You are on page 1of 28

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Transistor Sebagai Penguat

Transistor adalah suatu monokristal semikonduktor dimana terjadi dua pertemuan P-

N, dari sini dapat dibuat dua rangkaian yaitu P-N-P dan N-P-N.

Dalam keadaan kerja normal, transistor harus diberi polaritas sebagai berikut :

1. Pertemuan Emitter-Basis diberi polaritas dari arah maju seperti yang ditunjukkan pada

gambar 2.1 (a).

2. Pertemuan Basis-kolektor diberi polaritas dalam arah mundur seperti ditunjukkan pada

gambar 2.1 (b).

C C
B B

E E

( a ) ( b )

Gambar 2.1 Dasar Polaritas Transistor

Transistor adalah suatu komponen yang dapat memperbesar level sinyal keluaran

sampai beberapa kali sinyal masukan. Sinyal masukan disini dapat berupa sinyal AC ataupun

DC. Prinsip dasar transistor sebagai penguat adalah arus kecil pada basis mengontrol arus

yang lebih besar dari kolektor melewati transistor. Transistor berfungsi sebagai penguat

ketika arus basis berubah. Perubahan kecil arus basis mengontrol perubahan besar pada arus

yang mengalir dari kolektor ke emitter. Pada saat ini transistor berfungsi sebagai penguat.

Universitas Sumatera Utara


Dan dalam pemakiannya transistor juga bisa berfungsi sebagai saklar dengan

memanfaatkan daerah penjenuhan (saturasi) dan daerah penyumbatan (cut-off). Pada daerah

penjenuhan nilai resistansi penyambungan kolektor emitter secara ideal sama dengan nol atau

kolektor terhubung langsung (short). Ini menyebabkan tegangan kolektor emitter Vce = 0

pada keadaan ideal. Dan pada daerah cut off, nilai resistansi persambungan kolektor emitter

secara ideal sama dengan tak terhingga atau terminal kolektor dan emitter terbuka yang

menyebabkan tegangan Vce sama dengan tegangan sumber Vcc

2.2 Dioda Infra Merah

Biasanya sebuah LED adalah sebuah dioda P-N, yang biasanya dibuat dari bahan

semikonduktor seperti Almunium-Galium-Arsinede (AlGaAs) atau Galium-Arsinede-

Phospide (GaAsP). Dioda Infra merah memancarkan cahaya oleh emisi spontan dimana

cahaya dipancarkan sebagai hasil dari pengkombinasian dari elektron-elektron dan hole-hole.

Untuk memperoleh jarak yang cukup jauh, Dioda infra merah memerlukan sinyal

dengan frekuensi 30 hingga 50 kHz. Berbeda dengan Dioda LED yang hanya memerlukan

level tegangan DC saja untuk mengaktifkan LED, Dioda Infra merah memerlukan sinyal AC

dengan frekwensi 30 hingga 50 kHz untuk mengaktifkannya. Cahaya infra merah tersebut

tidak dapat ditangkap oleh mata manusia, sehingga diperlukan phototransistor untuk

mendeteksinya.

Transmisi data dilakukan dengan menggunakan prinsip aktif dan non aktifnya LED

infra merah sebagai kondisi logika 0 dan logika 1. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa

untuk mengaktifkan LED Infra merah diperlukan frekuensi sebesar 30 hingga 40 kHz, maka

dalam hal ini logika 0 berarti sinyal berfrekwensi 30 KHz mengalir ke LED Infra merah dan

logika 1 berarti tidak ada sinyal yang mengalir ke LED Infra merah.

Universitas Sumatera Utara


Panjang
Frekuensi Gelombang
(Hertz) nanometer

1023 10-5
1022 10-4
1021 Sinar 10-3 1x satuan
1020 Gamma 10-2
1019 10-1 1A
1018 Sinar X 1 1 nm
1017 10
1016 Ultra Violet 102
1015 103 1 um
1014 104
1013 Infra Merah 105
1012 106 1 cm
1011 107
1010 Gelombang 108
109 Pendek 109 1m
108 1010
107 Daerah FM,TV 1011
106 1012 1 Km
105 Daerah Siaran 1013
104 Radio AM 1014
103 Gelombang 1015
102 1016
Panjang radio
10

Gambar 2.2 Spektrum Gelombang Elektromagnetik

Spektrum sinar infra merah terdapat pada spektrum gelombang elekromagnetik.

Gambar 2.2 menunjukkan spektrum gelombang infra merah yang terdapat pada salah satu

diantara spektrum gelombang elektromagnetik.

Ciri-ciri gelombang infra merah meliputi :

a. Sinar infra merah meliputi daerah frekuensi antara 1011 sampai 1014 Hertz dan

mempunyai daerah panjang gelombang 10-4 sampai 10-1 cm.

b. Gelombang infra merah ini dihasilkan oleh elektron-elektron dalam molekul yang

bergetar karena benda yang dipanaskan.

c. Sinar Infra Merah dapat menembus kabut dan awan tebal.

Universitas Sumatera Utara


Gelombang infra merah tidak dapat diamati secara langsung karena spektrum

gelombang infra merah diatas gelombang cahaya yang tampak oleh panca indera kita. Radiasi

sinar infra merah dapat dihasilkan oleh getaran-getaran atom-atom pada suatu molekul.

