You are on page 1of 23

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dunia tidak hanya telah diporak-porandakan oleh peperangan politis,
keberingasan kriminal ataupun ketergantungan akan obat bius, tetapi juga
datang dari jutaan ibu yang mengakhiri hidup janinnya. Aborsi telah menjadi
penghancur kehidupan umat manusia terbesar sepanjang sejarah dunia.

Hasil riset Allan Guttmacher Institute ( 1989 ) melaporkan bahwa setiap


tahun sekitar 55 juta bayi digugurkan. Angka ini memberikan bukti bahwa
setiap hari 150.658 bayi dibunuh, atau setiap menit 105 nyawa bayi direnggut
sewaktu masih dalam kandungan.

Janin : ( Manusia dalam Rahim ) Pengguguran kandungan alias aborsi


( abortus, bahasa Latin ) secara umum dapat dipilah dalam dua kategori, yakni
aborsi alami ( abortus natural ) dan aborsi buatan ( abortus provocatus ), yang
termasuk didalamnya abortus provocatus criminalis, yang merupakan tindak
kejahatan dan dilarang di Indonesia ( diatur dalam pasal 15 ayat 2 Undang -
undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 ). Aborsi tidak hanya
dilakukan oleh para wanita berstatus istri yang bermaksud menghentikan
kelangsungan kandungannya, tetapi juga banyak penyandang hamil pra-nikah
melakukannya.

Kecenderungan melakukan aborsi ini tak lepas dari pandangan terhadap


hakikat kapan kehidupan anak manusia dimulai.

Aborsi merupakan masalah yang kompleks, mencakup nilai-nilai religius,


etika, moral dan ilmiah serta secara spesifik sebagai masalah biologi.
2

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
a. Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang Aborsi
1
b. Ager mahasiswa dapat mengantisipasi hal tersebut agar tidak melanggar
Etika Keperawatan

2. Tujuan Khusus

a. Agar mahasiswa dapat mampu memahami Aborsi


b. Agar mahasiswa mampu dan mengetahui hal - hal yang mengakibatkan
Aborsi
c. Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang Aborsi
d. Agar Mahasiswa mengetahui bagaimana kita sebagai perawat
memandang Aborsi

C. METODE PENULISAN
Dalam suatu penulisan Karta Tulis Ilmiah atau makalah diperlukan metode
penulisan yang tepat dan akurat dengan disesuaikan pada apa yang akan
dituliskan. Untuk itu dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Karena makalah ini memuat
materi yang bersifat diterangkan atau dijelaskan melalui presentasi.

D. RUANG LINGKUP PENULISAN


Adapun ruang lingkup penulisan ini meliputi pengertian aborsi dan
pandangan aborsi dikalangan pekerja kesehatan khususnya kita sebagai
perawat.

E. STATISKA PENULISAN
Secara umum penulisan makalah ini penulis membagi menjadi 3 (tiga)
bab, diantaranya adalah:
BAB I Pendahuluan, memuat latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan, ruang lingkup penulisan, dan sistematika penulisan.
3

BAB II Landasan Teoritis, memuat tentang defenisi aborsi, jenis aborsi,


pandangan aborsi, alasan aborsi, tindakan aborsi, resiko aborsi, dan hukum
aborsi.
BAB III Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
4

BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. DEFINISI ABORSI

Beberapa difinisi aborsi sebagai berikut :

1. Secara sederhana kata aborsi adalah mati ( gugurnya ) hasil konsepsi.


Artinya aborsi itu dapat dimulai dari sejak benih wanita (ovum ) dengan
benih pria ( sperma ) mengadakan konsepsi. Kehidupan yang utuh dimulai
dari dua benih menjadi satu ( TWO IS ONE ).
2. Istilah “abortus” (aborsi), menurut prof, M.A. hanafiah dalam prasarananya
pada simposium abortus tahun 1964, berarti keluarnya isi rahim ibu yang
telah mengandung (hamil) hidup insane sebelum waktunya.
3. Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan
istilah “abortus”, berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuannya sel telur
dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini adalah
suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk
bertumbuh.
Kesimpulan menurut kami adalah : berupa penghentian bakal janin untuk
tumbuh berkembang menjadi bayi nantinya di luar kandungan dengan sengaja
atau tidak.

