You are on page 1of 9

ARTIKEL

BAHAYA NARKOBA DI KALANGAN ANAK-ANAK DAN REMAJA

NAMA : IGD SANGKAN DANAYASA


KELAS : X C

SMAN 1 KURIPAN
TAHUN PELAJARAN
2009/2010
ARTIKEL
BAHAYA NARKOBA DI KALANGAN ANAK-ANAK DAN REMAJA

NAMA : I WAYAN AGUS BUDIADA


KELAS : X C

SMAN 1 KURIPAN
TAHUN PELAJARAN
2009/2010
Bahaya Narkoba Di Kalangan Anak-Anak Dan Remaja

Apa itu Narkoba


Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan Obat berbahaya. Selain "narkoba",
istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia adalah napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif. Semua istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu pada
sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko kecanduan bagi penggunanya.
Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa
dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk
penyakit tertentu. Namun kini pemanfaatannya disalah gunakan diantaranya
dengan pemakaian yang telah diluar batas dosis / over dossis.
Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga jika
disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial.
Karena itu Pemerintah memberlakukan Undang-undang (UU) untuk
penyalahgunaan narkoba yaitu UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU
No.22 tahun 1997 tentang Narkotika.

Penyebaran Narkoba di Kalangan Anak-anak dan Remaja


Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat
hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba
yang senang mencari mangsa didaerah sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan
tempat-tempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini bisa membuat para orang tua,
ormas,pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu meraja rela.
Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih sedikit
kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun
dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus
narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah
penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang
tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi
Narkoba. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus pemakaian
narkoba oleh pelaku dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2007 berjumlah
12.305. Data ini begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya
kasus narkoba (khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak, penyebaran
HIV/AIDS semakin meningkat dan mengancam. Penyebaran narkoba menjadi
makin mudah karena anak SD juga sudah mulai mencoba-coba mengisap rokok.
Tidak jarang para pengedar narkoba menyusup zat-zat adiktif (zat yang
menimbulkan efek kecanduan) ke dalam lintingan tembakaunya. Hal ini
menegaskan bahwa saat ini perlindungan anak dari bahaya narkoba masih belum
cukup efektif. Walaupun pemerintah dalam UU Perlindungan Anak nomor 23
tahun 2002 dalam pasal 20 sudah menyatakan bahwa Negara, pemerintah,
masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab
terhadap penyelenggaraan perlindungan anak (lihat lebih lengkap di UU
Perlindungan Anak). Namun perlindungan anak dari narkoba masih jauh dari
harapan. Narkoba adalah isu yang kritis dan rumit yang tidak bisa diselesaikan
oleh hanya satu pihak saja. Karena narkoba bukan hanya masalah individu namun
masalah semua orang. Mencari solusi yang tepat merupakan sebuah pekerjaan
besar yang melibatkan dan memobilisasi semua pihak baik pemerintah, lembaga
swadaya masyarakat (LSM) dan komunitas lokal. Adalah sangat penting untuk
bekerja bersama dalam rangka melindungi anak dari bahaya narkoba dan
memberikan alternatif aktivitas yang bermanfaat seiring dengan menjelaskan
kepada anak-anak tentang bahaya narkoba dan konsekuensi negatif yang akan
mereka terima. Anak-anak membutuhkan informasi, strategi, dan kemampuan
untuk mencegah mereka dari bahaya narkoba atau juga mengurangi dampak dari
bahaya narkoba dari pemakaian narkoba dari orang lain. Salah satu upaya dalam
penanggulangan bahaya narkoba adalah dengan melakukan program yang
menitikberatkan pada anak usia sekolah (school-going age oriented). Di
Indonesia, perkembangan pencandu narkoba semakin pesat. Para pencandu
narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya usia
tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar. Pada awalnya, pelajar yang
mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok.
Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di
kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat,
apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang
sudah menjadi pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami
ketergantungan.

Dampak Negatif Penyalahgunaan Narkoba


Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja (pelajar)
adalah sebagai berikut:
• Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian,
• sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran,
• Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah,
• Sering menguap, mengantuk, dan malas,
• tidak memedulikan kesehatan diri,
• Suka mencuri untuk membeli narkoba.
• Menyebabkan Kegilaan, Pranoid bahkan Kematian !

Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba


Upaya pencegahan terhadap penyebaran narkoba di kalangan pelajar, sudah
seyogianya menjadi tanggung jawab kita bersama. Dalam hal ini semua pihak
termasuk orang tua, guru, dan masyarakat harus turut berperan aktif dalam
mewaspadai ancaman narkoba terhadap anak-anak kita. Ada tiga hal yang harus
diperhatikan ketika melakukan program anti narkoba di sekolah. Yang pertama
adalah dengan mengikutsertakan keluarga. Banyak penelitian telah menunjukkan
bahwa sikap orangtua memegang peranan penting dalam membentuk keyakinan
akan penggunaan narkoba pada anak-anak. Strategi untuk mengubah sikap
keluarga terhadap penggunaan narkoba termasuk memperbaiki pola asuh orangtua
dalam rangka menciptakan komunikasi dan lingkungan yang lebih baik di rumah.
Kelompok dukungan dari orangtua merupakan model intervensi yang sering
digunakan. Kedua, dengan menekankan secara jelas kebijakan tidak pada narkoba.
Mengirimkan pesan yang jelas tidak menggunakan membutuhkan konsistensi
sekolah-sekolah untuk menjelaskan bahwa narkoba itu salah dan mendorong
kegiatan-kegiatan anti narkoba di sekolah. Untuk anak sekolah harus diberikan
penjelasan yang terus-menerus diulang bahwa narkoba tidak hanya
membahayakan kesehatan fisik dan emosi namun juga kesempatan mereka untuk
bisa terus belajar, mengoptimalkan potensi akademik dan kehidupan yang layak.
Terakhir, meningkatkan kepercayaan antara orang dewasa dan anak-anak.
Pendekatan ini mempromosikan kesempatan yang lebih besar bagi interaksi
personal antara orang dewasa dan remaja, dengan demikian mendorong orang
dewasa menjadi model yang lebih berpengaruh. Oleh sebab itu, mulai saat ini
pendidik, pengajar, dan orang tua, harus sigap serta waspada, akan bahaya
narkoba yang sewaktu-waktu dapat menjerat anak-anak sendiri. Dengan berbagai
upaya tersebut di atas, mari kita jaga dan awasi anak didik dari bahaya narkoba
tersebut, sehingga harapan untuk menelurkan generasi yang cerdas dan tangguh di
masa yang akan datang dapat terealisasikan dengan baik.

Perangi NARKOBA !!!


Saat ini penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat merajalela. Hal ini
terlihat dengan makin banyaknya pengguna narkoba dari semua kalangan dan
peredaran narkoba yang terus meningkat. Namun yang lebih memperihatinkan,
penyalahgunaan narkoba saat ini justru banyak dari kalangan remaja dan anak
muda, yaitu para pelajar dan mahasiswa. Padahal mereka merupakan generasi
penerus bangsa yang nantinya akan menjadi pemimpin-peminpin dinegeri tercinta
ini. Apa jadinya negara ini dimasa yang akan datang, dengan tantangan yang
semakin berat dan persaingan yang begitu ketat, apabila generasi penerusnya saat
ini sudah merusak dirinya sendiri dengan menggunakan narkoba. Dengan melihat
kenyataan yang terjadi dan dampak negatifnya yang sangat besar dimasa yang
akan datang, maka semua elemen bangsa ini, seperti pemerintah, aparat penegak
hukum, institusi pendidikan, masyarakat dan lain sebagainya untuk mulai dari
sekarang melakukan gerakan perangi narkoba secara serius dan terus menerus,
baik dengan pendekatan preventif maupun represif, sehingga upaya pencegahan
dan penanggulangan narkoba ini dapat berjalan dengan efektif. Institusi
pendidikan merupakan salah satu pihak yang berkewajiban dan bertanggung
jawab dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dikalangan pelajar dan
mahasiswa. Karena pelajar dan mahasiswa merupakan objek yang secara
emosional masih labil, sehingga sangat rentan untuk menggunakan narkoba.
Mulai dari rasa ingin tahu, mau coba-coba, ikut-ikutan teman, rasa solidaritas
group yang kuat dan memilih lingkungan yang salah sampai dengan faktor
keluarga yang kurang perhatian dan lain-lain. Disamping dari objek sasarannya
yang labil, sekolah dan kampus yang menjadi tempat yang rentan untuk peredaran
narkoba. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dan merupakan salah satu agenda
dari seminar narkoba tersebut adalah launching Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
UBB yang akan bergerak dan konsen pada upaya pencegahan narkoba dikalangan
mahasiwa UBB pada khususnya dan mahasiswa serta pelajar di Bangka Belitung
pada umumnya. Dengan adanya UKM anti narkoba tersebut menunjukkan bahwa
UBB tidak hanya ingin menunjukkan dirinya sebagai icon kampus bebas narkoba,
tetapi juga ada wujud nyata yang nantinya akan dilakukan berbagai kegiatan oleh
UKM anti narkoba tersebut. UKM ini nantinya akan bersinergi dengan Badan
Narkotika Nasional, Badan Narkotika Propinsi, Badan Narkotika Kabopaten/kota,
aparat penegak hukum, pemerintah, masyarakat dan lain-lain. Harapannya
langkah UBB ini dapat diikuti oleh institusi-institusi pendidikan yang lain
sehingga upaya memerangi narkoba akan semakin efektif dan terus menerus.