Getaran atom pada suatu molekul dapat memancarkan gelombang elektromagnetik pada

frekuensi yang khas pada infra merah sehingga spekstroskopi infra merah dapat merupakan

salah satu alat penting untuk mempelajari struktur molekul.

2.3 LDR (Light Dependent Reisitor)

LDR (ligh dependent reisitor) adalah merupakan sejenis resistor, LDR termasuk jenis

reistor variable karena jumlah tahanannya dapat berubah-ubah, perubahan tahanannya pada

LDR di tentukan oleh besarnya cahaya yang mengenai penampang pada LDR. Apabila

cahaya yang mengenai penampang LDR itu besar maka nilai tahanan di dalam LDR semakin

kecil sebaliknya semakin kecil cahaya mengenai penampang LDR maka nilai tahanan pada

LDR akan semakin besar. Pada proyek ini LDR akan di letakkan di dalam lemari dan jika

lemari dibuka maka cahaya akan masuk dari luar ke dalam dan hal itu akan berpengaruh pada

LDR. Dibawah ini adalah lambang dari sebuah LDR.

Gambar 2.3 Lambang Dari Sebuah LDR

2.4 Photo Transistor

Sebuah photo transitor sama dengan transitor bipolar biasa, bedanya tidak terdeapat

terminal basis. Sebagai pengganti arus, input transistor diberikan dalam bentuk cahaya.

Universitas Sumatera Utara


I CE   I CBO

Gbr 2.4 Rangkaian dasar photo transistor

Arus basis ( ICBO) bertindak sebagai arus basis. Karena IC = βdc . IB +(βdc+1) (ICBO)

dalam hal ini Ic = Icco, arus bocor kolektor emitor dengan basis terbuka. Hal yang sama ICBO

dalam photo transistor naik bila hubungan basis kolektor diterangi. Bila ICBO dinaikkan arus

kolektor (β+1) ICBO juga naik, maka untuk sejumlah penyinaran yang sagat sempit, photo

transistor lebih peka dari photo dioda. Beberapa photo transistor yang lain memiliki basis dan

sinar yang datang untuk membangkitkan arus basis, beberapa transistor yang lain memiliki

terminal basis sehingga dapat diberikan tegangan yang luar biasa.

Komponen ini biasanya dikemas dalam logam, inilah yang digunakan dalam proyek

ini. Susunan beberapa photo transistor dan photo dioda sering digunakan sebagai photo

detector. Untuk kuat penyinaran tertentu terdapat arus output yang lebih besar pada photo

transistor dari pada photo dioda. Tetapi photo dioda mempunyai respon yang lebih cepat

dalam switching kurang dari nano detik, sedangkan photo transistor dalam micro detik.

Gambar 2.5 Rangkaian foto transistor dan garis beban searah (DC Load Line)

Universitas Sumatera Utara


Untuk menghasilkan arus output yang lebih besar digunakan photo transistor

darlington yang terdiri dari photo transistor yang dihubungkan secara darlington dengan

transistor lain.

2.5 BUZZER

Buzzer merupakan suatu komponen yang dapat menghasilkan suara yang mana

apabila diberi tegangan pada input komponen, maka akan bekerja sesuai dengan karakteristik

dari alarm yang digunakan. Dalam pembuatan proyek tugas akhir ini, penulis menggunakan

“Buzzer” sebagai informasi suara. Hal ini dikarenakan karakteristik dari komponen yang

mudah untuk diaplikasikan dan suara yang dihasilkan relatif kuat.

Buzzer merupakan sebuah komponen elektronik yang dapat mengkonversikan energi

listrik menjadi suara yang di dalamnya terkandung sebuah osilator internal untuk

menghasilkan suara dan pada buzzer osilator yang digunakan biasanya diset pada frekuensi

kerja sebesar 400 Hz.

Dalam penggunaannya dalam rangkaian, buzzer dapat digunakan pada tegangan

sebesar antara 6V sampai 12V dan dengan tipical arus sebesar 25 mA. Pada gambar 2.11

dapat dilihat simbol dari komponen buzzer.

Gambar 2.6 Simbol Buzzer

2.6 Relay

Relay adalah suatu rangkaian switching magnetik yang bekerja bila mendapat catu

dari rangkaian trigger. Relay memiliki tegangan dan arus nominal yang harus dipenuhi output

rangkaian pendrivernya/pengemudinya. Arus yang digunakan pada rangkaian adalah arus

DC.

Universitas Sumatera Utara


Konstruksi dalam suatu relay terdiri dari lilitan kawat (coil) yang dililitkan pada inti

besi lunak. Jika lilitan kawat mendapatkan arus, inti besi lunak menghasilkan medan magnet

dan menarik switch kontak. Switch kontak mengalami gaya tarik magnet sehingga berpindah

posisi ke kutub lain atau terlepas dari kutub asalnya. Keadaan ini akan bertahan selama arus

mengalir pada kumparan relay. Dan relay akan kembali ke posisi semula yaitu normally-off,

bila tidak ada lagi arus yag mengalir padanya. Posisi normal relay tergantung pada jenis relay

yang digunakan. Dan pemakaian jenis relay tergantung pada keadaan yang diinginkan dalam

suatu rangkaian/sistem.

Menurut kerjanya relay dapat dibedakan menjadi:

- Normaly Open (NO); saklar akan tertutup bila dialiri arus.

- Normaly Close (NC); saklar akan terbuka bila dialiri arus.

