Professional Documents
Culture Documents
PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
LINGKUNGAN MANDIRI PEDESAAN
(PNPM LMP)
I-1
Panduan Kegiatan Lapangan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Lingkungan Mandiri Pedesaan (PNPM LMP), provinsi
Sulawesi Utara
Diterbitkan Oleh : Wildlife Conservation Society (WCS-IP)
dan Conservation Training and Resource Center (CTRC),
Manado 2009.
ISBN :
Editor : Sunjaya
Illustrator dan tataletak : Eko Wahono.
Kredit foto dan illustrasi dari berbagai sumber.
I-2
Kata Pengantar.
I-3
Buku modul ini merupakan kumpulan dari berbagai tulisan
di media cetak ataupun elektronik dan sumber-sumber lain,
yang memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai
kegiatan yang dapat dilakukan yang ramah lingkungan
dalam rangka membantu usaha pelestarian alam.
Mudah-mudahan bermanfaat.
I-4
Daftar Isi.
Pengantar ii
Daftar Isi iii
Pendahuluan iv
I-5
4. Budidaya Rumput
Laut
5. Rehabilitasi Terumbu
Karang
DAFTAR PUSTAKA
I-6
Pendahuluan.
1. Latar Belakang
A
lam yang kita tempati sekarang ini, menunjukkan
ketidak ramahan kepada umat manusia. Bencana
demi bencana datang silih berganti, semuanya
menelan korban jiwa dan harta yang tak sedikit. Apakah ini
merupakan hukum alam yang sudah ditakdirkan atau akibat
ulah manusia, dan mungkinkah kita menyadari adanya hal
ini?
I-7
Pertanyaan demi pertanyaan timbul di dalam benak kita.
Langsung ataupun tidak, sangat mempegaruhi
perekonomian masyarakat kecil yang lebih banyak
tergantung dari sumber daya alam yang ada di sekitar kita.
I-8
pelaksanaan PNPM LMP ini adalah meningkatkan
kesejahtaraan masyarakat dan kesempatan kerja aya alam
masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong
kemandirian dalam pengambilan keputusan dan
pengelolaan pembanguan perdesaan melalui pengelolaan
lingkungan dan sumber daya alam secara lestari.
I-9
a. Kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas di dalam
lokasi yang telah ditetapkan sebagai Kawasan
Hutan Lindung dan Hutan Konservasi, seperti
Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Hutan Lindung,
Taman Hutan Raya, dan Taman Nasional, kecuali
ada ijin tertulis dari instansi yang mengelola lokasi
tersebut.
b. Kegiatan yang berdampak langsung pada kerusakan
lingkungan (mengakibatkan pencemaran air, tanah
dan udara)
c. Kegiatan ekonomi yang mengarah kepada
perdagangan flora-fauna endemik yang dilindungi.
d. Pembiayaan seluruh kegiatan yang berkaitan
dengan militer atau angkatan bersenjata,
pembiayaan kegiatan politik praktis/partai politik,
e. Pembangunan/rehabilitasi bangunan kantor
pemerintah dan tempat Ibadah,
f. Pembelian chainsaw, senjata, bahan peledak, asbes
dan bahan-bahan lain yang merusak lingkungan
(pestisida, herbisida, obat-obat terlarang dan lain-
lain.),
g. Pembelian kapal ikan yang berbobot di atas 10 ton
dan perlengkapannya,
h. Pembiayaan gaji pegawai negeri,
i. Pembiayaan kegiatan yang memperkerjakan anak-
anak di bawah usia kerja,
j. Kegiatan yang berkaitan dengan produksi,
penyimpanan, atau penjualan barang-barang yang
mengandung tembakau,
k. Kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas
perlindungan alam pada lokasi yang telah
ditetapkan sebagai cagar alam, kecuali ada ijin
tertulis dari instansi yang mengelola lokasi tersebut,
I - 10
l. Kegiatan pengolahan tambang atau pengambilan
terumbu karang,
m. Kegiatan yang berhubungan pengelolaan sumber
daya air dari sungai yang mengalir dari atau menuju
negara lain,
n. Kegiatan yang berkaitan dengan pemindahan jalur
sungai,
o. Kegiatan yang berkaitan dengan reklamasi daratan
yang luasnya lebih dari 50 Ha,
p. Pembangunan jaringan irigasi baru yang luasnya
lebih dari 50 Ha,
q. Kegiatan pembangunan bendungan atau
penampungan air dengan kapasitas besar, lebih dari
10.000 meter kubik.
4. Tujuan
I - 11
Panduan No. 1
Kegiatan di Lingkungan Rumah
Tangga
I - 12
Bagian Pertama
Membuat Pupuk Kompos
I - 13
atau kegunaan lain bagi manusia. Untuk itu, kita perlu memiliki
pemahaman tentang sampah dan bagaimana mengelolanya agar
berguna.
I - 14
Mengapa Harus Kompos?
Membuat kompos adalah salah satu cara mengolah sampah yang
semula dianggap tak berguna menjadi benda yang memberi
manfaat ekonomi dan lingkungan bagi kita.
Secara sederhana, kompos adalah hasil pengolahan sampah
organik atau yang mudah membusuk secara alami. Pengolahan
tersebut dilakukan dalam kondisi suhu yang hangat dan lembab.
I - 15
tangga dan sampah kota
2. Manfaat Lingkungan:
Mengurangi polusi udara akibat pembakaran limbah atau
sampah,
Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
sampah.
I - 16
A. Tahapan pengomposan
2. Pengecil Ukuran
Pengecil ukuran
dilakukan untuk
memperluas
permukaan
sampah,
sehingga
sampah dapat
dengan mudah
dan cepat
didekomposisi
menjadi kompos
3. Penyusunan
Tumpukan
Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan
pengecil ukuran kemudian disusun menjadi tumpukan.
Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain
memanjang dengan ukuran panjang x lebar x tinggi =
2m x 12m x 1,75m.
Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu
(windrow) yang berfungsi mengalirkan udara di dalam
tumpukan.
4. Pembalikan
I - 17
Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang
berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam
tumpukan bahan, gunanya untuk meratakan proses
pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan
pemberian air, serta membantu penghancuran bahan
menjadi partikel kecil-kecil.
5. Penyiraman
Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan
tumpukan yang terlalu kering (kelembaban kurang dari
50%).
Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat
dilakukan dengan memeras segenggam bahan dari
bagian dalam tumpukan.
Apabila pada saat digenggam dan diperas tidak
mengeluarkan air, maka tumpukan sampah harus
ditambahkan air. Sedangkan jika sebelum diperas sudah
keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu
perlu dilakukan pembalikan.
6. Pematangan
Setelah pengomposan berjalan antara 30 hingga 40 hari,
suhu tumpukan akan semakin menurun hingga
mendekati suhu ruangan atau suhu di tempat.
Pada saat itu tumpukan telah lapuk, yaitu berwarna
coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap
pematangan selama ± 14 hari.
7. Penyaringan
Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran
butiran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan serta
untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat
dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal
proses.
I - 18
Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke
dalam tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang tidak
terkomposkan dibuang sebagai residu.
B. Teknik Segitiga
I - 19
Ini adalah teknik membuat kompos dengan cara menumpuk
daun-daun, potongan rumput dan bahan lain di atas terowongan
udara, yaitu sebuah alat berbentuk segitiga dan panjang yang
terbuat dari bambu atau kayu (lihat gambar di bawah).
Terowongan udara berukuran tinggi: 20 cm dan panjang antara
1,5 hingga 2 meter. Buatlah dua buah terowongan udara dan
letakkan berdampingan seperti tampak pada gambar di bawah:
I - 20
Menjaga kelembaban tumpukan
dengan menyiram secara teratur
dan membiarkan sampai menjadi
kompos (± 6 minggu/warna
kehitaman seemua)
C. „Keranjang Takatura‟
Apa itu keranjang Takatura?
Keranjang kompos Takakura merupakan hasil penemuan Mr.
Koji Takakura, orang Jepang yang menemukan sistem
pengolahan sampah organik. Keranjang Takatura kemudian
berkembang sebagai alat pengomposan sampah organik untuk
skala rumah tangga. Keranjang Takakura sangat mudah
digunakan, bersih dan tidak berbau sehingga aman digunakan di
lingkungan rumah.
I - 21
Cara kerjanya adalah:
setelah sampah organik dipisahkan dari jenis sampah
lainnya, diolah dengan memasukkannya ke dalam keranjang
Takakura.
Bakteri yang terdapat dalam starter kit pada keranjang
Takakura akan menguraikan sampah menjadi kompos, tanpa
menimbulkan bau dan tidak mengeluarkan cairan. Inilah
keunggulan pengomposan dengan keranjang Takakura.
I - 22
setiap selesai memasukkan bahan-bahan yang akan
dikomposkan. Bila perlu, tambahkan lagi selapis kompos
yang sudah jadi,
6. Bila kompos sudah berwarna coklat kehitaman dan suhu
sama dengan suhu kamar, maka kompos sudah dapat
dimanfaatkan.
Catatan untuk komposter Keranjang Takakura ini, upayakan agar
bekas sayuran bersantan, daging atau bahan lain yang
mengandung protein tidak dimasukkan ke dalam kardus.
Mengingat starternya telah menggunakan kompos yang sudah
jadi, maka MOL (mikroba lokal) tidak digunakan.
Desain Keranjang Takakura berbahan bambu sederhana dapat
dilihat di bawah :
I - 23
D. Pupuk cair dari sampah
Sampah ternyata tidak hanya bisa dibuat menjadi kompos atau
pupuk padat namun dapat dibuat sebagai pupuk cair. Selain
untuk pupuk, pupuk cair juga bisa menjadi aktivator untuk
membuat kompos. Cara membuat pupuk cair sebagai berikut :
1. Potong-potong sampah hijau seperti sisa sayuran, sayuran
basi, dan sebagainya.
2. Siapkan tong plastik atau tong bekas wadah cat tembok
ukuran 25 kilogram (kg) atau ember yang dilengkapi dengan
tutup.
3. Siapkan kantong plastik ukuran 60 cm x 90 cm dan beri
beberapa lubang sebesar 1 cm. Lubang ini untuk
memperlancar sirkulasi air dalam tong.
4. Siapkan 1/4 kg gula merah yang sudah dilarutkan.
5. Siapkan 1/2 liter bahan EM4 untuk mempermudah proses
pelarutan.
6. Siapkan 1/2 liter air bekas cucian beras.
7. Siapkan 10 liter air tanah. Untuk hasil maksimal jangan
gunakan air hujan atau air PDAM
8. Campurkan air bekas cucian beras, EM4, dan air gula ke
dalam tong plastik. Sementara itu potongan sampah hijau
dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sudah dilubangi.
9. Setelah itu, masukkan kantong plastik ini ke dalam tong
plastik dan tambahkan air tanah.
10. Ikat kantong plastik berisi sampah hijau itu dan tutup pula
tong plastik itu dengan rapat selama tiga minggu (21 hari).
11. Setelah tiga minggu, sampah dalam tong itu tidak berbau dan
kelihatan menyusut. Angkat sampah itu hingga air tiris.
Sampah dari dalam plastik menjadi pupuk padat, sedangkan
air dalam tong menjadi pupuk cair
Sebagai alternatif lain untuk mendapatkan, Yayasan Kanopi
Indonesia mengembagkan double composting secara sederhana,
sehingga hasilnya akan didapatkan jenis kompos, yaitu kompos
padat dan cair. Gambar pembuatan model double composting
dapat dilihat pada gambar di samping.
I - 24
Bagian Kedua
Arang Tempurung Kelapa
I - 25
diolah lebih lanjut menjadi arang aktif, atau sebagai bahan
pengisi dan pewarna pada industri karet dan plastik.
1. Bahan
Pertama yang dilakukan,
tentunya menyiapkan bahan
utamanya, yaitu tempurung
kelapa.
I - 26
b. Lubang di dalam tanah.
Di tanah yang air tanahnya tidak dangkal, dapat digali
sebagai ruang pembakaran. Jika kondisi tanah cukup
kuat atau padat, dinding dan lantai lobang tidak perlu
diperkuat dengan semen dan batu bata. Jika struktur
tanah tidak kuat, misalnya mudah longsor karena banyak
mengandung pasir, maka dinding dan lantai perlu
diperkuat dengan semen dan batu bata. Lubang ini dapat
dibuat dalam berbagai cara.
c. Dapur pengarangan.
Dapur pengarangan adalah ruangan yang bentuknya
sama dengan lubang pengarangan. Dapur pengarangan
dibuat di atas jika tidak memungkinkan menggali lobang
karena air tanah terlalu dangkal.
d. Kiln.
Kiln merupakan alat khusus untuk pirolisis atau
pembakaran. Kiln sederhana terbuat dari drum bekas.
Pirolisis berlangsung di dalam drum dengan membatasi
pasokan udara terhadap bahan yang sedang dibakar.
Pasokan udara diberikan melalui lobang udara pada
badan drum. Pada awal pembakaran, lubang udara
ditutup segera setelah seluruh bahan terbakar untuk
mengurangi pasokan oksigen. Panas dari pembakaran
sebelumnya pada kondisi kekurangan oksigen sudah
cukup untuk pirolisis.
3. Cara membuat
Secara umum, arang tempurung dapat dibuat dengan dua
cara, yakni menggunakan drum dan menggunakan lubang
dalam tanah.
I - 27
Bersihkan tempurung dari sabut, pasir, dan kotoran lainnya.
Lalu, potong tempurung 2,5 cm x 2,5 cm agar dapat mengisi
drum atau lubang lebih banyak dan matangnya merata.
a. Pembakaran
1) Menggunakan Lubang dan Dapur Pengarangan
Pembakaran dapat dilakukan dengan salah satu cara
berikut ini.
Lubang atau dapur pengarangan diisi dengan
tempurung setinggi 30 cm, kemudian dibakar.
Bila lapisan tempurung ini mulai terbakar, di atas
lapisan yang sedang terbakar dimasukkan lagi
tempurung baru sebanyak lapisan sebelumnya. Hal
ini dilakukan terus sampai ruangan terisi penuh.
Setelah itu, lubang atau dapur pembakaran ditutup
rapat. Jika menggunakan lubang pembakaran, di atas
penutup dapat ditambahkan tanah sehingga
penutupan menjadi lebih rapat.
Pada bagian tengah lubang atau dapur pengarangan
diletakkan balok kayu atau bambu (diameter 15-20
cm) secara tegak lurus, lalu isilah lubang tempurung
sampai penuh.
Setelah itu, balok kayu atau bambu dicabut secara
pelan-pelan dan hati-hati sehingga pada bagian
tengah lubang atau dapur pengarangan terbentuk
lubang kecil. Ke dalam lubang kecil tersebut,
masukkan sabut atau daun yang telah dibasahi dengan
minyak tanah, lalu dibakar. Tempurung akan terbakar
dari dasar, dan perlahan merambat ke atas.
Segera setelah semua tempurung terbakar, lubang
atau dapur pengarangan ditutup dengan rapat. Untuk
mengeluarkan asap, tutup harus di buka 2 kali sehari.
Proses pengarangan ini berlangsung antara 5 hingga 7
hari.
I - 28
2) Pembakaran dengan Menggunakan Kiln
Kiln diisi dengan tempurung sepadat dan serapat
mungkin. Kiln yang dibuat dari drum bekas dapat
diisi sekitar 90 kg tempurung.
Lubang udara pada baris pertama dan kedua dari atas
kemudian ditutup. Setelah itu, di dalam dasar ruang
"kassa api pertama", masukkan bahan-bahan yang
mudah terbakar, seperti daun kering dan sabut yang
telah dibasahi dengan minyak tanah, dan dibakar.
Kemudian kiln ditutup.
Segera setelah tempurung pada dasar kiln terbakar
dan api mulai merambat ke bagian atas lubang ketiga
yang terbuka, lubang ketiga tersebut ditutup rapat.
Sementara itu, lobang baris kedua biarkan terbuka.
Demikian seterusnya sampai ke lubang baris pertama
(paling atas).
Selama pembakaran, volume arang akan berkurang,
karena itu tempurung dapat ditambahkan untuk
memenuhi volume ruang pengarangan.
I - 29
ke dalam karung. Arang yang matang terlihat hitam
mengkilap dan bersinar jika dipatahkan. Jika arang akan
dijual, sebaiknya diayak terlebih dahulu sebelum
dimasukkan ke dalam karung.
I - 30
Bagian Ketiga
Membuat Biogas
I - 31
babi), atau sampah organik. Dengan demikian, biogas memiliki
peluang yang besar dalam pengembangannya karena bahannya
dapat diperoleh dari sekitar tempat tinggal kita.
I - 32
3. Meningkatkan ekonomi dan taraf hidup masyarakat desa,
4. Mengurangi penggunaan sumberdaya alam (kayu) sehingga
kelestarian sumber daya alam dapat terjaga, khususnya di
hutan.
I - 33
Dengan demikian, untuk negara tropis seperti Indonesia,
digunakan unheated digester (digester tanpa pemanasan) pada
kondisi kondisi temperatur tanah 20o – 30o C.
Material
Organik
FASE INPUT
FASE
PRODUKSI
BIOGAS FASE
OUTPUT PEMBUANGAN
I - 34
dipergunakan untuk keperluan bahan bakar atau pembangkit
listrik.
I - 35
0,52 liter, bensin 0,80 liter, gas kota 1,50 m3, dan kayu bakar
3,50 kg. Sedangkan produksi biogas dari berbagai bahan
organik dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2. Produksi biogas dari berbagai bahan organik
1 Kotoran Sapi 1 40
2 Kotoran Kerbau 1 30
3 Kotoran Babi 1 60
4 Kotoran Ayam 1 70
I - 36
Jenis Digester
Pemilihan jenis digester disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan pembiayaan/dana. Dari segi konstruksi, digester
dibedakan menjadi:
1. Fixed dome, digester ini memiliki volume tetap sehingga
produksi gas akan meningkatkan tekanan dalam reaktor (
digester). Karena itu, dalam konstruksi ini gas yang
terbentuk akan segera dialirkan ke pengumpul gas di luar
reaktor.
Komponen Digester
Komponen pada digester sangat bervariasi, tergantung pada
jenis biodigester yang digunakan. Tetapi, secara umum digester
terdiri dari komponen-komponen utama sebagai berikut:
I - 37
Residu yang keluar pertama kali merupakan slurry masukan
yang pertama setelah waktu retensi.
4. Sistem pengaduk
Pengadukan dilakukan dengan berbagai cara, yaitu
pengadukan mekanis, sirkulasi substrat digester, atau
sirkulasi ulang produksi biogas ke atas biodigester
menggunakan pompa. Pengadukan ini bertujuan untuk
mengurangi pengendapan dan meningkatkan produktifitas
digester karena kondisi substrat yang seragam.
5. Saluran gas
Saluran gas ini disarankan terbuat dari bahan polimer untuk
menghindari korosi. Untuk pembakaran gas pada tungku,
pada ujung saluran pipa bisa disambung dengan pipa baja
antikarat.
Di sisi lain, untuk teknik dan bahan yang lebih murah dapat
digunakan plastik untuk pembangkitnya/reaktor. Plastik yang
digunakan adalah polyethylene (PE) tubular dengan tipe
pembangkit horizontal continous feed, biasa disebut juga tipe
plug-flow. Pertimbangan tersebut dilakukan karena biaya relatif
rendah, instalasinya mudah dan bahan/alat yang digunakan
mudah ditemukan di lokasi.
I - 38
Gambar 1. Reaktor/Digester biogas plastik
Sumber : http://manglayang.blogsome.com/biogas-infrastruktur-
part1
I - 39
Tahap pembuatan biogas
Pertama, siapkan bahan baku organik yang dapat dicerna oleh
bakteri dan mikroorganisme yang ada dalam pembangkit biogas
dengan terlebih dicampur antara kotoran sapi/ternak dengan air.
Bak Pencampur/Mixer
Bak ini dibuat untuk mencampur kotoran ternak dan air untuk
dialirkan menuju pembangkit. Ukuran bak pencampur bisa
dibuat dengan ukuran 50x50x50cm ditambah dengan kasa/screen
I - 40
terbuat dari kawat ayam dengan mesh +/- 1cm. Desain bak
permanen dengan bahan semen dan batu bata.
I - 41
Digunakan koneksi selang 5/8‖ dari gas outlet menuju botol
jebakan uap air/klep pengaman. Selang di klem ke socket
selang plastik kemudian disambungkan ke PVC SDD dan
dengan menggunakan lem PVC disambung ke pipa PVC ¾‖.
Sebagai cincin/ring digunakan plastik yang dipotong dari jerigen
bekas oli yang menjepit ring kedua yaitu karet ban dalam mobil.
Di dalam kantung plastik, juga terdapat 2 buah ring dan SDL.
Atau dengan memotong ujung bawah SDL, sehingga dasar
permukaan SDL lebih tinggi terhadap cairan kotoran. Hal ini
untuk menghindari terjadinya mampet pada saluran gas outlet.
Kami menyarankan untuk menggunakan karet ban dalam mobil
untuk membuat cincin, karena lebih tebal, selain itu karena
kegiatan ini banyak
membutuhkan karet ban
(motor) yang tidak mudah
robek.
Penggunaan Plastik
Polyethylene (PE)
I - 42
Selanjutnya, setelah ke dua lembar plastik disamakan ujung
ujungnya, dan lembar kedua dipotong, kini saatnya memasang
gas outlet. Tentukan salah satu ujung yang akan menjadi ujung
atas dan ukurlah sepanjang 1.5 meter dari ujung tersebut dan
tandai dengan spidol. Tanda tersebut harus tepat berada di bagian
tengah plastik, sehingga diharapkan gas outlet tepat berada di
tengah atas permukaan pembangkit. Lubang yang akan dibuat
sebaiknya lebih besar sedikit dari diameter luar dari ulir SDL
(socket drat luar) gas outlet.
I - 43
dan ujung plastik jangan sampai terlihat. Tambahkan beberapa
putaran lagi untuk memastikan sambungan benar-benar kedap
atau tidak bocor.
