You are on page 1of 16

I.

Peta dan Perencanaan Wilayah dan Kota

I.1. Arti, Pengertian atau Definisi Peta


Berikut beberapa pengertian peta:
 Peta adalah bayangan yang diperkecil dari sebagian besar atau sebagian
kecil permukaan bumi.
 Peta adalah gambar muka bumi pada bidang datar atau bidang yang dapat
didatarkan dengan cara tertentu, dengan skala tertentu dan dengan simbol
tertentu.
 Peta adalah gambar atau lukisan keseluruhan atau pun sebagian permukaan
bumi baik laut maupun darat di bidang datar (kertas) dengan skala tertentu.
 Menurut PP no 10 tahun 2000 tentang Tingkat Penelitian Peta untuk
Penataan Ruang Wilayah:
Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan
manusia, yang berada di atas maupun di bawah permukaan bumi yang
digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu.
 Dalam studi Perencanaan Wilayah dan Kota, peta adalah suatu alat bantu
utama dalam pemodelan ruang (planning and design) dan pengambilan
keputusan.

Peta adalah alat peraga, melalui alat peraga itu, seorang penyusun peta ingin
menyampaikan idenya kepada orang lain. Ide yang dimaksud adalah hal-hal yang
berhubungan dengan kedudukannya dalam ruang. Ide tentang gambaran tinggi
rendah permukaan bumi suatu daerah melahirkan peta topogafi, ide gambaran
penyebaran penduduk (peta penduduk), penyebaran batuan (peta
geologi),penyebaran jenis tanah (peta tanah atau soil map), penyebaran curah
hujan (peta hujan) dan sebagainya yang menyangkut kedudukannya dalam ruang.
Dengan cara menyajikannya kedalam bentuk peta, diharapkan si penerima ide
dapat dengan cepat dan mudah memahami atau memperoleh gambaran dari yang
disajikan itu melalui matanya.

I.2. Syarat peta


Syarat peta yang baik mestinya :
1. Peta tidak boleh membingungkan

1
2. Peta harus dengan mudah dapat dimengerti atau ditangkap maknanya oleh si
pemakai peta.
3. Peta harus memberikan gambaran yang sebenarnya. Ini berarti peta itu harus
cukup teliti sesuai dengan tujuannya.
Karena peta itu dinilai melalui penglihatan (oleh mata), maka tampilan peta
hendaknya sedap dipandang (menarik, rapih dan bersih).

Secara umum peta memiliki 2 bagian penting yaitu:


 Muka peta: memperlihatkan daerah permukaan bumi yang dipetakan
 Informasi tepi: memperlihatkan keterngan dari suatu peta:
1. Keterangan atau legenda
Agar pembaca peta dapat dengan mudah memahami isi peta, seluruh bagian
dalam isi peta harus dijelaskan dalam legenda atau keterangan. Biasanya
berisi tentang:
Supaya mudah dimengerti atau ditangkap maknanya, digunakan:
1. Warna
Penggunaan warna pada peta (dapat juga pola seperti titik-titik atau
jaring kotak-kotak dan sebagainya) ditujukan untuk tiga hal :
 Untuk membedakan
 Untuk menunjukan tingkatan kualitas maupun kuantitas (gradasi)
 Untuk keindahan.

2. Simbol (terutama pada peta tematik)


Untuk menyatakan sesuatu hal ke dalam peta tentunya tidak bisa
digambarkan seperti bentuk benda itu yang sebenarnya, melainkan
dipergunakan sebuah gambar pengganti atau simbol.
Bentuk simbol dapat bermacam-macam seperti; titik, garis, batang,
lingkaran, bola dan pola.
Simbol titik biasanya dipergunakan untuk menunjukan tanda misalnya
letak sebuah kota dan menyatakan kuantitas misalnya satu titik sama
dengan 100 orang, dam sebagainya.
Simbol garis digunakan untuk menunjukan tanda seperti jalan, sungai,
rel KA dan lainnya. Garis juga digunakan untu menunjukan perbedaan
tingkat kualitas, yang dikalangan pemetaan dikenal dengan isolines.