- Change Over(CO); relay ini mempunyai saklar tunggal yang normalnya tertutup yang

mana bila kumparan 1 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal A,

sebaliknya bila kumparan 2 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal B.

Analogi rangkaian relay yang digunakan adalah saat basis transistor ini dialiri arus

maka transistor dalam keadaan tertutup yang dapat menghubungkan arus dari kolektor ke

emiter yang mengakibatkan relay terhubung. Sedangkan fungsi dioda disini adalah untuk

melindungi transistor dari tegangan induksi yang bisa mencapai 100 sampai 150 volt dimana

tegangan ini dapat merusak transistor.

Gambar 2.7 (a) Simbol Relay (b) relay dalam rangkaian

Universitas Sumatera Utara


2.7 Buffer 74LS245

IC ini adalah chip yang dirancang untuk komunikasi dua arah antara data bus yaitu

untuk mengirimkan data dari bus A ke bus B atau dari bus B ke bus A, yang dikendalikan

oleh masukan Direction (DIR). Sedangkan input enable G berfungsi untuk menyekat data

(disable).

IC 74LS245 ini mempunyai 20 buah pin. Adapun konfigurasi pinnya adalah sebagai
berikut:

D IR VCC

A1 G

A2 B1

A3 B2

A4 B3

A5 B4

A6 B5

A7 B6

A8 B7

GND A2

Gambar 2.8 Pin diagram IC 74LS245

Rangakain internal dan tabel kebenaran dari IC ini diperlihatkan pada gambar di

bawah ini :

G DIR OPERASI

0 0 Data B ke bus A

0 1 Data A ke bus B

1 X Disable

Tabel 2.1 Tabel kebenaran IC 74245

X = logika 0 atau logika 1.

Universitas Sumatera Utara


Tranceiver bus berdelapan ini sudah dirancang untuk komunikasi dua arah tak sinkron

antara bus-bus data. Peranti pun memungkinkan transmisi data dari bus A ke bus B atau dari

bus B ke bus A, tergantung dari taraf logika di jalan masuk kemudi arah (DIR). Jalan masuk

enabel G dapat dipakai untuk melumpuhkan peranti hingga bus-bus secara efektif tersekat.

Buffer juga membenarkan nilai tegangan input TTL. Untuk lebih lengkapnya pada gambar

2.8 ditunjukkan diagram rangkaian dari IC 74 LS245.

(B1) 18

(A1) 2

(B2) 17

(A2) 3

(B3) 16

(A3) 4

(B4) 15

(A4) 5

(B5) 14

(A5) 6

(B6) 13

(A6) 7

(B7) 12

(A7) 8

(B8) 11

(A8) 9

ENABLE G (19) DIR (1)

Gambar 2.9 Rangkaian internal IC 74245.

2.8 Opto Coupler

Opto coupler adalah merupakan komponen elektronik opto isolator yang terdiri dari

pemancar cahaya atau emitter yang mengkopel secara optik terhadap photo detector melalui

media yang terisolasi. Pemancar cahaya dapat berupa penerang lampu ataupun LED. Media

isolasi berupa udara, plastik, gelas atau fiber. Sedangkan photo detector dapat berupa photo

konduktor, photo dioda, photo transistor, photo SCR atau rangkaian photo dioda/amplifier.

Mengenai pengontrolan pemancaran cahaya dan photo detector memungkinkan pemindahan

informasi dari suatu rangkaian yang mengandung pemancar cahaya ke rangkaian yang

mengandung photo detector. Informasi dilewatkan secara optik melintasi celah isolasi yang

perpindahannya memiliki system satu arah sehingga photo detector tidak mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara


rangkaian input. Isolasi optik mencegah adanya interaksi ataupun kerusakan rangkaian input

yang disebabkan oleh perbedaan tegangan yang relatif tinggi terhadap rangkaian output.

Bentuk fisik dari kemasan optocoupler 4N25 terdiri dari 6 pin atau kemasan dual-

inline. Konfigurasi ini pin 1 dan 2 umumnya dihubungkan ke pemancar cahaya, sedangkan

pin 4,5 dan 6 dihubungkan ke photo detector.

1 6

3 4
4N25

Gbr 2.10 Rangkaian Optocoupler

Opto coupler dirancang untuk menggantikan fungsi saklar mekanis dan pengubahan

pulsa secara fungsional opto coupler sama dengan pasangan relay mekanis karena suatu

isolasi tingkat tinggi diantara terminal input dan outputnya.Beberapa keunggulan opto

coupler komponen solid statetadalah:

- Kecepatan operasi lebih cepat

- Ukuran kecil

- Tidak mudah dipengaruhi getaran dan goncangan

- Respon frekuensi

- Tidak ada bounce

Kompatible dengan banyak rangkaian –rangkaian logika dan mikroprosesor

Universitas Sumatera Utara


2.9 IC MT 8870 (Tone Decoder)

IC MT 8870 merupakan salah satu jenis IC tone decoder yang berfungsi sebagai

panghasil sinyal biner 4 bit yang menggambarkan karakter yang dikirim melalui sinyal

DTMF. Tone decorder merupakan suatu rangkaian yang berfungsi untuk mengubah sinyal

dengan frekuensi tertentu ke logika satu atau nol.

Komponen luar yang diperlukan sangat sedikit dan merupakan pelengkap dari chip

tersebut yang terdiri dari beberapa input yaitu amplifier, clock isolator dan Interface There

State Data. IC ini dibuat dengan ukuran kemasan kecil dan penggunaan daya yang rendah dan

unjuk kerja tinggi. Tegangan VDD yang diberikan cukup rendah yaitu 5 Volt DC dan dapat

bekerja normal pada temperatur – 40 C sampai + 80 C.