Menggelembungkan Pembangkit
Setelah kedua pipa terpasang dengan baik, langkah selanjutnya
adalah memindahkan pembangkit ke dalam parit/selokan yang
telah dibuat sebelumnya. Untuk memindahkan plastik
pembangkit perlu menggelembungkan dahulu plastik
pembangkit sehingga pembangkit dapat ditempatkan dengan
baik dan mengisi ruangan parit dengan baik. Selain itu fungsi
penggelembungan adalah untuk memastikan bahwa semua
sambungan telah terpasang dengan baik.
Memasang
Pembangkit atau
Reaktor
Setelah pembangkit
atau reaktor
terpasang pada
tempatnya, isilah
pembangkit dengan
sedikit air untuk
menghindari
terlipatnya plastik
dan membuatnya
terpasang lebih baik. Kemudian, pasanglah pipa inlet pada
lubang outlet dari bak pencampur/mixer, lalu pasangkan sumbat.
I - 44
Sedangkan gas outlet dan pipa outlet biarkan tetap tertutup.
Setelah pemasangan ini, pengisian sudah dapat dilakukan.
Biasanya, 20 hari kemudian akan terlihat gas sudah mulai
dihasilkan. Tandanya, plastik pengembang mulai
menggelembung dan keras.
Tanki Penampung
Saluran Biogas
Pipa utamanya menggunakan pipa PVC
ukuran ¾ inci. Sambungan dapat dibuat
permanen dengan lem PVC. Atau, bisa
juga semi permanen, yaitu dengan
mengikat sambungan pipa dengan tali
karet. Hanya sambungan yang penting
saja yang diberi lem. Sambungan penting
ini diantaranya adalah sambungan katup
bola/keran (ball valve).
I - 45
Pada gambar terlihat botol bekas air mineral 1.5 liter yang
berfungsi sebagai water vapor (penjebak/pengaman uap air) dan
katup keamanan. Skema water vapor adalah sebagai berikut:
Kompor Biogas
Penyiapan kompor dilakukan dengan menyambungkan pipa
biogas ke selang yang biasa digunakan pada kompor gas
LPG/kompor minyak bekas, kemudian bagian ujungnya
disambungkan dengan selang tembaga berdiameter bagian dalam
(Internal Diameter; ID) sekitar 0.5cm. Katup gas dibuka dan
ujung pipa didekatkan pada sumber api.
I - 46
CONTOH RENCANA ANGGARAN BIAYA BIO-
DIGESTER
Kebutuhan Item Jumlah
Bak Mixer semen 5 Kg
batu bata - -
pasir - -
Kawat Ram (filter) 1cm 1 M²
batang
Pralon 4 inci tanpa merk 1 (4m)
sok L 4 inci 3
Digester pembuatan lubang digester
(tenaga)
plastik digester (PE 150x08) 13 Meter
Outlet gas PVC drat uliir Pasang
Ban dalam bekas 2 -
Drigen bekas 1 -
Peneduh Bambu 1 Batang
Terpal 9x7 10 -
paku 1 Kg
Outlet
slurry Pipa wavin 4 inci 2 batang(4m)
Ban dalam bekas 1 -
Bak
batang
Penampun Pipa Paralon PVC wavin 3/4
(4m)
g Gas
Plastik penanmpungan gas 5 Meter
T Pipa 12 --
L Pipa 2 -
Sox 3/4 16 -
gulung
tali tampar 2 (10m)
gulung
Kawat 1 (5m)
lem PVC 4 -
TBA besar 2 -
I - 47
TBA kecil 1 -
Kran 1 -
botol
penjebak botol aqua bekas 1.5 liter 3 -
kompor
gas kompor gas (kompor minya) 1 -
lain-lain bensin & makan 4 Hari
TOTAL
I - 48
Bagian Keempat
Membuat Piko-hidro
I - 49
1. Piko-hidro celup, di mana
turbin dan pembangkit
listrik dicelupkan ke
dalam air,
2. Piko-hidro semi celup,
artinya turbin dicelupkan
ke dalam air, sedangkan
pembangkitnya berada di
atas dengan menggunakan
pipa.
Contoh :
Model Turbin Celup TC-60
I - 50
Tak perlu perawatan khusus (maintenance free),
Tanpa bahan bakar, memiliki perangkat tambahan yang
mampu menaikkan tingkat keawetan, performansi dan
kapasitas energi (ampere-jam) seperti sistem kontrol beban,
aki (baterry) dengan inverter. Menggunakan teknologi
lampu LED,
Garansi 3 bulan
Spesifikasi Sistem
Jenis Turbin : Propeller Open Flume
Jenis Generator : Permanent Magnet
Tegangan : 200 - 220 volt
Tegangan tanpa beban : ± 300 Volt
Frekuensi : 90 Hz
Putaran : ± 2700 rpm
Disain Head : 3 meter
Disain Debit : 5.5 liter/detik
Rating power : 100 watt
I - 51
Bagian Kelima
Sumur Resapan
I - 52
Air tanah yang dikeluarkan dari dalam bumi pada dasarnya sama
saja dengan pengeluaran bahan/material berharga yang lain
seperti : emas, batu bara, minyak atau gas. Air biasanya
mempunyai batasan yang istimewa, yaitu dianggap sebagai
sumber alami yang dapat diperbaharui. Angapan ini perlu
kiranya untuk dikoreksi..!! Karena sebenarnya anggapan ini
hanya dapat berlaku jika terdapat keseimbangan antara
masukan/imbuhan air dengan exploitasi di dalam kawasan
tangkapan atau tadahan air.
Sumur resapan air tanah adalah salah satu upaya untuk
meningkatkan imbuhan air tanah, disamping itu manfaat yang
sangat berguna adalah dapat mengurangi banjir akibat limpasan
air permukaan. Dengan pembiayaan yang (secara relatif) tidak
terlalu tinggi, pengadaan sumur resapan ini dapat dilakukan oleh
setiap pembangunan satu rumah tinggal.
Bagaimana membuatnya?
Untuk membuat sumur resapan diperlukan beberapa hal berikut:
I - 53
Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak
pada tanah berlereng, curam, atau labil,
Sumur resapan harus jauh dari tempat penimbunan
sampah, jauh dari "septic tank" (minimum 5 m diukur
dari tepi), dan berjarak minimum 1 meter dari fondasi
bangunan,
Bentuk sumur itu sendiri boleh bundar atau persegi
empat sesuai selera,
Kedalaman air tanah minimum 1,50 m pada musim
hujan,
Penggalian sumur resapan bisa sampai tanah berpasir
atau maksimal 2 m di bawah permukaan air tanah.
Bagaimana spesifikasinya?
Spesifikasi sumur resapan meliputi :
Penutup sumur, dapat menggunakan plat beton bertulang
tebal 10 cm dicampur satu bagian semen, dua bagian pasir,
dan tiga bagian kerikil. Dapat juga menggunakan pelat beton
tidak bertulang setebal 10 sentimeter dengan campuran
perbandingan yang sama, berbentuk cubung dan tidak diberi
beban di atasnya. Atau, menggunakan ferocement setebal 10
cm.
Dinding sumur, bagian atas dan bawah dapat menggunakan
buis beton. Dinding sumur bagian atas juga dapat hanya
menggunakan batu bata merah, batako, campuran satu
bagian semen, empat bagian pasir, di-plester atau di-aci
semen.
Pengisi sumur, dapat menggunakan batu pecah ukuran 10-20
cm, pecahan bata merah ukuran 5-10 cm, ijuk, serta arang.
Pecahan batu tersebut disusun berongga.
Saluran air hujan, dapat menggunakan pipa PVC
berdiameter 110 mm, pipa beton berdiameter 200 milimeter,
dan pipa beton setengah lingkaran berdiameter 200 mm
I - 54
Penampang Sumur Resapan
I - 55
Bagian Keenam
Biopori
Apa manfaatnya?
Manfaat dari pembuataan biopori ini antara lain :
Pembuatan kompos
Penyubur tanah
Beternak cacing
Mengurangi penumpukan sampah
Mengurangi gerusan air (erosi) pada lahan miring
Bagaimana membuatnya?
Biopori adalah lubang silindris digali secara vertikal
dengan diameter 10 – 20 cm dengan kedalaman 80 – 100
I - 56
cm atau dengan pertimbangan tidak sampai melampaui
muka air tanah bila air tanahnya dangkal. Jarak
antarlubang antara 50 - 100 cm,
Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3
cm dengan tebal 2 cm di sekeliling mulut lubang,
Memasukkan sampah organik di dalamnya dan perlu
selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah
berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan,
Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil
pada setiap akhir musim kemarau dengan pemeliharaan
lubang resapan.
Tutup atas
Mata Bor
1 – 1,5 m Biopori garis
tengah 10 cm
Sampah Organik
- 10 cm -
I - 57
Bagian Ketujuh
Membuat Bakso Ikan
I - 58
3. Bumbu-bumbu. Rempah-rempah apa saja dapat dijadikan
bumbu. Akan tetapi biasanya pengusaha baso menggunakan
bawang merah, bawang putih, merica bubuk dan garam.
4. Telur. Telur digunakan agar adonan lebih halus, dan rasanya
lebih enak. Walaupun demikian, telur tidak selalu
digunakan dalam pembuatan baso. Telur ayam, itik dan
puyuh dapat digunakan.
5. Sodium tripoli fosfat. Bahan kimia ini berfungsi sebagai
pengemulsi sehingga dihasilkan adonan yang lebih rata
(homogen). Adonan yang lebih rata akan memberikan
tekstur baso yang lebih baik.
2. Ketel Perebus.
Alat ini digunakan untuk merebus baso mentah menjadi
matang. Pengusaha baso biasanya menggunakan panci
sebagai ketel perebus.
1. Persiapan
a. Penyiangan. Mula-mula sisik disikat dari ekor mengarah
ke kepala dengan sikat ikan tanpa melukai dagingnya.
Kemudian ikan dicuci, dan sisik yang tertinggal dibuang.
Bagian di bawah insang dipotong tanpa menyebabkan
kepala ikan terpotong. Kemudian perut ikan dibelah dari
anus ke arah insang tanpa melukai jeroannya. Perut yang
sudah terbelah dibuka. Jeroan dan insang dibuang.
I - 59
Bagian dalam perut disikat dengan ujung pisau untuk
membuang sisa-sisa darah. Setelah itu, ikan dicuci
sampai bersih.
b. Filleting. Daging rusuk di sayat dari arah kepala ke ekor
sehingga diperoleh fillet. Daging yang tersisa pada
tulang dikerok dengan pisau dan dicampurkan dengan
fillet. Kulit pada fillet dikelupas dan dipisahkan. Kulit ini
tidak digunakan untuk membuat baso.
c. Pembekuan fillet. Fillet dibekukan secara cepat.
Kemudian digiling sampai halus menjadi bubur ikan.
Fillet tidak harus dibekukan, dan dapat langsung
digiling.
I - 60
Bubur ikan diaduk dan lebih dihaluskan di dalam bagian
alat pencampur adonan. Setelah bubur ikan benar-benar rata
dan halus ditambahkan bumbu, sodium tripolifosfat, dan
tepung sedikit demi sedikit sambil terus diaduk dengan
kecepatan tingi. Selama pengadukan, ditambahkan butiran
atau bongkahan es. Pengadukan dianggap selesai jika
terbentuk adonan yang rata, halus dan dapat dibulatkan bila
di remas dengan tangan, kemudian dikeluarkan melalui
lobang yang dibentuk oleh telunjuk dan ibu jari.
5. Penyimpanan
Baso merupakan bahan basah yang mudah rusak. Agar
dapat tahan lama, baso harus disimpan di dalam ruang
pembeku (freezer) dalam kemasan plastik tertutup rapat.
Suhu freezer hendaknya di bawah –18 ° C.
I - 61
yang dihasilkan. Kuah baso seperti itu tidak perlu ditambah
MSG.
1. Bahan:
Air (4 liter),
Daging cincang kasar (300 gram).
Tulang cincang kasar (250 gram),
Bawang putih digiling halus (150 gram),
Bawang merah digiling halus (150 gram),
Merica halus (25 gram),
Seledri segar (5 tangkai),
Pala cacahan kasar (10 gram),
Kapulaga/gardamungu (4 buah),
Garam (secukupnya)
2. Cara Pengolahan:
Daging dicincang dan tulang direbus di dalam air
mendidih selama 30 menit,
Bawang putih, bawang merah dan merica yang telah
digiling halus ditumis dengan sedikit minyak sampai
harum,
Semua bumbu, kecuali seledri dimasukkan ke dalam
rebusan daging dan tulang yang mendidih,
Sepuluh menit kemudian, tambahkan irisan seledri, dan
kuah baso tetap dibiarkan mendidih sebentar, kemudian
di angkat,
Hasil yang diperoleh adalah kuah baso yang enak dan
gurih tanpa bahan kimia tambahan.
I - 62
Bagian Kedelapan
Apotek Hidup di Pekarangan
Pekarangan merupakan
sebidang tanah yang berada
di sekitar rumah yang terbatas
sering dipagari ada juga yang
tidak dipagari, biasanya
ditanami dengan
beranekaragam jenis ada
yang berumur panjang,
berumur pendek, menjalar,
memanjat, semak, pohon
rendah dan tinggi serta terdapat ternak. Dalam hal ini pekarangan
merupakan sebuah ekosistem buatan. Tentunya, pekarangan
yang berada di sekitar rumah kita tersebut jika dimanfaatkan
secara baik akan memberikan hasil yang memuaskan.
III - 63
dari rumah dan tentunya membantu mengurangi belanja obat-
obatan keluarga sekaligus menerapkan gaya hidup ramah
lingkungan dan Menambah nilai dari keberadaan pekarangan
rumah.
III - 64
Dalam hal ini apotik hidup juga mempunyai fungsi sosial, yaitu
apabila tetangga memerlukan obat, dapat kita diberikan, atau jika
hasil buah banyak, sebagian dapat diberikan ke tetangga atau ke
kerabat lainnya. Jenis tanaman untuk apotik hidup dan warung
hidup sangat banyak dan perlu dikembangkan.
A. Pembibitan
1. Perbanyakan dengan Biji
(a) Biji di pilih dari tanaman yang sehat, kuat dan buahnya
berkualitas. Biji di keringanginkan dan kulitnya dibuang.
(b) Siapkan kotak persemaian ukuran 100 x 50 x 20 cm 3
dengan media tanah kebun dan pupuk kandang (1:1), biji
ditanam pada jarak 10-20 cm. Sebaiknya persemaian
diberi naungan dari plastik/sisa-sisa tanaman, tetapi
jangan sampai udara di dalam persemaian menjadi
terlalu lembab. Selama penyemaian, bibit tidak boleh
kekurangan air. Pada umur 2 minggu bibit akan
berkecambah. Jika dari 1 biji terdapat lebih dari 1
anakan, sisakan hanya satu yang benarbenar kuat dan
baik.
(c) Bibit dikotak persemaian harus dipindahtanamkan ke
dalam polybag jika tingginya sudah mencapai 10-15cm.
III - 65
dan membuat bedeng setinggi kurang lebih 25-30cm.
Pengaturan jarak tanam. Sebaiknya disesuaikan dengan
jenis tanaman obat yang akan ditanam, misalnya
berjarak 5-10 cm.
Pemeliharaan
1. Penyiangan.
Penyiangan
tidak dapat
dilakukan
sembarangan,
rumput/gulma
yang telah
dicabut dapat
dibenamkan atau dibuang ke tempat lain agar tidak tu
mbuh lagi. Penyiangan juga biasa dilakukan pada waktu
penggemburan dan pemupukan.
2. Penggemburan tanah yang padat dan tidak ditumbuhi
III - 66
rumput di sekitar pangkal batang perlu digemburkan,
biasanya pada awal musim hujan.
3. Perempelan/Pemangkasan Pemangkasan bertujuan untuk
membentuk kanopi yang baik dan meningkatkan
produksi. Ketika tanaman telah mulai bertunas perlu
dilakukan pemangkasan tunas agar dalam satu cabang
hanya terdapat 3–4 tunas saja. Tunas yang dipilih jangan
terletak sama tinggi dan berada pada sisi yang berbeda.
Tunas dipelihara selama kurang lebih 1 tahun saat tunas-
tunas baru tumbuh kembali. Pada saat ini dilakukan
pemangkasan kedua dengan meninggalkan 2-3 tunas.
Pemangkasan ketiga, 1 tahun kemudian, dilakukan
dengan cara yang sama dengan pemangkasan ke-2.
4. Pemupukan
a. memberikan pupuk seperlunya dengan pupuk kandang
yang sudah tercampur dengan tanah. Pemberian pupuk
dilakukan di dalam parit keliling pohon sedalam
setengah mata cangkul (5 cm).
Panen
1. Ciri dan umur panen adalah 4-5 bulan, tentunya
tergantung jenis tumbuhan obat yang ditanam.
2. Cara Panen. Pada saat pencabutan batang atau
pemotongan daun dapat dilakukan dengan cara biasa
(tangan atau pisau).
III - 67
hamil, kunyit bisa melancarkan persalinan dan
memperbanyak asi.
III - 68
bisdesmetoksikurkumin, serta minyak atsiri yang
mengandung zat-zat seskuiterpena. Zat-zat tersebut mampu
memperbaiki kerusakan jaringan hati.
PENUTUP
Jadi, tunggu apa lagi? Mari membuat apotik hidup dan mulai
meningkatkan kualitas kesehatan dengan cara yang mudah. Oleh
karena itu bila kita membuat taman pekarangan dapat
memanfaatkan menjadi apotik hidup dan warung hidup akan
membantu mengatasi masalah krisis yang berkepanjangan.
III - 69
Panduan No. 2
KEGIATAN PERBAIKAN
LAHAN
III - 70
Bagian Pertama
III - 71
sempit, air yang turun dari langit terus mengalir ke sungai
tanpa ada kesempatan untuk meresap ke dalam tanah.
Akhirnya, manusia yang tinggal di hilir menuai bencana
banjir di musim hujan, atau kekurangan air di saat kemarau.
III - 72
Apa yang dapat dilakukan di daerah resapan?
Banjir di Indonesia saat musim hujan tiba sepertinya
menjadi ‖langganan‖ yang selalu terjadi. Hujan bukan
mendatangkan berkah, melainkan musibah, dan masyarakat
di hilir selalu was-was saat musim hujan datang.
III - 73
diperkirakan dapa membantu meresapkan air hujan ke
dalam tanah.
III - 74
Teras siring menyerupai anak tangga. Lebar anak tangga
yang ditanami tergantung dari kemiringan lahan yang akan
digunakan (lihat gambar).
Di beberapa
desa atau
tempat, seperti
di Bali,
pembuatan
teras siring
sudah
dilakukan
untuk sawah
atau perkebunan, sedangkan di beberapa tempat lain
sebagai penghasil sayur, buah-buahan atau palawija seperti
di Sumatera Utara, Jawa dan daerah lain, tradisi ini sudah
lama diterapkan.
III - 75
Pertanian di daerah tangkapan air
Daerah-daerah tangkapan air mempunyai peranan yang
sangat penting dalam melestarikan air dan tanah. Keduanya
tidak terlepas satu sama lain dan sangat berkaitan dengan
erat. Ada beberapa teknologi pertanian untuk membantu
usaha pelestarian tanah yang bertujuan untuk
mengendalikan erosi dan mencegah degradasi lahan ini,
antara lain:
III - 76
2. Strip Rumput
Adalah sistem pertanaman yang hampir sama dengan
pertanaman lorong, tetapi tanaman pagarnya adalah
rumput.
Strip
rumput
dibuat
mengikuti
kontur
dengan
lebar strip
0,5 m atau
lebih.
Semakin
lebar strip
semakin
efektif mengendalikan erosi. Sistem ini dapat
diintegrasikan dengan peternakan.
III - 77
Pengendali Erosi
Salah satu sistem pengendalian erosi secara mekanis adalah
barisan gulud yang dilengkapi rumput penguat gulud dan
saluran air di bagian lereng atas. Sistem itu bermanfaat
untuk mengurangi laju limpasan permukaan dan
meningkatkan resapan air ke dalam tanah. Hal ini dapat
diterapkan pada tanah dengan infiltrasi/permeabilitas tinggi
dan tanah-tanah yang agak dangkal dengan lereng 10
sampai 30 derajat.
1. Teras Bangku/teras
siring.
Dibuat dengan cara
memotong lereng dan
meratakan tanah di bidang
olah sehingga terjadi deretan
menyerupai tangga.
2. Rorak
Adalah lubang atau
penampang yang dibuat
memotong lereng yang
berfungsi untuk menampung
dan meresapkan air aliran
permukaan. Lubang ini
III - 78
bermanfaat untuk: (1) memperbesar peresapan air ke dalam
tanah; (2) memperlambat limpasan air pada saluran
peresapan; dan (3) sebagai pengumpul tanah yang erosi
sehingga sedimen tanah lebih mudah dikembalikan ke
bidang olah.
3. Embung
Merupakan
bangunan
penampung air
yang berfungsi
sebagai pemanen
limpasan air
permukaan dan
air hujan.
Bangunan ini
bermanfaat untuk
menyediakan air pada musim kemarau.
III - 79
Agar pengisian dan pendistribusian air lebih cepat dan
mudah, embung hendaknya dibangun dekat dengan saluran
air dan pada lahan dengan kemiringan 5 hingga 30 derajat.
Tanah-tanah bertekstur liat atau lempung sangat cocok
untuk pembuatan embung.
4. Mulsa
Adalah bahan-
bahan (sisa-sisa
panen, plastik,
dan lain-lain)
yang disebar
atau digunakan
untuk menutup
permukaan
tanah.
Bermanfaat
untuk mengurangi penguapan (evaporasi) serta melindungi
tanah dari pukulan langsung butir-butir hujan yang akan
mengurangi kepadatan tanah
5. Dam Parit
Adalah cara mengumpulkan atau membendung aliran air
pada suatu parit dengan tujuan menampung aliran air
permukaan sehingga dapat digunakan untuk mengairi lahan
di sekitarnya. Dam parit dapat menurunkan aliran
permukaan, erosi, dan sedimentasi.
