500 m dpl.
b. Pada ketinggian di bawah 30 m dpl rambutan dapat
tumbuh namun tidak begitu baik hasilnya.

Bagaimana cara budidaya rambutan?


1. Pembibitan
a. Persyaratan Benih:
- Benih yang diambil biasanya dipilih dari benih-
benih yang disukai oleh masyarakat konsumen
antara lain jenis: rambutan Rapiah, rambutan Aceh,
rambutan Lebak Bulus, rambutan Cimacan, atau
rambutan Sinyonya.
b. Penyiapan Benih:
- Persiapan benih biji yang dipergunakan sebagai
pohon pangkal setelah buah dikupas dan di ambil
bijinya dengan jalan fermentasi biasa (ditahan
selama 1-2 hari) sesudah itu di angin-anginkan
selama 24 jam (sehari semalam) dan biji siap
disemaikan.

III - 120
2. Teknik Penyemaian Benih
a. Pilih lahan yang gembur, mudah mendapat
pengairan, mudah dikeringkan serta mudah diawasi.
Cangkul tanah sedalam 20-30 cm sambil
dibersihkan dari rumput-rumput, batu-batu dan sisa
pepohonan atau benda keras lainnya.
b. Kemudian tanah dihaluskan sehingga menjadi
gembur dan buatkan bedang-bedeng yang
berukuran lebar 1-1,5 m dan tinggi sekitar 30 cm,
panjang disesuaikan dengan luas
pekarangan/persawahan. Tetapi idealnya bedengan
membujur dari Utara ke Selatan, supaya
mendapatkan banyak sinar matahari walaupun
setelah diberi atap pelindung, dengan jarak antar
bedeng 30 cm. Untuk menambah kesuburan dapat
diberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang yang
sudah matang dan benih siap disemaikan.
c. Tutupi dengan atap yang dipasang miring, atap di
bagian timur lebih ditinggikan agar dapat lebih
banyak kena sinar matahari pagi.
d. Pengecambahan: biji ditanam pada bedeng dengan
jarak 10 X 10 cm setelah berkecambah dan berumur
1-1,5 bulan dan sudah tumbuh daun sekitar 2-3
helai maka bibit dapat dipindahkan dari bedeng
persemaian ke bedeng pembibitan dengan jarak 1-
14 m.
e. Untuk bibit yang berasal dari cangkok maupun
okulasi dapat dengan mencungkil/membuka sekitar
5 cm plastik yang melekat pada media penanaman
dengan hati-hati agar jangan sampai akar menjadi
rusak. Agar tumbuh akar lebih banyak maka dalam
penanaman kembali akar tunggangnya dapat

III - 121
dipotong sedikit untuk menjaga penguapan, lebar
daun dipotong separuh serta keping yang menempel
di biarkan sebab berfungsi sebagai cadangan
makanan sebelum dapat menerima makanan dari
tanah yang baru. Ditanam dengan jarak sekitar 30-
40 cm.

3. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
a. Sejak bibit berkecambah dan hingga berumur 1-1,5
bulan disiram pagi sore
b. Setelah kecambah dipindah ke bedeng pembibitan,
penyiraman cukup sekali tiap pagi hari sampai
menjelang matahari terbit, dengan menggunakan
"gembor"/penyiram tanaman supaya merata dan
tidak merusak bedengan, usahakan air dapat
menembus sedalam 3-4 cm dari permukaan.
c. Lakukan pendangiran bedengan supaya tetap
gembur setiap 2-3 minggu sekali, rumput yang
tumbuh disekitarnya supaya disiangi, hindarkan dari
serangan hama dan penyakit.
d. Sampai umur kurang lebih 1 tahun persemaian
dilakukan terhadap pohon baru setelah itu dapat
dilakukan okulasi dimana sebelumnya dirontokkan
daun-daun pohon induk yang telah dipilih mata
kulitnya. Kemudian siapkan tempat untuk
penempelan mata kulit tersebut sampai tumbuh
tunas. Setelah itu pangkas tunas asli pada pohon
induk yang telah ditempel, rawat dengan
penyiraman 2 kali sehari, mendangir serta
membersihkan rumput-rumput yang ada.

III - 122
4. Pengolahan Media Tanam
a. Persiapan:
Pilihlah tanah yang subur, hindari daerah yang
kondisi tanahnya terlampau liat dan tidak memiliki
sirkulasi yang baik. Jika pada daerah perbukitan
tetapi tanahnya subur, dibuat sengkedan (teras) pada
bagian yang curam, kemudian untuk
menggemburkan tanah perlu di bajak atau cukup
dicangkul dengan kedalaman sekitar 30 cm secara
merata.
b. Pembukaan Lahan:
 Tanah yang akan dipergunakan untuk kebun
rambutan di kerjakan semua secara bersama,
tanaman pengganggu seperti semak-semak dan
rerumputan dibuang dan benda-benda keras
disingkirkan kemudian tanah dibajak/dicangkul.
Bila bibit berasal dari cangkokan, pengolahan
tanah tidak perlu terlalu dalam tetapi kalau dari
hasil okulasi perlu pengolahan yang cukup
dalam.
 Membuat saluran air selebar 1 meter dan
kedalaman sesuai dengan kedalaman air tanah,
guna mengatasi sistem pembuangan air yang
kurang lancar.
 Tanah yang kurus dan kurang humus atau tanah
cukup liat diberikan pupuk hijau yang dibuat
dengan cara mengubur ranting-ranting dan
dedaunan (kondisi ini dibiarkan selama kurang
lebih 1 tahun sebelumnya).
c. Pembentukan Bedengan:
Setelah tanah dalam keadaan gembur, dibuat
bedeng-bedeng berukuran lebar 8 m dan tinggi
sekitar 30 cm dengan perataan dasar atasnya guna

III - 123
menopang bibit yang akan ditanam. Panjang
disesuai kan dengan luas pekarangan/persawahan.
Idealnya panjang bedengan sekitar 10 m, dengan
arah membujur dari utara ke selatan, supaya
mendapatkan banyak sinar matahari pagi walaupun
setelah diberi atap pelindung. Beri jarak 1 m antar
bedeng untuk lalu-lintas para pekerja dan dapat
dipergunakan sebagai saluran air pembuangan.
Untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk
hijau, kompos/pupuk kandang yang sudah matang
d. Pengapuran
Pengapuran pada dataran yang berasal dari tambak
dan juga dataran yang baru terbentuk yang tidak
bisa ditanami, selain tanah masih bersifat asam juga
belum terlalu subur. Gali lobang-lobang dengan
ukuran penanaman di pekarangan dan dasarnya
ditaburi kapur sebanyak 0,5 liter untuk setiap
lobang guna menetralkan pH tanah hingga
mencapai 6-6,7 sebagai syarat tumbuhnya tanaman
rambutan.
e. Pemupukan
Setelah jangka waktu 1 minggu dari pemberian
kapur pada lubang-lubang tersebut, kemudian
diberikan pupuk kandang sebanyak 25 kg (kurang
lebih 1 blek) dan setelah 1 minggu lahan baru siap
untuk ditanami bibit rambutan yang telah jadi.

5. Teknik Penanaman
a. Pembuatan Lubang Tanaman.
Pembuatan lubang dengan ukuran 1 x 1 x 0,5 m
dengan jarak antar lubang sekitar 12-14 m
sebaiknya telah dipersiapkan 3-4 pekan
sebelumnya. Pada waktu penggalian tanah yang

III - 124
diatas dan yang di bawah dipisahkan yang nantinya
dipergunakan untuk penutup kembali lubang yang
telah diberi tanaman.
b. Cara Penanaman.
Setelah 2 pekan lubang ditimbun kembali dengan
susunan tanah seperti sedia kala. Tanah bagian atas
dikembalikan setelah dicampur dengan 3 blek (1
blek kurang lebih 20 liter) pupuk kandang yang
sudah matang. Setelah kira-kira 4 pekan dan tanah
yang berada di lubang bekas galian tersebut sudah
mulai menurun baru rambutan ditanam. Penanaman
tidak perlu terlalu dalam, secukupnya saja,
maksudnya batas antara akar dan batang rambutan
di usahakan setinggi permukaan tanah yang ada
disekelilingnya.
c. Perlindungan.
Pada awal penanaman di kebun perlu diberi
perlindungan yang rangkanya dibuat dari
bambu/bahan lain dengan dipasang posisi agak
tinggi di sebelah timur, agar tanaman mendapatkan
lebih banyak sinar matahari pagi dari pada sore hari,
dan untuk atapnya dapat di buat dari daun nipah,
kelapa/tebu. Sebaiknya penanaman dilakukan pada
awal musim penghujan, agar kebutuhan air dapat
dipenuhi secara alamiah.

6. Pemeliharaan Tanaman
a. Penjarangan dan Penyulaman:
Karena kondisi tanah gembur maka tanaman lain
akan mudah tumbuh kembali terutama gulma
(tanaman pengganggu) seperti rumput-rumputan.
Penyiangan harus dilakukan sampai radius 1-2 m
sekeliling tanaman rambutan. Apabila bibit tidak

III - 125
tumbuh dengan baik segera dilakukan penggantian
dengan bibit cadangan.
b. Perempalan/Pemangkasan.
Agar tanaman mendapatkan tajuk yang rimbun,
setelah tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan
perempelan/pemangkasan pada ujung cabang-
cabangnya. Disamping untuk memperoleh tajuk
yang seimbang juga berguna memberi bentuk
tanaman, memperbanyak dan mengatur produksi
agar tanaman tetap terpelihara. Pemangkasan juga
perlu dilakukan setelah masa panen buah berakhir
dengan harapan muncul tajuk-tajuk baru sebagai
tempat munculnya bunga baru pada musim
berikutnya dan hasil berikutnya dapat meningkat.
c. Pemupukan.
Untuk menjaga agar kesuburan lahan tanaman
rambutan tetap stabil perlu diberikan pupuk
kandang/kompos secara berkala.
d. Pengairan dan Penyiraman:
Selama dua minggu pertama setelah bibit yang
berasal dari cangkokan/okulasi ditanam,
penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari,
pagi dan sore. Minggu-minggu berikutnya
penyiraman dapat dikurangi menjadi sekali sehari.
Apabila tanaman rambutan telah tumbuh benar-
benar kuat frekuensi penyiraman bisa dikurangi lagi
dan dapat dilakukan saat-saat diperlukan saja. Bila
hujan turun terlalu lebat diusahakan agar sekeliling
tanaman tidak tergenang dengan cara membuat
lubang saluran air.
e. Gulma.
Segala macam tumbuhan pengganggu tanaman
rambutan yang berbentuk rerumputan yang berada

III - 126
disekitar tanaman rambutan yang akan mengganggu
pertumbuhan bibit rambutan oleh sebab itu perlu
dilakukan penyiangan secara rutin.

Bagaimana cara panen?


1. Ciri dan umur panen
Buah rambutan yang telah matang ciri-cirinya dilihat
dari warna sesuai jenis, juga dengan
mencium baunya serta terakhir dengan merasakan
rambutan yang sudah masak dibandingkan dengan
rambutan yang belum masak. Dapat dipastikan bahwa
pemanenan dilakukan sekitar bulan Nopember sampai
Februari, namun juga dapat dipengaruhi musim kemarau
atau musim penghujan.

2. Cara panen
Cara pemanenan yang terbaik adalah dipetik beserta
tungkalnya yang sudah matang (hanya yang sudah
masak) sekaligus melakukan pemangkasan pohon agar
tidak menjadi rusak. Pemangkasan dilakukan sekaligus
panen agar dapat bertunas kembali dan cepat berbuah.
Apabila pemetikan tidak terjangkau dapat dilakukan
dengan menggunakan galah untuk mengkait tangkai
buah rambutan secara benar.

3. Periode panen
Periode pemanenan buah rambutan dilakukan pada
sekitar bulan Nopember sampai dengan Februari (masa
musim penghujan). Buah yang belum masak supaya
ditinggal dulu dan kemudian dipanen kembali.

III - 127
4. Perkiraan jumlah produksi
Apabila penanganan dan pemeliharaan semenjak
pembibitan hingga panen dil akukan secara baik dan
benar serta memenuhi aturan yang ada maka dapat
diperkirakan mendapatkan hasil yang maksimal. Setiap
pohonnya dapat mencapai hasil minimal 0,10 kuintal,
dan maksimal dapat mencapai 1,75 kuintal setiap
pohonnya.

Penutup
Buah rambutan merupakan buah populer di kawasan
ASEAN, khususnya di tanah air. Buah rambutan dapat
dikonsumsi langsung (buah segar) ataupun diolah menjadi
buah kaleng dan manisan buah rambutan. Selain sebagai
buah segar yang digemari, hasil olahan buah rambutan
telah menjadi komoditi primadona yang memiliki prospek
cerah di Asia dan negara-negara lainnya. Pasar dalam
negeri maupun pasar luar negeri masih merupakan lahan
pemasaran yang menjanjikan. Sehingga sangat tepat untuk
membudidayakan buah rambutan secara intensif dengan
didukung kondisi alam yang ada. Tertarik untuk
membudidayakan? Silakan coba…

III - 128
4. Durian (Durio, spp.)
Mengenal durian
Durian merupakan tanaman buah
berupa pohon yang memiliki buah
yang kulitnya berduri tajam.
Tanaman durian berasal dari hutan
Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan
yang berupa tanaman liar.
Penyebaran durian ke arah Barat
adalah ke Thailand, Birma, India dan Pakistan. Buah durian
sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad 7 M. Nama lain
durian adalah duren (Jawa, Gayo), duriang (Manado), dulian
(Toraja), rulen (Seram Timur).

Apa saja manfaat durian?


Manfaat durian selain sebagai makanan buah segar dan olahan
lainnya, terdapat manfaat dari bagian lainnya, yaitu:
1. Pohon durian dapat dijadikan tanaman pencegah erosi,
terutama pada lahan-lahan yang relatif miring.
2. Batangnya dapat digunakan sebagai bangunan atau perkakas
rumah tangga.
3. Bijinya yang memiliki kandungan pati cukup tinggi,
berpotensi sebagai alternatif pengganti makanan (dapat
dibuat bubur yang dicampur daging buahnya).
4. Kulitnya dipakai sebagai bahan abu gosok yang bagus,
dengan cara dijemur sampai kering dan dibakar sampai
hancur.

Apa saja syarat tumbuhnya?


Ada beberap hal yang perlu diperhatikan sebelum proses
pembudidayaan durian, yaitu:

III - 129
1. Iklim
a. Curah hujan untuk tanaman durian maksimum 3000-
3500 mm/tahun dan minimal 1500-3000 mm/tahun.
Curah hujan merata sepanjang tahun, dengan kemarau
1 2 bulan sebelum berbunga lebih baik daripada hujan
terus menerus.
b. Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan durian
adalah 60-80%. Sewaktu masih kecil (baru ditanam di
kebun), tanaman durian tidak tahan terik sinar matahari
di musim kemarau, sehingga bibit harus
dilindungi/dinaungi.
c. Tanaman durian cocok pada suhu rata-rata 20°C-30°C.
Pada suhu 15°C durian dapat tumbuh tetapi
pertumbuhan tidak optimal. Bila suhu mencapai 35°C
daun akan terbakar.

2. Media Tanam
a. Durian perlu tanah yang subur atau kaya bahan
organik.
b. Tanah yang cocok untuk durian adalah jenis tanah
grumosol dan ondosol. Tanah yang memiliki ciri-ciri
warna hitam keabu-abuan kelam, struktur tanah lapisan
atas bebutir-butir, sedangkan bagian bawah bergumpal,
dan kemampuan mengikat air tinggi.
c. Derajat keasaman tanah yang dikehendaki tanaman
durian adalah (pH) 5-7, dengan pH optimum 6-6,5.
d. Tanaman durian termasuk tanaman tahunan dengan
perakaran dalam. Maka, pohon durian membutuhkan
kandungan air tanah dengan kedalaman yang cukup,
antara 50-150 cm dan 150-200 cm. Jika kedalaman air
tanah terlalu dangkal atau terlalu dalam, rasa buah

III - 130
tidak manis, tanaman akan kekeringan, atau akarnya
busuk akibat selalu tergenang.

3. Ketinggian Tempat
a. Ketinggian tempat untuk bertanam durian tidak boleh
lebih dari 800 m dpl.
b. Tetapi ada juga jenis tanaman durian yang cocok
ditanam di berbagai ketinggian.
c. Penanaman durian pada tanah yang berbukit, atau
kemiringannya kurang dari 15, kurang praktis
dibanding pada lahan yang datar rata.

Bagaimana cara budidaya durian?


Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam budidaya
durian adalah:

1 Pembibitan

1. Persyaratan
Benih
Biji untuk bibit dipilih dari biji yang memenuhi
persyaratan:
a. Asli dari induknya.
b. Segar dan sudah tua.
c. Tidak kisut/berkerut.
d. Tidak terserang hama dan penyakit.

2. Penyiapan
Benih dan Bibit
Perbanyakan.
Pohon durian dapat diperbanyak melalui cara generatif
(dengan biji) maupun secara vegetatif (okulasi, penyusuan

III - 131
atau cangkokan).
a. Pengadaan benih dengan cara generatif.
 Pilihlah biji-biji yang murni dengan terlebih dulu
mencuci biji-biji tersebut agar daging buah yang
masih menempel terlepas.
 Biji yang dipilih dikeringkan pada tempat terbuka,
tidak terkena sinar matahari langsung. Penyimpanan
diusahakan agar tidak berkecambah atau rusak dan
merosot daya tumbuhnya.
 Proses pemasakan biji dilakukan dengan baik,
dengan cara diistirahatkan beberapa saat, dalam
kurun waktu 2-3 minggu sesudah diambil dari
buahnya.
 Setelah itu biji ditanam.

b. Pengadaan bibit dengan cara okulasi.


Persyaratan biji durian yang akan diokulasi berasal dari
biji yang sehat dan tua, dari tanaman induk yang sehat
dan subur, sistem perakaran bagus dan produktif. Biji
yang ditumbuhkan, dipilih yang pertumbuhannya
sempurna.
Setelah umur 8-10 bulan, dapat diokulasi, dengan cara:
 Kulit batang bawah disayat, tepat di atas matanya
(sekitar 1 cm). Pilihlah mata tunas yang berjarak 20
cm dari permukaan tanah.
 Sayatan dibuat melintang, kulit dikupas ke bawah
sepanjang 2-3 cm sehingga mirip lidah. Lalu, kulit
mirip lidah tersebut dipotong menjadi 2/3-nya.
 Sisipan ―mata‖ yang diambil dari pohon induk
untuk batang atas (disayat dibentuk perisai) di
antara kulit.
 Dua minggu setelah okulasi, periksalah apakah
perisai mata tunas berwarna hijau atau tidak. Bila

III - 132
berwarna hijau, berarti okulasi berhasil, jika coklat,
berarti okulasi gagal.

c. Penyusuan
 Model tusuk/susuk
1) Bagian atas tanaman calon batang dibelah setengah
bagian menuju kearah pucuk. Panjang belahan
antara 1-1,5 cm diukur dari pucuk. Tanaman calon
batang bawah sebaiknya memiliki diameter sama
dengan batang atasnya. Tajuk calon batang bawah
dipotong dan dibuang, kemudian disayat sampai
runcing. Bagian yang runcing disisipkan kebelahan
calon batang atas yang telah dipersiapkan. Supaya
calon batang bawah tidak mudah lepas,
sambungannya harus diikat kuatkuat dengan tali
rafia.
2) Selama masa penyusuan batang yang disatukan
tidak boleh bergeser. Sehingga, tanaman batang
bawah harus disangga atau diikat pada tanaman
induk (batang tanaman yang besar) supaya tidak
goyah setelah dilakukan penyambungan.
3) Susuan tersebut harus disiram agar tetap hidup.
Biasanya, setelah 3-6 bulan tanaman tersebut bisa
dipisahkan dari tanaman induknya, tergantung dari
usia batang tanaman yang disusukan. Tanaman
muda yang kayunya belum keras sudah bisa
dipisahkan setelah 3 bulan. Penyambungan model
tusuk atau susuk ini dapat lebih berhasil kalau
diterapkan pada batang tanaman yang masih muda
atau belum berkayu keras.

 Model sayatan
1) Pilih calon batang bawah (bibit) dan calon batang

III - 133
atas dari pohon induk yang sudah berbuah dan
besarnya sama.
2) Kedua batang tersebut disayat sedikit sampai bagian
kayunya. Sayatan pada kedua batang tersebut
diupayakan agar bentuk dan besarnya sama.
3) Setelah kedua batang tersebut disayat, kemudian
kedua batang itu ditempel tepat pada sayatannya
dan diikat sehingga keduanya akan tumbuh
bersama-sama.
4) Setelah 2-3 minggu, sambungan tadi dapat dilihat
hasilnya kalau batang atas dan batang bawah
ternyata bisa tumbuh bersama sama berarti
penyusuan tersebut berhasil.
5) Kalau sambungan berhasil, pucuk batang
bawah dipotong/dibuang, pucuk batang atas
dibiarkan tumbuh subur. Kalau pertumbuhan pucuk
batang atas sudah sempurna, pangkal batang atas
juga dipotong.
6) Maka akan terjadi bibit durian yang batang
bawahnya adalah tanaman biji, sedangkan batang
atas dari ranting/cabang pohon durian dewasa.

d. Cangkokan Batang.
Durian yang dicangkok harus dipilih dari cabang
tanaman yang sehat, subur, cukup usia, pernah
berbuah, memiliki susunan percabangan yang rimbun,
besar cabang tidak lebih besar daripada ibu jari
(diameter=2–2,5 cm), kulit masih hijau kecoklatan.
Waktu mencangkok adalah awal musim hujan
sehingga terhindar dari kekeringan, atau pada musim
kering, tetapi harus disiram secara rutin (2 kali sehari),
pagi dan sore hari.
Adapun tata cara mencangkok adalah sebagai berikut:

III - 134
 Pilih cabang durian sebesar ibu jari dan yang warna
kulitnya 1. masih hijau kecoklatan.
 Sayap kulit cabang tersebut mengelilingi cabang
sehingga kulitnya terlepas.
 Bersihkan lendir dengan cara dikerok kemudian
biarkan kering angin sampai dua hari.
 Bagian bekas sayatan dibungkus dengan media
cangkok (tanah, serabut gambut, mos).
 Jika menggunakan tanah, tambahkan pupuk
kandang/kompos dengan perbandingan 1:1. Media
cangkok dibungkus dengan plastik/sabut
kelapa/bahan lain, kedua ujungnya diikat agar
media tidak jatuh.
 Sekitar 2-5 bulan, akar cangkokan akan keluar
menembus pembungkus cangkokan. Jika akar sudah
cukup banyak, cangkokan bisa dipotong dan
ditanam di keranjang persemaian berisi media tanah
yang subur.