Arsitekturnya terdiri dari bagian filter yang berfungsi untuk memisahkan sinyal

kelompok nada tinggi dan rendah kemudian diikuti oleh bagian decorder untuk memeriksa

keabsahan frekuensi dan oleh rangkaian driver memeriksa lamanya nada yang sah sebelum

mendaftarkan sepasang nada yang telah dikodekan.

Universitas Sumatera Utara


1 18

2 IN + VDD 17

3 IN - ST / GT 16

4 GS EST 15

5 VREF STD 14

6 INH Q4 13

7 PWDN Q3 7 12

8 OSC 1 c8 Q2 11

9 OSC 2 c7 Q1 10

VSS TOE

Gambar 2.11 IC MT 8870

Keterangan :

IN + = input non inverting Op – amp

IN - = input inverting Op – amp

GS = Gain Select

VRef = Output tegangan referensi

INH = (Input) inhibit

PWDN = (Input) power down

OSC 1 = (Input) clock

OSC 2 = (Output) clock

VSS = (Input) negative power supply

TOE = (Output) There State Output Enable, logika high mengenablekan output Q1, Q2,

Q3, Q4

Q1 – Q4 = Output There State data

Universitas Sumatera Utara


STD = (Output) delayed steering, menunjukkan logika High saat diterima sepasang

nada yang telah didaftar

EST = (Output) Early Steering, menunjukkan logika High saat diterima sepasang nada

valid

ST / GT = (Output) Steering input/ Guard Time Bi–directional, mendeteksi pasangan nada

dan menerima sepasang nada baru

VDD = (Input) positive power supply

Digit INH Est Q4 Q3 Q2 Q1

TOE

Any X - Z Z Z
L  Z 
1 L H 0 0 1
H 0
2 L H 0 1 0
H 0
3 L H 0 1 1
H 0
4 L H 1 0 0
H 0
5 L H 1 0 1
H 0
6 L H 1 1 0
H 0
7 L H 1 1 1
H 0
8 L H 0 0 0
H 1
9 L H 0 0 1
H 1
0 L H 0 1 0
H 1
* L H 0 1 1
H 1
# L H 1 0 0
H 1
A L H 1 0 1
H 1
B L H 1 1 0

Universitas Sumatera Utara


C H L H 1 1 1 1

D H L H 1 0 0 0

H 0

Tabel 2.2 Fungsi decoder MT 8870

2.10 Karakteristik Saluran Telepon

Saluran telepon selain berfungsi untuk menyalurkan sinyal-sinyal pembicaraan juga

berfungsi untuk menyalurkan sinyal signaling yang diperlukan untuk membangun hubungan

telepon. Gambar 2.3 memperlihatkan bentuk sinyal dan level tegangan pada saluran telepon.

100

50
Line Voltage - Volt

v2
0

 V
v1 I n c o m in g v o ic e
O u t g o in g v o ic e
-5 0 0 ,5 - 1 V
0 p e n c i r c u it D i a li n g p u ls a 1 - 2 V
IL = 3 m A
“o n H o o k ”  V = 48 V
IL = 1 6 - 2 0 m A  IL = 1 8 m A
IL = 0 m A
“o ff H o o k ”
-1 0 0
IL = 1 6 - 2 0 m A

-1 5 0

R in g in g S ig n a l
5 0 s /d 9 0 V rm s
I = L o o p C u rre n t 2 s o n ; 3 s o ff

Gbr. 2.12 Bentuk sinyal dan level tegangan pada saluran telepon

Berikut ini akan dijelaskan karakteristik pada setiap kondisi yang terjadi pada saluran

telepon :

 On–Hook

Pada saat on-hook disebut saluran dalam keadaan bebas dimana pada saat ini pesawat

tersebut dapat dipanggil. Saat on-hook, pada saluran telepon terdapat tegangan sekitar –48

volt dan arus pembebanan sekitar 0 A, hal ini menunjukkan telepon sedang tidak digunakan.

 Off-Hook

Pada saat hand-set telepon diangkat tegangan pada saluran turun menjadi –6 volt

sampai –8 volt dengan arus yang mengalir pada saluran telepon sekitar 16 sampai 20 mA

Universitas Sumatera Utara


2.10.1 Pesawat telepon jenis DTMF (Dual Tone Multy Frequency)

Pada pesawat telepon jenis tone saat menekan tombol yang dituju dihasilkan nada

dengan frekuensi ganda yang berbeda yang disebut dengan sinyal DTMF (Dual Tone Multi

frekuensi).

Pada rekomendasi No. Q23 ini ada 2 group sinyal, yaitu Low-Band Frequency dan

High-Band Frequency. Hubungan tombol dan frekuensi sinyal DTMF ini ditunjukkan pada

table 2.4

FREKUENSI(HZ)

TOMBOL RENDAH TINGGI

1 697 1209

2 697 1336

3 697 1477

4 770 1209

5 770 1336

6 770 1477

7 852 1209

8 852 1336

9 852 1477

0 941 1336

* 941 1209

# 941 1477

A 697 1633

B 770 1633

Universitas Sumatera Utara


C 852 1633

D 941 1633

Tabel 2.3 Tombol dan sinyal DTMF yang dihasilkan

Tanpa DTMF decoder, mikrokontroler bakal kesulitan mengidentifikasi angka '0'

yang dikirim dari telepon. Padahal angka '0' berarti perintah untuk mencari status hidup dan

mati alat listrik. DTMF decoder menggunakan seri terkenal IC MT8870 mencoba

mengidentifikasi-nya berdasarkan besaran frekuensi. Setiap angka, dari 0 hingga 7 memiliki

besaran frekuensi tersendiri, dan setiap frekuensi mengandung perintah tersendiri.