Ilmu kedokteran pada pokoknya membedakan antara aborsi yang terjadi


dengan sendirinya tanpa kesengajaan, yang disebut abortus spontaneous dan
aborsi yang terjadi dengan kesengajaan disebut abortus provocatus. Abortus
provocatus masih dibedakan lagi menjadi dua, yakni abortus yang
berindikasikan pengobatan atau medis (therapeutis) dan yang berindikasi
merusak atau kejahatan (criminalis).

Aborsi tetap saja menjadi masalah kontroversial, tidak saja dari sudut
pandang kesehatan, tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama. Aborsi
biasanya dilakukan atas indikasi medis yang berkaitan dengan ancaman

4
5

keselamatan jiwa atau adanya gangguan kesehatan yang berat pada diri si ibu,
misalnya tuberkulosis paru berat, asma, diabetes, gagal ginjal, hipertensi,
bahkan biasanya terdapat dikalangan pecandu ( ibu yang terinfeksi virus ).

Aborsi dikalangan remaja masih merupakan hal yang tabu, jangankan untuk
dibicarakan apalagi untuk dilakukan. Aborsi itu sendiri ada 3 macam :

1. ME ( Menstrual Extraction ) : Dilakukan 6 minggu dari menstruasi terakhir


dengan penyedotan. Tindakan aborsi ini sangat sederhana dan secara
psikologis juga tidak terlalu " berat " karena masih dalam bentuk gumpalan
darah, belum berbentuk janin.
2. Diatas 12 minggu, masih dianggap normal dan termasuk tindakan aborsi
yang sederhana.
3. Aborsi diatas 18 minggu, tidak dilakukan di klinik tetapi di rumah sakit
besar.

Tetapi bagi kalangan pecandu atau pekerja seks aborsi seringkali terjadi
saat usia kehamilan sudah diatas 18 minggu. Biasanya mereka akan
mendatangi klinik - klinik yang mereka ketahui dan mereka seringkali tidak
memikirkan efek samping bagi tubuh mereka sendiri. Mereka melakukan
aborsi ini karena mereka tidak menginginkan kehamilan tersebut dan terkadang
mereka melakukan ini karena tidak ingin menularkan virus pada bayi mereka,
dikarenakan sebagian dari mereka mengetahui bahwa mereka telah terinfeksi
virus, tetapi bagaimana jika mereka tidak mengetahui jika mereka terinfeksi
virus dan menginginkan bayi tersebut lahir ? Ada juga dari mereka yang
memilih cara - cara alternatif, seperti melakukannya sendiri dengan meminum
jamu peluntur, loncat - loncat, mengurut perut, sampai memasukan benda-
benda tertentu kedalam rahim dan ada juga meminta bantuan orang yang
mampu mengatasi hal tersebut seperti mendatangi dukun dan sebagainya.

Di Indonesia sendiri pengguguran kandungan tidak asing lagi. Semakin


banyaknya pecandu yang ada dan banyaknya juga pekerja seks maka tingkat
pengguguran kandungan pun semakin meningkat. Dan ini yang harus kita
6

waspadai dan perhatikan. Sebaiknya jika ingin melakukan aborsi diperhatikan


dahulu apa memang perlu adanya tindakan aborsi tersebut.

Remaja hamil, baik yang menempuh aborsi maupun yang meneruskan


kehamilannya, membutuhkan banyak biaya untuk pelaksaan aborsi atau untuk
perawatan kehamilan dan melahirkan. Biaya yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan aborsi bekisar antara Rp 300.000 sampai Rp 1.100.000, dengan
rata-rata biaya aborsi Rp. 415.000. Jumlah biaya terkecil dan kelahiran
anaknya. Berbeda dengan remaja yang melakukan aborsi, remaja yang
melahirkan anak umumnya mendapatkan bantuan dari orang tua . Dari
responden yang melahirkan, dipakai oleh responden dari bidan di Puskesmas
atau Dokter.

Remaja yang meneruskan kehamilan membutuhkan biaya perawatan


kehamilan sekitar 15% biaya ditanggung bersama dengan pasangan dan 11%
ditanggung oleh pasangan.