3. Teknik penyemaian dan Pemeliharaan


a. Bibit durian sebaiknya tidak ditanam langsung di
lapangan, tetapi disemaikan terlebih dahulu ditempat
persemaian. Biji durian yang sudah dibersihkan dari
daging buah dikering-anginkan sampai kering tidak ada
air yang menempel. Biji dikecambahkan dahulu
sebelum ditanam di persemaian atau langsung ditanam
di polibag. Caranya biji dideder di plastik/anyaman
bambu/kotak, dengan media tanah dan pasir
perbandingan 1:1 yang diaduk merata. Ketebalan
lapisan tanah sekitar 2 kali besar biji (6-8 cm),
kemudian media tanam tadi disiram tetapi (tidak boleh
terlalu basah), suhu media diupayakan cukup lembab

III - 135
(20°C-23°C).
b. Biji ditanam dengan posisi miring tertelungkup (bagian
calon akar tunggang menempel ke tanah), dan sebagian
masih kelihatan di atas permukaan tanah (3/4 bagian
masih harus kelihatan). Jarak antara biji satu dengan
lainnya adalah 2 cm membujur dan 4-5 cm melintang.
c. Setelah biji dibenamkan, kemudian disemprot dengan
larutan fungisida, kemudian kotak sebelah atas ditutup
plastik supaya kelembabannya stabil.
d. Setelah 2-3 minggu biji akan mengeluarkan akar
dengan tudung akar langsung masuk ke dalam media
yang panjangnya ± 3-5 cm. Saat itu tutup plastik sudah
bisa dibuka.
e. Selanjutnya, biji-biji yang sudah besar siap dibesarkan
di persemaian pembesar atau polibag.

3. Pemindahan
Bibit
Bibit yang akan ditanam di lapangan sebaiknya sudah
tumbuh setinggi 75-150 cm atau berumur 7 – 9 bulan
setelah diokulasi, kondisinya sehat dan pertumbuhannya
bagus. Hal ini tercermin dari pertumbuhan batang yang
kokoh, perakarannya banyak dan kuat, juga adanya
helaian daun dekat pucuk tanaman yang telah menebal
dan warnanya hijau tua.

4. Pengolahan Media Tanam


a. Persiapan
 Penanaman durian, perlu perencanaan yang cermat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pengukuran
pH tanah, analisis tanah, penetapan waktu/jadwal
tanam, pengairan, penetapan luas areal penanaman,

III - 136
pengaturan volume produksi.

b. Pembukaan
Lahan
 Pembersihan dan pengolahan lahan dilakukan
beberapa minggu sebelum penanaman bibit
berlangsung. Batu-batu besar, alang alang, pokok-
pokok batang pohon sisa penebangan disingkirkan.
Perlu dibersihkan dari tanaman liar yang akan
menganggu pertumbuhan.

c. Pembentuka
n Bedengan
 Tanah untuk bedengan pembesaran harus dicangkul
dulu sedalam 30 cm hingga menjadi gembur,
kemudian dicampur dengan pasir dan kompos yang
sudah jadi. Untuk ukuran bedengan lebar 1 m
panjang 2 m, diberi 5 kg pasir dan 5 kg pupuk
kompos.
 Setelah tanah, pasir dan kompos tercampur merata
dan dibiarkan selama 1 minggu. Pada saat itu juga
tanah disemprot Vapan/Basamid untuk mencegah
serangan jamur/bakteri pembusuk jamur. Di
sekeliling bedengan, perlu dibuatkan saluran untuk
penampung air. Jika bedengan sudah siap, biji yang
telah tumbuh akarnya tadi segera ditanam dengan
jarak tanam 20 x 30 cm.
 Penanaman biji durian dilakukan dengan cara
dibuatkan lubang tanam sebesar biji dan
kedalamannya sesuai dengan panjang akar masing-
masing. Setelah biji tertanam semua, bagian
permukaan bedengan ditaburi pasir yang dicampur
dengan tanah halus (hasil ayakan) setebal 5 cm.

III - 137
d. Pengapuran
 Keadaan tanah yang kurang subur, misalnya tanah
podzolik (merah kuning) dan latosol (merah-
coklatkuning), yang cenderung memiliki pH 5 - 6
dan penyusunannya kurang seimbang antara
kandungan pasir, liat dan debu, dapat diatasi dengan
pengapuran. Sebaiknya dilakukan menjelang musim
kemarau, dengan kapur pertanian yang memiliki
kadar CaCO3 sampai 90%. Dua sampai 4 minggu
sebelum pengapuran, sebaiknya tanah dipupuk dulu
dan dilsiram 4-5 kali,
 Untuk mencegah kekurangan unsur Mg dalam
tanah, sebaiknya dua minggu setelah pengapuran,
segera ditambah dolomit.

B. Penanaman dan Pemeliharaan

1. Penentuan Pola Tanaman


a. Jarak tanam sangat tergantung pada jenis dan
kesuburan tanah, kultivar durian, serta sistem
budidaya yang diterapkan. Untuk kultivar durian
berumur genjah, jarak tanam: 10 m x 10 m.
b. Sedangkan kultivar durian berumur sedang dan
dalam jarak tanam 12 m x 12 m. Intensifikasi kebun
durian, terutama waktu bibit durian masih kecil
(berumur kurang dari 6 tahun), dapat diupayakan
dengan budidaya tumpangsari. Berbagai budidaya
tumpangsari yang biasa dilakukan yakni dengan
tanaman horti (lombok, tomat, terong dan tanaman
pangan: padi gogo, kedelai, kacang tanah dan ubi
jalar.

III - 138
2. Pembuatan Lubang Tanam
a. Pengolahan tanah terutama dilakukan di lubang
yang akan digunakan untuk menanam bibit durian.
Lubang tanam dipersiapkan 1 m x 1 m x 1 m. Saat
menggali lubang, tanah galian dibagi menjadi dua.
b. Sebelah atas dikumpulkan di kiri lubang, tanah
galian sebelah bawah dikumpulkan di kanan lubang.
c. Lubang tanam dibiarkan kering terangin-angin
selama ± 1 minggu, lalu lubang tanam ditutup
kembali.
d. Tanah galian bagian atas lebih dahulu dimasukkan
setelah dicampur pupuk kompos 35 kg/lubang,
diikuti oleh tanah bagian bawah yang telah
dicampur 35 kg pupuk kandang dan 1 kg fospat.
e. Untuk menghindari gangguan rayap, semut dan
hama lainnya dapat dicampurkan insektisida butiran
seperti Furadan 3 G. Selanjutnya lubang tanam diisi
penuh sampai tampak membukit setinggi 20-30 cm
dari permukaan tanah. Tanah tidak perlu
dipadatkan. Penutupan lubang sebaiknya dilakukan
7-15 hari sebelum penanaman bibit.

3. Cara Penanaman:
a. Bibit yang akan ditanam sebaiknya tumbuh 75-150
cm, kondisinya sehat dan pertumbuhannya bagus,
yang tercermin dari batang yang kokoh dan
perakaran yang banyak serta kuat.
b. Lubang tanam yang tertutup tanah digali kembali
dengan ukuran yang lebih kecil, sebesar gumpalan
tanah yang membungkus akar bibit durian. Setelah
lubang tersedia, dilakukan penanaman dengan cara
sebagai berikut :
 Polybag atau kantong pembungkus bibit dilepas

III - 139
(sisinya digunting atau diiris hati-hati)
 Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam sampai
batas leher,
 Tutuplah lubang dengan tanah galian. Pada sisi
tanaman diberi ajir agar pertumbuhan tanaman
tegak ke atas sesuai arah ajir.
 Pangkal bibit ditutup rumput/jerami kering sebagai
mulsa, lalu disiram air.
 Di atas bibit dapat dibangun naungan dari rumbia
atau bahan lain. Naungan ini untuk melindungi
tanaman agar tidak layu atau kering tersengat sinar
matahari.

4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penjarangan
dan
Penyulaman
 Penjarangan buah bertujuan untuk mencegah
kematian durian agar tidak menghabiskan energinya
untuk proses pembuahan. Penjarangan berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup, rasa buah, ukuran
buah dan frekuensi pembuahan setiap tahunnya.
Penjarangan dilakukan bersamaan dengan proses
pengguguran bunga, begitu gugur bunga selesai,
besoknya harus dilakukan penjarangan (tidak boleh
ditunda-tunda).
 Penjarangan dapat dilakukan dengan
menyemprotkan hormon tertentu (Auxin) pada saat
bunga atau bakal buah baru berumur sebulan. Pada
saat itu sebagian bunga sudah terbuka dan sudah
dibuahi. Ketika hormon disemprotkan, bunga yang
telah dibuahi akan tetap meneruskan pembuahannya
sedangkan bunga yang belum sempat dibuahi akan

III - 140
mati dengan sendirinya. Jumlah buah durian yang
dijarangkan ± 50-60% dari seluruh buah yang ada.

b. Penyiangan.
Untuk menghindari persaingan antara tanaman dan
rumput disekeliling selama pertumbuhan, perlu
dilakukan penyiangan (.... diameter 1 m dari pohon
durian).

c. Pemangkasan atau Perempelan


1) Akar durian
Pemotongan akar akan menghambat
pertumbuhan vegetatif tanaman sampai 40%
selama ± 1 musim. Selama itu pula tanaman
tidak dipangkas. Pemangkasan akar selain
membuat tanaman menjadi cepat berbuah juga
meningkatkan kualitas buah, menarik, buah lebih
keras dan lebih tahan lama. Waktu pemotongan
akar paling baik pada saat tanaman mulai
berbunga, paling lambat 2 minggu setelah
berbunga. Jika dilakukan melewati batas, hasil
panen berkurang dan pertumbuhan terhambat.
Cara pemotongan: kedua sisi barisan tanaman
durian diiris sedalam 60-90 cm dan sejauh 1,5-2
meter dari pangkal batang.

2) Peremajaan
Tanaman yang sudah tua dan kurang produktif
perlu diremajakan. Tanaman durian tidak harus
dibongkar sampai ke akar-akarnya, tetapi cukup
dilakukan pemangkasan. Luka pangkasan dibuat
miring supaya air hujan tidak tertahan.Untuk
mencegah terjadinya infeksi batang, bekas luka

III - 141
tersebut dapat diolesi meni atau ditempeli lilin
parafin. Setelah 2-3 minggu dilakukan
pemangkasan (di musim hujan) maka pada
batang tersebut akan tumbuh tunas tunas baru.
Setelah tunas baru mencapai 2 bulan, tunas
tersebut dapat diokulasi. Cara okulasi cabang
sama dengan cara okulasi tanaman muda (bibit).
Tinggi okulasi dari tanah ± 1 - 1,5 m atau 2 - 2,5
m tergantung pada pemotongan batang pokok.
Pemotongan batang pokok tidak boleh terlalu
dekat dengan tanah.

3) Pembentukan tanaman yang terlanjur tua


Dahan-dahan yang akan dibentuk tidak usah
dililiti kawat, tetapi cukup dibanduli atau ditarik
dan dipaksa ke bawah agar pertumbuhan
tanaman tidak mengarah ke atas. Cabang yang
akan dibentuk dibalut dengan kalep agar dahan
tersebut tidak terluka.

Balutan kalep tadi diberi tali, kemudian ditarik


dan diikat dengan pasak. Dengan demikian,
dahan yang tadinya tumbuh tegak ke atas akan
tumbuh ke bawah mengarah horizontal.

C. Pemupukan
Langkah-langkah pemupukan adalah:
a. Sebelum pemupukan, periksa dulu keadaan tanah,
kebutuhan tanaman akan pupuk dan unsur hara
yang terkandung dalam tanah. Sebaiknya
pemupukan dilakukan dengan pupuk kompos.
b. Pada tahap awal buatlah selokan melingkari
tanaman. Garis tengah selokan disesuaikan dengan

III - 142
lebarnya tajuk pohon. Kedalaman selokan dibuat
20-30 cm. Tanah cangkulan disisihkan di
pinggirnya.
c. Sesudah pupuk disebarkan secara merata ke dalam
selokan, tanah tadi dikembalikan untuk menutup
selokan.
d. Setelah itu tanah diratakan kembali, bila tanah
dalam keadaan kering segera lakukan penyiraman.

III - 143
Panduan No. 3
KEGIATAN DI
WILAYAH PESISIR

III - 144
Bagian Pertama
Melestarikan Lingkungan Pesisir
Apa itu wilayah pesisir?

Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan


terbesar di dunia dengan luas perairan laut, termasuk zona
ekonomi eksklusif (ZEE), sekitar 5.8 juta kilometer persegi
atau 75% dari total wilayah Indonesia. Wilayah laut
tersebut ditaburi lebih dari 17.500 pulau dan dikelilingi
garis pantai sepanjang 81.000 km yang merupakan
terpanjang di dunia setelah Kanada. Dari panjang pantai
tersebut, sekitar 1.2 juta Ha di antaranya berpotensi sebagai
lahan tambak, meski yang baru dimanfaatkan sebagai
tambak udang baru sekitar 300.000 Ha. (Dahuri, 2005
dalam Yushinta Fujaya Muskar, 2007).

III - 145
Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara
darat dan laut. Ke arah darat meliputi bagian daratan, baik
kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifat-
sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan
air asin. Sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang
masih dipengaruhi proses-proses alami yang terjadi di
darat, seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun
yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto, 1976;
Dahuri et al, 2001). Hutan mangrove, padang lamun dan
terumbu karang adalah habitat yang menjadi bagian dari
ekosistem pesisir.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan


Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum
Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, Wilayah Pesisir
didefinisikan sebagai: wilayah peralihan antara ekosistem
darat dan laut yang saling berinteraksi, di mana ke arah laut
12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari
wilayah laut itu (kewenangan propinsi) untuk
kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi
kabupaten/kota.

Kerusakan lingkungan di wilayah pesisir


Sayangnya, kekayaan alam laut dan pesisir Indonesia yang
berlimpah tersebut terus mengalami kerusakan. Di daratan,
hutan-hutan alami yang berfungsi sebagai pengatur tata air
terus ditebangi. Di pesisir, hutan mangrove dan terumbu
karang juga mengalami nasib yang sama. Kerusakan

III - 146
tersebut tak hanya mengganggu ekosistem pesisir, tapi juga
akan mengurangi sumber pendapatan ekonomi masyarakat
di sekitarnya, bahkan bagi perekonomian di Indonesia
secara luas.

Menurut M. Kasim (2008), kegiatan yang dapat merusak


sumberdaya pesisir dan laut di antaranya adalah:
 Kegiatan reklamasi (penimbunan) pantai yang dapat
membunuh jutaan bibit ikan dan hewan laut ekonomis
sebagai akibat penimbunan ekosistem lamun. Ekosistem
lamun merupakan daerah pembesaran bagi ikan-ikan kecil
dan hewan laut lainnya karena menyimpan berjuta makanan
yang sangat sesuai untuk ikan-ikan kecil dan hewan
ekonomis lainnya.
 Konversi atau perubahan fungsi hutan mangrove menjadi
lokasi pertambakan dan pemukiman. Kegiatan ini telah
menyebabkan penyusutan luas hutan mangrove hingga
ribuan hektar di seluruh kawasan timur Indonesia. Mangrove
juga terganggu oleh penebangan untuk berbagai keperluan,
serta pembuangan sampah dan limbah.
 Penggunaan bom dan bahan beracun seperti sianida untuk
menangkap ikan. Sampai tahun 2007 kerusakan terumbu
karang akibat penangkapan ikan dengan bom dan racun telah
mencapai 70 % dari total luas terumbu karang Indonesia,
terutama yang ada di wilayah timur Indonesia. Penambangan
batu karang untuk bahan bangunan, pencemaran laut, atau
penempatan jangkar juga telah menimbulkan kerusakan pada
terumbu karang.
Apa saja yang dapat dilakukan masyarakat?
Masyarakat dapat melakukan berbagai kegiatan secara bersama,
seperti penanaman kembali hutan mangrove, melakukan

III - 147
budidaya hasil laut secara baik untuk mengurangi aktivitas
penangkapan langsung dari alam, serta pemeliharaan dan
pemulihan kondisi terumbu karang. Masyarakat juga dapat
mencegah kerusakan dengan mengurangi segala kegiatan yang
dapat merusak lingkungan pesisir.
Di bagian ini akan disampaikan sebagian dari kegiatan-kegiatan
yang dapat dilakukan oleh masyarakat di wilayah pesisir.
Kegiatan-kegiatan tersebut, selain dapat menjadi peluang
ekonomi, juga dapat bermanfaat bagi pelestarian lingkungan
pesisir.

III - 148
Bagian Kedua
Menanam Mangrove

Mangrove di Indonesia
Indonesia dikaruniai kawasan mangrove yang sangat luas, yaitu
sekitar 3,7 juta hektar. Kawasan mangrove tersebut tersebar di
pesisir-pesisir Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, hingga Papua.
Tetapi, kegiatan pembangunan di wilayah pesisir telah
mengurangi luas hutan mangrove di Indonesia. Penyebabnya
antara lain adalah: pembukaan lahan atau konversi hutan menjadi
kawasan pertambakan, permukiman, industri dan lain-lain.
Selain konversi, kerusakan hutan mangrove juga terjadi akibat
pemanfaatan yang intensif untuk kayu bakar, bahan bangunan,
pemanfaatan daun mangrove sebagai makanan ternak, serta

III - 149
penambangan pasir laut di sepanjang pantai bagian depan
kawasan mangrove.

Beberapa data menunjukkan bahwa kerusakan dan penyusutan


luas hutan mangrove Indonesia terus terjadi. Pada tahun 1982
Indonesia masih memiliki 5.209.543 ha hutan mangrove, namun
di tahun 1992 jumlahnya telah menjadi 2.496.185 ha. Pada tahun
1985, pulau Jawa telah kehilangan 70% hutan mangrovenya.
Luas hutan mangrove di Sulawesi Selatan berkurang dari
110.000 ha pada tahun 1965 menjadi 30.000 ha pada tahun1985.
Sedangkan Teluk Bintuni (Papua) masih terdapat 300.000 ha
mangrove, namun kini terus menerus mengalami tekanan,
sebagaimana terjadi pula di delta Sungai Mahakam dan pesisir
Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.

Apabila tidak ada usaha untuk mencegah kerusakan, serta tak


ada usaha untuk mengembalikan kondisi hutan mangrove, maka
lingkungan pesisir Indonesia akan semakin mengkhawatirkan
bagi kehidupan. Bahkan, perekonomian penduduk pesisir yang
bergantung pada ekosistem mangrove juga akan semakin sulit.
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat untuk
melestarikan mangrove adalah melalui penanaman atau
rehabilitasi mangrove.

Apa itu mangrove?


Mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis atau areal
sub-tropis beserta seluruh organisme yang didominasi oleh
bebeapa pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang
di daerah pasang surut pantai berlumpur. Mangrove juga tumbuh
subur di sepanjang delta, estuaria dan coastal lagoon (danau di
pinggir laut) yang dilindungi oleh batu karang, tumpukan pasir
atau struktur lain dari gelombang dan pasang air laut.

III - 150
Ciri-ciri lingkungan hutan mangrove:
 Tumbuh pada daerah yang memiliki jenis tanah
berlumpur, berlempung atau berpasir
 Tergenang air laut atau air payau secara teratur,
 Terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut
yang kuat.

Manfaat mangrove:
 Peredam gelombang dan badai, pelindung abrasi, serta
penahan lumpur dan sedimen,
 Menghasilkan serat untuk keset dan bahan bangunan
(kayu),
 Menyediakan bahan baku untuk makanan, minuman,
obat-obatan dan kosmetik.
 Menghasilkan bahan kimia: arang dan coal tar, bahan
pewarna kain, rotenone (bahan semacam racun yang
digunakan untuk membunuh ikan hama atau ikan lain
yang tidak dikehendaki), tanin, flavonoid (senyawa yang
dapat mencegah serangan jantung dan kanker), gula
alkohol, asam asetat, dll.
 Menghasilkan madu, kepiting, udang, tiram, kerang-
kerangan dan ikan serta makanan bagi binatang.
Mangrove juga merupakan tempat terbaik bagi budidaya
ikan air payau dalam karamba.
 Memberikan tempat tumbuh untuk udang dan ikan yang
bermigrasi ke area mangrove ketika muda, dan kembali
ke laut ketika mendekati usia matang seksual. Selain itu
udang karang dan ikan yang bereproduksi di hulu sungai
(freshwater upstream) dan bermigrasi pada masa

III - 151
mudanya karena makanan berlimpah di daerah
mangrove.
 Sebagai tempat wisata.

Beberapa cara untuk melindungi mangrove:


 Tidak menggunakan areal mangrove sebagai tempat
pembuangan sampah,
 Tidak membendung anak sungai dan sungai di area
mangrove,
 Pembuatan karamba dengan struktur yang baik, sehingga
tidak mengganggu aliran air, rute migrasi binatang air
dan ekosistem mangrove,
 Membangun jalan air (walkways) yang tinggi dan rumah
pohon di area mangrove, membuat jalur lintasan perahu
(boat trip) secara terbatas.
 Membiarkan air tidal (pasang) bebas bergerak ketika
membangun jalan menuju garis pantai,
 Menggunakan metode tradisional dan mengobservasi
kearifan lokal yang berkaitan dengan pemanfaatan dan
perlindungan mangrove.
 Membantu proses pertumbuhan ekosistem dengan
membangun groins dan bukan tembok laut (sea wall),
 Bekerjasama dengan ahli biologi untuk kegiatan yang
berkaitan dengan silvikultur dan aquakultur, serta
pengembangan genetika tumbuhan.
 Bekerjasama dengan industri pariwisata untuk
mengembangkan taman laut, perlindungan biosfer laut
dan promosi wisata kebudayaan.
 Menyediakan silent boating pada saat matahari
tenggelam dan malam hari,

III - 152
 Lautan tropis sangat jernih. Oleh karena itu hanya ada
sedikit plankton untuk makanan ikan, kepiting dan
udang. Ekosistem mangrove memiliki produktivitas
unsur organik yang lebih tinggi dari produktivitas di
lautan dan batu karang.

A. Persemaian dan Pembibitan Mangrove

1. Pengumpulan Buah
Sebelum melakukan persemaian, lakukanlah pengumpulan buah
mangrove terlebih dahulu untuk dijadikan bibit tanaman
mangrove.

Beberapa buah mangrove: (a) bakau besar/laki (R.


mucronata), (b) tumu/ tanjang/bius (B. gymnorrhiza), (c)
bakau kecil/bini (R. apiculata), (d) api-api (Avicennia sp.),
(e) pedada (Sonneratia sp.).
Sumber : M. Khazali

a b c d e

2. Penyiapan bibit
• bibit mangrove diusahakan berasal dari lokasi setempat atau
lokasi terdekat
• bibit mangrove disesuaikan dengan kondisi tanahnya
• persemaian dilakukan di lokasi tanam untuk penyesuaian
dengan lingkungan setempat

III - 153
3. Pemilihan bibit mangrove
Penanaman mangrove dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
menanam langsung buahnya, cara ini memiliki tingkat
keberhasilan antara 20-30%. Cara lain adalah melalui
persemaian bibit, dengan tingkat keberhasilan antara 60-80%.

Untuk memperoleh bibit mangrove yang baik, pengumpulan


buah (propagule) dapat dilakukan antara bulan September
hingga bulan Maret, dengan karakteristik sebagai berikut
berdasarkan jenis tanaman mangrove:
a. Bakau (Rhizophora spp.), buah sebaiknya dipilih dari
pohon yang telah berusia di atas 10 tahun, buah yang
baik dicirikan oleh hampir lepasnya bonggol buah dan
batang buah, ciri buah yang sudah matang untuk jenis:
 bakau besar (Rhizophora mucronata): warna buah
hijau tua atau kecoklatan dengan kotiledon (cincin)
berwarna kuning
 bakau kecil (Rhizophora apiculata): warna buah
hijau kecoklatan dan warna kotiledon merah.
b. Tancang (Bruguiera spp.), buah dipilih dari pohon yang
berumur antara 5-10 tahun, ciri buah yang matang:
batang buah hampir lepas dari bonggolnya
c. Api-api (Avicennia spp.), bogem (Sonneratia spp.) dan
bolicella (Xylocarpus granatum)
 ciri buah yang matang:
warna kecoklatan, agak
ketas dan bebas dari
hama penggerek
 lebih baik buah yang
sudah jatuh dari pohon

III - 154
4. Persemaian bibit mangrove
a. Pemilihan tempat:
 lahan yang lapang dan datar,
 dekat dengan lokasi tanam,
 terendam air saat pasang, dengan frekuensi lebih
kurang 20-40 kali/bulan, sehingga tidak memerlukan
penyiraman.

b. Pembuatan bedeng persemaian


 ukuran bedeng disesuaikan dengan kebutuhan,
umumnya berukuran 1 x 5 meter atau 1x10 meter
dengan tinggi 1 meter,
 Bedeng diberi naungan ringan dari daun nipah atau
sejenisnya,
 Media bedengan berasal dari tanah lumpur di
sekitarnya,
 Bedeng berukuran 1 x 5 meter dapat menampung
bibit dalam kantong plastik (10 x 50 cm) atau dalam
botol air mineral bekas (500 ml) sebanyak 1200 unit,
atau 2.250 unit untuk bedeng berukuran 1 x 10 meter.