2.10.2 Telepon Nirkabel (Cordless Phone)

Telepon nirkabel merupakan kombinasi telepon dan radio pemancar/penerima.

Masalah utama pada telepon nirkabel yang tidak ditemui pada telepon biasa:

1. Jarak handset dengan base.

2. Kualitas suara yang dipengaruhi oleh jarak sinyal radio informasi dipancarkan dan

interferensi.

3. Keamanan pembicaraan, dimana sinyal radio handset ke base sebagai penerima

dipancarkan melalui udara terbuka sehingga memungkinkan untuk disadap oleh telepon

nirkabel yang lain atau oleh scanner radio.

Pada teknologi analog (yang lazim digunakan pada telepon nirkabel dengan model

yang berharga murah) cenderung sinyal(analog)nya lebih banyak noise atau mudah

terinterferensi sehingga mempengaruhi kualitas suara yang dihasilkan. Dan lagi, sinyal

analog mudah disadap dan diterjemahkan oleh scanner radio.

Sedangkan teknologi digital memberikan suara yang jernih. Selanjutnya, pada sinyal

digital pembicaraan lebih terjamin. Pada tahun 1995, DSS (Digital Spread Sprectum)

Universitas Sumatera Utara


diperkenalkan pada telepon nirkabel yang membuatnya hampir tidak mungkin pembicaraan

dapat disadap oleh orang lain.

Telepon nirkabel mempunyai dua bagian utama yaitu base dan handset:
a. Base dimana saluran telepon dapat disambungkan. Base menerima panggilan masuk

dalam bentuk sinyal listrik lewat saluran telepon, kemudian diubah menjadi sinyal radio

dan dipancarkan.

b. Handset, menerima sinyal radio dari base, lalu mengubahnya menjadi sinyal listrik dan

mengirimkannya ke speaker, dimana sinyal listrik telah diubah menjadi suara. Ketika

pelanggan pemanggil berbicara pada handset, ia memancarkan sinyal suara yang telah

dikonversikan ke sinyal listrik oleh base dan saluran telepon mengirimkannya ke

pelanggan yang dipanggil.

Base dan handset beroperasi pada suatu pasangan frekuensi yang diperkenankan

kepada pelanggan untuk berbicara dan mendengar pada waktu yang bersamaan disebut

frekuensi duplex.

Salah satu contoh telepon nirkabel yaitu GE (General Electric) yang dibuat pada tahun

1993 dan beroperasi di lebar pita 43-50 MHz.

2.11 Mikrokontroler AT89S52

Mikrokontroler AT89S52 ini merupakan mikrokontroler CMOS 8 bit dengan kinerja

yang tinggi dan dapat diaplikasikan ke berbagai rangkaian mikrokontroler. Mikrokontroler

keluaran ATMEL ini menggunakan memori dengan teknologi nonvolatile memori, isi

memori tersebut dapat di isi ulang ataupun dihapus berkali-kali.

Mikrokontroler ATMEL ini memiliki kelengkapan sebagai berikut :

1. Kompatibel dengan mikrokontroler MCS-51

2. 8K byte Downloadable Flash Memori

3. 2K byte EEPROM

Universitas Sumatera Utara


4. 3 Level program memori lock

5. 256 byte RAM internal

6. 32 I/O yang dapat dipakai semua

7. 3 buah Timer/Counter 16 bit

8. Programmable UART (serial port)

9. SPI Serial Interface

10. Programmable Watchdog Timer

11. Dual Data Pointer

12. Frekuensi kerja 0 sampai 33 MHz

13. Tegangan operasi 4 volt sampai 5,5 volt

14. Dan lain-lain

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.13 Arsitektur Mikrokontroler AT89S52

Terlihat dalam mikrokontroler AT89S52 memiliki banyak fitur yang menguntungkan.

Dipakainya Downloadable flash memori memungkinkan mikrokontroler ini bekerja sendiri

tanpa diperlukan bahan chip lainnya. Sementara flash memorinya mampu diprogram hingga

seribu kali. Hardware Mikrokontroler AT889S52 merupakan keluaraga MCS – 51 yang

terdiri atas :

1. CPU 8 – bit.

2. Osilator internal dan rangkaian pewaktu.

Universitas Sumatera Utara


3. RAM internal 256 byte (dalam chip).

4. Empat programable port I/O, yang masing – masing terdiri atas 8 jalur I/O.

5. Tiga buah Timer/Counter 16-bit yang dapat diprogram.

6. Enam jalur interupsi yaitu 2 buah jalur eksternal (INT 0, INT 1) dan 3 buah interupsi

timer 0, 1, dan 2 dan interupsi port serial.

7. Sebuah port serial dengan kontrol serial full duplex UART.

8. Memori EPROM tipe flash sebesar 8 K Byte yang dapat diprogram didalam sistem,

dan mampu mencapai 1000 siklus hapus/program.