Sebagian besar mereka tidak memeriksa kandungannya secara rutin karena


merasa malu keluar rumah dengan perut besar tidak lama setelah menikah atau
tanpa menikah. Mereka rata - rata baru memeriksa kandungannya setelah
berusia lebih dari 4 bulan. Empat bulan pertama kehamilan adalah periode
yang berusaha disembunyikan dan bahkan digugurkan.

B. JENIS ABORSI
1. Aborsi spontan/ alamiah
Adalah aborsi yang berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan
disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
2. Aborsi buatan/ sengaja/ Abortus Provocatus Criminalis
Adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram sebagai suatu akibat tindakan yang
disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam
hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).
7

3. Aborsi terapeutik / Abortus Provocatus therapeuticum


Adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi
medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai
penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang
dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya.
Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-
gesa.
4. Abortus Servikalis
Keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium arteri
eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpu dalam
kanalis servikalis dan serviks uterus menjadi besar, bundar dengan dinding
menipis.
5. Missed Abortion
Kematian janin berusia sebelum 28 minggu tetapi janin mati tidak
keluar sebelum 8 minggu atau lebih.
6. Abortus Septik
Abortus yang disertai infeksi berat pada genitalia disertai penyebaran
kuman dalam darah misalnya toxin.
7. Abortus Eminens
Peristiwa terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan kurang
dari 20 minggu dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa
adanya dilatasi serviks.

C. PANDANGAN ABORSI

Abortus telah menjadi salah satu perdebatan internasional masalah etika.


Berbagai pendapat bermunculan, baik yang pro maupun yang kontra. Abortus
secara umum dapat diartikan sebagai penghentian kehamilan secara spontan
atau rekayasa. Pihak yang pro menyatakan bahwa aborsi adalah mengakhiri
atau menghentikan kahamilan yang tidak diinginkan, sedangkan pihak anti
8

aborsi cendrung mengartikan aborsi sebagai membunuh manusia yang tidak


bersalah.

Dalam membahas abortus biasanya dilihat dari dua sudut pandang, yaitu
moral dan hukum. Secara umum ada tiga pandangan Yang dapat dipakai dalam
memberi tanggapan terhadap abortus yaitu pandangann konservatif, moderat
dan liberal (Megan, 1991).

1. Pandangan konservatif
Menurut pandangan konservatif, abortus secara moral adalah, dan dalam
situasi apapun abortus tidak boleh dilakukan,, termasuk dengan alasan
penyelamatan (misalnya, bila kehamilan dilanjutkan, aakan menyebabkan ibu
meninggal dunia).
2. Pandangan moderat
Menurut pandangan moderat, abortus hanya merupakan suatu prima facia,
kesalahan moral dan hambatan penentangan abortus dapat diabaikan dengan
pertimbangan moral yang kuat. Contoh: Abortus dapat dilakukan selama tahap
presentience (sebelum fetus mempunyai kemampuan merasakan). Contoh lain:
Abortus dapat dilakukan bila kehamilan merupakan hasil pemerkosaan atau
kegagalaan kontrasepsi.
3. Pandangan liberal
Pandangan liberal menyatakan bahwa abortus secara moral diperbolehkan
atas dasar permintaan. Secara umum pandangan ini menganggap bahwa fetus
belum menjadi manusia. Fetus hanyalah sekelompok sel yang menempel
dinding rahim wanita. Menurut pandangan ini, secara genetik fetus dapat
dianggap sebagai bakal maanusia, tetapi secara formal fetus bukan manusia.
Kesimpulannya, apapun alasan yang dikemukakan, abortus sering
menimbulkan komplik nilai bagi perawat bila ia harus terlibat dalam tindakan
abortus. Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, ataupun
Australia, dikenal tatanan hukum Conscience Clauses, yang memperbolehkan
dokter, perawat atau petugas rumah sakit untuk menolak membantu
pelaksanaan abortus. Di indonesia, tindakan abortus dilarang sejak tahun 1918
9

sesuai dengan pasal 346 s/d 3349 KUHP, dinyatakan bahwa “Barang siapa
melakukan sesuatu dengan sengaja yang menyebabkan keguguran atau matinya
kandungan dapat dikenai penjara”. Masalah abortus memang kompleks, namun
perawat profesional tidaak diperkenankan memaaksakan nilai-nilai yang ia
yakini kepada klien yang memiliki nilai berbeda, termasuk pandangaan
terhadap abortus.