Keunggulan dam parit adalah:
Menampung air dalam volume besar akibat
terbendungnya aliran air di saluran/parit.
Tidak menggunakan areal/lahan pertanian yang
produktif.
III - 80
Mampu mengairi lahan cukup luas, karena dibangun
berseri di seluruh daerah aliran sungai (DAS).
Menurunkan kecepatan aliran permukaan, sehingga
mengurangi erosi dan hilangnya lapisan tanah atas
yang subur serta sedimentasi.
Memberikan kesempatan agar air meresap ke dalam
tanah di seluruh wilayah DAS, sehingga mengurangi
risiko kekeringan pada musim kemarau.
Biaya pembuatan lebih murah, sehingga dapat
dijangkau petani.
a. Pengadaan Bibit.
Pengadaan bibit ini dapat
dilakukan melalui biji maupun
persemaian alami, atau anakan
yang tumbuh di sekitar pohon
induk.
III - 81
Gambar 1. Persemaian Alami
III - 82
c. Pemeliharaan.
Setelah bedeng dan lahan disiapkan, tanaman bibit tetap
perlu tetap perlu diperhatikan pemeliharaannya.
Pemeliharaan tanaman meliputi:
Penyulaman: mengganti tanaman yang rusak atau
mati setelah dilakukan 15-20 hari, tanaman sejenis,
Pemupukan: untuk mempercepat pertumbuhan
(sebaiknya menggunakan pupuk kandang/kompos).
Penyiangan: membersihkan belukar atau tumbuhan
pengganggu, diulangi beberapa kali hingga
tumbuhan tumbuh dengan baik.
Pengendalian hama dan penyakit: mengendalikan
semua hama yang mengganggu pertumbuhan
Pendangiran: menggemburkan tanah di sekitarnya
agar tumbuh dengan baik.
III - 83
d. Penyiapan lahan
e. Penanaman.
Setelah bibit siap (setinggi kira-kira 20-40 cm dan
perakaran kira-kira 20cm), bibit dapat diangkut dengan
menggunakan gerobak atau dipikul menuju lokasi yang
akan ditanami. Sebelum tanaman baru siap ditanam,
buatlah lajur penanaman dan lubang.
2 – 5 meter
III - 84
f. Pemeliharaan.
Pemeliharan setelah penanaman sangat penting
dilakukan karena di sinilah kunci kesuksesan.
Pemeliharaan dapat dilakukan dengan berbagai cara,
ismalnya: penyiraman saat musin kemarau, pembuatan
sekat-sekat bakar bila terjadi kebakaran lahan,
pemupukan, dan penyiangan.
III - 85
Bagian Kedua
Wanatani
III - 86
bertugas untuk menenetukan prioritas pembangunan di
bidang kehutanan pada negara-negara berkembang di tahun
1970-an. Mereka melaporkan bahwa hutan di negara-
negara tersebut belum cukup optimal dimanfaatkan.
Penelitian yang dilakukan di bidang kehutanan pun
sebagian besar hanya ditujukan kepada dua aspek produksi
kayu, yaitu eksploitasi secara selektif di hutan alam dan
tanaman hutan secara terbatas. Hingga saat ini konsep
tersebut telah banyak diterapkan di beberapa daerah di
Indonesia
III - 87
6. Di daerah tropis, wanatani bergantung pada
penggunaan dan perlakuan bio-massa tanaman,
terutama dengan mengoptimalkan penggunaan sisa
panen,
7. Secara biologis maupun ekonomis, sistem wanatani
paling sederhana pun jauh lebih kompleks daripada
sistem budidaya monokultur,
III - 88
c. Agrosylvo-pastoral, yaitu suatu sistem pengelolaan
lahan hutan untuk memproduksi hasil pertanian dan
kehutanan secara bersamaan, dan sekaligus untuk
memelihara hewan ternak.
d. Multipurpose forest, yaitu sistem pengelolaan dan
penanaman berbagai jenis tanaman kayu, yang tidak
hanya untuk hasil kayunya, akan tetapi juga daun-
daunan dan buah-buahan yang dapat digunakan sebagai
bahan makanan manusia, ataupun pakan ternak.
b. Kompleks:
Merupakan sistem pertanian menetap yang melibatkan
banyak jenis pohon, baik secara sengaja maupun
tumbuh secara alami pada sebidang lahan yang dikelola
petani mengikuti pola tanam dan ekosistem yang
menyerupai hutan. Komponen penyusun selain pohon,
juga terdapat tanaman perdu, tanaman memanjat
(liana), tanaman semusim dan rerumputan. Ciri utama
wanatani/agroforestry kompleks adalah penampakan
fisik dan dinamika yang mirip dengan hutan alam.
III - 89
Bagaimana melakukan wanatani di wilayah
pesisir atau kepulauan?
Ciri utama daerah kepulauan adalah luas lahan yang
terbatas dengan kemiringan yang tinggi, berbatu atau
berpasir serta sangat rentan terhadap erosi dan longsoran
jika terjadi hujan lebat, terlebih jika penutupan tanah oleh
vegetasi cukup rendah.
A. Horizontal
III - 90
B. Vertikal:
(a).merata dengan beberapa strata (teratur) (b) tidak merata
III - 91
Beberapa tipe wanatani dusun yang ditemukan di Maluku
antara lain:
III - 92
Tanaman campuran lain berupa jenis-jenis bambu:
loleba (Bambusa atra), bambu kuning (Bambusa
vulgaris), bambu petung (Dendrocalamus asper).
Beberapa jenis kayu: kayu bapa (Shorea selanica), kayu
salawaku (Albizzia falcataria), kayu langgua (Intsia
amboinensis), gamutu (Arenga pinnata), kemiri
(Aleurites moluccana), pinang (Areca catechu), melinjo
(Gnetum gnemon) dan petai (Parkia speciousa).
a. Produktivitas
Produk yang dihasilkan sistem wanatani dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yakni:
Langsung menambah penghasilan petani, misalnya
makanan, pakan ternak, bahan bakar, serat aneka
produk industri,
III - 93
Tidak langsung memberikan jasa lingkungan bagi
masyarakat luas, misalnya konservasi tanah dan air,
memelihara kesuburan tanah, pemeliharaan iklim
mikro, pagar hidup, dsb. Peningkatan produktivitas
sistem agroforestri diharapkan bisa berdampak pada
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani
dan masyarakat desa.
III - 94
b. Keberlanjutan
Sasaran keberlanjutan sistem agroforestri tidak bisa
terlepas dari pertimbangan produktivitas maupun
kemudahan untuk diadopsi dan diterapkan. Sistem
agroforestri yang berorientasi pada konservasi sumber
daya alam dan produktivitas jangka panjang ternyata
juga merupakan salah satu daya tarik bagi petani.
III - 95
Sebuah pendekatan yang lebih konstruktif yang bisa
dilakukan adalah dengan memikirkan permasalahan
dalam penyusunan rancangan dan memasukkan
pertimbangan kemudahan untuk diadopsi sedini
mungkin (sejak tahap rancangan). Hal ini tidak berarti
bahwa kedua alasan di atas tidak benar, melainkan lebih
ditekankan kepada proses penyuluhan dan adopsinya
yang sangat kompleks.
III - 96
Bagian Ketiga
Tanaman Budidaya.
Di bawah ini ada beberapa tanaman budidaya yang dapat
dikembangkan oleh masyarakat desa dalam usaha
pelestarian alam melalui perbaikan lahan kritis. Tanaman
budidaya ini dapat ditanam di pekarangan, di kebun
ataupun di daerah pinggiran hutan.
Mengenal aren
Dalam sistematika tumbuhan aren termasuk ke dalam suku
Aracaceae (pinang-pinangan). Tanaman aren memiliki
batang yang tidak berduri, tidak bercabang, berdiameter
kurang lebih 60 cm, bahkan diameter batangnya bisa
mencapai 65 cm. Tangkai daun aren dapat mencapai 1,5
meter, panjang helaian daunnya dapat mencapai 1.45 meter
dan lebar 7 cm, serta bagian bawah daun memiliki lapisan
lilin.
III - 97
Tanaman aren, atau dalam bahasa ilmiahnya disebut
Arenga pinnata Merr, tersebar pada hampir di seluruh
wilayah Indonesia, terutama Sumatera, Kalimantan, Jawa,
Sulawesi, Maluku, dan Papua. Saat ini telah tercatat ada
empat jenis pohon yang termasuk kelompok aren yaitu:
Arenga pinnata (Wurmb) Merr, A. undulatitolia Bree,
A.westerhoutii Grift dan A.ambcang Becc. Jenis yang sudah
dikenal manfaatnya adalah Arenga pinnata, yang umum
dikenal dengan sebutan aren atau enau.
III - 98
Kebanyakan aren tumbuh di wilayah perbukitan,
pegunungan dan lembah. Tanaman ini dapat tumbuh di
mana saja, namun aren tidak tahan pada tanah yang kadar
asamnya tinggi (pH tanah terlalu asam). Aren dapat tumbuh
pada ketinggian 9 hingga 1.400 meter di atas permukaan
laut (mdpl). Namun ternyata berdasarkan hasil kajian, aren
mengalami pertumbuhan paling baik pada ketinggian antara
500 hingga 800 mdpl.
III - 99
menjadi gula aren. Adapun buah aren dapat diolah
menjadi kolang kaling, yaitu bahan makanan yang
banyak digunakan untuk campuran es sirup.
b. Manfaat perlindungan atau konservasi alam
Pohon aren memiliki struktur perakaran yang kuat
sehingga mampu mencegah terjadinya erosi tanah.
Pohon Aren mampu menahan terlama dan terbanyak
volume air hujan di atas pohon, saat hujan (setiap
batang pelepah daun bisa menahan 1-2 liter selama
beberapa jam, pada umur 5-7 tahun memiliki pelepah
dari pangkal batang sampai ke ujung pohon) sehingga
memberikan waktu yang panjang untuk tanah di bawah
pohon untuk dapat menyerap lebih banyak air, dan
dengan sendirinya akan menyimpan air tanah yang
paling banyak (penelitian sementara para profesor dan
para peneliti geologist, pohon aren bisa menyimpan
atau menyerap 200 liter air–10 galon minyak atau galon
air mineral).
III - 100
Bagaimana cara menanam pohon aren?
III - 101
2. Pembibitan
Pengadaan bibit dapat
dilakukan dengan dua cara,
yaitu bibit dari permudaan
alam dan bibit dari hasil
persemaian biji.
III - 102
3. Penanaman
Teknik penanaman aren dapat dilakukan dengan
sistem agroforestri/tumpangsari. Bibit yang ada dapat
ditanam disela-sela tumbuhan yang sudah ada dengan
terlebih dahulu mengolah lahan, misalnya dengan
pencangkulan serta pembuatan lubang tanaman.
Pembuatan lubang tanaman dengan ukuran 30 x 30 x
30 cm dan jarak antar lubang (jarak tanam) adalah 5 x
5 m atau 9 x 9 m. Untuk mempercepat pertumbuhan,
dalam lubang tanaman diberi tanah yang telah
dicampur pupuk kandang/organik. Untuk
menghindari matahari langsung, dapat dibuat
naungan atau peneduh.
4. Pemeliharaan Tanaman
Agar budidaya aren dapat berhasil dengan baik
diperlukan pemeliharaan tanaman yang cukup.
Pemeliharaan tanaman aren adalah dengan:
pengendalian hama penyakit, penanggulangan
tanaman pengganggu (gulma), serta pemberian
pupuk.
a. Ijuk
Pemungutan ijuk dapat
dilakukan dengan memotong pangkal pelepah-pelapah
daun, kemudian ijuk yang bentuknya berupa lempengan
anyaman ijuk itu dilepas dengan menggunakan parang
III - 103
dari tempat ijuk itu menempel. Ijuk yang sudah
dibersihkan dapat dipergunakan untuk membuat
tambang ijuk, sapu ijuk, atap ijuk, dll.
b. Nira
Nira dihasilkan dari penyadapan tandan bunga
(jantan/betina). Namun, dibanding tandan betina, tandan
bunga jantan dapat menghasilkan nira dengan kualitas
baik dan jumlah yang banyak. Sehingga penyadapan
nira hanya dilakukan pada tandan bunga jantan.
Sebelum dilakukan penyadapan dilakukan pembersihan
tongkol (tandan) bunga.
Penyadapan dilakukan dengan memotong tandan bunga
pada bagian yang ditoreh. Kemudian pada potongan
tongkol dipasang bumbung bambu sebagai penampung
nira yang keluar. Biasanya penyadapan nira dilakukan 2
kali sehari (dalam 24 jam) pagi dan sore. Setiap tandan
bunga jantan dapat dilakukan penyadapan selama 3 – 4
bulan sampai tandan mengering. Hasil dari air aren
dapat diolah menjadi gula aren, tuak, cuka dan minuman
segar.
c. Tepung aren
Tepung aren dapat dihasilkan dengan memanfaatkan
batang pohon aren dengan terlebih dahulu membelah
dan dan memisahkan kulit luar dari batang dengan
empelurnya. Selanjutnya isi dalam batang tersebut
diparut atau ditumbuk, kemudian dicampur dengan air
bersih (diekstraksi). Hasil ekstraksi diendapkan
semalaman dilakukan pemisahan air dengan
endapannya. Tepung aren dapat dipergunakan sebagai
III - 104
bahan baku seperti mie, soun, cendol (dawet), dan
campuran bahan perekat kayu lapis.
d. Kolang kaling
Kolang kaling diperoleh dari inti biji buah aren yang
setengah masak. Tiap buah aren mengandung tiga biji
buah. Cara untuk membuat kolang-kaling yaitu dengan
merebus buah aren dalam belanga/kuali selama 1-2 jam
sampai mendidih. Dengan merebusnya, kulit biji aren
akan menjadi lembek dan memudahkan untuk
melepas/memisahkannya dari inti biji. Inti biji kemudian
dicuci beberapa kali sehingga menghasilkan kolang-
kaling yang bersih. Inti biji yang sudah dicuci biasanya
juga dapat diendapkan dalam air kapur selama 2 – 3
hari. Setelah direndam dalam air kapur, maka kolang-
kaling yang terapung inilah yang siap digunakan.
Penutup
Dengan berbagai fakta yang ditampilkan di atas, menjadi
pertimbangan bersama untuk menggalakkan budidaya aren
di Sulawesi Utara, apalagi di Minahasa merupakan sentra
budidaya aren. Selain memberikan manfaat ekonomi
tinggi, baik batang, daun, bunga, dan buahnya. Disisi lain,
pohon aren juga bermanfaat bagi lingkungan
hidup/konservasi.
III - 105
2. Kelor (Moringa oleifera Lamk)
Mengenal kelor
Kelor, dalam bahasa ilmiah disebut
Moringa oleifera Lamk, termasuk ke
dalam famili Moringaceae. Tanaman
ini dikenal dengan nama daerah
marongghi, kelor, kawona, motong,
barunggai. Menurut sejarahnya,
tumbuhan ini berasal dari kawasan
sekitar Himalaya dan India, kemudian
menyebar ke kawasan di sekitarnya
sampai ke Benua Afrika dan Asia-Barat. Klasifikasinya
dalam dunia tumbuhan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Brassicales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera
III - 106
Di hampir seluruh wilayah Indonesia, kelor merupakan
tanaman multi guna. Kelor adalah sejenis tumbuhan yang
tumbuh baik di daerah tropis dan sejak dahulu telah
dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai sayuran dan
obat tradisional.
Bentuk Kelor
Kelor memiliki penampang melintang akar terlihat jaringan
gabus yang tersusun atas beberapa lapis sel gabus
berbentuk segi empat agak beraturan, parenkim korteks
dengan sel berdinding tipis, berisi butir pati tunggal atau
berkelompok, bentuk bundar panjang, dinding sel tebal,
saluran noktah bercabang, di bagian dalam korteks terdapat
kelompok serabut sklerenkim yang memiliki dining tipis,
bentuk poligonal dan lumen lebar, berkas pembuluh
tersusun atas trakea dan trakeida, jari-jari empulur tersusun
dari 1 sampai 3 sel yang bernoktah. Serbuknya berwarna
kuning kecoklatan. bagian pengenal adalah serabut
sklerenkim berdinding tipis, ujung agak tumpul dan lumen
lebar, sel batu dengan lumen bercabang, bagian parenkim
III - 107
korteks butir pati tunggal atau majemuk, hilus konsentrik,
bagian berkas pembuluh dengan penebalan jala.
III - 108
Tabel 1. Kandungan Gizi Tanaman Kelor (Moringa
oleifera, Lamk) (per 100 g)
Kandungan Biji Daun Tepung
Daun
Kadar Air (%) 86.9 75.0 7.5
Calori 26 92 205
Protein (g) 2.5 6.7 27.1
Lemak (g) 0.1 1.7 2.3
Carbohydrate (g) 3.7 13.4 38.2
Fiber (g) 4.8 0.9 19.2
Minerals (g) 2.0 2.3 -
Ca (mg) 30 440 2,003
Mg (mg) 24 24 368
P (mg) 110 70 204
K (mg) 259 259 1,324
Cu (mg) 3.1 1.1 0.57
Fe (mg) 5.3 7 28.2
S (mg) 137 137 870
Oxalic acid (mg) 10 101 1.6%
Vitamin A - B 0.11 6.8 16.3
carotene (mg) 423 423 -
Vitamin B -choline 0.05 0.21 2.64
(mg) 0.07 0.05 20.5
Vitamin B1 -thiamin 0.2 0.8 8.2
(mg) 120 220 17.3
Vitamin B2 -riboflavin - - 113
(mg) 3.6 6.0 1.33%
Vitamin B3 -nicotinic 1.1 2.1 0.61%
acid (mg) 1.5 4.3 1.32%
Vitamin C -ascorbic 0.8 1.9 0.43%
acid (mg) 4.3 6.4 1.39%
Vitamin E -tocopherol 1.4 2.0 0.35%
(mg) 3.9 4.9 1.19%
III - 109
Arginine (g/16g N) 6.5 9.3 1.95%
Histidine (g/16g N) 4.4 6.3 0.83%
Lysine (g/16g N) 5.4 7.1 1.06%
Tryptophan (g/16g N)
Phenylanaline (g/16g
N)
Methionine (g/16g N)
Threonine (g/16g N)
Leucine (g/16g N)
Isoleucine (g/16g N)
Valine (g/16g N)
III - 110
Laporan sebuah penelitian menyebutkan bahwa negara
Etiopia, Somalia, dan Kenya telah memanfaatkan pohon
kelor untuk penghijauan serta menahan penggurunan
(proses terjadinya gurun). Di antara pohon kelor tersebut
juga dapat ditanami jenis tanaman pangan, seperti sorgum,
jagung, serta sayuran terutama kacang-kacangan.
III - 111
3. Bahan Obat-obatan
Manfaat lain dari kelor ladalah sebagai bahan obat-obatan
untuk kesehatan, misalnya untuk: anemia atau kurang
darah, kegelisahan, asthma, bincil, darah kotor, tekanan
darah, bronkitis, katarak, sesak nafas, kolera, radang usus
besar, konjungsi, batuk, diabetes, diare, disenteri, infeksi
mata dan telinga, panas/demam, sakit kepala, cacing usus,
penyakit kuning, malaria, sakit persendian, jerawat,
kehamilan, penyakit kulit kronis, infeksi kulit, sakit perut,
TBC/tuberkulosis, tumor, dan penyakit kemih.
Daun: Pohon: Buah:
Nutrisi Tanaman Sela Bunga: Nutritisi
Obat Kontrol Erosi Obat Obat
4. Pakan Ternak
Selain manfaat di atas, manfaat lain dari kelor adalah dapat
digunakan sebagai makanan ternak yang unggul. Terbukti
dari hasil penelitian para ahli disebutkan bawa ternak yang
memakan kelor dapat meningkatkan produksi susu antara
43%-65%. Jika demikian maka akan diikuti dengan
peningkatan pendapatan peternak tentunya.
III - 112
5. Penyemprot Tanaman
Kelor dapat pula
imanfaatkan sebagai
bahan penyemprot hama
dan penyakit pada
tanaman lain. Caranya,
campurkan sari kelor yang
dicairkan dengan air dan
semprotkan sebanyak 25
ml untuk tiap tanaman.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penyemprotan
dengan sari kelor dapat mempercepat pertumbuhan
tanaman muda, tanaman tumbuh lebih kuat, lebih tahan
terhadap hama dan penyakit, dapat hidup lebih lama,
menghasilkan banyak buah yang besar, akar-daun-tangkai
lebih kuat, dan meningkatkan panen antara 20% hingga
35%.
6. Biogas
Kelor juga dapat dimanfaatkan sebagai biogas. Namun
buku panduan ini belum dapat menampilkan teknik
pembuatan biogas secara rinci karena masih diperlukan
penelitian mengenai proses, bahan campuran, dan standar
penggunaannya.
III - 113
7. Penjernih Air
III - 114
6. Kemudian aduk lagi secara perlahan dan beraturan
selama 5 menit dengan kecepatan 15-20 putaran/menit,
7. Setelah dilakukan pengadukan, air diendapkan selama
1-2 jam. Makin lama waktu pengendapan makin jernih
air yang diperoleh,
8. Pisahkan air yang jernih dari endapan. Pemisahan harus
dilakukan dengan hati-hati agar endapan tidak naik lagi,
9. Pada dasar bak pengendapan diberi kran yang dapat
dibuka, sehingga endapan dapat dikeluarkan bersama-
sama dengan air kotor.
III - 115
yang langsung ditancapkan ke dalam tanah yang dapat
difungsikan sebagai batas tanah, pagar hidup ataupun
batang perambat.
Penutup
Di beberapa negara, tanaman kelor sudah dimanfaatkan
secara intensif dalam bentuk makanan. Sedangkan di
Indonesia, masih sedikit orang memanfaatkan kelor ini,
baik untuk memperbaiki gizi buruk, kerusakan lahan, dan
mengatasi masalah kesehatan lainnya.