9. Menyediakan fasilitas penguncian memori program 3 level, yang memungkinkan

penjagaan terhadap hak cipta program (mencegah pembajakan program).

Dengan kelengkapan chip AT89S52, pembuatan alat dengan menggunakan AT89S52

menjadi lebih sederhana dan tidak memerlukan chip pendukung. Secara diagram blok

struktur dasar dari AT89S52 adalah prosesor 8 bit dimana data diolah per 8 bit. Lebar alamat

mikrokontroler AT89S52 adalah 16 bit sehingga dapat mengakses memori sebanyak 65.536

lokasi memori. Frekuensi kerja mikrokontroler AT89S52 ditentukan frekuensi kristal yang

dihubungkan ke osilator internal melalui XTAL 1 dan XTAL 2.

Mikrokontroler ini mampu beroperasi dengan baik dengan frekuensi 0 Hz sampai 33

MHz. Kecepatan pelaksanaan instruksi persiklus adalah frekuensi kristal dibagi 12, dimana

jika frekuensi clock 12 MHz maka lama pelaksanaan setiap satu siklus adalah 1 s.

Timer/Counter juga bertambah satu dari standar 3 buah pada MCS-51. Selain itu

frekuensi kerja yang lebar dan rancangan statik sangat membantu untuk proses debugging.

Dengan adanya beberapa fitur tambahan itu, maka akan mengakibatkan bertambahnya SFR

(Spesial Function Register). Mikrokontroler ini mampu beroperasi dengan baik dengan

frekuensi 0 Hz sampai 33 MHz.

Universitas Sumatera Utara


2.11.1 Pena–Pena Mikrokontroler AT89S52

Susunan pena (pin) mikrokontroler AT89S52 diperlihatkan pada gambar berikut :

Gambar 2.14 Konfigurasi Mikrokontroler AT89S52

Penjelasan dari masing – masing pena adalah :

1. Pena 1 sampai 8 (port 1) merupakan port paralel 8 bit dua arah (bidirectinal) yang dapat

digunakan untuk berbagai keperluan (general purpose). Selain itu port 1 yaitu P1.0 dan

P1.1 dapat pula dikonfigurasikan menjadi masukan untuk timer/counter 2 untuk

pencacahan pulsa external. Port 1 juga menerima alamat orde rendah selama

pemrograman dan verifikasi.

Pin Port Fungsi Alternatif

P1.0 T2 (masukan external count untuk Timer/Counter 2), clock out

P1.1 T2EX (Timer/Counter 2 capture/reload trigger dan kontrol arah)

Tabel 2.4 Fungsi Alternatif Port 1

2. Pena 9 (Reset) adalah masukan reset (aktif tinggi), pulsa transisi dari rendah ke tinggi

akan me-reset AT89C52, pena ini dihubungkan dengan rangkaian power on reset yang

akan mengaktifkan reset saat pertama sekali rangkaian dihidupkan.

3. Pena 10 sampai 17 (port 3) adalah port paralel 8 bit dua arah yang memiliki fungsi

pengganti. Fungsi pengganti meliputi TxD (Transmit Data), RxD (Receive Data), Int0

Universitas Sumatera Utara


(Interrupt 0), Int1 (Interrupt 1), T1 (Timer 1), T0 (Timer 0), WR (Write), dan RD (Read).

Bila fungsi pengganti tidak dipakai, pena–pena ini digunakan sebagai port paralel 8 bit

serbaguna.

Fungsi alternatif port 3 dapat dilihat pada tabel berikut :

Pin Port Fungsi Alternatif

P0.3 RXD (serial input port)

P3.1 TXD (serial output)

P3.2 INT 0 (external interrupt 0)

P3.3 INT 1 (external interrupt 1)

P3.4 T0 (timer 0 external input)

P3.5 T1 (timer 1 external input)

P3.6 WR (external data memory write strobe)

P3.7 RD (external data memory write strobe)

Tabel 2.5 Fungsi Alternatif Port 3

4. Pena 18 (XTAL 1) adalah pena masukan rangkaian osilator internal. Sebuah osilator

kristal atau sumber osilator ekternal dapat digunakan.

5. Pena 19 (XTAL 2) adalah pena keluaran ke rangkaian osilator internal. Pena ini dipakai

untuk menggunakan osilator kristal.

6. Pena 20 (Ground) dihubungkan ke Vss atau ground.

7. Pena 21 sampai 28 (port 2) adalah port paralel 2 (P2) selebar 8 bit dua arah

(bidirectional). Port 2 ini mengirimkan byte alamat bila dilakukan pengaksesan memori

eksternal.

8. Pena 29 adalah pena PSEN (Program Store Enable) yang merupakan sinyal pengontrol

yang memperbolehkan program memori eksternal masuk ke dalam bus selama proses

pemberian/pengambilan instruksi (fetching).

Universitas Sumatera Utara


9. Pena 30 adalah ALE (Address Latch Enable) yang digunakan untuk menahan alamat

memori eksternal selama pelaksanaan memori eksternal.

10. Pena 31 (EA/VPP). Bila diberi logika tinggi, mikrokontroler akan melaksanakan instruksi

dari Flash PEROM internal ketika isi program counter kurang dari 4096. Bila diberi

logika rendah, mikrokontroler akan melaksanakan seluruh instruksi dari memori program

eksternal. Pin ini juga menerima tegangan 12 volt (VPP) selama pemrograman Flash.