D. ALASAN ABORSI
Bagi sebagian wanita menjalani kehamilan itu berat, apalagi kehamilan
yang tidak dikehendaki, dan sebagian wanita merasa bahagia menjalani
kehamilan. Terlepas dari alasan apa yang menyebabkan kehamilan, aborsi
dilakukan karena terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Apakah dikarenakan
kontrasepsi yang gagal, ekonomi, jenis kelamin atau hamil di luar nikah.

Aborsi dilakukan oleh seorang wanita hamil – baik yang telah menikah
maupun yang belum menikah dengan berbagai alasan. Akan tetapi alasan yang
paling utama adalah alasan-alasan yang non-medis (termasuk jenis aborsi
buatan / sengaja)

Di Amerika, alasan-alasan dilakukannya aborsi adalah:

1. Tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah


atau tanggung jawab lain (75%)
2. Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak (66%)
3. Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (50%)

Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama
mereka yang hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak
anak. Ada orang yang menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa
yang mereka lakukan. Mereka tidak tahu akan keajaiban-keajaiban yang
dirasakan seorang calon ibu, saat merasakan gerakan dan geliatan anak dalam
kandungannya.
10

Alasan-alasan seperti ini juga diberikan oleh para wanita di Indonesia yang
mencoba meyakinkan dirinya bahwa membunuh janin yang ada didalam
kandungannya adalah boleh dan benar . Semua alasan-alasan ini tidak berdasar.

Sebaliknya, alasan-alasan ini hanya menunjukkan ketidakpedulian seorang


wanita, yang hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri.

Data ini juga didukung oleh studi dari Aida Torres dan Jacqueline Sarroch
Forrest (1998) yang menyatakan bahwa hanya 1% kasus aborsi karena
perkosaan atau incest (hubungan intim satu darah), 3% karena membahayakan
nyawa calon ibu, dan 3% karena janin akan bertumbuh dengan cacat tubuh
yang serius.

Sedangkan 93% kasus aborsi adalah karena alasan-alasan yang sifatnya untuk
kepentingan diri sendiri – termasuk takut tidak mampu membiayai, takut
dikucilkan, malu atau gengsi.

Jika aborsi untuk alasan medis, aborsi adalah legal, untuk korban an,
masih di grey area, aborsi masih diperbolehkan walaupun tidak semua dokter
mau melakukannya. Kasus an merupakan pilihan yang sulit. Meskipun bisa
saja kita mengusulkan untuk memelihara anaknya hingga lahir, lalu
diadopsikan ke orang lain, itu semua tergantung kematangan jiwa si ibu dan
dukungan masyarakat agar anak yang dilahirkan tidak dilecehkan oleh
masyarakat. Untuk kehamilan diluar nikah atau karena sudah kebanyakan anak
dan kontrasepsi gagal perlu dipirkirkan kembali karena masih banyak orang
mendambakan anak. Sebaiknya kita jangan mencari pemecahan masalah yang
pendek / singkat / jalan pintas, tapi harus jauh menyentuh dasar timbulnya
masalah itu sendiri. Prinsip melegalkan aborsi, sama seperti Prinsip
lokalisasi.Banyak  celah yang justru akan dimanfaatkan untuk begituan. Karena
bebas sudah jadi realita sekarang ini, apalagi di kota-kota besar. Jika di data,
orang-orang  yang ingin  mengaborsi, berapa persen yang dikarenakan 
anaknya 7 dan malnutrisi semua, dibandingkan karena hamil diluar nikah –
11

atau hamil dalam perselingkuhan, jauh lebih besar yg. karena di luar nikah
daripada karena alasan ekonomi.

