Professional Documents
Culture Documents
Peta adalah alat peraga, melalui alat peraga itu, seorang penyusun peta ingin
menyampaikan idenya kepada orang lain. Ide yang dimaksud adalah hal-hal yang
berhubungan dengan kedudukannya dalam ruang. Ide tentang gambaran tinggi
rendah permukaan bumi suatu daerah melahirkan peta topogafi, ide gambaran
penyebaran penduduk (peta penduduk), penyebaran batuan (peta
geologi),penyebaran jenis tanah (peta tanah atau soil map), penyebaran curah
hujan (peta hujan) dan sebagainya yang menyangkut kedudukannya dalam ruang.
Dengan cara menyajikannya kedalam bentuk peta, diharapkan si penerima ide
dapat dengan cepat dan mudah memahami atau memperoleh gambaran dari yang
disajikan itu melalui matanya.
1
2. Peta harus dengan mudah dapat dimengerti atau ditangkap maknanya oleh si
pemakai peta.
3. Peta harus memberikan gambaran yang sebenarnya. Ini berarti peta itu harus
cukup teliti sesuai dengan tujuannya.
Karena peta itu dinilai melalui penglihatan (oleh mata), maka tampilan peta
hendaknya sedap dipandang (menarik, rapih dan bersih).
2
Dengan demikian timbul istilah-istilah :
Isohyet yaitu garis dengan jumlah curah hujan sama
Isobar yaitu garis dengan tekanan udara sama
Isogon yaitu garis dengan deklinasi magnet yang sama
Isoterm yaitu garis dengan angka suhu sama
Isopleth yaitu garis yang menunjukan angka kuantitas yang
bersamaan.
Tujuan dari penggunaan peta isopleth (menunjukan angka kuantitas
sama) yaitu untuk memperlihatkan perbandingan nilai dari sesuatu hal
pada daerah yang satu dengan daerah yang lain. Sehingga pengguna peta
akan tahu mana daerah dengan nilai besar dan mana daerah dengan nilai
kecil.
Untuk simbol batang, lingkaran dan bola biasanya lebih banyak dipakai
untuk nilai-nilai statistik yang ditunjukan dengan garfik (batang,
lingkaran dan bola).
3
Kalau ide yang disampaikan tentang perbedaan curah hujan , isi peta
tentunya berupa isohyet.
5. Grid
Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukan lembar peta dari sekian
banyak lembar peta dan untuk memudahkan penunjukan letak sebuah titik di
atas lembar peta.
Cara pembuatan grid yaitu, wilayah dunia yang agak luas, dibagi-bagi
kedalam beberapa kotak. Tiap kotak diberi kode. Tiap kotak dengan kode
tersebut kemudian diperinci dengan kode yang lebih terperinci lagi dan
seterusnya.
Jenis grid pada peta-peta dasar (peta topografi) di Indonesia yaitu antara
lain:
Kilometerruitering (kilometer fiktif) yaitu lembar peta dibubuhi
jaringan kotak-kotak dengan satuan kilometer.
Disamping itu ada juga grid yang dibuat oleh tentara inggris dan grid
yang dibuat oleh Amerika (American Mapping System).
Untuk menyeragamkan sistem grid, Amerika Serikat sedang berusaha
membuat sistem grid yang seragam dengan sistem UTM grid system dan
UPS grid system (Universal Transverse Mercator dan Universal Polar
Stereographic Grid System).
6. Nomor peta
Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar dan seluruh
lembar peta terangkai dalam satu bagian muka bumi.
4
7. Sumber/Keterangan Riwayat Peta
Sumber ditekankan pada pemberian identitas peta, meliputi penyusun peta,
percetakan,sistem proyeksi peta, penyimpangan deklinasi magnetis,
tanggal/tahun pengambilan data dan tanggal pembuatan/pencetakan peta,
dan lain sebagainya yang memperkuat identitas penyusunan peta yang dapat
dipertanggungjawabkan.