11. Pena 32 sampai 39 (Port 0) merupakan port paralel 8 bit open drain dua arah. Bila

digunakan untuk mengakses memori eksternal, port ini akan memultipleks alamat memori

dengan data.

12. Pena 40 (Vcc) dihubungkan ke Vcc (+ 5 Volt).

2.11.2 Organisasi Memori AT89S52

Mikrokontroler AT89S52 mempunyai pembagian ruang alamat untuk program dan data.

Memori data terletak pada ruang alamat terpisah dari memori. Memori yang dapat diakses

secara internal adalah memori RAM internal dan Downloadable Flash Memori sebagai

memori program internal. Selain itu mikrokontroler juga dapat mengakses memori program

dan memori data dari luar.

2.11.3 Software Mikrokontroler AT89S52

Sebuah mikrokontroler tidak akan bekerja bila tidak diberikan program kepadanya.

Program tersebut daftar apa yang harus dilakukan oleh mikrokontroler. Sebuah

mikrokontroler yang telah bekerja baik dengan suatu program belum tentu akan bekerja

seperti semula jika programnya diganti.

 Operand dan Ekspresi

Bentuk umum semua instruksi dalam assembler MCS 51 dapat dituliskan sebagai

berikut :

[label:] Mnemonic [operand] [,operand] [,operand] [;komentar]

Universitas Sumatera Utara


Jumlah operand tergantung pada tipe Mnemonic.

 Simbol Assembler Khusus

Assembler telah menyediakan beberapa symbol untuk menunjukkan register tertentu

sebagai operand. Tabel berikut menunjukkan simbol assembler khusus.

Simbol khusus Arti

A Akumulator

R0 sampai R7 Register Serbaguna

DPTR Data pointer. Register 16 bit

Program counter. Register 16 bit yang berisi alamat


PC
instruksi berikutnya yang akan dijalankan.

C Carry flag

Akumulator/register B. Pasangan register untuk


AB
perkalian dan pembagian.

Tabel 2.6 Simbol Assembler Khusus

 Pengalamatan Langsung

Pengalamatan langsung dilakukan dengan memberikan nilai ke suatu register secara

langsung. Untuk melaksanakan hal tersebut digunakan tanda #.

MOV A,#01H : Isi akumulator dengan bilangan 01H.

MOV DPTR,#$19AB : Isi register DPTR dengan bilangan 19ABH.

 Pengalamatan Bit

Pengalamatan bit adalah penunjukan alamat lokasi bit baik dalam RAM internal (byte 32

sampai 47) atau bit perangkat keras. Untuk melakukan pengalamatan bit digunakan symbol

titik (.), misalnya FLAGS.3, 40.5, 21H.5, dan ACC.7.

SETB TR1 : Set TR1 (Timer 1 on).

Universitas Sumatera Utara


 Perintah DIV AB

Bilangan biner 8 bit dalam Akumulator A dibagi dengan bilangan biner 8 bit dalam

register B. Hasil pembagian berupa bilangan biner 8 bit ditampung di Akumulator, sedangkan

sisa pembagian berupa bilangan biner 8 bit ditampung di register B. Bit OV dalam PSW

(Program Status Word) dipakai untuk menandai nilai sebelum pembagian yang ada dalam

register B. Bit OV akan bernilai ‘1’ jika register B asalnya bernilai $00.

 Penambahan Satu (INC)

Proses inkremen merupakan proses penambahan satu pada sisi suatu register atau

memori.

INC A : (A) ← (A) + 1

Pemakaian instruksi inkremen menghemat pemakaian memori karena instruksi INC

merupakan instruksi 1 byte (tidak memakai operand).

 Logika AND (ANL)

Instruksi ini melakukan proses logika AND antara suatu register dengan register,

register dengan data, carry flag dengan isi suatu alamat bit, dan lain – lain. Operasi logika

AND banyak dipakai untuk me-‘0’-kan beberapa bit tertentu dari sebuah bilangan biner 8 bit,

caranya dengan membentuk sebuah bilangan biner 8 bit sebagai data konstan yang di-ANL-

kan bilangan asal. Bit yang ingin di-‘0’-kan diwakili dengan ‘0’ pada data konstan, sedangkan

bit lainnya diberi nilai ‘1’, misalnya. Instruksi ANL P1,#%01111110 akan mengakibatkan bit 0

dan bit 7 dari Port 1 (P1) bernilai ‘0’ sedangkan bit-bit lainnya tetap tidak berubah nilai.

 Logika NOT (Komplemen, CPL)

Instruksi ini melakukan proses logika NOT pada suatu register, carry flag, atau isi

suatu alamat bit. Sebagai contoh, misalnya akumulator berisi (0101 1100)B. Instruksi CPL A

akan menyebabkan isi akumulator menjadi 1010 0011B atau A3H.

Universitas Sumatera Utara


 Instruksi JB / JNB / JBC

Instruksi JB (Jump on Bit Set), instruksi JNB (Jump on not Bit Set) dan instruksi JBC

(Jump on Bit Set Then Clear Bit) merupakan instruksi Jump bersyarat yang memantau nilai-

nilai bit tertentu. Bit-bit tertentu bisa merupakan bit-bit dalam register status maupun kaki

input mikrokontroler MCS51.