5. Pembibitan Mangrove
 Buah
disemaikan
langsung ke
kantong-
kantong plastik
atau ke dalam
botol air
mineral bekas yang sudah berisi media tanah.

III - 155
 Sebelum diisi tanah, bagian bawah kantong plastik
atau botol air mineral bekas diberi lubang agar air
yang berlebihan dapat keluar.
 Khusus untuk buah bakau (Rhizopora spp.) dan
tancang (Bruguiera spp.), sebelum disemaikan
sebaiknya disimpan dulu di tempat yang teduh dan
ditutupi dengan karung basah selama 5-7 hari. Hal
ini bermanfaat untuk menghindari batang bibit
dimakan oleh serangga atau ketam pada saat ditanam
nanti.
 Daun akan muncul setelah 20 hari,
 Bibit dapat ditanam di lokasi setelah berumur antara
2-3 bulan.

B. Penanaman Mangrove

1. Lokasi penanaman
mangrove
Lokasi penanaman
mangrove antara lain
adalah:

 Pantai dengan lebar 120 kali rata-rata perbedaan air


pasang tertinggi dan terendah yang diukur dari garis
air surut tersendah ke arah pantai.
 Tepian sungai, selebar 50 meter ke arah kiri dan
kanan tepian sungai yang masih terpengaruh air laut.
 Tanggul, pelataran dan pinggiran saluran air ke
tambak.

III - 156
2. Pemilihan jenis pada setiap tapak/lokasi
 Bakau (Rhizophora spp.) dapat tumbuh dengan baik
pada substrat (tanah) yang berlumpur. Bakau dapat
bertoleransi pada tanah lumpur-berpasir, pantai yang
agak berombak dengan frekuensi genangan 20-40
kali/bulan. Bakau merah (Rhizophora stylosa) dapat
ditanam pada lokasi bersubstrat pasir berkoral.
 Api-api (Avicennia spp.) lebih cocok ditanam pada
substrat pasir berlumpur terutama di bagian terdepan
pantai dengan frekuensi genangan 30-40 kali/bulan.
 Bogem/prapat (Sonneratia spp.) dapat tumbuh
dengan baik di lokasi bersubstrat lumpur atau
lumpur berpasir dari pinggir pantai ke arah darat
dengan frekuensi genangan 30-40 kali/bulan.
 Tancang (Bruguiera gymnorrhiza) .) dapat tumbuh
dengan baik di substrat yang lebih keras, yang
terletak ke arah darat dari garis pantai dengan
frekuensi genangan 30-40 kali/bulan.

3. Persiapan lahan
 Buatlah jalur tanam searah garis pantai dan
bersihkan jalur tanaman sekitar 1 meter dari
tumbuhan liar.
 Pasang ajir dari kayu atau bambu berdiameter 10 cm
secara tegak sedalam 0,5 meter dengan jarak
disesuaikan dengan jarak tanam. Pemasangan ajir
bertujuan untuk mengetahui tempat bibit akan
ditanam, tanda adanya tanaman baru dan
menyeragamkan jarak bibit yang satu dengan
lainnya.

III - 157
4. Cara penanaman

a. Sistem banjar harian


1) Menggunakan benih.
 di dekat ajir, buat lubang tanam pada saat air surut
dengan kedalaman lubang disesuaikan dengan panjang
benih yang akan ditanam. Penanaman benih sebaiknya
sedalam sepertiga panjang benih.
 Benih ditanam secara tegak dengan bakal kecambah
menghadap ke atas.

2) Menggunakan bibit.
 buat lubang di dekat ajir saat air surut dengan ukuran
lebih besar dari ukuran kantong plastik arau botol air
mineral bekas.
 Bibit ditanam secara tegak ke dalam lubang yang telah
dibuat. Lepaskan bibit dari kantong plastik atau botol air
mineral bekas secara hati-hati agar tidak merusak
akarnya.
 Sela-sela lubang di sekeliling bibit ditimbun dengan
tanah sebatas leher akar.

III - 158
3) Jarak tanam,
Jarak tanam bergantung pada tujuan penanaman mangrove.
Bila untuk perlindungan pantai, jarak tanam yang digunakan
adalah 1 x 1 meter. Tetapi bila digunakan untuk produksi
digunakan jarak 2 x 2 meter.

4) jenis tanaman mangrove.


Jenis yang ditanam disesuaikan dengan zonasi atau tujuan
penanaman di lokasi tersebut. Bila untuk menahan abrasi,
gunakan jenis bakau. Namun bila untuk penghijauan, cukup
tanam jenis api-api.

b. Sistem wanamina
1) Pada prinsipnya sistem wanamina sama dengan penanaman
mangrove sistem banjar harian. Bedaannya, pada sistem
wanamina dibuatkan tambak/kolam dan saluran air untuk
budidaya perikanan (ikan, udang, dll), sehingga ada
perpaduan antara tanaman mangrove (wana) dan budidaya
perikanan (mina).
2) Secara umum ada 3 pola wanamina, yaitu:
 Wanamina pola empang parit. Lahan untuk hutan
mangrove dan empang masih menjadi satu hamparan
yang diatur oleh satu pintu air.
 Wanamina pola empang parit yang disempurnakan.
Lahan untuk hutan mangrove dan empang diatur oleh
saluran air yang terpisah.
 Wanamina pola komplangan. Lahan untuk hutan
mangrove dan empang terpisah dalam dua hamparan
yang diatur oleh saluran air dengan dua pintu yang
terpisah untuk hutan mangrove dan empang.

III - 159
5. Cara penanaman khusus
Jika lokasi penanaman berombak besar, maka perlu dilakukan
cara penanaman yang berbeda, yaitu dengan:

a. Bantuan batang bambu,


 Untuk lokasi ini ditanam jenis Rhizophora spp.
 Pancangkan bambu sedalam 50 cm pada titik tanam,
kemudian tanam bibit di sebelahnya dan ikatkan
batangnya pada bambu dengan tali rafia.

b. Penggunaan buis beton atau bambu,


 Pilih buis beton atau bambu dengan garis tengah 30 cm
dan panjang 1 meter.
 Pancangkan buis beton atau bambu ke titik tanam
sedalam 50 cm. Isi dengan lumpur.
 Tanam bibit ke dalam buis beton atau bambu tesebut.

C. Pemeliharaan dan Perawatan Mangrove

1. Penyiangan dan penyulaman.


Tiga bulan setelah penanaman perlu
dilakukan pemeriksaan untuk
mengetahui tingkat pertumbuhan
tanaman. Apabila ada tanaman yang
mati harus segera disulam (diganti)
dengan tanaman yang baru. Lokasi
penanaman yang agak tinggi atau
frekuensi genangan air pasang
kurang, perlu mendapat perhatian
lebih karena pada lokasi tersebut
biasanya cepat ditumbuhi kembali

III - 160
oleh jenis pakis-pakisan atau piyai (Acrosthicum aureum). Jadi,
ketika piyai sudah terlihat mengganggu pertumbuhan anakan
mangrove, perlu dilakukan penebasan. Kegiatan penyiangan dan
penyulaman dilakukan sampai tanaman berumur 5 tahun.

2. Penjarangan.
Penjarangan dilakukan untuk memberi ruang tumbuh yang ideal
bagi tanaman sehingga pertumbuhan tanaman dapat meningkat
serta pohon dapat tumbuh sehat dan baik. Hasil penjarangan
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku arang, industri
chips/kertas, kayu bakar, atau untuk makanan kambing.

3. Perlindungan dari hama.


Pertumbuhan tanaman mangrove memiliki masa-masa kritis.
Oleh karena itu, perlu dilakukan perlindungan dari hama sejak
masa pembibitan hingga mencapai anakan. Sejak pembibitan
hingga berusia 1 tahun, batang mangove sangat disukai oleh
serangga atau ketam. Biasanya 60-70% mangrove akan mati
sebelum berusia 1 tahun karena digerogoti serangga atau ketam.
Untuk mengatasi hama ini, lakukanlah beberapa cara berikut ini:
a. Pilihlah buah bakau dan tancang yang cukup matang
untuk dijadikan bibit. Tanda-tanda kematangan buah
ditunjukkan oleh keluarnya buah dari tangkai,
b. Simpanlah buah-buah yang telah dipilih di tempat yang
teduh, lalu tutup dengan karung goni setengah basah
selama 5 sampai 7 hari. Cara penyimpanan seperti ini
untuk menghindari serangga yang tertarik dengan bau
atau aroma segar buah mangrove,
c. Setelah itu buah mangrove siap disemai pada kantong
plastik atau botol bekas air mineral, atau dapat pula
ditanam langsung ke lokasi tanam,

III - 161
d. Hama lain yang sering menyerang tanaman mangrove
muda adalah kutu lompat (mealy bug). Kutu lompat
dapat menyebabkan daun mangrove muda berwarna
kuning, kemudian rontok dan tanaman mati. Jika
terdapat tanda-tanda seperti itu, sebaiknya tanaman yang
terserang dimusnahkan agar tidak menyebar pada
tanaman yang lain.

Apa Saja Manfaat Mangrove?


Berikut ini daftar jenis dan manfaat mangrove :
Jenis Bagian yang Manfaat
dimanfaatkan
Rhizopora sp. Batang Bahan bangunan, kayu
(bakau) bakar, arang
Kulit batang Obat sakit perut, diare,
disentri
Kulit akar & getah Anti nyamuk
buah
Rhizopora
mucronata
Buah Minuman
Ceriops sp. Batang Kayu bakar, tanin, bahan
bangunan, bantalan rel
KA
Kulit batang Alat perekat, obat sakit perut,
bahan pewarna batik & tikar
Bruguiera Batang Kayu bakar, bahan
gymnorrhiza perahu, arang, tiang kabel
(tancang) telpon, tanin
Akar muda Sayur
Buah Getah untuk obat mata, bagian
dalam hipokotil dapat dibuat

III - 162
manisan.

Sonneratia sp. Akar Pelampung


(bogem) Batang Perahu, bahan bangunan &
kayu bakar
Daun Pakan ternak
Avicennia sp. Batang Obat jamur mulut, resin
Buah Dibuat minyak gosok untuk
obat bisul dan tumor
Kulit batang Obat parasit kulit & pembalut
luka
Lumnitzera Batang Kayu bangunan & furniture
littorea
Daun Menghilangkan jamur mulut
Heritiera Batang Perahu, papan, kayu bakar
littoralis
Buah Obat diare & disentri
Xylocarpus Batang Papan, perabot, pensil, tanin
granatum
(bolicella)
Minyak biji Rambut & minyak bakar
Kulit batang Obat kolera
Akar Bahan ukiran
Nypa fruticans Daun Anyaman
(bnipah) Daun muda Pembalut rokok
Nira Gula & alkohol
Acanthus Buah Ditumbuk untuk pembersih
ilicifolius darah
Minyak buah Obat luka bakar & gigitan ular

Daun Obat rematik, makanan ternak

Biji Obat cacing

III - 163
Excoecaria Batang Bahan kertas, kayu peti
agallocha
Getah buah Racun ikan
Akar Obat sakit gigi &
pembengkakan
Aegiceras Kulit batang Racun ikan
corniculatum Kayu Arang

III - 164
Bagian Ketiga
Budidaya kepiting

Kepiting Mangrove
Kepiting mangrove telah menjadi
komoditas perikanan bernilai ekonomis
tinggi. . Produksi kepiting mangrove di
Indonesia selama ini masih sangat
mengandalkan hasil penangkapan
langsung di alam, sedangkan hasil
budidaya masih kecil jumlahnya.
Kegiatan budidaya yang sudah dikembangkan saat ini
dilakukan di beberapa daerah di Sulawesi Selatan.

Bagaimana dengan di Sulawesi Utara? Apakah memungkinkan


melakukan budidaya kepiting mangrove? Tentunya hal ini bisa
menjadi peluang pengembangan ke depannya. Beberapa tahun
belakangan ini, permintaan pasar terhadap kepiting mangrove
meningkat. Hal ini merupakan tantangan bagaimana
meningkatkan produksi secara berkesinambungan. Untuk itu
perlu ada usaha budidaya kepiting mangrove yang mempunyai
nilai ekonomis tinggi. Usaha budidaya kepiting mangrove perlu
didukung oleh tersedianya lahan yang baik dan kemampuan
pengelolaan secara teknis..

III - 165
Jenis Kepiting Mangrove
Ada beberapa jenis kepiting mangrove yang memiliki nilai
ekonomi di pasaran, di antaranya adalah:
1. Scylla oceanica. Kepiting ini berwarna kehijauan dan
terdapat garis berwarna coklat pada hampir seluruh
bagian tubuhnya selain bagian perut.
2. Scylla serrata. Kepiting jenis ini memiliki ciri warna
keabu-abuan sampai warna hijau kemerah-merahan.
3. Scylla tranquebarica. Kepiting jenis ini memiliki
warna kehijauan sampai kehitaman dengan sedikit
garis berwarna coklat pada kaki renangnya.

Meskipun jenis Scylla serrata memiliki ukuran lebih kecil


dibanding dua jenis lainnya, namun dari segi harga dan
peminatnya, kepiting jenis ini justru lebih tinggi.

Sifat dan siklus hidup kepiting


Sifat umum dari kepiting yang bisa diamati antara lain:
1. Kanibalisme dan saling menyerang. Sifat kanibalisme
ini paling banyak ditemukan pada kepiting jantan.
Disarankan untuk melakukan budidaya monosex atau
satu jenis kelamin agar memberikan kelangsungan
hidup lebih baik.
2. Suka berendam di dalam lumpur atau sering ditemui
membuat lubang pada dinding atau pematang tambak
pemeliharaan.
3. Sifat fisik dapat ditemui dengan adanya pergantian
kulit (molting) yang juga merupakan sifat dari hewan
crustacean.

III - 166
Bila kondisi ekologi mendukung, kepiting dapat bertahan hidup
hingga mencapi umur 3 – 4 tahun. Sementara itu pada umur 12 -
14 bulan kepiting sudah dianggap dewasa dan dapat dipijahkan.
Sekali memijah, kepiting bisa menghasilkan jutaan telur
tergantung ukuran induk. Telur kepiting yang telah dibuahi akan
menetas melalui beberapa fase, yaitu fase zoea, megalops dan
kepiting muda yang akhirnya menjadi kepiting dewasa. Selama
masa pertumbuhannya, kepiting akan mengalami pergantian
kulit (molting) antara 17 - 20 kali, tergantung kondisi lingkungan
dan pakan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan. Proses
pergantian kulit pada fase zoea berlangsung lebih cepat yaitu
sekitar 3 - 4 hari, sedangkan pada fase megalops proses dan
interval pergantian kulit berlangsung relatif lama yaitu setiap 15
hari. Setiap pergantian kulit, tubuh kepiting akan bertambah
besar sekitar 1/3 kali ukuran semula dan panjang carapace
(karapas) meningkat antara 5 - 10 mm pada kepiting dewasa.
Kepiting dewasa yang berumur 12 bulan memiliki lebar
carapace sekitar 17 cm dan berat sekitar 200 g.

Bagaimana cara budidaya kepiting mangrove?

1. Memilih dan prasyarat lokasi budidaya

Penting untuk diingat , sebelum melakukan budidaya pilihlah


lokasi yang tepat. Pemilihan lokasi merupakan tahap awal yang
harus dilakukan secara cermat karena akan menentukan tingkat
keberhasilan usaha budidaya selanjutnya. Pemilihan lokasi yang
salah dapat mengakibatkan kegagalan, biaya investasi dan biaya
operasional yang tinggi sehingga tidak menguntungkan.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi


antara lain:

III - 167
 Faktor tanah, yaitu tekstur tanah liat berpasir, liat berlempung
sehingga mudah untuk konstruksi, tidak mudah bocor atau
porous, bukan tanah gambut dan masam, dengan tingkat
kesuburan yang cukup.
 Faktor iklim, yang meliputi curah hujan, suhu, angin dan
berkaitan dengan gelombang atau ombak besar perlu
diperhatikan. Perbedaan musim hujan dan kemarau yang
sangat tegas dan panjang akan mengakibatkan kendala
fluktuasi salinitas, bahaya banjir dan erosi dan abrasi pantai
sehingga air menjadi keruh. Informasi rinci mengenai iklim
penting untuk memperhatikan pola tanam.
 Topografi yang relatif datar dan pondasi pantai stabil
merupakan tempat yang ideal.
 Air irigasi, yang ideal adalah air irigasi dapat diperoleh secara
cukup mutu dan jumlah setiap diperlukan, baik air tawar
maupun air laut.
 Kadar garam berkisar antara 10-35 permil, pH 6.5 - 8.5,
kandungan oksigen terlarut lebih dari 4 ppm, air bersih dan
bebas cemaran, sirkulasi air cukup dengan fluktuasi pasang
surut berkisar antara 1.5 - 2 m, terlindung dari ombak dan
arus deras serta bebas banjir.

2. Desain, tata letak, dan konstruksi tambak

III - 168
Ukuran dan tata letak petakan budidaya disesuaikan dengan pola
budidaya yang akan ditetapkan. Tambak pembesaran secara
sederhana untuk polikultur dengan bandeng bisa berukuran antar
1–2 ha, untuk pembesaran monokultur memiliki ukuran antara
0,5-1 ha, dan untuk penggemukan atau produksi kepiting bertelur
berukuran antara 0,01-0,05 ha. Oleh karena itu usaha budidaya
penggemukan dan produksi kepiting bertelur dapat pula
memanfaatkan genangan air saluran, yaitu lahan mangrove yang
cukup mendapat penggantian air dan tidak kering saat surut
terendah.

Desain dapat dilihat di


bawah ini :
K = Kurungan bambu untuk penggemukan/
produksi kepiting bertelur
P = Petak pembesaran (monkultur atau
polikultur dengan bandeng)

G = Gundukan tanah tempat kepiting kondisi


”rest”air tidak mendukung
* = Beberapa tanamanmangrove
P = Petak pembesaran (mono/ polikultur)

PT = Petak peneluran secara intensif


PG = Petak penggemukan intensif
S = Penampung air dan dialirkan kedalam
masing-masing petak konstruksi beton

P = Sistimbaterai untuk produksi kepiting


ertelur.
(D) = Masing-masing petak berisi 1 ekor (16
ekor/m2)
P = - Ukuran petak 25x25 cm, dengan
pelampung bambu.
- P = pelampung bambu utuh

S = Pada lahan mangrove dengan parit untuk


mempertahankan air pada saat surut
rendah
P = Pagar bambu
x = bakau

P - Pagar bambu di tempat yang tidak P


kering waktu surut

Sumber : Nur Ansari Rangka, Neptunus, Vol.


III - 169
14, No. 1, Juli 2007: 90 - 100
3. Membuat tambak
Setelah lokasi dipilih, langkah selanjutnya adalah
mempertimbangkan pembuatan tambak, kemudian kualitas air
dan juga pakan. Kebiasaan yang perlu diperhatikan juga adalah
mutu dari konstruksi tambak itu sendiri agar kepiting tidak lepas
karena kebiasaan kepiting yang membuat lubang seperti
disebutkan di atas. Pada kondisi tersebut konstruksi pematang
dan pintu air perlu diperhatikan secermat mungkin. Pada
pematang dapat dipasang pagar kere bambu atau dari waring, hal
ini akan mengurangi kemungkinan lolosnya kepiting. Biasanya
dilakukan dengan pembuatan pagar dari bambu di pinggiran
tambak/pematang selebar 2-4 m, kemudian di atas pematang
bagian pinggir ditambah timbunan dengan ketinggian sekitar 60
cm. Hal lain disesuaikan dengan kondisi dan sifat fisik tanah
pada tambak jika diperlukan penguatan pada pematang.

Sebelum dilepas pada tambak yang besar, dibuat terlebih


pembibitan kepiting. Pembibitan sebaiknya dibangun di daerah
dekat pantai, berpasir, banyak tumbuh karang sehingga dengan
mudah mendapatkan air bersih melalui pemompaan sehingga
lebih ekonomis. Diusahakan jauh dari muara sungai atau arus
tempat aliran air tawar yang dapat menurunkan salinitas, bebas
limbah, baik limbah industri, pertanian, maupun rumah tangga
karena sifatnya yang sensitif pada kondisi air yang
terkontaminasi. Kemudian pada tambak pemeliharaan kepiting
diusahakan mempunyai kedalaman 0,8-1,0 meter dengan
salinitas air antara 15-30 ppt. Tanah tambak berlumpur dengan
tekstur tanah liat berpasir atau lempung berliat dan perbedaan
pasang surut antara 1,5m-2m.

III - 170
Untuk tujuan produksi kepiting, metode yang digunakan yakni:
sistem keramba apung dan sistem kurungan.

a. Keramba Apung
Keramba apung dibuat dari rangkaian potongan bambu dan
bambu yang sudah disusun menjadi kotak. Ukuran
keramba/karamba disesuaikan dengan lokasi keramba
tersebut akan ditempatkan. Pada sisi-sisi yang berlawanan
dipasang pelampung yang terbuat dari potongan bambu
yang masih utuh atau dari bahan lainnya. Penempatan
karamba apung ini ditempatkan secara bergantian airnya
terjadi secara cukup/baik, seperti pada saluran, tepi sungai
dan tempat lainnya yang memenuhi persyaratan seperti
tersebut diatas. Hal ini dimaksudkan agar sirkulasi udara
tetap terjaga dengan baik. Biasanya, dalam karamba apung
2
ini kepadatan dapat mencapai 20 ekor/m . Dimungkinakn
dengan kepadatan tersebut akan meningkatkan kelulusan
hidup kepiting yang dipelihara. Ukuran siap panen kepiting
bertelur sekitar 200 gr/ekor.

b. Sistem Kurungan
Kurungan terbuat dari bahan
bambu yang dibuat menjadi
rangkaian. Lebat bilah bambu 1-2
cm dengan panjang 1,7 meter. Potongan-potonga bambu
tersebut kemudian susun secara teratur dan akan terbentuk
seperti pagar. Pagar ini selanjutnya dipasang pada saluran
tambak memanjang pada pinggirannya, bila dipasang dalam
tambak, agar ditempatkan pada bagian yang relatif lebih
dalam dan mendapat penggantian air yang cukup sehingga
sirkulasinya akan lebih baik.
III - 171
Selanjutnya, pagar bambu ditancapkan sedalam ± 30 cm
dengan bagian bawah dibuat lebih rapat bertujuan agar
kepiting tidak lolos. Saat kurungan ditempatkan disaluran
tambak ukurannya disesuaikan dengan lebar saluran
tersebut agar tidak mengganggu kelancaran sirkulasi aliran
saluran tambak tersebut sehingga tidak menurunkan
produksi. Pada skala yang lebih besar, dapat menggunakan
luasan tambak dengan ukuran antara 0,25 Ha-0,50Ha yang
dipagari keliling dengan bamboo atau dari waring. Dalam
teknik penancapan bambu, biasanya bambu yang halus
dihadapkan ke dalam sehingga kepiting tidak dapat
memanjat karena bagian ini licin.

