You are on page 1of 11

c 



c            

   c           
         !"  #
        ""  $ %

          ! 
           !        
          &     ' 
            
         #    
('"

A. AKHLAK
Ada dua pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan)
dan pendekatan terminologi (peristilahan). Akhlak berasal dari bahasa arab yakni khuluqun yang
menurut loghat diartikan: budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian
denga perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta erat hubungan dengan khaliq yang berarti
pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media
yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan antara makhluk
dengan makhluk.

Secara terminologi kata "budi pekerti" yang terdiri dari kata budi dan pekerti. Budi adalah yang ada
pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio atau
character. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh hati, yang disebut
behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang
termanifestasikan pada karsa dan tingkah laku manusia.

Sedangkan secara terminologi akhlak suatu keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan dilakukan
dengan perbuatan tanpa intervensi akal/pikiran. Menurut Al Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat
dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan lagi.
Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang tertanam
didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul
dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hari
Defenisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri
yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu :

Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga
telah menjadi kepribadiannya.

Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini
berarti bahwa saat melakuakan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar,
hilang ingatan, tidur dan gila.

Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbutan yang
dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa limu akhlak adalah
ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk.

Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesunggunya, bukan
main-main atau karena bersandiwara

Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah
perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan karena dipuji orang
atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.

Disini kita harus bisa membedakan antara ilmu akhlak dangan akhlak itu sendiri. Ilmu akhlak adalah
ilmunya yang hanya bersifat teoritis, sedangkan akhlak lebih kepada yang bersifat praktis.

B. ETIKA
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti watak
kesusilaan ata adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan tentang asas-asas
akhlak (moral).

Selain akhlak kita juga lazim menggunakan istilah etika. Etika merupakan sinonim dari akhlak. Kata
ini berasal dari bahasa Yunani yakni ethos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan yang dimaksud
kebiasaan adalah kegiatan yang selalu dilakukan berulang-ulang sehingga mudah untuk dilakukan
seperti merokok yang menjadi kebiasaan bagi pecandu rokok. Sedangkan etika menurut filasafat
dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Etika
membahasa tentang tingkah laku manusia.

Ada orang berpendapat bahwa etika dan akhlak adalah sama. Persamaan memang ada karena
kedua-duanya membahas baik dan buruknya tingkah laku manusia. Tujuan etika dalam pandangan
filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang
ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan
tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-
masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan.

Apabila kita menlusuri lebih mendalam, maka kita dapat menemukan secara jelas persamaan dan
perbedaan etika dan akhlak. Persamaan diantara keduanya adalah terletak pada objek yang akan
dikaji, dimana kedua-duanya sama-sama membahas tentang baik buruknya tingkah laku dan
perbuatan manusia. Sedangkan perbedaannya sumber norma, dimana akhlak mempunyai basis atau
landasan kepada norma agama yang bersumber dari hadist dan al Quran.

Para ahli dapat segera mengetahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut.
Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbutaan yang
dilakukan oleh manusia.

Kedua, dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran dan filsafat. Sebagai hasil
pemikiran maka etika tidak bersifat mutla, absolut dan tidak pula universal.

Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap
suatu perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, terhina dsb. Keempat, dilihat dari
segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-rubah sesuai tuntutan zaman.

Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk.
Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.

C. MORAL
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah sesuai
dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang
wajar.

Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Namun, ada pula berbedaannya, yakni etika
lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis. Menurut pandangan ahli
filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan manusia secara universal (umum), sedangkan
moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu.

Namun demikian, dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau
dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbutan manusia baik atau buruk menggunakan
tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran moral tolak ukur yang digunakan
adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat.

Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Inti
pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari baik buruknya
perbutaannya selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan betul
salahnya sikap dan tindakan manusia, baik buruknya sebagai manusia.

- Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996


‡ Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin, Pengatar Studi Akhlak, Jakarta : PT Raja Grafmdo
Persada, 2004
‡ Yaqub, Hamzah. Etika Islam. Bandung : CV Diponegoro, 1988
(artikel ini disadur dari persentasi pada mata kuliah akhlak tasawuf)

%)) " "&()!( ) )*+

‘   
  
    
    
   
    
  
 
 
  

 ! 
"

  #$
"  " 
   #% !
"

  #
 &

  
 


'   " 
# 
 # 
 
  
#
(
   

 
 $ $
&$



& 
   
  
 
  
  
 


 

  " 

‘ $   
 

 
 
   

 

 
  

 

 

 



   
) 