III - 116
3. Rambutan (Nephelium sp.)
Sejarah rambutan
Rambutan (Nephelium
sp.) merupakan tanaman
buah hortikultural berupa
pohon dengan famili
Sapindacaeae. Tanaman
buah tropis ini dalam
bahasa Inggrisnya disebut Hairy Fruit berasal dari
Indonesia. Hingga saat ini telah menyebar luar di daerah
yang beriklim tropis seperti Filipina dan negara-negara
Amerika Latin dan ditemukan pula di daratan yang
mempunyai iklim sub-tropis.
Jenis-jenis rambutan
Dari survey yang telah dilakukan terdapat 22 jenis
rambutan, baik yang berasal dari galur murni maupun hasil
okulasi atau penggabungan dari dua jenis dengan galur
yang berbeda. Ciri-ciri yang membedakan setiap jenis
rambutan dilihat dari sifat buah (dari daging buah,
kandungan air, bentuk, warna kulit, panjang rambut). Dari
sejumlah jenis rambutan diatas hanya beberapa varietas
rambutan yang digemari orang dan dibudidayakan dengan
memilih nilai ekonomis relatif tinggi diantaranya:
III - 118
Apa saja syarat pertumbuhannya?
1. Iklim
a. Angin sangat berperan dalam penyerbukan bunga
rambutan,
b. Intensitas curah hujan yang dikehendaki oleh pohon
rambutan berkisar antara 1.500-2.500 mm/tahun dan
merata sepanjang tahun
c. Sinar matahari harus dapat mengenai seluruh areal
penanaman sejak matahari terbit sampai tenggelam.
Intensitas pancaran sinar matahari erat kaitannya dengan
suhu lingkungan.
d. Tanaman rambutan akan dapat tumbuh berkembang
serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 25°C
yang diukur pada siang hari. Kekurangan sinar matahari
dapat menyebabkan penurunan hasil atau kualitas buah
kurang sempurna (kempes).
e. Kelembaban udara yang dikehendaki cenderung rendah
karena kebanyakan rambutan tumbuh di dataran rendah
dan sedang. Apabila udara mempunyai kelembaban yang
rendah, berarti udara kering karena miskin uap air.
Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman
rambutan.
2. Media Tanam
a. Rambutan dapat tumbuh baik pada lahan yang subur
dan gembur serta sedikit mengandung pasir, juga dapat
tumbuh baik pada tanah yang banyak mengandung
bahan organik atau pada tanah yang keadaan liat dan
sedikit pasir.
b. Pada dasarnya tingkat/derajat keasaman tanah (pH)
tidak terlalu jauh berbeda dengan tanaman perkebunan
lainnya di Indonesia yaitu antara 6-6,7 dan kalau
III - 119
kurang dari 5,5 perlu dilakukan pengapuran terlebih
dahulu.
c. Kandungan air dalam tanah idealnya yang diperlukan
untuk penanaman pohon rambutan antara 100-150 cm
dari permukaan tanah.
d. Pada dasarnya tanaman rambutan tidak tergantung
pada letak dan kondisi tanah, karena keadaan tanah
dapat dibentuk sesuai dengan tata cara penanaman
yang benar (dibuatkan bedengan) sesuai dengan
petunjuk yang ada.
3. Ketinggian Tempat
a. Rambutan dapat tumbuh subur pada dataran rendah
dengan ketinggi an antara 30-500 m dpl.
b. Pada ketinggian di bawah 30 m dpl rambutan dapat
tumbuh namun tidak begitu baik hasilnya.
III - 120
2. Teknik Penyemaian Benih
a. Pilih lahan yang gembur, mudah mendapat
pengairan, mudah dikeringkan serta mudah diawasi.
Cangkul tanah sedalam 20-30 cm sambil
dibersihkan dari rumput-rumput, batu-batu dan sisa
pepohonan atau benda keras lainnya.
b. Kemudian tanah dihaluskan sehingga menjadi
gembur dan buatkan bedang-bedeng yang
berukuran lebar 1-1,5 m dan tinggi sekitar 30 cm,
panjang disesuaikan dengan luas
pekarangan/persawahan. Tetapi idealnya bedengan
membujur dari Utara ke Selatan, supaya
mendapatkan banyak sinar matahari walaupun
setelah diberi atap pelindung, dengan jarak antar
bedeng 30 cm. Untuk menambah kesuburan dapat
diberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang yang
sudah matang dan benih siap disemaikan.
c. Tutupi dengan atap yang dipasang miring, atap di
bagian timur lebih ditinggikan agar dapat lebih
banyak kena sinar matahari pagi.
d. Pengecambahan: biji ditanam pada bedeng dengan
jarak 10 X 10 cm setelah berkecambah dan berumur
1-1,5 bulan dan sudah tumbuh daun sekitar 2-3
helai maka bibit dapat dipindahkan dari bedeng
persemaian ke bedeng pembibitan dengan jarak 1-
14 m.
e. Untuk bibit yang berasal dari cangkok maupun
okulasi dapat dengan mencungkil/membuka sekitar
5 cm plastik yang melekat pada media penanaman
dengan hati-hati agar jangan sampai akar menjadi
rusak. Agar tumbuh akar lebih banyak maka dalam
penanaman kembali akar tunggangnya dapat
III - 121
dipotong sedikit untuk menjaga penguapan, lebar
daun dipotong separuh serta keping yang menempel
di biarkan sebab berfungsi sebagai cadangan
makanan sebelum dapat menerima makanan dari
tanah yang baru. Ditanam dengan jarak sekitar 30-
40 cm.
3. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
a. Sejak bibit berkecambah dan hingga berumur 1-1,5
bulan disiram pagi sore
b. Setelah kecambah dipindah ke bedeng pembibitan,
penyiraman cukup sekali tiap pagi hari sampai
menjelang matahari terbit, dengan menggunakan
"gembor"/penyiram tanaman supaya merata dan
tidak merusak bedengan, usahakan air dapat
menembus sedalam 3-4 cm dari permukaan.
c. Lakukan pendangiran bedengan supaya tetap
gembur setiap 2-3 minggu sekali, rumput yang
tumbuh disekitarnya supaya disiangi, hindarkan dari
serangan hama dan penyakit.
d. Sampai umur kurang lebih 1 tahun persemaian
dilakukan terhadap pohon baru setelah itu dapat
dilakukan okulasi dimana sebelumnya dirontokkan
daun-daun pohon induk yang telah dipilih mata
kulitnya. Kemudian siapkan tempat untuk
penempelan mata kulit tersebut sampai tumbuh
tunas. Setelah itu pangkas tunas asli pada pohon
induk yang telah ditempel, rawat dengan
penyiraman 2 kali sehari, mendangir serta
membersihkan rumput-rumput yang ada.
III - 122
4. Pengolahan Media Tanam
a. Persiapan:
Pilihlah tanah yang subur, hindari daerah yang
kondisi tanahnya terlampau liat dan tidak memiliki
sirkulasi yang baik. Jika pada daerah perbukitan
tetapi tanahnya subur, dibuat sengkedan (teras) pada
bagian yang curam, kemudian untuk
menggemburkan tanah perlu di bajak atau cukup
dicangkul dengan kedalaman sekitar 30 cm secara
merata.
b. Pembukaan Lahan:
Tanah yang akan dipergunakan untuk kebun
rambutan di kerjakan semua secara bersama,
tanaman pengganggu seperti semak-semak dan
rerumputan dibuang dan benda-benda keras
disingkirkan kemudian tanah dibajak/dicangkul.
Bila bibit berasal dari cangkokan, pengolahan
tanah tidak perlu terlalu dalam tetapi kalau dari
hasil okulasi perlu pengolahan yang cukup
dalam.
Membuat saluran air selebar 1 meter dan
kedalaman sesuai dengan kedalaman air tanah,
guna mengatasi sistem pembuangan air yang
kurang lancar.
Tanah yang kurus dan kurang humus atau tanah
cukup liat diberikan pupuk hijau yang dibuat
dengan cara mengubur ranting-ranting dan
dedaunan (kondisi ini dibiarkan selama kurang
lebih 1 tahun sebelumnya).
c. Pembentukan Bedengan:
Setelah tanah dalam keadaan gembur, dibuat
bedeng-bedeng berukuran lebar 8 m dan tinggi
sekitar 30 cm dengan perataan dasar atasnya guna
III - 123
menopang bibit yang akan ditanam. Panjang
disesuai kan dengan luas pekarangan/persawahan.
Idealnya panjang bedengan sekitar 10 m, dengan
arah membujur dari utara ke selatan, supaya
mendapatkan banyak sinar matahari pagi walaupun
setelah diberi atap pelindung. Beri jarak 1 m antar
bedeng untuk lalu-lintas para pekerja dan dapat
dipergunakan sebagai saluran air pembuangan.
Untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk
hijau, kompos/pupuk kandang yang sudah matang
d. Pengapuran
Pengapuran pada dataran yang berasal dari tambak
dan juga dataran yang baru terbentuk yang tidak
bisa ditanami, selain tanah masih bersifat asam juga
belum terlalu subur. Gali lobang-lobang dengan
ukuran penanaman di pekarangan dan dasarnya
ditaburi kapur sebanyak 0,5 liter untuk setiap
lobang guna menetralkan pH tanah hingga
mencapai 6-6,7 sebagai syarat tumbuhnya tanaman
rambutan.
e. Pemupukan
Setelah jangka waktu 1 minggu dari pemberian
kapur pada lubang-lubang tersebut, kemudian
diberikan pupuk kandang sebanyak 25 kg (kurang
lebih 1 blek) dan setelah 1 minggu lahan baru siap
untuk ditanami bibit rambutan yang telah jadi.
5. Teknik Penanaman
a. Pembuatan Lubang Tanaman.
Pembuatan lubang dengan ukuran 1 x 1 x 0,5 m
dengan jarak antar lubang sekitar 12-14 m
sebaiknya telah dipersiapkan 3-4 pekan
sebelumnya. Pada waktu penggalian tanah yang
III - 124
diatas dan yang di bawah dipisahkan yang nantinya
dipergunakan untuk penutup kembali lubang yang
telah diberi tanaman.
b. Cara Penanaman.
Setelah 2 pekan lubang ditimbun kembali dengan
susunan tanah seperti sedia kala. Tanah bagian atas
dikembalikan setelah dicampur dengan 3 blek (1
blek kurang lebih 20 liter) pupuk kandang yang
sudah matang. Setelah kira-kira 4 pekan dan tanah
yang berada di lubang bekas galian tersebut sudah
mulai menurun baru rambutan ditanam. Penanaman
tidak perlu terlalu dalam, secukupnya saja,
maksudnya batas antara akar dan batang rambutan
di usahakan setinggi permukaan tanah yang ada
disekelilingnya.
c. Perlindungan.
Pada awal penanaman di kebun perlu diberi
perlindungan yang rangkanya dibuat dari
bambu/bahan lain dengan dipasang posisi agak
tinggi di sebelah timur, agar tanaman mendapatkan
lebih banyak sinar matahari pagi dari pada sore hari,
dan untuk atapnya dapat di buat dari daun nipah,
kelapa/tebu. Sebaiknya penanaman dilakukan pada
awal musim penghujan, agar kebutuhan air dapat
dipenuhi secara alamiah.
6. Pemeliharaan Tanaman
a. Penjarangan dan Penyulaman:
Karena kondisi tanah gembur maka tanaman lain
akan mudah tumbuh kembali terutama gulma
(tanaman pengganggu) seperti rumput-rumputan.
Penyiangan harus dilakukan sampai radius 1-2 m
sekeliling tanaman rambutan. Apabila bibit tidak
III - 125
tumbuh dengan baik segera dilakukan penggantian
dengan bibit cadangan.
b. Perempalan/Pemangkasan.
Agar tanaman mendapatkan tajuk yang rimbun,
setelah tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan
perempelan/pemangkasan pada ujung cabang-
cabangnya. Disamping untuk memperoleh tajuk
yang seimbang juga berguna memberi bentuk
tanaman, memperbanyak dan mengatur produksi
agar tanaman tetap terpelihara. Pemangkasan juga
perlu dilakukan setelah masa panen buah berakhir
dengan harapan muncul tajuk-tajuk baru sebagai
tempat munculnya bunga baru pada musim
berikutnya dan hasil berikutnya dapat meningkat.
c. Pemupukan.
Untuk menjaga agar kesuburan lahan tanaman
rambutan tetap stabil perlu diberikan pupuk
kandang/kompos secara berkala.
d. Pengairan dan Penyiraman:
Selama dua minggu pertama setelah bibit yang
berasal dari cangkokan/okulasi ditanam,
penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari,
pagi dan sore. Minggu-minggu berikutnya
penyiraman dapat dikurangi menjadi sekali sehari.
Apabila tanaman rambutan telah tumbuh benar-
benar kuat frekuensi penyiraman bisa dikurangi lagi
dan dapat dilakukan saat-saat diperlukan saja. Bila
hujan turun terlalu lebat diusahakan agar sekeliling
tanaman tidak tergenang dengan cara membuat
lubang saluran air.
e. Gulma.
Segala macam tumbuhan pengganggu tanaman
rambutan yang berbentuk rerumputan yang berada
III - 126
disekitar tanaman rambutan yang akan mengganggu
pertumbuhan bibit rambutan oleh sebab itu perlu
dilakukan penyiangan secara rutin.
2. Cara panen
Cara pemanenan yang terbaik adalah dipetik beserta
tungkalnya yang sudah matang (hanya yang sudah
masak) sekaligus melakukan pemangkasan pohon agar
tidak menjadi rusak. Pemangkasan dilakukan sekaligus
panen agar dapat bertunas kembali dan cepat berbuah.
Apabila pemetikan tidak terjangkau dapat dilakukan
dengan menggunakan galah untuk mengkait tangkai
buah rambutan secara benar.
3. Periode panen
Periode pemanenan buah rambutan dilakukan pada
sekitar bulan Nopember sampai dengan Februari (masa
musim penghujan). Buah yang belum masak supaya
ditinggal dulu dan kemudian dipanen kembali.
III - 127
4. Perkiraan jumlah produksi
Apabila penanganan dan pemeliharaan semenjak
pembibitan hingga panen dil akukan secara baik dan
benar serta memenuhi aturan yang ada maka dapat
diperkirakan mendapatkan hasil yang maksimal. Setiap
pohonnya dapat mencapai hasil minimal 0,10 kuintal,
dan maksimal dapat mencapai 1,75 kuintal setiap
pohonnya.
Penutup
Buah rambutan merupakan buah populer di kawasan
ASEAN, khususnya di tanah air. Buah rambutan dapat
dikonsumsi langsung (buah segar) ataupun diolah menjadi
buah kaleng dan manisan buah rambutan. Selain sebagai
buah segar yang digemari, hasil olahan buah rambutan
telah menjadi komoditi primadona yang memiliki prospek
cerah di Asia dan negara-negara lainnya. Pasar dalam
negeri maupun pasar luar negeri masih merupakan lahan
pemasaran yang menjanjikan. Sehingga sangat tepat untuk
membudidayakan buah rambutan secara intensif dengan
didukung kondisi alam yang ada. Tertarik untuk
membudidayakan? Silakan coba…
III - 128
4. Durian (Durio, spp.)
Mengenal durian
Durian merupakan tanaman buah
berupa pohon yang memiliki buah
yang kulitnya berduri tajam.
Tanaman durian berasal dari hutan
Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan
yang berupa tanaman liar.
Penyebaran durian ke arah Barat
adalah ke Thailand, Birma, India dan Pakistan. Buah durian
sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad 7 M. Nama lain
durian adalah duren (Jawa, Gayo), duriang (Manado), dulian
(Toraja), rulen (Seram Timur).
III - 129
1. Iklim
a. Curah hujan untuk tanaman durian maksimum 3000-
3500 mm/tahun dan minimal 1500-3000 mm/tahun.
Curah hujan merata sepanjang tahun, dengan kemarau
1 2 bulan sebelum berbunga lebih baik daripada hujan
terus menerus.
b. Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan durian
adalah 60-80%. Sewaktu masih kecil (baru ditanam di
kebun), tanaman durian tidak tahan terik sinar matahari
di musim kemarau, sehingga bibit harus
dilindungi/dinaungi.
c. Tanaman durian cocok pada suhu rata-rata 20°C-30°C.
Pada suhu 15°C durian dapat tumbuh tetapi
pertumbuhan tidak optimal. Bila suhu mencapai 35°C
daun akan terbakar.
2. Media Tanam
a. Durian perlu tanah yang subur atau kaya bahan
organik.
b. Tanah yang cocok untuk durian adalah jenis tanah
grumosol dan ondosol. Tanah yang memiliki ciri-ciri
warna hitam keabu-abuan kelam, struktur tanah lapisan
atas bebutir-butir, sedangkan bagian bawah bergumpal,
dan kemampuan mengikat air tinggi.
c. Derajat keasaman tanah yang dikehendaki tanaman
durian adalah (pH) 5-7, dengan pH optimum 6-6,5.
d. Tanaman durian termasuk tanaman tahunan dengan
perakaran dalam. Maka, pohon durian membutuhkan
kandungan air tanah dengan kedalaman yang cukup,
antara 50-150 cm dan 150-200 cm. Jika kedalaman air
tanah terlalu dangkal atau terlalu dalam, rasa buah
III - 130
tidak manis, tanaman akan kekeringan, atau akarnya
busuk akibat selalu tergenang.
3. Ketinggian Tempat
a. Ketinggian tempat untuk bertanam durian tidak boleh
lebih dari 800 m dpl.
b. Tetapi ada juga jenis tanaman durian yang cocok
ditanam di berbagai ketinggian.
c. Penanaman durian pada tanah yang berbukit, atau
kemiringannya kurang dari 15, kurang praktis
dibanding pada lahan yang datar rata.
1 Pembibitan
1. Persyaratan
Benih
Biji untuk bibit dipilih dari biji yang memenuhi
persyaratan:
a. Asli dari induknya.
b. Segar dan sudah tua.
c. Tidak kisut/berkerut.
d. Tidak terserang hama dan penyakit.
2. Penyiapan
Benih dan Bibit
Perbanyakan.
Pohon durian dapat diperbanyak melalui cara generatif
(dengan biji) maupun secara vegetatif (okulasi, penyusuan
III - 131
atau cangkokan).
a. Pengadaan benih dengan cara generatif.
Pilihlah biji-biji yang murni dengan terlebih dulu
mencuci biji-biji tersebut agar daging buah yang
masih menempel terlepas.
Biji yang dipilih dikeringkan pada tempat terbuka,
tidak terkena sinar matahari langsung. Penyimpanan
diusahakan agar tidak berkecambah atau rusak dan
merosot daya tumbuhnya.
Proses pemasakan biji dilakukan dengan baik,
dengan cara diistirahatkan beberapa saat, dalam
kurun waktu 2-3 minggu sesudah diambil dari
buahnya.
Setelah itu biji ditanam.
III - 132
berwarna hijau, berarti okulasi berhasil, jika coklat,
berarti okulasi gagal.
c. Penyusuan
Model tusuk/susuk
1) Bagian atas tanaman calon batang dibelah setengah
bagian menuju kearah pucuk. Panjang belahan
antara 1-1,5 cm diukur dari pucuk. Tanaman calon
batang bawah sebaiknya memiliki diameter sama
dengan batang atasnya. Tajuk calon batang bawah
dipotong dan dibuang, kemudian disayat sampai
runcing. Bagian yang runcing disisipkan kebelahan
calon batang atas yang telah dipersiapkan. Supaya
calon batang bawah tidak mudah lepas,
sambungannya harus diikat kuatkuat dengan tali
rafia.
2) Selama masa penyusuan batang yang disatukan
tidak boleh bergeser. Sehingga, tanaman batang
bawah harus disangga atau diikat pada tanaman
induk (batang tanaman yang besar) supaya tidak
goyah setelah dilakukan penyambungan.
3) Susuan tersebut harus disiram agar tetap hidup.
Biasanya, setelah 3-6 bulan tanaman tersebut bisa
dipisahkan dari tanaman induknya, tergantung dari
usia batang tanaman yang disusukan. Tanaman
muda yang kayunya belum keras sudah bisa
dipisahkan setelah 3 bulan. Penyambungan model
tusuk atau susuk ini dapat lebih berhasil kalau
diterapkan pada batang tanaman yang masih muda
atau belum berkayu keras.
Model sayatan
1) Pilih calon batang bawah (bibit) dan calon batang
III - 133
atas dari pohon induk yang sudah berbuah dan
besarnya sama.
2) Kedua batang tersebut disayat sedikit sampai bagian
kayunya. Sayatan pada kedua batang tersebut
diupayakan agar bentuk dan besarnya sama.
3) Setelah kedua batang tersebut disayat, kemudian
kedua batang itu ditempel tepat pada sayatannya
dan diikat sehingga keduanya akan tumbuh
bersama-sama.
4) Setelah 2-3 minggu, sambungan tadi dapat dilihat
hasilnya kalau batang atas dan batang bawah
ternyata bisa tumbuh bersama sama berarti
penyusuan tersebut berhasil.
5) Kalau sambungan berhasil, pucuk batang
bawah dipotong/dibuang, pucuk batang atas
dibiarkan tumbuh subur. Kalau pertumbuhan pucuk
batang atas sudah sempurna, pangkal batang atas
juga dipotong.
6) Maka akan terjadi bibit durian yang batang
bawahnya adalah tanaman biji, sedangkan batang
atas dari ranting/cabang pohon durian dewasa.
d. Cangkokan Batang.
Durian yang dicangkok harus dipilih dari cabang
tanaman yang sehat, subur, cukup usia, pernah
berbuah, memiliki susunan percabangan yang rimbun,
besar cabang tidak lebih besar daripada ibu jari
(diameter=2–2,5 cm), kulit masih hijau kecoklatan.
Waktu mencangkok adalah awal musim hujan
sehingga terhindar dari kekeringan, atau pada musim
kering, tetapi harus disiram secara rutin (2 kali sehari),
pagi dan sore hari.
Adapun tata cara mencangkok adalah sebagai berikut:
III - 134
Pilih cabang durian sebesar ibu jari dan yang warna
kulitnya 1. masih hijau kecoklatan.