2
Dengan demikian timbul istilah-istilah :
 Isohyet yaitu garis dengan jumlah curah hujan sama
 Isobar yaitu garis dengan tekanan udara sama
 Isogon yaitu garis dengan deklinasi magnet yang sama
 Isoterm yaitu garis dengan angka suhu sama
 Isopleth yaitu garis yang menunjukan angka kuantitas yang
bersamaan.
Tujuan dari penggunaan peta isopleth (menunjukan angka kuantitas
sama) yaitu untuk memperlihatkan perbandingan nilai dari sesuatu hal
pada daerah yang satu dengan daerah yang lain. Sehingga pengguna peta
akan tahu mana daerah dengan nilai besar dan mana daerah dengan nilai
kecil.
Untuk simbol batang, lingkaran dan bola biasanya lebih banyak dipakai
untuk nilai-nilai statistik yang ditunjukan dengan garfik (batang,
lingkaran dan bola).

2. Skala peta dan arah mata angin


Skala sangat penting dicantumkan untuk melihat tingkat ketelitian dan
kedetailan objek yang dipetakan. Sebuah belokan sungai akan tergambar
jelas pada peta 1:10.000 dibandingkan dengan pada peta 1:50.000 misalnya.
Kemudian bentuk-bentuk pemukiman akan lebih rinci dan detail pada skala
1:10.000 dibandingkan peta skala 1:50.000.
Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Arah utara
lazimnya mengarah pada bagian atas peta. Kemudian berbagai tata letak
tulisan mengikuti arah tadi, sehingga peta nyaman dibaca dengan tidak
membolak-balik peta. Lebih dari itu, arah juga penting sehingga si pemakai
dapat dengan mudah mencocokan objek di peta dengan objek sebenarnya di
lapangan.

3. Judul peta (apa isinya)


Judul peta harus mencerminkan isi peta. Isi peta berupa isohyet, tentu judul
petanya menjadi "Peta Distribusi Curah Hujan", dan sebagainya.
Isi peta menunjukan isi dari makna ide penyusun peta yang akan
disampaikan kepada pengguna peta.

3
Kalau ide yang disampaikan tentang perbedaan curah hujan , isi peta
tentunya berupa isohyet.

4. Bagian dunia mana.


Peta yang dibaca harus diketahui dari bagian bumi sebelah mana area yang
dipetakan tersebut.
Inzet peta merupakan peta yang diperbersar dari bagian belahan bumi.
Sebagai contoh, kita mau memetakan pulau Jawa, pulau Jawa merupakan
bagian dari kepulauan Indonesia yang diinzet.
Sedangkan index peta merupakan sistem tata letak peta , dimana menunjukan
letak peta yang bersangkutan terhadap peta yang lain di sekitarnya.

5. Grid
Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukan lembar peta dari sekian
banyak lembar peta dan untuk memudahkan penunjukan letak sebuah titik di
atas lembar peta.
Cara pembuatan grid yaitu, wilayah dunia yang agak luas, dibagi-bagi
kedalam beberapa kotak. Tiap kotak diberi kode. Tiap kotak dengan kode
tersebut kemudian diperinci dengan kode yang lebih terperinci lagi dan
seterusnya.
Jenis grid pada peta-peta dasar (peta topografi) di Indonesia yaitu antara
lain:
 Kilometerruitering (kilometer fiktif) yaitu lembar peta dibubuhi
jaringan kotak-kotak dengan satuan kilometer.
 Disamping itu ada juga grid yang dibuat oleh tentara inggris dan grid
yang dibuat oleh Amerika (American Mapping System).
Untuk menyeragamkan sistem grid, Amerika Serikat sedang berusaha
membuat sistem grid yang seragam dengan sistem UTM grid system dan
UPS grid system (Universal Transverse Mercator dan Universal Polar
Stereographic Grid System).

6. Nomor peta
Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar dan seluruh
lembar peta terangkai dalam satu bagian muka bumi.