Bahaya Narkoba dan Upaya Memeranginya.


Secara garis besar, bahaya penyalahgunaan narkoba dapat dibagi dalam 2
kelompok, yaitu dampak khusus dan dampak umum. Pada dampak khusus,
misalnya dampak dalam penggunaan ganja. Dampak fisik : denyut nadi
meningkat, mata merah dan kering, mengantuk, radang paru-paru, sesak nafas,
menimbulkan penyakit kanker. Dampak psikis : perasaan tertekan, agresif, rasa
gembira berlebihan (euphoria), halusinasi, berkurangnya daya ingat, terjadi
gangguan persepsi tentang ruang dan waktu, menurunnya kemampuan berfikir
serta bersosialisasi. Sementara dampak umumnya adalah terhadap individu,
terhadap orang tua dan keluarga dan terhadap masyarakat dan bangsa.
Dampak terhadap individu dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan fisik
(keracunan, gejala putus obat/sakauw, kerusakan otak, jantung, paru-paru, hati,
ginjal, organ reproduksi sampai kematian yang sia-sia, menimbulkan gangguan
psikis (gelisah, cemas, takut, curiga dan waspada berlebihan, paranoid, depresi,
euphoria, agresif dan gangguan daya ingat, menimbulkan gangguan bersosialisasi
dan tidak punya semangat belajar/bekerja, menimbulkan gangguan ketenangan
dan ketentraman dalam keluarga dan masyarakat dan penggunaan narkotika
dengan jarum suntik dapat menimbulkan resiko tertular HIV/AIDS, Hepatitis B, C
maupun penyakit infeksi lainnya. Dampak terhadap orang tua dan keluarga dapat
menghancurkan ekonomi orang tua/keluarga dan menimbulkan beban
psikologis/sosial yang sangat berat bagi orang tua dan keluarga. Dampak terhadap
masyarakat dan bangsa dapat menurunkan kualitas SDM, menambah beban biaya
negara dalam rangka untuk membiayai program penanggulangan bahaya
narkotika dan menimbulkan gangguan terhadap ketertiban maupun keamanan
masyarakat dan bangsa. Dalam kebijakan kriminal (criminal policy), upaya
penanggulangan dan pencegahan kejahatan perlu digunakan pendekatan integral,
yaitu perpaduan antara sarana penal dan non penal. Sarana penal adalah hukum
pidana melalui kebijakan hukum pidana. Sementara non penal adalah sarana non
hukum pidana, yang dapat berupa kebijakan ekonomi, sosial, budaya, agama,
pendidikan, teknologi, dan lain-lain. Upaya penanggulangan dan pencegahan
kejahatan narkoba ini memerlukan pendekatan integral dikarenakan hukum pidana
tidak akan mampu menjadi satu-satunya sarana dalam upaya penanggulangan
kejahatan narkoba yang begitu komplek dan terjadi dimasyarakat. Berbagai upaya
preventif dengan pendekatan agama, pendidikan, sosial budaya dan ekonomi perlu
untuk dimaksimalkan dibandingkan pendekatan hukum, karena lebih bersifat
represif.
Bahaya Narkoba
Bahaya narkoba atau narkotika telah diketahui secara luas. Namun masih, saja
banyak yang doyan menikmati barang laknat itu. Kali ini eL-Ka, menguraikan apa
saja sih yang termasuk dalam golongan narkoba dan bahayanya. Agar kita semua
menghindarinya. Mitra muda, tak dapat dipungkiri bahwa narkoba merupakan
wabah paling berbahaya yang menjangkiti manusia di seluruh pelosok bumi.
Tidak diragukan lagi, bahwa kelemahan iman dan ketidakbersimpuhan kepada
Allah dalam segala kesulitan merupakan faktor terpenting yang mengkondusifkan
kecanduan narkoba. Manusia yang taat beragama pasti akan jauh dari neraka
narkoba. Tidak mungkin dia akan mengulurkan tangannya pada narkoba, baik
membeli, mengedarkan, maupun menyelundupkannya. Sebab, jalan narkoba
adalah jalan setan dan jalan Allah tidak mungkin bertemu dengan jalan setan.
Dr. Hassan Syamsi Pasya dalam bukunya yang berjudul Hamasa fi Udzun Syâb
(Bisikan di Telinga Pemuda) menjelaskan bahwa jenis narkoba yang paling
berbahaya adalah jenis narkotika yang menyebabkan ketagihan mental maupun
organik, seperti opium dan derivasi turunannya.