Sayap kulit cabang tersebut mengelilingi cabang
sehingga kulitnya terlepas.
Bersihkan lendir dengan cara dikerok kemudian
biarkan kering angin sampai dua hari.
Bagian bekas sayatan dibungkus dengan media
cangkok (tanah, serabut gambut, mos).
Jika menggunakan tanah, tambahkan pupuk
kandang/kompos dengan perbandingan 1:1. Media
cangkok dibungkus dengan plastik/sabut
kelapa/bahan lain, kedua ujungnya diikat agar
media tidak jatuh.
Sekitar 2-5 bulan, akar cangkokan akan keluar
menembus pembungkus cangkokan. Jika akar sudah
cukup banyak, cangkokan bisa dipotong dan
ditanam di keranjang persemaian berisi media tanah
yang subur.
III - 135
(20°C-23°C).
b. Biji ditanam dengan posisi miring tertelungkup (bagian
calon akar tunggang menempel ke tanah), dan sebagian
masih kelihatan di atas permukaan tanah (3/4 bagian
masih harus kelihatan). Jarak antara biji satu dengan
lainnya adalah 2 cm membujur dan 4-5 cm melintang.
c. Setelah biji dibenamkan, kemudian disemprot dengan
larutan fungisida, kemudian kotak sebelah atas ditutup
plastik supaya kelembabannya stabil.
d. Setelah 2-3 minggu biji akan mengeluarkan akar
dengan tudung akar langsung masuk ke dalam media
yang panjangnya ± 3-5 cm. Saat itu tutup plastik sudah
bisa dibuka.
e. Selanjutnya, biji-biji yang sudah besar siap dibesarkan
di persemaian pembesar atau polibag.
3. Pemindahan
Bibit
Bibit yang akan ditanam di lapangan sebaiknya sudah
tumbuh setinggi 75-150 cm atau berumur 7 – 9 bulan
setelah diokulasi, kondisinya sehat dan pertumbuhannya
bagus. Hal ini tercermin dari pertumbuhan batang yang
kokoh, perakarannya banyak dan kuat, juga adanya
helaian daun dekat pucuk tanaman yang telah menebal
dan warnanya hijau tua.
III - 136
pengaturan volume produksi.
b. Pembukaan
Lahan
Pembersihan dan pengolahan lahan dilakukan
beberapa minggu sebelum penanaman bibit
berlangsung. Batu-batu besar, alang alang, pokok-
pokok batang pohon sisa penebangan disingkirkan.
Perlu dibersihkan dari tanaman liar yang akan
menganggu pertumbuhan.
c. Pembentuka
n Bedengan
Tanah untuk bedengan pembesaran harus dicangkul
dulu sedalam 30 cm hingga menjadi gembur,
kemudian dicampur dengan pasir dan kompos yang
sudah jadi. Untuk ukuran bedengan lebar 1 m
panjang 2 m, diberi 5 kg pasir dan 5 kg pupuk
kompos.
Setelah tanah, pasir dan kompos tercampur merata
dan dibiarkan selama 1 minggu. Pada saat itu juga
tanah disemprot Vapan/Basamid untuk mencegah
serangan jamur/bakteri pembusuk jamur. Di
sekeliling bedengan, perlu dibuatkan saluran untuk
penampung air. Jika bedengan sudah siap, biji yang
telah tumbuh akarnya tadi segera ditanam dengan
jarak tanam 20 x 30 cm.
Penanaman biji durian dilakukan dengan cara
dibuatkan lubang tanam sebesar biji dan
kedalamannya sesuai dengan panjang akar masing-
masing. Setelah biji tertanam semua, bagian
permukaan bedengan ditaburi pasir yang dicampur
dengan tanah halus (hasil ayakan) setebal 5 cm.
III - 137
d. Pengapuran
Keadaan tanah yang kurang subur, misalnya tanah
podzolik (merah kuning) dan latosol (merah-
coklatkuning), yang cenderung memiliki pH 5 - 6
dan penyusunannya kurang seimbang antara
kandungan pasir, liat dan debu, dapat diatasi dengan
pengapuran. Sebaiknya dilakukan menjelang musim
kemarau, dengan kapur pertanian yang memiliki
kadar CaCO3 sampai 90%. Dua sampai 4 minggu
sebelum pengapuran, sebaiknya tanah dipupuk dulu
dan dilsiram 4-5 kali,
Untuk mencegah kekurangan unsur Mg dalam
tanah, sebaiknya dua minggu setelah pengapuran,
segera ditambah dolomit.
III - 138
2. Pembuatan Lubang Tanam
a. Pengolahan tanah terutama dilakukan di lubang
yang akan digunakan untuk menanam bibit durian.
Lubang tanam dipersiapkan 1 m x 1 m x 1 m. Saat
menggali lubang, tanah galian dibagi menjadi dua.
b. Sebelah atas dikumpulkan di kiri lubang, tanah
galian sebelah bawah dikumpulkan di kanan lubang.
c. Lubang tanam dibiarkan kering terangin-angin
selama ± 1 minggu, lalu lubang tanam ditutup
kembali.
d. Tanah galian bagian atas lebih dahulu dimasukkan
setelah dicampur pupuk kompos 35 kg/lubang,
diikuti oleh tanah bagian bawah yang telah
dicampur 35 kg pupuk kandang dan 1 kg fospat.
e. Untuk menghindari gangguan rayap, semut dan
hama lainnya dapat dicampurkan insektisida butiran
seperti Furadan 3 G. Selanjutnya lubang tanam diisi
penuh sampai tampak membukit setinggi 20-30 cm
dari permukaan tanah. Tanah tidak perlu
dipadatkan. Penutupan lubang sebaiknya dilakukan
7-15 hari sebelum penanaman bibit.
3. Cara Penanaman:
a. Bibit yang akan ditanam sebaiknya tumbuh 75-150
cm, kondisinya sehat dan pertumbuhannya bagus,
yang tercermin dari batang yang kokoh dan
perakaran yang banyak serta kuat.
b. Lubang tanam yang tertutup tanah digali kembali
dengan ukuran yang lebih kecil, sebesar gumpalan
tanah yang membungkus akar bibit durian. Setelah
lubang tersedia, dilakukan penanaman dengan cara
sebagai berikut :
Polybag atau kantong pembungkus bibit dilepas
III - 139
(sisinya digunting atau diiris hati-hati)
Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam sampai
batas leher,
Tutuplah lubang dengan tanah galian. Pada sisi
tanaman diberi ajir agar pertumbuhan tanaman
tegak ke atas sesuai arah ajir.
Pangkal bibit ditutup rumput/jerami kering sebagai
mulsa, lalu disiram air.
Di atas bibit dapat dibangun naungan dari rumbia
atau bahan lain. Naungan ini untuk melindungi
tanaman agar tidak layu atau kering tersengat sinar
matahari.
4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penjarangan
dan
Penyulaman
Penjarangan buah bertujuan untuk mencegah
kematian durian agar tidak menghabiskan energinya
untuk proses pembuahan. Penjarangan berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup, rasa buah, ukuran
buah dan frekuensi pembuahan setiap tahunnya.
Penjarangan dilakukan bersamaan dengan proses
pengguguran bunga, begitu gugur bunga selesai,
besoknya harus dilakukan penjarangan (tidak boleh
ditunda-tunda).
Penjarangan dapat dilakukan dengan
menyemprotkan hormon tertentu (Auxin) pada saat
bunga atau bakal buah baru berumur sebulan. Pada
saat itu sebagian bunga sudah terbuka dan sudah
dibuahi. Ketika hormon disemprotkan, bunga yang
telah dibuahi akan tetap meneruskan pembuahannya
sedangkan bunga yang belum sempat dibuahi akan
III - 140
mati dengan sendirinya. Jumlah buah durian yang
dijarangkan ± 50-60% dari seluruh buah yang ada.
b. Penyiangan.
Untuk menghindari persaingan antara tanaman dan
rumput disekeliling selama pertumbuhan, perlu
dilakukan penyiangan (.... diameter 1 m dari pohon
durian).
2) Peremajaan
Tanaman yang sudah tua dan kurang produktif
perlu diremajakan. Tanaman durian tidak harus
dibongkar sampai ke akar-akarnya, tetapi cukup
dilakukan pemangkasan. Luka pangkasan dibuat
miring supaya air hujan tidak tertahan.Untuk
mencegah terjadinya infeksi batang, bekas luka
III - 141
tersebut dapat diolesi meni atau ditempeli lilin
parafin. Setelah 2-3 minggu dilakukan
pemangkasan (di musim hujan) maka pada
batang tersebut akan tumbuh tunas tunas baru.
Setelah tunas baru mencapai 2 bulan, tunas
tersebut dapat diokulasi. Cara okulasi cabang
sama dengan cara okulasi tanaman muda (bibit).
Tinggi okulasi dari tanah ± 1 - 1,5 m atau 2 - 2,5
m tergantung pada pemotongan batang pokok.
Pemotongan batang pokok tidak boleh terlalu
dekat dengan tanah.
C. Pemupukan
Langkah-langkah pemupukan adalah:
a. Sebelum pemupukan, periksa dulu keadaan tanah,
kebutuhan tanaman akan pupuk dan unsur hara
yang terkandung dalam tanah. Sebaiknya
pemupukan dilakukan dengan pupuk kompos.
b. Pada tahap awal buatlah selokan melingkari
tanaman. Garis tengah selokan disesuaikan dengan
III - 142
lebarnya tajuk pohon. Kedalaman selokan dibuat
20-30 cm. Tanah cangkulan disisihkan di
pinggirnya.
c. Sesudah pupuk disebarkan secara merata ke dalam
selokan, tanah tadi dikembalikan untuk menutup
selokan.
d. Setelah itu tanah diratakan kembali, bila tanah
dalam keadaan kering segera lakukan penyiraman.
III - 143
Panduan No. 3
KEGIATAN DI
WILAYAH PESISIR
III - 144
Bagian Pertama
Melestarikan Lingkungan Pesisir
Apa itu wilayah pesisir?
III - 145
Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara
darat dan laut. Ke arah darat meliputi bagian daratan, baik
kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifat-
sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan
air asin. Sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang
masih dipengaruhi proses-proses alami yang terjadi di
darat, seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun
yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto, 1976;
Dahuri et al, 2001). Hutan mangrove, padang lamun dan
terumbu karang adalah habitat yang menjadi bagian dari
ekosistem pesisir.
III - 146
tersebut tak hanya mengganggu ekosistem pesisir, tapi juga
akan mengurangi sumber pendapatan ekonomi masyarakat
di sekitarnya, bahkan bagi perekonomian di Indonesia
secara luas.
III - 147
budidaya hasil laut secara baik untuk mengurangi aktivitas
penangkapan langsung dari alam, serta pemeliharaan dan
pemulihan kondisi terumbu karang. Masyarakat juga dapat
mencegah kerusakan dengan mengurangi segala kegiatan yang
dapat merusak lingkungan pesisir.
Di bagian ini akan disampaikan sebagian dari kegiatan-kegiatan
yang dapat dilakukan oleh masyarakat di wilayah pesisir.
Kegiatan-kegiatan tersebut, selain dapat menjadi peluang
ekonomi, juga dapat bermanfaat bagi pelestarian lingkungan
pesisir.
III - 148
Bagian Kedua
Menanam Mangrove
Mangrove di Indonesia
Indonesia dikaruniai kawasan mangrove yang sangat luas, yaitu
sekitar 3,7 juta hektar. Kawasan mangrove tersebut tersebar di
pesisir-pesisir Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, hingga Papua.
Tetapi, kegiatan pembangunan di wilayah pesisir telah
mengurangi luas hutan mangrove di Indonesia. Penyebabnya
antara lain adalah: pembukaan lahan atau konversi hutan menjadi
kawasan pertambakan, permukiman, industri dan lain-lain.
Selain konversi, kerusakan hutan mangrove juga terjadi akibat
pemanfaatan yang intensif untuk kayu bakar, bahan bangunan,
pemanfaatan daun mangrove sebagai makanan ternak, serta
III - 149
penambangan pasir laut di sepanjang pantai bagian depan
kawasan mangrove.
III - 150
Ciri-ciri lingkungan hutan mangrove:
Tumbuh pada daerah yang memiliki jenis tanah
berlumpur, berlempung atau berpasir
Tergenang air laut atau air payau secara teratur,
Terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut
yang kuat.
Manfaat mangrove:
Peredam gelombang dan badai, pelindung abrasi, serta
penahan lumpur dan sedimen,
Menghasilkan serat untuk keset dan bahan bangunan
(kayu),
Menyediakan bahan baku untuk makanan, minuman,
obat-obatan dan kosmetik.
Menghasilkan bahan kimia: arang dan coal tar, bahan
pewarna kain, rotenone (bahan semacam racun yang
digunakan untuk membunuh ikan hama atau ikan lain
yang tidak dikehendaki), tanin, flavonoid (senyawa yang
dapat mencegah serangan jantung dan kanker), gula
alkohol, asam asetat, dll.
Menghasilkan madu, kepiting, udang, tiram, kerang-
kerangan dan ikan serta makanan bagi binatang.
Mangrove juga merupakan tempat terbaik bagi budidaya
ikan air payau dalam karamba.
Memberikan tempat tumbuh untuk udang dan ikan yang
bermigrasi ke area mangrove ketika muda, dan kembali
ke laut ketika mendekati usia matang seksual. Selain itu
udang karang dan ikan yang bereproduksi di hulu sungai
(freshwater upstream) dan bermigrasi pada masa
III - 151
mudanya karena makanan berlimpah di daerah
mangrove.
Sebagai tempat wisata.
III - 152
Lautan tropis sangat jernih. Oleh karena itu hanya ada
sedikit plankton untuk makanan ikan, kepiting dan
udang. Ekosistem mangrove memiliki produktivitas
unsur organik yang lebih tinggi dari produktivitas di
lautan dan batu karang.
1. Pengumpulan Buah
Sebelum melakukan persemaian, lakukanlah pengumpulan buah
mangrove terlebih dahulu untuk dijadikan bibit tanaman
mangrove.
a b c d e
2. Penyiapan bibit
• bibit mangrove diusahakan berasal dari lokasi setempat atau
lokasi terdekat
• bibit mangrove disesuaikan dengan kondisi tanahnya
• persemaian dilakukan di lokasi tanam untuk penyesuaian
dengan lingkungan setempat
III - 153
3. Pemilihan bibit mangrove
Penanaman mangrove dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
menanam langsung buahnya, cara ini memiliki tingkat
keberhasilan antara 20-30%. Cara lain adalah melalui
persemaian bibit, dengan tingkat keberhasilan antara 60-80%.
III - 154
4. Persemaian bibit mangrove
a. Pemilihan tempat:
lahan yang lapang dan datar,
dekat dengan lokasi tanam,
terendam air saat pasang, dengan frekuensi lebih
kurang 20-40 kali/bulan, sehingga tidak memerlukan
penyiraman.
5. Pembibitan Mangrove
Buah
disemaikan
langsung ke
kantong-
kantong plastik
atau ke dalam
botol air
mineral bekas yang sudah berisi media tanah.
III - 155
Sebelum diisi tanah, bagian bawah kantong plastik
atau botol air mineral bekas diberi lubang agar air
yang berlebihan dapat keluar.
Khusus untuk buah bakau (Rhizopora spp.) dan
tancang (Bruguiera spp.), sebelum disemaikan
sebaiknya disimpan dulu di tempat yang teduh dan
ditutupi dengan karung basah selama 5-7 hari. Hal
ini bermanfaat untuk menghindari batang bibit
dimakan oleh serangga atau ketam pada saat ditanam
nanti.
Daun akan muncul setelah 20 hari,
Bibit dapat ditanam di lokasi setelah berumur antara
2-3 bulan.
B. Penanaman Mangrove
1. Lokasi penanaman
mangrove
Lokasi penanaman
mangrove antara lain
adalah:
III - 156
2. Pemilihan jenis pada setiap tapak/lokasi
Bakau (Rhizophora spp.) dapat tumbuh dengan baik
pada substrat (tanah) yang berlumpur. Bakau dapat
bertoleransi pada tanah lumpur-berpasir, pantai yang
agak berombak dengan frekuensi genangan 20-40
kali/bulan. Bakau merah (Rhizophora stylosa) dapat
ditanam pada lokasi bersubstrat pasir berkoral.
Api-api (Avicennia spp.) lebih cocok ditanam pada
substrat pasir berlumpur terutama di bagian terdepan
pantai dengan frekuensi genangan 30-40 kali/bulan.
Bogem/prapat (Sonneratia spp.) dapat tumbuh
dengan baik di lokasi bersubstrat lumpur atau
lumpur berpasir dari pinggir pantai ke arah darat
dengan frekuensi genangan 30-40 kali/bulan.
Tancang (Bruguiera gymnorrhiza) .) dapat tumbuh
dengan baik di substrat yang lebih keras, yang
terletak ke arah darat dari garis pantai dengan
frekuensi genangan 30-40 kali/bulan.
3. Persiapan lahan
Buatlah jalur tanam searah garis pantai dan
bersihkan jalur tanaman sekitar 1 meter dari
tumbuhan liar.
Pasang ajir dari kayu atau bambu berdiameter 10 cm
secara tegak sedalam 0,5 meter dengan jarak
disesuaikan dengan jarak tanam. Pemasangan ajir
bertujuan untuk mengetahui tempat bibit akan
ditanam, tanda adanya tanaman baru dan
menyeragamkan jarak bibit yang satu dengan
lainnya.
III - 157
4. Cara penanaman
2) Menggunakan bibit.
buat lubang di dekat ajir saat air surut dengan ukuran
lebih besar dari ukuran kantong plastik arau botol air
mineral bekas.
Bibit ditanam secara tegak ke dalam lubang yang telah
dibuat. Lepaskan bibit dari kantong plastik atau botol air
mineral bekas secara hati-hati agar tidak merusak
akarnya.
Sela-sela lubang di sekeliling bibit ditimbun dengan
tanah sebatas leher akar.
III - 158
3) Jarak tanam,
Jarak tanam bergantung pada tujuan penanaman mangrove.
Bila untuk perlindungan pantai, jarak tanam yang digunakan
adalah 1 x 1 meter. Tetapi bila digunakan untuk produksi
digunakan jarak 2 x 2 meter.
b. Sistem wanamina
1) Pada prinsipnya sistem wanamina sama dengan penanaman
mangrove sistem banjar harian. Bedaannya, pada sistem
wanamina dibuatkan tambak/kolam dan saluran air untuk
budidaya perikanan (ikan, udang, dll), sehingga ada
perpaduan antara tanaman mangrove (wana) dan budidaya
perikanan (mina).
2) Secara umum ada 3 pola wanamina, yaitu:
Wanamina pola empang parit. Lahan untuk hutan
mangrove dan empang masih menjadi satu hamparan
yang diatur oleh satu pintu air.
Wanamina pola empang parit yang disempurnakan.
Lahan untuk hutan mangrove dan empang diatur oleh
saluran air yang terpisah.
Wanamina pola komplangan. Lahan untuk hutan
mangrove dan empang terpisah dalam dua hamparan
yang diatur oleh saluran air dengan dua pintu yang
terpisah untuk hutan mangrove dan empang.
III - 159
5. Cara penanaman khusus
Jika lokasi penanaman berombak besar, maka perlu dilakukan
cara penanaman yang berbeda, yaitu dengan:
III - 160
oleh jenis pakis-pakisan atau piyai (Acrosthicum aureum). Jadi,
ketika piyai sudah terlihat mengganggu pertumbuhan anakan
mangrove, perlu dilakukan penebasan. Kegiatan penyiangan dan
penyulaman dilakukan sampai tanaman berumur 5 tahun.
2. Penjarangan.
Penjarangan dilakukan untuk memberi ruang tumbuh yang ideal
bagi tanaman sehingga pertumbuhan tanaman dapat meningkat
serta pohon dapat tumbuh sehat dan baik. Hasil penjarangan
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku arang, industri
chips/kertas, kayu bakar, atau untuk makanan kambing.
III - 161
d. Hama lain yang sering menyerang tanaman mangrove
muda adalah kutu lompat (mealy bug). Kutu lompat
dapat menyebabkan daun mangrove muda berwarna
kuning, kemudian rontok dan tanaman mati. Jika
terdapat tanda-tanda seperti itu, sebaiknya tanaman yang
terserang dimusnahkan agar tidak menyebar pada
tanaman yang lain.
III - 162
manisan.
III - 163
Excoecaria Batang Bahan kertas, kayu peti
agallocha
Getah buah Racun ikan
Akar Obat sakit gigi &
pembengkakan
Aegiceras Kulit batang Racun ikan
corniculatum Kayu Arang
III - 164
Bagian Ketiga
Budidaya kepiting
Kepiting Mangrove
Kepiting mangrove telah menjadi
komoditas perikanan bernilai ekonomis
tinggi. . Produksi kepiting mangrove di
Indonesia selama ini masih sangat
mengandalkan hasil penangkapan
langsung di alam, sedangkan hasil
budidaya masih kecil jumlahnya.
Kegiatan budidaya yang sudah dikembangkan saat ini
dilakukan di beberapa daerah di Sulawesi Selatan.
III - 165
Jenis Kepiting Mangrove
Ada beberapa jenis kepiting mangrove yang memiliki nilai
ekonomi di pasaran, di antaranya adalah:
1. Scylla oceanica. Kepiting ini berwarna kehijauan dan
terdapat garis berwarna coklat pada hampir seluruh
bagian tubuhnya selain bagian perut.
2. Scylla serrata. Kepiting jenis ini memiliki ciri warna
keabu-abuan sampai warna hijau kemerah-merahan.
3. Scylla tranquebarica. Kepiting jenis ini memiliki
warna kehijauan sampai kehitaman dengan sedikit
garis berwarna coklat pada kaki renangnya.
III - 166
Bila kondisi ekologi mendukung, kepiting dapat bertahan hidup
hingga mencapi umur 3 – 4 tahun. Sementara itu pada umur 12 -
14 bulan kepiting sudah dianggap dewasa dan dapat dipijahkan.