Perempuan berhak dan harus melindungi diri mereka dari eksploitasi


orang lain, termasuk suaminya, agar tidak perlu aborsi. Sebab aborsi, oleh
paramedis ataupun oleh dukun, legal atau illegal, akan tetap menyakitkan buat
wanita, lahir dan batin meskipun banyak yang. menyangkalnya. Karena itu kita
harus berupaya bagaimana caranya supaya tidak sampai berurusan dengan hal
yang akhirnya merusak diri sendiri. Karena ada laki-laki yang bisa seenak
melenggang pergi, dan tidak peduli apa-apa meskipun pacarnya/istrinya sudah
aborsi dan mereka tidak bisa diapa-apakan, kecuali pemerkosa, yang jelas ada
hukumnya.

Jadi solusinya bukan cuma dari rantai yang pendek, tapi dari ujung rantai
yang terpanjang, yaitu : penyuluhan tentang yang benar. Jika diliat kebelakang,
mengapa banyak remaja yg aborsi, karena mereka melakukan bebas untuk itu
diperlukan pendidikan agama agar moral mereka tinggi dan sadar bahwa free
tidak sesuai dengan agama dan berbahaya. Jika tidak ingin hamil gunakan
kontrasepsi yang paling aman dan kontrasepsi yang paling aman adalah tidak
berhubungan sama sekali. Segala sesuatu itu ada resikonya. Untuk itu sebelum
bertindak, orang harus mulai berpikir : nanti bagaimana bukannya bagaimana
nanti. Untuk yang menerima sex sebelum nikah seperti di USA sebaiknya
mereka mengetahui cara-cara kontrasepsi, dan pentingnya kontrasepsi, selain
mencegah kehamilan juga dapat mencegah penyakit menular, mungkinkah ini
bisa mengurangi jumlah aborsi.

Keputusan aborsi juga dapat keluar dalam waktu yang singkat, dan setelah
melewati waktu krisis, bisa saja keputusan aborsi dibatalkan karena  ada
seseorang yang mendampingi memberikan support, dan dia tidak jadi
mengaborsi. Keputusan untuk aborsi, kemungkinan  bisa menghantui seumur
hidupnya, mengaborsi anaknya, dan selama beberapa minggu dia masih
menyesali dan menangisi kejadian itu, seperti kematian seorang anak. Apalagi
12

jika aborsi dilakukan akibat paksaan, misalnya paksaan dari orangtua, demi
nama baik keluarga. Bayangkan berapa banyak orang-orang yang. bisa dipaksa
untuk menggugurkan, jika aborsi ini dilegalkan.

Aborsi dapat terjadi karena pernikahan yang tidak sehat, misalnya salah
satu dari suami-isteri merasa tidak nyaman tidak ada komunikasi yang baik di
antara suami istri dan saling pengertian. Adanya tekanan ataupun ancaman dari
pihak tertentu terhadap seorang wanita untuk dapat memberikan anak laki-laki.
Yang ada adalah rasa mementingkan diri sendiri saja dan pengeksploitasian.
Kehamilan bukan hanya peran wanita saja tetapi peran serta pria, juga dalam
hal mendapatkan jenis kelamin anak, karena pria yang meberikan kromosom X
atau kromosom Y. Jika seorang isteri mengalah untuk hamil lagi karena
tekanan  demi keamanan rumah tangga tetapi dikemudian hari anak diasuh
dengan setengah hati akan berakibat buruh bagi seorang anak, untuk itu jika
mengalah menerima dengan berlapang dada, walaupun manusia sangat sedikit
yang mampu berlapang dada. Untuk pasangan suami-isteri yang tidak mampu
dari segi ekonomi, jasmani ataupun rohani untuk mendapatkan anak lagi,
pengunaan kontrasepsi merupakan salah satu cara untuk mencegah aborsi.

E. TINDAKAN ABORSI

Ada 2 macam tindakan aborsi yaitu, Aborsi dilakukan sendiri , Aborsi dilakukan
orang lain.

1. Aborsi dilakukan sendiri


Aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara memakan obat-obatan
yang membahayakan janin, atau dengan melakukan perbuatan-perbuatan
yang dengan sengaja ingin menggugurkan janin.

2. Aborsi dilakukan orang lain


Orang lain disini bisa seorang dokter, bidan atau dukun beranak. Cara-cara
yang digunakan juga beragam.
13

Aborsi yang dilakukan seorang dokter atau bidan pada umumnya dilakukan
dalam 
5 tahapan, yaitu:

a. Bayi dibunuh dengan cara ditusuk atau diremukkan didalam kandungan


b. Bayi dipotong-potong tubuhnya agar mudah dikeluarkan
c. Potongan bayi dikeluarkan satu persatu dari kandungan
d. Potongan-potongan disusun kembali untuk memastikan lengkap dan tidak
tersisa
e. Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat sampah / sungai,
dikubur di tanah kosong, atau dibakar di tungku.