Nama-nama dan jenis narkoba serta bahayanya antara lain:


1. Opium
Opium adalah jenis narkotika yang paling berbahaya. Dikonsumsi dengan cara
ditelan langsung atau diminum bersama teh, kopi atau dihisap bersama rokok
atau syisya (rokok ala Timur Tengah). Opium diperoleh dari buah pohon
opium yang belum matang dengan cara menyayatnya hingga mengeluarkan
getah putih yang lengket. Pada mulanya, pengonsumsi opium akan merasa
segar bugar dan mampu berimajinasi dan berbicara, namun hal ini tidak
bertahan lama. Tak lama kemudian kondisi kejiwaannya akan mengalami
gangguan dan berakhir dengan tidur pulas bahkan koma. Jika seseorang
ketagihan, maka opium akan menjadi bagian dari hidupnya. Tubuhnya tidak
akan mampu lagi menjalankan fungsi-fungsinya tanpa mengonsumsi opium
dalam dosis yang biasanya. Dia akan merasakan sakit yang luar biasa jika
tidak bisa memperolehnya. Kesehatannya akan menurun drastic. Otot-otot si
pecandu akan layu, ingatannya melemah dan nafsu makannya menurun.
Kedua matanya mengalami sianosis dan berat badannya terus menyusut.

2. Morphine
Orang yang mengonsumsi morphine akan merasakan keringanan (kegesitan)
dan kebugaran yang berkembang menjadi hasrat kuat untuk terus
mengonsumsinya. Dari sini, dosis pemakaian pun terus ditambah untuk
memperoleh ekstase (kenikmatan) yang sama. Kecanduan bahan narkotika ini
akan menyebabkan pendarahan hidung (mimisan) dan muntah berulang-ulang.
Pecandu juga akan mengalami kelemahan seluruh tubuh, gangguan memahami
sesuatu dan kekeringan mulut. Penambahan dosis akan menimbulkan frustasi
pada pusat pernafasan dan penurunan tekanan darah. Kondisi ini bisa
menyebabkan koma yang berujung pada kematian.
3. Heroin
Bahan narkotika ini berbentuk bubuk kristal berwarna putih yang dihasilkan
dari penyulingan morphine. Menjadi bahan narkotika yang paling mahal
harganya, paling kuat dalam menciptakan ketagihan (ketergantungan) dan
paling berbahaya bagi kesehatan secara umum. Penikmatnya mula-mula akan
merasa segar, ringan dan ceria. Dia akan mengalami ketagihan seiring dengan
konsumsi secara berulang-ulang. Jika demikian, maka dia akan selalu
membutuhkan dosis yang lebih besar untuk menciptakan ekstase yang sama.
Karena itu, dia pun harus megap-megap untuk mendapatkannya, hingga tidak
ada lagi keriangan maupun keceriaan. Keinginannya hanya satu, memperoleh
dosis yang lebih banyak untuk melepaskan diri dari rasa sakit yang tak
tertahankan dan pengerasan otot akibat penghentian pemakaian. Pecandu
heroin lambat laun akan mengalami kelemahan fisik yang cukup parah,
kehilangan nafsu makan, insomnia (tidak bisa tidur) dan terus dihantui mimpi
buruk. Selain itu, para pecandu heroin juga menghadapi sejumlah masalah
seksual, seperti impotensi dan lemah syahwat. Sebuah data statistik
menyebutkan, angka penderita impotensi di kalangan pecandu heroin
mencapai 40%.

4. Codeine
Codeine mengandung opium dalam kadar yang sedikit. Senyawa ini
digunakan dalam pembuatan obat batuk dan pereda sakit (nyeri). Perusahaan-
perusahaan farmasi telah bertekad mengurangi penggunaan codeine pada obat
batuk dan obat-obat pereda nyeri. Karena dalam beberapa kasus, meski jarang,
codeine bisa menimbulkan kecanduan.