Sekali memijah, kepiting bisa menghasilkan jutaan telur
tergantung ukuran induk. Telur kepiting yang telah dibuahi akan
menetas melalui beberapa fase, yaitu fase zoea, megalops dan
kepiting muda yang akhirnya menjadi kepiting dewasa. Selama
masa pertumbuhannya, kepiting akan mengalami pergantian
kulit (molting) antara 17 - 20 kali, tergantung kondisi lingkungan
dan pakan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan. Proses
pergantian kulit pada fase zoea berlangsung lebih cepat yaitu
sekitar 3 - 4 hari, sedangkan pada fase megalops proses dan
interval pergantian kulit berlangsung relatif lama yaitu setiap 15
hari. Setiap pergantian kulit, tubuh kepiting akan bertambah
besar sekitar 1/3 kali ukuran semula dan panjang carapace
(karapas) meningkat antara 5 - 10 mm pada kepiting dewasa.
Kepiting dewasa yang berumur 12 bulan memiliki lebar
carapace sekitar 17 cm dan berat sekitar 200 g.
III - 167
Faktor tanah, yaitu tekstur tanah liat berpasir, liat berlempung
sehingga mudah untuk konstruksi, tidak mudah bocor atau
porous, bukan tanah gambut dan masam, dengan tingkat
kesuburan yang cukup.
Faktor iklim, yang meliputi curah hujan, suhu, angin dan
berkaitan dengan gelombang atau ombak besar perlu
diperhatikan. Perbedaan musim hujan dan kemarau yang
sangat tegas dan panjang akan mengakibatkan kendala
fluktuasi salinitas, bahaya banjir dan erosi dan abrasi pantai
sehingga air menjadi keruh. Informasi rinci mengenai iklim
penting untuk memperhatikan pola tanam.
Topografi yang relatif datar dan pondasi pantai stabil
merupakan tempat yang ideal.
Air irigasi, yang ideal adalah air irigasi dapat diperoleh secara
cukup mutu dan jumlah setiap diperlukan, baik air tawar
maupun air laut.
Kadar garam berkisar antara 10-35 permil, pH 6.5 - 8.5,
kandungan oksigen terlarut lebih dari 4 ppm, air bersih dan
bebas cemaran, sirkulasi air cukup dengan fluktuasi pasang
surut berkisar antara 1.5 - 2 m, terlindung dari ombak dan
arus deras serta bebas banjir.
III - 168
Ukuran dan tata letak petakan budidaya disesuaikan dengan pola
budidaya yang akan ditetapkan. Tambak pembesaran secara
sederhana untuk polikultur dengan bandeng bisa berukuran antar
1–2 ha, untuk pembesaran monokultur memiliki ukuran antara
0,5-1 ha, dan untuk penggemukan atau produksi kepiting bertelur
berukuran antara 0,01-0,05 ha. Oleh karena itu usaha budidaya
penggemukan dan produksi kepiting bertelur dapat pula
memanfaatkan genangan air saluran, yaitu lahan mangrove yang
cukup mendapat penggantian air dan tidak kering saat surut
terendah.
III - 170
Untuk tujuan produksi kepiting, metode yang digunakan yakni:
sistem keramba apung dan sistem kurungan.
a. Keramba Apung
Keramba apung dibuat dari rangkaian potongan bambu dan
bambu yang sudah disusun menjadi kotak. Ukuran
keramba/karamba disesuaikan dengan lokasi keramba
tersebut akan ditempatkan. Pada sisi-sisi yang berlawanan
dipasang pelampung yang terbuat dari potongan bambu
yang masih utuh atau dari bahan lainnya. Penempatan
karamba apung ini ditempatkan secara bergantian airnya
terjadi secara cukup/baik, seperti pada saluran, tepi sungai
dan tempat lainnya yang memenuhi persyaratan seperti
tersebut diatas. Hal ini dimaksudkan agar sirkulasi udara
tetap terjaga dengan baik. Biasanya, dalam karamba apung
2
ini kepadatan dapat mencapai 20 ekor/m . Dimungkinakn
dengan kepadatan tersebut akan meningkatkan kelulusan
hidup kepiting yang dipelihara. Ukuran siap panen kepiting
bertelur sekitar 200 gr/ekor.
b. Sistem Kurungan
Kurungan terbuat dari bahan
bambu yang dibuat menjadi
rangkaian. Lebat bilah bambu 1-2
cm dengan panjang 1,7 meter. Potongan-potonga bambu
tersebut kemudian susun secara teratur dan akan terbentuk
seperti pagar. Pagar ini selanjutnya dipasang pada saluran
tambak memanjang pada pinggirannya, bila dipasang dalam
tambak, agar ditempatkan pada bagian yang relatif lebih
dalam dan mendapat penggantian air yang cukup sehingga
sirkulasinya akan lebih baik.
III - 171
Selanjutnya, pagar bambu ditancapkan sedalam ± 30 cm
dengan bagian bawah dibuat lebih rapat bertujuan agar
kepiting tidak lolos. Saat kurungan ditempatkan disaluran
tambak ukurannya disesuaikan dengan lebar saluran
tersebut agar tidak mengganggu kelancaran sirkulasi aliran
saluran tambak tersebut sehingga tidak menurunkan
produksi. Pada skala yang lebih besar, dapat menggunakan
luasan tambak dengan ukuran antara 0,25 Ha-0,50Ha yang
dipagari keliling dengan bamboo atau dari waring. Dalam
teknik penancapan bambu, biasanya bambu yang halus
dihadapkan ke dalam sehingga kepiting tidak dapat
memanjat karena bagian ini licin.
4. Penebaran Bibit
Pada budidaya sistem monokultur, bibit
kepiting dengan ukuran seperti tersebut
ditebar dengan kepadatan 5.000-15.000
ekor/Ha Sedangkan pada budidaya
polikultur yang biasanya dicampur ikan
bandeng, ukuran benih kepiting dengan
berat 2.050 gram dapat ditebar dengan kepadatan 1.000-2.000
ekor/Ha, dan ikan bandeng gelondongan yang berukuran berat 2-
5 gram ditebar dengan kepadatan 2.000-3.000 ekor/Ha.
III - 172
Jika tangkapan dari alam, musim benih yang dilakukan oleh
petani untuk budidaya tradisional dengan mengandalkan benih
kepiting yang masuk secara alami pada saat pasang surut air.
Kemudian, setelah beberapa bulan kepiting dapat dipanen secara
selektif dengan hanya mengambil kepiting yang berukuran siap
jual. Atau, kepiting yang sudah mencapai ukuran tersebut bisa
juga dipindahkan ke dalam tambak pembesaran untuk
memperoleh ukuran atau kegemukan yang lebih besar agar
memiliki nilai jual lebih tinggi.
6. Menyediakan Pakan
Ketersediaan pakan bagi kepiting mutlak dibutuhkan jika kita
berbicara budidaya bukan secara alami. Beberapa pakan yang
dipakai antara lain : ikan, bekicot, keong sawah, dan lain
sebagainya. Dari jenis pakan tersebut, ikan segar lebih baik
ditinjau dari fisik maupun kimiawi dan peluang untuk segera
dimakan lebih cepat karena begitu ditebar tidak akan segera
dimakan oleh kepiting.
III - 173
Pada metode usaha pembesaran, pemberian makan hanya
bersifat suplemen dengan dosis sekitar 5%. Lain halnya pada
usaha kepiting bertelur dan penggemukan, pemberian pakan
harus lebih diperhatikan dengan dosis antara 5-15% dari erat
kepiting yang dipelihara.
7. Panen
Untuk mengatasi kematian saat pemanenan, lakukanlah
pengikatan kepiting dengan baik dan benar. Cara pengikatan
kepiting yang baru ditangkap dapat dilakukan seperti di bawah
ini :
1. Pengikatan kedua capit dan seluruh kaki-kakinya,
2. Pengikatan capitnya saja dengan satu tali,
3. Pengikatan masing-masing capit dengan tali terpisah.
III - 174
Penutup
Hutan mangrove jika dikelola dengan baik akan memberikan
manfaat yang berkeberlanjutan bagi kehidupan masyarakat
pesisir melalui fungsi fisik, biologi dan ekonomi. Di sisi lain,
kerusakan hutan mangrove akan mengancam kehidupan
masyarakat pesisir, seperti hilangnya ikan, udang, kepiting, dan
berbagai biota air lainnya, abrasi pantai, intrusi air laut dan
berbagai dampak negatif lainnya.
III - 175
Bagian Keempat
Budidaya Rumput Laut
III - 176
Gambar : Morfologi rumput laut
Secara umum, rumput laut mempunyai bagian yang terdiri
atas holdfast dan thallus. Holdfast merupakan bagian dasar
dari rumput laut yang berfungsi untuk menempel pada
substrat, sedangkan thallus adalah bentuk-bentuk
pertumbuhan rumput laut yang menyerupai percabangan.
Tidak semua rumput laut bisa diketahui memiliki holdfast
atau tidak. Rumput laut memperoleh atau menyerap
makanannya melalui sel-sel yang terdapat pada thallus-
nya. Nutrisi atau zat makanan terbawa oleh arus air dan
menerpa atau menempel pada rumput laut akan diserap
sehingga rumput laut bisa tumbuh dan berkembangbiak.
Perkembangbiakan rumput laut dapat melalui dua cara,
yaitu secara generatif dan vegetatif.
Terdapat beberapa jenis rumput laut, yaitu: Glacillaria,
Gellidella, Eucheuma, Hypnea dan Ascophylum. Dari
beberapa jenis rumput laut tersebut, yang paling banyak
dikembangkan untuk budidaya adalah jenis: Eucheuma, sp
dan Glacillaria, sp. (Hollenbeck, 1987).
Kondisi yang optimum untuk budidaya Eucheuma dan
III - 177
Glacillaria adalah kecepatan arus air berkisar antara 20 – 40
cm per detik, suhu air berkisar antara 20 0C - 30 0 C,
kecerahan air tidak kurang dari 5 m, dan pH air antara 7,3 –
8,2 (Cholik, 1991 dalam Puspadi K. dkk, 1997).
Tanaman rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa
Cina sekitar tahun 2700 Sebelum Masehi. Pada saat itu
rumput laut banyak digunakan untuk sayuran dan obat-
obatan. Pada tahun 65 SM, bangsa Romawi
memanfaatkannya sebagai bahan baku kosmetik. Namun
dengan perkembangan waktu, pengetahuan tentang rumput
laut pun semakin berkembang. Spanyol, Perancis, dan
Inggris kemudian menjadikan rumput laut sebagai bahan
baku pembuatan gelas.
III - 178
Kandungan dalam Rumput Laut
III - 179
Memilih Lokasi
Pemilihan lokasi merupakan langkah pertama yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan usaha budidaya
rumput laut. Pada tahap ini, perlu dipertimbangkan
masalah-masalah ekologis, teknis, kesehatan sosial,
ekonomi, serta ketentuan dari peraturan dan perundangan
yang berlaku. Disamping itu perlu juga dipertimbangkan
pengembangan sektor lain, seperti perikanan, pertanian,
pelayaran, pariwisata, pertambangan, pengawetan dan
perlindungan sumber daya alam, serta kegiatan alam lainya.
III - 180
besar dan bebas dari pencemaran industri maupun rumah
tangga. Selain itu pemilihan lokasi juga harus
mempertimbangkan aspek ekonomis dan tenaga kerja.
III - 181
Gambar 2. Metode Penanaman
III - 182
Syarat Tumbuh
1. Eucheuma, spp
Syarat-syarat pemilihan lokasi budidaya rumput laut jenis
Eucheuma adalah sebagai berikut:
a. Letak lokasi budidaya sebaiknya jauh dari pengaruh
daratan dan lokasi jangan langsung menghadap laut
lepas, sebaiknya yang terdapat karang penghalang
yang dapat melindungi tanaman dari kerusakan
akibat ombak yang kuat. Ombak yang keras akan
mengakibatkan keruhnya perairan sehingga proses
fotosintesis dapat terganggu, disamping itu akan
menimbulkan kesulitan didalam penanaman,
pemeliharaan dan pemanenan.
b. Untuk memberikan kemungkinan terjadinya aerasi,
lokasi budidaya harus memiliki air yang cukup
bergerak, disamping itu gerakan air yang cukup bisa
memberikan pasokan makanan yang kontinyu serta
terhindar dari akumulasi debu air dan tanaman lain
yang menempel,
c. Bila menggunakan metode lepas dasar, dasar lokasi
budidaya harus keras yaitu terbentuk dari pasir dan
karang.
d. Lokasi yang dipilih sebaiknya pada waktu surut
terendah yang masih digenangi air sedalam 30-60
cm. Keuntungan dari adanya genangan air ini yaitu
penyerapan makanan yang terus menerus, dan
tanaman tidak rusak akibat sengatan sinar matahari
langsung.
III - 183
e. Perairan lokasi budidaya sebaiknya berpH antara
7,3 – 8,2.
f. Perairan yang dipilih sebaiknya ditumbuhi
komunitas yang terdiri dari berbagai jenis makro-
Algae. Bila perairan sudah ditumbuhi rumput laut
alami, maka daerah ini cocok untuk
pertumbuhannya
1. Gracilaria, spp.
Syarat-syarat pemilihan lokasi budidaya rumput laut jenis
Gracilaria adalah sebagai berikut.
a. Untuk lokasi budidaya di tambak, dipilih tambak
yang berdasar perairan lumpur berpasir. Dasar
tambak yang terdiri dari lumpur halus dapat
memudahkan tanaman terbenam dan mati
b. Agar salinitas air cocok untuk pertumbuhan
Gracilaria, sebaiknya lokasi berjarak 1 km dari
pantai
c. Kedalaman air tambak antara 60 – 80 cm
d. Lokasi tambak harus dekat dengan sumber air tawar
dan laut.
e. Derajat keasaman (pH) air tambak optimum antara
8,2 – 8,7.
f. Kita dapat menggunakan tambak yang tidak lagi
produktif untuk udang dan ikan
III - 184
Wilayah Pengembangan
1. Eucheuma,spp.
Kawasan pengembangan yang potensial untuk
budidaya rumput laut Eucheuma perairan pantai
Nanggro Aceh Darusalam (Sabang); Sumatera Barat
(Pesisir Selatan, Mentawai); Riau (Kepulauan Riau,
Batam); Sumatera Selatan; Bangka Belitung,
Banten (dekat Ujung Kulon, Teluk Banten/P.
Panjang); DKI Jakarta (Kepulauan Seribu); Jawa
Tengah (Karimun Jawa), Jawa Timur (Situbondo
dan Banyuwangi Selatan, Madura); Bali (Nusa
Dua/Kutuh Gunung Payung, Nusa Penida, Nusa
Lembongan) dan Buleleng; Nusa Tenggara Barat
(Lombok Barat dan Lombok Selatan, pantai Utara
Sumbawa Besar, Bima, dan Sumba); Nusa
Tenggara Timur (Maumere, Larantuka, Kupang, P.
Roti selatan); Sulawesi Utara; Gorontalo; Sulawesi
Tengah; Sulawesi Tenggara; Sulawesi Selatan;
Kalimantan Barat; Kalimantan Selatan (Pulau Laut);
Kalimantan Timur; Maluku (P. Seram, P. Osi,
Halmahera, Kep. Aru dan Kei); Papua (Biak,
Sorong)
III - 185
2. Gracilaria, spp.
Gracilaria verucosa dan G. gigas banyak
dibudidayakan di perairan Sulawesi Selatan (
Jeneponto, Takalar, Sinjai, Wajo, Paloppo, Bone,
Maros); Lombok Barat; dan pantai utara pulau Jawa
( Serang, Tangerang, Bekasi, Karawang, Brebes,
Pemalang, Tuban, dan Lamongan).
Penutup
III - 186
Bagian Kelima
Rehabilitasi Terumbu Karang
Kondisi Terumbu
Karang
clxxxix
Terumbu karang buatan
1. Terumbu karang buatan
Ini merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mengubah suatu perairan yang sepi ikan menjadi perairan
yang banyak ikan. Disini tidak dipersoalkan apakah
konstruksi yang dibuat itu dapat ditumbuhi karang atau
tidak. Yang penting, konstruksi yang diletakkan di dasar
laut dapat menyebabkan berkumpulnya ikan di sekitar
konstruksi tersebut.
cxc
dibangun di sekitar terumbu karang. Dengan demikian
nelayan tidak lagi menangkap ikan di terumbu karang
alami, tetapi berpindah ke terumbu karang buatan.
cxci
Perluasan terumbu karang dapat dilakukan pada:
a. Rataan terumbu (reef flat) yang pada waktu air surut
rendah masih tergenang air setinggi 0.5 meter,
b. Di tempat-tempat yang berdekatan dengan desa pesisir
untuk meningkatkan kepedulian akan status terumbu
karang, meningkatkan rasa memiliki dan meningkatkan
kesadaran untuk melindungi sumberdaya terumbu
karang,
c. Di sekitar fasilitas wisata untuk meningkatkan daya
tarik objek pariwisata.
cxcii
b. Pengambilan bibit dilakukan dengan memotong cabang
karang induk di tempat,dan tidak melakukan
pemotongan koloni karang induk yang letaknya saling
berdekatan untuk menghindari kerusakan ekosistem
secara menyolok.
c. Lokasi pengambilan bibit tidak boleh jauh dari lokasi
penanaman untuk menjaga agar transportasi bibit lewat
udara tidak lebih dari satu jam.
Penyiapan bahan
Beton adalah
bahan yang paling
baik untuk
menjalankan
program terumbu
karang buatan.
Hal ini
disebabkan beton
tidak mengandung
bahan toxic,
memiliki permukaan kasar sebagai media untuk biota
penempel, stabil di dalam air, tahan dalam waktu lama,
serta mudah dibentuk sesuai model yang dikehendaki.
Di beberapa tempat telah melakukan kegiatan rehabilitasi
terumbu karang, dengan menggunakan berbagai bahan,
Misalnya : Ban mobil bekas, kapal bekas, becak bekas.
cxciii
b. Penyiapan bahan : beton
c. Pengambilan bibit di sekitar terumbu karang yang telah
rusak
d. Penanaman terumbu karang
e. Pemantauan
Penutup
Dengan semakin kompleksnya persoalan lingkungan yang
saat ini sudah seharusnya mulai diupayakan berbagai usaha
dalam memperbaiki lingkungan. Setidaknya, memperkecil
kerusakan yang ditimbulkan oleh ulah manusia juga.
Beberapa pertimbangan perbaikan lingkungan, baik darat
maupun di perairan menjadi bahan rujukan dalam
pelaksanaan PNPM dalam kaitanya dengan lingkungan
hidup. Dimulai dari lingkungan keluarga terkecil dengan
hal-hal yang ringan diharapkan akan menularkan cinta
lingkungan dan perbaikan lingkungan ke masyarakat
umum. Bahan-bahan ini disarikan dari berbagai jenis
sumber untuk memperkaya khasanah yang dilakukan di
masyarakat dalam upaya menyelamatkan lingkungan secara
bersama-sama.
cxciv
Panduan No. 4
KEGIATAN
EKONOMI PRODUK
NON KAYU
cxcv
Bagian Pertama
Ekowisata
cxcvi
wisata, saat ini kegiatan pariwisata telah mengarah ke
bentuk baru, salah satunya wisata minat khusus yang
berpedoman pada prinsip-prinsip pelestarian alam atau
konservasi (lihat grafik di bawah).
cxcvii
Kebijakan apa saja yang terkait Ekowisata?
Beberapa peraturan perundangan telah disusun untuk
menunjang pengembangan kegiatan pariwisata alam dan
upaya konservasi, antara lain:
a. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
b. UU No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan;
c. PP No. 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata
Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman
Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam;
d. Keputusan Menhut No. 441/Kpts-II/1994 tentang
Sarana Prasarana Pengusahaan Pariwisataan Alam;
e. Keputusan Menhut No. 441/Kpts-II/1990 tentang
Pengenaan Iuran Pungutan Usaha di Hutan Wisata,
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman
Wisata Laut;
f. Keputusan Menhut No. 446/Kpts-II/1996 tentang Tata
Cara Permohonan, Pemberian dan Pencabutan Izin
Pengusahaan Pariwisata Alam;
g. Keputusan Menhut No. 878/Kpts-II/1992 tentang Tarif
Pungutan Masuk ke Hutan Wisata, Taman Nasional,
Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Laut;
h. Keputusan Menhut No. 447/Kpts-II/1996 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Pariwisata
Alam.
cxcviii
Apa saja tahap pengembangan Ekowisata?
Tahap-tahap yang wajib dilakukan
untuk membangun sebuah objek
ekowisata meliputi :
1. identifikasi potensi atau
kelayakan,
2. pengembangan atraksi wisata,
3. pengelolaan atraksi wisata,
4. pemeliharaan,
5. pemasaran objek atau atraksi
ekowisata.
cxcix
Apa pendekatan Ekowisata?
Ekowisata harus dapat menjamin kelestarian lingkungan.
Maksud dari menjamin kelestarian ini adalah sesuai dengan
tujuan konservasi (UNEP, 1980), yaitu:
1. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang
mendukung sistem kehidupan.
2. Melindungi keanekaragaman hayati.
3. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan
ekosistemnya.
cc
(b) Objek dan daya tarik wisata budaya, meliputi: budaya
peninggalan sejarah dan budaya kehidupan masyarakat.
Potensi ini selanjutnya dapat dikemas dalam bentuk
wisata budaya peninggalan sejarah, wisata pedesaan
dan sebagainya di mana wisatawan yang memiliki
minat dapat terlibat langsung dan berinteraksi dengan
budaya masyarakat setempat untuk belajar berbagai hal
dari budaya yang ada.
ccii
• Tidak meminta imbalan lebih dari yang seharusnya
dibayar oleh wisatawan, jangan mengharap atau
meminta imbalan lain dalam menjalankan tugas.