4
7. Sumber/Keterangan Riwayat Peta
Sumber ditekankan pada pemberian identitas peta, meliputi penyusun peta,
percetakan,sistem proyeksi peta, penyimpangan deklinasi magnetis,
tanggal/tahun pengambilan data dan tanggal pembuatan/pencetakan peta,
dan lain sebagainya yang memperkuat identitas penyusunan peta yang dapat
dipertanggungjawabkan.

8. Proyeksi.
Proyeksi peta adalah suatu teknik pemindahan gambar peta ke berbagai
macam bentuk peta. Pada prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha
mengubah bentuk bola (bidang lengkung) ke bentuk bidang datar, dengan
persyaratan sebagai berikut ;
1. Bentuk yang diubah itu harus tetap.
2. Luas permukaan yang diubah harus tetap.
3. Jarak antara satu titik dengan titik yang lain di atas permukaan yang
diubah harus tetap.
Untuk memenuhi ketiga syarat itu sekaligus suatu hal yang tidak mungkin.
Untuk memenuhi satu syarat saja dari tiga syarat di atas untuk seluruh bola
dunia, juga merupakan hal yang tidak mungkin. Yang bisa dilakukan
hanyalah satu saja dari syarat di atas untuk sebagian kecil permukaan bumi.

Oleh karena itu, untuk dapat membuat rangka peta yang meliputi wilayah
yang lebih besar harus dilakukan kompromi ketiga syarat di atas. Akibat dari
kompromi itu maka lahir bermacam jenis proyeksi peta.
Proyeksi berdasarkan bidang asal
 Bidang datar (zenithal)
 Kerucut (conical)
 Silinder/Tabung (cylindrical)
 Gubahan (arbitrarry)
Jenis proyeksi no.1 sampai no.3 merupakan proyeksi murni, tetapi proyeksi
yang dipergunakan untuk menggambarkan peta yang kita jumpai sehari-hari
tidak ada yang menggunakan proyeksi murni di atas, melainkan merupakan

5
proyeksi atau rangka peta yang diperoleh melaui perhitungan (proyeksi
gubahan).
Contoh proyeksi gubahan :
 Proyeksi Bonne sama luas
 Proyeksi Sinusoidal
 Proyeksi Lambert
 Proyeksi Mercator
 Proyeksi Mollweide
 Proyeksi Gall
 Proyeksi Polyeder
 Proyeksi Homolografik

Sebuah peta harus teliti. Sehubungan dengan itu, perlu diingatkan bahwa
tingkat ketelitian harus disesuaikan dengan tujuan peta dan jenis peta, serta
kesanggupan sekala peta itu dalam menyatakan ketelitian.

I.3. Aspek Legal Peta dalam Perencanaan Wilayah dan kota


 UU Penataan Ruang no 24 tahun 1992
Menjelaskan tentang rencana tata ruang digambarkan dalam bentuk peta sesuai
dengan tempat lokasi perencanaan itu dibuat (negara Indonesia, wilayah
Propinsi Daerah Tingkat I, Kabupaten Daerah Tingkat II, Kotamadya Daerah
Tingkat II)
 PP no 10 tahun 2000
Menjelaskan tentang tingkat ketelitian peta untuk penataan ruang wilayah
nasional, daerah propinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota serta peran serta
masyarakat.
 UU Penataan Ruang no 26 tahun 2007
Menjelaskan tentang peraturan skala peta, tingkat ketelitian peta, dan peta
sebagai alat penyebarluasan rencana tata ruang wilayah.

I.4. Jenis-Jenis Peta yang Digunakan dalam Perencanaan


Peta yang digunakan sebagai dasar dalam suatu perencanaan adalah peta dasar
atau peta topografi. Selain itu dalam perencanaan juga dibutuhkan beberapa peta/
data, dintaranya:

6
JENIS PETA/DATA FUNGSINYA
 Garis-Garis Besar Haluan Negara  Sebagai bahan acuan analisis
(GBHN) kebijaksanaan pembangunana
 Program Pembangunan Nasional wilayah serta mengantisipasi
(Propernas) dan mengakomodasi program-
 Rencana Tata Ruang Wialyah program sektoral yang akan
Nasional dilaksanakan.
 Program Pembangunan Daerah
(Properda)
 Program sektoral