8. Proyeksi.
Proyeksi peta adalah suatu teknik pemindahan gambar peta ke berbagai
macam bentuk peta. Pada prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha
mengubah bentuk bola (bidang lengkung) ke bentuk bidang datar, dengan
persyaratan sebagai berikut ;
1. Bentuk yang diubah itu harus tetap.
2. Luas permukaan yang diubah harus tetap.
3. Jarak antara satu titik dengan titik yang lain di atas permukaan yang
diubah harus tetap.
Untuk memenuhi ketiga syarat itu sekaligus suatu hal yang tidak mungkin.
Untuk memenuhi satu syarat saja dari tiga syarat di atas untuk seluruh bola
dunia, juga merupakan hal yang tidak mungkin. Yang bisa dilakukan
hanyalah satu saja dari syarat di atas untuk sebagian kecil permukaan bumi.
Oleh karena itu, untuk dapat membuat rangka peta yang meliputi wilayah
yang lebih besar harus dilakukan kompromi ketiga syarat di atas. Akibat dari
kompromi itu maka lahir bermacam jenis proyeksi peta.
Proyeksi berdasarkan bidang asal
Bidang datar (zenithal)
Kerucut (conical)
Silinder/Tabung (cylindrical)
Gubahan (arbitrarry)
Jenis proyeksi no.1 sampai no.3 merupakan proyeksi murni, tetapi proyeksi
yang dipergunakan untuk menggambarkan peta yang kita jumpai sehari-hari
tidak ada yang menggunakan proyeksi murni di atas, melainkan merupakan
5
proyeksi atau rangka peta yang diperoleh melaui perhitungan (proyeksi
gubahan).
Contoh proyeksi gubahan :
Proyeksi Bonne sama luas
Proyeksi Sinusoidal
Proyeksi Lambert
Proyeksi Mercator
Proyeksi Mollweide
Proyeksi Gall
Proyeksi Polyeder
Proyeksi Homolografik
Sebuah peta harus teliti. Sehubungan dengan itu, perlu diingatkan bahwa
tingkat ketelitian harus disesuaikan dengan tujuan peta dan jenis peta, serta
kesanggupan sekala peta itu dalam menyatakan ketelitian.
6
JENIS PETA/DATA FUNGSINYA
Garis-Garis Besar Haluan Negara Sebagai bahan acuan analisis
(GBHN) kebijaksanaan pembangunana
Program Pembangunan Nasional wilayah serta mengantisipasi
(Propernas) dan mengakomodasi program-
Rencana Tata Ruang Wialyah program sektoral yang akan
Nasional dilaksanakan.
Program Pembangunan Daerah
(Properda)
Program sektoral
7
pencaharian,dll ekonomi.
Pola jaringan/alur jalan, kereta api, Sebagai bahan acuan analisis
penerbangan, pelayaran sumberdaya buatan, untuk
Volume aliran barang dan memahami kondisi dan
penumpang pelayanan sarana dan prasarana
Pola pergerakan (asal & tujuan) wilayah, serta memahami
barang dan penumpang potensi dan kemungkinan
Lokasi dan volume bongkar- kendala yang dihadapi dalam
muat,dll. peningkatan pelayanan.
Ketersediaan lahan Sebagai bahan acuan analisis
Kemiringan lahan sumberdaya alam, untuk
Potensi bahaya kondisi, daya dukung
Peruntukan dan debt air lingkungan, serta memahami
Hidrologi (pola aliran air) tingkat perkenbangan
Hidrogeologi (air tanah dan pemanfaatan sumber daya alam
permukaan) (air, tanah, udara, hutan,dll) juga
Densitas dan produksi hutan potensi yang dapat
Kegiatan produksi yng dikembangkan lebih lanjut untuk
menimbulkan pencemaran udara menunjang pengembangan
Sebaran dan luas hutan,dll wilayah
Kondisi pemukiman Sebagai bahan acuan analisis
Jumlah pemukiman sistem pemukiman, untuk
Jenis pemukiman memahami kondisi,jumlah,
Luasan pemukiman jenis, letak, ukuran, dan
Letak dan sebaran konsentrasi keterkaitan antar pusat-pusat
kegiatan pemukiman wilayah permukiman di wilayah.