(1) (2)

Sedangkan seorang dukun beranak biasanya melaksanakan aborsi dengan cara


memberi ramuan obat pada calon ibu dan mengurut perut calon ibu untuk
mengeluarkan secara paksa janin dalam kandungannya. Hal ini sangat berbahaya,
sebab pengurutan belum tentu membuahkan hasil yang diinginkan dan
kemungkinan malah membawa cacat bagi janin dan trauma hebat bagi calon ibu.

Sedangkan tehnik aborsi adalah sebagai berikut:

1. Adilatasi dan kuret (Dilatation & curettage) 


Lubang leher rahim diperbear, agar rahim dapat dimasuki kuret, yaitu
sepotong alat yang tajam. Kemudian janin yang hidup itu dicabik kecil-
kecil, dilepaskan dari dinding rahim dan dibuang keluar. Umumnya terjadi
14

banyak pendarahan. Bidan operasi ini harus mengobatinya dengan baik,


bila tidak, akan terjadi infeksi.
2. Kuret dengan ca nyedotan (Sunction)
Pada cara ini leher rahim juga diperbesar seperti D & C, kemudian
sebuah tabung dimasukkan ke dalam rahim dan dihubungkan dengan alat
penyedot yang kuat, sehingga bayi dalam rahim tercabik-cabik menjadi
kepingan-kepingan kecil, lalu disedot masuk ke dalam sebuah botol.
3. Peracunan dengan garam (Salt poisoned)
Cara ini dilakukan pada janin berusia lebih dari 16 minggu (4 bulan),
ketika sudah cukup banyak cairan yang terkumpul di sekitar bayi dalam
kantung anak, sebatang jarum yang panjang dimasukkan melalui perut ibu
ke dalam kantung bayi, lalu sejumlah cairan disedot keluar dan larutan
garam yang pekat disuntikkan ke dalamnya. Bayi yang malang ini
menelan garam beracun itu dan ia amat menderita. Ia meronta-ronta dan
menendang-nendang seolah-olah dia dibakar hidup-hidup oleh racun itu.
Dengan cara ini, sang bayi akan mati dalam waktu kira-kira 1 jam,
kulitnya benar-benar hangus. Dalam waktu 24 jam kemudian, si ibu akan
mengalami sakit beranak dan melahirkan seorang bayi yang sudah mati.
(Sering juga bayi-bayi ini lahir dalam keadaan masih hidup, biasanya
mereka dibiarkan saja agar mati).
4. Histerotomi atau bedah Caesar
Terutama dilakukan 3 bulan terakhir dari kehamilan. Rahim dimasuki
alat bedah melalui dinding perut. Bayi kecil ini dikeluarkan dan dibiarkan
saja agar mati atau kadang-kadang langsung dibunuh.
5. Pengguguran kimia (Prostaglandin)
Penggunaan cara terbaru ini memakai bahan-bahan kimia yang
dikembangkan Upjohn Pharmaceutical Co. Bahan-bahan kimia ini
mengakibatkan rahim ibu mengerut, sehingga bayi yang hidup itu mati dan
terdorong keluar. Kerutan ini sedemikian kuatnya sehingga ada bayi-bayi
yang terpenggal. Sering juga bayi yang keluar itu masih hidup. Efek
15

sampingan bagi si ibu banyak sekali ada yang mati akibat serangan
jantung waktu carian kimia itu disuntikkan.
6. Pil pembunuh
Pil Roussell-Uclaf (RU-486), satu campuran obat buatan Perancis
tahun 1980. Pengaborsiannya butuh waktu tiga hari dan disertai kejang-
kejang berat serta pendarahan yang dapat terus berlangsung sampai 16
hari.

F. RESIKO ABORSI

Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun


keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang
melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”.
Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama
mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang
sudah terjadi.

Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:

1. Resiko kesehatan dan keselamatan fisik

Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa
resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam
buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:

a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat


b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
d. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
e. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya
f. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada
wanita)
16

g. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)


h. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
i. Kanker hati (Liver Cancer)
j. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan
cacat
pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan
berikutnya
k. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic
Pregnancy)
l. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
m. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

2. Resiko kesehatan mental

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari
segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga
memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang
wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion
Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat
dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam
penerbitan The Post-Abortion Review (1994).

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-
hal seperti berikut ini:

a. Kehilangan harga diri (82%)


b. Berteriak-teriak histeris (51%)
c. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
d. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
e. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
17

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan
dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam
hidupnya.

G. HUKUM ABORSI
1. Hukum menurut UUD

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang sampai sekarang


masih berlaku di Indonesia menetapkan bahwa aborsi langsung atau tidak
langsung adalah kejahatan.

Menurut hukum - hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau


pengguguran janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah
“Abortus Provocatus Criminalis ”

Yang menerima hukuman adalah:

a. Ibu yang melakukan aborsi


b. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
c. Orang - orang yang mendukung terlaksananya aborsi

Beberapa pasal yang terkait adalah:

KUHP Bab XIV tentang kejahatan terhadap kesusilaan pasal 299


berbunyi:

a. Barang siapa sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya


di obati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat di gugurkan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
b. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pecaharian atau kebiasaan, atau jika
dia seorang tabib, bidan, atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga
c. Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalankan
pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian itu.
18

KUHP Bab XIX tentang kejahatan terhadap nyawa pasal 346, 347, 348,
dan 349 menentukan sebagai berikut:

Pasal (346) : Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau

mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain

untuk itu,diancam dengan hukuman pidana penjara paling

lama empat tahun.

Pasal (347) :

a. Barang siapa yang menggugurkan atau mematikan


kandungannya tanpa persetujuan, diancam dengan pidana
penjara paling lama dua belas tahun.
b. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut
dikenakan pidana paling lama lima belas tahun.

Pasal (348) :

a. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan kandungan


seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
b. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut
dikenakan pidana paling lama tujuh tahun.

Pasal (349) :

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu


melakukan kejahatan tersebut pada pasal 346, ataupun
membantu melakukan salah satu kejahatan yang di
terangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat di cabut hak nya untuk
19

menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan


dilakukan.

2. Hukum menurut bidang kesehatan


UU Kesehatan, pasal 15 ayat 1 & 2 :
1. Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan  jiwa ibu
hamil atau janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
2. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya
dapat dilakukan :
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya
tindakan tersebut.
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian & kewenangan
untuk itu & dilakukan sesuai dengan tanggungjawab profesi serta
berdasarkan pertimbangan tim ahli.
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarganya.
d. Pada sarana kesehatan tertentu.
Pada penjelasan UU Kesehatan pasal 15 dinyatakan sebagai berikut:
1) Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan
alasan apapun dilarang, karena bertentangan dengan norma
hukum, norma agama, norma kesusilaan & norma kesopanan.
Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk
menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat
diambil tindakan medis tertentu.
2) Butir a: Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar
mengharuskan diambil tindakan medis tertentu, sebab tanpa
tindakan medis tertentu itu ibu hamil & janinnya terancam bahaya
maut.
Butir b: Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis
tertentu adalah tenaga yang memiliki keahlian & kewenangan
20

untuk melakukannya, yaitu seorang dokter ahli kebidanan &


penyakit kandungan.
Butir c: Hak utama untuk memberikan persetujuan (informed
consent) ada pada ibu hamil yang bersangkutan, kecuali dalam
keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya,
dapat diminta dari suami atau keluarganya.
Butir d: Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang
memiliki tenaga & peralatan yang memadai untuk tindakan
tersebut & telah ditunjuk pemerintah.
Namun sayangnya didalam UU Kesehatan ini belum disinggung
soal masalah kehamilan akibat perkosaan, akibat hubungan seks
komersial yang menimpa pekerja seks komersial ataupun
kehamilan yang diketahui bahwa janin yang dikandung tersebut
mempunyai cacat bawaan yang berat.
3) Dalam peraturan pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal ini
dijabarkan antara lain mengenai keadaan darurat dalam
menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian & kewenangan bentuk persetujuan,
sarana kesehatan yang ditunjuk.
21