• Tidak mengkritik atau berkata negatif terhadap
pelayanan pemandu wisata lain dihadapan wisatawan,
dan tidak menganjurkan wisatawan berkunjung ke
obyek wisata yang tidak baik kondisinya.
cciv
Contoh ekowisata di Indonesia
Sulawesi (Ekowisata Laut)
Taman Nasional Laut Bunaken adalah salah satu lokasi
yang memiliki biodiversitas kelautan tertinggi di dunia.
Kegiatan selam scuba telah menarik banyak pengunjung ke
kawasan ini.
Taman laut Bunaken memiliki 20 titik penyelaman (dive
spot) dengan kedalaman bervariasi hingga 1.344 meter.
Dari 20 titik selam itu, 12 titik selam di antaranya berada di
sekitar Pulau Bunaken. Dua belas titik penyelaman inilah
yang paling sering dikunjungi penyelam dan pecinta
keindahan pemandangan bawah laut.
Sumatera Utara
Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera dan Ekowisata
Bukit Lawang diilhami dari Pusat Rehabilitasi Orangutan
Bohorok. Pada tahun 1980 tempat ini diserahkan kepada
Pemerintah Republik Indonesia yang dikelola Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam
Departemen Kehutanan.
Mengingat jumlah pengunjung ke Stasiun Rehabilitasi yang
terus meningkat, Pusat Rehabilitasi kemudian beralih
fungsi dan berorientasi pada wisata alam. Selain Pusat
Pengamatan Orangutan Sumatera, pengunjung juga dapat
melakukan kegiatan tracking/perjalanan ke dalam hutan di
kawasan TNGL dengan didampingi pemandu atau
jagawana (ranger) profesional.
Bali
Jaringan Ekowisata Desa (JED)
JED menawarkan kesempatan unik untuk mengetahui Bali
sebagaimana orang Bali mengetahui dan menyukainya.
ccv
Pemandu lokal, masakan lokal, perencanaan dan
pengelolaan atraksi wisata dilakukan sepenuhnya oleh
masyarakat setempat. Semua keuntungan JED
dikontribusikan untuk pemberdayaan masyarakat dan
aktifitas konservasi di desa-desa. Dari kesuburan dan bau
tanah di hutan sampai aroma bawang putih dan cabai yang
tajam di dapur. Dari pertanian rumput laut yang
mengapung dengan tenang sampai langkah menuju gerbang
desa kuno, semua menjadi daya tarik bagi wisatawan yang
datang.
Penutup
Pengembangan ekowisata tidak terlepas dari dukungan
berbagai pihak pelaku wisata, baik sektor usaha swasta,
pemerintah, masyarakat dan LSM terkait. Pariwisata yang
bertanggung jawab terhadap konservasi atau ekologi juga
perlu didukung pemanfaatan teknologi ramah lingkungan
dengan tetap menjamin keamanan, unsur rekreatif,
edukatif, informatif, indah, unik, dan mengesankan bagi
wisatawan.
ccvi
Bagian Kedua
Industri Rumah Tangga
Ada beberapa kegiatan industri rumah tangga yang dapat
dilakukan sesuai dengan ketersediaan sumber daya alam
lokal, misalnya: pembuatan keripik ubi, daur ulang kertas
bekas untuk membuat tempat tissu, tempat pensil (untuk
siswa sekolah), atau pembjuatan produk kerajinan (non
kayu) dari hutan atau bahan dari laut.
ccvii
vitamin B 0,08 mg, vitamin C 3 mg dan air 72 gram. Jadi
bisa dibayangkan betapa besar manfaat yang bisa
didapatkan dengan mengonsumsi pisang setiap harinya.
ccviii
kapas, pisang tanduk, dan pisang kepok.
Cara pembuatan:
1. Jemur pisang selama 5 atau 7 jam, lalu kupas;
2. Iris pisang tipis-tipis ± 1-2 mm menurut panjang
pisang;
3. Siapkan minyak yang telah dibubuhi garam,
kemudian panaskan. Goreng irisan pisang tersebut
sedikit demi sedikit agar tidak melengket satu
dengan yang lainnya.
4. Penggorengan dilakukan selama 5-7 menit
tergantung jumlah minyak dan besar kecilnya api
kompor;
5. Angkat keripik setelah berubah warna dari kuning
menjadi kuning kecoklatan;
6. Saring minyak setelah lima (5) kali penggorengan,
ccix
kemudian tambahkan minyak baru dan garam;
7. Masukkan ke dalam kantong plastik atau stoples
setelah keripik pisang cukup dingin.
Alur pembuatannya:
1. Pisang dijemur selama lebih kurang 5-7 jam.
2. Kemudian pisang dikupas dan diiris tipis (+ 1-2
mm)
3. Irisan pisang dapat digoreng (dengan minyak
goreng).
4. Setelah masak bisa ditabur garam atau gula, atau
sesuai dengan selera. Misalnya untuk memberikan
rasa pedas, dapat dilakukan saat pemberian gula
halus.
5. Keripik pisang dapat dihidangkan atau bila akan
dikemas, didinginkan lebih dahulu.
6. Selamat mencoba
ccx
2. Keripik dari umbi-umbian
Serealia dan umbi-umbian banyak tumbuh di Indonesia.
Produksi serealia cukup tinggi, terutama beras sebagai bahan
pangan pokok dan umbi-umbian. Seiring bertambahnya jumlah
penduduk, kebutuhan akan serealia dan umbi-umbian sebagai
sumber energi pun terus meningkat.
ccxi
a. Keripik ubi kayu (Manihot esculenta,
Crautz.)
Keripik ubi kayu yang bertekstur rasanya lebih renyah dari pada
keripik sanjai. Namun, pembuatan keripik ini lebih rumit
dibandingkan membuat keripik sanjai. Berbeda dengan keripik
sanjai, semua jenis ubi kayu dapat dijadikan keripik renyah.
Umbi diiris, kemudian direndam di dalam larutan kapur,
kemudian direbus, dikeringkan dan terakhir digoreng. Tekstur
keripik yang renyah diperoleh karena proses perebusan dan
pengeringan. Keripik ini biasanya diberi bumbu garam dan
bawang putih.
Cara pembuatan:
1. Umbi diiris tipis, kemudian segera direndam di
dalam larutan kapur jenuh selama semalam (12-24
ccxii
jam). Larutan kapur jenuh dibuat dengan
melarutkan kapur sirih sedikit demi sedikit sambil
melakukan pengadukan di dalam 100 liter air
sampai ada sedikit dari kapur yang dapat larut.
Perendaman akan mengurangi kandungan asam
sianitrat (HCN) di dalam umbi sehingga permukaan
irisan berwarna lebih putih dan teksturnya lebih
lama. Setelah perendaman, irisan umbi dibilas
dengan air bersih, kemudian ditiriskan.
2. Sementara itu siapkan air mendidih yang telah
dibumbui (setiap 1 liter air ditambah dengan garam
1 gram dan bawang putih 20 gram). Lalu masukkan
irisan umbi ke dalam air mendidih ini. Setelah tiga
menit, irisan umbi harus segera dikeluarkan dan
ditiriskan.
3. Irisan umbi dijemur atau dikeringkan dengan alat
pengirng sampai kadar air di bawah 15%, tandanya
adalah irisan akan berbunyi jika dipatahkan.
4. Irisan umbi yang telah kering dapat disimpan
sebelum digoreng, atau langsung digoreng.
Dianjurkan irisan umbi digoreng di dalam minyak
panas yang cukup banyak.
5. Keripik yang telah digoreng ditiriskan sampai
dingin, kemudian disimpan pada tempat yang
tertutup rapat, atau dikemas di dalam kotak karton.
ccxiii
b. Keripik Ubi Jalar
Kandungan gizi ubi jalar
Ubi jalar merupakan salah satu jenis makanan yang mampu
menunjang program perbaikan gizi masyarakat. Nilai
kalorinya cukup tinggi, yaitu 123 kalori/100 gram.
ccxiv
5. Tampah (nyiru)
Cara pembuatan:
1. Pilihlah ubi jalar yang baru dipanen, lalu cuci.
Kupas dan hilangkan bagian tunasnya;
2. Ubi jalar yang sudah dikupas harus cepat direndam
dalam air untuk mencegah perubahanwarna;
3. Setelah direndam, iris tipis-tipis dengan ketebalan 1
½ ~ 2 ½ mm;
4. Untuk memperbaiki warna keripik dan
menghilangkan rasa getir, ubi jalar dapat direndam
dalam 10 liter air yang diberi 1 ons natrium
metabisulfit;
5. Cuci dan tiriskan kemudian kukus selama 5 menit
setelah air mendidih;
6. Tiriskan setelah dikupas;
7. Letakkan pada tampah lalu jemur. Irisan harus
sering dibalik sebelum kering untuk mencegah
supaya tidak lengket;
8. Goreng irisan yang sudah kering. Irisan ubi yang
dimasukkan jangan terlalu banyak dan api jangan
terlalu besar;
9. Keripik yang sudah digoreng biarkan beberapa
lama, kemudian kemas dalam kantong plastik, tutup
rapat, dan simpan di tempat kering.
10. Catatan: Ada beberapa cara dalam pembuatan
keripik ubi jalar yaitu setelah penggorengan ada
yang dicampur dengan gula untuk menambah rasa
manis. Ada juga yang mencampurnya dengan
merica untuk membuat rasa keripik lebih hangat.
Atau ada pula yang dicampur dengan bumbu dan
cabai agar mempunyai rasa pedas.
ccxv
Panduan No. 5
PENDIDIKAN
PELESTARIAN
LINGKUNGAN
ccxvi
Bagian Pertama
Membuat Wahana Pembelajaran
ccxvii
harus menjadi kesatuan yang saling melengkapi dan saling
mempengaruhi satu sama lain.
ccxviii
penangkaran hewan, yang mampu menciptakan
kehidupan harmonis bersama alam.
ccxix
Apa saja komponen pengembangan wahana
pendidikan lingkungan?
Peningkatan SDM
1. Pelatihan Inti lingkungan hidup (LH)
2. Pelatihan Interpreter
3. Pelatihan Pertanian Organik
4. Pelatihan identifikasi satwa liar dan tumbuhan
5. Pelatihan Pembuatan Kompos
6. Pelatihan Energi Alternatif
7. Pelatihan Agroforestry/Wanatani
8. Pelatihan Biopori dan Sumur Resapan
ccxx
@ PPLH Seloliman
Dengan demikian Wahana Belajar Pendidikan Lingkungan
Hidup mengharap munculnya arsitektur ramah lingkungan.
Arsitektur lingkungan akan menampilakn bangunan yang
bersahabat dengan alam sekitarnya. Memang tidak mudah
menciptakan arsitektur ramah lingkungan, karena semua ini
membutuhkan kecermatan yang matang. Perancang
bangunan harus memperhitungkan masalah-masalah yang
berhubungan antara bangunan dengan unsur-unsur
lingkungan seperti iklim, suhu, udara, vegetasi, sinar
matahari dan sebagainya.
PENUTUP
Pendidikan lingkungan perlu diperkenalkan sejak dini
kepada masyarakat umum. Dengan adanya pemahaman
terhadap lingkungan sejak dini diharapkan mampu
membawa perubahan perilaku dalam menghargai
lingkungan. Salah satunya melalui pengembangan wahana
pendidikan lingkungan yang di dalamnya berisikan
berbagai kegiatan pembelajaran tentang lingkungan.
ccxxi
Bagian Kedua
Menumbuhkan Kesadaran
Lingkungan
ccxxii
pula di musim kemarau, di manakegagalan panen terjadi,
sumur dan sungai mengering, serta air bersih semakin sulit
didapat.
ccxxiii
untuk menopang kehidupan manusia. Oleh sebab itu,
program pemberdayaan masyarakat di berbagai lapisan
harus segera dilakukan secepat mungkin dan
berkesinambungan, baik secara baik formal maupun
informal.
ccxxiv
Usaha pelestarian alam dan lingkungan hidup, saat ini tidak
selamanya bisa dilakukan dengan paksaan dan kekuatan.
Usaha pelestarian alam dan lingkungan tanpa mendapat
dukungan penuh dari masyarakat, merupakan sebuah
kegiatan yang sia-sia.
ccxxv
Mengkomunikasikan
pengetahuan dengan
menggunaan media
kampanye yang
berbentuk
penyuluhan
dikelompokkan
menjadi tiga bagian,
antara lain:
Komunikasi
massa. Media
untuk
melakukan komunikasi massa antara lain:
pemutaran film, warung informasi, penyebaran
poster dan lembar informasi (info sheet), berita surat
kabar, siaran radio dan lembar dakwah.
Komunikasi untuk kelompok khusus. Media untuk
melakukan komunikasi bagi kelompok khusus
misalnya dalam bentuk diskusi kelompok yang
dilakukan secara terencana maupun spontan.
Komunikasi hubungan antar pribadi. Cara
melakukan komunikasi pribadi adalah komunikasi
langsung dari orang ke orang.
ccxxvi
Di manapun sebuah penyuluhan dilakukan, komunikasi
antar pribadi selalu menjadi pijakan awal keberhasilan
sebelum melakukan tahap komunikasi selanjutnya.
Seorang fasilitator atau komunikator adalah individu yang
memiliki faktor-faktor personal. Demikian pula halnya
dengan orang dari kelompok sasaran yang diajak
berkomunikasi. Oleh karena itu, seorang fasilitator perlu
memahami beberapa faktor personal agar komunikasi antar
pribadi dapat berjalan sesuai tujuan kampanye. Faktor-
faktor personal tersebut antara lain:
ccxxvii
c. Harga diri yang direndahkan
Bila harga diri direndahkan, hasrat afiliasi
(bergabung dengan orang lain) bertambah dan ia
makin responsif untuk menerima perhatian orang
lain. Dengan kata lain, orang yang direndahkan
harga dirinya cenderung mudah mencintai orang
lain. Rendahnya harga diri atau orang akan merasa
rendah dari orang lain dapat terjadi karena berbagai
sebab. Misalnya karena faktor pendidikan/tak
berpendidikan, pengalaman/kurang pengalaman,
kaya/miskin, fisik cantik/jelek, tinggal di
kota/tinggal di desa dan lain-lain.
d. Isolasi sosial
Jika ketiga faktor di atas telah terpenuhi dalam
pemahaman seorang fasilitator maka faktor terakhir
akan semakin memperkokoh kekuatan itu. Manusia
cenderung menyukai orang yang mendatangkan
kebahagiaan. Kebahagiaan itu dapat berupa kabar
baik, pujian, sanjungan, penghormatan dan lain-
lain. Atau, misalnya, kebahagiaan itu dapat juga
berupa orang yang baru dikenal dan datang dari
kota besar.
2. Tujuan Kampanye
Tujuan dari kampanye pelestarian alam dan lingkungan
hidup adalah:
a. Meningkatkan Kesadaran.
Yaitu kesadaran akan pentingnya keberadaan suatu
kawasan atau flora/fauna atau kawasan lindung dan
keragaman hayati untuk kehidupan masa kini dan masa
yang akan datang. Artinya, masyarakat harus lebih
ccxxviii
memahami manfaat dari usaha pelestarian alam bagi
kehidupan manusia. Ketika masyarakat memahami
manfaat pelestarian alam, diharapkan kesadaran akan
muncul yang akhirnya mendorong mereka
memperlakukan keragamanhayati secara bijak.
b. Memberikan Pengetahuan ,
yaitu membantu kelompok maupun perorangan untuk
mendapatkan beragam pengalaman dan pemahaman
dasar mengenai kawasan yang dilindungi beserta isinya.
d. Membentuk Keterampilan,
Yaitu memberikan ketrampilan dalam usaha pelestarian
alam yang dapat dilakukan dengan berbagai cara dan
kegiatan.
e. Mengajak Berpartisipasi.
Akhir dari pada program ini adalah semua lapisan
masyarakat berperan aktif di dalam pelestaran alam dan
lingkungan. Aktif di sini tidak hanya melindungi saja,
namun juga dapat memanfaatkan sumberdaya alam
yang ada secara lestari. Artinya, masyarakat tetap dapat
melakukan berbagai kegiatan yang membantu usaha
pelestariannya.
ccxxix
agar tidak merusak lingkungan memerlukan perencanaan
yang teliti dengan melibatkan berbagai macam cara
penyampaian pesan.
ccxxx
Fasilitator lingkungan akan lebih mudah memilih
informasi yang paling dibutuhkan oleh kelompok
tertentu, misalnya tokoh agama, ibu rumah tangga,
petani, nelayan, siswa sekolah, guru dan sebagainya.
Selain itu fasilitator juga dapat memilih media yang
paling jitu untuk digunakan, apakah media elektronok
(radio atau televisi), media cetak (koran atau majalah),
atau cukup dengan membuat poster, selebaran, atau
bentuk lain.
c. Menarik perhatian
Coba amati seorang penjual obat di pasar. Untuk
menarik perhatian para pengunjung, kadang mereka
memulainya dengan bermain sulap. Setelah para
pengunjung berkumpul dan menyaksikan atraksi sulap,
ccxxxi
barulah si penjual obat menawarkan barang
dagangannya. Ini adalah contoh bagaimana cara
menarik perhatian orang. Tujuan penjual obat berada di
pasar tentu bukan untuk bermain sulap, tetapi membuat
pengunjung membeli obat yang dijualnya. Bermain
sulap adalah salah satu ‗seni‘ untuk mencapai tujuan
tersebut.
ccxxxii
d. Memberi informasi yang mendidik.
Seseorang cenderung tidak peduli terhadap cara
menyampaikan informasi yang kurang meyakinkan,
tidak dapat diterima nalar dan kurang mendidik.
Informasi yang mendidik sangat bagus bila diberikan
melalui contoh kasus. Misalnya, WCS melakukan
kampanye penyadaran mengenai usaha pelestarian alam
dengan melakukan kampanye keliling dari desa ke desa,
dari sekolah ke sekolah atau dari kota ke kota tentang
perlunya pelestarian alam.
ccxxxiii
dapat dipercaya. Akan lebih bagus bila ia bekerja sama
dengan orang tertentu yang dihormati atau dituakan di
lokasi sasaran, misalnya tokoh agama, ketua adat atau
guru.
ccxxxiv
masyarakat. Misalnya, pesan kampanye yang kita
kemas dalam acara televisi tak akan diterima
masyarakat apabila tak ada satupun stasiun televisi
yang tertangkap di daerah tersebut. Demikian pula
halnya bila kita menyampaikan pesan konservasi
dengan menggunakan media cetak nasional, sedangkan
masyarakat yang menjadi sasaran kampanye tidak
pernah membaca media cetak tersebut, atau mungkin
banyak yang buta huruf.
ccxxxv
b. Persiapkan untuk menjawab berbagai pertanyaan dan
kritik yang kemungkinan akan muncul. Semakin
profesional anda dan mempunyai wawasan yang luas,
maka semakin besar pendukung dan semakin sedikit
peluang ―penentang‖ untuk memojokkan anda.
ccxxxvi
lingkungan hidup adalah sebuah proses untuk
mengembangkan sikap dan tingkah laku serta
mengembangkan kemampuan masyarakat dalam
melakukan kegiatan pelestarian alam.
1. Program pendidikan
Program pendidikan adalah sebuah kegiatan jangka
panjang. Khusus kegiatan pelestarian alam, program
ini tidak pernah akan berakhir sepanjang masih ada
kegiatan yang merusak lingkungan dan masih ada
hutan yang perlu dijaga. Oleh karena itu program ini
dapat dilakukan kepada siapa saja baik tua maupun
muda, anak atau orangtua, masyarakat umum atau
pejabat, orang miskin maupun kaya, sepanjang mereka
masih memerlukan pengetahuan untuk melestarikan
alam bagi kehidupan.
ccxxxvii
membosankan dan tidak terkesan menggurui,
pendidikan konservasi harus dikemas sedemikian
rupa agar tidak nampak seperti sebuah pelatihan.
Misalnya, dengan merancang beberapa bentuk
permainan, melakukan outbound, jalan-jalan, lomba
dan sebagainya. Dengan demikian pendidikan
konservasi akan mempunyai daya tarik dan
membuat orang gembira, senang, padahal di
dalamnya terdapat pesan-pesan konservasi dalam
bentuk yang berbeda.
ccxxxviii
c. Kaderisasi Generasi Konservasi
Pembentukan kader konservasi bagi petugas
lapangan seperti fasilitator lingkungan dapat
dilakukan di mana saja. Kgiatan ini sangat
sederhana, misalnya dengan mengajak sekelompok
siswa sekolah yang tergabung dalam grup pecinta
alam untuk melakukan perjalanan ke sebuah
kawasan konservasi. Kegiatan semacam ini pernah
dilakukan di beberapa kawasan pelestarian alam dan
mendapatkan respon yang sangat baik, apalagi jika
bekerja sama dengan kelompok atau organisasi lain
yang memiliki kegiatan yang sama.
2. Program penyadaran
Penyadaran adalah tujuan akhir dari pendidikan
pelestarian alam dan lingkungan. Apabila masyarakat
sasaran memahami, menyadari dan sekapat dengan isi
pesan yang disampaikan, maka ―kesadaran‖ yang telah
terbentuk itu harus dipertahankan agar kegiatan tetap
berlanjut.
ccxxxix
Agak sedikt berbeda pengertian program penyadaran
melalui pendidikan lingkungan dengan melakukan ―social
marketing‖ dalam program lingkungan. PNPM LMP
umumnya dilakukan dalam jangka pendek dan memiliki
sebuah gagasan yang mudah diingat sehingga mampu
mengubah perilaku, dan menciptakan ide-ide untuk
melakukan kegiatan lingkungan di lapangan.
Setiap daerah tentu berbeda satu sama lain, baik dalam hal
masalah lingkungan, tingkat acaman serta adat istiadat
masyarakatnya. Di Sulawesi misalnya, memiliki kekayaan
alam dan tingkat endemik yang cukup tinggi, namun boleh
jadi akan memiliki ke khasan satwa yang berbeda di
masing-masing daerah atau propinsi.
Studi kasus.