 Satuan Wilayah Sungai (SWS) dan  Sebagai bahan acuan analisis


Daerah Pengaliran Sungai (DPS) regional, untuk memahami
 Ekosistem wilayah kedudukan dan keterkaitan suatu
 Sistem jaringan transportasi wilayah dari aspek sosial,
 Sistem pergerakan barang dan ekonomi, lingkungan dan
modal budaya.
 Pola migrasi penduduk
 Karakteristik budaya
 Produk domestik regional bruto  Sebagai bahan acuan analisis
 Income per kapita ekonomi, untuk mewujudkan
 APBD ekonomi wilayah yang
 Jumlah investasi pemerintah dan sustainable melalui keterkaitan
swasta ekonomi lokal dalam sistem
 Jumlah tenaga kerja (formal & ekonomi wilayah yang lebih
informal) luas.
 Jumlah pengangguran
 Jumlah wisatawan (lokal & asing)
 Jumlah penduduk  Sebagai bahan acuan analisis
 Kepadatan penduduk sumberdaya manusia, untuk
 Pertumbuhan penduduk memahami aspek-aspek
 Angka kelahiran & kematian kependudukan terutama yang
 Tingkat mobilitas penduduk memiliki pengaruh timbal balik
 Tingkat buta huruf dengan pertumbuhan
 Penduduk menurut mata perkambangan sosial dan

7
pencaharian,dll ekonomi.
 Pola jaringan/alur jalan, kereta api,  Sebagai bahan acuan analisis
penerbangan, pelayaran sumberdaya buatan, untuk
 Volume aliran barang dan memahami kondisi dan
penumpang pelayanan sarana dan prasarana
 Pola pergerakan (asal & tujuan) wilayah, serta memahami
barang dan penumpang potensi dan kemungkinan
 Lokasi dan volume bongkar- kendala yang dihadapi dalam
muat,dll. peningkatan pelayanan.
 Ketersediaan lahan  Sebagai bahan acuan analisis
 Kemiringan lahan sumberdaya alam, untuk
 Potensi bahaya kondisi, daya dukung
 Peruntukan dan debt air lingkungan, serta memahami
 Hidrologi (pola aliran air) tingkat perkenbangan
 Hidrogeologi (air tanah dan pemanfaatan sumber daya alam
permukaan) (air, tanah, udara, hutan,dll) juga
 Densitas dan produksi hutan potensi yang dapat
 Kegiatan produksi yng dikembangkan lebih lanjut untuk
menimbulkan pencemaran udara menunjang pengembangan
 Sebaran dan luas hutan,dll wilayah
 Kondisi pemukiman  Sebagai bahan acuan analisis
 Jumlah pemukiman sistem pemukiman, untuk
 Jenis pemukiman memahami kondisi,jumlah,
 Luasan pemukiman jenis, letak, ukuran, dan
 Letak dan sebaran konsentrasi keterkaitan antar pusat-pusat
kegiatan pemukiman wilayah permukiman di wilayah.
 Jenis dan intensitas penggunaan  Sebagai bahan acuan analisis
lahan penggunaan lahan, untuk
 Luas lahan bentuk-bentuk
 Harga tanah penguasaan,penggunaan dan
 Status tanah kesesuaian pemanfaatan lahan
 Perubahan fungsi lahan untuk kegiatan budidaya dan
 Ketersediaan lahan lindung.
 Besaran PAD  Sebagai bahan acuan analisis
 APBD pembiayaan pembangunan,

8
 Besaran investasi (swasta & untuk mengidentifikasi sumber
masyarakat) pembiayaan pembangunan.
 Besaran bantuan dan pinjaman luar
negeri,dll
 Struktur organisasi  Sebagai bahan acuan analisis
 Kualitas dan kuantitas sumberdaya kelembagaan, untuk memahami
menusia kapasitas pemerintah dalam
 Kualitas dan kuantitas sarana dan menyelenggarakan
prasarana kerja pembangunan
 Produk-produk peraturan
 Bentuk-bentuk keterlibatan
organisasi non-pemerintah dan
perguruan tinggi

Contoh Peta

9
10
 Jenis peta: Peta Jalur Evakuasi.
 Judul peta: Peta Jalur Evakuasi Penduduk Bencana Alam Gunung Merapi
kecamatan Sawangan dan Selo.
 Tujuan peta: Memperlihatkan jalur evakuasi korban bencana alam (gunung
meletus).
 Skala peta: 1:15.000
 Yang harus teliti: Darrah-daerah mana saja yang termasuk daerah rawan
bencana, serta daerah mana yang dapat digunakan sebagai jalur evakuasi
korban bencana alam.