Proses produksi kepiting bertelur paling lama berlangsung


sekitar 5-14 hari atau tergantung ukuran awal penebaran.
Singkatnya masa pemeliharaan ini juga dimungkinkan
karena kepiting betina yang ditebar dengan berat sekitar 150
gram biasanya sudah mengandung telur.

4. Penebaran Bibit
Pada budidaya sistem monokultur, bibit
kepiting dengan ukuran seperti tersebut
ditebar dengan kepadatan 5.000-15.000
ekor/Ha Sedangkan pada budidaya
polikultur yang biasanya dicampur ikan
bandeng, ukuran benih kepiting dengan
berat 2.050 gram dapat ditebar dengan kepadatan 1.000-2.000
ekor/Ha, dan ikan bandeng gelondongan yang berukuran berat 2-
5 gram ditebar dengan kepadatan 2.000-3.000 ekor/Ha.

III - 172
Jika tangkapan dari alam, musim benih yang dilakukan oleh
petani untuk budidaya tradisional dengan mengandalkan benih
kepiting yang masuk secara alami pada saat pasang surut air.
Kemudian, setelah beberapa bulan kepiting dapat dipanen secara
selektif dengan hanya mengambil kepiting yang berukuran siap
jual. Atau, kepiting yang sudah mencapai ukuran tersebut bisa
juga dipindahkan ke dalam tambak pembesaran untuk
memperoleh ukuran atau kegemukan yang lebih besar agar
memiliki nilai jual lebih tinggi.

5. Teknik Penggemukan Kepiting


Metode ini dilakukan dengan cara yang hampir sama dengan di
atas, yaitu memanfaat kurungan bambu atau keramba bambu
apung. Perbedaan yang jelas terletak pada kepiting yang
dipelihara. Secara khusus, kepiting yang dipelihara pada metode
penggemukan ini adalah kepiting berukuran eksport dari jenis
kelamin jantan maupun betina yang masih keropos. Jangka
waktu penggemukan sekitar 5-10 hari, kepiting sudah akan
menjadi gemuk dan berisi bila pemeliharaannya secara baik.
Disarankan untuk menghindari kematian akibat
perkelahian/kanibalisme antara jantan dan betina, sebaiknya
pemelihraan dilakukan secara monosex saja.

6. Menyediakan Pakan
Ketersediaan pakan bagi kepiting mutlak dibutuhkan jika kita
berbicara budidaya bukan secara alami. Beberapa pakan yang
dipakai antara lain : ikan, bekicot, keong sawah, dan lain
sebagainya. Dari jenis pakan tersebut, ikan segar lebih baik
ditinjau dari fisik maupun kimiawi dan peluang untuk segera
dimakan lebih cepat karena begitu ditebar tidak akan segera
dimakan oleh kepiting.

III - 173
Pada metode usaha pembesaran, pemberian makan hanya
bersifat suplemen dengan dosis sekitar 5%. Lain halnya pada
usaha kepiting bertelur dan penggemukan, pemberian pakan
harus lebih diperhatikan dengan dosis antara 5-15% dari erat
kepiting yang dipelihara.

Kepiting muda biasanya kebutuhan akan pakan lebih besar,


karena pada periode ini dibutuhkan sejumlah makanan yang
cukup banyak untuk pertumbuhan dan proses ganti kulit.
Kemauan makan akan berkurang pada saat kepiting sedang
bertelur, dan kemudian akan kembali puncaknya setelah telur
keluar.

7. Panen
Untuk mengatasi kematian saat pemanenan, lakukanlah
pengikatan kepiting dengan baik dan benar. Cara pengikatan
kepiting yang baru ditangkap dapat dilakukan seperti di bawah
ini :
1. Pengikatan kedua capit dan seluruh kaki-kakinya,
2. Pengikatan capitnya saja dengan satu tali,
3. Pengikatan masing-masing capit dengan tali terpisah.

Penanganan kepiting yang telah disusun dalam keranjang juga


perlu mendapat perhatian agar suhu dan kelembabannya tetap
menjaga. Usahakan suhu tidak lebih tinggi dari 26°C dan
kelembaban yang baik adalah 95%. Cara yang dapat dilakukan
adalah dengan mencelupkan kepiting ke dalam air payau
(salinitas 15-25‰) untuk menjaga suhu dan kelembaban ideal
bagi kelangsungan hidup kepiting selama dalam pengangkutan.
Setelah itu, kepiting disusun kembali di dalam wadah, lalu
ditutup dengan karung goni basah agar suhu dan kelembabannya
tidak berkurang secara drastis selama pengangkutan.

III - 174
Penutup
Hutan mangrove jika dikelola dengan baik akan memberikan
manfaat yang berkeberlanjutan bagi kehidupan masyarakat
pesisir melalui fungsi fisik, biologi dan ekonomi. Di sisi lain,
kerusakan hutan mangrove akan mengancam kehidupan
masyarakat pesisir, seperti hilangnya ikan, udang, kepiting, dan
berbagai biota air lainnya, abrasi pantai, intrusi air laut dan
berbagai dampak negatif lainnya.

Panduan ini dibuat berdasarkan informasi yang terkumpul terkait


dengan budidaya kepiting mangrove. Beberapa informasi baik
dari buku, internet dan media lain kemudian dirangkum dan
disarikan menjadi informasi yang terintegrasi untuk dapat
dibagikan kepada para fasilitator lingkungan dalam kaitannya
dengan PNPM LMP. Panduan ini dapat menjadi referensi untuk
berdiskusi bersama guna mendapatkan pemahaman tentang
bagaimana budidaya tersebut dilakukan.

Semoga kita menjadi bagian dari masyarakat yang perduli untuk


melakukan perbaikan dan terus berupaya menularkan kepada
yang lain sehingga semakin bertambah banyak orang yang
berperan dalam perbaikan ekosistem mangrove dan pemanfaatan
ekosistem mangrove secara bijaksana bagi kehidupan manusia

III - 175
Bagian Keempat
Budidaya Rumput Laut

Mengenal Rumput Laut

Rumput laut (seaweeds) merupakan tanaman makro alga


yang hidup di laut yang tidak memiliki akar, batang dan
daun sejati dan pada umummnya hidup di dasar perairan.

Mengapa rumput laut disebut tanaman? Karena rumput laut


memiliki klorofil (zat hijau daun) sehingga bisa
berfotosintesis. Perbedaannya dengan lamun (seagrass)
adalah bahwa lamun merupakan tanaman yang hidup di
laut dan tidak memiliki klorofil.

III - 176
Gambar : Morfologi rumput laut
Secara umum, rumput laut mempunyai bagian yang terdiri
atas holdfast dan thallus. Holdfast merupakan bagian dasar
dari rumput laut yang berfungsi untuk menempel pada
substrat, sedangkan thallus adalah bentuk-bentuk
pertumbuhan rumput laut yang menyerupai percabangan.
Tidak semua rumput laut bisa diketahui memiliki holdfast
atau tidak. Rumput laut memperoleh atau menyerap
makanannya melalui sel-sel yang terdapat pada thallus-
nya. Nutrisi atau zat makanan terbawa oleh arus air dan
menerpa atau menempel pada rumput laut akan diserap
sehingga rumput laut bisa tumbuh dan berkembangbiak.
Perkembangbiakan rumput laut dapat melalui dua cara,
yaitu secara generatif dan vegetatif.
Terdapat beberapa jenis rumput laut, yaitu: Glacillaria,
Gellidella, Eucheuma, Hypnea dan Ascophylum. Dari
beberapa jenis rumput laut tersebut, yang paling banyak
dikembangkan untuk budidaya adalah jenis: Eucheuma, sp
dan Glacillaria, sp. (Hollenbeck, 1987).
Kondisi yang optimum untuk budidaya Eucheuma dan

III - 177
Glacillaria adalah kecepatan arus air berkisar antara 20 – 40
cm per detik, suhu air berkisar antara 20 0C - 30 0 C,
kecerahan air tidak kurang dari 5 m, dan pH air antara 7,3 –
8,2 (Cholik, 1991 dalam Puspadi K. dkk, 1997).
Tanaman rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa
Cina sekitar tahun 2700 Sebelum Masehi. Pada saat itu
rumput laut banyak digunakan untuk sayuran dan obat-
obatan. Pada tahun 65 SM, bangsa Romawi
memanfaatkannya sebagai bahan baku kosmetik. Namun
dengan perkembangan waktu, pengetahuan tentang rumput
laut pun semakin berkembang. Spanyol, Perancis, dan
Inggris kemudian menjadikan rumput laut sebagai bahan
baku pembuatan gelas.

Sejak kapan pemanfaatan rumput laut di Indonesia, tidak


diketahui secara pasti. Hanya saja pada waktu bangsa
Portugis datang ke Indonesia sekitar tahun 1292, rumput
laut telah dimanfaatkan sebagai sayuran. Baru pada masa
sebelum perang dunia kedua, tercatat bahwa Indonesia
telah mengekspor rumput laut ke Amerika Serikat,
Denmark, dan Perancis.

III - 178
Kandungan dalam Rumput Laut

Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis


ganggang merah (Rhodophyceae), karena mengandung
agar - agar, keraginan, porpiran, furcelaran serta pigmen
fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin). Pigmen
tersebut merupakan cadangan makanan yang mengandung
banyak karbohidrat.

Ada juga yang memanfaatkan jenis ganggang coklat


(Phaeophyceae). Ganggang coklat ini banyak mengandung
pigmen klorofil a dan c, beta karoten, violasantin dan
fukosantin, pirenoid, dan lembaran fotosintesa (filakoid).
Ganggang coklat juga mengandung cadangan makanan
berupa laminarin, selulose, dan algin.

Selain bahan-bahan tadi, ganggang merah dan coklat


banyak mengandung jodium. Begitu banyaknya
kandungan yang tersimpan membuat orang tertarik untuk
membudidayakan, terutama yang berada di daerah pesisir
pantai.

III - 179
Memilih Lokasi
Pemilihan lokasi merupakan langkah pertama yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan usaha budidaya
rumput laut. Pada tahap ini, perlu dipertimbangkan
masalah-masalah ekologis, teknis, kesehatan sosial,
ekonomi, serta ketentuan dari peraturan dan perundangan
yang berlaku. Disamping itu perlu juga dipertimbangkan
pengembangan sektor lain, seperti perikanan, pertanian,
pelayaran, pariwisata, pertambangan, pengawetan dan
perlindungan sumber daya alam, serta kegiatan alam lainya.

Lokasi untuk budidaya sebaiknya terletak di perairan


terlindung oleh karang penghalang (barrierr reef) yang
berfungsi sebagai pemecah gelombang, dengan pecahnya
gelombang akan menghasilkan gelembung udara yang
mengandung oksigen dan karbondioksida yang penting
bagi rumput laut (Baracca, 1989). Kisaran arus yang
optimum untuk pertumbuhan rumput laut antara 20 – 40
cm/detik dengan tinggi ombak yang cukup untuk
pertumbuhan rumput laut antara 10 –30 cm (Mubarak dkk.
1990).

Melakukan Budidaya Rumput Laut


Untuk menjalankan budidaya rumput laut, hal pertama
yang harus diperhatikan adalah pemilihan lokasi budidaya.
Sebaiknya lokasi budidaya diusahakan di perairan yang
tidak mengalami fluktuasi salinitas (kadar garam) yang

III - 180
besar dan bebas dari pencemaran industri maupun rumah
tangga. Selain itu pemilihan lokasi juga harus
mempertimbangkan aspek ekonomis dan tenaga kerja.

Lokasi juga sangat menentukan metode atau teknik seperti


apa yang paling sesuai untuk budidaya. Metode yang biasa
digunakan untuk budidaya berdasarkan lokasinya adalah :

1. Metode Lepas Dasar


Cara ini dikerjakan dengan mengikatkan bibit rumput
laut pada tali tali yang dipatok secara berjajar-jajar di
daerah perairan laut dengan kedalaman antara 30 - 60
cm. Rumput laut ditanam di dasar perairan.
2. Metode Rakit
Cara ini dikerjakan di perairan yang kedalamannya
lebih dari 60 cm. Dikerjakan dengan mengikat bibit
rumput di tali - tali yang diikatkan di patok - patok
dalam posisi seperti melayang di tengah kedalaman
perairan.
3. Metode Tali Gantung
Jika pada dua metode di atas posisi bibit rumput laut
dalam posisi horizontal (mendatar), maka metode tali
gantung ini dilakukan dengan mengikatkan bibit-bibit
rumput laut dalam posisi vertikal (tegak lurus) pada
tali-tali yang disusun berjajar.

III - 181
Gambar 2. Metode Penanaman

III - 182
Syarat Tumbuh
1. Eucheuma, spp
Syarat-syarat pemilihan lokasi budidaya rumput laut jenis
Eucheuma adalah sebagai berikut:
a. Letak lokasi budidaya sebaiknya jauh dari pengaruh
daratan dan lokasi jangan langsung menghadap laut
lepas, sebaiknya yang terdapat karang penghalang
yang dapat melindungi tanaman dari kerusakan
akibat ombak yang kuat. Ombak yang keras akan
mengakibatkan keruhnya perairan sehingga proses
fotosintesis dapat terganggu, disamping itu akan
menimbulkan kesulitan didalam penanaman,
pemeliharaan dan pemanenan.
b. Untuk memberikan kemungkinan terjadinya aerasi,
lokasi budidaya harus memiliki air yang cukup
bergerak, disamping itu gerakan air yang cukup bisa
memberikan pasokan makanan yang kontinyu serta
terhindar dari akumulasi debu air dan tanaman lain
yang menempel,
c. Bila menggunakan metode lepas dasar, dasar lokasi
budidaya harus keras yaitu terbentuk dari pasir dan
karang.
d. Lokasi yang dipilih sebaiknya pada waktu surut
terendah yang masih digenangi air sedalam 30-60
cm. Keuntungan dari adanya genangan air ini yaitu
penyerapan makanan yang terus menerus, dan
tanaman tidak rusak akibat sengatan sinar matahari
langsung.

III - 183
e. Perairan lokasi budidaya sebaiknya berpH antara
7,3 – 8,2.
f. Perairan yang dipilih sebaiknya ditumbuhi
komunitas yang terdiri dari berbagai jenis makro-
Algae. Bila perairan sudah ditumbuhi rumput laut
alami, maka daerah ini cocok untuk
pertumbuhannya

1. Gracilaria, spp.
Syarat-syarat pemilihan lokasi budidaya rumput laut jenis
Gracilaria adalah sebagai berikut.
a. Untuk lokasi budidaya di tambak, dipilih tambak
yang berdasar perairan lumpur berpasir. Dasar
tambak yang terdiri dari lumpur halus dapat
memudahkan tanaman terbenam dan mati
b. Agar salinitas air cocok untuk pertumbuhan
Gracilaria, sebaiknya lokasi berjarak 1 km dari
pantai
c. Kedalaman air tambak antara 60 – 80 cm
d. Lokasi tambak harus dekat dengan sumber air tawar
dan laut.
e. Derajat keasaman (pH) air tambak optimum antara
8,2 – 8,7.
f. Kita dapat menggunakan tambak yang tidak lagi
produktif untuk udang dan ikan

III - 184
Wilayah Pengembangan

Berikut ini adalah lokasi-lokasi pengembangan di Indonesia


berdasarkan jenis rumput laut yang dibudidayakan, yaitu:

1. Eucheuma,spp.
Kawasan pengembangan yang potensial untuk
budidaya rumput laut Eucheuma perairan pantai
Nanggro Aceh Darusalam (Sabang); Sumatera Barat
(Pesisir Selatan, Mentawai); Riau (Kepulauan Riau,
Batam); Sumatera Selatan; Bangka Belitung,
Banten (dekat Ujung Kulon, Teluk Banten/P.
Panjang); DKI Jakarta (Kepulauan Seribu); Jawa
Tengah (Karimun Jawa), Jawa Timur (Situbondo
dan Banyuwangi Selatan, Madura); Bali (Nusa
Dua/Kutuh Gunung Payung, Nusa Penida, Nusa
Lembongan) dan Buleleng; Nusa Tenggara Barat
(Lombok Barat dan Lombok Selatan, pantai Utara
Sumbawa Besar, Bima, dan Sumba); Nusa
Tenggara Timur (Maumere, Larantuka, Kupang, P.
Roti selatan); Sulawesi Utara; Gorontalo; Sulawesi
Tengah; Sulawesi Tenggara; Sulawesi Selatan;
Kalimantan Barat; Kalimantan Selatan (Pulau Laut);
Kalimantan Timur; Maluku (P. Seram, P. Osi,
Halmahera, Kep. Aru dan Kei); Papua (Biak,
Sorong)

III - 185
2. Gracilaria, spp.
Gracilaria verucosa dan G. gigas banyak
dibudidayakan di perairan Sulawesi Selatan (
Jeneponto, Takalar, Sinjai, Wajo, Paloppo, Bone,
Maros); Lombok Barat; dan pantai utara pulau Jawa
( Serang, Tangerang, Bekasi, Karawang, Brebes,
Pemalang, Tuban, dan Lamongan).
Penutup

Dari berbagai informasi yang ada tersebut, sudah


selayaknya menjadi pertimbangan pihak terkait dan
masyarakat setempat untuk mulai memikirkan alternatif
ekonomi dengan lebih lestari dalam memanfaatkan
sumberdaya alam laut melalui budidaya yang ramah
lingkungan.

III - 186
Bagian Kelima
Rehabilitasi Terumbu Karang
Kondisi Terumbu
Karang

Kerusakan terumbu karang


telah menjadi perhatian
serius dari beberapa negara
di dunia. Hal ini
disebabkan besarnya peranan terumbu karang dalam
mendukung kelestarian sumberdaya ikan dan organisme
laut, serta fungsinya sebagai pelindung pantai dari aktifitas
gelombang dan arus air laut. Indonesia adalah negara yang
memiliki kawasan terumbu karang paling luas di dunia.

Terumbu karang mempunyai nilai biologis dan ekonomis


cukup tinggi. Selain itu, terumbu karang merupakan tempat
berlindung, mencari makan dan sarang bagi berbagai jenis
ikan. Yang juga penting, terumbu karang merupakan
pelindung pantai dan pesisir dari hantaman ombak dan
abrasi. Menurut para ahli, terumbu karang di Indonesia,
pada kondisi baik, diperkirakan dapat menghasilkan ikan
karang sebanyak 1,123 juta ton metrik/tahun, dengan nilai
1,125 milyar US$ (Uher,1997 dalam MSDC,1998).
Akan tetapi, sebagaimana halnya dengan mangrove,
kelestarian terumbu karang di Indonesia juga terus
terancam. Beberapa penyebab kerusakan terumbu karang
adalah:
 Penggunaan bahan peledak (bom) dan racun sianida
(bius) untuk menangkap hasil laut,
 Penambangan batu karang untuk bahan bangunan,
 Aktifitas wisata, termasuk pengambilan biota laut
dan karang untuk kerajinan (suvenir),
 Kegiatan penyelaman yang tidak menghiraukan
aturan,
 Penambatan kapal dengan sistem jangkar di atas
terumbu karang,
 Pengendapan lumpur yang menutupi terumbu
karang,
 Penyaluran kotoran dan pembuangan sampah ke
laut,
 Masuknya nutrien yang melebihi ambang batas
(Rinkevich,1995 dalam Warzecha, 2000),
 Kelebihan tangkapan ikan suatu perairan
(overfishing) di mana jenis dan kepadatan ikan
pemakan algae mengalami penurunan. Akibatnya,
pertumbuhan algae menjadi lebih cepat dan
akhirnya menutupi terumbu karang.
 Pengendapan pecahan karang di dalam sedimen.

Kerusakan terumbu karang dapat diatasi dengan melakukan


rehabilitasi buatan, yaitu mengembalikan fungsi terumbu
karang sebagai tempat pemijahan atau berkembang biaknya
clxxxviii
berbagai jenis karang. Upaya rehabilitasi terumbu karang
tidak hanya bermanfaat untuk meningkatkan tutupan
karang hidup pada lokasi-lokasi yang mengalami
kerusakan, tetapi juga memiliki manfaat lain, seperti
menyediakan tempat bagi berkumpulnya beragam jenis
ikan. Rehabilitasi terumbu karang juga dapat menjadi ajang
pemberdayaan masyarakat pesisir melalui pelibatan
masyarakat dalam melakukan budidaya karang untuk
rehabilitasi

Apa saja manfaat terumbu karang buatan?


Terumbu karang buatan sangat bermanfaat untuk:
1. Mengumpulkan
organisme laut
(sebagai aktraktan)
sehingga
penangkapan hasil
laut lebih mudah
dan efisien,
2. Melindungi dan
menyediakan area
asuhan bagi berbagai jenis hewan laut,
3. Meningkatkan produktifitas alami dengan
menyediakan habitat atau tempat tinggal baru yang
permanen bagi biota penempel (sessile),
4. Menjaga keseimbangan siklus rantai makanan, serta
menyiapkan habitat dan simulasi karang alami untuk
spesies tertentu.

clxxxix
Terumbu karang buatan
1. Terumbu karang buatan
Ini merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mengubah suatu perairan yang sepi ikan menjadi perairan
yang banyak ikan. Disini tidak dipersoalkan apakah
konstruksi yang dibuat itu dapat ditumbuhi karang atau
tidak. Yang penting, konstruksi yang diletakkan di dasar
laut dapat menyebabkan berkumpulnya ikan di sekitar
konstruksi tersebut.

Terumbu karang buatan untuk meningkatkan produksi


perikanan, banyak terbuat dari ban mobil bekas yang
disusun demikian rupa sehingga dapat menjadi pelindung
ikan-ikan yang biasa berlalu lalang di perairan tersebut.
Terumbu karang buatan seperti itu, sudah jelas tidak untuk
menumbuhkan karang, karena larva karang rupanya tidak
dapat menempel pada ban mobil.

Terumbu karang buatan seperti ini seharunya tidak


diletakkan di kawasan terumbu karang, karena:
Di kawasan terumbu karang biasanya sudah kaya akan
ikan,
Dikhawatirkan bahan konstruksi terumbu karang buatan itu
dapat mencemari ekosistem terumbu karang.

Dimasukkannya terumbu karang buatan di dalam


pengelolaan ekosistem terumbu karang, adalah sebagai
salah satu upaya meniadakan/ mengurangi penangkapan
ikan di terumbu karang. Maka terumbu karang buatan harus

cxc
dibangun di sekitar terumbu karang. Dengan demikian
nelayan tidak lagi menangkap ikan di terumbu karang
alami, tetapi berpindah ke terumbu karang buatan.

Terumbu karang buatan itu dapat diletakkan di tengah-


tengah jarak antara tempat tinggal nelayan dan terumbu
karang, pada kedalaman tidak lebih dari 15 meter supaya
mudah dipantau, sekaligus dapat berfungsi sebagai
penghalang kapal pukat harimau yang sering menimbulkan
konflik dengan nelayan tradisional.

2. Transplantasi untuk perluasan terumbu karang


Perluasan terumbu karang dapat diartikan sebagai suatu
usaha untuk membuat habitat terumbu karang baru, atau
merubah habiat lain diluar habitat terumbu karang menjadi
habitat terumbu karang.