5. Kokain
Kokain disuling dari tumbuhan koka yang tumbuh dan berkembang di
pegunungan Indis di Amerika Selatan (Latin) sejak 100 tahun silam. Kokain
dikonsumsi dengan cara dihirup, sehingga terserap ke dalam selaput-selaput
lendir hidung kemudian langsung menuju darah. Karena itu, penciuman
kokain berkali-kali bisa menyebabkan pemborokan pada selaput lendir hidung,
bahkan terkadang bisa menyebabkan tembusnya dinding antara kedua cuping
hidung. Problem kecanduan kokain terjadi di Amerika Serikat, karena faktor
kedekatan geografis dengan sumber produksinya. Dengan proses sederhana,
yakni menambahkan alkaline pada krak, maka pengaruh kokain bisa berubah
menjadi sangat aktif. Jika heroin merupakan zat adiktif yang paling banyak
menyebabkan ketagihan fisik, maka kokain merupakan zat adiktif yang paling
bayak menyebabkan ketagihan psikis.
Setiap tahun, Amerika Serikat membelanjakan anggaran 30 miliar dollar untuk
kokain dan krak. Tak kurang dari 10 juta warga Amerika mengonsumsi kokain
secara semi-rutin. Pemakaian kokain dalam jangka pendek mendatangkan
perasaan riang-gembira dan segar-bugar. Namun beberapa waktu kemudian
muncul perasaan gelisah dan takut, hingga halusinasi.
Penggunaan kokain dalam dosis tinggi menyebabkan insomnia (sulit tidur),
gemetar dan kejang-kejang (kram). Di sini, pecandu merasa ada serangga yang
merayap di bawah kulitnya. Pencernaannya pun terganggu, biji matanya
melebar, dan tekanan darahnya naik. Bahkan terkadang bisa menyebabkan
kematian mendadak.

6. Amfitamine
Obat ini ditemukan pada tahun 1880. Namun, fakta medis membuktikan
bahwa penggunaannya dalam jangka waktu lama bisa mengakibatkan risiko
ketagihan. Pengguna obat adiktif ini merasakan suatu ekstase dan kegairahan,
tidak mengantuk, dan memperoleh energi besar selama beberapa jam. Namun
setelah itu, ia tampak lesu disertai stres dan ketidakmampuan berkonsentrasi,
atau perasaan kecewa sehingga mendorongnya untuk melakukan tindak
kekerasan dan kebrutalan.
Kecanduan obat adiktif ini juga menyebabkan degup jantung mengencang dan
ketidakmampuan berelaksasi, ditambah lemah seksual. Bahkan dalam
beberapa kasus menimbulkan perilaku seks menyimpang. Termasuk derivasi
(turunan) obat ini adalah obat yang disebut “captagon”. Obat ini banyak
dikonsumsi oleh para siswa selama musim ujian, padahal prosedur
penggunaannya sebenarnya sangat ketat dan hati-hati.

7. Ganja
Ganja memiliki sebutan yang jumlahnya mencapai lebih dari 350 nama, sesuai
dengan kawasan penanaman dan konsumsinya, antara lain; mariyuana,
hashish, dan hemp. Adapun zat terpenting yang terkandung dalam ganja
adalah zat trihidrocaniponal (THC).
Pemakai ganja merasakan suatu kondisi ekstase yang disertai dengan tawa
cekikikan dan terkekeh-kekeh tanpa justifikasi yang jelas. Dia mengalami
halusinasi pendengaran dan penglihatan. Berbeda dengan peminum alkohol
yang terkesan brutal dan berperilaku agresif, maka pemakai ganja seringkali
malah menjadi penakut.
Dia mengalami kesulitan mengenali bentuk dan ukuran benda-benda yang
terlihat. Pecandunya juga merasakan waktu berjalan begitu lambat. Ingatannya
akan kejadian beberapa waktu yang lalu pun kacau-balau. Matanya memerah
dan degup jantungnya kencang. Jika berhenti mengonsumsi ganja, dia akan
merasa depresi, gelisah, menggigil dan susah tidur. Namun kecanduan ganja
biasanya mudah dilepaskan. Dalam jangka panjang, pecandu ganja akan
kehilangan gairah hidup. Menjadi malas, lemah ingatan, bodoh, tidak bisa
berkonsentrasi dan terdorong untuk melakukan kejahatan.
Satu hal yang menarik, ternyata ulama-ulama Islam telah mengenal
karakteristik hashish (ganja) dan mendeskripsikannya secara detail. Ibnu Hajar
al-Haitsami misalnya menjelaskan, memakan daun ganja mengandung 120
macam bahaya yang bersifat agama dan dunia. Di antaranya, menyebabkan
pikun (lupa), kematian mendadak, gangguan fungsi akal dan selalu gemetaran.
Ganja juga menghilangkan rasa malu, muru’ah, kecerdasan, memutus
keturunan, mengeringkan sperma dan menyebabkan impotensi.

You might also like