 Bagian yang berisi gambar dinamakan muka peta


 Bagian yang terletak pojok kanan atas termasuk bagian tepi. Berisi informasi
mengenai :
o Judul peta: Peta Jalur Evakuasi Penduduk Bencana Alam Gunung Merapi
kecamatan Sawangan dan Selo.
o Skala peta: meliputi skala angka dan garis yang menunjukan skala
1:15.000
o Arah mata angin yang menunjukkan arah utara
o Proyeksi yang digunakan: Transverse Mercator
o Sistem Grid yang digunakan: Grid Geografi dan Grid Universal Transverse
Mercator
o Sumber peta, dalam hal ini yang mempublikasikan peta: Badan
KoordinasiSurvai dan Pemetaan Nasional
 Bagian yang terletak di pojok kiri bawah termasuk bagian tepi. Berisi info tentang:
o Legenda peta: simbol-simbol dalam peta
o Sumber peta: Peta rupabumi digital skala 1:25.000 tahun 2000
bakosurtanal, survei lapangan 28-29 april 2006
o Diagram visualisasi: penampang lokasi.

11
a. Judul dan Nomor Lembar Peta, biasanya nama yang digunakan
adalah nama kota atau daerah yang penting dan biasanya terletak ditengah-tengah
peta.
b. Petunjuk letak peta dan diagram lokasi.
c. Sistem peta yang digunakan, proyeksi, sistem grid, datum
geografi dan satuan.
d. Penerbit dan pembuat peta
e. Keterangan (Legenda dan simbol) peta
f. Riwayat peta
g. Petunjuk transformasi koordinat peta (kooordinat geografi ke
UTM dan dari UTM ke geografi)
h. Pembagian daerah administrasi
i. Selang kontur, skala numerik dan skala grafik

12
j. Diagram dan keterangan yang menunjukkan deviasi antara
utara geografi dan utara grid, dan deviasi antara utara grid dan utara magnet di
pusat lembar peta (deklinasi magnet)
k. Muka peta
II. Pengaruh Topografi dalam Perencanaan

II.1 Garis Kontur


Topografi berarti bentuk rupa muka bumi. Dalam peta keadaan rupa bumi yng
berupa lekuk-lekuk diperlihatkan atau diinformasikan dengan cara
menggambarkan garis kontur.

Garis kontur adalah:


 garis yang menunjukkan ketinggian suatu wilayah.
 garis yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama.
 garis kontur menggambarkan bentuk permukaan bumi dalam tiga dimensi
pada bidang datar atau peta.

Fungsi garis kontur:


 informasi mengenai ketinggian  beda tinggi
 menunjukan bentuk rupa bumi  mencari tempat-tempat dengan
 menghitung volume waduk beda tinggi tertentu
 melihat penampang bumi

Sifat garis kontur:


 Titik-titik pada garis yang sama menunjukkan ketinggian yang sama.
 Titik-titik pada garis yang beda menunjukkan ketinggian yang berbeda pula.
 Titik-titik pada garis kontur tidak berpotongan.
 Kontur yang rapat menunjukkan daerah yang curam.
 Kontur yang jarang menunjukkan daerah yang landai.

Untuk kontur sungai/lembah garis kontur berbentuk U menghadap ke aliran air.


Untuk kontur punggung bukit garis kontur berbentuk U menghadap ke puncak
bukit.

13
Nilai dari garis kontur ditentukan dari ketinggian diatas muka air laut rata-rata
(MSL / Mean Sea Level). Ketinggian 0 (nol) adalah permukaan air laut pada saat
tenang.