Di kawasan ekosistem terumbu karang sendiri, tidak semua


dasar lautnya merupakan habitat terumbu karang. Bagian-
bagian dasar laut yang bukan habitat terumbu karang
mungkin karena tempat itu ombaknya terlalu besar, banyak
endapan, arus yang terlalu kencang, kedalamannya
melebihi batas kedalaman karang utnuk hidup, atau karena
banyaknya kegiatan manusia.
Transplantasi karang untuk perluasan terumbu karang perlu
memperhatikan faktor-faktor penghambat kehidupan
karang di tempat tersebut, kemudian merencanakan suatu
model substrat buatan yang dapat mengatasi hambatan
tersebut.

cxci
Perluasan terumbu karang dapat dilakukan pada:
a. Rataan terumbu (reef flat) yang pada waktu air surut
rendah masih tergenang air setinggi 0.5 meter,
b. Di tempat-tempat yang berdekatan dengan desa pesisir
untuk meningkatkan kepedulian akan status terumbu
karang, meningkatkan rasa memiliki dan meningkatkan
kesadaran untuk melindungi sumberdaya terumbu
karang,
c. Di sekitar fasilitas wisata untuk meningkatkan daya
tarik objek pariwisata.

3. Transplantasi untuk pemulihan terumbu karang


Transplantasi karang dilakukan dengan memindahkan
potongan karang hidup dari terumbu karang yang
kondisinya masih baik ke lokasi terumbu karang telah rusak
dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:
a. Mencari lokasi pengambilan bibit di wilayah terumbu
karang yang masih baik, misalnya persentase tutupan
karang hidup lebih dari 40%, mempunyai kondisi
lingkungan (kedalaman dan keadaan arus ) sama
dengan lokasi terumbu karang yang telah rusak tadi,
dan jaraknya paling jauh dari lokasi transplantasi tidak
melebihi satu jam pelayaran. Maka untuk transplantasi
karang, pelaksana harus sudah mempunyai lokasi
tempat pengambilan bibit, disertai dengan data tutupan
karang hidup dan keragaman jenis karang sebelum
pengambilan bibit.

cxcii
b. Pengambilan bibit dilakukan dengan memotong cabang
karang induk di tempat,dan tidak melakukan
pemotongan koloni karang induk yang letaknya saling
berdekatan untuk menghindari kerusakan ekosistem
secara menyolok.
c. Lokasi pengambilan bibit tidak boleh jauh dari lokasi
penanaman untuk menjaga agar transportasi bibit lewat
udara tidak lebih dari satu jam.

Penyiapan bahan
Beton adalah
bahan yang paling
baik untuk
menjalankan
program terumbu
karang buatan.
Hal ini
disebabkan beton
tidak mengandung
bahan toxic,
memiliki permukaan kasar sebagai media untuk biota
penempel, stabil di dalam air, tahan dalam waktu lama,
serta mudah dibentuk sesuai model yang dikehendaki.
Di beberapa tempat telah melakukan kegiatan rehabilitasi
terumbu karang, dengan menggunakan berbagai bahan,
Misalnya : Ban mobil bekas, kapal bekas, becak bekas.

Proses Rehabilitasi Terumbu Karang


a. Pelatihan bagi desa pengusul

cxciii
b. Penyiapan bahan : beton
c. Pengambilan bibit di sekitar terumbu karang yang telah
rusak
d. Penanaman terumbu karang
e. Pemantauan

Penutup
Dengan semakin kompleksnya persoalan lingkungan yang
saat ini sudah seharusnya mulai diupayakan berbagai usaha
dalam memperbaiki lingkungan. Setidaknya, memperkecil
kerusakan yang ditimbulkan oleh ulah manusia juga.
Beberapa pertimbangan perbaikan lingkungan, baik darat
maupun di perairan menjadi bahan rujukan dalam
pelaksanaan PNPM dalam kaitanya dengan lingkungan
hidup. Dimulai dari lingkungan keluarga terkecil dengan
hal-hal yang ringan diharapkan akan menularkan cinta
lingkungan dan perbaikan lingkungan ke masyarakat
umum. Bahan-bahan ini disarikan dari berbagai jenis
sumber untuk memperkaya khasanah yang dilakukan di
masyarakat dalam upaya menyelamatkan lingkungan secara
bersama-sama.

cxciv
Panduan No. 4
KEGIATAN
EKONOMI PRODUK
NON KAYU

cxcv
Bagian Pertama
Ekowisata

Alam dan Pariwisata di Indonesia


Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA)
yang dimiliki Indonesia merupakan anugerah yang tak
ternilai. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang
tinggi, keunikan dan keaslian budaya tradisional, keindahan
alam, dan peninggalan sejarah/budaya yang dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan
masyarakat. Kondisi ini memberikan arti positif, yaitu
kegiatan kepariwisataan alam dapat berperan dalam
meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat.

Sebelum era tahun 1980-an, pariwisata sangat


mengandalkan kunjungan wisatawan sebanyak mungkin
(massal) hingga akhirnya menimbulkan dampak negatif
bagi lingkungan sekitarnya. Seiring kesadaran para pelaku

cxcvi
wisata, saat ini kegiatan pariwisata telah mengarah ke
bentuk baru, salah satunya wisata minat khusus yang
berpedoman pada prinsip-prinsip pelestarian alam atau
konservasi (lihat grafik di bawah).

Sumber : Chalid Fandeli


Apa itu Ekowisata?
Ekowisata merupakan suatu kegiatan wisata yang
bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau
daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam.
Perjalanannya mendukung upaya pelestarian lingkungan
(alam dan kebudayaan) dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat setempat.

Ekowisata terdiri dari komponen pelestarian lingkungan


(alam dan budaya), peningkatan partisipasi masyarakat, dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal, dan telah
dikembangkan dengan sukses di banyak negara
berkembang. Pengembangan ini selalu sejalan dengan dua
prinsip dasar ekowisata, yaitu memberi keuntungan
ekonomi langsung kepada masyarakat lokal serta turut
andil dalam pelestarian alam.

cxcvii
Kebijakan apa saja yang terkait Ekowisata?
Beberapa peraturan perundangan telah disusun untuk
menunjang pengembangan kegiatan pariwisata alam dan
upaya konservasi, antara lain:
a. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
b. UU No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan;
c. PP No. 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata
Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman
Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam;
d. Keputusan Menhut No. 441/Kpts-II/1994 tentang
Sarana Prasarana Pengusahaan Pariwisataan Alam;
e. Keputusan Menhut No. 441/Kpts-II/1990 tentang
Pengenaan Iuran Pungutan Usaha di Hutan Wisata,
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman
Wisata Laut;
f. Keputusan Menhut No. 446/Kpts-II/1996 tentang Tata
Cara Permohonan, Pemberian dan Pencabutan Izin
Pengusahaan Pariwisata Alam;
g. Keputusan Menhut No. 878/Kpts-II/1992 tentang Tarif
Pungutan Masuk ke Hutan Wisata, Taman Nasional,
Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Laut;
h. Keputusan Menhut No. 447/Kpts-II/1996 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Pariwisata
Alam.

cxcviii
Apa saja tahap pengembangan Ekowisata?
Tahap-tahap yang wajib dilakukan
untuk membangun sebuah objek
ekowisata meliputi :
1. identifikasi potensi atau
kelayakan,
2. pengembangan atraksi wisata,
3. pengelolaan atraksi wisata,
4. pemeliharaan,
5. pemasaran objek atau atraksi
ekowisata.

Adapun untuk mempromosikan suatu objek ekowisata


secara berkelanjutan tergantung pada beberapa hal, antara
lain :
1. Kejelian mengidentifikasi aneka daya tarik sumber daya
alam dan potensi yang akan dikembangkan. Hal ini
mutlak dilakukan oleh tim ahli secara terpadu.
2. Mendidik sumberdaya manusia yang dibutuhkan secara
terarah. Hanya sarana pendidikan yang menitik
beratkan praktek lapangan dan bekal teori yang terkait
(relevan) yang dapat menghasilkan sumberdaya
manusia siap pakai.
3. Pengembangan secara fisik, wajib berdasarkan analisis
mengenai dampak lingkungan (AMDAL-Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan) dan dikerjakan oleh
konsultan yang benar-benar berpengalaman dan
mengetahui seluk beluk analisis terhadap dampak
lingkungan yang ditimbulkan akibat sebuah kegiatan
yang dilakukan.

cxcix
Apa pendekatan Ekowisata?
Ekowisata harus dapat menjamin kelestarian lingkungan.
Maksud dari menjamin kelestarian ini adalah sesuai dengan
tujuan konservasi (UNEP, 1980), yaitu:
1. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang
mendukung sistem kehidupan.
2. Melindungi keanekaragaman hayati.
3. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan
ekosistemnya.

Mengenal tipe wisatawan


Wisatawan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori,
yaitu :
• Explorer –petualang
• Minat Khusus
• Banyak Minat
• Backpacker
• Rombongan

Apa saja jenis-jenis wisata?


Dalam dunia pariwisata dikenal beberapa jenis wisata, yaitu
:
• Wisata Alam, Wisata Kebudayaan, Wisata Pendidikan,
Wisata Pertanian, Wisata Perbandingan, Wisata
Keagamaan, Wisata Bahari

Wisata Minat Khusus


Secara umum basis pengembangan wisata minat khusus
meliputi :
(a) Aspek alam, seperti: flora, fauna, fisik geologi,
vulkanologi, hidrologi, hutan alam atau taman nasional.

cc
(b) Objek dan daya tarik wisata budaya, meliputi: budaya
peninggalan sejarah dan budaya kehidupan masyarakat.
Potensi ini selanjutnya dapat dikemas dalam bentuk
wisata budaya peninggalan sejarah, wisata pedesaan
dan sebagainya di mana wisatawan yang memiliki
minat dapat terlibat langsung dan berinteraksi dengan
budaya masyarakat setempat untuk belajar berbagai hal
dari budaya yang ada.

Apa manfaat dari ekowisata?


Sedikitnya, ada enam manfaat dari pengembangan
ekowisata, yaitu:
1. Memberikan nilai ekonomi bagi kegiatan ekosistem di
dalam lingkungan yang dijadikan obyek wisata;
2. Menghasilkan keuntungan secara langsung untuk
pelestarian lingkungan;
3. Memberikan keuntungan secara langsung dan tidak
langsung bagi para pihak terkait (stakeholders);
4. Membangun konstituen atau dukungan bagi konservasi
di tingkat lokal, nasional dan internasional;
5. Mempromosikan penggunaan sumber daya alam yang
berkelanjutan;
6. Mengurangi ancaman terhadap kenekaragaman hayati
yang ada di obyek wisata tersebut.

Istilah-istilah dalam ekowisata


Selain istilah Pemandu atau Pramuwisata, ada beberapa
istilah lain yang sering digunakan atau dipakai selama
melakukan perjalanan, antara lain :
 Pramuwisata atau Pemandu (guide),
 Pemandu muda atau pemula,
 Pemandu madya,
cci
 Tour operator,
 Penunjuk Jalan,
 Penterjemah,
 Porter

Apa saja aturan bagi pemandu?


Untuk memberi pelayanan ekowisata yang baik, seorang
pemandu perlu memahami beberapa kode etik atau aturan,
yaitu:
• Pramuwisata merupakan wakil bangsa dan negaranya,
sikap dan tindak tanduknya haruslah mencerminkan
kepribadian bangsa dan negaranya.
• Selalu rapi, berpakaian pantas dan bersih.
• Bersikap wajar dan penuh pertimbangan tanpa
mengurangi keakraban dengan wisatawan.
• Bangga akan tanah air dengan mematuhi peraturan
yang berlaku, menghormati tradisi yang terdapat pada
suatu daerah dan mengajak wisatawan untuk
mematuhinya,
• Tidak pernah memberikan pandangan yang negatif
terhadap cara hidup seseorang dari suku atau bangsa
lain.
• Berikan perhatian yang sama kepada anggota atau
rombongan wisatawan. Jangan hanya seseorang atau
sebagian saja dari rombongan yang dipandu atau
diperhatikan.
• Berikan informasi yang benar, tepat dan bukan
informasi yang hanya kabar burung.
• Jangan pernah berbohong, lebih baik mengaku ‘tidak
tahu‘ dari pada berbohong.

ccii
• Tidak meminta imbalan lebih dari yang seharusnya
dibayar oleh wisatawan, jangan mengharap atau
meminta imbalan lain dalam menjalankan tugas.
• Tidak mengkritik atau berkata negatif terhadap
pelayanan pemandu wisata lain dihadapan wisatawan,
dan tidak menganjurkan wisatawan berkunjung ke
obyek wisata yang tidak baik kondisinya.

Persiapan menjadi pemandu wisata


Beberapa hal yang perlu dipersiapkan seorang pemandu,
yaitu :
• Perijinan
• Penginapan
• Makanan
• Transportasi
• Bahan cerita (tentang satwa, kebudayaan, potensi alam),
serta menguasai jalur wisata.

Membuat paket wisata


Untuk memudahkan dalam pembuatan paket program
wisata, perlu dipertimbangkan hal-hal penting berikut:
• Akses/daya jangkau menuju objek wisata,
• Potensi alam,
• Harga,
• Pemasaran (jaringan dan kerjasama dengan pihak lain).

Hal penting dalam


perencanaan ekowisata
Pengembangan pariwisata
tentu memiliki dampak positif
dan negatif. Untuk
meminimalkan dampak
cciii
negatif, perlu diperhatikan beberapa hal bagi setiap
perencana wisata. Hal ini perlu karena menyangkut
kelangsungan pertumbuhan kawasan wisata dan
kelangsungan para pelaku wisata yang berada dalam
kawasan tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Volume atau jumlah wisatawan yang berkunjung,
2. Karakteristik dari wisatawan dengan berbagai
keinginan untuk berwisata,
3. Tipe dari aktifitas wisata yang dapat ditawarkan pada
sebuah kawasan wisata beserta variasi wisata yang
mungkin dilakukan
4. Kondisi sosial budaya masyarakat pada kawasan
wisata tersebut,
5. Kondisi lingkungan di sekitar kawasan tersebut
6. Kemampuan masyarakat untuk beradaptasi terhadap
perkembangan kepariwisataan.

Apa saja yang perlu disiapkan?


Beberapa hal di bawah ini perlu dipersiapkan untuk
mendukung terselenggaranya program ekowisata, yaitu:
• Akses ke lokasi wisata yang mudah dijangkau,
• Keindahan alam yang mendukung, misalnya flora dan
fauna yang khas,
• Pemandu yang profesional tersedia,
• Penginapan (home stay) yang layak dan nyaman,
• Makanan,
• Kerajinan atau cinderamata lain,
• Paket Program

cciv
Contoh ekowisata di Indonesia
Sulawesi (Ekowisata Laut)
Taman Nasional Laut Bunaken adalah salah satu lokasi
yang memiliki biodiversitas kelautan tertinggi di dunia.
Kegiatan selam scuba telah menarik banyak pengunjung ke
kawasan ini.
Taman laut Bunaken memiliki 20 titik penyelaman (dive
spot) dengan kedalaman bervariasi hingga 1.344 meter.
Dari 20 titik selam itu, 12 titik selam di antaranya berada di
sekitar Pulau Bunaken. Dua belas titik penyelaman inilah
yang paling sering dikunjungi penyelam dan pecinta
keindahan pemandangan bawah laut.

Sumatera Utara
Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera dan Ekowisata
Bukit Lawang diilhami dari Pusat Rehabilitasi Orangutan
Bohorok. Pada tahun 1980 tempat ini diserahkan kepada
Pemerintah Republik Indonesia yang dikelola Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam
Departemen Kehutanan.
Mengingat jumlah pengunjung ke Stasiun Rehabilitasi yang
terus meningkat, Pusat Rehabilitasi kemudian beralih
fungsi dan berorientasi pada wisata alam. Selain Pusat
Pengamatan Orangutan Sumatera, pengunjung juga dapat
melakukan kegiatan tracking/perjalanan ke dalam hutan di
kawasan TNGL dengan didampingi pemandu atau
jagawana (ranger) profesional.

Bali
Jaringan Ekowisata Desa (JED)
JED menawarkan kesempatan unik untuk mengetahui Bali
sebagaimana orang Bali mengetahui dan menyukainya.

ccv
Pemandu lokal, masakan lokal, perencanaan dan
pengelolaan atraksi wisata dilakukan sepenuhnya oleh
masyarakat setempat. Semua keuntungan JED
dikontribusikan untuk pemberdayaan masyarakat dan
aktifitas konservasi di desa-desa. Dari kesuburan dan bau
tanah di hutan sampai aroma bawang putih dan cabai yang
tajam di dapur. Dari pertanian rumput laut yang
mengapung dengan tenang sampai langkah menuju gerbang
desa kuno, semua menjadi daya tarik bagi wisatawan yang
datang.

Penutup
Pengembangan ekowisata tidak terlepas dari dukungan
berbagai pihak pelaku wisata, baik sektor usaha swasta,
pemerintah, masyarakat dan LSM terkait. Pariwisata yang
bertanggung jawab terhadap konservasi atau ekologi juga
perlu didukung pemanfaatan teknologi ramah lingkungan
dengan tetap menjamin keamanan, unsur rekreatif,
edukatif, informatif, indah, unik, dan mengesankan bagi
wisatawan.

ccvi
Bagian Kedua
Industri Rumah Tangga
Ada beberapa kegiatan industri rumah tangga yang dapat
dilakukan sesuai dengan ketersediaan sumber daya alam
lokal, misalnya: pembuatan keripik ubi, daur ulang kertas
bekas untuk membuat tempat tissu, tempat pensil (untuk
siswa sekolah), atau pembjuatan produk kerajinan (non
kayu) dari hutan atau bahan dari laut.

Di bawah ini ada beberapa yang dapat dilakukan, baik


secara kelompok ataupun perorangan yang dapat
memberikan nilai tambah bagi ekonomi keluarga.

Sesuai dengan beberapa usulan dari komunitas masyarakat


yang mendapatkan dana PNPM LMP, di bawah ini ada
pengetahuan dasar untuk membuat keripik dari bahan dasar
pisang dan ubi.

1. Keripik pisang (Musa spp)

Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin.


Selain buahnya dimakan dalam kondisi segar, daunnya juga
dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Contoh,
daun pisang untuk makanan ternak, daun pepaya untuk
melunakkan daging dan melancarkan air susu ibu (ASI),
terutama daun pepaya jantan.

Secara umum, kandungan gizi yang terdapat dalam setiap


buah pisang matang adalah 99 kalori, protein 1,2 gram,
lemak 0,2 gram, karbohidrat 25,8 mg, serat 0,7 gram,
kalsium 8 mg, fosfor 28 mg, besi 0,5 mg, vitamin A 44 RE,

ccvii
vitamin B 0,08 mg, vitamin C 3 mg dan air 72 gram. Jadi
bisa dibayangkan betapa besar manfaat yang bisa
didapatkan dengan mengonsumsi pisang setiap harinya.

Warna buah pisang cepat sekali berubah oleh pengaruh


fisika, misalnya terkena sinar matahari, akibat pemotongan,
serta pengaruh biologis (jamur) sehingga mudah menjadi
busuk. Oleh karena itu pengolahan buah pisang untuk
memperpanjang masa simpannya sangat penting. Buah
dapat diolah menjadi berbagai bentuk minuman seperti
anggur, sari buah dan sirup juga makanan lain seperti
manisan, dodol, keripik, dan sale.

Pisang dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :


1. Pisang yang dimakan dalam bentuk segar, misalnya:
pisang ambon, raja sere, raja bulu, pisang susu, pisang
seribu, dan pisang emas.
2. Pisang yang umumnya dimakan setelah diolah terlebih
dahulu, misalnya: pisang kepok, nangka, raja siam, raja
bandung, kapas, rotan, gajah, dan tanduk.

Pisang banyak mengandung protein yang kadarnya lebih


tinggi dari pada buah-buahan lain. Namun, buah pisang
juga mudah membusuk. Untuk mencegah pembusukan
dapat dilakukan pengawetan, misalnya dalam bentuk
keripik, dodol, sale, anggur, dan lain-lain.

Keripik pisang sudah sejak lama diproduksi masyarakat


Indonesia. Hasil olahan keripik pisang mempunyai rasa
yang berbeda-beda, yaitu: asin, manis, manis pedas, dan
lain-lain. Pembuatan keripik pisang sangat sederhana dan
tidak membutuhkan modal yang terlalu besar. Jenis pisang
yang baik dibuat keripik adalah pisang ambon, pisang

ccviii
kapas, pisang tanduk, dan pisang kepok.

Bahan yang dibutuhkan:


1 Pisang tua (mengkal atau setengah tua) 20 kg
2 Minyak goreng 1 kg
3 Garam secukupnya

Alat yang diperlukan:


1 Baskom
2 Alas perajang (talenan)
3 Pisau
4 Ember plastik
5 Penggorengan (Wajan)
6 Lilin (untuk kantong plastik)
7 Tungku atau kompor
8 Tampah (nyiru)
9 Keranjang bambu
10 Kantong plasti k (sebagai pembungkus)

Cara pembuatan:
1. Jemur pisang selama 5 atau 7 jam, lalu kupas;
2. Iris pisang tipis-tipis ± 1-2 mm menurut panjang
pisang;
3. Siapkan minyak yang telah dibubuhi garam,
kemudian panaskan. Goreng irisan pisang tersebut
sedikit demi sedikit agar tidak melengket satu
dengan yang lainnya.
4. Penggorengan dilakukan selama 5-7 menit
tergantung jumlah minyak dan besar kecilnya api
kompor;
5. Angkat keripik setelah berubah warna dari kuning
menjadi kuning kecoklatan;
6. Saring minyak setelah lima (5) kali penggorengan,

ccix
kemudian tambahkan minyak baru dan garam;
7. Masukkan ke dalam kantong plastik atau stoples
setelah keripik pisang cukup dingin.

Alur pembuatannya:
1. Pisang dijemur selama lebih kurang 5-7 jam.
2. Kemudian pisang dikupas dan diiris tipis (+ 1-2
mm)
3. Irisan pisang dapat digoreng (dengan minyak
goreng).
4. Setelah masak bisa ditabur garam atau gula, atau
sesuai dengan selera. Misalnya untuk memberikan
rasa pedas, dapat dilakukan saat pemberian gula
halus.
5. Keripik pisang dapat dihidangkan atau bila akan
dikemas, didinginkan lebih dahulu.
6. Selamat mencoba

ccx
2. Keripik dari umbi-umbian
Serealia dan umbi-umbian banyak tumbuh di Indonesia.
Produksi serealia cukup tinggi, terutama beras sebagai bahan
pangan pokok dan umbi-umbian. Seiring bertambahnya jumlah
penduduk, kebutuhan akan serealia dan umbi-umbian sebagai
sumber energi pun terus meningkat.

Tanaman dengan kadar karbohidrat tinggi seperti halnya serealia


dan umbi-umbian pada umumnya tahan terhadap suhu tinggi.
Serealia dan umbi-umbian sering dihidangkan dalam bentuk
segar, rebusan atau kukusan, tergantung dari selera.

Usaha penganekaragaman pangan sangat penting artinya sebagai


usaha untuk mengatasi masalah ketergantungan pada satu bahan
pangan pokok saja. Misalnya dengan mengolah serealia dan
umbi-umbian menjadi berbagai bentuk awetan yang mempunyai
rasa khas dan tahan lama disimpan. Bentuk olahan tersebut dapat
berupa tepung, gaplek, tapai, keripik dan lainya. Hal ini sesuai
dengan program pemerintah, khususnya dalam mengatasi
masalah kebutuhan bahan pangan non-beras.