 CJNE (Compare Jump If Not Equal)

Instruksi ini akan membandingkan isi register, atau isi memori dengan suatu data. Bila

sama, instruksi selanjutnya yang akan dituju. Bila tidak sama, instruksi yang ditunjuk oleh

label yang akan dilaksanakan. Sebagai contoh :

CJNE R0,#02H, Tak_Sama

Berarti jika R0 tidak sama dengan 02H maka instruksi akan menuju ke alamat dengan

lebel Tak_Sama.

 DJNZ (Decrement and Jump If Not Zero)

Instruksi ini akan mengurangi isi register atau memori dengan satu. Bila sudah 0,

instruksi selanjutnya yang akan dilaksanakan. Bila belum 0, instruksi dilanjutkan ke label.

Sebagai contoh :

DJNZ R1, Ulangi

Berarti jika R1 tidak sama dengan nol, setelah dikurangi 1, pelaksanaan instruksi

harus melompat ke tabel ulangi.

 JB (Jump If Bit Is Set)

Instruksi ini akan menguji suatu bit. Bila isinya 1, instruksi akan menuju label. Bila

isinya 0, instruksi selanjutnya yang akan dieksekusi. Sebagai contoh, dalam instruksi.

JB P1.0,Ulangi

Bila P1.0 (bit 0 port 1) = 1, instruksi akan menuju ke label Ulangi.

Universitas Sumatera Utara


 JNB (Jump If Bit Is Not Set)

Instruksi ini menguji suatu alamat bit. Bila isinya 0, eksekusi akan menuju alamat

kode. Jika isinya 1, instruksi selanjutnya yang akan dilaksanakan.

 JNZ (Jump If Accumulator Is Not Zero)

Instruksi ini menguji akumulator. Bila tidak sama dengan 0, eksekusi menuju alamat

kode. Jika sama dengan 0, instruksi selanjutnya yang akan dilaksanaka.

 Percabangan Tanpa Syarat

Instruksi ini meliputi SJMP (Short Jump) dan LJMP (Long Jump). Sebagai contoh,

dalam isntruksi

 SJMP Awal

Eksekusi program akan menuju label awal tanpa syarat apa pun.

 Kelompok Instruksi untuk sub-rutin

Instruksi-instruksi untuk membuat dan memakai sub-rutin/modul program, selain

melibatkan Program Counter, melibatkan pula Stack yang diatur oleh Register Stack Pointer.

Sub-rutin merupakan suatu potong program yang karena berbagai pertimbangan

dipisahkan dari program utama. Bagian-bagian di program utama akan ‘memanggil’ (CALL)

sub-rutin, artinya mikrokontroler sementara meninggalkan alur program utama untuk

mengerjakan instruksi-instruksi dalam sub-rutin, selesai mengerjakan sub-rutin

mikrokontroler kembali ke alur program utama.

Satu-satunya cara membentuk sub-rutin adalah memberi instruksi RET pada akhir

potongan program sub-rutin. Program sub-rutin di-’panggil’ dengan instruksi ACALL atau

LCALL.

Agar nantinya mikrokontroler bisa meneruskan alur program utama, pada saat

menerima instruksi ACALL atau LCALL, sebelum mikrokontroler pergi mengerjakan sub-

rutin, nilai Program Counter saat itu disimpan dulu ke dalam Stack (Stack adalah sebagian

Universitas Sumatera Utara


kecil dari memori-data yang dipakai untuk menyimpan nilai Program Counter secara

otomatis, kerja dari Stack dikendalikan oleh Register Stack Poiner).

Selanjutnya mikrokontroler mengerjakan instruksi-instruksi di dalam sub-rutin sampai

menjumpai instruksi RET yang berfungsi sebagai penutup dari sub-rutin. Saat menerima

instruksi RET, nilai asal Program Counter sebelum mengerjakan sub-rutin yang disimpan di

dalam Stack, dikembalikan ke Program Counter sehingga mikrokontroler bisa meneruskan

pekerjaan di alur program utama.

Instruksi ACALL dipakai untuk me-‘manggil’ program sub-rutin dalam daerah

memori-program 2 KiloByte yang sama, setara dengan instruksi AJMP yang sudah dibahas di

atas. Sedangkan instruksi LCALL setara dengan instruksi LCALL, yang bisa menjangkau

seluruh memori-program mikrokontroler MCS51 sebanyak 64 KiloByte. (Tapi tidak ada

instrusk SCALL yang setara dengan instruksi SJMP).

Program untuk AT89C1051 dan AT89C2051 tidak perlu memakai instruksi LCALL.

Instruksi RET dipakai untuk mengakhiri program sub-rutin, di samping itu masih ada

pula instruksi RETI, yakni instruksi yang dipakai untuk mengakhiri Program Layanan

Interupsi (Interrupt Service Routine), yaitu semacam program sub-rutin yang dijalankan

mikrokontroler pada saat mikrokontroler menerima sinyal permintaan interupsi.

Catatan : Saat mikrokontroler menerima sinyal permintaaan interupsi, mikrokontroler

akan melakukan satu hal yang setara dengan intruksi LCALL untuk menjalankan Program

Layanan Interupsi dari sinyal interupsi bersangkutan. Di samping itu, mikrokontroler juga

me-‘mati’-kan sementara mekanisme layanan interupsi, sehingga permintaan interupsi

berikutnya tidak dilayani. Saat menerima instruksi RETI, makanisme layanan interusi kembali

diaktipkan dan mikrokontroler melaksanakan hal yang setara dengan instruksi RET.

Universitas Sumatera Utara

You might also like