II.2 Interval dan Indeks Kontur


Perbandingan nilai tinggi antar garis kontur disebut interval kontur (selang
1
kontur). Pada peta topografi umumnya interval garis kontur adalah 2000 dari
skala peta. Pada peta rupabumi Indonesia, nilai (angka) tinggi biasanya dicetak
pada garis kontur indek (yang digambarkan lebbih tebal) ditulis kearah puncak
(daerah yang lebih tinggi). Titik tinggi (spot height) digunakan untuk
menggambarkan daerah yang paling tinggi dan untuk dataran yang luas dimana
perbedaan tinggi tidak begitu tajam sehingga tidak bisa lagi digambarkan dalam
garis kontur. Untuk kemirinagan yang curam jarak garis kontur rapat dan untuk
kemiringan yang landai jarak antar garis kontur renggang. Dengan hanya melihat
garis kontur, maka dapat diperkirakan bentuk permukaan bumi yang
sesungguhnya.

II.3 Slope
Slope adalah kemiringan rata-rata. Dengan mengetahui slope maka perencana
akan dapat menetukan rute atau semacamnya.
Rumus menghitung slope adalah:
h
slope 
jarak

h = interval kontur
jarak= jarak antara dua garis kontur yang dihitung secara garis lurus

h
jarak

Slope dapat dinyatakan dengan persen (%) atau derajat (o)

14
III. Sistem Koordinat
Pada peta rupabumi indonesia menggunakan dua cara untuk menentukan lokasi
objek diatas peta, yaitu dengan koordinat geografi dan koordinat proyeksi/peta

III.1 Koordinat Geografi


Menggunakan lintang dan bujur dalam satuan menit. Lintang adalah sudut busur
pada meridian diukur kearah utara dan selatan khatulistiwa (khatulistiwa adalah
lintang 0o, kutub utara adalah lintang 90oU dan lintang selatan adalah 90oS). Bujur
adalah sudut busur diukur ke timur atau barat diukur dari lingkaran meridian
utama (awal) melalui Greenwich, Inggris.
1 o = 111,3262 km
Garis vertikal menunjukkan bujur dalam penulisannya apabila diikuti dengan
huruf T atau B, jika ditulis 105 23’ 33” T  menunjukkan bujur timur.
Garis horizontal menunjukkan lintang dalam penulisannya apabila diikuti dengan
huruf S atau U, jika ditulis 6 23’ 33” U  menunjukkan lintang Utara.

III.2 Koordinat Peta


Merupakan sistem koordinat kartesian dua dimensi utara dan timur (northing and
westing) atau x dan y dalam satuan meter. Sistem transverse Merkator
memproyeksikan koordinat geografi kedalam silinder yang bersinggungan dengan
khatulistiwa dan memotong pada sutu meridian, untuk memperkecil distorsi, bumi
dirotasikan di dalam silinder yang menyebabkan meridian yang berbeda
menyinggung silinder pada area yang berbeda. Ini yang menghasilkan bidang
utara-selatan, yang dinamakan sebagai zone. Bumi ini dibagi menjadi 60 zone.
Setiap zone memilliki lebar 6o.
Titik asal setiap zone adalah perpotongan antara khatulistiwa dan meridian tengah
(perpotongan antara meridian dengan silinder), biasanya untuk menghindari nilai
negatif pada koordinat digunakan koordinat semu.

15
Absis (x=0) semu dibuat +500.000m  menyebabkan x bernilai ratusan ribu.
Ordinat (y=0) semu dibuat +10.000.000m  menyebabkan y bernilai jutaan.

Gambar pembagian Zone

180o BB 180o BT

3o

Equator

Zone Zone
3o 30 31

Zone Zone
1 60

Meridian 0o

Absis dan ordinat semu

Penulisan Koordinat:
dimulai dari elipsoide – sistem koordinat – zone diikuti dengan belahan bumi
selatan atau utara.
Contoh:
WGS84 - UTM - 49S
Elipsoide = WGS84
Sistem koordinat = UTM
Zone = 49
Belahan bumi = S (selatan)

16

You might also like