Umbi-umbian dapat diolah menjadi berbagai macam


makanan yang lezat dan bernilai ekonomis. Tentunya
prospek pasar ini merupakan peluang usaha yang sangat
baik bagi pengembangan industri kecil berskala rumah
tangga, termasuk ubi-ubian. Tanaman ubi kayu, ubi jalar,
talas, dan gadung untuk keripik. Keripik merupakan
makanan ringan yang banyak beredar di pasaran. Makanan
ini mudah pembuatannya dan dapat dikerjakan dengan
menggunakan alat-alat sederhana di rumahtangga.

ccxi
a. Keripik ubi kayu (Manihot esculenta,
Crautz.)
Keripik ubi kayu yang bertekstur rasanya lebih renyah dari pada
keripik sanjai. Namun, pembuatan keripik ini lebih rumit
dibandingkan membuat keripik sanjai. Berbeda dengan keripik
sanjai, semua jenis ubi kayu dapat dijadikan keripik renyah.
Umbi diiris, kemudian direndam di dalam larutan kapur,
kemudian direbus, dikeringkan dan terakhir digoreng. Tekstur
keripik yang renyah diperoleh karena proses perebusan dan
pengeringan. Keripik ini biasanya diberi bumbu garam dan
bawang putih.

Bahan yang dibutuhkan:


1 Umbi ubi kayu secukupnya (sekitar 1 kg).
2 Kapur sirih
3 Garam.
4 Bawang putih
5 Gula secukupnya

Peralatan yang digunakan:


1 Alat Pengiris.
2 Pisau dan talenan.
3 Baskom
4 Panci.
5 Wajan..
6 Tungku kayu atau kompor.
7 Peniris.
8 Kantung plastik.
9 Sealer (alat untuk merekatkan plastiK) listrik.

Cara pembuatan:
1. Umbi diiris tipis, kemudian segera direndam di
dalam larutan kapur jenuh selama semalam (12-24

ccxii
jam). Larutan kapur jenuh dibuat dengan
melarutkan kapur sirih sedikit demi sedikit sambil
melakukan pengadukan di dalam 100 liter air
sampai ada sedikit dari kapur yang dapat larut.
Perendaman akan mengurangi kandungan asam
sianitrat (HCN) di dalam umbi sehingga permukaan
irisan berwarna lebih putih dan teksturnya lebih
lama. Setelah perendaman, irisan umbi dibilas
dengan air bersih, kemudian ditiriskan.
2. Sementara itu siapkan air mendidih yang telah
dibumbui (setiap 1 liter air ditambah dengan garam
1 gram dan bawang putih 20 gram). Lalu masukkan
irisan umbi ke dalam air mendidih ini. Setelah tiga
menit, irisan umbi harus segera dikeluarkan dan
ditiriskan.
3. Irisan umbi dijemur atau dikeringkan dengan alat
pengirng sampai kadar air di bawah 15%, tandanya
adalah irisan akan berbunyi jika dipatahkan.
4. Irisan umbi yang telah kering dapat disimpan
sebelum digoreng, atau langsung digoreng.
Dianjurkan irisan umbi digoreng di dalam minyak
panas yang cukup banyak.
5. Keripik yang telah digoreng ditiriskan sampai
dingin, kemudian disimpan pada tempat yang
tertutup rapat, atau dikemas di dalam kotak karton.

ccxiii
b. Keripik Ubi Jalar
Kandungan gizi ubi jalar
Ubi jalar merupakan salah satu jenis makanan yang mampu
menunjang program perbaikan gizi masyarakat. Nilai
kalorinya cukup tinggi, yaitu 123 kalori/100 gram.

Ubi jalar berkulit tipis dan berkadar air tinggi sehingga


perlu penanganan secara seksama selama proses panen,
pengangkutan serta penyimpanan sebelum dimanfaatkan.
Apabila kulit yang tipis tersebut rusak, maka
mikroorganisme (bakteri, jamur, dll) akan mudah masuk ke
dalam umbi sehingga seluruh bagian umbi akan cepat
rusak. Untuk memperpanjang masa simpan, ubi jalar dapat
diolah menjadi keripik.

Kandungan dalam ubi jalar


Jenis Komponen (dalam %)
Ubi Air Abu Pati Protein Gula Serat
Merah 79,59 0,92 17,06 1,19 0,43 5,24
Putih 64,66 0,98 28,19 2,07 0,38 2,38

Bahan yang dibutuhkan:


1. Ubi jalar 10 kg
2. Minyak goreng 1 kg
3. Garam dapur 120 gram
4. Natrium metabisulfit 1 ons
5. Air 10 liter
Alat yang digunakan:
1. Pisau
2. Dandang
3. Ember
4. Tungku atau kompor

ccxiv
5. Tampah (nyiru)

Cara pembuatan:
1. Pilihlah ubi jalar yang baru dipanen, lalu cuci.
Kupas dan hilangkan bagian tunasnya;
2. Ubi jalar yang sudah dikupas harus cepat direndam
dalam air untuk mencegah perubahanwarna;
3. Setelah direndam, iris tipis-tipis dengan ketebalan 1
½ ~ 2 ½ mm;
4. Untuk memperbaiki warna keripik dan
menghilangkan rasa getir, ubi jalar dapat direndam
dalam 10 liter air yang diberi 1 ons natrium
metabisulfit;
5. Cuci dan tiriskan kemudian kukus selama 5 menit
setelah air mendidih;
6. Tiriskan setelah dikupas;
7. Letakkan pada tampah lalu jemur. Irisan harus
sering dibalik sebelum kering untuk mencegah
supaya tidak lengket;
8. Goreng irisan yang sudah kering. Irisan ubi yang
dimasukkan jangan terlalu banyak dan api jangan
terlalu besar;
9. Keripik yang sudah digoreng biarkan beberapa
lama, kemudian kemas dalam kantong plastik, tutup
rapat, dan simpan di tempat kering.
10. Catatan: Ada beberapa cara dalam pembuatan
keripik ubi jalar yaitu setelah penggorengan ada
yang dicampur dengan gula untuk menambah rasa
manis. Ada juga yang mencampurnya dengan
merica untuk membuat rasa keripik lebih hangat.
Atau ada pula yang dicampur dengan bumbu dan
cabai agar mempunyai rasa pedas.

ccxv
Panduan No. 5
PENDIDIKAN
PELESTARIAN
LINGKUNGAN

ccxvi
Bagian Pertama
Membuat Wahana Pembelajaran

Apa tujuan pendidikan lingkungan ?


Memperkenalkan alam dan isinya yang dilakukan langsung
di alam bebas adalah cara efektif untuk membangun
kesadaran seseorang tentang pentingnya keseimbangan
lingkungan alam (ekosistem).

Pemahaman tentang keanekaragaman hayati adalah materi


yang sangat penting dalam setiap kegiatan pendidikan
lingkungan. Dengan demikian, keanekaragaman hayati
dapat dipahami sebagai kekayaan yang harus dijaga demi
kehidupan generasi sekarang dan masa depan. Materi-
materi yang disusun dalam pendidikan lingkungan juga

ccxvii
harus menjadi kesatuan yang saling melengkapi dan saling
mempengaruhi satu sama lain.

Pendidikan lingkungan hidup memiliki tujuan:

a. Tujuan Jangka Panjang


Menggugah kepedulian guru, siswa serta masyarakat
umum tentang lingkungan hidup, membangun etika
pengetahuan dan pola pikir tentang lingkungan hidup.

b. Tujuan Jangka Pendek


Membangun model pendidikan lingkungan yang
efektif, Lahirnya kader penggiat pendidikan
lingkungan hidup dan terbangunnya jaringan belajar
yang berinteraksi dengan alam

Siapa saja sasarannya?


Kegiatan pendidikan lingkungan ditujukan bagi para murid
dan guruSD, SMP hingga SMA/SMU, serta masyakat
umum.

Apa hasil yang diharapkan?


Mendapatkan model wahana pendidikan lingkungan hidup
yang efektif sehingga menjadi acuan dan landasan
program-program pendidikan lingkungan lainnya.

Siapa saja penerima manfaat?


Pendidikan lingkungan bermanfaat bagi:
 Alam sekitarnya, dalam bentuk terjaga dan
terpeliharanya sumberdaya alam, misalnya melalui
kegiatan penanaman kembali (re-planting),
pembudidayaan tanaman, pengembangan green house,

ccxviii
penangkaran hewan, yang mampu menciptakan
kehidupan harmonis bersama alam.

 Siswa Sekolah dan Guru, dengan: pengetahuan yang


bertambah, serta perubahan sikap dan pola pikir yang
mendukung pelestarian lingkungan dan sumberdaya
alam di sekitar mereka.

Apa saja sarana yang dibutuhkan?


Kegiatan pendidikan lingkungan memerlukan sarana dan
prasarana pendukung, seperti bangunan, instalasi listrik,
instalasi air dan aksesibilitas ke lokasi.

Khusus mengenai pengembangan sarana dan prasarana


fisik ini dapat dilakukan oleh konsultan arsitektur yang
berwawasan lingkungan. Berapa sarana prasarana yang
dibutuhkan antara lain:
 Jalur pengamatan satwa dan vegetasi (tumbuhan)
 Jalur hijau (sepeda)
 Asrama
 Ruang Serbaguna
 Kantin (Cafetaria)
 Pusat Informasi
 Aliran Air
 Arena Bermain Anak dan Rekreasi
 Ruang Pertunjukan
 Perpustakaan
 Lokasi berkemah (Camping Ground)

ccxix
Apa saja komponen pengembangan wahana
pendidikan lingkungan?

1. Pendidikan Lingkungan Hidup


2. Material Nature in School, yaitu bahan-bahan
penyadartahuan tentang lingkungan untuk di
sekolah.
3. Materi Lingkungan
4. Energi Alternatif
5. Permainan tentang alam (satwa/tanaman) atau
edutainment
6. Kearifan lokal.

Peningkatan SDM
1. Pelatihan Inti lingkungan hidup (LH)
2. Pelatihan Interpreter
3. Pelatihan Pertanian Organik
4. Pelatihan identifikasi satwa liar dan tumbuhan
5. Pelatihan Pembuatan Kompos
6. Pelatihan Energi Alternatif
7. Pelatihan Agroforestry/Wanatani
8. Pelatihan Biopori dan Sumur Resapan

Desain Tata Ruang


Beberapa Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH),
telah menerapkan konsep dan membangun fasilitas-fasilitas
yang terbuka dan atau semi terbuka yang berwawasan
lingkungan. Kita seharusnya meninggalkan pembangunan
rumah dan pemukiman yang justru mendorong terjadinya
kerusakan alam.Oleh karenanya kita harus membantu alam
dengan menggunakan cara pembangunan fasilitas yang
sesuai dengan kondisi alam sekitarnya.

ccxx

@ PPLH Seloliman
Dengan demikian Wahana Belajar Pendidikan Lingkungan
Hidup mengharap munculnya arsitektur ramah lingkungan.
Arsitektur lingkungan akan menampilakn bangunan yang
bersahabat dengan alam sekitarnya. Memang tidak mudah
menciptakan arsitektur ramah lingkungan, karena semua ini
membutuhkan kecermatan yang matang. Perancang
bangunan harus memperhitungkan masalah-masalah yang
berhubungan antara bangunan dengan unsur-unsur
lingkungan seperti iklim, suhu, udara, vegetasi, sinar
matahari dan sebagainya.

PENUTUP
Pendidikan lingkungan perlu diperkenalkan sejak dini
kepada masyarakat umum. Dengan adanya pemahaman
terhadap lingkungan sejak dini diharapkan mampu
membawa perubahan perilaku dalam menghargai
lingkungan. Salah satunya melalui pengembangan wahana
pendidikan lingkungan yang di dalamnya berisikan
berbagai kegiatan pembelajaran tentang lingkungan.

Konsep ini merupakan bagian dari upaya pemanfaatan jasa


lingkungan untuk menambah wawasan dan pemahaman
masyarakat umum akan manfaat dan pentingnya
pengelolaan alam secara arif dan bijaksana. Diharapkan
melalui pengembangan wahana pembelajaran ini akan
dapat menarik minat masyarakat luas mempelajaran alam
lebih dekat.

ccxxi
Bagian Kedua
Menumbuhkan Kesadaran
Lingkungan

Mengapa Pendidikan Lingkungan diperlukan?


Alam di sekitar kita telah menerima akibat dari perilaku
manusia yang memanfaatkan sumber daya alam secara
berlebihan. Kerusakan alam dan pencemaran lingkungan
semakin meningkat, seiring berkembangnya kebutuhan
hidup manusia sehari-hari.

Kini, ketika kualitas hidup terasa semakin menurun, bumi


terasa sesak, dan kemampuan alam menjaga
keseimbangannya mulai berkurang, masyarakat mulai
menaruh perhatian pada topik-topik sekitar alam. Ditambah
lagi dengan bencana lingkungan yang terus terjadi, seperti
banjir dan tanah longsong tatkala musim hujan. Demikian

ccxxii
pula di musim kemarau, di manakegagalan panen terjadi,
sumur dan sungai mengering, serta air bersih semakin sulit
didapat.

Salah satu penyebab masalah lingkungan adalah kurangnya


kepedulian masyarakat tentang pelestarian lingkungan dan
keanekaragaman hayati di seluruh penjuru dunia. Selama
ini manusia senantiasa membutuhkan sumber daya alam,
namun tanpa pemanfaatan dan pengelolaan yang bijaksana.
Ratusan ribu spesies hewan terancam dan menuju kepada
kepunahan dalam jangka waktu yang sangat singkat dalam
sejarah hidup menusia. Keadaan ini harus menjadi
perhatian utama kita untuk malakukan usaha pelestarian
alam dan isinya yang kini masih tersisa, karena keberadaan
umat manusia dan sumber daya alam merupakan sebuah
kesatuan ekosistem.

Saat ini sedang berlangsung kepunahan flora dan fauna


secara menyeluruh, akibat dari berbagai kerusakan
lingkungan yang terjadi setiap saat. Perusakan habitat terus
berlangsung. Menurut laporan Infom (2003), bahwa hutan
di Indonesia setiap menit hilang 10 kali lapangan bola.
Belum lagi kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari
polusi udara yang mengancam semua kehidupan, dan salah
satunya yang telah dirasakan bersama adalah pemanasan
global.

Usaha-usaha untuk melestarikan keanekaragaman hayati


dalam segala bentuk belummencapai hasil yang
memuaskan. Kualitas lingkungan dan kehidupan manusia
terus menurun akibat ulah manusia sendiri. Salah satu
penyebab perilaku yang tidak peduli itu, adalah
ketidaktahuannya mengenai peran keanekaragaman hayati

ccxxiii
untuk menopang kehidupan manusia. Oleh sebab itu,
program pemberdayaan masyarakat di berbagai lapisan
harus segera dilakukan secepat mungkin dan
berkesinambungan, baik secara baik formal maupun
informal.

Untuk mengurangi ‖bencana lingkungan‖ yang akan


terjadi, tentu memerlukan kerja sama yang baik di semua
sektor dengan melakukan penyadaran ke berbagai
kalangan. Mulai dari yang terkecil yaitu diri sendiri,
sebelum mengajak, menginformasikan dan mempengaruhi
ke berbagai pihak.

Melakukan program penyadaran ke masyarakat, dapat


dilakukan dengan berbagai cara, tergantung isu yang
muncul dan kelompok yang menjadi sasaran. Namun pada
prinsipnya, program ini dapat dilakukan untuk berbagai
kalangan dan isu tergantung dari pada pendekatan ke
kelompok sasaran.

Apa tujuan kegiatan ini


1. Mengetahui potensi SDA dan isu lokal tentang
lingkungan.
2. Mengetahui tehnik dan cara dalam penyadartahuan
mengenai pelestarian alam.
3. Melakukan komunikasi dengan berbagai kalangan
tentang pelestarian alam.

Bagaimana menyampaikan pesan pada orang


lain?

ccxxiv
Usaha pelestarian alam dan lingkungan hidup, saat ini tidak
selamanya bisa dilakukan dengan paksaan dan kekuatan.
Usaha pelestarian alam dan lingkungan tanpa mendapat
dukungan penuh dari masyarakat, merupakan sebuah
kegiatan yang sia-sia.

Fasilitator lingkungan mempunyai tugas untuk


menyampaikan informasi dan memfasilitasi kegiatan apa
yang dapat dilakukan. Karena banyak permasalahan di
dalam komunitas masyarakat memerlukan penanganan
yang cukup serius, tidak hanya konflik antara masyarakat
dengan pemerintah, masyarakat dengan satwa, namun
mereka juga perlu mendapatkan pengetahuan mengenai
alam dan lingkungan. Sehingga bila seorang fasilitator
mempunyai bekal pengetahuan itu, sedikit demi sedikit
akan dapat memberikan pemahaman mengenai perlunyai
pelestarian alam dan lingkungan. Dengan sebuah pesan
pendek ―manusia dapat hidup berdampingan dengan alam‖
secara harmonis, berbagi lahan untuk kehidupan.

Dalam pokok bahasan ini, akan diuraikan beberapa


pengetahuan mengenai komunikasi, pendidikan,
penyadaran, kampanye serta pemberdayaan masyarakat
sebagai alat untuk mencegah perusakan hutan.

Bagaimana Kampanye Pelestarian Alam?


1. Kampanye adalah komunikasi
Kegiatan kampanye adalah bentuk komunikasi yang harus
mampu mengemas pesan secara terarah sesuai kepentingan
penyampai pesan, yaitu: memberikan informasi, mendidik,
dan menganjurkan suatu tindakan yang positif.

ccxxv
Mengkomunikasikan
pengetahuan dengan
menggunaan media
kampanye yang
berbentuk
penyuluhan
dikelompokkan
menjadi tiga bagian,
antara lain:
 Komunikasi
massa. Media
untuk
melakukan komunikasi massa antara lain:
pemutaran film, warung informasi, penyebaran
poster dan lembar informasi (info sheet), berita surat
kabar, siaran radio dan lembar dakwah.
 Komunikasi untuk kelompok khusus. Media untuk
melakukan komunikasi bagi kelompok khusus
misalnya dalam bentuk diskusi kelompok yang
dilakukan secara terencana maupun spontan.
 Komunikasi hubungan antar pribadi. Cara
melakukan komunikasi pribadi adalah komunikasi
langsung dari orang ke orang.

Dengan bentuk-bentuk komunikasi di atas, seorang


fasilitator pendidikan lingkungan harus mengemas
pengetahuan dan menyusun strategi penyuluhan atau
kampanye. Hal ini penting agar pengetahuan tersebut dapat
menumbuhkan kesadaran masyarakat yang menjadi
kelompok sasaran.

ccxxvi
Di manapun sebuah penyuluhan dilakukan, komunikasi
antar pribadi selalu menjadi pijakan awal keberhasilan
sebelum melakukan tahap komunikasi selanjutnya.
Seorang fasilitator atau komunikator adalah individu yang
memiliki faktor-faktor personal. Demikian pula halnya
dengan orang dari kelompok sasaran yang diajak
berkomunikasi. Oleh karena itu, seorang fasilitator perlu
memahami beberapa faktor personal agar komunikasi antar
pribadi dapat berjalan sesuai tujuan kampanye. Faktor-
faktor personal tersebut antara lain:

a. Menciptakan karakteristik pribadi yang sama


Memiliki kesamaan dalam hal nilai-nilai, sikap,
keyakinan, tingkat sosial ekonomi, agama, ideologi,
tradisi, adat dan lain-lain cenderung saling
menyukai. Misalnya, pada kondisi tertentu di lokasi
tengah mengalami musibah. Komunikasi awal yang
dilaksanakan adalah memberikan bantuan dan
berdiskusi mengenai musibah. Rasa simpati harus
terus ditumbuhkan seolah kita juga mengalami
musibah tersebut.

b. Tekanan emosional (stres).


Ketika orang berada dalam keadaan yang
mencemaskan dirinya sendiri ataupun harus
memikul tekanan emosional, ia akan menginginkan
kehadiran orang lain. Sebuah desa yang sebagian
besar penduduknya tengah mengalami kecemasan
yang berlebihan, harus kita bantu terlebih dahulu
sebelum melaksanakan kampanye.

ccxxvii
c. Harga diri yang direndahkan
Bila harga diri direndahkan, hasrat afiliasi
(bergabung dengan orang lain) bertambah dan ia
makin responsif untuk menerima perhatian orang
lain. Dengan kata lain, orang yang direndahkan
harga dirinya cenderung mudah mencintai orang
lain. Rendahnya harga diri atau orang akan merasa
rendah dari orang lain dapat terjadi karena berbagai
sebab. Misalnya karena faktor pendidikan/tak
berpendidikan, pengalaman/kurang pengalaman,
kaya/miskin, fisik cantik/jelek, tinggal di
kota/tinggal di desa dan lain-lain.
d. Isolasi sosial
Jika ketiga faktor di atas telah terpenuhi dalam
pemahaman seorang fasilitator maka faktor terakhir
akan semakin memperkokoh kekuatan itu. Manusia
cenderung menyukai orang yang mendatangkan
kebahagiaan. Kebahagiaan itu dapat berupa kabar
baik, pujian, sanjungan, penghormatan dan lain-
lain. Atau, misalnya, kebahagiaan itu dapat juga
berupa orang yang baru dikenal dan datang dari
kota besar.

2. Tujuan Kampanye
Tujuan dari kampanye pelestarian alam dan lingkungan
hidup adalah:

a. Meningkatkan Kesadaran.
Yaitu kesadaran akan pentingnya keberadaan suatu
kawasan atau flora/fauna atau kawasan lindung dan
keragaman hayati untuk kehidupan masa kini dan masa
yang akan datang. Artinya, masyarakat harus lebih

ccxxviii
memahami manfaat dari usaha pelestarian alam bagi
kehidupan manusia. Ketika masyarakat memahami
manfaat pelestarian alam, diharapkan kesadaran akan
muncul yang akhirnya mendorong mereka
memperlakukan keragamanhayati secara bijak.

b. Memberikan Pengetahuan ,
yaitu membantu kelompok maupun perorangan untuk
mendapatkan beragam pengalaman dan pemahaman
dasar mengenai kawasan yang dilindungi beserta isinya.

c. Merubah Sikap dan kebiasaan,


yaitu: menciptakan rasa peduli dan motivasi pada
kelompok maupun perorangan untuk berpartisipasi
dalam perbaikan kawasan yang dilindungi.

d. Membentuk Keterampilan,
Yaitu memberikan ketrampilan dalam usaha pelestarian
alam yang dapat dilakukan dengan berbagai cara dan
kegiatan.

e. Mengajak Berpartisipasi.
Akhir dari pada program ini adalah semua lapisan
masyarakat berperan aktif di dalam pelestaran alam dan
lingkungan. Aktif di sini tidak hanya melindungi saja,
namun juga dapat memanfaatkan sumberdaya alam
yang ada secara lestari. Artinya, masyarakat tetap dapat
melakukan berbagai kegiatan yang membantu usaha
pelestariannya.

3. Bagaimana agar komunikasi itu efektif?


Mengkomunikasikan pengetahuan tentang alam dan
lingkungan yang bertujuan mengubah perilaku masyarakat

ccxxix
agar tidak merusak lingkungan memerlukan perencanaan
yang teliti dengan melibatkan berbagai macam cara
penyampaian pesan.

