Professional Documents
Culture Documents
LIKUIDASI PERSEKUTUAN
Menurut Beam (2000, hal 625), disolusi persekutuan ialah berubahnya hubungan
sekutu yang menyebabkan berhentinya persekutuan secara hukum. Dengan disolusi,
persekutuan tetap bisa berjalan terus dengan perjanjian baru, atau persekutuan bisa juga
berhenti/bubar secara bisnis. Berhentinya persekutuan secara bisnis disebut juga
likuidasi.
Pembubaran persekutuan dapat disebabkan oleh:
1) salah seorang sekutu menghendaki pembubaran
2) salah seorang sekutu meninggal dunia, dan ahli warisnya tidak menyetujui untuk
melanjutkan persekutuan
3) perselisihan intern diantara sekutu
4) salah seorang sekutu dinyatakan pailit
Tujuan utama dari likuidasi adalah melakukan pengurusan dan pemberesan atas
harta pailit. Proses likuidasi juga mengacu pada perpu No. 1 tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang tentang Kepailitan.
Aturan dalam mendistribusikan aktiva dalam likuidasi persekutuan dibuat
bertingkat sesuai prioritas:
1) jumlah yang terhutang kepada negara.
2) jumlah yang dipinjam dari kreditur yang bukan sekutu.
3) jumlah yang dipinjam dari sekutu selain untuk modal dan laba.
4) jumlah yang harus diberikan kepada sekutu sesuai kepemilikannya.
Meskipun terdapat urutan prioritas tersebut diatas, namun bukan berarti jika
terdapat kas yang akan dibagikan kepada sekutu (distribusi kas) pasti dibagikan kepada
sekutu atas bagian pinjaman kepada sekutu yang bersangkutan, tetapi pada saat likuidasi
maka kedudukan pinjaman dari sekutu/loan dan modal sekutu yang bersangkutan adalah
setingkat untuk menghitung hak sekutu yang bersangkutan. Setelah melalui perhitungan
yang tertuang dalam skedul pembayaran kas, maka kas yang dibagikan kepada masing-
masing sekutu barulah dibedakan berdasarkan prioritas tersebut diatas untuk masing-
masing sekutu yang bersangkutan.
Akuntansi Lanjutan/KA AG 02/2-14
-
Berikut ini adalah contoh persekutuan ABC yang dinyatakan akan dilikuidasi
dengan rasio laba/rugi yaitu A : B : C = 2 : 3 : 5.
Neraca Persekutuan ABC sesaat sebelum dilikuidasi menunjukkan sbb:
Persekutuan ABC
Neraca
Per 31 Desember 1998 (Jutaan rupiah)
Kas 100 Hutang Dagang 500
Aktiva non kas 1.400 Hutang kepada C 400
Modal A 300
Modal B 200
Modal C 100
Total aktiva 1.500 Total Hutang & Modal 1.500
Posisi aktiva dan kewajiban pribadi para sekutu adalah sebagai berikut:
Sekutu Aktiva Pribadi (diluar Kewajiban Pribadi (diluar
kepemilikan persekutuan) kepemilikan persekutuan)
A 900 500
B 700 700
C 500 900
Para sekutu bersepakat untuk melikuidasi persekutuan ABC dengan likuidasi secara
langsung karena realisasi seluruh aktiva nonkas dapat dilakukan dengan segera. Hasil
realisasi akan digunakan untuk membayar hutang kepada pihak luar, setelah hutang
kepada pihak luar telah lunas dan apabila masih ada sisa kas maka dibagikan seluruhnya
kepada para sekutu sesuai dengan hak para sekutu. Jika kas yang tersedia setelah realisasi
dan pembebanan biaya-biaya masih tidak mencukupi untuk membayar hutang kepada
pihak luar maka sekutu yang solven yang akan membayar hutang terlebih dahulu. Bila
hutang kepada pihak luar telah lunas dan masih ada sekutu yang bersaldo modal debit
setelah kompensasi maka sekutu tersebut menyetorkan kas ke persekutuan pada saat tidak
ada kas lagi. Penyelesaian akhir dilakukan diluar persekutuan untuk sekutu yang defisit
tetapi secara pribadi insolven.
a) Apabila seluruh aktiva non kas hanya dapat direalisasi sebesar Rp.
1.300.000.000,- maka daftar likuidasi seperti berikut :
Persekutuan ABC
Daftar Likuidasi
(dalam Jutaan rupiah)
Akuntansi Lanjutan/KA AG 02/6-14
-
Hasil realisasi sebesar 1.300 juta akan menambah kas dan mengurangi aktiva nonkas
1.400 juta serta selisih rugi 100 juta dibebankan kepada para sekutu sesuai rasio
laba/rugi. Pada contoh soal ini tidak ada biaya likuidasi sehingga tidak perlu mengurangi
kas dan modal para sekutu. Setelah realisasi, kas yang tersedia digunakan untuk
membayar hutang kepada pihak luar selain sekutu, dalam hal ini adalah hutang dagang
sebesar 500 juta, tetapi jika ada hutang kepada negara maka harus didahulukan daripada
pembayaran hutang kepada para kreditur. Sisa kas setelah pembayaran hutang digunakan
untuk dibagikan kepada para sekutu (distribusi kas), terlihat bahwa tidak perlu membuat
skedul pembayaran kas karena tidak memenuhi syarat untuk menyusun skedul
pembayaran kas. Untuk contoh ini tidak ada sekutu yang defisit sehingga tidak perlu
ditutup dengan loan (pinjaman dari sekutu) yang bersangkutan. Contoh pertama ini
merupakan contoh yang sangat sederhana, untuk setiap contoh dengan kasus yang
berbeda-beda akan dibahas pada asumsi tersendiri.
Jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Kas 1.300.000.000
Modal A 20.000.000
Modal B 30.000.000
Modal C 50.000.000
Aktiva Nonkas 1.400.000.000
Hutang Dagang 500.000.000
Kas 500.000.000
Hutang kepada C 400.000.000
Akuntansi Lanjutan/KA AG 02/7-14
-
Modal A 270.000.000
Modal B 180.000.000
Modal C 50.000.000
Kas 900.000.000
b) Apabila seluruh aktiva non kas hanya dapat direalisasi sebesar Rp. 800.000.000,-
maka daftar likuidasi adalah seperti berikut :
Persekutuan ABC
Daftar Likuidasi
(Jutaan Rupiah)
20% 30% 50%
Keterangan Kas Aktiva Hutang Hutang Modal
non kas Dagang kepada C A B C
Saldo sebelum likuidasi 100 1.400 500 400 300 200 100
Realisasi aktiva 800 (1.400) (120) (180) (300)
900 0 500 400 180 20 (200)
Pembyran hutang kpd kreditur (500) (500)
400 0 0 400 180 20 (200)
Kompensasi defisit dengan loan (200) 200
400 0 0 200 180 20 0
Distribusi Kas (400) (200) (180) (20)
0 0 0 0 0 0 0
Hasil realisasi sebesar 800 juta akan menambah kas dan mengurangi aktiva nonkas 1.400
juta serta selisih rugi 600 juta dibebankan kepada para sekutu sesuai rasio laba/rugi. Pada
contoh soal ini tidak ada biaya likuidasi sehingga tidak perlu mengurangi kas dan modal
para sekutu. Setelah realisasi, kas yang tersedia digunakan untuk membayar hutang
kepada pihak luar selain sekutu, dalam hal ini adalah hutang dagang sebesar 500 juta,
tetapi jika ada hutang kepada negara maka harus didahulukan daripada pembayaran
hutang kepada para kreditur. Sisa kas setelah pembayaran hutang digunakan untuk
dibagikan kepada para sekutu (distribusi kas), terlihat bahwa tidak perlu membuat skedul
pembayaran kas karena tidak memenuhi syarat untuk menyusun skedul pembayaran kas.
Untuk contoh ini ada sekutu yang defisit sehingga perlu ditutup dengan loan (pinjaman
dari sekutu) yang bersangkutan.
Jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Kas 800.000.000
Akuntansi Lanjutan/KA AG 02/8-14
-
Modal A 120.000.000
Modal B 180.000.000
Modal C 300.000.000
Aktiva Nonkas 1.400.000.000
(jurnal untuk mencatat realisasi aktiva nonkas)
0 0 0 50 20 (70) 0
Penyelesaian akhir (50) (20) 70
0 0 0 0 0 0 0
Modal A 100.000.000
Kas 100.000.000
(jurnal untuk mencatat distribusi kas)
Akuntansi Lanjutan/KA AG 02/10-14
-
d) Apabila seluruh aktiva non kas hanya dapat direalisasi sebesar Rp. 300.000.000,-
maka daftar likuidasi adalah seperti berikut :
Persekutuan ABC
Daftar Likuidasi
(Jutaan Rupiah)
20% 30% 50%
Keterangan Kas Aktiva Hutang Hutang Modal
non kas Dagang kepada C A B C
Saldo sebelum likuidasi 100 1.400 500 400 300 200 100
Realisasi aktiva 300 (1.400) (220) (330) (550)
400 0 500 400 80 (130) (450)
Pembyran hutang kpd kreditur (400) (400)
0 0 100 400 80 (130) (450)
Kompensasi defisit dengan loan (400) 400
0 0 100 0 80 (130) (50)
Pembayaran hutang oleh A (100) 100
0 0 0 0 180 (130) (50)
Penyelesaian akhir (180) 130 50
0 0 0 0 0 0 0
Pada contoh ini terdapat sisa hutang kepada pihak luar sebesar 100 juta setelah semua
aktiva bersaldo nol, maka sesuai dengan ketentuan bahwa sekutu bertanggungjawab
secara penuh sampai keharta pribadinya maka pembayaran dilakukan oleh sekutu yang
secara pribadi solven. Untuk contoh soal ini sekutu A membayar hutang dagang sebesar
100 juta maka saldo modal A akan bertambah sebesar 100 juta pula.
Kas 300.000.000
Modal A 220.000.000
Modal B 330.000.000
Modal C 550.000.000
Akuntansi Lanjutan/KA AG 02/11-14
-
Modal A 180.000.000
Modal B 130.000.000
Modal C 50.000.000
(jurnal untuk mencatat penyelesaian akhir)