Jenis dan intensitas penggunaan Sebagai bahan acuan analisis
lahan penggunaan lahan, untuk
Luas lahan bentuk-bentuk
Harga tanah penguasaan,penggunaan dan
Status tanah kesesuaian pemanfaatan lahan
Perubahan fungsi lahan untuk kegiatan budidaya dan
Ketersediaan lahan lindung.
Besaran PAD Sebagai bahan acuan analisis
APBD pembiayaan pembangunan,
8
Besaran investasi (swasta & untuk mengidentifikasi sumber
masyarakat) pembiayaan pembangunan.
Besaran bantuan dan pinjaman luar
negeri,dll
Struktur organisasi Sebagai bahan acuan analisis
Kualitas dan kuantitas sumberdaya kelembagaan, untuk memahami
menusia kapasitas pemerintah dalam
Kualitas dan kuantitas sarana dan menyelenggarakan
prasarana kerja pembangunan
Produk-produk peraturan
Bentuk-bentuk keterlibatan
organisasi non-pemerintah dan
perguruan tinggi
Contoh Peta
9
10
Jenis peta: Peta Jalur Evakuasi.
Judul peta: Peta Jalur Evakuasi Penduduk Bencana Alam Gunung Merapi
kecamatan Sawangan dan Selo.
Tujuan peta: Memperlihatkan jalur evakuasi korban bencana alam (gunung
meletus).
Skala peta: 1:15.000
Yang harus teliti: Darrah-daerah mana saja yang termasuk daerah rawan
bencana, serta daerah mana yang dapat digunakan sebagai jalur evakuasi
korban bencana alam.
11
a. Judul dan Nomor Lembar Peta, biasanya nama yang digunakan
adalah nama kota atau daerah yang penting dan biasanya terletak ditengah-tengah
peta.
b. Petunjuk letak peta dan diagram lokasi.
c. Sistem peta yang digunakan, proyeksi, sistem grid, datum
geografi dan satuan.
d. Penerbit dan pembuat peta
e. Keterangan (Legenda dan simbol) peta
f. Riwayat peta
g. Petunjuk transformasi koordinat peta (kooordinat geografi ke
UTM dan dari UTM ke geografi)
h. Pembagian daerah administrasi
i. Selang kontur, skala numerik dan skala grafik
12
j. Diagram dan keterangan yang menunjukkan deviasi antara
utara geografi dan utara grid, dan deviasi antara utara grid dan utara magnet di
pusat lembar peta (deklinasi magnet)
k. Muka peta
II. Pengaruh Topografi dalam Perencanaan
13
Nilai dari garis kontur ditentukan dari ketinggian diatas muka air laut rata-rata
(MSL / Mean Sea Level). Ketinggian 0 (nol) adalah permukaan air laut pada saat
tenang.
II.3 Slope
Slope adalah kemiringan rata-rata. Dengan mengetahui slope maka perencana
akan dapat menetukan rute atau semacamnya.
Rumus menghitung slope adalah:
h
slope
jarak
h = interval kontur
jarak= jarak antara dua garis kontur yang dihitung secara garis lurus
h
jarak
14
III. Sistem Koordinat
Pada peta rupabumi indonesia menggunakan dua cara untuk menentukan lokasi
objek diatas peta, yaitu dengan koordinat geografi dan koordinat proyeksi/peta
15
Absis (x=0) semu dibuat +500.000m menyebabkan x bernilai ratusan ribu.
Ordinat (y=0) semu dibuat +10.000.000m menyebabkan y bernilai jutaan.
180o BB 180o BT
3o
Equator
Zone Zone
3o 30 31
Zone Zone
1 60
Meridian 0o
Penulisan Koordinat:
dimulai dari elipsoide – sistem koordinat – zone diikuti dengan belahan bumi
selatan atau utara.
Contoh:
WGS84 - UTM - 49S
Elipsoide = WGS84
Sistem koordinat = UTM
Zone = 49
Belahan bumi = S (selatan)
16