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Jika seorang wanita yang tengah mengandung mengalami kesulitan saat
melahirkan, ketika janinnya telah berusia enam bulan lebih, lalu wanita
tersebut melakukan operasi sesar. Penghentian kehamilan seperti ini
hukumnya boleh, karena operasi tersebut merupakan proses kelahiran secara
tidak alami. Tujuannya untuk menyelamatkan nyawa ibu dan janinnya
sekaligus. Hanya saja, minimal usia kandungannya enam bulan. Aktivitas
medis seperti ini tidak masuk dalam kategori aborsi; lebih tepat disebut
proses pengeluaran janin ( melahirkan ) yang tidak alami.
2. Jika janinnya belum berusia enam bulan, tetapi kalau janin tersebut tetap
dipertahankan dalam rahim ibunya, maka kesehatan ibunya bisa terganggu.
Dalam kondisi seperti ini, kehamilannya tidak boleh dihentikan, dengan cara
menggugurkan kandungannya. Sebab, sama dengan membunuh jiwa.
Alasannya, karena hadis - hadis yang ada telah melarang dilakukannya
pengguguran, serta ditetapkannya diyat untuk tindakan seperti ini.
3. Jika janin tersebut meninggal didalam kandungan. Dalam kondisi seperti ini,
boleh dilakukan penghentian kehamilan. Sebab, dengan dilakukannya
tindakan tersebut akan bisa menyelamatkan nyawa ibu, dan memberikan
solusi bagi masalah yang dihadapinya; sementara janin tersebut berstatus
mayit, yang karenanya harus dikeluarkan.
4. Janin yang di bunuh dan wajib atasnya ghurrah adalah bayi yang suadh
berbentuk ciptaan ( janin ), misalnya mempunyai jantung, tangan, kaki,
kuku, mata, atau lainnya.
5. Mengenai peghentian kehamilan sebelum ditiupkannya ruh, para fuqojia
telah berbeda pendapat. Ada yang membolehkan dan ada juga yang
mengharamkan. Menurut kami, jika penghentian kehamilan itij dilakukan
setelah empat puluh hari usia kehamilan, saat telah terbentuknya janin ( ada
bentuknya sebagai manusia ), maka hukumnya haram. Karenanya, berlaku

21
22

hukum penghentian kehamilan setelah ruhnya ditiupkan, dan padanya


berlaku diyat ghurrah tertentu.
6. Jika janin tersebut belum berusia enam bulan, tetapi kalau janin tersebut
tetap dipertahankan dalam rahim ibunya, maka nyawa ibunya akan
terancam. Dokter pun sepakat, kalau janin tersebut tetap dipertahankan
menurut dugaan kuat atau hampir bisa dipastikan nyawa ibunya tidak akan
selamat, atau mati. Dalam kondisi seperti ini, kehamilannya boleh
dihentikan, dengan cara menggugurkan kandungannya, yang dilakukan
untuk menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa ibunya. Alasannya,
karena Rasulullah saw. memerintahkan berobat dan mencari kesembuhan.
Di samping itu, jika janin tersebut tidak digugurkan, ibunya akan
meninggal, janinnya pun sama, padahal dengan janin tersebut digugurkan,
nyawa ibunya akan tertolong, sementara menyelamatkan nyawa ( kehidupan
) tersebut diperintahkan oleh Islam.

B. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata SEMPURNA dan
masih banyak kekurangan dalam hal materi yang disampaikan maupun dalam
pengetikan. Maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca yang bersifat konstruktif. Untuk kedepannya saya dapat
menyempurnakan makalah ini.
23

DAFTAR PUSTAKA

Emi, Suhaemi Mimin Dra. Hj. 2004. Etika Keperawatan Apliksi pada Praktek.
Jakarta : EGC

Magnis, Franz Dr. Suseno. 1989. Etika Dasar/ Masalah-masalah pokok filsafat
moral,Yogyaakarta : Pustaka Filsafat.

Mohammad, Kartono. 1998. Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta :


Pustaka Sinar Harapan.

Sumber lain :

www.google.com

www.wikipedia.com

You might also like