 
 

 



  
 

 

 





c   





  

 

   
$ $
 




 
% &  
  
    
 
  



 

$
   


* 

 $ "
 

 

 




 
 "
  



 




 

 


  

&




  
  "
+  $ "
 

 

    
 
 
 




  
   
 


  
 
  
‘ 
 $ 
 
  

  & 
$ 
 
, 


    
'  

)
 
  
 

 
 
 
   
 
   
 
%

    

   $    
  

 
 


 
 
'  



%))" & "&()(&),+,--./) 

´ 4  Y

Akhirnya dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila dan
akhlak sama, yaitu menentukan hokum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan
manusia untuk ditentukan baik-buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki
terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga
sejahtera batiniah dan lahiriyah.

Perbedaaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang
dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk
berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang
berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan
baik buruk itu adalah al-qur'an dan al-hadis.

Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan
pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih
banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan
moral dan susila bersifat local dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik-buruk,
sedangkan moral dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.

Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan membutuhkan.
Uraian tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa etika, moral dan susila berasala dari
produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan
baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni
ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-Qur'an dan Hadis. Dengan kata lain jika etika, moral
dan susila berasal dari manusia sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.

c   

Achmad, Mudlor. Tt. ‘  . Al-Ikhlas. Surabaya.

Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar. 2003.


‘   . Lentera. Jakarta.

Bakry, Oemar. 1981. 


 . Aangkasa. Bandung.

Halim, Ridwan. 1987.   . Ghalia Indonesia. Jakarta.

Ilyas, Yunahar. 1999.               .


Yogyakarta.

Kusumamihardja, Supan dkk. 1978.   . Pt Giri Mukti Pasaka. Jakarta.

Masyhur, Kahar. 1986.


       !   "‘        .
Kalam Mulia. Jakarta.

Mustofa, Ahmad. 1999.  # . CV Pustaka Setia. Bandung.

Nata, Abuddin. 2003.  $. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Rifa'i, Mohammad. 1987. %&&    #      


 .
Wicaksana. Semarang.

Salam, Zarkasji Abdul. 1994.   '() '(. Lembaga Studi Filsafat Islam.
Yogyakarta

%))  "( ("&()*00,)0*)# # #("

‘  (melalui Latin  daripada bahasa Greek kuno șȚțȒ [ijȚȜȠıȠijȓĮ] "falsafah moral")
merupakan salah satu cabang utama falsafah yang merangkumi kelakuan betul dan kehidupan
baik. Liputan etika adalah lebih luas daripada manganalisis apa yang betul dan salah seperti
yang sering dianggap. Antara aspek utama etika ialah "kehidupan baik", iaitu kehidupan yang
bernilai atau memuaskan, yang dianggap lebih penting daripada tingkah laku moral oleh
banyak ahli falsafah. Antara isu utama dalam etika ialah pencarian * , iaitu
"kebaikan yang terbaik". Tindakan yang betul dikatakan mengakibatkan kebaikan terbaik,
manakala tindakan tak bermoral dikatakan menghalangnya.[1]
Etika berkaitan dengan konsep-konsep moral seperti kebaikan, kejahatan, benar, salah,
kewajipan, tanggungjawab, keadilan; iaitu analisis konsep-konsep seperti ini dan justifikasi
pertimbangan (pernyataan, dakwaan) yang melibatkan konsep-konsep tersebut. Etika adalah
teori tentang tingkah laku yang betul dalam kehidupan yang baik bukannya amalan. Etika
mengkaji fakta, menganalisisnya dan merumuskan apakah tingkah laku yang sebetulnya.
Etika tidak berpegang pada apa yang dinamakan "tanzil Tuhan" atau "wahyu Tuhan"
terhadap jawapan akhir atau menyelesaikan isu-isu moral tertentu. Etika berbeza dengan
agama.

%)) "   "()  )  

‘ 

Etika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan


perbuatan yang di lakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk, dengan kata lain
aturan atau pola tingkah laku yang di hasilkan oleh akal manusia.

Dengan adanya etika pergaulan dalam masyarakat akan terlihat baik dan buruknya.
Etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.




Suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari ssifat peranlain,
kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat di katakan benar, salah, baik,
atau buruk.

Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan yang lainnya kita
dapat mengatakan bahwa antara etika dan moral memiliki obyek yang sama yaitu sama-
sama membahas tentang perbuatan manusia untuk selanjutnya di tentukan posisinya baik
atau buruk. Namun demikian dalam hal etika dan moral memiliki perbedaan

Dengan demikian tolak ukur yang di gunakan dalam moral untuk mengukur tingkah
laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan, dan lainnya yang berlaku di masyarakat.
Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan.
Moral di pakai untuk perbuatan yang sedang di nilai, sedangkan etika di pakai untuk
system nilai yang ada.


Akhlak adalah pembahasan tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian
menetapkannya apakah perbuatan tersebut tegolong perbuatan yang baik atau perbuatan
yang buruk atau berisi pembahasan dalam upaya mengenal tingkahlaku, kemudian
memberikan hukum kepada perbuatan tersebut, yaitu apakah perbuatan tersebut tergolong
baik atau buruk.

Adapun 5 ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak adalah:

1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam diri seseorang,
sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dengan
menggunakan tanpa pemikiran.
3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar (atas dasar dan
keinginan diri sendiri) tanpa paksaan.
4. Perbuatan akhlak adalah perbutan yang di lakukan dengan sesungguhnya, bukan
bermain-main atau karena bersandiwara.
5. Sejalan dengan ciri yang ke-4 perbuatan akhlak (khususnya anak yang baik) adalah
perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah SWT, bukan
karena di puji orang atau karena ingin mendapat suatu pujian.

s   

Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq, artinya tingkahlaku, perangai, tabi¶at.
Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan
dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi. Dengan demikian akhlak pada
dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan diwujudkan dalam
tingkah laku atau perbuatan. Apabila perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama,
maka tindakan itu disebut akhlak yang baik atau +,.
Misalnya jujur, adil, rendah hati, pemurah, santun dan sebagainya. Sebaliknya apabila buruk
disebut akhlak yang buruk atau -. Misalnya kikir, zalim, dengki, iri hati,
dusta dan sebagainya. Baik dan buruk akhlak didasarkan kepada sumber nilai, yaitu Al
Qur¶an dan Sunnah Rasul.Di samping akhlak dikenal pula istilah moral dan etika. Moral
berasal dari bahasa Latin * yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan
ajaran baik buruk yang diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat
menjadi standar dalam menentukan baik dan buruknya

suatu perbuatan. Misalnya berpakaian minim di pantai Kuta Bali itu biasa saja,dianggap tidak
melanggar norma karena budaya itu diterima masyarakat.

Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat
tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi
standar baik dan buruk itu adalah akal manusia. Jika dibandingkan dengan moral, maka etika
lebih bersifat teoritis sedangkan moral bersifat praktis. Moral bersifat lokal atau khusus dan
etika bersifat umum.

Ò             

Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar penentuan atau
standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak
berdasarkan Al Qur¶an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika berdasarkan adat
istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh

suatu masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik pulalah
nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal,
sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam pandangan Islam, akhlak
merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik
merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam
prilaku nyata sehari-hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana
disabdakannya :

€      !    .(Hadits riwayat Ahmad)

Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah akumulasi dari
aqidah dan syari¶at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah telah
mendorong pelaksanaan syari¶at akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak
merupakan perilaku yang tampak apabila syari¶at Islam telah dilaksanakan berdasarkan
aqidah.

=              

s     

a.Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai
dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap
perintah Allah.

b.Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik
diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan
dan ketentraman hati.

c.Berdo¶a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do¶a merupakan inti ibadah,
karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus
pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan do¶a dalam ajaran
Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu
berusaha dan berdo¶a merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh
dalam aktifitas hidup setiap muslim.Orang yang tidak pernah berdo¶a adalah orang yang tidak
menerima keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai orang yang
sombong ; suatu perilaku yang tidak disukai Allah.

d.Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil
pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e.Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya
rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup
dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah.

Ò         

         

(1) Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian
nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika
melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.

(2) Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung
banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan
adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan
dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.

(3) Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua,
muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat
iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain

.

       

Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan.
Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain :
menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata
sopan dan lemah lembut, mentaati perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka
jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.

       

Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota keluarga
yang diungkapkan dalam bentuk komuniksai.

Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruh
anggota keluarga. Apabila kasih sayang telah mendasari komunikasi orang tua dengan anak,
maka akan lahir wibawa pada orang tua. Demikian sebaliknya, akan lahir kepercayaan orang
tua pada anak oleh karena itu kasih sayang harus menjadi muatan utama dalam
komunikasisemua pihak dalam keluarga.

Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan batin,keakraban, dan keterbukaan
di antara anggota keluarga dan menghapuskan kesenjangan di antara mereka. Dengan
demikian rumah bukan hanya menjadi tempat menginap, tetapi betul-betul menjadi tempat
tinggal yang damai dan menyenangkan, menjadi surga bagi penghuninya. Melalui
komunikasi seperti itu pula dilakukan pendidikan dalam keluarga, yaitu menanamkan nilai-
nilai moral kepada anak-anak sebagai landasan bagi
pendidikan yang akan mereka terima pada masa-masa selanjutnya.

´       

Misi agama Islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya kepada manusia tetapi juga
kepada alam dan lingkungan hidup. Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan diangkatnya
manusia sebagai khalifah di muka bumi,yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas
mamakmurkan, mengelola dan melestarikan alam. Berakhlak kepada lingkungan hidup
adalah menjalin dan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya.

http://dewon.wordpress.com/2007/11/03/kategori-19/

sumber www.bung-hata

        merupakan sebahagian pemikiran. Dianggap sebagai fungsi


intelektual yang paling rumit, penyelesaian masalah telah ditakrifkan sebagai satu proses
kognitif yang berperingkat tinggi dan yang memerlukan pemodulatan serta pengawalan
kemahiran-kemahiran yang lebih rutin atau asas (Goldstein & Levin, 1987). Penyelesaian
masalah berlaku apabila sebuah organisma atau sistem kecerdasan buatan tidak tahu
bagaimana menuju daripada satu keadaan yang diberikan kepada satu keadaan sasaran yang
diingini. Ia merupakan sebahagian daripada proses masalah yang lebih besar yang meliputi
pencarian masalah serta pembentukan masalah.

Goldstein F. C., & Levin H. S. (1987). Disorders of reasoning and problem-solving ability. Dalam M.
Meier, A. Benton, & L. Diller (Ed.), *! **    * . London: Taylor & Francis
Group.

http://ms.wikipedia.org/wiki/Penyelesaian_masalah

                   

     
  

Perkembangan manusia berlaku mengikut 3 tahap tertentu.

Tiga tahap dalam Teori Penaakulan Moral Kohlberg

 s
   
     
‡ Pertimbangan berdasarkan keperluan individu & peraturan

Peringkat 1: Orientasi hukuman-patuh


‡ Peraturan dipatuhi untuk mengelakkan hukuman. ‡
Peringkat 2: Orientasi ganjaran individu
‡ Keperluan individu yang menentukan salah dan betul.
‡ Pertolongan adalah atas dasar mengharapkan balasan.
 Ò
   
    
‡ Pertimbangan adalah berdasarkan persetujuan orang lain, harapan keluarga, nilai tradisional,
undang-undang masyuarakat, dan kesetiaan kepada Negara.

Peringkat 3: Orientasi kanak-kanak baik


(good boy-nice girl orientation)
‡ Berdasarkan apa yang dipersetujui oleh orang lain tentang dirinya sebagai baik.
‡
Peringkat 4: Orientasi mengekal susunan sosial
‡ Berdasarkan undang-undang yang mutlak, pihak berkuasa dihormati dan susunan sosial
dikekalkan.


 ´
   
     

Peringkat 5: Orientasi perjanjian sosial


‡ Kebaikan ditentukan oleh piawaian hak individu, yang ditentukan oleh sosialnya.

Peringkat 6: Orientasi prinsip etika universal


‡ Kebaikan dan kebenaran ditentukan oleh hati nurani seseorang individu & melibatkan
konsep abstrak seperti keadilan, marual insan dan kesamaan.

http://yanpiaw0.tripod.com/kpli/

Pembentukan masyarakat berakhlak dan mempunyai kerohanian yang


tinggi merupakan salah satu agenda utama negara. Hasrat ini telah diuaruarkan
melalui wawasan 2020 yang antara lainnya berhasrat untuk me lahirkan
masyarakat yang kukuh dengan sifat -sifat kerohanian dan mempunyai moral
yang progresif dan dinamik. Aspirasi ini telah termaktub dalam sistem
pendidikan negara sejak sekian lama seperti yang dinyatakan dalam Laporan
Kabinet Mengkaji Semula Perlaks anaan Dasar Pelajaran Kebangsaan 1979:
«mereka bukan sahaja perlu cekap bahkan dapat berfikir dan bertindak
dengan baik sama ada secara sendiri mahupun secara beramai -ramai dengan
berpandukan kepada punca -punca akhlak yang mulia«

(Pusat Perkembangan Kurikulum, 1988 m.s 35 ).

You might also like