Program komunikasi yang terencana dengan suatu tujuan


khusus, misalnya mengenai pelestarian alam, komunikasi
semacam ini biasa disebut juga dengan ―kampanye‖. Istilah
‗kampanye‘ berasal dari kata ‗campaign‘. Kadang
kampanye juga dianggap sebagai ―the art of the war‖ atau
seni berperang karena dalam kegiatan kampanye terdapat
taktik atau strategi menyampaikan pesan agar kelompok
sasaran dapat memahamidan akhirnya bertindak sesuai
pesan yang disampaikan.

Setiap orang atau kelompok yang menjadi sasaran


kampanye tentu memiliki pemahaman, cara berfikir, adat
istiadat, umur, pekerjaan dan pendidikan yang berbeda.
Oleh karena itu, pesan dalam sebuah kampanye harus
disampaikan dengan cara dan bentuk yang beragam sesuai
karakteristik kelompok sasaran. Tak heran jika ‗kampanye‘
memerlukan ‗seni‘ menyampaikan pesan tersebut.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam


menyampaikan pesan tersebut agar sebuah kampanye dapat
berhasil, yaitu:

a. Mengenali sasaran dengan baik.


Pada tahap awal, seorang fasilitator harus memiliki
kemampuan mengenali karakteristik kelompok sasaran.
Dengan memahami ciri atau karakter orang dan
kelompok yang menjadi obyek penyampaian pesan,
maka seorang fasilitator lingkungan dapat ―mengemas‖
pesan ke dalam bentuk atau cara kampanye yang sesuai.

ccxxx
Fasilitator lingkungan akan lebih mudah memilih
informasi yang paling dibutuhkan oleh kelompok
tertentu, misalnya tokoh agama, ibu rumah tangga,
petani, nelayan, siswa sekolah, guru dan sebagainya.
Selain itu fasilitator juga dapat memilih media yang
paling jitu untuk digunakan, apakah media elektronok
(radio atau televisi), media cetak (koran atau majalah),
atau cukup dengan membuat poster, selebaran, atau
bentuk lain.

b. Fokus pada mengubah perilaku


Mengubah perilaku seseorang memang tidak mudah,
perlu waktu, dan harus dilakukan terus menerus.
Mengubah dari ‗tidak tahu‘ menjadi ‗tahu‘ mungkin
mudah dilakukan. Namun, mengubah seseorang dari
‗tidak tahu‘ menjadi ‗tahu‘ dan perilakunya ikut
berubahtentu perlu kesabaran. Untuk itu seorang
fasilitator lingkungan harus mampu mengemas sebuah
pesan setepat mungkin agar program yang dilakukan
dapat mencapai tujuan, yaitu mengubah perilaku
seseorang. Dalam mengkomunikasikan sebuah masalah
lingkungan, fasilitator harus mampu memberikan
pendidikan, penyadaran, keyakinan dan dorongan untuk
melakukan sebuah tindakan. Pendidikan dan
penyadaran mungkin dapat dilakukan dengan mudah.
Namun, membuat orang yakin dan dapat mengajaknya
bertindak sesuai keinginan kitaadalah tantangan besar.

c. Menarik perhatian
Coba amati seorang penjual obat di pasar. Untuk
menarik perhatian para pengunjung, kadang mereka
memulainya dengan bermain sulap. Setelah para
pengunjung berkumpul dan menyaksikan atraksi sulap,

ccxxxi
barulah si penjual obat menawarkan barang
dagangannya. Ini adalah contoh bagaimana cara
menarik perhatian orang. Tujuan penjual obat berada di
pasar tentu bukan untuk bermain sulap, tetapi membuat
pengunjung membeli obat yang dijualnya. Bermain
sulap adalah salah satu ‗seni‘ untuk mencapai tujuan
tersebut.

Ada sebuah studi kasus yang pernah dikembangkan


dalam melakukan pendidikan pelestarian alam bagi
kalangan remaja atau siswa sekolah menengah atas.
Apabila program tersebut diberi judul sebuah kegiatan
mengenai lingkungan, maka di dalam benak para
remaja akan terlintas lingkungan, pelestarian alam,
tentu di dalamnya banyak sekali larangan-larangan.
Namun bila program itu dikemas dengan sebuah
kegiatan yang atraktif dan ―sedang disukai‖ oleh
kalangan generasi muda, maka akan mengundang
peminat. Kemudian tahap berikutnya adalah
menyisipkan pesan-pesan lingkungan dengan berbagai
permainan.

Rare mengembangkan program Social Marketing dalam


program-programnya. Hal ini tak lain dan tak bukan,
mempunyai tujuan menyebar luaskan pengetahuan
dengan berbagai kemasan yang menarik. Misalnya
iklan-iklan barang di televisi atau tempat perbelanjaan
dengan berbagai bentuk dilakukan, tujuannya adalah
menarik minat, sehingga barang yang ditawarkan akan
dibeli.

ccxxxii
d. Memberi informasi yang mendidik.
Seseorang cenderung tidak peduli terhadap cara
menyampaikan informasi yang kurang meyakinkan,
tidak dapat diterima nalar dan kurang mendidik.
Informasi yang mendidik sangat bagus bila diberikan
melalui contoh kasus. Misalnya, WCS melakukan
kampanye penyadaran mengenai usaha pelestarian alam
dengan melakukan kampanye keliling dari desa ke desa,
dari sekolah ke sekolah atau dari kota ke kota tentang
perlunya pelestarian alam.

Conservation International Indonesia mengembangkan


penyuluhan keliling dengan mengambil sebuah kasus.
Pada tahun 2004 terjadi banjir bandang yang menerjang
perkampungan di Sumatera Utara. Hulu sungai yang
meluap tersebut terdapat pada sebuah perbukitan yang
tidak ada hutan. Sedangkan kawasan sebuah taman
nasional yang masih ada hutan, sungai tidak meluap.
Hal ini dapat dijadikan sebuah ―pembelajaran‖ bahwa
kita masih memerlukan sebuah hutan, untuk mencegah
terjadinya bencana.

e. Mengembangkan pesan yang mudah dimengerti.


Mengkomunikasikan sebuah pesan perlu diperhatikan
kelompok sasaran. Walupun isinya sama, namun bahasa
yang digunakan tentu berbeda jika disampaikan kepada
para petani, guru,siswa SD atau siswa SMA. Pesan
yang disampaikan harus sederhana, tidak banyak
menggunakan bahasa asing yang sulit dimengerti.
Bahkan, bila memungkinkan lebih baik menggunakan
bahasa lokal atau setempat. Pesan juga harus singkat,
padat, dan yang penting adalah meyakinkan orang yang
menerimanya. Penyampai pesan pun perlu orang yang

ccxxxiii
dapat dipercaya. Akan lebih bagus bila ia bekerja sama
dengan orang tertentu yang dihormati atau dituakan di
lokasi sasaran, misalnya tokoh agama, ketua adat atau
guru.

f. Menyampaikan pesan yang terus menerus.


Pesan tentang lingkungan ke berbagai kalangan
masyarakat harus dilakukan terus menerus. Bila hanya
saat awal dan akhir kampanye saja, tentu tidak akan
mengubah perilaku masyarakat pesan sebaiknya
disampaikan secara berkesinambungan, baik dalam
suasana resmi ataupun santai, sehingga pesan yang kita
sampaikan dapat dimengerti. Oleh karena itu tentu
memerlukan waktu yang cukup lama. Salah satu contoh
cara agar pesan dapat disampaikan secara terus
menerus, yaitu dengan menggunakan ―lambang‖ yang
mudah diingat. Tiap kali seorang melihat lambang
tersebut, ia akan teringat kembali pesan yang pernah
disampaikan.

g. Menggunakan berbagai media.


Dalam berkomunikasi, media adalah alat dianggap
efektif untuk menyampaikan sebuah pesan tentang
lingkungan. Media yang digunakan sebaiknya adalah
media yang sering didengar, dibaca atau dilihat oleh
kelompok masyarakat sasaran. Misalnya, jika ingin
menggunakan siaran radio, maka perlu mengidentifikasi
stasiun radio apa yang sering didengar oleh masyarakat
setempat. Apabila akan menggunakan media cetak, kita
perlu mengetahui dulu surat kabar atau majalah apa saja
yang sering dibaca atau beredar di daerah tersebut. Jika
tidak, pesan yang disampaikan akan sia-sia karena
media yang dipilih ternyata tak digunakan oleh

ccxxxiv
masyarakat. Misalnya, pesan kampanye yang kita
kemas dalam acara televisi tak akan diterima
masyarakat apabila tak ada satupun stasiun televisi
yang tertangkap di daerah tersebut. Demikian pula
halnya bila kita menyampaikan pesan konservasi
dengan menggunakan media cetak nasional, sedangkan
masyarakat yang menjadi sasaran kampanye tidak
pernah membaca media cetak tersebut, atau mungkin
banyak yang buta huruf.

4. Bagaimana Menyampaikan Pesan, dalam


menghadapi pendukung dan penentang?

Dalam mengkomunkasikan pesan-pesan konservasi di


lapangan, pasti ada pihak yang mendukung usaha ini,
namun tak jarang ada pihak yang menentang atau tidak
sepakat dengan pesan yang disampaikan. Bagi yang
menentang, tentu akan berupaya mencari cara untuk
mengagalkan usaha ini, misalnya mencari dukungan dari
berbagai pihak dan mencari alasan yang kuat untuk
menolak kampanye tersebut.

Untuk mengantisipasi hal-hal tersebut, ada beberapa hal


yang dapat dilakukan antara lain:

a. Rencanakan dengan teliti agar pesan yang disampaikan


benar-benar berkenan dan dekat di hati masyarakat.
Jangan sampai cara-cara yang digunakan dalam
menyampaikan pesan justru mudah menyinggung
perasaan seseorang atau kelompok tertentu, apalagi
yang bersifat SARA. Perencanaan yang baik juga dapat
mengantisipasi munculnya berbagai taktik atau usaha
untuk menggagalkan kampanye.

ccxxxv
b. Persiapkan untuk menjawab berbagai pertanyaan dan
kritik yang kemungkinan akan muncul. Semakin
profesional anda dan mempunyai wawasan yang luas,
maka semakin besar pendukung dan semakin sedikit
peluang ―penentang‖ untuk memojokkan anda.

c. Kumpulkan segala informasi tentang orang atau


kelompok penentang tersebut, dengan siapa mereka
bekerja sama dan siapa saja pendukung mereka. Hal ini
dapat digunakan dalam berbagai bahan dan pernyataan
masyarakat yang anda buat.

d. Hindari sikap bermusuhan ketika berhadapan dengan


penentang. Masyarakat akan lebih mempercayai,
menghormati dan menghargai anda bila mampu
memberikan reaksi yang tenang, kalem dan obyektif
ketika berhadapan atau diserang pihak penentang.

e. Selalu mengevaluasi kegiatan yang dilakukan oleh


masyarakat dari berbagai pesan yang anda buat.
Siapkan diri untuk menjawab semua pertanyaan
dengan tegas dan jelas, jangan nampak bingung
sehingga anda terjebak dalam suatu pertanyaan yang
dapat memojokkan diri anda.

Apa itu Pendidikan dan Penyadaran?


Pendidikan adalah proses transformasi nilai yang dilakukan
seseorang kepada orang lain atau dari suatu kelompok
kepada kelompok lain dengan tujuan mengembangkan
sikap, tingkah laku dan kemampuan yang butuhkan suatu
masyarakat. Jadi, pendidikan konservasi alam dan

ccxxxvi
lingkungan hidup adalah sebuah proses untuk
mengembangkan sikap dan tingkah laku serta
mengembangkan kemampuan masyarakat dalam
melakukan kegiatan pelestarian alam.

Program pendidikan dan penyadaran, dapat dilakukan oleh


seorang fasilitator lingkungan. Fasilitator akan melakukan
perjalanan dari desa ke desa, dan bertatap muka dengan
berbagai kalangan. Oleh karenanya, fasilitator lingkungan
perlu memiliki pengetahuan praktis, sederhana dan
bermanfaat bagi masyarakat.

1. Program pendidikan
Program pendidikan adalah sebuah kegiatan jangka
panjang. Khusus kegiatan pelestarian alam, program
ini tidak pernah akan berakhir sepanjang masih ada
kegiatan yang merusak lingkungan dan masih ada
hutan yang perlu dijaga. Oleh karena itu program ini
dapat dilakukan kepada siapa saja baik tua maupun
muda, anak atau orangtua, masyarakat umum atau
pejabat, orang miskin maupun kaya, sepanjang mereka
masih memerlukan pengetahuan untuk melestarikan
alam bagi kehidupan.

Ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan seorang


fasilitator lingkungan dalam perannya sebagai
―penyampai pesan‖ lingkungan, antara lain :

a. Melakukan Pendidikan Konservasi.


Pendidikan konservasi dapat dikemas dengan
beberapa cara.,misalnya dengan melakukan
pelatihan bagi siswa, guru, pemuda atau
masyarakat umum. Agar pendidikan ini tidak

ccxxxvii
membosankan dan tidak terkesan menggurui,
pendidikan konservasi harus dikemas sedemikian
rupa agar tidak nampak seperti sebuah pelatihan.
Misalnya, dengan merancang beberapa bentuk
permainan, melakukan outbound, jalan-jalan, lomba
dan sebagainya. Dengan demikian pendidikan
konservasi akan mempunyai daya tarik dan
membuat orang gembira, senang, padahal di
dalamnya terdapat pesan-pesan konservasi dalam
bentuk yang berbeda.

b. Melakukan Penyuluhan Keliling.


Penyuluhan keliling dengan berkunjung ke sekolah
atau masyarakat dengan memberikan informasi
sangatlah efektif. Penyuluhan ini biasanya
menggunakan media film, presentasi, perpustakaan
keliling atau aneka permainan bertema pelestarian
alam. Di beberapa daerah penyuluhan keliling
mendapatkan respon yang sangat baik dari
masyarakat. Saat ini beberapa pegiat pendidikan
konservasi telah menambah materi pendidikan yang
interaktif dengan memberikan pelatihan khusus,
seperti pembuatan kertas daur ulang, pembuatan
kompos atau pembuatan peralatan sekolah dengan
bahan dari alam yang menambah khasanah program
ini. Peserta pendidikan pun tidak merasa bosan
karena banyak hal yang dapat mereka lakukan.
Selain mendapatkan pengetahuan tentang
pelestarian alam, mereka juga memiliki ketrampilan
khusus untuk kehidupan sehari-hari.

ccxxxviii
c. Kaderisasi Generasi Konservasi
Pembentukan kader konservasi bagi petugas
lapangan seperti fasilitator lingkungan dapat
dilakukan di mana saja. Kgiatan ini sangat
sederhana, misalnya dengan mengajak sekelompok
siswa sekolah yang tergabung dalam grup pecinta
alam untuk melakukan perjalanan ke sebuah
kawasan konservasi. Kegiatan semacam ini pernah
dilakukan di beberapa kawasan pelestarian alam dan
mendapatkan respon yang sangat baik, apalagi jika
bekerja sama dengan kelompok atau organisasi lain
yang memiliki kegiatan yang sama.

2. Program penyadaran
Penyadaran adalah tujuan akhir dari pendidikan
pelestarian alam dan lingkungan. Apabila masyarakat
sasaran memahami, menyadari dan sekapat dengan isi
pesan yang disampaikan, maka ―kesadaran‖ yang telah
terbentuk itu harus dipertahankan agar kegiatan tetap
berlanjut.

Untuk melanjutkan kegiatan ini, para penggiat


pendidikan konservasi biasanya dilibarkan atau diberi
kepercayaan untuk berperan aktif dalam kegiatan yang
dilakukan petugas lapangan. Mereka diajak menjadi
fasilitator pendidikan, patroli bersama, merencanakan
sebuah kegiatan, membuat sebuah usulan atau
mengembangkan daerahnya menjadi daerah tujuan
wisata atau kegiatan ekonomi lain.

Apa itu “Social Marketing” dalam Program


Lingkungan (SMPL)

ccxxxix
Agak sedikt berbeda pengertian program penyadaran
melalui pendidikan lingkungan dengan melakukan ―social
marketing‖ dalam program lingkungan. PNPM LMP
umumnya dilakukan dalam jangka pendek dan memiliki
sebuah gagasan yang mudah diingat sehingga mampu
mengubah perilaku, dan menciptakan ide-ide untuk
melakukan kegiatan lingkungan di lapangan.

Setiap daerah tentu berbeda satu sama lain, baik dalam hal
masalah lingkungan, tingkat acaman serta adat istiadat
masyarakatnya. Di Sulawesi misalnya, memiliki kekayaan
alam dan tingkat endemik yang cukup tinggi, namun boleh
jadi akan memiliki ke khasan satwa yang berbeda di
masing-masing daerah atau propinsi.

Studi kasus.
Beberapa lembaga yang mengembangkan program penyadaran
telah menciptakan atau membuat “flagship spesies”, yaitu jenis
hewan tertentu yang khas dan dikenal di tengah masyarakat
setempat…….. Dengan adanya flagship spesies tersebut,
masyarakat akan tetap mengingat setiap pesan di dalam
program pelestarian alam. Misalnya RARE, LSM yang bergerak
di bidang penyadaran lingkungan menggunakan beberapa
flagship spesies sebagai “ikon” dalam kegiatannya di berbagai
tempat.

WCS dalam melakukan kampanye keliling membuat CIMO


(Conservation and Information Mobile), atau CI pernah
membuat kegiatan PLH dengan membuat Flegship satwa dengan
kata Moli dan Telsi. Di daerah jelajahnya, masyarakat akan
mengetahui kalau kata Moli dan Telsi adalah kegiatan program
pelestarian alam, melalui jalur pendidikan dan penyadaran.

ccxl
Ada beberapa tahapan yang dapat membantu untuk menciptakan
sebuah gagasan, agat kegiatan lingkungan itu dapat dan mudah
diingat oleh kalangan masyarakat luas :
Identifikasi kekayaan SDA lokal atau adat istiadat di lingkungan
tempat berkegiatan.
Adakah satwa yang mudah didapat dan mengalami ancaman ?
Adakah kebiasaan atau kebudayaan yang terkait dengan alam,
misalnya seni tari, dongeng atau sumber pendapatan atau mata
pencaharian yang terancam seperti nelayan, pertanian dsb.
Adakah sebuah mitor, ceritera yang menjadi sebuah keyakinan
masyarakat lokal, sehingga dengan kata-kata tersebut, orang
akan selalu ingat.
Buatlah sebuah kata untuk kampanye ringkas dan jelas.
Misalnya di Jawa Barat Yayasan Pendidikan Konservasi Alam
dan Lingkungan Hidup pernah melakukan kampanye tentang air,
dengan membuat kalimat “No Leuwueng No Cai, artinya tak ada
hutan, tak ada air). Atau Yayasan Coca-Cola Indonesia ketika
membuat kampanye jangka pendek selama satu tahun membuat
Motto “airku Bersih Hidupku Sehat”. Dan masih banyak contoh
untuk menggugah peran serta masyarakat dalam usaha
pelestarian alam dan lingkungan.

Apa saja alat dan metode yang diperlukan?

1. Mengembangkan Media/Alat Bantu Fasilitasi


Yang dimaksud media adalah alat komunikasi
dikembangkan dan digunakan selama proses fasilitasi
agar komunikasi menjadi efektif . Untuk itu perlu
dirancang kegiatan fasilitasi sesuai kebutuhan
kelompok sasaran.
Proses pengembangan media perlu dirancang lewat
beberapa tahap yang sistematis sebelum diproduksi.
Pemilihan dan penggunaan media yang tepat perlu
melalui tahap ujicoba. Ujicoba perlu dilakukan untuk

ccxli
menampung berbagai saran dan masukan yang
selanjutnya diolah sebagai bahan perbaikan terhadap
setiap media yang akan diproduksi.

Beberapa bentuk media fasilitasi antara lain:

a. Koleksi benda asli


Benda asli ini merupakan peraga yang baik untuk
digunakan sebagai alat bantu komunikasi. Contoh
koleksi benda asli adalah benih, hasil kerajinan,
potongan kayu dari berbagai jenis dan lain-lain.

b. Gambar
Apabila benda aslinya terlalu besar, terlalu kecil,
atau berbahaya bisa digunakan gambar atau foto.
Untuk membuat gambar diperlukan keahlian agar
gambar menarik dan juga memberikan konsep yang
jelas.

c. Foto
Pada saat ini telah tersedia kamera digital yang bisa
langsung dipindahkan ke komputer tanpa harus
dicetak lebih dahulu. Sebagian besar kamera digital
juga bisa di-set otomatis sehingga mampu
menghasilkan gambar yang baik. Kalau pun
hasilnya kurang baik, foto bisa di check dan dihapus
serta bisa mengambil gambar lagi. Selain kamera
digital, kinibeberapa handphone juga dilengkapi
fasilitas untuk mengambil gambar secara digital.

Fasilitator diharapkan bisa mengunakan alat foto


secara kreatif agar dapat menghasilkan foto sesuai
yang diinginkan. Ia juga dapat mengatur

ccxlii
ataumenyusun bagian-bagian dari gambar agar
photo yang dihasilkan lebih menarik dan mudah
dimengerti.

Ada beberapa syarat agar sebuah foto yang kita


gunakan menjadi lebih efektif sebagai media
komunikasi. Syarat terpenting adalah foto tersebut
harus dapat "bercerita" tentang pesan yang akan
disampaikan atau mampu mengungkapkan masalah
yang dirasakan penting oleh kelompok sasaran.

d. Artikel
Menulis berita atau artikel bertujuan menyebarkan
informasi kepada khalayak luas tentang masalah-
masalah aktual, tepat waktu, dengan urutan
kejadiannya. Penulis harus menguasai materi yang
akan disampaikan dan harus melatih diri menyusun
kalimat-kalimat yang komunikatif dan efektif.