Beberapa lembaga yang mengembangkan program penyadaran
telah menciptakan atau membuat “flagship spesies”, yaitu jenis
hewan tertentu yang khas dan dikenal di tengah masyarakat
setempat…….. Dengan adanya flagship spesies tersebut,
masyarakat akan tetap mengingat setiap pesan di dalam
program pelestarian alam. Misalnya RARE, LSM yang bergerak
di bidang penyadaran lingkungan menggunakan beberapa
flagship spesies sebagai “ikon” dalam kegiatannya di berbagai
tempat.
ccxl
Ada beberapa tahapan yang dapat membantu untuk menciptakan
sebuah gagasan, agat kegiatan lingkungan itu dapat dan mudah
diingat oleh kalangan masyarakat luas :
Identifikasi kekayaan SDA lokal atau adat istiadat di lingkungan
tempat berkegiatan.
Adakah satwa yang mudah didapat dan mengalami ancaman ?
Adakah kebiasaan atau kebudayaan yang terkait dengan alam,
misalnya seni tari, dongeng atau sumber pendapatan atau mata
pencaharian yang terancam seperti nelayan, pertanian dsb.
Adakah sebuah mitor, ceritera yang menjadi sebuah keyakinan
masyarakat lokal, sehingga dengan kata-kata tersebut, orang
akan selalu ingat.
Buatlah sebuah kata untuk kampanye ringkas dan jelas.
Misalnya di Jawa Barat Yayasan Pendidikan Konservasi Alam
dan Lingkungan Hidup pernah melakukan kampanye tentang air,
dengan membuat kalimat “No Leuwueng No Cai, artinya tak ada
hutan, tak ada air). Atau Yayasan Coca-Cola Indonesia ketika
membuat kampanye jangka pendek selama satu tahun membuat
Motto “airku Bersih Hidupku Sehat”. Dan masih banyak contoh
untuk menggugah peran serta masyarakat dalam usaha
pelestarian alam dan lingkungan.
ccxli
menampung berbagai saran dan masukan yang
selanjutnya diolah sebagai bahan perbaikan terhadap
setiap media yang akan diproduksi.
b. Gambar
Apabila benda aslinya terlalu besar, terlalu kecil,
atau berbahaya bisa digunakan gambar atau foto.
Untuk membuat gambar diperlukan keahlian agar
gambar menarik dan juga memberikan konsep yang
jelas.
c. Foto
Pada saat ini telah tersedia kamera digital yang bisa
langsung dipindahkan ke komputer tanpa harus
dicetak lebih dahulu. Sebagian besar kamera digital
juga bisa di-set otomatis sehingga mampu
menghasilkan gambar yang baik. Kalau pun
hasilnya kurang baik, foto bisa di check dan dihapus
serta bisa mengambil gambar lagi. Selain kamera
digital, kinibeberapa handphone juga dilengkapi
fasilitas untuk mengambil gambar secara digital.
ccxlii
ataumenyusun bagian-bagian dari gambar agar
photo yang dihasilkan lebih menarik dan mudah
dimengerti.
d. Artikel
Menulis berita atau artikel bertujuan menyebarkan
informasi kepada khalayak luas tentang masalah-
masalah aktual, tepat waktu, dengan urutan
kejadiannya. Penulis harus menguasai materi yang
akan disampaikan dan harus melatih diri menyusun
kalimat-kalimat yang komunikatif dan efektif.
ccxliii
Cara penyajian pesan, pengaturan komposisi warna
dan tata letak.
Kejelasan pesan, apakah mudah dimengerti?
Bentuk, apakah menarik perhatian?
Mengatur tata-letak dan penggunaan warna.
Menentukan rancangan, bentuk dan ukuran gambar-
gambar serta penggunaan jenis huruf, ukuran dan
bentuk tulisan yang digunakan.
f. Penggunaan Flipchart
Flipchart adalah salah satu media fasilitasi yang
sangat sederhana namun mampu memberikan hasil
yang baik. Flipchart berguna untuk membantu
fasilitator dalam menyampaikan materi, terutama
tahapan suatu proses. Untuk itu pembuatan media
ini harus mempertimbangkan disain yang menarik,
komunikatif dan pesan yang dituangkan sangat jelas
g. Peta
Peta adalah alat komunikasi yang efektif untuk
menggambarkan lokasi. Beberapa jenis peta yang
biasa digunakan dalam proses fasilitasi adalah:
Peta Lokasi (sumberdaya), yang menggambarkan
lokasi pemukiman, hutan, lahan pertanian, jalan,
sungai dan fasilitas umum lainnya.
Peta tenurial dan hak-hak, menunjukkan siapa
menjadi pemilik, dan mempunyai hak untuk
sesuatu, wilayah yang mana atau sumberdaya apa.
Peta dampak dan tindakan, menggambarkan adanya
dampak dari kegiatan tertentu misalnya illegal
logging di lokasi tertentu, dampaknya berupa
bencana tanah longsor atau banjir, dan tindakan
ccxliv
yang harus diambil untuk mencegah atau
mengurangi resiko bencana tersebut .
Peta mobilitas, menunjukkan pergerakan orang ke
desa/kota lain di dalam komunitas mereka. Peta ini
bisa mengungkapkan informasi tentang pergerakan
musiman, penggunaan ataupembukaan pasar,
kesulitan transportasi dan sebagainya.
ccxlv
Menggunakan musik untuk mendukung
suasana.
k. Menyelenggarakan Pameran
Suatu pameran juga mempunyai tujuan komunikasi.
Untuk mencapai tujuan komunikasi tersebut,
pameran harus menarik perhatian dan apa yang
divisualisasikan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, yaitu informasi. Dalam pameran
diperlihatkan cara-cara teknologi baru, sekaligus
hasil-hasil yang telah dicapai. Pameran adalah
usaha memperlihatkan atau mempertunjukkan
model, contoh, barang dan peta. Agar menarik
pameran harus disusun secara sistematis pada suatu
tempat, sehingga menumbuhkan perhatian. Untuk
merangkum hasil kegiatan fasilitasi di akhir sesi
bisa disajikan dalam bentuk pameran sehingga
ccxlvi
peserta bisa mengingat kembali apa yang telah
dihasilkan.
2. Metode
ccxlvii
Diskusikan bagaimana cara mengelompokkan isu dan
menentukan prioritas kepentingannya.
b. Wawancara.
Dikenal juga dengan istilah wawancara semi
terstruktur. Wawancara melibatkan kegiatan bertanya
pada orang/responden, mendengarkan dan mencatat
jawaban mereka . Beberapa pertanyaan dan topik bisa
disiapkan lebih dulu sebelum wawancara, sedangkan
pertanyaan dan topik lain bisa muncul dan berkembang
pada saat wawancara dilakukan. Gunakanlah sebuah
pedoman atau daftar-periksa (check-list) untuk
mengajukan pertanyaan dan investigasi topik penting
lainnya yang muncul selama wawancara. Tulislah
semua hasil pada saat wawancara atau segera setelah
wawancara selesai.
c. Daftar-periksa (checklist)
Daftar periksa adalah daftar informal tentang isu-isu
yang akan dikumpulkan. Gunakan daftar ini sebagai
pegangan wawancara, sebagai ganti dari survey formal
atau kuesioner. Modifikasilah secara teratur sejalan
dengan munculnya informasi dan isu baru.
d. Pertemuan desa/komunitas.
Datanglah ke desa-desa atau kelompok komunitas jika
ada pertemuan-pertemuan. Atau, adakan pertemuan
khusus untuk memberi informasi baru maupun untuk
mendapatkan umpan balik. Komunikasikan maksud
dari pengelolaan hutan pada pertemuan-pertemuan—
khususnya pada tahapan awal identifikasi kelompok
stakeholder dan kemungkinan dampaknya. Pertemuan
ccxlviii
semacam ini sangat penting apalagi jika isu atau
konflik yang luas muncul.
e. Focus group.
Kumpulkan kelompok-kelompok komunitas untuk
mendiskuskan topik khusus. Sebagai contoh,
kelompok petani yang menginginkan lahan dalam
hutan atau kelompok pemburu dan aktifitas mereka di
dalam hutan.
f. Informan kunci.
Sempatkan untuk melakukan konsultasi mendalam
dengan ahli lokal yang dikenal, tokoh atau individu
yang berpengetahuan yang dapat memberi informasi
kritis.
g. Pengamatan langsung.
Amati dan perhatian suatu kejadian atau situasi di
lapangan, dan bertanyalah pada diri sendiri apa yang
telah anda lihat atauamati.
h. Pemetaan partisipatif.
Kegiatan ini memberi kesempatan bagi stakeholder
untuk menyiapkan peta-peta
sumberdaya/masalah/konflik. Peta ini dapati dibuat
pada kertas, papan tulis, tanah, lantai. Peta jugadapat
dibuat dengan menggunakan bahan lokal seperti
tongkat, daun, batu, rumput, pasir, tanah berwarna,
bungkus rokok, potongan genteng dan sebagainya dan
membuatnya di tanah. Buatlah satu peta pendahuluan
yang kemudian dilengkapi oleh orang lain atau peserta.
Banyak macam peta yang bisa dihasilkan dari proses
pemetaan partisipatif ini, misalnya:
ccxlix
i. Profil Sejarah.
Bekerja dengan kelompok komunitas untuk
menyiapkan sejarah kejadian-kejadian utama dalam
komunitas dengan perkiraan kapan terjadinya, dan
diskusikan perubahan-perubahan apa yang terjadi dan
mengapa terjadi (sebab akibat).
ccl
tokoh masyarakat dan nelayan, hal ini dikarenakan
rusaknya terumbu karang akibat pengeboman dan
peracunan ikan (bius). Selain itu juga kerusakan hutan
bakau, sehingga tak ada lagi tempat bagi ikan untuk
berkembang biak. Akhirnya disepakati untuk melakukan
penjagaan bersama dan ada aturan larangan melakukan
pengeboman dan peracunan, selain itu memulai melakukan
rehabilitasi hutan bakau.
ccli
pertanian. Sungai juga mulai surut. Semua itu disadari
masyarakat setempat. Akhirnya mereka sepakat
memperbaiki DAS (Daerah Aliran Sungai) dan kawasan
tangkapan hujan dengan tanaman yang cepat tumbuh, yaitu
bambu. Hasilnya kini sudah dapat dirasakan.
cclii
DAFTAR PUSTAKA
Panduan No. 1:
A. Buku Bacaan.
1 Hasbullah. Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil,
Sumatera Barat. Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi
dan Industri Sumatera Barat.
2 Isroi. 2008. Kompos. Makalah. Bogor: Balai Penelitian
Bioteknologi Perkebunan Indonesia, dalam Wikipedia.
3 Musanif, J., dkk. 2006. Program Bio Energi Pedesaan-
Biogas Skala Rumah Tangga. Jakarta: Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian.
4 _____________. 2009. Biogas : Sumber Energi
Alternatif yang Ramah Lingkungan. Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat,
Universitas Kristen Petra.
5 Rahman, Burhani. ―Biogas, Sumber Energi Alternatif‖.
Kompas. 8 Agustus 2005.
6 Widarto, L dan FX. Sudarto C.Ph. 1997. Membuat
Biogas. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
7 Widodo, TW, dkk. Pemanfaatan Energi Biogas untuk
Mendukung Agribisnis di Pedesaan. Balai Besar
Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong. (tidak
diterbitkan).
B. Sumber website:
1 http://www.sinarharapan.co.id
2 http://ikankoi.wordpress.com
3 http://abusya.multiply.com
4 http://organisasi.org
5 http://www.suparlan.com
6 www.kabarindonesia.com
7 http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah
ccliii
8 http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah
9 http://www.e-
dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=257&fname=all.
htm
10 www.idepfoundation.org
11 http://www.harapanibu.sch.id/berita-hi/berita-
lainnya/ada-apa-dengan-sampah/
12 www.pertaniansehat.or.id/index.php?pilih=news&mod
=yes&aksi=lihat&id=48 - 20k
13 http://www.togarsilaban.com/2007/05/09/takakura/
14 http://kathakania.blogspot.com/2008/10/cara-membuat-
keranjang-sampah-takakura.html
15 http://langitlangit.com/mod.php?mod=publisher&op=vi
ewarticle&artid=327
16 http://kamase.org/2008/11/03/cara-mudah-membuat-
digester-biogas/
17 http://manglayang.blogsome.com/biogas-infrastruktur-
part1/
18 http://www.hanjuang.co.id
19 www.idepfoundation.org
20 http://www.harapanibu.sch.id/berita-hi/berita-
lainnya/ada-apa-dengan-sampah
21 www.pertaniansehat.or.id/index.php?pilih=news&mod
=yes&aksi=lihat&id=48 - 20k
Sumber Gambar :
1 Foto keranjang & ember composting : Agustinus
Wijayanto/KANOPI Indonesia
2 Foto-foto : Oki Kristyawan, Maruf Erawan,Danang,
Arif Nurmawan, Ulie R. /KANOPI INDONESIA
3 Kontak sumber: Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi
dan Industri Sumatera Barat; Jl. Rasuna Said, Padang
Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040
ccliv
Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil
Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Industri Sumatera Barat
Panduan No. 2:
A. Buku Bacaan
1 Anonim. 1991. Buku Panduan Air dan Sanitasi. Pusat
Informasi Wanita dalam Pembangunan. PDII-LIPI dan
Swiss Development Cooperation, Jakarta.
2 __________. Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat
Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI
bekerjasama dengan Swiss Development.
3 Anonim. 2005. Sistim Informasi Manajemen
Pembangunan di Perdesaan. Bappenas.
4 Al Azharia Jahn, Samia. 1981. Traditional Water
Purification in Tropical Developing Countries: Existing
Methods and Potential Application. Eschborn: GTZ.
5 Hairiah, Kurniatun., Mustofa Agung Sardjono dan
Sambas Sabarnudin. 2003. Pengantar Agroforestri.
Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast
Asia.
6 King, KFS. 1979. ―Agroforestry and the Utilisation of
Fragile Ecosystems‖. Forest Ecology and Management,
International Council for Research in Agroforestry
(ICRAF). Amsterdam: Elsevier Scientific Publishing
Company. Vol. 2. Hal. 161—168.
7 Rawung, Jeinner J. 2008. Aren Berpotensi dan Bernilai
Ekonomis :Menuju Kubar, Kukar dan Samarida Bebas
Banjir. LBP2SDM dan Deputi Perencanaan Brigade
Manguni. Kalimantan.
8 ___________. Manado: Balai Penelitian Kelapa dan
Palma Lain.
cclv
9 ___________. 2007. Budidaya Tanaman Aren. Dinas
Perkebunan.
10 Sardjono, Mustofa Agung., T. Djogo, H.S. Arifin dan
N. Wijayanto. 2003. Klasifikasi dan Pola Kombinasi
Komponen Agroforestri. Bogor: World Agroforestry
Centre (ICRAF) Southeast Asia.
11 Suprayogo, Didik., K. Hairiah, N. Wijayanto, Sunaryo
dan M. van Noordwijk. 2003. Peran Agroforestry pada
Skala Plot. World Agroforestry Centre (ICRAF)
Southeast Asia. Bogor.
12 Wattimena, Gustaf Adolf. 2003. Contoh-Contoh
Agroforestri di Maluku. World Agroforestry Centre
(ICRAF) Southeast Asia. Bogor.
B. Sumber website:
1 http://www.bpphp15.dephut.go.id/sengon/Definisi%20
Agroforestri.htm
2 http://www.lablink.or.id/Agro/Agroforestri/agf-
bentuk.htm
3 http://ditjenbun.deptan.go.id/tahunanbun/tahunan/index.
php?option=com_content&task=view&id=122&Itemid
=30
4 http://id.wikipedia.org/wiki/Enau
5 http://africasiaeuro.com/Moringa1.html
6 http://en-ulagam.blogspot.com/2007/01/drumstick-
leaves-stir-fry.html
7 www.squidoo.com/moringa
8 www.stuartxchange.com/Malunggay.html
9 www.moringafarms.com/growing_it.htm
10 http://www.ezee1.com/my/pro_moringa.html
cclvi
Panduan No. 3:
A. Buku Bacaan.
1 Afrianto, E. dan E. Liviawaty, 1993. Budidaya Rumput
Laut dan Cara Pengolahannya. Jakarta: Penerbit
Bathara.
2 Angkasa, W.I.M., Sujatmiko, J. Anggadiredja, Zantika
A., 1998. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut
Eucheuma spesies di Perairan Pantai dan Gracillaria
spesies di Tambak. Jakarta: Deputi Bidang Pengkajian
Ilmu Dasar dan Terapan BPPT.
3 Anonymous, 1991. Peraturan Pengembangan Usaha
Budidaya Rumput Laut di Daerah Nusa Tenggara
Barat. Mataram: Dinas Perikanan dan Kelautan
Propinsi Nusa Tenggara Barat.
4 Anonymous, 2008. Jenis Rumput Laut Potensial.
Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
Departemen Kelautan dan Perikanan.
5 Bracca, R.T., 1989. Performance of Eucheuma
(Seaweeds) in Indonesia: Part 1 Agronomic Characters.
FMC-Marine (Colloids Division). Philipinnes.
6 Doty M.S., J.F. Caddy and Santelices, 1986. Case
Studies of Seven Commercial Seaweeds Resources.
FAO Fish.
7 Hidayat, A., 1994. Budidaya Rumput Laut. Surakarta:
Penerbit Usaha Nasional.
8 Indriani, H dan Sumiarsih E., 1991. Budidaya,
Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut. Jakarta:
Penebar Swadaya.
9 Juneidi. AKH. Wahid. 2004. Rumput Laut, Jenis dan
Morfologisnya. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan Tahun 2004. Departemen Pendidikan
Nasional.
cclvii
10 Juneidi. AKH. Wahid. 2004. Teknik Budidaya Rumput
Laut. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan
Tahun 2004. Departemen Pendidikan Nasional
11 Kasim, M. 2008. Strategi Penyelamatan Sumberdaya
Alam Pesisir dan Laut.
12 Khazali, M., 2005. Panduan Teknis Penanaman
Mangrove. Wetlands International - Indonesia
Programme.
13 Muskar, Y.Fujaya 2007. Mempersiapkan Kepiting
Menjadi Komoditas Andalan. Universitas Hasanuddin.
Pusat Informasi dan Data PSDA Sulawesi.
14 Mubarak, H.S., et. al. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya
Rumput Laut. Jakarta: Departemen Pertanian.
15 Onrizal. 2008. Peranan Ekosistem Mangrove Dalam
Manunjang Kehidupan Masyarakat Pesisir. Makalah
pada Lokakarya Pengelolaan Mangrove Bagi
Masyarakat Pesisir. Sub-Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Langkat, Maret 2008. Pusat Penelitian
Sumberdaya Alam dan Lingkungan USU dan
Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara.
16 Rangka, Nur Ansari. 2007. ―Status Usaha Kepiting
Bakau Ditinjau dari Aspek Peluang dan Prospeknya
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maros‖.
Neptunus, Vol. 14, No. 1, Juli 2007: 90 – 100.
17 _________________. 2003, Departemen Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia.
18 Trono, G.C. Jr., 1986. Seaweeds Culture in The Asia-
Pasifik Region. RAPA. Bangkok: FAO of The United
Nation.
B. Sumber website:
1. http://www.teknis-
cclviii
budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-rumput-laut.html
C. Ilustrasi
1 Ilustrasi : Donald Bason
2 Foto : Majalah TROBOS edisi September 2008;
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Probolinggo
3 Ilustrasi rumput laut : Donald Bason Foto-foto dan
Gambar Metode Budidaya : AKH. Wahid Juneidi
Gambar Morfologi : Afrianto dan Liviawati
Panduan No. 4:
A. Buku Bacaan
1 Dirawan, Gufran D. 2003. ‖Analisis Sosio-Ekonomi
dalam Pengembangan Ekotourisme pada Kawasan
Suakamarga Satwa Mampie Lampoko‖. Disertasi
Doktoral., Institut Pertanian Bogor (tidak diterbitkan).
2 Fandeli. Chafid dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan
Ekowisata. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
3 Sembiring, Iskandar, Hasnudi; Irfan; dan Sayed Umar.
2003. Survei Potensi Ekowisata di Kabupaten Dairi.
Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara (tidak diterbitkan).
4 Suhandi, Ary S. 2007. ‖Ekowisata, Harapan dan
Tantangan‖. Sinar Harapan, 24 September
B. Sumber Website:
1 http://www.dephut.go.id/informasi
2 http://permatarika.wordpress.com/2008/12/08/
3 http://www.jed.or.id/v1/ID/welcome.php
4 http://www.gunungleuser.or.id/ekowisata.htm
5 http://id.wikipedia.org/wiki/Bunaken
6 http://www.iptek.net.id
cclix
C. Ilustrasi : Donald Bason dan Foto : Agustinus
Wijayanto/CTRC
Panduan No. 5:
A. Buku Bacaan
1 Anonim. Strategi dan rencana aksi untuk
keanekaragaman hayati di Indonesia, Bappenas. 2003–
2010
2 Grupo Aprender con la Naturaleza. 2003. A Day of
Adventure in the Forest. English Edition. South Africa:
Xanadu Printing&Graphics.
3 Hamid A, Lubis, AH dan Wahyono, EH. 2004.
Laporan kegiatan penyuluhan keliling. Jakarta:
Conservation International.
4 Ham Sam. 1992. Interpretation: A Practical Guide for
People with Big Ideas and Small Budgets. Colorado:
Fulcrum/North American Press.
5 Putro H.R. 2004. Panduan Konservasi Hutan Bagi
Pengambil Keputusan, Jakarta: Inform.
6 Wahyono, EH. 1998. Bagaimana Menjadi Guru dan
Interpreter Alam. Jakarta: Conservation International
Indonesia.
7 Wahyono, EH, Ario A, Digdo, A. 2002. Modul
Pendidikan Konservasi Alam. Jakarta: Conservation
International Indonesia.
8 Wahyono EH dan Ario, A. 2003. Laporan pendidikan
keliling. Jakarta: Conservation International.
9 Wahyono, EH. 2007. Strategi Komunikasi, Pendidikan
dan Penyadaran Masyarakat Mengenai
Keanekaragaman Hayati. Jakarta: KLH. (Inpress).
cclx
Buku panduan ini diterbitkan bersama oleh:
cclxi