Adanya beberapa bentuk dan struktur tulisan yang


bisa dikembangkan seperti: beraturan, piramida dan
piramida terbalik.

e. Leaflet / Folder, Brosur dan Poster


Sebuah poster harus mampu menggugah/menarik
perhatian seseorang terhadap suatu isu, sehingga
dapat menyampaikan pesan secara tepat kepada
kelompok sasaran. Pengaturan elemen-elemen dalam
suatu bidang, disebut dengan "tata letak" atau
komposisi, perlu dilakukan pada setiap media agar
lebih komunikatif dan menarik. Dalam membuat
leaflet, folder, brosur atau poster perlu diperhatikan
beberapa hal, yaitu:

ccxliii
 Cara penyajian pesan, pengaturan komposisi warna
dan tata letak.
 Kejelasan pesan, apakah mudah dimengerti?
 Bentuk, apakah menarik perhatian?
 Mengatur tata-letak dan penggunaan warna.
 Menentukan rancangan, bentuk dan ukuran gambar-
gambar serta penggunaan jenis huruf, ukuran dan
bentuk tulisan yang digunakan.

f. Penggunaan Flipchart
Flipchart adalah salah satu media fasilitasi yang
sangat sederhana namun mampu memberikan hasil
yang baik. Flipchart berguna untuk membantu
fasilitator dalam menyampaikan materi, terutama
tahapan suatu proses. Untuk itu pembuatan media
ini harus mempertimbangkan disain yang menarik,
komunikatif dan pesan yang dituangkan sangat jelas

g. Peta
Peta adalah alat komunikasi yang efektif untuk
menggambarkan lokasi. Beberapa jenis peta yang
biasa digunakan dalam proses fasilitasi adalah:
 Peta Lokasi (sumberdaya), yang menggambarkan
lokasi pemukiman, hutan, lahan pertanian, jalan,
sungai dan fasilitas umum lainnya.
 Peta tenurial dan hak-hak, menunjukkan siapa
menjadi pemilik, dan mempunyai hak untuk
sesuatu, wilayah yang mana atau sumberdaya apa.
 Peta dampak dan tindakan, menggambarkan adanya
dampak dari kegiatan tertentu misalnya illegal
logging di lokasi tertentu, dampaknya berupa
bencana tanah longsor atau banjir, dan tindakan

ccxliv
yang harus diambil untuk mencegah atau
mengurangi resiko bencana tersebut .
 Peta mobilitas, menunjukkan pergerakan orang ke
desa/kota lain di dalam komunitas mereka. Peta ini
bisa mengungkapkan informasi tentang pergerakan
musiman, penggunaan ataupembukaan pasar,
kesulitan transportasi dan sebagainya.

h. Membuat Presentasi dengan Powerpoint


PowerPoint adalah program grafis komputer yang
khusus digunakan untuk membuat presentasi.
Melalui powerpoint kita dapat mengatur teks,
gambar, warna dan membuat animasi secara
bersamaan agar pesan-pesan dapat disampaikan
secara efektif. Penggunaan gambar (ilustrasi) di
antara teks berfungsi untuk memperjelas pesan yang
ingin disampaikan.

i. Siaran Pedesaan dan Penulisan Naskah


Siaran Radio Pedesaan adalah media komunikasi
yang dapat menjangkau sasaran secara massal.
Biayanya pun relatif mudah dan mudah
memanfaatkannya. Suatu naskah radio yang baik
harus mudah untuk diucapkan, menarik perhatian,
ringkas,jelas serta mudah dimengerti. Ketika
membuat siaran radio perlu diperhatikan hal
berikut:
 Tujuan informasi harus jelas,
 Sederhanakan informasi yang akan disajikan,
 Pengucapan kata harus jelas,
 Penggunaan bahasa yang kreatif/aktif,
 Penekanan kata-kata penting,

ccxlv
 Menggunakan musik untuk mendukung
suasana.

j. Teknik Pembuatan Film Video


Dengan adanya handycam juga kamera digital
proses pembuatan film video bisa lebih mudah dan
sederhana. Sebagai media komunikasi, film video
juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan
informasi yang meyakinkan sekaligus menghibur.
Seorang fasilitator harus mampu memproduksi film
video sendiri dari lokasi peserta yang difasilitasi
atau yang mirip dengan lingkungan tempat peserta
bekerja. Hal itu akan sangat membantu proses
komunikasi yang efektif dengan peserta. Film video
ini juga bisa digunakan sebagai dokumentasi proses
yang bisa diputar ulang untuk mengingatkan
kembali dan juga untuk membangun presepsi yang
sama.

k. Menyelenggarakan Pameran
Suatu pameran juga mempunyai tujuan komunikasi.
Untuk mencapai tujuan komunikasi tersebut,
pameran harus menarik perhatian dan apa yang
divisualisasikan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, yaitu informasi. Dalam pameran
diperlihatkan cara-cara teknologi baru, sekaligus
hasil-hasil yang telah dicapai. Pameran adalah
usaha memperlihatkan atau mempertunjukkan
model, contoh, barang dan peta. Agar menarik
pameran harus disusun secara sistematis pada suatu
tempat, sehingga menumbuhkan perhatian. Untuk
merangkum hasil kegiatan fasilitasi di akhir sesi
bisa disajikan dalam bentuk pameran sehingga

ccxlvi
peserta bisa mengingat kembali apa yang telah
dihasilkan.

2. Metode

Ada beberapa metode atau cara yang dapat digunakan


fasilitator agar peserta pendidikan lingkungan mau
berpartisipasi dalam pelestarian alam, yaitu:

a. Curah pendapat (Brainstorming).


Curah pendapat adalah salah satu cara untuk
menghasilkan daftar isu atau permasalahan yang tak
terbatas di dalam sebuah pertemuan kelompok
stakeholder. Untuk memberi kesempatan pada semua
peserta maka biasanya setiap peserta diberi dua sampai
empat kertas plano (ukuran 10 X 20 cm) dan spidol
untuk menuliskan ide atau gagasan tentang isu atau
topik tertentu. Semua gagasan yang telah tertulis
kemudian dibaca dan ditempelkan di papan tulis atau
dinding, kemudian dipilah ke dalam beberapa
kelompok isu yang yang sejenis.

Cara lain, fasilitator menanyakan langsung pada tiap


peserta dan menuliskan jawabannya pada papan tulis
atau kertas flipchart. Semua gagasan, siapa pun
pesertanya dan apa pun sisinya, harus ditampung.
Seseorang ditunjuk untuk membantu fasilitator
mencatat semua gagasan tersebut pada sebuah kertas
besar atau papan tulis. Bisa juga semua peserta
mencatatkan gagasan masing-masing pada selembar
kertas kemudian menempelkannya sendiri di papan
atau dinding.

ccxlvii
Diskusikan bagaimana cara mengelompokkan isu dan
menentukan prioritas kepentingannya.

b. Wawancara.
Dikenal juga dengan istilah wawancara semi
terstruktur. Wawancara melibatkan kegiatan bertanya
pada orang/responden, mendengarkan dan mencatat
jawaban mereka . Beberapa pertanyaan dan topik bisa
disiapkan lebih dulu sebelum wawancara, sedangkan
pertanyaan dan topik lain bisa muncul dan berkembang
pada saat wawancara dilakukan. Gunakanlah sebuah
pedoman atau daftar-periksa (check-list) untuk
mengajukan pertanyaan dan investigasi topik penting
lainnya yang muncul selama wawancara. Tulislah
semua hasil pada saat wawancara atau segera setelah
wawancara selesai.

c. Daftar-periksa (checklist)
Daftar periksa adalah daftar informal tentang isu-isu
yang akan dikumpulkan. Gunakan daftar ini sebagai
pegangan wawancara, sebagai ganti dari survey formal
atau kuesioner. Modifikasilah secara teratur sejalan
dengan munculnya informasi dan isu baru.

d. Pertemuan desa/komunitas.
Datanglah ke desa-desa atau kelompok komunitas jika
ada pertemuan-pertemuan. Atau, adakan pertemuan
khusus untuk memberi informasi baru maupun untuk
mendapatkan umpan balik. Komunikasikan maksud
dari pengelolaan hutan pada pertemuan-pertemuan—
khususnya pada tahapan awal identifikasi kelompok
stakeholder dan kemungkinan dampaknya. Pertemuan

ccxlviii
semacam ini sangat penting apalagi jika isu atau
konflik yang luas muncul.

e. Focus group.
Kumpulkan kelompok-kelompok komunitas untuk
mendiskuskan topik khusus. Sebagai contoh,
kelompok petani yang menginginkan lahan dalam
hutan atau kelompok pemburu dan aktifitas mereka di
dalam hutan.

f. Informan kunci.
Sempatkan untuk melakukan konsultasi mendalam
dengan ahli lokal yang dikenal, tokoh atau individu
yang berpengetahuan yang dapat memberi informasi
kritis.

g. Pengamatan langsung.
Amati dan perhatian suatu kejadian atau situasi di
lapangan, dan bertanyalah pada diri sendiri apa yang
telah anda lihat atauamati.

h. Pemetaan partisipatif.
Kegiatan ini memberi kesempatan bagi stakeholder
untuk menyiapkan peta-peta
sumberdaya/masalah/konflik. Peta ini dapati dibuat
pada kertas, papan tulis, tanah, lantai. Peta jugadapat
dibuat dengan menggunakan bahan lokal seperti
tongkat, daun, batu, rumput, pasir, tanah berwarna,
bungkus rokok, potongan genteng dan sebagainya dan
membuatnya di tanah. Buatlah satu peta pendahuluan
yang kemudian dilengkapi oleh orang lain atau peserta.
Banyak macam peta yang bisa dihasilkan dari proses
pemetaan partisipatif ini, misalnya:

ccxlix
i. Profil Sejarah.
Bekerja dengan kelompok komunitas untuk
menyiapkan sejarah kejadian-kejadian utama dalam
komunitas dengan perkiraan kapan terjadinya, dan
diskusikan perubahan-perubahan apa yang terjadi dan
mengapa terjadi (sebab akibat).

Apakah keuntungan pendidikan lingkungan


bagi masyarakat?
Poin ini sangat penting dalam program penyadartahuan
(awareness) tentang pelestarian alam dan lingkungan yang
terkait dengan rekakehidupan masyarakat, khususnya mata
pencarian m. Kegiatan selanjutnya agar program PNPM
LMP mendapatkan respon dari kalangan masyarakat dan
kegiatan ke depan menjadi tanggung jawab bersama untuk
penyelamatan lingkungan, perlu melakukan beberapa
langkah.

Kegiatan dalam mengubah perilaku memang memerlukan


waktu yang panjang, karena berhubungan langsung dengan
berbagai faktor, seperti ekonomi, sosial budaya dan politik.
Sehingga diperlukan cara yang tepat agar program PNPM
LMP yang hanya 3 tahun ini dapat membuka mata
masyarakat bahwa usaha pelestarian alam sangat
menguntungkan bagi kehidupan mereka.

Beberapa Studi Kasus

Di Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, masyarakat


nelayan telah merasakan betapa sulitnya harus melaut lebih
jauh lagi untuk menangkap ikan. Menurut pendapat para

ccl
tokoh masyarakat dan nelayan, hal ini dikarenakan
rusaknya terumbu karang akibat pengeboman dan
peracunan ikan (bius). Selain itu juga kerusakan hutan
bakau, sehingga tak ada lagi tempat bagi ikan untuk
berkembang biak. Akhirnya disepakati untuk melakukan
penjagaan bersama dan ada aturan larangan melakukan
pengeboman dan peracunan, selain itu memulai melakukan
rehabilitasi hutan bakau.

Di Kecamatan Bolaang Uki, Boolang Mongondow,


Sulawesi Utara, saat dilakukan pelatihan KPMD, beberapa
kelompok telah merasakan bencana yang menimpa pada
tahun 2006, yaitu banjir. Dalam usulan kegiatan disepakati
peserta yang terdiri dari semua desa untuk melakukan
kegiatan rehabilitasi lahan di hulu dan rehabilitasi pesisir
untuk mencegah bencana lingkungan berupa banjir dan
abrasi laut.

Di Desa Nangrang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten


Sukabumi, masyarakat pernah dihadapkan pada dua
pilihan, yaitu penambangan pasir atau keperluan air.
Beberapa masyarakat memilih penambangan pasir untuk
menyambung kehidupan, karena akan membuka lapangan
pekerjaan. Namun bila bukit tersebut ditambang, maka
akan berdampak yang sangat luas, yaitu kekurangan air.
Akhirnya program No Leuweung No Cai, berjalan dengan
baik.

Yayasan Telapak pernah mengembangkan program


penyadaran tentang air di sebuah desa di Bogor Barat.
Masyarakat di sana sudah merasakan akibat hilangnya
hutan dari perbukitan, karena secara langsung debit air
menurun, baik untuk kebutuhan rumah tangga ataupun

ccli
pertanian. Sungai juga mulai surut. Semua itu disadari
masyarakat setempat. Akhirnya mereka sepakat
memperbaiki DAS (Daerah Aliran Sungai) dan kawasan
tangkapan hujan dengan tanaman yang cepat tumbuh, yaitu
bambu. Hasilnya kini sudah dapat dirasakan.

Masih banyak contoh sukses tentang program perbaikan


lingkungan walau dalam skala kecil. Namun hal ini jauh
lebih baik. Meski hanya di tingkat lokal, diharapkan
kegiatan kita dapat memberi manfaat di tingkat global.

cclii
DAFTAR PUSTAKA
Panduan No. 1:
A. Buku Bacaan.
1 Hasbullah. Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil,
Sumatera Barat. Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi
dan Industri Sumatera Barat.
2 Isroi. 2008. Kompos. Makalah. Bogor: Balai Penelitian
Bioteknologi Perkebunan Indonesia, dalam Wikipedia.
3 Musanif, J., dkk. 2006. Program Bio Energi Pedesaan-
Biogas Skala Rumah Tangga. Jakarta: Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian.
4 _____________. 2009. Biogas : Sumber Energi
Alternatif yang Ramah Lingkungan. Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat,
Universitas Kristen Petra.
5 Rahman, Burhani. ―Biogas, Sumber Energi Alternatif‖.
Kompas. 8 Agustus 2005.
6 Widarto, L dan FX. Sudarto C.Ph. 1997. Membuat
Biogas. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
7 Widodo, TW, dkk. Pemanfaatan Energi Biogas untuk
Mendukung Agribisnis di Pedesaan. Balai Besar
Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong. (tidak
diterbitkan).

B. Sumber website:
1 http://www.sinarharapan.co.id
2 http://ikankoi.wordpress.com
3 http://abusya.multiply.com
4 http://organisasi.org
5 http://www.suparlan.com
6 www.kabarindonesia.com
7 http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah

ccliii
8 http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah
9 http://www.e-
dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=257&fname=all.
htm
10 www.idepfoundation.org
11 http://www.harapanibu.sch.id/berita-hi/berita-
lainnya/ada-apa-dengan-sampah/
12 www.pertaniansehat.or.id/index.php?pilih=news&mod
=yes&aksi=lihat&id=48 - 20k
13 http://www.togarsilaban.com/2007/05/09/takakura/
14 http://kathakania.blogspot.com/2008/10/cara-membuat-
keranjang-sampah-takakura.html
15 http://langitlangit.com/mod.php?mod=publisher&op=vi
ewarticle&artid=327
16 http://kamase.org/2008/11/03/cara-mudah-membuat-
digester-biogas/
17 http://manglayang.blogsome.com/biogas-infrastruktur-
part1/
18 http://www.hanjuang.co.id
19 www.idepfoundation.org
20 http://www.harapanibu.sch.id/berita-hi/berita-
lainnya/ada-apa-dengan-sampah
21 www.pertaniansehat.or.id/index.php?pilih=news&mod
=yes&aksi=lihat&id=48 - 20k

Sumber Gambar :
1 Foto keranjang & ember composting : Agustinus
Wijayanto/KANOPI Indonesia
2 Foto-foto : Oki Kristyawan, Maruf Erawan,Danang,
Arif Nurmawan, Ulie R. /KANOPI INDONESIA
3 Kontak sumber: Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi
dan Industri Sumatera Barat; Jl. Rasuna Said, Padang
Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040

ccliv
Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil
Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Industri Sumatera Barat

Panduan No. 2:
A. Buku Bacaan
1 Anonim. 1991. Buku Panduan Air dan Sanitasi. Pusat
Informasi Wanita dalam Pembangunan. PDII-LIPI dan
Swiss Development Cooperation, Jakarta.
2 __________. Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat
Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI
bekerjasama dengan Swiss Development.
3 Anonim. 2005. Sistim Informasi Manajemen
Pembangunan di Perdesaan. Bappenas.
4 Al Azharia Jahn, Samia. 1981. Traditional Water
Purification in Tropical Developing Countries: Existing
Methods and Potential Application. Eschborn: GTZ.
5 Hairiah, Kurniatun., Mustofa Agung Sardjono dan
Sambas Sabarnudin. 2003. Pengantar Agroforestri.
Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast
Asia.
6 King, KFS. 1979. ―Agroforestry and the Utilisation of
Fragile Ecosystems‖. Forest Ecology and Management,
International Council for Research in Agroforestry
(ICRAF). Amsterdam: Elsevier Scientific Publishing
Company. Vol. 2. Hal. 161—168.
7 Rawung, Jeinner J. 2008. Aren Berpotensi dan Bernilai
Ekonomis :Menuju Kubar, Kukar dan Samarida Bebas
Banjir. LBP2SDM dan Deputi Perencanaan Brigade
Manguni. Kalimantan.
8 ___________. Manado: Balai Penelitian Kelapa dan
Palma Lain.

cclv
9 ___________. 2007. Budidaya Tanaman Aren. Dinas
Perkebunan.
10 Sardjono, Mustofa Agung., T. Djogo, H.S. Arifin dan
N. Wijayanto. 2003. Klasifikasi dan Pola Kombinasi
Komponen Agroforestri. Bogor: World Agroforestry
Centre (ICRAF) Southeast Asia.
11 Suprayogo, Didik., K. Hairiah, N. Wijayanto, Sunaryo
dan M. van Noordwijk. 2003. Peran Agroforestry pada
Skala Plot. World Agroforestry Centre (ICRAF)
Southeast Asia. Bogor.
12 Wattimena, Gustaf Adolf. 2003. Contoh-Contoh
Agroforestri di Maluku. World Agroforestry Centre
(ICRAF) Southeast Asia. Bogor.

B. Sumber website:
1 http://www.bpphp15.dephut.go.id/sengon/Definisi%20
Agroforestri.htm
2 http://www.lablink.or.id/Agro/Agroforestri/agf-
bentuk.htm
3 http://ditjenbun.deptan.go.id/tahunanbun/tahunan/index.
php?option=com_content&task=view&id=122&Itemid
=30
4 http://id.wikipedia.org/wiki/Enau
5 http://africasiaeuro.com/Moringa1.html
6 http://en-ulagam.blogspot.com/2007/01/drumstick-
leaves-stir-fry.html
7 www.squidoo.com/moringa
8 www.stuartxchange.com/Malunggay.html
9 www.moringafarms.com/growing_it.htm
10 http://www.ezee1.com/my/pro_moringa.html

Ilustrasi pohon dan orang : Donald Bason


Foto-foto : wikipedia

cclvi
Panduan No. 3:
A. Buku Bacaan.
1 Afrianto, E. dan E. Liviawaty, 1993. Budidaya Rumput
Laut dan Cara Pengolahannya. Jakarta: Penerbit
Bathara.
2 Angkasa, W.I.M., Sujatmiko, J. Anggadiredja, Zantika
A., 1998. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut
Eucheuma spesies di Perairan Pantai dan Gracillaria
spesies di Tambak. Jakarta: Deputi Bidang Pengkajian
Ilmu Dasar dan Terapan BPPT.
3 Anonymous, 1991. Peraturan Pengembangan Usaha
Budidaya Rumput Laut di Daerah Nusa Tenggara
Barat. Mataram: Dinas Perikanan dan Kelautan
Propinsi Nusa Tenggara Barat.
4 Anonymous, 2008. Jenis Rumput Laut Potensial.
Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
Departemen Kelautan dan Perikanan.
5 Bracca, R.T., 1989. Performance of Eucheuma
(Seaweeds) in Indonesia: Part 1 Agronomic Characters.
FMC-Marine (Colloids Division). Philipinnes.
6 Doty M.S., J.F. Caddy and Santelices, 1986. Case
Studies of Seven Commercial Seaweeds Resources.
FAO Fish.
7 Hidayat, A., 1994. Budidaya Rumput Laut. Surakarta:
Penerbit Usaha Nasional.
8 Indriani, H dan Sumiarsih E., 1991. Budidaya,
Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut. Jakarta:
Penebar Swadaya.
9 Juneidi. AKH. Wahid. 2004. Rumput Laut, Jenis dan
Morfologisnya. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan Tahun 2004. Departemen Pendidikan
Nasional.

cclvii
10 Juneidi. AKH. Wahid. 2004. Teknik Budidaya Rumput
Laut. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan
Tahun 2004. Departemen Pendidikan Nasional
11 Kasim, M. 2008. Strategi Penyelamatan Sumberdaya
Alam Pesisir dan Laut.
12 Khazali, M., 2005. Panduan Teknis Penanaman
Mangrove. Wetlands International - Indonesia
Programme.
13 Muskar, Y.Fujaya 2007. Mempersiapkan Kepiting
Menjadi Komoditas Andalan. Universitas Hasanuddin.
Pusat Informasi dan Data PSDA Sulawesi.
14 Mubarak, H.S., et. al. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya
Rumput Laut. Jakarta: Departemen Pertanian.
15 Onrizal. 2008. Peranan Ekosistem Mangrove Dalam
Manunjang Kehidupan Masyarakat Pesisir. Makalah
pada Lokakarya Pengelolaan Mangrove Bagi
Masyarakat Pesisir. Sub-Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Langkat, Maret 2008. Pusat Penelitian
Sumberdaya Alam dan Lingkungan USU dan
Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara.
16 Rangka, Nur Ansari. 2007. ―Status Usaha Kepiting
Bakau Ditinjau dari Aspek Peluang dan Prospeknya
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maros‖.
Neptunus, Vol. 14, No. 1, Juli 2007: 90 – 100.
17 _________________. 2003, Departemen Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia.
18 Trono, G.C. Jr., 1986. Seaweeds Culture in The Asia-
Pasifik Region. RAPA. Bangkok: FAO of The United
Nation.

B. Sumber website:
1. http://www.teknis-

cclviii
budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-rumput-laut.html

C. Ilustrasi
1 Ilustrasi : Donald Bason
2 Foto : Majalah TROBOS edisi September 2008;
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Probolinggo
3 Ilustrasi rumput laut : Donald Bason Foto-foto dan
Gambar Metode Budidaya : AKH. Wahid Juneidi
Gambar Morfologi : Afrianto dan Liviawati

Panduan No. 4:
A. Buku Bacaan
1 Dirawan, Gufran D. 2003. ‖Analisis Sosio-Ekonomi
dalam Pengembangan Ekotourisme pada Kawasan
Suakamarga Satwa Mampie Lampoko‖. Disertasi
Doktoral., Institut Pertanian Bogor (tidak diterbitkan).
2 Fandeli. Chafid dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan
Ekowisata. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
3 Sembiring, Iskandar, Hasnudi; Irfan; dan Sayed Umar.
2003. Survei Potensi Ekowisata di Kabupaten Dairi.
Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara (tidak diterbitkan).
4 Suhandi, Ary S. 2007. ‖Ekowisata, Harapan dan
Tantangan‖. Sinar Harapan, 24 September

B. Sumber Website:
1 http://www.dephut.go.id/informasi
2 http://permatarika.wordpress.com/2008/12/08/
3 http://www.jed.or.id/v1/ID/welcome.php
4 http://www.gunungleuser.or.id/ekowisata.htm
5 http://id.wikipedia.org/wiki/Bunaken
6 http://www.iptek.net.id

cclix
C. Ilustrasi : Donald Bason dan Foto : Agustinus
Wijayanto/CTRC

Panduan No. 5:
A. Buku Bacaan
1 Anonim. Strategi dan rencana aksi untuk
keanekaragaman hayati di Indonesia, Bappenas. 2003–
2010
2 Grupo Aprender con la Naturaleza. 2003. A Day of
Adventure in the Forest. English Edition. South Africa:
Xanadu Printing&Graphics.
3 Hamid A, Lubis, AH dan Wahyono, EH. 2004.
Laporan kegiatan penyuluhan keliling. Jakarta:
Conservation International.
4 Ham Sam. 1992. Interpretation: A Practical Guide for
People with Big Ideas and Small Budgets. Colorado:
Fulcrum/North American Press.
5 Putro H.R. 2004. Panduan Konservasi Hutan Bagi
Pengambil Keputusan, Jakarta: Inform.
6 Wahyono, EH. 1998. Bagaimana Menjadi Guru dan
Interpreter Alam. Jakarta: Conservation International
Indonesia.
7 Wahyono, EH, Ario A, Digdo, A. 2002. Modul
Pendidikan Konservasi Alam. Jakarta: Conservation
International Indonesia.
8 Wahyono EH dan Ario, A. 2003. Laporan pendidikan
keliling. Jakarta: Conservation International.
9 Wahyono, EH. 2007. Strategi Komunikasi, Pendidikan
dan Penyadaran Masyarakat Mengenai
Keanekaragaman Hayati. Jakarta: KLH. (Inpress).

cclx
Buku panduan ini diterbitkan bersama oleh:

cclxi

You might also like